PENGARUH PENAMBAHAN BEKATUL PADA PAKAN TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN HATI MENCIT (Mus musculus L.) JANTAN GALUR SWISS WEBSTER.
PENGARUH PEN GAMBARAN HIS J
Diajukan untuk Mem
EL
FAKULTAS PENDID UNIV
ENAMBAHAN BEKATUL PADA PAKAN ISTOLOGI ORGAN HATI MENCIT (Mus
JANTAN GALUR SWISS WEBSTER
SKRIPSI
menuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gela Program Studi Biologi
Oleh
ELISABETH NOVIANA DWI PRATIWI 0608395
PROGRAM STUDI BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI IDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGET NIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2010
TERHADAP us musculus L.)
elar Sarjana Sains
(2)
LEMBAR PENGESAHAN
PENGARUH PENAMBAHAN BEKATUL PADA PAKAN TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN HATI MENCIT (Mus musculus L.)
JANTAN GALUR SWISS WEBSTER
Oleh
Elisabeth Noviana Dwi Pratiwi (0608395)
Disetujui dan disahkan oleh pembimbing : Pembimbing I
Dr. Saefudin, M.Si NIP.196307011988031003
Pembimbing II
Dra. Soesy Asiah Soesilawaty, MS NIP.195904011983032002
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Biologi, FPMIPA, UPI
Dr.rer.nat. Adi Rahmat, M.Si NIP. 196512301992021001
(3)
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah... 4
C. Batasan Masalah ... 5
D. Tujuan Penelitian ... 5
E. Manfaat Penelitian ... 5
F. Asumsi ... 6
G. Hipotesis ... 6
BAB II BEKATUL, KOLESTEROL DAN GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN HATI MENCIT (Mus musculus L.) JANTAN GALUR SWISS WEBSTER A. Bekatul ... 7
B. Kolesterol... 12
(4)
D. Hati ... 21
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 32
B. Desain Penelitian ... 32
C. Populasi dan Sampel ... 33
D. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 33
E. Prosedur Kerja ... 34
F. Analisis Data... 40
G. Alur Penelitian ... 41
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 42
B. Pembahasan ... 51
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 56
B. Saran ... 56
DAFTAR PUSTAKA ... 58
LAMPIRAN ... 64
(5)
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1. Komposisi Minyak Bekatul ... 10
2.2. Kandungan Nutrien dalam Bekatul ... 11
2.3. Lipoprotein ... 16
3.1. Pengaturan Randomisasi Mencit ... 33
3.2. Penempatan Mencit pada Setiap Kelompok ... 33
(6)
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1. Bekatul pada Padi ... 7
2.2. Bekatul ... 8
2.3. Struktur Molekul Kolesterol ... 12
2.4. Lipoprotein ... 15
2.5. Mencit Albino ... 19
2.6. Organ Hati ... 22
2.7. Gambar Skematis Struktur Hati ... 23
2.8. Gambaran Histologi Hati Babi ... 24
2.9. Gambar Tiga Dimensional Hati ... 25
2.10. Gambaran Sinusoid Hati ... 26
2.11. Bagan Berbagai Unit Fungsi Hati ... 27
2.12. Gambaran Hepatosit Hati ... 29
2.13. Hepatosit yang Mengandung Tetesan Lemak ... 30
2.14. Gambaran Histologi Hati Normal ... 31
3.5. Diagram Alur Penelitian ... 41
4.1. Gambaran Histologi Organ Hati Mencit (1) Kontrol; (2) Perlakuan Bekatul 3,3%; (A) Metode Beku dengan Pewarnaan Schultz-Smith; (B) Metode Parafin dengan Pewarnaan Hematoxylin Erlich-Eosin ... 43
(7)
4.2. Gambaran Histologi Organ Hati Mencit (1) Kontrol; (3) Perlakuan Bekatul 6,6%; (A) Metode Beku dengan Pewarnaan Schultz-Smith; (B) Metode Parafin dengan Pewarnaan Hematoxylin Erlich-Eosin ... 45 4.3. Gambaran Histologi Organ Hati Mencit (1) Kontrol; (4)
Perlakuan Bekatul 10%; (A) Metode Beku dengan Pewarnaan Schultz-Smith; (B) Metode Parafin dengan Pewarnaan Hematoxylin Erlich-Eosin ... 47 4.4. Gambaran Histologi Organ Hati Mencit (1) Kontrol; (5)
Perlakuan Bekatul 13,3%; (A) Metode Beku dengan Pewarnaan Schultz-Smith; (B) Metode Parafin dengan Pewarnaan Hematoxylin Erlich-Eosin ... 49
(8)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1.1. Tabel Alat dan Bahan ... 64
2.1. Foto Dokumentasi ... 65
3.1. Komposisi Pakan Standar ... 66
(9)
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan penyebab kematian yang utama di dunia dengan 16,7 juta kematian per tahunnya dan cenderung mengalami peningkatan (Anonim, 2010b). Di Indonesia, 36 juta penduduk menderita penyakit ini dan 80% diantaranya meninggal akibat serangan jantung mendadak (Anonim, 2009). Penyakit jantung koroner disebabkan oleh pembentukan plak di dalam arteri pembuluh darah jantung. Plak terdiri atas kolesterol, kalsium, dan bahan lain di dalam pembuluh darah yang lama kelamaan menumpuk di dalam dinding pembuluh darah jantung (arteri koronaria) serta arteri di tempat lain. Proses ini disebut dengan pengerasan arteri atau atherosclerosis atau ateroma (Davidson, 2003).
Hiperkolesterolemia adalah peninggian kadar kolesterol di dalam darah. Tingginya kadar kolesterol darah merupakan problem yang serius karena merupakan salah satu faktor risiko utama terjadinya penyakit jantung koroner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa risiko terjadinya aterosklerosis atau PJK akan meningkat bila kadar kolesterol darah meninggi. Telah dibuktikan pula bahwa dengan menurunkan kadar kolesterol darah dapat mengurangi risiko tersebut. Faktor risiko lainnya adalah merokok, riwayat PJK dalam keluarga pada umur kurang dari 55 tahun, penyakit gula, penyakit pembuluh darah, kegemukan dan jenis kelamin laki-laki (Bahri, 2004). Pada suatu studi observasi, kebanyakan PJK terjadi pada laki-laki (60%) dibandingkan wanita (40%). Hal ini disebabkan
(10)
2
proteksi wanita yang baik terhadap faktor risiko, proteksi hormonal, dan perbedaan metabolik pria dan wanita (Nababan, 2008).
