Studi Pengukuran Kualitas Layanan Jaringan High Speed Downlink Packet Access (HSDPA) Dengan Metode Drive Test (DT) Pada Area Medan Baru Chapter III V

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Umum
Drive Test adalah suat pekerjaan yang bertujuan untuk mengumpulkan
data dari hasil pengukuran kualitas sinyal suatu jaringan. Drive Test merupakan
bagian dari proses optimasi yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas suatu
jaringan dan mengembangkan kapasitas jaringan.
Drive Test dalam dunia telekomunikasi adalah suatu istilah yang
digunakan karena dalam pekerjaannya pada saat berada dalam mobil yang diam
lalu berjalan dan diam lagi sesuai dengan kebutuhan pengukuran tertentu.
Drive Test digunakan untuk outdoor (luar ruangan) karena dilakukan
dengan berkendara (drive) mobil sedangkan Walk Test untuk indoor (dalam
ruangan) karena dilakukan dengan berjalan kaki (Walk).

3.2 Pelaksanaan Pengukuran
Pelaksanaan pengukuran drive test benchmark membutuhkan beberapa
tools agar dapat bekerja dengan optimal. Tools yang digunakan dalam penelitian
ini dijelaskan pada bagian berikut :

3.2.1 Tems Investigation 11

Tems Investigation merupakan salah satu software yang diproduksi oleh
perusahan Ericsson dengan tujuan untuk mengukur kualitas jaringan, monitoring
dan perbaikan masalah yang berhubungan dengan sinyal. Tems Investigation 11
16

dapat digunakan untuk outdoor (luar ruangan) yaitu dilakukan dengan berkendara
mengelilingi rute tertentu dan dapat digunakan untuk walk test yaitu untuk
digunakan di dalam ruangan, dilakukan dengan berjalan kaki dimana dapat dilihat
pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1 Software Tems Investigation 11

3.2.2 MapInfo Profesional 11
Mapinfo Profesional merupakan sebuah software yang memiliki
kemampuan menggabungakan dan menampilkan sebuah peta/lokasi dengan data
yang berasal dari berbagai sumber. Software ini bertujuan untuk mempermudah
perkerjaan dalam pemetaan suatu daerah dengan memasukkan berbagai elemen
kedalam peta tersebut.
Dalam hal kombinasi terhadap software Tems investigation, Software
Mapinfo Profesional ini berfungsi sebagai support dalam hal rute atau map jalan

sebagai acuan untuk melakukan mobility. Untuk ekstrakhasil file data dari hasil

17

pengukuran dengan tems investigation dapat buka pada software ini dengan tujuan
agar mudah dianalisis dimana dapat dilihat pada Gambar 3.2.

Gambar 3.2 Logo Software Tems Investigation 11

3.2.3 GPS (Global Positioning System)
GPS adalah sistem untuk menentukan letak permukaan bumi dengan
bantuan penyelarasan sinyal satelit. Dalam pengukuran yang dilakukan GPS
berfungsi untuk menentukan titik dimana user atau pengguna berada dimana dapat
dilihat pada Gambar 3.3.

Gambar 3.3 GPS (Global Positioning System)

18

3.2.4 UE (User Equipment) dan kabel data

Dalam pengukuran ini menggunakan perangkat Sony Ericson K800i yang
telah di instal dengan software tems di perangkatnya. Pengukuran kualitas
jaringan yang akan di ukur menggunakan 2 UE yaitu untuk Operator Telkomsel
dan Operator XL.
Kabel data digunakan sebagai penguhubung antara MS (Mobile Station)
dalam hal ini yaitu perangkat K800i dengan Laptop. UE K800i dan kabel data
dapat dilihat pada Gambar 3.4.

Gambar 3.4 K800i dan Kabel Data

3.2.5 Laptop dan USB HUB
Laptop digunakan sebagai tempat bekerja. Laptop yang digunakan adalah
yang telah terinstal software tems investigation dan mapinfo profesional sebagai
alat untuk mengukur.
Karena keterbatasan port USB pada laptop maka untuk memudahkan
pekerjaan dalam pengukuran digunakan perangkat tambahan yaitu USB HUB
yang fungsi nya sama seperti port USB pada laptop yaitu untuk mengubungakan
perangakat dengan laptop. Laptop dan port USB dapat dilihat pada Gambar 3.5.

19


Gambar 3.5 Laptop dan Port USB

3.2.6 Mobil dan Inverter
Mobil dan Inverter digunakan pada saat pengukuran berlangsung. Mobil
digunakan sebagai kendaraan untuk melakukan Mobility melalui rute tertentu.
Inverter berfungsi sebagai sumber tegangan untuk laptop karena sumber tegangan
batrai pada laptop memiliki kapasitas yang rendah sendangkan perjalanan atau
rute jauh. Inverter langsung tersambung dengan aki mobil sebagi sumber
tegangan dimana dapat dilihat pada Gambar 3.6.

Gambar 3.6 Inverter pada mobil

20

3.3 Penerapan Pengambilan Data
Ada empat tahap dalam melakukan persiapan drive test, yaitu
mempersipakan perangkat drive test, persiapan rute drive test, pengambilan data
drive test, dan pengelolaan data.


