PENGARUH RADIASI LAMPU MERKURI TERHADAP HISTOLOGI ORGAN HATI MENCIT (Mus musculus L.)

(1)

ABSTRAK

PENGARUH RADIASI LAMPU MERKURI TERHADAP HISTOLOGI ORGAN HATI MENCIT (Mus musculus L.)

Oleh Irke Novarainy

Gelombang elektromagnetik adalah gelombang yang terbentuk dari usikan medan magnet dan medan listrik. Pemanfaatan gelombang elektromagnetik untuk kehidupan sehari-hari salah satunya adalah pada lampu merkuri. Gelombang elektromagnetik dari lampu merkuri ini akan menghasilkan radiasi yang dapat berpengaruh terhadap kesehatan tubuh manusia. Hal ini terjadi karena di dalam tubuh terdapat banyak air yang akan terionisasi bila tubuh terkena radiasi gelombang elektromagnetik yang cukup besar yang akan berpengaruh terhadap kerja susunan saraf, kerja dari kelenjar, kerja organ, hormon, dan juga dapat berpengaruh terhadap psikologis manusia. Hati merupakan salah satu organ tubuh paling besar yang mempunyai fungsi yaitu

detoksifikasi dan metabolisme, sebab itu hati kemungkinan menjadi salah satu organ yang mengalami kerusakan akibat radiasi gelombang elektromagnetik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh radiasi gelombang elektromagnetik yang dipancarkan oleh lampu merkuri terhadap sel hepatosit hati mencit (Mus musculus L.) jantan. Penelitian ini dilakukan mulai bulan Oktober 2012 sampai November 2012 di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung sedangkan pembuatan preparat histologi hati dilaksanakan di Balai Penyidikan dan Pengujian Veteriner (BPPV) Regional III.

Mencit dibagi menjadi 5 kelompok masing-masing kelompok terdiri dari 4 ekor mencit. Kelompok pertama adalah kontrol yang tidak diberi pajanan radiasi lampu merkuri, kelompok kedua diberi pajanan 4 jam/hari, kelompok ketiga 8 jam/hari, kelompok keempat 12 jam/hari, dan terakhir diberi pajanan 16 jam/hari.

Masing-masing kelompok perlakuan diberi pajanan lampu selama 21 hari. Data yang diperoleh dalam penelitian ini disajikan secara deskriptif.

Hasil pengamatan secara deskripif menunjukkan bahwa pada semua kelompok perlakuan terdapat kerusakan berupa nekrosa, kongesti, dan perdarahan., sedangkan pada kelompok kontrol hanya terdapat pendarahan.

Kata Kunci : radiasi, mencit (Mus musculus L.), histologi hati, gelombang elektromagnetik


(2)

PENGARUH RADIASI LAMPU MERKURI TERHADAP HISTOLOGI ORGAN HATI MENCIT (Mus musculus L.)

Oleh Irke Novarainy

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana sains

pada Jurusan Biologi

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(3)

PENGARUH RADIASI LAMPU MERKURI TERHADAP HISTOLOGI ORGAN HATI MENCIT (Mus musculusL.)

(Skripsi)

Oleh : IrkeNovarainy

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(4)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Radiasi elektromagnetik yang tampak ... 6

Gambar 2. Mencit (Mus musculus L.) ... 8

Gambar 3. Lampu uap merkuri dan diagram alir energinya ... 10

Gambar 4. Struktur anatomi hati normal... 12

Gambar 5. Sel hepatosit ... 14

Gambar 6. Tata letak percobaan... 18

Gambar 7. Diagram alir penelitian ... 24

Gambar 8. Struktur histologi hati mencit (Mus musculus L.) jantan kontrol (perbesaran 400x, pewarnaan HE) ... 26

Gambar 9. Struktur histologi hati mencit (Mus musculus L.) jantan yang diberi pemajanan lampu merkuri 4 jam/hari selama 21 hari (perbesaran 400x, pewarnaan HE) ... 27

Gambar 10. Struktur histologi hati mencit (Mus musculus L.) jantan yang diberi pajanan lampu merkuri 8 jam/hari selama 21 hari (perbesaran 400x, pewarnaan HE)... 28

Gambar 11. Struktur histologi hati mencit (Mus musculus L.) jantan yang diberi pemajanan lampu merkuri 12 jam/hari selama 21 hari (perbesaran 400x, pewarnaan... 39

Gambar 12. Struktur histologi hati mencit (Mus musculus L.) jantan yang diberi pajanan lampu merkuri 16 jam/hari selama 21 hari (perbesaran 400x, pewarnaan HE) ... 30

Gambar 13. Kondisi Kandang Mencit ... 37

Gambar 14. Lampu Merkuri yang digunakan ... 37


(5)

Gambar 16. Proses Pemberian Makan dan Minum Mencit ... 39

Gambar 17. Proses Pengecekan Mencit Malam Hari ... 39

Gambar 18. Proses penandaan Mencit ... 40


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

I. PENDAHULUAN ... A. LatarBelakang ... 1

B. Tujuanpenelitian ... 3

C. Manfaatpenelitian ... 3

D. KerangkaPikir... 3

E. Hipotesis ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA ... A. GelombangElektromagnetik... 5

B. BiologiMencit (MusmusculusL.) ... 8

C. LampuMerkuri ... 10

D. Organ Hati ... 11

III. METODE KERJA ... A. WaktudanTempatPenelitian ... 15

B. AlatdanBahanPenelitian ... 15

1. HewanPercobaan ... 15

2.Alat ... 16

3.Bahan... 16

C. PelaksanaanPenelitian ... 16

1.HewanPercobaanMencit (MusmusculusL.)... 16

2. Proses PembedahanMencit... 18

3. PembuatanPreparatHistologiHati ... 19

D. VariabelPenelitian ... 23

E. Analisis Data ... 23


(7)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A.Hasil ... 25 B. Pembahasan ... 31 V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ... 36 B. Saran ... 36


(8)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Tahapan Proses Dehidrasi ... 22 Tabel 2. Deskripsi histologi organ hati pada mencit yang di beri


(9)

(10)

(11)

Ilmu adalah syarat menyempurnakan iman,

memperkuat keyakinan, memperkaya wawasan

dan komitmen iman.

(Muhammad:19)

Dan perempuan mukmin itu seperti lebah, ia

hinggap di tempat yang baik dan memakan

yang baik, tapi tidak merusak.

(HR, Thabrani)

Waktu terbaik untuk bahagia adalah sekarang,

tempat terbaik untuk bahagia adalah disini, dan

cara terbaik untuk berbahagia adalah dengan

membahagiakan orang lain.


(12)

Kupersembahkan karya kecil ini untuk kedua orang tua

ku Bapak Ayi Tamam Bahri dan Ibu Meyani

Kedua adik-adikku, Irna Khaleda Nurmeta dan Ahdan

M. Sofyan

Dirimu yang akan menyempurnakan setengah Dien ku

Sahabat-sahabat terbaikku


(13)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandung, 6 November 1990, sebagai anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Ayi Tamam Bahri dan Ibu Meyani, S.Pd.

