Analisis Yuridis Kesalahan Materil Akta Notaris dan Akibat Hukumnya (Studi Putusan Pengadilan Negeri Medan No.635 Pdt.G 2013 PN.Mdn)

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Prinsip negara hukum adalah menjamin kepastian, ketertiban dan
perlindungan hukum yang berintikan kebenaran dan keadilan. Agar
kepentingan manusia terlindungi, hukum harus dilaksanakan. Namun dalam
pelaksanaannya, hukum dapat berjalan secara normal, tertib dan efektif, tetapi
dapat juga terjadi pelanggaran hukum. 1
Dalam hal terjadi pelanggaran hukum, maka harus dilakukan upaya
penegakan oleh aparatur yang berwenang, dan melalui penegakan hukum
inilah hukum ini menjadi kenyataan.Dalam kaitannya dengan pembuktian
kepastian hak dan kewajiban hukum seseorang dalam kehidupan masyarakat,
salah satunya dilakukan dengan peranan notaris.
Lembaga kemasyarakatan yang dikenal sebagai notariat timbul dari
kebutuhan dalam pergaulan sesama manusia, yang menghendaki adanya alat
bukti baginya mengenai hubungan hukum keperdataan yang ada dan atau
terjadi di antara mereka. Suatu lembaga dengan para pengabdinya yang
ditugaskan oleh kekuasaan umum untuk di mana dan apabila Undang-Undang
mengharuskan sedemikian atau dikehendaki oleh masyarakat, membuat alat
bukti tertulis yang mempunyai kekuatan otentik. 2


1

Sjaifurrachman dan Habib Adjie, Aspek Pertanggungjawaban Notaris dalam
Pembuatan Akta, (Bandung: Penerbit CV. Mandar Maju, 2011), hal.5
2
G.H.S. Lumban Tobing, Peraturan Jabatan Notaris, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 1992),
hal.2

Universitas Sumatera Utara

Pasal 1 Undang-Undang No. 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang

No.

30

Tahun

2004


tentang

Jabatan

Notaris

menyebutkan:Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat
akta autentik dan memiliki kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang ini atau berdasarkan Undang-Undang lainnya.
Pasal 1868 KUHPerdata menyatakan bahwa suatu akta otentik ialah
suatu akta yang dibuat dalam bentuk yang ditentukan Undang-Undang oleh
atau dihadapan pejabat umum yang berwenang untuk itu di tempat akta itu
dibuat.
Dari ketentuan yang dinyatakan dalam Pasal 1 UUJN dan Pasal 1868
KUHPerdata dapat disimpulkan bahwa notaris adalah pejabat umum yang
diberi kewenangan oleh negara untuk membuat suatu akta otentik, kecuali
yang dikecualikan kepada pejabat atau orang lain.
Pentingnya peranan notaris dalam membantu menciptakan kepastian
dan perlindungan hukum bagi masyarakat, lebih bersifat preventif, atau

bersifat pencegahan terjadinya masalah hukum, dengan cara penerbitan akta
otentik yang dibuat dihadapannya terkait dengan status hukum, hak dan
kewajiban seseorang dalam hukum, dan lain sebagainya yang berfungsi
sebagai alat bukti yang paling sempurna di pengadilan dalam hal terjadi
sengketa hak dan kewajiban yang terkait.
Sebagai alat bukti tertulis, apa yang dinyatakan dalam akta notaris
harus diterima, kecuali pihak yang berkepentingan dapat membuktikan hal
yang sebaliknya secara memuaskan dihadapan persidangan pengadilan.

Universitas Sumatera Utara

Oleh karena notaris diberi kewenangan membuat akta otentik, maka
notaris yang bersangkutan berkewajiban untuk memenuhi segala persyaratan
yang telah ditentukan, khususnya dalam pembuatannya agar akta yang dibuat
itu memenuhi syarat. Sebagai pejabat umum yang diberi kewenangan untuk
membuat akta otentik, notaris harus bertanggung jawab apabila terjadi
penyimpangan dan atau pelanggaran persyaratan pembuatan akta yang
dilakukannya, yang akan membawa akibat terhadap tidak sahnya akta yang
dibuat notaris tersebut.
Pembuatan akta otentik tertentu ada yang diharuskan oleh peraturan

perundang-undangan dalam rangka menciptakan kepastian, ketertiban dan
perlindungan hukum. Pembuatan akta demikian tidak saja karena diharuskan
oleh peraturan perundang-undangan, tetapi juga karena dikehendaki oleh
pihak yang berkepentingan, dengan demikian para pihak dapat menentukan
dengan bebas untuk menyetujui atau tidak menyetujui isi akta notaris yang
akan ditandatanganinya.Notaris tidak menjamin bahwa apa yang dinyatakan
oleh penghadap tersebut adalah benar atau suatu kebenaran, ini dikarenakan
notaris tidak sebagai investigator dari data dan informasi yang telah diberikan
oleh para pihak. 3
Seorang notaris dalam membuat aktanya juga tidak boleh memihak
pada salah satu penghadap yang datang kepadanya. Untuk membuat akta
sehingga akta ini tidak menjadi berat sebelah yang hanya menguntungkan