Mulai

Persiapan perangkat drive test

Persiapan rute drive test

Pengambilan data drive test

Pengolahan data

RSCP, Ec/No, Throughput
DL

Selesai

Gambar 3.7 Flowchart Persiapan Drive Test

21

3.4 Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini memiliki tahapan tahapan sebagai berikut :
1. Hidupkan laptop yang telah terinstal Tems Investigation 11.
2. Pasang adaptor laptop ke inverter untuk sumber tegangan.
3. Pasang USB HUB ke laptop.
4. Sambungkan GPS dan 2 UE ke USB HUB
Dalam pungukuran ini menggunakan 2 UE yaitu UE 1 untuk
Telkomsel dan UE 2 untuk XL. UE dihubungan dengan kabel data ke
USB HUB.
5. Pada software tems connect all semua perangkat yaitu GPS dan kedua
UE. Pastikan semua perangkat telah terpasang sempurna.
6. Cek status MS dan GPS position pada tems sudah dapat terhubung
dengan rute yang telah dibuat.
7. Atur command Sequence pada menu aplikasi tems.
Pada pengukuran ini mengunakan perintah voice dengan kedua UE di
lock WCDMA, dengan konfigurasi 120/10 (120s dedicate dan 10s
idle).
8. Start recording melintasi rute yang telah ditetapkan.

3.5 Rute Map Pengukuran
Daerah yang akan dilakukan pengukuran adalah Medan Baru. Medan Baru

merupakan salah satu dari 21 kecamatan yang ada di kota Medan, Sumatera Utara,
Indonesia. Kecamatan Medan baru berbatasan dengan Medan Sunggal dan Medan
Selayang di sebelah barat, Medan Polonia di timur, Medan Johor di selatan dan

22

Medan Petisa di Utara. Luas wilayah Medan Baru adalah 5,84 Km² dengan
kepadatan penduduknya 7.434,08 jiwa/km ².
Rute map pengukuran di buat dengan tools MapInfo Profesional
berdasarkan rute yang dimana dapat dilihat pada 3.8.

Gambar 3.8 Rute Area Medan Baru

23

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Umum
Pada bab ini akan melakukan analisa hasil yang telah dilalukan melalui

pengujian penelitian dan pengambilan data menggunakan metode drive test
benchmark pada area Medan Baru. Adapun paremeter yang akan dianalisa
meliputi kuat sinyal yaitu RSCP, kualitas sinyal yaitu Ec/No, dan kecepatan
pengunduhan data yaitu Throughput DL pada WCDMA.
Hal ini akan memberikan informasi mengenai faktor-faktor yang berkaitan
dengan kualitas layanan pada operator PT. Telkomsel dan PT. XL di daerah
Medan Baru. Informasi tersebut berupa persentasi atau perbandingan setiap nilai
parameter pada keaadaan diam atau beraktifitas dan juga mengetahui lokasi yang
mempengaruhi posisi atau letak terbaik untuk menikmati layanan dari setiap
operator teekomunikasi yang ada di daerah Medan Baru.

4.2 Hasil Pengukuran Drive Test benchmark
Pengukuran dengan metode drive test benchmark dilakukan didaerah
Medan Baru dan mengambil data. Berikut ini adalah hasil dari pengukuran drive
test benchmark berdasarkan parameter KPI RSCP, Ec/No dan Throughput DL.

24

4.2.1 CPICH RSCP (Common Pilot Channel Received Signal Code Power)
CPICH RSCP merupakan besar daya atau kuat pancar sinyal yang diterima

UE oleh node B. Gambar 4.1 dan 4.2 menunjukkan hasil dari RSCP operator PT.
Telkomsel dan PT. XL pada daerah Medan Baru.

Gambar 4.1 Hasil Plot Operator PT. Telkomsel Berdasarkan RSCP
Berdasarkan data hasil plot Operator PT. Telkomsel level RSCP dapat
dikelompokkan pada Tabel 4.1.

25

Tabel 4.1 Nilai KPI RSCP Operator PT. Telkomsel
Indikator
Warna

Nilai CPICH RSCP
(dBm)
-65 s/d 0

Nilai KPI
(%)
39,61


-75 s/d -65

37,86

-80 s/d -75

12,18

-95 s/d -80

10,32

-105 s/d -95

0,01

-120 s/d -105

0,00


Adapun penjelasan Tabel 4.1 untuk range level RSCP yang dominan
berada dikategori sangat bagus (-65 s/d 0 dBm) mencapai 39,61% dari total nilai
RSCP yang diperoleh dan ditandai warna biru tua, kategori bagus (-75 s/d -65
dBm) mencapai 37,86% dari total nilai RSCP yang diperoleh dan ditandai warna
biru muda, kategori cukup bagus (-80 s/d -75 dBm) mencapai 12,18% dari total
nilai RSCP yang diperoleh dan ditandai warna hijau, kategori kurang bagus (-95
s/d -80 dBm) mencapai 10,32% dari total nilai RSCP yang diperoleh dan ditandai
warna kuning, kategori jelek (-105 s/d -95 dBm) 0,01% dari total nilai RSCP yang
diperoleh dan ditandai warna orange dan kategori sangat jelek (-120 s/d -105
dBm) mencapai 0,00% dari total nilai RSCP yang diperoleh dan ditandai warna
merah.

26

Gambar 4.2 Hasil Plot Operator PT. XL Berdasarkan RSCP
Berdasarkan data hasil plot Operator PT. XL level RSCP

dapat

dikelompokkan pada Tabel 4.2.

