PENGEMBANGAN MODEL MATERI AJAR SINTAKSIS BERBASIS LINGUISTIK FUNGSIONAL DI JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA.

(1)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala karunia, anugerah dan pertolongan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.

Penelitian ini dapat terselesaikan berkat bantuan berbagi pihak. Untuk itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mengulurkan bantuan dan dukungannya kepada penulis.

Pertama, penulis menyampaikan rasa hormat, penghargaan dan terima kasih kepada Prof. Dr. Iskandarwassid, M.Pd., selaku promotor, Prof. Dr. Syamsuddin AR. serta Prof. Dr. Sakura Ridwan, M.Pd. selaku anggota promotor yang selalu membimbing dan mengarahkan penulis dengan penuh kesabaran, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.

Kedua, ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Ketua Program Studi Bahasa Indonesia Pascasarjana UPI, Dr. Hj. Vismaia Damaianti, M.Pd. yang dengan penuh kesabaran membimbing dan memberi motivasi hingga terselesainya laporan ini.

Ketiga, ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Direktur dan para Asisten Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menempuh S3 di Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Pendidikan Indonesia.

Keempat, ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Prof. Dr. Yus Rusyana, Prof. Dr. Kosadi, Prof. Dr. Yoce Darma Aliah, Prof. Dr. Syihabuddin, dan semua dosen Sekolah Pascasarja Universitas Pendidikan Indonesia yang telah membekali penulis dengan berbagai pengetahuan, keterampilan, dan nilai yang sangat bermakna bagi penulis.

Kelima, ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Dr. Endry Boeriswati, Prof. Dr. Ahmad HP, Dr. Dendi Sugono, Drs. Abdul Chaer, Bunda Fathiaty Murtadho, M.Pd., Bapak Asep Supriyana, Ibu Zulfah, Ibu Suhertuti, Teh Reni, Mbak Aulia, Mbak Gress, Mas Saifur, Mas Edi Pur dan semua rekan penulis di Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Jakarta yang senantiasa setia melayani berbagai pertanyaan dan diskusi penulis.

Keenam, penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua penulis yang senantiasa dengan tulus ikhlas mendukung dan mendoakan penulis.


(2)

Akhirnya, ucapan terima kasih kepada anak dan suami tercinta yang dengan sabar dan penuh pengertian rela berbagi waktu, memberi dukungan, dan selalu mendampingi penulis terutama saat-saat terberat yang dirasakan penulis, yaitu merampungkan studi dalam kondisi hamil dan melahirkan anak pertama dan kedua.

Penulis berharap kiranya disertasi ini memberi kontribusi terhadap praktik pembelajaran sintaksis di Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, baik di Universitas Negeri Jakarta maupun di perguruan tinggi lainnya.

Jakarta, 20 Mei 2012


(3)

DAFTAR ISI

halaman LEMBAR PENGESAHAN

SURAT PERNYATAAN ABSTRAK

UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR DAN TABEL

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Pembatasan Masalah ………. 15

1.3 Rumusan Masalah ………. 15

1.4 Tujuan Penelitian………... 16

1.5 Manfaat Penelitian………. 17

1.6 Asumsi Penelitian ………. 17

1.7 Hipotesis ……… 18

1.8 Variabel Penelitian ... 18

1.9 Definisi Operasional ... 18

1.10 Paradigma Penelitian ... 20

BAB 2 PENGEMBANGAN MATERI AJAR SINTAKSIS BERBASIS LINGUISTIK FUNGSIONAL ... 21

2.1 Kajian Kebahasaan ... 21

2.1.1 Hakikat Sintaksis ...………... 21

2.1.2 Linguistik Fungsional ... 23

2.1.2.1 Pengertian Fungsionalisme ...…... 23

2.1.2.2 Hakikat Bahasa Perspektif Fungsionalisme ...….... 29

2.1.2.3 Fungsi Bahasa ...………... 35

2.1.3 Model Kajian Linguistik Fungsional ... 43

2.1.3.1 Model Role and Referent Grammar Van Valin ... 43

2.1.3.2 Model Linguistik Sistemik Fungsional Halliday ... 55

2.1.3.3 Model Gramatika Fungsional Simon Dik ... 61

2.1.3.4 Model Fungsional Harimurti ... …………... 68

2.2 Pendekatan Pembelajaran Bahasa... 72

2.2.1 Pendekatan Struktural ...…………... 73

2.2.2 Pendekatan Komunikatif ...……... 74

2.2.3 Pendekatan Fungsional ... 79

2.2.4 Pendekatan Pragmatik ...……….……... 82

2.3 Kajian Teoretik Pengembangan Model Materi Ajar ... 83


(4)

2.3.2 Prinsip-Prinsip Pengembangan Materi Ajar ... ... 87

2.3.3 Pengembangan Model Materi Ajar ... 90

2.4 Asumsi-asumsi Linguistik Fungsional bagi Pengembangan Model Materi Ajar Sintaksis ... 95

BAB 3 METODE PENELITIAN………...………... 103

3.1 Jenis Penelitian ……….... 104

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ………... 102

3.3 Tahapan Penelitian ………... 105

3.4 Subjek Peneltian ………... 109

3.5 Data, Sumber Data, Teknik Pengumpulan Data, dan Instrumen ... 109

3.6 Validitas dan Realibilitas ... 111

3.7 Teknik Analisis Data ... 111

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……... 113

4.1 Tahap I : Pendahuluan ... 113

4.1.1 Deskripsi Materi Ajar dan Silabus Sintaksis Prapengembangan Model... 113

4.1.1.1 Deskripsi Materi Ajar Prapengembangan Model ... 113

4.1.1.2 Deskripsi Silabus Prapengembangan Model ... 119

4.1.2 Analisis Kebutuhan ... 121

4.2 Tahap II: Pengembangan Model Materi Ajar Sintaksis ... 124

4.2.1 Pengembangan Silabus ... 127

4.2.2 Pengembangan Model Materi Ajar ... 134

4.3 Tahap III :Tahap Evaluasi ... 143

4.3.1 Hasil Uji Pakar ... 143

4.3.2 Revisi Materi Ajar Berdasarkan Hasil Penilaian Pakar ... 146

4.3.3 Hasil Uji Coba I (Uji Coba Terbatas)... 147

4.3.3.1 Hasil Uji Coba Terbatas Materi Ajar Unit I ... 154

4.3.3.2 Hasil Uji Coba Terbatas Materi Ajar Unit III ... 168

4.3.3.3 Hasil Uji Coba Terbatas Materi Ajar Unit XI ... 178

4.3.3.4 Hasil Uji Coba Terbatas Materi Ajar Unit XII ... 189

4.3.3.5 Hasil Uji Coba Terbatas Materi Ajar Unit XIII ... 196

4.3.3.6 Hasil Uji Coba Terbatas Materi Ajar Unit XIV... 201

4.3.3.7 Hasil Uji Coba Terbatas Materi Ajar Unit XV ... 209

4.3.3.8 Hasil Uji Coba Terbatas Materi Ajar Unit XVI ... 215

4.3.3.9 Hasil Uji Coba Terbatas Materi Ajar Unit XX ... 221


(5)

4.3.4 Temuan Penelitian Hasil Uji Coba Terbatas ... 234

4.3.5 Revisi Materi Ajar Berdasarkan Hasil Uji Coba Terbatas ... 236

4.3.6 Hasil Uji Coba II... 238 4.3.6.1 Hasil Uji Coba II Unit I ... ... 245

4.3.6.2 Hasil Uji Coba II (Unit III) ... 262

4.3.6.3 Hasil Uji Coba Terbatas Unit XI ... ... 272

4.3.6.4 Hasil Uji Coba II (Unit XII) ... 285

4.3.6.5 Hasil Uji Coba II (Unit XIII) ... 295

4.3.6.6 Hasil Uji Coba II (Unit XIV) ... 303

4.3.6.7 Hasil Uji Coba II (Unit XV)... 309

4.3.6.8 Hasil Uji Coba II (Unit XVI)... .. 317

4.3.6.10 Hasil Uji Coba II (Unit XXI)... 325

4.3.7 Temuan Penelitian Hasil Uji Coba II ... ... 331

4.3.8 Revisi Materi Ajar Berdasarkan Hasil Uji Coba II ... ... 334

4.3. 9 Hasil Uji Lapangan ... 335

4.3.9.1 Hasil Uji Lapangan Materi Ajar Unit I ... ... 339

4.3.9.2 Hasil Uji Lapangan Unit XI ... 419

4.3.9.3 Hasil Uji Lapangan Unit XIV... . ... 506

4.3.1.0 Temuan Penelitian Hasil Uji Coba Lapangan ... 637

4.3.1.1 Revisi Materi Ajar Berdasarkan Hasil Uji Lapangan ... 641

4.4 Pembahasan... 641

BAB 5 SIMPULAN DAN IMPLIKASI …...…... 5.1 Simpulan ... ... 654

5.2 Implikasi ... 657

5.3 Saran... 660

DAFTAR PUSTAKA ... 661

LAMPIRAN... 667


(6)

DAFTAR TABEL

No Judul

2.1 Perbedaan antara Formalisme dan Fungsionalisme... 28

2.2 Struktur Internal (Simpanan)... 65

3.1 Data, Sumber Data, Teknik Pengumpulan Data, Instrumen... 110

4.1 Standar Kompetensi dan Indikator Silabus Sintaksis Prapengembangan Model... 120

4.2 Rancangan Silabus yang dihasilkan... 128

4.3 Hasil Uji Pakar... 144

4.4 Tes Sampel Berpasangan Uji Coba 1... 153

4.5 Analisis Data Unit 1 Uji Coba I... 165

4.6 Skor Hasil Pembelajaran Unit I... 167

4.7 Analisis Data Unit III Uji Coba I... 175

4.8 Skor Hasil Pembelajaran Unit III... 177

4.9 Analisis Data Uji Coba I Unit XI... 187

4.10 Skor Hasil Pembelajaran Unit XI... 188

4.11 Analisis Data Unit XII Uji Coba I... 194

4.12 Skor Hasil Pembelajaran Unit XII... 195

4.13 Analisis Data Unit XIII Uji Coba I ... 200

4.14 Skor Hasil Pembelajaran Unit XIII ... 201

4.15 Analisis Data Unit XIV Uji Coba I ... 207

4.16 Skor Hasil Pembelajaran Unit XIV ... 208

4.17 Analisis Data Unit XV Uji Coba I ... 213

4.18 Skor Hasil Pembelajaran Unit XV ... 214

4.19 Analisis Data Unit XVI Uji Coba I ... 220

4.20 Skor Hasil Pembelajaran Unit XVI ... 220

4.21 Analisis Data Unit XX Uji Coba I ... 225

4.22 Skor Hasil Pembelajaran Unit XX ... 226

4.23 Analisis Data Unit XXI Uji Coba I ... 232

4.24 Skor Hasil Pembelajaran Unit XXI ... 233

4.25 Tes Sampel Berpasangan Uji Coba II... 243

4.26 Analisis Data Unit I Uji Coba II ... 256

4.27 Skor Hasil Pembelajaran Unit I... 260

4.28 Analisis Data Unit III Uji Coba II ... 268

4.29 Skor Hasil Pembelajaran Unit III Uji Coba II... 270

4.30 Analisis Data Unit XI Uji Coba II ... 281

4.31 Hasil Pembelajaran Unit XI Uji Coba II ... 283

4.32 Analisis Data Unit XII Uji Coba II ... 290

4.33 Hasil Pembelajaran Unit XII Uji Coba II ... 294

4.34 Analisis Data Unit XIII Uji Coba II ... ... 298

4.35 Hasil Pembelajaran Unit XIII Uji Coba II ... 302

4.36 Hasil Pembelajaran Unit XIV Uji Coba II ... 308

4.37 Analisis Data Unit XV Uji Coba II ... 314

4.38 Hasil Pembelajaran Unit XV Uji Coba II ... 316


(7)

