ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA(SUATU STUDI GENOGRAM KARIER).

(1)

ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

(SUATU STUDI GENOGRAM KARIER)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Chalida Ghrya Wahyudi NIM 12104241045

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

(SUATU STUDI GENOGRAM KARIER)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Chalida Ghrya Wahyudi NIM 12104241045

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(3)

(4)

(5)

(6)

MOTTO

Dreaming is not enough. You have to go a step further and use your imagination to visualize, with intent!

(Christine Anderson)

If you’re tired for what you fighting now, don’t stop. Just keep moving. Allah SWT watching you, always.

(Penulis)

Stay educated, work harder, dress well, respect, and be nice to people. (Penulis)


(7)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini dipersembahkan untuk:

A. Orangtua tercinta sekaligus sahabat yang luar biasa memberikan kasih sayang, dukungan, nasihat-nasihat dan pelukan hangat selama ini. Skripsi ini adalah bentuk tanggung jawab atas keputusan mengambil studi lanjutan dan hadiah atas pengorbanan, doa, kerja keras serta bimbingan yang diberikan.

B. Daerah Istimewa Yogyakarta yang merupakan tempat menuntut ilmu sekaligus kota budaya.

C. Para pembatik DIY yang senantiasa menceritakan, mengajarkan, memberikan pengalaman unik pada peneliti selama proses penelitian. D. Ryan Revinaldi yang menemani mengerjakan Skripsi ini tanpa mengenal

jarum jam.

E. Yolanda Fitra Lailly, Fafa Anggriawan, Irwan Syahli, Galih Wilarko, Fauzan Akbar, Gilang, Annisa Nur Fathia, Gitta Nur Wulan, Gerry Maulana Thiar yang saling menyemangati dalam segala kondisi.

F. Indian Geronimo FM, khususnya team Playground (Eman Aditya, Aditya Wijang dan Tio Andito) serta Rizky Anjas yang telah membantu dan mendukung penulis dalam membuat Skripsi.


(8)

ALIH GENERASI PILIHAN KARIR PENGUSAHA BATIK DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (SUATU STUDI GENOGRAM KARIR)

Oleh

Chalida Ghrya Wahyudi NIM 12104241045

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan memaparkan pilihan karir melalui studi Genogram Karir pada keluarga pengusaha batik. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif interaktif studi kasus.

Subjek pada penelitian dipilih melalui metode snowball sampling yaitu metode pengambilan sampel berdasarkan penelusuran sampel sebelumnya dan purposive sampling yaitu pengambilan sampling berdasarkan seleksi khusus dari peneliti yang membuat kriteria tertentu mengenai siapa yang cocok dijadikan subjek. Kedua subjek merupakan wirausaha batik yang sudah minimal pada generasi ke tiga yang berada di Daerah Istimewa Yogyakarta. Pengumpulan data menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara mendalam.

Hasil penelitian ini menunjukan analisis genogram karir pada dua pengusaha batik di DIY yang berinisial AP dan I. Plihan karier menjadi penerus usaha batik keluarga pada kedua subjek dimulai dari pengaruh di dalam keluarga. Pemahaman diri subjek mengenai nilai, bakat dan minat ditambah dengan kedekatan kedua subjek dengan keluarga atau orang lain yang berarti (significant others) kemudian turut mempengaruhi pilihan karier. Pengenalan lingkungan kerja usaha batik turun-temurun milik keluarga terjadi setiap hari sejak kecil. Kaderisasi sebagai penerus usaha batik keluarga juga sudah dilakukan keluarga masing-masing subjek sejak kecil. Alur alih generasi usaha batik keluarganya berawal dari generasi kakek dan nenek, kemudian beralih pada generasi orang tuanya dan generasi subjek saat ini. Model karier kedua subjek merupakan sosok yang muncul dari generasi sebelumnya, yaitu generasi yang lebih tua yang memberikan contoh kepada anak-anaknya.


(9)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan atas kehaditat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan kemudahannya-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan optimal.

Dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini dengan judul “Alih Generasi Pilihan Karir Pengusaha Batik di Daerah Istimewa Yogyakarta (Suatu Studi Genogram Karir). Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kesih kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) yang telah memberikan kesempatan untuk menyelesaikan studi di Program Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UNY.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah memeberikan izin untuk melakukan penelitian ini.

3. Ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan FIP UNY atas dukungan dari awal hingga akhir penulisan skripsi.

4. Bapak Dr. Suwarjo, M.Pd selaku Penasehat Akademik (PA) atas bimbingan dan arahan selama menempuh pendidikan di Program Studi Bimbingan dan Konseling.

5. Ibu Dra. Sri Iswanti, M.Pd. selaku dosen pembimbing yang telah berkenan meluangkan waktu, membimbing, memberikan ilmu, dan mengarahkan, serta memberi masukan kepada penulis selama penyusunan Skripsi.


(10)

6. Seluruh jajaran Dosen jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan FIP UNY atas ilmu yang bermanfaat selama penulis menjalani masa pendidikan dan memberikan waktu untuk berdiskusi serta memberi saran. 7. Dinas Perdagangan, Perindustrian dan Koperasi DIY yang telah

memberikan banyak masukan dan pengetahuan mengenai Batik dan mengarahkan penulis.

8. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, yang baik secara langsung maupun tidak langsung telah membantu penulis dalam menyusun Skripsi ini.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih memiliki kekurangan. Oleh sebab itu, penulis dengan senang hati dan terbuka menerima komentar, kritik, dan saran yang membangun. Besar harapan penulis agar proposal skripsi ini dapat bermanfaat. Amin.

Yogyakarta, 25 Oktober 2016

Penulis,


(11)

DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Batasan Masalah ... 8

D. Rumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pilihan Karir dalam Genogram Karir ... 10

1. Pengertian Pilihan Karir ... 10

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pilihan Karir ... 12

3. Teori – Teori Perkembangan dan Pilihan Karir ... 13

a. Teori Pilihan Karir Holland ... 13

b. Teori Pilihan Karir Ann Roe ... 17


(12)

1. Pengertian Genogram Karir ... 28

2. Aspek-aspek dalam Genogram Karir ... 30

C. Kewirausahaan Menjadi Pilihan Karier yang Diwariskan ... 35

D. Kajian Penelitian Terdahulu ... 39

E. Alur Berpikir ... 41

F. Pertanyaan Penelitian ... 43

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ... 46

B. Setting dan Waktu Penelitian ... 47

C. Subjek Penelitian ... 48

D. Metode Pengumpulan Data ... 50

1. Konstruksi Genogram Karir ... 50

2. Wawancara Genogram Karir ... 51

3. Observasi ... 52

E. Instrumen Pengumpulan Data ... 53

1. Pedoman Konstruksi Genogram Karir ... 53

2. Pedoman Wawancara Genogram Karir... 55

3. Pedoman Observasi ... 58

F. Teknik Analisis Data ... 58

G. UJi Keabsahan Data ... 61

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 62

1. Deskripsi Setting Penelitian ... 62

2. Deskripsi Subjek Penelitian ... 65

3. Hasil Penelitian ... 65

a. Hasil Observasi Lingkungan ... 65

b. Hasil Konstruksi Genogram Karir ... 67

c. Hasil Wawancara ... 71

B. Pembahasan ... 99

1. Aspek Pemahaman Diri ... 99


(13)

3. Aspek Proses Pembuatan Keputasan ... 101

4. Aspek Model-Model Pola Hidup ... 102

5. Aspek Model-Model Karir ... 103

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 104

B. Saran ... 105

1. Bagi Subjek Penelitian ... 105

2. Bagi Pengusaha Batik Baru... 105

DAFTAR PUSTAKA ... 106


(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Tingkat Klasifikasi Karier Ann Roe ... 23

Tabel 2. Gambaran Subjek Penelitian ... 50

Tabel 3. Rambu-rambu Wawancara... 55

Tabel 4. Rambu-rambu Observasi ... 58

Tabel 5. Jumlah IKM Batik DIY ... 63

Tabel 6. Deskripsi Kesesuaian Kriteria Subjek Penelitian ... 65

Tabel 7. Aspek Pemahaman Diri ... 93

Tabel 8. Aspek Pemahaman Lingkungan dan Dunia Kerja ... 93

Tabel 9. Aspek Pemahaman Lingkungan dan Dunia Kerja ... 93

Tabel 10. Aspek Pemahaman Lingkungan dan Dunia Kerja ... 94

Tabel 11. Aspek Pemahaman Lingkungan dan Dunia Kerja ... 95

Tabel 12. Aspek Pemahaman Lingkungan dan Dunia Kerja ... 96

Tabel 13. Aspek Proses Pembuatan Keputusan ... 97

Tabel 14. Aspek Proses Pembuatan Keputusan ... 97

Tabel 15. Aspek Model-Model Pola Hidup ... 98


(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Hierarki Maslow ... 19

Gambar 2. Skema Alur Berpikir ... 42

Gambar 3. Model Genogram Karier Okiishi... 54

Gambar 4. Simbol Genogram Karier ... 55

Gambar 5. Konstruksi Genogram Karier Keluarga AP ... 69


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Catatan Pra-Observasi ... 109

Lampiran 2. Hasil Transkrip Wawancara & Observasi ... 122

Lampiran 3. Hasil Reduksi Data ... 123


(17)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Kebutuhan hidup manusia meningkat seiring dengan berkembangnya zaman dan pola kehidupan masyarakat. Bukan hanya kebutuhan pokok yang perlu dipenuhi, tak jarang kita harus memenuhi sedikit banyak hal yang menjadi keinginan. Karena hal tersebutlah manusia berusaha untuk mendapatkan pemasukan finansial guna memenuhi semua kebutuhan dan keinginan tersebut. Dewasa ini banyak orang beranggapan bahwa dengan seseorang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi maka akan mendapatkan perkerjaan disertai penghasilan yang layak bahkan besar nilainya. Karena hal tersebut banyak orang yang mencari pekerjaan agar sukses dan mendapatkan kebahagiaan. Untuk mencapai kesuksesan tersebut, biasanya seseorang akan mencoba dengan mulai memahami minat, bakat, peluang-peluang juga pengaruh dari lingkungan. Layanan Bimbingan Karier merupakan layanan yang berusaha untuk mendekatkan antara bakat, minat, peluang-peluang juga pengaruh dari lingkungan dengan pekerjaan yang ada.

Bimbingan dan Konseling Karier menurut Mamat Supriatna (2010: 2) sejatinya memiliki tujuan untuk membantu perkembangan individu agar memiliki berbagai macam kemampuan, yaitu memahami dan menilai diri, menyadari dan memahami nilai-nilai yang ada, mengetahui lingkungan pekerjaan yang berhubungan dengan potensi diri, menemukan dan dapat mengatasi hambatan, merencanakan masa depan serta membentuk pola-pola karier.


