Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingginya Pemakaian Alat Kontrasepsi Suntik di Wilayah Kerja Puskesmas Aek Goti Kabupaten Labuhanbatu Selatan

(1)

Lampiran 1

Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingginya Pemakaian Alat Kontrasepsi Jenis Suntik

Saya adalah mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Saat ini saya sedang melakukan penelitian mengenai “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingginya Pemakaian Alat Kontrasepsi Suntik”. Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan tugas akhir dalam menyelesaikan Strata 1 di Fakultas Keperawan Universitas Sumatera Utara.

Untuk keperluan tersebut saya meminta kesediaan Ibu untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Selanjutnya saya mohon untuk mengisi kuesioner dengan jujur apa adanya. Kuesioner yang akan Ibu isi terdiri dari 15 pernyataan.

Partisipasi Ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela, sehingga Ibu bebas mengundurkan diri setiap saat tanpa ada sanksi apapun. Identitas pribadi dan semua informasi yang Ibu berikan akan dirahasiakan dan hanya akan digunakan untuk keperluan penelitian. Apabila bersedia, silahkan menanda tangani lembar persetujuan ini sebagai bukti kesediaan Ibu menjadi responden dalam penelitian ini.

Atas partisipasi Ibu, saya ucapkan terima kasih.

No. Responden : Tanggal :


(2)

Lampiran 2

No. Responden :

Tanggal :

A. Kuesioner Data Demografi Responden

Petunjuk Pengisian :

Dibawah ini adalah data demografi yang dibutuhkan sebagai identitas responden penelitian. Isilah pertanyaan dibawah ini sesuai keadaan Ibu yang sebenarnya, dengan memberi tanda checklist (√) padakotak yang telah disediakan.

1. Usia : Tahun

2. Pendidikan ( ) SD ( ) SMP ( ) SMA ( ) PT


(3)

4. Suku ( ) Batak ( ) Melayu ( ) Jawa ( ) Lainnya,

Sebutkan :

5. Pekerjaan

( ) Ibu rumah tangga ( ) Pegawai Negeri Sipil ( ) Wiraswasta

( ) Tani/Buruh

6. Penghasilan

( ) Dibawah UMR Rp.1.653.000,-/bulan ( ) Diatas UMRRp.1.653.000,-/bulan


(4)

B. Kuesioner Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingginya Pemakaian Alat Kontrasepsi Suntik

Petunjuk Pengisian :

Seluruh pernyataan dibawah ini berkaitan dengan hal-hal yang melatarbelakangi Ibu dalam memilih Jenis KB suntik. Pilih jawaban yang menurut Ibu paling sesuai, kemudian berilah tanda checklist (√) pada kolom yang tersedia sesuai dengan jawaban anda.

1. Sikap

No Pernyataan Ya Tidak

1 Informasi yang saya dapat tentang KB suntik dari petugas kesehatan dan masyarakat membuat saya tertarik untuk memakai alat KB suntik

2 Saya merasa cocok memakai KB suntik karena penggunaanya sederhana, bebas lupa, praktis dan aman

3 Kontrasepsi suntik tidakdapat mengatasi masalah kesuburan saya untuk tidak hamil

4 Saya yakin jenis kontrasepsi suntik yang paling cocok untuk saya karena memiliki efek samping yang minimal


(5)

6 Pembelian KB suntik membuat keluarga saya menjadi miskin

7 Biaya yang saya keluarkan untuk mendapatkan KB suntik tergolong murah

8 KB suntik mengeluarkan biaya yang cukup kecil dibandingkan dengan metode KB yang lain

9 KB suntik sangat sulit didapatkan dilingkungan saya, saya harus pergi kekota untuk memperolehnya

10 Selain biaya murah, KB suntik juga mudah didapat seperti di puskesmas, klinik bersalin, praktek Bidan, Bidan desa, dll.

11 Saya memakai KB suntik saat ini karena merasa perlu untuk membatasi kelahiran agar dapat mencurahkan perhatian lebih untuk suami, anak dan diri saya sendiri

12 Saya memilih KB suntik karena orang-orang disekitar saya juga memilih KB suntik

13 Saya memakai KB suntik karena sudah mendapat dukungan dari keluarga seperti suami, dan orang tua saya

14 Saya berfikir bahwa KB suntik tidak dapat dipakai untuk semua suku

15 Norma Keluarga kecil bahagia sejahtera (NKKBS) merupakan kebudayaan Indonesia, sehingga saya memakai KB suntik


(6)

Master Tabel

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingginya Pemakaian Alat Kontrasepsi Suntik di Wilayah Kerja Puskesmas Aek Goti

No U P A S PK PG JA Sikap Total Kode

1 2 2 1 1 3 4 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 8 Positif

2 3 4 1 2 1 1 2 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 9 Positif

3 2 1 1 1 3 4 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 12 Positif

4 3 2 1 2 3 4 2 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 11 Positif

5 2 4 1 2 1 2 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 7 Negatif

6 2 2 1 2 1 3 2 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 10 Positif

7 2 1 1 2 3 4 3 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 12 Positif

8 1 3 1 2 1 2 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 13 Positif

9 2 2 1 2 1 3 3 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 10 Positif

10 2 1 1 2 3 4 2 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 12 Positif

11 2 2 1 1 2 3 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 9 Positif

12 2 3 1 2 1 2 2 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 7 Negatif

13 1 2 1 2 1 2 3 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 12 Positif

14 2 2 2 2 3 4 2 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 12 Positif

15 2 2 1 2 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 14 Positif


(7)

21 2 1 1 2 3 4 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 11 Positif

22 3 3 1 1 1 3 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 7 Negatif

23 2 2 1 2 1 3 3 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 9 Positif

24 2 2 2 2 1 3 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 9 Positif

25 2 2 1 2 2 4 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 12 Positif

26 2 2 1 2 1 2 3 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 12 Positif

27 2 4 1 2 3 4 2 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 11 Positif

28 2 1 1 2 1 3 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 10 Positif

29 2 1 1 1 2 4 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 10 Positif

30 2 2 1 1 1 3 3 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 10 Positif

31 3 2 1 1 1 3 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 8 Positif

32 2 2 1 2 1 3 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 10 Positif

33 2 4 1 2 1 2 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 10 Positif

34 3 2 1 1 1 3 2 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 11 Positif

35 2 2 1 2 1 3 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 7 Nenatif

36 2 2 1 2 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 13 Positif

37 2 2 1 1 1 3 2 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 10 Positif

38 2 1 1 1 2 4 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 10 Positif

39 2 2 1 2 1 3 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 7 Negatif

40 2 2 1 1 1 3 2 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 10 Positif

41 2 1 1 2 1 4 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 7 Negatif


(8)

(9)

DAFTAR KONSULTASI BIMBINGAN SKRIPSI

Nama : Ahmad Junaidi

NIM : 141121062

DosenPembimbing : Nur AfiDarti, S.Kp, M.Kep

Judul : Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingginya Pemakaian Alat Kontrasepsi Suntik di Wilayah Kerja Puskesmas Aek Goti Kabupaten Labuhanbatu Selatan

No Tanggal Materi Bimbingan Keterangan

Tanda Tangan Pembimbing 1. 06 Januari

2016

Konsultasi hasil penelitian dan pembahsan bab 5

Perbaikan bab 5. Dalam Pembahasan masukkan teri yang ada, penelitian sebelumnya dan kaitkan dengan data demografi

2. 13 Januari 2016

Konsultasibab 5 (hasil dan pembahasan) PerbaikiTabelhasil, Tambahkan pembahasan dan beberapa referensi pada pembasan. 3. 26 Januari

2016

Konsultasi bab 5 dan bab 6

Perbaiki bab 5 dan bab 6 beserta kesimpulan. Lanjutkan abstrak.


(10)

4. 2 Februari 2016

Konsultasi Bab 5dan Bab 6 dan Abstrak.

Perbaiki abstrak, penulisan abstrak menyangkut latar belakang, teori, isi, hasil dan

rekomendasi 5. 5 Februari

2016

Konsultasi

Keseluruhan bab 1 – 6


(11)

Reliability

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 20 100.0

Exclude

d(a) 0 .0

Total 20 100.0

a Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics Cronbach's

Alpha

N of Items


(12)

Frequencies

Statistics

Usia

Pendidi

kan Agama Suku

Pekerja an

Penghasi

lan JA

N Valid 42 42 42 42 42 42 42

Missing 0 0 0 0 0 0 0

Frequency Table

Usia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid <20 2 4.8 4.8 4.8

20-35 34 81.0 81.0 85.7

>35 6 14.3 14.3 100.0

Total 42 100.0 100.0

Pendidikan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid PT 8 19.0 19.0 19.0

SMA 26 61.9 61.9 81.0

SMP 3 7.1 7.1 88.1

SD 5 11.9 11.9 100.0

Total 42 100.0 100.0

Agama

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Islam 40 95.2 95.2 95.2


(13)

Suku

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Batak 12 28.6 28.6 28.6

Jawa 30 71.4 71.4 100.0

Total 42 100.0 100.0

Pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid IRT 28 66.7 66.7 66.7

Wirasasta 6 14.3 14.3 81.0

PNS 8 19.0 19.0 100.0

Total 42 100.0 100.0

Penghasilan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Dibawah UMR 28 74.8 74.8 74.8

Diatas UMR 14 25.2 25.2 25.2

Total 42 100.0 100.0 100.0

JA

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 2 20 47.6 47.6 47.6

3 14 33.3 33.3 81.0

4 8 19.0 19.0 100.0


(14)

Statistics

Frequency Table

Sikap1

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak 10 23,8 23,8 23,8

Ya 32 76,2 76,2 100,0

Total 42 100,0 100,0

Sikap2

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak 8 19,0 19,0 19,0

Ya 34 81,0 81,0 100,0

Total 42 100,0 100,0

Sikap3

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak 12 28,6 28,6 28,6

Ya 30 71,4 71,4 100,0

Total 42 100,0 100,0

Sikap4

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak 12 28,6 28,6 28,6

Ya 30 71,4 71,4 100,0


(15)

