Karakteristik Pasien Fraktur Memilih Pengobatan Tradisional Didukun Patah Suliah Kelurahan Titipapan Chapter III VI

BAB 3
KERANGKA PENELITIAN

3.1. Kerangka Penelitian
Tahap yang penting dalam satu penelitian adalah menyusun kerangka
konsep. Konsep adalah abstraksi dari suatu realitas agar dapat dikomunikasikan
dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antar variable (baik
variable yang diteliti maupun yang tidak diteliti) (Nursalam, 2008). Kerangka
konsep penelitian adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin
diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian yang akan dilakukan
(Notoadmodjo, 2012).
Kerangka penelitian ini bertujuan untuk mengggambarkan karakteristik
pasien fraktur memilih pengobatan tradisional di dukun patah SuliahKelurahan
Titipapan.
Berdasarkan kajian teoritik yang ada, maka kerangka konsep penelitian ini adalah:
− Usia Pasien
− Jenis kelamin Pasien
− Suku Pasien
−Agama Pasien

Karakteristik pasien fraktur

memilih pengobatan tradisional

− Pendidikan Pasien
− PekerjaanPasien
− Penghasilan Keluarga per bulan
− Jenis Fraktur/patah tulang yang dialami
− Sumber informasi didapat dari
− Lokasi yang terjadinya fraktur

26

Universitas Sumatera Utara

3.2. Definisi Operasional
No.

Variabel

Karakteristik
pasien fraktur

memilih
pengobatan
tradisional

Definisi Operasional

Alat ukur

Berupa
kuesioner
data
demografi
yang
mencakup
data
usia adalah Usia mengenai
adalah
umur Usia Pasien,
responden
pada Jenis

saat
dilakukan kelamin
penelitian.
Usia Pasien,Suku
Pasien,
dikategorikan
Agama
menjadi :
Pasien,
-20-39 tahun
Pendidikan
- 40-59 tahun
Pasien,
- > 60 tahun
Pekerjaan

Hasil ukur

Skala ukur


Usia
-20-39 tahun
- 40-59 tahun
- > 60 tahun

Ordinal

Karakterisitik
Pasien adalah sifat
khas yang dimiliki
suatu pasien yang
meliputi :

Jenis kelamin
Jenis kelamin adalah
pembagian
jenis
seksual
yang
ditentukan

secara
biologis
dan
anatomis
yang
dinyatakan
dalam
jenis
-Kelaminlaki-laki
dan
Kelamin
perempuan.
Suku
golongan sosial yang
dibedakan
dari
golongan-golongan
sosial lainnya, karena
mempunyai ciri-ciri
yang

paling
mendasar dan umum
yang
berkaitan
dengan asal usul,
tempat asal, serta
kebudayaannya.

Pasien,
Penghasilan
Keluarga per Jeniskelamin
bulan, Jenis -Laki-Laki
Fraktur/patah -Perempuan
tulang yang
dialami,
Sumber
informasi
didapat dari,

Lokasi yang

terjadinya
fraktur dan
beberapa
alasan
memilih
pengobatan
tradisional
Patah
Tulang
didukun
patah Suliah
yang
diModifikas
i
dari
Ritonga

Suku

Nominal


Nominal

-Batak Toba
-melayu
-Jawa
-mandailing

Universitas Sumatera Utara

-Batak Toba
-melayu
-Jawa
-mandailing
Agama
adalah
kepercayaan
yang
diakui
oleh

pemerintah Republik
Indonesia
yang
dianut pasien yang
dikategorikan atas:

-Islam
-Kristen Protestan
-Kristen Khatolik
-Hindu
-Budha

2012

Agama

Nominal

-Islam
-Kristen

Protestan
-Kristen
Khatolik
-Hindu
-Budha

Pendidikan adalah
jenis
pendidikan
formal
yang
terakhir
yang
diselesaikan oleh
responden.
Pendidikan
dikategorikan
menjadi :
Pendidikan rendah
-Tidaksekolah

- SD/SR
- SMP/MTS
Pendidikan
menengah
- SMA
Pendidikan Tinggi
- Diploma
sampaiPerguruan
Tinggi.

Pendidikan

Pekerjaan
adalah
suatu kegiatan atau

Pekerjaan

Ordinal

Tidaksekolah
- SD/SR
- SMP/MTS
- SMA
- Perguruan
Tinggi

Nominal

Universitas Sumatera Utara

aktivitas responden
sehari–hari.
Pekerjaan
dikategorikan
menjadi:
-PNS
-Pegawai
Swasta
-Wiraswasta
-Bertani/Buruh.

