PENERAPAN PEER ASSESSMENT PADA MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW UNTUK MENILAI KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI LISAN SISWA SMP MATERI PENCEMARAN LINGKUNGAN.
PENERAPAN PEER ASSESSMENT PADA MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW UNTUK MENILAI KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI LISAN
SISWA SMP MATERI PENCEMARAN LINGKUNGAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Jurusan Pendidikan Biologi
Oleh
MAYA ASIH ROHAENI 0801319
JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
(2)
Halaman Hak Cipta untuk Mahasiswa S1
========================================================== PENERAPAN PEER ASSESSMENT PADA MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW UNTUK MENILAI KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI LISAN
SISWA SMP MATERI PENCEMARAN LINGKUNGAN
Oleh
Maya Asih Rohaeni
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
© Maya Asih Rohaeni 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
April 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis
(3)
MAYA ASIH ROHAENI
PENERAPAN PEER ASSESSMENT PADA MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW UNTUK MENILAI KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI LISAN
SISWA SMP MATERI PENCEMARAN LINGKUNGAN
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH
PEMBIMBING:
Pembimbing I
Drs. Hj. Sariwulan Diana, M.Si. NIP.196202111987032003
Pembimbing II
Eni Nuraeni, M.Pd. NIP. 197606052001122001
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Biologi
Dr. H. Riandi, M.Si. NIP. 196305011988031002
(4)
ABSTRAK
Penelitian deskriptif berjudul “Penerapan Peer Assessment pada model pembelajaran Jigsaw untuk menilai kemampuan berkomunikasi lisan siswa SMP materi pencemaran lingkungan”. Penelitian bertujuan untuk mendeskripsikan pelaksanan Peer Assessment, kemampuan siswa dalam melakukan Peer Assessment pada model pembelajaran Jigsaw, serta respon/tanggapan guru dan siswa mengenai Peer Assessment. Pelaksanaan penelitian terbagi menjadi tiga tahap yaitu tahap perencanaan dan pelatihan, tahap penerapan, serta tahap akhir penelitian. Subjek penelitian yang digunakan adalah siswa SMP yang ditentukan dengan teknik
purposive. Penelitian dilakukan pada siswa kelas VII SMPN 1 Lembang
tahun ajaran 2012-2013 sebanyak 29 orang. Instrumen yang digunakan adalah rubrik pelaksanaan Peer Assessment pada model pembelajaran
Jigsaw, rubrik kemampuan berkomunikasi lisan, pedoman wawancara,
angket dan catatan lapangan. Pengambilan data dilakukan selama tahap perencanaan dan pelatihan, tahap penerapan, dan tahap akhir penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan Peer Assessment pada model pembelajaran Jigsaw berjalan dengan baik. Kendala utama yang ditemukan adalah pelaksanaan yang memakan waktu, siswa lebih peduli pada nilai ulangan dari pada nilai hasil Peer Assessment, sehingga kurang termanfaatkan dengan baik. Berdasarkan hasil yang diperoleh seluruh siswa dapat melakukan Peer Assessment dengan baik. Guru dan siswa memberikan tanggapan yang positif terhadap Peer Assessment.
Kata kunci : Peer Assessment, model pembelajaran Jigsaw, dan kemampuan berkomunikasi lisan.
ABSTRACT
The descriptive research was titled "Implementation of Peer Assessment on Jigsaw learning models to assess verbal communication ability in junior high school on environmental pollution concept". The purpose in this study are describing the implementation of Peer Assessment, students' ability to use Peer Assessment in Jigsaw learning model, and teacher and student responses. The research was divided into three phases: planning and training, implementation, and evaluation. The subject junior high was determined by purposive sampling technique. The study was conducted on students of class VII SMPN 1 Lembang, Bandung 2011-2012 school year as many as 29 peoples. The instruments used are the implementation of Peer Assessment rubrics on Jigsaw learning model, verbal communication abilities rubrics, interview guides, questionnaires and field notes. The results showed that the implementation of the Peer Assessment in Jigsaw
(5)
learning model was preferable. The main obstacle found are the implementation of Peer Assessment make consume time over; students are more concerned with test scores than the value of the Peer Assessment, so it is less utilized properly. Based on the results obtained by all the students was preferable in Peer Assessment. Teachers and students gave positive responses to the Peer Assessment.
Keywords: Peer Assessment, Jigsaw learning model, and the verbal communication ability.
(6)
DAFTAR ISI
Judul Halaman
PERNYATAAN... ABSTRAK...
i ii
KATA PENGANTAR... iii
DAFTAR ISI... v
DAFTAR TABEL... x
DAFTAR GAMBAR... xi
DAFTAR LAMPIRAN... xii
BAB I PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Rumusan Masalah... 5
C. Batasan Masalah... 6
D. Tujuan Penelitian... 6
E. Manfaat penelitian... 7
BAB II PEER ASSESSMENT PADA MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW UNTUK MENILAI KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI LISAN SISWA... 8
A. Peer Assessment... 8 1. Peer Assessment sebagai Inovasi dalam Penilaian Pembelajaran...
2. Pengertian, Prinsip, dan Tujuan Peer Assessment... 3. Keuntungan dan Kekurangan Peer Assesment... 4. Prosedur Pengelolaan Peer Assessment... a. Pemberian Motivasi Siswa terhadap Penerapan Peer Assessment... b. Pengembangan Kriteria Penilaian Presentasi dan Latihan Peer
Assessment bersama Siswa...
c. Feedback...
d. Pelaksanaan Peer Assessment... 8 9 10 13 13
13 14 14
(7)
f. Pemanfaatan Hasil Peer Assessment... g. Efisiensi...
15 15 B. Karakteristik Model Pembelajaran Jigsaw...
1. Model Pembelajaran Jigsaw... 2. Model Pembelajaran Jigsaw sebagai Sarana Pengembangan
Kemampuan Berkomunikasi Lisan... 3. Penggunaan Peer Assessment untuk Menilai Kemampuan Berkomunikasi
Lisan Siswa dalam Kelompok Pembelajaran...
15 15
19
20 C. Kemampuan Berkomunikasi Lisan... 21 1. Pengertian Komunikasi... 21 2. Unsur-Unsur Komunikasi... 3. Proses Komunikasi... 4. Jenis-Jenis Kemampuan Berkomunikasi... a. Kemampuan Berkomunikasi Tulisan... b. Kemampuan Berkomunikasi Lisan... 1. Presentasi Lisan sebagai bagian dari Komunikasi Lisan...
21 22 23 23 23 24 D. Materi Pencemaran Lingkungan...
1. Pencemaran Air... a. Pengertian... b. Sumber... c. Dampak... d. Upaya... 2. Pencemaran Tanah... a. Pengertian... b. Sumber... c. Dampak... d. Upaya... 3. Pencemaran Udara... a. Pengertian... 27 29 29 29 30 30 31 31 32 32 32 34 34
(8)
b. Sumber... c. Dampak... d. Upaya... 4. Pencemaran Suara...
a. Pengertian... b. Sumber... c. Dampak... d. Upaya...
35 35 35 35 35 36 36 37
BAB III METODE PENELITIAN... 38
A. Definisi Operasional... 38
B. Metode Penelitian... 39
C. Populasi, dan Sampel... 39
D. Instrumen Penelitian... 40
E. Teknik Pengumpulan Data... 41 F. Prosedur Pengumpulan Data...
a. Tahap Persiapan Penelitian... b. Tahap Pelaksanaan Penelitian... 1. Tahap Perencanaan dan Pelatihan... 2. Tahap Penerapan... c. Tahap Akhir Penelitian... G. Pengolahan Data...
a. Analisis Rubrik Peer Assessment... b. Analisis Rubrik Kemampuan Berkomunikasi Lisan... c. Analisis Angket... d. Analisis Wawancara... e. Analisis Catatan Penting...
42 42 44 44 48 49 51 51 51 52 53 53
(9)
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 54 A. Hasil Penelitian... 54
1. Pelaksanaan Peer Assessment untuk Menilai Kemampuan
Berkomunikasi Lisan Siswa... a. Motivasi Siswa terhadap Penerapan Peer Assessment... b. Pengembangan Kriteria Penilaian Kemampuan Berkomunikasi Lisan
Melalui Presentasi dan Latihan Peer Assessment bersama Siswa...
c. Feedback...
d. Pelaksanaan Peer Assessment... e. Komunikasi Hasil Peer Asssessment... f. Pemanfaatan Hasil Peer Assessment... g. Efisiensi... 54 58 60 63 65 69 70 71 2. Kemampuan Siswa Melakukan Peer Assessment untuk Menilai
Kemampuan Berkomunikasi Lisan Siswa... 3. Tanggapan Guru dan Siswa terhadap Pelaksanaan Peer Assessment
untuk Menilai Kemampuan Berkomunikasi Siswa... a. Kendala yang Dihadapi dalam Pelaksanaan Peer Assessment... b. Kelebihan dan Kekurangan Peer Assessment... c. Apresiasi Terhadap Penerapan Peer Assessment...
72 74 74 75 77 B. Pembahasan...
1. Pelaksanaan Peer Assessment untuk Menilai Kemampuan
Berkomunikasi Lisan Siswa... a. Pemberian Motivasi Siswa terhadap Penerapan Peer Assessment... b. Pengembangan Kriteria Penilaian Presentasi dan Latihan Peer
Assessment bersama Siswa...
c. Feedback...
d. Pelaksanaan Peer Assessment... e. Komunikasi Hasil Peer Assessment... f. Pemanfaatan Hasil Peer Assessment... g. Efisiensi... 78 78 80 80 82 82 84 84 85
(10)
2. Kemampuan Siswa dalam Melakukan Peer Assessment... 3. Tanggapan Guru dan Siswa terhadap Penerapan Peer Assessment...
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... A. Kesimpulan... B. Saran...