(18)

Membuat pilihan karier merupakan salah satu cara untuk mewujudkan tujuan-tujuan yang sudah dipaparkan tadi. Pilihan karier menurut Donald E. Super (dalam Dewa Ketut Sukardi, 1987:36) merupakan pernyataan kepribadian seseorang. Dari pendapat tersebut bisa diartikan bahwa karier seseorang akan merepresentasikan bagaimana kepribadiannya. Mereka yang memiliki minat pada bidang kesehatan akan banyak mempelajari ilmu pada bidang tersebut dan memiliki pekerjaan dalam bidang kesehatan. Atau bagi sebagian orang yang memiliki minat pada bidang ekonomi, memiliki keinginan untuk menjadi ekonom di masa depan.

Pilihan karier seseorang mendorong mereka untuk menjadi seorang karyawan atau pegawai di perusahaan-perusahaan ternama yang sesuai dengan minatnya juga untuk mendapatkan pengakuan di lingkungan sosial atau mendapatkan penghasilan finansial yang tinggi bahkan kebahagiaan. Untuk itu, mereka berlomba-lomba mengikuti seleksi pekerjaan agar dapat memasuki perusahaan yang mereka inginkan.

Jumlah penduduk yang meningkat dan kesempatan lapangan pekerjaan yang tidak seimbang, menyebabkan angka pengangguran di Indonesia cukup tinggi termasuk penganggur terdidik lulusan perguruan tinggi. Dari Berita Resmi Statistik No. 103/11/Th. XVIII yang dirilis 5 November 2015 oleh Badan Pusat Statistik tentang keadaan ketenagakerjaan pada bulan Agustus 2015, menunjukan bahwa Tingkat Pengangguran terbuka (TPT) pada bulan Agustus 2015 sebesar 6,18 persen angka tersebut mengalami peningkatan dari bulan Februari 2015 yaitu 5,81 persen atau mengalami peningkatan sebanya 110 ribu orang dibandingkan


(19)

Februari 2015. Pada kenyataannya, memang masih banyak diantara mahasiswa saat ini yang berorientasi melamar pekerjaan pada perusahaan untuk menjadi karyawan/orang gajian bermodalkan keterangan lulus dan IPK dari perguruan tinggi. Padahal, masih ada cara lain yang tidak menggantungkan nasib lewat gelar yang didapat di perguruan tinggi. Menjadi wirausahawan atau pengusaha adalah salah satu cara yang bisa dilakukan untuk memiliki sebuah usaha, pekerjaan bahkan penghasilan tanpa harus mengandalkan gelar. Dengan mewujudkan mimpi dengan berusaha untuk menjadi wirausaha atau pengusaha sukses maka akan menumbuhkan, mengembangkan serta mewariskan usaha yang digeluti kepada anak bahkan cucu.

Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki banyak potensi untuk mengembangkan usaha. Dari berbagai macam sektor, satu diantaranya adalah bidang industri pakaian serta kebudayaan. DIY dikenal sebagai kota dengan budaya yang sangat kental. Bukan hanya situs bersejarah yang menarik perhatian, dan menjadi destinasi liburan, namun ragam kuliner dan kegiatan berbelanja batik selalu menjadi incaran para wisatawan.

Di tahun 2009 Indonesia bisa bernafas lega, karena meskipun banyak juga negara yang memproduksi kain dan motif sejenis batik, namun di tahun tersebut United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) menobatkan batik Indonesia sebagai warisan pusaka dunia tinggi [Hal tersebut dilansir dari m.tempo.com (1/2016)]. Daya tarik batik juga mendorong kesuksesan para pengusaha batik. Usaha batik yang ditemukan saat ini banyak yang


(20)

merupakan usaha turun-temurun. Tidak tanggung-tanggung, kesuksesan pengusaha batik bahkan dirasakan tidak hanya pada generasi pertama.

Kesuksesan dalam berwirausaha batik dirasakan oleh Indri Herwahyuni yang memulai usaha batik saat melanjutkan studi di perguruan tinggi. Galeri batik bernama Luwes Putra yang terletak di Kota Yogyakarta merupakan usaha turun temurun dari orang tuanya yang sudah dikelola sejak tahun 2000 sebelum kelulusan studinya di perguruan tinggi [Hal tersebut dilansir dari mybussiness.id (9/2016)]. Tidak hanya pengusaha batik asal Kota Yogyakarta, kesuksesan batik turun-temurun juga dirasakan oleh pengusaha batik asal Cirebon kelahiran 12 Juni 1953 bernama Edi Baredi dan diketahui merupakan generasi ketiga dari usaha batik turun temurun yang dijalaninya saat ini. Edi Baredi menuturkan bahwa menjadi pengusaha batik sekedar meneruskan usaha orang tuanya. Galeri batik bernama Kampoeng Batik Traditional Cirebon miliknya, diketahui sudah dijalani keluarganya selama 36 tahun [Hal tersebut dilansir dari bandung.bisnis.com (10/2013)]. Satu lagi yang juga pengusaha batik dari Kota Cirebon, merupakan kakak beradik bernama Dina Rosdiana berusia 27 tahun beserta sang kakak bernama Efi Utayati berusia 41 tahun. Keduanya diketahui merupakan generasi ketiga dari turun temurun usaha batik keluarganya. Dari penuturan Dina diketahui bahwa Dina dan kakaknya sudah terbaisa dan mengenal batik sejak kecil. Sejak kecil, Dina dan Efi sudah dididik dan diajari bagaimana cara membuat batik tulis khas Cirebon dari kerdua orang tuanya. Kesuksesan usaha batik turun temurunnya dapat dilihat dari hasil ritel, jualan online shop serta dari hasil pameran-pameran


(21)

yang dapat mencapai kurang lebih 100juta-an per bulannya [Hal tersebut dilansir dari news.indotrading.com (8/2016)].

Dari cuplikan artikel-artikel tadi, usaha yang sudah dijalankan turun-temurun menjadi kunci kesuksesan yang dicapai. Namun ternyata, terdapat juga para pengusaha batik yang sukses meskipun tidak ada turunan dalam bidang usaha batik. Seorang warga Papua asli yang bernama Jimmy Affar berhasil mengembangkan “Batik Papua”. Pada tahun 2007, Jimmy mulai mempelajari seni membatik. Jimmy menuturkan, pernah belajar ke Pekalongan selama empat bulan untuk belajar menggunakan canting dan mengolah warna. Hasil belajarnya kemudian ditularkan pada warga di Papua, hingga saat ini Jimmy sudah memiliki 15 tenaga kerja dan 40 orang masyarakat binaan dari pelatihan membatik. Dalam satu bulan, Jimmy mengaku, usaha batiknya dapat mencapai omzet sektiar Rp.13,5 juta [Hal tersebut dilansir dari finance.detik.com (03/2015)]. Kesuksesan pengusaha batik lainnya juga dirasakan oleh Dea Valencia Budiarto, yang memulai usaha batiknya sejak berumur 16 tahun. Usaha batiknya bukan turun temurun usaha keluarga, melainkan benar-benar dipelajarinya dari mulai membuat design dan juga memasarkan batiknya secara online. Pekerjanya selalu bertambah seiring penghasilannya yang terbilang fantastis di usia muda yang mencapai Rp. 3,5 Milyar per tahun, atau sekitar Rp. 300 juta per bulannya [Hal tersebut dilansir dari beritasatu.com (01/2014)]. Cuplikan kedua artikel tadi menunjukkan bahwa terdapat juga pengusaha batik yang sukses bukan dari usaha turun temurun keluarga.


(22)

Diantara kesuksesan wirausaha batik turun temurun dan wirausaha batik yang sukses tanpa ada keturunan, peneliti tertarik pada kesuksesan wirasuaha batik turun temurun. Kuehl (dalam Jurnal Magnuson & Shaw, 2003: 45) menyatakan bahwa:

“Genograms provide graphic annals of families’ membership, characteristics and interpersonal relationship. They reflect the transmission of family patterns from generation to generation”.

dari pernyataan tersebut terlihat bahwa dengan dengan menganalisa Genogram sebuah keluarga maka memungkinkan untuk melihat influence yang diberikan generasi ke generasi. Dengan melakukan analisa pada genogram tersebut, besar kemungkinan dapat mengamati regenerasi pada sebuah keluarga sebagai bagian dari pilihan karier generasinya. Seiring dengan hal tersebut, Okiisi menggunakan Genogram dalam bidang Akademik dan Konseling Karier. Okiishi (dalam Jurnal Magnuson & Shaw, 2003: 50) menggunakan Genogram untuk mengeksplorasi pengaruh, nilai-nilai, life role, strategi pengambilan keputusan dan penghalang atau rintangan menuju kesuksesan dalam konteks konseling karier. Masih mengenai genogram McGoldric & Gerson (dalam Jurnal Magnuson & Shaw, 2003: 45) menyatakan“Genograms chronicle families and major elements of their histories over a minimum of three generation”. Hal tersebut menyatakan bahwa analisa Genogram pada sebuah keluarga yang dilakukan minimal pada tiga generasi dapat digunakan untuk mengidentifikasi regenerasi pada keluarga tersebut.

Dari beberapa observasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti di beberapa kawasan pengrajin batik di DIY, rata-rata perusahaan batik


(23)

dikembangkan oleh keluarga dan saat ini masih berada pada generasi kedua dan pada umumnya memiliki permasalahan yang sama, yaitu belum bisa atau kesulitan mewariskan usaha tersebut pada generasi ketiga.

Berangkat dari paparan tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengidentifikasi pilihan karier dengan menggunakan teknik genogram karier pada keluarga pengusaha batik di DIY yang minimal sudah dikelola selama tiga generasi. Tujuannya untuk melihat bagaimana pilihan karier dapat terbentuk sehingga alih kenerasi usaha keluarga wirausaha batik tulis di DIY dapat terwujud.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah dipaparkan. Peneliti menemukan beberpaa masalah secara lebih terperinci:

1. Masyarakat Indonesia banyak memiliki orientasi untuk menjadi pegawai, karyawan atau orang kantoran yang dibayar perusahaan sehingga jumlah wirausaha sangat rendah hanya 1,65 persen.

2. Jumlah penduduk Indonesia dengan kesempatan kerja tidak seimbang.

3. Tingkat Pengangguran Terbuka di Indonesia pada bulan Agustus 2015 sebesar 6,18 persen meningkat dibanding Februari 2015 yaitu 5,81 persen atau mengalami peningkatan sebanyak 110 orang.

4. Wirausaha batik yang tergolong berusia muda sekaligus terbilang pengusaha baru, masih kesulitan menjadikan usahanya turun temurun atau melakukan regenerasi. 5. Genogram karier bagi pengusaha batik belum diteliti, padahal dapat menjadi

upaya dalam menemukan cara regenerasi sebagai piihan karier pada pengusaha batik yang sudah turun temurun.


(24)

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang sudah diuraikan, maka peneliti melakukan batasan permasalahan pada regenerasi pengusaha batik di Daerah Istimewa Yogyakarta.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah, maka dapat dirumuskan masalah pada penelitian yaitu, bagaimana pilihan karier pengusaha batik DIY ditinjau dari genogram karier?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan memaparkan pilihan karier melalui studi Genogram Karier pada keluarga pengusaha batik.