Kebanyakan orang memilih mengatasi masalah hiperkolesterolemia ini dengan obat-obatan sintetis yang bersifat menurunkan kadar kolesterol tubuh. Akan tetapi, obat-obatan ini harganya mahal karena bahan bakunya masih diimpor (Yuniastuti, 2002). Padahal untuk tahap awal, terapi non farmakologis seperti diet dan gerak badan lebih diutamakan, tetapi apabila terapi non farmakologis ini gagal, selanjutnya dilakukan terapi farmakologis, baik dengan menggunakan obat alami maupun obat modern (Ariantari, 2010). Akan tetapi, penanggulangan dengan obat-obatan ternyata tingkat keberhasilannya rendah karena perlu kedisiplinan yang tinggi. Hampir 70% pasien hiperkolesterolemia di Indonesia gagal mencapai sasaran kadar kolesterol sesuai dengan panduan pengobatan. Suatu studi di Asia dengan total responden 7.281 pasien hiperkolesterolemia menyatakan bahwa hampir setengah dari mereka yang menjalankan terapi kerap lupa mengkonsumsi satu dosis obat dalam jangka waktu satu minggu atau lebih. Bahkan, sebanyak 65,1 persen pasien mengaku lupa mengkonsumsi obat penurun kadar kolesterol beberapa kali dan menganggap hal tersebut tidak mempengaruhi kadar kolesterol mereka (Pramudiarja, 2010). Oleh karena itu perlu senyawa alternatif dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah kardiovaskuler, antara lain menggunakan bahan tradisional yang harganya lebih terjangkau (Yuniastuti, 2002).
Bekatul merupakan salah satu bahan makanan serealia hasil sampingan yang diperoleh dari lapisan luar beras pecah (Lestari, 2005). Produksi bekatul
(11)
3
melimpah dari tahun ke tahun karena pabrik penggilingan padi yang jumlahnya memang cukup banyak. Data dari Departemen Pertanian, diperkirakan pada tahun 2006 produksi beras nasional mencapai angka 54,74 juta ton. 10% dari total produksi beras dapat dihasilkan bekatul, sehingga dari 54,75 juta ton produksi beras nasional diperkirakan akan dihasilkan 5,5 juta ton bekatul. Produksinya yang melimpah membuat bekatul mudah didapat dan harganya murah. Tetapi sayang pemanfaatan bekatul hingga saat ini hanya sebagai pakan ternak saja (Ardiansyah, 2008). Padahal, bekatul memiliki kemampuan untuk menurunkan kadar kolesterol tubuh.
Serat pangan (dietary fiber) dan minyak yang terkandung dalam bekatul disinyalir dapat menurunkan kadar kolesterol dalam tubuh. Serat telah banyak digunakan dan direkomendasikan untuk mencegah peningkatan kolesterol ke arah hiperkolesterolemia, dan atau mengembalikan kadar kolesterol darah yang tinggi pada hiperkolesterolemia ke normokolesterolemia (Hernawati, 2009). Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa serat yang terdapat dalam bekatul dapat menurunkan konsentrasi kolesterol plasma dan hati (Ayano et al., 1980; Topping et al., 1990; dan Kahlon et al., 1996). Selain serat, kandungan minyak dalam bekatul seperi kandungan asam lemak tidak jenuh yang tinggi, γ-oryzanol, dan tokotrienol merupakan komponen yang juga dapat menurunkan kadar kolesterol plasma dan hati (Rukmini dan Raghuram, 1991; Raghuram et al., 1989). Minyak bekatul sudah secara ekstensif digunakan di Jepang, Korea, Cina, Taiwan, Thailand, dan Pakistan sebagai minyak makan (Kahlon et al., 1996). Berbeda dengan di Indonesia, dimana minyak bekatul belum begitu dikenal. Minyak
(12)
4
bekatul yang dijual di Indonesia merupakan produk impor dari Thailand sehingga harganya relatif mahal (Anonim, 2010c). Oleh karena itu, perlu adanya upaya peningkatan pemanfaatan bekatul yang melimpah di Indonesia.
Organ hati merupakan jalur utama untuk sintesis dan metabolisme kolesterol, juga untuk eliminasi kolesterol darah. Oleh sebab itu, kolesterol yang terdapat pada organ hati dapat menjadi tolak ukur dari pengaruh diet terhadap
metabolisme kolesterol (Kahlon et al., 1996). Salah satu cara untuk mengetahui
kadar kolesterol organ hati adalah dengan mengamati gambaran histologinya
karena kolesterol terpapar pada jaringan organ ini (Junqueira, 1982). Selain itu,
dengan cara ini juga dapat diketahui pengaruh perlakuan terhadap jaringan hati. Berdasarkan landasan pikiran diatas, maka diperlukan adanya pengkajian yang lebih dalam mengenai pengaruh pakan dengan tambahan bekatul terhadap gambaran histologi organ hati mencit (Mus musculus L.) jantan galur Swiss Webster.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, adapun rumusan masalah penelitian sebagai berikut :
“Bagaimanakah pengaruh penambahan bekatul pada pakan terhadap gambaran histologi organ hati mencit (Mus musculus L.) jantan galur Swiss Webster ?”
(13)
5
C. Batasan Masalah
Adapun batasan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Hewan percobaan adalah mencit (Mus musculus L.) jantan galur Swiss
Webster berumur sekitar delapan minggu dengan berat badan 20 − 30 gram. 2. Bekatul yang digunakan pada penelitian ini berasal dari tempat penggilingan
padi di daerah Cimahi.
3. Konsentrasi bekatul yang diberikan pada kelompok perlakuan berdasarkan penelitian sebelumnya dan telah dimodifikasi adalah 0%, 3,3%, 6,6%, 10%, dan 13,3% dari pakan yang diberikan yaitu 6 g/ekor/hari (Kahlon et al., 1992).
4. Gambaran histologi yang diinterpretasi berasal dari preparat histologi yang dibuat dengan dua macam metode yaitu metode beku (freezing microtome) dengan pewarnaan Schultz-Smith dan metode parafin dengan pewarnaan Hematoxylin Erlich-Eosin.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan bekatul pada pakan terhadap gambaran histologi organ hati mencit (Mus musculus L.) jantan galur Swiss Webster.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi kepada masyarakat mengenai potensi bekatul sebagai penurun kolesterol tubuh yang alami, juga sebagai upaya untuk meningkatkan pemanfaatan
(14)
6
bekatul yang melimpah di Indonesia. Selain itu, penelitian ini dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan terutama mengenai pengaruh penambahan bekatul pada pakan terhadap gambaran histologi organ hati mencit (Mus musculus L.) jantan galur Swiss Webster.