1. Bagi Guru... 2. Bagi Penelitian Lain...
DAFTAR PUSTAKA... LAMPIRAN-LAMPIRAN...
85 86
87 87 88 88 88
90 93
(11)
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1. Contoh Pembentukan Kelompok Asal Jigsaw... 17
2.2. Contoh Pembentukan Kelompok Ahli Jigsaw... 17
2.3. Proses Berkomunikasi... 22
3.1. Teknik Pengumpulan Data... 42
3.2. Kriteria Ideal Pelaksanaan Peer Assessment Pada Kegiatan Presentasi Untuk Menilai Kemampuan Berkomunikasi Siswa... 43
4.1. Kriteria Ideal Pelaksanaan Peer Assessment Pada Kegiatan Presentasi Untuk Menilai Kemampuan Berkomunikasi Lisan Siswa... 54
4.2. Mutu Pelaksanaan Peer Assessment... 71
4.3. Hasil Peer Assessment Pada Presentasi Untuk Menilai Kemampuan Berkomunikasi Lisan Siswa…….... 72
(12)
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1. Contoh Pembentukan Kelompok Asal Jigsaw... 2.2. Contoh Pembentukan Kelompok Ahli Jigsaw ... 2.3. Proses Komunikasi...
17 17 22 3.1. Contoh Pembentukan Kelompok asal Jigsaw... 3.2. Contoh Pembentukan Kelompok ahli Jigsaw... 3.3. Proses Peer Assessment pada pembelajaran Jigsaw dalam kelompok... 3.4. Bagan Alur Penelitian... 4.1. Ketercapaian Indikator Tahap Motivasi Berdasarkan Hasil Angket...
45 46 46 50 59 4.2. Ketercapaian Indikator Tahap Latihan Peer Asssessment Berdasarkan
Hasil Angket... 62 4.3. Ketercapaian Indikator Tahap Pemberian Feedback Latihan Peer
Asssessment Berdasarkan Hasil Angket... 64 4.4. Ketercapaian Indikator Tahap Pelaksanaan Peer Asssessment
Berdasarkan Hasil Angket... 68 4.5. Respon terhadap hasil peer assessment berdasarkan hasil angket... 70 4.6. Kendala yang Dihadapi pada Saat Pelaksanaan Peer Assessment
Berdasarkan Hasil Angket... 4.7. Kelebihan dan Kekurangan Pelaksanaan Peer Assessment Berdasarkan Hasil Angket... 4.8. Apresiasi Siswa Terhadap Pelaksanaan Peer Assessment Berdasarkan
Hasil Angket... 74
76
(13)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
A. Perangkat Pelaksanaan Pembelajaran... B. Instrumen Penelitian... C. Pengolahan Data...
93 107 129 D. Dokumentasi Penelitian... E. Surat Keterangan Penelitian... F. Riwayat Hidup...
143 146 148
(14)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kemampuan berkomunikasi perlu dimiliki oleh setiap siswa. Sebagai seorang ilmuan, siswa diharapkan memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik sehingga diharapkan dapat menyampaikan temuannya kepada masyarakat luas. Kemampuan berkomunikasi yang baik adalah komunikasi yang penyampaiannya efektif, tepat, praktis, dan tidak bermakna ganda (Dewi, 2008).
Effendi (2003) mengemukakan bahwa kemampuan berkomunikasi ditinjau dari sifatnya dapat dibedakan menjadi kemampuan berkomunikasi tulisan dan kemampuan berkomunikasi lisan. Komunikasi tulisan dapat berupa peta konsep, bagan, grafik, gambar, simbol-simbol, dan diagram sedangkan komunikasi lisan dapat berupa penyampaian informasi secara langsung salah satunya melalui kegiatan presentasi. Komunikasi tulisan dan lisan diperlukan dalam sains termasuk biologi. Menurut Rustaman (2003) kemampuan berkomunikasi sangat diperlukan dalam kegiatan pembelajaran biologi, salah satunya untuk menunjang kegiatan presentasi dan diskusi antar anggota kelompok. Sehingga kemampuan berkomunikasi siswa yang ditunjukkan pada saat kegiatan diskusi dapat merangsang keberanian dan kreativitas siswa dalam menentukan gagasan, membiasakan siswa bertukar pikiran dengan teman, menghargai, dan menerima pendapat orang lain serta belajar bertanggung jawab terhadap hasil pemikiran bersama.
Menurut Lie (2002) dalam pembelajaran biologi, kegiatan presentasi dan diskusi relatif sering dilaksanakan sehingga siswa diharapkan dapat membangun pengetahuan dengan lebih aktif melalui kegiatan presentasi dan diskusi. Menurut Dewi (2008) dalam pengelolaan presentasi dan diskusi masih terdapat kekurangan yang dirasakan terutama dalam hal
(15)
2
pengkomunikasian informasi yang akan disampaikan. Komunikasi mempunyai arti yang penting dalam menjalin interaksi selama pembelajaran di kelas yang berperan dalam menciptakan suasana belajar yang interaktif dan kondusif untuk menciptakan pembelajaran yang lebih baik, efektif, dan komunikatif diperlukan komunikasi yang baik antara guru dan siswa.
Lie (2002) berpendapat bahwa cara yang biasa digunakan guru untuk mengaktifkan siswa saat pembelajaran adalah dengan melibatkan seluruh siswa dalam diskusi kelas. Pada diskusi tersebut, sekelompok siswa diminta untuk mempresentasikan materi tertentu di depan kelas. Sementara itu, siswa yang lain duduk di kursi masing-masing. Sebagian besar siswa mengamati, memperhatikan, atau mengerjakan aktivitas lain. Ketika sesi tanya jawab, hanya sebagian kecil siswa yang bertanya atau menanggapi terhadap hasil presentasi yang disampaikan.
Selain masalah tersebut, masih terdapat masalah penting yang ditemukan dalam pengelolaan kegiatan presentasi yaitu penilaian. Penilaian terhadap kemampuan presentasi siswa secara konvensional dirasa masih belum dapat mengukur keterampilan individual siswa secara akurat dan adil. Hal tersebut didukung dengan pernyataan Race et al., (2005) yang mengungkapkan bahwa ketika menilai kemampuan siswa dalam kelompok, guru biasanya memberikan nilai yang sama rata untuk semua anggota kelompok. Dengan kata lain nilai kelompok dijadikan nilai individual siswa. Terdapat beberapa alasan mengapa penilaian terhadap presentasi siswa secara individual umumnya tidak dilaksanakan dengan baik. Menurut Ellington et al., (1997) guru kesulitan untuk menilai proses yang terjadi dalam kelompok secara objektif dan adil. Penilaian proses dalam kelompok tidak praktis dan sangat merepotkan. Selain itu, kemungkinan besar guru tidak dapat mendampingi di setiap kelompok ketika proses pembelajaran berlangsung dikarenakan pertimbangan jumlah murid yang banyak, materi pelajaran yang banyak, sementara waktu pembelajaran sempit.
(16)
3
Berdasarkan masalah tersebut, diperlukan suatu metode yang efektif untuk mengelola kegiatan presentasi siswa sekaligus cara penilaiannya. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk menilai kemampuan presentasi adalah peer assessment (penilaian sebaya). Menurut Toohey (Wilson, 2002) tujuan peer assessment adalah pemberdayaan siswa dalam melakukan penilaian dan menerima penilaian. Adapun keuntungan yang diperoleh dari penerapan peer assessment sebagai berikut: memotivasi siswa menjadi lebih mandiri dalam belajar, merasa lebih dilibatkan, mendorong siswa untuk lebih kritis dalam menganalisa suatu pekerjaan yang melihatnya lebih dari sekedar nilai, membantu mengklarifikasi kriteria penilaian dalam pengambilan keputusan, menilai kemampuan yang akan dinilai, mengurangi beban guru dalam menilai, menjadikan penilaian sebagai bagian dari proses pembelajaran yang menekankan pada proses bukan hanya pada produk. Dalam proses penilaian, siswa didampingi oleh observer. Observer merupakan subjek yang belum mengenal keseharian siswa yang bertujuan memberikan penilaian secara objektif. Dalam hal ini untuk mengurangi subjektifitas penilaian yang merupakan kekurangan dari sistem peer assessment.
Berdasarkan keterangan tersebut, kemampuan berkomunikasi lisan melalui presentasi siswa dapat dinilai dengan menggunakan peer
assessment yang dilakukan selama pembelajaran. Model pembelajaran
yang dipilih diharapkan dapat mengakomodasi peer assessment dan kemampuan berkomunikasi lisan melalui presentasi sekaligus. Model pembelajaran yang dapat mengakomodasi kemampuan berkomunikasi lisan melalui presentasi dan peer assessment adalah model pembelajaran
Jigsaw.