3

Sjaifurrachman dan Habib Adjie, Op.Cit, hal. 17

Universitas Sumatera Utara

salah satu pihak saja seperti yang dinyatakan dalam Pasal 17 Undang-Undang

Jabatan Notaris.
Secara prinsip, notaris bersifat pasif melayani para pihak yang
menghadap kepadanya. Notaris hanya bertugas mencatat atau menuliskan
dalam akta apa-apa saja yang diterangkan para pihak, tidak berhak mengubah,
mengurangi atau menambah apa yang diterangkan para penghadap. Sifat pasif
ditinjau dari segi rasio tidak mutlak tetapi dilenturkan secara relatif dengan
acuan penerapan bahwa pada prinsipnya notaris tidak berwenang menyelidiki
kebenaran keterangan yang dikemukakan para pihak. Perihal keterangan yang
disampaikan para pihak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan,
ketertiban umum dan kesusilaan, maka notaris menolak membuat akta yang
diminta. 4
Dalam kontruksi hukum kenotariatan, bahwa salah satu tugas jabatan
notaris

yaitu

“memformulasikan

keinginan/tindakan


penghadap/para

penghadap kedalam bentuk akta otentik, dengan memperhatikan aturan hukum
yang berlaku”, hal ini sebagaimana tersebut dalam Yurisprudensi Mahkamah
Agung Republik Indonesia Nomor: 702 K/Sip/1973, 5 September 1973, yaitu
“Notaris fungsinya hanya mencatatkan/menuliskan apa-apa yang dikehendaki
dan dikemukakan oleh para pihak yang menghadap notaris tersebut. Tidak ada
kewajiban bagi notaris untuk menyelidiki secara materil apa-apa (hal-hal)
yang dikemukakan oleh penghadap di hadapan notaris tersebut.”

4

R. Subekti, Hukum Pembuktian, (Jakarta: Pradnya Paramita, 1987), hal.27

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan substansi atau makna Putusan Mahkamah Agung tersebut,
jika akta yang dibuat di hadapan atau oleh notaris bermasalah oleh para pihak
sendiri, maka hal tersebut menjadi urusan para pihak sendiri, notaris tidak
perlu dilibatkan dan notaris bukan pihak dalam akta.

Berdasarkan Pasal 16 ayat (1) huruf I UUJN, notaris wajib
membacakan akta dihadapan penghadap dengan dihadiri oleh paling sedikit
dua orang saksi dan ditandatangani pada saat itu juga oleh penghadap, saksisaksi dan notaris. Tujuan pembacaan akta ini adalah agar para pihak saling
mengetahui ini dari akta tersebut sebab isi dari akta itu merupakan kehendak
para pihak. Pembacaan akta ini juga dilakukan agar pihak yang satu tidak
merasa dirugikan apabila terdapat keterangan atau redaksi akta yang
memberatkan atau merugikan terhadap pihak lain.
Dalam prakteknya sering terjadi notaris dilibatkan jika terjadi perkara
antara para pihak, padahal sengketa yang terjadi bukanlah antara para pihak
dengan notaris mengingat notaris bukan pihak dalam akta yang dibuatnya,
namun notaris sering harus keluar masuk gedung pengadilan untuk
mempertanggungjawabkan aktanya.
Apabila akta yang dibuat ternyata dibelakang hari mengandung
sengketa maka hal ini perlu dipertanyakan, apakah akta ini merupakan
kesalahan notaris atau kesalahan para pihak yang tidak memberikan dokumen
yang sebenarnya dan para pihak memberikan keterangan yang tidak benar
ataukah adanya kesepakatan yang dibuat antara notaris dengan salah satu
pihak yang menghadap.

Universitas Sumatera Utara


Kesalahan yang dilakukan oleh salah satu pihak/penghadap yang
melakukan perbuatan melawan hukum dengan memberikan dokumen atau
keterangan yang tidak benar dalam pembuatan akta yang membuat salah satu
pihak merasa dirugikan termasuk unsur kesalahan materil. Inti dari suatu
perbuatan melawan hukum, yaitu tidak ada hubungan kontraktual antara satu
pihak dengan pihak lainnya. 5
Mengenai bentuk-bentuk penyebab kesalahan materil yang bukan
kesalahan Notaris yang awalnya benar berkata menjadi tidak benar
berkataseperti adanya identitas asli tapi palsu, seperti Kartu Tanda Penduduk,
Kartu Keluarga, Paspor, Surat Keterangan Waris, Sertifikat, Perjanjian, Jual
Beli, Surat Keputusan, Buku Pemilikan Kendaraan Bermotor, Surat Nikah,
Akta Kelahiran dan lain sebagainya. Dokumen-dokumen tersebut pada
umumnya selalu berhubungan dengan jabatan notaris dan dokumen-dokumen
menjadi acuan notaris dalam melaksanakan pelayanannya sebagai pejabat
umum yang ditugasi mewakili negara membuat akta otentik. 6
Hal ini sangat merugikan banyak pihak termasuk profesi jabatan
notaris. Semakin mudah dokumen dipalsukan berarti semakin besar
kemungkinan notaris terseret kasus hukum, karena notaris hanya mendasarkan
pembuatan akta pada kebenaran dokumen saja atau kebenaran formal yaitu

pembuatan akta notaris hanya mengkonstatir apa yang dilihat, didengar atau
apa yang dialami sendiri atau sesuai dengan apa yang diberitahukan atau
disampaikan oleh para pihak kepada notaris, baik berupa keterangan5

