Karakteristik Pasien Fraktur Memilih Pengobatan Tradisional Didukun Patah Suliah Kelurahan Titipapan

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Fraktur
2.1.1 Definisi Fraktur
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis
dan luasnya (Brunner & Suddarth,2002). Fraktur adalah suatu patahan pada
kontinuitasstruktur tulang. Patahan tadi tidak lebih dari suatu retakan, biasanya
patahan itu lengkap dan fragmen tulang bergeser. Jika kulit di atasnya masih utuh,
keadaan ini disebut fraktur tertutup atau sederhana dan jika salah satu rongga
tubuh tertembus, keadaan ini disebut fraktur terbuka atau compound, yang
cenderung mengalami kontaminasi dan infeksi (Apley, 2002).
2.1.2 Jenis-Jenis fraktur
Menurut Apley (2002)penampilan fraktur dapat sangat bervariasi tetapi untuk
alasan yang praktis fraktur dibagi atas beberapa kelompok yang jelas. Fraktur
dibagi menjadi:
2.1.2.1 Fraktur lengkap
Tulangbenar-benar patah menjadi dua fragmen atau lebih. Fraktur bersifat
melintang, fragmen itu biasanya tetap di tempatnya setelah reduksi. Jika bersifat
oblik atau spiral, fraktur cenderung bergeser dan berpindah lagi sekalipun tulang
itu dibebat pada fraktur Impaksi fragmen-fragmen terikat erat bersama-sama dan
garis fraktur itu takjelas. Fraktur kominutif adalah fraktur dengan lebih dari dua

fragmen, karena ikatan sambungan pada permukaan fraktur tidak baik, lesi ini
sering tak stabil.

Universitas Sumatera Utara

2.1.2.2 Fraktur tidak lengkap
Fraktur tidak lengkap adalah keadaan tulang terpisah secara tak lengkap
dan periosteum tetap menyatu. Menurut Brunner & Suddarth (2002)jenis fraktur
terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu fraktur komplet adalah patah pada seluruh
garis tengah tulang dan biaanya mengalami pergeseran atau bergeser dari posisi
normal. Fraktur tidak komplet adalah fraktur yang terjadi bila grais patah tidak
melalui seluruh garis penampang tulang.
Fraktur tertutup (fraktur simpel) adalah keadaan fraktur yang tidak terdapat
hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar, disebut juga fraktur bersih
(karena kulit masih utuh) Tanpa komplikasi. Pada fraktur tertutup ada klasifikasi
tersendiri yang berdasarkan keadaan jaringan lunak sekitar trauma.
Fraktur terbuka (fraktur komplit/kompleks) merupakan fraktur dengan luka
pada kulit atau membrane mukosa sampai ke patahan tulang. Fraktur terbuka
digradasi menjadi: Grade I dengan luka bersih kurang dari 1cm panjangnya,
Grade II luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang ekstensif, dan Grade

III, yang sangat terkontaminasi dan mengalami kerusakan jaringan lunak
ekstensif, merupakan yang paling berat.
2.1.3 Pengobatan fraktur secara medis
Fraktur secara medis dilakukan jika keadaan nyeri yang terus menerus dan
bertambah beratnya sampai fragmen tulang di imobilisasi. Spasme otot yang
menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang untuk
meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.

Universitas Sumatera Utara

Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tak dapat digunakan dan cenderung
bergerak secara tidak alamiah (gerakan luar biasa) bukannya tetap rigid seperti
normalnya. Pergeseran fragmen pada fraktur lengan atau tungkai menyebabkan
deformitas (terlihat maupun teraba) ekstremitas yang hanya diketahui dengan
membandingkan dengan ekstremitas normal. Ektremitas tak dapat berfungsi
dengan baik karena fungsi normal otot bergantung pada integritas tulang tempat
melekatnya otot. Ektremitas dipertahankan dalam posisi yang di inginkan
sementara gips, bidai, atau alat lain dipasang oleh dokter. Keadaan ekstremitas
tersebut dianjurkan dokter untuk dilakukan pemasangan traksi.
Traksi digunakan untuk mendapatkan efek reduksi dan immobilisasi.