-PNS
-Pegawai
Swasta
-Wiraswasta
Bertani/Buruh

Penghasilan
Keluarga per bulan

< Rp 2.528.815
> Rp 2.528.815

Nominal

Jenis Fraktur/patah
tulang yang dialami

Frakturtertutup

Nominal

Fraktur
terbuka

Sumber
informasi
didapat dari

Lokasi
yang
terjadinya fraktur

Keluarga
Tetangga
Teman

-Bagian
Kepala
-Leher
-Pundak/
Bahu

Nominal

Nominal

-Dada

-Perut
-Punggung
-Pinggang
-Panggul
-Bokong/
-Pantat
-Kemaluan
-Dubur
-Ketiak
-Lengan Atas
-Siku

Universitas Sumatera Utara

-Lengan
Bawah
-Telapak
Tangan
-jari-jari
-Pergelangan
Tangan
-Paha
-Lutut
-Betis
-MataKaki
-TelapakKaki
-Punggung
Kaki
-Tumit
-Jari Kaki

Universitas Sumatera Utara

BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Pada penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif.
Notoatmodjo (2012) memaparkan bahwa penelitian deskriptif merupakan suatu
metode penelitian yang mendeskripsikan atau menggambarkan suatu keadaan
yang terjadi di dalam masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan
Karakteristik Pasien Fraktur Memilih Pengobatan Tradisional Didukun Patah
Suliah Kelurahan Titipapan.
4.2 Populasi, Sampel dan Teknik Sampling
4.2.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek dengan
karakteristik tertentu yang akan diteliti (Notoatmodjo, 2012). Populasi pada
penelitian ini adalah Seluruh Pasien yang berobat ke pengobatan tradisional
didukun patah suliah kelurahan Titipapan, Penentuan populasi diambil
berdasarkan data yang diperoleh dari Pemilik pengobatan tradisional didukun
patah Suliah sejumlah 360 pada tahun 2015-2016.
4.2.2 Sampel dan Teknik Sampling
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti
dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2012). Pengambilan
sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik Accidental Sampling.
Pengambilan sampel secara accidental ini dilakukan dengan mengambil kasus
atau responden yang kebetulan ada atau tersedia di suatu tempat sesuai konteks
penelitian. (Notoatmodjo, 2012). Gay dan Diehl (1992) berpendapat bahwa

31

Universitas Sumatera Utara

sampel haruslah sebesar-besarnya. Pendapat Gay dan Diehl (1992) ini
mengasumsikan bahwa semakin banyak sampel yang diambil maka akan semakin
representatif dan hasilnya dapat digenelisir. Namun ukuran sampel yang diterima
akan sangat bergantung pada jenis penelitiannya.
4.3 Lokasi dan waktu penelitian
Penelitian inidilaksanakan didukun Patah Suliah bertempat di daerah
Kelurahan Titipapan, Kota Medan merupakan suatu praktek pelayanan
pengobatan tradisional yang cukup di minati oleh masyarakat khususnya di
kelurahan Titipapan, hal ini dapat di lihat dari jumlah kunjungan pasien setiap
bulannya sekitar 30 orang pasien. Penelitian ini akan

dilaksanakan selama

sepuluh bulan yaitu dimulai dari bulan Oktober tahun 2016 sampai dengan bulan
Juni tahun 2017. Pengumpulan data akan dilakukan pada bulan April sampai
bulan Juni 2017.
4.4 Pertimbangan Etik
Pertimbangan etik dimulai dari proses administrasi penelitian yaitu setelah
mendapat persetujuan dari institusi pendidikan (Fakultas Keperawatan USU) dan
izin dari Dinas Kesehatan Kota Medan dan Pemilik pengobatan tradisional
didukun Patah Suliah, selanjutnya peneliti melakukan beberapa langkah-langkah
penelitian mulai dari pertimbangan etik penelitian yang meliputi: persetujuan dari
responden penelitian (Informed Consent), lembar persetujuan ini diberikan kepada
responden yang akan diteliti yang sesuai dengan Pernyataan Tentang Karakteristik
Pasien Fraktur Memilih Pengobatan Tradisional, bila responden tidak bersedia
menjadi responden maka peneliti tidak memaksa dan tetap menghargai hak-hak

Universitas Sumatera Utara

responden. Penelitian dilakukan dengan rahasia (Anomity), dan untuk menjaga
kerahasiaan identitas responden, maka waktu penelitian ini peneliti tidak
mencantumkan nama responden, tetapi lembar tersebut diberikan kode penelitian
(Confidentiality), kerahasian informasi responden dijamin oleh peneliti sebagai
kelompok data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian. Penelitian
ini tidak menyakiti aspek biologis, psikologis, sosial dan spiritual dari responden.
4.5 Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner yang oleh di
adopsi dari Ritonga (2012), berdasarkan tinjauan pustaka yang berisikan
pernyataan yang harus dijawab responden. Instrumen ini terdiri dari satu bagian
yaitu instrumen tentang pernyataan karakteristik pasien fraktur memilih
pengobatan tradisional didukun Patah Suliah kelurahan Titipapan. Instrumen data
demografi

berisi pertanyaan meliputi usia, jenis kelamin, suku, agama,

pendidikan, pekerjaan, penghasilan keluarga perbulan, jenis fraktur/patah tulang
yang dialami, sumber informasi, lokasi terjadinya fraktur, alasan memilih
pengobatan tradisional patah tulang didukun Patah Suliah Kelurahan Titipapan.
4.6 Validitas dan Reliabilitas Instrumen
4.6.1

Validitas

Validitas merupakan suatu indeks yang menunjukkan alat ukur atau
instrumen itu benar-benar mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo, 2012). Uji
validitas yang digunakan pada pengujian ini adalah validitas isi, yaitu sejauh mana
instrumen penelitian memuat rumusan-rumusan sesuai dengan isi yang
dikehendaki menurut tujuan tertentu. Uji validitas dilakukan dengan cara