Total 42 100,0 100,0

Sikap6

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak 18 42,9 42,9 42,9

Ya 24 57,1 57,1 100,0

Total 42 100,0 100,0

Sikap7

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak 18 42,9 42,9 42,9

Ya 24 57,1 57,1 100,0

Total 42 100,0 100,0

Sikap8

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak 17 40,5 40,5 40,5

Ya 25 59,5 59,5 100,0

Total 42 100,0 100,0

Sikap9

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak 14 33,3 33,3 33,3

Ya 28 66,7 66,7 100,0

Total 42 100,0 100,0

Sikap10

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak 13 31,0 31,0 31,0

Ya 29 69,0 69,0 100,0


(16)

Sikap11

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak 18 42,9 42,9 42,9

Ya 24 57,1 57,1 100,0

Total 42 100,0 100,0

Sikap12

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak 13 31,0 31,0 31,0

Ya 29 69,0 69,0 100,0

Total 42 100,0 100,0

Sikap13

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak 11 26,2 26,2 26,2

Ya 31 73,8 73,8 100,0

Total 42 100,0 100,0

Sikap14

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak 16 38,1 38,1 38,1

Ya 26 61,9 61,9 100,0

Total 42 100,0 100,0


(17)

Total

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 7 6 14,3 14,3 14,3

8 2 4,8 4,8 19,0

9 5 11,9 11,9 31,0

10 11 26,2 26,2 57,1

11 6 14,3 14,3 71,4

12 7 16,7 16,7 88,1

13 4 9,5 9,5 97,6

14 1 2,4 2,4 100,0

Total 42 100,0 100,0

Koding

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Negatif 6 14,3 14,3 14,3

Positif 36 85,7 85,7 100,0


(18)

(19)

(20)

(21)

(22)

(23)

(24)

(25)

(26)

(27)

TAKSASI DANA PENELITIAN

Anggaran dana yang dikeluarkan untuk proposal dan juga penelitian diperkirakan sebagai berikut:

No. PENGELUARAN JUMLAH

1. Penyusunan proposal penelitian: literature + internet Rp. 450.000,-

+ pengetikan + penggandaan + jilid (4 eksampler).

2. Izin Survey Awal dan Penelitian Rp. 150.000,-

3. Pengumpulan data: transportasi + foto copy Rp. 500.000,-

(Kuesioner dan Informed Consent).

4. Penyusunan laporan hasil penelitian: pengetikan + Rp. 300.000,-

Penggandaan + jilid (4 eksampler).

5. Biaya tak terduga. Rp. 1.000.000,-

6. Beli Labtop Rp. 3.700.000,-

TOTAL Rp. 6.100.000,-


(28)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama : Ahmad Junaidi Nasution Tempat,tanggal lahir : Huraba, 20 Juni 1984 Jenis kelamin : Laki-Laki

Agama : Islam

Alamat : Desa Huraba Kec. Siabu Kab. Mandailing Natal Kewarganegaraan : Indonesia

Telepon : 0813 9674 9874

Email

RIWAYAT PENDIDIKAN

Tahun 1992 - 1997 : SD Negeri 142552 Huraba Kec. Siabu Kab. Mandailing Natal

Tahun 1997 - 2000 : SMP Negeri 1 Sumpur Kudus Kab. Sawahlunto/Sijunjung

Tahun 2000 - 2003 : SMU Negeri 5 Sijunjung Kab. Sijunjung -

Tahun 2004 - 2007 : AKPER PEMKAB Labuhanbatu

Tahun 2014-sekarang : Mengikuti Tugas Belajar S1 Keperawatan di Fakultas Keperawatan USU


(29)

53

DAFTAR PUSTAKA

Abu Bakar, Sukawati. (2014), Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana dalam Tanya Jawab, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Aswar, S (2005). Sikap Manusia Teori Pengukurannya,Edisi Kedua, Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset.

Aldriana, Nana. (2013), Faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya pemakaian Kontrasepsi di Puskesmas Rambah Samo I. Jurnal

Arikunto, Suharsimin. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta

Arum dan Sujiyatini (2011). Panduan Lengkap Pelayanan KB Terkini. Nuha Medica. Yogyakarta.

BKKBN. (2008). Kontrasepsi Pasca Persalinan, Jakarta

BKKBN. (2009). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, Jakarta : Tridasa Printer

BKKBN. (2010). Pedoman Tata Cara Pencatatan dan Pelaporan Pelayanan Kontrasepsi Program KB Nasional di Kecamatan dan Klinik KB. Jakarta.

BKKBN. (2011). Badan Pelayanan kontrasepsi & Pengendalian Lapangan Program KB Nasional. Jakarta.

BKKBN. (2012). Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi, Jakarta BKKBN. (2013). Kebijakan Program Pokok dan Kegiatan Bidang Pelayanan

Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi, Jakarta.

BKKBN. (2014). Masalah kependudukan dan keluarga berencana, Jakarta : Kementerian Kesehatan

Baziad, A (2002). Kontrasepsi Hormonal. Jakarta : Yayasan bina pustaka Sarwono Prawirohardjo

Depdiknas. (2004). Kamus Besar Bahasa Indonesi. Edisi 3. Jakarta : Balai Pustaka


(30)

54

Handayani, Sri (2010) Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana, Yogyakarta : Pustaka Rihama.

Herlinda. R. (2008). Faktor-faktor yang mempengaruhi Akseptor KB tidak memilih Implant sebagai alat kontrasepsi dipuskesmas Melur Pekanbaru. Skripsi Universitas Andalas. Padang

Hidayat, A. Aziz Alimul. (2007). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis. Jakarta : Salemba Medika

Irianto, Koes (2013). Teknik Kontrasepsi, Jakarta : CV. Alfabeta

Simamora. JY. (2014). Faktor-faktor yang melatarbelakangi pemilihan metode kontrasepsi suntik pada pasangan usia subur (PUS) dikelurahan Losung Selatan Kec. Padangsidempuan Selatan. Skripsi. USU. Medan

Manuaba, (2001). Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan, Jakarta.

Mardiantari, Dwi (2011). Hubungan anatara tingkat pengetahuan ibu tentang KB suntik dengan sikap dalam memilih KB suntik di desa basole, kecamatan bayan kabupaten purworejo. Skripsi. UI

Menasari (2010). Analisis Penggunaan Alat Kontrasepsi Suntik Pada Akseptor KB di Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Mulyani, Nina Siti (2013), Keluarga Berencana dan Alat Kontrasepsi, Yogyakarta : Nuha Medika.

Nirdayani (2008), Gambaran Faktor-faktor yang mempengaruhi Tingginya

pemakaian Kontrasepsi suntik di klinik bersalin Mariani Medan. Skripsi. USU Notoadmodjo, Soekidjo. (2010). Promosi Kesehatan : Teori dan Aplikasi. Jakarta

: Rineka Cipta


(31)

55

Nursalam (2003). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan :Pendekatan Praktis. Jakarta : Salemba Medika

Aidah, Nur (2001). Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi MKET dan non MKET Pada Akseptor KB di Kelurahan Pasir Putih Dan Bunja Timur Kecamatan Muara Bunja Kabupaten Bungo Jambi. Skripsi. Universitas Indonesia. Jakarta.

Pinem, Saroha. (2009), Kesehatan Reproduksi dan Kontrasepsi, Jakarta : CV. Trans Info Media

Prawirohardjo, Sarwono (2005). Ilmu Kebidanan. Jakarta

Purwostuti, Endang. (2015), Panduan Materi Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana, Yogyakarta : Pustaka Baru Press.

Rauf, Sri KD. (2014), Faktor-Faktor Yang Mempengaruh Penggunaan

Kontrasepsi suntik Pada akseptor KB di Puskesmas Bungoro Kabupaten Pangkep. Jurnal

Rofiq, Aunur (2014), Pertumbuhan Ekonomi dan Kemiskinan, Jakarta : Republika.

Saifuddin, Abdul Basri.(2006). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Yayasan Bina Pustaka. Jakarta.

Sarwono, S. (2005). Sosiologi kesehatan Beberapa Konsep Beserta Aplikasinya.Yogyakarta : Gajah Mada University Press

Sembiring, Aritha. (2003). Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan alat kontrasepsi pada ibu post partum di ruang kebidanan Rumah Sakit Umum Sundari. Medan

Siswosudarmo, dkk (2001). Teknologi Kontrasepsi. Jakarta

Sunaryo. (2013). Sosiologi Untuk Keperawatan, Jakarta : Rineka Cipta.

Tambak. FD. (2013). Analis faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode kontrasepsi pada PUS diwilayah Puskesmas Pancurbatu.Skripsi. USU. Medan Yuhedi L. Taufik & Kuriawati T. (2014), Buku Ajar Kependudukan dan


(32)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

3.1. Kerangka Konseptual

Hasil tinjauan kepustakaan yang telah diuraikan serta masalah penelitian yang telah dirumuskan, perlu dikembangkan suatu kerangka konsep penelitian. Menurut Notoatmojo, 2010 kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi konsep-konsep serta variabel-variabel yang akan diukur (diteliti). Kerangka konsep ini dibuat berdasarkan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingginya pemakaian alat kontrasepsi suntik diwilyah kerja Puskesmas Aek Goti. Berikut ini adalah kerangka konsep yang digunakan dalam penelitian ini :

Faktor-faktor yang mempengaruhi :

Sikap Pendidikan Ekonomi Umur

Sosial budaya

Pemakaian Alat Kontrasepsi Suntik


(33)

28

3.2 Definisi Operasional

Variabel

Definisi Operasional

Alat Ukur Hasil Ukur

Skala Faktor-faktor yang mempenga ruhi tingginya pemakaian alat kontrasepsi jenis suntik a. Sikap b. Pendidikan Hal-hal yang dapat menyebabkan tingginya pemakaian alat kontrasepsi suntik pada pasangan usia subur (PUS). Respon PUS terhadap kontrasepsi suntik. Pengetahuan PUS terhadap kontrasepsi suntik. Kuesioner Kuesioner

Positif, jika skor nilai 8-15, negatif, jika nilai 0-7 Tinggi jika pendidikan responden Sarjana, Nominal Ordinal


(34)

29

c. Ekonomi

d. Umur

e. Sosial budaya

Pendapatan keluarga perbulan. Kecocokan usia PUS untuk memakai kontrasepsi suntik. Kebiasaan-kebiasaan dan adat istiadat PUS.

Kuesioner

Kuesioner

Kuesioner

sedang SMA, dan rendah SMP dan SD Tinggi jika >UMR Rp 1.653.000,-

dan rendah jika <UMR Rp 1.653.000,-

Beresiko jika umur <20 tahun dan >35 tahun, dan tidak beresiko jika umur 20-35 tahun.