4.40 Hasil Pembelajaran Unit XVI Uji Coba II ... 323

4.41 Analisis Data Unit XXI Uji Coba II ... 328

4.42 Hasil Pembelajaran Unit XXI Uji Coba II ... 330

4.43 Tes Sampel Berpasangan Uji Lapangan... 338

4.44 Analisis Data Unit I Uji Lapangan ... 403

4.44 Hasil Pembelajaran Unit I Uji Lapangan ... 416

4.46 Tabel Sampel Statistik... 417

4.47 Sampel Korelasi... 417

4.48 Sampel Uji Berpasangan Unit I... 418

4.49 Analisis Data Unit XI Uji Lapangan ... 495

4.50 Hasil pembelajaran Unit XI... 504

4.51 Tabel Sampel Statistik... 505

4.52 Sampel Korelasi... 505

4.53 Sampel Uji Berpasangan Unit XI... 505

4.54 Skor Hasil Pembelajaran Unit XI Uji Coba III ... 634

4.55 Tabel Sampel Statistik... 635

4.47 Sampel Korelasi... 635


(8)

DAFTAR GAMBAR

No Gambar Halaman

1.1 Paradigma Penelitian 20

2.1 Struktur Klausa Berlapis 44

2.2 Subordinasi inti dan subordinasi pinggiran dalam Inggris 46

2.3 Susunan Tatabahasa Fungsional Dick 62

2.4 Analisis Fungsional Dick 63

2.5 Model Pengembangan Materi Ajar Tomlinson 92

2.6 Model Instruksional Dick and Carey 94

2.7 Fungsi Internal Bahasa 101

3.1 Tahap Pengembangan Model Materi Ajar 108

3.2 Prosedur Pengembangan Materi Ajar 108

4.1 Model Materi Ajar Sintaksis Prapengembangan Model 118 4.2 Model I Materi Ajar Sintaksis Berbasis Linguistik Fungsional 134 4.3 Model II Materi Ajar Sintaksis Berbasis Linguistik Fungsional 236

DAFTAR GRAFIK

4.1 Grafik Tingkat Pencapaian Hasil Belajar Mahasiswa Uji Coba I 148 4.2 Grafik Tingkat Pencapaian Hasil Belajar Mahasiswa Uji Coba II 239 4.3 Grafik Tingkat Pencapaian Hasil Belajar Mahasiswa Uji Lapangan 336

4.4 Grafik Hasil Belajar Unit 1 Uji Lapangan 418

4.5 Grafik Hasil Belajar Unit XI Uji Lapangan 506

4.6 Grafik Hasil Belajar Unit XIV Uji Lapangan 636


(9)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kalimat merupakan bagian penting dalam kegiatan berbahasa karena kalimat merupakan dasar untuk membentuk satuan bahasa yang lebih besar (wacana). Kalimat merupakan satuan bahasa terkecil yang gagasannya lengkap, yaitu mengandung unsur apa atau siapa, melakukan apa atau dalam keadaan apa, di mana, kapan, dan sebagainya. Alwi (2003:320) meyatakan bahwa kalimat adalah satuan bahasa terkecil dalam wujud lisan dan tulisan yang mengungkapkan pikiran utuh.

Analisis kalimat dan unsur-unsurnya dikaji dalam sintaksis. Sintaksis merupakan bagian penting dalam kegiatan berbahasa karena sintaksis merupakan dasar untuk membentuk kemahirwacanaan. Mata kuliah sintaksis yang berbobot 4 SKS ini menjadi prasyarat bagi mata kuliah kebahasaan lainnya, seperti semantik, wacana, sosiolinguistik, psikolinguistik, pragmatik, dan leksikografi (Pedoman Akademik, 2011-2012). Oleh karena itu, sintaksis adalah salah satu mata kuliah yang dianggap penting di Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Jakarta.

Sintaksis yang mengkaji hubungan satuan-satuan bahasa dalam kalimat juga berperan penting dalam pengajaran bahasa dan sastra Indonesia di sekolah menengah. Penelitian Utami (2008) menunjukkan bahwa 99,44% guru bahasa Indonesia SMP menganggap kalimat adalah bagian penting dari pembelajaran bahasa di SMP, sehingga materi ini harus dikuasai oleh Guru. Akan tetapi, 72. 22% guru mengalami kesulitan membuat kalimat berpola kompleks dan variatif.


(10)

Hal ini disebabkan oleh contoh-contoh yang terdapat dalam buku sebagian besar berpola kalimat dasar SPO. Tentu ini menyulitkan mereka membuat kalimat dalam pola yang beragam. Karena itu, sebanyak 55. 56% responden menyatakan tidak setuju jika membaca buku-buku linguistik yang telah ada akan mempermudah pemahaman mereka tentang struktur kalimat.

Penggunaan bahasa yang baik dan benar menuntut adanya penggunaan kalimat yang baik dan benar. Penggunaan bahasa yang benar tergambar dalam penggunaan kalimat-kalimat yang gramatikal, sedangkan penggunaan bahasa yang baik terlihat dari penggunaan kalimat yang efektif, yaitu kalimat-kalimat yang dapat menyampaikan pesan secara tepat, sesuai dengan situasi dan kondisi. Berbahasa dengan baik dan benar tidak hanya menekankan kebenaran dalam hal struktur, tetapi juga harus memperhatikan fungsi komunikatifnya.

Kriteria penggunaan bahasa yang baik adalah ketepatan memilih ragam bahasa sesuai dengan kebutuhan komunikasi. Pemilihan ini bertalian dengan topik pembicaraan, tujuan pembicaraan, pendengar (ragam lisan), atau pembaca (ragam tulis), dan tempat pembicaraan. Selain itu, bahasa juga harus bernalar, dalam arti bahwa bahasa yang digunakan harus logis dan sesuai dengan tata nilai masyarakat Indonesia.

Ungkapan bahwa bahasa menunjukkan bangsa bukan berarti bahwa bahasa yang satu lebih baik dari bahasa yang lain, melainkan berarti bahasa adalah cermin dari sifat dan kepribadian masyarakat penuturnya. Jika masyarakat menggunakan bahasa dengan baik dan benar tentu akan berimplikasi pada integritas sosial budaya masyarakatnya. Sebagai contoh, seorang dosen berusia 50 tahun tentu akan tersinggung jika mahasiswanya yang berusia 18 tahun


(11)

memanggilnya dengan sapaan "Hai, kamu". Bentuk sapaan yang salah ini akan mengakibatkan hubungan dosen dan mahasiswa menjadi tidak harmonis. Oleh karena itu, ragam dan fungsi komunikatif bahasa harus diintegrasikan dalam pengajaran sintaksis sehingga pebelajar mampu berbahasa dengan baik dan benar.

Pada kenyataannya, walaupun para siswa telah bertahun-tahun belajar bahasa Indonesia, mereka belum dapat menyatakan pikiran, perasaan, dan kehendaknya dalam bahasa Indonesia dengan teratur, jelas, dan lancar, baik secara lisan maupun tulisan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Suhertuti (2008) menunjukkan bahwa siswa SMP belum mampu menulis karangan dengan menggunakan kalimat yang baik dan benar. Banyak di antara mereka yang menggunakan kosakata lisan dalam karangannya. Kalimat yang mereka gunakan 67,30% berpola kalimat dasar SPO. Mereka belum mampu membuat kalimat dengan pola yang variatif.

Masriyani (2010) juga melakukan penelitian terhadap kemampuan penguasaan kalimat siswa SMPN di Bandar Lampung, khususnya dalam menentukan fungsi sintaksis. Hasil penelitian itu menunjukkan bahwa kemampuan mereka dalam menentukan fungsi sintaksis masih berada pada tataran cukup, belum berada pada tataran baik. Penelitian yang dilakukan Utami (2008) juga menunjukkan hal yang sama. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kemampuan penguasaan struktur kalimat oleh sebagian besar guru SMP di DKI Jakarta masih berkategori cukup, sehingga kompetensi tersebut perlu ditingkatkan.

Dewasa ini sinyalemen negatif tentang pembelajaran bahasa Indonesia masih menjadi isu aktual dan mengemuka di berbagai forum ilmiah. Dinyatakan,


(12)

bahwa pembelajaran bahasa Indonesia di setiap jenjang dan institusi pendidikan pada umumnya belum berjalan sebagaimana yang diharapkan. Proses pembelajaran berlangsung timpang, seadanya, tanpa bobot dan monoton, sehingga pembelajaran terpasung dalam suasana pembelajaran yang kaku dan membosankan. Hasilnya pun kemampuan berbahasa mereka rendah, kurang mampu mengungkapkan perasaan dan gagasan secara logis, runtut, dan mudah dipahami.

Menurut Jamaluddin (2003:45), belum berhasilnya pengajaran bahasa Indonesia disebabkan oleh: (1) guru lebih banyak menekankan teori dan pengetahuan bahasa; (2) bahan pelajaran tidak relevan dengan kebutuhan siswa untuk dapat berkomunikasi; (3) proses belajar mengajar lebih banyak didominasi oleh guru, kurang memberi kesempatan kepada siswa untuk berperan serta; (4) struktur bahasa dibahas secara terlepas-lepas, kurang integratif dan kurang menekankan kebermaknaan atau dengan kata lain, struktur bahasa yang diajarkan lepas dari konteks sosial-budayanya; (5) sistem penilaian dalam bentuk berbagai macam tes lebih banyak menekankan aspek kognitif, kurang menuntut keterampilan berbahasa secara integratif.

Sejalan dengan pendapat tersebut, Siahaan (1987:130) beranggapan bahwa kekurangberhasilan pengajaran bahasa Indonesia disebabkan oleh: (1) pengajaran bahasa Indonesia terlalu menekankan teori dan kurang pada praktik; (2) pengajaran bahasa Indonesia terlalu banyak tentang bahasa, kurang pada penguasaan bahasa itu sendiri; (3) pengajaran bahasa Indonesia banyak membicarakan unsur bahasa, seperti fonologi, morfologi, dan sintaksis, tetapi kurang menekankan keterampilan menggunakan unsur-unsur itu; (4) pengajaran


(13)

bahasa Indonesia banyak membicarakan struktur bahasa secara terpisah-pisah atau terlepas-lepas, kurang menekankan kebermaknaan; (5) pengajaran bahasa Indonesia kurang menekankan kemampuan penggunaan bahasa sesuai dengan situasi.

Ada beberapa komponen yang terkait dengan faktor tersebut, diantaranya: (1) tujuan pembelajaran, (2) dosen/guru, (3) pembelajar/siswa, (4) materi, (5) metode, (6) media, (7) kegiatan belajar mengajar, dan (8) evaluasi pembelajaran. Salah satu komponen yang memiliki tingkat signifikansi yang tinggi dalam mekanisme pembelajaran dan pencapaian hasil pembelajaran adalah materi atau bahan ajar yang dijadikan rujukan untuk mengajar.

Pengajaran sintaksis di perguruan tinggi, secara umum menggunakan sumber acuan yang sebagian besar berorientasi struktur. Sumber acuan tersebut adalah Tata Bahasa Indonesia karya Keraf (1970); Tata Kalimat Bahasa

Indonesia karya Samsuri (1985); Dasar-Dasar Sintaksis karya Parera (2009); Bangun Kalimat Bahasa Indonesia karya Sakri (1995); Ilmu Bahasa Indonesia: Sintaksis karya Ramlan (1996); Struktur Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia

karya Alwi dkk. (2003); Tata Bahasa Deskriptif Bahasa Indonesia, Sintaksis karya Kridalaksana (1985); Sintaksis Bahasa Indonesia karya Ahmad HP (2002);

Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia karya Chaer (2006); Analisis Kalimat, Fungsi, Kategori, dan Peran karya Putrayasa (2007); Sintaksis Bahasa Indonesia

karya Chaer (2009).

