Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Akuntabilitas Keuangan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Landasan Teori
2.1.1. Akuntabilitas Keuangan
Kualitas Pemerintahan Daerah yang baik (good governance) ditentukan
antara lain oleh responsiveness, consensus orientation, equity, efficiency,
effectiveness, strategic vision, akuntabilitas, transparansi, partisipasi masyarakat
dan supremasi hukum. Hal ini sesuai dengan karakteristik
pelaksanaan
pemerintahan yang baik menurut United Nations Development Programme
(UNDP) dan World Bank.
Mardiasmo (2002) menyebutkan bahwa akuntabilitas publik adalah
kewajiban
pihak
pemegang
amanah
(agent)
untuk
memberikan
pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan, dan mengungkapkan segala
aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya kepada pihak pemberi
amanah (principal) yang memiliki hak dan kewenangan untuk meminta
pertanggungjawaban tersebut. Dalam konteks entitas pemerintah, akuntabilitas
publik merupakan pengungkapan dan pemberian informasi atas aktivitas dan
kinerja keuangan pemerintah kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Selanjutnya, Mardiasmo (2002) menyatakan bahwa akuntabilitas publik
terdiri atas akuntabilitas vertikal (vertical accountability) dan akuntabilitas
horizontal
(horizontal
accountability).
Akuntabilitas
vertikal
adalah
pertanggungjawaban atas pengelolaan dana kepada otoritas yang lebih tinggi,
misalnya pertanggungjawaban unit-unit kerja (dinas) kepada pemerintah daerah,
pertanggungjawaban pemerintah daerah kepada pemerintah pusat, dan pemerintah
Universitas Sumatera Utara
11
pusat kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). Sedangkan akuntabilitas
horizontal adalah pertanggungjawaban kepada masyarakat luas.
Dalam penjelasan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara dinyatakan bahwa sesuai dengan asas desentralisasi dalam
penyelenggaraan pemerintahan negara sebagian kekuasaan Presiden diserahkan
kepada Gubernur/ Bupati/Walikota selaku pengelola keuangan daerah. Kekuasaan
pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan oleh kepala Satuan Kerja Pengelola
Keuangan Daerah (SKPKD) selaku pejabat pengelola APBD, dan dilaksanakan
oleh kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) selaku pejabat pengguna
anggaran/barang daerah. Dalam hal ini, pejabat pengelola keuangan daerah
mempunyai tugas sebagai berikut: (1) menyusun dan melaksanankan kebujakan
pengelola APBD, (2) menyusun Rancangan APBD dan Rancangan Perubahan
APBD, (3) melaksanakan pemungutan pendapatan daerah yang telah ditetapkan
dalam peraturan daerah, (4) melaksanakan fungsi bendahara umum daerah, (5)
menyusun laporan keuangan yang merupakan pertanggungjawaban pelaksanaan
APBD. Sedangkan kepala SKPD selaku pengguna anggaran/barang daerah
mempunyai tugas: (1) menyusun anggaran SKPD yang dipimpinnya, (2)
menyusun dokumen pelaksanaananggaran, (3) melaksanakan anggaran SKPD
yang dipimpinnya, (4) melaksanakan pemungutan penerimaan bukan pajak, (5)
mengelola utang piutang daerah yang menjadi tanggung jawab SKPD ynag
dipimpinnya, (6) mengelola barang milik/kekayaan daerah yang menjadi
tanggung jawab SKPD yang dipimpinnya, dan (7) menyusun dan menyampaikan
laporan keuangan daerah yang dipimpinnya.
Universitas Sumatera Utara
12
Jika disederhanakan, sistem pengelolaan keuangan daerah meliputi tiga
siklus
utama,
yaitu
perencanaan,
pelaksanaan,
serta
laporan
dan
pertanggungjawaban. Dan sebagai bentuk akuntabilitas atau pertanggungjawaban
publik, maka seluruh proses pengelolaan keuangan daerah mulai dari proses
perencanaan, penyusunan, dan pelaksanaan harus benar-benar dapat dilaporkan
dan dipertanggungjawabkan kepada masyarakat.
Pelaporan keuangan meliputi segala aspek yang berkaitan dengan
penyediaan dan penyampaian informasi keuangan. Aspek-aspek tersebut antara
lain lembaga yang terlibat (misalnya penyusunan standar, badan pengawas dari
pemerintah atau pasar modal, organisasi profesi, dan entitas pelapor), peraturan
yang berlaku termasuk PABU (Prinsip Akuntansi Berterima Umum). Laporan
keuangan hanyalah salah satu medium dalam penyampaian informasi.
Laporan keuangan pada dasarnya adalah asersi dari pihak manajemen
pemerintah yang menyajikan informasi yang berguna untuk pengambilan
keputusan dan untuk menunjukkan akuntabilitas entitas pelaporan atas sumber
daya yang dipercayakan kepadanya. Laporan keuangan terutama digunakan untuk
membandingkan realisasi pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan dengan
anggaran yang telah ditetapkan, menilai kondisi keuangan, mengevaluasi
efektivitas dan efisiensi suatu entitas pelaporan, dan membantu menentukan
ketaatannya terhadap peraturan perundang-undangan.
Di dalam Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan dijelaskan bahwa
pemerintah daerah mempunyai kewajiban untuk melaporkan upaya-upaya yang
telah dilakukan serta hasil yang dicapai dalam pelaksanaan kegiatan secara
sistematis dan terstruktur pada suatu periode pelaporan untuk kepentingan :
Universitas Sumatera Utara
13
(a) Akuntabilitas
Mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan kebijakan
yang dipercayakan kepada entitas pelaporan dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan secara periodik.
(b) Manajemen
Membantu para pengguna untuk mengevaluasi pelaksanaan kegiatan suatu entitas
pelaporan dalam periode pelaporan, sehingga memudahkan fungsi perencanaan,
pengelolaan dan pengendalian atas seluruh aset, kewajiban, dan ekuitas dana
pemerintah untuk kepentingan masyarakat.
(c) Transparansi
Memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada masyarakat
berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk mengetahui
secara terbuka dan menyeluruh atas pertanggungjawaban pemerintah dalam
pengelolaan sumber daya yang dipercayakan kepadanya dan ketaatannya pada
peraturan perundang-undangan.
(d) Keseimbangan Antargenerasi (intergenerational equity)
Membantu para pengguna dalam mengetahui kecukupan penerimaan pemerintah
pada periode pelaporan untuk membiayai seluruh pengeluaran yang dialokasikan
dan apakah generasi yang akan datang diasumsikan akan ikut menanggung beban
pengeluaran tersebut.
(e) Evaluasi Kinerja
Mengevaluasi kinerja entitas pelaporan, terutama dalam penggunaan sumber daya
ekonomi yang dikelola pemerintah untuk mencapai kinerja yang direncanakan.
Universitas Sumatera Utara
14
2.1.2. Kualitas Sumber Daya Manusia
Untuk meningkatkan kinerja operasional pegawai dalam melaksanakan
tugas-tugas pemerintahan diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas.
Kinerja sumber daya manusia adalah kemampuan seseorang atau individu, suatu
organisasi (kelembagaan) atau suatu sistem untuk melaksanakan fungsi-fungsi
atau kewenangannya untuk mencapai tujuannya secara efektif dan efisien.
Kapasitas sumber daya manusia dapat dilihat sebagai kemampuan untuk mencapai
kinerja, untuk menghasilkan keluaran (output) dan hasil (outcomes).
Sumber daya manusia adalah kemampuan terpadu dari daya pikir dan daya
fisik yang dimiliki individu (Hasibuan, 2007). Sumber daya manusia meliputi
semua orang yang berstatus sebagai anggota dalam organisasi yang masingmasing memiliki peran dan fungsi. Sumber daya manusia adalah potensi
manusiawi yang melekat keberadaannya pada seseorang yang meliputi potensi
fisik dan non fisik. Sedangkan sumber daya manusia dalam konteks organisasi
publik dipahami sebagai potensi manusiawi yang melekat keberadaannya pada
seorang pegawai yang terdiri atas potensi fisik dan potensi non fisik. Potensi fisik
adalah kemampuan fisik yang terakumulasi pada seorang pegawai, sedangkan
potensi non fisik adalah kemempuan seorang pegawai yang terakumulasi baik dari
latar belakang pengetahuan, intelegensia, keahlian, keterampilan, human relations.
Nawawi (2000) dalam Sunyoto (2012) menjelaskan bahwa yang dimaksud
dengan sumber daya manusia meliputi tiga pengertian, yaitu: (a) Sumber daya
manusia adalah manusia yang bekerja di lingkungan suatu organisasi, disebut juga
personel, tenaga kerja, pegawai, atau karyawan, (b) Sumber daya manusia adalah
potensi
manusiawi
sebagai
penggerak
organisasi
dalam
mewujudkan
Universitas Sumatera Utara
15
eksistensinya, dan (c) Sumber daya manusia adalah potensi yang merupakan aset
dan berfungsi sebagai modal (non material atau non finansial) di dalam organisasi
bisnis, yang dapat mewujudkan menjadi potensi nyata secara fisik dan non fisik
dalam mewujudkan eksistensi organisasi.
Sumber daya manusia pada prinsipnya merupakan satu-satunya sumber
daya yang menentukan organisasi. Tanpa sumber daya manusia yang baik dan
berkualitas, sebuah organisasi yang memiliki tujuan yang bagus serta sarana dan
prasarana
yang
canggih
akan
sulit
mencapai
tujuannya.
Kelancaran
penyelenggaraan tugas pemerintahan, dan pelaksanaan pembangunan sangat
tergantung pada kualitas dan kesempurnaan pengelolaan aparatur negara
khususnya pegawai negeri, penyediaan anggaran untuk pemberdayaan, serta
peralatan yang mendukungnya (Harsono, 2011).
Perencanaan sumber daya manusia meliputi kegiatan-kegiatan antisipatif
dan reaktif melalui suatu organisasi untuk memastikan bahwa organisasi tersebut
memiliki jumlah dan macam orang pada tempat yang tepat, waktu yang tepat,
pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan yang memaksimalkan tujuan-tujuan pelayanan
melalui mana organisasi mempertinggi aktualisasi diri dan kebutuhan-kebutuhan
pertumbuhan anggotanya dan memungkinkan pemanfaatan yang lebih maksimal
mengenai kecakapan-kecakapan dan bakat-bakat dari para anggota (Sunyoto,
2012).