27

Tabel 4.2 Nilai KPI RSCP Operator PT. XL
Indikator
Warna

Nilai CPICH RSCP
(dBm)

Nilai KPI
(%)

-75 s/d -65

31,19

-95 s/d -80

19,12

-80 s/d -75

15,48

-65 s/d 0

15,03

-105 s/d -95

0,03

-120 s/d -105

0,00

Adapun penjelasan Tabel 4.2 untuk range level RSCP yang dominan
berada dikategori bagus (-75 s/d -65 dBm) mencapai 31,19% dari total nilai RSCP
yang diperoleh dan ditandai warna biru muda, kategori kurang bagus (-95 s/d -80
dBm) mencapai 19,12% dari total nilai RSCP yang diperoleh dan ditandai warna
kuning, kategori cukup bagus (-80 s/d -75 dBm) mencapai 15,48% dari total nilai
RSCP yang diperoleh dan ditandai warna hijau, kategori sangat bagus (-65 s/d 0
dBm) mencapai 15,03% dari total nilai RSCP yang diperoleh dan ditandai warna
biru tua, kategori jelek (-105 s/d-95 dBm) mencapai 0,03% dari total nilai RSCP
yang diperoleh dan ditandai warna orange dan kategori sangat jelek (-120 s/d -105
dBm) 0,00% dari total nilai RSCP yang diperoleh dan ditandai warna merah.

4.2.2 CPICH Ec/No(Common Pilot Channel Energy carrier per Noice)
Ec/No adalah parameter untuk melihat kualitas sinyal. Pada Gambar 4.3
dan 4.4 menunjukkan hasil dari Ec/No operator PT. Telkomsel dan PT. XL pada
daerah Medan Baru.

28

Gambar 4.3 Hasil Plot Operator PT. Telkomsel Berdasarkan Ec/No
Berdasarkan data hasil plot Operator PT. Telkomsel level Ec/No dapat
dikelompokkan pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3 Nilai KPI Ec/No Operator PT. Telkomsel
Indikator
Warna

Nilai CPICH Ec/No
(dBm)
-15 s/d -12

Nilai KPI
(%)
28,63

-12 s/d -9

27,61

-6 s/d 0

21,44

-9 s/d -6

18,61

-18 s/d -15

3,31

-25 s/d -18

0,36

29

Adapun penjelasan Tabel 4.3 untuk range level Ec/No yang dominan
berada dikategori kurang bagus (-15 s/d -12 dBm) mencapai 28,63% dari total
nilai Ec/No yang diperoleh dan ditandai warna kuning, kategori cukup bagus (-12
s/d -9 dBm) mencapai 27,61% dari total nilai Ec/No yang diperoleh dan ditandai
warna hijau, kategori sangat bagus (-6 s/d 0 dBm) mencapai 21,44% dari total
nilai Ec/No yang diperoleh dan ditandai warna biru tua, kategori bagus (-9 s/d -6
dBm) mencapai 18,61% dari total nilai Ec/No yang diperoleh dan ditandai warna
biru muda, kategori jelek (-18 s/d -15 dBm) 3,31% dari total nilai Ec/No yang
diperoleh dan ditandai warna orange dan kategori sangat jelek (-25 s/d -18 dBm)
mencapai 0,36% dari total nilai Ec/No yang diperoleh dan ditandai warna merah.

Gambar 4.4 Hasil Plot Operator PT. XL Berdasarkan Ec/No

30

Berdasarkan data hasil plot Operator PT. XL level Ec/No dapat
dikelompokkan pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4 Nilai KPI Ec/No Operator PT. XL
Indikator
Warna

Nilai CPICH Ec/No
(dBm)
-12 s/d -9

Nilai KPI
(%)
57,26

-15 s/d -12

27,97

-9 s/d -6

5,83

-18 s/d -15

5,59

-6 s/d 0

2,42

-25 s/d -18

0,91

Adapun penjelasan Tabel 4.4 untuk range level Ec/No yang dominan berada
dikategori cukup bagus (-12 s/d -9 dBm) mencapai 57,26% dari total nilai Ec/No
yang diperoleh dan ditandai warna hijau, kategori kurang bagus (-15 s/d -12 dBm)
mencapai 27,97% dari total nilai Ec/No yang diperoleh dan ditandai warna
kuning, kategori bagus (-9 s/d -6 dBm) mencapai 5,83% dari total nilai Ec/No
yang diperoleh dan ditandai warna biru muda, kategori jelek (-18 s/d -15 dBm)
mencapai 5,59% dari total nilai Ec/No yang diperoleh dan ditandai warna orange,
kategori sangat bagus (-6 s/d 0 dBm) mencapai 2,42% dari total nilai Ec/No yang
diperoleh dan ditandai warna biru tua, dan kategori sangat jelek (-25 s/d -18 dBm)
0,91% dari total nilai Ec/No yang diperoleh dan ditandai warna merah.

31

4.2.3 Throughput DL
Throughput DL merupakan kecepatan pengunduhan data yang diterima
UE oleh node B. Gambar 4.5 dan 4.6 menunjukkan hasil dari RSCP operator PT.
Telkomsel dan PT. XL pada daerah Medan Baru.

Gambar 4.5 Hasil Plot Operator PT. Telkomsel Berdasarkan Throughput DL
Berdasarkan data hasil plot Operator PT. Telkomsel level Throughput DL
dapat dikelompokkan pada Tabel 4.5.

32

Tabel 4.5 Nilai KPI Throughput DL Operator PT. Telkomsel
Indikator
Warna

Nilai Throughput DL
(kbps)
1.024 s/d 15 000

Nilai KPI
(%)
94,36

512 s/d 1.024

3,13

128 s/d 384

1,56

1 s/d 64

0,60

384 s/d 512

0,19

64 s/d 128

0,13

Adapun penjelasan Tabel 4.5 untuk range level Throughput DL yang
dominan berada dikategori sangat bagus (-1.024 s/d 15 000 kbps) mencapai
94,36% dari total nilai Throughput DL yang diperoleh dan ditandai warna biru
tua, kategori bagus (512 s/d 1.024 kbps) mencapai 3,13% dari total nilai
Throughput DL yang diperoleh dan ditandai warna biru muda, kategori kurang
bagus (128 s/d 384 kbps) mencapai 1,56% dari total nilai Throughput DL yang
diperoleh dan ditandai warna kuning, kategori sangat jelek (1 s/d 64 kbps)
mencapai 0,60% dari total nilai Throughput DL yang diperoleh dan ditandai
warna merah, kategori cukup bagus (384 s/d 512 kbps) mencapai 0,19% dari total
nilai Throughput DL yang diperoleh dan ditandai warna hijau dan kategori jelek
(64 s/d 128 kbps) 0,13% dari total nilai Throughput DL yang diperoleh dan
ditandai warna orange.