Berdasarkan hasil penelitian Marhamah dkk (2011), belum ditemukan dosen di perguruan tinggi yang menggunakan materi ajar sintaksis dari hasil penelitian mereka. Umumnya mereka menggunakan sumber-sumber yang telah


(14)

ada, seperti sumber di atas. Sumber di atas menyajikan analisis kalimat ragam formal dengan struktur relatif sederhana, sebagaimana yang terdapat dalam buku

Analisis Kalimat karya Putrayasa (2007:13) sebagai berikut:

KALIMAT Francisca Membunuh Tikus Di kamar

FUNGSI S P O K

KATEGORI Nomina Verbal Nomina Preposisi

PERAN Pelaku Perbuatan Sasaran Tempat Di antara beberapa sumber tersebut, yang digunakan di Jurusan Bahasa dan Sastra UNJ adalah Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia karya Alwi dkk. (2003); Tata Bahasa Deskriptif Bahasa Indonesia, Sintaksis karya Kridalaksana (1985); Sintaksis Bahasa Indonesia karya Ahmad HP (2002); Sintaksis Bahasa

Indonesia karya Chaer (2009).

Berdasarkan analisis dan diskusi peneliti bersama dosen pengampu mata kuliah sintaksis, disimpulkan bahwa sumber-sumber rujukan ini masih berorientasi struktural dan belum menyentuh aspek komunikasi bahasa. Atas dasar itu, peneliti termotivasi untuk mengembangkan materi ajar yang memperhatikan struktur bahasa sekaligus fungsi bahasa sebagai alat komunikasi. Dengan demikian materi ajar tidak hanya terfokus pada analisis struktur kalimat berpola sederhana sebagaimana yang terdapat dalam sebagian besar buku sintaksis, tetapi juga memperhatikan kalimat berstruktur kompleks.

Sebagian besar mahasiswa tidak mengalami kesulitan untuk menganalisis kalimat-kalimat sederhana ragam formal, tunggal maupun majemuk. Akan tetapi, jika dihadapkan pada kalimat-kalimat berstruktur kompleks dan variatif, mahasiswa mengalami kesulitan untuk menganalisis strukturnya. Padahal, sebagai calon pengajar bahasa atau ahli bahasa, mereka dituntut untuk menguasai berbagai ragam kalimat, baik kalimat berstruktur sederhana maupun kompleks; kalimat


(15)

beragam formal maupun nonformal dalam berbagai konteks dan situasi. Oleh karena itu, pengajaran kalimat yang hanya menekankan aspek gramatikal saja, tidak akan mampu menghasilkan guru atau ahli bahasa yang memiliki kompetensi berbahasa mamadai.

Selain itu, pengajaran kalimat yang sering terjebak pada pengajaran tata bahasa saja akan menggeser tujuan pembelajaran bahasa ke pengetahuan bahasa. Hal ini tentu tidak sejalan dengan tujuan pembelajaran bahasa Indonesia di pelbagai jenjang pendidikan yang tertuang dalam Permen No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, bahwa mata pelajaran bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: (a) berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis; (b) menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara; (c) memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan; (d) menggunakan bahasa Indoensia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial; (e) menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa; (f) menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.

Saat ini, dibutuhkan materi ajar yang mampu meningkatkan kemampuan mahasiswa menganalisis struktur bahasa dalam berbagai fungsi dan ragam bahasa. Dengan demikian, pengajaran sintaksis perlu diarahkan kepada penggunaan bahasa dalam situasi yang riil.


(16)

Penggunaan bahasa dalam situasi yang riil harus mendapat perhatian yang serius dalam pengajaran kalimat bahasa Indonesia di perguruan tinggi. Pengajaran ini harus mula-mula berorientasi kepada pemakaian bahasa yang terkondisikan oleh faktor-faktor penentu dalam berkomunikasi sesuai dengan fungsi bahasa, ragam bahasa, dan keberterimaannya. Dalam kaitan ini ditegaskan oleh Parera (1987:129) bahwa pengajaran bahasa Indonesia mengajarkan kepada siswa berkomunikasi dalam bahasa ajaran sesuai dengan (1) fungsi bahasa yang melayani pemakaian bahasa dalam situasi riil; (2) ragam bahasa yang dimungkinkan dalam tiap-tiap fungsi bahasa; dan (3) keberterimaan, kedekatan, dan kewajiban sesuai dengan konteks sosio-kultural pemakaian bahasa masyarakat bahasa tersebut.

Kebenaran suatu ungkapan tidak hanya terletak pada kebenaran strukturnya saja, tetapi terletak pula pada ketepatan ungkapan tersebut dalam situasi penggunaannya. Meski demikian, persoalan struktur tidak boleh diabaikan karena mengabaikan struktur berarti akan menghasilkan bahasa yang kurang tepat. Oleh karena itu, langkah yang terbaik adalah memadukan antara unsur struktur dan fungsi.

Penelitian ini mencoba memadukan antara struktur dan fungsi bahasa dengan menggunakan pendekatan fungsional. Gagasan untuk melibatkan fungsi bahasa dalam kajian linguistik dicetuskan pertama kali oleh Czech Mathesius tahun 1920-an (Valin, 2001:328).

Fungsionalisme lahir untuk membenahi kelemahan-kelemahan yang terdapat pada aliran struktural (formalisme). Noonan (1999:18-22) menyebutkan


(17)

bahwa lahirnya fungsionalisme didasari oleh kelemahan-kelemahan yang terdapat di dalam aliran struktural formalisme. Kelemahan tersebut adalah sebagai berikut.

a. Kajian struktural berkonsentrasi pada karakteristik kategori kata. Artinya, keberadaan struktur ditentukan oleh karakteristik kategori yang mampu berelasi antara satu dengan lainnya. Misalnya, kategori verba hanya dapat berelasi dengan kata tidak, dan tidak dapat berelasi dengan kata bukan. Dengan demikian, kategori didefinisikan berdasarkan relasi dan distribusi. b. Struktural tunduk pada ciri-ciri setiap kategori. Kebenaran struktur

ditentukan oleh ketepatan susunan masing-masing kategori. Oleh karena itu, konstruksi dia bukan bekerja adalah kalimat yang tidak tepat karena menyalahi karakteristik dari kategori verba. Demikian pula dengan kalimat he teacher dianggap tidak tepat karena kalimat harus tersusun atas kategori FN+FV.

c. Karena hanya memerhatikan aspek struktur, struktural tidak mampu mengatasi hal-hal yang berhubungan dengan variasi bahasa, terutama variasi yang dikondisikan oleh faktor eksternal di dalam konteks pembicaraan.

d. Struktural tidak mampu mengatasi kedinamisan bahasa. Aturan-aturan dalam struktur kurang memberi ruang pada bentuk-bentuk pilihan. Akibatnya, struktur tidak mampu merefleksikan pengetahuan tentang situasi penggunaan berbagai variasi yang mungkin saja digunakan oleh penutur.

e. Struktural tidak mampu mengatasi problem perubahan-perubahan yang terjadi pada bahasa. Struktur hanya berfokus pada relasi kategori dalam


(18)

sebuah konstruksi. Oleh karena itu, struktur kurang memerhatikan proses-proses yang sifatnya dinamis dan temporal. Padahal, sebagai sebuah entitas, bahasa tidak hanya dapat dipahami sebagai seperangkat kategori yang statis, melainkan harus dipahami sebagai gejala dari sebuah aktivitas nyata yang dihasilkan oleh interaksi sejumlah faktor: konteks, manusia, dan situasi.

f. Struktural menempatkan diri sebagai konstruksi teoretisyang membedakan antara pengetahuan bahasa dan pengetahuan bagaimana bahasa itu digunakan.

Adapun menurut Valin (2001:333-335), kelemahan yang paling tampak pada formalis secara garis besar dipetakan ke dalam dua hal. Pertama, kaum formalis hanya menekankan kajian pada aspek internal, kurang memberi perhatian pada aspek performansi bahasa, jalur referensi (referent tracking), wacana, nosi, peran, status informasi, dan faktor-faktor eksternal. Kedua, kaum formalis tunduk pada aturan relasi struktur dalam bahasa, sehingga kajian bahasa hanya terbatas pada relasi sruktur tersebut.

Kelemahan yang terdapat pada struktural ini kemudian melahirkan aliran yang menyebut diri mereka sebagai aliran fungsional. Aliran ini berkembang dan menghasilkan pandangan yang beragam (Valin, 2001:319).

Berdasarkan penelitian Nichols (dalam Valin, 2001:319) pendekatan fungsionalis terbagi ke dalam fungsionalis ekstrim, fungsionalis moderat, dan fungsionalis konservatif. Fungsionalisme ekstrim hanya menunjukkan kelemahan formalisme dan strukturalisme tanpa mengajukan struktur analisis baru, sebagaimana yang terdapat dalam karya Hopper. Mereka menolak realitas struktur


(19)

dalam bahasa. Adapun fungsionalisme moderat tidak hanya menunjukkan kelemahan analisis formalis dan struktural, tetapi mengajukan analisis fungsional terhadap struktur bahasa. Fungsional konservatif mencoba menambah standar analisis dari formalis, sebagaimana yang terdapat dalam Kuno dan Prince. Tulisan ini hanya membahas paradigma bahasa dari perspektif linguistik fungsional moderat.

Ada tiga teori besar dalam fungsional moderat ini: Functional Grammar (FG) yang dicetuskan oleh Simon Dik; Sistemic Functional Grammar (SFG/LSF) yang dicetuskan oleh Halliday; Role and Reference Grammar (RRG) yang dicetuskan oleh Van Valin. Penelitian ini mengolaborasi ketiga teori tersebut dengan teori yang dikemukakan oleh Kridalaksana (2002).

Dik (1980:1-3) melihat bahasa sebagai alat komunikasi verbal. Sistem bahasa tidak dianggap sebagai seperangkat kaidah yang otonom karena kaidah dan prinsip yang menyusun bahasa hanya dapat dipahami apabila dihubungkan dengan kondisi penggunaannya. Dalam pengertian ini, kajian penggunaan bahasa (pragmatik) mendahului kajian formal bahasa (struktur) dan semantik.

Adapun menurut Halliday (1994: 23), gramatika fungsional dimaksudkan untuk menjelaskan bagaimana bahasa dipergunakan. Apa yang disebut makna dalam bahasa merupakan komponen fungsi. Setiap unsur dalam bahasa dijelaskan dalam rangka fungsinya dalam seluruh sistem bahasa. Dalam perspektif linguistik fungsional, bahasa berfungsi dalam konteks sosial. Masing-masing fungsi menentukan struktur atau tata bahasa.

Senada dengan Dik dan Halliday, Valin (2001:333-335), sebagai pencetus konsep RRG memandang bahasa sebagai suatu sistem tindak komunikasi sosial.


(20)

Oleh karena itu, analisis fungsi komunikatif struktur gramatika memainkan peran penting dalam kajian bahasa. Struktur gramatikal hanya dapat dipahami dengan mengacu pada fungsi semantik dan komunikatif. Bagi Valin, tema yang menyatukan aneka pendekatan fungsional ialah keyakinan bahwa bahasa harus dikaji dalam hubungannya dengan peran bahasa dalam komunikasi manusia. Bahasa adalah sistem bentuk untuk menyampaikan makna-makna dalam komunikasi.

