PENERAPAN PENILAIAN KINERJA UNTUK MENILAI KEMAMPUAN METAKOGNITIF SISWA SMP PADA PEMBELAJARAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN.

(1)

vii DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Masalah ... 3

C. Batasan Masalah ... 4

D. Tujuan Penelitian ... 4

E. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 5

A. Pengertian Metakognisi ... 5

B. Asesmen Kinerja ... 11

C. Pembelajaran Tentang Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan ... 16

BAB III METODE PENELITIAN ... 20

A. Metode Penelitian ... 20

B. Populasi dan Sampel ... 20

C. Teknik Pengumpulan Data ... 20

D. Instrumen Penelitian ... 21

E. Prosedur Penelitian ... 21

F. Teknik Pengolahan Data ... 23


(2)

viii

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 27

A. Hasil... 27

1. Penerapan Penilaian Kinerja untuk Menilai Kemampuan Metakognitif ... 27

2. Kendala dalam Menilai Kinerja pada Kemampuan Metakognitif ... 30

3. Tanggapan Guru dan Peserta Didik Tentang Asesmen Kinerja ... 31

4. Keterbatasan Asesmen Kinerja dalam Menilai Kemampuan Metakognitif ... 32

B. Pembahasan ... 32

1. Penerapan Penilaian Kinerja untuk Menilai Kemampuan Metakognitif ... 32

2. Kendala dalam Menilai Kinerja pada Kemampuan Metakognitif ... 38

3. Tanggapan Guru dan Peserta Didik Tentang Asesmen Kinerja ... 39

4. Keterbatasan Asesmen Kinerja dalam Menilai Kemampuan Metakognitif ... 41

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 42

A. Kesimpulan ... 42

B. Saran ... 43


(3)

ix

DAFTAR TABEL


(4)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar IV. 1. Kemampuan Rata-rata Kinerja Peserta Didik ... 27 Gambar IV. 2. Skor Rata-rata Kemampuan Metakognitif ... 28 Gambar IV. 3. Skor Rata-rata Kemampuan Metakognitif dari Kriteria


(5)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1.1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 47

Lampiran 1.2. Lembar Tugas ... 57

Lampiran 1.3. Rubrik Penilaian Kinerja ... 59

Lampiran 1.4. Pedoman Penilaian Metakognisi ... 64

Lampiran 1.5. Pedoman Wawancara Dengan Guru ... 67

Lampiran 2.1. Lembar Penilaian Kinerja ... 69

Lampiran 2.2. Lembar Pernyataan Metakognisi ... 74

Lampiran 3.1. Penilaian Kinerja Peserta Didik (dalam skor skala 1 – 4) ... 76

Lampiran 3.2. Penilaian Kinerja Peserta Didik (dalam skor skala 10 – 100) ... 77


(6)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dalam rangka mendukung kualitas peserta didik, pemerintah selalu memperbaharui kurikulum dengan tujuan untuk memperbaiki kualitas pendidikan dan pembelajaran di Indonesia. Pembaharuan yang telah dilakukan, di antaranya penyempurnaan kurikulum 2004. Kurikulum 2004 disempurnakan untuk mengembangkan standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam kurikulum operasional tingkat satuan pendidikan, disebut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) (Mulyasa, 2006). Dalam hal ini yang dimaksud adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMP Negeri 2 Ngamprah.

Dengan mengembangkan standar kompetensi dan kompetensi dasar, diharapkan guru dapat lebih berekspresi dalam menilai peserta didiknya. Banyak cara, teknik atau metode untuk mengukur atau mengevaluasi hasil kegiatan proses belajar mengajar. Selama ini guru menitikberatkan tes tertulis untuk mengukur kemampuan pengetahuan daripada menilai langsung kemampuan (Irawan, 2002). Menurut Mills (Yusuf, 2003), penilaian yang hanya mengandalkan satu alat penilaian tes tertulis (esai) tidak mampu menilai secara utuh, bermakna, dan akurat. Mills juga menyatakan bahwa sekarang ini perlu diadakan penelitian dan

pengembangan proses penilaian alternatif berupa performance assessment dalam


(7)