F. Asumsi
Adapun asumsi yang dijadikan landasan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Perubahan metabolisme lipid dapat terlihat dalam hati, plasma, dan jaringan periferi (Linder, 1992).
2. Diet bekatul dapat menurunkan kolesterol plasma dan hati pada hamster (Kahlon et al., 1996).
3. Pada tikus, fitosterol bekatul dapat menurunkan level sirkulasi lipid (Rukmini dan Raghuram, 1991).
G. Hipotesis
Berdasarkan asumsi di atas, maka hipotesis yang diajukan pada penelitian ini yakni : pemberian tambahan bekatul pada pakan berpengaruh terhadap gambaran histologi organ hati mencit (Mus musculus L.) jantan galur Swiss Webster.
(15)
32 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimen karena pada penelitian ini objek yang diteliti diberi perlakuan dan adanya kontrol sebagai pembanding.
B. Desain Penelitian
Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Desain ini sering digunakan jika percobaan bersifat homogen, seperti percobaan dalam laboratorium atau rumah kaca (Nazir, 2003). Secara acak, mencit-mencit dikelompokkan pada 1 kelompok kontrol dan 4 kelompok perlakuan. Banyaknya pengulangan (replikasi) yang dilakukan (Gomez, 1995) yaitu :
T (r − 1) ≥ 20
5 (r − 1) ≥ 20 Keterangan : T = jumlah perlakuan
r ≥ 5 r = jumlah replikasi
Hasil perhitungan diatas menunjukkan bahwa pengulangan yang dibutuhkan pada setiap kelompok sebanyak 5 kali atau 5 ekor mencit sehingga jumlah total mencit yang digunakan sebanyak 25 ekor. Setiap mencit diberi nomor (1−25) dan setiap kandang diberi tanda (A−E) untuk menunjukkan kelompok yang berbeda. Setelah itu, randomisasi dilakukan untuk mengelompokkan setiap
(16)
33
mencit sehingga didapatkan kelompok mencit yang akan menempati setiap kandang.
Tabel 3.1. Pengaturan Randomisasi Mencit
1C 2A 3C 4A 5B
6C 7B 8C 9E 10B
11D 12A 13E 14B 15E 16D 17D 18A 19E 20B 21C 22D 23D 24E 25A
Tabel 3.2. Penempatan Mencit pada Setiap Kelompok
Kandang Perlakuan
(konsentrasi bekatul) No. Mencit
A 0% 2 4 12 18 25
B 3,3% 5 7 10 14 20
C 6,6% 1 3 6 8 21
D 10% 11 16 17 22 23
E 13,3% 9 13 15 19 24
C. Populasi dan Sampel
Populasi pada penelitian adalah seluruh organ hati mencit (Mus musculus L.) jantan galur Swiss Webster, sedangkan sampelnya adalah gambaran histologi organ hati mencit.
D. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai bulan Agustus 2010. Pembuatan pakan berlemak dan pakan dengan tambahan bekatul dilakukan di
(17)
34
Laboratorium Ekologi FPMIPA UPI. Pemeliharaan mencit dan pemberian perlakuan dilakukan di rumah kaca Kebun Botani FPMIPA UPI. Pembedahan dan pengambilan organ hati dilakukan di Laboratorium Fisiologi FPMIPA UPI. Pembuatan preparat histologi hati dilakukan di Laboratorium Struktur Tumbuhan FPMIPA UPI.
E. Prosedur Kerja
1. Tahap Persiapan
a. Aklimasi Mencit
Mencit diaklimasi di rumah kaca Kebun Botani Jurusan Pendidikan Biologi UPI selama tujuh hari dengan suhu ruangan rata-rata 23-26°C. Tahap ini bertujuan untuk membuat hewan uji beradaptasi dengan kondisi lingkungan saat percobaan.
Mencit dimasukkan kedalam kandang berukuran 30 × 20 × 12 cm. Setiap kandang berisi satu mencit. Selama aklimasi, mencit hanya diberi pakan standar dan air minum secara ad libitum. Pakan yang diberikan sebanyak 6 gram/hari/ekor. Botol minuman diisi ulang apabila air sudah habis dan dibersihkan tiga hari sekali. Kandang dibersihkan dan diganti serbuk gergajinya seminggu sekali.
b. Pembuatan Pakan Berlemak
Pembuatan pakan berlemak diawali dengan mengekstrak 250 g lemak sapi dengan cara memanaskannya di dalam air. Cairan lemak yang terbentuk kemudian
(18)
35
dicampur dengan 1 kg pakan standar laboratorium yang berasal dari PT. Charoen Pokphand Indonesia (no.cp551). Setelah homogen, adonan dibentuk menjadi pelet menggunakan penggilingan daging. Pelet kemudian dikeringkan menggunakan oven.
c. Penentuan Konsentrasi dan Pembuatan Pakan dengan Tambahan Bekatul
Pada penelitian ini, bahan yang diuji adalah bekatul. Konsentrasi bekatul yang digunakan adalah 0%, 3,3%, 6,6%, 10%, dan 13,3% dari banyaknya pakan yang diberikan (6 gram/ekor/hari). Penentuan konsentrasi ini berdasarkan penelitian sebelumnya dimana pemberian serat bekatul sebanyak 10% dari jumlah pakan yang diberikan (Kahlon et al., 1992).
Tabel 3.3. Penentuan Konsentrasi
No. Kelompok Perlakuan
Konsentrasi Bekatul
Jumlah Bekatul (g/6g/ekor/hari)
1 Kontrol 0% 0
2 I 3,3% 0,2
3 II 6,6% 0,4
4 III 10% 0,6
5 IV 13,3% 0,8
Bekatul disaring kemudian ditimbang sesuai perhitungan diatas. Bekatul dan pakan standar dicampur dengan air hingga menjadi adonan. Adonan ini kemudian digiling menggunakan penggilingan daging hingga membentuk pelet. Pelet kemudian dikeringkan menggunakan oven.
(19)
36
2. Tahap Perlakuan
a. Pemberian Pakan Berlemak
Setelah diaklimasi, mencit diberi pakan berlemak selama tujuh hari (Pradestiawan, 2008). Banyaknya pakan yang diberikan 6 g/hari/ekor. Tahap ini bertujuan untuk meningkatkan kolesterol mencit sehingga mencit mengalami hiperkolesterolemia. Penambahan kolesterol sebesar 200 mg tiap 100 g pakan dapat meningkatkan kadar kolesterol serum tikus putih (Iswari 1995). Pada tahap ini mencit diberi air minum biasa.
b. Pemberian Pakan dengan Tambahan Bekatul
Setelah mengalami hiperkolesterolemia, mencit diberi pakan dengan tambahan bekatul sesuai konsentrasi yang telah ditentukan selama 14 hari. Pakan ini diberikan sebanyak 6 g/hari/ekor. Selama perlakuan ini mencit diberi air minum biasa.