Pendidikan formal yang telah ditempuh Penulis yaitu pendidikan Sekolah Dasar (SD) di SDN Rajamandala 3diselesaikan pada tahun 2002, Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMPN 2 Bojong Picung diselesaikan pada tahun 2005, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMAN 1 Ciranjang-Cianjur diselesaikan pada tahun 2008.

Sejak tahun 2008 Penulis tercatat sebagai Mahasiswa Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Selama menjadi Mahasiswa, Penulis pernah menjadi aisisten dosen untuk mata kuliah Struktur Perkembangan

Tumbuhan II untuk mahasiswa Jurusan Biologi tahun 2011. Biologi Umum untuk mahasiswa Jurusan Teknik Hasil Pertanian tahun 2011. Struktur Perkembangan Hewan II untuk mahasiswa Jurusan Biologi pada tahun 2012. Sains Dasar untuk mahasiswa Jurusan Biologi, Matematika, dan Kimia pada tahun 2012. Dan Struktur Perkembangan Hewan untuk mahasiswa Jurusan Biologi pada tahun


(14)

2013. Pada tahun 2012 Penulis pernah melakukan kerja praktik (KP) di PT. Nusantara Tropical Farm (NTF) Lampung Timur.

Selama menjadi mahasiswa Penulis juga aktif diorganisasi Kemahasiswaan Himpunan Mahasiswa Biologi (HIMBIO) sebagai sekretaris Biro RT (2009/2010) dan Wakil Ketua Umum (2010/2011). Penulis juga pernah mengikuti organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas (BEMF) sebagai anggota Departement Pemberdayaan Sumber Daya Mahasiswa (PSDM) (2009/2010) dan sebagai sekretaris Departemen PSDM (2011/2012).


(15)

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena berkat Rahmat dan hidayah-Nya yang selalu menyertai setiap langkah hidup penulis hingga skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi dengan judul “Pengaruh Radiasi Lampu Merkuri Terhadap Histologi Organ Hati Mencit (Mus musculus L.)” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung. Dalam

pelaksanaan dan penulisan skripsi ini tidak terlepas dari kesulitan dan rintangan, tetapi semua dapat penulis lalui atas berkat dan kasih sayang Allah SWT dan bantuan serta semangat dari orang- orang dalam kehidupan penulis. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada :

1. Ibu Dra. Nuning Nurcahyani M.Sc., selaku pembimbing pertama yang telah banyak memberikan dukungan doa, semangat, bantuan, bimbingan, ilmu pengetahuan, kritik dan saran dan diberikan dengan penuh kesabaran kepada penulis dalam proses perencanaan dan pelaksanaan serta dalam penulisan skripsi ini.

2. Bapak Drs. Hendri Busman, M. Biomed. selaku pembimbing kedua yang telah memberikan ide, saran dan kritik, arahan dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis sehingga skripsi ini terselesaikan dengan baik .


(16)

3. Bapak Dr. Sutyarso, M.Biomed. selaku pembahas yang telah memberikan saran, semangat dan nasehat kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

4. Bapak Ir. Salman Alfarizi, Selaku pembimbing akademik atas

kesediaannya dalam memberikan bimbingan, bantuan dan nasehat kepada penulis dalam menempuh pendidikan di Jurusan Biologi.

5. Bapak Prof. Suharso, Ph.D. selaku Dekan FMIPA Unila

6. Seluruh dosen yang telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan yang sangat berguna untuk kehidupan penulis.

7. Kedua orang tuaku yang sangat aku sayangi dan cintai. Bapak Ayi Tamam Bahri yang senantiasa selalu memberikan kasih sayang, nasehat, perhatian, motivasi, dalam setiap detik perjalanan hidupku. Yang tidak pernah henti-hentinya mendoakan anak-anaknya agar selalu selamat dalam menghadapi setiap perjuangan, Bapak yang selalu mengingatkan bahwa akan ada jalan terbaik untuk orang-orang yang sabar dalam menghadapi skenario

kehidupan yang sudah ditentukan oleh Allah SWT dan selalu mengajarkan ikhlas dan bersyukur dalam menghadapi setiap kondisi kehidupan yang seperti apapun. Untuk Ibuku tersayang Meyani Suarsa yang selalu memberikan kasih sayang dalam medidik dan membimbingku. Ibu yang akan selalu tersenyum ceria di depan anak-anaknya ketika menghadapi masalah apapun. Tetesan air mata dan doa yang mengiringi langkah keberhasilanku, teguran-teguran lembut yang selalu menegarkanku dalam kondisi yang sedang dihadapi dan selalu memberi senyum penyemangat dalam perjalanan hidupku.


(17)

8. Kedua adik-adik ku tersayang Irna Khaleda Nurmeta dan Ahdan Muhammad Sofyan terimakasih atas semangat, keceriaan, canda tawa, kebersamaan, cerita-cerita lucu, dan kerinduan-kerinduan kalian dalam menghiasi tali persaudaraan kita, semoga kelak kedua orang tua kita akan tersenyum dengan bangga melihat keberhasilan kita dan semoga Allah SWT akan selalu melindungi kita.

9. Mang Amin terimakasih untuk doa yang selalu dipanjatkan agar penulis selalu mendapatkan ketenangan dan kesabaran yang luar biasa, motivasi, dan teguran-teguran keras yang diberikan kepadaku agar menjadi orang yang lebih tegar dalam menghadapi masalah.

10.Wa ucang, Wa Venti, Wa Ujang, Wa Emun, terimaksih untuk doa dan semangat yang diberikan selama menjalankan pendidikan ini.

11.Sahabat-sahabat satu tim Rahmat Hidayat, Dewi Selvia, Destia Putri Ar. Terimakasih untuk tangis, tawa, perhatian, pengorbanan yang luar biasa yang selama ini menghiasi perjalanan kita.

12.Sahabat-sahabat terbaikku dan tercinta Mb Nevi, Unni Wiwid, Boru Santi, Nona Dyna dan Tati Sari beribu terimakasihku kepada kalian semua canda tawa, gelisah, takut, tangis, sabar, nasehat, kebersamaan, motivasi, dan senyum bangga. Terimakasih kalian selalu menjadi lentera yang menerangiku disaat-saat keadaan terpuruk yang menimpaku, menangis disaat aku menghadapi masalah lalu tersenyum manis setelahnya, selalu mendegarkan dan menjaga satu sama lain dalam hal apapun. Bersama kalian aku bisa merasakan arti kekeluargaaan yang sesungguhnya.


(18)

Semoga Tuhan akan selalu memudahkan langkah-langkah kita selanjutnya.

13.Sahabat-sahabat 2008, Alan, Bang Hafid, Bona, Aji, Ito Nando, Bang Novri, Melinda, Devi Eka, Aulia, Zahra, Eka Sulpin, Devi M, Ruri, Mucell, Bu Bety, Mety, Sisil, Kiki Novia, Muthia, dan teman-teman yang lain yang tidak bisa disebutkan semua terimakasih untuk kebersamaan dan kekeluargaan yang diberikan selama ini.