Menurut Slavin (2008) esensi dari model pembelajaran Jigsaw yaitu pembelajaran dimana setiap siswa dalam kelompok memiliki satu penggalan informasi yang masing-masing berbeda dan bertanggung jawab untuk mengajarkannya kembali kepada teman-teman satu kelompoknya. Setelah seluruh gambaran informasi bergabung, siswa telah memiliki
(17)
4
puzzle utuh yang disebut “Jigsaw”. Model pembelajaran Jigsaw menuntut setiap anggota memahami satu sub konsep dan bertanggung jawab untuk menyampaikannya kembali kepada teman-temannya. Dengan demikian pembelajaran ini akan memotivasi siswa untuk belajar sunguh-sungguh, karena ada tanggung jawab yang dibebankan kepada dirinya. Dalam pembelajaran Jigsaw, terdapat tahap kelompok asal. Dimana dalam kelompok ini, setiap anggota kelompok dituntut untuk menjelaskan suatu bagian materi kepada teman satu kelompoknya terdiri dari sub konsep yang berbeda. Setelah terjadi diskusi sebelumnya di kelompok ahli yang berasal dari anggota kelompok yang sub konsepnya sama. Pada saat berlangsungnya presentasi dan diskusi dalam kelompok Jigsaw, posisi siswa lebih baik daripada guru untuk melakukan penilaian. Karena guru akan mengalami kesulitan dalam mengamati dan menilai secara langsung selama proses presentasi yang terjadi dalam setiap kelompok pada waktu yang bersamaan. Selain itu, pada saat presentasi berlangsung yang berperan sebagai komunikator dan komunikan adalah siswa.
Dengan demikian, siswa dipandang lebih berhak daripada guru untuk melakukan penilaian satu sama lain terhadap presentasi teman satu kelompoknya. Sehingga peer assessment dianjurkan pada kegiatan ini.
Peer assessment dapat membantu meringankan tugas guru dalam menilai
proses kelompok atau kinerja siswa (Zariski, 1996; Isaacs, 1999). Sayangnya, tidak semua guru mengetahui prosedur pelaksanaan peer
assessment yang efektif. Sehingga model pembelajaran Jigsaw tepat
untuk dikombinasikan dengan peer assessment yang bertujuan untuk menilai kemampuan berkomunikasi siswa. Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian mengenai bagaimanakah penerapan peer assessment pada model pembelajaran Jigsaw untuk menilai kemampuan berkomunikasi lisan melalui presentasi menjadi penting untuk dilakukan.
Beberapa penelitian terdahulu tentang penerapan peer assessment, diantaranya oleh Latifah (2008) mengenai penerapan peer assessment pada kegiatan paktikum sistem ekskresi untuk menilai kemampuan kerja sama
(18)
5
siswa SMA. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa sebagian besar siswa telah memiliki kemampuan dalam melakukan peer assessment dengan baik. Meskipun siswa dikatakan telah memiliki kemampuan baik dalam melakukan peer assessment, tetapi hasil dari penilaiannya tersebut belum dapat dimanfaatkan sepenuhnya oleh guru.
Untuk itu, perlu dikaji lebih lanjut mengenai penerapan peer
assessment pada model pembelajaran Jigsaw untuk menilai kemampuan
berkomunikasi lisan siswa. Dalam menunjang analisis penerapan peer
assessment pada model pembelajaran Jigsaw berupa kegiatan presentasi di
mana materi pokok yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran adalah materi pencemaran lingkungan. Materi pencemaran lingkungan mudah untuk dibagi menjadi beberapa bagian sehingga mendukung karakteristik model pembelajaran Jigsaw. Lebih jauhnya, materi pencemaran lingkungan merupakan materi yang kontekstual dalam kehidupan sehari-hari dan menjadi bahan yang menarik untuk dikomunikasikan dikarenakan kerusakan lingkungan yang semakin mengkhawatirkan, sehingga diharapkan dapat mendorong siswa untuk lebih menjaga dan melestarikan lingkungan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai
berikut “Bagaimanakah penerapan peer assessment pada model pembelajaran Jigsaw untuk menilai kemampuan berkomunikasi lisan siswa SMP materi pencemaran lingkungan?”
Untuk lebih memperjelas apa yang diperoleh maka permasalahan tersebut dijabarkan menjadi pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimanakah pelaksanaan peer assessment pada model pembelajaran
(19)
6
2. Bagaimanakah kemampuan siswa dalam melakukan peer assessment pada model pembelajaran Jigsaw untuk menilai kemampuan berkomunikasi lisan siswa SMP?
3. Respon/tanggapan siswa dan guru terhadap penerapan peer
assessment untuk menilai kemampuan berkomunikasi lisan siswa
SMP?
C. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diungkapkan, dan agar penelitian ini lebih terarah, maka permasalahannya dibatasi sebagai berikut:
1. Kemampuan berkomunikasi yang diukur adalah kemampuan berkomunikasi lisan melalui presentasi.
2. Model pembelajaran yang dilaksanakan ketika penelitian adalah
Jigsaw tahapan presentasi pada kelompok asal.
3. Yang menjadi materi pembelajaran selama penelitian berlangsung adalah pencemaran lingkungan yaitu pencemaran air, tanah, udara, dan suara.
D. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui penerapan peer assessment pada model pembelajaran Jigsaw untuk menilai kemampuan berkomunikasi lisan siswa SMP, berdasarkan tujuan penelitian diatas dapat dijabarkan menjadi tujuan khusus sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan pelaksanaan peer assessment dalam model pembelajaran Jigsaw untuk menilai kemampuan berkomunikasi lisan siswa SMP.
2. Mengetahui kemampuan siswa dalam melakukan peer assessment pada model pembelajaran tipe Jigsaw untuk menilai kemampuan berkomunikasi lisan siswa SMP.
(20)
7
3. Mengetahui respon/tanggapan siswa dan guru terhadap pelaksanaan
peer assessment pada model pembelajaran Jigsaw untuk menilai
kemampuan berkomunikasi lisan siswa SMP.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat diantaranya:
1. Bagi guru,
a) penerapan peer assessment dapat dijadikan sebagai penilaian saat melakukan kegiatan presentasi untuk menilai kemampuan berkomunikasi siswa,
b) memperoleh gambaran mengenai cara mengelola peer assessment dalam pembelajaran Jigsaw serta kemungkinan kendala yang dihadapi, dan
c) memberikan kontribusi penilaian yang dapat dijadikan sebagai data pelengkap dari penilaian yang guru lakukan.
2. Bagi siswa,
a) memberikan motivasi kepada siswa untuk terlibat secara langsung dalam proses penilaian yang merupakan bagian dari proses pembelajaran,
b) mendorong siswa untuk lebih kritis dalam menganalisa pekerjaan serta melihatnya lebih dari sekedar nilai tetapi sebagai pengalaman belajar,
c) membantu siswa menjadi lebih mandiri, selalu bersikap jujur, bertanggung jawab, objektif dalam menilai sesuatu, dan
d) memperoleh feedback dari hasil peer assessment yang dapat digunakan untuk menilai kemampuan berkomunikasi lisan.
(21)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Definisi Operasional
Penelitian ini menitikberatkan pada tiga aspek, yaitu pelaksanaan peer
assessment, model pembelajaran Jigsaw, dan kemampuan berkomunikasi
lisan siswa. Untuk menghindari berbagai penafsiran terhadap istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka diberikan penjelasan beberapa definisi operasional sebagai berikut:
1. Peer assessment merupakan salah satu bentuk penilaian alternatif, di
mana prosesnya melibatkan siswa sebagai observer untuk menilai siswa lain dalam kelompoknya berdasarkan aspek-aspek kemampuan berkomunikasi yang muncul pada saat kegiatan presentasi berlangsung dengan menggunakan rubrik kemampuan berkomunikasi lisan. Proses
peer assessment terjadi pada saat pemberian skor presentasi terhadap
suatu materi yang dikemukakan oleh siswa kepada siswa lain dalam satu kelompok asal Jigsaw. Kemampuan siswa dalam melakukan peer
assessment adalah persentase rata-rata kesepakatan/kesamaan persepsi
hasil penilaian siswa dengan observer terhadap presentasi siswa dalam masing-masing kelompok (Lampiran B.1).
2. Model pembelajaran Jigsaw adalah model pembelajaran yang menitikberatkan kepada kerja kelompok siswa dalam kelompok kecil secara heterogen dan siswa bekerja sama dan saling bertanggung jawab. Kegiatan siswa dalam kelompok yang terdiri dari 5 orang anggota yang disebut dengan kelompok asal dan kemudian dibentuk kelompok ahli yang berasal dari anggota kelompok asal. Setiap anggota dalam kelompok asal mempresentasikan sub materi pencemaran lingkungan yang berbeda satu sama lain secara bergiliran. Para anggota dari kelompok yang berbeda dengan topik yang sama bertemu untuk mendiskusikan (kelompok ahli) untuk saling membantu satu sama lain
(22)
39
tentang topik pembelajaran yang ditugaskan kepada mereka. Kemudian siswa-siswa itu kembali pada tim/kelompok asal untuk menjelaskan kepada anggota kelompok yang lain tentang apa yang telah mereka pelajari sebelumnya pada pertemuan kelompok ahli. Dan kemudian dipresentasikan oleh kelompok asal (Lampiran B.2).
3. Penilaian kemampuan berkomunikasi lisan adalah skor siswa saat melakukan komunikasi hasil diskusi dalam mempresentasikan hasil berupa poster pada materi pencemaran lingkungan secara lisan yang dikemukakan oleh siswa lain dalam suatu kelompok Jigsaw dengan menggunakan rubrik kemampuan berkomunikasi lisan (Lampiran B.4).
B. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode deskriptif, yaitu metode yang bertujuan untuk memperoleh suatu gambaran secara faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dari gejala yang ada serta membuat suatu perbandingan terhadap hal yang ingin diteliti. Metode ini juga ditujukan untuk mendeskripsikan fakta sebanyak-banyaknya terhadap suatu objek kajian tanpa adanya perlakuan atau manipulasi variabel. Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian kualitatif yang cenderung fokus terhadap suatu permasalahan (Sugiyono, 2009).
C. Populasi dan Sampel
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Lembang. Sampel dalam penelitian ini adalah kelas VII-I tahun ajaran 2012/2013.