Adapun menurut Kridalaksana (2002), fungsional adalah teori yang berusaha menjelaskan fenomena bahasa dengan segala manifestasinya. Wujud bahasa sebagai sistem komunikasi manusia tidak dapat dipisahkan dari tujuan berbahasa, sadar atau tidak sadar. Konsep utama dalam fungsional ialah fungsi bahasa dan fungsi dalam bahasa. Menyangkut yang pertama, sikap fungsionalistis diungkapkan dengan pendekatan berikut (1) analisis bahasa mulai dari fungsi ke bentuk; (2) sudut pandang pembicara menjadi perspektif analisis; (3) deskripsi yang sistematis dan menyeluruh tentang hubungan antara fungsi dan bentuk; (4) pemahaman atas kemampuan komunikatif sebagai tujuan analisis bahasa; (5) perhatian yang cukup pada bidang interdisipliner, seperti sosiolinguistik.

Pada dasarnya, semua tokoh fungsional setuju bahwa bahasa adalah sistem bentuk untuk menyampaikan makna dalam komunikasi. Oleh karena itu, untuk memahami bahasa perlu diselidiki hubungan antara struktur, makna, dan fungsi komunikasi sosial bahasa.

Bagi fungsional, struktur ditentukan oleh fungsi bahasa dalam kehidupan manusia. Dalam setiap interaksi antarpemakai bahasa, penutur menggunakan


(21)

bahasa yang berfungsi untuk memaparkan, mempertukarkan, dan merangkaikan pengalaman.

Pengambilan data pada linguistik fungsional berasal dari konteks pemakaian, baik lisan maupun tulisan. Data lisan atau tulisan yang dikumpulkan secara elektronis lazim disebut sebagai korpus. Hal ini tentu berbeda dengan pengambilan data pada linguistik struktural (formalis) yang mengandalkan datanya berdasarkan intuisi. Di dalam buku tata bahasa tradisional, contoh-contoh kalimat yang dipakai sebagai ilustrasi atau penjelasan adalah kalimat buatan si penulis buku tata bahasa, bukan kalimat sebagaimana yang lazim dipakai di dalam tindak komunikasi. Oleh karena itu, berdasarkan pandangan linguistik fungsional tersebut, fungsi bahasa yang akan dirumuskan dalam penelitian ini didasarkan pada data bahasa empiris yang digunakan dalam komunikasi.

Penentuan struktur dan bentuk kalimat dilakukan berdasarkan fungsi bahasa yang telah dirumuskan. Sebagai contoh, jika fungsi yang telah kita pilih adalah cara mengundang, kita dapat merumuskan bentuknya sebagai berikut:

(a)Kami memohon kehadiran... (b)Kami mengundang Bapak/Ibu/... (c)Besok datang, ya, ke pesta … (d)Besok ada pesta di rumah saya…

Keragaman bentuk berdasarkan fungsi ini hendaknya diperkenalkan kepada mahasiswa agar mereka mengetahui berbagai macam bentuk, mampu menganalisisnya, dan mampu menerapkan dalam tindak komunikasi di kehidupannya sehari-hari.


(22)

Pengetahuan tentang bentuk kalimat berdasarkan fungsi tentu dapat meningkatkan kompetensi komunikatif mereka, sehingga mereka mengetahui dan mampu menggunakan kalimat dalam berbagai situasi, baik lisan maupun tulisan, baik formal maupun nonformal. Jika mereka dibiasakan dengan pembelajaran kalimat berdasarkan fungsi-fungsi komunikatif bahasa, tidak menutup kemungkinan mereka akan terbiasa menggunakannya di luar kelas. Oleh karena itu, penelitian ini tidak hanya mengkaji paradigma fungsional secara teoretis, tetapi menerapkan paradigma tersebut pada sintaksis, khususnya dalam hal pengembangan materi ajar sintaksis di Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Jakarta.

Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah Bahan Ajar

Sastra “Apresiatif, Ekspresif, dan Kontekstual” untuk Siswa kelas V Sekolah Dasar karya Endang (2010). Penelitian ini berjenis penelitian dan pengembangan.

Produk yang dikembangkan adalah modul kegiatan belajar untuk satu tatap muka. Penyusunan modul ini berlandaskan pada teori penyusunan modul, komponen bahan ajar, prinsip bahan ajar, teori belajar, teori sastra anak, dan teori psikologi.

Penelitian relevan selanjutnya adalah Analisis Linguistik Fungsional

terhadap Wacana Iklan Panduan Belanja Hari Raya di Solo karya Wiratno

(2006). Perhatian penelitian ini dipusatkan pada bagaimana totalitas makna iklan direalisasikan melalui pilihan bentuk bahasa. Sebelumnya, penelitian serupa juga telah dilakukan oleh Wiratno (1997) yang memusatkan perhatian pada struktur genre dan ideologi iklan pada media cetak, dan juga Santoso (1998) yang menyoroti register pada iklan. Ketiga penelitian ini menggunakan paradigma lingusitik fungsional Halliday sebagai fokus kajian.


(23)

Kridalaksana (1991) telah memberi ancangan teoretis terhadap kajian sintaksis fungsional lewat tulisannya berjudul Sintaksis Fungsional: Sebuah

Sintesis. Dalam tulisannya ini, ia mencoba menerapkan linguistik fungsional pada

tataran kalimat dengan memusatkan perhatian hanya pada fungsi dalam bahasa (fungsi sintaksis, semantik, dan pragmatik), dan bukan pada fungsi komunikasi bahasa. Oleh karena itu, berdasarkan penelusuran penulis, belum ditemukan penelitian yang mengembangkan materi ajar sintaksis bahasa Indonesia berdasarkan lingusitik fungsional secara komprehensif, yakni yang mengelaborasikan pemikiran Valin, Halliday, dan Dik secara simultan.

1.2 Pembatasan Masalah

Penelitian ini difokuskan pada model pengembangan materi ajar sintaksis berbasis lingusitik fungsional. Sasaran penelitian dibatasi pada satuan sintaksis dari frasa sampai kalimat. Adapun pendekatan yang dipilih adalah pendekatan linguistik fungsional model Valin, lingusitik fungsional model Simon Dik, lingusitik fungsional model Halliday, dan linguistik fungsional model Kridalaksana. Keempat model ini dipilih karena konsep mereka tidak hanya melihat satuan bahasa dari perspektif struktur saja, tetapi juga melibatkan fungsi bahasa.

1.3 Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang yang telah dipaparkan, permasalahan dalam penelitian ini adalah ” Bagaimana model materi ajar sintaksis berbasis linguistik fungsional yang cocok bagi mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Jakarta untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam memahami sintaksis?”


(24)

Permasalahan ini dirumuskan dalam pertanyaan-pertanyaan berikut ini. 1) Bagaimanakah kebutuhan mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia

Universitas Negeri Jakarta akan materi ajar sintaksis?

2) Bagaimanakah rancangan silabus materi ajar sintaksis berdasarkan pendekatan lingustik fungsional?

3) Bagaimanakah model materi ajar sintaksis berdasarkan pendekatan linguistik fungsional?

4) Bagaimanakah efektivitas penerapan model materi ajar sintaksis berbasis lingusitik fungsional terhadap peningkatan kemampuan mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia dalam memahami dan menganalisis satuan sintaksis?

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mengembangkan model materi ajar sintaksis berbasis linguistik fungsional yang cocok bagi mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Jakarta untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam memahami sintaksis.

Secara rinci, tujuan penelitian ini adalah

1) mendeskripsikan kebutuhan mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Jakarta akan materi ajar sintaksis;

2) menyusun rancangan silabus materi ajar sintaksis berdasarkan pendekatan lingustik fungsional;

3) mengembangkan model materi ajar sintaksis berdasarkan pendekatan linguistik fungsional;


(25)

4) mengetahui efektivitas penerapan model materi ajar sintaksis berbasis lingusitik fungsional terhadap peningkatan kemampuan mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia dalam memahami dan menganalisis satuan sintaksis.

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini bermanfaat bagi: (1) pengembangan teori (2) pembelajaran sintaksis, dan (3) pengembangan penelitian. Kegunaan hasil penelitian ini diuraikan sebagai berikut.

Bagi pengembangan teori, hasil penelitian ini bermanfaat untuk memperkaya teori dalam bidang kebahasaan, teori dalam bidang pengajaran bahasa, dan teori dalam bidang pengembangan model materi ajar kebahasaan. Bagi Pembelajaran sintaksis, hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh dosen sebagai materi acuan yang kondusif dan konstruktif dalam pembelajaran sintaksis di perguruan tinggi. Selain itu, hasil penelitian ini juga berguna bagi guru untuk memperkaya wawasan, bahkan untuk diterapkan dalam proses kegiatan belajar-mengajar bahasa Indonesia di sekolah. Bagi pengembangan penelitian, hasil penelitian ini dapat ditransfer pada kondisi lain yang memiliki kesamaan karakter penelitian.

1.6 Asumsi Penelitian

1) Materi ajar pada mata kuliah sintaksis prapengembangan model masih berorientasi pada struktur gramatikal kebahasaan.

2) Materi ajar sintaksis berbasis linguistik fungsional adalah model alternatif yang sesuai dengan kebutuhan mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Jakarta.


(26)

3) Mahasiswa yang diberi perlakuan model materi ajar sintaksis berbasis linguistik fungsional menunjukkan peningkatan dalam memahami struktur dan fungsi berbagai ragam kalimat dan unsur-unsurnya.

1.7 Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut.

“Terdapat perbedaan yang signifikan antara pengajaran sintaksis sebelum diberi perlakuan model pengembangan materi ajar sintaksis berbasis linguistik fungsional dengan sesudah diberi perlakuan model ini”.

1.8 Variabel Penelitian

Penelitian ini memiliki dua variabel, yaitu

1) model materi ajar sintaksis berbasis linguistik fungsional sebagai variabel bebas;

2) kemampuan mahasiswa memahami sintaksis sebagai variabel terikat.

1.9 Definisi Operasional

1) Pengembangan model materi ajar sintaksis berbasis linguistik fungsional adalah usaha untuk merancang sebuah model materi ajar yang berisi uraian tentang satuan sintaksis dari frasa sampai kalimat berdasarkan hubungan fungsional. Hubungan fungsional berarti hubungan ketergantungan antara fungsi unsur yang satu dengan fungsi unsur yang lain dalam membentuk makna. Hubungan ini dianalisis dari sudut pandang struktur bahasa yang dalam penelitian ini disebut sebagai fungsi internal, dan dari sudut pandang luar bahasa yang disebut sebagai fungsi eksternal. Fungsi internal meliputi fungsi semantik, fungsi sintaksis, dan fungsi pragmatik. Fungsi semantik adalah hubungan makna antara unsur yang berfungsi sebagai


(27)

predikator dan unsur yang berfungsi sebagai argumen. Hubungan ini ditentukan oleh struktur logika verba yang terkandung dalam predikator. Fungsi sintaksis adalah hubungan gramatikal antara unsur yang berfungsi sebagai subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan. Keberadaan fungsi sintaksis ditentukan oleh fungsi semantik. Fungsi pragmatik adalah fungsi yang berhubungan dengan status informasi dari sebuah konstruksi, yakni unsur yang berfungsi sebagai informasi lama dan unsur yang berfungsi sebagai informasi baru.

Adapun fungsi eksternal adalah fungsi yang berhubungan dengan orientasi tujuan komunikasi bahasa. Fungsi ini meliputi fungsi instrumental, fungsi regulasi, fungsi representasional, fungsi personal, fungsi interkasional, fungsi heuristik, dan fungsi imajinatif. Fungsi instrumental adalah fungsi komunikasi yang bertujuan untuk memengaruhi atau mengatur orang lain. Fungsi regulasi adalah fungsi yang bertujuan untuk mengawasi, mengatur, atau menghendaki suatu peristiwa. Fungsi representasional adalah fungsi yang bertujuan untuk menyampaikan fakta dan pengetahuan. Fungsi interkasional adalah fungsi yang bertujuan untuk menjaga kelancaran hubungan sosial. Fungsi personal adalah fungsi yang digunakan untuk menyatakan perasaan, emosi, dan kepribadian. Fungsi heuristik adalah fungsi yang digunakan untuk memeroleh pengetahuan. Fungsi imajinatif adalah fungsi yang digunakan untuk menciptakan ide imajinatif. Dengan demikian, pengembangan materi ajar sintaksis dalam penelitian ini berbasis pada struktur bahasa dan fungsi komunikasi bahasa.