2

Penilaian kinerja (performance assessment) yang menurut Fuchs (Zainul,

2001) merupakan penilaian yang dapat menggambarkan kualitas peserta didik karena mengukur komponen keterampilan, sikap, dan nilai. Teori lain mengatakan bahwa penilaian hendaknya menjangkau tiga ranah acuan pengukuran kompetensi hasil belajar, yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik bahkan mungkin termasuk kemampuan metakognisi (Anderson et al. dalam Kusmarni, 2001).

Metakognisi merupakan suatu istilah yang diperkenalkan oleh Flavell pada

tahun 1979. Menurut Livingstone (1997) metakognisi sebagai thinking about

thinking atau berpikir tentang berpikir. Ada pula beberapa ahli yang mengartikan

metakognisi sebagai thinking about thinking, learning to think, learning to study,

learning how to learn, learning to learn, learning about learning (National Research Council, 2001). Komponen metakognitif sebagai bagian yang terkait dari pembelajaran sangat penting untuk dikembangkan agar peserta didik mampu memahami dan mengontrol pengetahuan yang telah diperolehnya dalam kegiatan pembelajaran. Terdapat banyak komponen aktivitas yang dikemukakakan oleh para ahli akan tetapi dalam penelitian ini digunakan komponen yang dikemukakan

oleh Flavell (1979) yaitu : 1) metacognitive knowledge; 2) metacognitive

experiences; 3) metacognitive tasks and goals; 4) metacognitive strategies or action. Keempat komponen ini kurang tepat jika dinilai dengan essay test dan multiple test oleh karena itu diperlukan penilaian kinerja karena penilaian kinerja menurut Nitko dan Brookhart (2007) mampu menilai tidak hanya ranah kognitif tetapi juga komponen kemampuan metakognitif.


(8)

3

Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah mengenai masalah lingkungan. Seperti yang dijelaskan oleh Riberu (2002), masalah lingkungan hidup, bukan masalah yang baru, tetapi sudah ada sejak manusia hidup di muka bumi. Pertumbuhan penduduk yang besar mengakibatkan meningkatnya masalah terhadap lingkungan hidup. Diusulkan oleh Riberu salah satu upaya untuk mengatasi masalah terhadap lingkungan adalah dengan cara memberikan pengetahuan tentang lingkungan hidup kepada peserta didik sejak pendidikan dasar. Akan tetapi, masih menurut Riberu, sampai saat ini belum ada penilaian yang tepat atas upaya yang telah dilakukan peserta didik dalam mengatasi masalah tersebut.

Berdasarkan pendapat tersebut, penelitian ini dilakukan untuk menilai kemampuan metakognitif menggunakan penilaian kinerja dalam membantu peserta didik menyelesaikan masalah sains umumnya dan biologi khususnya. Selain itu dengan penilaian yang tepat maka kemampuan metakognitif yang dimiliki peserta didik dapat berkembang.

B. MASALAH

Masalah pada penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : “Bagaimanakah penerapan penilaian kinerja untuk menilai kemampuan metakognitif pada pembelajaran pencemaran dan kerusakan lingkungan?”, agar penelitian ini lebih terarah, maka secara operasional permasalahan penelitian ini dijabarkan dalam bentuk pertanyaan penelitian, sebagai berikut :


(9)

4

1. Bagaimana penilaian kinerja dapat menggambarkan kemampuan metakognitif

peserta didik dalam menyelesaikan masalah biologi?

2. Apa kendala yang ditemukan dalam menilai kinerja pada kemampuan

metakognitif?