Habib Adjie, Hukum Notaris Indonesia Tafsir Tematik Terhadap UU No. 30 Tahun
2004 Tentang Jabatan Notaris, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2007), hal. 17
6
Sjaifurrachman dan Habib Adjie, Op.Cit, hal.26

Universitas Sumatera Utara

keterangan maupun dokumen-dokumen hukum lainnya sebagai dasar
pembuatan akta.
Kebenaran yang berada pada para pihak dan produk hukum yang
dibawa menghadap kepada notaris disebut kebenaran materil yaitu mencari
dan menemukan fakta hukum bahwa apa yang diberitahukan atau disampaikan
oleh para pihak kepada notaris baik berupa keterangan-keterangan maupun
dokumen hukum adalah benar-benar dan sesuai dengan fakta hukum yang ada,
hal ini diluar kewenangan dari notaris melainkan kewajiban dari para pihak
untuk menyampaikan keterangan dan dokumen yang sebenarnya. 7

Apabila keterangan yang disampaikan kepada notaris palsu atau
dokumen yang diberikan kepada notaris palsu, maka akta dan pengikatan yang
dibuat dihadapan notaris tidak berarti palsu. Apa yang disampaikan kepada
notaris itu mengandung kebenaran, sedangkan fakta kebohongan yang
disampaikan oleh penghadap bukan kewenangan dan bukan tanggung jawab
notaris, notaris tidak bertanggung jawab atas kelalaian dan kesalahan materil
isi akta yang dibuat di hadapannya, melainkan notaris hanya bertanggung
jawab oleh Undang-Undang, karena akta notaris tidak menjamin bahwa pihakpihak benar berkata seperti yang termuat di dalam akta perjanjian mereka.
Sehingga apabila terjadi masalah dalam aspek materialnya seharusnya
dilakukan penyidikan terlebih dahulu terhadap para penghadap atau para pihak
yang secara sengaja memberikan dokumen palsu kepada notaris, dan bukan
sebaliknya notaris yang dipersalahkan.

7

Ibid

Universitas Sumatera Utara

Dalam pembuatan akta notaris, harus diperhatikan ketentuan akta

otentik

yang

disyaratkan

oleh

Undang-Undang,

yaitu

hendaknya

memperhatikan 3 (tiga) aspek, yaitu: 8
a. Aspek Lahiriah (uitwendige bewijskracht)
Yaitu kemampuan lahiriah akta notaris, yang merupakan kemampuan
akta itu sendiri untuk membuktikan keabsahannya sebagai akta otentik (acta
publica bprobant seseipsa). Suatu akta apabila dilihat dari luar (lahirnya),
maka bentuk akta tersebut sebagai akta otentik serta sesuai dengan aturan
hukum yang sudah ditentukan mengenai syarat akta otentik, maka akta
tersebut berlaku sebagai akta otentik, sampai terbukti sebaliknya, artinya
sampai ada yang membuktikan bahwa akta tersebut bukan akta otentik secara
lahiriah. Kemampuan lahiriah akta notaris ditentukan dalam pasal 38, 42, dan
43 UUJN.
b. Aspek Formal (formele bewijskracht)
Bahwa akta notaris harus memberikan kepastian bahwa sesuatu
kejadian dan fakta tersebut dalam akta betul-betul dilakukan oleh notaris atau
diterangkan oleh pihak-pihak yang menghadap pada saat yang tercantum
dalam akta sesuai dengan prosedur yang sudah ditentukan dalam pembuatan
akta notaris.
Secara formal untuk membuktikan kebenaran dan kepastian tentang
hari, tanggal, bulan, tahun, pukul (waktu) menghadap, dan para pihak yang
menghadap, paraf dan tanda tangan para pihak yang menghadap, saksi dan
8

Habib Adjie, Hukum Notaris Indonesia, Cetakan ketiga, (Surabaya: Refika Aditama,
2010), hal. 18

Universitas Sumatera Utara

notaris, serta membuktikan apa yang dilihat, disaksikan, didengar oleh notaris,
dan mencatatkan keterangan atau pernyataan para pihak yang menghadap,
sebagaimana kewenangan notaris berdasarkan pasal 15 ayat (1) UUJN.
c. Aspek Materil (materiele bewijskracht)
Bahwa suatu akta otentik harus memberikan kepastian tentang materi
suatu akta, apa yang tersebut dalam akta merupakan pembuktian yang sah
terhadap pihak-pihak yang membuat akta atau mereka yang mendapat hak dan
berlaku untuk umum, kecuali ada pembuktian sebaliknya (legenbewijs).
Keterangan atau pernyataan yang dituangkan atau dimuat dalam akta
atau keterangan para pihak yang diberikan atau disampaikan di hadapan
notaris dari para pihak harus dinilai benar terhadap apa yang dikatakan yang
kemudian dituangkan atau dimuat dalam akta berlaku sebagai yang benar atau
setiap orang yang datang menghadap notaris yang kemudian keterangannya
dituangkan atau dimuat dalam akta harus dinilai telah benar berkata. Jika
ternyata pernyataan atau keterangan para penghadap tersebut tidak benar,
maka hal tersebut merupakan tanggung jawab para pihak sendiri. Dalam hal
ini notaris terlepas dari tanggung jawab materil akta. 9
Jika akan membuktikan aspek materil dari akta, maka yang
bersangkutan harus dapat membuktikan, bahwa notaris tidak menerangkan
atau menyatakan yang sebenarnya dalam akta, atau para pihak yang telah
benar berkata di hadapan notaris menjadi tidak benar bekata, dan harus