1. Suku Batak 2. Suku

Jawa

Nominal

Nominal


(35)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif yang bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi tingginya pemakaian alat kontrasepsi suntik diwilayah kerja Puskesmas Aek Goti Kabupaten Labuhanbatu Selatan.

4.2. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang masih memakai kontrasepsi suntikan diwilayah kerja Puskesmas Aek Goti Kabupaten Labuhanbatu Selatan, dari hasil survey pendahuluan yang dilakukan 5 Juni 2015 diketahui jumlah ibu yang memakai KB suntik sebanyak210 orang selama 6 bulan terakhir tahun 2015.

Sampel adalah merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki populasi. Menurut Arikunto (2010), apabila sampling lebih besar dari 100 orang dapat diambil sampel sebanyak 10- 15% atau 20-25%. Peneliti mengambil sampel 20 % dari jumlah populasi, sehingga didapat 42 orang. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan Simple Random Sampling (acak sederhana). Random Sampling hanya boleh digunakan apabila setiap unit atau anggota populasi itu bersifat homogen. Hal ini


(36)

31

berarti setiap anggota populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk diambil sebagai sampel (Notoatmodjo, 2005).

Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah ibu yang masih memakai alat kontrasepsi suntik di wilayah kerja Puskesmas Aek Goti Kabupaten Labuhanbatu Selatan, bersedia menjadi responden penelitian, dapat membaca dan menulis dalam bahasa Indonesia.

4.3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan diwilayah kerja Puskesmas Aek Goti Kabupaten Labuhanbatu Selatan pada tanggal 2 s/d 14 november 2015. Adapun pertimbangan pemilihan lokasi ini adalah karena diwilayah kerja Puskesmas Aek Goti ini mayoritas ibu memakai alat kontrasepsi suntik dan diwilayah tersebut berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh peneliti belum pernah dilakukan penelitian sebelumnya yang menyangkut tentang faktor-faktor yang mempengaruhi tingginya pemakaian alat kontrasepsi suntik.

4.4 Pertimbangan Etik

Masalah etika penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat penting dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan berhubungan langsung dengan manusia, maka dari segi etika harus diperhatiakn (Hidayat,


(37)

32

memperhatikan prinsip-prinsip dan pertimbangan etik yaitu responden mempunyai hak untuk memutuskan apakah ia bersedia menjadi subjek atau tidak, tanpa ada sangsi, dan tidak adamenimbulkan penderitaan bagi responden.

Peneliti juga memberi penjelasan dan informasi secara lengkap dan terperinci serta tanggung jawab jika ada sesuatu yang terjadi pada responden. Responden juga harus diperlakukan secara baik sebelum, selama, dan sesudah penelitian. Responden tidak boleh didiskriminasi jika menolak untuk menjadi responden. Selain itu ada prinsip-prinsip etik yang meliputi : Informed consent yaitu lembar persetujuan yang diberikan kepada responden yang akan diteliti yang memenuhi kriteria inklusi dan disertai judul penelitian dan manfaat penelitian, bila subjek menolak maka peneliti tidak dapat memaksa dan tetap menghormati hak-hak subjek. Anonymity kerahasiaan calon responden merupakan hal utama yang dijamin kerahasiaannya dengan tidak menuliskan nama. Confidentiality yaitu kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti, hanya kelompok data tertentu yang dilaporkan sebagai hasil penelitian (Nursalam, 2003).

4.5. Instrumen Penelitian

Untuk mendapatkan informasi dari responden, peneliti menggunakan alat pengumpulan data berupa kuesioner yang disusun sendiri oleh peneliti dengan berpedoman pada kerangka konsep dan tinjauan pustaka. Kuesioner terdiri dari 2 bagian yaitu karakteristik responden dan kuesioner faktor-faktor yang mempengaruhi tingginya pemakaian alat kontrasepsi suntik.


(38)

33

Kuesioner tentang karakteristik responden meliputi: usia, pendidikan, pekerjaan, agama, suku, penghasilan dan jumlah anak yang diinginkan. Kuesioner tentang faktor-faktor yang mempengaruhi tingginya pemakaian alat kontrasepsi suntik terdiri dari faktor sikap (pernyataan no. 1-15). Bentuk pernyataan dengan jawaban ya dan tidak (dikotomi), apabila responden menjawab (Ya) = 1 dan jika responden menjawab (Tidak) = 0 (Nursalam, 2003). Untuk pernyataan positif terdapat pada nomor 1, 2, 4, 5, 7, 8, 10, 11, 12, 13, 15, dan pernyataan negatif terdapat pada nomor 3, 6, 9, 14.

Pengembangan kuesioner dikembangkan dalam bentuk pernyataan. Pernyataan tersebutlah yang diberikan kepada responden. Skala pengukuran yang digunakan adalah Nominal.

4.6 Uji Validitas Instrumen

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrument (Arikunto, 2010). Uji validitas instrument bertujuan untuk mengetahui kemampuan instrument untuk mengukur apa yang diukur (Notoatmojo, 2010).

Kuesioner ini divalidasi dengan menggunakan validitas isi (content validity index) yang dilakukan oleh dosen ahli dalam penelitian ini. Hal ini dilakukan dengan mengajukan kuesioner dan proposal penelitian kepada penguji validitas.


(39)

34

tersebut menggambarkan cakupan isi yang akan diukur. Pertimbangan ahli tersebut juga menyangkut apakah semua aspek yang hendak diukur telah dicakup melalui item pernyataan dalam tes. Pernyataan yang tidak valid langsung diganti oleh peneliti berdasarkan saran dari penguji validitas (Nursalam, 2003). Nilai Content Validity Index (CVI) adalah 0.095, nilai ini dinyatakan sudah valid oleh ahli maka dilanjutkan uji Reliabilitas.

4.7 Uji Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas (keandalan) adalah indeks yang menunjukan sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalakan (Notoatmodjo, 2010). Hasil pengukuran yang relatif sama menunjukan bahwa ada toleransi terhadap perbedaan-perbedaan kecil diantara hasil beberapa kali pengukuran tersebut. Apabila dari waktu ke waktu perbedaan sangat besar, maka hasil pengukuran tidak dapat dipercaya dan dikatakan alat ukur tidak reliabel. Data tersebut diolah dengan menggunakan program komputerisasi. Kuesioner ini diuji reliabilitasnya dengan menggunakan Cronbach Alfa kuesioner atau angket dikatakan reliabel jika

memiliki nilai α minimal 0,7. (Arikunto, 2006).

Uji reliabilitas telah dilakukan pada 20 orang responden di Puskesmas Ulumahuam dengan karakteristik yang sama dengan responden di Puskesmas Aek Goti Kabupaten Labuhanbatu Selatan yang memperoleh hasil reliabilitas yaitu nilai α 0,74. Jadi kuesioner yang digunakan peneliti dalam penelitian ini sudah dinyatakan reliabel.


(40)

35

Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan cara mengajukan permohonan izin melakukan survey awal untuk melihat karakteristik klien (populasi) yang dijadikan sampel penelitian, melakukan perhitungan untuk menentukan jumlah klien yang akan dijadikan sampel dengan menggunakan metode Simple Random Sampling, mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada institusi pendidikan (Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara), mengirimkan permohonan izin pengambilan data yang diperoleh dari fakultas ke tempat penelitian (Puskesmas Aek Goti).

Setelah mendapat persetujuan dari Kepala Puskesmas Aek Goti, peneliti melaksanakan pengumpulan data penelitian, menjelaskan pada calon responden tentang tujuan, manfaat, dan proses pengisian kuesioner. Calon responden yang bersedia kemudian diminta untuk menandatangani informed consent (surat persetujuan). Setelah itu peneliti melakukan wawancara dengan menggunakan kuesioner terhadap responden dan responden diberi kesempatan untuk bertanya pada peneliti bila ada pertanyaan yang tidak dipahami. Selanjutnya, data yang diperoleh dikumpulkan untuk dianalisa.

4.9 Analisa Data 4.9.1 Pengolahan Data


(41)

36

Editing adalah kegiatan melakukan pemeriksaan kembali kuesioner yang telah diisi oleh responden, meliputi kelengkapan isian dan kejelasan jawaban dan tulisan.

b. Coding

Coding adalah proses merubah data yang berbentuk huruf menjadi data yang berbentuk angka. Hal utama yang harus dilakukan pada kegiatan ini adalah memberikan kode untuk jawaban yang diberikan responden penelitian.

c. Processing

Processing yaitu memasukkan data ke dalam komputer untuk diproses. d. Cleaning

Cleaning yaitu melakukan pembersihan dan pengecekan kembali data yang telah dimasukkan. Kegiatan ini diperlukan untuk mengetahui apakah ada kesalahan ketika memasukkan data.

e. Komputerisasi

Komputerisasi digunakan untuk mengolah data dengan komputer.

4.9.2 Teknik Analisa Data

Data yang telah diperoleh kemudian dilakukan analisis untuk mendapatkan gambaran faktor-faktor yang memepengaruhi tingginya pemakaian alat kontrasepsi suntik. Metode statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistic univariat atau statisktik deskriptif yaitu metode statistik yang digunakan untuk menggambarkan atau memaparkan satu variabel yaitu faktor-faktor yang


(42)

37

mempengaruhi tingginya pemakaian alat kontrasepsi suntik. Data demografi dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingginya pemakaian alat kontrasepsi suntik disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase. Selanjutnya dengan membahas hasil penelitian dengan menggunakan teori kepustakaan yang ada.


(43)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

Bab ini menguraikan hasil penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi tingginya pemakaian alat kontrasepsi suntik diwilayah kerja Puskesmas Aek Goti Kabupaten Labuhanbatu Selatan yang diperoleh melalui proses pengumpulan data yang dilakukan sejak tanggal 1 s/d 5 Juni 2015 di wilayah kerja Puskesmas Aek Goti Kabupaten Labuhanbatu Selatan dengan jumlah responden sebanyak 42 orang. Penyajian hasil analisa data dalam penelitian ini meliputi data karakteristik responden dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingginya pemakaian alat kontrasepsi suntik.

