Implementasi PBL berbasis Media Massa Ba

1

IMPEMENTASI PROBLEM BASED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN
SOSIOLOGI DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA MASSA UNTUK
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA
KELAS X SMA AVICENNA CINERE
Oleh : Muqorobin*
Abstrak : Dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran sosiologi dibutuhkan
strategi pembelajaran kreatif. Salah satu upaya adalah menerapkan pembelajaran
berbasis masalah yang dapat merangsang sikap kritis dan kreatifitas siswa dalam
memecahkan permasalahan dunia nyata yang pada akhirnya dapat meningkatkan
prestasi belajar. Pelaksanaan pembelajaran berbasis masalah cenderung berpusat
pada siswa dan tidak text book oriented. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui
proses pembelajaran sosiologi dengan menggunakan model pembelajaran berbasis
masalah yang dapat meningkatkan prestasi siswa. Kesimpulannya menunjukkan
bahwa terjadi peningkatan hasil belajar dan daya nalar siswa melalui penerapan
model pembelajaran berbasis masalah.
Kata kunci: Pembelajaran Berbasis Masalah, Pembelajaran Sosiologi dan Prestasi
Belajar.
*)Muqorobin adalah guru mata pelajaran sosiologi di SMA Avicenna Cinere.
PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah
Sosiologi merupakan bagian dari mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial.
Pembelajaran sosiologi adalah sebagai suatu proses yang dimaksudkan untuk
memberikan kompetensi kepada siswa dalam memahami konsep-konsep dasar sosial
yang terdapat dimasyarakat. Selain itu, secara praktis dan aplikatif pelajaran sosiologi
juga dimaksudkan untuk mengembangkan dan meningkatkan sikap kepekaan sosial
siswa terhadap lingkungan sosial yang majemuk dan dinamis.
Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa dalam proses pembelajaran ilmu
sosial termasuk sosiologi siswa terlihat kurang antusias, daya kreativitasnya rendah,
dan siswa bersikap acuh tak acuh. Rendahnya prestasi siswa disebabkan oleh faktor
siswa yaitu mengalami masalah secara komprehensif dalam pembelajaran sosiologi.
Selain itu, pembelajaran sosiologi siswa belum menunjukkan bermaknaan, sehingga
tingkat pengertian dan pemahaman siswa tentang konsep sosial sangat lemah. Hal
lain yang menjadi faktor adalah ketika guru dalam pembelajaran di kelas tidak
mengaitkan dengan skema dan struktur tingkat pemahaman yang telah dimiliki oleh

2

siswa dan siswa kurang diberikan kesempatan untuk menemukan kembali dan
mengkonstruksi sendiri ide-ide sosiologi sebagai ilmu yang abstrak menjadi ilmu

yang kongkrit.
Kegiatan pembelajaran yang berlangsung di SMA Avicenna Cinere, masih
sering terjadi dan sebagian besar melalui interaksi belajar mengajar satu arah.
Berdasarkan hasil observasi, metode dan pendekatan pembelajaran yang selama ini
digunakan guru adalah metode ceramah, yang minim melibatkan siswa sebagai
subyek dalam pembelajaran di kelas. Dalam konteks ini fungsi dan peranan guru
menjadi dominan dan terpusat, sedangkan dilain pihak siswa hanya berperan sebagai
pendengar dan seperti benda kosong yang dijejali informasi oleh guru.
Dengan demikian, tidak heran kalau kemudian proses pembelajaran yang
berjalan terkesan monoton, sempit, terkungkung oleh area informasi yang terbatas,
statis, kaku, dan tertinggal. Informasi yang ada dalam pembelajaran menjadi sekedar
bahan hafalan dan bersifat harus serta hampa yang sulit untuk dimengerti oleh siswa.
Disitulah materi pembelajaran seolah menjadi sesuatu yang parsial dengan kehidupan
nyata yang ada disekeliling siswa.
Berdasarkan pendapat di atas, pembelajaran sosiologi di kelas ditekankan
pada keterkaitan antara konsep-konsep sosiologi dengan pengalaman kehidupan anak
sehari-hari. Selain itu, perlu menerapkan kembali konsep sosiologi yang telah
dimiliki anak pada kehidupan sehari-hari atau pada bidang lain sangat penting
dilakukan. Salah satu pendekatan pembelajaran sosiologi yang berorientasi pada
kontekstualisasi