Universitas Sumatera Utara

mengoreksi instrumen penelitian oleh orang yang berkompeten. Uji validitas
dilakukan oleh dosen yang ahli dalam bidang keperawatan Komunitas di Fakultas
Keperawatan USU yaitu SitiZaharaNasution, S.Kp, MNS, Berdasarkan uji
validitas tersebut, kuesioner disusun kembali dengan bahasa yang lebih efektif
untuk mempermudah responden memahami kalimat dalam instrumen tersebut.
4.6.2 Reliabilitas
Reliabilitas sebagai pemeriksaan pendahuluan sebelum melakukan
penelitian, menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten bila
dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan
menggunakan alat ukur yang sama (Notoatmodjo, 2012). Uji reliabilitas
instrumen bertujuan untuk mengetahui seberapa besar derajat alat ukur dapat
mengukur secara konsisten objek yang akan diukur. Alat ukur yang baik adalah
alat ukur yang memberikan hasil yang relatif sama bila digunakan beberapa kali
pada kelompok sampel yang sama.
Uji realibilitas ini dilakukan pada 10 responden yang akan dilakukan di
pengobatan tradisional Malumta kelurahan Karang berombak . Untuk mengetahui
kepercayaan (reliabilitas) instrumen dilakukan uji reliabilitas instrumen sehingga
dapat digunakan untuk penelitian berikutnya dalam ruang lingkup yang sama.
Hasil uji reliabilitas kuesioner untuk mengetahui gambaran karakteristik keluarga
pasien fraktur yang memilih pengobatan tradisional Didukun patah Suliah
menggunakan uji Cronbach alpha. Pada penelitian ini diperoleh hasil uji
reliabilitas dengan nilai 0,81 karena nilai Alpha >0,7 maka dinyatakan bahwa

Universitas Sumatera Utara

seluruh instrumen atau pernyataan yang digunakan dalam penelitian ini reliabel.
kuesioner dikatakan reliabel jika hasil uji reliabilitasnya >0,7 (Arikunto,2005).
4.7 Pengumpulan data
Prosedur yangdilakukan dalam pengumpulan data yaitu pada tahap awal
peneliti mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada institusi
pendidikan (Fakultas Keperawatan USU) kemudian Peneliti meminta izin kepada
pemilik pengobatan tradisional patah tulang didukun patah Suliah Kelurahan
Titipapan.

Setelah

mendapatkan

calon

responden,

selanjutnya

peneliti

menjelaskan kepada responden tersebut tentang tujuan, manfaat dan cara
pengisian kuesioner. Kemudian bagi calon responden yang bersedia, diminta
untuk menandatangani informed consent. Pengisian kuesioner dilakukan dengan
cara peneliti membacakan isi kuesioner kepada responden dan responden
menjawab pernytaan. Jawaban yang diberikan oleh responden juga disesuaikan
peneliti dengan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti saat pengisian
kuesioner berlangsung dan selanjutnya peneliti menandai jawaban yang diberikan
responden

di

lembar

kuesioner.

Selesai

pengisian,

peneliti

memeriksa

kelengkapan data. Jika data yang kurang lengkap, data dapat langsung dilengkapi
selanjutnya data yang terkumpul dianalisa.
4.8 Analisa data
Analisa datadilakukan setelah semua data dalam kuesioner dikumpulkan
melalui beberapa tahap dimulai dengan editing untuk memeriksa kelengkapan
data, kemudian data yang sesuai diberi kode (coding) untuk memudahkan peneliti
dalam melakukan tabulasi dan analisa data. Kemudian memasukkan (entry) data

Universitas Sumatera Utara

ke dalam komputer dan dilakukan pengolahan data dengan menggunakan
komputerisasi. Dilakukan dengan pengolahan data dengan menggunakan program
komputerisasi. Pengolahan data dilakukan dengan cara univariat, dimana data
univariat untuk menampilkan data krakteristik pasien fraktur memilih pengobatan
tradisional didukun patah suliah kelurahan titipapan yang terdiri dari usia pasien,
suku pasien, agama pasien, pendidikan pasien, pekerjaan pasien, jenis kelamin
pasien dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase.

Universitas Sumatera Utara

BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil dan Pembahasan
Pada bab ini menguraikan tentang hasil penelitian mengenai gambaran
karakteristik pasien fraktur yang memilih pengobatan tradisional didukun patah
Suliah kelurahan Titipapan. penelitian ini dilakukan selama 1 bulan mulai dari 11
April sampai 12 Juni 2017 dengan jumlah responden sebanyak 30 orang yang
merupakan pasien yang berobat ke pengobatan tradisional didukun patah Suliah.
Baik pasien baru, pasien rawat inap maupun pasien rawat jalan.
5.1.1 karakteristik respoden
Hasil penelitian berdasarkan karakteristik responden yang dipaparkan
mencakup usia, jenis kelamin, suku, agama, pendidikan terakhir, pekerjaan,
penghasilan kepala keluarga perbulan, Sumber informasi yang di dapat, lokasi
yang terjadinya fraktur, jenis fraktur yang dialami, alasan memilih pengobatan
suliah. Dari 30 responden didapatkan hasil yaitu : bahwa usia terbanyak berada
pada usia 20 – 39 tahun yaitu sebanyak 18 responden (60,0%). Jenis kelamin
responden terbanyak laki – laki sebanyak 24 responden (80.0%). Suku terbanyak
terdapat pada suku jawa sebanyak 20 responden (66,7%). Agama terbanyak
terdapat pada Agama Islam sebanyak 23 responden (76.7%). Pendidikan terakhir
terdapat pada SMA/SMK/MAN sebanyak 18 responden (60,0%).Perkerjaan
pasien didapat terbanyak sebagai Wiraswasta sebanyak 24 responden (80.0%).
Penghasilan keluarga perbulan terbanyak < 2.528.815 sebanyak 24 responden