3. Bagaimana tanggapan guru dan peserta didik tentang asesmen kinerja?

4. Apa keterbatasan asesmen kinerja dalam menilai kemampuan metakognitif?

C. BATASAN MASALAH

Adapun batasan masalah dalam penelitian ini, yaitu :

1. Penilaian kinerja dibatasi pada hasil kerja/produk.

2. Komponen metakognisi yang digunakan adalah komponen metakognisi yang

dikemukakan oleh Flavell (1979), yaitu 1) metacognitive knowledge; 2)

metacognitive experiences; 3) metacognitive tasks and goals; 4) metacognitive strategies or action.

D. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menilai kemampuan metakognitif peserta didik SMP pada pembelajaran pencemaran dan kerusakan lingkungan dengan menggunakan penilaian kinerja.

E. MANFAAT PENELITIAN

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan guru yang berkenaan dengan penilaian kinerja dalam menilai kemampuan metakognisi peserta didik dalam menyelesaikan masalah biologi. Sementara bagi peserta didik diharapkan dapat termotivasi untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran.


(10)

21

BAB III

METODE PENELITIAN

A. METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian hanya menggambarkan apa adanya tentang sesuatu variabel, gejala, atau keadaan. Menurut Arikunto (2003) penelitian ini diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta atau kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat, mengenai sifat-sifat populasi atau daerah tertentu. B. POPULASI DAN SAMPEL

1. Populasi

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas 1 SMP Negeri 2 Ngamprah, Kabupaten Bandung Barat.

2. Sampel

Sampel yang digunakan adalah satu kelas diambil secara acak kelas dari semua kelas 1 SMP Negeri 2 Ngamprah dengan jumlah peserta didik sebanyak 35 orang.

C. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Data dikumpulkan dengan cara : (a) observasi, (b) wawancara, (c) angket. Observasi digunakan untuk mengungkapkan aktivitas guru selama proses penerapan penilaian kinerja. Dalam observasi ini, peneliti ikut serta dalam kegiatan yang dilakukan oleh guru selama berlangsungnya proses penilaian.


(11)

22

Dalam pelaksanaannya digunakan pedoman observasi, catatan lapangan dan rancangan penerapan penilaian kinerja agar proses pengamatan menjadi lebih mudah.

D. INSTRUMEN PENELITIAN

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini, yaitu :

1. Seperangkat kriteria tentang penilaian kinerja dalam bentuk rubrik maupun

lembar penilaian. Dalam bentuk rubrik diberikan kepada peserta didik sebagai acuan nilai dalam mengerjakan tugas dan dalam bentuk lembar penilaian untuk peneliti menilai hasil tugas peserta didik. Kriteria tentang perangkat penilaian kinerja diperoleh dari Santiyasa (2006).

2. Seperangkat soal kemampuan metakognitif. Kriteria soal kemampuan

metakognitif diperoleh dari Sulaiman (2007) dan telah dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan penelitian.

3. Angket mengenai pelaksanaan penilaian kinerja di sekolah. Angket

digunakan untuk mengetahui kebutuhan peserta didik pada penilaian kinerja.

4. Pedoman wawancara guru. Pedoman ini digunakan untuk mengetahui

kriteria penilaian kinerja peserta didik yang dibutuhkan dan hambatan-hambatan dalam pelaksanaan penilaian.


(12)

23

E. PROSEDUR PENELITIAN

Penelitian secara umum dibagi menjadi 2 tahapan, yaitu tahap persiapan dan tahap pelaksanaan.

1. Tahap persiapan

a. Melakukan analisis kurikulum sebagai pedoman penyelenggaraan

kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan.

b. Mengidentifikasi pengetahuan keterampilan yang diharapkan dapat

dimiliki oleh peserta didik pada saat/setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar dan/atau setelah mengerjakan atau menyelesaikan tugas (task) penilaian kinerja.

c. Menetapkan rubrik yang akan dijadikan tolak ukur untuk menyatakan

bahwa seseorang peserta didik telah mencapai keterampilan yang diharapkan. Kriteria tersebut sebaiknya cukup rinci, sehingga setiap komponen kinerja yang diharapkan dicapai oleh peserta didik.