Pemilihan subjek penelitian dilakukan melalui teknik purposive, teknik ini merupakan teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2009). Pemilihan kelas pada penelitian ini berdasarkan observasi awal dan wawancara non formal dengan guru biologi kelas VII, dipilih kelas VII I dikarenakan kelas ini merupakan kelas yang aktif dalam presentasi dan diskusi tetapi memiliki nilai rendah dalam nilai ulangan.
(23)
40
Kelas VII-I ini merupakan kelas uji coba sekaligus yang digunakan sebagai kelas penelitian, karena diperlukan adanya pembiasaan siswa dalam menggunakan peer assessment untuk menilai kemampuan berkomunikasi siswa.
Berdasarkan observasi awal yang dilakukan serta ditambah hasil wawancara non formal dengan guru biologi, staf kurikulum serta siswa, dapat disimpulkan bahwa prestasi siswa saat masuk ke sekolah ini sangat tinggi.
Sekolah yang menjadi tempat penelitian adalah sekolah negeri yang tergolong favorit di Kabupaten Bandung Barat bahkan di Jawa Barat. Penelitian dilakukan di lokasi ini karena tingkat pemahaman siswa yang cukup baik untuk menunjang dalam menunjang kegiatan pembelajaran terutama pengembangan kemampuan berkomunikasi yang dapat dilakukan pada pelaksanaan peer assessment. Menurut wawancara yang dilakukan kepada siswa dan guru, siswa belum pernah melaksanakan peer
assessment sebelumnya karena guru belum pernah menerapkan sistem
penilaian seperti ini. Dengan melihat latar belakang siswa di sekolah ini, dirasa tidak ada hambatan yang berarti dalam hal pemahaman materi siswa. Dengan demikian, diharapkan motivasi untuk mengikuti peer
assessment lebih tinggi. Selain itu, akan terasa lebih bermanfaat bagi
subjek yang diteliti terutama dalam hal pengalaman penilaian.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Rubrik pelaksanaan peer assessment
Rubrik pelaksanaan peer assessment memuat aspek tahapan pelaksanaan peer assessment, digunakan untuk menghimpun data mengenai pelaksanaan peer assessment pada materi pencemaran lingkungan (Lampiran B.2).
(24)
41
2. Rubrik penilaian kemampuan berkomunikasi lisan
Berupa rubrik yang di dalamnya berisi indikator untuk menilai kemampuan berkomunikasi lisan siswa melalui presentasi (Lampiran B.4).
3. Angket
Digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa tentang penerapan peer
assessment yang dilakukan dalam model pembelajaran Jigsaw, kendala
yang dihadapi ketika pelaksanaan hingga tahap penerapan dalam model pembelajaran Jigsaw dan kesulitan yang dihadapi oleh siswa dalam melakukan peer assessment selama pembelajaran (Lampiran B.7). 4. Pedoman wawancara guru
Digunakan untuk mengungkap respon/tanggapan guru tentang penerapan peer assessment siswa untuk menilai kemampuan berkomunikasi lisan siswa ketika melakukan peer assessment (Lampiran B.8).
5. Catatan lapangan, yang dibuat selama penelitian di lapangan berlangsung yang memuat kejadian-kejadian faktual selama penggunaan instrumen dan saat pelaksanaan kegiatan belajar mengajar.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini terdiri dari pengisian rubrik pelaksanaan peer assessment, rubrik penilaian kemampuan berkomunikasi lisan, angket oleh siswa, observasi, wawancara terhadap guru mata pelajaran, dan dokumentasi penelitian atau catatan lapangan (anecdotal record). Adapun rincian teknik pengumpulan data berikut ini.
(25)
42
Tabel 3.1 Teknik pengumpulan data
Metode Deskripsi Teknik pencatatan data
Observasi Observasi dilakukan pada beberapa kegiatan berikut :
1. studi pendahuluan mengenai karakteristik subjek penelitian, metode dan sistem penilaian yang biasa dilakukan di kelas. 2. pelaksanaan peer assessment yang
meliputi :
a. kegiatan sebelum pembelajaran b. saat pembelajaran :
Observasi pelaksanaan peer assessment dilakukan pada saat siswa menilai secara objektif terhadap temannya melalui rubrik penilaian kemampuan berkomunikasi lisan selama kegiatan presentasi berlangsung.
c. setelah pembelajaran.
1. Hal-hal penting dicatat dalam catatan lapangan penelitian berdasarkan urutan kejadian secara kronologis.
2. Kegiatan pembelajaran
didokumentasikan dengan kamera. 3. Presentasi siswa dalam kelompok
diobservasi menggunakan rubrik kemampuan berkomunikasi lisan. 4. Observer mengisi rubrik keterlaksanaan
peer assessment.
Angket Angket diberikan pada siswa setelah seluruh tahap pelaksanaan peer assessment selesai dilaksanakan.
(Tidak ada teknik pencatatan khusus selain dari pengisian angket oleh siswa).
Wawancara Wawancara formal dilakukan pada perwakilan siswa dan guru. Wawancara dilakukan setelah semua tahapan pelaksanaan peer assessment selesai dilaksanakan dan siswa sudah mengisi angket. Selain wawancara formal, juga dilakukan wawancara non formal yang tidak terikat.
Perekaman data dilakukan dengan menggunakan recorder atau catatan. Hasil wawancara kemudian ditranslasikan ke dalam bentuk teks.
Hasil wawancara non formal dicatat pada catatan penelitian.
Dokumentasi Dokumen hasil observasi, angket dan wawancara dikumpulkan dan menjadi sumber data pelaksanaan peer assessment dan kendala yang ditemukan
dalam pelaksanaan tersebut.
Tabulasi data kamudian hasilnya digunakan untuk mengisi rubrik pelaksanaan peer assessment.
F. Prosedur Pengumpulan Data
Penelitian ini terdiri atas tahap persiapan penelitian, pelaksanaan penelitian dan tahap akhir penelitian. Adapun tahapannya adalah sebagai berikut.
a. Tahap Persiapan Penelitian
Sebelum pelaksanaan penelitian, terlebih dahulu dilakukan studi pendahuluan mengenai karakteristik siswa, guru, sekolah, model pembelajaran, metode pengajaran, dan sistem penilaian yang biasa dilakukan guru di kelas. Selanjutnya, dilanjutkan dengan menentukan subjek penelitian. Sementara itu, dilakukan kajian literatur dan diskusi dengan dosen ahli mengenai peer assessment. Dari proses tersebut didapatkan kriteria pelaksanaan peer assessment ideal.
(26)
43
Tabel 3.2 Kriteria ideal pelaksanaan peer assessment pada kegiatan presentasi untuk menilai kemampuan berkomunikasi lisan siswa
No. Aspek pelaksanaan
peer assessment Indikator
Sumber penilaian
1. Motivasi siswa
terhadap penerapan peer assessment
1) Siswa mengetahui informasi dan tujuan peer assessment
Angket, observasi, wawancara 2) Siswa mengetahui manfaat
melaksanakan peer assessment
Angket , observasi, wawancara 3) Siswa memberikan respon
positif/memperlihatkan ketertarikan terhadap peer assessment
Angket , observasi, wawancara 2. Pengembangan kriteria penilaian presentasi dan latihan peer assessment bersama siswa
1) Siswa mengikuti latihan peer assessment yang diadakan oleh guru
Observasi
2) Siswa memberi masukan kriteria yang harus dinilai pada presentasi saat latihan
Observasi
3) Siswa mengerti dalam
pelaksanaan peer assessment pada saat kegiatan presentasi
Angket, observasi
4) Siswa memahami kriteria penilaian presentasi
Angket, Observasi 5) Siswa menyepakati standar mutu
penilaian presentasi setelah dilakukan diskusi
Angket, observasi
3. Feedback 1) Siswa lebih mempersiapkan diri untuk belajar
Angket, wawancara 2) Siswa berusaha menampilkan
kemampuan yang terbaik
Angket, wawancara 3) Siswa memiliki keinginan untuk
meningkatkan kemampuan berkomunikasi dalam presentasi
Wawancara
4.
Pelaksanaan peer assessment
1) Siswa penilai dapat melaksanakan penilaian sesuai dengan lembar penilaian kemampuan berkomunikasi lisan
Angket, Observasi
2) Siswa penilai jujur dan objektif dalam menilai
Angket.,
observasi, wawancara 3) Siswa penilai mandiri pada saat
menilai
Observasi 4) Siswa antusias saat mengikuti
kegiatan presentasi
Angket, observasi, wawancara 5) Kegiatan presentasi lancar/tidak
ada hambatan dalam pelaksanaan peer assessment
Observasi, wawancara
6) Konsentrasi siswa pada kegiatan presentasi tidak terganggu
Observasi, wawancara 7) Situasi kelas terkendali dan
kondusif
Observasi 8) Waktu pembelajaran dan
pelaksanaan peer assessment sesuai dengan alokasi yang diberikan
Angket, observasi
(27)
44
5. Komunikasi hasil
peer assessment
1) Siswa mendapatkan hasil penilaian presentasi
Observasi 2) Hasil penilaian dikomunikasikan
secara tertulis di kelas
Observasi 3) Keluhan siswa terhadap hasil
penilaian
Observasi, wawancara 6. Pemanfaatan hasil
peer assessment
1) Pemanfaatan hasil peer assessment oleh guru untuk kontribusi terhadap nilai akhir siswa
Wawancara
7. Efisiensi 1) Waktu yang diperlukan untuk
melaksanakan peer assessment secara keseluruhan efisien
Observasi
2) Pelaksanaan peer assessment dapat mengefisienkan tenaga
Observasi, wawancara
Kemudian, dilakukan kajian literatur mengenai keterampilan komunikasi lisan. Dari kegiatan ini, diperoleh aspek-aspek presentasi yang baik sebagai bagian dari keterampilan komunikasi lisan. Indikator tersebut adalah: 1) Pengorganisasian presentasi; 2) isi materi presentasi; 3) cara dan ekspresi tubuh dalam menjelaskan; 4) penggunaan media presentasi; 5) kejelasan bahasa dan suara; 6) efisiensi waktu ; 7) menyimak penjelasan dengan antusias dan empatik. Setelah itu dipersiapkan instrumen pengumpul data. Instrumen yang dibutuhkan dalam mengumpulkan data akan diuraikan dalam bagian tersendiri. Setelah itu, dilakukan judgement kepada dosen ahli. Uji coba terhadap rubrik kemampuan berkomunikasi lisan dilakukan selama kegiatan latihan peer assessment. Dilanjutkan dengan membuat rencana pelaksanaan pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian termasuk membuat task dan desain kegiatan peer
assessment pada model pembelajaran Jigsaw.
b.Tahap Pelaksanaan Penelitian
Tahapan ini terbagi menjadi dua bagian yaitu tahap perencanaan dan latihan, serta tahap penerapan.