33

Gambar 4.6 Hasil Plot Operator PT. XL Berdasarkan Throughput DL
Berdasarkan data hasil plot Operator PT. XL level Throughput DL dapat
dikelompokkan pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6 Nilai KPI Throughput DL Operator PT. XL
Indikator
Warna

Nilai Throughput DL
(kbps)
1.024 s/d 15 000

Nilai KPI
(%)
65,52

512 s/d 1.024

17,96

128 s/d 384

6,02

384 s/d 512

3,69

1 s/d 64

2,06

64 s/d 128

0,74

Adapun penjelasan Tabel 4.6 untuk range level Throughput DL yang
dominan berada dikategori sangat bagus (-1.024 s/d 15 000 kbps) mencapai

34

65,52% dari total nilai Throughput DL yang diperoleh dan ditandai warna biru
tua, kategori bagus (512 s/d 1.024 kbps) mencapai 17,96% dari total nilai
Throughput DL yang diperoleh dan ditandai warna biru muda, kategori kurang
bagus (128 s/d 384 kbps) mencapai 6,02% dari total nilai Throughput DL yang
diperoleh dan ditandai warna kuning, kategori cukup bagus (384 s/d 512 kbps)
mencapai 3,69% dari total nilai Throughput DL yang diperoleh dan ditandai
warna hijau, kategori sangat jelek (1 s/d 64 kbps) mencapai 2,06% dari total nilai
Throughput DL yang diperoleh dan ditandai warna merah, dan kategori jelek (64
s/d 128 kbps) 0,74% dari total nilai Throughput DL yang diperoleh dan ditandai
warna orange.

4.3 Perbandingan Kualitas Kuat Sinyal
Target nilai KPI untuk paremter CPICH RSCP dapat dilihat pada tabel 4.7.
Target KPI tersebut didapat dari hasil kesepakantan antar operator telekomunikasi
dengan presentasi nilai acceptance ≥ 95 %.
Tabel 4.7 Tabel nilai Acceptance KPI CPICH RSCP
Type layanan

Parameter

Metode Pengukuran

Target KPI

Coverage

CPICH RSCP

Drive Test

≥ 95 dBm

Dari data hasil pengukuran drive test pada derah Medan Baru dapat
disimpulkan untuk operator PT. Telkomsel yang dapat memenuhi target KPI ≥ 95
dBm adalah sebesar 99,98%. Untuk operator PT. XL yang dapat memenuhi target
KPI ≥ 95 dBm adalah sebesar 80,85%. Gambar 4.7 merupakan Grafik presentase
KPI acceptance untuk operator PT. Telkomsel dan PT. XL daerah Medan baru.
35

100
80
60

Telkomsel

40

XL

20
0
Telkomsel

XL

Gambar 4.7 Grafik KPI RSCP Operator PT. Telkomsel dan PT. XL
Sehingga didapat hanya operator PT. Telkomsel telah memenuhi target
nilai KPI acceptance parameter RSCP karena nilai presentase RSCP operator PT.
Telkomsel ≥ 95 %.

4.4 Perbandingan Kualitas Sinyal
Nilai acceptance CPICH Ec/No yang telah ditetapkan oleh operator
telekomunikasi dapat dilihat pada Tabel 4.8 dengan nilai acceptance ≥ 95 %.
Tabel 4.8 Tabel Acceptance KPI CPICH Ec/No
Type layanan

Parameter

Metode Pengukuran

Target KPI

Quality

CPICH Ec/No

Drive Test

≥ 12 dBm

Dari data hasil pengukuran drive test pada derah Medan Baru dapat
disimpulkan untuk operator PT. Telkomsel yang dapat memenuhi target KPI ≥ 12
dBm adalah sebesar 99,96%. Untuk operator PT. XL yang dapat memenuhi target
KPI adalah sebesar 99,98%. Gambar 4.8 merupakan Grafik presentase KPI
acceptance untuk operator PT. Telkomsel dan PT. XL daerah Medan baru.

36

100
80
60

Telkomsel

40

XL

20
0
Telkomsel

XL

Gambar 4.8 Grafik KPI Ec/No Operator PT. Telkomsel dan PT. XL
Sehingga didapat untuk operator PT. Telkomsel dan PT. XL berdasarkan
data hasil pengukuran Ec/No di daerah Medan Baru belum memenuhi target nilai
KPI ≥ 12 dBm dengan nilai acceptance ≥ 95 %.

4.5 Perbandingan Kecepatan Pengunduhan Data
Target nilai KPI untuk paremter Throughput DL dapat dilihat pada Tabel
4.9 Target KPI tersebut didapat dari hasil kesepakantan antar operator
telekomunikasi dengan presentasi nilai acceptance ≥ 95 %.
Tabel 4.9 Tabel nilai Acceptance KPI Throughupt DL
Type layanan

Parameter

Metode Pengukuran

Target KPI

Coverage

Thoughput DL

Drive Test

≥ 256 kbps

Dari data hasil pengukuran drive test pada derah Medan Baru dapat
disimpulkan untuk operator PT. Telkomsel yang dapat memenuhi target KPI ≥
256 kbps adalah sebesar 99,97%. Untuk operator PT. XL yang dapat memenuhi
target KPI ≥ 256 kbps adalah sebesar 80,99%. Gambar 4.9 merupakan Grafik

37

presentase KPI acceptance untuk operator PT. Telkomsel dan PT. XL daerah
Medan baru.