9

http://habibadjie.dosen.narotama.ac.id/files/2013/07/MENILAI-PEMBUKTIAN-AKTANOTARIS.pdf diakses pada tanggal 9 Maret 2016, pukul 21.00 WIB

Universitas Sumatera Utara

dilakukan pembuktian terbalik untuk menyangkal aspek materil dari akta
notaris. 10
Dari penjelasan aspek materil diatas, dapat ditarik kesimpulan bila
nanti ditemukannya ada unsur kesalahan materil yaitu kesalahan atau
pelanggaran yang terjadi karena pihak penghadap yang melakukan perbuatan
melawan hukum yang awalnya benar berkata menjadi tidak benar berkata
maka sepanjang notaris melaksanakan kewenangannya sesuai peraturan,
notaris yang bersangkutan tidak dapat diminta pertanggungjawabannya.
Karena notaris hanya mencatat apa yang disampaikan oleh para pihak untuk
dituangkan ke dalam akta.
Ketiga aspek tersebut di atas merupakan kesempurnaan akta Notaris
sebagai akta otentik. Jika dapat dibuktikan dalam suatu persidangan di
pengadilan, bahwa ada salah satu aspek tersebut tidak benar, seperti
terrdapatnya kesalahan materil dalam akta notaris, maka akta yang
bersangkutan dapat menjadi batal demi hukum atau akta tersebut
didegradasikan kekuatan pembuktiannya sebagai akta yang mempunyai
kekuatan pembuktian sebagai akta dibawah tangan.
Dalam

praktik

banyak

ditemukan,

jika

ada

akta

notaris

dipermasalahkan oleh para pihak ketiga lainnya, maka sering pula notaris
ditarik sebagai pihak yang turut serta melakukan atau membantu melakukan
suatu perbuatan melawan hukum, yaitu membuat atau memberikan keterangan
palsu ke dalam Akta notaris.

10

Ibid

Universitas Sumatera Utara

Tidak sedikit notaris yang mengalami masalah sehubungan dengan
akta yang telah dibuatnya dinyatakan menjadi akta dibawah tangan atau
menjadi batal demi hukum oleh putusan pengadilan sebagai akibat ditemukan
cacat hukum dalam pembuatannya misalnya ternyata keterangan yang
diberikan salah satu pihak tidak benar. Sebagai contoh seperti apa yang
dialami oleh notaris Elly Rozalia, yang terkait kasus perdata dalam putusan
pengadilan Negeri Medan No.635/Pdt.G/2013/PN.Mdn, dimana notaris Elly
Rozalia, membuat akta Pengikatan Jual Beli No.13 tanggal 21 Februari 2012
antara Beby Balwir Kaur (pembeli) dengan Boy Zulherman (penjual) yang
ternyata objek jual beli tersebut sebelumnya telah dialihkan penjual kepada
pembeli yang lain (Ridwan) berdasarkan Pengikatan Jual Beli No. 92/X/2011
tanggal 1 Oktober 2011 yang dibuat oleh/dihadapan Notaris Rudi Tua
Panjaitan. Maka Ridwan menggugat Boy Zulherman dan menyeret notaris Ely
Rozalia sebagai tergugat.
Berdasarkan uraian diatas maka diangkatlah permasalahan mengenai
kesalahan materil akta notaris yang menyebabkan Notaris terlibat dalam
perkara di Pengadilan dengan suatu bentuk penelitian berjudul : “Analisis
Yuridis Kesalahan Materil Akta Notaris Dan Akibat Hukumnya (Studi
Putusan Pengadilan No.635/Pdt.G/2013/PN.Mdn)”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka yang menjadi
pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

1. Bagaimanakah kriteria akta notaris dan akibat hukumnya terhadap akta
otentik yang memiliki kesalahan materil?
2. Bagaimanakah pertanggungjawaban notaris dan perlindungan hukum
terhadap notaris apabila terdapat kesalahan materil dalam akta yang
dibuatnya?
3. Bagaimanakah pertimbangan pengadilan Negeri Medan dan akibat hukum
kesalahan

materil

akta

notaris

dalam

Putusan

No.635/Pdt.G/2013/PN.Mdn?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini dapat dikualifikasikan atas tujuan yang bersifat
umum dan tujuan yang bersifat khusus sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui kriteria akta notaris dan akibat hukumnya terhadap akta
otentik yang memiliki kesalahan materil.
2. Untuk mengetahui pertanggungjawaban notaris dan perlindungan hukum
terhadap notaris bila terdapat kesalahan materil dalam akta yang
dibuatnya.
3. Untuk mengetahui dan menganalisa pertimbangan pengadilan Negeri
Medan dan akibat hukum kesalahan materil akta notaris dalam Putusan
No.635/Pdt.G/2013/PN.Mdn.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapakan dapat memberikan manfaat secara teoritis
dan praktis, yaitu:
1. Manfaat Teoritis