(28)

2) Kemampuan mahasiswa memahami sintaksis adalah tingkat pencapaian mahasiswa terhadap tujuan pembelajaran sintaksis, yakni agar mahasiswa memiliki pemahaman tentang kedudukan sintaksis bahasa Indonesia sebagai dasar pembentukan kemahirwacanaan dan memiliki keterampilan membuat, mengkaji, meneliti, serta menganalisis satuan-satuan sintaksis yang mencakup struktur dan hubungan fungsionalnya.

1.10 Paradigma Penelitian

Gambar 1.1 Paradigma Penelitian Analisis

Kebutuhan

Studi Dokumentasi

Kajian Teoretis

- Sintaksis

- Linguistik Fungsional

Model Pengembangan Materi Ajar

Pendekatan Pembelajaran Bahasa

Asumsi-asumsi Linguistik Fungsional bagi Pengembangan Materi Ajar Sintaksis

Model Materi Ajar Sintaksis Berbasis Linguistik Fungsional

Uji Pakar

Model Akhir Materi Ajar Sintaksis Berbasis Linguistik

Pengembangan Materi Ajar

Uji Terbatas Revisi


(29)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model materi ajar sintaksis berbasis linguistik fungsional yang cocok bagi mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Jakarta untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam memahami sintaksis. Produk yang diharapkan dari penelitian ini adalah diperolehnya suatu materi ajar sintaksis berbasis lingusitik fungsional yang efektif dalam meningkatkan kompetensi sintaksis mahasiswa. Oleh karena itu, jenis penelitian yang sesuai dengan tujuan penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan (Research and Development).

Menurut Borg and Gall (2007:389-390), penelitian ini dikembangkan secara bertahap. Tahapannya adalah sebagai berikut.

1) Mengidentifikasi tujuan pembelajaran atau produk, termasuk mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan.

2) Menganalisis pengajaran untuk mengidentifikasi keterampilan-keterampilan spesifik dan prosedur-prosedur dalam mencapai sasaran-sasaran pengajaran.

3) Mengidentifikasi keterampilan dan sikap para siswa, karakteristik pengajaran, pengetahuan, dan keterampilan yang akan digunakan. Langkah kedua dan ketiga biasanya dilakukan secara simultan.

4) Menganalisis kebutuhan-kebutuhan dan tujuan-tujuan pengajaran ke dalam pelaksanaan tujuan-tujuan yang spesifik.


(30)

5) Mengembangkan instrumen-instrumen yang dikaitakan langsung dengan pengetahuan dan keterampilan-keterampilan yang akan dicapai.

6) Mengembangakan strategi pengajaran untuk membantu usaha pembelajar dalam mencapai tiap-tiap pelaksanaan tujuan.

7) Mengembangkan materi ajar, termasuk bahan cetak seperti buku teks, pedoman pelatihan bagi pengajar, atau media lainnya seperti video interaktif.

8) Melakukan evaluasi formatif. 9) Melakukan revisi.

10)Melakukan evaluasi sumatif.

Berdasarkan karakteristik tersebut, penelitian ini bersifat kuantitatif dalam memvalidasi efektivitas dan keberterimaan model, tetapi bersifat kualitatif dalam penyusunan produk dan revisinya.

Tahapan dalam penelitian ini adalah tahapan yang terdapat dalam penelitian dan pengembangan yang dikemukakan oleh Borg dan Gall. Tahapan Borg dan Gall sebanyak sepuluh langkah dimodifikasi dan disederhanakan menjadi tiga langkah sesuai dengan kebutuhan pengembangan materi ajar sintaksis di Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Jakarta. Ketiga tahap tersebut adalah (1) tahap pendahuluan, (2) tahap pengembangan, (3) tahap evaluasi. Ketiga tahap ini dilaksanakan dalam penelitian. Dengan demikian, penelitian ini termasuk jenis penelitian pengembangan.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Jakarta dengan melibatkan mahasiswa yang telah dan sedang


(31)

menempuh mata kuliah sintaksis. Penelitian ini dilaksanakan pada tahun akademik 2010/2011 dan 2011/2012.

Uji coba pertama (terbatas) dilakukan selama dua bulan, yakni bulan Juli-Agustus 2011. Subjek penelitian uji coba pertama adalah sepuluh mahasiswa tingkat III yang telah memperoleh mata kuliah sintaksis pada tahun akademik 2010/2011.

Uji coba kedua dilakukan selama satu semester. Subjek penelitiannya adalah tiga puluh mahasiswa tingkat II Program Bahasa dan Sastra Indonesia (nondik) yang menempuh mata kuliah sintaksis pada semester ganjil 2011/2012.

Uji coba lapangan dilakukan selama satu semester. Subjek penelitiannya adalah tiga puluh mahasiswa tingkat II Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang menempuh mata kuliah sintaksis pada semester genap 2011/ 2012.

3.3 Tahapan Penelitian

Model Borg and Gall yang meliputi 10 langkah, dalam penelitian ini disederhanakan menjadi tiga tahap, yaitu (1) tahap pendahuluan, (2) tahap pengembangan model, (3) tahap evaluasi model.

1) Tahap Pendahuluan

Kegiatan penelitian yang dilaksanakan pada tahap pendahuluan adalah (a) melakukan observasi terhadap kegiatan pembelajaran sintkasis prapengembangan model, (b) melakukan analisis kebutuhan, (c) studi dokumentasi, yaitu melihat silabus, buku-buku yang dijadikan sumber acuan pada mata kuliah sintaksis, dan dokumentasi lain yang berkaitan dengan masalah dalam penelitian.


(32)

2) Tahap Pengembangan Model

Temuan-temuan yang diperoleh pada tahap pendahuluan digunakan sebagai bahan dasar untuk mengembangkan model. Pada tahap ini, silabus mata kuliah sintaksis direvisi dan dikembangkan sesuai dengan analisis kebutuhan dan hasil studi dokumen terhadap sumber acuan dan teori-teori lingusitik fungsional yang relevan. Setelah itu, dikembangkanlah model materi ajar berbasis linguistik fungsional untuk mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Jakarta. Model yang dikembangkan pada tahap ini disebut Model I.

3) Tahap Evaluasi

Setelah pengembangan model materi ajar sintaksis dilakukan, tahap selanjutnya adalah tahap evaluasi. Terdapat beberapa aktivitas utama yang dilakukan pada tahap ini.

- Aktivitas pertama adalah revisi model materi ajar I oleh tiga pakar: Prof. Dr. Achamad H.P. dan Dr. Endry Boeriswati sebagai ahli pengajaran bahasa, serta Dr. Dendy Sugono sebagai ahli bahasa. Komentar dan saran dari ketiga pakar ini digunakan untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam model I.

- Aktivitas kedua adalah melakukan revisi berdasarkan komentar dan saran dari ketiga pakar tersebut.

- Aktivitas ketiga adalah melakukan uji coba terbatas. Uji coba ini dilakukan terhadap sepuluh mahasiswa tingkat III yang telah menempuh kuliah sintaksis pada tahun akademik 2010/2011. Uji coba ini menggunakan desain one shot case study. Uji coba ini memberi gambaran awal tentang keberadaan materi ajar sintaksis yang sedang dikembangkan,


(33)

apakah materi ajar ini layak digunakan sebagai materi ajar sintaksis di Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Jakarta untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa atau tidak.

- Aktivitas keempat adalah melakukan revisi materi ajar berdasarkan temuan-temuan yang diperoleh pada uji coba terbatas.

- Aktivitas kelima adalah melakukan uji coba II terhadap tiga puluh mahasiswa yang sedang menempuh mata kuliah sintaksis pada semester ganjil 2010-2011. Uji coba ini dilakukan selama satu semester.

- Aktivitas keenam adalah melakukan revisi materi ajar berdasarkan temuan-temuan yang diperoleh pada uji coba II.

- Aktivitas ketujuh adalah melakukan uji lapangan terhadap tiga puluh mahasiswa yang sedang menempuh mata kuliah sintaksis pada semester genap 2011-2012. Uji lapangan ini bertujuan mengetahui tingkat efektivitas model materi ajar sintaksis berbasis linguistik fungsional yang sedang dikembangkan bagi mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Jakarta.

- Aktivitas kedelapan adalah melakukan revisi materi ajar berdasarkan temuan-temuan yang diperoleh pada uji lapangan.

- Aktivitas selanjutnya adalah menentukan model akhir materi ajar sintaksis berbasis linguistik fungsional.


(34)

Tahap-tahap tersebut dapat disederhanakan sebagai berikut.

Gambar 3.1 : Tahap Pengembangan Model Materi Ajar

Secara prosedural, langkah-langkah penelitian pada masing-masing tahap dipetakan sebagai berikut.

Gambar 3.2: Prosedur Pengembangan Materi Ajar Sintaksis

3. Tahap Evaluasi 1. Tahap Pendahuluan 2. Tahap Pengembanga n

1. Uji Pakar 2. Revisi Produk 3. Uji coba I 4. Revisi produk 1 5. Uji coba II 6. Revisi produk II 7. Uji lapangan 8. Revisi produk III 9. Model Akhir 1. Merancang model

materi ajar kalimat 2. Mengembangkan

silabus

3. Mengembangkan model materi ajar sintaksis berbasis linguistik

fungsional 1. Observasi (mengamati

suasana pembelajaran sintaksis

prapengembangan model)

2. Analisis Kebutuhan 3. Studi dokumentasi:

kajian terhadap silabus, buku-buku yang dijadikan sumber acuan pada mata kuliah sintaksis, teori yang relevan dengan penelitian Observasi Analisis kebutuhan dan studi dokumen Pengembangan model Uji pakar

Uji coba II model II (model hasil

revisi uji I)

Revisi model I (menghasilkan model II) Revisi Model II (menghasilkan Model akhir

Uji coba I model I (hasil revisi pakar)

Uji lapangan model III (hasil revisi uji

II) Revisi model III Revisi model hasil uji pakar


(35)

3.4 Subjek Penelitian

Yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa tingkat III Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Jakarta pada uji coba terbatas, dan mahasiswa tingkat II Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Jakarta pada uji coba kedua dan uji lapangan.

3.5 Data, Sumber Data, Teknik Pengumpulan Data, dan Instrumen

Penelitian ini terdiri atas tiga tahap. Masing-masing tahap mengandung data. Meski demikian, secara garis besar data penelitian ini dikelompokkan ke dalam dua jenis, yaitu data kuantitatif dan data kualitatif.

Pertama adalah data yang berhubungan dengan analisis kebutuhan. Data yang diperoleh berupa skor jawaban responden terhadap butir-butir pertanyaan yang terdapat di dalam angket. Sumber data ini adalah mahasiswa tingkat III Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah menempuh mata kuliah sintaksis pada tahun akademik 2009/2010. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah survei dengan maksud memberi kesempatan kepada semua mahasiswa untuk memberi tanggapan terhadap materi ajar prapengembangan model yang telah mereka pakai. Adapun alat pengumpul data yang digunakan adalah angket. Kedua adalah data yang diperoleh dari hasil studi dokumentasi terhadap silabus, SAP, buku acuan yang digunakan dalam mata kuliah sintaksis pra pengembangan model. Data ini berupa data kualitatif.

Ketiga adalah data kemampuan sintaksis mahasiswa yang diperoleh pada uji coba I, uji coba II, dan uji lapangan. Data ini kemudian diskorkan sesuai dengan acuan penilaian yang telah dibuat.