1. Tahap Perencanaan dan Pelatihan
Pada pertemuan pertama, pemberian informsi awal kepada siswa mengenai peer assessment, dan model pembelajaran Jigsaw sekaligus memotivasi siswa dengan cara memberitahukan informasi mengenai tujuan dan keuntungan peer assessment, juga memberitahukan bahwa latihan pelaksanaan dan pengembangan peer assessment akan
(28)
45
dilaksanakan pada saat materi ekosistem dan penerapannya akan dilaksanakan pada materi pencemaran lingkungan. Selanjutnya dilakukan pembagian kelompok yang di lakukan di luar jam pelajaran. Siswa dikelompokkan menjadi enam kelompok asal yang terdiri dari lima siswa dan setelah itu dikembangkan lagi menjadi lima kelompok ahli. Pengelompokkan siswa berdasarkan hasil prestasi belajar semester sebelumnya dan keaktifan siswa dalam pembelajaran. Proses pengelompokkan ini, dibantu oleh guru biologi yang mengajar di kelas tersebut. Berikut ini adalah contoh pembentukan model pembelajaran
Jigsaw yang terdiri dari kelompok asal dan ahli.
Kelompok Asal
Gambar 3.1 Contoh pembentukan kelompok asal Jigsaw
Keterangan :
Kelompok 1 terdiri dari A1, B1, C1, D1, E1 Kelompok 2 terdiri dari A2, B2, C2, D2, E2 Kelompok 3 terdiri dari A3, B3, C3, D3, E3 Kelompok 4 terdiri dari A4, B4, C4, D4, E4 Kelompok 5 terdiri dari A5, B5, C5, D5, E5 Kelompok 6 terdiri dari A6, B6, C6, D6 Kelompok 1
A 1 B1 C1
D1 E1
A2 B2 C2
D2 E2
A 3 B3 C3 D3 E3
A4 B4 C4
D4 E4
A5 B5 C5 D5 E5
A6 B6 C6 D6 Kelompok 2
Kelompok 6 Kelompok 3
Kelompok 5 Kelompok 4
(29)
46
Kelompok Ahli
Gambar 2.2 Contoh Pembentukan Kelompok ahli Jigsaw
Langkah-langkah dalam penerapan teknik Jigsaw adalah sebagai berikut : Gambar 3.2 Contoh pembentukan kelompok ahli Jigsaw
Proses peer assessment pada pembelajaran Jigsaw dalam kelompok
Gambar 3.3 Proses peer assessment pada pembelajaran Jigsaw dalam kelompok
Keterangan :
A : Siswa menerangkan materi pencemaran yang akan dipresentasikan. P1 : Siswa penilai pertama yang menilai kemampuan berkomunikasi lisan siswa yang
dinilai. P2 : Siswa penilai kedua yang menilai kemampuan berkomunikasi lisan siswa
yang dinilai. P3 : Siswa penilai ketiga yang menilai kemampuan berkomunikasi lisan siswa yang
dinilai
P4 : Siswa penilai keempat yang menilai kemampuan berkomunikasi lisan siswa yang
dinilai. Kelompok Asal 1 Kelompok Asal 5 Kelompok Asal 4 Kelompok Asal 2 Kelompok Asal 3 Kelompok Asal 6 kelompok ahli 1 kelompok ahli 2 kelompok ahli 3 Belajar Materi 1 Belajar Materi 2 Belajar Materi 3 kelompok ahli 4 Belajar Materi 4 kelompok ahli 5 Belajar Materi 5 SATU KELOMPOK
JIGSAW O
A
P1
P4 P3
(30)
47
O : Observer yang telah dilatih melakukan penilaian terhadap kemampuan berkomuniksi lisan siswa pada setiap anggota kelompok.
Pada pertemuan selanjutnya dilaksanakan latihan peer assessment. Pada saat latihan ini kriteria penilaian presentasi mulai dikembangkan bersama dengan siswa yang akan melakukan peer assessment. Pengembangan kriteria penilaian presentasi didasarkan pada kriteria presentasi ideal hasil kajian literatur dan judgement ahli. Dalam latihan ini juga dilakukan diskusi dan negosiasi bersama siswa mengenai kriteria penilaian beserta standar mutu penilaiannya. Selain itu didiskusikan juga peraturan dalam pelaksanaan peer assessment sampai siswa mengerti apa yang harus mereka lakukan saat penerapan nanti. Latihan ini dilakukan secara bertahap dan terintergrasi dengan pembelajaran.
Pelatihan juga dilakukan pada observer yang akan bertugas mengobservasi kegiatan peer assessment pada setiap kelompok ketika pelaksanaan penelitian nanti. Penentuan observer dilakukan dengan berbagai pertimbangan. Inti dari pelatihan ini adalah mengupayakan agar observer mengerti akan tugasnya ketika penelitian serta memiliki pemahaman akan kriteria yang relatif sama dengan peneliti dan observer lainnya. Kriteria ini selanjutnya dibuat rubrik penilaian presentasi. Rubrik ini kembali didiskusikan bersama ahli dan dikomunikasikan dengan observer sebelum penerapan peer assessment.
Pada saat latihan, observer ikut serta dalam pembelajaran. Latihan saat itu difokuskan untuk memberikan situasi yang mirip dengan pelaksanaan penelitian sesungguhnya. Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan sesuai dengan task dan desain KBM yang telah dikemukakan. Pada kesempatan ini, observer diminta untuk menyamakan persepsi penilaian dengan siswa. Dari hasil latihan dilakukan perbaikan
task dan rubrik penilaian kemampuan berkomunikasi lisan. Di akhir
simulasi, siswa diberi tugas untuk mempersiapkan keperluan presentasi seperti media presentasi dalam bentuk poster yang telah ditentukan
(31)
48
kriterianya, dan menyiapkan diri untuk presentasi materi pencemaran lingkungan yang telah dibagi sebelumnya untuk pertemuan selanjutnya.
2. Tahap Penerapan
Penerapan peer assessment ini dilakukan pada materi pencemaran lingkungan yang telah dibagi menjadi sub materi yaitu pencemaran tanah, air, udara, suara, dan kompleks materi pencemaran secara keseluruhan. Setelah itu dilakukan penilaian kemampuan berkomunikasi lisan melalui presentasi yang dibantu oleh observer.
Langkah selanjutnya, siswa diminta untuk melakukan kegiatan sesuai dengan desain kegiatan belajar mengajar yang telah dijelaskan sebelumnya. Kegiatan belajar mengajar saat itu sama dengan kegiatan yang dilakukan ketika pelaksanaan yang dilakukan pada materi pencemaran lingkungan. Observasi dilakukan ketika kegiatan berlangsung. Sementara itu, observer melakukan observasi terhadap proses yang terjadi dalam kelompok masing-masing. Guru yang hadir saat penelitian juga ikut mengamati jalannya kegiatan. Langkah terakhir adalah mengumpulkan rubrik penilaian kemampuan berkomunikasi lisan siswa dan observer di akhir pembelajaran. Setelah pembelajaran selesai, dilakukan wawancara terhadap guru yang ikut mengamati pelaksanaan peer assessment untuk menggali keterangan seputar penerapan peer assessment pada
pembelajaran Jigsaw untuk menilai keterampilan berkomunikasi lisan siswa. Berikutnya, dilaksanakan diskusi hasil observasi dengan observer untuk memperjelas informasi mengenai temuan yang muncul saat pelaksanaan penelitian.
Hasil peer assessment terhadap kemampuan berkomuniksi lisan melalui presentasi diolah dan kemudian mendapatkan skor presentasi masing-masing siswa. Skor tersebut kemudian dijadikan nilai dan dikomunikasikan dengan siswa. Selanjutnya siswa diberi angket yang berkaitan dengan pelaksanaan peer assessment. Selain itu dilakukan juga wawancara kepada perwakilan siswa dengan tujuan untuk memperoleh keterangan yang lebih dalam mengenai pelaksanaan peer assessment.
(32)
49
Langkah selanjutnya adalah mengumpulkan seluruh data penelitian untuk dianalisis. Hasil analisis tersebut dibuat suatu kesimpulan dan rekomendasi. Langkah terakhir adalah melaporkan hasil penelitian.
c. Tahap Akhir Penelitian
Tahap akhir dari penelitian didapatkan :
1)Data yang telah diperoleh dari hasil penelitian kemudian dianalisis dan dibahas
2)Penarikan kesimpulan dari analisis data dan pembahasan
Secara singkat, prosedur pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini digambarkan pada Gambar 3.4.