14.Kakak-kakak angkatan 2007, 2006. 2005 atas semangatnya.

15.Adik-adik Biologi angkatan 2009, 2010, 2011, dan 2012 terimakasih atas keceriaan selama ini.

16.Sahabat-sahabat tersayang di asrama wisma dewi Wanty ,Cherry, Anul Ratih, Teteh Aan, adekku Tata, Iyya, Meta, yang telah memberikan kasih sayang, semangat dan perhatian kepada penulis.

17.Keluarga besar HIMBIO yang sudah mengajarkan banyak sekali tentang arti dari sebuah perjuangan, kerja keras, loyalitas, saling menghargai dan berbagi.

18.Keluarga PSDM BEM FMIPA periode 2012-2013, Muhammad Syahril Edi Nasution, Hadin Zubardi, Rudi Agus Susanto, Nopri Rudini, Andika, Miftah Farid Artama, Dian Asmarawati, Ayu, Septina, Metta, Faradilla, Suci, Silvana Maya Pratiwi, terimakasih atas kekeluargaan dan

kebersamaan yang sudah terjalin sampai saat ini.

19. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis dalam penyusunan skripsi ini.


(19)

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga memberikan keluasan ilmu dan balasan pahala yang terbaik bagi semua pihak yang telah membantu penulis selama ini dan semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.Amin.

Bandar Lampung, April 2013 Penulis


(20)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemajuan teknologi saat ini menuntut manusia untuk lebih modern, yang banyak menggantungkan kebutuhannya pada energi listrik sarana kerja, peralatan rumah tangga, dan masih banyak lagi yang lainnya. Di alam, gelombang

elektromagnetik berasal dari medan listrik dan medan magnet bumi, tetapi karena kebutuhan manusia terus meningkat maka gelombang elektromagnetik bukan hanya berasal dari medan magnet bumi saja tetapi juga berasal dari pembangkit listrik, transmisi, serta berbagai peralatan elektronik yang semua merupakan buatan manusia. Gelombang elektromagnetik itu sendiri adalah gelombang yang dihasilkan karena adanya arus dan tegangan (Anies, 2007).

Gelombang elektromagnetik ini akan menghasilkan radiasi. Radiasi gelombang elektromagnetik ini menyebabkan kekhawatiran bagi manusia akibat adanya berbagai efek yang ditimbulkan. Di dalam tubuh manusia terdapat banyak sekali sel-sel, kandungan di dalam sel-sel ini sebagian besar terdiri atas air. Kandungan air yang besar di dalam tubuh makhluk hidup akan menimbulkan agitasi akibat radiasi gelombang elektromgnetik. Molekul-molekul air yang terdapat di dalam tubuh makhluk hidup dapat terionisasi bila intensitas tubuh terkena radiasi


(21)

2

gelombang elektromagnetik yang cukup besar. Suhu molekul air yang terdapat dalam tubuh akan naik akibat agitasi. Kenaikan suhu tubuh ini akan berpengaruh terhadap kerja susunan saraf, kerja kelenjar, kerja organ, hormon, dan juga dapat berpengaruh terhadap psikologis manusia (Wisnu 2000).

Lampu merkuri adalah salah satu peralatan elektronik yang mengandung gelombang elektromagnetik, lampu merkuri ini banyak digunakan untuk

penerangan jalan dan taman karena usianya yang dapat bertahan lama. Merkuri itu sendiri adalah logam yang apabila dalam keadaan yang normal berbentuk cairan berwarna abu-abu, merkuri ini tidak berbau dan memiliki berat molekul 200.59 (Elberger and Brody, 1993).

Hati merupakan organ yang mempunyai fungsi untuk metabolisme dan detoksifikasi. Hati berperan dalam sistem sirkulasi. Kerja hati dalam sistem sirkulasi adalah untuk menampung, mengubah, dan mengumpulkan zat toksik (Junqueira, 2007).

Dalam hati, vena sentralis akan menerima darah dari sinusoid. Sebanyak 25%, darah yang mengalir dari sinusoid berasal dari arteri hepatika dan 75 % berasal dari vena porta (Price dan Wilson, 2002).

Hati sering menjadi organ sasaran karena sebagian besar toksik akan melalui tubuh. Di dalam hati terdapat sel hepatosit yang berperan dalam mensintesis


(22)

3

protein dan lipid. Banyaknya senyawa toksik di dalam tubuh akan mempengaruhi kerja sel-sel hepatosit, apabila banyak senyawa toksik yang terdapat di dalam protein maka lama kelamaan sel hepatosit akan mengalami kerusakan (Sloane, 2003).

B.Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh radiasi gelombang elektromagnetik yang dipancarkan oleh lampu merkuri terhadap sel-sel hepatosit hati mencit (Mus musculus L.) jantan.

C. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang pengaruh radiasi gelombang elektromagnetik terhadap kesehatan, khususnya terhadap histologi organ hati mencit (Mus musculus L.) jantan.

D. Kerangka Pikir

Gelombang elektromagnetik yang ada saat ini menjadi satu bagian dari kehidupan sehari-hari manusia. Gelombang elektromagnetik ini dapat merambat tanpa adanya media yang ada di sekitarnya. Terlalu seringnya beraktivitas


(23)

4

kemungkinan besar dapat menimbulkan berbagai macam gangguan kesehatan terhadap tubuh. Lampu merkuri merupakan salah satu peralatan elektronik yang banyak digunakan untuk penerangan di jalan dan taman. Lampu merkuri akan menghasilkan radiasi dari panas yang dihasilkan oleh lampu, radiasi inilah yang disinyalir dapat mengganggu berbagai kesehatan tubuh seperti sesak napas. Ini disebabkan adanya medan listrik dan medan magnet endogen di dalam tubuh makhluk hidup yang apabila terkena gelombang elektromagnetik di lingkungan sekitar kemungkinan besar dapat mengganggu metabolisme di dalam tubuh. Selain mengganggu metabolisme di dalam tubuh gelombang elektromagnetik ini juga kemungkinan besar dapat mengganggu berbagai fungsi dari organ yang ada di dalam tubuh. Salah satunya adalah organ hati yang mempunyai fungsi untuk menetralkan racun yang ada di dalam tubuh. Karena adanya gangguan

metabolisme yang terjadi di dalam tubuh ini kerja organ hati akan semakin berat karena banyak sekali racun yang harus dinetralkan akibat dari gangguan yang ditimbulkan oleh radiasi gelombang elektromagnetik. Untuk itu perlu diteliti tentang pengaruh radiasi gelombang elektromagnetik terhadap struktur sel hepatosit hati.

E. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini bahwa pajanan lampu merkuri berpengaruh terhadap struktur histologi hati mencit (Mus musculus L.).