(36)

Keempat adalah hasil kelayakan materi ajar yang dikembangkan. Data ini diperoleh dari hasil penilaian tiga pakar yang tertuang dalam format penilaian, baik yang berbentuk angka maupun yang berbentuk komentar atau saran.

Data selanjutnya adalah persepsi mahasiswa terhadap materi ajar sintaksis berbasis linguistik fungsional yang mereka gunakan selama uji coba. Data ini berbentuk kuantitatif, yakni skor terhadap jawaban yang dipilih mahasiswa.

Berikut ini adalah tabel yang menggambarkan tentang data, sumber data, teknik pengumpulan data, dan instrumen pengumpul data yang digunakan untuk setiap jenis data.

Tabel 3.1

Data, Sumber Data, Teknik Pengumpulan Data, dan Instrumen

No Nama Data Jenis data Sumber

Data

Teknik Instrumen 1 Kebutuhan

mahasiswa terhadap materi ajar sintaksis

Kuantitatif Mahasiswa yang telah menempuh kuliah sintaksis

Survei Angket

2 Hasil studi dokumen Kualitatif Dokumen pembelajaran sintaksis: silabus, SAP, buku acuan

Dokumentasi Tabel analisis data

3 Kemampuan sintaksis mahasiswa pada uji coba I, uji coba II, uji lapangan

Kuantitatif dan kualitatif Penilaian terhadap hasil evaluasi mahasiswa

Evaluasi Pedoman penilaian dan tabel analisis data 4 Penilaian pakar

terhadap materi ajar sintaksis berbasis linguistik fungsional yang sedang dikembangkan

Kuantitatif dan kualitatif

Tiga pakar Deskriptif Angket

5 Persepsi mahasiswa terhadap materi ajar sintaksis berbasis linguistik fungsional yang mereka

gunakan


(37)

3.6 Validitas dan Realibilitas

Semua instrumen di dalam penelitian ini diuji validitas konstruknya (constuct validity) dengan menggunakan penilaian pakar. Ketiga pakar tersebut adalah Prof. Dr. Achamad H.P. dan Dr. Endry Boeriswati sebagai ahli pengajaran bahasa, serta Dr. Dendy Sugono sebagai ahli bahasa. Hasil penilaian pakar digunakan untuk melakukan revisi terhadap instrumen yang ada. Selanjutnya, instrumen hasil revisi pakar di uji cobakan kepada mahasiswa sebanyak tiga kali, yakni uji coba terbatas (uji coba I), uji coba II, dan uji lapangan.

3.7 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan disesuaikan dengan tahapan penelitian dan pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini. Setiap tahapan penelitian mempunyai tujuan dan data yang berbeda-beda. Oleh karena itu, teknik analisisnya juga berbeda-beda.

Data kuantitatif berupa angket analisis kebutuhan diperoleh dengan mengonversi pilihan jawaban responden menjadi skor. Misalnya, untuk data yang berkaitan dengan desain organisasi materi ajar, terdapat lima pilihan jawaban.

Pilihan jawaban ‘sangat tidak setuju’ diberi skor 1, ‘tidak setuju’ diberi skor 2, ‘ragu-ragu’ diberi skor 3, ‘setuju’ diberi skor 4, dan ‘sangat setuju’ diberi skor 5. Selanjutnya rerata skor untuk setiap butir dikategorikan ke dalam beberapa kategori sesuai dengan rentangan skornya dan dipersentasekan.

Data kuantitatif yang berkaitan dengan kelayakan bahan ajar oleh pakar diperoleh dengan mengonversi pilihan jawaban penilai menjadi skor. Terdapat

empat pilihan jawaban setiap butir yang ada. Pilihan jawaban ‘tidak layak’ diberi skor 1, ‘kurang layak’ diberi skor 2, ‘layak’ diberi skor 3, dan ‘sangat layak’


(38)

diberi skor 4. Selanjutnya rerata skor untuk setiap butir dikategorikan ke dalam beberapa kategori sesuai dengan rentangan skornya dan dipersentasekan.

Data yang berkaitan dengan persepsi mahasiswa setelah mereka menjalani uji coba diperoleh dengan mengonversi pilihan jawaban mereka menjadi skor. Terdapat lima pilihan jawaban. Pilihan jawaban ‘sangat tidak setuju’ diberi skor 1,

‘tidak setuju’ diberi skor 2, ‘ragu-ragu’ diberi skor 3, ‘setuju’ diberi skor 4, dan

‘sangat setuju’ diberi skor 5. Selanjutnya rerata skor untuk setiap butir

dikategorikan ke dalam beberapa kategori sesuai dengan rentangan skornya dan dipersentasekan.

Data hasil uji coba, dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Secara kualitatif, data disajikan secara deskriptif dalam tabel analisis data yang dibuat per unit. Selanjutnya, tabel analisis data tersebut dideskripsikan sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai pada tiap-tiap unit. Analisis deskriptif ini menghasilkan temuan-temuan. Setelah itu, data dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan pedoman penskoran, kemudian dihitung jumlah persentase siswa yang dapat menguasai kompetensi dari materi ajar sintaksis ini. Untuk melihat efektivitas materi ajar di dalam meningkatkan kemampuan mahasiswa pada mata kuliah sintaksis, dilakukan uji-t.


(39)

BAB 5

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN 5.1 Simpulan

Berdasarkan analisis dokumen, analisis kebutuhan, uji coba I, uji coba II, uji lapangan, dan temuan-temuan penelitian, ada beberapa hal yang dapat disimpulkan.

Pertama, hasil analisis kebutuhan menunjukkan bahwa ada kesenjangan antara keinginan mahasiswa dan dosen pengampu dengan kenyataaan-kenyataan objektif di lapangan, terutama dalam hal yang berkenaan dengan materi ajar sintaksis. Sebagian besar dari mereka kurang setuju dengan topik-topik materi ajar sintaksis yang tersaji dalam buku acuan. Mereka menginginkan topik-topik materi ajar sintaksis yang menggabungkan antara aspek struktur, fungsi, dan konteks. Oleh karena itu, materi ajar yang sesuai dengan kebutuhan mereka adalah materi ajar yang tidak hanya menekankan aspek struktur, tetapi melibatkan pula aspek fungsi dan konteks.

Kedua, berdasarkan studi dokumentasi dan analisis kebutuhan yang telah dilakukan, silabus materi ajar sintaksis berbasis linguistik fungsional yang dihasilkan adalah silabus yang mengintegrasikan antara struktur bahasa dan fungsi komunikasi bahasa. Dengan demikian, tujuan yang ingin dicapai dalam mata kuliah sintaksis adalah agar mahasiswa memiliki pemahaman tentang kedudukan sintaksis bahasa Indonesia sebagai dasar pembentuk kemahirwacanaan dan memiliki keterampilan membuat, mengkaji, serta menganalisis satuan-satuan sintaksis beserta hubungan fungsional antarkonstituen dalam satuan sintaksis.


(40)

Tujuan ini dirumuskan ke dalam komponen dasar dan indikator. Komponen dasar tersebut adalah (1) mengenal dan memahami pengertian sintaksis dan hubungan fungsional dalam sintaksis; (2) mengenal dan memahami Pengertian frasa dan hubungan fungsional dalam frasa; (3) mengenal dan memahami frasa nominal, (4) mengenal dan memahami frasa verbal, (5) mengenal dan memahami frasa adjektiva, (6) mengenal dan memahami frasa numeralia, (7) mengenal dan memahami frasa pronomina, (8) mengenal dan memahami frasa adverbia, (9) mengenal dan memahami frasa nominal preposisi, (10) mengenal dan memahami klausa, (11) mengenal dan memahami fungsi semantik klausa, (12) mengenal dan memahami fungsi sintaksis klausa, (13) mengenal dan memahami fungsi pragmatik klausa, (14) mengenal dan memahami kaliamat dan hubungan fungsionalnya, (15) mengenal dan memahami jenis kalimat berdasarkan fungsi semantik, (16) mengenal dan memahami jenis kalimat berdasarkan fungsi sintaksis, (17) mengenal dan memahami perluasan kalimat tunggal, (18) mengenal dan memahami kalimat majemuk, (19) mengenal dan memahami hubungan semantik antarklausa dalam kalimat majemuk, (20) mengenal dan memahami jenis kalimat berdasarkan fungsi pragmatik, (21) mengenal dan memahami jenis kalimat berdasarkan fungsi ekternal kalimat.

Berdasarkan kompetensi dasar ini, dikembangkanlah pokok bahasan sintaksis. Pokok bahasan tersebut adalah (1) Pengertian Sintaksis dan Konsep Dasarnya, (2) Pengertian Frasa dan Hubungan Fungsional dalam Frasa, (3) Frasa Nominal, (4) Frasa Verbal, (5) Frasa Adjektiva, (6) Frasa Numeralia, (7) Frasa Pronominal, (8) Frasa Adverbial, (9) Frasa Preposisi, (10) Klausa: Struktur dan Hubungan Fungsionalnya, (11) Fungsi Semantik Klausa, (12) Fungsi Sintaksis Klausa, (13) Fungsi Pragmatik Klausa, (14) Kalimat: Fungsi Internal dan Eksternal Kalimat, (15) Jenis Kalimat Berdasarkan Fungsi Semantik, (16) Jenis Kalimat Berdasarkan Fungsi Sintaksis, (17) Perluasan Kalimat Tunggal, (18)


(41)

Kalimat Majemuk, (19) Hubungan Semantik Antarklausa dalam Kalimat Majemuk, (20) Jenis Kalimat Berdasarkan Fungsi Pragmatik, (21) Jenis Kalimat Berdasarkan Fungsi Eksternal Bahasa.

Ketiga, model materi ajar sintaksis berbasis lingusitik fungsional ini terdiri dari beberapa komponen, yaitu (1) tujuan pembelajaran, (2) topik atau judul materi, (3) deskripsi pembelajaran, (4) Kompetensi Dasar, (5) indikator, (6) muatan materi ajar yang tersusun atas penyajian teks, pembahasan hubungan fungsional (hubungan fungsional dalam frasa, hubungan fungsional dalam klausa, hubungan fungsional dalam kalimat), latihan secara berkelompok, penjelasan dan kaidah, simpulan, serta latihan individu.

Keempat, hasil uji coba I (uji coba terbatas), uji coba II, dan uji lapangan terhadap model materi ajar sintaksis berbasis lingusitik fungsional dideskripsikan sebagai berikut.

Hasil uji coba I menunjukkan bahwa secara umum materi ajar yang telah diujicobakan layak dan dapat dikuasai oleh mahasiswa dengan baik. Hal ini ditunjukkan oleh adanya perbedaan yang signifikan antara rerata nilai pretes dan nilai postes yang dicapai oleh mahaiswa pada setiap unit yang diujicobakan.

Hasil uji coba II juga menunjukkan bahwa secara umum materi ajar yang telah diujicobakan layak dan dapat dikuasai oleh mahasiswa dengan baik. Hal ini ditunjukkan oleh adanya perbedaan yang signifikan antara rerata nilai pretes dan nilai postes yang dicapai oleh mahaiswa pada setiap unit yang diujicobakan.

Hasil uji lapangan menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang siginifikan antara rerata nilai pretes dan postes yang dicapai oleh mahasiswa pada setiap unit yang diujicobakan. Dengan demikian, materi ajar sintaksis berbasis


(42)

linguistik fungsional layak dan efektif dalam meningkatkan kemampuan sintaksis mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Jakarta.

5.2 Implikasi

Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan yang telah dikemukakan, terdapat beberapa implikasi hasil penelitian ini bagi pembelajaran sintaksis.