(33)
50
Gambar 3.4. Bagan alur penelitian Tahap
pelaksanaan penelitian
Penyusunan rubrik presentasi siswa
Pengolahan data Koleksi data
Pelaksanaan peer assessment pada
pembelajaran Jigsaw materi pencemaran lingkungan
Pemberian pengalaman/latihan
melakukan peer assessment presentasi lisan pada siswa sekaligus pengembangan dan negosiasi kriteria presentasi lisan
bersama siswa
Pemotivasian siswa:
1.pengenalan peer assessment dan Jigsaw
2.pemberitahuan pentingnya presentasi serta tujuan dan keuntungan peer assessment
Penentuan subjek penelitian Studi pendahuluan mengenai
sistem penilaian yang biasa diterapkan guru di kelas Kajian literatur dan
diskusi dengan ahli
Perumusan masalah
Penyusunan task pelaksanaan
peer assessment pada
pembelajaran Jigsaw untuk menilai
keterampilan presentasi siswa kriteria
pelaksanaan
peer assessment
ideal kriteria
presentasi ideal
(34)
51
G. Pengolahan Data
Analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis angket, rubrik pelaksanaan peer
assessment, dan rubrik penilaian kemampuan berkomunikasi lisan
sedangkan analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis hasil wawancara dan catatan penting. Data yang diperoleh dari penelitian ini diolah dengan cara sebagai berikut:
a. Analisis Rubrik Peer Assesment
Analisis rubrik pelaksanaan peer assessment, yaitu dilakukan dengan: 1. Menganalisis pelaksanaan peer assessment dengan menggunakan data
hasil angket, wawancara dan atau catatan penelitian ke dalam masing-masing kriteria yang relevan pada rubrik pelaksanaan peer assessment sebagai sumber data.
2. Mengisi rubrik pelaksanaan peer assessment pada model pembelajaran
Jigsaw
berdasarkan data yang tersedia.
3. Menganalisis tiap kriteria dengan menggunakan sumber data yang ada. 4. Melakukan interpretasi terhadap data rubrik pelaksanaan peer
assessment pada model pembelajaran Jigsaw.
5. Mengidentifikasi kendala pelaksanaan peer assessment berdasarkan sumber data tersebut.
b. Analisis Rubrik Kemampuan Berkomunikasi Lisan
Analisis rubrik dilakukan dengan
1. Melakukan tabulasi hasil pengamatan siswa dan observer terhadap presentasi siswa dalam kelompok masing-masing. Data yang dipakai hanya bersumber dari 29 siswa.
2. Membuat tabel kontingensi hasil pengamatan masing-masing siswa dan observer.
3. Menghitung perolehan nilai pada lembar observasi untuk menilai kemampuan berkomunikasi secara lisan
(35)
52
Perhitungan data lembar observasi dilakukan dengan menjumlahkan
dan memberi skor banyaknya kemunculan tanda (√) pada setiap aspek
pada kemampuan berkomunikasi lisan yang dinilai. Kemampuan yang muncul diberi skor sesuai dengan yang tertera pada masing-masing kemampuan. Data dari lembar observasi siswa, dihitung dengan menjumlahkan skor kemunculan tiap item aspek penilaian siswa yaitu dengan rumus (Arifin, 2009 dalam Ayu, 2011):
����� =��
�� � 100
Keterangan :
�X = Jumlah skor yang diperoleh siswa �S = Jumlah skor maksimal yang diharapkan
(Arifin, 2009 dalam Ayu Marwanti, 2011) Untuk mendapatkan kesimpulan dengan menafsirkan angka persentase yang didapat dari menganalisis data ke dalam bentuk kalimat adalah sebagai berikut:
81% – 90% = kategori sangat baik 71% – 80% = kategori baik 61% – 70% = kategori cukup 51% – 60% = kategori kurang baik < 50% = kategori tidak baik
(Arifin, 2009 dalam Ayu Marwanti, 2011) Setelah melakukan peer assessment maka didapatkan data yang kemudian data tersebut dibandingkan dengan hasil penilaian siswa dan observer, dan dilakukan interpretasi perbandingan hasil penilaian siswa dan observer menjadi tiga kategori yaitu lebih tinggi, sama dan lebih rendah.
c. Analisis Angket
Data yang diperoleh melalui angket diolah dengan cara melakukan penyekoran setiap aspek pada angket. Setiap pernyataan terdiri dari dua pilihan yaitu ya atau tidak. Untuk melihat tingkatan setiap aspek dalam angket dilakukan pengolahan data lebih lanjut dengan menghitung
(36)
53
persentase relatif tiap aspek untuk setiap siswa mengikuti rumus Sudjana (2010).
Penghitungan persentase skor adalah:
% tiap skala = Jumlah siswa yang menjawab “ya/tidak” x 100% Jumlah total siswa
Langkah akhir yaitu mencari nilai rata-rata dari jumlah persentase relatif setiap aspek agar dapat ditarik kesimpulannya berdasarkan kategori di bawah ini:
Untuk mendapatkan kesimpulan dengan menafsirkan angka persentase yang didapat dari menganalisis data ke dalam bentuk kalimat adalah sebagai berikut:
0% Kategori Tidak satupun
1% – 30% Kategori Sebagian kecil
31% - 49% Kategori Hampir setengahnya
50% Kategori Setengahnya
51% - 80% Kategori Sebagian besar
81% - 99% Kategori Hampir seluruhnya
100% Kategori Seluruhnya
Sudjana (2010)
d. Analisis Wawancara
Data yang diperoleh dari hasil wawancara dianalisis secara kualitatif dengan melihat jawaban-jawaban yang diberikan oleh guru. Hasil wawancara akan digunakan sebagai bahan masukan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dalam penggunaan peer assessment yang telah dilakukan.
e. Analisis Catatan Penting
Data yang diperoleh dari catatan penting akan dijadikan sebagai bahan perbaikan untuk uji coba selanjutnya dalam penerapan peer
(37)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan peer assessment berdasarkan ketercapaian seluruh indikator berjalan baik. Kendala yang ditemukan dalam pelaksanaan peer
assessment adalah: 1) siswa memiliki pandangan awal yang kurang baik
terhadap peer assessment; 2) rendahnya kontribusi siswa dalam pengembangan kriteria penilaian; 3) sukar dilaksanakannya diskusi langsung secara lisan dengan siswa untuk negosiasi kriteria; 4) sukar mencari waktu untuk melaksanakan diskusi untuk me-review hasil peer
assessment. Kegiatan ini penting dilakukan untuk memperdebatkan hasil peer assessment secara langsung dan lisan dengan seluruh siswa; 5)
pemanfaatan hasil peer assessment untuk nilai dalam evaluasi pembelajaran belum dapat direalisasikan. Sebanyak 81,25% siswa dapat melakukan peer assessment dengan baik akan tetapi subjektifitas dalam penilaian presentasi sukar untuk dihindari. Siswa dan guru memberikan tanggapan yang positif terhadap penerapan peer assessment pada model pembelajaran Jigsaw.
Peer assessment dapat diterapkan pada model pembelajaran untuk
menilai kemampuan berkomuniksi lisan siswa dengan kondisi yang dapat terpenuhi: 1) terdapat pemberian motivasi pada siswa sebelum pelaksanaan peer assesment; 2) terdapat latihan peer assessment untuk mendiskusikan kriteria penilaian; 3) situasi kelas yang kondusif dan kondisi siswa yang mendukung pembelajaran; 4) terdapat komunikasi hasil penilaian; 5) hasil peer assessment dimanfaatkan untuk nilai formatif atau sumatif.
(38)
88
B. Saran
1. Bagi guru
Peer assessment disarankan untuk diterapkan dalam menilai proses
kemampuan siswa dalam pembelajaran yang tidak dapat dideteksi satu- persatu oleh guru. Untuk mengelola peer assessment, tahap awal diberikan motivasi kepada siswa dalam bentuk manfaat secara nyata. Pembentukan kelompok diusahakan heterogen dan lintas kelompok sosial. Dalam pelaksanaan Jigsaw terdapat tahapan kelompok ahli yang bertukar kembali ke dalam kelompok asal sehingga membutuhkan ruangan yang cukup luas untuk pengorganisasiannya. Luangkan waktu untuk membahas hasil peer
assessment agar siswa mendapatkan feedback yang lebih baik. Yang
paling penting adalah komunikasikan peer assessment dengan pihak staf kepala sekolah yang menangani bidang kurikulum agar pemanfaatan peer
assessment sebagai salah satu hasil penilaian dalam pembelajaran dapat
diterapkan sebagai salah satu alternatif penilaian. Dalam penelitian ini penggunaan model pembelajaran Jigsaw ini tidak dilengkapi dengan lembar kerja siswa sehingga penguasaan konsep kurang terarah. Oleh karena itu perlu dilengkapi lembar kerja siswa untuk memfokuskan pemahaman konsep disetiap tahapan Jigsaw. Lembar keterlaksanaan rencana pembelajaran yang menggunakan Jigsaw sebagai model pembelajaran perlu dibuat dan digunakan agar memiliki bukti untuk mendapatkan umpan balik keterlaksanaan model pembelajaran.