(24)

5

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Gelombang Elektromagnetik

SUTT (Saluran Udara Tegangan Tinggi) dan SUTET (Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi) adalah pendistribusian arus listrik dari sumber energi menuju daerah-daerah tertentu yang membutuhkannya. SUTT dan SUTET ini menjadi suatu permasalahan karena pada saat pendistribusian jaringan ini ditransmisikan melalui tempat-tempat pemukiman penduduk. Efek yang ditimbulkan apabila terkena radiasi dari SUTT dan SUTET ini adalah terganggunya kesehatan tubuh manusia seperti pusing, mual, dan sress (Tribuana, 2000).

Medan listrik ditimbulkan oleh partikel-partikel bermuatan listrik. Dengan adanya partikel tersebut medan listrik mempunyai arah yang sesuai dengan jenis

muatannya yaitu positif atau negatif (Akhadi, 2000).

Medan magnet tidak dapat dihalangi oleh benda-benda yang tidak permeabel, baik tubuh makhluk hidup, bangunan, pohon, tembok, ataupun tanah. Tetapi kuat medan magnet akan semakin lemah apabila jarak antara sumber dengan media semakin jauh. Medan magnet ini adalah medan/ruang yang dapat menimbulkan gaya pada benda-benda bermuatan listrik (Akhadi, 2000).


(25)

6

Gelombang elektromagnetik adalah gelombang yang terbentuk dari usikan medan magnet dan medan listrik. Medan magnet dan medan listrik yang menghasilkan gelombang elektromagnetik adalah gelombang transversal, dimana arahnya selalu tegak lurus dengan getarnya. Permivitas listrik dan permeabilitas magnetik adalah dua besaran yang digunakan untuk menentukan kecepatan gelombang elektromagnetik, apabila gelombang elektromagnetik ini berada pada ruang hampa memiliki kecepatan sebesar (Mahardika, 2009).

Gambar 1. Radiasi elektromagnetik yang tampak (UNEP, 2005)

Gelombang elektromagnetik merupakan gelombang yang sempit di antara cahaya ultraviolet (UV) dan energi inframerah (panas). Pada spektrum gelombang dengan frekuensi 60 atau 50 Hz terdapat medan elektromagnetik yang

dibangkitkan oleh saluran daya listrik dan beberapa peralatan besar maupun kecil. Pada Gambar 1 dapat dilihat bahwa gelombang elektromagnetik menghasilkan


(26)

7

sinar X, sinar UV, dan sinar gamma. Banyak sekali peralatan-peralatan yang menggunakan gelombang elektromagnetik yang disinyalir dapat mengganggu apabila terkena radiasi secara terus menerus (Swamardika, 2009).

Dalam istilah fisika, radiasi adalah suatu cara pembuatan energi dari sumber energi ke lingkungannya tanpa membutuhkan medium. Radiasi dibagi menjadi dua yaitu pengion ( ioniziting radiation) dan radiasi non pegion (non-ioniziting radiation). Radiasi non pengion adalah penyebaran atau emisi energi yang bila suatu media akan terjadi suatu proses penyerapan, berkas cahaya radiasi tersebut tidak mampu menginduksi terjadinya proses ionisasi dalam media yang

bersangkutan. Radiasi non pengion ini merupakan radiasi yang mengarah kepada radiasi gelombang elektromagnetik dengan energi yang lebih kecil dari 10 eV. Beberapa contoh radiasi yang berhubungan dengan gelombang elektromagnetik adalah gelombang mikro, peralatan elektronik rumah tangga, cahaya tampak, sinar UV, dan gelombang radio yang semuanya dapat menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan tubuh apabila terkena secara terus menerus (Anies, 2007).

Menurut Akhadi (2000) sumber gelombang elektromagnetik adalah sebagai berikut :

a. Osilasi listrik


(27)

8

c. Lampu merkuri yang menghasilkan sinar UV

d. Penembakan elektron dalam tabung hampa pada keping logam menghasilkan sinar X.

e. Inti atom yang tidak stabil menghasilkan sinar gamma.

B. Biologi Mencit (Mus musculus L.)

Gambar 2. Morfologi mencit (Mus musculus L.) (Modero, 2008).

Klasifikasi mencit

Kerajaan : Animalia

Filum : Chordata

Sub-Filum : Vertebrata

Kelas : Mamalia

Ordo : Rodentia

Famili : Muridae

Genus : Mus


(28)

9

Mencit merupakan salah satu anggota famili muridae (tikus-tikusan) yang ukurannya kecil. Mencit digolongkan ke dalam kelas mamalia karena mencit betina setelah melahirkan anaknya melakukan proses menyusui, dan digolongkan ke dalam ordo rodentia dan famili muridae karena kebiasaannya sebagai hewan pengerat (Kimbal, 1983).

Mencit merupakan hewan asli yang berasal dari Asia, India, dan Eropa Barat. Tetapi pada saat ini kita dapat menemukan mencit dimanapun karena adanya pengenalan dan distribusi mencit di alam yang luas. Mencit merupakan hewan yang dapat hidup dengan lingkungan yang baru atau lingkungan yang dibuat berbeda secara sengaja oleh manusia, karena mencit merupakan salah satu hewan yang mampu beradaptasi dengan baik pada lingkungan yang baru (Amori, 1996).

Mencit mempunyai peran yang sangat penting bagi manusia terutama untuk penelitian di laboratorium. Mencit merupakan hewan nokturnal (hewan yang aktif pada malam hari). Mencit memiliki sifat penakut yang dalam hidupnya cenderung berkelompok, dan aktivitasnya akan terhenti apabila ada kehadiran manusia di sekitar tempat mencit tersebut melakukan aktivitas (Rahayu, 2006). Mencit memiliki panjang tubuh antara 6-10 cm, hidung runcing, telinga tegak, dan memiliki ekor yang tidak berambut dengan panjang 7-11 m (Priyambodo, 2003). Selain itu, menurut Kristiana (2000) mencit memiliki warna kulit rambut putih atau keabu-abuan, dan memiliki mata yang berwarna hitam atau merah.


(29)

10

Pada umur 8 minggu mencit sudah siap untuk dikawinkan, mencit betina yang berhasil melakukan perkawinan akan mengalami gestasi selama 19-21 hari. Perkawinan mencit ini dapat terjadi apabila mencit betina sedang mengalami estrus. Mencit betina dapat melahirkan 6-10 ekor anak. Rata-rata mencit dapat bertahan hidup 1-2 tahun, tetapi ada juga yang dapat bertahan sampai umur 3 tahun (Smith dan Mangkoewidjojo, 1998).

