PENGEMBANGAN MODEL EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM KEJURUAN : Studi pada SMK Kompetensi Keahlian Teknik Konstruksi Batu Beton.

(1)

PENGEMBANGAN MODEL EVALUASI

IMPLEMENTASI KURIKULUM KEJURUAN

(Studi pada SMK Kompetensi Keahlian Teknik Konstruksi Batu Beton)

DISERTASI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Doktor Ilmu Pendidikan

dalam Bidang Pengembangan Kurikulum

Promovendus :

Dedy Suryadi NIM. 1009676

PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN KURIKULUM

SEKOLAH PASCA SARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2013


(2)

PENGEMBANGAN MODEL EVALUASI

IMPLEMENTASI KURIKULUM KEJURUAN

(Studi pada SMK Kompetensi Keahlian Teknik Konstruksi Batu Beton)

Oleh Dedy Suryadi S.Pd IKIP Bandung, 1995

M.Pd UNY, 2002

Sebuah Disertasi yang diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh Gelar Doktor Ilmu Pendidikan (Dr.) dalam Bidang Pengembangan Kurikulum

© Dedy Suryadi 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Maret 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Disertasi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

(4)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi dengan judul :

PENGEMBANGAN MODEL EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM KEJURUAN

(Studi pada SMK Kompetensi Keahlian Teknik Konstruksi Batu Beton)

ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, 7 Januari 2013 Hormat Penulis,


(5)

PENGEMBANGAN MODEL EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM KEJURUAN

(Studi pada SMK Kompetensi Keahlian Teknik Konstruksi Batu Beton) Dedy Suryadi, M.Pd.

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan suatu model evaluasi implementasi kurikulum kejuruan untuk SMK Kompetensi Keahlian Teknik Konstruksi Batu Beton. Metode penelitian yang digunakan terdiri dari studi kepustakaan, survey, studi dokumentasi dan teknik Delphi. Hasil penelitian, tersusunnya suatu model evaluasi implementasi kurikulum kejuruan pada dimensi perencanaan dan pelaksanaan. Model Evaluasi Implementasi Kurikulum Kejuruan (EIKK) dikembangkan dari model evaluasi discrepancy yang bertujuan untuk menyediakan informasi dalam membuat penilaian dan pertimbangan perbaikan implementasi kurikulum. Penerapannya dengan membandingkan nilai kinerja implementasi dengan standar sehingga diperoleh informasi kesenjangan pada aspek-aspek yang dievaluasi. Dalam penerapannya, model EIKK menggunakan

software Excel sebagai program aplikasi yang memberi kemudahan dalam melaksanakan evaluasi. Model EIKK memiliki kelebihan dilihat dari kepraktisan, keluwesan, dan akurasi temuan hasil evaluasi. Model EIKK juga memiliki keterbatasan, mengingat dirancang untuk mengevaluasi satu komponen kurikulum dan pada satu kompetensi keahlian di SMK. Direkomendasikan, model EIKK dengan software-nya dapat digunakan dan disempurnakan pada penggunaan evaluasi implementasi kurikulum kompetensi keahlian lainnya. Model EIKK dapat dijadikan model evaluasi diri, mengingat evaluasi dilakukan evaluator internal dari pihak SMK Kompetensi Keahlian Teknik Konstruksi Batu Beton.


(6)

THE DEVELOPMENT OF VOCATIONAL CURRICULUM IMPLEMENTATION EVALUATION MODEL

(Studies in Vocational Skills Competency Stone Concrete Construction Engineering)

Dedy Suryadi, M.Pd.

ABSTRACT

This study aims to produce a model for the evaluation of the implementation of the curriculum of vocational Skills Competency SMK Stone Concrete Construction Engineering. The method used consists of literature study, survey, documentation studies and Delphi technique. The results of the study, completion of a vocational curriculum model of comprehensive evaluation on the dimensions of the planning and execution of the implementation curriculum. Vocational Curriculum Implementation Evaluation Model (EIKK) developed from the discrepancy evaluation model that aims to provide information to make the assessment and improvement of curriculum implementation considerations. Application by comparing the performance of the implementation of the standards in order to obtain the information gap on those aspects that are evaluated. In practice, the model EIKK using Excel as a software application programs that provide convenience in carrying out the evaluation. EIKK model has advantages views of practicality, flexibility, and accuracy of the evaluation findings. The EIKK model has limitations, so remembering designed to evaluate the components of the curriculum and for use on a single competence in vocational skills. Recommended, EIKK model with its software can be used and perfected the use of the evaluation of the implementation of the curriculum other competency skills. EIKK model can serve as a model of self-evaluation, given the internal evaluators conducted an evaluation of vocational Skills Competency Stone Concrete Construction Engineering.


(7)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ii

SURAT PERNYATAAN iii

ABSTRAK iv

KATA PENGANTAR vi

UCAPAN TERIMA KASIH vii

DAFTAR ISI x

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR GAMBAR xiii

DAFTAR LAMPIRAN viv

BAB I PENDAHULUAN ……… 1

A. Latar Belakang Masalah ……… 1

B. Identifikasi Masalah ……… 15

C. Perumusan dan Pembatasan Masalah ……….. 19

D. Pertanyaan Penelitian ……….. 20

E. Tujuan Penelitian ………. 21

F. Manfaat Penelitian ………... 21

G. Struktur Penulisan ……… 22

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 24

A. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) ……… 24

B. SMK Kompetensi Keahlian TKBB ……….. 28

C. Pengembangan Kurikulum pada Pendidikan Kejuruan 32

D. Definisi, Tujuan dan Lingkup Evaluasi Kurikulum … 39

E. Model-model Evaluasi Kurikulum ………. 45

F. Model Evaluasi Discrepancy ……….. 55

G. Pendekatan Kriteria dalam Pengembangan Evaluasi Kurikulum ……… 60

H. Konsep Model Evaluasi Implementasi Kurikulum Kejuruan (EIKK) ……… 64


(8)

BAB III METODE PENELITIAN ……….. 84

A. Metode dan Tahapan Penelitian ………... 84

B. Subjek Penelitian ……….. 91

C. Definisi Operasional ………. 91

D. Pengembangan Instrumen Penelitian ……… 92

E. Teknik Pengolahan Data ……… 97

F. Teknik Analisis Data ………. 98

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………. 100

A. Deskripsi Pengolahan Data Validasi Hasil Penelitian 100 1. Validasi Konsep Model EIKK ……… 100

2. Pengolahan Angket Konsep Model EIKK …….. 102

3. Validasi Empirik Instrumen Model EIKK …….. 103

4. Pengolahan Angket Instrumen Model EIKK…… 115

5. Pengembangan Program Aplikasi Komputer Model EIKK ……… 117

B. Pembahasan Hasil Penelitian ………. 118

1. Proses Pengembangan Model EIKK ………….. 118

2. Tahapan Penerapan Model EIKK ……….. 129

3. Perbandingan Model EIKK dengan Model Discrepancy……….. 130

4. Keunggulan dan Kelemahan Model EIKK 132

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI 135

A. Simpulan ……….. 135

B. Rekomendasi ………... 138

DAFTAR PUSTAKA ………... 140 LAMPIRAN


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Struktur Dan Muatan Kurikulum Kompetensi Keahlian

Teknik Konstruksi Batu Beton SMKN 1 Sukabumi 30

Tabel 2.2 Orientasi Perkembangan Kurikulum SMK 35

Tabel 2.3 Hubungan Komponen Evaluasi dalam Model EIKK 59

Tabel 3.1 Distribusi Anggota Populasi 92

Tabel 4.1 Validasi Konsep Model Evaluasi Implementasi Kurikulum Kejuruan pada SMK Kompetensi Keahlian Teknik Konstruksi Batu Beton 101

Tabel 4.2 Validasi Empirik Instrumen Dimensi Perencanaan 104

Tabel 4.3 Validasi Empirik Instrumen Dimensi Pelaksanaan 108

Tabel 4.4 Program Aplikasi Instrumen Model Evaluasi Implementasi Kurikulum Kejuruan SMK Kompetensi Keahlian Teknik Konstruksi Batu dan Beton (TKBB) Bagian I Pedoman EIKK 124

Tabel 4.5 Program Aplikasi Instrumen Model Evaluasi Implementasi Kurikulum Kejuruan SMK Kompetensi Keahlian Teknik KonstruksiBatu dan Beton (TKBB) Bagian A Dimensi Rancangan Implementasi Kurikulum 127


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Sistem Penjenjangan Pendidikan di Indonesia 28 Gambar 2.2. Pelaksanaan Model Evaluasi Discrepancy 58 Gambar 2.3. Pengembangan Model Evaluasi Implementasi Kurikulum 68 Gambar 2.4. Model Evaluasi Implementasi Kurikulum Kejuruan 69 Gambar 3.1. Tahapan Penelitian Pengembangan Model EIKK 91


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Konsep Awal Model EIKK untuk SMK KK TKBB Lampiran 2A Komponen Model EIKK Dimensi Perencanaan Lampiran 2B Komponen Model EIKK Dimensi Pelaksanaan Lampiran 3A Validasi Konsep Model EIKK

Lampiran 3B Angket Konsep Model EIKK

Lampiran 4A Validasi Empirik Instrumen Model EIKK Lampiran 4B Angket Instrumen Model EIKK

Lampiran 5A Rekapitulasi Validasi Konsep Model EIKK Lampiran 5B Pengolahan Data Angket Konsep Model EIKK

Lampiran 6A Pengolahan Data Validasi Empirik Dimensi Perencanaan Lampiran 6B Pengolahan Data Validasi Empirik Dimensi Pelaksanaan Lampiran 6C Pengolahan Data Angket Instrumen Model EIKK

Lampiran 7 Konsep Akhir Model EIKK

Lampiran 8 Daftar SMKN KK TKBB Se-Jawa Barat Lampiran 9 Program Aplikasi Instrumen Model EIKK Lampiran 10 Daftar Responden dan Validator Model EIKK Lampiran 11A Uji Coba Instrumen EIKK Dimensi Perencanaan Lampiran 11B Uji Coba Instrumen EIKK Dimensi Pelaksanaan Lampiran 12 Struktur dan Muatan Kurikulum SMK KK TKBB Lampiran 13 Diagram Ketercapaian Kompetensi

Lampiran 14 Surat Permohonan Izin Penelitian untuk SMK KK TKBB Lampiran 15 Bio Data


(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pemberlakuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang dimulai tahun 2006 pada jenjang pendidikan dasar dan menengah merupakan dampak pemberlakuan kebijakan otonomi daerah, dimana dalam penyelenggaraan pendidikan ada pembagian kewenangan pemerintahan pusat dan daerah. Hal ini sebagai pengejawantahan pemberlakuan Undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah, dimana pada salah satu pasalnya memberi hak, kewajiban dan kewenangan pemerintah daerah dalam mengatur dan mengurus pemerintahan daerah dan masyarakat setempat. Pada pasal 14 ayat 1 dijelaskan bahwa pemerintah daerah mempunyai kewenangan, salah satunya dalam penyelenggaraan pendidikan. Dengan demikian pemerintahan daerah berkewajiban untuk memfasilitasi layanan pendidikan bagi masyarakatnya terutama pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, termasuk di dalamnya adalah dalam merancang kurikulum yang digunakan di daerahnya.

Kaitannya dengan kurikulum persekolahan yang digunakan di daerah, maka dalam perencanaan dan pembuatannya mengacu pada kebijakan tersebut. Dengan demikian KTSP dibuat oleh satuan pendidikan yang kemudian ditetapkan oleh pemerintahan daerah dalam hal ini dinas pendidikan terkait. Posisi pemerintah pusat dalam penetapan kurikulum ini adalah memberi rambu-rambu dan standar yang menjadi rujukan bagi setiap sekolah dalam penyusunan kurikulum. Ketentuan ini sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No. 20


(13)

tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional serta Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional. Ketentuan tersebut mengamanatkan bahwa KTSP yang dibuat satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 dan 23 tahun 2006. tentang Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) serta berpedoman pada Panduan penyusunan KTSP yang ditetapkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).

Pada awal diberlakukannya kebijakan penyusunan KTSP oleh satuan pendidikan, banyak fenomena yang mengemuka berkaitan dengan kesiapan satuan pendidikan dalam penyusunannya. Sosialisasi dan pembimbingan yang dilakukan Kementerian Pendidikan Nasional maupun dinas-dinas pendidikan di daerah pun pada saat itu belum optimal. Hal ini berdampak pada terjadinya praktik mengadop atau membeli hasil KTSP yang dibuat oleh pihak lain, tentunya kondisi ini amat memprihatinkan. Namun sejalan dengan perkembangan, maka secara perlahan kesiapan dan kemampuan satuan pendidikan dalam merancang KTSP sudah mengalami kemajuan. Optimalisasi forum dan kelompok guru-guru dalam wadah Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) dan Kelompok Kerja Guru (KKG) memberi peningkatan pada wawasan dan kemampuan guru-guru dalam merancang kurikulum dan implementasinya di sekolah.

Sistem pendidikan nasional mengatur penjenjangan dalam setiap tingkatan, yakni pendidikan dasar, menengah dan pendidikan tinggi. Dalam sistem pendidikan menengah terdapat dua jenis pendidikan, yakni pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan. Pendidikan menengah kejuruan dalam sistem pendidikan nasional diatur kedudukannya dalam Undang-undang No. 20


(14)

Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) pada Pasal 18 dan penjelasan Pasal 15. Pasal 18 ayat (1) menyatakan bahwa pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar, ayat (2) menyatakan pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan, ayat (3) menyatakan bahwa pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) atau bentuk lain yang sederajat. Pada penjelasan Pasal 15 memberi penegasan tentang orientasi pendidikan kejuruan, bahwa pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama bekerja dalam bidang tertentu. Namun dalam Pasal 19 ayat 1 tentang pendidikan tinggi dinyatakan pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh pendidikan tinggi.

Berdasarkan penjelasan pasal-pasal di atas, setidaknya ada dua orientasi tujuan penyelenggaraan pendidikan menengah kejuruan, yakni menyiapkan lulusannya terutama bekerja dalam bidang keahlian tertentu dan dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi terutama yang sesuai dengan bidang keahlian yang ditekuni sebelumnya di SMK. Meskipun terdapat banyak fenomena bahwa lulusan SMK yang melanjutkan ke perguruan tinggi ada yang tidak berkaitan sama sekali dengan bidang keahlian yang dipelajari sebelumnya.

Kaitannya dengan program Kementerian Pendidikan Nasional untuk meningkatkan proporsi SMK dengan beragam keahlian sesuai dengan tuntutan kebutuhan akan tenaga teknisi level menengah menjadi nilai positif dalam


(15)

pengembangan SMK. Sosialisasi SMK dengan beragam keahlian dan keunggulannya, serta dengan banyaknya produk-produk inovatif yang dikembangkan di SMK meningkatkan animo masyarakat dalam menyekolahkan anak-anaknya di SMK. Terutama bagi masyarakat yang berharap banyak bahwa anak-anaknya yang lulus SMK bisa mendapat pekerjaan secara cepat untuk dirinya dan dapat membantu ekonomi keluarga.

Harapan masyarakat terhadap SMK sebagai sekolah yang menjanjikan masa depan anak-anaknya tentunya menjadi aspek yang penting dipertimbangkan, mengingat fakta di lapangan tidak sesederhana yang dibayangkan. Fakta bahwa dunia usaha dan dunia industri tidak serta merta dapat menyerap lulusan SMK menjadi masalah tersendiri. Lulusan SMK umumnya dianggap tidak siap kerja dan tidak mempunyai kompetensi yang disyaratkan oleh industri, serta dianggap tidak dapat cepat beradaptasi dengan perkembangan teknologi dan informasi. Tentunya anggapan dan tuntutan ini perlu disikapi secara arif oleh penyelenggara SMK, meskipun penilaian ini dianggap tidak adil bilamana pihak dunia usaha dan dunia industri tidak berkontribusi terhadap penyelenggaraan pendidikan mengingat mereka adalah pengguna lulusan SMK (stakeholder). Namun pada kasus di beberapa SMK, beberapa industri otomotif, elektronika, dan telekomunikasi sudah menjalin kerjasama erat dengan SMK baik dalam hal penyelenggaraan pendidikan di sekolah maupun di industri.

Berdasarkan Keputusan Dirjen Mandikdasmen No. 251/C/KEP/MN/2008 tentang Spektrum Keahlian Pendidikan Menengah Kejuruan, menyatakan bahwa struktur spektrum melingkupi beberapa kelompok bidang keahlian, yakni:


(16)

- Teknologi dan Rekayasa

- Teknologi Informasi dan Komunikasi - Kesehatan

- Seni, Kerajinan dan Pariwisata - Agribisnis dan Agroteknologi - Bisnis dan Manajemen

Pada kelompok teknologi dan rekayasa terdapat 18 belas program studi keahlian, diantaranya Teknik Bangunan, Teknik Plambing dan Sanitasi, Teknik Survey dan Pemetaan, Teknik Ketenagalistrikan, Teknik Mesin, Teknik Otomotif dan sebagainya.

Kemudian dari kelompok program studi keahlian, diuraikan lagi pengelompokkan dalam kompetensi keahlian, dimana yang terakhir inilah menjadi dasar dalam penjurusan kompetensi keahlian yang diberlakukan di SMK. Dalam program studi keahlian Teknik Bangunan, mencakup lima kompetensi keahlian, yakni:

- Teknik Konstruksi Baja (TKB) - Teknik Konstruksi Kayu (TKY)

- Teknik Konstruksi Batu dan Beton (TKBB) - Teknik Gambar Bangunan (TGB)

- Teknik Furnitur (TF)

Perubahan spektrum keahlian ini yang mengacu pada Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) tidak memberikan perubahan positif, khususnya bagi program studi keahlian Teknik Bangunan. Pemberlakuan spesialisasi di program studi keahlian Teknik Bangunan tidak sepenuhnya mampu


(17)

menjawab kebutuhan dunia industri terutama jasa konstruksi bangunan. Industri konstruksi biasanya berharap bahwa lulusan SMK Bangunan bisa bekerja pada seluruh jenis konstruksi bangunan. Tentunya berbeda dengan praktik yang dilakukan negara-negara maju seperti Jerman yang sudah memberlakukan adanya spesialisasi keahlian di bidang teknis, sehingga tidak menjadi permasalahan karena aturannya jelas dan ditaati. Belum lagi adanya anggapan masyarakat bahwa lulusan SMK Bangunan dipahami hanya menjadi tukang bangunan, sehingga menurunkan minat menyekolahkan anaknya pada program studi keahlian Teknik Bangunan.

Fakta yang terjadi di SMK bahwa terjadi penurunan jumlah siswa yang menekuni program studi keahlian Teknik Bangunan khususnya kompetensi keahlian konstruksi bangunan (baja, kayu, dan batu beton). Beberapa SMK di Jawa Barat sudah menutup beberapa kompetensi keahlian, seperti konstruksi baja sudah tidak ada, konstruksi kayu hanya ada dua SMK, dan konstruksi batu dan beton masih ada lima SMK yang menyelenggarakan pendidikan keahliannya. Tentunya ini menjadi pertanyaan besar bahwa sebenarnya kebutuhan akan tenaga teknisi bangunan masih sangat besar mengingat kebutuhan akan bangunan rumah, properti dan infrastruktur bangunan sipil akan senantiasa meningkat seiring bertambahnya populasi penduduk.

Pada satu tahun terakhir ini, ada perkembangan positif yang terjadi di dunia jasa konstruksi dengan adanya regulasi yang dikeluarkan Kementerian Pekerjaan Umum mengacu pada pemberlakuan SKKNI. Aturan yang diberlakukan adalah tentang persyaratan tenaga ahli dan tenaga terampil yang bekerja di industri jasa konstruksi harus memiliki kualifikasi pendidikan teknik


(18)

dan sertifikasi keahlian/kompetensi. Legalisasi sertifikasi keahlian dan keterampilan ini adalah untuk memberi rasa aman konstruksi bangunan terhadap bahaya keruntuhan dan kerusakan konstruksi yang diakibatkan oleh pelaksana bangunan tidak mempunyai kompetensi keahlian standar yang disyaratkan. Temuan lain yang memperkuat pentingnya regulasi ini adalah hasil penelitian terhadap kerusakan konstruksi akibat terjadinya gempa, yakni banyak bangunan rumah yang rusak dan ambruk diakibatkan rumah tidak dirancang dan dibangun sesuai kaidah teknis dan konstruksi (un-engineering).

Tentunya ini menjadi peluang bagi penyelenggara pendidikan di SMK program studi keahlian Teknik Bangunan untuk meningkatkan kapasitas kelembagaan sehingga bisa menghasilkan lulusan yang mempunyai kompetensi yang disyaratkan. Setidaknya tiga aspek yang perlu diperhatikan oleh penyelenggaran SMK, pertama bahwa rancangan KTSP disesuaikan dengan tuntutan kompetensi yang disyaratkan dunia industri dan perkembangan teknologi mutakhir di bidang teknologi konstruksi. Kedua, proses implementasi kurikulum harus konsisten dilaksanakan sesuai dengan tujuan dan rancangan yang dibuat dalam struktur kurikulum dan pedoman pelaksanaan kurikulum. Ketiga, upaya perbaikan dan peningkatan kualitas implementasi kurikulum harus dirancang sebagai program berkelanjutan.

Dalam konteks rancangan kurikulum, upaya perbaikan sudah dilakukan melalui berbagai kebijakan perubahan kurikulum dan paradigma penyelenggaraan pendidikan kejuruan. Kurikulum yang pertama digunakan di SMK adalah kurikulum 1964, dimana program kurikulum memperlihatkan tujuan pendidikan kejuruan tidak jelas dan ambivalen. Kurikulum dianggap sarat teori, dan metode


(19)

pengajaraan lebih bersifat satu arah, tidak didukung oleh kualitas dan kuantitas guru serta fasilitas praktek yang tidak memadai.

Selanjutnya dilakukan penyempurnaan dengan kurikulum SMK 1976, dimana ada tujuan pendidikan tidak ambivalen, bahwa lulusan SMK disiapkan untuk memasuki lapangan kerja (terminal) dan kualifikasi tamatan dikaitkan dengan tingkatan keahlian dunia kerja. Pada kurikulum 1984, dilakukan pengelompokkan pendidikan kejuruan menjadi pertanian dan kehutanan, rekayasa, usaha dan perkantoran, kesehatan dan kemasyarakatan, kerumahtanggaan dan budaya. Kurikulum SMK 1984 tidak hanya bersifat terminal tetapi juga memberi peluang siswanya untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi. Dalam proses pembelajarannya memadukan antara teori dan praktek kejuruan yang sebelumnya terpisah.

Pada perkembangan selanjutnya dilakukan penyempurnaan kurikulum, yakni dengan diberlakukannya kurikulum SMK 1994 yang menegaskan tentang sistem pendidikan menengah kejuruan, penataan manajemen sekolah dengan Pengembangan Sekolah Seutuhnya (PSS), perintisan unit produksi, perintisan institusi pasangan dan kebijakan link and match yang dioperasionalkan dengan Pendidikan Sistem Ganda (PSG).

Pada kurikulum edisi 1999, Garis-garis Besar Program Pendidikan dan Pelatihan (GBPP) dan Pedoman Pelaksanaan Kurikulum SMK, menganut prinsip-prinsip sebagai berikut:

 Kurikulum berbasis luas, kuat dan mendasar (broad based curriculum)

 Kurikulum berbasis kompetensi (competency based curriculum)


(20)

 Pembelajaran berbasis ganda (dual based program) yang dilaksanakan di sekolah dan di industri

 Perkuatan kemampuan daya suai dan kemandirian pengembangan diri tamatan.

Selanjutnya pemberlakuan kurikulum 2004 dengan penekanan pada kurikulum berbasis kompetensi (KBK) bagi kalangan pendidik pada lingkup pendidikan menengah kejuruan (SMK), secara konseptual tidak menjadi persoalan karena sudah mengenal lebih dekat dengan konsep kompetensi ini. Namun tetap merupakan suatu hal yang harus diantisipasi oleh semua pihak yang terlibat dalam pendidikan teknologi dan kejuruan. Terakhir adalah diberlakukannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006, sebagai pengejawantahan Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas dan Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. KTSP merupakan kebijakan untuk memberi peluang dan kewenangan luas bagian tiap satuan pendidikan untuk mengembangkan kurikulum sendiri sesuai dengan kondisi satuan pendidikan, peserta didik, potensi dan karakteristik daerah serta budaya masyarakat setempat. KTSP ini merupakan kurikulum operasional yang disusun dan dikembangkan oleh sekolah dan komite sekolah dengan supervisi dari dinas pendidikan setempat. KTSP dibuat dengan mengacu pada Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi (SI) serta Permendiknas No. 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL). Posisi pemerintah dalam KTSP ini adalah memberi payung hukum dan standar yang perlu dijadikan panduan atau pedoman sekolah dalam pengembangan kurikulum


(21)

Bila dicermati secara komprehensif dapat ditelusuri bahwa perubahan kurikulum itu tidak serta merta mampu menjawab tantangan yang dihadapi oleh SMK. Terutama berhubungan dengan internal kelembagaan maupun dengan

stakeholder yakni masyarakat dan dunia industri, yakni yang berkenaan dengan tuntutan kualitas lulusan dan persyaratan kompetensi memasuki dunia kerja. Paparan naskah akademik tentang kajian kebijakan kurikulum SMK yang dilakukan Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas 2007, menegaskan bahwa ditemukan beberapa permasalahan berkenaan dengan implementasi kurikulum SMK, diantaranya:

- Sebagian warga sekolah belum memahami standar isi, substansi dan implementasinya ke dalam KTSP

- Struktur kurikulum dan beban belajar masih terlalu sarat beban - Belum tercukupinya bahan ajar pada aspek kuantitas dan kualitas

- Silabus dan RPP belum tersusun berdasarkan analisis kebutuhan sekolah dan keunggulan lokal

- Proses pembelajaran belum terlaksana sesuai dengan standar isi, standar proses dan standar penilaian

- Sebagian guru belum melaksanakan sistem penilaian sesuai tuntutan KTSP.

Kemudian berdasarkan studi awal terhadap dokumen kurikulum dan perangkat pendukungnya serta wawancara dengan pimpinan dan guru-guru program studi keahlian Teknik Bangunan diperoleh gambaran tentang kurikulum dan implementasi kurikulum di SMK. Rancangan KTSP yang dibuat semuanya


(22)

mengacu pada Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan (Permendiknas No. 22 dan 23 tahun 2006), meskipun tetap mengintegrasikan kurikulum 2004 sebagai bahan penyusunan KTSP. Kemudian pada tahap proses implementasi kurikulum dalam bentuk pembelajaran teori dan praktik kejuruan, kendala minimnya fasilitas pembelajaran serta material praktik menjadi permasalahan tersendiri. Dukungan kelembagaan dari pemerintah daerah dan industri-industri konstruksi dan material bangunan relatif kecil dan tidak sepadan untuk menghasilkan suatu pembelajaran teknologi dan kejuruan yang memadai.

Proses implementasi kurikulum di SMK Kompetensi Keahlian (KK) TKBB, berdasarkan studi lapangan belum secara konsisten dilakukan oleh guru maupun sekolah. Hal ini diperkuat temuan awal studi pendahuluan yang dilaksanakan mahasiswa pada proses pembelajaran di beberapa SMK program studi keahlian Teknik Bangunan memperlihatkan kecenderungan metode pembelajaran tidak bervariatif (monoton), minimnya penggunaan media dan alat peraga pembelajaran.

Sejatinya, dalam kurikulum dan pedoman pelaksanaan sudah dideskripsikan secara jelas. Terlebih dengan diberlakukannya standar-standar nasional pendidikan sebagai benchmark penyelenggaraan pendidikan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Beberapa upaya sudah dilakukan oleh pihak sekolah untuk melakukan proses perbaikan dan peningkatan kualitas implementasi kurikulum sebagaimana disyaratkan dalam standar nasional pendidikan, khususnya standar proses (Permendiknas No, 41 tahun 2007). Meskipun demikian, upaya tersebut kebanyakan tidak didasarkan suatu kajian secara mendalam tentang keseluruhan aspek-aspek kurikulum yang


(23)

diimplementasikan. Pihak sekolah hanya melakukan monitoring dengan menggunakan instrumen pendataan keterlaksanaan program didasarkan pada dokumen yang ada. Beberapa program studi lainnya ada yang melakukan eksplorasi profil kompetensi lulusan SMK KK TKBB yang dibutuhkan dengan mengundang nara sumber dari dunia industri konstruksi sebagai masukan bagi perubahan konten kurikulum. Tentunya informasi yang dikumpulkan menjadi tidak akurat dan tidak bermakna dalam kerangka perbaikan implementasi kurikulum.

Pola posisi ini, evaluasi sebagai bagian dari sistem kurikulum belum digunakan sebagai satu pedoman oleh SMK KK TKBB dalam melakukan penilaian terhadap implementasi kurikulum. Ketidakjelasan pedoman evaluasi implementasi kurikulum merupakan suatu indikasi bahwa perbaikan implementasi kurikulum belum secara konsisten diawali oleh perencanaan evaluasi secara komprehensif sebagai bagian dari kurikulum. Terlebih pada pemahaman dan kemampuan guru-guru khususnya dalam proses perencanaan dan pengembangan kurikulum operasional kebanyakan belum memadai.

Mempertimbangkan bahwa komprehensivitas bahasan dalam pengembangan kurikulum, maka penting memilih prioritas penataan yang dapat dilakukan oleh pimpinan program studi dan guru-guru. Salah satu komponen penting adalah aspek keterlaksanaan kurikulum di sekolah, mengingat sebaik dan sesempurna suatu kurikulum bilamana implementasinya tidak baik maka tujuan kurikulum tidak mungkin tercapai. Dalam konteks upaya perbaikan pelaksanaan kurikulum yang diimplementasikan, langkah awal adalah melakukan evaluasi dan


(24)

penilaian terhadap kinerja implementasi kurikulum di sekolah yang mengacu pada standar-standar penyelenggaraan pendidikan.

Suatu evaluasi dikatakan berhasil bilamana informasi yang diperoleh memiliki validitas dan keakuratan sesuai fakta di lapangan sehingga menjadi informasi bernilai untuk menentukan keputusan perbaikan. Prasyarat tersebut mutlak dipenuhi oleh suatu model evaluasi yang dikembangkan berdasarkan kebutuhan dan kesesuaian dengan objek yang akan dievaluasi. Mengingat bahwa fokus penelitian ini adalah pada aspek keterlaksaaan kurikulum di SMK KK TKBB, maka penting dilakukan suatu pengembangan model evaluasi implementasi kurikulum yang memiliki keandalan, kepraktisan, keefektifan, dan efisiensi dalam penggunaannya dengan tetap menekankan akurasi pada informasi yang diperoleh. Dengan demikian hasilnya bisa dijadikan pedoman bagi penyelenggara SMK KK TKBB dalam melakukan penilaian terhadap kinerja implementasi dan memberi pertimbangan perbaikan implementasi kurikulum.

Beberapa penelitian tentang evaluasi kurikulum dilakukan oleh beberapa ahli dan praktisi pendidikan dengan menggunakan model-model evaluasi yang berbeda. Ali (1986) dalam studi evaluatif dengan menggunakan model evaluasi

discrepancy, mengenai perbedaan antara komponen-komponen yang direncanakan dan dilaksanakan dalam perkuliahan, menemukan terdapat perbedaan sedikit dan ada juga temuan tidak berbeda. Penelitian yang dikembangkan Sukmadinata (1998) berkaitan dengan pengendalian mutu pendidikan di SMK, pada satu bahasannya mengungkapkan bahwa sebagian besar guru SMK dalam penyampaian pelajarannya masih bersifat ekspositori. Pengembangan model evaluasi kurikulum multidimensi untuk kurikulum berbasis kompetensi di


(25)

Politeknik, dikembangkan oleh Hutahaean (2005). Dalam pengembangannya menggunakan model evaluasi CIPP berbasis software dengan enam dimensi yang diarahkan untuk penyediaan informasi penentuan keputusan perbaikan kurikulum. Kemudian penelitian yang dilakukan Santosa (2009) tentang evaluasi kurikulum dan implementasinya di program studi Teknik Kimia Poltek Negeri Malang dengan menggunakan model CIPP. Temuan penelitiannya menyatakan bahwa proses pembelajaran di Jurusan Teknik Kimia masuk pada kategori baik dan kurikulum yang digunakan sesuai dan mendukung tercapainya kompetensi lulusan. Muliati (2005) melakukan evaluasi program sistem ganda (PSG) pada sebuah SMK di Sulawesi Selatan dengan menggunakan evaluasi model

Countenance dari Stake. Berkenaan dengan kurikulum tahun 1994, Sukamto (2000) melakukan evaluasi kurikulum menurut persepsi guru dan siswa di DIY dengan mengacu pada pedoman evaluasi formatif. Hasil penelitian mengungkapkan adanya beberapa kendala berkenaan dengan kelengkapan sarana dan fasilitas pembelajaran serta terdapat pokok-pokok bahasan yang dirasakan asing. Kemudian, Arfandi (2009) melakukan evaluasi pelaksanaan Praktik Kerja Industri di SMK Program Keahlian Teknik Bangunan di Kota Makasar. Model evaluasi menggunakan model Countenance, dan temuan penelitian menunjukkan adanya kesiapan siswa, sekolah dan industri dalam melaksanakan pembelajaran praktik kerja industri. Beberapa penelitian lainnya berkaitan dengan evaluasi berkenaan dengan kurikulum maupun program banyak dilakukan dengan berbagai model evaluasi yang disesuaikan dengan tujuan dan lingkup evaluasi.

Dalam penelitian ini, kekhususan pemilihan model evaluasi implementasi kurikulum yang dikembangkan, selain selaras dengan program studi keahlian


(26)

peneliti, juga pada kondisi faktual kelembagaan SMK KK TKBB yang memiliki kebutuhan dalam penyelesaian permasalahan spesifik baik secara internal maupun eksternal. Terlebih pemberlakuan KTSP yang dibuat satuan pendidikan, maka dalam tahap implementasi dan evaluasi terhadap keseluruhan kinerja implementasi kurikulum selayaknya dapat dilakukan oleh pimpinan program studi dan guru-guru khususnya kelompok mata pelajaran bidang keahlian produktif di SMK KK TKBB.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan fenomena yang berkembang dan studi awal di lapangan berkenaan dengan pelaksanaan implementasi kurikulum pada beberapa SMK KK TKBB, dapat diidentifikasi beberapa permasalahan yang berkembang sebagai berikut:

1. Pemahaman dan kemampuan guru SMK KK TKBB dalam merancang, melaksanakan dan mengevaluasi kurikulum berdasar pada standar-standar nasional pendidikan masih rendah.

2. Pilihan program studi KK TKBB di SMK kebanyakan bukan prioritas siswa dan merupakan pilihan alternatif bilamana siswa tidak diterima di program studi keahlian lainnya, sehingga berdampak pada penurunan motivasi belajar siswa.

3. Masih minimnya penganggaran pembelajaran di SMK KK TKBB, khususnya anggaran untuk pembelian peralatan manual, perawatan mesin-mesin dan pengadaan material praktik. Kondisi ini berakibat menurunnya kualitas proses


(27)

pembelajaran yang berdampak pada ketidaktercapaian standar kompetensi keahlian produktif siswa.

4. Masih adanya pembelajaran yang dilakukan oleh guru-guru yang tidak dirancang dan dilaksanakan secara optimal dengan berbagai variasi metode dan penggunaan berbagai media/alat peraga penunjang pembelajaran di kelas, workshop, studio maupun di laboratorium komputer.

5. Penggunaan materi ajar berupa buku teks, modul-modul pembelajaran dan lembar kerja bidang keahlian belum secara optimal dilaksanakan mengingat keterbatasan sarana penunjang di SMK KK TKBB

6. Kualitas lulusan SMK KK TKBB belum seluruhnya mencapai standar kompetensi keahlian yang diharapkan

7. Rendahnya daya serap industri, baik industri jasa konstruksi maupun produksi untuk menerima lulusan SMK KK TKBB, dimana hal ini tidak sejalan dengan kebutuhan akan SDM pada bidang keahlian ini yang sebenarnya masih besar melihat industri properti ini masih prospektif.

Permasalahan yang dipaparkan di atas, setidaknya sudah disadari dan dipahami oleh para penyelenggara pendidikan di SMK KK TKBB maupun para pakar pendidikan teknologi dan kejuruan yang berkaitan dengan program studi keahlian Teknik Bangunan. Tentunya permasalahan tersebut harus dipetakan, dievaluasi, dan dianalisis agar dapat dilakukan penentuan skala prioritas dalam pemecahan masalahnya.

Upaya perbaikan kurikulum dan implementasinya pada dasarnya sudah dilaksanakan, namun secara faktual belum berlandaskan pada hasil kajian evaluasi


(28)

terhadap keseluruhan aspek kurikulum yang sudah dilaksanakan. Sehingga perubahan kurikulum dibuat tidak berbasis pada evaluasi terhadap kurikulum lama dan implementasinya di SMK. Pendapat ini diperkuat oleh pandangan yang dikemukakan oleh Soedijarto (2004:90) sebagai berikut:

Dari serangkaian perubahan kurikulum, yang didasarkan atas hasil penilaian nasional pendidikan (national asessement) hanyalah kurikulum 1975 dan kurikulum PPSP (1974-1981). Selebihnya merupakan perubahan yang didasarkan asumsi teoritik dan bukan atas dasar temuan-temuan hasil evaluasi yang dilakukan secara sistematik. Karena itu kita sukar untuk menjawab pertanyaan: Seberapa jauh kurikulum 1975, 1984, 1994, 2004 telah, belum atau tidak berhasil mempengaruhi peningkatan mutu pendidikan.

Pemberlakuan KTSP pada tahun 2006, membuka peluang bagi sekolah untuk dapat melakukan proses perencanan pengembangan kurikulum, implementasi dan evaluasi kurikulum secara mandiri. Untuk itulah penting dilakukan penelitian dan kajian terhadap komponen-komponen kurikulum yang dilakukan satuan pendidikan berdasarkan kemampuan satuan pendidikan dengan melandaskan pada kondisi faktual, internal dan eksternal kelembagaan.

Berdasarkan analisis terhadap fenomena yang berkembang di SMK KK TKBB dan permasalahan yang diidentifikasikan di atas, maka dalam penelitian ini fokusnya adalah kajian proses dalam bentuk pengembangan model evaluasi implementasi kurikulum. Penekanan ini sejalan dengan pendapat Hasting (Hasan, 2008:7) yang berpandangan bahwa evaluasi kurikulum harus mengembangkan fokus pada proses untuk mampu memberikan penjelasan “the why of outcomes”.

Pada SMK, kurikulum senantiasa harus menyelaraskan dengan perubahan dan kemajuan pada ilmu pengetahuan dan teknologi serta tuntutan kualitas lulusan yang disyaratkan industri sebagai stakeholder dan user lulusan yang meningkat


(29)

setiap waktu. Tentunya mengharuskan dilakukan perbaikan-perbaikan secara berkesinambungan dengan berbasis kajian evaluatif terhadap implementasi kurikulum yang ada. Pada posisi ini, mutlak harus ada model evaluasi implementasi kurikulum yang dikembangkan secara sistemik dan sistematik dengan tetap mengacu pada validitas, reliabilitas, fisibilitas serta kemudahan dalam penggunaannya. Dengan demikian hasil evaluasi menjadi bahan penilaian dan pertimbangan perbaikan implementasi kurikulum di SMK KK TKBB.

Berdasarkan kajian berkenaan dengan model-model evaluasi kurikulum, dan karakteristiknya serta kondisi kelembagaan SMK pada kompetensi keahlian Teknik Konstruksi Batu Beton, maka peneliti tertarik mengembangkan suatu model evaluasi implementasi kurikulum kejuruan (EIKK). Model evaluasi yang dikembangkan mengadop model evaluasi kesenjangan (discrepancy evaluation model) yang dikembangkan Provus (Miller and Seller, 1985:310) dengan melakukan modifikasi sesuai tujuan evaluasi. Tujuan model ini sebagaimana disampaikan Alter (1998:64-66) yang menyatakan “The Discrepancy Evaluation Model (DEM), developed in 1969 by Malcom Provus to provides information for

programme assessment and programme improvement”.

Pilihan model evaluasi ini dianggap sesuai dengan adanya pemberlakuan standar-standar nasional pendidikan secara menyeluruh. Selain itu karena fokus pada implementasi kurikulum, maka model evaluasi ini diarahkan untuk menilai dan membandingkan kinerja implementasi dengan standar yang dirancang berdasar standar proses, sehingga diperoleh informasi berkenaan dengan kesenjangan pada setiap aspek implementasi kurikulum. Berdasarkan informasi yang diperoleh tersebut, maka dilakukan upaya-upaya perbaikan pada setiap


(30)

aspek implementasi kurikulum sehingga tujuan kurikulum yang ditetapkan bisa tercapai.

C. Perumusan dan Pembatasan Masalah 1. Perumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan pada latar belakang dan pemetaan masalah yang berkembang pada komponen implementasi kurikulum di SMK KK TKBB, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Model evaluasi implementasi kurikulum seperti apa yang dapat dikembangkan dan digunakan di SMK Kompetensi Keahlian Teknik Konstruksi Batu Beton?. Berkenaan dengan model evaluasi yang memokuskan pada komponen implementasi, maka dimensi evaluasi mencakup pada perencanaan dan pelaksanaan implementasi kurikulum.

Pada aspek evaluasi perencanaan implementasi, meliputi evaluasi terhadap pedoman implementasi kurikulum, silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, modul/bahan ajar, pedoman praktik di workshop, pedoman praktik di studio gambar, pedoman praktik di laboratorium komputer, pedoman praktik kerja industri, pedoman tugas akhir, serta pedoman pengujian dan sertifikasi.

Pada aspek evaluasi pelaksanaan implementasi, meliputi evaluasi terhadap dukungan implementasi kurikulum, proses pembelajaran teori, proses pembelajaran praktik di workshop, proses pembelajaran di studio gambar, proses pembelajaran di laboratorium komputer, proses pembelajaran praktik kerja industri, penyusunan tugas akhir, uji kompetensi dan sertifikasi, pembelajaran pengayaan dan remedial, serta pengawasan proses pembelajaran.


(31)

2. Pembatasan Masalah Penelitian

Masalah penelitian ini dibatasi pada pengembangan model evaluasi implementasi kurikulum dengan merujuk pada standar proses yang dikembangkan BSNP meliputi dimensi perencanaan dan pelaksanaan kurikulum. Sedangkan kompetensi keahlian yang dipilih termasuk rumpun program studi keahlian Teknik Bangunan di SMK dan dibatasi pada kompetensi keahlian Teknik Konstruksi Batu Beton.Untuk mata pelajaran atau standar kompetensi keahlian dibatasi pada kelompok mata pelajaran produktif atau bidang keahlian.

D. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan perumusan dan pembatasan masalah dalam penelitian ini, maka dalam operasionalnya dijelaskan dalam bentuk pertanyaan penelitian berikut ini:

1. Model evaluasi implementasi kurikulum kejuruan seperti apa yang dapat digunakan pada SMK Kompetensi Keahlian Teknik Konstruksi Batu Beton? 2. Bagaimanakah tahapan pelaksanaan model evaluasi implementasi kurikulum

kejuruan (EIKK) pada SMK Kompetensi Keahlian Teknik Konstruksi Batu Beton?

3. Bagaimanakah keunggulan dan kelemahan model evaluasi implementasi kurikulum kejuruan (EIKK) pada SMK Kompetensi Keahlian Teknik Konstruksi Batu Beton dibandingkan model evaluasi kurikulum lainnya?


(32)

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan penelitian yang dijelaskan di atas, maka tujuan penelitian pengembangan model evaluasi ini adalah sebagai berikut:

1. Menghasilkan model evaluasi implementasi kurikulum kejuruan (EIKK) pada SMK kompetensi keahlian Teknik Batu Beton.

2. Mendeskripsikan tahapan pelaksanaan model evaluasi implementasi kurikulum kejuruan (EIKK) pada SMK Kompetensi Keahlian Teknik Konstruksi Batu Beton.

3. Mengetahui keunggulan dan kelemahan model evaluasi implementasi kurikulum kejuruan (EIKK) pada SMK Kompetensi Keahlian Teknik Konstruksi Batu Beton dibanding dengan model evaluasi implementasi lainnya.

F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Merupakan pengembangan dan penyederhanaan dari model evaluasi kurikulum yang dikembangkan oleh Provus dengan model evaluasi kesenjangan (discrepancy evaluation model) yang dimodifikasi. Dengan demikian akan memperkaya dan memperkuat basis-basis keilmuan khususnya pada temuan model evaluasi implementasi kurikulum yang lebih simplistik, valid, reliabel, workability dan kelayakan dalam aplikasi, khususnya dalam aspek efektivitas dan efisiensi pelaksanaan model evaluasi implementasi kurikulum kejuruan.


(33)

2. Manfaat Praktis

Salah satu rujukan pengembangan model EIKK adalah kepraktisan dan keluwesan dalam penggunaan model dan instrumen evaluasi implementasi kurikulum. Untuk itu manfaat praktis hasil penelitiain adalah sebagai berikut: a. Menjadi rujukan bagi guru, pimpinan program studi dan sekolah dalam

melakukan tindakan evaluasi implementasi kurikulum di SMK KK TKBB sehingga menjadi acuan perbaikan implementasi kurikulum di sekolah.

b. Menjadi rujukan bagi penentu kebijakan di lingkungan dinas pendidikan kota/kabupaten dan propinsi khususnya dalam melakukan supervisi bagi perbaikan implementasi kurikulum sesuai dengan standar yang telah ditetapkan pemerintah (BSNP).

c. Menjadi masukan bagi penyelenggara pendidikan lainnya dalam melakukan evaluasi implementasi kurikulum berkenaan dengan kurikulum yang digunakan di lembaga pendidikan.

G. Struktur Penulisan

Bahasan yang dipaparkan dalam penelitian pengembangan model evaluasi implementasi kurikulum ini disajikan dalam lima bagian. Tiap bagian dijelaskan berdasarkan fungsi bahasannya secara sistematis dan antar bagian memiliki keterkaitan sehingga terjaga komprehensivitas dalam pemaparannya. Berikut ini adalah struktur penulisan yang digunakan dan dikembangkan pada penjelasan bab-bab di bawah ini.


(34)

Bab I Pendahuluan

Bagian pendahuluan merupakan bagian awal penulisan yang membahas tentang latar belakang, identifikasi, perumusan dan pembatasan masalah, pertanyaan, tujuan, dan manfaat penelitian serta struktur penulisan.

Bab II Kajian Pustaka dan Kerangka Pemikiran

Menjelaskan teori-teori yang melandasi konsep model EIKK dan kerangka pemikiran dalam pengembangan konsep dan instrumen model EIKK

Bab III Metode Penelitian

Bahasan bab ini menjelaskan tentang metode penelitian yang digunakan, subjek penelitian, definisi operasional, pengembangan instrumen penelitian, teknik pengumpulan dan analisis data

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bagian ini menjelaskan tentang temuan penelitian yang meliputi penjelasan secara komprehensif tentang hasil penelitian dan pembahasannnya didasarkan pada teori-teori yang digunakan

Bab V Simpulan dan Rekomendasi

Bagian ini merupakan bahasan temuan akhir berupa simpulan yang merupakan jawaban terhadap tercapai tidaknya tujuan penelitian dan rekomendasi yang disampaikan kepada pihak-pihak yang dianggap berkaitan dengan temuan penelitian.


(35)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Tahapan Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada metode penelitian dan pengembangan. Dalam aplikasinya melakukan penyesuaian dengan mempertimbangkan keefektifan dalam memvalidasi dan melakukan uji coba model di lapangan. Metode ini dipilih sesuai dengan karakteristik dan tujuannya, yakni menghasilkan produk tertentu atau mengembangkan produk yang telah ada sekaligus menguji keefektifan produk tersebut. Untuk itulah dalam metode ini, penelitian diarahkan pada tujuan akhir yang ingin diperoleh, yakni mengembangkan dan menghasilkan suatu produk pendidikan, yakni suatu model evaluasi implementasi kurikulum kejuruan pada SMK Kompetensi Keahlian Teknik Batu Beton. Pemilihan ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Borg & Gall (1998:624) bahwa penelitian dan pengembangan adalah “a process used to develop and validate educational product”.

Dalam pengembangannya, metode ini diarahkan untuk menghasilkan suatu model evaluasi implementasi kurikulum yang memenuhi asas-asas simplistik, reliabilitas, obyektivitas, praktis dan relevan dengan model kurikulum yang digunakan. Penekanannya pada penemuan suatu produk model evaluasi implementasi kurikulum yang mempertimbangkan kondisi dan karakteristik sekolah, termasuk siswa dan guru, serta dengan kurikulum dan model


(36)

pembelajaran yang digunakan, serta dengan tuntutan dan kompetensi yang dikembangkan di dunia industri.

Prosedur dan proses penelitian dan pengembangan, dilakukan dalam bentuk siklus dimana berdasar temuan penelitian, kemudian dilakukan proses pengembangan suatu produk model. Setelah itu kembali dilakukan kajian terhadap temuan pendahuluan kemudian diuji dalam situasi tertentu dan kemudian dilakukan perbaikan terhadap hasil uji coba, begitu seterusnya sampai diperoleh hasil akhir model yang sudah divalidasi dan bisa digunakan secara efektif dan adaptif pada kondisi dan kebutuhan sekolah.

Sebagaimana diketahui dalam metode penelitian dan pengembangan mencakup sepuluh langkah yang mesti ditempuh, sebagaimana yang dikemukakan oleh Borg & Gall (1998:775), yakni meliputi : research and information collecting, planning, develop preliminary form of product, preliminary field testing, main product revision, main field testing, operational product revision, operational field testing, final product revision, dissemination and implementation. Bilamana kesepuluh langkah dalam penelitian dan pengembangan ini dapat dilakukan secara tepat dan benar, maka menurut Sukmadinata (2007:170), akan dihasilkan suatu produk pendidikan yang dapat dipertanggungjawabkan dan dapat diaplikasikan di sekolah-sekolah.

Berdasarkan pada tujuan penelitian dan kondisi faktual di lapangan serta pertimbangan kelayakan penelitian, maka tentunya kesepuluh langkah yang dikembangkan Borg dan Gall haruslah dilakukan penyesuaian dengan tetap mengacu pada tahapan inti dari metode penelitian dan pengembangan. Untuk itu


(37)

SMK Kompetensi Keahlian Teknik Batu Beton dilakukan modifikasi meliputi tiga tahapan sebagaimana dijelaskan berikut ini.

1. Tahap Studi Pendahuluan

Pada tahapan pertama ini, diawali terlebih dahulu dengan studi literatur dan studi lapangan di SMK KK TKBB sebagai penjajagan untuk mengetahui model evaluasi implementasi kurikulum yang digunakan. Studi literatur dimaksudkan untuk memahami bahasan yang berkaitan dengan teori tentang model-model evaluasi kurikulum serta kurikulum SMK KK TKBB yang digunakan. Selain itu merujuk juga pada pencarian dan penelusuran referensi hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya yang mempunyai bahasan yang mendekati topik penelitian yang akan kita lakukan. Hasilnya sebagai pijakan yang akan memperkuat topik penelitian yang diangkat.

Pada studi literatur juga diarahkan untuk mempelajari keterkaitan topik penelitian dengan perundang-undangan dan peraturan-peraturan yang ditetapkan Kementerian Pendidikan Nasional serta yang dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Terutama berkaitan dengan penetapan Standar Isi, Standar Kompetensi Lulusan, Standar Proses, Standar Penilaian, Standar Sarana dan Prasarana serta standar lainnya yang diatur dalam beberapa Peraturan Menteri Pendidikan Nasional.

Sedangkan studi lapangan dilakukan dengan pendekatan survey dan studi dokumentasi yang bersifat deskriptif yang menggambarkan kondisi apa adanya tentang variabel-variabel yang akan diteliti. Tujuan utama studi lapangan adalah mengumpulkan informasi tentang variabel sebanyak-banyaknya. Aspek yang


(38)

diungkap dalam penelitian pendahuluan ini meliputi model kurikulum yang digunakan, evaluasi implementasi kurikulum yang sudah dilakukan, kondisi dan kinerja SMK, guru-guru dan siswa pada umumnya, kondisi sarana dan prasarana, dan kondisi lingkungan sekolah.

Hasil awalnya digunakan untuk pertimbangan dalam perencanaan dan pengembangan model evaluasi implementasi kurikulum kejuruan (EIKK) yang digunakan pada SMK KK TKBB. Penamaan model EIKK ini dengan mempertimbangkan evaluasi implementasi kurikulum ini diorientasikan penggunaannya di lingkungan sekolah menengah kejuruan. Selain itu digunakan untuk menetapkan SMK KK TKBB pada lingkup propinsi Jawa Barat yang dilibatkan dalam pengembangan model EIKK ini.

2. Tahap Perencanaan Model

Pada tahapan perencanaan diawali dari hasil studi pendahuluan meliputi temuan tentang kurikulum yang digunakan, evaluasi yang sudah dilaksanakan dan kondisi faktual implementasi kurikulum di SMK KK TKBB. Kemudian kajian tentang hasil penelitian sejenis yang sudah dilakukan dalam evaluasi kurikulum serta kajian teori berkenaan dengan model-model evaluasi kurikulum. maka disusunlah rangkaian perencanaan kegiatan penelitian.

Tahap perencanaan dalam kegiatan penelitian dan pengembangan model EIKK meliputi beberapa kegiatan, diantaranya adalah:

- Penetapan tujuan pengembangan model EIKK di SMK TKBB

- Penyusunan konsep model EIKK yang akan digunakan di SMK KK TKBB


(39)

- Penyusunan instrumen model EIKK yang akan digunakan di SMK KK TKBB

- Penentuan teknik pengolahan dan analisis data hasil penyebaran instrumen evaluasi kurikulum kejuruan di SMK KK TKBB

- Penyusunan format pelaporan hasil EIKK di SMK KK TKBB

- Penentuan pihak yang berperan selaku evaluator model EIKK di SMK KK TKBB

- Penentuan langkah-langkah kegiatan dalam penerapan model EIKK di SMK KK TKBB.

- Penentuan responden untuk memvalidasi model EIKK di SMK KK TKBB, yang terdiri atas: kelompok ahli (akademis) di bidang kurikulum dan pendidikan kejuruan dan kelompok praktisi (pimpinan jurusan/program studi di SMK KK TKBB).

3. Tahap Pengembangan

Tahap selanjutnya adalah pengembangan model evaluasi implementasi kurikulum kejuruan dengan melakukan validasi kepada kelompok ahli kurikulum dan pendidikan kejuruan serta praktisi pendidikan di SMK KK TKBB sampai diperoleh rancangan akhir dari konsep model dan instrumen model EIKK yang dikembangkan. Pengembangan model pada tahap pengembangan ini dilakukan dengan menggunakan teknik Delphi, yakni teknik penilaian dan pertimbangan ahli (expert judgement) untuk memvalidasi konsep model EIKK. Penggunaan teknik Delphi dalam penelitian ini dilakukan dalam dua putaran, dimana berdasarkan hasil validasi yang dilakukan pada tahap dua sudah diperoleh kesepakatan dari tim


(40)

ahli tentang konsep model EIKK. Berkenaan dengan jumlah tahapan validasi, sebagaimana diungkapkan oleh Woudenberg (Ali, 2005:720), … suggest two to ten as an appropriate number of rounds. Lebih jelas data yang ditampilkan Rowe dan Wright (1999:357), yang menggambar jumlah putaran dalam penelitian-penelitian dengan teknik Delphi menggunakan dua putaran atau lebih.

Kemudian melakukan validasi secara empirik oleh praktisi pendidikan (pimpinan jurusan/program studi TKBB) tentang muatan indikator dan item-item instrumen model EIKK pada dimensi perencanaan dan pelaksanaan implementasi kurikulum sesuai dengan yang dilaksanakan di sekolah.

Pada tahap pengembangan, juga dilakukan perencanaan program aplikasi komputer berbasis software Excel. Berdasarkan rancangan yang dibuat, maka evaluator yang akan menggunakan program aplikasi ini hanya dengan mengisi kolom skala penilaian pada setiap item pernyataan dengan pemberian tanda Chek (V). Secara sistemik, maka nilai kinerja tiap aspek dan tiap indikator akan terlihat, begitupun nilai kesenjangan yang ada diperoleh dengan membandingkan kinerja dengan standar penilaian. Program aplikasi ini mempercepat dan memudahkan evaluator dalam memperoleh informasi tentang kinerja dan nilai kesenjangan pelaksanaan implementasi kurikulum, sehingga akan semakin cepat pula menentukan keputusan dalam perbaikan implementasi kurikulum pada setiap aspek implementasi kurikulum.

4. Uji Coba Model

Tahapan ini merupakan uji coba model evaluasi implementasi kurikulum kejuruan yang telah dikembangkan pada beberapa SMK kompetensi keahlian


(41)

Teknik Batu Beton di Propinsi Jawa Barat. Uji coba dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang kepraktisan dan efektivitas penerapan model EIKK di SMK KK TKBB. Efektivitas model evaluasi dilihat dari kemudahan dipahami, digunakan, diolah, dianalisis dan ditafsirkan hasilnya sesuai dengan tujuan evaluasi implementasi kurikulum oleh para praktisi pendidik di SMK KK TKBB.

Pada tahap uji coba instrumen EIKK, dilakukan dengan menggunakan program aplikasi model EIKK yang dirancang mendukung kemudahan dalam penggunaannya. Berdasarkan analisis terhadap pelaksanaan uji coba model evaluasi implementasi kurikulum kejuruan di SMK KK TKBB, maka dilakukan penyimpulan atau konklusi mengenai model evaluasi implementasi kurikulum kejuruan yang sudah dikembangkan.

5. Pelaporan

Fase terakhir dalam tahapan penelitian ini adalah menyusun laporan yang berisi uraian tentang hal-hal yang berkaitan dengan proses penelitian dan pengembangan yang dilakukan, dimulai dari penentuan latar belakang permasalahan, paradigma penelitian yang didukung teori-teori sebagai pijakan. Selanjutnya diuraikan pula metodologi penelitian yang telah dilaksanakan, dari penyusunan konsep model dan pembuatan instrumen EIKK. Kemudian dilakukan validasi secara konseptual dan empirik, uji coba model dan penentuan kesimpulan tentang penelitian dan pengembangan model EIKK yang diperoleh.


(42)

LANGKAH-LANGKAH PENGEMBANGAN

MODEL EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM KEJURUAN

Studi Pendahuluan Perencanaan Pengembangan

VALIDASI  Konsep model EIKK  Instrumen model  Angket model dan

instrumen

Gambar 3.1. Tahapan Pengembangan Model EIKK

B. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah pimpinan jurusan/program studi/kompetensi keahlian Teknik Konstruksi Batu Beton yang tersebar pada SMK-SMK Negeri di Propinsi Jawa Barat. Berdasarkan dokumentasi dan studi

STUDI LITERATUR  Teori evaluasi

kurikulum  Standar-standar nasional pendidikan  Hasil-hasil penelitian terdahulu STUDI LAPANGAN  Dokumen KTSP

SMK

 Evaluasi kurikulum yang sudah dilaksanakan  Perangkat KTSP

SMK

 Implementasi KTSP SMK KK TKBB di sekolah dan industri  Sarana-alat-media-

sumber belajar  Lingkungan sekolah  Institusi pasangan/

DUDI  Standar-standar keahlian kerja PENYUSUNAN Tujuan pengembangan model EIKK Konsep model

EIKK

Instrumen Model EIKK

Penentuan teknik pengolahan dan analisis data Program Aplikasi

Model EIKK Penyusunan format

pelaporan

Penentuan evaluator Penentuan langkah

penerapan model EIKK Penentuan responden untuk memvalidasi model   UJI COBA MODEL

EIKK DI SMK KK TKBB


(43)

lapangan terdapat lima SMK Negeri yang memiliki Program Studi/ Kompetensi Keahlian Teknik Konstruksi Batu Beton. Dengan demikian dalam penelitian ini tidak ada sampel yang digunakan, karena seluruh SMKN KK TKBB di Propinsi Jawa Barat dilibatkan sebagai populasi penelitian.

Berdasarkan penelusuran terhadap data-data SMK KK TKBB yang ada di Propinsi Jawa Barat, berikut ini tabel sebaran SMKN program studi keahlian Teknik Bangunan yang mempunyai kompetensi keahlian Teknik Konstruksi Batu Beton (TKBB).

Tabel 3.1

Distribusi Anggota Populasi

NO NAMA SEKOLAH

1 2 3 4 5

SMK Negeri 5 Bandung SMK Negeri 3 Ciamis SMK Negeri 1 Sukabumi SMK Negeri 1 Cirebon SMK Negeri 3 Kuningan

C. Definisi Operasional

Penjelasan operasional tentang judul penelitian ini adalah untuk memberi pemahaman agar tidak salah mengartikan. Terdapat dua kelompok istilah yang perlu dijelaskan untuk mengarahkan pada maksud judul penelitian ini, yakni: model evaluasi implementasi kurikulum dan kejuruan.

1. Model Evaluasi Implementasi Kurikulum

Model menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (edisi keempat, 2008) adalah pola (contoh, acuan, ragam) dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan.


(44)

Kaitannya dengan konteks keilmuan, maka definisi model dalam judul ini adalah pola atau rancangan yang dihasilkan melalui prosedur ilmiah dan hasilnya dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Evaluasi dalam konteks kurikulum merupakan bagian dari sistem atau anatomi kurikulum yang terdiri atas: desain, implementasi dan evaluasi kurikulum. Sedangkan kurikulum sebagaimana dijelaskan dalam UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003, adalah seperangkat rencana dan pengaturan tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (Pasal 1 Butir 19).

Dalam penerapannya, evaluasi juga meliputi evaluasi terhadap desain kurikulum, implementasi kurikulum dan evaluasi terhadap evaluasi kurikulum. Keseluruhannya merupakan komponen dari evaluasi kurikulum yang merupakan bagian dari disiplin keilmuan pengembangan kurikulum.

Evaluasi sebagaimana penelitian, merupakan suatu prosedur ilmiah untuk mengumpulkan data berkenaan dengan suatu program baik berkenaan dengan rancangan dan pelaksanaan program. Kaitannya dengan judul penelitian ini, maka definisi model evaluasi implementasi kurikulum adalah suatu desain atau pola evaluasi yang dirancang dan digunakan melalui suatu prosedur ilmiah untuk mengumpulkan berbagai informasi yang valid dan reliabel yang digunakan dalam membuat penilaian dan pertimbangan tentang implementasi kurikulum.

Sedangkan lingkup implementasi kurikulum mencakup dua dimensi yakni perencanaan dan pelaksanaan kurikulum. Dimensi perencanaan mencakup bahasan berkenaan dengan pedoman implementasi kurikulum, silabus, RPP,


(45)

modul dan bahan ajar, pedoman praktik, dan pedoman uji kompetensi dan sertifikasi di SMK KK TKBB. Pada dimensi pelaksanaan mencakup bahasan berkenaan dengan dukungan implementasi kurikulum, proses pembelajaran teori dan praktik, proses uji kompetensi dan sertifikasi keahlian, proses pembelajaran remedial dan pengayaan, serta pengawasan proses pembelajaran.

2. Kejuruan (vokasional)

Pendidikan kejuruan atau vokasional yang dikenal dalam pendidikan formal di negara kita mencakup pendidikan menengah kejuruan (SMK) dan pendidikan tinggi (diploma dan politeknik). Dalam konteks penelitian ini, pendidikan kejuruan yang dimaksud adalah pada level pendidikan menengah kejuruan. Sebagaimana dijelaskan pada pasal 15 UU Sisdiknas yang menyatakan bahwa pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama bekerja dalam bidang tertentu.

Definisi-definisi yang dijelaskan secara parsial di atas, kemudian dikompilasikan dalam sebuah definisi operasional keseluruhan judul penelitian. Merupakan penelitian yang merancang dan mengembangkan suatu desain atau pola rancangan evaluasi implementasi meliputi perencanaan dan pelaksanaan kurikulum pada sekolah menengah kejuruan yang diorientasikan dalam menyediakan informasi untuk memberi penilaian kinerja dan pertimbangan perbaikan implementasi kurikulum kejuruan.

D. Pengembangan Instrumen Model EIKK

Berdasarkan jenis model evaluasi kurikulum yang dikembangkan, yakni mengacu pada model evaluasi kurikulum Discrepancy yang dikembangkan


(46)

Provus. Fokus penelitian diarahkan untuk menilai kinerja implementasi dan membandingkannya dengan standar. Perbandingan tersebut memunculkan dua penilaian, yakni tentang kinerja imlementasi dan nilai kesenjangan yang diperoleh pada setiap aspek yang dievaluasi. Berkenaan dengan standar dalam model EIKK ini adalah kondisi ideal yang ada pada setiap aspek implementasi kurikulum. Lebih jelasnya adalah membandingkan kondisi ideal atau bersifat standar dengan kondisi faktual, dimana antara kondisi ideal dengan faktual terdapat kesenjangan (discrepancy). Model evaluasi discrepancy bertujuan untuk menilai kinerja implementasi kurikulum sehingga dapat ditentukan upaya perbaikan pada aspek apa saja yang nilai kinerjanya kurang baik dan nilai kesenjangannya besar.

Dalam model EIKK ini, semua aspek dari setiap komponen implementasi kurikulum kejuruan dilakukan analisis kesenjangan, yang membandingkan

Standard (S) dengan Performance (P) sehingga diperoleh nilai atau informasi kesenjangannya (D). Dengan demikian dapat menjadi panduan dalam membuat keputusan penilaian berkenaan dengan nilai atau kelayakan sebuah objek didasarkan pada informasi D diantara S dan P sebagaimana dikemukakan Steinmetz (Stufflebeam, 1993:128).

Dalam pengembangan model evaluasi implementasi kejuruan ini, penentuan standar mengacu pada standar-standar yang dikembangkan oleh BSNP. Standar-standar tersebut meliputi Standar Proses, Standar Penilaian dan Standar Sarana Prasarana. Tentunya dengan melakukan penyesuaian-penyesuaian didasarkan pada jenis persekolahan dan model kurikulum yang digunakan di SMK KK TKBB. Instrumen yang digunakan dalam Model EIKK ini diarahkan untuk melakukan evaluasi terhadap implementasi kurikulum di SMK KK TKBB


(47)

meliputi dua kelompok komponen, yakni pada rancangan implementasi kurikulum dan pelaksanaan kurikulum.

Kelompok rancangan implementasi kurikulum meliputi evaluasi terhadap komponen-komponen rancangan sebagai berikut:

- Pedoman implementasi kurikulum SMK KK TKBB - Silabus SMK KK TKBB

- Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) SMK KK TKBB - Modul atau bahan ajar mata pelajaran kelompok produktif - Pedoman praktik di workshop

- Pedoman praktik di studio gambar manual - Pedoman praktik di laboratorium komputer - Pedoman praktik kerja industri

- Pedoman penyusunan tugas akhir

- Pedoman uji kompetensi keahlian dan sertifikasi

Pada kelompok pelaksanaan kurikulum mengarahkan evaluasi terhadap komponen pelaksanaan meliputi:

- Dukungan implementasi kurikulum - Proses pembelajaran teori di kelas

- Proses pembelajaran praktik di workshop

- Proses pembelajaran praktik di studio gambar manual - Proses pembelajaran praktik di laboratorium komputer - Proses pembelajaran praktik kerja di industri


(48)

- Proses uji kompetensi dan sertifikasi keahlian - Proses pembelajaran pengayaan dan remedial - Pengawasan proses pembelajaran

E. Teknik Pengumpulan Data

Beberapa teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam pengembangan model EIKK ini. Pertama, adalah studi dokumentasi dengan alat pengumpul datanya adalah pedoman studi dokumentasi. Kedua, bahan validasi berkenaan konsep model dan model instrumen evaluasi implementasi. Ketiga adalah instrumen angket berkaitan dengan konsep model EIKK dan instrumen pada dimensi perencanaan dan pelaksanaan implementasi kurikulum di SMK KK TKBB.

1. Pedoman Studi Dokumentasi dan Wawancara

Pedoman studi dokumentasi adalah instrumen yang dikembangkan untuk mengumpulkan data-data bersifat dokumen berkaitan dengan kurikulum dan perangkat kurikulum yang digunakan seperti silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), bahan ajar, panduan praktik, dan panduan penilaian dan pengujian. Sedangkan untuk pedoman wawancara dibuat dalam bentuk pertanyaan terbuka kepada pimpinan prodi/kompetensi keahlian (ketua dan sekretaris) berkenaan dengan pelaksanaan evaluasi implementasi kurikulum dan program pembelajaran yang dilaksanakan di SMK KK TKBB.

Hasil akhir yang diharapkan dalam pengumpulan data dokumentasi ini adalah terkumpulnya data-data faktual tentang dokumen kurikulum dan program


(49)

pembelajaran yang digunakan untuk pembelajaran teori maupun praktik, khususnya pada kelompok mata pelajaran produktif. Data penunjang lainnya yang diperlukan adalah tentang sarana dan prasarana pembelajaran, kegiatan remedial dan pengayaan serta dokumen berkenaan dengan penilaian dan pengujian di SMK KK TKBB.

2. Bahan Validasi dan Angket tentang Konsep Model dan Instrumen EIKK

Terdapat dua bentuk instrumen angket terstruktur yang digunakan dalam penelitian ini. Pertama angket yang dikembangkan sebagai alat pengumpul data yang ditujukan kepada responden berupa daftar pertimbangan dan validasi terhadap konsep model dan validasi empirik tentang aspek dan item-item instrumen model EIKK di SMK KK TKBB. Kedua, angket berkenaan dengan pertimbangan menyeluruh berkenaan dengan komprehensivitas, kejelasan, keterbacaan dan representasi isi kerangka konsep model dan aspek-aspek evaluasi implementasi kurikulum kejuruan.

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Berdasarkan tahapan dalam proses pengumpulan data, maka analisis data dilakukan pada data-data yang dikumpulkan dalam penelitian pendahuluan, pengembangan model, validasi dan uji coba model. Pada kegiatan penelitian pendahuluan dilakukan teknik analisis deskriptif kualitatif untuk data-data berkenaan dengan dokumentasi kurikulum dan perangkat kurikulum. Selain itu adalah dengan analisis hasil wawancara tentang pelaksanaan kurikulum serta


(50)

evaluasi implementasi kurikulum yang dilaksanakan oleh pimpinan SMK program studi/kompetensi keahlian TKBB.

Pada kegiatan pengembangan dan validasi dengan teknik Delphi, analisis data dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Data hasil penilaian dan pertimbangan ahli (judgement expert) terhadap konsep model evaluasi dan validasi empirik instrumen model evaluasi implementasi kurikulum dilakukan dengan pendekatan analisis kualitatif. Data yang dianalisis kemudian dinyatakan dalam bentuk penerimaan atau penolakan dengan memberi rasionalitas pada tiap konsep atau item instrumen yang diterima atau ditolaknya.

Data pertimbangan yang dikumpulkan dari para ahli (experts) berkenaan dengan konsep dan instrumen model berupa penerimaan, penolakan, penambahan, pengurangan dan penyempurnaan kemudian dibuat secara tabelaris. Hasilnya kemudian diolah dengan menggunakan pendekatan perhitungan statistik sederhana dengan teknik prosentase (%). Hasilnya dianalisis dan diberi kesimpulan apakah konsep model dan instrumen model EIKK tersebut oleh peneliti diterima atau ditolak dengan memberi rasionalitasnya.


(51)

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Proses pengembangan model EIKK yang diawali pemaparan permasalahan, penentuan tujuan, metode pengembangan, validasi konsep dan empirik model serta uji coba aplikasi program EIKK, memunculkan beberapa temuan penelitian sebagaimana dijelaskan berikut ini:

1. Tersusunnya model evaluasi implemenatasi kurikulum kejuruan (EIKK) yang dapat digunakan oleh SMK KK TKBB. Dalam pengembangannya model EIKK mengadopsi dan memodifikasi model evaluasi kesenjangan (discrepancy) yang membandingkan implementasi kurikulum yang diharapkan (intended/standard) dengan yang dilaksanakan (observed/performance). Fokus evaluasi dalam model EIKK diarahkan pada evaluasi implementasi kurikulum meliputi dua dimensi, yakni perencanaan dan pelaksanaan implementasi kurikulum.

2. Tersusunnya tahapan pelaksanaan model evaluasi implementasi kurikulum kejuruan (EIKK) pada SMK Kompetensi Keahlian Teknik Konstruksi Batu Beton, meliputi langkah-langkah sebagai berikut:

a. Penentuan evaluator dari internal dengan maksud agar lebih memahami kondisi evaluan dengan tetap mengendalikan faktor subyektivitasnya. b. Penilaian terhadap rancangan implementasi meliputi pertanyaan berkenaan


(52)

KK TKBB, silabus, RPP untuk setiap mata pelajaran produktif, modul/bahan ajar untuk setiap mata pelajaran produktif, pedoman praktik di workshop/studio gambar/ laboratorium komputer, pedoman praktek kerja industri, pedoman pengujian dan sertifikasi. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan studi dokumentasi dan instrumen penilaian rancangan implementasi kurikulum di SMK KK TKBB.

c. Penilaian terhadap pelaksanaan implementasi kurikulum meliputi pertanyaan berkenaan dengan ketersediaan dan kualitas dukungan implementasi kurikulum, proses pembelajaran teori oleh guru-guru produktif, proses pembelajaran praktik di workshop/studio gambar/laboratorium komputer, proses pembelajaran praktik kerja industri, uji kompetensi dan sertifikasi, pembelajaran pengayaan dan remedial, serta pengawasan proses pembelajaran. Teknik pengumpuluan data dilakukan dengan menggunakan studi dokumentasi, wawancara dengan guru-guru/instruktur, observasi proses pembelajaran teori dan praktik dan instrumen penilaian pelaksanaan implementasi kurikulum di SMK KK TKBB.

d. Pengolahan data-data menggunakan program aplikasi software excel. Kemudian membandingkan hasil kinerjanya dengan kriteria yang sudah ditentukan dimana hasilnya berupa informasi berkenaan dengan tingkatan implementasi kurikulum yang digunakan serta informasi berkenaan dengan kesenjangan (discrepancy) dari implementasi kurikulum yang diharapkan (standard) dan membandingkannya dengan kinerja implementasi kurikulum yang dilaksanakan (performance).


(53)

e. Membuat pertimbangan (judgment) perbaikan yang harus segera dilakukan dalam implementasi kurikulum di SMK KK TKBB. Kemudian hasilnya dibuat dalam bentuk laporan yang disampaikan kepada sekolah dan guru-guru untuk ditindaklanjuti sebagai bahan pertimbangan perbaikan kualitas implementasi kurikulum di SMK KK TKBB.

3. Keunggulan model evaluasi implementasi kurikulum kejuruan (EIKK) dibanding dengan model evaluasi implementasi lainnya, adalah pada tampilan yang sederhana, relevansi dengan model implementasi kurikulum, sistematis, realistis, fleksibel, akurat, praktis, ekonomis, efektif dan efisiensi dalam pelaksanaannya.

Sedangkan kelemahan model EIKK ini dibanding dengan model evaluasi implementasi kurikulum lainnya adalah pada:

a. Kemungkinan adanya bias pada temuan hasil evaluasi, bilamana evaluator internal bertindak secara tidak jujur dan tidak sungguh-sungguh melakukan setiap tahapan evaluasi implementasi kurikulum sebagaimana panduan EIKK.

b. Evaluasi tidak dilakukan secara menyeluruh pada semua aspek kurikulum dan hanya fokus pada proses implementasi kurikulum saja sehingga hasilnya tidak bisa digeneralisasi untuk setiap komponen kurikulum lainnya atau kurikulum secara keseluruhan.

c. Baru dikembangkan untuk satu kompetensi keahlian di SMK bidang keahlian Teknik Bangunan, sehingga perlu dilakukan pengembangan lebih lanjut dan secara komprehensif meliputi evaluasi semua komponen kurikulum.


(54)

B. Rekomendasi

Berdasarkan pertimbangan kelebihan dan kekurangan yang ada pada model EIKK ini, maka beberapa hal yang direkomendasikan dari hasil penelitian ini sebagai berikut:

Bagi SMK dan Pimpinan Program Studi Keahlian

1. Guru-guru harus dipacu untuk konsisten dan penuh dengan kesungguhan dalam mengimplementasi kurikulum pada pembelajaran teori dan praktik serta melakukan upaya melakukan evaluasi diri untuk perbaikan kinerjanya. 2. Model EIKK yang dikembangkan dapat digunakan langsung dalam

melakukan evaluasi implementasi kurikulum kejuruan pada kelompok mata pelajaran produktif.

3. Aspek-aspek yang dievaluasi dalam model EIKK, bisa dilakukan penyederhanaan atau pengembangan untuk mendapatkan data kinerja dan data kesenjangan yang lebih akurat sehingga menjadi informasi yang berharga dalam perbaikan implementasi kurikulum di SMK KK TKBB atau kompetensi keahlian lainnya.

4. Program aplikasi EIKK menggunakan software berbasis excel yang dianggap lebih mudah dalam penggunaannya, namun bila ada software lainnya yang lebih aplikatif bisa disempurnakan lagi agar memudahkan evaluator.

5. Model EIKK ini direkomendasikan sebagai bahan evaluasi diri tentang kinerja implementasi kurikulum untuk meningkatkan kapasitas kelembagaan SMK KK TKBB.


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Amal K. (2005). Using The Delphi Technique to Search for Empirical Measures of Local Planning Agency Power. The Qualitative Report. Volume 10 No.4 Desember 2005, 718-744, http://nova.edu/ssss/QR/QR

10-4/Ali.pdf.

Ali, M. Bajuri. (1986). Studi Evaluatif Mengenai Perbedaan (Discrepancy) antara Komponen-komponen yang Direncanakan dalam Kurikulum dan Pelaksanaan Komponen-komponen tersebut di Ruang Kuliah. Disertasi. Bandung: FPS IKIP Bandung. Tidak diterbitkan.

Alter, K. (1998). Electrical Construction Management Specialization Program : A Formative Evaluation. Journal of Construction Education Summer 1998. Vol. 3 No. 2 pp 64-66.

Al Wasilah, Chaedar (2009). Pokoknya Kualitatif. Dasar-dasar merancang dan melakukan penelitian kualitatif. Bandung: Pustaka Jaya.

Arfandi, A. (2009). Evaluasi Pelaksanaan Praktik Kerja Industri, Siswa SMK Program Keahlian Teknik Bangunan di Kota Makasar. Tesis. Yogyakarta: PPs UNY

Arikunto, Suharsimi. (1998). Evaluasi Program. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta. Borg, W.R., Gall, M.D. & Gall, J.P. (1998) Education Research, an introduction.

Boston: Pearson Education, Inc.

Burden, P.R., Byrd, D.M. (1999) Methods for effective teaching. Boston: Allyn & Bacon.

Departemen Pendidikan Nasional (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Djojonegoro, W. (1998). Pengembangan sumber daya manusia melalui sekolah menengah kejuruan. Jakarta: PT Jayakarta Agung Offset.

Edwards, Allen L. (1957). Techniques of attitude scale construction. New York: Appleton Century Croff. Inc.

Fernandes, H.J.X. (1984). Testing and measurement. Jakarta: National Education, Planning, Evaluation and Curriculum Development.

Finch, C.R, Crunkilton, J.R. (1993). Curriculum development in vocational and technical education. Boston: Allyn and Bacon.


(2)

Foyster, J. (2000). Competency-based training and assessment. Jakarta: Depdiknas

Guba, E.G. & Lincoln, Y.S. (1985). Effective Evaluation. San Francisco: Jossey-Bass Publishers.

Hamalik, O. (2002). Evaluasi Kurikulum. Bandung

Hasan, Said H. (2008). Evaluasi Kurikulum. Bandung: SPS UPI dan PT Remaja Rosdakarya.

Hutahean, B. (2005). Pengembangan Model Evaluasi Kurikulum Multidimensi untuk Kurikulum Berbasis Kompetensi. Disertasi SPS UPI. Tidak diterbitkan.

Isaac, S., & Michael, W.B. (1981). Handbook in research and evaluation. California: Edits Publishers.

Joni, R.T. (1981). Evaluasi Kurikulum. Semarang: Toha Putera

Jubaedah, Y. (2011) Implementasi Kurikulum SMK Program Keahlian Tata Busana. Tersedia di id.scribd.com/doc/52168076, 4 Maret 2011.

Kaufman, R., & Thomas, S. (1980) Evaluation without fear. New York: New Viewpoints.

Laird, Dugan (1982). Approaches to training and development. Canada: Addison-Wesley Publishing Company, Inc.

Longstreet,W.S.& Shane, H.G. (1993). Curriculum for A New Millenium. Boston: Allyn and Bacon.

Lynton, R.P., & Pareek, U. (1992). Pelatihan dan pengembangan tenaga kerja. Jakarta: PT Pustaka Binaman Pressindo.

Mason, Robert D., Lind, Douglas A.,& Marchal, William G. (1988). Statistic an introduction. Orlando, Florida: Harcourt Brace Jovanovich, Publishers. McNeil, J.D.(1990). Curriculum: A Comprehensive Introduction. Boston: Little,

Brown and Company.

Miller, J.P., Seller, W. (1985). Curriculum, perspectives and practice. New York: Longman.

Morant, Roland W. (1981). In-service education within the school. London: George Allen & Unwim.


(3)

Muliati, A.M.,A. (2005). Evaluasi Program Pendidikan Sistem Ganda. Jakarta: PPS UNJ.

Nana Sudjana. (1989). Dasar-dasar proses belajar mengajar. Bandung: Sinar Baru.

Nolker, H., Schoenfeldt, E. ( ). Pendidikan Kejuruan, Pengajaran, Kurikulum dan Perencanaan. Jakarta: PT Gramedia

Pinder, C.C. (1998). Work motivation in organizational behavior. Toronto: Prentice Hall International Inc.

Pootet, J.A. (1995). Curriculum-Based Assessment and Programing. Boston: Allyn and Bacon

Print, Murray. (1993). Curriculum Development and Design. Sidney: Allen & Unwin.

Provus, M. (1971). Discrepancy Evaluation for Educational Program Improvement and Assessment. Barkeley, California: Mc Cutchen Pu.Corp. Purwanto, Ngalim. (1992). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Puskur Balitbangdiknas (2007). Naskah Akademik Kajian Kebijakan Kurikulum SMK. Jakarta: Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas.

Rowe, G, Wright, G. (1999). The Delphi Technique as a Forecasting Tool: Issues and Analysis. International Journal of Forecasting 15 (353-375)

Sanders, J.R. (1994). The Program Evaluation Standard : How to Assess Evaluation of Educational. California: Sage Publication, Inc.

Santosa, S. (2009). Evaluasi Kurikulum dan Implementasinya di Program Studi Teknik Kimia Politeknik Negeri Malang. Tesis. Malang: PPS UM. Tidak diterbitkan.

Satgas Mendikbud. (1997) Keterampilan menjelang 2020 untuk era global. Jakarta: Depdikbud.

Siagian, S.P. (1984). Pengembangan sumber daya manusia. Jakarta: Gunung Agung.

Soedijarto (2004). Kurikulum, Sistem Evaluasi, dan Tenaga Pendidikan sebagai Unsur Strategis dalam Penyelenggaraan Sistem Pengajaran Nasional. Jurnal Pendidikan Penabur: No. 03/Tahun III/Desember 2004


(4)

Soekamto, dkk. (1985). Studi latihan pasca jabatan (in-service training) bagi peningkatan kompetensi guru STM di DIY. Laporan Penelitian. Yogyakarta: FPTK IKIP Yogyakarta.

Soekamto. (1988). Perencanaan dan pengembangan kurikulum PTK. Jakarta: P2LPTK Depdikbud.

_________ (2000). Evaluasi Kurikulum SMU Tahun 1994 Menurut Persepsi Guru dan Siswa di DIY. Jurnal Ilmu Pendidikan (JIP) Vol. 7 tahun 2000.

Soekartawi. (1995). Meningkatkan efektivitas mengajar. Jakarta: Pustaka Jaya. Stake, R.E. (1973). Program Evaluation Particularly Responsive Evaluation.

Gotenborg: paper presented at a conference on “New Trends in

Evaluation.

Stufflebeam, DL, ed. (1993) Evaluation Models. Viewpoints on Educational and Human Services Evaluation, 2nd. New York: Kluwer Academic Publisher. Sudjana, N. (1989). Dasar-dasar proses belajar mengajar. Bandung: Sinar Baru. Sugiyono (1998). Manajemen pendidikan dan pelatihan. Bandung: CV. Alfabeta. Sukardi (2008). Metodologi Penelitian Pendidikan. Kompetensi dan Praktiknya.

Jakarta: PT. Bumi Aksara.a

Sukmadinata, N.S. (1998). Pengembangan Model Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan. Kantor Menteri Negara Riset dan Teknologi. Dewan Riset Nasional.

_____________ (2001). Pengembangan kurikulum, teori dan praktek. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya

_____________ (2003). Model-model Pengembangan Kurikulum. Bandung: Handout. Tidak diterbitkan.

____________ (2004). Kurikulum dan pembelajaran kompetensi. Bandung: Kesuma Karya.

____________ (2007). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sutrisno Hadi. (1990). Analisis butir untuk instrumen. Yogyakarta: Andi Offset. Tyler, R.W. (1949). Basic Principles of Curriculum and Instruction. Chicago:

University of Chicago Press.


(5)

Wiersma, William. (1986). Research methods in education: an intoduction. Massachusetts: Allyn and Bacon, Inc.

Witjaksono, U. (2000). Pengembangan Model Pengukuran Keterampilan Kejuruan Siswa SMK Jurusan Teknologi Pengerjaan Logam Bidang Pekerjaan Konstruksi. Tesis Magister pada PPS UPI: tidak diterbitkan. Worthen, B.R & Sanders, J.R. (1987). Educational Evaluation. Alternative

Approaches and Practical Guidelines. New York & London: Longman Inc.

Zais, R.S. (1976). Curriculum, principles and foundations. New York: Harper&Row, Publishers.

Perundang-undangan dan Peraturan

UU Nomor 20 tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional. UU Nomor 32 tahun 2004, tentang Pemerintahan Daerah.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: BSNP.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: BSNP.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: BSNP.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Jakarta: BSNP.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan. Jakarta: BSNP.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan. Jakarta: BSNP.


(6)

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2008 tentang Standar Sarana dan Prasarana untuk SMK/MAK. Jakarta: BSNP.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 2009 tentang Standar Biaya NonPersonalia Tahun 2009 untuk SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SMK, SDLB, SMPLB, SMALB. Jakarta: BSNP. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun

2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: BSNP.

BSNP (2006) Panduan Penyusunan KTSP Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: BSNP

Dit PSMK (2008) Dasar Kompetensi dan Kompetensi Kejuruan Program Studi Keahlian Teknik Bangunan. Jakarta: Dit PSMK Dirjen MPDM Depdiknas. Keputusan Dirjen Mandikdasmen Nomor 251/C/KEP/MN/2008, tentang

Spektrum Keahlian Pendidikan Menengah Kejuruan

Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan Edisi 1999, Jakarta: Depdikbud.

Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan Edisi 2004, Jakarta: Dikmenjur, Depdiknas

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SMKN 1 Program Studi Keahlian Teknik Bangunan. Sukabumi: SMKN 1 Sukabumi