F. Manfaat Penelitian

Terdapat dua manfaat pada penelitian ini, yaitu manfaat teoritis dan manfaat parktis.

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada pengembangan ilmu khususnya bidang Bimbingan dan Konseling, terutama dalam Genogram Karier. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi referensi bagi

2. Manfaat Praktis a. Bagi Pengusaha Batik

Sebagai pengetahuan mengenai Genogram Karier dalam keluarga yang penting sebagai upaya melestarikan usaha keluarga.


(25)

b. Bagi Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta

Dengan mengetahui analisa genogram karier pada pengusaha batik di DIY diharapkan menjadi masukan gambaran bagi pemerintah DIY mengenai regenerasi pengrajin batik di DIY. Dengan gambaran tersebut dapat direncanakan upaya penyuluhan agar pengusaha batik dapat lestari.

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Memberikan dasar dan gambaran kepada pengembangan penelitian mendatang dalam mengidentifikasi dan menganalisa Genogram Karier.

d. Bagi Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

Dengan penelitian ini, diharpakan dapat menyumbangkan pengetahuan ilmiah terhadap pengembangan ilmu psikologi pendidikan dan bimbingan dalam bidang karier khususnya tentang Genogram Karier pada keluarga pengusaha batik.


(26)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Pilihan Karier

Pilihan karier pada pengusaha batik DIY menjadi variabel yang dianalisis pada genogram karier. Dengan demikian, teori pilihan karier akan lebih dalam dibahas dalam sub-bab ini karena merupakan hal penting dalam melakukan tinjauan pada genogram karier subjek.

1. Pengertian Pilihan Karier

Pilihan karier tentunya sudah tidak asing lagi dalam dunia bimbingan dan konseling terutama bidang karier. Donald E. Super (dalam Dewa Ketut Sukardi, 1987:17) menjelaskan pengertian karier yaitu “.. the sequence of occupations,

jobs and positions occupied during the course of a person’s working life”. Dari

pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa karier merupakan serangkaian pekerjaan-pekerjaan, jabatan-jabatan dan kedudukan seseorang pada kehidupan dalam dunia kerja.

Pengertian lain mengenai karier diungkapkan oleh Crites (dalam Mohamad. Thayeb Manrihu, 1988: 15) yang mengungkapkan bahwa istilah karier merujuk dan mencakup sifat developmental dari pengambilan keputusan sebagai suatu proses yang berlangsung seumur hidup (lifelong). Karier akan selalu berkembang dari hasil pengambilan keputusan dan berlangsung seumur hidup manusia.

Diungkapkan pula oleh Hansen dan Keierleber (dalam Herr & Cramer, 1984: 14) bahwa “Career includes helping individuals make choices related to work,


(27)

Karier merupakan bagian dari menolong individu dalam membuat pilihan mengenai pekerjaan, pendidikan dan juga keterlibatan peran keluarga.

Lebih jauh, Raynor dan Entin (dalam Herr & Cramer, 1984: 14) menjelaskan mengenai pengertian karier, yaitu:

“A career is a both a phenomenological concept and a behavioral concept. It is the link between what a person does and how that consists of time-linked senses of self that are defines how one sees oneself in the context of one’s social environtment in terms of one’s future plans, one’s past accomplishments or failures and one’s present competences and attributes” Dijelaskan bahwa karier adalah hasil dari pengaruh alamiah dan tingkah laku serta kebiasaan individu. Keduanya menghubungkan antara apa yang dimiliki dan bagaimana hal tersebut mempengaruhi individu dalam melihat dirinya sendiri serta bagaimana individu tersebut melihat dirinya di lingkungan sekitarnya dalam merencanakan masa depan, menyelesaikan kegagalan dan berkompetisi serta bagaimana sifat atau atribut pada saat ini.

Brill (dalam Osipow: 1983: 37), seorang analysis yang memberikan perhatian penuh terhadap pilihan karier mengungkapkan bahwa “Vocational selection is one realm of behavior in which society permits an individuals to

combine the pleasure and reality principles”. Terlihat bahwa pilihan karier juga

merupakan salah satu bagian dari gabungan antara perilaku yang diakui oleh lingkungan individu serta pengalaman dan keadaan individu masa kini.

Pilihan karier merupakan hasil dari perjalanan individu yang dipengaruhi oleh lingkungan sosial sekitar termasuk juga kepribadian serta perilaku individu dalam pemilihan pekerjaan atau karier untuk masa depan individu tersebut yang merepresentasikan kepribadian dari individu.


(28)

2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pilihan Karier

Menurut Zunker (2012: 10) banyak faktor yang mempengaruhi pilihan karier, yaitu sebagai berikut:

a. Values b. Interests c. Ability d. Skills

e. Work-life Experiences

Dari lima faktor tersebut, Zunker (2012: 10) juga berpendapat bahwa masih banyak faktor lain dan berbagai persoalan-persoalan yang berhubungan yang tidak menutup kemungkinan dapat mempengaruhi pilihan karier. Perubahan keadaan ekonomi masyarakat juga akan memberikan dampak pada proses pemilihan karier. Zunker (2012: 10) berpendapat “… career choice is considered tentative from the standpoint that practically every choice involves some doubt about the credibility of the chosen career and that possibility that workplace changes may make it obsolete”. Dari pendapat Zunker, terlihat bahwa pilihan karier sesungguhnya sangatlah tentative, dan setiap pilihan memiliki kemungkinan-kemungkinan yang terjadi.

Menurut Zunker (2012: 10) “Career choice is also clouded by the search all of us experiences for self-identity and meaning in a world society that is drawing

closer together”. Faktor yang mempengaruhi terbentuknya pilihan karier

semakin beragam, termasuk pengalaman dalam mencari identitas diri dan arti kehidupan.

Pilihan karier adalah sebuah proses yang kompleks, banyak model yang dapat dilakukan dalam mengidentifikasi proses pemilihan karier. Beberapa ahli


(29)

memiliki pendapat tentang teori pemilihan karier tersebut sehingga ragam model pilihan karier semakin berkembang.

3. Teori-teori Perkembangan dan Pilihan Karier

Sejak tahun 1950-an para teoritisi mulai memberi pandangan developmental tentang pilihan karier. Berbagai macam pandangan mulai dikembangkan dan mulai banyak dikemukakan, teori-teori yang akan dibahas kali ini adalah dari beberapa ahli dan pada setiap teorinya mengemukakan berbagai macam faktor yang mempengaruhi pilihan karier sesuai dengan aspek yang ditekankan pada teori yang dimilikinya.

a. Teori pilihan karier Holland

Teori ini menjadi salah satu fokus peneliti karena pada pilihan karier sejatinya diwarnai dengan pengaruh dari lingkungannya. Holland (dalam Mohamad. Thayeb Manrihu, 1988: 56) berpendapat bahwa individu adalah produk bawaan dari lingkungannya. Dewa Ketut Sukardi (1987: 72) mengemukakan asumsinya bahwa teori Holland menganggap pemilihan pekerjaan yang terjadi pada subjek adalah hasil interaksi antara faktor bawaan dengan pengaruh budaya, teman, orang tua, serta orang lain yang dianggap memiliki peran yang penting.

Holland menyebutkan (dalam Mohamad Thayeb Manrihu, 1988: 57) perilaku seseorang ditentukan oleh interaksi antara kepribadiannya dan ciri-ciri lingkungannya. Pendapatnya mengenai individu merupakan produk bawaan lingkungannya, kemudian akan mendorong individu dalam preferensi-preferensi untuk jenis-jenis aktivitas tertentu yang pada akhirnya akan mengarahkan individu kepada tipe-tipe perilaku tertentu. Holland kemudian mengklasifikasikan enam


(30)

jenis tipe kepribadian dan juga enam tipe lingkungan kerja yang kemudian bersinergi menjadi orientasi individu dalam menentukan pilihan karier.

Holland (dalam Dewa Ketut Sukardi, 1987: 75-76) mengungkapkan terdapat enam tipe kepribadian yaitu:

1) Tipe kepribadian realistis 2) Tipe kepribadian intelektual 3) Tipe kepribadian sosial

4) Tipe kepribadian konvensional 5) Tipe kepribadian usaha

6) Tipe kepribadian artistik

Tipe realistis atau realistic, menurut Holland (dalam Dewa Ketut Sukardi, 1987: 75) memiliki kecenderungan untuk memiliki pekerjaan yang berorientasi pada lapangan. Holland juga menyebutkan (dalam Osipow, 1983: 83) bahwa “The realistic orientation is characterized by aggressive behavior, interest in activities requiring motor coordination, skill and physical strength and masculinity”. Diungkapkan bahwa, ciri-ciri individu dengan tipe kepribadian relistis yaitu mengutamakan keterampilan fisik, memiliki keahlian dan koordinasi motorik yang baik.

Tipe Intelektual atau Investigative diungkapkan oleh Holland (dalam Osipow, 1983: 83) bahwa “The investigative persons’ main characteristics are thinking rather than acting, organizing and understanding rather than dominating or persuading and asociability rather than sociability”. Tipe intelektual memiliki kecenderungan untuk menjadi pemikir daripada melakukannya, lebih cenderung untuk bernegosiasi dan bersikap asocial daripada bersosialisasi. Kegiatan individu yang memiliki tipe kepribadian ini menurut Holland (dalam Dewa Ketut Sukardi, 1987: 75) membutuhkan pemahaman tinggi.


(31)

Tipe sosial menurut Holland (dalam Mohamad Thayeb Manrihu, 1988: 58) merupakan tipe yang menyukai aktivitas-aktivitas yang melibatkan orang lain serta memiliki kecenderungan untuk membantu, mengajar atau memberikan bantuan. Beberapa ciri tipe sosial menurut Holland (dalam Dewa Ketut Sukardi, 1987: 75) adalah pintar bergaul dan berbicara, responsive, bertanggung jawab, memiliki rasa kemanusiaan, serta memiliki kemampuan verbal.

Holland mengemukakan (dalam Dewa Ketut Sukardi, 1987:76), individu dengan tipe kepribadian konvensional tergolong orang yang memiliki kecenderungan terhadap kegiatan verbal, menyukai bahasa yang tersusun baik, serta menyukai kejelasan dalam bekerja. Holland (dalam Osipow, 1983: 83) mengatakan bahwa: “The kind of person prefers structure and order and thus seeks interpersonal and work situations where structure is readily available”. Orang dengan tipe tersebut, menurut Holland lebih menyukai sesuatu hal yang sudah terstruktur dengan baik.

Tipe selanjutnya adalah tipe kepribadian usaha atau enterprising. Holland (dalam Mohamad. Thayeb Manrihu, 1988: 58) berpendapat bahwa individu yang termasuk kedalam tipe ini, cenderung seorang yang giat dan menyukai aktivitas-aktivitas yang berhubungan dengan memanipulasi atau organizing orang lain untuk memperoleh tujuan ekonomi serta tujuan-tujuan organisasi. Holland (dalam Dewa Ketut Suakrdi, 1987: 76) memberikan contoh pekerjaan yang mungkin diambil oleh tipe enterprising, yaitu sebagai seorang pedagang, manajer, pimpinan eksklusif perusahaan, dan pekerjaan-pekerjaan lain yang sejenis.