2. Tahap pelaksanaan

a. Melaksanakan kegiatan pembelajaran dalam 2 kali pertemuan yang

masing-masing selama 2 x 40 menit.

b. Pada pertemuan pertama, guru memberitahukan tugas individu membuat

makalah ilmiah dengan aturan sesuai dengan tugas (task), mendorong dan memotivasi peserta didik untuk menentukan topik dari tema yang telah ditentukan yaitu “Kerusakan dan Pencemaran Lingkungan”. Kemudian guru menjelaskan kriteria penilaian yang telah ditetapkan, agar peserta didik mengetahui komponen-komponen apa saja yang dinilai dan waktu


(13)

24

pengumpulan tugas. Komponen yang dinilai meliputi topik, format laporan, inti makalah, kesimpulan, daftar pustaka, dan produk olahan. Selain itu, pada rubrik penilaian kinerja, setiap komponen yang dinilai diberi nilai 0 sampai 4 dengan penjelasan bahwa 4 berarti menunjukkan kemampuannya yang baik sekali, 3 berarti kemampuannya yang baik, 2 berarti kemampuannya yang sedang, 1 berarti kemampuannya kurang, dan 0 berarti kemampuannya sangat kurang. Sedangkan waktu yang disepakati adalah 7 hari atau satu minggu.

c. Dalam proses pembuatan, peserta didik masih memiliki satu kali

pertemuan untuk proses pengecekan tugas mereka. Sebelum masuk materi pembelajaran, guru bertanya tentang tugas mereka, baik sudah sejauh mana tugas dikerjakan maupun membantu menyelesaikan kendala yang terjadi.

d. Pada pertemuan kedua, guru memfasilitasi komunikasi atau diskusi

peserta didik dan mengumpulkan tugas makalah peserta didik untuk dinilai menggunakan lembar observasi penilaian kinerja. Pada pertemuan ini pula peserta didik mempresentasikan produk yang telah dibuatnya, mengumpulkan tugas, dan mengisi lembar observasi kemampuan metakognitif.


(14)

25

e. Melakukan penilaian pada produk yang berupa makalah dan produk

olahan. Guru tinggal memberi tanda cek (√) pada kolom-kolom nilai di lembar penilaian. Selanjutnya nilai yang diperoleh dari masing-masing komponen dijumlah dan ditentukan rata-ratanya.

f. Melaksanakan wawancara terhadap guru.

F. TEKNIK PENGOLAHAN DATA

Makalah ilimiah dan produk sebanyak 35 buah yang sudah terkumpul pertama-tama dinilai dengan menggunakan lembar penilaian yang sudah tersedia. Penilai hanya mengisi kolom nilai pada lembar peneilaian tersebut dengan tanda cek ( √ ). Setelah kolom nilai pada lembar penilaian diisi untuk semua kriteria, peneliti mengolah penilaian tersebut.

Peneliti mengolah data tersebut berdasarkan pada standar penilaian yang telah ada dengan cara :

Melakukan analisis data terhadap hasil isian angket peserta didik untuk mendukung data rubrik penialaian kinerja menggunakan perhitungan sebagai berikut :

∑ 100%

(Munandar) Data hasil observasi perangkat dan proses penilaian kinerja serta data dari angket kemudian dianalisis sesuai dengan aturan Koentjaraningrat (1990), sebagai berikut :


(15)

26

Tabel III. 1. Aturan Koentjaraningrat

Persentase (%) Kategori

0 1 – 25 26 – 49

50 51 – 75 76 – 99

100

Tidak ada Sebagian kecil Hampir separuhnya

Separuhnya Sebagian besar Hampir seluruhnya

Seluruhnya Sumber : Koentjaraningrat (1990)

Melakukan analisis terhadap hasil wawancara dan catatan lapangan peneliti selama kegiatan penilaian kinerja berlangsung, untuk kemudian mengungkap kriteria kinerja peserta didik dan guru dalam penilaian kinerja di sekolah dan hambatan-hambatan dalam pelaksanaan penilaian. Menarik kesimpulan mengenai faktor-faktor yang dibutuhkan dalam proses penilaian kinerja yang sesuai dengan kondisi pembelajaran Biologi di sekolah. Kemudian menentukan rekomendasi bagi penyusunan rencana penilaian kinerja agar dapat mengatasi terjadinya kesenjangan.