2. Bagi Peneliti lain
Bagi peneliti yang tertarik dengan penerapan peer assessment sebagai topik penelitian, disarankan untuk meneliti penerapan peer assessment yang berbasis web untuk memudahkan dalam komunikasi hasil dan pemberian feedback. Sebagai rujukan dipersilahkan untuk melihat penelitian yang dilakukan oleh Bostock tahun 2000. Penelitian ini memiliki keterbatasan yaitu tidak mengungkap hubungan antara
(39)
89
kemampuan presentasi dengan pemahaman konsep siswa. Oleh sebab itu disarankan bagi peneliti lain untuk meneliti hubungan antara kemampuan berkomunikasi melalui presentasi dengan pemahaman konsep. Selain itu penelitian ini tidak mengungkap pengaruh penggunaan metode peer
assessment terhadap motivasi belajar, keterampilan menilai dan
mengkritisi, serta pemahaman konsep. Oleh sebab itu, dipersilahkan bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan hal tersebut.
(40)
DAFTAR PUSTAKA
Achmad. (2004). Penetapan Baku Mutu Lingkungan. Jakarta: PT Bumi Aksara. Arikunto, S. (2008). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara. Aronson, E., Blaney, N., Stephan, C, Sikes, J, and Snapp. M. The Jigsaw
Classroom. (1978). [Online]. Tersedia: http:// jigsaw classroom.sagepub.com.html [ 2 April 2012].
Bostock, S. (2000). Student Peer Asssessment. [Online]. Tersedia: http://www.kee le.ac.uk/depts/aa/landf/It/docs/bostock_peer_assessment.html [22 Maret 2012].
Brown, S., Rust, C. dan Gibbs, G. (1994) Involving Students in the Assessment
Process, in Strategies for Diversifying Assessments in Higher Education, Oxford: Oxford Centre for Staff Development, and at Deliberations.
[Online]. Tersedia: http://www.lgu.ac.uk/deliberations/ocsd pubs/div ass5. html [15 Pebruari 2012].
Cangara, H. (2002). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Dewi, S. (2008). Keterampilan Proses Sains. Bandung: Tinta Mas.
Depertemen Pendidikan Nasional. (2003). Konsep Pendidikan Berorientasi
Kecakapan Hidup. Jakarta: Depdiknas.
Dotson, J. M. (2001). Cooperative Learning Structures Can Increase Student
Achievement. [Online]. Tersedia: http://www.cooperativelearning.com/Ka
ganClub/FreeArticles/IncreaseAchievement.html [6 Pebruari 2012].
Effendi, O. (2003). Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT Citra Aditya Bakti.
Ellington, H., Earl, S. dan Cowan, J. (1997). Making Effektive Use of Peer and
Self Assessment. [Online]. Tersedia: http://apu.gcal.ac.uk/ciced/Ch26.html
[5 Maret 2012].
Fresh, Pete. (2009). Pengertian, Hubungan, Perbedaan, dan Etika Tes,
Pengukuran, Penilaian, dan Evaluasi. [Online]. Tersedia: http//:www.
mo3no.blogspot.com/pengertian-hubungan-perbedaan-dan-etika.html [29 Oktober 2012].
Harlen, W. (1992). Teaching of Science. London: David Fulton Publisher.
Harris, K.L., et al. (2007). Learning Outcomes in the Biological Sciences. [Online].Tersedia:http://www.bioassess.edu.au/bioassess/go/home/pid/5
(41)
91
[Ho. L. (2003). Self and Peer Assessment Vehicles to Improve
Learning.[Online].Tersedia: http://www.cdtl.nus.edu.sg/brief.v6n3/sec5.ht
m) [15 April 2012].
Huba, M. E. dan Freed, J. E. (2000). Oral Communication Rubric [Online]. Tersedia: http://www.nausetschools.org/nrhs/rubrics/oral.pdf [15 Pebruari 2012].
Hughes, I. (2006). Challenging Persfective on Assessment. [Online]. Tersedia:
http://stadium.open.ac.uk/stadia/preview.php?s=39&whichevent=737 [6 februari 2012].
Isaacs, G. (1999) Peer and Self Assessment. [Online]. Tersedia: http://www.tedi. uq.edu.au/conference/Acont/paper/Isaacs.html [6Juli 2012].
Latifah, Irma. (2008). Penerapan Peer Assessment Pada Kegiatan Praktikum
Sistem Ekskresi Untuk Menilai Kemampuan Kerja Sama Siswa SMA.
Skripsi Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI. Tidak diterbitkan. Ledlow, S. (1996). Center for Learning and Teaching Excellence Jigsaw. [Online]
Tersedia: http://www.eng.monash.edu.au/uicee/worldtransactions/WordTr ansAbstractsVol6No1/14_Lanka40.pdf [22 Juli 2012].
Lie, A. (2002). Coopertive Learning : Mempraktikan Cooperative Learning di
Ruang-Ruang kelas. Jakarta: Grasindo.
Lie, A.dan Angelique, L.(2003). Impelmenting Effective Peer Assessment.[Online] Tersedia: http://www.cdtl.nus.edu.sg/brief.v6n3/sec5.htm)
[15 Pebruari 2012].
Marwanti, Ayu. (2011). Analisis Penerapan Asesmen Guru Dan Asesmen Sebaya
Dalam Menilai Kinerja Siswa Pada Praktikum Uji Urin. Skripsi Jurusan
Pendidikan Biologi FPMIPA UPI. Tidak diterbitkan.
Mowl. (1996). Innovative Assessment dalam DeLiberation. [Online]. Tersedia: http://www.lgu..ac.uk/deliberations/assessment/mowl_content.html [6 Pebruari 2012].
Mu’tadin, Z. (2002). Mengembangkan keterampilan sosial pada remaja. [Online].
Tersedia:http://www.e-psikologi.com/remaja/060802.html [15 Pebruari 2012].
Race, P., Brown, S. dan Smith, B. (2005). Group, peer and self assessment.
[Online]. Tersedia:http://ukcle.ac.uk/resource/assessment/group.html [17 Mei 2012].
Rusman. (2010). Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme
(42)
92
Rustaman, N, Dirdjosoemarto, S, Yudianto, S, Achmad, Y, Subekti, R, Rochintaniawati, D, Nurjhani, M. (2003). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI.
Rustaman, N. Y, dkk. (2005). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: UM PRESS.
Slavin, R. E. (2008). Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media.
Sudjana, N. (2010). Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Stiggins, R. (1994). Student Centered Classrom Assesment. New York: Macmillan College Publishing Company.
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Cetakan ke 7. Bandung: Alfabeta.
Surtikanti, H. K (2011). Toksikologi lingkungan dan metode uji hayati. Bandung: Rizqi.
Wardana, W. (2004). Dampak pencemaran lingkungan (Edisi revisi). Yogyakarta: Andi.
Winatasasmita, W, Sukarno. (2005). Dampak pencemaran lingkungan. Yogyakarta: Andi.
Wheater, C. P., Langan, A. M. dan Dunleavy, P. J. (2005). Students assessing
student: case studies on peer assessment. [Online]. Tersedia:
http://www.gees.ac.uk/planet/p15/cpw.pdf [22 Juli 2012].
Wilson, S. (2002). Comparing Peer, Self and Tutor Assessment in a Course for
University Staff. [Online]. Tersedia: http://www.leedds.ac.uk/educol/docu
ment/00002232.htm [1 Mei 2012].
Zubair, A. (2006). Definisi Komunikasi. [Online]. Tersedia: http://meiliemma.wor dpress.com/2006/10/17/definisi-komunikasi/zubair.html [6 Pebruari 2012]. Zainul, A. (2001). Alternative Assessment. Jakarta: Pusat Antar Universitas. Zariski, A. (1996) Student peer assessment in tertiary education: Promise, perils
and practice. [Online]. Tersedia: http://cleo.murdoch.edu.au/asu/pubs/tlf/tl
f96/zaris189.html [22 Juli 2012].
Zulrahman. (2007). Self dan Peer Assessment sebagai penilaian formatif dan
sumatif. [Online]. Tersedia: http://zulharman79.wordpress.com/2007/05/2
9/self-dan-peer-assessment-sebagai-penilaian-formatif-dan-sumatif.html [6 Juli 2012].
(1)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan peer assessment berdasarkan ketercapaian seluruh indikator berjalan baik. Kendala yang ditemukan dalam pelaksanaan peer
assessment adalah: 1) siswa memiliki pandangan awal yang kurang baik
terhadap peer assessment; 2) rendahnya kontribusi siswa dalam pengembangan kriteria penilaian; 3) sukar dilaksanakannya diskusi langsung secara lisan dengan siswa untuk negosiasi kriteria; 4) sukar mencari waktu untuk melaksanakan diskusi untuk me-review hasil peer
assessment. Kegiatan ini penting dilakukan untuk memperdebatkan hasil peer assessment secara langsung dan lisan dengan seluruh siswa; 5)
pemanfaatan hasil peer assessment untuk nilai dalam evaluasi pembelajaran belum dapat direalisasikan. Sebanyak 81,25% siswa dapat melakukan peer assessment dengan baik akan tetapi subjektifitas dalam penilaian presentasi sukar untuk dihindari. Siswa dan guru memberikan tanggapan yang positif terhadap penerapan peer assessment pada model pembelajaran Jigsaw.
Peer assessment dapat diterapkan pada model pembelajaran untuk
menilai kemampuan berkomuniksi lisan siswa dengan kondisi yang dapat terpenuhi: 1) terdapat pemberian motivasi pada siswa sebelum pelaksanaan peer assesment; 2) terdapat latihan peer assessment untuk mendiskusikan kriteria penilaian; 3) situasi kelas yang kondusif dan kondisi siswa yang mendukung pembelajaran; 4) terdapat komunikasi hasil penilaian; 5) hasil peer assessment dimanfaatkan untuk nilai formatif atau sumatif.