Faktor produktivitas manusia memiliki peran besar dalam menentukan
sukses suatu organisasi. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi produktivitas
menurut Sulistiyani dan Rosidah (2009) dalam Sunyoto (2012) antara lain
pengetahuan (knowledge), keterampilan (skills), kemampuan (abilities), sikap
Universitas Sumatera Utara
16
(attitude), dan perilaku (behavior). Pengetahuan dan keterampilan sesungguhnya
mendasari pencapaian produktivitas kerja. Dengan pengetahuan yang luas dan
pendidikan yang tinggi, seorang karyawan diharapkan mampu melakukan
pekerjaan dengan baik dan produktif. Keterampilan berkaitan dengan kemampuan
seseorang untuk melakukan atau menyelesaikan pekerjaan yang bersifat teknis.
Kemampuan (abilities) terbentuk dari sejumlah kompetensi yang dimiliki oleh
seorang karyawan.
Untuk mencapai daya guna dan hasil guna yang sebesar-besarnya, perlu
diadakan pengaturan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan. Dengan
diadakannya program pengembangan sumber daya aparatur yang dirancang
dengan cermat, tepat, dan teliti diharapkan akan dapat meningkatkan
produktivitas, kualitas serta kuantitas kerja pegawai. Hal ini dimungkinkan karena
dengan meningkatnya technical skill, human skill, dan managerial skill dari
karyawan tersebut, maka akan terdongkrak pula kompetensinya. Dengan telah
diberikan kesempatan untuk mengembangkan potensinya, maka diharapkan
meningkat pula keterampilan dan kinerja sesuai dengan tugas pokok dan
fungsinya, serta meningkat pula motivasi untuk menyelesaikan tugas-tugas sesuai
dengan waktu yang telah ditetapkan.
2.1.3. Penerapan Teknologi Informasi
Salah satu aspek penting yang sangat berpengaruh dan menjadi kekuatan
utama dalam kehidupan individu maupun organisasi adalah munculnya teknologi
tinggi. Dengan menggunakan komputer dan teknologi tinggi penyelesaian tugas
menjadi lebih lancar dengan hasil yang lebih baik. Teknologi informasi meliputi
Universitas Sumatera Utara
17
segala hal yang berkaitan dengan proses, penggunaan sebagai alat bantu,
manipulasi, dan pengelolaan informasi.
Perkembangan teknologi informasi tidak hanya dimanfaatkan pada
organisasi bisnis tetapi juga pada organisasi sektor publik, termasuk
pemerintahan. Teknologi informasi menunjukkan bahwa pengolahan data dengan
memanfaatkan teknologi informasi (komputer dan jaringan) memberikan banyak
keunggulan baik dari sisi keakuratan/ketepatan hasil operasi maupun predikatnya
sebagai mesin multiguna. Pemanfaatan teknologi informasi juga mengurangi
kesalahan yang terjadi.
Di dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 2005
tentang
Sistem
Informasi
Keuangan
Daerah
dijelaskan
bahwa
untuk
menindaklanjuti terselenggaranya proses pembangunan yang sejalan dengan
prinsip tata pemerintahan yang baik (Good Governance), Pemerintah dan
Pemerintah Daerah berkewajiban untuk mengembangkan dan memanfaatkan
kemajuan teknologi informasi untuk meningkatkan kemampuan mengelola
keuangan daerah, dan menyalurkan Informasi Keuangan Daerah kepada
pelayanan publik. Pemerintah perlu mengoptimasikan pemanfaatan kemajuan
teknologi informasi untuk membangun jaringan sistem informasi manajemen dan
proses kerja yang memungkinkan pemerintahan bekerja secara terpadu dengan
menyederhanakan akses antar unit kerja.
Berdasarkan Pasal 1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58
Tahun 2005, Pengelolaan Keuangan Daerah adalah keseluruhan kegiatan yang
meliputi
perencanaan,
pelaksanaan,
penatausahaan,
pelaporan,
pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan daerah. Sistem informasi
Universitas Sumatera Utara
18
pengelolaan keuangan daerah merupakan suatu sistem yang digunakan oleh
pemerintah daerah untuk memperoleh informasi tentang pengelolaan keuangan
pemerintah daerah. Sistem informasi pengelolaan keuangan daerah diperlukan
oleh pemerintah daerah sebagai salah satu alat untuk melakukan monitoring dan
evaluasi pengelolaan keuangan setiap SKPD yang ada pada pemerintahan daerah.
Dari sistem informasi pengelolaan keuangan daerah, pimpinan SKPD dapat
memonitor sudah sejauh mana suatu program atau kegiatan telah terlaksana,
sudah seberapa besar penyerapan dana atas program atau kegiatan yang telah
dilakukan sehingga dapat dinilai apakah program atau kegiatan yang dilakukan
sudah ekonomis, efisien dan efektif.
Hasil akhir dari sistem informasi pengelolaan keuangan daerah dapat
berupa formulir-formulir yang dibutuhkan para pengelola keuangan satuan kerja
perangkat daerah (SKPD) antara lain laporan berkala maupun laporan tahunan.
Dalam
kehidupan
bernegara
yang
semakin
terbuka,
pemerintah
berkewajiban untuk terbuka dan bertanggung jawab terhadap seluruh hasil
pelaksanaan pembangunan. Salah satu bentuk tanggung jawab itu diwujudkan
dengan menyediakan informasi keuangan yang komprehensif kepada masyarakat
luas, termasuk informasi keuangan daerah dengan memanfaatkan kemajuan
teknologi informasi yang demikian pesat guna mendorong terwujudnya
pemerintahan yang bersih, transparan, serta mampu menjawab tuntutan perubahan
secara efektif. Pemerintah bertugas menyelenggarakan Sistem Informasi
Pengelolaan Keuangan Daerah (SIPKD) guna menjawab kebutuhan informasi
keuangan oleh masyarakat publik, sedangkan pemerintah daerah wajib
menyampaikan data/informasi yang berkaitan dengan keuangan daerah kepada
Universitas Sumatera Utara
19
Pemerintah yang disebut dengan Sistem Informasi Keuangan Daerah (SIKD).
SIPKD yang dikembangkan dengan basis teknologi informasi, didesain
sedemikian rupa agar bisa menjadi sarana untuk pengumpulan, pengolahan,
penyajian, dan referensi, serta proses komunikasi data/informasi keuangan daerah
antara Departemen Keuangan dan Departemen Dalam Negeri dengan pemerintah
daerah dan para pemilik atau pengguna informasi keuangan daerah lainnya.
2.1.4. Sistem Pengendalian Internal
Upaya peningkatan penyelenggaraan pemerintahan yang berdaya guna,
berhasil guna dan bertanggungjawab untuk mewujudkan akuntabilitas kinerja
instansi sangat terkait dengan sistem pengendalian intern. Sistem pengendalian
internal adalah sebuah proses yang dipengaruhi oleh manajemen yang diciptakan
untuk memberikan keyakinan yang memadai dalam pencapaian efektivitas,
efisiensi, ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan
keandalan penyajian laporan keuangan Pemerintah (Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 171/PMK.05/2007 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan
Pemerintah Pusat).
Sistem Pengendalian Internal ini bertujuan untuk menyampaikan realisasi
anggaran yang telah tercapai serta mengetahui permasalahan keuangan yang
terjadi pada unit-unit kerja guna meningkatkan efisiensi anggaran, dengan capaian
target kinerja tersusunnya laporan keuangan yang akuntabel.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun
2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah menyatakan bahwa sistem
pengendalian intern adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang
Universitas Sumatera Utara
20
dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk
memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui
kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan
aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.
Pengawasan intern merupakan seluruh proses kegiatan audit, reviu,
evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan
tugas dan fungsi organisasi dalam rangka memberikan keyakinan yang memadai
bahwa kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan tolok ukur yang telah ditetapkan
secara efektif dan efisien untuk kepentingan pimpinan dalam mewujudkan tata
kepemerintahan yang baik.
Di dalam Peraturan Pemerimtah Nomor 60 Tahun 2008 juga disebutkan
bahwa Pimpinan Instansi Pemerintah wajib menyelenggarakan kegiatan
pengendalian sesuai dengan ukuran, kompleksitas, dan sifat dari tugas dan fungsi
Instansi Pemerintah yang bersangkutan. Kegiatan pengendalian tersebut terdiri
atas: (a) reviu atas kinerja Instansi Pemerintah yang bersangkutan; (b) pembinaan
sumber daya manusia; (c) pengendalian atas pengelolaan sistem informasi; (d)
pengendalian fisik atas aset; (e) penetapan dan reviu atas indikator dan ukuran
kinerja; (f) pemisahan fungsi; (g) otorisasi atas transaksi dan kejadian yang
penting; (h) pencatatan yang akurat dan tepat waktu atas transaksi dan kejadian;
(i) pembatasan akses atas sumber daya dan pencatatannya; (j) akuntabilitas
terhadap sumber daya dan pencatatannya; dan (k) dokumentasi yang baik atas
Sistem Pengendalian Intern serta transaksi dan kejadian penting.
Mahmudi (2007) dalam Indriasari (2008) menyebutkan komponen penting
yang terkait dengan pengendalian intern akuntansi antara lain sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
21
a) Sistem dan prosedur akuntansi.
Sistem dan prosedur akuntansi keuangan daerah merupakan serangkaian tahap
dan langkah yang harus dilalui dalam melakukan fungsi akuntansi tertentu.
Sistem dan prosedur akuntansi pemerintah daerah paling sedikit meliputi: (1)
sistem dan prosedur akuntansi penerimaan kas; (2) sistem dan prosedur
akuntansi pengeluaran kas; (3) sistem dan prosedur akuntansi aset; dan (4)
sistem dan prosedur akuntansi selain kas. (Pasal 98 PP Nomor 58 tahun 2005)
b) Otorisasi.
Otorisasi dalam sistem akuntansi pemerintah daerah sangat penting karena
tanpa sistem otorisasi yang baik, maka keuangan daerah sangat berisiko untuk
terjadi kebocoran. Sistem otorisasi menunjukkan ketentuan tentang orang atau
pejabat yang bertanggung jawab mengotorisasi suatu transaksi yang terjadi di
pemerintah daerah. Otorisasi tersebut bisa berbentuk kewenangan dalam
memberikan tanda tangan pada formulir dan dokumen tertentu. Tanpa
otorisasi dari pihak yang berwenang maka transaksi tidak dapat dilakukan,
atau kalaupun ada transaksi tanpa otorisasi maka transaksi tersebut
dikategorikan tidak sah atau ilegal.
c) Formulir, dokumen, dan catatan.