Beratnya traksi disesuaikan dengan spasme otot yang terjadi. Ketika tulang
sembuh, akan terlihat pembentukan kalus pada sinar-x. Ketika kalus telah kuat,
dapat dipasang gips atau bidai untuk melanjutkan immobilisasi. Jika dalam
pemasangan traksi tidak berhasil maka dilakukan dengan reduksi terbuka.
Reduksi terbuka dilakukan pada fraktur tertentu memerlukan reduksi
terbuka. Dengan pendekatan bedah, fragmen tulang direduksi. Alat fiksasi interna
dalam bentuk pin, kawat, skrup, plat, paku, atau batangan logam dapat digunakan
untuk mempertahankan fragmen tulang dalam posisinya sampai penyembuhan
yang solid terjadi. Alat ini dapat diletakkan di sisi tulang atau dipasang melalui
fragmen tulang atau langsung ke rongga sumsum tulang. Alat tersebut menjaga
aproksimasi dan fiksasi yang kuat bagi fragmen tulang.
Setelah direduksi, fragmen tulang harus diimobilisasi, atau dipertahankan
dalam posisi atau kesejajaran yang benar sampai terjadi penyatuan. Imobilisasi

Universitas Sumatera Utara

dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna dan interna. Mempertahankan dan
mengembalikan fungsi. Latihan isometrik dan setting otot diusahakan untuk
meminimalkan atropi disuse dan meningkatkan peredaran darah. Partisipasi dalam
aktivitas hidup sehari-hari diusahakan untuk memperbaiki kemandirian fungsi dan

harga diri (Brunner & suddarth, 2002)
Proses penyembuhan fraktur dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor antara
lain yaitu, immobilisasi fragmen tulang, Kontak fragmen tulang maksimal, asupan
darah yang memadai, nutrisi yang baik, latihan pembebanan berat badan untuk
tulang panjang, hormon-hormon pertumbuhan, tiroid, kalsitonin, vit D, steroid
anabolik dan Potensial listrik pada patahan tulang panjang. Sedangkan Faktor
yang menghambat penyembuhan tulang adalah trauma lokal ekstensif, kehilangan
tulang, immobilisasi tak memadai, infeksi, keganasan lokal, penyakit tulang
metabolik, radiasi tulang (nekrosis radiasi), nekrosis avaskuler, usia ( lansia
sembuh lebih lama) dan kortikosteroid (menghambat kecepatan perbaikan)
(Brunner & suddarth, 2002).
2.1.4 Pengobatan patah tulang Secara Tradisional
Pengobatan patah tulang secara tradisoonal adalah pengobat tradisional
yang cara pengobatannya dengan cara mengurut untuk mereposisi tulang atau otot
yang mengalami patah atau terkilir, memfiksasi, reposisi dengan bidai atau kayu
yang dikenal dengan rantai dan memberi kompres dengan ramuan daun-daun atau
akar-akaran (Subandi, 1998).

Universitas Sumatera Utara


Menurut Saleh (1998) penanggulangan dan pengobatan patah tulang
secara tradisional ada beberapa prinsip yang sama dengan pengobatan mutakhir
yang dapat diterima secara logika antara lain :
Prinsip penarikan traksi bagian tubuh yang patah untuk mengembalikan
posisi tulang seperti semula. Pemberian bidai dari anyaman kelapa, anyaman
alang-alang, baluran daun sereh. Prinsipnya sebagai fiksasi tulang yang patah
setelah dikembalikan pada posisi semula. Di sini ada beberapa kekurangan dalam
fiksasi secara tradisional karena mempergunakan bahan yang lunak dan fiksasinya
tidak melewati dua atau tiga persendian sehingga tulang yang patah dapat
bergerak dari posisi yang diharapkan. Adanya kompres dengan daun-daun segar
yang diharapkan dapat memperlancar aliran darah sehingga dapat mengurangi
pembengkakan.