Universitas Sumatera Utara

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan dapat memberi
masukan untuk penambahan ilmu pengetahuan di bidang hukum
kenotariatan khususnya mengenai kesalahan materil akta notaris dalam
putusan pengadilan.
2. Manfaat Praktis
Hasil

penelitian

ini

diharapkan

dapat

memberi

masukan

serta

pertimbangan dalam ilmu pengetahuan bagi kalangan praktisi hukum
dalam menangani masalah kesalahan materil akta notaris dalam putusan
pengadilan.
E. Keaslian Penelitian
Berdasarkan hasil penelusuran yang telah dilakukan sebelumnya pada
perpustakaan Sekolah Pasca Sarjana Magister Kenotariatan Universitas
Sumatera Utara di Medan, penelitian tentang “Analisis Yuridis Kesalahan
Materil Akta Notaris Dan Akibat Hukumnya (Studi Putusan Pengadilan
Negeri Medan No.635/Pdt.G/2013/PN.Mdn”) merupakan hal yang baru,
belum pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Dengan demikian
penelitian ini adalah asli, dan secara akademis penelitian ini dapat
dipertanggungjawabkan keasliannya dan kalaupun ada lokasinya berbeda
maka keaslian penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan secara akademik.
Dan juga terbuka untuk kritikan-kritikan yang sifatnya membangun
sehubungan dengan topik dan permasalahan dalam penelitian ini.
Namun penelitian yang berkaitan tentang akta notaris memang sudah
ada yang meneliti atau membahas, namun secara substansi pokok

Universitas Sumatera Utara

permasalahan yang dibahas berbeda dengan penelitian ini. Adapun penelitian
yang berkaitan dengan akta notaris yang pernah dilakukan sekaligus
menjadikan literatur tersebut sebagai bahan pendukung dalam penelitian ini,
adalah:
1. Tinjauan Yuridis Terhadap Kewenangan Hakim dalam Membatalkan Akta
Notaris/PPAT sebagai Alat Bukti dalam Proses Pemeriksaan Perkara di
Persidangan, oleh: Darma Indo Damanik (NIM. 002111004)
a. Akta Notaris mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna dan
mengikat. Bagaimanakah kekuatan pembuktian akta Notaris yang
dijadikan alat bukti dalam proses pemeriksaan perkara di persidangan?
b. Sampai

dimanakah

kewenangan

Hakim

dalam

menilai

dan

membatalkan suatu akta Notaris yang diajukan kepadanya sebagai alat
bukti dalam proses pemeriksaan perkara di persidangan?
c. Faktor-faktor pertimbangan apakah yang dijadikan dasar oleh Hakim
dalam memutuskan untuk membatalkan suatu akta Notaris yang
dijadikan alat bukti dalam proses pemeriksaan perkara di persidangan?
2. Analisa Yuridis Degradasi Kekuatan Pembuktian Akta Notaris Menurut
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Jabatan Notaris, oleh:
Felix Christian Adriano (NIM. 127011174)
a. Bagaimanakah kedudukan hukum atas batasan turunnya kekuatan
pembuktian akta Notaris berdasarkan UUJN No 2 Tahun 2014?
b. Bagaimanakah mekanisme penerapan sanksi terhadap notaris atas
turunnya kekuatan pembuktian akta notaris?

Universitas Sumatera Utara

c. Bagaimanakah pertanggung jawaban Notaris atas turunnya kekuatan
pembuktian akta Notaris?
F. Kerangka Teori dan Konsepsi
1. Kerangka Teori
Perkembangan ilmu hukum tidak terlepas dari teori hukum sebagai
landasannya dan tugas teori hukum adalah untuk menjelaskan nilai-nilai
hukum dan postulat-postulatnya hingga dasar-dasar filsafatnya yang paling
dalam, sehingga penelitian ini tidak terlepas dari teori-teori ahli hukum yang
dibahas dalam bahasa dan sistem pemikiran para ahli hukum sendiri. 11
Teori

memberikan

petunjuk-petunjuk

terhadap

kekurangan-

kekurangan pada pengetahuan peneliti. 12 Konsep teori menurut M. Solly Lubis
ialah: “ Kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, mengenai suatu kasus
ataupun permasalahan (problem) yang bagi si pembaca menjadi bahan
perbandingan, pegangan teori, yang mungkin ia setuju ataupun tidak
disetujuinya, ini merupakan masukan eksternal bagi peneliti. ” 13
Fred N. Kerlinger dalam bukunya Foundation of Behavioral Research
menjelaskan teori: “Suatu teori adalah seperangkat konsep, batasan dan
proposisi yang menyajikan suatu pandangan sistematis tentang fenomena
dengan merinci hubungan antarvariabel dengan tujuan menjelaskan dan
memprediksi gejala tersebut.” 14