Setiap transaksi yang terjadi di pemerintah daerah harus didukung dengan
bukti transaksi yang valid dan sah. Selain terdapat bukti yang valid dan sah,
transaksi tersebut harus dicatat dalam buku catatan akuntansi. Kelengkapan
formulir dan dokumen transaksi serta catatan akuntansi sangat penting dalam
proses audit keuangan.
d) Pemisahan tugas.
Universitas Sumatera Utara
22
Fungsi-fungsi atau pihak-pihak yang terkait dalam suatu transaksi dalam suatu
transaksi harus dipisahkan. Suatu transaksi dari awal hingga akhir tidak boleh
ditangani oleh satu fungsi atau satu orang saja. Harus dipisahkan antara fungsi
pencatat uang serta pengotorisasi. Harus dilakukan pemisahan tugas secara
tegas dengan deskripsi tugas pokok dan fungsi (tupoksi) yang jelas dalam
rangka menghindari terjadinya kolusi, kecurangan, dan korupsi.
2.1.5. Penyajian Laporan Keuangan
Pemerintah daerah selaku pengelola dana publik harus mampu
menyediakan informasi keuangan yang diperlukan secara akurat, relevan, tepat
waktu, dan dapat dipercaya.
Salah satu upaya konkrit untuk mewujudkan transparansi dan
akuntabilitas
pengelolaan
keuangan
dilingkungan
pemerintah
adalah
penyampaian laporan pertanggungjawaban keuangan pemerintah yang lebih
luas serta memenuhi prinsip-prinsip tepat waktu dan disusun dengan
mengikuti standar akuntansi pemerintah yang telah diterima secara umum. Di
dalam Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang keuangan negara dijelaskan
bahwa laporan pertanggung-jawaban pelaksanaan APBD disampaikan berupa
laporan keuangan yang setidak-tidaknya terdiri dari laporan realisasi anggaran,
neraca, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan yang disusun sesuai
dengan standar akuntansi pemerintah dan laporan keuangan pemerintah daerah
yang telah diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) harus disampaikan
kepada DPRD selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah berakhirnya tahun
anggaran yang bersangkutan.
Universitas Sumatera Utara
23
Secara garis besar, tujuan umum penyajian laporan keuangan oleh
pemerintah daerah (Mardiasmo, 2002) adalah:
1. Untuk memberikan informasi yang digunakan dalam pembuatan
keputusan
ekonomi,
sosial,
dan
politik
serta
sebagai
bukti
pertanggungjawaban (accountability) dan pengelolaan (stewardship)
2. Untuk memberikan informasi yang digunakan untuk mengevaluasi kinerja
manajerial dan organisasional.
Mardiasmo (2002) menyebutkan, secara khusus tujuan penyajian laporan
keuangan oleh pemerintah daerah adalah:
1. Memberikan informasi keuangan untuk menentukan dan memprediksi
aliran kas, saldo neraca, dan kebutuhan sumber daya finansial jangka
pendek unit pemerintah;
2. Memberikan informasi keuangan untuk menentukan dan memprediksi
kondisi ekonomi suatu unit pemerintahan dan perubahan-perubahan yang
terjadi di dalamnya;
3. Memberikan informasi keuangan untuk memonitor kinerja, kesesuaiannya
dengan peraturan perundang-undangan, kontrak yang disepakati, dan
ketentuan lain yang disyaratkan;
4. Memberikan informasi untuk perencanaan dan penganggaran, serta untuk
memprediksi pengaruh akuisisi dan alokasi sumber daya terhadap
pencapaian tujuan operasional;
5. Memberikan informasi untuk mengevaluasi kinerja manajerial dan
organisasional;
Universitas Sumatera Utara
24
a. Untuk menentukan biaya program, fungsi, dan akivitas sehingga
memudahkan analisis dan melakukan perbandingan dengan kriteria
yang telah ditetapkan, membandingkan dengan kinerja periode-periode
sebelumnya, dan dengan kinerja unit pemerintah lain;
b. Untuk mengevaluasi tingkat ekonomi dan efisiensi operasi, program,
aktivitas, dan fungsi tertentu di unit pemerintah;
c. Untuk mengevaluasi hasil suatu program, aktivitas, dan fungsi serta
efektivitas terhadap pencapaian tujuan dan target;
d. Untuk mengevaluasi tingkat pemerataan (equality) dan keaadilan
(equity).
Laporan keuangan pemerintah harus menyediakan informasi yang dapat
dipakai
oleh
pengguna
laporan
keuangan
untuk
menilai
akuntabilitas
pemerintahan dalam membuat keputusan ekonomi, sosial dan politik.
Keempat karakteristik berikut ini merupakan prasayarat normatif yang
diperlukan agar laporan keuangan Pemerintah Daerah dapat memenuhi kualitas
yang dikehendaki: relevan, andal, dapat dibandingkan, dan dapat dipahami
(Kerangka Konseptual SAP, Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010).
Relevan
Laporan keuangan Pemerintah Daerah dikatakan relevan apabila informasi yang
termuat di dalamnya dapat mempengaruhi keputusan pengguna laporan keuangan
dengan membantunya dalam mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini, atau
masa depan dan menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi pengguna laporan di
masa lalu. Dengan demikian, informasi laporan keuangan yang relevan adalah
yang dapat dihubungkan dengan maksud penggunaannya.
Universitas Sumatera Utara
25
Informasi yang relevan harus:
1. Memiliki manfaat umpan balik (feedback value), artinya bahwa laporan
keuangan Pemerintah Daerah harus memuat informasi yang memungkinkan
pengguna laporan untuk menegaskan atau mengoreksi ekspektasinya di masa
lalu;
2. Memiliki manfaat prediktif (predictive value), artinya bahwa laporan keuangan
harus memuat informasi yang dapat membantu pengguna laporan untuk
memprediksi masa yang akan datang berdasarkan hasil masa lalu dan kejadian
masa kini;
3. Tepat waktu, artinya bahwa laporan keuangan Pemerintah Daerah harus
disajikan tepat waktu sehingga dapat berpengaruh dan berguna untuk
pembuatan keputusan pengguna laporan keuangan; dan
4. Lengkap, artinya bahwa penyajian laporan keuangan Pemerintah Daerah harus
memuat informasi yang selengkap mungkin, yaitu mencakup semua informasi
akuntansi yang dapat mempengaruhi pembuatan keputusan pengguna laporan.
Informasi yang melatarbelakangi setiap butir informasi utama yang termuat dalam
laporan keuangan harus diungkapkan dengan jelas agar kekeliruan dalam
penggunaan informasi tersebut dapat dicegah.
Andal
Informasi dalam laporan keuangan Pemerintah Daerah harus bebas dari pengertian
yang menyesatkan dan kesalahan material, menyajikan setiap kenyataan secara
jujur, serta dapat diverifikasi. Informasi akuntansi yang relevan, tetapi jika hakikat
atau penyajiannya tidak dapat diandalkan maka penggunaan informasi tersebut
Universitas Sumatera Utara
26
secara potensial dapat menyesatkan. Informasi yang andal harus memenuhi
karakteristik:
1. Penyajiaannya jujur, artinya bahwa laporan keuangan Pemerintah Daerah harus
memuat informasi yang menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa
lainnya yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan
untuk disajikan;
2. Dapat diverifikasi (verifiability), artinya bahwa laporan keuangan Pemerintah
Daerah harus memuat informasi yang dapat diuji, dan apabila pengujian
dilakukan lebih dari sekali oleh pihak yang berbeda, hasilnya harus tetap
menunjukkan simpulan yang tidak jauh berbeda;
3. Netralitas, artinya bahwa laporan keuangan Pemerintah Daerah harus memuat
informasi yang diarahkan untuk memenuhi kebutuhan umum dan bias pada
kebutuhan pihak tertentu. Tidak boleh ada usaha untuk menyajikan informasi
yang menguntungkan pihak tertentu, sementara hal tersebut akan merugikan
pihak lain.
Dapat Dibandingkan
Informasi yang termuat dalam laporan keuangan Pemerintah Daerah akan lebih
berguna jika dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya
atau laporan keuangan pemerintah daerah lain pada umumnya. Perbandingan
dapat dilakukan secara internal dan eksternal. Perbandingan secara internal dapat
dilakukan bila pemerintah daerah menerapkan kebijakan akuntansi yang sama dari
tahun ke tahun. Perbandingan secara eksternal dapat dilakukan bila pemerintah
daerah yang diperbandingkan menerapkan kebijakan akuntansi yang sama.
Apabila Pemerintah Daerah akan menerapkan kebijakan akuntansi yang lebih baik
Universitas Sumatera Utara
27
daripada kebijakan akuntansi yang sekarang diterapkan, perubahan kebijakan
akuntansi harus diungkapkan pada periode terjadinya perubahan tersebut.
Dapat Dipahami
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan harus dapat dipahami oleh
pengguna laporan keuangan dan dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang
disesuaikan dengan batas pemahaman para pengguna laporan. Untuk itu,
pengguna laporan diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai atas
kegiatan dan lingkungan operasi Pemerintah Daerah, serta adanya kemauan
pengguna laporan untuk mempelajari informasi yang dimaksud.
2.1.6. Kepatuhan Terhadap Perundang-undangan
Dalam setiap organisasi, baik sektor pemerintah maupun swasta, pihak
manajemen bertanggung jawab agar setiap kegiatan yang dilaksanakan berjalan
sesuai/mematuhi hukum dan peraturan yang berlaku.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006,
keuangan daerah harus dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundangundangan, efektif, efisien, ekonomis, transparan, dan bertanggung jawab dengan
memperhatikan azas keadilan, kepatutan, dan manfaat untuk masyarakat. Taat
pada peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud adalah bahwa
pengelolaan keuangan daerah harus berpedoman pada peraturan perundangundangan.
Akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah harus menunjukkan
ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan
pelaksanaan akuntansi pemerintahan. Apabila terdapat pertentangan antara standar
Universitas Sumatera Utara
28
akuntansi keuangan pemerintah dengan peraturan perundang-undangan yang lebih
tinggi, maka yang digunakan adalah peraturan perundang-undangan yang lebih
tinggi.
Salah satu komponen yang diungkapkan BPK dalam rangka menilai
akuntabilitas LKPD adalah kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundangundangan.
Hasil
pemeriksaan
atas
laporan
keuangan
mengungkapkan
ketidakpatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan yang mengakibatkan
kerugian daerah, potensi kerugian daerah, kekurangan penerimaan, administrasi,
ketidakekonomisan, ketidakefisienan, dan ketidakefektifan.
Ada beberapa peraturan perundang-undangan yang menjadi acuan
pengelolaan keuangan daerah antara lain Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003
tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara, Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, dan Peraturan
Pemerintah RI Nomor 71 Tahun 2010. Pada dasarnya yang mendasari terbitnya
peraturan perundang-undangan tersebut adalah keinginan untuk mengelola
keuangan negara dan daerah secara efektif dan efisien melalui tata kelola
pemerintahan yang baik (good governance) yang memiliki tiga pilar utama yaitu
transparansi, akuntabilitas, dan pastisipatif.
2.2.
Review Penelitian Terdahulu
Hasanah (2013) meneliti tentang ”Pengaruh Sistem Pengendalian Intern
dan Kompetensi Aparat Terhadap Akuntabilitas Keuangan Penanggulangan
Bencana (Studi Kasus pada Penanggulangan Bencana Sumatera Barat).” Adapun
Universitas Sumatera Utara
29
variabel independennya yakni sistem pengendalian intern dan kompetensi aparat,
sedangkan variabel depennya adalah akuntabilitas keuangan. Metode penelitian
yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif dan verifikatif, dengan
pengujian variabel menggunakan analisis jalur. Hasil penelitiannya menunjukkan
bahwa sistem pengendalian intern dan kompetensi aparat memberikan pengaruh
signifikan positif secara simultan terhadap akuntabilitas keuangan. Sistem
pengendalian intern memberikan pengaruh positif yang signifikan baik secara
langsung maupun tidak langsung melalui kompetensi aparat terhadap akuntabilitas
keuangan, dan kompetensi aparat memberikan pengaruh positif yang signifikan
baik secara langsung maupun tidak langsung melalui sistem pengedalian intern
terhadap akuntabilitas keuangan.
Nurulqisthie (2011) dengan judul penelitian “Pengaruh Kualitas Laporan
Keuangan Terhadap Akuntabilitas Keuangan Instansi Pemerintah Daerah”
meneliti kualitas laporan keuangan sebagai variabel independen dan akuntabilitas
keuangan sebagai variabel dependen. Metode yang digunakan pada penelitian ini
adalah metode deskriptif dan asosiatif hubungan kausal dengan analisis regresi.
Dari hasil penelitiannya disimpulkan bahwa kualitas laporan keuangan
berpengaruh positif terhadap akuntabilitas keuangan.
Muhammad (2011) meneliti tentang “Pengaruh Kompetensi Aparatur dan
Penerapan Akuntansi Pemerintahan Terhadap Akuntabilitas Keuangan”. Adapun
variabel independen yang diteliti adalah kompetensi aparatur dan penerapan
akuntansi pemerintahan, dan variabel dependen akuntabilitas keuangan. Metode
yang digunakan adalah analisis jalur, dengan kesimpulan bahwa kompetensi
aparatur berpengaruh terhadap penerapan akuntansi pemerintahan. Kompetensi
Universitas Sumatera Utara
30
aparatur berpengaruh terhadap akuntabilitas keuangan, demikian pula halnya
dengan penerapan akuntansi pemerintahan. Kompetensi aparatur dan penerapan
akuntansi pemerintahan secara bersama-sama berpengaruh terhadap akuntabilitas
keuangan.
Sementara itu, Mustofa (2011) meneliti tentang “Pengaruh Penyajian dan
Aksesibilitas Laporan Keuangan Terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan
Kabupaten Pemalang”. Variabel independen dalam penelitiannya adalah
penyajian dan aksesibilitas laporan keuangan, dengan variabel dependen
akuntabilitas pengelolaan keuangan. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
penyajian
laporan
keuangan
berpengaruh
positif
terhadap
akuntabilitas
pengelolaan keuangan daerah, Aksesibilitas laporan keuangan berpengaruh positif
terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah dan penyajian dan
aksesibilitas laporan keuangan secara bersama-sama berpengaruh positif terhadap
akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah.
Widyaningsih (2011) melakukan penelitian tentang Hubungan Efektivitas
Sistem Akuntansi Keuangan Daerah dan Pengendalian Intern Dengan Kualitas
Akuntabilitas Keuangan; Kualitas Informasi Laporan Keuangan Sebagai Variabel
Intervening. Metode yang digunakan adalah dengan analisis jalur. Temuan
penelitian ini menginformasikan bahwa sistem akuntansi keuangan daerah yang
berjalan efektif akan meningkatkan sistem pengendalian intern yang lebih baik.
Sistem akuntansi keuangan daerah yang efektif ditunjang dengan sistem
pengendalian intern yang baik dapat menghasilkan informasi laporan keuangan
yang berkualitas. Apabila sistem akuntansi keuangan daerah telah berjalan dengan
sangat efektif dan sistem pengendalian intern yang berjalan dengan sangat baik
Universitas Sumatera Utara
31
sehingga menghasilkan informasi laporan keuangan yang berkualitas, tentunya hal
tersebut akan mendorong meningkatnya kualitas akuntabilitas keuangan
pemerintah daerah.
Universitas Sumatera Utara
32
Tabel 2.1 Review Penelitian Terdahulu
PENELITI
Uswatun
Hasanah (2013)
Qoorie
Nurulqisthie
(2011)
Irsad
Muhammad
(2011)
JUDUL PENELITIAN
Pengaruh Sistem
Pengendalian Intern dan
Kompetensi Aparat
Terhadap Akuntabilitas
Keuangan Penanggulangan
Bencana (Studi Kasus pada
Penanggulangan Bencana
Sumatera Barat)
VARIABEL
Variabel Independen:
Sistem Pengendalian Intern
(X1),
Kompetensi Aparat (X2),
Pengaruh Kualitas Laporan
Keuangan Terhadap
Akuntabilitas Keuangan
Instansi Pemerintah
Daerah
Pengaruh
Kompetensi
Aparatur dan Penerapan
Akuntansi Pemerintahan
Terhadap
Akuntabilitas
Keuangan
Variabel Independen:
Kualitas Laporan Keuangan
(X1),
Variabel Dependen (Y):
Akuntabilitas Keuangan
Variabel Independen:
Kompetensi Aparatur (X1),
Penerapan Akuntansi
Pemerintahan (X2),
Variabel Dependen (Y):
Akuntabilitas Keuangan
Variabel Dependen (Y):
Akuntabilitas Keuangan
Anies Iqbal
Mustofa
(2012)
Pengaruh Penyajian dan
Aksesibilitas Laporan
Keuangan Terhadap
Akuntabilitas Pengelolaan
Keuangan Kabupaten
Pemalang
Variabel Independen:
Penyajian Laporan Keuangan
(X1),
Aksesibilitas Laporan
Keuangan (X2),
Variabel Dependen (Y):
Akuntabilitas Pengelolaan
Keuangan
Aristanti
Widyaningsih
(2011)
(SNA XIV, 2011)
Hubungan Efektivitas
Sistem Akuntansi
Keuangan Daerah dan
Pengendalian Intern
Dengan Kualitas
Akuntabilitas Keuangan;
Kualitas Informasi
Laporan Keuangan
Sebagai Variabel
Intervening
Variabel Independen:
Efektivitas Sistem Akuntansi
Keuangan Daerah (X1),
Pengendalian Intern (X2),
Variabel Dependen (Y):
Kualitas Akuntabilitas
Keuangan
Variabel Intervening (Z):
Kualitas Informasi Laporan
Keuangan
HASIL PENELITIAN
Sistem Pengendalian Intern dan
Kompetensi Aparat
memberikan
pengaruh signifikan positif secara
simultan
terhadap
Akuntabilitas
Keuangan.
Sistem
Pengendalian
Intern memberikan pengaruh positif
yang signifikan baik secara langsung
maupun tidak langsung melalui
Kompetensi
Aparat
terhadap
Akuntabilitas
Keuangan,
dan
Kompetensi Aparat
memberikan
pengaruh positif yang signifikan baik
secara langsung maupun tidak
langsung melalui Sistem Pengedalian
Intern
terhadap
Akuntabilitas
Keuangan.
Kualitas
laporan
keuangan
berpengaruh
positif
terhadap
akuntabilitas
keuangan
instansi
pemerintah daerah.
Kompetensi aparatur berpengaruh
terhadap
penerapan
akuntansi
pemerintahan. Kompetensi aparatur
berpengaruh terhadap akuntabilitas
keuangan, demikian pula halnya
dengan
penerapan
akuntansi pemerintahan. Kompetensi
aparatur
dan
penerapan akuntansi pemerintahan
secara bersama-sama berpengaruh
terhadap akuntabilitas keuangan
Penyajian
laporan
keuangan
berpengaruh
positif
terhadap
akuntabilitas pengelolaan keuangan
daerah,
Aksesibilitas
laporan
keuangan
berpengaruh
positif
terhadap akuntabilitas pengelolaan
keuangan daerah dan Penyajian dan
aksesibilitas laporan keuangan secara
bersama-sama berpengaruh positif
terhadap akuntabilitas pengelolaan
keuangan daerah.
Sistem akuntansi keuangan daerah
yang
berjalan
efektif
akan
meningkatkan sistem pengendalian
intern yang lebih baik. Sistem
akuntansi keuangan daerah yang
efektif ditunjang dengan sistem
pengendalian intern yang baik dapat
menghasilkan
informasi
laporan
keuangan yang berkualitas. Apabila
sistem akuntansi keuangan daerah
telah berjalan dengan sangat efektif
dan sistem pengendalian intern yang
berjalan dengan sangat baik sehingga
menghasilkan
informasi
laporan
keuangan yang berkualitas, tentunya
hal
tersebut
akan
mendorong
meningkatnya kualitas akuntabilitas
keuangan pemerintah daerah.