3. Tahap Pengambilan Organ
Setelah melewati tahap perlakuan, mencit dibedah untuk diambil organ hatinya. Pembedahan dan pengambilan organ dilakukan menggunakan alat-alat bedah dan dilakukan dengan hati-hati agar organ yang akan diambil tidak rusak. Organ hati kemudian dicuci dengan larutan garam fisiologis. Setelah dicuci, organ hati dimasukkan ke dalam botol yang berisi larutan formalin 4% untuk proses pengawetan dan fiksasi.
(20)
37
4. Tahap Pembuatan Preparat Histologi Hati
Organ hati yang telah difiksasi kemudian dibuat preparat histologinya. Terdapat dua metode pembuatan preparat yang digunakan pada penelitian ini yaitu metode beku (freezing microtome) dengan pewarnaan Sculthz-Smith dan metode parafin dengan pewarnaan Hematoxylin Erlich-Eosin.
Metode beku (freezing microtome) adalah salah satu cara membuat preparat irisan dengan cara membekukan jaringan sehingga keras dan mudah diiris. Kelebihan dari metode ini adalah prosesnya cepat, jaringan hanya sedikit mengerut dibandingkan dengan metode parafin, dan hampir setiap metode pewarnaan dapat dikerjakan bila menggunakan metode ini. Tetapi kekurangannya adalah sulit untuk mendapatkan irisan yang tipis dan seri, juga hampir tidak mungkin untuk dapat melihat elemen-elemen struktural dalam kedudukannya yang asli. Prosesnya diawali dengan mencelupkan jaringan yang telah difiksasi kedalam larutan garam fisiologis kemudian jaringan dibekukan dengan menuangkan N2 (nitrogen cair) keatas jaringan. Setelah beku, jaringan diiris menggunakan mikrotom dengan ketebalan 20µm. Irisan kemudian diambil menggunakan kuas halus lalu dimasukkan kedalam larutan garam fisiologis. Setelah proses pengirisan, selanjutnya dilakukan proses pewarnaan dengan metode Schultz-Smith. Metode pewarnaan ini merupakan metode untuk mewarnai kolesterol atau ester-esternya yang terpapar pada jaringan. Terdapat dua reagent yang dibutuhkan pada metode ini yaitu hidrogen peroksida 3% dan asam asetat glasial. Prosesnya diawali dengan memasukkan irisan kedalam larutan hidrogen peroksida selama 3 menit, kemudian irisan dicuci dengan akuades. Setelah itu,
(21)
38
irisan diletakkan diatas gelas objek hingga mengering. Irisan kemudian ditetesi asam asetat glasial lalu ditutup dengan kaca objek. Preparat kemudian diamati dan diambil gambarnya. Hasil dari metode pewarnaan Schultz-Smith adalah kolesterol atau ester-esternya berwarna hijau untuk beberapa saat, kemudian menjadi coklat setelah 30 menit (Suntoro, 1983).
Metode selanjutnya adalah metode parafin dengan pewarnaan Hematoxylin Erlich-Eosin. Metode ini digunakan untuk melihat keadaan struktur hati yang lebih jelas karena dengan metode beku hal ini tidak dapat dilakukan. Dengan metode parafin, hampir semua macam jaringan dapat dipotong dengan baik. Hasil irisannya pun dapat jauh lebih tipis daripada metode beku. Tetapi, bila menggunakan metode ini jaringan akan menjadi keras, mengerut, dan mudah patah. Tahapan kerja dari metode parafin adalah sebagai berikut : fiksasi, pencucian (washing), dehidrasi, penjernihan (clearing), infiltrasi, penanaman (embedding), penyayatan (sectioning), penempelan (affixing), deparafinisasi, pewarnaan (staining), penutupan (mounting), dan pelabelan (labelling).
Organ hati yang telah difiksasi dengan larutan formalin 4% kemudian dicuci dengan akuades. Tahap berikutnya adalah dehidrasi yang dilakukan dengan merendam organ dalam larutan alkohol bertingkat (konsentrasi 30%, 50%, 60%, 70%, 80%, 90%, 96%, dan alkohol absolut) masing-masing larutan diganti sebanyak tiga kali setiap 30 menit. Setelah dehidrasi, dilakukan tahap penjernihan dengan larutan toluol sampai organ tampak jernih atau transparan. Organ yang tidak jernih menunjukkan dehidrasi kurang baik sehingga organ harus didehidrasi kembali. Setelah tampak jernih, organ dapat memasuki tahap infiltrasi parafin.
(22)
39
Tahap ini dilakukan didalam oven yaitu dengan merendam organ dalam cairan parafin dengan titik leleh 48−52°C, 52−54°C, dan 54−56°C selama masing-masing 1−2 jam. Setelah diinfiltrasi, organ ditanam dalam parafin keras menggunakan cetakan logam hingga terbentuk blok parafin dengan organ ditengahnya. Tahap penyayatan dilakukan menggunakan mikrotom dengan ketebalan irisan 4µm. Irisan yang terbentuk ditempel pada gelas objek yang sebelumnya telah diolesi haupt atau albumin. Agar benar-benar menempel, irisan kemudian ditetesi akuades lalu diletakkan diatas hot plate dengan suhu 40°C hingga mengering. Tahap selanjutnya adalah deparafinisasi yaitu menghilangkan parafin yang terdapat didalam jaringan dengan cara merendam jaringan didalam larutan xilol selama 15 menit. Setelah itu, jaringan memasuki tahap pewarnaan. Langkahnya yaitu mencelupkan jaringan kedalam alkohol 96%, 90%, 80%, 70%, 60%, 50%, 30%, dan akuades. Setelah itu, jaringan dicelupkan kedalam larutan pewarna Hematoxylin Erlich selama 3−7 detik lalu dicuci dengan air. Jaringan kemudian dicelupkan kedalam alkohol 30%, 50%, 60%, dan 70%. Setelah itu, jaringan direndam dalam larutan pewarna yang kedua yaitu Eosin Y 0,5% (dalam alkohol 70%) selama 1−3 menit. Setelah terwarnai, jaringan dicelupkan kedalam alkohol 70%, 80%, 90%, 96%, dan alkohol absolut lalu direndam dalam xilol selama 10 menit. Tahap berikutnya adalah penutupan dengan cara menetesi jaringan dengan entelan kemudian ditutup dengan kaca penutup. Terakhir preparat diberi label dengan keterangan yang jelas. Dengan demikian jaringan siap diamati dan diambil gambarnya (Suntoro, 1983).