C. Lampu Merkuri

Gambar 3. Lampu uap merkuri dan diagram alir energinya (UNEP, 2005)

Lampu uap merkuri memiliki efficacy yang buruk yaitu (30 hingga 65 lumens per watt , tidak termasuk kerugian balas) yaitu dapat memancarkan warna hijau pucat. Walaupun demikian lampu merkuri merupakan lampu model HID yang tertua dan memiliki biaya awal yang rendah. Lampu merkuri terdiri dari tabung pemancar uap merkuri dengan elektroda tungsten di kedua ujungnya (Gambar 3). Hingga kini, lampu merkuri masih sangat digemari untuk penerangan di taman


(30)

11

dan jalan-jalan karena lampu ini dapat bertahan hingga 24.000 jam. Walaupun dapat bertahan lama dan masih digemari untuk dipergunakan, lampu merkuri memiliki efficacy yang terendah dari keluarga lampu model HID, penurunan lumen yang cepat, dan indeks perubahan warna yang rendah. Tabung pemancar yang terdapat di dalam lampu diisi dengan gas merkuri dan argon murni yang mengandung sedikit karbondioksida, oksigen, hidrogen, dan helium. Bahaya dari penggunaan argon di dalam lampu merkuri yaitu dapat menyebabkan sesak napas karena udara yang mengandung oksigen kurang dari 16 %. Tabung pemancar tertutup di dalam bola lampu yang berada di luarnya yang diisi dengan nitrogen (UNEP, 2005).

D. Organ Hati

Hati merupakan organ terbesar yang terdapat di dalam tubuh, diperkirakan berat hati sekitar 2,5 % berat tubuh manusia dewasa atau sekitar 1500 gram. Hati terletak di dalam rongga perut sebelah kanan di bawah iga (Price dan Wilson, 1995).

Menurut Guyton dan Hall (2007) organ hati dibagi menjadi 3 jenis jaringan yaitu: 1. Sel parenkim

2. Susunan pembuluh darah 3. Susunan saluran empedu


(31)

12

Ketiga jenis jaringan rongga hati tersebut memiliki fungsi yang saling

berhubungan satu sama lainnya, apabila terjadi kerusakan pada salah satu jaringan tersebut maka akan mengakibatkan kerusakan-kerusakan pada jaringan lainnya. Hati merupakan organ tubuh yang terdiri dari banyak sel yang disusun di dalam lempengan-lempengan yang akan masuk ke dalamnya sistem pembuluh darah kapiler yang disebut sinusoid (Guyton dan Hall, 2007).

Gambar 4. Struktur anatomi hati normal (Sloane, 2003).

Berdasarkan Gambar 4 di atas hati terbagi menjadi 2 lapisan utama yaitu : 1. Permukaan atas yang berbentuk cembung, terletak di bawah diafragma. 2. Permukaan bawah yang tidak rata dan memperlihatkan lekukan fisura


(32)

13

Hati merupakan organ yang memiliki fungsi yang beragam bagi tubuh. Beberapa fungsi hati (Sibuea, 1192):

1. Sirkulasi, adalah untuk sistem protein-protein khusus. 2. Sintesa, pembuat protein-protein khusus.

3. Absorb, adalah untuk mengolah bahan makanan.

4. Detoksifikasi, sebelum darah mencapai organ-organ tubuh yang penting seperti otak, maka darah akan dibersihkan dari zat-zat toksikyang ada pada darah.

Di dalam tubuh hewan, organ parenkim yang paling besar adalah hati begitu juga dengan jumlah hati, kerumitan, dan juga fungsi dari hati itu sendiri. Hati

memiliki fungsi yang sangat penting di dalam tubuh, yaitu untuk

mempertahankan fungsi hidup dan berperan juga dalam metabolisme yang terjadi di dalam tubuh. Selain itu hati juga mempunyai fungsi lainnya yaitu bertanggung jawab atas lebih dari 500 aktivitas berbeda. Fungsi utama dari hepar adalah untuk membentuk dan mensekresi empedu (Guyton dan Hall, 2007).


(33)

14

Gambar 5. Sel hepatosit (Sloane, 2003).

Sel hepatosit merupakan salah satu bagian yang terdapat di dalam organ hati. Sel hepatosit adalah sel parenkimal utama yang terdapat di dalam hati yang

mempunyai peran dalam metabolisme. Sel hepatosit memiliki berat 80% dari berat hati dan memiliki inti sel baik tunggal maupun ganda. Hepatosit sangat aktif mensintesis protein dan lipid untuk disekresi, dan memiliki banyak

retikulum endoplasma dan badan golgi. Hepatosit dipisahkan oleh sinusoid yang tersusun dengan melingkari efferent vena hepatica dan duktus hepatikus. Darah yang masuk ke dalam hati melalui arteri hepatika dan vena porta, serta yang akan menuju ke vena sentralis akan mengalami pengurangan oksigen secara bertahap. Akibatnya beberapa jaringan akan sangat rentan terhadap kerusakan asinus. Didalam organ hati, hepatosit terletak berhadapan dengan sinusoid yang

mempunyai banyak mikrofil. Sinusoid hati memiliki lapisan endothelial berpori yang dipisahkan dari hepatosit oleh ruang disse (ruang sinusoida) (Sloane, 2003).


(34)

15

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung untuk pemeliharaan dan pemberian perlakuan pada mencit, sedangkan pembuatan preparat histologi hati dilaksanakan di Balai Penyidikan dan Pengujian Veteriner (BPPV) Regional III. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Oktober sampai dengan bulan November 2012.

B. Alat dan Bahan

1. Hewan Percobaan

Penelitian ini menggunakan mencit (Mus musculus L.) jantan yang berasal dari BPPV Regional III sebanyak 20 ekor. Mencit yang digunakan dalam penelitian ini memiliki berat rata-rata sekitar 30-35 gram. Sebelum diberi perlakuan, dilakukan aklimatisasi terlebih dahulu kepada mencit selama kurang lebih 1 minggu. Aklimatisasi ini dilakukan dengan tujuan agar mencit terbiasa dengan tempat tinggal yang baru dan tidak stress.


(35)

16

2. Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kandang mencit yang berbentuk persegi dengan ukuran 15x15 cm. Kandang mencit yang digunakan sebanyak 20 kandang dengan penutupnya menggunakan bahan plastik untuk menghindari gelombang radiasi. Sumber dari radiasi

elektromagnetik menggunakan lampu merkuri 16 watt dan isolatornya, sebelum lampu merkuri digunakan terlebih dahulu dilakukan pengukuran untuk intensitas cahaya lampu merkuri dengan menggunakan alat Lux Meter, alat lainnya yang digunakan adalah gelas kimia, timbangan mencit, kandang mencit, papan fiksasi, botol minum mencit, kaca penutup (cover glass), stopwatch, dan mikroskop.

3. Bahan

Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu organ hati mencit jantan, aluminium foil, xylol, paraffin, aquades, alkohol 80%, alkohol 95%, alkohol 96%, alkohol absolute, eosin, pewarna Harris, larutan PBS (Phosphat Buffer Saline) dengan pH 6,8 dan kloroform.

C. Pelaksanaan Penelitian


(36)

17

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung dengan menggunakan 20 ekor mencit jantan. Mencit ditempatkan di dalam kandang yang diberi sekat menjadi lima bagian. Mencit yang digunakan rata-rata mempunyai berat sekitar 30-35 gram dengan usia 3-4 bulan, diperoleh dari Balai Penyidikan dan Pengujian Veteriner (BVPP) Regional III Bandar Lampung. Selama pemeliharaan, mencit diberi makan pellet komersial mencit atau hewan pengerat

(

makanan asupan sekitar

15g/100g BB / hari; asupan air sekitar 15 ml/100g BB / hari) dan ditempatkan dalam lingkungan yang terkendali (24 jam siklus gelap suhu kamar

dipertahankan pada 27 ± 2 ° C, dengan kelembaban relatif pada 55 ± 10%) (Fidan et al, 2008).