dan

penerapan

pengalaman

kehidupan

sehari-hari

adalah

pembelajaran berbasis masalah (problem based learning).
Pembelajaran berbasis masalah bermaksud untuk memberikan ruang gerak
berpikir yang bebas kepada siswa untuk mencari konsep dan penyelesaian masalah
yang terkait dengan materi yang diajarkan guru di sekolah. Karena pada dasarnya
sosiologi bertujuan agar siswa memahami konsep sosial yang abstrak dan
keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari, memiliki keterampilan tentang
lingkungan sosial sekitar untuk mengembangkan pengetahuan tentang dinamika

sosial, mampu menerapkan berbagai konsep sosiologi untuk menjelaskan dan
memecahkan gejala sosial yang ada. Menurut William dan Shelagh dalam Yasa

3

pembelajaran berbasis masalah bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar dan
motivasi siswa, karena pendekatan ini siswa belajar menggunakan sebuah proses
interpretatif untuk menilai, mengidentifikasi apa yang mereka ingin ketahui,
mengumpulkan informasi-informasi dan secara kolaborasi mengevaluasi hipotesisnya
berdasarkan data yang mereka telah kumpulkan (Putu Yasa : 2002).
Dengan menggunakan pendekatan pembelajaran berbasis masalah, siswa
tidak hanya sekadar menerima informasi dari guru saja, karena dalam hal ini guru
sebagai motivator dan fasilitator yang mengarahkan siswa agar dapat terlibat secara
aktif dalam seluruh proses pembelajaran dengan diawali pada masalah yang berkaitan
dengan konsep yang dibelajarkan.
Rumusan Masalah
1.

Apakah dengan penerapan model Problem Based Learning (PBL) pada pelajaran
sosiologi dengan menggunakan media massa dapat meningkatkan prestasi

belajar siswa?

2.

Bagaimana implementasi pembelajaran berbasis masalah dengan menggunakan
media massa pada pembelajaran sosiologi?

Tujuan dan Manfaat
Tujuan yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui proses pembelajaran
sosiologi dengan menggunakan model Problem Based Learning (PBL) dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa dan dampaknya dalam peningkatan kualitas
pembelajaran. Manfaat dari penelitian ini adalah secara teoritis dapat dijadikan
sebagai kajian dalam menelaah pengetahuan mengenai model pembelajaran berbasis
masalah dan memberikan landasan dalam memecahkan masalah belajar bagi siswa.
Sedangkan manfaat praktisnya adalah 1) bagi guru, mengembangkan kualitas guru
dalam kegiatan pembelajaran; 2) bagi siswa, memberikan ruang kepada siswa untuk
melakukan perubahan sekaligus menilai kebiasaan mereka belajar di sekolah; 3) bagi
sekolah, hasil penelitian ini akan memberikan konstribusi positif pada sekolah dalam
rangka meningkatkan proses dan prestasi belajar pada khususnya dan sekolah pada
umumnya.


4

Kajian Pustaka
Pembelajaran Sosiologi
Belajar adalah suatu proses untuk pengenalan dan pengakuan mengenai suatu
fenomena sesuai dengan struktur alamiah yang ditanamkan secara utuh ke dalam diri
peserta didik. Secara psikologis, belajar dapat diartikan sebagai suatu usaha yang
dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara
sadar dari hasil interaksinya dengan lingkungan (Slameto: 2003).
Terkait dengan pendapat itu, Abin Syamsuddin Makmun mengatakan bahwa
di kalangan ahli psikologi terdapat keragaman dalam mendifinisikan makna belajar.
Namun, secara eksplisit dan implisit dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu
proses perubahan prilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktik atau pengalaman
tertentu (Abin S.M : 2003). Pendapat lain, menurut Robert. M. Gagne dalam buku
The Condition of Learning seperti dikutip Adrian dikatakan : Learning is a change in
human disposition or capacity, wich persist over a period time, and wich is not
simply ascribable to process of growth. Belajar adalah perubahan yang terjadi dalam
kemampuan manusia setelah belajar secara terus menerus, bukan hanya disebabkan
oleh pertumbuhan saja (Adrian : 2006).