(32)

Tipe yang ke enam adalah tipe kepribadian artistic. Tipe ini menurut Holland (dalam Dewa Ketut Sukardi, 1987: 76) memiliki kecenderungan untuk berhubungan dengan orang lain, namun secara tidak langsung. Tipe artistik lebih menyukai menghadapi keadaan sektiarnya dengan cara mengeksprersikan diri, menghindari keadaan yang bersifat interpersonal serta keterampilan fisik.

Sealin tipe kepribadian, Holland juga mengatakan (dalam Dewa Ketut Sukardi, 1987: 77) bahwa sejatinya perilaku yang ada pada diri individu tergantung kepada dua hal, yaitu kepribadiannya serta lingkungan tertentu tempat individu tersebut tinggal. Terdapat enam model lingkungan menurut Holland (dalam Dewa Ketut Suakrdi, 1987: 77-79) yaitu:

1) Lingkungan realistis 2) Lingkungan intelektual 3) Lingkungan sosial

4) Lingkungan konvensional 5) Lingkungan usaha 6) Lingkungan artistic

Lingkungan realistis memiliki ciri tugas-tugas yang kongkrit, berkaitan dengan fisik serta secara langsung memberikan tantangan terhadap orang yang ada di lingkungan tersebut (dalam Dewa Ketut Sukardi, 1987: 77). Lingkungan intelektual atau investigative menurut Holland (dalam Dewa Ketut Suakrdi: 78) ditandai dengan berbagai tugas yang memerlukan berbagai kemampuan abstrak dan kreatif. Holland mengatakan (dalam Mohamad. Thayeb Manrihu, 1988: 60) dalam lingkungan tersebut mendukung sifat-sifat analitis, rasa ingin tahu, mandiri, teliti serta rasional. Lingkungan sosial dikemukakan oleh Holland (dalam Dewa Ketut Sukardi, 1987: 78) memiliki ciri membutuhkan kemampuan dalam menginterprestasi dan mengubah perilaku manusia, serta minat untuk


(33)

berkomuniaksi dengan orang lain. Sedangkan lingkungan konvensional menurut Holland (dalam Dewa Ketut Sukardi, 1987: 78) ditandai dengan berbagai macam tugas serta pemecahan amsalah yang memerlukan suatu proses informasi verbal dan matematis secara berkala, konkrit dan sistematis. Beralih pada lingkungan usaha atau enterprising, selain menuntut untuk memiliki kepribadian yang giat, lingkungan ini menurut Holland (dalam Dewa Ketut Sukardi, 1987: 78) memiliki berbagai macam tugas yang mengutamakan kemampuan verbal dan digunakan untuk mengarahkan dan mempengaruhi orang lain. Lingkungan selanjutnya adalah lingkungan artistik, Holland (dalam Dewa Ketut sukardi, 1987: 78) menandai lingkungan tersebut dengan berbagai macam tugas serta masalah yang membutuhkan interprestasi atau kreasi dalam bentuk-bentuk yang artistik melalui citarasa, perasaan serta imajinasi.

Dari enam tipe kepribadian serta enam tipe lingkungan menurut teori Holland yang sudah dipaparkan diatas, maka peneliti memutuskan untuk menggunakan teori Holland untuk mengidentifikasi kepribadian serta lingkungan subjek dalam melakukan pilihan karier.

b. Teori pilihan karier Anne Roe

Salah satu aspek pada pilihan karier yaitu pola hidup, dimana peneliti menaruh perhatian pada pola asuh orang tua dalam berinteraksi dengan anak menurut teori Anne Roe.

Lebih jauh, Anne Roe memiliki tiga asumsi tentang teori pilihan karier, yang pertama, Roe mengemukakan bahwa pengalaman-pengalaman pada masa kanak-kanak mungkin berhubungan dengan pilihan karier individu tersebut. Roe juga


(34)

menyangkutkan teori kebutuhan yang dimiliki Maslow dalam teori pilihan kariernya. Asumsinya yang ketiga adalah bahwa terdapat pengaruh genetik terhadap keputusan-keputusan karier serta perkembangan hierarki-hierarki kebutuhan.

Roe (dalam Mohamad. Thayeb Manrihu, 1988: 66) menyebutkan bahwa genetik setiap individu mendasari kemampuan-kemampuan dan minat-minat yang berhubungan dengan pilihan karier individu.

Maslow berasumsi bahwa kebutuhan-kebutuhan manusia bisa disusun dalam satu hirarki dengan kebutuhan akan kepuasan berada dalam jenjang kebutuhan lebih rendah, seperti rasa lapar, haus dan bernafas, serta kebutuhan yang levelnya lebih tinggi lagi adalah cinta, afeksi, pengetahuan dan aktualisasi diri.


(35)

Dalam Osipow (1983; 16) disebutkan “Genetic factors and need hierarchies combine to influence the selection of a vacation, as a part of their effect on the

total life pattern”. Faktor genetik dan hierarki kebutuhan-kebuthan secara

bersamaan mempengaruhi pilihan individu mengenai karier nya sebagai bagian dari pola kehidupan mereka. Keterkaitan keduanya memunculkan tiga proposisi, yaitu;

1) Kebutuhan yang selalu terpenuhi dan tidak menjadi unconscious motivators.

2) Kebutuhan untuk tingkat yang lebih tinggi, dalam hal ini merupakan kebutuhan aktualsiasi diri dalam hirarki kebutuhan Maslow, yang tidak akan muncul sama sekali jika jarang terpuaskan. Kebutuhan dengan tingkat rendah nantinya akan menjadi motivator yang dominan jika jarang terpuaskan. Maka, jika pada tingkatan rendah belum terpenuhi, nantinya akan menjadi motivator-motivator yang dominan dan akan menghalangi pemenuhan kebutuhan-kebutuhan yang lebih tinggi tingkatannya.

3) Kebutuhan yang terpuaskan atau terpenuhi setelah tertunda agak lama akan menjadi motivator yang tidak disadari dalam kondisi tertentu.

Kebutuhan-kebutuhan tersebut merupakan bagian dari perjalanan kehidupan sepanjang hayat individu sejak lahir hingga meninggal. Sudah dijelaskan sebelumnya bahwa perjalanan individu pada masa kanak-kanak dilihat dari kepuasan kebutuhan-kebutuhannya memiliki pengaruh pada pemilihan karier individu tersebut. Pada prakteknya Roe memberikan perhatiannya pada mengasuh anak serta cara orangtua berinteraksi dengan anak. Dalam Mohammad Thayeb


(36)

Manrihu (1988:68) penelitian yang dilakukan oleh Anne Roe tentang efek pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak terhadap penyesuaian diri, kreativitas, intelegensi, menyimpulkan bahwa iklim rumah tangga memiliki signifikansi bagi pilihan karier.

Roe menegaskan (dalam Dewa Ketut Sukardi, 1987: 85) bahwa arah pilih pekerjaan terutama ditentukan oleh kesan pertama (masa bayi dan kanak-kanak) yang menimbulkan kesan puas dan tidak puas dan kemudian berkembang menjadi kekuatan psikis yang mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan arah minat karier anak. Dapat diartikan bahwa dalam menentukan pilihan karier juga dipengaruhi oleh pengaruh eksternal dari anak dan tekanan sosial dari orang-orang disekitar individu tersebut memiliki peranan penting dan hubungan yang erat dengan pilihan karier.

Menurut Roe (dalam Mohamad. Thayeb Manrihu,1988: 69) kualitas interaksi awal orang tua pada anak akan menghasilkan perkembangan berbagai minat-minat serta berbagai pilihan karier. Kualitas interaksi yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1) dingin

Maksud dari kualitas interaksi orang tua ke anak yang dingin adalah menjauhi anak (avoidance of the child), yang kemudian terbagi menjadi dua macam, yaitu;

a) menolak: dingin dan bermusuhan. Orang tua menunjukkan kekurangan-kekurangan dan mengabaikan preferensi-preferensi serta pendapat dari anak (emotional rejection of the child).


(37)

b) mengabaikan: memberikan perawatan fisik secara minimum. Orang tua tidak memberikan afeksi, cenderung berperilaku dingin tetapi tidak menghina (neglect of the child).

2) hangat atau dingin

Pola asuh hangat atau dingin adalah orang tua memiliki konsentrasi emosional pada anak (emotional concentration on the child). Jenis pola asuh ini terbagi menjadi dua macam:

a) orang tua memberikan perlindungan berlebih-lebihan (cenderung hangat): terlalu baik, penuh kasih sayang, membolehkan sedikit kebebasan pribadi, dan melindungi dari yang menyakitkan (overprotecting).

b) Orang tua terlalu menuntut (cenderung dingin): menentukan standar-standar tinggi juga cenderung memaksa anak untuk mendapatkan prestasi akademik yang tinggi. Dalam bentuk lain yang lebih ekstrim, bahkan orangtua cenderung menolak (overdemanding).

3) hangat

Pola asuh hangat yaitu orang tua melakukan penerimaan terhadap anak. Menurut Roe (dalam Mohamad. Thayeb Manrihu, 1988: 70) pola asuh ini terbagi menjadi dua jenis, yaitu:

a) begitu saja (casual): sedikit kasih sayang berfikir responsif saat pikiran tidak kacau, tidak ambil pusing tentang anak, membuat beberapa peraturan tapi tidak melaksanakannya (casual acceptance of the child).


(38)

b) penuh kasih (loving): memberikan perhatian hangat dan penuh kasih sayang, membantu dengan rancangan-rancangan, menggunakan penalaran bukan dengan hukuman dan mendorong independensi (loving acceptance)

Pada implementasinya, cara orang tua mengasuh anak, berinteraksi dengan anak, struktur kebutuhan yang dipenuhi, dan orientasi orang tua yang mendekat atau menjauhi anak akan diterjemahkan kedalam berbagai bidang serta tingkat klasifikasi dari karier tersebut .

Menurut Roe (dalam Dewa Ketut Sukardi, 1987: 63) berbagai bidang serta tingkat klasifikasi karier adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Tingkat Klasifikasi Karier Ann Roe

Dari bidang yang sudah dipaparkan tadi, Roe (dalam Herr and Cramer, 1984: 115) membagi keseluruhan bidang kedalam 2 grup, yaitu person orientation (group I, II, III, VII, and VIII) dan things orientation or non person orientation (groups IV, V, VI).

