Analisis Pengaruh Kognitif Hukum Dan Kognitif Medis Terhadap Perilaku Warga Binaan Pemasyarakatan Penyalahgunaan Narkoba Pada Rumah Tahanan Negara (Rutan) Kelas 1 Medan

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Sejak tahun 1990an penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba
mengalami peningkatan yang sangat memprihatinkan di seluruh dunia termasuk
Indonesia. Pemerintah sedang gencar-gencarnya memerangi penyalahgunaan
narkoba. Kesulitan yang ditimbulkan cukup multikompleks, dimana selain
potensial menebarkan gangguan fisik pada penggunanya, penggunaan narkoba
riskan menimbulkan keonaran pada perkembangan mental, masa depan generasi
penerus serta bencana penyebaran penyakit yang mematikan termasuk Hepatitis
dan HIV / AIDS. Aspek perekonomian masyarakat yang bukan pemakai memang
tidak secara langsung terkena dampak, tetapi pada sebahagian mereka yang
terlanjur menggunakan narkoba, terjadi gangguan finansil yang parah karena terus
menerus harus menyediakan narkoba.
Pemerintah dan aparat hukum bersepakat melakukan kerja sama
memerangi penyebaran narkoba melalui tindakan pemberantasan yang represif
atau bahkan kontak senjata dengan para pelaku produsen dan pengedar. Bagi para
pelanggar peraturan undang-undang narkoba, semua diadili.
Rumah Tahanan Negara Klas I Medan merupakan salah satu unit
Pelaksana Teknis dalam lingkungan Direktorat Jenderal Pemasyarakatan

Departemen Hukum dan HAM Republik Indonesia, disamping unit-unit pelaksana
teknis lainnya seperti

Lembaga

Pemasyarakatan,

Balai

Pemasyarakatan,

dan

Rumah

Penyimpanan Benda Sitaan Negara.
Pekerjaan penanggulangan penyalahgunaan narkoba oleh penegak hukum
(Rumah Tahanan Negara Klas I Medan), kiranya tidak semudah yang diteorikan.
Penanggulangan masalah narkoba tidak cukup efektif dengan hanya menangkapi
pelaku


pelanggaran

(punishment)

serta

jaringan

pengedarnya.

Kegiatan

pembinaan (treatment) di Rumah Tahanan Negara Klas I Medan yang telah
dilakukan, termasuk usaha membina mental serta membekali narapidana yang
sekarang

disebut

Warga


Binaan

Pemasyarakatan

(WBP)

dengan

ilmu

pengetahuan.
Kegiatan Rutan Klas I Medan terhadap para hukuman secara prinsipil
tidak cukup hanya memberi makan tetapi juga berfungsi menjadikan warga
terhukum sebagai warga binaan yang benar-benar dibina dalam kurun waktu yang
bervariasi untuk mampu menyadari kesalahan mereka dan bila keluar nanti dapat
memperbaiki kesalahannya yaitu perbaikan sikap dan perilaku. Selama di Rumah
Tahanan Klas I Medan pars binaan diberikan pembekalan bagaimana hidup
bermasyarakat, bagaimana berperilaku hidup yang sehat serta memberikan aneka
rupa pelatihan kerja sebagai bekal kembali ke masyarakat sesuai dengan UndangUndang Nomor 12 tentang Pemasyarakatan.

Beberapa item pengembangan termasuk diantaranya pembelajaran
pengetahuan hukum dan medis, serta hal-hal lain yang terkait sejumlah informasi
termasuk masalah-masalah narkoba serta resiko yang mematikan akibat
penyalahgunaan. Pemberian informasi seperti itu diobservasi tidak memberi hasil
optimal mengurangi permasalahan narkoba. Angka tindak kejahatan terkait

narkoba misalnya, data yang mampu memperkuat pemyataan diatas adalah
keberadaan kasus-kasus pelanggaran kejahatan narkoba yang sampai saat ini
masih terus meningkat dan waktu ke waktu, baik oleh mereka pendatang baru
maupun oleh pelaku lama (residivis).
Sebagai fakta pendukung, di bawah ini ditampilkan tabel perkembangan
kasus-kasus pelanggaran narkoba di Rutan Klas I Medan pada tahun 2005 sampai
dengan 2008.