(23)
40
F. Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis secara kualitatif yaitu dengan melihat, membandingkan, dan mendeskripsikan gambaran histologis organ hati dari setiap kelompok perlakuan dengan kontrol. Analisis dilakukan pada gambaran histologi yang didapat dari kedua metode pembuatan preparat histologi yaitu metode beku dengan pewarnaan Schultz-Smith dan metode parafin dengan pewarnaan Hematoxylin Erlich-Eosin. Parameter pada metode pertama adalah banyaknya bagian yang berwarna hijau gelap. Warna tersebut menunjukkan ester kolesterol yang terpapar pada jaringan hati. Parameter pada metode kedua adalah ukuran hepatosit dan kerapatan antar hepatosit. Parameter tersebut dapat menunjukkan banyaknya kolesterol yang terdapat dalam sitoplasma hepatosit.
(24)
41
G. Alur Penelitian
Pembuatan proposal
Tahap persiapan
Aklimasi mencit selama tujuh hari
Pembuatan pakan berlemak dan pakan dengan tambahan bekatul
Pemberian pakan berlemak selama 7 hari
Pemberian pakan dengan tambahan bekatul (0%, 3,3%, 6,6%, 10%, dan 13,3%) selama 14 hari
Pembedahan dan pengambilan organ hati
Pembuatan dan pewarnaan preparat histologi organ hati
Analisis data
Kesimpulan
(25)
56 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa penambahan bekatul pada pakan tidak berpengaruh terhadap gambaran histologi organ hati mencit. Hal ini terjadi diduga karena tidak dilakukannya proses stabilisasi pada bekatul sehingga kandungan lemaknya, yang dapat menurunkan kadar kolesterol, berubah dan kehilangan potensi menurunkan kolesterol. Dengan begitu, hanya kandungan serat yang didugaberperan dalam menurunkan kadar kolesterol, sehingga penurunannya tidak optimal. Hanya pakan dengan tambahan bekatul konsentrasi tertinggi (13,3%) yang tampak menurunkan kadar kolesterol organ hati dilihat dari gambaran histologinya. Penurunan kadar kolesterol hati terjadi karena serat dapat mengikat empedu, sehingga empedu terbuang melalui feses. Dengan demikian, hati akan mensintesis empedu kembali dari kolesterol yang terdapat dalam tubuh.
B. Saran
Adapun saran-saran yang dapat diberikan sebagai berikut :
1. Perlu dilakukan proses stabilisasi terlebih dahulu terhadap bekatul yang digunakan dalam uji pengaruh penambahan bekatul pada pakan sehingga kandungan minyak dalam bekatul tidak berubah.
(26)
57
2. Perlu dilakukan penelitian lanjut mengenai pengaruh penambahan bekatul pada pakan terhadap gambaran histologi organ hati mencit dengan waktu perlakuan yang lebih lama dan konsentrasi bekatul yang lebih tinggi.
3. Perlu dilakukan penelitian lanjut mengenai pengaruh pakan dengan tambahan bekatul terhadap gambaran histologi organ yang lain.
(27)
58
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, J. I. (1994). “Cholesterol: A Current Perspective”. Nutrition & Food Science [Online]. Vol. 94, halaman 8−11. Tersedia: http://www.emeraldinsight.com/index.htm [28 Juli 2010]
Anonim. (2003). Food and Fitness: A Dictionary of Diet and Exercise. [Online]. Tersedia: http://www.answers.com/topic/lipoprotein [5 Agustus 2010]
Anonim. (2009, Januari). Mitos dan Fakta Kolesterol. Majalah Farmacia [Online], 8. Tersedia: http://www.majalah-farmacia.com/rubrik/ one_news_print.asp?IDNews=1076 [28 Juli 2010]
Anonim. (2010a). Ciri Organ Hati Kotor dan Makanan Pembersihnya. [Online]. Tersedia: http://www.healthyzone-hipocrates.blogspot.com [15 Oktober 2010]
Anonim. (2010b). Penyakit Jantung Koroner. [Online]. Tersedia: http://jantung.klikdokter.com/subpage.php?id=2&sub=72 [5 Agustus 2010]
Anonim. (2010c, 1 Juni). Jantung Sehat Dengan Minyak Bekatul. Kompas [Online]. Tersedia: http://www.kompas.com/ [23 September 2010]
Ardiansyah. (2004). Sehat dengan Mengonsumsi Bekatul. [Online]. Tersedia: http://www.gizi.net/ [28 Mei 2010]
Ardiansyah. (2008). Bekatul untuk Menurunkan Hipertensi dan Hiperlipidemia. [Online]. Tersedia: http://www.kamusilmiah.com/ [28 Mei 2010]
Ariantari, N. P., Yowani S. G., dan Swastini D. A. (2010). “Uji Aktivitas Penurunan Kolesterol Produk Madu Herbal yang Beredar di Pasaran Pada Tikus Putih Diet Lemak Tinggi”. Dalam Jurnal Kimia. 4(1),15−19.
Arrington, L. R. (1972). Introductory Laboratory Animal Science. Illinois: The Interstate.
(28)
59
Astawan, M. (2009). Bekatul, Gizinya Kaya Betul. [Online]. Tersedia: http://kesehatan.kompas.com/read/2009/09/14/12533349/Bekatul..Gizinya. Kaya.Betul [1 Maret 2010].
Ayano Y. et al. (1980). “Dietary Fiber Fractions in Defatted Rice Bran and Their Hypocholesterolemic Effect in Cholesterol-Fed Rats”. Dalam Journal of Nutrition [Online], Vol 33, halaman 283−291. Tersedia: http://jn.nutrition.org/ [8 Februari 2010]
Bahri, A. T. (2004). Manfaat Diet Pada Penanggulangan Hiperkolesterolemi. [Online]. Tersedia: http://www.library.usu.ac.id/download/fk/gizi-bahri.pdf [5 Februari 2010]
Ballenger, L. (1999). Mus musculus. [Online]. Tersedia: http://animaldiversity.ummz.umich.edu/site/accounts/information/Mus_mu sculus.html. [29 Juli 2010]
Bevelander, G. dan Ramaley J. A. (1988). Dasar-Dasar Histologi. Jakarta: Erlangga.
Bowen, R. (1998). Hepatic Histology : Hepatocytes. [Online] Tersedia: http://www.vivo.colostate.edu [1 Maret 2010]
Bowen, R. (2003). Hepatic Histology : Sinusoids. [Online] Tersedia: http://www.vivo.colostate.edu [1 Maret 2010]
Davidson, C. (2003). Seri Kesehatan : Bimbingan Dokter Pada penyakit Jantung Koroner. Jakarta : Dian Rakyat.