(16)

27

G. Alur Penelitian Masukan dari pembimbing ahli

Merancang pembelajaran dengan penilaian kinerja

Kajian pustaka

Penyusunan instrumen kemampuan metakognitif

Penimbangan instrumen

Uji coba dan analisis

Penentuan subjek penelitian Informasi guru

Pelaksanaan penelitian

Proses pembelajaran di sekolah (pertemuan I)

Akhir pembelajaran dinilai dengan penilaian kinerja Observasi ke sekolah

Wawancara dengan guru

Data penelitian

Analisis data

Laporan

Menilai kemampuan metakognitif Proses pembelajaran di


(17)

40

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis temuan dan pembahasan dapat disimpulkan dengan menggunakan penilaian kinerja, komponen-komponen kemampuan metakognitif dalam menyelesaikan masalah biologi dapat dilihat dengan baik. Walaupun kemunculan komponen-komponen tersebut lebih didominasi oleh pengalaman metakognitif. Akan tetapi secara umum keempat komponen kemampuan metakognitif dimiliki oleh peserta didik.

Dari segi kendala, ada kendala yang ditemukan dalam menilai kinerja pada kemampuan metakognitif, yaitu sulitnya menilai kinerja peserta didik dalam proses pembuatan produk olahan. Hal ini terjadi karena proses tersebut dilakukan di rumah. Akan tetapi guru dan peserta didik menanggapi penilaian kinerja yang dilakukan sudah baik. Khususnya bagi peserta didik, mereka sangat termotivasi dalam belajar. Adapun keterbatasan penilaian kinerja dalam menilai kemampuan metakognitif lebih dikarenakan lamanya waktu yang dibutuhkan, isi kriteria yang dibuat lebih bersifat subyektif, dan tidak semua kriteria dalam penilaian kinerja dapat disejajarkan dengan kemampuan metakognitif.


(18)

41

B. SARAN

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat disarankan penggunaan penilaian kinerja untuk dipergunakan oleh guru dalam menilai kinerja peserta didik terutama pada materi-materi yang menggunakan proses. Sementara saran untuk peserta didik, harus lebih terlibat dalam proses pembuatan kriteria penilaian agar kriteria yang dibuat sesuai dengan kemampuan peserta didik dan dapat membantu mengurangi kesubyektifan. Bagi peneliti lain, penelitian ini masih bersifat deskriptif, maka dirasa perlu untuk dilakukan penelitian lebih lanjut yang bersifat eksperimen.


(19)

42

DAFTAR PUSTAKA

Arends, R. I. 1997. Classroom Instruction and Management. New York :

McGraw Hill Companies Inc.

Arikunto, S. 2003. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

Budiarti, H. 2009. Biologi. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional

DeGrave, W.S., Boshuizen, H.P.A. & Schmidt, H.G. 1996. Problem Based

Learning: Cognitive and Metacognitive Processess During Problem Analysis. Instructional Science. 78 : 40. 279-288.

Flavell, J.H. 1979. Metacognitive Monitoring. Hillsdale, New Jersey: Lawrence

Erlbaum Associates, Publishers.

Herman, J. L., Aschbacher P. R., Einters L. 1992. A Practical Guide to

Alternative Assessment. Alexandria : ASCD

Irwan, Z D. 2010. Prinsip-prinsip Ekologi : Ekosistem, Lingkungan, dan

Pelestariannya. Jakarta : Bumi Aksara

Jacob, C. 2000. Belajar Bagaimana untuk Belajar Matematika: Suatu Telaah

Strategi Belajar Efektif. Prosiding Seminar Nasional Matematika: Peran Matematika Memasuki Millenium III. ISBN: 979-96152-0-8; 443-447. Jurusan Matematika FMIPA ITS. Surabaya, 2 November 2000.