Fields

Levels I. Pemberi Layanan (Service)

II. Usaha/Dagang (Business Contact)

III. Organisasi (Organizations) IV. Teknologi (Technology)

V. Pekerjaan Lapangan (Outdoor) VI. Pengetahuan (Science)

VII. Budaya (General culture) VIII. Seni dan Pertunjukan (Arts and

Entertainment)

I. Professional and Managerial (1)

II. Professional and Managerial (2)

III. Semiprofessional, Small Business

IV. Skilled V. Semiskilled VI. Unskilled


(39)

Melihat kualitas-kualitas interaksi antara anak dan orang tua tersebut, terdapat beberapa kemungkinan dari dampak pola interkasi yang berkaitan dengan bidang yang akan diambil anak. Roe (dalam Dewa Ketut Sukardi, 1987: 63) menjelaskan bahwa anak yang berasal dari orang tua dengan pola interaksi yang kurang memberikan perhatian, menolak ataupun mengabaikan pendidikan anak maka memiliki kecenderungan bersifat agresif dan memungkinkan akan membawa pilihan karier anak pada things orientation or non person orientation. Sedangkan anak yang datang dari orang tua dengan pola interaksi yang hangat dan menjadi pusat perhatian orang tua, akan memiliki pola berpikir dan sikap yang cenderung dapat membina posisi dirinya dengan orang lain. Sehingga, menurut Roe (dalam Dewa Ketut Sukardi, 1987: 63) anak akan memiliki kecenderungan untuk mengembangkan orientasi karier pada person orientation.

Dalam teorinya, Roe banyak membahas tentang peran keluarga dalam mempengaruhi pilhan karier individu. Interaksi antara orang tua dan anak akan sangat mempengaruhi pilihan karier anak di masa yang akan datang. Pola asuh orang tua sangat diperhatikan oleh Roe khususnya dalam pengaruh pemilihan karier anak tersebut di masa yang akan datang. Roe juga memperhatikan teori kebutuhan dari Abraham Maslow, di mana orang tua sebagai agen primer dalam memberi influence terhadap pemilihan karier anak, memiliki peran yang sangat penting. Yang paling utama adalah orang tua dapat memenuhi setiap kebutuhan-kebutuhan anak di tiap tahapanya sesuai dengan yang terdapat dalam teori Maslow. Karena kepuasan dan ketuntasan setiap tingkatan dalam teori yang


(40)

dicetuskan Maslow, menurut Roe juga akan mempengaruhi pemilihan karier individu.

Berdasarkan paparan tadi, yang berhubungan dengan penelitian ini adalah hubungan kualitas interaksi orang tua dengan anak dengan bidang pilihan karier anak. Peneliti akan menggunakan klasifikasi kualitas interaksi orang tua yang dingin, hangat atau dingin serta hangat.

c. Teori pilihan karier Trait and Factor

Menurut Herr & Cramer (1984; 90) dalam pendekatan Trait and Factor melihat individu sebagai pola-pola dari sifat, seperti minat, bakat, prestasi/ pencapaian, dan juga karakter dari kepribadiannya yang bisa diidentifikasi melalui alat-alat pengukuran objektif berupa tes-tes atau inventori-inventori psikologis kemudian dibuat profilenya untuk menggambarkan potensi individu tersebut. Dalam Herr & Cramer (1984; 92) mengatakan bahwa:

“… trait and factor approaches maintain that choice is primarily conscious and cognitive. Choice occurs not only as a function of relating an individual’s traits to the characteristics of alternatives but also as a function of complex interaction between the person’s developmental history and environment.” Dalam pendekatan trait and factor, pilihan merupakan bagian dari kesadaran dan kognitif. Membuat sebuah pilihan tidak hanya hasil dari hubungan antara sifat individu dan berbagai alternative yang tersedia, namun juga merupakan hubungan antara hasil dari interaksi antara masa lalu serta lingkungan individu tersebut. Dalam review yang dikemukakan oleh Herr & Cramer (1984; 92-97) Berikut ini merupakan beberapa hal yang memiliki keterkaitan antara sifat dan pilihan karier:


(41)

1) ability

Bakat yang dimiliki individu memiliki korelasi yang tinggi pada success training dari pada dengan success in work performance. Juga terdapat hubungan antara kemampuan seseorang dan keahlian dalam memilih pekerjaan.

2) need and interests

Dalam penelitian yang dilakukan pada kebutuhan, minat karier dan curricula areas ditemukan bahwa jenis kepribadian dari siswa memiliki keterkaitan dengan pilihan karier mereka.

3) stereotypes and expectations

Dalam membuat pilihan karier, individu mungkin harus melihat keadaan lingkungan sekitar dan juga perasaan mereka terhadap kebutuhan serta ekspektasi. Kedua hal tersebut sudah seperti stereotypes dari perkerjaan dan merupakan dasar dalam memilih karier.

4) significant others

Orang dewasa, guru dan orang tua memiliki peran dalam mempengaruhi rencanan karier bahkan pilihan karier individu. Karena dalam sebuah penelitian yang dilakukan Day pada tahun 1966 (dalam Herr and Cramer, 1984: 94) menemukan bahwa sebagian siswa menjadikan gurunya sebagai model dalam memilih karier, kemudian guru juga memberikan banyak pengarahan sekaligus memiliki pengaruh dalam membantu membuat rencana karier.


(42)

5) values

Keterkaitan antara nilai yang dimiliki individu dengan pilihan kariernya adalah cause-effect. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan Underhill tahun 1966 (dalam Herr and Cramer, 1984: 95) ditemukan hasil yang sangat substansial, bahwa nilai yang dimiliki akan menentukan pilihan karier atau bahkan sebaliknya

6) residence

Luasnya komunitas seorang individu akan mempengaruhi tipe pilihan karier yang dibuat.

7) family

Pengaruh yang diberikan oleh keluarga termasuk dari pola asuh dan tingkat sosial ekonomi individu akan memberikan efek terhadap pilihan karier serta kematangan karier seseorang.

8) adjustment

Kemampuan penyesuaian psikologis individu secara umum mempengaruhi pemilihan kariernya. Pola perkembangan karier dari individu yang emosionalnya terganggu tidak akan sebaik individu yang memiliki emosional yang terkontrol dengan baik. Dari penelitian yang dilakukan pada tahun 1976 oleh Heath (dalam Herr and Cramer, 1984: 96) menunjukan bahwa kedewasaan pada tahap adolescence and adulthood memiliki pengaruh pada karier. Maka terlihat bahwa pilihan karier individu akan lebih relaistis pada usia yang matang.


(43)

9) risk Taking

Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Burnstein, 1963; Mahone, 1960; dan Morris 1966, (dalam Herr and Cramer, 1984: 97) ditemukan bahwa tingkat resiko yang diambil memiliki peran dalam pemilihan karier. Begitu juga hasil penelitian yang dilakukan oleh Witmer dan Stewart di tahun 1972 (dalam Herr and Cramer, 1984: 97) mengemukakan bahwa mengambil resiko pada pilihan yang dibuatnya dapat memperlihatkan bagaimana tingkat individu tersebut terbuka terhadap pengalaman-pengalaman baru dan penolakan individu. Keduanya akan menunjukan bagaiamana kepercayaan diri individu dalam menerima serta menyesuaikan diri dengan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi. 10) Aspirations

Tingkat kemampuan menyampaikan aspirasi atau memiliki cita-cita pada setiap individu memiliki pengaruh pada piihan kariernya. Tingkat seseorang dalam memiliki cita-cita mempengaruhi juga pada tingkat harga dirinya.

Pada teori trait and factor individu memiliki piihan karier adalah karena kemampuan kognitif dan pengaruh interaksi dari luar. Selain dari lingkungan, pengalaman terdahulu individu tersebut juga akan mempengaruhi pemilihan kariernya. Berdasarkan faktor pilihan karier yang harus dimiliki menurut teori trait and factor, yang memiiki hubungan dengan penelitian ini terdapat pada point; (a) ability (b) need and interests (c) significat others (d) values dan (e) family.


(44)

Dari ketiga teori yang sudah dipaparkan oleh peneliti; Ginzberg, Roe dan Trait and Factor, maka peneliti akan menggunakan ketiga sebagai pendukung dari hasil analisis genogram karier. Pada teori Ginzberg, peneliti akan menggunakan periode tentatif dan periode realistik pada subjek, sedangkan pada teori Roe, peneliti akan menggunakan kualitas interaksi serta kemungkinan bidang karier yang akan diambil oleh anak. Pada teori Trait and Factor, peneliti akan menilik pada poin ability, need and interests, significant other, values dan family; peneliti akan menggali bagaimana bakat, minat, orang-orang terdekat dan nilai-nilai yang dimiliki oleh subjek serta pengaruh yang diberikan poin ketiga yaitu family. B. Genogram Karier

1. Pengertian Genogram

Genogram secara istilah berasal dari dua kata, yaitu gen (unsur keturunan) dan gram (gambar atau grafik). Dalam bahasa Indonesia, genogram dapat diartikan secara singkat sebagai silsilah keluarga.

Istilah genogram sebelumnya banyak ditemukan dalam terapi keluarga. Muray Bowen menempatkan metode genogram sebagai dasar dari sebuah teori untuk membuat diagram dalam “underlying emotional processes in the family” namun dalam perjalanannya juga digunakan sebagai diagnostic and therapeutic tool.

McGoldrick (dalam Abatemarco, Kairys, Gubernick & Hurle, 2012) mengungkapkan “Genograms are assessment tools used to document familial relationship and histories and to look for patterns of family interaction”. Diungkapkan bahwa genogram merupakan sebuah alat untuk melakukan


(45)

assessment dalam melihat hubungan antar anggota keluarga serta history dan melihat bagaimana pola interaksi dalam keluarga tersebut.

Kuehl (dalam Jurnal Magnuson & Shaw, 2003: 45) menambahkan bahwa:

Genograms provide graphic annals of families’ mempership,

characteristics, and interpersonal realtionships. They reflect the transmission of family patterns from generation to generation.”

Genogram akan menujukan bagaimana catatan sejarah dari sebuah keanggotaan, karakteristik dan hubungan antar anggota keluarga tersebut. Catatan tersebut juga akan merefleksikan transmisi pola keluarga atau bagaimana tiap generasi dapat memberikan pengaruh atau influence dari generasi ke generasi lainnya.

Thomas menambahkan (dalam Jurnal Magnuson & Shaw, 2003: 47) bahwa: “Genograms potray and explicite recurring symptomps; relational patterns; chronology and relationships of events; and responses to loss, change, or developmental transitions. Broader inquiry can include additional manifestations of cultural influence related to ethnicity, race, immigrations and acculturation, social class, gender, religion and spirituality, and worldview”

Lebih lengkap Thomas menyebutkan bahwa genogram akan memperlihatkan banyak sekali pola, respon individu, bahkan manisfestasi-manifestasi pada individu.

McGoldrick & Gerson (dalam Magnuson & Shaw, 2003: 45) juga menyebutkan “Genograms chronicle families and major elements of their histories over minimum of three generation”. Untuk melihat catatan atau sejarah dari sebuah keluarga dan unsur-unsur utama yang ada dalam sejarah keluarga tersebut, paling tidak harus dilakukan pada tiga generasi.