11

W. Friedman, Teori dan Filsafat Hukum, (Jakarta: Raja Grafindo, 1996), hal.2
Soerjono Soekanto, Ringkasan Meteodologi Penelitian Hukum Empiris, (Jakarta: INDHILL-CO, 1990), hal.67
13
M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, (Bandung: Mandar Maju, 1994), hal.80
14
Fred N. Kerlinger, Asas-Asas Penelitian Behavioral, (Jakarta: Gadjah Mada University
Press, 2004), hal.14
12

Universitas Sumatera Utara

Fungsi teori dalam penelitian adalah untuk mensistemastikan
penemuan-penemuan penelitian, membuat ramalan atau prediksi atas dasar
penemuan dan menyajikan penjelasan yang dalam hal ini untuk menjawab
pertanyaan. Artinya teori merupakan suatu penjelasan rasional yang
berkesesuaian dengan objek yang dijelaskan dan harus didukung oleh fakta
empiris untuk dapat dinyatakan benar. 15
Peter Mahmud Marzuki mengatakan bahwa penelitian hukum
dilakukan untuk menghasilkan argumentasi, teori, atau konsep baru sebagai
preskripsi dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi. 16
Berkenaan dengan kerangka teori ini, dikemukakan teori-teori yang
diperkuat dengan kekuatan-kekuatan hukum positif sebagai acuan dan
landasan pemikiran yang digunakan dalam menganalisa putusan Pengadilan
Negeri Medan No.635/Pdt.G/2013/PN.Mdn.
Menurut Soerjono Soekanto, bahwa “kontinuitas perkembangan ilmu
hukum, selain bergantung pada metodologi, aktivitas penelitian dan imajinasi
sosial sangat ditentukan oleh teori.” 17 Teori inilah yang dipergunakan sebagai
landasan konseptual dalam pola berpikir untuk meneliti lebih jauh mengenai
kesalahan materil akta Notaris.
Menurut Gustav Radbruch, hukum harus mengandung 3 (tiga) nilai
identitas, yaitu sebagai berikut: 18

15
16

M. Solly Lubis, Op Cit, hal.17
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2005),

hal.35
17
18

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 1986), hal.6
O. Notohamidjojo, Soal-Soal Pokok Filsafat Hukum, (Salatiga: Griya Media, 2011),

hal.33

Universitas Sumatera Utara

a. Asas Kepastian Hukum (rechtmatigheid). Asas ini meninjau dari sudut
yuridis.
b. Asas Keadilan Hukum (gerectigheit). Asas ini meninjau dari sudut
filosofis, dimana keadilan adalah kesamaan hak untuk semua orang di
depan pengadilan.
c. Asas Kemanfaatan Hukum (zwechmatigheid atau doelmatigheid atau
utility).
Menurut Utrecht, kepastian hukum mengandung dua pengertian, yaitu
pertama, adanya aturan yang bersifat umum membuat individu mengetahui
perbuatan apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan, dan kedua, berupa
kemanan hukum bagi individu dari kewenangan pemerintah karena dengan
adanya aturan yang bersifat umum itu individu dapat mengetahui apa saja
yang boleh dilakukan oleh negara terhadap individu. 19
Kepastian hukum itu diwujudkan oleh hukum dengan sifatnya yang
hanya membuat suatu aturan hukum yang bersifat umum. Sifat umum dari
aturan-aturan hukum membuktikan bahwa hukum tidak bertujuan untuk
mewujudkan keadilan atau kemanfaatan, melainkan semata-mata untuk
kepastian. 20
Kepastian hukum bukan hanya berupa pasal-pasal dalam undangundang yang melainkan juga adanya konsistensi dalam putusan hakim antara
putusan hakim yang satu dengan putusan hakim lainnya untuk kasus yang
serupa yang telah diputuskan. Teori kepastian hukum menegaskan bahwa
tugas hukum itu menjamin kepastian hukum dalam hubungan-hubungan
pergaulan kemasyarakatan.

19

Riduan Syahrani, Rangkuman Intisari Ilmu Hukum, (Bandung: Citra Aditya Bakti,
1999), hal.23
20
Achmad Ali, Menguak Tabir Hukum (Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis), (Jakarta:
Toko Gunung Agung, 2002), hal.82-83

Universitas Sumatera Utara

Apabila kepastian hukum dikaitkan dengan keadilan, maka akan kerap
tidak sejalan satu sama lain. Adapun hal ini di karenakan di suatu sisi tidak
jarang keadilan mengabaikan prinsip-prinsip kepastian hukum. Kemudian
apabila dalam prakteknya terjadi pertentangan antara kepastian hukum dan
keadilan, maka keadilan yang harus diutamakan. Alasannya adalah bahwa
keadilan pada umumnya lahir dari hati nurani pemberi keadilan sedangankan
kepastian hukum lahir dari sesuatu yang konkrit.
Dengan