5.1.1 Karakteristik Responden

Dari 42 ibu yang berada diwilayah kerja Puskesmas Aek Goti, yang menjadi responden penelitian, maka didapatkan data demografi (tabel. 2) dengan menunjukkan mayoritas responden berada pada rentang umur 20-35 tahun sebanyak 34 orang (81%), pendidikan terakhir Sekolah Menengah Atas sebanyak 26 orang (61,9%), agama Islam sebanyak 40 orang (95,2%), suku Jawa sebanyak 30 orang (71,4%), pekerjaan Ibu Rumah Tangga sebanyak 28 orang (66,7%), penghasilan perbulan dibawah UMR Rp.1.653.000 sebanyak 28 orang (74,8%), dan jumlah anak yang diinginkan 2 orang sebanyak 20 orang (47,6%).


(44)

38

Tabel 2. Distribusi Frekuensi dan Persentase Data Demografi Ibu yang Memakai Kontrasepsi Suntik diwilayah Kerja Puskesmas Aek Goti Kabupaten Labuhanbatu Selatan Bulan November 2015 (n=42)

Karakteristik Responden Frekuensi Persentase

Usia

<20 tahun 2 5

20-35 tahun 34 81

>35 tahun 6 14

Pendidikan

Perguruan Tinggi 8 19

SMA 26 62

SMP 3 7

SD 5 12

Agama

Islam 40 95

Kristen 2 5

Suku

Batak 12 29

Jawa 30 71

Pekerjaan

Ibu Rumah Tangga 28 67

Wiraswasta 6 19

PNS 8 14

Penghasilan

UMR >Rp 1.653.000,- 28 65


(45)

39

5.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingginya Pemakaian Alat Kontrasepsi Suntik diwilayah Kerja Puskesmas Aek Goti Kabupaten Labuhanbatu Selatan.

Deskripsi faktor-faktor yang mempengaruhi tingginya pemakaian alat kontrasepsi suntik meliputi sikap, pendidikan, ekonomi, umur dan sosial budaya.

Tabel 3.1 Faktor Sikap

No Faktor-faktor yang mempengaruhi pemakaian kontrasepsi suntik (n=42)

Frekuensi Persentase

1 2 Positif Negatif Jumlah 36 6 42 85,7% 19,3% 100%

Pada tabel 3.1 diatas menunjukkan mayoritas responden mempunyai sikap positif 36 orang (85.7%) dan negatif sebanya 6 orang (14.3%).

Tabel 3.2 Faktor Pendidikan

No Faktor-faktor yang mempengaruhi pemakaian kontrasepsi suntik (n=42)

Frekuensi Persentase

1 2 3

Tinggi (PT) Sedang (SMA) Rendah (SD, SMP) Jumlah 8 26 8 42 19% 61,9% 19% 100%


(46)

40

Pada tabel 3.2 diatas menunjukkan mayoritas pendidikan responden adalah sedang SMA sebanyak 26 orang (61.9%) dan rendah Sarjana sebanyak 8 orang (19%).

Tabel 3.3 Faktor Ekonomi

No Faktor-faktor yang mempengaruhi pemakaian kontrasepsi suntik (n=42)

Frekuensi Persentase

1 2 Dibawah UMR Diatas UMR Jumlah 28 14 42 74,8% 25,2% 100%

Pada tabel 3.3 diatas menunjukkan mayoritas responden mempunyai tingkat penghasilan dibawah UMR Rp. 1.653.000,- sebanyak 28 orang (74.8%) dan diatas UMR Rp.1.653.000,- sebanyak 14 orang (25.2%).

Tabel 3.4 Faktor Umur

No Faktor-faktor yang mempengaruhi pemakaian kontrasepsi suntik (n=42)

Frekuensi Persentase

1 2 Tidak Beresiko Beresiko Jumlah 34 8 42 81% 19% 100%


(47)

41

Tabel 3.5 Faktor Sosial Budaya

No Faktor-faktor yang mempengaruhi pemakaian kontrasepsi suntik (n=42)

Frekuensi Persentase

1 2 Suku Jawa Suku Batak Jumlah 30 12 42 71% 29% 100%

Dari data tabel 3.5 diatas dapat dilihat mayoritas responden memiliki suku Jawa sebanyak 30 orang (71%) dan suku Batak sebanyak 12 orang (29%).

5.2 Pembahasan

Dalam pembahasan ini, peneliti mencoba menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu faktor-faktor apakah yang mempengaruhi tingginya pemakaian alat kontrasepsi suntik diwilayah kerja Puskesmas Aek Goti Kabupaten Labuhanbatu Selatan dengan menggunakan komputer dengan bantuan program SPSS.

1. Faktor Sikap

Faktor pertama yang mempengaruhi tingginya pemakaian alat kontrasepsi suntik diwilayah kerja Puskesmas Aek Goti Kabupaten Labuhanbatu Selatan adalah faktor sikap. Dari penelitian mayoritas akseptor mempunyai sikap positif mendukung yaitu (76.2%), sehingga akseptor lebih mudah memilih atau menggunakan jenis kontrasepsi suntik. Semakin tinggi sikap mendukung akan semakin mudah menerima program Keluarga Berencana (KB). Menurut Notoatmodjo (2010), sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup


(48)

42

dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup.

Azwar (2005) menegaskan sikap juga dikatakan sebagai bentuk evaluasi atau reaksi perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada suatu objek. Dan merupakan kesiapan untuk bereaksi dengan cara tertentu apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya respon. Bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan adalah faktor predisposisi yang terwujud dalam sikap dimana sikap seseorang sangat berpengaruh terhadap tindakan yang akan dilaksanakannya (Notoatmodjo, 2003). Maka semakin tinggi sikap mendukungmaka semakin tinggi minat serta tindakan akseptor untuk mau menggunakan KB suntik.

Dan hal ini sejalan dengan penelitian Mardiantari (2011) didapatkan hubungan yang bermakna antara sikap positif dengan pemilihan jenis kontrasepsi. Hasil yang sama juga dilaporkan dari penelitian Kusniah (2005) bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara sikap mendukung akseptor KB dengan pemilihan jenis kontrasepsi suntik.


(49)

43

2. Faktor Pendidikan

Faktor kedua yang mempengaruhi tingginya pemakaian alat kontrasepsi suntik diwilayah kerja Puskesmas Aek Goti Kabupaten Labuhanbatu Selatan adalah faktor pendidikan, dari data karekteristik responden mayoritas jenjang pendidikan akseptor adalah SMA (70%), sehingga akseptor lebih kritis dalam memilih jenis kontrasepsi yang akan dipakai. Semakin tinggi tingkat pendidikan akseptor akan semakin mudah berperan dalam mensukseskan program keluarga berencana (KB), sehingga perempuan mempunyai andil dalam mengatur dan mengendalikan angka kelahiran, karena tingkat pendidikan seseorang secara tidak langsung dapat mengubah pandangan anggota keluarga yang ideal serta kesanggupan menanggung biaya untuk keluarga (BKKBN, 2013).

Tingkat pendidikan seseorang berpengaruh dalam memberikan respon terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang yang mempunyai pendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional dibandingkan dengan mereka yang berpendidikan rendah. Keadaan ini juga terjadi pada program keluarga berencana, masyarakat yang berpendidikan rendah relative lebih banyak memberikan respon emosi, karena dianggap dapat mengubah apa yang mereka lakukan pada masa lalu. Sedangkan mereka yang berpendidikan tinggi akan berfikir sejauh mana keuntungan yang mungkin mereka peroleh dari program KB, karena program KB ini bertujuan untuk membantu masyarakat menuju tingkat kesejahteraan yang lebih baik (BKKBN, 2009).


(50)

44

Semakin tinggi tingkat pendidikan wanita akan semakin mudah berperan serta dalam menyukseskan program keluarga berencana (KB), sehingga wanita mempunyai andil dalam mengatur dan mengendalikan angka kelahiran karena tingkat pendidikan seseorang secara tidak langsung dapat mengubah pandangan mengenai jumlah anggota keluarga yang ideal serta kesanggupan menanggung biaya untuk keluarga (Notoatmojdo, 2007).Hal ini bertentangan dengan hasil penelitia Sembiring (2003) yang menyatakan faktor pendidikan cenderung kurang berpengaruh terhadap pemilihan alat kontrasepsi.

Dan hal ini sejalan dengan penelitian Aidah (2003) didapatkan hubungan yang bermakna antara faktor tingkat pendidikan dengan pemilihan jenis kontrasepsi. Hasil yang sama juga dilaporkan dari penelitian Menasari (2010) bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan akseptor KB melalui tingkat pendidikan dengan pemilihan jenis kontrasepsi suntik dengan hasil uji p< α=0,05.

Dari hasil penelitian ini, peneliti berasumsibahwa tingkat pendidikan seseorang mempengaruhi minat ibu dalam pemilihan alat kontrasepsi suntik karena akseptor yang berpendidikan lebih tinggi akan lebih mudah mengerti akan manfaat dan efek samping yang ditimbulkan dari jenis kontrasepsi yang dipakai.


(51)

45

keluarga, penghasilan yang tinggi dan teratur membawa dampak positif bagi keluarga karena keseluruhan kebutuhan sandang, pangan, papan dan transportasi serta kesehatan dapat terpenuhi. Namun tidak demikian dengan keluarga yang pendapatannya rendah akan mengakibatkan keluarga mengalami kerawanan dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya yang salah satunya adalah pemeliharaan kesehatan (Rofiq, 2014).

Faktor ketiga yang mempengaruhi tingginya pemakaian alat kontrasepsi suntik diwilayah kerja Puskesmas Aek Goti Kabupaten Labuhanbatu Selatan adalah faktor ekonomi. Hasil penelitian dari faktor ekonomi melalui jawaban responden tentang sikap memberikan gambaran kesesuaian antara pekerjaan dan pengahasilan dengan pandangan responden terhadap nilai ekonomis pemakaian jenis KB suntik. Dari data karakteristik diketahui pekerjaan dan penghasilan responden bervariasi. Pekerjaan mayoritas adalah ibu rumah tangga (66,7%) dan penghasilan terbanyak adalah dibawah UMR Rp.1.653.000 (74,8%), dan dapat disimpulkan bahwa akseptor lebih tertarik memilih jenis kontrasepsi yang membutuhkan biaya murah.