Jausovec, N. 1994. Metacognition in Creative Problem solving. New Jersey:

Ablex Publishing Corporation

Kusmarni, Y. 2001. Penerapan Asesmen Kinerja dalam Pembelajaran IPS.

Tesis. Universitas Negeri Jakarta : tidak diterbitkan.

Livingston, J. A. 1997. Metacognition : An Overview. Online.

http://www.gse.buffalo.edu/fas/shuell/cep564/metacog.htm. Diakses

30 Juli 2011.

Miranda, Y. 2000. Pembelajaran Metakognitif Dalam Strategi Kooperatif

Think-Pair-Share Dan Think-Think-Pair-Share+Metakognitif Terhadap Kemampuan Metakognitif Peserta didik Pada Biologi Di SMA Negeri Palangkaraya. Tesis. Universitas Palangkaraya : tidak diterbitkan

Mulyasa, E. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Remaja


(20)

43

Nindiasari, H. 2004. Pembelajaran Metakognitif untuk Meningkatkan

Pemahaman dan Koneksi Matematik Peserta didik SMU Ditinjau dari Perkembangan Kognitif Peserta didik. Tesis pada PPs Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Tidak diterbitkan.

Nitko, A J. and Brookhart, Susan M. 2007. Educational Assessment of Students.

New Jersey : Upper Saddle River

Norman, E G. 1998. Assessment of Student Achievement. Viacom Company

Needham Heights, MA.

Palar, H. 2008. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta : Rineka

cipta

Peirce, W. 2004. Metacognition : Study Strategies, Monitoring, and Motivation.

A Greatly Expanded Text Version of a Workshop Presented November 17th 2004 at Prince George’s Community College. Online. Diakses 30 Juli 2011.

Resosoedarmo, S., Kuswata K., Aprilani S. 1984. Pengantar Ekologi. Bandung :

Remaja Karya

Riberu, P. 2002. Pembelajaran Ekologi. Jurnal Pendidikan Penabur. 1 : 1.

125-132.

Santiyasa, I W. 2006. Pembelajaran Inofatif : Model Kolaboratif, Basis Proyek,

dan Orientasi NOS. Makalah. Bali : Universitas Pendidikan Ganesha

Slamet, J S. 1994. Kesehatan Lingkungan. Bandung : Gajah Mada University

Press

Stigens, R. J. 1994. Student-Centered Classroom Assessment. New York : Mac

Millan College Publishing Company

Sudjana, N. 1995. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : Remaja

Rosdakarya

Sulaiman, S, Abdullah, Aliah Phang, dan Ali M. 2007. Kemahiran Metakognitif

dalam Kalangan Pelajar Sekolah Menengah di Negeri Johor dalam Menyelesaikan Masalah Fizik. Laporan Teknikal. 75161


(21)

44

Suzana, Y. 2004. Pembelajaran dengan Pendekatan Metakognitif untuk

Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Matematik Peserta didik SMU.

Disajikan pada Seminar Nasional Matematika: Matematika dan Kontribusinya terhadap Peningkatan Kualitas SDM dalam Menyongsong Era Industri dan Informasi, Bandung, 15 Mei 2004.

Tata. 2009. Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta didik Melalui

Pembelajaran dengan Pendekatan Metakognitif Berorientasi Teori Van Hiele. Tesis. Universitas Pendidikan Indonesia : tidak diterbitkan

Wulan, A. R. 2003. Permasalahan yang Dihadapi dalam Pemberdayaan

Praktikum Biologi di SMU dan Upaya Penanggulangannya. Tesis. Tidak

diterbitkan.

Weinert, F.E. dan Kluwe, R.H. 1987. Metacognition, Motivation, and

Understanding. Hillsdale, New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates Publishers.