Universitas Sumatera Utara
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Landasan Teori
2.1.1. Akuntabilitas Keuangan
Kualitas Pemerintahan Daerah yang baik (good governance) ditentukan
antara lain oleh responsiveness, consensus orientation, equity, efficiency,
effectiveness, strategic vision, akuntabilitas, transparansi, partisipasi masyarakat
dan supremasi hukum. Hal ini sesuai dengan karakteristik
pelaksanaan
pemerintahan yang baik menurut United Nations Development Programme
(UNDP) dan World Bank.
Mardiasmo (2002) menyebutkan bahwa akuntabilitas publik adalah
kewajiban
pihak
pemegang
amanah
(agent)
untuk
memberikan
pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan, dan mengungkapkan segala
aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya kepada pihak pemberi
amanah (principal) yang memiliki hak dan kewenangan untuk meminta
pertanggungjawaban tersebut. Dalam konteks entitas pemerintah, akuntabilitas
publik merupakan pengungkapan dan pemberian informasi atas aktivitas dan
kinerja keuangan pemerintah kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Selanjutnya, Mardiasmo (2002) menyatakan bahwa akuntabilitas publik
terdiri atas akuntabilitas vertikal (vertical accountability) dan akuntabilitas
horizontal
(horizontal
accountability).
Akuntabilitas
vertikal
adalah
pertanggungjawaban atas pengelolaan dana kepada otoritas yang lebih tinggi,
misalnya pertanggungjawaban unit-unit kerja (dinas) kepada pemerintah daerah,
pertanggungjawaban pemerintah daerah kepada pemerintah pusat, dan pemerintah
Universitas Sumatera Utara
11
pusat kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). Sedangkan akuntabilitas
horizontal adalah pertanggungjawaban kepada masyarakat luas.
Dalam penjelasan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara dinyatakan bahwa sesuai dengan asas desentralisasi dalam
penyelenggaraan pemerintahan negara sebagian kekuasaan Presiden diserahkan
kepada Gubernur/ Bupati/Walikota selaku pengelola keuangan daerah. Kekuasaan
pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan oleh kepala Satuan Kerja Pengelola
Keuangan Daerah (SKPKD) selaku pejabat pengelola APBD, dan dilaksanakan
oleh kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) selaku pejabat pengguna
anggaran/barang daerah. Dalam hal ini, pejabat pengelola keuangan daerah
mempunyai tugas sebagai berikut: (1) menyusun dan melaksanankan kebujakan
pengelola APBD, (2) menyusun Rancangan APBD dan Rancangan Perubahan
APBD, (3) melaksanakan pemungutan pendapatan daerah yang telah ditetapkan
dalam peraturan daerah, (4) melaksanakan fungsi bendahara umum daerah, (5)
menyusun laporan keuangan yang merupakan pertanggungjawaban pelaksanaan
APBD. Sedangkan kepala SKPD selaku pengguna anggaran/barang daerah
mempunyai tugas: (1) menyusun anggaran SKPD yang dipimpinnya, (2)
menyusun dokumen pelaksanaananggaran, (3) melaksanakan anggaran SKPD
yang dipimpinnya, (4) melaksanakan pemungutan penerimaan bukan pajak, (5)
mengelola utang piutang daerah yang menjadi tanggung jawab SKPD ynag
dipimpinnya, (6) mengelola barang milik/kekayaan daerah yang menjadi
tanggung jawab SKPD yang dipimpinnya, dan (7) menyusun dan menyampaikan
laporan keuangan daerah yang dipimpinnya.
Universitas Sumatera Utara
12
Jika disederhanakan, sistem pengelolaan keuangan daerah meliputi tiga
siklus
utama,
yaitu
perencanaan,
pelaksanaan,
serta
laporan
dan
pertanggungjawaban. Dan sebagai bentuk akuntabilitas atau pertanggungjawaban
publik, maka seluruh proses pengelolaan keuangan daerah mulai dari proses
perencanaan, penyusunan, dan pelaksanaan harus benar-benar dapat dilaporkan
dan dipertanggungjawabkan kepada masyarakat.
Pelaporan keuangan meliputi segala aspek yang berkaitan dengan
penyediaan dan penyampaian informasi keuangan. Aspek-aspek tersebut antara
lain lembaga yang terlibat (misalnya penyusunan standar, badan pengawas dari
pemerintah atau pasar modal, organisasi profesi, dan entitas pelapor), peraturan
yang berlaku termasuk PABU (Prinsip Akuntansi Berterima Umum). Laporan
keuangan hanyalah salah satu medium dalam penyampaian informasi.
Laporan keuangan pada dasarnya adalah asersi dari pihak manajemen
pemerintah yang menyajikan informasi yang berguna untuk pengambilan
keputusan dan untuk menunjukkan akuntabilitas entitas pelaporan atas sumber
daya yang dipercayakan kepadanya. Laporan keuangan terutama digunakan untuk
membandingkan realisasi pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan dengan
anggaran yang telah ditetapkan, menilai kondisi keuangan, mengevaluasi
efektivitas dan efisiensi suatu entitas pelaporan, dan membantu menentukan
ketaatannya terhadap peraturan perundang-undangan.
Di dalam Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan dijelaskan bahwa
pemerintah daerah mempunyai kewajiban untuk melaporkan upaya-upaya yang
telah dilakukan serta hasil yang dicapai dalam pelaksanaan kegiatan secara
sistematis dan terstruktur pada suatu periode pelaporan untuk kepentingan :
Universitas Sumatera Utara
13
(a) Akuntabilitas
Mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan kebijakan
yang dipercayakan kepada entitas pelaporan dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan secara periodik.
(b) Manajemen
Membantu para pengguna untuk mengevaluasi pelaksanaan kegiatan suatu entitas
pelaporan dalam periode pelaporan, sehingga memudahkan fungsi perencanaan,
pengelolaan dan pengendalian atas seluruh aset, kewajiban, dan ekuitas dana
pemerintah untuk kepentingan masyarakat.
(c) Transparansi
Memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada masyarakat
berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk mengetahui
secara terbuka dan menyeluruh atas pertanggungjawaban pemerintah dalam
pengelolaan sumber daya yang dipercayakan kepadanya dan ketaatannya pada
peraturan perundang-undangan.
(d) Keseimbangan Antargenerasi (intergenerational equity)
Membantu para pengguna dalam mengetahui kecukupan penerimaan pemerintah
pada periode pelaporan untuk membiayai seluruh pengeluaran yang dialokasikan
dan apakah generasi yang akan datang diasumsikan akan ikut menanggung beban
pengeluaran tersebut.
(e) Evaluasi Kinerja
Mengevaluasi kinerja entitas pelaporan, terutama dalam penggunaan sumber daya
ekonomi yang dikelola pemerintah untuk mencapai kinerja yang direncanakan.
Universitas Sumatera Utara
14
2.1.2. Kualitas Sumber Daya Manusia
Untuk meningkatkan kinerja operasional pegawai dalam melaksanakan
tugas-tugas pemerintahan diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas.
Kinerja sumber daya manusia adalah kemampuan seseorang atau individu, suatu
organisasi (kelembagaan) atau suatu sistem untuk melaksanakan fungsi-fungsi
atau kewenangannya untuk mencapai tujuannya secara efektif dan efisien.
Kapasitas sumber daya manusia dapat dilihat sebagai kemampuan untuk mencapai
kinerja, untuk menghasilkan keluaran (output) dan hasil (outcomes).
Sumber daya manusia adalah kemampuan terpadu dari daya pikir dan daya
fisik yang dimiliki individu (Hasibuan, 2007). Sumber daya manusia meliputi
semua orang yang berstatus sebagai anggota dalam organisasi yang masingmasing memiliki peran dan fungsi. Sumber daya manusia adalah potensi
manusiawi yang melekat keberadaannya pada seseorang yang meliputi potensi
fisik dan non fisik. Sedangkan sumber daya manusia dalam konteks organisasi
publik dipahami sebagai potensi manusiawi yang melekat keberadaannya pada
seorang pegawai yang terdiri atas potensi fisik dan potensi non fisik. Potensi fisik
adalah kemampuan fisik yang terakumulasi pada seorang pegawai, sedangkan
potensi non fisik adalah kemempuan seorang pegawai yang terakumulasi baik dari
latar belakang pengetahuan, intelegensia, keahlian, keterampilan, human relations.
Nawawi (2000) dalam Sunyoto (2012) menjelaskan bahwa yang dimaksud
dengan sumber daya manusia meliputi tiga pengertian, yaitu: (a) Sumber daya
manusia adalah manusia yang bekerja di lingkungan suatu organisasi, disebut juga
personel, tenaga kerja, pegawai, atau karyawan, (b) Sumber daya manusia adalah
potensi
manusiawi
sebagai
penggerak
organisasi
dalam
mewujudkan
Universitas Sumatera Utara
15
eksistensinya, dan (c) Sumber daya manusia adalah potensi yang merupakan aset
dan berfungsi sebagai modal (non material atau non finansial) di dalam organisasi
bisnis, yang dapat mewujudkan menjadi potensi nyata secara fisik dan non fisik
dalam mewujudkan eksistensi organisasi.
Sumber daya manusia pada prinsipnya merupakan satu-satunya sumber
daya yang menentukan organisasi. Tanpa sumber daya manusia yang baik dan
berkualitas, sebuah organisasi yang memiliki tujuan yang bagus serta sarana dan
prasarana
yang
canggih
akan
sulit
mencapai
tujuannya.
Kelancaran
penyelenggaraan tugas pemerintahan, dan pelaksanaan pembangunan sangat
tergantung pada kualitas dan kesempurnaan pengelolaan aparatur negara
khususnya pegawai negeri, penyediaan anggaran untuk pemberdayaan, serta
peralatan yang mendukungnya (Harsono, 2011).
Perencanaan sumber daya manusia meliputi kegiatan-kegiatan antisipatif
dan reaktif melalui suatu organisasi untuk memastikan bahwa organisasi tersebut
memiliki jumlah dan macam orang pada tempat yang tepat, waktu yang tepat,
pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan yang memaksimalkan tujuan-tujuan pelayanan
melalui mana organisasi mempertinggi aktualisasi diri dan kebutuhan-kebutuhan
pertumbuhan anggotanya dan memungkinkan pemanfaatan yang lebih maksimal
mengenai kecakapan-kecakapan dan bakat-bakat dari para anggota (Sunyoto,
2012).