Tingkat ekonomi akseptor akan mempengaruhi terhadap pemilihan jenis kontrasepsi. Hal ini disebabkan karena untuk mendapatkan pelayanan kontrasepsi akseptor harus menyiapkan dana yang diperlukan. Harga KB suntik diwilayah Kecamatan Silangkitang berkisar antara Rp.30.000-Rp.35.000. Dengan harga yang relatif murah, untuk kalangan berpenghasilan menengah kebawah tentunya akan tertarik untuk memilih dan memakai jenis KB suntik ini. Dan untuk mendapatkannya mudah. Hal ini sama dengan pendapat Rofiq (2014), yang


(52)

46

menyatakan bahwa sebahagian status ekonomi masyarakat masih rendah, membuat mereka lebih menyukai pengobatan yang tidak membutuhkan biaya yang terlalu tinggi.

Hal yang sama dilaporkan dari hasil penelitian Simamora (2014), bahwa tingkat pengahasilan sangat mempengaruhi dalam pemilihan jenis kontrasepsi yang akan digunakan. Hasil yang sama juga dilaporkan dari hasil penelitian Herlinda (2008) bahwa pendapatan keluarga sangat mempengaruhi responden untuk tidak menggunakan alat kontrasepsi yang membutuhkan biaya banyak.

Penelitian berasumsi bahwa kontrasepsi suntik dipilih oleh akseptor karena harganya terjangkau dibanding dengan alat kontrasepsi lainnya, seperti AKDR, Implant, dan metode operatif. Karena dengan hanya mengeluarkan uang 30 ribu saja akseptor sudah bisa memperoleh dan berkontrasepsi suntik untuk tiga bulan kedepan.

4. Faktor Umur

Faktor keempat yang mempengaruhi tingginya pemakaian alat kontrasepsi suntik diwilayah kerja Puskesmas Aek Goti Kabupaten Labuhanbatu Selatan adalah faktor umur, dari data karakteristik responden, mayoritas akseptor ber umur 20-35 tahun 34 orang (81,0%) dengan kategori tidak beresiko. Berdasarkan penelitian BKKBN pusat tahun 2007 persentasi terbesar peserta KB terletak pada


(53)

47

Umur adalah lama waktu hidup atau ada sejak dilahirkan atau diadakan hidup, nyawa (KBBI Modern, 2004). Umur merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam kehidupan seorang wanita karena ada hubungannya dengan kehamilan dan kelahiran. Pada umur <20 tahun akseptor dianjurkan untuk menunda kehamilannya karena pada umumnya alat reproduksinya secara fisik belum optimal untuk menerima hasil konsepsi, secara psikis umur yang terlalu muda belum siap secara mental dan emosional dalam mengahadapi kehamilannya (Irianto, 2014).

Umur yang terbaik bagi seorang ibu untuk hamil antara 20-35 tahun, karena pada masa ini alat-alat reproduksi sudah siap dan matang untuk mengandung dan melahirkan anak. Sedangkan pada umur >35 tahun penggunaan kontrasepsi sangat diperlukan untuk mencegah kehamilan karena elastisitas otot-otot reproduksi sudah mengalami kemunduran dalam fungsinya (BKKBN, 2012).

Dari data tersebut dapat diketahui bahwa peserta KB terbesar berumur dibawah <35 tahun.Ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2003) yang mengatakan bahwa umur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang termasuk dalam pemakaian alat kontrasepsi. Mereka yang berumur tua mempunyai peluang lebih kecil untuk menggunakan alat kontrasepsi dibandingkan dengan yang muda.

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Tambak, F (2013) KB suntik merupakan metode yang banyak dipilih oleh wanita <35 tahun, sedangkan sterilisasi merupakan metode yang paling banyak dipilih oleh wanita berusia >35


(54)

48

tahun.Hal yang sama juga dilaporkandari penelitian Rauf (2014) yang menyatakan bahwa ada pengaruh yang bermakna antara umur dengan pemilihan kontrasepsi suntik.

Dari pernyataan diatas penulis berasumsi bahwa usia seseorang sangat mempengaruhi terhadap keberhasilan pemakaian kontrasepsi suntik.Pada kelompok umur > 35 tahun kemungkinan ikut ber KB untuk mencegah kehamilan resiko tinggi, selain itu dengan semakin meningkatnya usia, seseorang akan mempunyai pertimbangan yang lebih banyak sebelum memutuskan sesuatu termasuk untuk melahirkan, sedangkan pada usia <20 tahun mengikuti program KB kemungkinan dengan alasan untuk menunda kehamilan.

5. Faktor Sosial budaya

Faktor kelima yang yang mempengaruhi tingginya pemakaian alat kontrasepsi suntik diwilayah kerja Puskesmas Aek Goti Kabupaten Labuhanbatu Selatan adalah faktor sosial budaya dengan mayoritas suku Jawa (71%) dan jumlah anak yang diinginkan 2 orang (47.6 %). Hal ini menunjukkan norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera (NKKBS) sudah menjadi pilihan akseptor. Menurut BKKBN 2008, masyarakat yang memiliki suku jawa lebih bisa menerima program keluarga berencana dibandingkan yang ber suku batak, suku batak mempunyai motto yang kuno yang sebagian besar masih dipegang yaitu


(55)

49

orang tua juga harus memikirkan bagaimana anak-anaknya kelak mempunyai masa depan yang cerah dengan mendapatkan pendidikan yang terbaik.

Sosial budaya adalah segala perubahan pada lembaga kemasyarakatan didalam satu masyarakat yang mempengaruhi sistem soaialnya termasuk didalamnya sikap, perilaku diantara kelompok dalam masyarakat. Pelembagaan kebudayaan diarahkan agar KB benar-benar dapat dihayati dan dijalankan oleh individu, keluarga maupun masyarakat. Pendekatan kemasyarakatan bertujuan menggalakkan partisipasi masyarakat dalam gerakan KB, yang dilakukan melalui jalur sosial budaya terutama melalui peranan tokoh masyarakat. Pilihan atas pemakaian jenis kontrasepsi pada umumnya masih berdasarkan selera calon akseptor disamping pertimbangan kondisi kesehatan dari calon akseptor yang bersangkutan (BKKBN, 2011).Menurut BKKBN (2012) pada saat ini norma keluarga kecil sudah menjadi kebutuhan mendasar bagi kebanyakan keluarga. Di indonesia data nilai anak untuk menunjukkan bahwa program KB memang dibutuhkan oleh masyarakat, disamping menunjukkan kemandirian juga harus diupayakan peningkatan kualitas generasi mendatang.

Kemiskinan dan kemunduran sosial budaya adalah aspek-aspek yang menjadi tantangan berat bagi pembangunan. Disisi lain program KB ditandai semakin meningkatnya peran serta masyarakat dalam ber KB, sehingga KB perlu dijadikan upaya penting untuk memiliki anak ideal, menjadi keluarga yang sejahtera dan berkualitas. Gambaran ini secara tidak langsung memperlihatkan bahwa program KB telah begitu membudaya disebahagian besar keluarga di indonesia. Untuk mewujudkan keluarga kecil berkualitas, masyarakat


(56)

50

menggunakan alat kontrasepsi dan cara yang tidak membahayakan suami istri seperti KB suntik.

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Aldriana (2013), sosial budaya mempengaruhi dalam pemakaian kontrasepsi suntik dimana keyakinan tersebut muncul karena adanya informasi dan pengaruh sosial masyarakat dan dukungan dari keluarga terdekat, dan saling merekomendasikan untuk pemakaian kontrasepsi yang sama. Dan hasil yang sama dilaporkan dari penelitain Nirdayani (2008) menyatakan bahwa faktor sosial budaya yang paling mempengaruhi terhadap pemakaian kontrasepsi suntik, dikarenakan norma keluarga kecil bahagia sejahtera (NKKBS) menjadi kebutuhan keluarga Indonesia dengan 2 anak cukup.

Peneliti berasumsi bahwa responden memakai KB suntik karena pengaruh informasi dari masyarakat sekitar, menerima norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera (NKKBS).


(57)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan uraian dari pembahasan, dapat disimpulkan bahwa penelitian yang dilakukan terhadap 42 orang responden akseptor KB diwilayah kerja Puskesmas Aek Goti menggambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi tingginya pemakaian alat kontrasepsi suntik diwilayah kerja Puskesmas Aek Goti Kabupaten Labuhanbatu Selatan adalah faktor Sikap dengan mayoritas positif (mendukung) sebanyak (85.7%), faktor pendidikan dengan mayoritas SMA sebanyak (61.9%), faktor ekonomi dengan mayoritas tingkat penghasilan keluarga dibawah UMR Rp.1.653.000,- sebanyak (76.2%), faktor umur dengan mayoritas tidak beresiko untuk hamil sebanyak (81%), dan faktor sosial budaya dengan mayoritas suku Jawa sebanyak (71%).

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi tingginya pemakaian kontrasepsi suntik di wilayah kerja Puskesmas Aek Goti Kabupaten Labuhanbatu Selatan berdasarkan urutan persentase adalah faktor sikap dengan positif (85.7%), umur dengan kategori tidak beresiko untuk hamil (81%), ekonomi dengan tingkat penghasilan keluarga dibawah UMR (74.8%), sosial budaya dengan mayoritas suku jawa (71%) dan pendidikan dengan mayoritas SMA (61.9%).


(58)

52

6.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian maka penting diberi saran kepada beberapa pihak yaitu:

6.2.1 Praktek Keperawatan

Petugas kesehatan agar dapat memberikan pendidikan kesehatan tentang metode kontrasepsi suntik yang baik yang terdiri dari tujuan, manfaat, kesesuaian, kenyamanan sehingga tidak memberikan efek yang buruk bagi akseptor KB, agar wanita yang belum menggunakannya berminat untuk menggunakan sehingga tujuan program pemerintah keluarga berencana tercapai yaitu menjadikan norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera (NKKBS).

6.2.2 Penelitian Keperawatan

Pada penelitian ini tidak diketahui seberapa kuat faktor-faktor yang mempengaruhi tingginya pemakaian kontrasepsi jenis suntik. Untuk itu peneliti selanjutnya disarankan untuk melakukan penelitian tentang analisis yang mempengaruhi wanita dalam memilih metode kontrasepsi suntik.

6.2.2 Pendidikan Keperawatan

Untuk pendidikan keperawatan semoga menjadi informasi tambahan dan pengetahuan peserta didik keperawatan tentang materi perkuliahan keperawatan,


(59)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Keluarga Berencana

2.1.1. Defenisi Keluarga Berencana (KB)

Keluarga Berencana adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif-objektif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan usia suami isteri, dan menentukan jumlah anak dalam keluarga (Hartanto, 2007).