Tabel 1.1. Statistik pertumbuhan angka penyalahgunaan narkoba di
Rumah Tahanan Negara Klas I Medan. (Tahun 2005 - 2008).

No

UPT

Pemasyarakatan

2005

Akumulasi Kasus Baru/Berulang
2006
2007

2008

Baru Berulang Baru Berulang Baru Berulang Baru Berulang

1

Rutan Klas I
1834 2968 1417 2433 1714 2519 2523
Jumlah
1834 2968 1417 2433 1714 2519 2523
Sumber : Rumah Tahanan Negara Klas I Medan 2005 - 2008 (Data diolah)


3785
3785

Dari Tabel 1.1 menunjukkan bahwa, jumlah kasus yang berulang
(residivis), akumulasi kasus penyalahgunaan narkoba selalu meningkat dari tahun
ke tahun.
Proses pembelajaran yang dilakukan oleh petugas Warga Binaan Pemasyarakatan
di Rutan Klas I Medan, secara prinsip dirancang dan dilaksanakan dengan
memperhatikan model-model pembelajaran yang standar. Beberapa item
pengembangan termasuk diantaranya pembelajaran pengetahuan hukum dan
medis, serta hal-hal lain yang terkait sejumlah informasi termasuk masalahmasalah narkoba serta resiko yang mematikan akibat penyalahgunaan.

Petugas di Rutan Klas I Medan memiliki kemampuan melaksanakan
pemberian ilmu pengetahuan (kognitif) atau pada saat-saat tertentu memiliki jalur
untuk memakai jasa pakar-pakar pencegahan masalah narkoba. Aspek-aspek hak
azasi manusia juga ditegakkan secukupnya yaitu memberikan Warga Binaan
Pemasyarakatan kesempatan mendapat pengetahuan yang cukup tentang nilainilai pengetahuan umum yang praktis. Kebugaran fisik juga dijalankan sebagai
bagian rehabilitasi fisik. Tapi sejauh ini hasilnya, proses rehabilitasi dan
pembinaan mental yang dilakukan tidak mampu membuat perilaku Warga Binaan
Pemasyarakatan banyak berubah.

Perilaku mereka yang pernah dihukum, dibina di dalam Rutan Klas I
Medan tidak banyak yang bertahan, tobat setelah mereka kembali ke masyarakat.
Ada pandangan bahwa kendala yang dialami, akan lebih terkendali bila proses
pencegahan dilakukan jauh sebelum seseorang terjerumus memakai narkoba itu
sendiri. Masyarakat perlu berpartisipasi menegakkan perilaku hidup sehat tanpa
narkoba pada warga lingkungannya.
Himbauan ini kiranya tidak mudah dilakukan sendiri oleh Rutan Klas I
Medan terhadap masyarakat di luar kawasan Rutan Klas I Medan. Berbagai usaha
pihak Rutan Klas I Medan melakukan semacam koordinasi dengan pihak
departemen lain seperti pihak Dinas Kesehatan Propinsi/Kabupaten/Kota,
Lembaga Swadaya Masyarakat peduli HIV/AIDS, Badan Narkotika Nasional
(BNN), Badan Narkotika Propinsi (BNP).
1.2. Perumusan Masalah
Dari uraian pada latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut:

1.

Bagaimana pengaruh kognitif hukum, dan kognitif medis terhadap perilaku
Warga Binaan Pemasyarakatan penyalahgunaan narkoba di Rutan Klas I

Medan.

2.

Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kognitif hukum bagi Warga
Binaan Pemasyarakatan penyalagunaan narkoba di Rutan Klas I Medan.

3.

Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kognitif medis bagi Warga Binaan
Pemasyarakatan penyalagunaan narkoba di Rutan Klas I Medan.

1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui dan menganalisis pengaruh kognitif hukum, dan kognitif medis
terhadap perilaku Warga Binaan Pemasyarakatan penyalahgunaan narkoba di
Rutan Klas I Medan.

2. Mengetahui dan menganalisis pengaruh faktor kognitif hukum bagi Warga

Binaan Pemasyarakatan penyalagunaan narkoba di Rutan Klas I Medan.

3. Mengetahui dan menganalisis pengaruh faktor kognitif medis bagi Warga
Binaan Pemasyarakatan penyalagunaan narkoba di Rutan Klas I Medan.

4.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaat untuk:
1.

Memberi masukan ilmiah (scientific) bagi Rutan Klas I Medan tentang
kekuatan ataupun kelemahan, kecukupan atau kekurangan pemberian
pengetahuan kepada Warga Binaan Pemasyarakatan Penyalagunaan Narkoba.

2.

Menjadi referensi buat masyarakat tentang kasus-kasus narkoba yang perlu

dicarikan jalan keluar dan merehabilitasi masalah-masalah yang telah timbul
akibat kekurangarifan pembinaan kehidupan masyarakat lingkungan.

3.

Sebagai menambah wawasan dan pengetahuan bagi peneliti untuk melatih
diri berpikir secara ilmiah khusus yang berhubungan dengan masalah
penyalah-gunaan narkoba.

4.

Sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya yang ingin mengkaji
masalah yang sama di masa mendatang.

1.5. Landasan Teori/Kerangka Berpikir
Menurut Piaget (1998) bahwa : "kognitif hukum adalah Ilmu hukum
tentang tahapan perkembangan ilmu dari tiap manusia yang melahirkan perubahan
perilaku". Perilaku individu dipengaruhi oleh naluri dan kesadaran, diikuti pula
dengan teori perilaku yang menyatakan manusia menghasilkan perubahan
perilaku adalah kesan daripada pembelajaran karena manusia dianggap sebagai
mesin dan pikiran manusia adalah kosong.
Menurut Greenwald (1965) bahwa "kognitif hukum adalah ilmu
pengetahuan hukum yang mampu mengubah pemikiran individu atas kesadaran

kesalahan dan seterusnya mempengaruhi perubahan sikap dan perilaku individu".
Menurut Bandura (2001) bahwa Kognitif Hukum terkait dengan proses
pembelajaran penyuluhan dan bantuan hukum. Kognitif hukum dapat bertambah
atau tercukupi sesuai dengan kebutuhan terutama melalui masukan informasi
hukum dan debat hukum yang diterima oleh individu di dalam penyuluhan.
Stimulus informasi (penyuluhan) kemudian direkam dan dipertimbangkan
keperluannya oleh individu melalui persepsi. Pengalaman individu yang diperoleh

dari jalur bantuan hukum, menurut pendapat Bandura (2001), dapat meneguhkan
kognitif hukum tersebut di dalam ingatan individu, terutama bila pengalaman
tersebut memberikan

nilai kepuasan dan

keadilan. Stimulus informasi

(penyuluhan) kemudian direkam dan dipertimbangkan keperluannya oleh individu
melalui persepsi.
Menurut Maknum (2005) bahwa perilaku adalah segenap manifestasi
hayati individu dalam berinteraksi dengan lingkungan, mulai dari perilaku yang
paling nampak sampai yang tidak tampak, dari yang dirasakan sampai yang paling
tidak dirasakan.
Dalam teori behaviorisme (nanath 2008) bahwa kaum behavoris lebih
dikenal dengan nama teori belajar, karena seluruh perilaku manusia adalah hasil
belajar. Belajar artinya perubahan perilaku organisme sebagai pengaruh
lingkungan. Behaviorisme tidak mau mempersoalkan apakah manusia baik atau
jelek, rasional atau emosional; behaviorisme hanya ingin mengetahui bagaimana
perilakunya dikendalikan oleh faktor-faktor lingkungan, dalam arti teori belajar
yang lebih menekankan pada tingkah laku manusia. Memandang individu sebagai
mahluk reaktif yang memberi respon terhadap lingkungan. Pengalaman dan
pemeliharaan akan membentuk perilaku mereka.
Goleman (1982) Perilaku adalah segala sesuatu ekspresi yang dinyatakan
oleh individu melalui perbuatan / perkataan secara berulang-ulang boleh jadi
dilakukan

berdasarkan

kesadaran

atau

refleks

akibat

perbuatan

yang

dilatih/terlatih karena dibiasakan atau dikendalikan pada sejak masa awal. Budaya
lingkungan adalah sumber-sumber yang logis mampu memberi contoh-contoh
ideal individu untuk berperilaku menurut norma-norma yang disetujui.

Menurut Piaget (1998) bahwa : penyuluhan hukum akan lebih berhasil
apabila penyuluhan hukum dan bantuan hukum dari pihak yang terperkara
diberikan secara bertahap dalam membantu penanganan masalah, dan pembelaan
yang berurutan sesuai dengan daya tangkap dan perkembangan persepsi individu
menanggapi kognitif hukum. Jadi jelas bahwa ada hubungan antara bantuan
hukum dengan kognitif hukum.
Menurut Kuntoro (1998) bahwa : Kognitif medis adalah suatu penerapan
konsep pendidikan di dalam bidang kesehatan (medis), yang terjadi proses
pertumbuhan, perkembangan, atau perubahan kearah yang lebih dewasa, lebih
baik, dan lebih matang pada perilaku dari asumsi bahwa manusia sebagai mahluk
sosial di dalam kehidupannya untuk mencapai nilai-nilai hidup di dalam
masyarakat selalu memerlukan bantuan orang lain yang mempunyai kelebihan.
Menurut Neisser (1987) bahwa : Kognitif medis adalah salah satu
pengetahuan medis dan informasi yang luas yang dapat merubah sikap agar lebih
mantap untuk meningkatkan harga dirinya dalam pergaulan yang lebih luas.
Pengembangan

kebiasaan

untuk

bersama-sama

mengkaji

atau

mengkritisi, kaitannya dengan peluang dan ancaman, manfaat/keuntungan yang
diharapkan dart korban/resiko yang ditanggung, serta tingkat kesesuaiannya
dengan keadaan fisik dan mental dan norma kehidupan masyarakat.
Bertitik tolak dan kognitif (pengetahuan) hukum dan kognitif medis,
maka juga merupakan proses belajar pada individu, dan tidak tahu menjadi tahu,
dari tidak mampu mengatasi sendiri masalah-masalahnya menjadi mampu
mengatasi

sendiri

untuk

membantu

dalam

(perilakunya), untuk mencapai ilmu secara optimal.

meningkatkan

kemampuan

Menurut Sujatno (2006) Bahwa : "peran kognitif (ilmu pengetahuan)
hukum dan kognitif medis adalah berpengaruh terhadap perilaku. Peran kognitif
hukum dan kognitif medis yang dimaksud antara lain: penyuluhan hukum,
bantuan hukum, pendidikan medis, dan konseling.
Menurut Walter (1998) bahwa penyuluhan medis menjadi pendamping
yang penting dari proses konseling kesehatan pada individu. Mereka yang
memerlukan pencerahan kesehatan melalui proses belajar akan lebih mudah
mengerti tentang kepatuhan pada hukum bila penyuluhan dan konseling medis
dilakukan secara berimbang. Tujuan dari pelaksanaan konseling medis dan
penyuluhan medis disamping memberikan nilai kesehatan, kontak dengan dunia
luar dalam pemecahan masalah, mengungkapkan keluhan dan kesulitan pada
individu dapat memperkuat kedudukan kognitif hukum.
Menurut Smith (1955) bahwa : Konseling adalah suatu proses atau
bimbingan yang terjadi dalam hubungan pribadi antara individu yang mengalami
kesulitan dengan individu yang profesional yang latihan, pembelajaran dan
pengalamannya mungkin dapat dipergunakan untuk membantu individu agar
mampu memecahkan masalah pribadinya menuju langkah-langkah positif.
Smith juga membuat kesimpulan bahwa penyuluhan medis dan konseling
berpengaruh terhadap kognitif medis.

Kognitif Hukum
Perilaku
Kognitif Medis

Penyukuhan Hukum
Kognitif Hukum
Bantuan Hukum

Penyuluhan Medis
Kognitif Medis
Konseling

Gambar 1.1. Kerangka Berpikir Penelitian

1.6. Hipotesis
Adapun Hipotesis penelitian ini sebagai berikut :
1.

Kognitif hukum, dan kognitif medis berpengaruh terhadap perilaku Warga
Binaan Pemasyarakatan penyalahgunaan Narkoba di Rutan Klas I Medan .

2.

Penyuluhan hukum, dan bantuan hukum berpengaruh terhadap kognitif
hukum bagi Warga Binaan Pemasyarakatan penyalahgunaan narkoba di
Rutan Klas I Medan.

3.

Penyuluhan medis, dan konseling berpengaruh terhadap kognitif medis bagi
Warga Binaan Pemasyarakatan penyalahgunaan narkoba di Rutan Klas I
Medan.

Dokumen yang terkait

Pengaruh Higiene dan Sanitasi Lingkungan terhadap Kejadian Penyakit Tuberkulosis Paru pada Warga Binaan Pemasyarakatan di Blok D Rumah Tahanan Negara Klas I Medan

9 72 139

Pencegahan Tindak Kekerasan Terhadap Warga Binaan Pemasyarakatan Di Rutan Klas I Medan

1 48 133

PEMBINAAN MORAL DAN SPIRITUAL PADA WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN Pembinaan Moral Dan Spiritual Pada Warga Binaan Pemasyarakatan (Studi Kasus di Rumah Tahanan Negara kelas IIB Kabupaten Rembang).

0 1 13

PEMBINAAN MORAL DAN SPIRITUAL PADA WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN Pembinaan Moral Dan Spiritual Pada Warga Binaan Pemasyarakatan (Studi Kasus di Rumah Tahanan Negara kelas IIB Kabupaten Rembang).

0 3 13

Analisis Pengaruh Kognitif Hukum Dan Kognitif Medis Terhadap Perilaku Warga Binaan Pemasyarakatan Penyalahgunaan Narkoba Pada Rumah Tahanan Negara (Rutan) Kelas 1 Medan

0 0 16

Analisis Pengaruh Kognitif Hukum Dan Kognitif Medis Terhadap Perilaku Warga Binaan Pemasyarakatan Penyalahgunaan Narkoba Pada Rumah Tahanan Negara (Rutan) Kelas 1 Medan

0 0 2

Analisis Pengaruh Kognitif Hukum Dan Kognitif Medis Terhadap Perilaku Warga Binaan Pemasyarakatan Penyalahgunaan Narkoba Pada Rumah Tahanan Negara (Rutan) Kelas 1 Medan

0 0 9

Analisis Pengaruh Kognitif Hukum Dan Kognitif Medis Terhadap Perilaku Warga Binaan Pemasyarakatan Penyalahgunaan Narkoba Pada Rumah Tahanan Negara (Rutan) Kelas 1 Medan

0 0 3

Analisis Pengaruh Kognitif Hukum Dan Kognitif Medis Terhadap Perilaku Warga Binaan Pemasyarakatan Penyalahgunaan Narkoba Pada Rumah Tahanan Negara (Rutan) Kelas 1 Medan

0 0 8

PEMBINAAN TERHADAP WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN WANITA DI RUMAH TAHANAN NEGARA (RUTAN) KELAS II B BANYUMAS

0 2 13