100
80
60

Telkomsel

40

XL

20
0
Telkomsel

XL

Gambar 4.9 Grafik KPI Throughput DL Operator PT. Telkomsel dan PT. XL

4.6 Analisis Pengukuran
Pada hasil pengukuran yang telah di lakukan pada daerah Medan Baru
memiliki beberapa daerah dengan level CPICH RSCP, CPICH Ec/No dan
Throughput DL pada kategori jelek yang disebut dengan istilah bad spot. Berikut
ini merupakan analisis daerah bad spot berdasarkan hasil pengukuran
menggunakan software tems investigation dan mapinfo profesional.

4.6.1 Bad Spot CPICH RSCP
Bad Spot CPICH RSCP dimana area yang memiliki nilai dibawah -80
dBm termasuk dalam kategori “low covarege”.
Gambar 4.10 dan 4.11 menunjukkan hasil dari RSCP Legend dan
Keseluruhan Bad Spot operator PT. Telkomsel pada daerah Medan Baru.

38

Gambar 4.10 Legend RSCP Operator PT. Telkomsel

Gambar 4.11 Hasil Plot Keseluruhan Bad Spot RSCP Operator PT. Telkomsel
menggunakan software mapinfo
1. Bad Spot 1 CPICH RSCP Operator PT. Telkomsel
Untuk melihat posisi site neighbor pada titik bad spot operator PT.
Telkomsel dapat dilihat pada Gambar 4.12.

39

Gambar 4.12 Bad Spot 1 Operator PT. Telkomsel menggunakan software Tems
Site neighbor (site tetangga) untuk lokasi bad spot tersebut sangat jauh
dari posisi UE dengan tinggi antena 30 meter dan terletak di jalan Perpustakaan
USU. Jarak antara node B dengan UE sekitar 410 meter dan 290 meter. Pada
keadaan ini level RSCP yang diterima UE lebih buruk yaitu -105 dBm. Hal
tersebut terjadi karena jarak antar node B dan UE yang semakin jauh dan ada
obstacle yang menghalangi daya pacar antena yaitu gedung Pusat Bahasa USU.
Penambahan site menjadi salah satu solusi untuk memperbaiki kualitas
RSCP pada lokasi tersebut agar jarak lokasi UE lebih dekat. Akan tetapi sudut
antena harus diubah mengarah ke lokasi bad spot agar kuat pancar yang diberikan
antena sampai pada lokasi UE.
Gambar 4.13 dan 4.14 menunjukkan hasil dari RSCP Legend dan
Keseluruhan Bad Spot operator PT. XL pada daerah Medan Baru.

40

Gambar 4.13 Legend RSCP Operator PT. XL

Gambar 4.14 Hasil Plot Keseluruhan Bad Spot RSCP Operator PT. XL
menggunakan software mapinfo
2. Bad Spot 1 CPICH RSCP Operator PT. XL
Untuk melihat posisi site neighbor pada titik bad spot operator PT. XL
dapat dilihat pada Gambar 4.15.

41

Gambar 4.15 Bad Spot 1 Operator PT. XL menggunakan software Tems
Site neighbor (site tetangga) untuk lokasi bad spot tersebut sangat jauh
dari posisi UE dengan tinggi antena 30 meter dan terletak di jalan Sei Sipirok.
Jarak antara node B dengan UE sekitar 490 meter dan 340 meter. Pada keadaan ini
level RSCP yang diterima UE lebih buruk yaitu -96.84 dBm. Hal tersebut terjadi
karena jarak antar node B dan UE yang semakin jauh dan ada obstacle yang
menghalangi daya pacar antena.
Penambahan site menjadi salah satu solusi untuk memperbaiki kualitas
RSCP pada lokasi tersebut agar jarak lokasi UE lebih dekat. Akan tetapi sudut
antena harus diubah mengarah ke lokasi bad spot agar kuat pancar yang diberikan
antena sampai pada lokasi UE.
3. Bad Spot 2 CPICH RSCP Operator PT. XL
Untuk melihat posisi site neighbor pada titik bad spot operator PT. XL
dapat dilihat pada Gambar 4.16.

42

Gambar 4.16 Bad Spot 2 Operator PT. XL menggunakan software Tems
Site neighbor (site tetangga) untuk lokasi badspot tersebut sangat jauh dari
posisi UE dengan tinggi antena 30 meter dan terletak di jalan Dr. Mansyur. Jarak
antara node B dengan UE sekitar 610 meter dan 310 meter. Pada keadaan ini level
RSCP yang diterima UE lebih buruk yaitu -85.67 dBm. Hal tersebut terjadi karena
jarak antar node B dan UE yang semakin jauh dan ada obstacle yang menghalangi
daya pacar antena yaitu gedung Fakultas Kedokteran USU dan Rumah Sakit USU.
Penambahan site menjadi salah satu solusi untuk memperbaiki kualitas
RSCP pada lokasi tersebut agar jarak lokasi UE lebih dekat. Akan tetapi sudut
antena harus diubah mengarah ke lokasi bad spot agar kuat pancar yang diberikan
antena sampai pada lokasi UE.
4. Bad Spot 3 CPICH RSCP Operator PT. XL
Untuk melihat posisi site neighbor pada titik bad spot operator PT. XL
dapat dilihat pada Gambar 4.17.