Secara singkat dapat disimpulkan bahwa dengan melihat genogram keluarga, maka akan memperlihatkan bagaimana interaksi antar anggota keluarga tersebut,


(46)

serta melihat pola dalam keluarga yang dilakukan pada tiga generasi. Maka, genogram dapat dikatakan sebuah alat untuk membantu proses konseling karier dalam mengungkap historical tiga generasi sebuah keluarga dalam bidang karier. 2. Aspek-aspek dalam Genogram Karier

Dalam bidang kesehatan dan pendidikan, genogram digunakan dalam memprediksi kemungkinan-kemungkinan yang menjadi dasar pikiran atau alasan terjadinya sesuatu hal terhadap individu dilihat dari pengaruh gaya hubungan antar keluarganya dari generasi ke generasi.

Sudah diungkapkan juga sebelumya, bahwa anggota keluarga dari generasi ke generasi menjadi peran yang penting dalam mempengaruhi berbagai hal dalam kehidupan individu. Termasuk dalam membuat pilihan karier.

Menurut Mamat Supriatna (2010: 62), asumsi yang mendasar digunakanya genogram karier dalam konseling adalah karena dalam identifikasi perencanaan hingga pemilihan karier terdapat pengaruh dari orang lain yang sangat berarti bagi individu.

Rae Wiemers Okiishi (dalam Mamat Supriatna dan Ilfiandra, 2006) menyebutkan bahwa orang yang berarti bagi individu adalah guru, teman sebaya dan orang tua yang berpengaruh terhadap perkembangan dan harapan atau ekspektasi karier individu tersebut.

Okiishi (dalam Mamat Supriatna dan Ilfiandra, 2006) menggunakan genogram karier sebagai salah satu cara untuk mengeksplorasi pengaruh, nilai, life roles, strataegi pengambilan keputusan dan rintangan yang memungkinkan terjadi dalam mencapai kesuksesan dalam konseling karier.


(47)

Okiishi (dalam Magnuson & Shaw, 2003:50) menggunakan genogram karier untuk melihat 3 hal yaitu;

a. Konstruksi dari genogram

b. Perjalanan karier setiap anggota keluarga

c. Eksplorasi dari pengaruh role model dalam sudut pandang, career values dan related construct.

Moon, Coleman, McCollum, Nelson dan Hensen-Scott (dalam Magnuson & Shaw, 2003: 50) mengadaptasi penggunaan genogram karier untuk menguji keputusan karier dan antisipasi dalam perubahan karier. Jika dihubungkan dengan hal tersebut, dapat dilihat dari teori Bowenian dan teori Super tentang life span perspective of career development, bahwa keduanya mengilustrasikan penggunaan genogram dalam menerangkan dan menguji gender roles, pola pengambilan keputusan, career related values dan berbagai macam isu-isu karier yang terjadi pada setiap generasi dalam sebuah keluarga.

Penggunaan genogram karier dirasa efektif dalam menganalisis bagaimana pengaruh keluarga dan orang lain yang berarti dalam perkembangan karier individu khususnya pilihan karier . Analisis genogram karier individu dapat dilakukan dengan wawancara untuk melihat berbagai aspek. Hal-hal yang dapat dianalisis menurut Mamat Supriatna (2010: 63) adalah sebagai berikut:

a. Isi pengamatan diri

b. Pemahaman lingkungan atau dunia kerja c. Proses pembuatan keputusan

d. Model-model pola hidup dan e. Model-model karier.

Mamat Supriatna (2010: 63) juga menjelaskan tentang berbagai macam bidang yang dapat didiskusikan dalam penggunaan genogram karier, yaitu:


(48)

a. Keberhasilan anggota keluarga sebagai pasangan, orang tua, karyawan, teman dan saudara

b. Peningkatan atau penurunan mobilitas yang berkaitan sebagai anggota keluarga yang telah memiliki karier

c. Waktu, ruang, uang dan hubungan yang dikelola di dalam serta di luar keluarga dan

d. Integritas setiap orang dalam macam-macam peranan yang berbeda.

Berdasarkan pernyataan diatas, secara spesifik peneliti akan menggunakan metode genogram karier melalui perspektif Mamat Supriatna (2010: 63). Diungkapkan bahwa dengan melakukan analisis genogram karier dapat melihat berbagai macam aspek yaitu:

a. Isi pengamatan diri

b. Pemahaman lingkungan atau dunia kerja c. Proses pembuatan keputusan

d. Model-model pola hidup dan e. Model-model karier.

Isi pengamatan diri atau pengetahuan dan pemahaman subjek terhadap dirinya merupakan citra dari diri subjek (dalam Dewa Ketut Sukardi, 1987: 32). Aspek-aspek yang dapat diamati untuk mengetahui gambaran tentang pribadi subjek menurut Dewa Ketut Sukardi (1987: 32) adalah kemampuan kerja/ bakat, minat kebutuhan hidup dan nilai-nilai. Nilai-nilai dalam kehidupan sangatlah beragam menurut Sparanger (dalam Jazim Hamidi & Mustafa Lutfi, 2010: 67) berbagai macam nilai adalah sebagai berikut:

a. Nilai pengetahuan (terkait permasalahan edukasi/ empiris) b. Nilai sosial (terkait hubungan antar manusia)

c. Nilai ekonomi (terkait keuangan, dagang dan ekonomi mqasyarakat) d. Nilai kekuasaan (terkait kepemilikan)

e. Nilai estetis (terkait budaya;/ tradisi)


(49)

Mamat Supriatna (2010: 63) juga menyebutkan, pemahaman lingkungan atau dunia kerja menjadi aspek yang dapat diungkap dalam analisis genogram. Pemahaman tentang dunia kerja menurut Dewa Ketut Sukardi (1987: 32) adalah sebagai berikut:

a. Persyaratan penerimaan dalam dunia kerja b. Sifat suatu lapangan kerja

c. Situasi pekerjaan (meliputi aspek sosial, fisik dan administrasi) d. Masa depan suatu pekerjaan

e. Organisasinya

f. Gaya hidup dalam jabatan tersebut g. Sosial ekonomi keluarga

h. Lingkungan hidup i. Relasi

j. Kesempatan kerja

Aspek ketiga yang termasuk dalam analisa genogram yang diperhatikan oleh Mamat Supriatna (2010) adalah pembuatan keputusan. Pembuatan keputusan menururt Sukardi (1987: 33) dilakukan dengan rasional dan realistis dengan beberapa langkah sebagai berikut:

a. Mengumpulkan informasi, klarifikasi jabatan, analisa jabatan, pemahaman mengenai berbagai faktor yang dapat mempengaruhi karier.

b. Memahami tentang porensi diri (bakat, minat, pengetahuan, keterampilan, sikap-sikap dan nilai-nilai.

c. Melakukan pilihan pekerjaan atau jabatan yang bersifat sementara

d. Merencanakan langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam memasuki pekerjaan yang dipilihnya termasuk pada studi lanjutan

e. Berusaha menambah pengetahuan mengenai perkembangan dari dunia kerja, kebutuhan masyarakat serta tenaga kerja.

Aspek keempat yang juga digaris bawahi adalah model pola hidup. Model pola hidup yang diadaptasi oleh peneliti adalah dari orang tua, sehingga lebih jauh mengenai pola interaksi orang tua dan pengaruhnya terhadap anak menurut teori Ann Roe akan dijelaskan pada sub-bab selanjutnya.


(50)

Aspek terakhir yang diulas oleh Mamat Supriatna (2010: 63) adalah model karier. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan sebuah gagasan yang dikemukakan oleh Gauntlett (2008: 4-5) mengenai enam jenis model karier yang seluruhnya memiliki karakteristik berbeda. Keenam jenis tersebut menurut peneliti termasuk pada model karier, lebih jauh dijelaskan sebagai berikut:

a. The ‘straight forward success’ role model

b. The ‘triumph over difficult circumtances’ role model

c. The ‘challenging stereotypes’ role model

d. The ‘wholesome’ role model

e. The ‘outside’ role model

f. The family role model

Keenamnya memiliki ciri yang berbeda, the ‘straight forward success’ role mode merupakan orang yang sukses dalam pekerjaannya atas dasar pilihannya sendiri. The triumph over difficult circumtances role model adalah orang-orang yang dapat mengatasi kesengsaraan hidupnya agar mendapat kesuksesan. The challenging stereotypes role model merupakan orang yang memiliki keterbatasan atau disabilitas dan sukses dalam pekerjaannya. The wholesome role model merupakan role model yang muncul dari generasi sebelumnya, yaitu dari generasi yang lebih tua yang memberikan contoh kepada anak-anaknya. The outside role model, merupakan seorang pahlawan bagi orang-orang yang juga mengalami kondisi sosial yang konvensional. The family role model yaitu hasil melihat atau mengamati anggota keluarga individu atau bahkan keluarga lain sehingga menjadikannya model karier.

Dari aspek tersebut dan rinciannya, maka peneliti memutuskan untuk menggunakan aspek genogram karier menurut Mamat Supriatna (2010: 63) yang


(51)

juga sesuai dengan kultur masyarakat Indonesia khususnya Yogyakarta pada pengusaha batik yang bertindak sebagai subjek penelitian.

C. Kewirausahaan Menjadi Pilihan Karier yang Diwariskan

Istilah kewirausahaan menurut Raymond W. Y (dalam Rambat Lupiyoadi, 2007:4) adalah suatu proses dalam menciptakan sesuatu yang baru (kreasi) dan membuat sesuatu yang berbeda dari yang sudah ada (inovasi). Kewirausahaan tersebut pada dasarnya bertujuan untuk mencapai kesejahteraan individu dan nilai tambah bagi masyarakat.

John Kao (dalam Leunardus Saiman, 2009; 41) mendefinisikan kewirausahaan atau entreprenurship sebagai berikut:

“Entrepreneurship is the attempt to create value through recognition of business opportunity, the management of risk taking appropriate to the opportunity and through the communicative and management skills to mobilize human, financial and material resources necessary to bring a project to fruition”

Dapat diartikan bahwa kewirausahaan adalah usaha dalam menciptakan nilai melalui pengenalan kesempatan bisnis, menajamen pengambilan resiko yang tepat melalui keterampilan komunikasi dan kemampuan manajemen dalam memobilisasi manusia, uang dan bahan baku atau sumber daya lain yang memiliki kemungkinan untuk menhasilkan proyek agar terlaksana dengan baik.

Seiring dengan pernyataan tersebut, dalam Instruksi Presiden RI No. 4 tahun 1995 yang diakses lewat situs Badan Pembinaan Hukum Nasional juga disebutkan bahwa:

“Kewirausahaan adalah semangat, sikap, perilaku dan kemampuan seseorang dalam menangani usaha dan atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan, menerapkan cara kerja, teknologi dan produk baru dengan


(52)

meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan atau memperoleh keuntungan yang lebih besar.”