menggunakan

teori

kepastian

hukum

tersebut

akan

memberikan suatu kontribusi dalam ilmu hukum, karena putusan hakim dalam
Pengadilan Negeri Medan No. 635/Pdt.G/2013/PN.Mdn akan mengikat
kepada kedua belah pihak yang bersengketa dan memiliki kekuatan hukum
yang tetap dengan melihat pada hukum berdasarkan fakta. Fungsi utama
seorang hakim adalah memberikan putusan terhadap perkara yang diajukan
kepadanya, dimana hakim memeriksa dan memutus perkara didasarkan oleh
suatu hak atau peristiwa yang dianggap telah terbukti, disamping adanya alatalat bukti menurut Undang-Undang juga ditentukan keyakinan hakim yang
dilandasi dengan integritas moral yang baik. Jadi putusan hakim bukanlah
semata-mata didasarkan pada ketentuan yuridis saja, melainkan juga
didasarkan pada hati nurani.
Dalam keterkaitannya dengan permasalahan penelitian ini, teori
kepastian hukum diharapkan dapat memberikan suatu kepastian hukum bagi
kedua

belah

pihak

dalam

putusan

Pengadilan

Negeri

Medan

No.635/Pdt.G/2013/PN.Mdn.

Universitas Sumatera Utara

2. Konsepsi
Konsepsi adalah salah satu bagian terpenting dari teori. Karena konsep
adalah sebagai penghubung yang menerangkan sesuatu yang sebelumnya
hanya baru ada dalam pikiran. Peranan konsep dalam penelitian adalah untuk
menghubungkan dunia teori dan observasi, antara abstraksi dan realitas. 21
Dengan demikian konsepsi dapat diartikan pula sebagai sarana untuk
mengetahui gambaran umum pokok penelitian yang akan dibahas sebelum
memulai penelitian masalah yang akan diteliti. Konsep diartikan pula sebagai
kata yang menyatakan abstraksi yang digeneralisasikan dari hal-hal khusus
yang disebut definisi operasional. 22
Dalam penelitian ini, ada beberapa konsep dasar dalam rangka
menyamakan persepsi untuk dapat menjawab permasalahan penelitian, antara
lain:
a. Notaris adalah pejabat umum yang satu-satunya berwenang untuk
membuat akta otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian, penetapan
yang

diharuskan

oleh

suatu

peraturan

umum

atau

oleh

yang

berkepentingan di kehendaki atau di nyatakan dalam suatu akta otentik,
menjamin kepastian tanggalnya, menyimpan aktanya dan memberikan
grosse (salinan sah), salinan dan kutipannya, semuanya sepanjang
pembuatan akta itu oleh suatu peraturan umum tidak juga ditugaskan atau
di kecualikan kepada pejabat atau orang lain. 23

21
22

Masri Singaribun dkk, Metode Penelitian Sutvey, (Jakarta: LP3ES, 1999), hal.34
Sumadi Surya Brata, Meteodologi Penelitian, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998),

hal.28
23

G.H.S. Lumban Tobing, Op.Cit, hal. 31

Universitas Sumatera Utara

b. Akta otentik diatur dalam Pasal 1868 KUHPerdata yaitu suatu akta yang
dalam bentuk yang ditentukan Undang-Undang, dibuat oleh atau
dihadapan pejabat umum yang berkuasa untuk itu, ditempat dimana akta
tersebut dibuat. 24
c. Kesalahan materil akta notaris adalah kesalahan yang dilakukan oleh salah
satu pihak/penghadap yang telah benar berkata dihadapan notaris menjadi
tidak benar berkata dengan melakukan perbuatan melawan hukum seperti
memberikan dokumen atau keterangan yang tidak benar dalam pembuatan
akta yang membuat salah satu pihak merasa dirugikan. 25
d. Putusan Pengadilan adalah pernyataan hakim yang diucapkan dalam
sidang pengadilan terbuka, yang dapat berupa pemidanaan atau bebas atau
lepas dari segala tuntutan hukum sebagaimana yang disebut dalam Pasal 1
angka 11 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP). 26
e. Akibat hukum adalah segala akibat yang terjadi dari segala perbuatan
hukum yang dilakukan subjek hukum terhadap objek hukum ataupun
akibat-akibat lain yang disebabkan karena kejadian tertentu yang oleh
hukum yang bersangkutan sendiri telah ditentukan atau dianggap sebagai
akibat hukum. Akibat hukum inilah yang kemudian menjadi sumber
lahirnya hak dan kewajiban bagi subjek hukum yang bersangkutan. 27

24

Pasal 1868 KUHPerdata
Jika akan membuktikan aspek materil dari akta, maka yang bersangkutan harus dapat
membuktikan bahwa para pihak yang telah benar berkata di hadapan notaris menjadi tidak benar
berkata. http://habibadjie.dosen.narotama.ac.id/files/2013/07/MENILAI-PEMBUKTIAN-AKTANOTARIS.pdf, diakses pada tanggal 9 Maret 2016, pada pukul 20.30 WIB
26
Pasal 1 angka 11 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
27
Pipin Syarifin, Pengantar Ilmu Hukum, (Bandung: Pustaka Setia, 1999), hal. 71
25

Universitas Sumatera Utara

G. Metode Penelitian
1. Jenis, Sifat dan Pendekatan
Penelitian merupakan suatu pokok dalam pengembangan ilmu
pengetahuan maupun teknologi, hal ini disebabkan karena penelitian bertujuan
untuk mengungkapkan kebenaran secara sistematis, metodologis, dan
konsisten melalui proses penelitian tersebut diadakan analisa dan kontruksi
terhadap data yang telah dikumpulkan dan diolah. 28
Sesuai dengan pokok masalah, jenis penelitian ini termasuk kategori
yuridis normatif atau penelitian yang menganalisis hukum, baik yang tertulis
dalam buku maupun hukum yang diputuskan oleh Hakim melalui proses
pengadilan. 29
Penelitian ini termasuk kategori yang bersifat deskriptif analitis.
Deskriptif artinya mampu memberi gambaran secara jelas dan sistematis
tentang masalah yang akan diteliti.Analisis artinya menganalisis secara teliti
permasalahan berdasarkan gambaran dan fakta sehingga mampu menjawab
permasalahan yang berkaitan dengan penelitian ini.