Berdasarkan dari pendapat tersebut pengertian belajar adalah sebagai upaya
sadar untuk mendapatkan perubahan. Sedangkan pembelajaran sosiologi adalah suatu
proses pendidikan yang dimaksudkan untuk memberikan kompetensi kepada peserta
didik dalam memahami konsep-konsep sosiologi seperti sosialisasi, kelompok sosial,
struktur sosial, lembaga sosial, perubahan sosial, dan konflik sampai pada terciptanya
integrasi sosial (BSNP : 2006). Selain itu, secara praktis dan aplikatif pelajaran
sosiologi dimaksudkan untuk mengembangkan sikap kepekaan sosial siswa terhadap
lingkungan sosial yang majemuk sebagai fenomena kehidupan.
Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)
Pembelajaran berbasis masalah adalah suatu pendekatan pembelajaran yang
menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar
tentang cara berfikir kritis dan ketrampilan pemecahan masalah, serta untuk
memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran.

5

Pembelajaran berbasis masalah digunakan untuk merangsang berfikir tingkat tinggi
dalam situasi berorientasi masalah (Nurhadi : 2004).
Menurut Sudarman mendefinisikan pembelajaran berbasis masalah sebagai
suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai

suatu konteks bagi peserta didik untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan
keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep
yang esensial dari materi kuliah atau materi pelajaran (Sudarman : 2005).
Sedangkan menurut Ibrahim dikatakan pembelajaran berbasis masalah adalah
pembelajaran yang ciri utamanya pengajuan pertanyaan atau masalah, memusatkan
pada keterkaitan antar disiplin, penyelidikan autentik, kerjasama dan menghasilkan
karya atau hasil peraga (Ibrahim, dkk : 2000). Sedangkan Ismail menyatakan bahwa
model pembelajaran menyajikan masalah autentik dan bermakna sehingga siswa
dapat melakukan penyelidikan dan menemukan sendiri (Ismail : 2004).
Dari pendapat di atas, dapat diketahui bahwa pembelajaran berbasis masalah
memiliki model pembelajaran yang bercirikan penggunaan masalah kehidupan nyata
sebagai sesuatu yang harus dipelajari siswa untuk melatih dan meningkatkan
kemampuan berfikir kritis dan menyelesaikan masalah, serta mendapat pengetahuan
konsep-konsep penting.
Prestasi Belajar Sosiologi
Prestasi belajar adalah suatu istilah yang digunakan untuk menunjuk sesuatu
yang dicapai seseorang setelah melakukan suatu usaha. Bila dikaitkan dengan belajar
berarti prestasi menunjuk sesuatu yang dicapai oleh seseorang yang belajar dalam
waktu tertentu. Prestasi belajar dapat dilihat dari terjadinya perubahan tingkah laku
pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan

sikap dan ketrampilan.
Menurut Howard Kingsley seperti dikutip Nana Sudjana yang membagi tiga
macam prestasi belajar, yakni : (1) keterampilan dan kebiasaan, (2) pengetahuan dan
pengajaran, (3) sikap dan cita-cita yang masing-masing golongan dapat diisi dengan
bahan yang ditetapkan dalam kurikulum (Nana Sudjana : 1989). Soedijarto
menyatakan bahwa hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai oleh pelajar
dalam mengikuti program belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang

6

ditetapkan (Soedijarto : 1993). Sedangkan Joyce dan Showers, menyatakan bahwa
prestasi dalam pengajaran pada hakikatnya adalah membantu siswa memperoleh
informasi, ide, keterampilan, nilai, cara berpikir, sarana mengekspresikan dirinya, dan
cara-cara relajar bagaimana belajar (Pedoman Jartas SMA).
Berpijak pada pendapat diatas, dapatlah diketahui bahwa prestasi belajar pada
umunya diartikan sebagai hasil akhir atau hasil jangka panjang dari proses kegiatan
belajar-mengajar, hasil itu berbentuk kemampuan dan perubahan tingkah laku baik
yang bersifat positif maupun negatif dalam bidang sosiologi.
Metodologi Penelitian
Tempat dan waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Avicenna Cinere, yang beralamatkan di Jl.
Flamboyan Blok.F Cinere Depok Jawa Barat. Waktu dari Bulan Januari – Maret
2014.
Subyek Penelitian
1.