KB menurut Undang-undang (UU) No.10 tahun 1992 dalam Arum dan Sujiatini (2011) tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia, dan sejahtera.

Pencegahan kematian dan kesakitan ibu merupakan alasan utama diperlukannya pelayanan keluarga berencana. Masih banyak alasan lain, misalnya membebaskan wanita dari rasa khawatir terhadap terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan, terhadap gangguan fisik atau psikologis akibat tindakan abortus yang. tidak aman, serta tuntutan perkembangan sosial terhadap peningkatan status perempuan di masyarakat (Saifuddin, 2006).


(60)

9

Keluarga Berencana menyajikan pilihan bagi pasangan yang ingin membatasi kesuburan mereka dengan beberapa metode yaitu alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR/IUD), implant/susuk, tubektomi (MOW),vasektomi (MOP), pil, suntikan, kondom. Sasaran utama dalam pelayanan KB adalah Pasangan Usia Subur (PUS). Pelayanan KB diberikan di berbagai unit pelayanan baik oleh pemerintah maupun swasta dari tingkat desa hingga tingkat kota dengan kompetensi yang sangat bervariasi. Pemberi layanan KB antara lain adalah Rumah Sakit, Puskesmas, Dokter, Praktek Swasta, Bidan Praktek swasta dan Bidan Desa (Mulyani, 2013).

2.1.2. Tujuan Keluarga Berencana

Tujuan utama program KB nasional adalah untuk memenuhi perintah masyarakat akan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi yang berkualitas, menurunkan tingkat/angka kematian bayi, dan anak serta penanggulangan masalah kesehatan reproduksi dalam rangka membangun keluarga kecil berkualitas. Perlu diketahui bahwa tujuan-tujuan tersebut merupakan kelanjutan dari tujuan program KB tahun 1970 yaitu tujuan demografis berupa penurunan TFR dan tujuan filosofis berupa kelembagaan dan pembudidayaan Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) (Arum dan Sujiyatini, 2011).


(61)

10

dilakukan dengan mengajak pasangan usia subur (PUS) untuk ikut Keluarga Berencana. Sementara itu penduduk yang belum memasuki usia subur (Pra-Subur) diberikan pemahaman dan pengertian mengenai keluarga berencana (Hartanto, 2007).

2.1.3 Manfaat Keluarga Berencana

Mamfaat Keluarga Berencana adalah untuk meningkatkan dan perluasan cakupan pelayanan kontrasepsi, penghematan biaya, baik bagi program Keluarga Berencana maupun bagi Klien (Yuhedi & Kurniawati, 2014).

2.2. Kontrasepsi

2.2.1. Pengertian Kontrasepsi

Kontrasepsi berasal dari kata” kontra” dan “konsepsi”. Kontra berarti “melawan”, sedangkan konsepsi adalah pertemuan sel telur yang matang dengan sel sperma yang menyebabkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sperma (Hartanto, 2007).

Menurut Siswosudarmo (2001) Kontrasepsi adalah suatu upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan yang bersifat sementara atau permanen. Mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma, adapun cara kerja kontrasepsi adalah mengusahakan agar tidak terjadi evolusi. Melumpuhkan sperma dan menghalangi pertemuan sel telur dengan sperma. Secara umum menurut cara pelaksanaannya kontrasepsi dibagi menjadi dua yaitu: (1) Cara temporer, yaitu menjarangkan kelahiran selama


(62)

11

beberapa tahun sebelum menjadi hamil lagi. (2) Cara permanen, yaitu mengakhiri kesuburan dengan cara mencegah kehamilan secara permanen.

Menurut Saifuddin (2006), tidak ada satupun metode kontrasepsi yang aman dan efektif bagi semua klien, karena masing-masing mempunyai kesesuaian dan kecocokan individual bagi setiap klien. Namun secara umum persyaratan metode kontrasepsi ideal adalah: Aman, artinya tidak akan menimbulkan komplikasi berat bila digunakan. Berdaya guna, artinya bila digunakan sesuai aturan akan dapat mencegah terjadinya kehamilan. Dapat diterima, bukan hanya oleh klien melainkan juga oleh lingkungan budaya di masyarakat. Terjangkau harganya oleh masyarakat. Bila pemakaian dihentikan, klien akan segera kembali kesuburannya.

2.2.2. Jenis-jenis Kontrasepsi

Memilih alat kontrasepsi menurut Handayani (2010), berdasarkan pertimbangan efektifitasnya tinggi, tidak menimbulkan efek samping, daya kerjanya dapat diatur sesuai kebutuhan, tidak menimbulkan gangguan sewaktu melakukan hubungan seksual, mudah digunakan, dan harganya terjangkau. Seperti kita tahu, ada begitu banyak alat kontrasepsi. Secara garis besar, kontrasepsi itu dibagi dalam tiga bagian besar yaitu kontrasepsi mekanik, hormonal, dan kontrasepsi mantap (Handayani, 2010).


(63)

12

2.3. Kontrasepsi Suntik

Kontrasepsi Suntikan adalah hormon yang diberikan secara injeksi untuk mencegah terjadinya kehamilan (Mulyani, 2013). Kontrasepsi suntik adalah salah satu metode mencegah kehamilan yang saat ini banyak digunakan di negara-negara berkembang. Kontrasepsi suntik bekerja mengentalkan lendir rahim sehingga sulit untuk ditembus oleh sperma untuk pembuahan. Alat Kontrasepsi ini juga mencegah sel telur menempel kedinding rahim sehingga proses kehamilan bisa dicegah.

Kontarsepsi suntik di Indonesia merupakan salah satu kontrasepsi yang populer. Kontrasepsi yang digunakan adalah long-action progestin, yaitu Noretisteron enantat (NETEN) dengan nama dagang Noristrat dan Depomedroksi progesteron acetat (DMPA) dengan nama dagang Depoprovera dan Cyclofem. Kontrasepsi suntik telah dipakai oleh hampir semua wanita usia subur yang sehat dan tidak ingin hamil. Jadi kontrasepsi suntik merupakan pilihan yang tepat untuk ibu (BKKBN, 2009).

Metode suntikan telah menjadi bagian gerakan keluarga berencana nasional serta peminatnya makin bertambah. Tingginya minat pemakaian kontrasepsi suntikan oleh karena: aman, sederhana, efektif, biaya murah, tidak menimbulkan gangguan dan dapat dipakai pada pasca persalinan (Manuaba, 2001). Teknik


(64)

13

penyuntikan ialah secara intramuskular dalam, di daerah muskulus gluteus maksimus atau deltoideus (Siswosudarmo, 2001).

Klasifikasi kontrasepsi suntik:

Terdapat 2 jenis kontrasepsi hormon suntikan KB. Jenis yang beredar di Indonesia menurut (Handayani, 2010) adalah :

1. Yang hanya mengandung hormon progestin.

a. Depo medroksiprogesteron asetat, mengandung 150 mg DMPA, yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara di suntik intramuskular. Setelah suntikan pertama, kadar DMPA dalam darah mencapai puncak setelah 10 hari. DMPA dapat memberi perlindungan dengan aman selama tiga bulan.

b. Depo noretisteron enantat, mengandung 200 mg Noretdon Enantat, diberikan setiap 2 bulan dengan suntikan intramuskular.

2. Kontrasepsi Kombinasi

Depo estrogen-progesteron yaitu jenis suntikan kombinasi ini terdiri dari 250 mg Medroksiprogesteron Asetat dan 5 mg Estrogen Cypionate.

Efektifitas cara kontrasepsi suntik sangat tinggi, dimana kegagalan kurang dari 1 % (Yuhedi & Kurniawati, 2014).


(65)

14

yaitu: Sangat efektif, karena mudah digunakan tidak memerlukan aksi sehari hari dalam penggunaan kontrasepsi suntik ini tidak banyak di pengaruhi kelalaian atau faktor lupa dan sangat praktis. Meningkatkan kuantitas air susu pada ibu yang menyusui, Hormon progesteron dapat meningkatkan kuantitas air susu ibu sehingga kontrasepsi suntik sangat cocok pada ibu menyusui. Konsentrasi hormon di dalam air susu ibu sangat kecil dan tidak di temukan adanya efek hormon pada pertumbuhan serta perkembangan bayi. Efek samping sangat kecil yaitu tidak mempunyai efek yang serius terhadap kesehatan. Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri. Penggunaan jangka panjang, sangat cocok pada wanita yang telah mempunyai cukup anak akan tetapi masih enggan atau tidak bisa untuk dilakukan sterilisasi. Dapat digunakan oleh perempuan usia> 35 tahun.

Keuntungan yang lain menurut Pinem (2009) metode kontrasepsi suntik adalah metode kontrasepsi hormonal efektif mencegah kehamilan hingga 99%, memberikan kenyamana kepada pasangan suami istri, karena dengan 1 kali suntikan anda tidak perlu memikirkan kontrasepsi selama 1 sampai 3 bulan, sesuai dengan jenis suntik KB yang anda pilih, kehamilan bisa anda dapatkan kembali setelah menghentikan penggunaan KB suntik.

2.3.2 Efek Samping Kontrasepsi Suntik

Menurut Arum dan Sujiyatini (2011), efek samping kontrasepsi suntik yaitu : Terjadinya gangguan haid, ini yang paling sering terjadi dan yang paling menggangu. Pola haid yang normal dapat berubah menjadi amenore, perdarahan bercak, perubahan dalam frekuensi lama dan jumlah darah yang hilang. Efek pada


(66)

15

pola haid tergantung pada lama pemakaian. Perdarahan inter-menstrual dan perdarahan bercak berkurang dengan jalannya waktu, sedangkan kejadian amenore bertambah tetapi sebenarnya efek ini memberikan keuntungan yakni mengurangi terjadinya anemia. Tidak menjadi masalah karena darah tidak akan menggumpal didalam rahim. Amenore disebabkan perubahan hormon didalam tubuh dan kejadian amenore biasa pada peserta kontrasepsi suntikan. Insidens yang tinggi dari amenore diduga berhubungan dengan atrofi endometrium.

Berat badan yang bertambah, umumnya pertambahan berat badan tidak terlalu besar, bervariasi antara kurang dari 1 kg sampai 5 kg dalam tahun pertama. Pertambahan berat badan tidak jelas. Tampaknya terjadi karena bertambahnya lemak tubuh. Hipotesa para ahli ini diakibatkan hormon merangsang pusat pengendali nafsu makan di hipotalamus yang menyebabkan akseptor makan lebih banyak daripada biasanya. Keluhan- keluhan lainnya berupa mual, muntah, sakit kepala, panas dingin, pegal-pegal, nyeri perut dan lain-lain.

Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan berikut. Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular seksual, hepatitis B virus, atau infeksi virus HIV. Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian bukan karena terjadinya kerusakan atau kelainan pada organ genitalia melainkan karena belum habisnya pelepasan obat suntikan dari depo nya (tempat suntikan). Pada penggunaan jangka panjang yaitu diatas 3 tahun


(67)

16

Berdasarkan penelitian yang dilakukan baik di indonesia maupun di luar negeri belum pernah dilaporkan adanya efek samping atau komplikasi yang berat akibat pemakaian suntik KB (BKKBN, 2008). Dan ditambahkan lagi menurut Siswosudarmo (2001) sampai saat sekarang kontrasepsi suntik tidak terdapat bukti mempunyai resiko efek samping yang lebih besar dibanding kontrasepsi lainnya.

2.3.3 Indikasi dan Kontraindikasi

Indikasi menggunakan kontrasepsi suntikan Progestin ialah usia reproduksi, menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan yang memiliki efektifitas tinggi, menyusui, setelah melahirkan dan tidak menyusui, setelah abortus atau keguguran, tidak banyak anak, tetapi belum menghendaki tubektomi, perokok, Tekanan darah < 180/110 mmHg, dengan masalah gangguan pembekuan darah atau anemia. Tidak dapat memakai kontrasepsi yang mengandung estrogen. Dan yang tidak boleh menggunakan kontrasepsi suntikan Progestin adalah hamil atau dicurigai hamil, Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya, Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid, terutama amenorea, menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara, diabetes melitus disertai komplikasi.

Dan yang diperbolehkan untuk menggunakan kontrasepsi suntikan Kombinasi adalah usia reproduksi, telah memiliki anak, ataupun yang belum memiliki anak, ingin mendapatkan kontrasepsi dengan efektifitas yang tinggi,


(68)

17

menyusui diatas 6 minggu pasca persalinan dan tidak menyusui dan anemia. Dan yang tidak boleh menggunakan kontrasepsi suntikan Kombinasi adalah hamil atau diduga hamil, menyusui dibawah umur 6 minggu pasca persalinan, perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya, penyakit hati akut, usia > 35 tahun, riwayat penyakit jantung, strook atau dengan tekanan darah tinggi (180/120 mmHg), riwayat kelainan tromboemboli atau dengan kencing manis > 20 tahun, kelainan pembuluh darah yang menyebabkan sakit kepala atau migrain dan keganasan pada payudara (Saifuddin, 2006).

2.3.4 Mekanisme Kerja Kontrasepsi Suntik

Mencegah ovulasi, kadar progestin tinggi sehingga menghambat lonjakan luteinizing hormone (LH) secara efektif sehingga tidak terjadi ovulasi. Kadar follicle-stimulating hormone (FSH) dan LH menurun dan tidak terjadi lonjakan LH (LH Surge). Menghambat perkembangan folikel dan mencegah ovulasi. Progestin menurunkan frekuensi pelepasan (FSH) dan (LH). Lendir serviks menjadi kental dan sedikit, mengalami penebalan mukus serviks yang mengganggu penetrasi sperma. Perubahan - perubahan siklus yang normal pada lendir serviks. Sekret dari serviks tetap dalam keadaan di bawah pengaruh progesteron hingga menyulitkan penetrasi spermatozoa. Membuat endometrium


(69)

18

sebagai persiapan endometrium untuk memungkinkan nidasi dari ovum yang telah di buahi.

Mungkin mempengaruhi kecepatan transpor ovum di dalam tuba fallopi atau memberikan perubahan terhadap kecepatan transportasi ovum (telur) melalui tubafallopi. (Prawirohardjo, 2005). Efektifitas kontrasepsi ini sangat efektif (0,1-0,4 kehamilan per 100 perempuan) selama tahun pertama penggunaan (Handayani, 2010).

2.3.5 Waktu Pemberian Kontrasepsi Suntik

Kontrasepsi suntikan progestin jenis DMPA di berikan setiap 3 bulan dengan cara di suntik intramuskular dalam di daerah glutea. Apabila suntikan di berikan terlalu dangkal, penyerapan kontrasepsi suntikan akan lambat dan tidak bekerja segera dan tidak efektif. Suntikan di berikan setiap 90 hari. Pemberian kontrasepsi suntikan Noristerat diberikan setiap 8 minggu. Sedangkan untuk suntikan kombinasi di berikan setiap bulan dengan intramuskular dalam dan datang kembali setiap 4 minggu. Suntikan ulang di berikan 7 hari lebih awal, dengan kemungkinan terjadi gangguan perdarahan. Dapat juga di berikan setelah 7 hari dari jadwal yang telah di tentukan, asal saja di yakini ibu tersebut tidak hamil (Saifuddin, 2006).


(70)

19

Waktu pemberian kontrasepsi suntik adalah pada pasca persalinan yaitu segera ketika masih di rumah sakit dan jadwal suntikan berikutnya dan pasca abortus yaitu segera setelah perawatan dan jadwal waktu diperhitungkanInterval yaitu hari kelima menstruasi dan jadwal diperhitungkan (Siswosudarmo, 2001).

2.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Tingginya Pemakaian Alat Kontrasepsi Suntik

Faktor penentu atau determinan prilaku manusia sulit untuk dibatasi karena prilaku merupakan resultansi dari berbagai faktor, baik internal maupun eksternal (lingkungan). Pada garis besarnya prilaku manusia dapat di lihat dari 3 aspek, yaitu aspek fisik, psikis dan sosial. Akan tetapi dari ketiga aspek tersebut sulit untuk dipastikan aspek mana yang paling mempengaruhi prilaku manusia. Secara lebih terperinci prilaku manusia sebenarnya merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan, seperti pengetahuan, pendidikan, kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap dan sebagainya (Notoatmodjo, 2003).

Beberapa teori telah dicoba untuk mengungkapkan determinan prilaku, khusunya prilaku yang berhubungan dengan kesehatan antara lain teori Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo, (2003). Prilaku manusia yang dianalisi oleh Green menyatakan bahwa tingkat kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh faktor pokok, yaitu faktor prilaku dan faktor diluar prilaku.


(71)

20

2.4.1. Faktor- faktor Predisposisi

Faktor predisposisi merupakan faktor pencetus yang berfungsi untuk memotivasi individu atau kelompok untuk melakukan tindakan yang terwujud dalam sikap, pendidikan, sosial budaya, umur dan sebagainya.

1. Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap itu tidak dapat dilihat secara langsung, tetapi hanya ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan makna konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu. Allport, (1954 dikutif dari Notoadmojdo, 2003), menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok, yaitu : 1) kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek, 2) kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek, 3) kecenderungan untuk bertindak.

Sikap merupakan kecenderungan dan kesedian untuk bertindak dan disertai dengan perasaan-perasaan yang dimiliki oleh individu tersebut. Dengan dasar pengetahuan dan pengalaman masa lalu maka timbul sikap dalam diri manusia dengan perasaan-perasaan tertentu, dalam menggapai suatu objek yang menggerakkan untuk bertindak. Sikap adalah cara mengkomunikasikan suasana hati (mood) dalam diri sendiri kepada orang lain. Bila merasa optimis dan memperkirakan akan berhasil, hal ini menimbulkan sikap positif. Bila merasa pesimis dan menduga hal-hal yang buruk, hal ini bisa menimbulkan sikap negatif (Notoatmodjo, 2003).


(72)

21

Tingkatan sikap menurut Azwar (2005) ada 4 tingkatan yaitu: Menerima (Receiving) menerima, diartikan bahwa orang (subjek) mau memperhatikan stimulasi yang diberikan. Merespon (Responden) memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Menghargai (Valuing) mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah. Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dipilihnya dengan segala resiko. 2. Pendidikan

Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan (Notoadmodjo, 2003).

Tingkat pendidikan seseorang berpengaruh dalam memberikan respon terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang yang mempunyai pendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional dibandingkan dengan mereka yang berpendidikan rendah. Keadaan ini juga terjadi pada program keluarga berencana, masyarakat yang berpendidikan rendah relative lebih banyak memberikan respon emosi, karena dapat mengubah apa yang mereka lakukan pada masa lalu. Sedangkan mereka yang berpendidikan tinggi akan berfikir sejauh mana keuntungan yang mungkin mereka peroleh dari program KB, karena program KB


(73)

22

Semakin tinggi tingkat pendidikan wanita akan semakin mudah berperan dalam menyukseskan program keluarga berencana (KB), sehingga wanita mempunyai andil dalam mengatur dan mengendalikan angka kelahiran karena, tingkat pendidikan seseorang secara tidak langsung dapat mengubah pandangan mengubah jumlah anggota keluarga yang ideal serta kesanggupan menanggung biaya untuk keluarga (BKKBN, 2013). Pendidikan mempunyai pengaruh positif terhadap tingkat pemakaian kontrasepsi. Berkaitan dengan informasi yang mereka terima dan kebutuhan untuk menunda atau membatasi jumlah anak. Wanita yang berpendidikan kecenderungan lebih sadar untuk menerima program Keluarga Berencana (BKKBN, 2005).

3. Sosial Budaya

Kata sosial berasal dari bahasa latin yaitu’ socius’ yang berarti segala sesuatu yang lahir, tumbuh dan berkembang dalam kehidupan bersama (Salim, 2007). Sosial juga merupakan suatu tatanan dari hubungan-hubungan sosial dalam masyarakat yang menempatkan pihak-pihak tertentu (individu, keluarga, kelompok, kelas) dalam posisi-posisi sosial tertentu berdasarkan suatu sistem nilai dan norma yang berlaku pada suatu masyarakat pada waktu tertentu (Ibrahim, 2006).