Menurut Coulter (dalam Yuyus Suryana dan Kartib Bayu, 2010; 25) juga mengungkapkan bahwa kewirausahaan sering dikaitkan dengan proses, pembentukan atau pertumbuhan suatu bisnis baru yang berorientasi pada pemerolehan keuntungan, penciptaan nilai, dan pembentukan produk atau jasa baru yang unik dan inovatif.

Sejauh ini dapat disimpulkan bahwa kewirausahaan atau entrepreneurship merupakan sebuah proses dalam memberikan nilai lebih kepada sebuah barang atau jasa bahkan mencuptakan kreasi baru dalam upaya memajukan kesejahteraa masyarakat. Sedangkan wirausaha merupakan orang yang melakukan kegiatan kewirausahaan tersebut dan memiliki sikap serta sifat yang mandiri, kreatif, inovatif serta gigih dan mewujudkan setiap peikirannya menjadi bentuk yang lebih rela atau kenyataan.

Kewirausahaan menjadi sebuah pekerjaan yang terbebas dari ketergantungan terhadap banyak instrument termasuk birokrasi pada berbagai organisasi. Merujuk pada definisi dari wirausaha, secara garis besar seorang wirausaha merupakan orang yang mandiri dan memiliki cara berfikir kreatif dan inovatif dalam menciptakan sebuah pekerjaan. Hal tersebut membuat wirausaha menjadi sebuah pekerjaan yang tidak banyak bergantung, melainkan banyak mengandalkan diri sendiri.

Ada beberapa faktor yang memperngaruhi individu untuk menggeluti dunia kewirausahaan kemudian menjadi seorang wirausaha atau entrepreneur. Menurut


(53)

Hendro (2011; 61-63) faktor-faktor yang mendorong individu untuk menjadi wirausaha adalah sebagai berikut:

1) Faktor individual/ personal

(a) pengaruh masa kanak-kanaknya (b) perkembangan saat dewasa (c) perspektif atau cita-citanya 2) Susunan kerja

3) Tingkat pendidikan 4) Personality

5) Prestasi pendidikan 6) Dorongan keluarga

7) Lingkungan dan pergaulan

8) Ingin lebih dihargai atau self esteem 9) Keterpaksaan dan keadaan

Pada faktor-faktor yang mendorong seseorang untuk menjadi wirausaha terlihat bahwa menjadi wirausaha tidak banyak bergantung pada sebuah sistem, karena wirausaha juga bisa lahir dari ketidaknyamanan seseorang pada lingkungan kerjanya.

Peneliti menaruh perhatian lebih pada beberapa faktor-faktor yang mendorong menjadi wirausaha menurut Hendro (2011: 61-63). Menilik genogram karier yang menjadi alat untuk meninjau pilihan karier, terdapat beberapa faktor yang bersinergi. Faktor yang pertama, yaitu faktor individual, salah satunya terdiri dari pengaruh masa kanak-kanak. Menurut Hendro (2011: 61) Faktor individual/ personal yang dimaksud adalah dorongan dari dalam diri yang merupakan hasil dari pengaruh pengalaman hidup dari kecil hingga dewasa baik saat individu tersebut berada di lingkungan atau dalam keluarga. Faktor individual menurut Hendro (2011: 61) tersebut bersinergi dengan model-model pola asuh yang terdapat dalam aspek genogram karier. Faktor kedua adalah dorongan keluarga, menurut Hendro (2011: 62), keluarga merupakan bagian yang sangat penting,


(54)

karena orang tua yang berada dalam konstelasi keluarga memiliki fungsi sebagai konsultan pribadi, coach, dan juga mentor dalam membantu individu memilih dan mengambil keputusan berkarier sebagai wirausaha. Faktor tersebut bersinergi dengan konsep besar genogram karier, yang memperhatikan pengalaman individu dalam sebuah keluarga yang mempengaruhi pilihan karier individu tersebut, genogram karier juga dianalisis paling tidak pada minimal tiga generasi keluarga. Faktor ketiga yang bersinergi pada genogram karier adalah dorongan menjadi wirausaha timbul melalui lingkungan dan pergaulan, dalam konsep besar genogram karier juga disebutkan sebelumnya, bahwa orang tua serta orang lain yang terdekat dengan subjek menjadi pengaruh yang sangat berarti bagi pilihan karier individu.

Sinergi antara faktor-faktor pendorong tersebut membuat pekerjaan sebagai wirausaha sangat akrab dengan genogram karier pada sebuah keluarga. Sehingga, meninjau genogram karier pada seorang wirausaha khususnya batik menjadi alat yang efektif dalam mengungkap pilihan kariernya.

D. Kajian Penelitian Terdahulu

Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang sudah dilakukan mengenai pemilihan karier. Seperti yang dilakukan oleh Darren Fizer (2013) dengan judul Factors Affecting Career Choices of Collages Students Enrolled in Agriculture yang dilakukan pada anggota dari Agriculture Clubs yaitu FFA (Future Farmers of America) dan 4-H (organisasi yang bertidnak sebagai relawan untuk mengajarkan anak-anak muda mengenai agriculture). Menemukan bahwa faktor tertinggi sebanyak 27% yang mempengaruhi siswa dalam memilih jurusan


(55)

agriculture adalah keluarga, kemudian tertinggi kedua sebanyak 20% adalah faktor personally rewarding menjadi faktor yang mempengaruhi siswa. Dalam penelitian Darren Fizer (2013) juga disebutkan bahwa, banyak sekali faktor yang mempengaruhi siswa dalam membuat pilihan karier, namun faktor pengaruh keluarga memiliki influence terbesar pada penelitiannya tersebut.

Adapula penelitian antara keterkaitan pilihan karier dengan nilai-nilai yang dimiliki individun yang dilakukan oleh Asst. Prof. Erdogen KAYGIN dan Asst. Prof. All Caglar GULLUCE (2013) dengan judul The Realtionship between Career Choice and Individual Values: A Case Study of a Turkish Univerity. Dalam penelitian tersebut mengungkapkan bahwa terdapat hubugan yang signifikan positif antara pilihan karier dan nilai-nilai yang dimiliki individu. Nilai-nilai individu tersebut diterjemahkan kedalam beberapa butir, yaitu private life, respectability, achievement dan positivism. Butir yang relevan adalah pada butir achievement. Pada penelitian yang dilakukan KAYGIN & GULLUCE (2013) menjelaskan achievement merupakan nilai terpenting pada pilihan karier. Penelitian tersebut juga memperlihatkan bahwa dengan achievement maka partisipan akan memiliki penerimaan di lingkungan, dapat menjaga kepercayaan diri serta dapat berkontribusi di masyarakat.

Adapula penelitian mengenai entrepreneur yang dilakukan oleh W. Mukharomah (2008) dengan judul Sikap Pengusaha Dalam Alih Generasi Wirausaha di Kota Surakarta. Dalam penelitian tersebut, ditemukan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi alih generasi sebuah usaha. Yang pertama adalah faktor usia, hasil penelitian yang dilakukan W. Mukharomah (2008)


(56)

menjelaskan bahwa wirausaha pada usia produktif masih belum memikirkan alih generasi, sedangkan pelaku usaha di usia senja merasakan pentingnya ali generasi usaha. Kemudiam W Mukharomah (2008) juga menjelaskan bahwa terdapat hubungan antara pendidikan dengan sikap alih generasi sebuah usaha. Dalam penelitiannya menunjukan, sebagian besar pengusaha berpendidikan tinggi akan membebaskan keturunannya untuk memilih pekerjaan yang diinginkan. Pada bagian simpulan penelitian W Mukharomah, dijelaskan bahwa alih generasi sebuah usaha dapat dilakukan dengan cara; (1) dilakuakan jauh sebelum pengusaha tidak mampu bekerja lagi, yaitu dengan membimbing serta mendidik anak secara formal maupun non formal agar menjadi seorang wirausaha dimasa depan yang tangguh, (2) memiliki pendidikan yang mumpuni, karena pendidikan akan berpengaruh kepada kematangan penalaran dan pola pikir sehingga dapat menjadi perubahan terhadap sikap yang tidak baik menjadi lebih baik, (3) menjadi wirausaha bukan hanya bakat yang dibutuhkan, namun juga pendidikan serta pengalaman.

Pada penelitian yang dilakukan oleh peneliti, terdapat beberapa perbedaan antara penelitian-penelitian sebelumnya. Penelitian yang dilakukan kali ini akan lebih mengungkap realitas pilihan karier wirausaha yang dapat bertahan selama minimal tiga generasi, bagaimana pengaruh dorongan dalam diri, keluarga serta orang terdekat dapat membuat sebuah perusahaan bertahan paling tidak tiga generasi dengan mengunakan analisis genogram karier. Pembeda dalam penelitian ini juga terletak pada subjek yang akan diteliti, yaitu wirausaha batik di Daerah


(57)

Istimewa Yogyakarta yang merupakan bagian dari keragaman dari ciri khas budaya di Indonesia.

E. Alur Berpikir

Pada pra-observasi di lapangan yang sudah dilakukan oleh peneliti, ditemukan beberapa diantara memang sulit melakukan alih generasi. Padahal terdapat pula beberapa wirausaha usaha yang sukses dengan suaha batik turun temurunnya. Menjadi wirausaha batik dalam meneruskan serta mengembangkan usaha keluarga merupakan sebuah pilihan karier.

Pilihan karier dibuat dengan menggunakan minat-minat, kemampuan-kemampuan serta nilai nilai-nilai yang dimiliki individu. Hal tersebut tentunya dipengaruhi oleh kepribadan serta lingkungan tempat individu tumbuh dan berkembang.

Membuat pilihan karier untuk menjadi penerus wirausaha batik tidak luput dipengaruhi oleh faktor keluarga dan orang terdekat. Keluarga menjadi faktor yang berpengaruh terhadap pilihan karier dalam hal alih generasi usaha keluarga. Pola asuh orang tua pada anak memperlihatkan kualitas interaksi antara anak dan orang tua yang juga memiliki keterkaitan dengan pembentukan pilihan karier dan bidang karier yang dipilih oleh anak. Bukan hanya pengaruh orang tua, pengaruh orang terdekat juga dapat menjadi alasan pembuatan pilihan karier. Pengaruh-pengaruh tersebut diberikan tidak hanya dalam kurun waktu yang singkat.

Pada usaha keluarga, silsilah keluarga menjadi sorotan dalam melakukan alih generasi. Genogram karier sebagai alat untuk melihat history individu serta


(58)

berbagai macam pengaruh yang menjadi pembuatan pilihan karier setidaknya perlu dilakukan pada minimal tiga generasi. Penggunaan genogram karier akan membantu identifikasi dari faktor pilihan karier individu mulai dari isi pengamatan diri, pemahaman lingkungan dan dunia kerja, proses pembuatan keputuasan, model-model pola hidup (melalui pola asuh orang tua pada anak) dan model-model karier. Faktor-faktor tersebut juga termasuk pada faktor yang mempengaruhi pembuatan pilihan karier dilihat dari periode usianya serta menjadi hasil dari influence pola asuh orang tua dan pengaruh orang terdekatnya.