Dellmann, H. D. dan Brown E. M. (1992). Buku Teks Histologi Veteriner. Jakarta: UI Press.
Embar, W. (2005). Grains. [Online]. Tersedia:
http://www.veganpeace.com/nutrient_information/nutrient_content_tables/ display_tables/grains/grains.htm [2 Agustus 2010]
Febrianita, S. (2008). Identifikasi Hewan Laboratorium. [Online]. Tersedia : http://www.hewansakit.com/artikel.php?showcn=5#artikel [26 November 2010]
(29)
60
Gomez, K. A., dan Anturo. (1995). Prosedur Statistik untuk Penelitian Pertanian. Jakarta : UI Press.
Hanny. (2002). Beras Makanan Pokok Sumber Protein. [Online]. Tersedia: http://kadaikopi.com/wp-content/uploads/2009/05/beras41.png [23 September 2010]
Harkness, J. E. dan Joseph E. W. (1989). The Biology and Medicine of Rabbits and Rodents. London: Lea & Febiger.
Harper, H. A. (1951). Review of Physiological Chemistry. California: University Medical.
Hernawati. (2009). Peranan Berbagai Sumber Serat dalam Dinamika Kolesterol Pada Individu Hiperkolesterolemia dan Normokolesterolemia. Bandung: diterbitkan.
Ingils, J. K. (1980). Introductory to Laboratory Animal Science and Technology. New York: Pergamon.
Iswari R. S. (1995). Lemak dan Kolesterol, Keterkaitannya Dengan Penyakit Jantung Koroner. Laporan Penelitian IKIP Semarang. Semarang : IKIP Semarang Press
Junqueira, L. C., dan Carneiro, J. (1982). Histologi Dasar. Jakarta: EGC Penerbit Buku Kedokteran.
Kahlon, T. S. et al. (1990). “Influence of Rice Bran, Oat Bran, and Wheat Bran on Cholesterol and Triglycerides in Hamsters”. Dalam Cereal Chemistry
[Online], Vol 67, halaman 439−443. Tersedia:
http://www.aaccnet.org/cerealchemistry/ [8 Februari 2010]
Kahlon, T. S. et al. (1996). “Cholesterol-Lowering by Rice Bran and Rice Bran Oil Unsaponifiable Matter in Hamster”. Dalam Cereal Chemistry [Online],
Vol 73, halaman 69−74. Tersedia:
http://www.aaccnet.org/cerealchemistry/backissues/ 1992/69_485.pdf [8 Februari 2010]
(30)
61
Kahlon, T. S.et al. (1992). “Cholesterol Lowering in Hamster Fed Rice Bran at Various Levels, Defatted Rice Bran and Rice Bran Oil”. Dalam Journal of Nutrition [Online], Vol 122, halaman 513−519. Tersedia: http://jn.nutrition.org/ [28 Mei 2010]
King, D. (2002). Lobule of Pig Liver. [Online]. Tersedia: http://www.siumed.edu/~dking2/erg/GI152b.htm [15 Oktober 2010] Kurnadi, K. A. (2001). Dasar-Dasar Anatomi dan Fisiologi Tubuh Manusia, Jilid
1. Bandung: tidak diterbitkan.
Lestari, E. (2005). Pengaruh Penambahan Bekatul Sebagai Bahan Pengisi Tempe Terhadap Kadar Protein Tempe Kedelai. Skripsi UMS. Surakarta : diterbitkan.
Linder, M. C. (1992). Biokimia Nutrisi dan Metabolisme Dengan Pemakaian secara Klinis. Jakarta: UI Press.
Mayes, P. A. (1983). Lipids dan Metabolism of Lipids : II. Role of the Tissue. Dalam : Mayes, P. A, D. W. Martin and V. W. Rodwell (Editor). Harper’s Review of Biochemistry. 19thEd. Lange Medical Publications.
Mickey. (2006). Bekatul Sebagai Makanan Fungsional. [Online]. Tersedia: http://www.mail-archive.com/ [22 Februari 2010]
Mixon, M. J., Dodson, W. L., dan Miller, H. W. (1990). “Effects of Selected Dietary Constituents on Serum Total Cholesterol in Growing-Finishing Swine”. Dalam Federation of American Societies for Experimental Biology Journal [Online], Vol 4, halaman A529. Tersedia: http://www.fasebj.org/ [8 Februari 2010]
Montgomery, R. et al. (1993). Biokimia : Suatu Pendekatan Berorientasi Kasus. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Muchtadi, D., Palupi N. S. dan Astawan M. (1993). Metabolisme Zat Gizi. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.
(31)
62
Nababan, D. (2008). Hubungan Faktor Risiko dan Karakteristik Penderita dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner di RSU DR. Pirngadi Medan Tahun 2008. Tesis pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Medan : diterbitkan.
Nazir, M. (2003). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Noor, R. A. (2010). Laporan Biologi Percobaan 4. [Online]. Tersedia : http://eqon.blogspot.com/2010/04/laporan-biologi-percobaan-4.html [26 November 2010]
Pradestiawan, T. (2008). Gambaran Histologi Organ Hati Pada Mencit (Mus musculus L.) Betina Galur Swiss Webster Setelah Pemberian Pektin dari Kulit Pisang Ambon (Musa sp.). Skripsi pada Program Studi FPMIPA UPI. Bandung : tidak diterbitkan.
Pramudiarja, U. (2010). Pengobatan Kolesterol Tinggi Banyak yang Gagal. [Online]. Tersedia: http://www.detikhealth.com/ [28 Juli 2010]
Raghuram, T. C. et al. (1989). “Studies on Hypolipidemic Effects of Dietary Rice Bran Oil in Human Subjects”. Dalam Nutrition Report International
[Online], Vol 39, halaman 889−895. Tersedia:
http://stabilizedricebranresearch.com/_pdfs/
Cardiac7RB.oil.hypolipidemic.pdf [8 Februari 2010]
Rukmini, C. dan Raghuram C. T. (1991). “Nutritional and Biochemical Aspects of The Hypolipidemic Action of Rice Bran Oil : A Review”. Dalam Journal of American College of Nutrition [Online], Vol 10(4), halaman 593−601. Tersedia: http://www.jacn.org/ [8 Februari 2010]
Setijono, M. M. (1985). Mencit (Mus musculus) Sebagai Hewan Percobaan. Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan IPB. Bogor : diterbitkan.