Pertama, paradigma lingusitik fungsional dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran sintaksis di perguruan tinggi untuk mendukung pencapaian kompetensi kemahirwacanaan mahasiswa. Hal ini dapat tercapai karena sintaksis berbasis linguistik fungsional menekankan kepada pentingnya mahasiswa memahami aspek fungsi bahasa, baik fungsi yang berhubungan dengan struktur bahasa, maupun yang berhubungan dengan fungsi komunikasi bahasa. Fungsi yang berhubungan dengan strukur bahasa adalah fungsi semantik, fungsi sintaksis, dan fungsi pragmatik, sedangkan fungsi yang berhubungan dengan fungsi komunikasi bahasa adalah fungsi instrumental, fungsi regulasi, fungsi interaksional, fungsi personal, fungsi heuristik, dan fungsi imajinatif. Dengan demikian, pembelajaran sintaksis di perguruan tinggi tidak hanya berfokus pada struktur bahasa saja, tetapi melibatkan juga aspek lain di luar bahasa.

Kedua, analisis sintaksis dimulai dari analisis fungsi semantik terlebih dahulu. Setelah fungsi semantik terdentifikasi, baru kemudian dilakukan analisis fungsi sintaksis dan pragmatik. Prosedural ini membuat mahasiswa lebih mudah mengidentifikasi fungsi sintaksis unsur bahasa setelah mengetahui mana unsur yang berperan sebagai pokok, perbuatan, sasaran, dan sebagainya. Tentu saja, hal ini disebabkan oleh adanya hasil pemetaan yang menunjukkan bahwa pokok, pelaku, pengalam, biasanya berfungsi sebagai subjek, sedangkan perbuatan,


(43)

proses, keadaan, eksistensi, relasional, semelfaktif, pengalaman, biasanya berfungsis sebagai predikat. Pemetaan ini membantu mereka dalam menganalisis fungsi internal dalam klausa atau kalimat.

Ketiga, pembelajaran sintaksis berbasis linguistik fungsional memberi perhatian yang lebih pada pemaknaan relasi semantik: predikator, argumen, dan periferal. Hal ini dapat memberi pemahaman yang utuh kepada mahasiswa tentang subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan. Seringkali pengajar bahasa menemui kesulitan saat mahasiswa bertanya tentang apa itu subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan. Dengan berorientasi pada pemaknaan relasi semantik, maka pertanyaan itu dapat dijawab dengan mudah. Subjek adalah bentuk gramatikal di dalam klausa yang berpotensi berperan sebagai pelaku, pengalam, peruntung, ukuran dan pokok. Predikat merupakan bentuk gramatikal di dalam klausa yang berpotensi berperan sebagai perbuatan, proses, keadaan, pengalaman, relasional, eksistensial, semelfaktif, posisi, lokasi, kuantitas, dan identitas (atribut). Objek merupakan bentuk gramatikal di dalam klausa yang berpotensi berperan sebagai sasaran, hasil, dan peruntung. Pelengkap merupakan bentuk gramatikal di dalam klausa yang berpotensi berperan sebagai sasaran, hasil, jangkauan, identitas, dan ukuran.

Kelima, pembelajaran sintaksis berbasis linguistik fungsional berorientasi pada makna dan keutuhan gramatikal. Makna dan keutuhan gramatikal bisa ditentukan oleh struktur logika yang terkandung dalam verba. Oleh karena itu, sintaksis berorientasi fungsional juga memperhatikan struktur logika verba dalam suatu konstruksi, sehingga memudahkan mahasiswa membuat suatu konstruksi klausa atau kalimat yang berterima ecara makna dan gramatikal.


(44)

Keenam, pembelajaran sintaksis melibatkan fungsi pragmatik, yakni fungsi yang berhubungan dengan status informasi dari sebuah teks atau wacana. Pemanfaatan fungsi pragmatik dalam kajian sintaksis dapat membantu mahasiswa untuk membuat kalimat atau wacana yang kohesif dan koheren karena pola informasi tersusun secara sistematis, misalnya informasi yang dianggap lama diletakkan di awal kalimat, sedangkan informasi baru diletakkan setelah informasi lama. Atau, informasi yang dianggap penting diletakkan di awal sebagai fokus kalimat, sedangkan latar diletakkan setelah fokus.

Ketujuh, pembelajaran sintaksis berbasis linguistik fungsional adalah pembelajaran yang induktif. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran sintaksis lebih bersifat penemuan konsep oleh mahasiswa, bukan pemberian konsep dari guru ke mahasiswa.

Kedelapan, pembelajaran sintaksis bersifat integratif, tidak atomistik. Oleh karena itu, pembahasan satuan-satuan sintaksis sebaiknya disajikan dalam bentuk teks, bukan satuan-satuan bahasa yang terlepas dari koteks dan konteksnya.

Kesembilan, pembelajaran sintaksis berbasis lingsuistik fungsional tidak mengabaikan aspek fungsi komunikasi bahasa. Dengan demikian, mahasiswa dapat memahami, menganalisis, dan membuat berbagai bentuk dan ragam kalimat. Selain itu, mereka juga mampu menggunakannya secara tepat sesuai dengan dengan fungsi komunikasinya masing-masing.


(45)

5.3Saran

Fungsi bahasa sebaiknya diintegrasikan dalam muatan materi ajar sintaksis di perguruan tinggi agar mahasiswa dapat lebih memahami bentuk-bentuk bahasa dengan tujuan yang berbeda-beda. Dengan demikian, pembelajaran sintaksis di perguruan tinggi adalah pembelajaran yang berorientasi pada paradigma linguistik fungsional, sehingga mahasiswa mampu menganalisis kalimat dari berbagai ragam dan bentuk, serta mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari secara tepat.

Model materi ajar berparadigma linguistik fungsional ini juga sangat tepat untuk dikembangkan dalam pembelajaran bahasa Indonesia di semua tingkat pendidikan, bukan hanya di tingkat perguruan tinggi.


(46)

DAFTAR PUSTAKA

Abraham, Warner. 1999. Discussant Paper Referring to the “Syntax Position Paper” by Howard Lasnik and Mickey Noonan dalam Functionalism and

Formalism in Linguistic Volume I. Amsterdam: John Benyamin

Publishin Company.

Ahmad HP. 2002. Sintaksis Bahasa Indonesia. Jakarta: Manasco Offset

Alwi, Hasan, dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud Pusat Bahasa.

Badudu, J.S. 1985. Cakrawala Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia.

Borg R, Walter and Meredith Damien Gall. 2003. Educational Research: an

Introduction. New York: Longman.

Brown, Douglas. 2007. Prinsip Pembelajaran dan Pengajaran Bahasa. Longman California

Brown, Douglas. 2001. Teaching by Principles an Interactive Approach to

Language Pedagogy. California: Addison Wesley Longman

Celting, Joan. 2002. Pragmatics and Discourse. London : Routledge. Chaer, Abdul.2009.Sintaksis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta

Chaer, Abdul. 2006. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta CoultHard, Malcolm. 1977. An Introduction to Discourse Analysis. London:

Longman.

Cunningsworth, Alan. 1995. Choosing Your Course Book. Oxford: Heinemann. Cutting, Joan. 2002. Pragmatics and Discurse. London: Routledge

Dardjowidjojo, Soenjono. 1993. Kontoversi di dalam Pendekatan Komunikatif dalam Pelba 6. Jakarta: Lembaga Bahasa Unika Atmajaya Jakarta. Dik, Simon. 1980. Studies in Functional Grammar. Amsterdam: Akademic Press Eggins, Susan. 1994. An Introduction to Systemic Functional Linguistics. London:

Pinter

Endang, M. Dede. 2010. “Bahan Ajar Sastra Apresiatif, Ekspresif, dan Kontekstual

untuk Siswa Kelas V SD.” Disertasi. Bandung: Pascasarjana

Universitas Pendidikan Indonesia

Finoechiaro, Mary. 1977. Developing Communicative Competence. Forum,Vol. XV, No. 2.

Ghazali. 2002. Pembelajaran Kontekstual. Makalah dalam seminar Kolita Universitas Atmajaya


(47)

Halliday, M.A.K. 1978. Language as Social Semiotic: The Social Interpretation of

Language and Meaning. London: Edward Arnold Publisher

Halliday, M.A.K. 2003. On Language and Linguistics. Continuun. London: MPG Books

Halliday, M.A.K.2004. An Introduction to Functional Grammar. New York: Oxford University Press

Halliday, Michael & Ruqaiya Hasan. 1994. Bahasa, Konteks, dan Konteks:

Aspek-Aspek Bahasa Dalam Pandangan Semiotik Sosial. Yogyakarta:

UGM.

Halliday, Michael. 1973. Explorations in the Functions of Language. London: Edward Arnold.

Hanafi, Abdul Halim. 2007. Penelitian dan Pengembangan Model Materi Ajar

Bahasa Arab sebagai Mata Kuliah Umum di IAIN Imam Bonjol Padang. Disertasi pada Program Sarjana Universitas Negeri Jakarta

Harmer, Jeremy. 2002. How to Teach English. Malaysia: Longman.

Hymes, Dell. 1971.“ On Communivative Competence“ in Pride and Holmes,

Sociolinguistics. London: Penguin Education.

Ibrahim, Nurdin. 2009. “Pengembangan Bahan Ajar”. Makalah diseminarkan oleh Pusat Studi Bahasa UNS.

Iskandarwassid & Suhendar, Dadang. 2008. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: Rosdakarya.

Jolly, David dan Rod Bolitho. “A framework for Materials Writing”, dalam Brian

Tomlinson (ed.) 1998. Materials Development in Language

Teaching. Cambridge: CUP.

Jamaluddin. 2003. Problematika Pembelajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: Adi Citra Karya Nusa

Karim, Mariana. 1980. Pemilihan Bahan Pengajaran. Jakarta: Penlok P3G

Kridalaksana, Harimurti. 1985. Tata Bahasa Deskriptif Bahasa Indonesia: Sintaksis. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa

Kridalaksana, Harimurti. 1989. Fungsi Bahasa dan Sikap Bahasa. Ende, Flores: Penerbit Nusa Indah.

Kridalaksana, Harimurti. 1991. Sintaksis Fungsional: Sebuah Sintesis. Makalah pada Konferensi Ilmiah Nasional VI MLI Semarang 7-12 Juli 1991 Kridalaksana, Harimurti. 2002. Struktur, Kategori, dan Fungsi dalam Teori

Sintaksis. Jakarta: Universitas Katolik Atmajaya Keraf, Groys. 1991. Tata Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Abraham, Warner. 1999. Discussant Paper Referring to the “Syntax Position Paper”

by Howard Lasnik and Mickey Noonan dalam Functionalism and Formalism in Linguistic Volume I. Amsterdam: John Benyamin Publishin Company.

Ahmad HP. 2002. Sintaksis Bahasa Indonesia. Jakarta: Manasco Offset

Alwi, Hasan, dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud Pusat Bahasa.

Badudu, J.S. 1985. Cakrawala Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia.

Borg R, Walter and Meredith Damien Gall. 2003. Educational Research: an Introduction. New York: Longman.

Brown, Douglas. 2007. Prinsip Pembelajaran dan Pengajaran Bahasa. Longman California

Brown, Douglas. 2001. Teaching by Principles an Interactive Approach to Language Pedagogy. California: Addison Wesley Longman

Celting, Joan. 2002. Pragmatics and Discourse. London : Routledge. Chaer, Abdul.2009.Sintaksis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta

Chaer, Abdul. 2006. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta CoultHard, Malcolm. 1977. An Introduction to Discourse Analysis. London:

Longman.