Pajanan yang diberikan sebagai perlakuan terhadap mencit adalah sebagai berikut:

1. Mencit ditempatkan pada ruangan yang akan diberi pencahayaan dengan lampu merkuri yang berjarak 1,5 meter dari tempat mencit berada. 2. Dua puluh ekor mencit jantan dewasa dibagi mejadi 5 kelompok dengan

masing-masing kelompok tersebut terdiri dari empat ekor mencit jantan dewasa. Berikut adalah uraian dari masing-masing kelompok :

a. Kelompok kontrol (P0) : kelompok kontrol ini tidak diberikan perlakuan pajanan lampu merkuri karena sebagai pembanding yang


(37)

18

normal terhadap kelompok mencit yang diberikan perlakuan pajanan gelombang elekromagnetik dari lampu merkuri.

b. Kelompok pajanan I (P1): kelompok ini diberi pajanan radiasi lampu merkuri dengan lama pajanan 4 jam per hari selama 21 hari.

c. Kelompok pajanan II (P2): kelompok ini diberi pajanan radiasi lampu merkuri degan lama pajanan 8 jam per hari selama 21 hari.

d. Kelompok pajanan III (P3): kelompok ini diberi pajanan radiasi lampu merkuri dengan lama pajanan 12 jam per hari selama 21 hari.

e. Kelompok pajanan IV (P4): kelompok ini diberi pajanan radiasi lampu merkuri dengan lama pajanan 16 jam per hari selama 21 hari.

a b

Gambar 6. Tata letak percobaan

Keterangan : a. Lampu merkuri b. Kandang mencit


(38)

19

2. Proses Pembedahan Mencit (Mus musculus L.)

Setelah mencit diberi perlakuan selama 21 hari, maka pada hari yang ke-22 dilakukan pembedahan untuk diambil organ hati dari mencit tersebut. Pembedahan ini dilakukan dengan cara pembiusan mencit menggunakan kloroform, setelah mencit pingsan, dilakukan pembedahan pada bagian ventral tubuh mencit secara vertikal, lalu diambil organ hatinya. Hati yang telah diambil segera difiksasi menggunakan larutan formalin 10% di dalam botol. Perbandingan volume spesimen dengan larutan formalin 1:10 untuk mendapatkan hasil yang sempurna. Kemudian organ hati tersebut dibawa ke laboratorium Patologi, Balai Penyidikan dan Pengujian Veteriner (BPPV) Regional III Bandar Lampung, untuk seterusnya dibuat preparat histologinya, sehingga dapat diamati sel hepatositnya.

3. Pembuatan Preparat Histologi Hati Mencit Jantan (Mus musculus L.)

Pembuatan preparat histologi hati mencit ini dilakukan di Laboratorium Patologi, Balai Penyidikan dan Pengujian Veteriner (BPPV) Regional III. Adapun cara pembuatan preparat histologi adalah sebagai berikut ini:

a. Fiksasi

Fiksasi adalah suatu proses yang dilakukan untuk sel atau jaringan agar tetap dalam posisinya dan tidak berubah baik bentuk ataupun ukurannya. Spesimen hasil nekropsi yang berupa organ hati yang berasal dari


(39)

20

kelompok kontrol dan kelompok hewan yang diberikan perlakuan pajanan gelombang elektromagnetik dimasukkan ke dalam larutan fiksatif (pengawet), buffer formalin 1:10.

b. Trimming

Trimming adalah suatu proses tahapan yang dilakukan setelah proses fiksasi, dimana Buffer formalin 10% dihilangkan dengan menggunakan air mengalir selama 30 menit.

c. Dehidrasi

Dehidrasi adalah proses yang dilakukan setelah proses trimming. Proses ini bertujuan untuk mengeluarkan air yang terkandung di dalam jaringan. Organ diletakkan di atas tisu untuk mengeringkan air. Proses ini dilakukan menggunakan alat embedding cassette. Proses selanjutnya adalah diberi perlakuan sebagai berikut secara berurutan :

Tabel 1. Tahapan proses dehidrasi:

Tahap Waktu Zat Kimia

Dehidration

2 jam Alkohol 80%

2 jam Alkohol 95%


(40)

21

Clearing

1 jam Alkohol absolut I

1 jam Alkohol absolut II

1 jam Alkohol absolut III

1 jam Xylol I

1 jam Xylol II

1 jam Xylol III

Impregnasi

2 jam Parafin I

2 jam Parafin II

2 jam Parafin III

d. Embedding

Setelah proses dehidrasi selesai lalu disiapkan paraplast cair dan dimasukkan ke dalam cangkir logam, kemudian dimasukkan ke dalam oven dengan suhu di atas 58oC. Paraplast cair dimasukkan ke dalam pan. Potongan organ hati satu persatu dimasukkan ke dasar pans. Pan di masukkan dalam air. Parplast dilepaskan dari pans lalu paraplast dipotong-potong dengan menggunakan skalpet atau pisau hangat. Paraplast yang sudah dipotong diletakkan pada balok kayu lalu blok paraplast dipotong dengan menggunakan mikrotom.


(41)

22

e. Cutting

Cutting adalah pemotongan jaringan dengan ketebalan 4-5 mikron sehingga mempermudah dalam proses pengamatan preparat. Proses ini dilakukan di ruangan dingin, sebelum dilakukan pemotongan blok terlebih dahulu didinginkan. Setelah dipotong lembaran diapungkan pada air dan kerutannya dihilangkan dengan cara satu sisi lembaran jaringan tersebut ditekan dengan ujung jarum, di sisi lain ditarik dengan kuas runcing. Potongan lembaran jaringan tersebut dimasukkan ke dalam waterbath selama beberapa detik sampai menggembung sempurna. Lalu jaringan diambil dengan slide bersih dan ditempelkan di tengah atau sepertiga atas/bawah. Kemudian slide jaringan ditempatkan pada inkubator (37oC) selama 24 jam sampai melekat sempurna.

f. Staining/Pewarnaan

Setelah pembuatan preparat selesai, dilakukan pewarnaan dengan menggunakan pewarna Hematoxylin Eosin. Zat kimia yang digunakan dalam pewarnaan ini adalah sebagai berikut:

1. Hematoxylin Kristal : 5 g 2. Alkohol absolute : 50 g

3. Ammonium : 100g/L

4. Aquadest : 100 mL


(42)

23

g. Mounting

Setelah pewarnaan slide selesai, slide ditempelkan di atas kertas tisu pada tempat yang datar dan selanjutnya ditetesi Canada Balsam dan ditutup dengan cover glass dan dicegah jangan sampai ada gelembung udara.

h. Pengamatan

Preparat yang telah jadi diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 100x, 200x, 400x.

D. Variabel Penelitian

Pada penelitian ini terdapat 2 variabel yaitu;

1. Variabel independent (variabel bebas) meliputi pajanan intnsitas lampu merkuri yang diberikan pada kelompok perlakuan.

2. Variabel dependent (variabel terikat) perubahan yang dialami oleh sel hepatosit pada kelompok perlakuan setelah diberikan pajanan intensitas lampu merkuri.

E. Analisis Data

Setelah pembuatan preparat histologi organ hati selesai maka dilakukan pengamatan secara deskriptif terhadap kerusakan-kerusakan yang terjadi pada sel hepatosit.


(43)

24

F. Diagram Alir Penelitian

Gambar 7. Diagram Alir Penelitian 20 mencit jantan diaklimatisasi

selama 7 hari (1 minggu)

Mencit dibagi menjadi 5 kelompok dengan masing-masing 4 ekor mencit

(P0) tidak diberikan pajanan (P1) diberi pajanan 4 jam/hari (P2) diberi pajanan 8 jam/hari (P3) diberi pajanan 12 jam/hari (P4) diberi pajanan 16 jam/hari

Nekropsi organ hati

Pembuatan preparat organ hati

Pengamatan slide preparat organ hati


(44)

25

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian terhadap mencit (Mus musculus L.) jantan yang diberi pajanan radiasi lampu merkuri selama 21 hari dapat disimpulkan sebagai berikut

1. Terjadi kerusakan pada hati mencit (Musmusculus L.) jantan berupa perdarahan, kongesti, dan nekrosa.

2. Mencit yang diberi pajanan lampu merkuri 12 jam/hari memiliki tingkat kerusakan yang lebih parah dibandingkan dengan kelompok pajanan yang lainnya.

B. Saran

Perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh lampu merkuri

terhadap organ yang lainnya seperti jantung, paru-paru, usus, otak, lambung dan organ yang lainnya.


(45)

DAFTAR PUSTAKA

Akhadi, M. 2000. Dasar-dasar Proteksi Radiasi. PT Bineka Cipta. Jakarta Anies. 2007. Mengatasi Gangguan Kesehatan Masyarakat Akibat Radiasi

Elektromagnetik Dengan Manajemen Berbasis Lingkungan. Semarang Amori, G. 1996. Mus musculus. 2007 IUCN Red List of Threatened Species. IUCN

2007. Diakses pada tanggal 23 Juli 2012.

Capsani, M.L. 2004. Heat Stress: Characteristics, Pathopysiology and Avoidable Mistakes. Minerva Anastesiol. Pages 617.

Darmawan, S. 1973. Dasar-dasar Anatomi dan Fisiologi Tubuh Manusia II. Penerbit Universitas Pendidikan Indonesia. Jakarta. Hlm 226.

Flore, M.S.H. 1981. Atlas of Human Histology edisi V. Philadelphia.

Guyton dan Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran 11. EGC. Penerbit Buku Kedokteran. Hal 1103-1128.

Junqueira, L.C. 2007. Basic Histology: Text And Atlas, 10 Ed. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Hal : 320

Kimbal, J. W. 1983. Biologi Jilid 3. Edisi 5. Erlangga. Hal. 942.

Kristiana, Y. 2000. Pengaruh Depot Medroksi Progesteron Asetat (DMPA) Terhadap Datat Harian, Berat Badan dan Aktivitas Harian Mencit Jantan (Mus

musculus L.) Skripsi Sarjana Universitas Lampung. Bandar Lampung. Mahardika. 2009. Efek Radiasi Gelombang Elektromagnetik Ponsel Terhadap

Kesehatan Manusia. http://www.docstoc.com/docs/22776814/Efek-Radiasi-Gelombang-Elektromagnetik-Ponsel-Terhadap-Kesehatan. Diakses tanggal 4 Agustus 2012.


(46)

Modero, A. J. D L. 2008. During the Mouse Lecture and Wet Lab.

www.uprh.edu/rise/activities/mouse/mouse.htm.. Diakses pada tanggal 3 Agustus 2012.

Philips, R. D. dan W.T. Kaune.. 1997. Comparison of the Coupline of Grounded Humans, Swine and Rats to Vertical, 60 Hz Electric Fields.

Bioelectromagnetics. Pages 1:117-129.

Price, S. A. and L. M. Wilson. 1995. Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Edisi 4. EGC. Penerbit buku Kedokteran. Jakarta. Vol:4.

Price, S.A dan L, M, Wilson. 2002. Patofisiologi Jilid 6. EGC Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta; vol : 6.

Priyambodo, S. 2003. Pengendalian Hama Tikus Terpadu Seri Agrikat. Penebar Swadaya. Jakarta; vol : 6.

Rahayu, L. 2006. Penanganan Hewan Percobaan. Laboratorium Farmakologi. Fakultas Farmasi Universitas Pancasila. Jakarta.

Robbins, S.L. dan V. Kumar 1992. Buku Ajar PatologiI. Penerjemah Staff Pengajar Laboratorium Anatomik, Fak. Kedokteran. Edisi 4, Universitas Airlangga, Jakarta. Hlm: 13-29, 70.

Sibuea. 1992. Ilmu Penyakit Dalam. Rineka Cipta. Jakarta. Hlm 195-211.

Sloane, E. 2003. Anatomi dan Fisiologi. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Smith, J. B. dan S. Mangkoewidjojo. 1998. Pemeliharaan, Pembiakan, dan

Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.

Sutjibto, N. S. 1998. Petunjuk Praktikum Patologi DIII. Laboratorium Patologi. FKH UGM. Yogyakarta.

Syarifuddin, B. 1997. Anatomi Fisiologi. EGC Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta; vol : 2. Hlm 82.


(47)

Swamardika, A.I.B. 2009. Pengaruh Radiasi Gelombang Elektromagnetik Terhadap Kesehatan Manusia. Universitas Udayana Kampus Bukit Jimbaran : Bali. Available in http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/alit_17_.pdf

Tribuana, N. 2000. Pengukuran Medan Listrik dan Medan Magnet di Bawah SUTET 500 kV. Elektro Indonesia. Indonesia

Tumiran. 1999. Pengukuran Medan Magnet dan Medan Listrik di Sekitar SUTET. Penelitian Ilmiah. Indonesia.

UNEP. 2005. “Best Practice Manual – Lighting”. Biro Efisiensi Energi, Kementrian Ketenagaan, India. Available in

http://www.energyefficiencyasia.org/docs/ee_modules/indo/Chapter%20%20 Boilers%20and%20thermic%20fluid%20heaters%20(Bahasa%20Indonesi.pdf Wisnu A. W. 2000. Dampak Radiasi Elektromagnetik Ponsel. Jurnal

Elektro Indonesia no 3 th 2000.

http://www.elektroindonesia.com/elektro/ut32.html. Diakses pada tanggal 19 Juli 2012


(1)

23

g. Mounting

Setelah pewarnaan slide selesai, slide ditempelkan di atas kertas tisu pada tempat yang datar dan selanjutnya ditetesi Canada Balsam dan ditutup dengan cover glass dan dicegah jangan sampai ada gelembung udara.

h. Pengamatan

Preparat yang telah jadi diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 100x, 200x, 400x.