Universitas Sumatera Utara

(80,0%). Jenis fraktur yang dialami terbanyak fraktur tertutup sebanyak 23
responden (76.7%). Sumber informasi didapat dari keluarga sebanyak 21
responden (70.0). lokasi fraktur banyak terjadi di bagian betis sebanyak 10
responden

(33,3%).

Alasan

masyarakat

memilih

pengobatan

tradisional

dikarenakan adanya pengalaman dari keluarga tentang manfaat pengobatan
tradisional sebanyak 11 responden (36,7%).
Tabel 5.1
Tabel Distribusi Karakteristik Pasien Fraktur Memilih Pengobatan
Tradisional Dukun Patah Suliah di Kelurahan Titipapan
Variabel
Usia
20-39 tahun
40-59 tahun
>60 tahun
Jenis kelamin
Laki – laki
Perempuan
Suku
Batak toba
Melayu
Jawa
Mandailing
Agama
Islam
Kristen protestan
Kristen khatolik
Pendidikan terakhir
Tidak sekolah
SD/SR
SMP/MTS
SMA/SMK/MAN
Perguruan tinggi
Pekerjaan
PNS
Pegawai swasta
Wiraswasta

Frekuensi

Persentase (%)

18
7
5

60,0
23,3
16,7

24
6

80,0
20,0

8
1
20
1

26,7
3,3
66,7
3,3

23
6
1

76,7
20,0
3,3

2
3
1
18
6

6,7
10,0
3,3
60,0
20,0

5
1
24

16,7
3,3
80,0

Universitas Sumatera Utara

Penghasilan keluarga
< 2.528.815
> 2.528.815
Jenis Fraktur
Fraktur tertutup
Fraktur terbuka
Sumber Informasi dari
Keluarga
Teman
Tetangga
Lokasi terjadinya Fraktur
Leher
Pundak/bahu
Punggung
Pinggang
Panggul
Pergelangan tangan
Paha
Lutut
Betis
Telapak kaki
Alasan memilih pengobatan
tradisional
Pernah berobat kerumah sakit namun
tidak kunjung sembuh.
Adanya trauma dari pasien atau
kerabat ketika berobat keumah sakit.
Pasien mengalami kecemasan ketika di
bawa kerumah sakit karena takut
terjadinya infeksi.
Takut di operasi apabila dibawa
kerumah sakit.
Ada pihak lain yang menyarankan
untuk berobat ke pengobatan
tradisional.
Ada nya pengalaman dari keluarga
tentang manfaat pengobatan
tradisional.

24
6

80,0
20,0

23
7

76,7
23,3

21
3
6

70,0
10,0
20,0

1
2
1
1
3
3
7
1
10
1

3,3
6,7
3,3
3,3
10,0
10,0
23,3
3,3
33,3
3,3

3

10,0

3

10,0

5

16,7

4

13,3

4

13,3

11

36,7

Universitas Sumatera Utara

5.2 Pembahasan
Dalam pembahasan ini peneliti mencoba menjawab pertanyaan penelitian
yaitu bagaimana gambaran karakteristik pasien fraktur yang memilih pengobatan
tradisional didukun patah Suliah kelurahan titipapan.
5.2.1 Karakteristik responden
5.2.1.1.Usia
Hasil penelitian tentang gambaran karakteristik pasien fraktur yang memilih
pengobatan tradisional didukun patah Suliah kelurahan titipapan menunjukkan
bahwa dari 30 responden sebagian besar usia pasien pada kelompok umur 20-39
tahun yaitu sebanyak 18 responden (60,0%). 40-59 tahun yaitu 7 responden
(23,3%). > 60 tahun yaitu 5 responden (16,7%). Hal ini sejalan dengan hasil
penelitian Purba (2011). Didapatkan hasil yaitu, usia pasien yang memilih
pengobatan tradisional bahwa sebagian besar responden berusia 21-30 tahun.
Berdasarkan data dari direktorat lalu lintas, Polda Sumut 2010 usia yang terlibat
kecelakaan lalu lintas di Sumut terbanyak pada rentang usia 21-30 tahun. Hal ini
disebabkan karena kesibukan atau tingkat mobilitas golongan usia tersebut di atas
tinggi, jumlah pengendara sepeda motor yang mengalami kecelakaan lalu lintas
terus meningkat. Menurut Ramadani (2010)Pada kelompok umur muda lebih
banyak melakukan aktivitas yang berat dari pada kelompok umur yang lebih tua.
Aktivitas yang banyak akan cenderung mengalami kelelahan tulang dan jika ada
trauma benturan atau kekerasan tulang bisa saja patah. Aktivitas masyarakat umur
muda di luar rumah cukup tinggi dengan pergerakan yang cepat, dapat
meningkatkan risiko terjadinya benturan atau kecelakaan yang menyebabkan