Cunningsworth, Alan. 1995. Choosing Your Course Book. Oxford: Heinemann. Cutting, Joan. 2002. Pragmatics and Discurse. London: Routledge

Dardjowidjojo, Soenjono. 1993. Kontoversi di dalam Pendekatan Komunikatif dalam Pelba 6. Jakarta: Lembaga Bahasa Unika Atmajaya Jakarta. Dik, Simon. 1980. Studies in Functional Grammar. Amsterdam: Akademic Press Eggins, Susan. 1994. An Introduction to Systemic Functional Linguistics. London:

Pinter

Endang, M. Dede. 2010. “Bahan Ajar Sastra Apresiatif, Ekspresif, dan Kontekstual

untuk Siswa Kelas V SD.” Disertasi. Bandung: Pascasarjana

Universitas Pendidikan Indonesia

Finoechiaro, Mary. 1977. Developing Communicative Competence. Forum,Vol. XV, No. 2.

Ghazali. 2002. Pembelajaran Kontekstual. Makalah dalam seminar Kolita Universitas Atmajaya


(2)

Halliday, M.A.K. 1978. Language as Social Semiotic: The Social Interpretation of Language and Meaning. London: Edward Arnold Publisher

Halliday, M.A.K. 2003. On Language and Linguistics. Continuun. London: MPG Books

Halliday, M.A.K.2004. An Introduction to Functional Grammar. New York: Oxford University Press

Halliday, Michael & Ruqaiya Hasan. 1994. Bahasa, Konteks, dan Konteks: Aspek-Aspek Bahasa Dalam Pandangan Semiotik Sosial. Yogyakarta: UGM.

Halliday, Michael. 1973. Explorations in the Functions of Language. London: Edward Arnold.

Hanafi, Abdul Halim. 2007. Penelitian dan Pengembangan Model Materi Ajar Bahasa Arab sebagai Mata Kuliah Umum di IAIN Imam Bonjol Padang. Disertasi pada Program Sarjana Universitas Negeri Jakarta Harmer, Jeremy. 2002. How to Teach English. Malaysia: Longman.

Hymes, Dell. 1971.“ On Communivative Competence“ in Pride and Holmes,

Sociolinguistics. London: Penguin Education.

Ibrahim, Nurdin. 2009. “Pengembangan Bahan Ajar”. Makalah diseminarkan oleh Pusat Studi Bahasa UNS.

Iskandarwassid & Suhendar, Dadang. 2008. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: Rosdakarya.

Jolly, David dan Rod Bolitho. “A framework for Materials Writing”, dalam Brian Tomlinson (ed.) 1998. Materials Development in Language Teaching. Cambridge: CUP.

Jamaluddin. 2003. Problematika Pembelajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: Adi Citra Karya Nusa

Karim, Mariana. 1980. Pemilihan Bahan Pengajaran. Jakarta: Penlok P3G

Kridalaksana, Harimurti. 1985. Tata Bahasa Deskriptif Bahasa Indonesia: Sintaksis. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa

Kridalaksana, Harimurti. 1989. Fungsi Bahasa dan Sikap Bahasa. Ende, Flores: Penerbit Nusa Indah.

Kridalaksana, Harimurti. 1991. Sintaksis Fungsional: Sebuah Sintesis. Makalah pada Konferensi Ilmiah Nasional VI MLI Semarang 7-12 Juli 1991 Kridalaksana, Harimurti. 2002. Struktur, Kategori, dan Fungsi dalam Teori

Sintaksis. Jakarta: Universitas Katolik Atmajaya Keraf, Groys. 1991. Tata Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia


(3)

Leech. 1983. Principles of Pragmatics. London: Longman

Levinson. 1983. Pragmatics. Cambridge: Cambridge University Press

Mallinowski, B. 1923. “The Problem of Meaning in Primitive Languages‟, dalam

Ogden & Richard. The Meaning of Meaning. London: routledge & Paul Kegan.

Markhamah, dkk., 2011. “Syntax Laerning Model in University in Central Java and Yogyakarta” dalam Bunga Rampai Bahasa dan Sastra Indonesia: Konservasi dan Pendidikan Karakter. Yogyakarta: Kepel Press Markhamah. 2009. Ragam dan Analisis Kalimat Bahasa Indonesia, Buku Pegangan

Kuliah Mata Kuliah Sintaksis 1. Surakarta: UMS Press

Martha, Ida Bagus. 2003. Model Pengembangan Buku Teks Bahasa Indonesia (Studi Pengembangan Materi Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Siswa Kelas V Sekolah Dasar di kota Singaraja –Bali dan Perbandingannya dengan Model Pengembangan Materi pada Buku Teks Bahasa Indonesia yang Digunakan Sekarang). Disertasi Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indoensia.

Masriyani, Neli. 2010. Kemampuan Menentukan Fungsi Sintaksis pada Siswa Kelas VII SMPN Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2009/2010.

McGrath, Ian. 2002. Materials Evaluation and Design for Language Teaching. Edinburgh: Edinburgh University Press

Mustajoki, Arto. 2007. “From Meaning to Form: an Alternative Model of Functional Syntax“. Russian Language Journal, Vol. 57. Diunduh dari www.helsinki.F-mustajoki/pdf/functional syntax-RLJ

Noonan, Michael. 1999. “Non-structuralist Syntax” dalam buku Functionalism and Formalism in Linguistics. Amsterdam: John Benjamins Publishing Company.

Parera, J.D. 1987. Linguistik Edukasional: Pendekatan, Konsep, dan Teori Pengajaran Bahasa. Jakarta: Erlangga

Parera, J.D. 2009. Dasar-Dasar Analisis Sintaksis. Jakarta: Erlangga.

Purwo, Bambang Kaswanti. 1987. “Pragmatik dan Pengajaran Bahasa” dalam

Makalah untuk Pertemuan Lembaga Bahasa Atmajaya. Jakarta: Atmajaya

Purwo, Bambang Kaswanti. 2006. Linguistik Formal dan Linguistik Fungsional. Makalah dalam Konferensi Nasional Pertama Linguistik Fungsional Sistemik di Indonesia 9-10 November 2006. Jakarta

Putrayasa, Ida Bagus. 2007. Analisis Kalimat: Fungsi, Kategori, dan Peran. Bandung: Refika Aditama.


(4)

Richards and Rogers. 1983. Approaches and Method in Language Teaching. Cambridge: Canbridge University Press

Richards, Jack. 2001. Curriculum Development in Language Teaching. Cambridge University Press.

Ramlan. 1987. Ilmu Bahasa Indonesia: Sintaksis. Yogyakarta: CV Karyono

Ridwan, Sakura. 2009. “Pemetaan Model Pembelajaran Bahasa Indonesia Berbasis Kreatifitas Siswa”. Penelitian Pakar, Lemlit UNJ

Romiszowski.1986. Developing Auto Instructional Material. Philadelphia: Nicholas Publishing.

Sadtono. 1996. Kompetensi Komunikatif: Mau ke Mana? Dalam buku Berbagai Pendekatan dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Jakarta: Sinar Harapan

Sampson, Geoffrey. 1983. Schools of Linguistics. London: Hutchinson. Samsuri. 1988. Berbagai Aliran Linguistik Abad XX. Jakarta: Depdikbud Samsuri. 1985. Tata Kalimat Bahasa Indonesia. Jakarta: Sastra Hudaya Sakri, Ajat. 1995. Bangun Kalimat Bahasa Indonesia. Bandung: ITB

Santoso, Riyadi. 2003. Semiotika Sosial Pandangan Terhadap Bahasa. Surabaya: JP Press

Saragih, Amran. 2009. “Pendekatan Fungsional dalam Pembelajaran Bahasa”.

Jurnal Metalingua. Vol. 7. No.1 Edisi Juni.

Siahaan, Bistok. 1987. Pengembangan Materi Pengajaran Bahasa FBS. Jakarta: P2LPTK Depdikbud

Stern. 1981. Second Languiage Ecquisition by Adult Immigrants: A field Manual. Rowley: Newbury House.

Stern. 1983. Fundamental Concept of Language Teaching. Oxford: Oxford University Press

Subagyo, Ani. 2010. “Melacak Pelibatan Konteks dalam Kajian Bahasa: dari

Fungsionalisme Praha hingga Analisis Wacana Kritis” dalam

Peneroka Hakikat Bahasa. Yogyakarta: Penerbit Universitas Sanata Darma.

Suhertuti. 2008. “Struktur Kalimat dalam Karangan Siswa SMP Terbuka”. Jurnal Analisis Vol 7. No.1. Pusat Pengembangan Bahasa dan Budaya FBS UNJ

Sumardi, Muljanto. 1996. Berbagai Pendekatan dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan


(5)

Sumardi. 2008. “Kecakapan Hidup Sebagai Kurikulum Tersirat dalam Pengajaran bahasa dan Sastra Indonesia”. Makalah pada Kongkres IX Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa

Syamsuddin A.R. 1999. Studi Wacana Kajian Linguistik Komprehensif. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap dalam Ilmu Kebahasaan pada Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia FPBS IKIP Bandung

Syamsuddin A.R. 2007. Modul Struktur Bahasa Indonesia. Bandung: SPS UPI Syamsuddin A.R. 2011. Studi Wacana: Teori, Analisis, Pengajaran. Bandung:

Geger Sunten

Syamsuddin A.R. dan Vismaia S. Damaianti. 2006. Metode Penelitian Pendidikan Bahasa. Bandung: Remaja Rosdakarya

Santoso. 1998. “Provikid:Iklan untuk Ibu atau Anak?” dalam Jurnal Haluan Sastra Budaya

Tarigan, H.G. 1993. Pengajaran Wacana. Bandung: Angkasa.

Tarigan, H.G. 2009. Pengajaran Kompetensi Bahasa. Bandung: Angkasa

Tomlinson, Brian. 2003. Developing Materials for Language Teaching. London: Cromwell Press.

Tomlison, Brian. 1998. Material Development in Language Teaching. Cambridge: Cambridge University Press.

Utami, Rini, dkk., 2008. “Kompetensi Guru Bahasa dan Sastra Indoneisa SLTP”.

Jurnal Analisis Vol 7. No.1. Pusat Pengembangan Bahasa dan Budaya FBS UNJ.

Valin, Van R.D. 2005. A Summary of Role and Reference Grammar. Berlin: Mouton de Gruyter. [earlier version available on RRG web site under

the title „On the relationship between syntactic theory and models of language processing‟]

Valin, Van R.D. and Randy Lapolla. 1997. Syntax: Structure, Meaning, and Function. Cambridge University Press

Valin, Van R. D. 2005. Exploring the syntax-semantics interface. Cambridge: Cambridge University Press.

Valin, Van R. D. Jr. 2001. “Functional Linguistic” dalam The Hand Book of Linguistics. USA: Black Well Publisher.

Valin, Van R.D. and William Foley. 1984. Functional Syntax and Universal Grammar. Cambridge: Press Syndicate of the University of Cambridge.


(6)

Wolfson, Nessa. 1984. “Rules of Speaking” dalam Richard and Schmtd. Language and Communication. London, New York: Longman.

Wright. 1987. Roles of Teachers and Learner. Oxford: Oxford University Press. Wiratno, Tri. 2006. “Analisis Linguistik Sistemik Fungsional terhadap Wacana

Iklan: Sebuah Kasus pada Iklan Panduan Belanja Hari Raya di Solo”.

Penelitian. Surakarta: UNS

Wiratno, Tri. 1996. “Struktur Genre dan Ideologi Iklan”. Penelitian. Surakarta: UNS

Wilkins, D.A. 1985. Notional Syllabus a Taxonomy and Its Relevance to Foreign Language Curriculum Development. Oxford: Oxford Universsity Press

Yalden, Jenice. 1987. The Communicative Syllabus: Evolution, Design & Implementation. New Jarsey: Prentice Hall

Yusuf. 2008. Pengaruh Pendekatan Sintaksis terhadap Hasil Belajar Kalimat Bahasa Indonesia (Penelitian Eksperimen pada Siswa Kelas IV SD di Kota Magelang.Disertasi pada Program Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta