Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingginya Pemakaian Alat Kontrasepsi Suntik di Wilayah Kerja Puskesmas Aek Goti Kabupaten Labuhanbatu Selatan

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Keluarga Berencana
2.1.1. Defenisi Keluarga Berencana (KB)
Keluarga Berencana adalah tindakan yang membantu individu atau
pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif-objektif tertentu, menghindari
kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang
diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat
kelahiran dalam hubungan dengan usia suami isteri, dan menentukan jumlah anak
dalam keluarga (Hartanto, 2007).
KB menurut Undang-undang (UU) No.10 tahun 1992 dalam Arum dan
Sujiatini (2011) tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga
sejahtera adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat
melalui pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan
ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia, dan
sejahtera.
Pencegahan kematian dan kesakitan ibu merupakan alasan utama
diperlukannya pelayanan keluarga berencana. Masih banyak alasan lain, misalnya
membebaskan wanita dari rasa khawatir terhadap terjadinya kehamilan yang tidak
diinginkan, terhadap gangguan fisik atau psikologis akibat tindakan abortus yang.

tidak aman, serta tuntutan perkembangan sosial terhadap peningkatan status
perempuan di masyarakat (Saifuddin, 2006).

8
Universitas Sumatera Utara

9

Keluarga Berencana menyajikan pilihan bagi pasangan yang ingin
membatasi kesuburan mereka dengan beberapa metode yaitu alat kontrasepsi
dalam rahim (AKDR/IUD), implant/susuk, tubektomi (MOW),vasektomi (MOP),
pil, suntikan, kondom. Sasaran utama dalam pelayanan KB adalah Pasangan Usia
Subur (PUS). Pelayanan KB diberikan di berbagai unit pelayanan baik oleh
pemerintah maupun swasta dari tingkat desa hingga tingkat kota dengan
kompetensi yang sangat bervariasi. Pemberi layanan KB antara lain adalah
Rumah Sakit, Puskesmas, Dokter, Praktek Swasta, Bidan Praktek swasta dan
Bidan Desa (Mulyani, 2013).

2.1.2. Tujuan Keluarga Berencana
Tujuan utama program KB nasional adalah untuk memenuhi perintah

masyarakat akan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi yang berkualitas,
menurunkan tingkat/angka kematian bayi, dan anak serta penanggulangan
masalah kesehatan reproduksi dalam rangka membangun keluarga kecil
berkualitas. Perlu diketahui bahwa tujuan-tujuan tersebut merupakan kelanjutan
dari tujuan program KB tahun 1970 yaitu tujuan demografis berupa penurunan
TFR dan tujuan filosofis berupa kelembagaan dan pembudidayaan Norma
Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) (Arum dan Sujiyatini, 2011).
Kebijakan Keluarga Berencana (KB) bertujuan untuk mengendalikan
pertumbuhan penduduk melalui usaha penurunan tingkat kelahiran. Kebijakan KB
ini bersama-sama dengan usaha-usaha pembangunan yang lain selanjutnya akan
meningkatkan kesejahteraan keluarga. Upaya menurunkan tingkat kelahiran

Universitas Sumatera Utara

10

dilakukan dengan mengajak pasangan usia subur (PUS) untuk ikut Keluarga
Berencana. Sementara itu penduduk yang belum memasuki usia subur (Pra-Subur)
diberikan pemahaman dan pengertian mengenai keluarga berencana (Hartanto,
2007).

2.1.3 Manfaat Keluarga Berencana
Mamfaat Keluarga Berencana adalah untuk meningkatkan dan perluasan
cakupan pelayanan kontrasepsi, penghematan biaya, baik bagi program Keluarga
Berencana maupun bagi Klien (Yuhedi & Kurniawati, 2014).

2.2. Kontrasepsi
2.2.1. Pengertian Kontrasepsi
Kontrasepsi berasal dari kata” kontra” dan “konsepsi”. Kontra berarti
“melawan”, sedangkan konsepsi adalah pertemuan sel telur yang matang dengan
sel sperma yang menyebabkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah
menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel
telur yang matang dengan sperma (Hartanto, 2007).
Menurut Siswosudarmo (2001) Kontrasepsi adalah suatu upaya untuk
mencegah terjadinya kehamilan yang bersifat sementara atau permanen.
Mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang
matang dengan sel sperma, adapun cara kerja kontrasepsi adalah mengusahakan
agar tidak terjadi evolusi. Melumpuhkan sperma dan menghalangi pertemuan sel
telur dengan sperma. Secara umum menurut cara pelaksanaannya kontrasepsi
dibagi menjadi dua yaitu: (1) Cara temporer, yaitu menjarangkan kelahiran selama


Universitas Sumatera Utara

11

beberapa tahun sebelum menjadi hamil lagi. (2) Cara permanen, yaitu mengakhiri
kesuburan dengan cara mencegah kehamilan secara permanen.
Menurut Saifuddin (2006), tidak ada satupun metode kontrasepsi yang aman
dan efektif bagi semua klien, karena masing-masing mempunyai kesesuaian dan
kecocokan individual bagi setiap klien. Namun secara umum persyaratan metode
kontrasepsi ideal adalah: Aman, artinya tidak akan menimbulkan komplikasi berat
bila digunakan. Berdaya guna, artinya bila digunakan sesuai aturan akan dapat
mencegah terjadinya kehamilan. Dapat diterima, bukan hanya oleh klien
melainkan juga oleh lingkungan budaya di masyarakat. Terjangkau harganya oleh
masyarakat. Bila pemakaian dihentikan, klien akan segera kembali kesuburannya.

2.2.2. Jenis-jenis Kontrasepsi
Memilih alat kontrasepsi menurut Handayani (2010), berdasarkan
pertimbangan efektifitasnya tinggi, tidak menimbulkan efek samping, daya
kerjanya dapat diatur sesuai kebutuhan, tidak menimbulkan gangguan sewaktu
melakukan hubungan seksual, mudah digunakan, dan harganya terjangkau.

Seperti kita tahu, ada begitu banyak alat kontrasepsi. Secara garis besar,
kontrasepsi itu dibagi dalam tiga bagian besar yaitu kontrasepsi mekanik,
hormonal, dan kontrasepsi mantap (Handayani, 2010).
1. Kontarsepsi Mekanik, seperti kondom, diafragma, alat kontrasepsi dalam rahim
(AKDR), spermisida
2. Kontarsepsi Hormonal, yaitu: pil atau tablet, implant, suntikan
3. Kontrasepsi Mantap, yaitu: tubektomi (MOW), vasektomi (MOP).

Universitas Sumatera Utara

12

2.3. Kontrasepsi Suntik
Kontrasepsi Suntikan adalah hormon yang diberikan secara injeksi untuk
mencegah terjadinya kehamilan (Mulyani, 2013). Kontrasepsi suntik adalah salah
satu metode mencegah kehamilan yang saat ini banyak digunakan di negaranegara berkembang. Kontrasepsi suntik bekerja mengentalkan lendir rahim
sehingga sulit untuk ditembus oleh sperma untuk pembuahan. Alat Kontrasepsi ini
juga mencegah sel telur menempel kedinding rahim sehingga proses kehamilan
bisa dicegah.
Kontarsepsi suntik di Indonesia merupakan salah satu kontrasepsi yang

populer. Kontrasepsi yang digunakan adalah long-action progestin, yaitu
Noretisteron enantat (NETEN) dengan nama dagang Noristrat dan Depomedroksi
progesteron acetat (DMPA) dengan nama dagang Depoprovera dan Cyclofem.
Kontrasepsi suntik telah dipakai oleh hampir semua wanita usia subur yang sehat
dan tidak ingin hamil. Jadi kontrasepsi suntik merupakan pilihan yang tepat untuk
ibu (BKKBN, 2009).
Metode suntikan telah menjadi bagian gerakan keluarga berencana nasional
serta peminatnya makin bertambah. Tingginya minat pemakaian kontrasepsi
suntikan oleh karena: aman, sederhana, efektif, biaya murah, tidak menimbulkan
gangguan dan dapat dipakai pada pasca persalinan (Manuaba, 2001). Teknik

Universitas Sumatera Utara

13

penyuntikan ialah secara intramuskular dalam, di daerah muskulus gluteus
maksimus atau deltoideus (Siswosudarmo, 2001).

Klasifikasi kontrasepsi suntik:
Terdapat 2 jenis kontrasepsi hormon suntikan KB. Jenis yang beredar di Indonesia

menurut (Handayani, 2010) adalah :
1. Yang hanya mengandung hormon progestin.
a. Depo medroksiprogesteron asetat, mengandung 150 mg DMPA, yang diberikan
setiap 3 bulan dengan cara di suntik intramuskular. Setelah suntikan pertama,
kadar DMPA dalam darah mencapai puncak setelah 10 hari. DMPA dapat
memberi perlindungan dengan aman selama tiga bulan.
b. Depo noretisteron enantat, mengandung 200 mg Noretdon Enantat, diberikan
setiap 2 bulan dengan suntikan intramuskular.
2. Kontrasepsi Kombinasi
Depo estrogen-progesteron yaitu jenis suntikan kombinasi ini terdiri dari 250
mg Medroksiprogesteron Asetat dan 5 mg Estrogen Cypionate.
Efektifitas cara kontrasepsi suntik sangat tinggi, dimana kegagalan kurang dari 1
% (Yuhedi & Kurniawati, 2014).

2.3.1 Keuntungan Kontrasepsi Suntik
Keuntungan Kontrasepsi Suntik menurut Yuhedi & Kurniawati (2014).

Universitas Sumatera Utara

14


yaitu: Sangat efektif, karena mudah digunakan tidak memerlukan aksi sehari hari
dalam penggunaan kontrasepsi suntik ini tidak banyak di pengaruhi kelalaian atau
faktor lupa dan sangat praktis. Meningkatkan kuantitas air susu pada ibu yang
menyusui, Hormon progesteron dapat meningkatkan kuantitas air susu ibu
sehingga kontrasepsi suntik sangat cocok pada ibu menyusui. Konsentrasi hormon
di dalam air susu ibu sangat kecil dan tidak di temukan adanya efek hormon pada
pertumbuhan serta perkembangan bayi. Efek samping sangat kecil yaitu tidak
mempunyai efek yang serius terhadap kesehatan. Tidak berpengaruh pada
hubungan suami istri. Penggunaan jangka panjang, sangat cocok pada wanita yang
telah mempunyai cukup anak akan tetapi masih enggan atau tidak bisa untuk
dilakukan sterilisasi. Dapat digunakan oleh perempuan usia> 35 tahun.
Keuntungan yang lain menurut Pinem (2009) metode kontrasepsi suntik
adalah metode kontrasepsi hormonal efektif mencegah kehamilan hingga 99%,
memberikan kenyamana kepada pasangan suami istri, karena dengan 1 kali
suntikan anda tidak perlu memikirkan kontrasepsi selama 1 sampai 3 bulan, sesuai
dengan jenis suntik KB yang anda pilih, kehamilan bisa anda dapatkan kembali
setelah menghentikan penggunaan KB suntik.

2.3.2 Efek Samping Kontrasepsi Suntik

Menurut Arum dan Sujiyatini (2011), efek samping kontrasepsi suntik yaitu
: Terjadinya gangguan haid, ini yang paling sering terjadi dan yang paling
menggangu. Pola haid yang normal dapat berubah menjadi amenore, perdarahan
bercak, perubahan dalam frekuensi lama dan jumlah darah yang hilang. Efek pada

Universitas Sumatera Utara

15

pola haid tergantung pada lama pemakaian. Perdarahan inter-menstrual dan
perdarahan bercak berkurang dengan jalannya waktu, sedangkan kejadian
amenore bertambah tetapi sebenarnya efek ini memberikan keuntungan yakni
mengurangi terjadinya anemia. Tidak menjadi masalah karena darah tidak akan
menggumpal didalam rahim. Amenore disebabkan perubahan hormon didalam
tubuh dan kejadian amenore biasa pada peserta kontrasepsi suntikan. Insidens
yang tinggi dari amenore diduga berhubungan dengan atrofi endometrium.
Berat badan yang bertambah, umumnya pertambahan berat badan tidak
terlalu besar, bervariasi antara kurang dari 1 kg sampai 5 kg dalam tahun pertama.
Pertambahan berat badan tidak jelas. Tampaknya terjadi karena bertambahnya
lemak tubuh. Hipotesa para ahli ini diakibatkan hormon merangsang pusat

pengendali nafsu makan di hipotalamus yang menyebabkan akseptor makan lebih
banyak daripada biasanya. Keluhan- keluhan lainnya berupa mual, muntah, sakit
kepala, panas dingin, pegal-pegal, nyeri perut dan lain-lain.
Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan berikut. Tidak
menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular seksual, hepatitis B
virus, atau infeksi virus HIV. Terlambatnya kembali kesuburan setelah
penghentian pemakaian bukan karena terjadinya kerusakan atau kelainan pada
organ genitalia melainkan karena belum habisnya pelepasan obat suntikan dari
depo nya (tempat suntikan). Pada penggunaan jangka panjang yaitu diatas 3 tahun
penggunaan dapat menurunkan kepadatan tulang, menimbulkan kekeringan pada
vagina, dan menurunkan libido.

Universitas Sumatera Utara

16

Berdasarkan penelitian yang dilakukan baik di indonesia maupun di luar
negeri belum pernah dilaporkan adanya efek samping atau komplikasi yang berat
akibat pemakaian suntik KB (BKKBN, 2008). Dan ditambahkan lagi menurut
Siswosudarmo (2001) sampai saat sekarang kontrasepsi suntik tidak terdapat bukti

mempunyai resiko efek samping yang lebih besar dibanding kontrasepsi lainnya.

2.3.3 Indikasi dan Kontraindikasi
Indikasi menggunakan kontrasepsi suntikan Progestin ialah usia reproduksi,
menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan yang memiliki efektifitas tinggi,
menyusui, setelah melahirkan dan tidak menyusui, setelah abortus atau
keguguran, tidak banyak anak, tetapi belum menghendaki tubektomi, perokok,
Tekanan darah < 180/110 mmHg, dengan masalah gangguan pembekuan darah
atau anemia. Tidak dapat memakai kontrasepsi yang mengandung estrogen. Dan
yang tidak boleh menggunakan kontrasepsi suntikan Progestin adalah hamil atau
dicurigai hamil, Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya, Tidak
dapat menerima terjadinya gangguan haid, terutama amenorea, menderita kanker
payudara atau riwayat kanker payudara, diabetes melitus disertai komplikasi.
Dan yang diperbolehkan untuk menggunakan kontrasepsi suntikan
Kombinasi adalah usia reproduksi, telah memiliki anak, ataupun yang belum
memiliki anak, ingin mendapatkan kontrasepsi dengan efektifitas yang tinggi,

Universitas Sumatera Utara

17

menyusui diatas 6 minggu pasca persalinan dan tidak menyusui dan anemia. Dan
yang tidak boleh menggunakan kontrasepsi suntikan Kombinasi adalah hamil atau
diduga hamil, menyusui dibawah umur 6 minggu pasca persalinan, perdarahan
pervaginam yang belum jelas penyebabnya, penyakit hati akut, usia > 35 tahun,
riwayat penyakit jantung, strook atau dengan tekanan darah tinggi (180/120
mmHg), riwayat kelainan tromboemboli atau dengan kencing manis > 20 tahun,
kelainan pembuluh darah yang menyebabkan sakit kepala atau migrain dan
keganasan pada payudara (Saifuddin, 2006).

2.3.4 Mekanisme Kerja Kontrasepsi Suntik
Mencegah ovulasi, kadar progestin tinggi sehingga menghambat lonjakan
luteinizing hormone (LH) secara efektif sehingga tidak terjadi ovulasi. Kadar
follicle-stimulating hormone (FSH) dan LH menurun dan tidak terjadi lonjakan
LH (LH Surge). Menghambat perkembangan folikel dan mencegah ovulasi.
Progestin menurunkan frekuensi pelepasan (FSH) dan (LH). Lendir serviks
menjadi kental dan sedikit, mengalami penebalan mukus serviks yang
mengganggu penetrasi sperma. Perubahan - perubahan siklus yang normal pada
lendir serviks. Sekret dari serviks tetap dalam keadaan di bawah pengaruh
progesteron hingga menyulitkan penetrasi spermatozoa. Membuat endometrium
menjadi kurang baik untuk implantasi dari ovum yang telah di buahi, yaitu
mempengaruhi perubahan-perubahan menjelang stadium sekresi, yang diperlukan

Universitas Sumatera Utara

18

sebagai persiapan endometrium untuk memungkinkan nidasi dari ovum yang telah
di buahi.
Mungkin mempengaruhi kecepatan transpor ovum di dalam tuba fallopi atau
memberikan perubahan terhadap kecepatan transportasi ovum (telur) melalui
tubafallopi. (Prawirohardjo, 2005). Efektifitas kontrasepsi ini sangat efektif (0,10,4 kehamilan per 100 perempuan) selama tahun pertama penggunaan
(Handayani, 2010).

2.3.5 Waktu Pemberian Kontrasepsi Suntik
Kontrasepsi suntikan progestin jenis DMPA di berikan setiap 3 bulan
dengan cara di suntik intramuskular dalam di daerah glutea. Apabila suntikan di
berikan terlalu dangkal, penyerapan kontrasepsi suntikan akan lambat dan tidak
bekerja segera dan tidak efektif. Suntikan di berikan setiap 90 hari. Pemberian
kontrasepsi suntikan Noristerat diberikan setiap 8 minggu. Sedangkan untuk
suntikan kombinasi di berikan setiap bulan dengan intramuskular dalam dan
datang kembali setiap 4 minggu. Suntikan ulang di berikan 7 hari lebih awal,
dengan kemungkinan terjadi gangguan perdarahan. Dapat juga di berikan setelah
7 hari dari jadwal yang telah di tentukan, asal saja di yakini ibu tersebut tidak
hamil (Saifuddin, 2006).

Universitas Sumatera Utara

19

Waktu pemberian kontrasepsi suntik adalah pada pasca persalinan yaitu
segera ketika masih di rumah sakit dan jadwal suntikan berikutnya dan pasca
abortus yaitu segera setelah perawatan dan jadwal waktu diperhitungkanInterval
yaitu hari kelima menstruasi dan jadwal diperhitungkan (Siswosudarmo, 2001).

2.4

Faktor-faktor

Yang

Mempengaruhi

Tingginya

Pemakaian

Alat

Kontrasepsi Suntik
Faktor penentu atau determinan prilaku manusia sulit untuk dibatasi karena
prilaku merupakan resultansi dari berbagai faktor, baik internal maupun eksternal
(lingkungan). Pada garis besarnya prilaku manusia dapat di lihat dari 3 aspek,
yaitu aspek fisik, psikis dan sosial. Akan tetapi dari ketiga aspek tersebut sulit
untuk dipastikan aspek mana yang paling mempengaruhi prilaku manusia. Secara
lebih terperinci prilaku manusia sebenarnya merupakan refleksi dari berbagai
gejala kejiwaan, seperti pengetahuan, pendidikan, kehendak, minat, motivasi,
persepsi, sikap dan sebagainya (Notoatmodjo, 2003).
Beberapa teori telah dicoba untuk mengungkapkan determinan prilaku,
khusunya prilaku yang berhubungan dengan kesehatan antara lain teori Lawrence
Green (1980) dalam Notoatmodjo, (2003). Prilaku manusia yang dianalisi oleh
Green menyatakan bahwa tingkat kesehatan seseorang atau masyarakat
dipengaruhi oleh faktor pokok, yaitu faktor prilaku dan faktor diluar prilaku.
Selanjutnya prilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari tiga faktor, yaitu :
faktor predisposisi, faktor pendukung dan faktor pendorong.

Universitas Sumatera Utara

20

2.4.1. Faktor- faktor Predisposisi
Faktor predisposisi merupakan faktor pencetus yang berfungsi untuk
memotivasi individu atau kelompok untuk melakukan tindakan yang terwujud
dalam sikap, pendidikan, sosial budaya, umur dan sebagainya.
1.

Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup terhadap suatu

stimulus atau objek. Manifestasi sikap itu tidak dapat dilihat secara langsung,
tetapi hanya ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku tertutup. Sikap secara nyata
menunjukkan makna konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus
tertentu. Allport, (1954 dikutif dari Notoadmojdo, 2003), menjelaskan bahwa
sikap itu mempunyai 3 komponen pokok, yaitu : 1) kepercayaan (keyakinan), ide
dan konsep terhadap suatu objek, 2) kehidupan emosional atau evaluasi emosional
terhadap suatu objek, 3) kecenderungan untuk bertindak.
Sikap merupakan kecenderungan dan kesedian untuk bertindak dan disertai
dengan perasaan-perasaan yang dimiliki oleh individu tersebut. Dengan dasar
pengetahuan dan pengalaman masa lalu maka timbul sikap dalam diri manusia
dengan perasaan-perasaan tertentu, dalam menggapai suatu objek yang
menggerakkan untuk bertindak. Sikap adalah cara mengkomunikasikan suasana
hati (mood) dalam diri sendiri kepada orang lain. Bila merasa optimis dan
memperkirakan akan berhasil, hal ini menimbulkan sikap positif. Bila merasa
pesimis dan menduga hal-hal yang buruk, hal ini bisa menimbulkan sikap negatif
(Notoatmodjo, 2003).

Universitas Sumatera Utara

21

Tingkatan sikap menurut Azwar (2005) ada 4 tingkatan yaitu: Menerima
(Receiving) menerima, diartikan bahwa orang (subjek) mau memperhatikan
stimulasi yang diberikan. Merespon (Responden) memberikan jawaban apabila
ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu
indikasi dari sikap. Menghargai (Valuing) mengajak orang lain untuk
mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah.
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dipilihnya dengan segala resiko.
2.

Pendidikan
Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk

mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga
mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan (Notoadmodjo,
2003).
Tingkat pendidikan seseorang berpengaruh dalam memberikan respon
terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang yang mempunyai pendidikan tinggi
akan memberikan respon yang lebih rasional dibandingkan dengan mereka yang
berpendidikan rendah. Keadaan ini juga terjadi pada program keluarga berencana,
masyarakat yang berpendidikan rendah relative lebih banyak memberikan respon
emosi, karena dapat mengubah apa yang mereka lakukan pada masa lalu.
Sedangkan mereka yang berpendidikan tinggi akan berfikir sejauh mana
keuntungan yang mungkin mereka peroleh dari program KB, karena program KB
ini bertujuan untuk membantu masyarakat menuju tingkat kesejahteraan yang
lebih baik (Sunaryo, 2013).

Universitas Sumatera Utara

22

Semakin tinggi tingkat pendidikan wanita akan semakin mudah berperan
dalam menyukseskan program keluarga berencana (KB), sehingga wanita
mempunyai andil dalam mengatur dan mengendalikan angka kelahiran karena,
tingkat pendidikan seseorang secara tidak langsung dapat mengubah pandangan
mengubah jumlah anggota keluarga yang ideal serta kesanggupan menanggung
biaya untuk keluarga (BKKBN, 2013). Pendidikan mempunyai pengaruh positif
terhadap tingkat pemakaian kontrasepsi. Berkaitan dengan informasi yang mereka
terima dan kebutuhan untuk menunda atau membatasi jumlah anak. Wanita yang
berpendidikan kecenderungan lebih sadar untuk menerima program Keluarga
Berencana (BKKBN, 2005).
3.

Sosial Budaya
Kata sosial berasal dari bahasa latin yaitu’ socius’ yang berarti segala

sesuatu yang lahir, tumbuh dan berkembang dalam kehidupan bersama (Salim,
2007). Sosial juga merupakan suatu tatanan dari hubungan-hubungan sosial dalam
masyarakat yang menempatkan pihak-pihak tertentu (individu, keluarga,
kelompok, kelas) dalam posisi-posisi sosial tertentu berdasarkan suatu sistem nilai
dan norma yang berlaku pada suatu masyarakat pada waktu tertentu (Ibrahim,
2006).
Sosial budaya adalah segala perubahan pada lembaga kemasyarakatan
didalam satu masyarakat yang memepengaruhi sistem soaialnya termasuk
didalamnya sikap, perilaku diantara kelompok dalam masyarakat. Pelembagaan
kebudayaan diarahkan agar KB benar-benar dapat dihayati dan dijalankan oleh
individu, keluarga maupun masyarakat. Pendekatan kemasyarakatan bertujuan

Universitas Sumatera Utara

23

menggalakkan partisipasi masyarakat dalam gerakan KB, yang dilakukan melalui
jalur sosial budaya terutama melalui peranan tokoh masyarakat. Pilihan atas
pemakaian jenis kontrasepsi pada umumnya masih berdasarkan selera calon
akseptor disamping pertimbangan kondisi kesehatan dari calon akseptor yang
bersangkutan. Dan selera seseorang terhadap jenis kontrasepsi tertentu, banyak
ditentukan oleh pengetahuan seseorang mengenai jenis kontrasepsi (BKKBN,
2011).
Menurut BKKBN (2010) pada saat ini norma keluarga kecil sudah menjadi
kebutuhan mendasar bagi kebanyakan keluarga. Di indonesia data nilai anak
untuk menunjukkan bahwa program KB memang dibutuhkan oleh masyarakat,
disamping menunjukkan kemandirian juga harus diupayakan peningkatan kualitas
generasi mendatang. Dalam kondisi keuangan negara yang makin terbatas maka
pemerintah dapat lebih memfokuskan permasalahan pada keluarga miskin.
Kemiskinan dan kemunduran sosial budaya adalah aspek-aspek yang menjadi
tantangan berat bagi pembangunan. Disisi lain program KB ditandai semakin
meningkatnya peran serta masyarakat dalam ber KB, sehingga KB perlu dijadikan
upaya penting untuk memiliki anak ideal, menjadi keluarga yang sejahtera dan
berkualitas.
Gambaran ini secara tidak langsung memperlihatkan bahwa program KB
telah begitu membudaya disebahagian besar keluarga di indonesia. Untuk
mewujudkan

keluarga

kecil

berkualitas,

masyarakat

menggunakan

alat

kontrasepsi dan cara yang tidak membahayakan suami istri seperti pil KB,
suntikan, kondom, AKDR, implant dan lain-lain.

Universitas Sumatera Utara

24

4.

Umur
Umur adalah lama waktu hidup atau ada sejak dilahirkan atau diadakan

hidup, nyawa (KBBI Modern, 2004). Berdasarkan penelitian BKKBN pusat pada
tahun (2008) persentasi terbesar peserta KB terletak pada kelompok umur 20-35
tahun sebesar 50%, disusul kelompok umur>35 tahun sebanyak 31% dan 35 tahun sampai masa menopause, jika tidak terdapat faktor resiko lain
(BKKBN,

2008).

Pemakain

metode kontrasepsi

suntik

memperlihatkan

kecenderungan peningkatan pada beberapa kurun waktu terakhir ini. Gambaran

Universitas Sumatera Utara

25

tersebut menunjukkan bahwa masih banyak pasangan usia subur yang belum
terpenuhi pilihan jenis kontrasepsi yang sesuai.

2.4.2. Faktor-faktor Pendukung
Faktor pendukung terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak
tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan misalnya Puskesmas,
obat-obatan, alat kontrasepsi, dan metode kontrasepsi itu sendiri.
Fasilitas pelayanan keluarga berencana adalah fasilitas yang mampu dan
berwenang memberikan pelayanan kontrasepsi metode sederhana (kondom), Pil,
Suntik, AKDR/IUD bagi fasilitas pelayanan yang mempunyai tenaga bidan
terlatih, upaya penanggulangan efek samping, komplikasi ringan dan upaya
rujukan.
Ekonomi merupakan aktivitas-aktifitas yang dilakukan oleh manusia dalam
memproduksi

maupun

memperoleh

barang

dan

jasa

untuk

memenuhi

kehidupannya (Rofiq, 2014).Prevalensi penggunaan kontrasepsi di kalangan
perempuan dengan tingkat kesejahteraan paling rendah masih jauh tertinggal
dibandingkan di kalangan perempuan dengan tingkat kesejahteraan paling tinggi.
Kelompok dengan tingkat kesejahteraan tinggi cenderung memakai metode
kontrasepsi jangka panjang IUD/AKDR dan metode operatif, yang tingkat
efektifitasnya cukup tinggi.
Pemerintah bertanggung jawab untuk menyediakan pelayanan KB gratis
kepada kelompok penduduk miskin. Namun demikian, kebijakan untuk
memberikan gratis kontrasepsi kepada penduduk miskin tidak selalu diikuti

Universitas Sumatera Utara

26

dengan pembebasan biaya untuk pelayanan, terutama pada fasilitas pelayanan
swasta. Oleh karena itu penduduk dengan tingkat kesejahteraan terendah masih
mengeluarkan uang untuk membayar pelayanan KB.

2.4.3. Faktor-faktor Pendorong
Faktor pendorong terwujud terjadinya perubahan sikap dan prilaku
kesehatan adalah pertama suami. Idealnya pengguna kontrasepsi merupakan
tanggung jawab bersama pria dan wanita sebagai pasangan sehingga kontrasepsi
yang dipilih mencerminkan kebutuhan serta keinginan suami dan istri. Dalam
penggunaan kontrasepsi pria seperti kondom, pantang berkala, atau vasektomi,
suami mempunyai tanggung jawab utama. Sementara bila istri sebagai pengguna
kontrasepsi suami dapat memainkan peran penting dalam mendukung istri dan
menjamin efektifitas pemakaian kontrasepsi. Suami istri harus saling mendukung
dalam penggunaan metode kontrasepsi karena KB dan kesehatan reproduksi
bukan hanya urusan pria dan wanita saja (BKKBN, 2008)
Pendapat suami mengenai KB cukup kuat pengaruhnya untuk menentukan
penggunaan metode KB oleh istri. Karena wanita mempunyai semacam kendali
apabila mereka bertanggung jawab dalam penggunaan kontrasepsi. Dilain pihak
mereka juga dapat merasa kecewa karena harus menolak permintaan seks
pasangannya dan memikul beban berat dari setiap efek samping dan resiko
kesehatan. Wanita mungkin takut, karena kesopanan atau rasa malu untuk
berbicara dengan pasangannya, baik tentang KB maupun menolak keinginan
pasangannya untuk berhubungan ataupun mempunyai anak (Bakar, 2014).

Universitas Sumatera Utara

27

Akhirnya beberapa wanita memilih menggunakan kontrasepsi tanpa
sepengetahuan pasangannya. Hasil study menunjukkan bahwa 65% wanita
menginginkan peran pria/suami yang lebih besar dalam pemilihan metode
kontrasepsi dan 75% menginginkan peran pria yang lebih besar dalam ensuring
kontrasepsi yang selalu digunakan (BKKBN, 2009).
Faktor pendorong kedua adalah orang tua. Diantara orang yang dianggap
penting bagi individu adalah orang tua, orang yang status sosialnya lebih tinggi.
Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap orang yang dianggap
penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk
menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut (Azwar S,
2005).

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingginya Pemakaian Alat Kontrasepsi Suntik di Wilayah Kerja Puskesmas Aek Goti Kabupaten Labuhanbatu Selatan

1 9 97

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Akseptor KB Memilih Alat Kontrasepsi Suntik Di Wilayah Kerja Puskesmas Sukawarna.

0 1 15

BACA DULU cara membuka KTI Skripsi kode011

0 0 3

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingginya Pemakaian Alat Kontrasepsi Suntik di Wilayah Kerja Puskesmas Aek Goti Kabupaten Labuhanbatu Selatan

0 0 10

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingginya Pemakaian Alat Kontrasepsi Suntik di Wilayah Kerja Puskesmas Aek Goti Kabupaten Labuhanbatu Selatan

0 0 2

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingginya Pemakaian Alat Kontrasepsi Suntik di Wilayah Kerja Puskesmas Aek Goti Kabupaten Labuhanbatu Selatan

0 0 7

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingginya Pemakaian Alat Kontrasepsi Suntik di Wilayah Kerja Puskesmas Aek Goti Kabupaten Labuhanbatu Selatan

0 0 3

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingginya Pemakaian Alat Kontrasepsi Suntik di Wilayah Kerja Puskesmas Aek Goti Kabupaten Labuhanbatu Selatan

0 0 28

HUBUNGAN SOSIAL BUDAYA DAN STATUS EKONOMI TERHADAP TINGGINYA PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DI DESA KARANG BAYAN KECAMATAN LINGSAR WILAYAH KERJA PUSKESMAS SIGERONGAN

0 0 11

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGGINYA PENGGUNAAN KB SUNTIK PADA AKSEPTOR KB SUNTIK DI BIDAN PRAKTEK SWASTA WILAYAH PLERET BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGGINYA PENGGUNAAN KB SUNTIK PADA AKSEPTOR KB SUNTIK DI BI

0 1 11