30

Pendekatannya

menggunakan pendekatan studi kasus.
2. Sumber Data
Penelitian ini menggunakan sumber data sekunder yaitu data yang
diperoleh atau di kumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian dari
28

Soerjono Soekanto dan Sri Mamuji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan
Singkat, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), hal.1
29
Bismar Nasution, Metode Penelitian Hukum Normatif Dan Perbandingan Hukum,
Makalah Fakultas Hukum USU, tanggal 18 Februari 2003, hal.1
30
Bambang Sunggono, Meteodologi Penelitian Hukum, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 1977), hal.36

Universitas Sumatera Utara

sumber-sumber yang telah ada. Data sekunder ini dilakukan dengan
menggunakan 3 (tiga) sumber data, yaitu:
a. Bahan hukum primer, berupa perundang-undangan yang bersumber dari
Putusan Pengadilan Negeri Medan No.635/Pdt.G/2013/PN.Mdn, peraturan
perundang-undangan seperti KUHPerdata, Undang-Undang Nomor 2
Tahun 2014.
b. Bahan hukum sekunder, baik yang bersumber dari buku-buku, dokumendokumen, hasil tulisan berupa tesis dan bahan-bahan yang terkait
mengenai kesalahan materil akta Notaris yang dapat digunakan sebagai
acuan dan membantu dalam penelitian.
c. Bahan hukum tertier atau bahan hukum penunjang yang mencakup bahan
yang memberi petunjuk-petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum
primer,sekunder seperti kamus umum, kamus hukum, majalah serta bahanbahan di luar bidang hukum yang relevan dan dapat dipergunakan untuk
melengkapi data yang diperlukan dalam penelitian.
3. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data-data dari penelitian ini diperoleh dari
Library Research yaitu penelitian yang dilaksanakan melalui tinjauan
kepustakaan atau data sekunder yang meliputi bahan hukum primer untuk
memperoleh informasi dan data yang dapat dipergunakan sebagai dasar dalam
penelitian dan analisa terhadap masalah yang akan dibahas di penelitian ini
dan Field Research yaitu pengumpulan data secara langsung ke lapangan

Universitas Sumatera Utara

dengan mempergunakan teknik penelitian wawancara dengan informan Ikatan
Notaris Indonesia dan Majelis Pengawas Daerah.
Adapun data-data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain
berasal dari buku-buku baik koleksi pribadi maupun dari perpustakaan,
dokumen-dokumen pemerintah termasuk peraturan perundang-undangan,
karya ilmiah lainnya maupun bahan hukum tersier yaitu berupa kamus,
majalah, surat kabar, jurnal-jurnal ilmiahdan artikel-artikel baik yang diambil
dari media cetak maupun media elektronik.
4. Alat Pengumpul Data
Alat pengumpul data dapat dilakukan dengan cara studi dokumen dan
pedoman wawancara. Studi dokumen merupakan langkah awal dari setiap
penelitian hukum (baik normatif maupun sosiologis), karena penelitian hukum
selalu bertolak dari premis normatif.
Studi dokumen bagi penelitian hukum meliputi studi bahan-bahan
hukum yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan
bahan hukum tersier. Setiap bahan hukum ini harus diperiksa ulang validitas
dan reliabilitasnya, sebab hal ini sangat menentukan hasil suatu penelitian. 31
5. Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan metode kualitatif yang pada hakikatnya
menekankan pada metode deduktif sebagai pegangan utama yaitu penelitian
dilakukan dengan menganalisis terhadap data-data dan studi kasus. Sebelum

31

Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2004), hal.68

Universitas Sumatera Utara

dilakukan analisis, terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan dan evaluasi
terhadap semua data yang dikumpulkan.Metode kualitatif merupakan metode
penelitian yang digunakan untuk menyelidiki, menemukan, menggambarkan
dan menjelaskan kualitas atau keistimewaan dari suatu penelitian yang
dilakukan dengan cara menjelaskan dengan kalimat sendiri dari data yang ada
baik primer, sekunder maupun tertier, sehingga menghasilkan klasifikasi yang
sesuai dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini, untuk
memperoleh jawaban yang jelas atas permasalahan dan tujuan penelitian.
Selanjutnya, ditarik kesimpulan dengan metode deduktif, yakni berfikir dari
hal yang umum menuju kepada hal yang khusus atau spesifik dengan
menggunakan perangkat normatif sebagai jawaban yang benar dalam
pembahasan permasalahan yang terdapat dalam penelitian ini.

Universitas Sumatera Utara