D. Variabel Penelitian

Pada penelitian ini terdapat 2 variabel yaitu;

1. Variabel independent (variabel bebas) meliputi pajanan intnsitas lampu merkuri yang diberikan pada kelompok perlakuan.

2. Variabel dependent (variabel terikat) perubahan yang dialami oleh sel hepatosit pada kelompok perlakuan setelah diberikan pajanan intensitas lampu merkuri.

E. Analisis Data

Setelah pembuatan preparat histologi organ hati selesai maka dilakukan pengamatan secara deskriptif terhadap kerusakan-kerusakan yang terjadi pada sel hepatosit.


(2)

24

F. Diagram Alir Penelitian

Gambar 7. Diagram Alir Penelitian 20 mencit jantan diaklimatisasi

selama 7 hari (1 minggu)

Mencit dibagi menjadi 5 kelompok dengan masing-masing 4 ekor mencit

(P0) tidak

diberikan pajanan

(P1) diberi pajanan 4 jam/hari

(P2) diberi pajanan 8 jam/hari

(P3) diberi pajanan 12 jam/hari

(P4) diberi pajanan 16 jam/hari

Nekropsi organ hati

Pembuatan preparat organ hati

Pengamatan slide preparat organ hati


(3)

25

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian terhadap mencit (Mus musculus L.) jantan yang diberi pajanan radiasi lampu merkuri selama 21 hari dapat disimpulkan sebagai berikut

1. Terjadi kerusakan pada hati mencit (Musmusculus L.) jantan berupa perdarahan, kongesti, dan nekrosa.

2. Mencit yang diberi pajanan lampu merkuri 12 jam/hari memiliki tingkat kerusakan yang lebih parah dibandingkan dengan kelompok pajanan yang lainnya.

B. Saran

Perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh lampu merkuri

terhadap organ yang lainnya seperti jantung, paru-paru, usus, otak, lambung dan organ yang lainnya.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Akhadi, M. 2000. Dasar-dasar Proteksi Radiasi. PT Bineka Cipta. Jakarta Anies. 2007. Mengatasi Gangguan Kesehatan Masyarakat Akibat Radiasi

Elektromagnetik Dengan Manajemen Berbasis Lingkungan. Semarang

Amori, G. 1996. Mus musculus. 2007 IUCN Red List of Threatened Species. IUCN 2007. Diakses pada tanggal 23 Juli 2012.

Capsani, M.L. 2004. Heat Stress: Characteristics, Pathopysiology and Avoidable Mistakes. Minerva Anastesiol. Pages 617.

Darmawan, S. 1973. Dasar-dasar Anatomi dan Fisiologi Tubuh Manusia II. Penerbit Universitas Pendidikan Indonesia. Jakarta. Hlm 226.

Flore, M.S.H. 1981. Atlas of Human Histology edisi V. Philadelphia.

Guyton dan Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran 11. EGC. Penerbit Buku Kedokteran. Hal 1103-1128.

Junqueira, L.C. 2007. Basic Histology: Text And Atlas, 10 Ed. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Hal : 320

Kimbal, J. W. 1983. Biologi Jilid 3. Edisi 5. Erlangga. Hal. 942.

Kristiana, Y. 2000. Pengaruh Depot Medroksi Progesteron Asetat (DMPA) Terhadap

Datat Harian, Berat Badan dan Aktivitas Harian Mencit Jantan (Mus

musculus L.) Skripsi Sarjana Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Mahardika. 2009. Efek Radiasi Gelombang Elektromagnetik Ponsel Terhadap

Kesehatan Manusia.

http://www.docstoc.com/docs/22776814/Efek-Radiasi-Gelombang-Elektromagnetik-Ponsel-Terhadap-Kesehatan. Diakses tanggal 4 Agustus 2012.


(5)

Modero, A. J. D L. 2008. During the Mouse Lecture and Wet Lab.

www.uprh.edu/rise/activities/mouse/mouse.htm.. Diakses pada tanggal 3 Agustus 2012.

Philips, R. D. dan W.T. Kaune.. 1997. Comparison of the Coupline of Grounded Humans, Swine and Rats to Vertical, 60 Hz Electric Fields.

Bioelectromagnetics. Pages 1:117-129.

Price, S. A. and L. M. Wilson. 1995. Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Edisi 4. EGC. Penerbit buku Kedokteran. Jakarta. Vol:4.

Price, S.A dan L, M, Wilson. 2002. Patofisiologi Jilid 6. EGC Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta; vol : 6.

Priyambodo, S. 2003. Pengendalian Hama Tikus Terpadu Seri Agrikat. Penebar Swadaya. Jakarta; vol : 6.

Rahayu, L. 2006. Penanganan Hewan Percobaan. Laboratorium Farmakologi. Fakultas Farmasi Universitas Pancasila. Jakarta.

Robbins, S.L. dan V. Kumar 1992. Buku Ajar PatologiI. Penerjemah Staff Pengajar Laboratorium Anatomik, Fak. Kedokteran. Edisi 4, Universitas Airlangga, Jakarta. Hlm: 13-29, 70.

Sibuea. 1992. Ilmu Penyakit Dalam. Rineka Cipta. Jakarta. Hlm 195-211.

Sloane, E. 2003. Anatomi dan Fisiologi. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Smith, J. B. dan S. Mangkoewidjojo. 1998. Pemeliharaan, Pembiakan, dan

Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis. Penerbit Universitas

Indonesia. Jakarta.

Sutjibto, N. S. 1998. Petunjuk Praktikum Patologi DIII. Laboratorium Patologi. FKH UGM. Yogyakarta.

Syarifuddin, B. 1997. Anatomi Fisiologi. EGC Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta; vol : 2. Hlm 82.


(6)

Swamardika, A.I.B. 2009. Pengaruh Radiasi Gelombang Elektromagnetik Terhadap

Kesehatan Manusia. Universitas Udayana Kampus Bukit Jimbaran : Bali.

Available in http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/alit_17_.pdf

Tribuana, N. 2000. Pengukuran Medan Listrik dan Medan Magnet di Bawah SUTET 500 kV. Elektro Indonesia. Indonesia

Tumiran. 1999. Pengukuran Medan Magnet dan Medan Listrik di Sekitar SUTET. Penelitian Ilmiah. Indonesia.

UNEP. 2005. “Best Practice Manual – Lighting”. Biro Efisiensi Energi, Kementrian Ketenagaan, India. Available in

http://www.energyefficiencyasia.org/docs/ee_modules/indo/Chapter%20%20 Boilers%20and%20thermic%20fluid%20heaters%20(Bahasa%20Indonesi.pdf

Wisnu A. W. 2000. Dampak Radiasi Elektromagnetik Ponsel. Jurnal Elektro Indonesia no 3 th 2000.

http://www.elektroindonesia.com/elektro/ut32.html. Diakses pada tanggal 19 Juli 2012