Siswa, dalam hal ini siswa kelas X yang berjumlah 22 siswa terdiri dari siswa 12
laki-laki dan 10 siswa perempuan. Pengambilan subjek penelitian didasarkan dari
hasil observasi awal di mana proses belajar siswa belum optimal, ditandai
dengan banyak siswa yang pasif dalam proses pembelajaran dan hasil kurang

2.

memuaskan pada semester I.
Guru yang dalam hal ini adalah peneliti yang melakukan pembelajaran sosiologi
di SMA Avicenna Cinere, yang diteliti adalah cara guru dalam melakukan
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah

3.


melalui media massa.
Pengamat dalam hal ini adalah guru mata pelajaran serumpun dan lainnya yang
mengamati berlangsungnya proses pembelajaran.

Rancangan Penelitian
Pendekatan penelitian tindakan kelas ini yang digunakan adalah metode
tindakan secara kolaboratif atau Collaborative Classroom Action Research (CCAR),
dengan guru patner di kelas X SMA Avicenna Cinere yang berperan sebagai
kolaborator. Dalam proses penelitian direncanakan terdiri dari dua siklus. Siklus
pertama terdiri dari dua kali tatap muka dan siklus kedua terdiri dari satu tatap muka.

7

Adapaun rancangan penelitian tindakan kelas ini dapat dilihat dalam bagan berikut ini
(Suharsimi Arikunto, dkk : 2008) :
Perencanaan
Siklus 1

Refleksi

Pelaksanaan

Pengamatan
Perencanaan
Refleksi

Siklus 2

Pelaksanaan

Pengamatan
Siklus berikutnya (jika dibutuhkan)
Gambar 1. Ringkasan rancangan penelitian
Prosedur Penelitian
1.
2.

Persiapan meliput; identifikasi masalah, penentuan solusi, penyiapan instrumen
pembelajaran dan penyusunan lembar observasi.
Langkah-langkah penelitian
Setiap siklus dalam penelitian ini mencakup empat langkah, yaitu :
Tabel .1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas
Kegiatan

Perencanaan

Pelaksanaan
Tindakan
Kelas

Siklus I

Siklus II

a. Identifikasi masalah berupa
prestasi belajar KD I sampai
dengan hasil UTS Ganjil dan
proses pembelajaran siswa yang
kurang memuaskan.
b.Menganalisis penyebab masalah
dan menetapkan solusi yang
akan dilakukan
c. Menyiapkan perangkat
pembelajaran
d.Menyusun Lembar Kerja Siswa
berbasis media visual
e. Menyusun lembar observasi
aktivitas siswa dan guru
f. menyusun instrumen evaluasi tes
siklus I
a. Pendahuluan ;
Salam, penyiapan kondisi fisik,
guru menyampaikan tujuan
pembelajaran dan
menginformasikan model

a. Merangkum dan elaborasi hasil
refleksi siklus I
b.Menetapkan solusi kegiatan
pembelajaran
c. Menyiapkan perangkat pembelajaran
d.Menyusun Lembar Kerja Siswa
berbasis media massa
e. Menyusun lembar observasi aktivitas
siswa dan guru
f. menyusun instrumen evaluasi tes
siklus II

a. Pendahuluan ;
Salam, penyiapan kondisi fisik, guru
menyampaikan tujuan pembelajaran,
motivasi dan apersepsi.
b.Kegiatan Inti ;

8

Pengamatan

Refleksi

pembelajaran yang akan
dilakukan dan apersepsi.
b.Kegiatan Inti ;
- Pengembangan materi; melalui
cuplikan film dan artikel.
- Penerapan model PBL melalui
beberapa tahap :
(1) Pembagian kelompok
diskusi melalui undian.
(2) Menyampaikan permasalah
sosial yang terkait dengan
nilai dan norma sosial
melalui media visual.
(3) Mengajukan pertanyaan
untuk memberikan
tanggapan.
(4) Menyusun kesimpulan
bersama melalui dinamika
kelompok
(5) Mempresentasikan hasil
diskusi kelompok
(6) Post Test siklus I
- Menganalisis dan
mengevaluasi hasil diskusi.
c. Penutup ;
Guru membimbing siswa untuk
merangkum materi pelajaran
Pengamatan kegiatan
pembelajaran mencatat :
a. kegiatan yang terkait dengan
pembelajaran
b.pola interaksi
c. memformulasikan gagasan
tertulis
d.menyampaikan argumentasi
e. merangkum materi diakhir
pelajaran
Pengamatan dalam kegiatan
pembelajaran dilakukan secara
kolaboratif dengan guru mitra
terhadap pelaksanaan jalannya
proses belajar mengajar melalui
lembar observasi.
Pada tahap analisis guru
mengadakan evaluasi terhadap
proses pembelajaran, kemudian
direfleksikan sebagai acuan dalam
pelaksanaan siklus II.