Zainul, A. 2001. Alternative Assessment. Jakarta : UT

Zakaria, E., Norazah M N, Sabri A. 2007. Trend Pengajaran dan Pembelajaran


(1)

27

G. Alur Penelitian Masukan dari pembimbing ahli

Merancang pembelajaran dengan penilaian kinerja

Kajian pustaka

Penyusunan instrumen kemampuan metakognitif

Penimbangan instrumen

Uji coba dan analisis

Penentuan subjek penelitian Informasi guru

Pelaksanaan penelitian

Proses pembelajaran di sekolah (pertemuan I)

Akhir pembelajaran dinilai dengan penilaian kinerja Observasi ke sekolah

Wawancara dengan guru

Data penelitian

Analisis data

Laporan

Menilai kemampuan metakognitif Proses pembelajaran di


(2)

40

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis temuan dan pembahasan dapat disimpulkan dengan menggunakan penilaian kinerja, komponen-komponen kemampuan metakognitif dalam menyelesaikan masalah biologi dapat dilihat dengan baik. Walaupun kemunculan komponen-komponen tersebut lebih didominasi oleh pengalaman metakognitif. Akan tetapi secara umum keempat komponen kemampuan metakognitif dimiliki oleh peserta didik.

Dari segi kendala, ada kendala yang ditemukan dalam menilai kinerja pada kemampuan metakognitif, yaitu sulitnya menilai kinerja peserta didik dalam proses pembuatan produk olahan. Hal ini terjadi karena proses tersebut dilakukan di rumah. Akan tetapi guru dan peserta didik menanggapi penilaian kinerja yang dilakukan sudah baik. Khususnya bagi peserta didik, mereka sangat termotivasi dalam belajar. Adapun keterbatasan penilaian kinerja dalam menilai kemampuan metakognitif lebih dikarenakan lamanya waktu yang dibutuhkan, isi kriteria yang dibuat lebih bersifat subyektif, dan tidak semua kriteria dalam penilaian kinerja dapat disejajarkan dengan kemampuan metakognitif.


(3)

41

B. SARAN

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat disarankan penggunaan penilaian kinerja untuk dipergunakan oleh guru dalam menilai kinerja peserta didik terutama pada materi-materi yang menggunakan proses. Sementara saran untuk peserta didik, harus lebih terlibat dalam proses pembuatan kriteria penilaian agar kriteria yang dibuat sesuai dengan kemampuan peserta didik dan dapat membantu mengurangi kesubyektifan. Bagi peneliti lain, penelitian ini masih bersifat deskriptif, maka dirasa perlu untuk dilakukan penelitian lebih lanjut yang bersifat eksperimen.


(4)

42

DAFTAR PUSTAKA

Arends, R. I. 1997. Classroom Instruction and Management. New York : McGraw Hill Companies Inc.

Arikunto, S. 2003. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara. Budiarti, H. 2009. Biologi. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan

Nasional

DeGrave, W.S., Boshuizen, H.P.A. & Schmidt, H.G. 1996. Problem Based Learning: Cognitive and Metacognitive Processess During Problem Analysis. Instructional Science. 78 : 40. 279-288.

Flavell, J.H. 1979. Metacognitive Monitoring. Hillsdale, New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates, Publishers.

Herman, J. L., Aschbacher P. R., Einters L. 1992. A Practical Guide to Alternative Assessment. Alexandria : ASCD

Irwan, Z D. 2010. Prinsip-prinsip Ekologi : Ekosistem, Lingkungan, dan Pelestariannya. Jakarta : Bumi Aksara

Jacob, C. 2000. Belajar Bagaimana untuk Belajar Matematika: Suatu Telaah Strategi Belajar Efektif. Prosiding Seminar Nasional Matematika: Peran Matematika Memasuki Millenium III. ISBN: 979-96152-0-8; 443-447. Jurusan Matematika FMIPA ITS. Surabaya, 2 November 2000.