Smith, J. B. dan Mangkoewidjojo. (1988). Pemeliharaan, Pembiakan dan Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis. Jakarta: UI Press. Sriutami, S. (2008). Efek Pemberian Tepung Buah Pare (Momordica charantia
L.) Terhadap Profil Lemak Serum Darah Tikus (Rattus norvegicus). Skripsi Fakultas Peternakan IPB. Bogor : diterbitkan.
(32)
63
Suntoro, S. H. (1983). Metode Pewarnaan (Histologi dan Histokimia). Jakarta: Bhatara Karya Aksara.
Tala, Z. Z. (2009). Faktor Makanan dan Pengaruhnya Terhadap Profil Lipid. Departemen Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran USU. Medan: diterbitkan. Topping D. L. et al. (1990). “Modulation of The Hypolipidemic Effect of Fish
Oils by Dietary Fiber in Rats : Studies with Rice and Wheat Bran”. Dalam Journal of Nutrition [Online], Vol 120, halaman 325−330. Tersedia: http://jn.nutrition.org/ [8 Februari 2010]
Waspadji, S. (1989). Diabetes Mellitus dan Serat. Gizi Indonesia. Vol XIV, No.2.
Wresdiyati, T. et al. (2006). “Profil Imunohistokimia Superoksida Dismutase (SOD) Pada Jaringan Hati Tikus Dengan Kondisi Hiperkolesterolemia”. Hayati. 13, (3), 85−89.
Yuniastuti A. (2002). Pengaruh Pemberian Infusa Temulawak (Cuercuma xanthorrhiza) terhadap Fraksi Lipid Serum Tikus Hiperkolesterolemia. Laporan Penelitian Lembaga Penelitian Universitas Negeri Semarang. Semarang : diterbitkan.
(1)
58
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, J. I. (1994). “Cholesterol: A Current Perspective”. Nutrition & Food Science [Online]. Vol. 94, halaman 8−11. Tersedia: http://www.emeraldinsight.com/index.htm [28 Juli 2010]
Anonim. (2003). Food and Fitness: A Dictionary of Diet and Exercise. [Online]. Tersedia: http://www.answers.com/topic/lipoprotein [5 Agustus 2010] Anonim. (2009, Januari). Mitos dan Fakta Kolesterol. Majalah Farmacia
[Online], 8. Tersedia: http://www.majalah-farmacia.com/rubrik/ one_news_print.asp?IDNews=1076 [28 Juli 2010]
Anonim. (2010a). Ciri Organ Hati Kotor dan Makanan Pembersihnya. [Online]. Tersedia: http://www.healthyzone-hipocrates.blogspot.com [15 Oktober 2010]
Anonim. (2010b). Penyakit Jantung Koroner. [Online]. Tersedia: http://jantung.klikdokter.com/subpage.php?id=2&sub=72 [5 Agustus 2010]
Anonim. (2010c, 1 Juni). Jantung Sehat Dengan Minyak Bekatul. Kompas [Online]. Tersedia: http://www.kompas.com/ [23 September 2010]
Ardiansyah. (2004). Sehat dengan Mengonsumsi Bekatul. [Online]. Tersedia: http://www.gizi.net/ [28 Mei 2010]
Ardiansyah. (2008). Bekatul untuk Menurunkan Hipertensi dan Hiperlipidemia. [Online]. Tersedia: http://www.kamusilmiah.com/ [28 Mei 2010]
Ariantari, N. P., Yowani S. G., dan Swastini D. A. (2010). “Uji Aktivitas Penurunan Kolesterol Produk Madu Herbal yang Beredar di Pasaran Pada Tikus Putih Diet Lemak Tinggi”. Dalam Jurnal Kimia. 4(1),15−19.
Arrington, L. R. (1972). Introductory Laboratory Animal Science. Illinois: The Interstate.
(2)
Astawan, M. (2009). Bekatul, Gizinya Kaya Betul. [Online]. Tersedia: http://kesehatan.kompas.com/read/2009/09/14/12533349/Bekatul..Gizinya. Kaya.Betul [1 Maret 2010].
Ayano Y. et al. (1980). “Dietary Fiber Fractions in Defatted Rice Bran and Their Hypocholesterolemic Effect in Cholesterol-Fed Rats”. Dalam Journal of Nutrition [Online], Vol 33, halaman 283−291. Tersedia: http://jn.nutrition.org/ [8 Februari 2010]
Bahri, A. T. (2004). Manfaat Diet Pada Penanggulangan Hiperkolesterolemi. [Online]. Tersedia: http://www.library.usu.ac.id/download/fk/gizi-bahri.pdf [5 Februari 2010]
Ballenger, L. (1999). Mus musculus. [Online]. Tersedia: http://animaldiversity.ummz.umich.edu/site/accounts/information/Mus_mu sculus.html. [29 Juli 2010]
Bevelander, G. dan Ramaley J. A. (1988). Dasar-Dasar Histologi. Jakarta: Erlangga.
Bowen, R. (1998). Hepatic Histology : Hepatocytes. [Online] Tersedia: http://www.vivo.colostate.edu [1 Maret 2010]
Bowen, R. (2003). Hepatic Histology : Sinusoids. [Online] Tersedia: http://www.vivo.colostate.edu [1 Maret 2010]
Davidson, C. (2003). Seri Kesehatan : Bimbingan Dokter Pada penyakit Jantung Koroner. Jakarta : Dian Rakyat.
Dellmann, H. D. dan Brown E. M. (1992). Buku Teks Histologi Veteriner. Jakarta: UI Press.
Embar, W. (2005). Grains. [Online]. Tersedia:
http://www.veganpeace.com/nutrient_information/nutrient_content_tables/ display_tables/grains/grains.htm [2 Agustus 2010]
Febrianita, S. (2008). Identifikasi Hewan Laboratorium. [Online]. Tersedia : http://www.hewansakit.com/artikel.php?showcn=5#artikel [26 November 2010]
(3)
Gomez, K. A., dan Anturo. (1995). Prosedur Statistik untuk Penelitian Pertanian. Jakarta : UI Press.
Hanny. (2002). Beras Makanan Pokok Sumber Protein. [Online]. Tersedia: http://kadaikopi.com/wp-content/uploads/2009/05/beras41.png [23 September 2010]
Harkness, J. E. dan Joseph E. W. (1989). The Biology and Medicine of Rabbits and Rodents. London: Lea & Febiger.
Harper, H. A. (1951). Review of Physiological Chemistry. California: University Medical.
Hernawati. (2009). Peranan Berbagai Sumber Serat dalam Dinamika Kolesterol Pada Individu Hiperkolesterolemia dan Normokolesterolemia. Bandung: diterbitkan.
Ingils, J. K. (1980). Introductory to Laboratory Animal Science and Technology. New York: Pergamon.