Data dan Cara Pengambilan Data

- Pengembangan materi; melaui
artikel berbasis wacana
argumetatif.
- Penerapan model PBL melalui
beberapa tahap :
(1) Penunjukan ketua kelompok dan
juru bicara.
(2) Menyampaikan permasalah
sosial yang terkait dengan
perilaku sosial yang
bertentangan dengan nilai
melalui media massa.
(3) Membuka kerja kelompok
melalui diskursif wacana
argumenatif.
(4) Menyusun kesimpulan bersama
hasil diskusi.
(5) Mempresentasikan hasil diskusi
kelompok
(6) Post Test siklus II
- Evaluasi hasil diskusi.
c. Penutup ;
Merumuskan hasil diskusi dan
merangkum materi pembelajaran

Pengamatan kegiatan pembelajaran
mencatat :
a. kegiatan yang terkait dengan
pembelajaran
b.pola interaksi
c. memformulasikan gagasan tertulis
d.menyampaikan argumentasi
e. merangkum materi diakhir pelajaran
Pengamatan dalam kegiatan
pembelajaran dilakukan secara
kolaboratif dengan guru mitra terhadap
pelaksanaan jalannya proses belajar
mengajar melalui lembar observasi.

Pada tahap analisis guru mengadakan
evaluasi terhadap proses pembelajaran,
kemudian direfleksikan sebagai acuan
dalam pelaksanaan siklus berikutnya.

9

1.
2.

Sumber Data meliputi; Sumber data adalah siswa dan guru.
Jenis Data meliputi; aktivitas siswa dalam pembelajaran, kinerja guru dalam
menerapkan pola pembelajaran dan hasil belajar siswa.

Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas
(action research) ini adalah metode dokumentasi, observasi dan tes hasil belajar.
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis-deskriptif
dengan membandingkan hasil belajar sebelum tindakan dengan hasil belajar setelah
tindakan. Data dihitung dengan menggunakan bantuan software komputer excel.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1.
a.

Siklus I Pertemuan ke-1
Perencanaan
Pada tahap perencanaan guru menyusun rencana pembelajaran siklus I

pertemuan ke-1 dengan materi nilai-nilai sosial dengan menggunakan metode
ceramah, pemutaran film, diskusi, dan tanya jawab, lembar kerja siswa dan lembar
pengamatan kegiatan siswa dan guru yang akan menunjang pelaksanaan
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah. Lembar
pengamatan digunakan untuk menilai aktivitas pembelajaran yang dilakukan siswa.
Selain itu guru (obsever) juga menyiapkan lembar pengamatan aktivitas guru
(peneliti) dalam melaksanakan pembelajaran.
b.

Pelaksanaan
Pertemuan pertama, pada pertemuan ke-1 tahap pelaksanaan ini guru terlebih

dahulu menyiapkan kondisi fisik siswa dengan mengabsen siswa, menyiapkan buku
dan meteri pelajaran, pemberian motivasi dengan mengangkat seorang tokoh bidang
fisika

bernama

Stephen

Hawkins

dan

dilanjutkan

membentuk

kelompok.

Pembentukan kelompok yaitu dengan membagi siswa dalam satu kelas menjadi 4
kelompok melalui sistem undian. Pada saat pembagian kelompok kondisi tetap
kondusif dan terkontrol. Guru kemudian menyampaikan tujuan pembelajaran serta
menginformasikan model pembelajaran yang akan dilakukan. Kemudian guru

10

melakukan apersepsi, yaitu dengan menyajikan masalah yang berkaitan dengan
pentingnya nilai dalam pembangunan bangsa dan meminta siswa memberikan
pendapat terhadap masalah tersebut.
Pembelajaran dilanjutkan dengan menyampaikan materi nilai sosial yang
meliputi pengertian, jenis-jenis nilai, bentuk nilai, ciri-ciri dan fungsi nilai. Kemudian
guru memberikan contoh permasalahan yaitu model penanaman nilai melalui
cuplikan film To win attention dan Kenakalan Remaja Metropolitan. Setelah itu
dilanjutkan

dengan

pembelajaran

berbasis

masalah

yang

dimulai

dari

mengorientasikan siswa pada pokok masalah. Dalam hal ini guru menyajikan
worksheet dan tiap kelompok mengerjakan permasalahan yang sama tersebut.
Setelah itu guru meminta siswa untuk belajar berkelompok dan dilanjutkan
pembagian tugas anggotanya serta meminta siswa menyajikan hasil diskusinya diatas
worksheet yang telah disediakan. Guru memberi batasan waktu dengan dua kali
putaran musik Kitaro. Selama proses diskusi berlangsung guru membantu siswa
dalam pembelajaran. Dalam hal ini guru meminta dan mengarahkan siswa untuk
menyelesaikan masalah, mendorong siswa untuk berdiskusi antar teman dalam satu
kelompok.
Setelah

diskusi

kelompok

selesai

dilaksanakan,

dilanjutkan

dengan

mengembangkan dan mempresentasikan hasil pemecahan masalah. Dalam hal ini
guru memilih secara acak kelompok yang ditugasi untuk mempresentasikan hasil
diskusinya, guru juga memberi kesempatan pada kelompok lain untuk menanggapi
hasil diskusi kelompok lainnya. Dalam pelaksanaan presentasi hasil diskusi sebagian
besar siswa ikut terlibat aktif dalam memberikan umpan balik dari penyaji. Setelah
siswa selesai menyajikan hasil diskusinya kegiatan pembelajaran dilanjutkan dengan
menganalisis dan memberi penguatan dalam proses pemecahan masalah serta
merangkum materi pembelajaran.

c. Pengamatan
1) Lembar Observasi Siswa
Tabel. 1 Skor aktifitas siswa dalam pembelajaran

11

No
1
2
3
4

Jawaban
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang

F
13
3
4
2
22

%
59.09
13.64
18.18
9.09
100

2) Lembar Observasi Guru
Pada siklus I pertemuan ke-1 guru dalam mengangkat topik masalah sudah
cukup baik, karena guru menyajikan masalah secara kontekstual yang kehidupan
nyata, yaitu pola pendidikan orang tua dan pengaruhnya pada perilaku remaja. Selain
itu dalam memotivasi dan membimbing siswa untuk memecahkan masalah juga
sudah baik, karena guru selalu bergerak mengontrol kegiatan diskusi kelompok,
meskipun demikian masih terdapat beberapa siswa yang ngobrol sendiri dan
memainkan handphone saat diskusi berlangsung.
Dalam mengelola pembelajaran masuk dalam kategori cukup baik karena guru
dapat membimbing siswa mengorganisasi tugas-tugas dan berbagi tugas dalam
kelompok. Dalam membantu siswa untuk belajar sudah baik, guru meminta siswa
untuk mengerjakan worksheet. Namun demikian guru belum mampu mengefektifkan
kegiatan pembelajaran siswa secara keseluruhan, akibatnya ada beberapa siswa yang
kurang terlayani dengan baik.
Dalam mengembangkan presentasi hasil karya masuk dalam kategori baik dan
atraktif. Guru meminta siswa untuk mempresentasikan hasil karya dengan menunjuk
dua perwakilan dari salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil karyanya di
depan kelas kemudian dilakukan tanya jawab. Guru juga membantu dan
mengarahkan siswa yang mengalami hambatan dalam penyajian hasil karya, dengan
cara memperjelas akar permasalahan yang menjadi perdebatan. Selain itu, guru juga
memberi kesempatan siswa lain untuk menanggapi hasil diskusi.
Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah yaitu mulai dari
merumuskan

masalah,

menganalisis

masalah,

menyelesaikan,

kemudian

menyimpulkannya dalam kategori baik. Begitu juga dengan kegiatan review materi
pembelajaran guru melakukan tanya jawab secara lisan dan sebagai besar siswa
mampu menjawab dengan baik. Secara keseluruhan aktivitas guru dalam siklus I

12

pertemuan ke-I masuk dalam kategori baik. Namun, pemanfaatan waktu
pembelajaran belum berjalan secara efektif, terlihat ketika pembelajaran selesai siswa
masih melakukan kegiatan pembelajaran. Berikut gambaran tabelnya:
Tabel. 2 Skor kinerja guru dalam pembelajaran

1
Memotivasi siswa
2
Memunculkan topik masalah
3
Mengelola dan mengorganisir pembelajaran
04
Mengembangkan materi pembelajaran
5
Merangkum materi pembelajaran
6
Mengevaluasi dan menganalisis permasalahan
Keterangan :