Jausovec, N. 1994. Metacognition in Creative Problem solving. New Jersey: Ablex Publishing Corporation

Kusmarni, Y. 2001. Penerapan Asesmen Kinerja dalam Pembelajaran IPS. Tesis. Universitas Negeri Jakarta : tidak diterbitkan.

Livingston, J. A. 1997. Metacognition : An Overview. Online. http://www.gse.buffalo.edu/fas/shuell/cep564/metacog.htm. Diakses 30 Juli 2011.

Miranda, Y. 2000. Pembelajaran Metakognitif Dalam Strategi Kooperatif Think-Pair-Share Dan Think-Think-Pair-Share+Metakognitif Terhadap Kemampuan Metakognitif Peserta didik Pada Biologi Di SMA Negeri Palangkaraya. Tesis. Universitas Palangkaraya : tidak diterbitkan

Mulyasa, E. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya


(5)

43

Nindiasari, H. 2004. Pembelajaran Metakognitif untuk Meningkatkan Pemahaman dan Koneksi Matematik Peserta didik SMU Ditinjau dari Perkembangan Kognitif Peserta didik. Tesis pada PPs Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Tidak diterbitkan.

Nitko, A J. and Brookhart, Susan M. 2007. Educational Assessment of Students. New Jersey : Upper Saddle River

Norman, E G. 1998. Assessment of Student Achievement. Viacom Company Needham Heights, MA.

Palar, H. 2008. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta : Rineka cipta

Peirce, W. 2004. Metacognition : Study Strategies, Monitoring, and Motivation. A Greatly Expanded Text Version of a Workshop Presented November 17th 2004 at Prince George’s Community College. Online. Diakses 30 Juli 2011.

Resosoedarmo, S., Kuswata K., Aprilani S. 1984. Pengantar Ekologi. Bandung : Remaja Karya

Riberu, P. 2002. Pembelajaran Ekologi. Jurnal Pendidikan Penabur. 1 : 1. 125-132.

Santiyasa, I W. 2006. Pembelajaran Inofatif : Model Kolaboratif, Basis Proyek, dan Orientasi NOS. Makalah. Bali : Universitas Pendidikan Ganesha

Slamet, J S. 1994. Kesehatan Lingkungan. Bandung : Gajah Mada University Press

Stigens, R. J. 1994. Student-Centered Classroom Assessment. New York : Mac Millan College Publishing Company

Sudjana, N. 1995. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : Remaja Rosdakarya

Sulaiman, S, Abdullah, Aliah Phang, dan Ali M. 2007. Kemahiran Metakognitif dalam Kalangan Pelajar Sekolah Menengah di Negeri Johor dalam Menyelesaikan Masalah Fizik. Laporan Teknikal. 75161


(6)

44

Suzana, Y. 2004. Pembelajaran dengan Pendekatan Metakognitif untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Matematik Peserta didik SMU. Disajikan pada Seminar Nasional Matematika: Matematika dan Kontribusinya terhadap Peningkatan Kualitas SDM dalam Menyongsong Era Industri dan Informasi, Bandung, 15 Mei 2004.

Tata. 2009. Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta didik Melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Metakognitif Berorientasi Teori Van Hiele. Tesis. Universitas Pendidikan Indonesia : tidak diterbitkan

Wulan, A. R. 2003. Permasalahan yang Dihadapi dalam Pemberdayaan Praktikum Biologi di SMU dan Upaya Penanggulangannya. Tesis. Tidak diterbitkan.

Weinert, F.E. dan Kluwe, R.H. 1987. Metacognition, Motivation, and Understanding. Hillsdale, New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates Publishers.

Zainul, A. 2001. Alternative Assessment. Jakarta : UT

Zakaria, E., Norazah M N, Sabri A. 2007. Trend Pengajaran dan Pembelajaran Matematik. Kuala Lumpur : Utusan Publications and Distributor Sdn Bhd.