Bagi wirausaha batik yang sudah mencapai minimal tiga generasi, akan dapat memperhatikan genogram karier sebagai metode untuk meninjau pilihan karier yang dibuatnya. Dalam penelitian ini, hasil analisa genogram karier tersebut dapat digunakan untuk memberikan sudut pandang baru pada wirausaha batik lain dalam mempersiapkan generasi selanjutnya untuk membuat pilihan karier. Lebih jauh, merupakan sebagai salah satu upaya regenerasi untuk melestarikan batik dan mempertahankan gelar Yogyakarta sebagai kota batik dunia. Jika dituangkan ke dalam sebuah skema, maka kerangka berpikir peneliti sebagai berikut:


(59)

D. Pertanyaan Penelitian

Untuk mengarahkan proses penelitian, serta mendapatkan informasi yang akurat dalam pengumpulan data serta informasi-informasi mengenai aspek yang akan diteliti, maka peneliti akan menguraikan beberapa pertanyaan penelitian yang sesuai dengan rumusan masalah yaitu “Bagaimana pilihan karier pengusaha batik DIY ditinjau dari genogram karier?”. Berikut ini merupakan pertanyaan penelitian yang sesuai dengan rumusan masalah:

1) Bagaimana pemahaman diri subjek? Meliputi: (a) Kemampuan kerja/ bakat

(b) Minat

(c) Nilai-nilai yang dimiliki, yaitu: (1) Nilai edukasi

(2) Nilai sosial (3) Nilai ekonomi (4) Nilai kekuasaan (5) Nilai estetis (6) Nilai agama

2) Bagaimana pemahaman lingkungan dan dunia kerja subjek? Meliputi: (a) Persyaratan penerimaan dunia kerja

(b) Sifat suatu lapangan pekerjaan (c) Situasi pekerjaan

(d) Masa depan pekerjaan (e) Organisasi


(60)

(f) Gaya hidup (g) Sosial ekonomi (h) Lingkungan hidup (i) Relasi

(j) Kesempatan kerja

3) Bagaimana proses pengambilan keputusan subjek menjadi wirausaha? Meliputi: (a) Mengumpulkan informasi pekerjaan

(b) Pemahaman diri

(c) Melakukan pilihan pekerjaan atau jabatan yang bersifat sementara (d) Membuat career path

(e) Menambah knowledge pekerjaan

4) Bagaimana model-model pola hidup subjek? Meliputi:

(a) Orang tua yang lebih sering menunjukan kekurangan anak dan mengabaikan pendapat anak

(b) Orang tua tidak banyak mengungkapkan rasa kasih sayang, namun tidak menghina anak

(c) Orang tua memberikan perlindungan berlebihan, hanya memberi sedikit kebabasan pribadi pada anak

(d) Orang tua menentukan standar-standar kepada anak dan memaksa melakukan yang diharapkan orang tua

(e) Orang tua memberikan kasih sayang namun tidak terlalu banyak, cuek terhadap anak


(61)

(f) Orang tua memberi perhatian hangat pada anak dana membantu membuat rencana masa depan serta mendorong anak agar mandiri

5) Bagaiamana model-model karier subjek? Meliputi: (a) Orang yang sukses pada pilihan bidangnya

(b) Orang yang sukses karena dapat mengatasi kesengsaraan (c) Orang dengan disabilitas yang sukses dalam pekerjaan (d) Orang yang sukses pada generasi sebelumnya

(e) Orang yang sukses sebagai pahlawan dari kondisi sosial yang konvensional

(f) Orang yang sukses dari hasil mengamati keluarga-keluarga sukses baik individu tersebut maupun keluarga lain


(62)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan menggunakan metode pendekatan kualitatif. Pada penelitian kualitatif tidak diberlakukan generalisasi, melainkan memahami sudut pandang dan konteks subjek secara lebih mendalam. Nana Syaodih Sukmadinata (2011: 94) berasumsi bahwa penelitian kualitatif dilakukan untuk dapat memahami fenomena-fenomena yang terjadi di lingkup sosial dari sudut pandang subjek. Lebih jauh, Nana Syaodih Sukmadinata (2011: 64) berasumsi bahwa penelitian kualitatif didedikasikan untuk mendeskripsikan, serta melakukan analisa terhadap fenomena, peristiwa, aktivitas dalam lingkup sosial, sikap, kepercayaan persepsi/sudut pandang, pola pikir individu maupun kelompok. Secara garis besar, penelitian kualitatif dibedakan ke dalam dua macam, yaitu kualitatif interaktif dan non interkatif (Nana Syaodih Sukmadinata, 2011: 61). Kedua metode penelitian kualitatif tersebut memiliki berbagai macam metode dalam pelaksanaannya. Metode kualitatif interaktif menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2011: 62-65) memiliki enam metode sebagai berikut:

1. Studi Etnografik 2. Studi Historis

3. Studi Fenomenologis 4. Studi Kasus

5. Teori Dasar 6. Studi Kritis

Sedangkan metode kualitatif non interaktif menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2011: 65-66) hanya memiliki tiga metode saja, yaitu adalah:

1. Analisis Konsep 2. Analisis Historis 3. Analisis Kebijakan


(63)

Berbagai macam metode penelitian kualitatif yang sudah dijabarkan tadi, maka penelitian kali ini menggunakan metode penelitian kualitatif interaktif studi kasus. Metode penelitian studi kasus, merupakan sebuah penelitian yang dilakukan terhadap suatu “kesatuan sistem” yang dapat berupa program, kegiatan, peristiwa, atau sekelompok individu yang memiliki keterkaitan dengan waktu, tempat atau ikatan tertentu. Kesimpulan yang didapatkan dari studi kasus tersebut hanya berlaku pada kasus itu saja. Dengan menggunakan studi kasus maka menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2011: 99) penelitian difokuskan pada satu fenomena saja yang dipilih dan ingin dipahami secara mendalam dengan mengabaikan fenomena-fenomena lainnya. Dengan dilakukannya studi kasus, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman pada satu fenomena yang dibahas oleh peneliti.

B. Setting dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Daerah Istimewa Yogyakarta tepatnya di Kota Yogyakarta dan di Kabupaten Bantul. Kedua daerah tersebut dipilih karena sudah bukan rahasia umum bahwa Kota Yogyakarta diketahui sebagai kota penghasil batik dan terdapat banyak penjual batik. Kemudian, Kecamatan Kraton menjadi pilihan peneliti sebagai tempat penelitian karena pada masa pra observasi yang dilakukan di Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Daerah Istimewa Yogyakarta diungkapkan oleh salah satu staf berinisial Y yang menjadi key informan bahwa berdasarkan hasil pencarian lewat data yang dimiliki oleh Divisi Sandang dan Kulit, diketahui di Kecamatan Kraton terdapat sebuah usaha Batik bernama “Gajah Oya” yang saat ini dikelola oleh generasi ke empat keluarga.


(64)

Setting penelitian kedua, yaitu adalah di Kabupaten Bantul. Key informan berinisal H yang merupakan salah satu Staf di Lembaga Penelitian dan Pengembangan kepada Masyarakat di Universitas Negeri Yogyakarta yang juga merupakan warga di Kecamatan Pandak, Kabupaten Bantul menuturkan bahwa Kecamatan tersebut dan sekitarnya saat ini memang dikenal dengan desa wisata batik. Penuturannya tertuju pada sebuah galeri batik bernama “Dirjo Sugito Batik” yang saat ini dikelola oleh generasi ketiga keluarga.

Proses dalam melakukan penelitian ini tergolong tidak singkat, termasuk dengan melakukan pra observasi hingga ditemukan hasil, penelitian ini dilakukan selama bulan Januari – September 2016.

C. Subjek Penelitian

Subjek merupakan individu, benda atau hal-hal dimana terdapat informasi yang melekat dan dibutuhkan oleh peneliti Subjek penelitian ditentukan dengan menggunakan snowball sampling dan juga sample purposif atau purposive sampling. Menurut Sugiyono (2009: 85) snowball sampling adalah teknik mengambil sumber data yang pada awalnya berjumlah sedikit, lama-lama menjadi besar. Biernacki & Waldrof (1981: 142) juga menegaskan bahwa “… snowball method entailed little more than to start it rolling through a personal contact or through an informant and then simply to sit back and allow the resulting chain to

follow it’s own cause”. Inti dari penuturannya menjelaskan bahwa snowball

sampling merupakan metode pengambilan sampel berdasarkan penelusuran sampel sebelumnya.


(1)

172

memberikannya profit atau nilai ekonomi yang tinggi, melainkan batik lebih memiliki nilai budaya karena sifatnya yang monumental bukan komersil.

Sejak kecil, AP mengatakan bahwa dia lebih dekat dengan Eyang. Sehingga, way of live atau filosofi tentang hidupnya banyak terinspirasi dari Eyangnya yaitu berpenampilan bersahaja/ low profile, baby face dan berotak mafia. Dari penuturan AP, diketahui bahwa AP melihat eyang sebagai orang yang low profile dan tidak sombong terhadap apa yang sudah dikerjakan, AP juga melihat Eyangnya sebagai orang yang memiliki jiwa sosial yang baik, terbukti dengan teman-teman Eyang yang menururtnya sangat banyak. Selain itu, prinsip kerja AP sebagai seseorang yang bertanggung jawab atas pekerjaan dan professional juga dimilikinya karena hasil menauladani sifat sang kakek.

f. Observasi Subjek AP dan N 24 Agustus 2016

Observasi dilakukan di Pasar Imogiri Baru, peneliti awalnya mengira bahwa AP dan N yang merupaka sepasang suami istri dan meneruskan usaha keluarga sebagai generasi ke empat, akan turun secara langsung. Namun, ternyata sesuai dengan wawnacara yang sudah dilakukan sebelunya, bahwa memang benasr hanya subjek N saja selaku istri AP yang pergi ke Pasar Imogiri Baru untuk menemui para pembatik dan melakukan proses pembuatan kain yang tidak bisa dilakukan di rumah.

Setelah dilakukan pengamatan dengan melakukan observasi, peneliti menemukan bahwa subjek N mengerjakan kegiatannya dengan bahagia, terlihat dari senyumnya yang tidak lepas setiap kali bertemu dengan para pembatiknya. Namun juga bisa bersikap tegas pada pegawainya yang melakukan kekeliruan


(2)

173

terhadap pekerjaan. Apresiasi subjek N khususnya usaha batik yang dilakukan keluarga terhadap karya hasil pembatik memang besar. Upah yang diberikan oleh subjek N terhadap para pembatik memang besar, meski tidak jarang ada pembatik yang mengeluhkan harga alm. Bapak AP dan N serta AP yang meneruskan uusaha keluarga tersebut cenderung terdapat perbedaan.

Interaksi N terhadap para karyawan memang tidak dibatasi secara ‘kelas’, terlihat dari suasana makan siang yang hangat, pada satu meja, dengan ragam pembicaraan bahkan diluar batik.


(3)

(4)

(5)

(6)