Adanya

pemijatan/urut-urut

yang

dilakukan


dalam

penanggulangan patah tulang disertai dengan olesan berupa minyak-minyak
kelapa yang mungkin.
2.2 Pengobatan tradisional
2.2.1 Pengertian pengobatan tradisional
Pengobatan tradisional adalah salah satu upaya pengobatan dan perawatan
cara lain di luar ilmu kedokteran atau ilmu keperawatan. Pengobatan tradisonal ini
sudah lama di kenal di kalangan masyarakat,jauh sebelum kedokteran moderen
masuk ke Indonesia, pengobatan ini banyak berdasarkan pada kepercayaan yang
bersifat mistik kepercayaan tenaga gaib. Disamping itu pengobatan ini terbentuk
melalui satu proses, yaitu mencoba berulang-ulang cara dan obat tertentu dalam
menangani berbagai macam penyakit. Berbagai agama masuk dan berkembang di

Universitas Sumatera Utara

Indonesia dapat mempengaruhi cara penyembuhan tradisional, sejak abad ke 19
terdapat pengaruh ilmu kedokteran modern ke dalam pengobatan tradisional
(Mubarak, 2009).

Pengobatan tradisional adalah sebuah layanan pengobatan yang tidak
ilmiah, namun apabila ingin dipaksakan harus di ukur standar keilmiahannya,
jenis pengobatan tradisional memiliki ukuran keilmiahannya antara satu dengan
yang lain. Sebagai seorang dokter harus tahu bahwa jenis pengobatan tradisional
ada yang dapat di pertangggung jawabkan secara ilmiah karena kesesuaian dengan
pengetuahuan kedokteran serta ada juga yang masih belum mendapat penjelasan
secara ilmiah oleh sebab itu ada hal yang perlu di perhatikan masyarakat yaitu
pentingnya memiliki sikap kiritis dalam mengapresiasiatau memanfaatkan layanan
pengobatan tradisional (Hanafiah, 2009).
Pengobatan tradisional tidak perlu di hapuskan melainkan menjadi mitra
pelayanan kesehatan modern,pengobatan tradisional harus saling bekerja sama
dengan dokter, pengobatan tradisional dan modern sama-sama di butuhkan
masyarakat, pengobatan tradisional bukan pengobatan yang utama, dalam
memilih pengobatan masyarakat di arahkan berobat ke dokter, pengobatan
tradisional adalah pilihan terakhir setelah pengobatan modren gagal melakukan
(Notoatmodjo, 2010).
2.2.2 Penyembuhan pengobatan tradisional
Pengobatan

tradisional


selalu

memperhatikan

pendekatan

dengan

mengutamakan kepentingan orang sakit dan selalu memperhatikan tradisi dan
lingkungan, pengobatan ini bukan saja mengobati orang sakit melainkan di bidang

Universitas Sumatera Utara

asmara, perjodohan meramalkan masa depan, kedudukan pangkat dan ada pula
yang mencelakai orang lain. Berdasarkan uraian di atas pengobatan tradisional ini
masih tetap tinggi penerimaan masyarakat, bukan hanya di tengan-tengah
masyarakat pedesaan melainkan juga masyarakat di perkotaaan, bukan hanya dari
golongan bawah melainkan juga oleh golongan menengah atas. Hal ini disebabkan
oleh faktor budaya, sistem nilai dan upaya penyembuhan. Penyembuhan penyakit

tidak di perlukan pendekatan kedeokteran secara ilmiah, tetapi dapat di lakukan
dengan memberikan perhatian pada aspek non medik, seperti latar belakang,
sosial budaya, agama, kepercayaan. Menurut penelitian Amerika Serikat di
temukan bahwa dapat dibuktikan secara ilmiah, peran agama, kepercayaan,
spiritual dapat membantu penyembuhan berbagai penyakit, dalam menggapi
penyembuhan penyakit dengan pengobatan tradisional para dokter hendaknya
bersikap terbuka dan objektif begitu juga sebalik nya tidak menerima begitu saja
hasil pengobatan tradisional, karena hingga saat ini belum ada tolak ukur yang
baku, kenyataannya orang sakit merasa sehat kembali walaupun hanya secara
subjektif dan merasa puas dengan pelayanan yang di berikan, jadi perlu di dikaji
untuk membuktikan manfaat berbagai jenis upaya pengobatan tradisional.
Pengobatan tradisional secara faktual sudah di manfaatkan masyarakat
berdasarkan hasil riset, dan dapat pula di lakukan riset lanjutan dengan melakukan
pemeriksaan dengan alat alat kedokteran yang canggih untuk memperoleh tolak
ukur fisik yang lebih objektif dan menjadi bukti kebenaran ilmiah. Dampak hasil
riset itu untuk melindungi masyarakat dari efek samping yang merugikan
masyarakat dan disisi lain untuk melestarikan cara pengobatan tradisonal yang

Universitas Sumatera Utara


efektif, yang benar benar bermanfaat untuk menyembuhkan masyarakat,
pengobatan tradisional yang sudah dapat di pertanggungjawabkan manfaat dan
keamanaan nya perlu terus di kembangkan untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat baik fisik, mental dan spiritualnya begitu juga sebaliknya yang
merugikan masyarakat perlu di tingkatkan pengawasannya (Hanafiah, 2009).
2.2.3 Pemanfaatan pengobatan tradisional
Pengobatan tradisional harus di upayakan agar dapat di manfaatkan untuk
menopang pengembangan dan pembinaan pelayanan kedokteran modren setalah
terbukti secara ilmiah memang bermanfaat dan dilakukan riset yang terarah dan
mendasar, dilakukan secara tuntas sehingga dapat di tentukan sikap dan
kebijaksanaan dalam pemanfaatannya (Hanafiah, 2009).
Pengobatan

tradisional

dan

kedokteran

moderen


tidak

perlu

dipertentangkan, bahkan di usahakan terjalinnya kerja sama atau pembagian peran
antara pelaksana pengobatan tradisional dan pelaksana praktik kedokteran
moderen, atas dasar saling menghormati, saling belajar, dan saling dukung. Orang
sakit yang menderita penyakit mendadak dan serius harus di tangani segera oleh
dokter dan bila perlu di rawat dirumah sakit. Jika menggunakan pengobatan
tradisional mungkin akan membahayakan bagi diri masyarakat tersebut, atau
mengurangi kesempatan untuk sembuh. Namun sebaliknya apabila penyakit yang
di derita tidak akut atau penyakit menahun dapat memilih pengobatan tradisional,
walaupun nantinya tidak akan sembuh misalnya penyakit kanker stadium akhir,
AIDS tetapi masyarakat merasa lebih tenang, lebih sehat, dan lebih nyaman.

Universitas Sumatera Utara

Dalam ikatan seperti itulah pengobatan tradisional dan kedokteran modren saling
melengkapi (Hanafiah, 2009).
2.2.3 Pengobatan tradisional di negara berkembang
Di

negara

berkembang

sistem

pengobatan

tradisonal

disebut

Complimentary and Alternative Medicine (CAM), dan merupakan pengobatan
alternatifdan tidak berarti tradisi asli dari negara yang bersangkutan di beberapa
negara.CAM telah di setarakan status hukumnya dengan ilmu kedokteran modern
sehingga terdapat dokter dengan sertifikasi ganda. Di indonesia cara
penyembuhan tradisional diupayakan terintegrasi dengan sisitem pelayanan
nasional untuk mengatasi masalah kesehatan seperti di Cina, Jepang, korea.
Pengobatan tradisional tidak selalu berhasil untuk mengatasi masalah masalah
kesehatan, obat herbal harus memenuhi kriteria yang aman,khasiatnya harus udah
dibuktikan berdasarkan uji klinis dan memenuhi standart yang mutu (Hanafiah,
2009).
Pada tahun 1998 kongres Amerika Serikat mendirikan The National
Centre For Complementary Alternatif Medicine (NCCAM), di National Institut
untuk mengembangkan penenlitian mengenai pelengkap dan pengobatan
tradisional (complementary and alternative medicine) misi organisasi ini yaitu
memberikan informasi yang dapat di percaya kepada masyarakat mengenai
keamanan dan khasiat CAM. NCCAM mengatakan bahwa ada beberapa jenis
terapi tradisional ternyata lebih “manjur” jika di gunakan bersama pengobatan
konvensional (medis). Hal ini menunjukkan bahwa pengobatan tradisional dapat
digunakan secara terpisah. Maupun sebagai pelengkap (Complementary) terhadap

Universitas Sumatera Utara

sistem pengobatan yang ada, sehingga efektivitas penyembuhan akan menjadi
lebih baik dan NCCAM dikelompokkan menjadi 5 kategori yaitu:
1.

Alternative medical system sistem ini berkembang sebelum di temukannya
metode pengobatan konvensional (medis), Intervensi pikiran tubuh (mindbody intervention).

2.

Biological-based Traetment metode pengobatan alamiah dan biologi,
misalnya ramuan herbal (tumbuhan), diet khusus.

3.

Manipulaitve and body –based method antara lain Terapi pijat.

4.

Terapi energi dengan menggunakan tenaga yang berasal dari dalam dan
luar tubuh untuk mengobati penyakit misalnya terapi sentuhan, terapi
bioelektromagnetik (Sudarma, 2012).
Pengobatan Tradisional atau Herbal menurut WHO, Herbal yaitu

menggunakan bahan asli tanaman seperti bunga, buah-buahan, akar dll yang
digunakan untuk pengobatan:
a.

Bahan-bahan tanaman termasuk jus segar,getah,minyak olahan,minyak asli
resin.Beberapa negara material-material tumbuhan tadi sudah ada yang di
olah dengan prosedur yang di kembangkan masyarakat lokal,penguapan
(steaming), pemanggangan (roasting), pencampuran dengan madu.

b. Pengelolahan herbal di landaskan pada produk tumbuhan yang sudah di
lestarikan dan ada beberapa pengolahan tanaman hasil ekstraksi,pelarutan,
konsentrasi atau proses pengolahan fisikawi,dan biologi jenis pengobatan ini
termasuk pengolahan yang di campur dengan madu.

Universitas Sumatera Utara

c. Produk tanaman terakhir pengelolahan bahan tanaman baik dari satu atau
lebih dari satu jenis tanaman yang digunakan. Kedua yaitu terapi adalah
terapi-terapi yang di gunakan dengan teknik bervariasi, tanpa menggunakan
meditsi misalnya akupuntur,terapi fisik,terapi mental,spiritual (Noorkasiani,
2010).
Menurut depkes RI Pemerintah secara formal sudah memberikan perhatian
yang seksama terhadap muncul dan berkembangnya pengobatan tradisional
(battra) yang dirumuskan dalam sebuah buku ”Pembinaan Upaya Pengobatan
Tradisional”di dalam buku ini di jelaskan bahwa adanya perhatian masyarakat
akan manfaat layanan pengobatan tradisional dalam promosi,rehabilitas,akurasi
kesehatan. Ada 16 jenis pengobatan tradisional yaitu:

dukun bayi terlatih,

pengobatan tradisional pijat/urut, dukun bayi belum terlatih, ramuan, spiritual,
paranormal, patah tulang, sunat, tabib, pangur gigi, tenaga dalam, pijat refleksi.
Shinse, susuk jari akupresur, akupuntur, jamu gendong ( Sudarma, 2012).

2.3 Terapi Komplemeneter dan Alternatif
Terapi komplementer dan alternative didefinisikan oleh National Center for
Complementary and Alternative Medicine (NCCAM) sebagai kelompok system
pelayanan kesehatan dan medis, praktik, serta produk yang sangat beragam dan
bukan bagian dari pengobatan konvensional. Menurut NCCAM, terapi
komplementer dan alternative tidak sama. Pengobatan komplementer digunakan
bersamaan dengan pengobatan konvensional.

Pengobatan konvensional

didefinisikan oleh NCCAM sebagai pengobatan yang dipraktikkan oleh pemegang

Universitas Sumatera Utara

gelar Dokter medis dan Dokter penyakit tulang serta tenaga professional
kesehatan yang bekerja sama dengan mereka, seperti perawat, ahli fisioterapi, dan
psikolog. Istilah lain untuk pengobatan konvensional adalah allopathy,
kedokteran mainstream, barat, ortodoks, dan pengobatan regular, serta biomedis.
beberapa praktisi konvensional juga adalah praktisi TKA. Contoh terapi
komplementer adalah terapi aroma untuk membantu klien mengurangi ketidak
nyamanan setelah pembedahan.
Pengobatan

alternative

digunakan

sebagai

pengganti

pengobatan

konvensional. contoh terapi alternative adalah menggunakan terapi diet sebagai
pengganti

pembedahan,

radiasi,

dan

kemoterapi

sebagaimana

yang

direkomendasikan oleh praktisi pengobatan konvensional seperti ahli kanker.
2.4 Karakteristik Pasien Penderita Fraktur
Menurut diningrum dalam Daulay (2010) bahwa karakteristik adalah ciriciri dari individu yang terdiri dari data demografi seperti umur, jenis kelamin,
suku, agama, pendidikan, perkerjaan, dan sebagainya. Jadi karakteristik pasien
adalah sifat khas yang dimiliki oleh suatu pasien yang memilih pengobatan
tradisional berdasarkan ciri pasien yang terdapat dalam data demografi. Adapun
karakteristik pasien penderita fraktur
Usia Sesuai dengan klasifikasi WHO depkes 2016 rentang usia 20-39
dewasa awal, 40-59 Masa lansia awal, > 60 lansia akhir tersebut berada pada
rentang usia dewasa awal. Adapun ciri dari dewasa awal adalah adanya aktivitas
sosialyang tinggi. Aktivitas sosial yang tinggi akan memudahkan pasien untuk
mendapatkan informasi yang penting mengenai pemilihan pengobatan yang tepat.

Universitas Sumatera Utara

melalui informasi pengalaman dari teman, keluarga ataupun orang lain yang
pernah merasakan efektivitas pengobatan tersebut. Informasi tersebut akan
menjadi pertimbangan pasien dalam memilih pengobatan tradisional. Untuk itu
Lukman (2011) dalam Daulay (2010) menyatakan bahwa usia yang semakin
tinggi dapat menimbulkan kemampuan seseorang mengambil keputusan semakin
bijaksana. Dalam hal ini rentang usia dewasa awal dianggap usia yang paling baik
dalam mengambil keputusan yang bijaksana. Termasuk dalam keputusan terhadap
pemilihan pengobatan tradisional.
Hal ini sesuai dengan teori pada buku Brunner & suddart (2002) yang
menyatakan bahwa jenis kelamin pada pasien fraktur terjadi lebih sering pada
laki-laki dibandingkan dengan perempuan. Hal ini berhubungan dengan olah raga,
pekerjaan atau kecelakaan. Adapun olah raga yang dapat menyebabkan
fraktur adalah sepak bola, ski, senam, volley, basket dan sepak bola, dan
berdansa diatas lantai yang licin. Sedangkan pekerjaan yang berisiko mengalami
fraktur adalah tukang besi, supir, bangunan, pembalap mobil, orang dengan
penyakit degenarif dan neoplasma. Dan kecelakaan yang paling sering menjadi
penyebab fraktur adalah kecelakaan sepeda motor. Dalam penelitiannya Moesbar
(2007) menyatakan bahwa pengendara dan penumpang sepeda motorlah
terbanyak mendapatkan patah tulang pada kecelakaan lalu lintas. Sedangkan pada
perempuan lebih sering terjadi pada usia lanjut behubungan dengan adanya
osteoporosis yang terkait dengan perubahan hormon.
Suku merupakan bagian integral dari budaya. Di provinsi Sumatera Utara
ini hampir seluruh masyarakat didominasi oleh suku Batak. Sebagai bagian

Universitas Sumatera Utara

integral dari budaya, suku dapat mempengaruhi pandangan klien tentang
penyebab penyakit, persepsi keparahannya, dan pilihan terhadap penyembuhan
termasuk dalam pilihan pengobatan. Maramis (2006) menyatakan budaya
dipengaruhi oleh suku bangsa yang dianut pasien, jika aspek suku bangsa sangat
mendominasi maka pertimbangan untuk menerima atau menolak pengobatan
didasari pada kecocokan suku bangsa yang dianut oleh pengobat tradisional.
Hasil penelitian ini juga didukung dengan penelitian sebelumnya oleh
oleh Pakpahan (2011)yang berjudul “faktor-faktor yang mempengaruhi penderita
fraktur memilih pengobatan tradisional patah tulang P.Gurusinga kec Medan
Tuntungan” dan Purba (2006) yang berjudul “Persepsi penderita patah tulang
terhadap pengobatan pada dukun patah tawar kem-kem di Kec Medan Sunggal
kota Medan” didapatkan hasil yaitu suku masyarakat yang memilih pengobatan
tradisional itu beraneka ragam dan sebagian besar adalah suku batak Toba.
Agama berperan penting dalam membentuk persepsi klien tentang sehat
sakit. agama dapat mempengaruhi penjelasan klien tentang penyebab penyakit,
persepsi keparahannya, dan dalam menentukan pilihan pengobatan terhadap
penyembuhan (Mubarak, 2009). Menurut Setianto (2011), bahwa Agama Kristen
Protestan menjadi agama yang dominan pada suku batak Toba, sehingga agama
kristen protestanlah yang menjadi mayoritas pemilih pengobatan tradisional
Menurut Wield Herry A (1996) menyebutkan bahwa tingkat pendidikan
turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap atau memahami
pengetahuan yang mereka peroleh. Pada umumnya semakin tinggi pendidikan
seseorangmakasemakin baik pula pengetahuannya.Dan tingkat pendidikan yang

Universitas Sumatera Utara

berbeda mempunyai kecenderungan yang tidak sama dalam mengerti dan bereaksi
terhadap kesehatan mereka, hal ini yang juga dapat mempengaruhi dalam hal
pemilihan terhadap pengobatan (Notoatmodjo, 2003).
Pendidikan merupakan alat yang dapat mengubah nilai dan norma dengan
pendidikan, seseorang dapat menerima lebih banyak informasi mengembangkan
diri untuk mengambil suatu keputusan dalam memilih pengobatan (setyowati,200)
Menurut Pakpahan (2011), menyatakan bahwa pengobatan alternatif
dipilih karena alasanmurah. Mahalnya obat-obatan modern dan tingginya biaya
fasilitas kedokteran canggihmenjadi alasan masyarakat mencari jenis pengobatan
alternatif, pengobatan modernmengisyaratkan adanya kemampuan ekonomi yang
memadai. Namun dalam surat kabarAnalisa (2011) menyatakan bahwa maraknya
masyarakat berobat ke pengobatan alternatiftidak selamanya karena biaya yang
tinggi berobat ke dokter. Sekarang ini pemerintah telahmemberikan jaminan
kesehatan

kepada

masyarakat

berupa

BPJS,Jamkesmas,

Jamkesda

dan

lainsebagainya. Program kesehatan masyarakat yang diberikan pemerintah dapat
dimanfaatkan masyarakat untuk berobat ke rumah sakit. Jadi, tidak ada alasan lagi
karena persoalan biaya.

Universitas Sumatera Utara