Faktor produktivitas manusia memiliki peran besar dalam menentukan
sukses suatu organisasi. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi produktivitas
menurut Sulistiyani dan Rosidah (2009) dalam Sunyoto (2012) antara lain
pengetahuan (knowledge), keterampilan (skills), kemampuan (abilities), sikap
Universitas Sumatera Utara
16
(attitude), dan perilaku (behavior). Pengetahuan dan keterampilan sesungguhnya
mendasari pencapaian produktivitas kerja. Dengan pengetahuan yang luas dan
pendidikan yang tinggi, seorang karyawan diharapkan mampu melakukan
pekerjaan dengan baik dan produktif. Keterampilan berkaitan dengan kemampuan
seseorang untuk melakukan atau menyelesaikan pekerjaan yang bersifat teknis.
Kemampuan (abilities) terbentuk dari sejumlah kompetensi yang dimiliki oleh
seorang karyawan.
Untuk mencapai daya guna dan hasil guna yang sebesar-besarnya, perlu
diadakan pengaturan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan. Dengan
diadakannya program pengembangan sumber daya aparatur yang dirancang
dengan cermat, tepat, dan teliti diharapkan akan dapat meningkatkan
produktivitas, kualitas serta kuantitas kerja pegawai. Hal ini dimungkinkan karena
dengan meningkatnya technical skill, human skill, dan managerial skill dari
karyawan tersebut, maka akan terdongkrak pula kompetensinya. Dengan telah
diberikan kesempatan untuk mengembangkan potensinya, maka diharapkan
meningkat pula keterampilan dan kinerja sesuai dengan tugas pokok dan
fungsinya, serta meningkat pula motivasi untuk menyelesaikan tugas-tugas sesuai
dengan waktu yang telah ditetapkan.
2.1.3. Penerapan Teknologi Informasi
Salah satu aspek penting yang sangat berpengaruh dan menjadi kekuatan
utama dalam kehidupan individu maupun organisasi adalah munculnya teknologi
tinggi. Dengan menggunakan komputer dan teknologi tinggi penyelesaian tugas
menjadi lebih lancar dengan hasil yang lebih baik. Teknologi informasi meliputi
Universitas Sumatera Utara
17
segala hal yang berkaitan dengan proses, penggunaan sebagai alat bantu,
manipulasi, dan pengelolaan informasi.
Perkembangan teknologi informasi tidak hanya dimanfaatkan pada
organisasi bisnis tetapi juga pada organisasi sektor publik, termasuk
pemerintahan. Teknologi informasi menunjukkan bahwa pengolahan data dengan
memanfaatkan teknologi informasi (komputer dan jaringan) memberikan banyak
keunggulan baik dari sisi keakuratan/ketepatan hasil operasi maupun predikatnya
sebagai mesin multiguna. Pemanfaatan teknologi informasi juga mengurangi
kesalahan yang terjadi.
Di dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 2005
tentang
Sistem
Informasi
Keuangan
Daerah
dijelaskan
bahwa
untuk
menindaklanjuti terselenggaranya proses pembangunan yang sejalan dengan
prinsip tata pemerintahan yang baik (Good Governance), Pemerintah dan
Pemerintah Daerah berkewajiban untuk mengembangkan dan memanfaatkan
kemajuan teknologi informasi untuk meningkatkan kemampuan mengelola
keuangan daerah, dan menyalurkan Informasi Keuangan Daerah kepada
pelayanan publik. Pemerintah perlu mengoptimasikan pemanfaatan kemajuan
teknologi informasi untuk membangun jaringan sistem informasi manajemen dan
proses kerja yang memungkinkan pemerintahan bekerja secara terpadu dengan
menyederhanakan akses antar unit kerja.
Berdasarkan Pasal 1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58
Tahun 2005, Pengelolaan Keuangan Daerah adalah keseluruhan kegiatan yang
meliputi
perencanaan,
pelaksanaan,
penatausahaan,
pelaporan,
pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan daerah. Sistem informasi
Universitas Sumatera Utara
18
pengelolaan keuangan daerah merupakan suatu sistem yang digunakan oleh
pemerintah daerah untuk memperoleh informasi tentang pengelolaan keuangan
pemerintah daerah. Sistem informasi pengelolaan keuangan daerah diperlukan
oleh pemerintah daerah sebagai salah satu alat untuk melakukan monitoring dan
evaluasi pengelolaan keuangan setiap SKPD yang ada pada pemerintahan daerah.
Dari sistem informasi pengelolaan keuangan daerah, pimpinan SKPD dapat
memonitor sudah sejauh mana suatu program atau kegiatan telah terlaksana,
sudah seberapa besar penyerapan dana atas program atau kegiatan yang telah
dilakukan sehingga dapat dinilai apakah program atau kegiatan yang dilakukan
sudah ekonomis, efisien dan efektif.
Hasil akhir dari sistem informasi pengelolaan keuangan daerah dapat
berupa formulir-formulir yang dibutuhkan para pengelola keuangan satuan kerja
perangkat daerah (SKPD) antara lain laporan berkala maupun laporan tahunan.
Dalam
kehidupan
bernegara
yang
semakin
terbuka,
pemerintah
berkewajiban untuk terbuka dan bertanggung jawab terhadap seluruh hasil
pelaksanaan pembangunan. Salah satu bentuk tanggung jawab itu diwujudkan
dengan menyediakan informasi keuangan yang komprehensif kepada masyarakat
luas, termasuk informasi keuangan daerah dengan memanfaatkan kemajuan
teknologi informasi yang demikian pesat guna mendorong terwujudnya
pemerintahan yang bersih, transparan, serta mampu menjawab tuntutan perubahan
secara efektif. Pemerintah bertugas menyelenggarakan Sistem Informasi
Pengelolaan Keuangan Daerah (SIPKD) guna menjawab kebutuhan informasi
keuangan oleh masyarakat publik, sedangkan pemerintah daerah wajib
menyampaikan data/informasi yang berkaitan dengan keuangan daerah kepada
Universitas Sumatera Utara
19
Pemerintah yang disebut dengan Sistem Informasi Keuangan Daerah (SIKD).
SIPKD yang dikembangkan dengan basis teknologi informasi, didesain
sedemikian rupa agar bisa menjadi sarana untuk pengumpulan, pengolahan,
penyajian, dan referensi, serta proses komunikasi data/informasi keuangan daerah
antara Departemen Keuangan dan Departemen Dalam Negeri dengan pemerintah
daerah dan para pemilik atau pengguna informasi keuangan daerah lainnya.
2.1.4. Sistem Pengendalian Internal
Upaya peningkatan penyelenggaraan pemerintahan yang berdaya guna,
berhasil guna dan bertanggungjawab untuk mewujudkan akuntabilitas kinerja
instansi sangat terkait dengan sistem pengendalian intern. Sistem pengendalian
internal adalah sebuah proses yang dipengaruhi oleh manajemen yang diciptakan
untuk memberikan keyakinan yang memadai dalam pencapaian efektivitas,
efisiensi, ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan
keandalan penyajian laporan keuangan Pemerintah (Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 171/PMK.05/2007 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan
Pemerintah Pusat).
Sistem Pengendalian Internal ini bertujuan untuk menyampaikan realisasi
anggaran yang telah tercapai serta mengetahui permasalahan keuangan yang
terjadi pada unit-unit kerja guna meningkatkan efisiensi anggaran, dengan capaian
target kinerja tersusunnya laporan keuangan yang akuntabel.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun
2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah menyatakan bahwa sistem
pengendalian intern adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang
Universitas Sumatera Utara
20
dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk
memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui
kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan
aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.
Pengawasan intern merupakan seluruh proses kegiatan audit, reviu,
evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan
tugas dan fungsi organisasi dalam rangka memberikan keyakinan yang memadai
bahwa kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan tolok ukur yang telah ditetapkan
secara efektif dan efisien untuk kepentingan pimpinan dalam mewujudkan tata
kepemerintahan yang baik.
Di dalam Peraturan Pemerimtah Nomor 60 Tahun 2008 juga disebutkan
bahwa Pimpinan Instansi Pemerintah wajib menyelenggarakan kegiatan
pengendalian sesuai dengan ukuran, kompleksitas, dan sifat dari tugas dan fungsi
Instansi Pemerintah yang bersangkutan. Kegiatan pengendalian tersebut terdiri
atas: (a) reviu atas kinerja Instansi Pemerintah yang bersangkutan; (b) pembinaan
sumber daya manusia; (c) pengendalian atas pengelolaan sistem informasi; (d)
pengendalian fisik atas aset; (e) penetapan dan reviu atas indikator dan ukuran
kinerja; (f) pemisahan fungsi; (g) otorisasi atas transaksi dan kejadian yang
penting; (h) pencatatan yang akurat dan tepat waktu atas transaksi dan kejadian;
(i) pembatasan akses atas sumber daya dan pencatatannya; (j) akuntabilitas
terhadap sumber daya dan pencatatannya; dan (k) dokumentasi yang baik atas
Sistem Pengendalian Intern serta transaksi dan kejadian penting.
Mahmudi (2007) dalam Indriasari (2008) menyebutkan komponen penting
yang terkait dengan pengendalian intern akuntansi antara lain sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
21
a) Sistem dan prosedur akuntansi.
Sistem dan prosedur akuntansi keuangan daerah merupakan serangkaian tahap
dan langkah yang harus dilalui dalam melakukan fungsi akuntansi tertentu.
Sistem dan prosedur akuntansi pemerintah daerah paling sedikit meliputi: (1)
sistem dan prosedur akuntansi penerimaan kas; (2) sistem dan prosedur
akuntansi pengeluaran kas; (3) sistem dan prosedur akuntansi aset; dan (4)
sistem dan prosedur akuntansi selain kas. (Pasal 98 PP Nomor 58 tahun 2005)
b) Otorisasi.
Otorisasi dalam sistem akuntansi pemerintah daerah sangat penting karena
tanpa sistem otorisasi yang baik, maka keuangan daerah sangat berisiko untuk
terjadi kebocoran. Sistem otorisasi menunjukkan ketentuan tentang orang atau
pejabat yang bertanggung jawab mengotorisasi suatu transaksi yang terjadi di
pemerintah daerah. Otorisasi tersebut bisa berbentuk kewenangan dalam
memberikan tanda tangan pada formulir dan dokumen tertentu. Tanpa
otorisasi dari pihak yang berwenang maka transaksi tidak dapat dilakukan,
atau kalaupun ada transaksi tanpa otorisasi maka transaksi tersebut
dikategorikan tidak sah atau ilegal.
c) Formulir, dokumen, dan catatan.