Universitas Sumatera Utara

fraktur Insidens kecelakaan yang menyebabkan fraktur lebih banyak pada
kelompok umur muda pada waktu berolahraga, kecelakaan lalu lintas, atau jatuh
dari ketinggian. Sesuai dengan klasifikasi WHO depkes 2016 rentang usia 20-39
dewasa awal, 40-59 masa lansia awal, > 60 lansia akhir. Usia pasien yang datang
kepengobatan tradisional suliah berada pada rentang usia dewasa awal. Adapun
ciri dari dewasa awal adalah adanya aktifitas sosial yang tinggi. Aktivitas sosial
yang tinggi akan memudahkan pasien untuk mendapatkan informasi yang penting
mengenai pemilihan pengobatan yang tepat melalui informasi pengalaman dari
teman, keluarga ataupun orang lain yang pernah merasakan efektivitas pengobatan
tersebut. Informasi tersebut akan menjadi pertimbangan pasien dalam memilih
pengobatan tradisional. Menurut lukman (2011) menyatakan usia yang semakin
tinggi dapat menimbulkan kemampuan seseorang mengambil keputusan semakin
bijaksana. Dalam hal ini rentang usia dewasa awal dianggap usia yang paling baik
dalam mengambil keputusan yang bijaksana. Termasuk dalam keputusan terhadap
pemilihan pengobatan tradisional.
5.1.1.2 Jenis Kelamin
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pasien fraktur yang
datang berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 24 responden (80,0%).
Perempuan sebanyak 6 responden (20,0%). Sesuai dengan penelitian Ritonga
(2012). Didapatkan hasil yaitu pasien fraktur didominasi oleh laki-laki (71.4%).
Dan sesuai dengan hasil penelitian Purba (2011). Didapatkan hasil yaitu Pasien
Fraktur didominasi oleh laki-laki (63,3%). Menurut Ramadani (2010)Laki – laki
pada umumnya lebih banyak mengalami kecelakaan yang menyebabkan fraktur

Universitas Sumatera Utara

yakni 3 kali lebih besar dari pada perempuan. Pada umumnya Laki – laki lebih
aktif dan lebih banyak melakukan aktivitas dari pada perempuan. Misalnya
aktivitas di luar rumah untuk bekerja sehingga mempunyai risiko lebih tinggi
mengalami cedera. Cedera patah tulang umumnya lebih banyak terjadi karena
kecelakaan lalu lintas. Tingginya kasus patah tulang akibat kecelakaan lalulintas
pada laki – laki dikarenakan laki – laki mempunyai perilaku mengemudi dengan
kecepatan yang tinggi sehingga menyebabkan kecelakaan yang lebih fatal
dibandingkan perempuan.

Hal ini sesuai dengan teori pada buku Brunner

&Suddart (2002) yang menyatakan fraktur terjadi lebih sering pada laki-laki
dibandingkan dengan perempuan. Hal ini berhubungan dengan olah raga,
pekerjaan atau kecelakaan. Adapun olahraga yang dapat menyebabkan fraktur
adalah sepak bola, ski, senam, voly, basket dan berdansa diatas lantai yang licin.
Sedangkan pekerjaan yang beresiko mengalami fraktur yaitu tukang besi, supir,
bangunan, pembalap mobil, orang dengan penyakit degeneratif dan neoplasma.
Dan kecelakaan yang paling sering menjadi penyebab fraktur adalah kecelakaan
sepeda motor. Menurut moesbar (2007) menyatakan bahwa pengendara dan
penumpang sepeda motoralah terbanyak mengalami patah tulang yang disebabkan
oleh kecelakaan lalu lintas. Sedangkan pada perempuan lebih sering terjadi pada
usia lanjut berhubungan dengan adanya osteoporosis yang terkait dengan
perubahan hormon.
5.2.1.3 Suku
Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa suku pasien yang memilih
pengobatan tradisional didukun patah Suliah beraneka ragam budaya dan suku,

Universitas Sumatera Utara

dan sebagian besar adalah suku Jawa yaitu sebanyak 20 responden (66,7%). Suku
melayu yaitu 1 responden (3,3%). Suku batak toba yaitu 8 responden (26,7%).
Suku mandailing yaitu 1 responden (3,3%). Hal ini didukung karena masyoritas
masyarakat sekitar daerah pengobatan Suliah kebanyakan suku jawa, Hal ini
menunjukkan bahwa budaya-budaya luhur masih tetap terpelihara dalam diri
masyarakat (Turana, 2003). Suku merupakan bagian integral dari budaya di
provinsi sumatera utara ini hampir seluruh masyarakat didominasi oleh suku
batak. sebagai bagian integral dari budaya, suku dapat mempengaruhi pandangan
masyarakat tentang penyebab penyakit persepsi keparahannya, dan dalam
menentukan pemilihan pengobatan. Maramis (2006) menyatakan budaya
dipengaruhi oleh suku bangsa yang dianut pasien, jika aspek suku bangsa sangat
mendominasi. Maka pertimbangan untuk menerima atau menolak pengobatan
didasari pada kecocokan suku bangsa yang dianut oleh pengobatan tradisional.
Berbeda dengan hasil penelitian Ritonga (2012) Pakpahan (2011) dan hasil
penelitian Purba (2006) Didapatkan hasil yaitu suku masyarakat yang memilih
pengobatan tradisional itu beraneka ragam dan sebagian besar adalah suku batak
Toba. Berdasarkan penelitian Dermawan (2013) mayoritas suku dayak memilih
pengobatan tradisional karena masyarakat lebih dekat dengan battra (dukun
patah), masyarakat merasa pengobatan yang dilakukan oleh dukun patah sudah
sesuai keinginan mereka dari padaa mereka harus berobat kerumah sakit. Oleh
karena itu disimpulkan bahwa kesamaan latar belakang budaya dengan dukun
patah tidak mempengaruhi masyarakat dalam pemilihan pengobatan tradisional.