43

Gambar 4.17 Bad Spot 3 Operator PT. XL menggunakan software Tems
Site neighbor (site tetangga) untuk lokasi badspot tersebut sangat jauh dari
posisi UE dengan tinggi antena 30 meter dan terletak di jalan Jamin Ginting. Jarak
antara node B dengan UE sekitar 650 meter dan 450 meter. Pada keadaan ini level
RSCP yang diterima UE lebih buruk yaitu -81.64 dBm. Hal tersebut terjadi karena
jarak antar node B dan UE yang semakin jauh dan ada obstacle yang menghalangi
daya pacar antena.
Penambahan site menjadi salah satu solusi untuk memperbaiki kualitas
RSCP pada lokasi tersebut agar jarak lokasi UE lebih dekat. Akan tetapi sudut
antena harus diubah mengarah ke lokasi bad spot agar kuat pancar yang diberikan
antena sampai pada lokasi UE.

4.6.2 Bad Spot CPICH Ec/No
Bad Spot CPICH Ec/No dimana area yang memiliki nilai dibawah -9 dBm
termasuk dalam kategori “low covarege”.

44

Gambar 4.18 dan 4.19 menunjukkan hasil dari Ec/No Legend dan
Keseluruhan Bad Spot operator PT. Telkomsel pada daerah Medan Baru.

Gambar 4.18 Legend Ec/No Operator PT. Telkomsel

Gambar 4.19 Hasil Plot Keseluruhan Bad Spot Ec/No Operator PT. Telkomsel
menggunakan software mapinfo
1. Bad Spot 1 CPICH Ec/No Operator PT. Telkomsel
Untuk melihat posisi site neighbor pada titik bad spot operator PT.
Telkomsel dapat dilihat pada Gambar 4.20.

45

Gambar 4.20 Bad Spot 1 Operator PT. Telkomsel menggunakan software Tems
Pada Gambar 4.20 Site neighbor (site tetangga) untuk lokasi bad spot
tersebut sangat jauh dari posisi UE dengan tinggi antena 29 meter dan terletak di
jalan Universitas. Jarak antara node B dengan UE sekitar 300 meter. Pada keadaan
ini level Ec/No yang diterima UE lebih buruk yaitu -15.42 dBm. Hal tersebut
terjadi karena jarak antar node B dan UE yang semakin jauh dan ada obstacle
yang menghalangi daya pacar antena. Sehingga operator PT. Telkomsel dapat
mensetting ulang sudut antena node B ke arah yang lebih tepat ke UE atau
menambah site baru agar daerah coverange nya lebih maksimal.
Penambahan site menjadi salah satu solusi untuk memperbaiki kualitas
Ec/No pada lokasi tersebut agar jarak lokasi UE lebih dekat. Akan tetapi sudut
antena harus diubah mengarah ke lokasi bad spot agar kuat pancar yang diberikan
antena sampai pada lokasi UE.

46

2. Bad Spot 2 CPICH Ec/No Operator PT. Telkomsel
Untuk melihat posisi site neighbor pada titik bad spot operator PT.
Telkomsel dapat dilihat pada Gambar 4.21

Gambar 4.21 Bad Spot 2 Operator PT. Telkomsel menggunakan software Tems
Pada Gambar 4.21 Site neighbor (site tetangga) untuk lokasi bad spot
tersebut sangat jauh dari posisi UE dengan tinggi antena 29 meter dan terletak di
jalan Berdikari. Jarak antara node B dengan UE sekitar 210 meter. Pada keadaan
ini level Ec/No yang diterima UE lebih buruk yaitu -15.93 dBm. Hal tersebut
terjadi karena jarak antar node B dan UE yang semakin jauh dan ada obstacle
yang menghalangi daya pacar antena. Sehingga operator PT. Telkomsel dapat
mensetting ulang sudut antena node B ke arah yang lebih tepat ke UE atau
menambah site baru agar daerah coverange nya lebih maksimal.
Penambahan site menjadi salah satu solusi untuk memperbaiki kualitas
Ec/No pada lokasi tersebut agar jarak lokasi UE lebih dekat. Akan tetapi sudut
antena harus diubah mengarah ke lokasi bad spot agar kuat pancar yang diberikan
antena sampai pada lokasi UE.

47

3. Bad Spot 3 CPICH Ec/No Operator PT. Telkomsel
Untuk melihat posisi site neighbor pada titik bad spot operator PT.
Telkomsel dapat dilihat pada Gambar 4.22.

Gambar 4.22 Bad Spot 3 Operator PT. Telkomsel menggunakan software Tems
Pada Gambar 4.22 Site neighbor (site tetangga) untuk lokasi badspot
tersebut sangat jauh dari posisi UE dengan tinggi antena 29 meter dan terletak di
jalan Harmonika. Jarak antara node B dengan UE sekitar 820 meter. Pada keadaan
ini level Ec/No yang diterima UE lebih buruk yaitu -16.42 dBm. Hal tersebut
terjadi karena jarak antar node B dan UE yang semakin jauh dan ada obstacle
yang menghalangi daya pacar antena. Sehingga operator PT. Telkomsel dapat
mensetting ulang sudut antena node B ke arah yang lebih tepat ke UE atau
menambah site baru agar daerah coverange nya lebih maksimal.
Penambahan site menjadi salah satu solusi untuk memperbaiki kualitas
Ec/No pada lokasi tersebut agar jarak lokasi UE lebih dekat. Akan tetapi sudut
antena harus diubah mengarah ke lokasi bad spot agar kuat pancar yang diberikan
antena sampai pada lokasi UE.