Setiap transaksi yang terjadi di pemerintah daerah harus didukung dengan
bukti transaksi yang valid dan sah. Selain terdapat bukti yang valid dan sah,
transaksi tersebut harus dicatat dalam buku catatan akuntansi. Kelengkapan
formulir dan dokumen transaksi serta catatan akuntansi sangat penting dalam
proses audit keuangan.
d) Pemisahan tugas.
Universitas Sumatera Utara
22
Fungsi-fungsi atau pihak-pihak yang terkait dalam suatu transaksi dalam suatu
transaksi harus dipisahkan. Suatu transaksi dari awal hingga akhir tidak boleh
ditangani oleh satu fungsi atau satu orang saja. Harus dipisahkan antara fungsi
pencatat uang serta pengotorisasi. Harus dilakukan pemisahan tugas secara
tegas dengan deskripsi tugas pokok dan fungsi (tupoksi) yang jelas dalam
rangka menghindari terjadinya kolusi, kecurangan, dan korupsi.
2.1.5. Penyajian Laporan Keuangan
Pemerintah daerah selaku pengelola dana publik harus mampu
menyediakan informasi keuangan yang diperlukan secara akurat, relevan, tepat
waktu, dan dapat dipercaya.
Salah satu upaya konkrit untuk mewujudkan transparansi dan
akuntabilitas
pengelolaan
keuangan
dilingkungan
pemerintah
adalah
penyampaian laporan pertanggungjawaban keuangan pemerintah yang lebih
luas serta memenuhi prinsip-prinsip tepat waktu dan disusun dengan
mengikuti standar akuntansi pemerintah yang telah diterima secara umum. Di
dalam Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang keuangan negara dijelaskan
bahwa laporan pertanggung-jawaban pelaksanaan APBD disampaikan berupa
laporan keuangan yang setidak-tidaknya terdiri dari laporan realisasi anggaran,
neraca, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan yang disusun sesuai
dengan standar akuntansi pemerintah dan laporan keuangan pemerintah daerah
yang telah diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) harus disampaikan
kepada DPRD selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah berakhirnya tahun
anggaran yang bersangkutan.
Universitas Sumatera Utara
23
Secara garis besar, tujuan umum penyajian laporan keuangan oleh
pemerintah daerah (Mardiasmo, 2002) adalah:
1. Untuk memberikan informasi yang digunakan dalam pembuatan
keputusan
ekonomi,
sosial,
dan
politik
serta
sebagai
bukti
pertanggungjawaban (accountability) dan pengelolaan (stewardship)
2. Untuk memberikan informasi yang digunakan untuk mengevaluasi kinerja
manajerial dan organisasional.
Mardiasmo (2002) menyebutkan, secara khusus tujuan penyajian laporan
keuangan oleh pemerintah daerah adalah:
1. Memberikan informasi keuangan untuk menentukan dan memprediksi
aliran kas, saldo neraca, dan kebutuhan sumber daya finansial jangka
pendek unit pemerintah;
2. Memberikan informasi keuangan untuk menentukan dan memprediksi
kondisi ekonomi suatu unit pemerintahan dan perubahan-perubahan yang
terjadi di dalamnya;
3. Memberikan informasi keuangan untuk memonitor kinerja, kesesuaiannya
dengan peraturan perundang-undangan, kontrak yang disepakati, dan
ketentuan lain yang disyaratkan;
4. Memberikan informasi untuk perencanaan dan penganggaran, serta untuk
memprediksi pengaruh akuisisi dan alokasi sumber daya terhadap
pencapaian tujuan operasional;
5. Memberikan informasi untuk mengevaluasi kinerja manajerial dan
organisasional;
Universitas Sumatera Utara
24
a. Untuk menentukan biaya program, fungsi, dan akivitas sehingga
memudahkan analisis dan melakukan perbandingan dengan kriteria
yang telah ditetapkan, membandingkan dengan kinerja periode-periode
sebelumnya, dan dengan kinerja unit pemerintah lain;
b. Untuk mengevaluasi tingkat ekonomi dan efisiensi operasi, program,
aktivitas, dan fungsi tertentu di unit pemerintah;
c. Untuk mengevaluasi hasil suatu program, aktivitas, dan fungsi serta
efektivitas terhadap pencapaian tujuan dan target;
d. Untuk mengevaluasi tingkat pemerataan (equality) dan keaadilan
(equity).
Laporan keuangan pemerintah harus menyediakan informasi yang dapat
dipakai
oleh
pengguna
laporan
keuangan
untuk
menilai
akuntabilitas
pemerintahan dalam membuat keputusan ekonomi, sosial dan politik.
Keempat karakteristik berikut ini merupakan prasayarat normatif yang
diperlukan agar laporan keuangan Pemerintah Daerah dapat memenuhi kualitas
yang dikehendaki: relevan, andal, dapat dibandingkan, dan dapat dipahami
(Kerangka Konseptual SAP, Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010).
Relevan
Laporan keuangan Pemerintah Daerah dikatakan relevan apabila informasi yang
termuat di dalamnya dapat mempengaruhi keputusan pengguna laporan keuangan
dengan membantunya dalam mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini, atau
masa depan dan menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi pengguna laporan di
masa lalu. Dengan demikian, informasi laporan keuangan yang relevan adalah
yang dapat dihubungkan dengan maksud penggunaannya.
Universitas Sumatera Utara
25
Informasi yang relevan harus:
1. Memiliki manfaat umpan balik (feedback value), artinya bahwa laporan
keuangan Pemerintah Daerah harus memuat informasi yang memungkinkan
pengguna laporan untuk menegaskan atau mengoreksi ekspektasinya di masa
lalu;
2. Memiliki manfaat prediktif (predictive value), artinya bahwa laporan keuangan
harus memuat informasi yang dapat membantu pengguna laporan untuk
memprediksi masa yang akan datang berdasarkan hasil masa lalu dan kejadian
masa kini;
3. Tepat waktu, artinya bahwa laporan keuangan Pemerintah Daerah harus
disajikan tepat waktu sehingga dapat berpengaruh dan berguna untuk
pembuatan keputusan pengguna laporan keuangan; dan
4. Lengkap, artinya bahwa penyajian laporan keuangan Pemerintah Daerah harus
memuat informasi yang selengkap mungkin, yaitu mencakup semua informasi
akuntansi yang dapat mempengaruhi pembuatan keputusan pengguna laporan.
Informasi yang melatarbelakangi setiap butir informasi utama yang termuat dalam
laporan keuangan harus diungkapkan dengan jelas agar kekeliruan dalam
penggunaan informasi tersebut dapat dicegah.
Andal
Informasi dalam laporan keuangan Pemerintah Daerah harus bebas dari pengertian
yang menyesatkan dan kesalahan material, menyajikan setiap kenyataan secara
jujur, serta dapat diverifikasi. Informasi akuntansi yang relevan, tetapi jika hakikat
atau penyajiannya tidak dapat diandalkan maka penggunaan informasi tersebut
Universitas Sumatera Utara
26
secara potensial dapat menyesatkan. Informasi yang andal harus memenuhi
karakteristik:
1. Penyajiaannya jujur, artinya bahwa laporan keuangan Pemerintah Daerah harus
memuat informasi yang menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa
lainnya yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan
untuk disajikan;
2. Dapat diverifikasi (verifiability), artinya bahwa laporan keuangan Pemerintah
Daerah harus memuat informasi yang dapat diuji, dan apabila pengujian
dilakukan lebih dari sekali oleh pihak yang berbeda, hasilnya harus tetap
menunjukkan simpulan yang tidak jauh berbeda;
3. Netralitas, artinya bahwa laporan keuangan Pemerintah Daerah harus memuat
informasi yang diarahkan untuk memenuhi kebutuhan umum dan bias pada
kebutuhan pihak tertentu. Tidak boleh ada usaha untuk menyajikan informasi
yang menguntungkan pihak tertentu, sementara hal tersebut akan merugikan
pihak lain.
Dapat Dibandingkan
Informasi yang termuat dalam laporan keuangan Pemerintah Daerah akan lebih
berguna jika dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya
atau laporan keuangan pemerintah daerah lain pada umumnya. Perbandingan
dapat dilakukan secara internal dan eksternal. Perbandingan secara internal dapat
dilakukan bila pemerintah daerah menerapkan kebijakan akuntansi yang sama dari
tahun ke tahun. Perbandingan secara eksternal dapat dilakukan bila pemerintah
daerah yang diperbandingkan menerapkan kebijakan akuntansi yang sama.
Apabila Pemerintah Daerah akan menerapkan kebijakan akuntansi yang lebih baik
Universitas Sumatera Utara
27
daripada kebijakan akuntansi yang sekarang diterapkan, perubahan kebijakan
akuntansi harus diungkapkan pada periode terjadinya perubahan tersebut.
Dapat Dipahami
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan harus dapat dipahami oleh
pengguna laporan keuangan dan dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang
disesuaikan dengan batas pemahaman para pengguna laporan. Untuk itu,
pengguna laporan diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai atas
kegiatan dan lingkungan operasi Pemerintah Daerah, serta adanya kemauan
pengguna laporan untuk mempelajari informasi yang dimaksud.
2.1.6. Kepatuhan Terhadap Perundang-undangan
Dalam setiap organisasi, baik sektor pemerintah maupun swasta, pihak
manajemen bertanggung jawab agar setiap kegiatan yang dilaksanakan berjalan
sesuai/mematuhi hukum dan peraturan yang berlaku.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006,
keuangan daerah harus dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundangundangan, efektif, efisien, ekonomis, transparan, dan bertanggung jawab dengan
memperhatikan azas keadilan, kepatutan, dan manfaat untuk masyarakat. Taat
pada peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud adalah bahwa
pengelolaan keuangan daerah harus berpedoman pada peraturan perundangundangan.
Akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah harus menunjukkan
ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan
pelaksanaan akuntansi pemerintahan. Apabila terdapat pertentangan antara standar
Universitas Sumatera Utara
28
akuntansi keuangan pemerintah dengan peraturan perundang-undangan yang lebih
tinggi, maka yang digunakan adalah peraturan perundang-undangan yang lebih
tinggi.
Salah satu komponen yang diungkapkan BPK dalam rangka menilai
akuntabilitas LKPD adalah kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundangundangan.
Hasil
pemeriksaan
atas
laporan
keuangan
mengungkapkan
ketidakpatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan yang mengakibatkan
kerugian daerah, potensi kerugian daerah, kekurangan penerimaan, administrasi,
ketidakekonomisan, ketidakefisienan, dan ketidakefektifan.
Ada beberapa peraturan perundang-undangan yang menjadi acuan
pengelolaan keuangan daerah antara lain Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003
tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara, Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, dan Peraturan
Pemerintah RI Nomor 71 Tahun 2010. Pada dasarnya yang mendasari terbitnya
peraturan perundang-undangan tersebut adalah keinginan untuk mengelola
keuangan negara dan daerah secara efektif dan efisien melalui tata kelola
pemerintahan yang baik (good governance) yang memiliki tiga pilar utama yaitu
transparansi, akuntabilitas, dan pastisipatif.
2.2.
Review Penelitian Terdahulu
Hasanah (2013) meneliti tentang ”Pengaruh Sistem Pengendalian Intern
dan Kompetensi Aparat Terhadap Akuntabilitas Keuangan Penanggulangan
Bencana (Studi Kasus pada Penanggulangan Bencana Sumatera Barat).” Adapun
Universitas Sumatera Utara
29
variabel independennya yakni sistem pengendalian intern dan kompetensi aparat,
sedangkan variabel depennya adalah akuntabilitas keuangan. Metode penelitian
yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif dan verifikatif, dengan
pengujian variabel menggunakan analisis jalur. Hasil penelitiannya menunjukkan
bahwa sistem pengendalian intern dan kompetensi aparat memberikan pengaruh
signifikan positif secara simultan terhadap akuntabilitas keuangan. Sistem
pengendalian intern memberikan pengaruh positif yang signifikan baik secara
langsung maupun tidak langsung melalui kompetensi aparat terhadap akuntabilitas
keuangan, dan kompetensi aparat memberikan pengaruh positif yang signifikan
baik secara langsung maupun tidak langsung melalui sistem pengedalian intern
terhadap akuntabilitas keuangan.
Nurulqisthie (2011) dengan judul penelitian “Pengaruh Kualitas Laporan
Keuangan Terhadap Akuntabilitas Keuangan Instansi Pemerintah Daerah”
meneliti kualitas laporan keuangan sebagai variabel independen dan akuntabilitas
keuangan sebagai variabel dependen. Metode yang digunakan pada penelitian ini
adalah metode deskriptif dan asosiatif hubungan kausal dengan analisis regresi.
Dari hasil penelitiannya disimpulkan bahwa kualitas laporan keuangan
berpengaruh positif terhadap akuntabilitas keuangan.
Muhammad (2011) meneliti tentang “Pengaruh Kompetensi Aparatur dan
Penerapan Akuntansi Pemerintahan Terhadap Akuntabilitas Keuangan”. Adapun
variabel independen yang diteliti adalah kompetensi aparatur dan penerapan
akuntansi pemerintahan, dan variabel dependen akuntabilitas keuangan. Metode
yang digunakan adalah analisis jalur, dengan kesimpulan bahwa kompetensi
aparatur berpengaruh terhadap penerapan akuntansi pemerintahan. Kompetensi
Universitas Sumatera Utara
30
aparatur berpengaruh terhadap akuntabilitas keuangan, demikian pula halnya
dengan penerapan akuntansi pemerintahan. Kompetensi aparatur dan penerapan
akuntansi pemerintahan secara bersama-sama berpengaruh terhadap akuntabilitas
keuangan.
Sementara itu, Mustofa (2011) meneliti tentang “Pengaruh Penyajian dan
Aksesibilitas Laporan Keuangan Terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan
Kabupaten Pemalang”. Variabel independen dalam penelitiannya adalah
penyajian dan aksesibilitas laporan keuangan, dengan variabel dependen
akuntabilitas pengelolaan keuangan. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
penyajian
laporan
keuangan
berpengaruh
positif
terhadap
akuntabilitas
pengelolaan keuangan daerah, Aksesibilitas laporan keuangan berpengaruh positif
terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah dan penyajian dan
aksesibilitas laporan keuangan secara bersama-sama berpengaruh positif terhadap
akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah.
Widyaningsih (2011) melakukan penelitian tentang Hubungan Efektivitas
Sistem Akuntansi Keuangan Daerah dan Pengendalian Intern Dengan Kualitas
Akuntabilitas Keuangan; Kualitas Informasi Laporan Keuangan Sebagai Variabel
Intervening. Metode yang digunakan adalah dengan analisis jalur. Temuan
penelitian ini menginformasikan bahwa sistem akuntansi keuangan daerah yang
berjalan efektif akan meningkatkan sistem pengendalian intern yang lebih baik.
Sistem akuntansi keuangan daerah yang efektif ditunjang dengan sistem
pengendalian intern yang baik dapat menghasilkan informasi laporan keuangan
yang berkualitas. Apabila sistem akuntansi keuangan daerah telah berjalan dengan
sangat efektif dan sistem pengendalian intern yang berjalan dengan sangat baik
Universitas Sumatera Utara
31
sehingga menghasilkan informasi laporan keuangan yang berkualitas, tentunya hal
tersebut akan mendorong meningkatnya kualitas akuntabilitas keuangan
pemerintah daerah.
Universitas Sumatera Utara
32
Tabel 2.1 Review Penelitian Terdahulu
PENELITI
Uswatun
Hasanah (2013)
Qoorie
Nurulqisthie
(2011)
Irsad
Muhammad
(2011)
JUDUL PENELITIAN
Pengaruh Sistem
Pengendalian Intern dan
Kompetensi Aparat
Terhadap Akuntabilitas
Keuangan Penanggulangan
Bencana (Studi Kasus pada
Penanggulangan Bencana
Sumatera Barat)
VARIABEL
Variabel Independen:
Sistem Pengendalian Intern
(X1),
Kompetensi Aparat (X2),
Pengaruh Kualitas Laporan
Keuangan Terhadap
Akuntabilitas Keuangan
Instansi Pemerintah
Daerah
Pengaruh
Kompetensi
Aparatur dan Penerapan
Akuntansi Pemerintahan
Terhadap
Akuntabilitas
Keuangan
Variabel Independen:
Kualitas Laporan Keuangan
(X1),
Variabel Dependen (Y):
Akuntabilitas Keuangan
Variabel Independen:
Kompetensi Aparatur (X1),
Penerapan Akuntansi
Pemerintahan (X2),
Variabel Dependen (Y):
Akuntabilitas Keuangan
Variabel Dependen (Y):
Akuntabilitas Keuangan
Anies Iqbal
Mustofa
(2012)
Pengaruh Penyajian dan
Aksesibilitas Laporan
Keuangan Terhadap
Akuntabilitas Pengelolaan
Keuangan Kabupaten
Pemalang
Variabel Independen:
Penyajian Laporan Keuangan
(X1),
Aksesibilitas Laporan
Keuangan (X2),
Variabel Dependen (Y):
Akuntabilitas Pengelolaan
Keuangan
Aristanti
Widyaningsih
(2011)
(SNA XIV, 2011)
Hubungan Efektivitas
Sistem Akuntansi
Keuangan Daerah dan
Pengendalian Intern
Dengan Kualitas
Akuntabilitas Keuangan;
Kualitas Informasi
Laporan Keuangan
Sebagai Variabel
Intervening
Variabel Independen:
Efektivitas Sistem Akuntansi
Keuangan Daerah (X1),
Pengendalian Intern (X2),
Variabel Dependen (Y):
Kualitas Akuntabilitas
Keuangan
Variabel Intervening (Z):
Kualitas Informasi Laporan
Keuangan
HASIL PENELITIAN
Sistem Pengendalian Intern dan
Kompetensi Aparat
memberikan
pengaruh signifikan positif secara
simultan
terhadap
Akuntabilitas
Keuangan.
Sistem
Pengendalian
Intern memberikan pengaruh positif
yang signifikan baik secara langsung
maupun tidak langsung melalui
Kompetensi
Aparat
terhadap
Akuntabilitas
Keuangan,
dan
Kompetensi Aparat
memberikan
pengaruh positif yang signifikan baik
secara langsung maupun tidak
langsung melalui Sistem Pengedalian
Intern
terhadap
Akuntabilitas
Keuangan.
Kualitas
laporan
keuangan
berpengaruh
positif
terhadap
akuntabilitas
keuangan
instansi
pemerintah daerah.
Kompetensi aparatur berpengaruh
terhadap
penerapan
akuntansi
pemerintahan. Kompetensi aparatur
berpengaruh terhadap akuntabilitas
keuangan, demikian pula halnya
dengan
penerapan
akuntansi pemerintahan. Kompetensi
aparatur
dan
penerapan akuntansi pemerintahan
secara bersama-sama berpengaruh
terhadap akuntabilitas keuangan
Penyajian
laporan
keuangan
berpengaruh
positif
terhadap
akuntabilitas pengelolaan keuangan
daerah,
Aksesibilitas
laporan
keuangan
berpengaruh
positif
terhadap akuntabilitas pengelolaan
keuangan daerah dan Penyajian dan
aksesibilitas laporan keuangan secara
bersama-sama berpengaruh positif
terhadap akuntabilitas pengelolaan
keuangan daerah.
Sistem akuntansi keuangan daerah
yang
berjalan
efektif
akan
meningkatkan sistem pengendalian
intern yang lebih baik. Sistem
akuntansi keuangan daerah yang
efektif ditunjang dengan sistem
pengendalian intern yang baik dapat
menghasilkan
informasi
laporan
keuangan yang berkualitas. Apabila
sistem akuntansi keuangan daerah
telah berjalan dengan sangat efektif
dan sistem pengendalian intern yang
berjalan dengan sangat baik sehingga
menghasilkan
informasi
laporan
keuangan yang berkualitas, tentunya
hal
tersebut
akan
mendorong
meningkatnya kualitas akuntabilitas
keuangan pemerintah daerah.
Universitas Sumatera Utara