Sosial budaya adalah segala perubahan pada lembaga kemasyarakatan didalam satu masyarakat yang memepengaruhi sistem soaialnya termasuk didalamnya sikap, perilaku diantara kelompok dalam masyarakat. Pelembagaan kebudayaan diarahkan agar KB benar-benar dapat dihayati dan dijalankan oleh individu, keluarga maupun masyarakat. Pendekatan kemasyarakatan bertujuan


(74)

23

menggalakkan partisipasi masyarakat dalam gerakan KB, yang dilakukan melalui jalur sosial budaya terutama melalui peranan tokoh masyarakat. Pilihan atas pemakaian jenis kontrasepsi pada umumnya masih berdasarkan selera calon akseptor disamping pertimbangan kondisi kesehatan dari calon akseptor yang bersangkutan. Dan selera seseorang terhadap jenis kontrasepsi tertentu, banyak ditentukan oleh pengetahuan seseorang mengenai jenis kontrasepsi (BKKBN, 2011).

Menurut BKKBN (2010) pada saat ini norma keluarga kecil sudah menjadi kebutuhan mendasar bagi kebanyakan keluarga. Di indonesia data nilai anak untuk menunjukkan bahwa program KB memang dibutuhkan oleh masyarakat, disamping menunjukkan kemandirian juga harus diupayakan peningkatan kualitas generasi mendatang. Dalam kondisi keuangan negara yang makin terbatas maka pemerintah dapat lebih memfokuskan permasalahan pada keluarga miskin. Kemiskinan dan kemunduran sosial budaya adalah aspek-aspek yang menjadi tantangan berat bagi pembangunan. Disisi lain program KB ditandai semakin meningkatnya peran serta masyarakat dalam ber KB, sehingga KB perlu dijadikan upaya penting untuk memiliki anak ideal, menjadi keluarga yang sejahtera dan berkualitas.

Gambaran ini secara tidak langsung memperlihatkan bahwa program KB telah begitu membudaya disebahagian besar keluarga di indonesia. Untuk


(75)

24

4. Umur

Umur adalah lama waktu hidup atau ada sejak dilahirkan atau diadakan hidup, nyawa (KBBI Modern, 2004). Berdasarkan penelitian BKKBN pusat pada tahun (2008) persentasi terbesar peserta KB terletak pada kelompok umur 20-35 tahun sebesar 50%, disusul kelompok umur>35 tahun sebanyak 31% dan <20 tahun 11%. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa peserta KB terbesar berumur di bawah 35 tahun.

Sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2003) yang mengatakan bahwa umur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang termasuk dalam pemakaian alat kontrasepsi. Mereka yang berumur tua mempunyai peluang lebih kecil untuk menggunakan alat kontrasepsi dibandingkan dengan yang muda. Sasaran keluarga berencana yaitu pasangan usia subur (PUS) , yaitu pertama, PUS yang berusia di bawah 20 tahun, untuk penundaan kehamilan. Kedua, PUS yang berusia antara 20-30 tahun, untuk mengatur kehamilan/kesuburan. Ketiga, PUS yang berusia di atas 30 tahun, untuk mengakhiri kehamilan/kesuburan (Bakar, 2014).

Wanita berusia lebih dari 35 tahun memerlukan kontrasepsi yang aman dan efektif karena kelompok ini akan mengalami peningkatan morbiditas dan mortalitas jika meraka hamil. Bukti-bukti terakhir menunjukkan bahwa pil kombinasi maupun suntikan kombinasi dapat digunakan dengan aman oleh klien berusia > 35 tahun sampai masa menopause, jika tidak terdapat faktor resiko lain (BKKBN, 2008). Pemakain metode kontrasepsi suntik memperlihatkan kecenderungan peningkatan pada beberapa kurun waktu terakhir ini. Gambaran


(76)

25

tersebut menunjukkan bahwa masih banyak pasangan usia subur yang belum terpenuhi pilihan jenis kontrasepsi yang sesuai.

2.4.2. Faktor-faktor Pendukung

Faktor pendukung terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan misalnya Puskesmas, obat-obatan, alat kontrasepsi, dan metode kontrasepsi itu sendiri.

Fasilitas pelayanan keluarga berencana adalah fasilitas yang mampu dan berwenang memberikan pelayanan kontrasepsi metode sederhana (kondom), Pil, Suntik, AKDR/IUD bagi fasilitas pelayanan yang mempunyai tenaga bidan terlatih, upaya penanggulangan efek samping, komplikasi ringan dan upaya rujukan.

Ekonomi merupakan aktivitas-aktifitas yang dilakukan oleh manusia dalam memproduksi maupun memperoleh barang dan jasa untuk memenuhi kehidupannya (Rofiq, 2014).Prevalensi penggunaan kontrasepsi di kalangan perempuan dengan tingkat kesejahteraan paling rendah masih jauh tertinggal dibandingkan di kalangan perempuan dengan tingkat kesejahteraan paling tinggi. Kelompok dengan tingkat kesejahteraan tinggi cenderung memakai metode kontrasepsi jangka panjang IUD/AKDR dan metode operatif, yang tingkat efektifitasnya cukup tinggi.


(1)

4. Bapak Ikhsanuddin Ahmad Harahap, SKp,. MNS selaku pembantu Dekan III Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Nur Afi Darti, S.Kep., Ns., M.Kep.selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu, pikiran dan tenaga sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Ibu Rika Endah Nurhidayani SKp., MPd., selaku penguji I

7. Ibu Farida Linda Sari Siregar S.Kep., Ns., M.Kep.selaku penguji II

8. Ibu dr. Syafrida Siregar, selaku kepala Puskesmas Aek Goti yang sudah memberi izin untuk melakukan penelitian

9. Buat Saudaraku bg Anwar, bg Munawir, bg Fahmi, Kak Sam, kak Mai, adek Fahrul Rozi dan seluruh keponakanku, yang telah memotivasi penulis

10.Buat teman-teman satu angkatan ekstensi 2014, khusunya bg Yosyafat, bg Usuludin, Zulfadly, Diza, Tajun, Dedi mahdi, dan Dedi Putra suatu keberuntungan dapat bertemu dengan kalian.

Semoga Allah SWT selalu mencurahkan rahmat dan karuniaNya pada semua pihak yang telah banyak membantu penulis. Harapan penulis semogaskripsi ini bermanfaat demi kemajuan ilmu pengetahuan di dunia kesehatan khususnya di dunia keperawatan.


(2)

(3)

DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan ... i

Halaman Pernyataan ... ii

Prakata ... iii

Daftar Isi ... v

Daftar Tabel ... vii

Daftar Skema ... viii

Abstrak ... ix

Abstrack ... x

BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang ... 1

2. Rumusan Masalah ... 5

3. Tujuan Penelitian ... 6

4. Manfaat Penelitian ... 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Keluarga Berencana ... 8

1.1 Pengertian Keluarga Berencana... 8

1.2 Tujuan Keluarga Berencana ... 9

1.3 Manfaat Keluarga Berencana ... 10

2. Kontrasepsi ... 10

2.1 Defenisi Kontrasepsi... 10

2.2 Jenis-jenis kontrasepsi ... 11

3. Kontrasepsi Suntik ... 12

3.1 Keuntungan Kontrasepsi Suntik ... 13

3.2 Efek Samping Kontrasepsi Suntik ... 14

3.3 Indikasi dan Kontraindikasi ... 16

3.4 Mekanisme Kerja Kontrasepsi Suntik ... 17

3.5 Waktu Pemberian Kontrasepsi Suntik ... 18 4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Pemakaian Kontrasepsi


(4)

4. Pertimbangan Etik ... 31

5. Instrument Penelitian ... 32

6. Uji Validitas... 33

7. Uji Reliabilitas... 34

8. Pengumpulan Data ... 34

9. Analisa Data ... 35

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian ... 37

2. Pembahasan ... 41

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan ... 50

2. Saran ... 51

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

1. Lembar Persetujuan Menjadi Responden 2. Kuesioner Penelitian

3. Hasil Output 4. Jadwal Tentatip

5. Surat Persetujuian Validitas 6. Komisi Etik

7. Survei Awal

8. Surat Izin Penelitian 9. Uji Reliabilitas 10.Taksasi Dana


(5)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.Defenisi Operasional Variabel Penelitian ... 28 Tabel 2.Distribusi frekuensi dan persentase data demografi ... 38 Tabel 3.Distribusi frekuensi dan presentase faktor-faktor yang


(6)

DAFTAR SKEMA

Halaman Skema 3.1 KeranKKerangka konseptual faktor-faktor yang

mempengaruhi tingginya pemakaian alat kontrasepsi suntik


Dokumen yang terkait

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Akseptor KB Memilih Alat Kontrasepsi Suntik Di Wilayah Kerja Puskesmas Sukawarna.

0 1 15

BACA DULU cara membuka KTI Skripsi kode011

0 0 3

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingginya Pemakaian Alat Kontrasepsi Suntik di Wilayah Kerja Puskesmas Aek Goti Kabupaten Labuhanbatu Selatan

0 0 10

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingginya Pemakaian Alat Kontrasepsi Suntik di Wilayah Kerja Puskesmas Aek Goti Kabupaten Labuhanbatu Selatan

0 0 2

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingginya Pemakaian Alat Kontrasepsi Suntik di Wilayah Kerja Puskesmas Aek Goti Kabupaten Labuhanbatu Selatan

0 0 7

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingginya Pemakaian Alat Kontrasepsi Suntik di Wilayah Kerja Puskesmas Aek Goti Kabupaten Labuhanbatu Selatan

0 0 20

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingginya Pemakaian Alat Kontrasepsi Suntik di Wilayah Kerja Puskesmas Aek Goti Kabupaten Labuhanbatu Selatan

0 0 3

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingginya Pemakaian Alat Kontrasepsi Suntik di Wilayah Kerja Puskesmas Aek Goti Kabupaten Labuhanbatu Selatan

0 0 28

HUBUNGAN SOSIAL BUDAYA DAN STATUS EKONOMI TERHADAP TINGGINYA PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DI DESA KARANG BAYAN KECAMATAN LINGSAR WILAYAH KERJA PUSKESMAS SIGERONGAN

0 0 11

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGGINYA PENGGUNAAN KB SUNTIK PADA AKSEPTOR KB SUNTIK DI BIDAN PRAKTEK SWASTA WILAYAH PLERET BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGGINYA PENGGUNAAN KB SUNTIK PADA AKSEPTOR KB SUNTIK DI BI

0 1 11