(2)
B. Saran 1. Bagi guru
Peer assessment disarankan untuk diterapkan dalam menilai proses
kemampuan siswa dalam pembelajaran yang tidak dapat dideteksi satu- persatu oleh guru. Untuk mengelola peer assessment, tahap awal diberikan motivasi kepada siswa dalam bentuk manfaat secara nyata. Pembentukan kelompok diusahakan heterogen dan lintas kelompok sosial. Dalam pelaksanaan Jigsaw terdapat tahapan kelompok ahli yang bertukar kembali ke dalam kelompok asal sehingga membutuhkan ruangan yang cukup luas untuk pengorganisasiannya. Luangkan waktu untuk membahas hasil peer
assessment agar siswa mendapatkan feedback yang lebih baik. Yang
paling penting adalah komunikasikan peer assessment dengan pihak staf kepala sekolah yang menangani bidang kurikulum agar pemanfaatan peer
assessment sebagai salah satu hasil penilaian dalam pembelajaran dapat
diterapkan sebagai salah satu alternatif penilaian. Dalam penelitian ini penggunaan model pembelajaran Jigsaw ini tidak dilengkapi dengan lembar kerja siswa sehingga penguasaan konsep kurang terarah. Oleh karena itu perlu dilengkapi lembar kerja siswa untuk memfokuskan pemahaman konsep disetiap tahapan Jigsaw. Lembar keterlaksanaan rencana pembelajaran yang menggunakan Jigsaw sebagai model pembelajaran perlu dibuat dan digunakan agar memiliki bukti untuk mendapatkan umpan balik keterlaksanaan model pembelajaran.
2. Bagi Peneliti lain
Bagi peneliti yang tertarik dengan penerapan peer assessment sebagai topik penelitian, disarankan untuk meneliti penerapan peer assessment yang berbasis web untuk memudahkan dalam komunikasi hasil dan pemberian feedback. Sebagai rujukan dipersilahkan untuk melihat penelitian yang dilakukan oleh Bostock tahun 2000. Penelitian ini memiliki keterbatasan yaitu tidak mengungkap hubungan antara
(3)
89
kemampuan presentasi dengan pemahaman konsep siswa. Oleh sebab itu disarankan bagi peneliti lain untuk meneliti hubungan antara kemampuan berkomunikasi melalui presentasi dengan pemahaman konsep. Selain itu penelitian ini tidak mengungkap pengaruh penggunaan metode peer
assessment terhadap motivasi belajar, keterampilan menilai dan
mengkritisi, serta pemahaman konsep. Oleh sebab itu, dipersilahkan bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan hal tersebut.
(4)
DAFTAR PUSTAKA
Achmad. (2004). Penetapan Baku Mutu Lingkungan. Jakarta: PT Bumi Aksara. Arikunto, S. (2008). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara. Aronson, E., Blaney, N., Stephan, C, Sikes, J, and Snapp. M. The Jigsaw
Classroom. (1978). [Online]. Tersedia: http:// jigsaw classroom.sagepub.com.html [ 2 April 2012].
Bostock, S. (2000). Student Peer Asssessment. [Online]. Tersedia: http://www.kee le.ac.uk/depts/aa/landf/It/docs/bostock_peer_assessment.html [22 Maret 2012].
Brown, S., Rust, C. dan Gibbs, G. (1994) Involving Students in the Assessment
Process, in Strategies for Diversifying Assessments in Higher Education, Oxford: Oxford Centre for Staff Development, and at Deliberations.
[Online]. Tersedia: http://www.lgu.ac.uk/deliberations/ocsd pubs/div ass5. html [15 Pebruari 2012].
Cangara, H. (2002). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Dewi, S. (2008). Keterampilan Proses Sains. Bandung: Tinta Mas.
Depertemen Pendidikan Nasional. (2003). Konsep Pendidikan Berorientasi
Kecakapan Hidup. Jakarta: Depdiknas.
Dotson, J. M. (2001). Cooperative Learning Structures Can Increase Student
Achievement. [Online]. Tersedia: http://www.cooperativelearning.com/Ka
ganClub/FreeArticles/IncreaseAchievement.html [6 Pebruari 2012].
Effendi, O. (2003). Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT Citra Aditya Bakti.
Ellington, H., Earl, S. dan Cowan, J. (1997). Making Effektive Use of Peer and
Self Assessment. [Online]. Tersedia: http://apu.gcal.ac.uk/ciced/Ch26.html
[5 Maret 2012].
Fresh, Pete. (2009). Pengertian, Hubungan, Perbedaan, dan Etika Tes,
Pengukuran, Penilaian, dan Evaluasi. [Online]. Tersedia: http//:www.
mo3no.blogspot.com/pengertian-hubungan-perbedaan-dan-etika.html [29 Oktober 2012].
Harlen, W. (1992). Teaching of Science. London: David Fulton Publisher.
Harris, K.L., et al. (2007). Learning Outcomes in the Biological Sciences. [Online].Tersedia:http://www.bioassess.edu.au/bioassess/go/home/pid/5
(5)
91
[Ho. L. (2003). Self and Peer Assessment Vehicles to Improve
Learning.[Online].Tersedia: http://www.cdtl.nus.edu.sg/brief.v6n3/sec5.ht
m) [15 April 2012].
Huba, M. E. dan Freed, J. E. (2000). Oral Communication Rubric [Online]. Tersedia: http://www.nausetschools.org/nrhs/rubrics/oral.pdf [15 Pebruari 2012].
Hughes, I. (2006). Challenging Persfective on Assessment. [Online]. Tersedia:
http://stadium.open.ac.uk/stadia/preview.php?s=39&whichevent=737 [6 februari 2012].
Isaacs, G. (1999) Peer and Self Assessment. [Online]. Tersedia: http://www.tedi. uq.edu.au/conference/Acont/paper/Isaacs.html [6Juli 2012].
Latifah, Irma. (2008). Penerapan Peer Assessment Pada Kegiatan Praktikum
Sistem Ekskresi Untuk Menilai Kemampuan Kerja Sama Siswa SMA.
Skripsi Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI. Tidak diterbitkan. Ledlow, S. (1996). Center for Learning and Teaching Excellence Jigsaw. [Online]
Tersedia: http://www.eng.monash.edu.au/uicee/worldtransactions/WordTr ansAbstractsVol6No1/14_Lanka40.pdf [22 Juli 2012].
Lie, A. (2002). Coopertive Learning : Mempraktikan Cooperative Learning di
Ruang-Ruang kelas. Jakarta: Grasindo.
Lie, A.dan Angelique, L.(2003). Impelmenting Effective Peer Assessment.[Online] Tersedia: http://www.cdtl.nus.edu.sg/brief.v6n3/sec5.htm)
[15 Pebruari 2012].
Marwanti, Ayu. (2011). Analisis Penerapan Asesmen Guru Dan Asesmen Sebaya
Dalam Menilai Kinerja Siswa Pada Praktikum Uji Urin. Skripsi Jurusan
Pendidikan Biologi FPMIPA UPI. Tidak diterbitkan.
Mowl. (1996). Innovative Assessment dalam DeLiberation. [Online]. Tersedia: http://www.lgu..ac.uk/deliberations/assessment/mowl_content.html [6 Pebruari 2012].
Mu’tadin, Z. (2002). Mengembangkan keterampilan sosial pada remaja. [Online].
Tersedia:http://www.e-psikologi.com/remaja/060802.html [15 Pebruari 2012].
Race, P., Brown, S. dan Smith, B. (2005). Group, peer and self assessment.
[Online]. Tersedia:http://ukcle.ac.uk/resource/assessment/group.html [17 Mei 2012].
Rusman. (2010). Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme
(6)
Rustaman, N, Dirdjosoemarto, S, Yudianto, S, Achmad, Y, Subekti, R, Rochintaniawati, D, Nurjhani, M. (2003). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI.
Rustaman, N. Y, dkk. (2005). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: UM PRESS.
Slavin, R. E. (2008). Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media.
Sudjana, N. (2010). Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Stiggins, R. (1994). Student Centered Classrom Assesment. New York: Macmillan College Publishing Company.
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Cetakan ke 7. Bandung: Alfabeta.
Surtikanti, H. K (2011). Toksikologi lingkungan dan metode uji hayati. Bandung: Rizqi.
Wardana, W. (2004). Dampak pencemaran lingkungan (Edisi revisi). Yogyakarta: Andi.
Winatasasmita, W, Sukarno. (2005). Dampak pencemaran lingkungan. Yogyakarta: Andi.
Wheater, C. P., Langan, A. M. dan Dunleavy, P. J. (2005). Students assessing
student: case studies on peer assessment. [Online]. Tersedia:
http://www.gees.ac.uk/planet/p15/cpw.pdf [22 Juli 2012].
Wilson, S. (2002). Comparing Peer, Self and Tutor Assessment in a Course for
University Staff. [Online]. Tersedia: http://www.leedds.ac.uk/educol/docu
ment/00002232.htm [1 Mei 2012].
Zubair, A. (2006). Definisi Komunikasi. [Online]. Tersedia: http://meiliemma.wor dpress.com/2006/10/17/definisi-komunikasi/zubair.html [6 Pebruari 2012]. Zainul, A. (2001). Alternative Assessment. Jakarta: Pusat Antar Universitas. Zariski, A. (1996) Student peer assessment in tertiary education: Promise, perils
and practice. [Online]. Tersedia: http://cleo.murdoch.edu.au/asu/pubs/tlf/tl
f96/zaris189.html [22 Juli 2012].
Zulrahman. (2007). Self dan Peer Assessment sebagai penilaian formatif dan
sumatif. [Online]. Tersedia: http://zulharman79.wordpress.com/2007/05/2
9/self-dan-peer-assessment-sebagai-penilaian-formatif-dan-sumatif.html [6 Juli 2012].