Universitas Sumatera Utara

Hal ini dikarenakan adanya faktor luar yang mempengaruhi masyarakat dalam
pemilihan pengobatan tradisional diantara nya faktor lingkungan sekitar.
5.2.1.4 Agama
Hasil penelitian menunjukkan agama yang dianut responden mayoritas
adalah Islam yaitu sebanyak 23 responden (76,7%). Sedangkan Agama Kristen
Protestan sebanyak 6 responden (20,0). Dan agama Kristen Khatolik sebanyak 1
responden (3,3%). Menurut Mubarak, (2009).Agama berperan penting dalam
membentuk persepsi klien tentang sehat sakit, agama dapat mempengaruhi
penjelasan klien tentang penyebab penyakit, persepsi keparahannya, dalam
menetukan pemilihan pengobatan. Hasil penelitian ini didukung dengan peneltian
sebelumnya oleh Ritonga (2012). Didapatkan hasil bahwa agama yang dianut
responden mayoritas adalah Kristen Protestan, yaitu sebanyak 21 responden
(50%), Dalam penelitian ini agama islam yang menjadi perioritas masyarakat
dalam memilih pengobatan tradisional pengobatan tradisional didukun patah
Suliah kelurahan Titipapan. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa agama
apapun yang dianut masyarakat tidak mempengaruhi pasien dalam pemilihan
pengobatan tradisional.
5.2.1.5 Pendidikan Terakhir
Gambaran umum pendidikan responden berdasarkan tingkat pendidikan
formal adalah mayoritas responden memiliki tingkat pendidikan tinggi yaitu
perguruan tinggi sebanyak 6 responden (20,0%). SMA/SMK/MAN sebanyak 18
responden (60,0%). SMP/MTS sebanyak 1 responden (3,3%). SD/SR sebanyak 3
responden (10,0%). Tidak sekolah sebanyak 2 responden (6,7%). Menurut Wield

Universitas Sumatera Utara

Herry A (1996) menyebutkan bahwa tingkat pendidikan turut pula menentukan
mudah tidaknya seseorang menyerap atau memahami pengetahuan yang mereka
peroleh. Pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin baik
pula pengetahuannya. Dan tingkat pendidikan yang berbeda mempunyai
kecenderungan yang tidak sama dalam mengerti dan bereaksi terhadap kesehatan
mereka, hal ini yang juga dapat mempengaruhi dalam hal pemilihan terhadap
pengobatan (Notoatmodjo, 2003).Foster & Anderson (1986) menyatakan bahwa
pemilihan pengobatan tradisional biasanya dipengaruhi oleh tingkat pendidikan
masyarakat yang masih rendah serta kurangnya informasi tentang kesehatan yang
diterima. Menurut Bunner &Suddart (2002) menyatakan bahwa nilai-nilai
tradisional saat ini tidak hanya melanda masyarakat pedesaan saja namun
masyarakat perkotaan juga. Tidak hanya pada masyarakat pendidikan rendah saja
tetapi masyarakat pendidikan atas bahkan sarjana yang memiliki tingkat rasional
yang cukup tinggi mengambil jalan pintas ke arah pengobatan tradisional. Hal ini
diperkuat dengan hasil penelitian sebelumnya oleh Ritonga (2012), Pakpahan
(2011) dan Purba (2006) yaitu ternyata pendidikan masyarakat yang memilih
pengobatan tradisional patah tulang mayoritas adalah SMA dan Perguruan tinggi.
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan masyarakat yang
memilih pengobatan tradisional adalah baik.
5.2.1.6 Pekerjaan
Pekerjaan responden mayotitas wiraswasta sebanyak 24 reponden (80,0%)
dan mayoritas penghasilan keluarga perbulan < Rp2.528.815 sebanyak 24
responden (80,0%), > Rp2.528.815 sebanyak 6 responden (20,0%). Hal ini sesuai

Universitas Sumatera Utara

dengan upah minimun provinsi (UMP) SUMUT tahun 2017 yaitu sebesar Rp <
2.528.815. Ini menunjukkan tingkat kesajahtraan responden masih belum baik.
Menurut Pakpahan (2011), menyatakan bahwa pengobatan alternatif dipilih
karena alasan murah. Mahalnya obat-obatan modern dan tingginya biaya fasilitas
kedokteran canggih menjadi alasan masyarakat mencari jenis pengobatan
alternatif, pengobatan modern mengisyaratkan adanya kemampuan ekonomi yang
memadai. Namun dalam surat kabarAnalisa (2013) menyatakan bahwa maraknya
masyarakat berobat ke pengobatan alternatif tidak selamanya karena biaya yang
tinggi berobat ke dokter. Sekarang ini pemerintah telah memberikan jaminan
kesehatan kepada masyarakat berupa, BPJS, jamkesmas, jamkesda dan lain
sebagainya. Program kesehatan masyarakat yang diberikan pemerintah dapat
dimanfaatkan masyarakat untuk berobat ke rumah sakit. Jadi, tidak ada alasan lagi
karena persoalan biaya.
5.2.1.7 Jenis Fraktur
Jenis Fraktur yang dialami responden Fraktur tertutup sebanyak 23 responden
(76,7%). Fraktur terbuka 7 sebanyak responden (23,3%) Menurut direktorat polda
sumut 2010 disebabkan oleh kecelakaan lalulintas setiap tahun meningkat, akibat
bertambahnya jumlah kendaraan yang berada di jalan raya, kendaraan yang
terlibat kecelakaan lalulintas pada rangking pertama adalah sepeda motor lalu
yang kedua mobil penumpang, apabila terjadi kecelakaan lalulintas masyarakat
langsung mencari pertolongan pertama ke pengobatan tradisional apabila korban
mengalami fraktur tertutup namun ada juga masyarakat dengan fraktur terbuka
tetap dibawa ke pengobatan tradisional. Kasus fraktur terbuka merupakan kasus

Universitas Sumatera Utara

gawat darurat yang harus ditangani secepatnya di meja operasi karena adanya
Resiko infeksi terjadi jika tidak ditangani secara benar oleh tim medis. Dan resiko
infeksi ini terjadi lebih sering pada fraktur terbuka. Karena pada fraktur terbuka,
akan terlihat luka terbuka dan tonjolan tulang keluar. Hal ini akan meningkatkan
resiko infeksi jika tidak ditagani secara benar. Menurut penelitian Purba (2006)
yang menyatakan bahwa fraktur dengan luka terbuka sebaiknya tidak dibawa ke
praktek dukun patah melainkan harus ke pengobatan medis. Hal ini karena pasien
fraktur terbuka harus segera diberi antibiotik untuk mencegah terjadinya infeksi.
Oleh karena itu, peneliti menyimpulkan bahwa sebaiknya fraktur tertutuplah yang
boleh ditangani oleh pengobatan tradisional dan hal ini sudah sesuai dengan hasil
penelitian bahwa mayoritas pasien pengobatan tradisional patah tulang didukun
patah Suliah adalah fraktur tertutup.
5.2.1.7 Sumber Informasi
Hasil penelitian bahwa sumber informasi yang didapat responden berasal
dari teman sebanyak 3 responden (10,0%), dan informasi dari tetangga sebanyak 6
responden (20,0%). keluarga (Family) sebanyak 21 responden (70,0%). Hal ini
disebabkan karena adanya pengalaman dari keluarga tantang manfaat dan
efektifitas terkait pengobatan tradisional. Pengambilan keputusan terletak pada
perumusan berbagai alternatif yang tepat setelah suatu evaluasi (penilaian)
mengenai efektifitasnya mencapai tujuan yang dikhendaki oleh pengambil
keputusan (Sunarto, 2000). Dalam hal ini pasien yang berobat ke pengobatan
tradisional yang berperan dalam memnetukan pemilihan pengobatan tradisional,
salah satu komponen yang terpenting ialah kegiatan pengumpulan informasi.

Universitas Sumatera Utara

Informasi tersebut dapat diperoleh dari keluarga, teman, tetangga, orang lain
maupun dari media masa. Untuk itu, dari aktivitas tersebut akan memudahkan
pasien mendapatkan informasi tentang pengobatan yang efektif, Oleh karena itu,
dari hasil penelitian ini informasi dari sanak keluarga menjadi sumber informasi
yang penting dalam pengambilan keputusan terhadap pemilihan pengobatan.
5.1.2.8 Lokasi Terjadinya fraktur
Lokasi fraktur yang terjadi pada bagian leher sebanyak 1 responden
(3,3%). Pundak/bahu sebanyak 2 responden (6,7%). Punggung sebanyak 1
responden (3,3%). Pinggang sebanyak 1 responden (3,3%). Panggul sebanyak 3
responden (10,0%). Pergelangan tangan sebanyak 3 responden (10,0%). Paha
sebanyak 7 responden (23,3%). Lutut sebanyak 1 responden (3,3%). Dan yang
paling sering terjadi di bagian betis sebanyak 10 responden (33,3%). Hal ini
sejalan dengan hasil penelitan bahwa fraktur yang banyak dialami yaitu fraktur
tertutup sebanyak 23 responden (76,7%). Adapun prinsip yang digunakan pada
pengobatan tradisional patah tulang suliah 1). Prinsip penarikan pada bagian
tulang seperti semula, 2). Permberian bidai sebegai fiksasi tulang yang patah
setelah dikembalikan pada posisi semula, 3). Pemijatan/urut dengan menggunakan
minyak yang bertujuan menghangatkan tubuh yang patah sehingga memperlancar
aliran peredaran darah.
5.1.2.9 Alasan Memilih Pengobatan Tradisional
Berdasarkan uraian responden terhadap alasan memilih pengobatan
tradisional didukun patah Suliah kelurahan titipapan didapatkan beberapa alasan
keluarga memilih pengobatan tradisional yaitu

Universitas Sumatera Utara

1. Pernah berobat kerumah sakit namun tidak kunjung sembuh
2. Adanya trauma dari pasien atau kerabat ketika berobat keumah sakit
3. Pasien mengalami kecemasan ketika di bawa kerumah sakit karena takut
terjadinya infeksi
4. Takut di operasi apabila dibawa kerumah sakit
5. Ada pihak lain yang menyarankan untuk berobat ke pengobatan tradisional
6. Ada nya pengalaman dari keluarga tentang manfaat pengobatan tradisional
Ogunlusi et al. (2008) dalam penelitiannya menemukan bahwa pasien
fraktur yang berobat ke pengobatan tradisional di barat-daya negeria mengalami
komplikasi dengan terjadinya gangrene yang dihasilkan dari pengobatan
tradisional patah tulang dimana hal ini menjadi indikasi yang paling umum untuk
amputasi di kalangan anak-anak. Omololu et al. (2008) juga menemukan hal yang
sama dalam penelitiannya yaitu terjadinya gangrene sebagai satu dari banyak
komplikasi pengobatan tradisional lainnya. Dalam penelitiannya juga dikatakan
bahwa 85% pasien fraktur femur memilih untuk pertama datang ke pengobatan
tradisional. Alasan mereka lebih memilih untuk pertama sekali mendatangi
pengobatan tradisional yaitu kebudayaan dan keyakinan, nasehat pihak ketiga
(orang lain) serta penolakan akibat keyakinan bahwa berobat kerumah sakit akan
membawa kepada kematian. Maka dari itu, masyarakat perlu diedukasi mengenai
batasan-batasan dalam pemilihan pengobatan tradisional sehingga tidak terjadi
komplikasi dari pengobatan tradisional.

Universitas Sumatera Utara

Bab 6
Kesimpulan dan Saran

6.1. Kesimpulan
Penelitian dilakukan selama 1 bulan yaitu selama bulan mei 2017. Dari
30 responden didapatkan hasil yaitu kelompok umur 20-39 sebanyak (60,0%).
pasien fraktur yang datang berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 24 responden
(80,0%). sebagian besar suku yang datang berobat adalah suku Jawa yaitu
sebanyak 20 responden (66,7%). Agama yang dianut responden mayoritas pasien
yang berobat ke pengobatan tradisional Suliah adalah Islam yaitu sebanyak 23
responden (76,7%). Tingkat pendidikan SMA/SMK/MAN sebanyak 18 responden
(60,0%). Pekerjaan responden mayoritas wiraswasta sebanyak 24 reponden
(80,0%) dan mayoritas penghasilan keluarga perbulan < Rp 2.528.815 sebanyak
24 responden (80,0%). Jenis fraktur yang dialami responden fraktur tertutup
sebanyak 23 responden (76,7%). bahwa sumber informasi yang didapat responden
berasal dari keluarga (Family) sebanyak 21 responden (70,0%). Lokasi fraktur
yang sering terjadi pada bagian betis sebanyak 10 responden (33,3%). dan
kebanyakan pasien memilih pengobatan tradisional karena adanya pengalaman
dari keluarga tentang manfaat pengobatan tradisional sebanyak 11 responden
(36,7%).

Universitas Sumatera Utara

6.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian maka penting diberikan rekomendasi kepada
beberapa pihak yaitu:
6.2.1

Bagi Pengobatan Tradisional Dukun Patah Suliah
Adapun yang menjadi saran peneliti bagi pengobatan tradisional dukun

patah Suliah agar pengobatan tradisional suliah dapat berkerja sama atau
berkolaborasi dengan tim kesehatan yang berkopentensi dibidangnya mengenai
masalah yang terkait dengan fraktur.
6.2.2

Bagi Pelayanan Keperawatan
Bagi tenaga kesehatan khususnya perawat komunitas agar bekerja sama

denganDirektorat

bina

pelayanan

kesehatan

tradisional,

alternatif

dan

komplementer pengembangan integrasi pelayanan kesehatan tradisional ke dalam
fasilitas pelayanan kesehatan, melalui peningkatan kemampuan tenaga kesehatan,
dan pemberdayaan masyarakat melalui asuhan mandiri di bidang kesehatan
tradisional. kesehatan komprehensif adalah pelayanan kesehatan tradisional agar
masyarakat

mendapatkan

pelayanan

kesehatan

tradisional

yang

dapat

dipertanggungjawabkan, aman dan bermanfaat. bahwa pelayanan kesehatan
tradisional mempunyai potensi yang cukup besar dan perlu mendapat perhatian
yang serius sebagai bagian dari pembangunan kesehatan nasional.
6.2.2

Bagi Penelti Selanjutnya
Peneliti menyarankan bagi penelitian selanjutnya agar meneliti tentang

motivasi pasien memilih pengobatan tradisional dalam menentukan pilihan

Universitas Sumatera Utara

pengobatan tradisional sebagai pilihan yang tepat bagi pasien dengan
menggunakan metode penelitian deskriptive korelasi (hubungan).

Universitas Sumatera Utara