STUDI ORGANOLOGI INSTRUMEN ANGKLUNG DIATONIS BUATAN HANDIMAN DIRATMASASMITA.

(1)

STUDI ORGANOLOGI INSTRUMEN ANGKLUNG DIATONIS BUATAN HANDIMAN DIRATMASASMITA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Seni Musik

Agustika Harini Sukma 0800371

JURUSAN PENDIDIKAN SENI MUSIK FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013


(2)

DAFTAR ISI

JUDUL SKRIPSI... i

LEMBAR PENGESAHAN... ii

PERNYATAAN... iii

KATA PENGANTAR... iv

ABSTRAK... v

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR GAMBAR... vii

DAFTAR LAMPIRAN... viii

BAB I A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah... 5

C. Tujuan Penelitian... 6

D. Manfaat Penelitian... 7

E. Struktur Organisasi Skripsi... 8

BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Konsep Dasar Organologi... 9

B. Angklung Diatonis... 12

C. Teori Dasar Tuning (Menyetem)... 16

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Sampel Penelitian... 22

B. Desain Penelitian... 23

C. Metode Penelitian... 25

D. Definisi Operasional... 25

E. Instrumen Penelitian... 26

F. Analisis Data... 30 BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

1. Hasil Penelitian


(3)

B. Deskripsi Khusus Angklung Diatonis Buatan Handiman

Diratmasasmita... A) Proses Pembuatan Angklung Diatonis... 1) Tahap Pemilihan Bahan... 2) Peralatan Pembuatan Angklung... 3) Tahap Pembuatan Angklung...

a. Pembuatan Rangka (Ancak)... b. Pembuatan Tabung Sora... 4) Tahap Perakitan...

35

35 37 37 40 40 47 58 2. PEMBAHASAN

A. Pembahasan umum Angklung Diatonis Buatan Handiman Diratmasasmita ... B. Pembahasan Khusus Angklung Diatonis Buatan Handiman

Diratmasasmita... 60

61

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan... 65 B. Saran... 67 DAFTAR PUSTAKA... 68 LAMPIRAN


(4)

DAFTAR GAMBAR

2.1 Range Angklung Diatonis Melodi dan Bass... 14

2.2 Struktur Angklung Melodi... 14

2.3 Macam-macam Bentuk Angklung Melodi... 15

2.4 Macam-macam Bentuk Angklung Akompanyemen ... 15

2.5 Perbedaan Gelombang Bunyi Noise dan Tone... 17

2.6 Amplitudo... 18

2.7 Bentuk Gelombang Bunyi Berbagai Keadaan... 18

2.8 Proses Melaras Tabung Sora... 21

4.1 Foto Handiman Diratmasasmita... 33

4.2 Bambu Hitam... 35

4.3 Bambu Temen... 35

4.4 Golok... 37

4.5 Pisau Raut... 37

4.6 Gergaji... 38

4.7 Kikir... 38

4.8 Jangka Sorong... 39

4.9 Membelah Bambu... 40

4.10 Membuat Bandul... 41

4.11 Meraut Bambu... 41

4.12 Mengikir Tiang Bambu... 41

4.13 Membelah Tiang Bambu... 42

4.14 Mengebor Tabung Dasar... 42

4.15 Mengukur Tabung Dasar... 42

4.16 Tabung Dasar... 43


(5)

4.19 Mengukur... 44

4.20 Membuat Tanda Untuk Palang... 44

4.21 Palang Angklung... 45

4.22 Rangka Angklung (Ancak) yang Sudah Jadi... 46

4.23 Proses Penggergajian Bambu Untuk Tabung Angklung... 47

4.24 Pola Kaki Tabung Sora... 48

4.25 Pemotongan Kaki Tabung Sora... 48

4.26 Mengikir Kaki Angklung... 49

4.27 Proses Pembuatan Coakan... 49

4.28 Tabung Sora Hasil Ngabakalan... 50

4.29 Meraut Tabung Sora Angklung... 51

4.30 Handiman Diratmasasmita Mengukur Titik Simpul... 52

4.31 Melubangi Titik Simpul... 52

4.32 Letak Titik Simpul Pada Tabung Sora... 53

4.33 Pengecekan Tabung Sora Dengan Cara Ditiup Bagian Dalamnya... 53

4.34 Auto Chromatic Tuner Yang Digunakan Handiman Diratmasasmita ... 54

4.35 Menala Nada Angklung... 55

4.36 Handiman Diratmasasmita Mengecek Nada Ketuk Pada Tabung Sora... 56

4.37 Handiman Diratmasasmita Mengecek Nada Tiup Pada Tabung Sora... 57

4.38 Pemasangan Tabung Sora Pada Ancak... 58

4.39 Memasangkan Tali Rotan ... 58

4.40 Alat Ukur Panjang Tabung Sora, Jarak Simpul dan Panjang Tiang... 60


(6)

ABSTRAK

Angklung adalah salah satu alat musik yang tumbuh dan berkembang di kalangan masyarakat Sunda. Alat musik ini terbuat dari bahan baku tanaman bambu. Namun tidak semua jenis tanaman bambu dapat digunakan sebagai bahan baku utama untuk pembuatan angklung. Jenis-jenis bambu yang dapat digunakan untuk pembuatan angklung, umumnya dari jenis bambu hitam, bambu gombong, atau bambu temen.Angklung dimainkan dengan cara digoyang. Bunyi yang dihasilkan terjadi oleh karena benturan antara tabung sora (tabung bambu yang vertikal) dengan tabung dasar (tabung bambu yang horizontal) sehingga Kuntuk kegiatan ritual menjadi media pendidikan dan pertunjukan.

Handiman Diratmasasmita merupakan pakar sekaligus pengrajin angklung yang berpengalaman. Angklung buatannya sering dipakai oleh wadah-wadah organisasi pegiat angklung di Bandung. Ahli musik dari luar negeri pun sering datang kepadanya bila ingin mengetahui alat musik angklung. Keunikan dari Handiman Diratmasasmita ialah beliau membuat angklung tidak satu jenis melainkan sesuai dengan kebutuhan. Karena keunikan itulah peneliti tertarik untuk meneliti organologi angklung diatonis buatan Handiman Diratmasasmita. Dalam pembahasannya, peneliti menguraikan tentang proses pembuatan angklung dan ciri khas Handiman Diratmasasmita dalam membuat angklung. Peneliti harapkan karya tulis ini dapat bermanfaat bagi semua yang berada dalam ruang lingkup yang bersangkutan, dan diharapkan dapat lebih dikembangkan oleh penelitian selanjutnya.


(7)

DAFTAR ISI

JUDUL SKRIPSI... i

LEMBAR PENGESAHAN... ii

PERNYATAAN... iii

KATA PENGANTAR... iv

ABSTRAK... v

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR GAMBAR... viii

BAB I A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah... 5

C. Tujuan Penelitian... 6

D. Manfaat Penelitian... 7

E. Struktur Organisasi Skripsi... 8

BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Konsep Dasar Organologi... 9

B. Angklung Diatonis... 12

C. Teori Dasar Tuning (Menyetem)... 16

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Sampel Penelitian... 22

B. Desain Penelitian... 23

C. Metode Penelitian... 25

D. Definisi Operasional... 25

E. Instrumen Penelitian... 26

F. Analisis Data... 30 BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

1. Hasil Penelitian

A. Deskripsi Umum Tentang

Angklung BuatanHandiman Diratmasasmita... .

33


(8)

Diratmasasmita... A) Proses Pembuatan Angklung Diatonis... 1) Tahap Pemilihan Bahan... 2) Peralatan Pembuatan Angklung... 3) Tahap Pembuatan Angklung...

a. Pembuatan Rangka (Ancak)... b. Pembuatan Tabung Sora... 4) Tahap Perakitan...

35

35 37 37 40 40 47 58 2. PEMBAHASAN

A. Pembahasan umum Angklung Diatonis Buatan Handiman Diratmasasmita ... B. Pembahasan Khusus Angklung Diatonis Buatan Handiman

Diratmasasmita... 60

61

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan... 65 B. Saran... 67 DAFTAR PUSTAKA... 68 LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP


(9)

2.1 Range Angklung Diatonis Melodi dan Bass... 14

2.2 Struktur Angklung Melodi... 14

2.3 Macam-macam Bentuk Angklung Melodi... 15

2.4 Macam-macam Bentuk Angklung Akompanyemen ... 15

2.5 Perbedaan Gelombang Bunyi Noise dan Tone... 17

2.6 Amplitudo... 18

2.7 Bentuk Gelombang Bunyi Berbagai Keadaan... 19

2.8 Proses Melaras Tabung Sora... 22

4.1 Foto Handiman Diratmasasmita... 34

4.2 Bambu Hitam... 36

4.3 Bambu Temen... 36

4.4 Golok... 38

4.5 Pisau Raut... 38

4.6 Gergaji... 39

4.7 Kikir... 39

4.8 Jangka Sorong... 40

4.9 Membelah Bambu... 40

4.10 Membuat Bandul... 42

4.11 Meraut Bambu... 42

4.12 Mengikir Tiang Bambu... 42

4.13 Membelah Tiang Bambu... 43

4.14 Mengebor Tabung Dasar... 43

4.15 Mengukur Tabung Dasar... 43

4.16 Tabung Dasar... 44

4.17 Merakit Tiang dan Tabung Dasar... 44

4.18 Bambu yang Dipotong Pipih... 45

4.19 Mengukur... 45

4.20 Membuat Tanda Untuk Palang... 45

4.21 Palang Angklung... 46

4.22 Rangka Angklung (Ancak) yang Sudah Jadi... 47

4.23 Proses Penggergajian Bambu Untuk Tabung Angklung... 48

4.24 Pola Kaki Tabung Sora... 49


(10)

4.26 Mengikir Kaki Angklung... 50

4.27 Proses Pembuatan Coakan... 50

4.28 Tabung Sora Hasil Ngabakalan... 51

4.29 Meraut Tabung Sora Angklung... 52

4.30 Handiman Diratmasasmita Mengukur Titik Simpul... 53

4.31 Melubangi Titik Simpul... 53

4.32 Letak Titik Simpul Pada Tabung Sora... 54

4.33 Pengecekan Tabung Sora Dengan Cara Ditiup Bagian Dalamnya... 54

4.34 Auto Chromatic Tuner Yang Digunakan Handiman Diratmasasmita ... 55

4.35 Menala Nada Angklung... 56

4.36 Handiman Diratmasasmita Mengecek Nada Ketuk Pada Tabung Sora... 57

4.37 Handiman Diratmasasmita Mengecek Nada Tiup Pada Tabung Sora... 58

4.38 Pemasangan Tabung Sora Pada Ancak... 59

4.39 Memasangkan Tali Rotan ... 59

4.40 Alat Ukur Panjang Tabung Sora, Jarak Simpul dan Panjang Tiang... 62


(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Angklung adalah salah satu alat musik yang tumbuh dan berkembang di kalangan masyarakat Sunda. Alat musik ini terbuat dari bahan baku tanaman bambu. Namun tidak semua jenis tanaman bambu dapat digunakan sebagai bahan baku utama untuk pembuatan angklung. Jenis-jenis bambu yang dapat digunakan untuk pembuatan angklung, umumnya dari jenis bambu hitam, bambu gombong, atau bambu temen. Angklung dimainkan dengan cara digoyang. Bunyi yang dihasilkan terjadi oleh karena benturan antara tabung sora (tabung bambu yang vertikal) dengan tabung dasar (tabung bambu yang horizontal).

Angklung berfungsi sebagai salah satu alat musik pengiring kegiatan ritual yang berhubungan dengan tanaman padi pada beberapa masyarakat etnis Sunda di Jawa Barat. Hal ini masih ditemukan hingga kini, misalnya pada masyarakat Baduy. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Masunah (2003), angklung yang digunakan dalam kegiatan ritual tersebut ada yang berskala pentatonis atau sama sekali tidak memiliki skala tertentu. Jenis Angklung yang tidak memiliki skala tertentu tersebut, adalah jenis angklung yang hanya digunakan sebagai alat musik ritmis.


(12)

2

Seiring dengan perkembangan budaya masyarakat Sunda, sebagian fungsi angklung mulai berubah menjadi alat musik untuk kegiatan-kegiatan non ritual seperti kegiatan pertunjukan maupun sebagai salah satu media pendidikan. Hal itu menyebabkan popularitas angklung menjadi lebih mendunia. Bahkan, pada tahun 2010, angklung terdaftar sebagai Karya Agung Warisan Budaya tak Benda dari UNESCO seperti yang dicantumkan di Pikiran Rakyat Online tanggal 12 Maret 2012.

Berdasarkan perkembangan permainan angklung sejak masa lalu hingga sekarang, alat musik ini umumnya dimainkan secara bersama-sama. Oleh sebab itu permainan angklung ini sesungguhnya memiliki nilai sosial yang merepresentasikan salah-satu kearifan budaya lokal masyarakat Sunda. Nilai sosial ini merupakan nilai positif yang perlu ditradisikan melalui peran pendidikan agar nilai tersebut tidak pudar. Di sisi lain, nilai kebersamaan yang terdapat dalam permainan angklung juga tumbuh kesadaran pemain akan rasa tanggungjawab terhadap angklung yang ia mainkan. Hal ini tentunya membentuk sikap saling menghargai/tenggang rasa dan kerjasama di antara para pemain angklung tersebut.

Adanya nilai–nilai pendidikan dalam pendidikan angklung berdampak pada banyaknya sekolah yang ingin memiliki seperangkat angklung sebagai media pendidikan. Organisasi dan komunitas angklung non formal juga banyak bermunculan. Sebagai pendidik musik, sangatlah penting memahami pengetahuan yang terkait dengan organologi angklung.


(13)

3

Melalui pemahaman tentang organologi angklung tersebut seorang pendidik musik dapat mengenal angklung dengan lebih baik dan memahami pentingnya perawatan angklung secara bijak, agar alat musik tersebut dapat dioptimalkan penggunaannya. Selain itu pendidik musik dapat lebih kreatif dalam mengeksplorasi karakteristik bunyi angklung. Jika siswa atau pemain angklung dapat dididik untuk biasa mendengar kualitas bunyi yang baik, maka rasa musikalitasnya akan semakin meningkat dan pada akhirnya penghargaan terhadap angklung sebagai alat musik, akan lebih baik pula.

Tetapi sangat disayangkan, di beberapa lembaga formal maupun non formal yang menyelenggarakan pembelajaran angklung, sering ditemukan adanya sejumlah angklung yang tidak terawat, rusak, dan terbengkalai. Sementara untuk proses pembuatan angklung mulai dari tempat tumbuhnya tanaman bambu hingga menjadi angklung, dibutuhkan tenaga, biaya, waktu yang tidak sedikit, serta pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman membuat angklung yang baik. Oleh karena itu, dibutuhkan peran serta antara pelaku-pelaku yang terkait dengan pendidikan angklung, dengan pemerintah yang membuat kebijakan dalam penyelenggaraan pendidikan angklung.

Angklung sebagai media pendidikan maupun pertunjukan dituntut untuk memiliki suatu standar tersendiri selain baik dari aspek kualitas bunyi, maupun aspek kualitas bahan baku, estetika bentuk angklung, kerapihan dalam proses pembuatan, dan tahan lama (tidak mudah rusak). Untuk menghasilkan kualitas bunyi angklung yang baik, maka tak lepas dari struktur alat musik itu sendiri. Pemilihan bahan dan cara pembuatan, tentu sangat berpengaruh terhadap kualitas


(14)

4

bunyi yang dihasilkan. Tetapi, untuk bahan angklung sendiri, hingga saat ini belum ada penyuluhan untuk penanaman bambu. Begitu pun dengan perhatian terhadap pelatih dan perajin angklung, di mana masih kurangnya wadah untuk mensosialisasikan dan memberi pelatihan tentang pembuatan angklung yang baik. Mereka cenderung lebih fokus kepada kuantitas, estetika dan “kejar target” daripada memerhatikan kualitas angklungi. Hal itu dapat dilihat dari hasil kerajinan angklung yang kurang memerhatikan detail proses pembuatan angklung secara rinci sehingga menyebabkan kualitas bunyi yang kurang baik. Hal ini mencerminkan kurangnya pengetahuan mengenai standardisasi pembuatan maupun kualitas bahan baku.

Untuk memahami angklung dalam kaitannya dengan studi organologi, yang kelak dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pendidikan musik, peneliti perlu menelusuri tentang proses pembuatannya, mulai dari tempat bagaimana habitat bambu yang akan digunakan sebagai bahan pembuatan angklung, hingga proses yang menjadikan bambu tersebut menjadi Angklung.

Untuk itu peneliti, memilih salah-satu tokoh pembuatan angklung yang telah lama dan banyak berkiprah dalam pengadaan angklung untuk dunia pendidikan music, khususnya pendidikan musik di Jawa Barat. Tokoh pembuat Angklung yang peneliti maksud adalah Bapak Handiman Diratmasasmita. Tokoh pembuat angklung ini banyak menerima permintaan untuk pembuatan angklung diatonis.


(15)

5

Handiman Diratmasasmita merupakan pakar sekaligus pengrajin angklung yang berpengalaman. Angklung buatannya sering dipakai oleh wadah-wadah organisasi pegiat angklung di Bandung. Ahli musik dari luar negeri pun sering datang kepadanya bila ingin mengetahui alat musik angklung. Saat ini Handiman juga dipercaya sebagai staf ahli pengrajin angklung di Saung Angklung Udjo.

Keunikan dari Handiman Diratmasasmita ialah beliau membuat angklung tidak satu jenis melainkan sesuai dengan kebutuhan. Angklung yang dibuat untuk dimainkan di dalam ruangan akan berbeda dengan angklung yang dimainkan di luar ruangan. Angklung untuk memainkan karya musik klasik juga akan berbeda dengan angklung untuk memainkan karya musik rock. Oleh sebab itu Handiman Diratmasasmita sangat memerhatikan organologi angklung sesuai dengan kebutuhan. Peneliti bermaksud mengangkat fenomena tersebut diatas dengan judul “Studi Organologi Instrumen Angklung Buatan Handiman Diratmasasmita” agar hasil penelitian tersebut dapat dikembangkan menjadi pelatihan – pelatihan bagi tenaga ahli pembuat angklung di masa yang akan datang.

B. RUMUSAN MASALAH

Mengkaji tentang studi organologi dapat diteliti melalui berbagai aspek mulai dari struktur dan bentuk, bahan dan prinsip pembuatan, metode dan teknik memainkan, bunyi dan wilayah nada yang dihasilkan hingga aspek sosial budaya yang berkaitan dengan alat musik tersebut. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, peneliti merumuskan masalah yang akan dikaji tentang “Studi Organologi Instrumen Angklung Diatonis Buatan Handiman Diratmasasmita” sebagai berikut:


(16)

6

“Bagaimanakah organologi instrumen angklung diatonis buatan Handiman Diratmasasmita?”

Dari rumusan masalah tersebut, peneliti menguraikannya menjadi pertanyaan penelitian. Uraian pertanyaan penelitiannya adalah:

1. Bagaimanakah Proses Pembuatan Angklung diatonis buatan Handiman Diratmasasmita?

2. Bagaimana proses pelarasan intrumen angklung diatonis buatan Handiman Diratmasasmita?

3. Apakah yang menjadi keunikan dan ciri khas pada angklung buatan Handiman Diratmasasmita?

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengungkap bagaimana kajian organologi angklung diatonis buatan Handiman Diratmasasmita. Dari pernyataan tersebut diuraikan tujuan khusus penelitian ini adalah:

1. Mendeskripsikan bagaimana proses pembuatan instrumen angklung diatonis buatan Handiman Diratmasasmita

2. Mengkaji tentang metode pelarasan yang digunakan pada pembuatan instrumen angklung diatonis buatan Handiman Diratmasasmita.

3. Mendeskripsikan tentang keunikan angklung buatan Handiman Diratmasasmita.


(17)

7

D. MANFAAT PENELITIAN

Setelah melakukan penelitian, peneliti mengharapkan manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk peneliti dapat menambah pengetahuan tentang organologi angklung diatonis Buatan Handiman Diratmasasmita

2. Untuk pendidik angklung sebagai penambah wawasan tentang organologi Instrumen Angklung

3. Untuk Jurusan Pendidikan Seni Musik UPI sebagai bahan masukan untuk meningkatkan keberhasilan pendidikan seni musik yang mengarah pada sumber daya manusia, dan sebagai salah satu referensi mata kuliah angklung dan akustik.

4. Untuk pengrajin angklung, menambah pengetahuan dalam pembuatan angklung agar dapat memproduksi angklung dengan kualitas yang baik dalam segi bunyi maupun instrumen.


(18)

8

E. STRUKTUR ORGANISASI SKRIPSI JUDUL SKRIPSI

LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN

ABSTRAK DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian

E. Struktur Organisasi Skripsi BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(19)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Angklung Bandung yang berlokasi di Jl Surapati No.92 Bandung. Rumah Angklung Bandung adalah tempat pembuatan alat musik angklung, Pemilik sekaligus pimpinan produksinya ialah Bapak Handiman Diratmasasmita. Beliau adalah salah seorang pakar pengrajin angklung ternama di Bandung.

Beberapa alasan mengapa peneliti memilih Rumah Angklung Bandung milik Handiman Diratmasasmita adalah pertama, produk angklung buatan Handiman Diratmasasmita telah dipakai dan diakui kualitasnya oleh berbagai organisasi dan komunitas angklung di Jawa Barat, seperti Saung Angklung Udjo (SAU) dan Angklung Web Institute (AWI). Kedua, latar belakang pemilik dan pimpinan produksinya paham betul mengenai proses pembuatan angklung mulai dari pemilihan bahan bambu, proses pengeringan dan pengolahan bambu, perakitan angklung hingga pola pikir beliau untuk tetap melestarikan bahan bambu itu sendiri.


(20)

24

B. Desain Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti membuat suatu desain penelitian yakni sebagai berikut:

Diagram 3.1 Desain Penelitian

1. Persiapan

a. Observasi awal

Peneliti melakukan observasi awal ke lokasi penelitian dengan tujuan untuk mengetahui gambaran lokasi, untuk mengenal pemilik dan pimpinan produksi yakni Bapak Handiman Diratmasasmita dan beberapa pekerjanya dan untuk memperoleh gambaran singkat tentang proses pembuatan angklung

Observasi awal

Pemilihan Lokasi

Orientasi dengan subjek penelitian

Merumuskan

masalah

Merumuskan

Asumsi

Pelaksanaan penelitianObservasi LanjutanWawancara

pendokumentasian

Analisis DataReduksi DataPenyajian dataPenarikan

kesimpulan

Penyusunan Laporan Penelitian


(21)

25

b. Merumuskan Masalah

Rumusan masalah sangat penting dalam sebuah penelitian. Oleh karena itu, peneliti merumuskan masalah setelah melakukan beberapa studi pendahuluan. Rumusan masalah, berkaitan dengan studi organologi yang mencakup keunikan angklung Handiman Diratmasasmita, proses pembuatan angklung dan proses penalaan angklung.

2. Pelaksanaan penelitian

Setelah melakukan persiapan, peneliti melaksanakan penelitian sesuai dengan acuan dan metode penelitian. Selama penelitian, peneliti mengumpulkan data- data melalui obeservasi lanjutan, wawancara, dan pendokumentasian. Data– data yang diperoleh oleh peneliti dari lapangan antara lain ialah biografi singkat Handiman Diratmasasmita, proses pembuatan angklung, proses penalaan (penalaan) angklung, serta perbedaan angklung berbunyi keras dan berbunyi lunak.

3. Penyusunan laporan penelitian

Sesudah penelituan dilaksanakan, peneliti membuat laporan penelitian berupa hasil penelitian yang sebenarnya, yang diperoleh dari lapangan seperti catatan, dokumentasi dan rekaman tentang keunikan, proses pembuatan dan penalaan angklung yang kemudian digambarkan dan dideskripsikan ke dalam tulisan.


(22)

26

C. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pemilihan metode ini berdasarkan arah dan sifat penelitian yang cenderung untuk memberi pemaparan dan gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta–fakta, sifat–sifat dan hubungan antar fenomena yang terjadi dalam proses pembuatan angklung di Rumah Angklung Bandung. Melalui metode deskriptif, peneliti mendeskripsikan dengan jelas tahapan–tahapan pembuatan angklung mulai dari pemilihan dan pengolahan bahan, pembuatan, perakitan, penalaan, proses finishing, hingga memaparkan keunikan–keunikan dari angklung buatan Handiman Diratmasasmita.

D. Definisi Operasional 1. Organologi

Organologi adalah ilmu alat musik, yang mencakup studi mengenai alat-alat musik (Pono Banoe, 2003:312). Fokus kajian dalam penelitian ini mencakup aspek–aspek organologi yaitu struktur, pembuatan, perakitan dan proses terjadinya bunyi pada angklung.

2. Angklung

Angklung adalah alat musik yang berkembang dalam masyarakat Sunda di Jawa Barat. Alat musik ini dibuat dari bambu, dibunyikan dengan cara digoyangkan sehingga menghasilkan bunyi bergetar (karena benturan pipa


(23)

27

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data. Instrumen penelitian sangat berpengaruh terhadap keberhasilan suatu penelitian.

1. Pedoman Observasi

Salah satu instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa lembaran panduan observasi yang mengacu pada rumusan masalah yang peneliti kemukakan di dalam Bab I. Observasi yang dilakukan oleh peneliti adalah mengamati langsung proses pembuatan angklung buatan Handiman Diratmasasmita. Penelitian dilakukan mulai bulan Juli-September 2012 karena pada waktu tersebut peneliti dapat secara langsung mengamati proses penebangan bambu, pengeringan, pengolahan, perakitan dan penalaan angklung mengingat dalam proses pemilihan dan penebangan bambu tidak dilakukan setiap bulan melainkan hanya bulan Juli-September.

Peneliti membuat beberapa tahapan penting sebagai panduan observasi berdasarkan buku “Angklung Di Jawa Barat Sebuah Perbandingan yang ditulis oleh (Juju Masunah et.al 2003) sebagai berikut:

a. Keunikan angklung Handiman Diratmasasmita - perbedaan pemilihan bahan baku

- perbedaan proses pengolahan bahan baku

b. Proses pembuatan angklung Handiman Diratmasasmita - tahap pemilihan bambu


(24)

28

- tahap pengolahan bambu - tahap pembuatan rangka - tahap pengukuran

- tahap pembuatan tabung dasar - tahap pembuatan tabung bunyi - tahap perakitan

- tahap vanishing - finishing

c. Proses penalaan angklung Handiman Diratmasasmita - tahap pengukuran tabung bunyi

- tahap penyetelan celah bambu - tahap pengecekkan bunyi

2. Pedoman Wawancara

Wawancara merupakan alat pengumpulan data yang digunakan untuk mendapatkan informasi yang erat kaitannya dengan objek penelitian. Alat bantu yang digunakan peneliti berupa lembar pertanyaan yang digunakan untuk mengungkapkan data secara kualitatif. Peneliti melakukan wawancara dengan dua subjek yakni Handiman Diratmasasmita dan Pekerjanya.

Wawancara kepada Handiman Diratmasasmita meliputi hal-hal yang berkaitan dengan asal mula berdirinya Rumah Angklung Bandung, ketertarikan Handiman


(25)

29

pembuatan angklung, ciri khas angklung produksi Handiman Diratmasasmita dan faktor yang memengaruhi kualitas angklung.

Sedangkan wawancara yang dilakukan terhadap para pekerja di Rumah Angklung Bandung meliputi tentang tahapan–tahapan pembuatan angklung, pemilihan bahan yang baik untuk angklung serta kendala–kendala yang dialami selama proses pembuatan angklung.

3. Pengambilan Dokumentasi

Pengambilan dokumentasi sangat membantu untuk melengkapi data dalam pengamatan dan pengecekan kebenaran informasi yang diperoleh oleh peneliti melalui wawancara dan observasi. Adapun yang dilakukan oleh peneliti ialah melakukan pengambilan gambar berupa video maupun foto pada saat proses pembuatan angklung.

F. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara studi lapangan yang berkaitan dengan objek penelitian melalui bebeapa proses di bawah ini:

1. Observasi

Observasi dalam penelitian ini terhadap kegiatan proses pembuatan angklung Buatan Handiman Diratmasasmita, suatu teknik yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan secara langsung dilapangan. Observasi atau pengamatan yang dilakukan peneliti di dalam penelitian ini adalah observasi pasif.


(26)

30

Tabel berikut ini merupakan jadwal observasi yang dilakukan oleh peneliti.

Waktu Observasi

2 Juli 2012 Observasi Awal

6 Juli 2012 Mengikuti Kegiatan pelatihan

pembuatan angklung di Desa Cibeusi Subang

18 Agustus 2012 Mengamati Proses Pembuatan Tabung sora

29 Agustus 2012 Mengamati proses pembuatan ancak

19 September 2012 Mengikuti workshop pembuatan

angklung di desa Cibeusi Subang

2 Oktober 2012 Mengamati proses Nyoraan dan

Nalaan dan perakitan

November 2012 Observasi Lanjutan

2. Wawancara

“Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu ” (Sugiono, 2006:260). Adapun bentuk wawancara yang digunakan adalah wawancara terstruktur artinya pertanyaan diajukan setelah disusun


(27)

31

Dalam hal ini peneliti mencoba melakukan pencarian informasi wawancara dengan Bapak Handiman Diratmasasmita dan beberapa pekerjanya.

3. Studi Literatur

Studi Literatur dimaksudkan untuk mempelajari dari sumber kepustakaan yang ada baik berupa buku-buku maupun media bacaan lainnya yang berguna dan membantu dalam mencari sumber informasi mengenai hal-hal yang berhubungan dengan penyusunan. Beberapa buku sumber yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah Angklung di Jawa Barat Sebuah Perbandingan (Juju Masunah-1995), Pengantar Pengetahuan Alat Musik (Pono Banoe-1984), Panduan Bermain Angklung (Obby A.R Wiramihardja), Ilmu Pengetahuan Populer jilid 5 (Grolier-1984).

G. Analisis Data

Dalam penyusunan laporan penelitian ini, peneliti melakukan beberapa langkah analisis data yakni:

1. Reduksi data

Proses reduksi data dalam penelitian ini terdiri dari pemilihan hal-hal yang berhubungan dengan aspek penting dalam proses pembuatan angklung seperti pemilihan bahan, prosedur pembuatan dan perakitan, hingga menghasilkan instrumen angklung yang memiliki kualitas yang baik. Akhirnya peneliti mereduksi data–data yang dianggap penting dan membuang data–data yang tidak diperlukan.


(28)

32

2. Penyajian Data

Penyajian data merupakan langkah kedua yang dilakukan peneliti setelah mereduksi data. Penyajian data diikuti oleh proses mengumpulkan data–data yang saling berhubungan satu sama lain melalui wawancara, pendokumentasian dan pengamatan yang lebih mendalam. Hal ini dimaksudkan untuk memperkuat hasil reduksi data untuk diolah lebih lanjut sehingga pada akhirnya menghasilkan suatu kesimpulan.

Setelah data diperoleh berupa catatan maupun rekaman yang tentang proses pembuatan angklung sudah direduksi, data kemudian disajikan dalam bentuk deskripsi. Data–data yang saling berhubungan dikelompokkan sehingga menjadi kelompok–kelompok data yang selanjutnya akan disimpulkan.

3. Pengambilan kesimpulan dan Verivikasi data

Langkah terakhir dalam pengolahan data kualitatif yaitu penarikan kesimpulan dan verivikasi data. Setelah peneliti menarik kesimpulan dari hasil penelitian, peneliti mempelajari dan memahami kembali data–data dari hasil penelitian, meminta pertimbangan kepada berbagai pihak mengenai data–data yang diperoleh di lapangan.


(29)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Kesimpulan Umum

Angklung merupakan alat musik tradisional Jawa Barat yang ditetapkan oleh UNESCO sebagai Karya Agung Warisan Budaya tak Benda sejak November 2010. Selain itu pemerintah juga menetapkan bahwa angklung merupakan salah satu media pembelajaran musik yang dipakai di sekolah dasar dan menengah. Oleh karena itu kebutuhan produksi angklung makin meningkat. Handiman Diratmasasmita merupakan salah satu pengrajin angklung di Jawa Barat yang hasil angklung buatannya memiliki kualitas yang baik sehingga dipakai di berbagai instansi dan komunitas – komunitas angklung terkemuka di Indonesia.

2. Kesimpulan Khusus

Setelah peneliti melakukan penelitian tentang angklung buatan Handiman Diratmasasmita di Saung Angklung Bandung, akhirnya diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Bambu merupakan bahan utama pada instrumen angklung. Tidak semua jenis bambu dapat digunakan untuk membuat angklung. Bambu Hitam, Bambu Gombong dan Bambu Temen adalah 3 jenis bambu yang digunakan oleh Handiman Diratmasasmita. Kedua jenis bambu tersebut dapat menghasilkan bunyi angklung yang baik.


(30)

67

2. Pengolahan bahan baku merupakan tahap yang sangat mempengaruhi kualitas bunyi angklung. Bambu yang baik untuk produksi angklung ditebang pada saat musim kemarau dan bambu tersebut berusia diatas 3 tahun, dan didiamkan dengan posisi berdiri selama 1 tahun.

3. Bambu yang baik untuk angklung ialah bambu yang Lurus, dan berbuku panjang

4. Pembuatan angklung Handiman Diratmasasmita terdiri dari beberpa tahap yakni pembuatan ancak (rangka angklung), Pembuatan tabung

sora, dan Perakitan.

5. Dalam pembuatan tabung sora dibagi menjadi tiga tahap yakni

ngabakalan, nyoraan dan nalaan.

6. Dalam Proses penalaan dibutuhkan pendengaran yang sensitif agar nada angklung yang dihasilkan tepat.

7. Handiman Diratmasasmita sangat memperhatikan pekerjanya. Handiman Diratmasasmita menciptakan alat ukur sederhana untuk mempermudah pekerjanya dalam memproduksi angklung.

8. Handiman Diratmasasmita memproduksi beberapa jenis angklung yakni angklung berbunyi lunak, Angklung berbunyi keras, dan angklung bagi anak TK dan anak berkebutuhan khusus.


(31)

67

B. Saran

Dengan tumbuh dan berkembanganya para perajin angklung dan meningkatnya kebutuhan angklung saat ini, tentunya peningkatan kualitas angklung sangat perlu diperhatikan. Baik kualitas instrumen itu sendiri maupun kualitas SDM para pengrajin angklung. Agar kualitas/mutu angklung terjamin, kiranya perlu dipikirkan adanya lembaga yang menetapkan "standar kualitas angklung untuk berbagai keperluan/kebutuhan". Seperti angklung bagaimana yang cocok untuk keperluan luar negeri, untuk dikirim ke daerah yang berhawa panas, kering, dan lembab. Selain itu perlu juga lembaga pengawas pengrajin angklung yang mengawasi proses pembuatan angklung mulai dari pengambilan dan penanaman kembali bambu agar tidak semena-mena hingga melakukan pelatihan dan penyuluhan untuk para pengrajin angklung.

Demikianlah akhir dari penelitian ini tentang Angklung buatan Handiman Diratmasasmita dan mudah – mudahan dapat berguna untuk dunia musik di Indonesia


(32)

DAFTAR PUSTAKA

Ansor, Zujadi, (2002). Musik Angklumg dan Kompetensi Pendidikan

Musik di Pendidikan Sekolah. Ritme, Jurnal Pendidikan Seni FPBS UPI.

Banoe, Pono (1984). Pengantar Pengetahuan Alat Musik, Jakarta: CV. Baru.

Banoe, Pono (1986). Kamus Istilah Musik, Jakarta : CV. Baru

Butler, David (1992). The Musicians Guide to perception and Cognition. New York: Schirmer Books

D. Pierce. Allan, (1992). Acoustics: An Introduction to Its Physical Principles and

Applications. New York: Schirmer Books

Grolier (1984). Buku Ilmu Pengetahuan Populer Jilid 5. Jakarta: PT Widyadara

Karim,S.,et al. (2008). Belajar IPA Membuka Cakrawala Alam Sekitar. Jakarta: Pusat Perbukuan.

Leslie l. Doelle, (1984). Akustik Lingkungan. Surabaya: Erlangga

Masunah, Juju. et al. (2003). Angklung di Jawa Barat Sebuah Perbandingan. Bandung : P4ST UPI.

Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfaceta.


(1)

Dalam hal ini peneliti mencoba melakukan pencarian informasi wawancara dengan Bapak Handiman Diratmasasmita dan beberapa pekerjanya.

3. Studi Literatur

Studi Literatur dimaksudkan untuk mempelajari dari sumber kepustakaan yang ada baik berupa buku-buku maupun media bacaan lainnya yang berguna dan membantu dalam mencari sumber informasi mengenai hal-hal yang berhubungan dengan penyusunan. Beberapa buku sumber yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah Angklung di Jawa Barat Sebuah Perbandingan (Juju Masunah-1995), Pengantar Pengetahuan Alat Musik (Pono Banoe-1984), Panduan Bermain Angklung (Obby A.R Wiramihardja), Ilmu Pengetahuan Populer jilid 5 (Grolier-1984).

G. Analisis Data

Dalam penyusunan laporan penelitian ini, peneliti melakukan beberapa langkah analisis data yakni:

1. Reduksi data

Proses reduksi data dalam penelitian ini terdiri dari pemilihan hal-hal yang berhubungan dengan aspek penting dalam proses pembuatan angklung seperti pemilihan bahan, prosedur pembuatan dan perakitan, hingga menghasilkan instrumen angklung yang memiliki kualitas yang baik. Akhirnya peneliti mereduksi data–data yang dianggap penting dan membuang data–data yang tidak diperlukan.


(2)

2. Penyajian Data

Penyajian data merupakan langkah kedua yang dilakukan peneliti setelah mereduksi data. Penyajian data diikuti oleh proses mengumpulkan data–data yang saling berhubungan satu sama lain melalui wawancara, pendokumentasian dan pengamatan yang lebih mendalam. Hal ini dimaksudkan untuk memperkuat hasil reduksi data untuk diolah lebih lanjut sehingga pada akhirnya menghasilkan suatu kesimpulan.