48

4. Bad Spot 4 CPICH Ec/No Operator PT. Telkomsel
Untuk melihat posisi site neighbor pada titik bad spot operator PT.
Telkomsel dapat dilihat pada Gambar 4.23.

Gambar 4.23 Bad Spot 4 Operator PT. Telkomsel menggunakan software Tems
Pada Gambar 4.23 Site neighbor (site tetangga) untuk lokasi bad spot
tersebut sangat jauh dari posisi UE dengan tinggi antena 29 meter dan terletak di
jalan Harmonika. Jarak antara node B dengan UE sekitar 690 meter. Pada keadaan
ini level Ec/No yang diterima UE lebih buruk yaitu -14.44 dBm. Hal tersebut
terjadi karena jarak antar node B dan UE yang semakin jauh dan ada obstacle
yang menghalangi daya pacar antena. Sehingga operator PT. Telkomsel dapat
mensetting ulang sudut antena node B ke arah yang lebih tepat ke UE atau
menambah site baru agar daerah coverange nya lebih maksimal.
Penambahan site menjadi salah satu solusi untuk memperbaiki kualitas
Ec/No pada lokasi tersebut agar jarak lokasi UE lebih dekat. Akan tetapi sudut
antena harus diubah mengarah ke lokasi bad spot agar kuat pancar yang diberikan
antena sampai pada lokasi UE.

49

Gambar 4.24 dan 4.25 menunjukkan hasil dari Ec/No Legend dan
Keseluruhan Bad Spot operator PT. XL pada daerah Medan Baru.

Gambar 4.24 Legend Ec/No Operator PT. XL

Gambar 4.25 Hasil Plot Keseluruhan Bad Spot Ec/No Operator PT. XL
menggunakan software mapinfo

50

5. Bad Spot 1 CPICH Ec/No Operator PT. XL
Untuk melihat posisi site neighbor pada titik bad spot operator PT. XL
dapat dilihat pada Gambar 4.26.

Gambar 4.26 Bad Spot 1 Operator PT. XL menggunakan software Tems
Pada Gambar 4.26 Site neighbor (site tetangga) untuk lokasi bad spot
tersebut sangat jauh dari posisi UE dengan tinggi antena 29 meter dan terletak di
jalan Sei Belutu. Jarak antara node B dengan UE sekitar 650 meter dan 450 meter.
Pada keadaan ini level Ec/No yang diterima UE lebih buruk yaitu -18.05 dBm.
Hal tersebut terjadi karena jarak antar node B dan UE yang semakin jauh dan ada
obstacle yang menghalangi daya pacar antena. Sehingga operator PT. XL dapat
mensetting ulang sudut antena node B ke arah yang lebih tepat ke UE atau
menambah site baru agar daerah coverange nya lebih maksimal.

6. Bad Spot 2 CPICH Ec/No Operator PT. XL
Untuk melihat posisi site neighbor pada titik bad spot operator PT. XL
dapat dilihat pada Gambar 4.27.

51

Gambar 4.27 Bad Spot 2 Operator PT. XL menggunakan software Tems
Pada Gambar 4.27 Site neighbor (site tetangga) untuk lokasi bad spot
tersebut sangat jauh dari posisi UE dengan tinggi antena 29 meter dan terletak di
jalan Sipirok. Jarak antara node B dengan UE sekitar 350 meter dan 450 meter.
Pada keadaan ini level Ec/No yang diterima UE lebih buruk yaitu -19.34 dBm.
Hal tersebut terjadi karena jarak antar node B dan UE yang semakin jauh dan ada
obstacle yang menghalangi daya pacar antena. Sehingga operator PT. XL dapat
mensetting ulang sudut antena node B ke arah yang lebih tepat ke UE atau
menambah site baru agar daerah coverange nya lebih maksimal.

7. Bad Spot 3 CPICH Ec/No Operator PT. XL
Untuk melihat posisi site neighbor pada titik bad spot operator PT. XL
dapat dilihat pada Gambar 4.28.

52

Gambar 4.28 Bad Spot 3 Operator PT. XL menggunakan software Tems
Pada Gambar 4.28 Site neighbor (site tetangga) untuk lokasi bad spot
tersebut sangat jauh dari posisi UE dengan tinggi antena 29 meter dan terletak di
jalan Kapten Pattimura. Jarak antara node B dengan UE sekitar 790 meter dan 570
meter. Pada keadaan ini level Ec/No yang diterima UE lebih buruk yaitu -19.34
dBm. Hal tersebut terjadi karena jarak antar node B dan UE yang semakin jauh
dan ada obstacle yang menghalangi daya pacar antena. Sehingga operator PT. XL
dapat mensetting ulang sudut antena node B ke arah yang lebih tepat ke UE atau
menambah site baru agar daerah coverange nya lebih maksimal.

8. Bad Spot 4 CPICH Ec/No Operator PT. XL
Untuk melihat posisi site neighbor pada titik bad spot operator PT. XL
dapat dilihat pada Gambar 4.29.

53

Gambar 4.29 Bad Spot 4 Operator PT. XL menggunakan software Tems
Pada Gambar 4.29 Site neighbor (site tetangga) untuk lokasi bad spot
tersebut sangat jauh dari posisi UE dengan tinggi antena 29 meter dan terletak di
jalan Sei Belutu. Jarak antara node B dengan UE sekitar 600 meter dan 420 meter.
Pada keadaan ini level Ec/No yang diterima UE lebih buruk yaitu -18.37 dBm.
Hal tersebut terjadi karena jarak antar node B dan UE yang semakin jauh dan ada
obstacle yang menghalangi daya pacar antena. Sehingga operator PT. XL dapat
mensetting ulang sudut antena node B ke arah yang lebih tepat ke UE atau
menambah site baru agar daerah coverange nya lebih maksimal.

4.6.3 Bad Spot Throughput DL
Bad Spot Throughput DL dimana area yang memiliki nilai dibawah 384
kbps termasuk dalam kategori “low covarege”.
Gambar 4.30 dan 4.31 menunjukkan hasil dari Throughput DL Legend dan
Keseluruhan Bad Spot operator PT. Telkomsel pada daerah Medan Baru.

54

Gambar 4.30 Legend Throughput DL Operator PT. Telkomsel

Gambar 4.31 Hasil Plot Keseluruhan Bad Spot Throughput DL Operator PT.
Telkomsel menggunakan software mapinfo
1. Bad Spot 1 Throughput DL Operator PT. Telkomsel
Untuk melihat posisi site neighbor pada titik bad spot operator PT.
Telkomsel dapat dilihat pada Gambar 4.32.

55

Gambar 4.32 Bad Spot 1 Operator PT. Telkomsel menggunakan software Tems
Pada Gambar 4.32 Site neighbor (site tetangga) untuk lokasi bad spot
tersebut sangat jauh dari posisi UE dengan tinggi antena 29 meter dan terletak di
jalan Sei Padang. Jarak antara node B dengan UE sekitar 180 meter. Pada keadaan
ini level Throughput DL yang diterima UE lebih buruk yaitu 337.10 kbps. Hal
tersebut terjadi karena jarak antar node B dan UE yang semakin jauh dan ada
obstacle yang menghalangi daya pacar antena. Sehingga operator PT. Telkomsel
dapat mensetting ulang sudut antena node B ke arah yang lebih tepat ke UE atau
menambah site baru agar daerah coverange nya lebih maksimal.
Gambar 4.33 dan 4.34 menunjukkan hasil dari Throughput DL Legend dan
Keseluruhan Bad Spot operator PT. XL pada daerah Medan Baru.

56

Gambar 4.33 Legend Throughput DL Operator PT. XL

Gambar 4.34 Hasil Plot Keseluruhan Bad Spot Throughput DL Operator PT. XL
menggunakan software mapinfo

2. Bad Spot 1 Throughput DL Operator PT. XL
Untuk melihat posisi site neighbor pada titik bad spot operator PT. XL
dapat dilihat pada Gambar 4.35.

57

Gambar 4.35 Bad Spot 1 Operator PT. XL menggunakan software Tems
Pada Gambar 4.35 Site neighbor (site tetangga) untuk lokasi bad spot
tersebut sangat jauh dari posisi UE dengan tinggi antena 29 meter dan terletak di
jalan Sembada. Jarak antara node B dengan UE sekitar 180 meter. Pada keadaan
ini level Throughput DL yang diterima UE lebih buruk yaitu 35.61 kbps. Hal
tersebut terjadi karena jarak antar node B dan UE yang semakin jauh dan ada
obstacle yang menghalangi daya pacar antena. Sehingga operator PT. Telkomsel
dapat mensetting ulang sudut antena node B ke arah yang lebih tepat ke UE atau
menambah site baru agar daerah coverange nya lebih maksimal.

3. Bad Spot 2 Throughput DL Operator PT. XL
Untuk melihat posisi site neighbor pada titik bad spot operator PT. XL
dapat dilihat pada Gambar 4.36.

58

Gambar 4.36 Bad Spot 2 Operator PT. XL menggunakan software Tems
Pada Gambar 4.36 Site neighbor (site tetangga) untuk lokasi bad spot
tersebut sangat jauh dari posisi UE dengan tinggi antena 29 meter dan terletak di
jalan Pasar 4. Jarak antara node B dengan UE sekitar 600 meter. Pada keadaan ini
level Throughput DL yang diterima UE lebih buruk yaitu 239.79 kbps. Hal
tersebut terjadi karena jarak antar node B dan UE yang semakin jauh dan ada
obstacle yang menghalangi daya pacar antena. Sehingga operator PT. Telkomsel
dapat mensetting ulang sudut antena node B ke arah yang lebih tepat ke UE atau
menambah site baru agar daerah coverange nya lebih maksimal.

59

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Dari hasil yang telah diperoleh, maka dapat ditarik kesimpulan :
1. Kuat sinyal yaitu RSCP di area Medan Baru untuk operator PT. Telkomsel
sebesar 99,98% dan untuk operator PT. XL sebesar 80,85%.
2. Kualitas sinyal yaitu Ec/No di area Medan Baru untuk Operator PT.
Telkomsel sebesar 99,96% dan untuk operator PT. XL sebesar 99,98%.
3. Kecepatan pengunduhan data yaitu Throughput DL di area Medan baru
untuk operator PT. Telkomsel sebesar 99,97% dan untuk operator PT. XL
sebesar 99,99%.
4. Melihat dari hasil Drive Test, operator PT. Telkomsel lebih baik
dibandingkan operator PT. XL. Hal ini disebabkan di beberapa titik
operator PT. Telkomsel lebih dominan, jumlah site, penempatan site yang
tepat dan minimnya obstacle.

5.2 Saran
Untuk mengembangkan Tugas Akhir ini ke depan diharapkan :
1. Pengujian dapat dikembangkan pada sistem jaringan 4G.

60

2. Pengujian dapat dilakukan dengan area cakupan lebih luas.
3.

Pengujian

berikutnya

dapat

menambahkan

jumlah

operator.

61