Iswari R. S. (1995). Lemak dan Kolesterol, Keterkaitannya Dengan Penyakit Jantung Koroner. Laporan Penelitian IKIP Semarang. Semarang : IKIP Semarang Press
Junqueira, L. C., dan Carneiro, J. (1982). Histologi Dasar. Jakarta: EGC Penerbit Buku Kedokteran.
Kahlon, T. S. et al. (1990). “Influence of Rice Bran, Oat Bran, and Wheat Bran on Cholesterol and Triglycerides in Hamsters”. Dalam Cereal Chemistry [Online], Vol 67, halaman 439−443. Tersedia: http://www.aaccnet.org/cerealchemistry/ [8 Februari 2010]
Kahlon, T. S. et al. (1996). “Cholesterol-Lowering by Rice Bran and Rice Bran Oil Unsaponifiable Matter in Hamster”. Dalam Cereal Chemistry [Online],
Vol 73, halaman 69−74. Tersedia:
http://www.aaccnet.org/cerealchemistry/backissues/ 1992/69_485.pdf [8 Februari 2010]
(4)
Kahlon, T. S.et al. (1992). “Cholesterol Lowering in Hamster Fed Rice Bran at Various Levels, Defatted Rice Bran and Rice Bran Oil”. Dalam Journal of Nutrition [Online], Vol 122, halaman 513−519. Tersedia: http://jn.nutrition.org/ [28 Mei 2010]
King, D. (2002). Lobule of Pig Liver. [Online]. Tersedia: http://www.siumed.edu/~dking2/erg/GI152b.htm [15 Oktober 2010] Kurnadi, K. A. (2001). Dasar-Dasar Anatomi dan Fisiologi Tubuh Manusia, Jilid
1. Bandung: tidak diterbitkan.
Lestari, E. (2005). Pengaruh Penambahan Bekatul Sebagai Bahan Pengisi Tempe Terhadap Kadar Protein Tempe Kedelai. Skripsi UMS. Surakarta : diterbitkan.
Linder, M. C. (1992). Biokimia Nutrisi dan Metabolisme Dengan Pemakaian secara Klinis. Jakarta: UI Press.
Mayes, P. A. (1983). Lipids dan Metabolism of Lipids : II. Role of the Tissue. Dalam : Mayes, P. A, D. W. Martin and V. W. Rodwell (Editor). Harper’s Review of Biochemistry. 19thEd. Lange Medical Publications.
Mickey. (2006). Bekatul Sebagai Makanan Fungsional. [Online]. Tersedia: http://www.mail-archive.com/ [22 Februari 2010]
Mixon, M. J., Dodson, W. L., dan Miller, H. W. (1990). “Effects of Selected Dietary Constituents on Serum Total Cholesterol in Growing-Finishing Swine”. Dalam Federation of American Societies for Experimental Biology Journal [Online], Vol 4, halaman A529. Tersedia: http://www.fasebj.org/ [8 Februari 2010]
Montgomery, R. et al. (1993). Biokimia : Suatu Pendekatan Berorientasi Kasus. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Muchtadi, D., Palupi N. S. dan Astawan M. (1993). Metabolisme Zat Gizi. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.
(5)
Nababan, D. (2008). Hubungan Faktor Risiko dan Karakteristik Penderita dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner di RSU DR. Pirngadi Medan Tahun 2008. Tesis pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Medan : diterbitkan.
Nazir, M. (2003). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Noor, R. A. (2010). Laporan Biologi Percobaan 4. [Online]. Tersedia : http://eqon.blogspot.com/2010/04/laporan-biologi-percobaan-4.html [26 November 2010]
Pradestiawan, T. (2008). Gambaran Histologi Organ Hati Pada Mencit (Mus musculus L.) Betina Galur Swiss Webster Setelah Pemberian Pektin dari Kulit Pisang Ambon (Musa sp.). Skripsi pada Program Studi FPMIPA UPI. Bandung : tidak diterbitkan.
Pramudiarja, U. (2010). Pengobatan Kolesterol Tinggi Banyak yang Gagal. [Online]. Tersedia: http://www.detikhealth.com/ [28 Juli 2010]
Raghuram, T. C. et al. (1989). “Studies on Hypolipidemic Effects of Dietary Rice Bran Oil in Human Subjects”. Dalam Nutrition Report International [Online], Vol 39, halaman 889−895. Tersedia: http://stabilizedricebranresearch.com/_pdfs/
Cardiac7RB.oil.hypolipidemic.pdf [8 Februari 2010]
Rukmini, C. dan Raghuram C. T. (1991). “Nutritional and Biochemical Aspects of The Hypolipidemic Action of Rice Bran Oil : A Review”. Dalam Journal of American College of Nutrition [Online], Vol 10(4), halaman 593−601. Tersedia: http://www.jacn.org/ [8 Februari 2010]
Setijono, M. M. (1985). Mencit (Mus musculus) Sebagai Hewan Percobaan. Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan IPB. Bogor : diterbitkan.
Smith, J. B. dan Mangkoewidjojo. (1988). Pemeliharaan, Pembiakan dan Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis. Jakarta: UI Press. Sriutami, S. (2008). Efek Pemberian Tepung Buah Pare (Momordica charantia
L.) Terhadap Profil Lemak Serum Darah Tikus (Rattus norvegicus). Skripsi Fakultas Peternakan IPB. Bogor : diterbitkan.
(6)
Suntoro, S. H. (1983). Metode Pewarnaan (Histologi dan Histokimia). Jakarta: Bhatara Karya Aksara.
Tala, Z. Z. (2009). Faktor Makanan dan Pengaruhnya Terhadap Profil Lipid. Departemen Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran USU. Medan: diterbitkan. Topping D. L. et al. (1990). “Modulation of The Hypolipidemic Effect of Fish
Oils by Dietary Fiber in Rats : Studies with Rice and Wheat Bran”. Dalam Journal of Nutrition [Online], Vol 120, halaman 325−330. Tersedia: http://jn.nutrition.org/ [8 Februari 2010]
Waspadji, S. (1989). Diabetes Mellitus dan Serat. Gizi Indonesia. Vol XIV, No.2. Wresdiyati, T. et al. (2006). “Profil Imunohistokimia Superoksida Dismutase
(SOD) Pada Jaringan Hati Tikus Dengan Kondisi Hiperkolesterolemia”. Hayati. 13, (3), 85−89.
Yuniastuti A. (2002). Pengaruh Pemberian Infusa Temulawak (Cuercuma xanthorrhiza) terhadap Fraksi Lipid Serum Tikus Hiperkolesterolemia. Laporan Penelitian Lembaga Penelitian Universitas Negeri Semarang. Semarang : diterbitkan.