Setelah data diperoleh berupa catatan maupun rekaman yang tentang proses pembuatan angklung sudah direduksi, data kemudian disajikan dalam bentuk deskripsi. Data–data yang saling berhubungan dikelompokkan sehingga menjadi kelompok–kelompok data yang selanjutnya akan disimpulkan.

3. Pengambilan kesimpulan dan Verivikasi data

Langkah terakhir dalam pengolahan data kualitatif yaitu penarikan kesimpulan dan verivikasi data. Setelah peneliti menarik kesimpulan dari hasil penelitian, peneliti mempelajari dan memahami kembali data–data dari hasil penelitian, meminta pertimbangan kepada berbagai pihak mengenai data–data yang diperoleh di lapangan.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Kesimpulan Umum

Angklung merupakan alat musik tradisional Jawa Barat yang ditetapkan oleh UNESCO sebagai Karya Agung Warisan Budaya tak Benda sejak November 2010. Selain itu pemerintah juga menetapkan bahwa angklung merupakan salah satu media pembelajaran musik yang dipakai di sekolah dasar dan menengah. Oleh karena itu kebutuhan produksi angklung makin meningkat. Handiman Diratmasasmita merupakan salah satu pengrajin angklung di Jawa Barat yang hasil angklung buatannya memiliki kualitas yang baik sehingga dipakai di berbagai instansi dan komunitas – komunitas angklung terkemuka di Indonesia.

2. Kesimpulan Khusus

Setelah peneliti melakukan penelitian tentang angklung buatan Handiman Diratmasasmita di Saung Angklung Bandung, akhirnya diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Bambu merupakan bahan utama pada instrumen angklung. Tidak semua jenis bambu dapat digunakan untuk membuat angklung. Bambu Hitam, Bambu Gombong dan Bambu Temen adalah 3 jenis bambu yang digunakan oleh Handiman Diratmasasmita. Kedua jenis bambu tersebut dapat menghasilkan bunyi angklung yang baik.


(4)

2. Pengolahan bahan baku merupakan tahap yang sangat mempengaruhi kualitas bunyi angklung. Bambu yang baik untuk produksi angklung ditebang pada saat musim kemarau dan bambu tersebut berusia diatas 3 tahun, dan didiamkan dengan posisi berdiri selama 1 tahun.

3. Bambu yang baik untuk angklung ialah bambu yang Lurus, dan berbuku panjang

4. Pembuatan angklung Handiman Diratmasasmita terdiri dari beberpa tahap yakni pembuatan ancak (rangka angklung), Pembuatan tabung sora, dan Perakitan.

5. Dalam pembuatan tabung sora dibagi menjadi tiga tahap yakni ngabakalan, nyoraan dan nalaan.

6. Dalam Proses penalaan dibutuhkan pendengaran yang sensitif agar nada angklung yang dihasilkan tepat.

7. Handiman Diratmasasmita sangat memperhatikan pekerjanya. Handiman Diratmasasmita menciptakan alat ukur sederhana untuk mempermudah pekerjanya dalam memproduksi angklung.

8. Handiman Diratmasasmita memproduksi beberapa jenis angklung yakni angklung berbunyi lunak, Angklung berbunyi keras, dan angklung bagi anak TK dan anak berkebutuhan khusus.


(5)

B. Saran

Dengan tumbuh dan berkembanganya para perajin angklung dan meningkatnya kebutuhan angklung saat ini, tentunya peningkatan kualitas angklung sangat perlu diperhatikan. Baik kualitas instrumen itu sendiri maupun kualitas SDM para pengrajin angklung. Agar kualitas/mutu angklung terjamin, kiranya perlu dipikirkan adanya lembaga yang menetapkan "standar kualitas angklung untuk berbagai keperluan/kebutuhan". Seperti angklung bagaimana yang cocok untuk keperluan luar negeri, untuk dikirim ke daerah yang berhawa panas, kering, dan lembab. Selain itu perlu juga lembaga pengawas pengrajin angklung yang mengawasi proses pembuatan angklung mulai dari pengambilan dan penanaman kembali bambu agar tidak semena-mena hingga melakukan pelatihan dan penyuluhan untuk para pengrajin angklung.

Demikianlah akhir dari penelitian ini tentang Angklung buatan Handiman Diratmasasmita dan mudah – mudahan dapat berguna untuk dunia musik di Indonesia


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Ansor, Zujadi, (2002). Musik Angklumg dan Kompetensi Pendidikan

Musik di Pendidikan Sekolah. Ritme, Jurnal Pendidikan Seni FPBS UPI.

Banoe, Pono (1984). Pengantar Pengetahuan Alat Musik, Jakarta: CV. Baru.

Banoe, Pono (1986). Kamus Istilah Musik, Jakarta : CV. Baru

Butler, David (1992). The Musicians Guide to perception and Cognition. New York: Schirmer Books

D. Pierce. Allan, (1992). Acoustics: An Introduction to Its Physical Principles and Applications. New York: Schirmer Books

Grolier (1984). Buku Ilmu Pengetahuan Populer Jilid 5. Jakarta: PT Widyadara

Karim,S.,et al. (2008). Belajar IPA Membuka Cakrawala Alam Sekitar. Jakarta: Pusat Perbukuan.

Leslie l. Doelle, (1984). Akustik Lingkungan. Surabaya: Erlangga

Masunah, Juju. et al. (2003). Angklung di Jawa Barat Sebuah Perbandingan. Bandung : P4ST UPI.

Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfaceta.