Peran Penyuluh Dalam Pengembangan Kegiatan Kelompok Tani (Studi Kasus: Desa subur, Kecamatan Air Joman, Kabupaten Asahan)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Pustaka
Penyuluhan pertanian merupakan penyuluhan tertua di antara penyuluhanpenyuluhan yang ada di Indonesia dimulai yakni di zaman pemerintahan Belanda
di Indonesia. Dari sejak berdirinya sampai sekarang, sedikitnya ada dua pihak
yang belum mengalami perubahan sejak berdirinya penyuluhan pertanian, yakni
petani dan keluarganya yang menerima penyuluhan, dan petugas pemerintah
sebagai pemberi penyuluhan. Pihak yang terkait dengan penyuluhan pertanian
berkembang sesuai dengan perkembangan kebutuhan, baik pemerintah maupun
petani dan keluarganya, swasta, lembaga swadaya masyarakat dan sebagainya
(Yustiana dan Sudrajat, 2003).
Penyuluh Pertanian membawa 2 (dua) misi pokok, yaitu:
a. Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM)
b. Ahli Teknologi
Kedua misi pokok ini merupakan tugas yang perlu dilaksanakan oleh
penyuluh

pertanian

untuk


membawa

kemajuan

pada

sektor

pertanian,

pengembangan sumber daya manusia (SDM) berinti pada pengembangan prilaku
dan kemampuan serta pendayagunaan kemampuan-kemampuan yang telah
berkembang didalam upaya-upaya peningkatan pendapatan, kesejahteraan,
penciptaan

lapangan

kerja,


kesehatan

lingkungan

serta

kelangsungan

pembangunan pertanian dan pembangunan nasional (B. Sinulingga, 1995).
Mutu petani khususnya SDM nya hanya dapat diwujudkan melalui proses
pendidikan yang berintikan pemberdayaan yaitu penyuluhan pertanian. Tanpa

8
Universitas Sumatera Utara

mutu, SDM petani akan sulit dicapai akselerasi pembangunan pertanian di masa
kini dan masa mendatang. Mutu SDM petani akan dapat mendukung
pembangunan pertanian kini dan masa yang mendatang, karena manakala
penyuluh pertanian merupakan proses pemberdayaan bukan transfer teknologi.
Menurut Yustiana dan Sudrajat (2003), menyuluh bukannya “mengubah

cara bertani” melainkan “mengubah petani” yang dilaksanakan melalui 6 (enam)
dimensi belajar, yaitu:
a.

Learning to know (penguasaan konsep, komunikasi informasi, pemahaman
lingkungan, rasa senang memahami, mengerti dan menemukan sesuatu).

b.

Learning to do (penekanan pada skill tingkat rendah hingga tingkat tinggi
menuju kearah kompetensi).

c.

To live together (mengenal diri sendiri, mengenal diri orang lain, menemukan
tujuan bersama dan dapat bekerjasama dengan orang lain).

d.

Learning to be (memecahkan masalah sendiri, mengambil keputusan dan

memikul tanggung jawab dan belajar untuk disiplin).

e.

Learning society (mengembangkan diri secara utuh, terus menerus, seperti
Socrates mengatakan “I know nothing, I don’t where I know”. Belajarlah dari
buayan hingga liang lahat. Tuntutlah ilmu walau ke negeri Cina, belajar
adalah intisari hidup.

f.

Learning organization (belajar memimpin, belajar berorganisasi, belajar
mengajarkan kepada orang lain).
Penyuluhan pertanian lebih luas dan lebih jauh dari sekedar kegiatan

penerangan. Penyuluhan melibatkan proses komunikasi umpan balik dan ada
evaluasi terhadap perubahan perilaku yang dicapai pada diri sasaran. Penyuluh

Universitas Sumatera Utara


pertanian merupakan peran yang tidak mudah, harus mengubah usahatani dan
perilaku petani beserta masyarakatnya.
Penyuluh pertanian merupakan sarana kebijaksanaan yang dapat
digunakan pemerintah untuk mendorong pembangunan pertanian. Oleh karena itu,
penyuluh pertanian harus ahli pertanian yang berkompeten, di samping itu bisa
bekomunikasi secara efektif dengan petani, dan harus dapat mendorong minat
belajar petani. Menurut Van Den Ban dan Hawknis (1999), sejumlah tahapan
yang harus ditempuh dalam menyusun rencana komunikasi untuk suatu kegiatan
penyuluhan adalah:
a. Menganalisa masalah yang dihadapi
b. Merumuskan tujuan komunikasi
c. Memilih media
d. Menentukan pendekatan yang digunakan.
Menurut Nasution (1990), faktor penyampaian pengkomunikasian hal-hal
yang disuluhkan dalam melakukan penyuluhan adalah amat penting, karena itu
penyuluh menuntut dipersiapkannya lebih dahulu suatu design yang secara
terperinci dan spesifik yang menggambarkan hal-hal pokok sebagai berikut:
a. Masalah yang dihadapi.
b. Siapa yang akan disuluh.
c. Apa tujuan yang hendak dicapai dari setiap kegiatan penyuluhan.

d. Pendekatan yang dipakai.
e. Metode atau saluran yang dipakai.
f. Sistem evaluasi di dalam rencana keseluruhan kegiatan yang dimaksud.

Universitas Sumatera Utara

Secara garis besar ada 2 (dua) peran ataupun peranan penyuluh, yaitu:
a. Sebagai transfer teknologi atau menyampaikan inovasi dan mempengaruhi
sasaran agar sasaran dapat mengadopsi inovasi yang disampaikan.
b. Sebagai jembatan atau penghubung antara pemerintah (Lembaga Penyuluhan)
yang diwakili dengan masyarakat sasarannya.
Sehubungan dengan peran penyuluh tersebut, ada tiga peran penyuluh
yang terdiri dari kegiatan, peleburan diri dengan masyarakat sasaran
menggerakkan

masyarakat

untuk

melakukan


perubahan-perubahan

dan

memantapkan hubungan dengan masyarakat sasaran. Lebih lanjut (Lippith 1958)
dalam (Nuryanto, 2000) merinci dua peranan tersebut menjadi beberapa peran
sebagai berikut:
a. Mengembangkan kebutuhan untuk melakukan perubahan melalui mengenal
masalah dan kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan sasaran, memilih objek
perubahan yang tepat, menganalisa motivasi dan kemampuan sasaran untuk
melakukan perubahan, memilih sumber daya yang tersedia untuk tujuan
perubahan dengan tepat dan memilih peran bantu yang akan dimainkan dengan
tepat.
b. Menggerakan masyarakat untuk melakukan perubahan melalui tahapan,
menjalin kerjasama dan hubungan baik secara terus-menerus dengan
masyarakat sasaran, tokoh formal dan informal dengan tokoh masyarakat untuk
merencanakan dan memantapkan usaha-usaha perubahan sesuai dengan
tahapan perubahan-perubahan sebagai tenaga profesional dalam pembangunan
wilayah.


Universitas Sumatera Utara

Dalam kaitannya dengan peran penyuluh, Mosher (1968) dalam
(Nuryanto, 2000) mengemukakan bahwa setiap penyuluh harus mampu
melaksanakan 4 (empat) peran ganda sebagai berikut:
a. Sebagai guru, dapat mempengaruhi masyarakat sasaran untuk berubah
perilakunya.
b. Sebagai penganalisa, melakukan pengamatan dan memberi solusi terhadap
keadaan dan masalah atau kebutuhan masyarakat sasarannya.
c. Sebagai konsultan/penasehat, memberi alternatif pilihan perubahan yang tepat
baik dilihat dari segi teknis, ekonomis, maupun nilai-nilai sosial budaya
setempat.
d. Organisator, mampu menjalin hubungan dan kerjasama yang baik dengan
segenap lapisan masyarakat dalam upaya untuk melakukan perubahanperubahan yang direncanakan.
Melihat peranan penyuluh yang sangat besar dalam mengubah perilaku
petani, maka untuk merealisasikannya diperlukan pola yang mantap di bidang
pelayanan penyuluhan, maka senantiasa dilakukan pemantapan pola mengenai
lima segi(Kartasapoetra, 1994), yaitu:
a. Pemantapan struktur organisasi.

b. Pemantapan personalianya.
c. Pemantapan materi penyuluhan.
d. Pemantapan metode sistem kerja penyuluhan.
e. Pemantapan sasaran dan fasilitas.
Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi kemampuan penyuluh, baik
secara internal maupun eksternal. Faktor internal antara lain: tingkat pendidikan,

Universitas Sumatera Utara

motivasi, kepribadian dan harga diri serta keadaan sosial budaya penyuluh.
Adapun faktor eksternalnya antara lain: manajemen organisasi penyuluhan,
insentif atau fasilitas yang diperoleh penyuluh dalam menjalankan tugasnya serta
tingkat partisipasi sasaran yang berada di bawah koordinasinya. Faktor-faktor
tersebut harus diperhatikan oleh pihak pimpinan organisasi sehingga dapat
dijadikan sebagai acuan untuk mengupayakan peningkatan kompetensi penyuluh.
Penyuluhan pertanian sebagai bagian dari upaya mencerdaskan kehidupan
bangsa (khususnya petani) dan memajukan kesejahteraan pada umumnya
merupakan salah satu kunci sukses dalam rangka memperkuat kelompok tani,
selain dukungan inovasi teknologi serta kebijaksanaan makro ekonomi yang
berpihak pada petani (Mardikanto, 2007).

Banyak kelompok tani telah dikembangkan, tetapi banyak pula yang
dipertanyakan eksistensinya. Sering kelompok tumbuh menjamur seiring dengan
adanya tawaran paket kredit, tawaran subsidi sarana produksi, bantuan fisik, dan
dalam rangka dianjurkan untuk menerapkan teknologi. Tetapi fakta juga telah
menunjukkan, dengan berakhirnya bantuan tersebut, maka berakhir pula
kelompoknya dan teknologi anjuran mulai ditinggalkan. Ini semua menunjukkan
ada yang salah dengan upaya yang telah dilakukan lembaga pembina dalam
mengembangkan dan memperkuat kelompok tani.
Untuk itu diperlukan dukungan sumber daya manusia berkualitas melalui
penyuluhan pertanian dengan pendekatan kelompok yang dapat mendukung
sistem agribisnis berbasis pertanian (tanaman pangan, hortikultura, peternakan
dan perkebunan). Sehubungan dengan itu perlu dilakukan pembinaan dalam
rangka pertumbuhan dan pengembangan kelompok tani menjadi kelompok yang

Universitas Sumatera Utara

kuat dan mandiri untuk meningkatkan pendapatan petani dan keluarganya.
Pembinaan kelompok tani diarahkan pada penerapan sistem agribisnis,
peningkatan peranan, peran serta petani dan anggota masyarakat perdesaan
lainnya, dengan menumbuh kembangkan kerja sama antar petani dan pihak

lainnya yang terkait untuk mengembangkan usahataninya. Selain itu pembinaan
kelompok tani diharapkan dapat membantu menggali potensi, memecahkan
masalah usahatani anggotanya secara lebih efektif, dan memudahkan dalam
mengakses informasi, pasar, teknologi, permodalan dan sumber daya lainnya.
Penyuluhan pertanian yang efektif sangat penting didalam pembangunan
pertanian, terutama di negara yang sedang berkembang. Disamping itu, juga ada
beberapa masalah yang mengurangi keefektifan penyuluhan pertanian di beberapa
negara (Van Den Ban, 1999), seperti dibawah ini:
a. Teknologi tepat guna tidak tersedia bagi petani.
b. Tidak ada keterkaitan yang efektif antara penyuluh pertanian dan lembaga
penelitian pertanian.
c. Kurangnya tenaga lapangan yang terlatih dalam teknologi pertanian.
d. Petugas penyuluh pertanian yang kurang memperoleh latihan dalam.
e. metode penyuluhan dan keterampilan berkomunikasi.
f. Tenaga lapangan kurang memiliki fasilitas transportasi (mobilitas) untuk
mencapai petani dengan efektif.
g. Petugas penyuluh kekurangan alat untuk mengajar dan berkomunikasi.
h. Karena masalah organisasi, penyuluh dibebani tugas ganda di samping tugas
penyuluhannya sendiri.

Universitas Sumatera Utara

2.2. Landasan Teori
Penyuluhan pertanian merupakan pendidikan non formal bagi petani
beserta keluarganya yang meliputi kegiatan dalam ahli pengetahuan dan
keterampilan dari penyuluh lapangan kepada petani dan keluarganya berlangsung
melalui proses belajar mengajar. Penyuluhan pertanian harus ahli pertanian yang
berkompeten, disamping bisa berkomunikasi secara efektif dengan petani
sehingga dapat mendorong minat belajar mereka dan harus berorientasi pada
masalah yang dihadapi oleh petani, sesuai dengan kenyataan dan pemahaman
mereka.
Tujuan utama dari penyuluhan pertanian adalah mempengaruhi para petani
dan keluarganya agar berubah perilakunya, yang akan menyebabkan perbaikan
mutu hidup dari para keluarga tani. Jadi perubahan perilaku itu dapat terjadi dalam
3 (tiga) bentuk (Yustiana dan Sudrajat, 2003), yaitu:
a. Bertambahnya perbendaharaan informasi yang berguna bagi petani
b. Tumbuhnya keterampilan, kemampuan dan kebiasaan baru yang bertambah
baik.
c. Timbulnya sikap mental dan motivasi yang lebih kuat sesuai yang dikehendaki.
“Peranan” merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan (status)
seseorang yang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukan
menunjukkan dia menjalankan perannya. Hak dan kewajiban haruslah dalam
keseimbangan. Hak dan kewajiban itu merupakan dua hal yang saling berkaitan
yang dijalankan seseorang haruslah sesuai dengan ketentuan peranan yang
seharusnya dilakukan dan sesuai pula dengan harapan peranan yang dilakukan.

Universitas Sumatera Utara

Peranan adalah status atau kedudukan seseorang dalam usahatani atau
peranan juga dapat diartikan sebagi kegiatan yang dilakukan atau prilaku individu.
Sedangkan yang dimaksud peranan tenaga kerja anak-anak adalah keikut sertaan
tenaga kerja anak-anak dalam usaha pertanian, yaitu penyiapan lahan, pembibitan,
penanaman, pemilihan dan panen (Abbas, 1983).
Peranan ialah bagian yang dimainkan oleh seseorang pada setiap keadaan
dan cara bertingkah laku untuk menyelaraskan diri dengan keadaan. Hasil
penelitian Menurut Departemen Pertanian 1980, kelompok tani adalah kumpulan
orang-orang tani atau petani yang terdiri atas petani dewasa (pria/wanita) yang
melakukan usahatani dan terlibat secara informal dalam suatu wilayah kelompok
atas dasar keserasian dan kebutuhan bersama-sama. Sebagai unit terkecil dalam
pembagian wilayah kerja penyuluhan pertanian adalah Wilayah Kerja Penyuluhan
Pertanian yang disingkat dengan WKPP, dimana setiap WKPP terdiri dari
beberapa kelompok tani yang dapat meliputi satu desa atau lebih.
Berdasarkan

Peraturan

Menteri

Pertanian

Indonesia

nomor

273/Kpts/OT.160/4/2007 tentang Pedoman Pembinaan Kelembagaan Petani,
bahwa tumbuh dan berkembangnya kelompok-kelompok dalam masyarakat,
umumnya didasarkan atas adanya kepentingan dan tujuan bersama, sedangkan
kekompakan kelompok tersebut tergantung kepada faktor pengikat yang dapat
menciptakan keakraban individu-individu yang menjadi anggota kelompok.
Pertumbuhan

kelompok

tani

dapat

dimulai

dari

kelompok-

kelompok/organisasi sosial yang sudah ada dimasyarakat yang selanjutnya
melalui kegiatan penyuluhan pertanian diarahkan menuju bentuk kelompok tani
yang semakin terikat oleh kepentingan dan tujuan bersama dalam meningkatkan

Universitas Sumatera Utara

produksi dan pendapatan dari usahataninya. Kelompok tani juga dapat
ditumbuhkan dari petani dalam satu wilayah, dapat berupa satu dusun atau lebih,
satu desa atau lebih.
Berdasarkan

peraturan

Menteri

Pertanian

Indonesia

nomor

273/Kpts/OT.160/4/2007 tentang pedoman pembinaan kelembagaan petani,
bahwa pengembangan kelompok tani diarahkan pada peningkatan kemampuan
kelompok tani dalam melaksanakan fungsinya, peningkatan kemampuan para
anggota dalam mengembangkan agribisnis, penguatan kelompok tani menjadi
organisasi petani yang kuat dan mandiri yang dicirikan antara lain: adanya
pertemuan/rapat anggota/rapat pengurus yang diselenggarakan secara berkala dan
berkesinambungan.
Disusunannya rencana kerja kelompok secara bersama dan dilaksanakan
oleh para pelaksana sesuai dengan kesepakatan bersama dan setiap akhir
pelaksanaan dilakukan evaluasi secara partisipasi, yaitu:
a. Memiliki aturan/norma yang disepakati dan ditaati bersama.
b. Memiliki pencatatan/pengadministrasian organisasi yang rapih.
c. Memfasilitasi kegiatan-kegiatan usaha bersama di sektor hulu dan hilir.
d. Memfasilitasi usahatani secara komersial dan berorientasi pasar.
e. Sebagai sumber serta pelayanan informasi dan teknologi untuk usaha para
petani umumnya dan anggota kelompok tani khususnya.
f. Adanya jalinan kerja sama antara kelompok tani dengan pihak lain.
g. Adanya pemupukan modal usaha baik iuran dari anggota atau penyisihan hasil
usaha/kegiatan kelompok.

Universitas Sumatera Utara

Untuk menilai keberhasilan kelompok tani maka perlu diadakan evaluasi
atau penilaian bagi kelompok tani atau yang sering disebut penilaian kelas
kelompok tani. Penilaian kelas kemampuan kelompok tani tersebut dilaksanakan
berdasarkan 5 tolok ukur/jurus untuk mengetahui sampai sejauh mana
perkembangan atau kemampuan kelompok tani, dengan indikator-indikator
sebagai berikut:
A. Kemampuan merancanakan kegiatan untuk meningkatkan produktivitas
usahatani para anggotanya, dengan nilai 300 dan indikator:
a. Mampu merencanakan usahatani dan peningkatan usaha kelompok
b. Mampu merencanakan produk sesuai dengan permintaan pasar (jumlah, mutu
dan waktu)
c. Mampu merencanakan pengolahan dan pemasaran hasil
d. Mampu merencanakan kegiatan peningkatan pengetahuan, keterampilan dan
sikap setiap anggotanya.
B. Kemampuan melaksanakan dan mentaati perjanjian dengan pihak lain dengan
nilai 100 dan indikator sebagai berikut:
a. Mampu memperoleh mitra usaha yang menguntungkan bagi usahatani anggota
kelompok .
b. Mampu membuat perjanjian kerjasama dengan mitra usaha.
c. Mampu berperan serta dalam gerakan pembangunan pertanian.
C. Kemampuan memupuk modal dan memanfaatkan pendapatan secara rasional,
dengan nilai 100 dan indikator:
a. Mampu memupuk modal, baik melalui tabungan anggota, simpan pinjam
maupun pendapatan dari usaha kelompok

Universitas Sumatera Utara

b. Mampu mengembangkan modal usaha
c. Mampu memanfaatkan pendapatan secara produktif
d. Mampu mendapatkan dan mengembalikan kredit dari Bank atau pihak lain.
D.Kemampuan meningkatkan hubungan melembaga dengan koperasi, nilai 200
dan indikator sebagai berikut:
a. Mampu mendorong anggotanya menjadi anggota koperasi/KUD
b. Mampu memanfaatkan pengetahuan perkoperasian bagi anggota
c. Mampu memanfaatkan pelayanan yang diberikan koperasi/KUD
d. Mampu menjadikan koperasi/KUD sebagai penyedia sarana pelaksana
pengolahan dan pemasaran hasil.
E. Kemampuan mencari dan memanfaatkan informasi, serta menggalang
kerjasama kelompok, dengan nilai 300 dengan indikator sebagai berikut:
a. Mampu secara teratur dan terus menerus mencari, menyampaikan, meneruskan
dan memanfaatkan informasi
b. Mampu mengembangkan kader kepemimpinan dan keahlian dari anggota
c. Tingkat kesejahteraan petani seluruh anggota kelompok lebih tinggi
dibandingkan dengan rata-rata kesejahteraan keluarga daerah bersangkutan.
Penilaian dilaksanakan oleh Balai Informasi Penyuluh Pertanian (BIPP).
Penilaian dilakukan minimal satu kali dalam setahun melalui laporan para
penyuluh dengan tolok ukur kemapuan dengan nilai maximum 1000 dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. Kelas Pemula : nilai 0 – 250
b. Kelas Lanjut : nilai 251-500
c. Kelas Madya : nilai 501-750

Universitas Sumatera Utara

d. Kelas Utama : nilai 751- 1000
Hasil penilaian dipergunakan sebagai bahan evaluasi kinerja masingmasing Balai Penyuluh Pertanian (BPP) dan PPL dalam pembinaan kelompok tani
di wilayah kerjanya. Berdasarkan penilaian tersebut maka dapat diukur tingkat
kelas setiap kelompok tani yang mempunyai tujuan sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui sampai sejauh mana tingkat kemampuan suatu kelompok
tani disuatu daerah berada, sehingga dapat menetapkan kelas kelompok
tersebut
b. Bagi pembina/penyuluh berguna untuk mengambil langkah-langkah dan
tindakan yang tepat dalam pembinaan dan pengembangan kelompok tani.
c. Pengukuran tingkat kemampuan kelompok tani bermanfaat bagi proses
pertumbuhan dan perkembangan kelompok tani selanjutnya.

Universitas Sumatera Utara

2.3. Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu
No
1

2

Nama
Peneliti
Putri
Resicha
(2011)

Judul Penelitian

Variabel
Pengamatan
Data Primer
dengan
jumlah sampel
25 kelompok
tani

Metode
Analisis
Metode
yang
digunakan
adalah
dengan
1. metode
skoring
2. metode
analisis
deskriptif

1.Bagaimana
perkembangan
kelompok tani di
daerah penelitian
selama
empat (4) tahun
terakhir?
2. Program dan
kegiatan apakah
yang dilakukan
penyuluh
terhadap
kelompok tani?
3. Bagaimana
sikap kelompok
PenelitiantaniTerdahulu

Data Primer
dengan
jumlah sampel
25 kelompok
tani

Metode
yang
digunakan
adalah
dengan
1. metode
analisis
deskriptif
2. metode
analisis
deskriptif
3. Skala
Likert
4. Metode
Skoring

Variabel

Metode

Peran
penyuluh
pertanian
dalam
pengembangan
kelompok tani di
Nagari Sungai Pua
Kecamatan Sungai
Pua
Kabupaten
Agam

Riduansyah Peranan Penyuluh
Surbakti
Pertanian Dalam
(2011)
Pengembangan
Kelompok Tani Di
Kecamatan
Sunggal.

Lanjutan Tabel 2.1.
No

Perumusan
Masalah
1. Bagaimana
peran penyuluh
pertanian dalam
pengembangan
Kelompok Tani
di Nagari Sungai
Pua Kecamatan
Sungai Pua
Kabupaten
Agam?
2. Apa kendala
penyuluh
pertanian di
lapangan dalam
kegiatan dan
pelaksanaan
upaya
pengembangan
Kelompok Tani
Nagari Sungai
Pua Kecamatan
Sungai Pua
Kabupaten
Agam?

Nama

Judul Penelitian

Perumusan

Kesimpulan
1.Peran
penyuluh dalam
pengembangan
kelompok tani
di
Nagari
Sungai
Pua,
dikategorikan
sudah berperan
dalam
menjalankan
tugasnya
sebagai
motivator,
edukator,
komunikator,
dan organisator.
Sedangkan
peran penyuluh
sebagai
katalisator dan
konsultan
digolongkan ke
dalam
tidak
berperan.
2.
Kendalayang
kendala
dihadapi
penyuluh
di
lapangan adalah
penyuluh belum
dapat
menyampaikan
aspirasi petani,
kurangnya
inovasi
yang
dapat
memajukan
usahatani, tidak
adanya koneksi
penyuluh
dengan
pihak
lainpangan.
1.Selama 3
tahun terakhir
dan sampai
sekarang
perkembangan
kelompok tani
terus meningkat
dilihat dari
jumlah
kelompok tani
dan jumlah
anggota
kelompok tani.
2. Penyuluh
pertanian
lapangan (PPL)
Kesimpulan

Universitas Sumatera Utara

mengambil keputusan dari berbagai alternatif pengetahuan yang ada untuk
menyelesaikan permasalahan dalam upaya meningkatkan kesejahteraannya.
Menurut Suhardiyono (1992), sistem penyuluhan pertanian didalam
otonomi daerah adalah sistem penyuluhan pertanian yang digerakkan oleh petani
dengan demikian petani harus dimampukan dan diberdayakan, sehingga petani
memiliki keahlian-keahlian yang dapat menyumbangkan kegiatannya ke arah
usahatani yang modren dan mampu bersaing, mampu menjalin jaringan kerjasama
diantara sesama petani maupun dengan kelembagaan sumber ilmu/teknologi, serta
mata rantai agribisnis yang peluangnya tersedia. Jadi pada akhirnya petani akan
menyelenggarakan sendiri kegiatan penyuluhan pertanian, dari petani, oleh petani
dan untuk petani.
Agar petani dapat melakukan praktek-praktek yang mendukung usahatani
maka petani membutuhkan informasi inovasi dibidang pertanian. Informasi
tersebut dapat diperoleh petani antara lain dari PPL (Penyuluh Pertanian Lapang)
melalui penyelenggaraan kegiatan penyuluhan pertanian. Penyuluhan dapat
menjadi sarana kebijaksanaaan yang efektif untuk mendorong pembangunan
pertanian dalam situasi petani tidak mampu mencapai tujuannya karena
keterbatasan pengetahuan dan wawasan. Sebagai sarana kebijakan penyuluhan,
hanya jika sejalan dengan kepentingan pemerintah atau organisasi yang mendanai
jasa penyuluhan guna mencapai tujuan petani tersebut. Lebih dari 500.000 agen
penyuluhan pertanian di dunia harus memainkan peranan yang sangat penting
dalam meningkatkan kompetensi petani. Mereka juga diharapkan memainkan
peranan baru, seperti memperkenalkan pertanian yang berkelanjutan yang
menuntut keterampilan-keterampilan baru (Van Den Ban,1999).

Universitas Sumatera Utara

Sudah sejak lama Pemerintah Indonesia berusaha meningkatkan taraf
hidup masyarakat petani yang merupakan porsi terbesar dari struktur masyarakat
Indonesia. Berbagai bentuk program telah diterapkan untuk membantu petani agar
mampu memiliki posisi tawar yang lebih tinggi dalam perekonomian di Indonesia.
Berbagai bantuan juga telah dilaksanakan mulai dari subsidi sarana produksi,
bantuan modal langsung, kredit usahatani, dan lain sebagainya yang jumlahnya
sangat beragam. Namun hasilnya petani Indonesia masih berpendapatan rendah,
masih tergantung terhadap berbagai bantuan, dan masih selalu berfikir belum
mampu bergerak sendiri dalam melaksanakan usahataninya. Begitu pula dengan
program-program penyuluhan pertanian yang selama ini sudah berjalan, belum
mampu secara optimal membantu petani dalam meningkatkan taraf hidupnya,
serta belum mampu mendorong petani untuk menemukan pemecahan masalahnya
sendiri dalam melaksanakan usahataninya (Mosher, 2008).
Untuk meningkatkan efektivitas dari kegiatan penyuluhan dan guna
menumbuh dan mengembangkan peran serta petani dalam pembangunan
pertanian, maka perlu dilakukan pembinaan terhadap kelompok tani yang
terbentuk sehingga nantinya kelompok tani tersebut akan mampu untuk tumbuh
dan berkembang menjadi kekuatan ekonomi yang memadai dan selanjutnya akan
mampu menopang kesejahteraan anggotanya (Nazir, 2005).
Subyek pembangunan pertanian adalah petani, masyarakat petani pada
umumnya dan kelompok tani pada khususnya. Sebagai salah satu komponen
dalam sistem agribisnis, maka peran kelompok sangat menentukan keberhasilan
pembangunan pertanian. Untuk itu telah banyak pihak yang memberikan
perhatian, dukungan dan bantuan pada kelompok tani, agar kelompok tersebut

Universitas Sumatera Utara

dapat berperan seperti yang diharapkan, yaitu sebagai lembaga yang tidak saja
berfungsi sebagai media belajar (learning by doing and discovery learning), tetapi
sekaligus juga sebagai unit produksi dan unit ekonomi. Pada era agribisnis seperti
sekarang ini, maka kelompok tani sebagai unit ekonomi akan mendapatkan
perhatian yang lebih banyak dibandingkan sebagai media belajar dan unit
produksi (Van Den Ban,1999).
Berdasarkan pendekatan kualitatif yang dilakukan, menunjukkan bahwa
kelompok tani terbentuk atas dasar inisiatif dari para petani sendiri oleh karena
adanya rasa senasib dan sepenanggungan akan lebih menjamin keberlanjutan dari
kelompok tersebut. Dari sisi aparat pembina, seorang penyuluh pertanian dalam
menjalankan fungsi dan peran harus memahami kondisi sosial setempat maupun
latar belakang dan kemampuan petani sebagai dasar dalam penyusunan rencana
kerja penyuluhan dengan tetap mengedepankan keikutsertaan petani sebagai mitra
kerja. Walaupun penyuluh pertanian telah berupaya bersama petani/kelompok tani
dalam menjalankan pembangunan di sektor pertanian, namun masih dibutuhkan
adanya kebijaksanaan pemerintah yang berpihak kepada penyuluhan pertanian.
Secara teoritis pengembangan kelompok tani dilaksanakan dengan
menumbuhkan kesadaran para petani, dimana keberadaan kelompok tani tersebut
dilakukan dari, oleh dan untuk petani. Pengembangan kelompok tani perlu
dilaksanakan dengan nuansa partisipatif sehingga prinsip kesetaraan, transparansi,
tanggung jawab, akuntabilitas serta kerjasama menjadi muatan-muatan baru
dalam pemberdayaan petani. Suatu kelompok tani yang terbentuk atas dasar
adanya kesamaan kepentingan diantara petani menjadikan kelompok tani tersebut
dapat eksis dan memiliki kemampuan untuk melakukan akses kepada seluruh

Universitas Sumatera Utara

sumber daya seperti sumber daya alam, manusia, modal, informasi, serta sarana
dan prasarana dalam pengembangan usahatani yang dilakukannya (Jasmal, 2007).
Peranan kelompok tani akan semakin meningkat apabila kekuatankekuatan yang dimiliki oleh kelompok tersebut dapat menggerakdan mendorong
perilaku anggotanya ke arah pencapaian tujuan kelompok, tetapi kelompok tani
tersebut akan berkembang menjadi lebih dinamis. Agar kegiatan kelompok tani
dinamis maka harus didukung oleh seluruh kegiatan yang memiliki peran penting
dalam pengembangan kelompok tani dalam melaksanakan rencana kerja
kelompok yang telah disepakati bersama. Pembentukan suatu kelompok tani
diharapkan pula dapat membantu untuk mengefisienkan waktu, biaya dan tenaga.
Oleh karenanya penyuluh pertanian sebagai perantara antara kemajuan teknologi
dan ilmu pertanian yang semakin berkembang dengan para petani, diharapkan
dapat memberikan informasi dan pengetahuan yang berguna bagi petani di bawah
naungan kelompok tani sebagai wadah berkumpul dan bertukar pikiran, sehingga
perkembangan dalam suatu kelompok tani sudah seharusnya memiliki kaitan
dengan penyuluh pertanian (Najib, 2010).
Desa Subur Kecamatan Air Joman Kabupaten Asahan memiliki beberapa
kelompok tani. Adapun jumlah kelompok tani berdasarkan karakteristik kelompok
tani dapat di lihat pada tabel berikut:

Universitas Sumatera Utara

Table 1.1 Jumlah Kelompok Tani di Desa Subur Kecamatan Air Joman
Kabupaten Asahan
Jumlah
Nama
Kelompok
Desa
Tani

Jumlah Anggota Tani
Tani Dewasa

Taruna Tani

Jumlah
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Kelompok Anggota Kelolmpok Anggota Kelompok Anggota

9

Subur

Tani Wanita

8
Sumber: Profil Desa Subur 2016

145

1

26

-

Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa terdapat 9 kelompok tani yang terdiri dari 8
kelompok tani dewasa dengan jumlah anggota 145 petani dan 1 kelompok tani
wanita dengan jumlah anggota 26 petani.
Tabel 1.2 Karakteristik kelompok Tani Jaya Desa Subur Kecamatan Air
Joman Kabupaten Asahan

Nama
Desa

Kelompok
Tani

Jumlah
Anggota

Modal
Kelompok
Tani

Subur

Tani Jaya

30

-

Jenis
Usahatani
Pokok
(Utama)
hortikultura,
ternak,
sawit,
kakao

Luas
(Ha)

53

Sumber: Profil Desa Subur 2016
1.2.Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang dapat diidentifikasikan beberapa
masalah dalam penelitian ini:
1. Bagaimana peran penyuluh dalam pengembangan kegiatan kelompok tani di
daerah penelitian?
2. Apa saja hambatan penyuluh dalam pengembangan kegiatan kelompok tani di
daerah penelitian?

Universitas Sumatera Utara

-

3. Bagaimana cara mengatasi hambatan penyuluh dalam pengembangan kegiatan
kelompok tani di daerah penelitian?
1.3.Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui peran penyuluh dalam pengembangan kegiatan kelompok
tani di daerah penelitian.
2. Untuk mengetahui hambatan penyuluh dalam pengembangan kegiatan
kelompok tani di daerah penelitian.
3. Untuk mengetahui cara mengatasi hambatan penyuluh dalam pengembangan
kegiatan kelompok tani di daerah penelitian.
1.4.Kegunaan Penelitian
1. Sebagai bahan penyuluh untuk meningkatkan kenerja penyuluh dalam
pengembangan kegiatan kelompok tani.
2. Sebagai bahan informasi bagi pengambil keputusan untuk perkembangan
kelompok tani.
3. Sebagai bahan informasi bagi pihak yang memerlukan.
1.5. Keaslian Penelitian
1. Model Penelitian : dalam penelitian ini menggunakan model skoring, deskriptif
kualitatif dan deskriptif kuantitatif
2. Jumlah Sampel : Penelitian ini menggunakan sampel sebesar 30 anggota
kelompok tani.
3. Waktu Penelitian : Penelitian ini dilakukan pada bulan februari tahun 2017.
4. Lokasi Penelitian : Penelitian ini dilakukan di Desa Subur Kecamatan Air
Joman Kabupaten Asahan.

Universitas Sumatera Utara

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Pustaka
Penyuluhan pertanian merupakan penyuluhan tertua di antara penyuluhanpenyuluhan yang ada di Indonesia dimulai yakni di zaman pemerintahan Belanda
di Indonesia. Dari sejak berdirinya sampai sekarang, sedikitnya ada dua pihak
yang belum mengalami perubahan sejak berdirinya penyuluhan pertanian, yakni
petani dan keluarganya yang menerima penyuluhan, dan petugas pemerintah
sebagai pemberi penyuluhan. Pihak yang terkait dengan penyuluhan pertanian
berkembang sesuai dengan perkembangan kebutuhan, baik pemerintah maupun
petani dan keluarganya, swasta, lembaga swadaya masyarakat dan sebagainya
(Yustiana dan Sudrajat, 2003).
Penyuluh Pertanian membawa 2 (dua) misi pokok, yaitu:
a. Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM)
b. Ahli Teknologi
Kedua misi pokok ini merupakan tugas yang perlu dilaksanakan oleh
penyuluh

pertanian

untuk

membawa

kemajuan

pada

sektor

pertanian,

pengembangan sumber daya manusia (SDM) berinti pada pengembangan prilaku
dan kemampuan serta pendayagunaan kemampuan-kemampuan yang telah
berkembang didalam upaya-upaya peningkatan pendapatan, kesejahteraan,
penciptaan

lapangan

kerja,

kesehatan

lingkungan

serta

kelangsungan

pembangunan pertanian dan pembangunan nasional (B. Sinulingga, 1995).
Mutu petani khususnya SDM nya hanya dapat diwujudkan melalui proses
pendidikan yang berintikan pemberdayaan yaitu penyuluhan pertanian. Tanpa

8
Universitas Sumatera Utara

mutu, SDM petani akan sulit dicapai akselerasi pembangunan pertanian di masa
kini dan masa mendatang. Mutu SDM petani akan dapat mendukung
pembangunan pertanian kini dan masa yang mendatang, karena manakala
penyuluh pertanian merupakan proses pemberdayaan bukan transfer teknologi.
Menurut Yustiana dan Sudrajat (2003), menyuluh bukannya “mengubah
cara bertani” melainkan “mengubah petani” yang dilaksanakan melalui 6 (enam)
dimensi belajar, yaitu:
a.

Learning to know (penguasaan konsep, komunikasi informasi, pemahaman
lingkungan, rasa senang memahami, mengerti dan menemukan sesuatu).

b.

Learning to do (penekanan pada skill tingkat rendah hingga tingkat tinggi
menuju kearah kompetensi).

c.

To live together (mengenal diri sendiri, mengenal diri orang lain, menemukan
tujuan bersama dan dapat bekerjasama dengan orang lain).

d.

Learning to be (memecahkan masalah sendiri, mengambil keputusan dan
memikul tanggung jawab dan belajar untuk disiplin).

e.

Learning society (mengembangkan diri secara utuh, terus menerus, seperti
Socrates mengatakan “I know nothing, I don’t where I know”. Belajarlah dari
buayan hingga liang lahat. Tuntutlah ilmu walau ke negeri Cina, belajar
adalah intisari hidup.

f.

Learning organization (belajar memimpin, belajar berorganisasi, belajar
mengajarkan kepada orang lain).
Penyuluhan pertanian lebih luas dan lebih jauh dari sekedar kegiatan

penerangan. Penyuluhan melibatkan proses komunikasi umpan balik dan ada
evaluasi terhadap perubahan perilaku yang dicapai pada diri sasaran. Penyuluh

Universitas Sumatera Utara

pertanian merupakan peran yang tidak mudah, harus mengubah usahatani dan
perilaku petani beserta masyarakatnya.
Penyuluh pertanian merupakan sarana kebijaksanaan yang dapat
digunakan pemerintah untuk mendorong pembangunan pertanian. Oleh karena itu,
penyuluh pertanian harus ahli pertanian yang berkompeten, di samping itu bisa
bekomunikasi secara efektif dengan petani, dan harus dapat mendorong minat
belajar petani. Menurut Van Den Ban dan Hawknis (1999), sejumlah tahapan
yang harus ditempuh dalam menyusun rencana komunikasi untuk suatu kegiatan
penyuluhan adalah:
a. Menganalisa masalah yang dihadapi
b. Merumuskan tujuan komunikasi
c. Memilih media
d. Menentukan pendekatan yang digunakan.
Menurut Nasution (1990), faktor penyampaian pengkomunikasian hal-hal
yang disuluhkan dalam melakukan penyuluhan adalah amat penting, karena itu
penyuluh menuntut dipersiapkannya lebih dahulu suatu design yang secara
terperinci dan spesifik yang menggambarkan hal-hal pokok sebagai berikut:
a. Masalah yang dihadapi.
b. Siapa yang akan disuluh.
c. Apa tujuan yang hendak dicapai dari setiap kegiatan penyuluhan.
d. Pendekatan yang dipakai.
e. Metode atau saluran yang dipakai.
f. Sistem evaluasi di dalam rencana keseluruhan kegiatan yang dimaksud.

Universitas Sumatera Utara

Secara garis besar ada 2 (dua) peran ataupun peranan penyuluh, yaitu:
a. Sebagai transfer teknologi atau menyampaikan inovasi dan mempengaruhi
sasaran agar sasaran dapat mengadopsi inovasi yang disampaikan.
b. Sebagai jembatan atau penghubung antara pemerintah (Lembaga Penyuluhan)
yang diwakili dengan masyarakat sasarannya.
Sehubungan dengan peran penyuluh tersebut, ada tiga peran penyuluh
yang terdiri dari kegiatan, peleburan diri dengan masyarakat sasaran
menggerakkan

masyarakat

untuk

melakukan

perubahan-perubahan

dan

memantapkan hubungan dengan masyarakat sasaran. Lebih lanjut (Lippith 1958)
dalam (Nuryanto, 2000) merinci dua peranan tersebut menjadi beberapa peran
sebagai berikut:
a. Mengembangkan kebutuhan untuk melakukan perubahan melalui mengenal
masalah dan kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan sasaran, memilih objek
perubahan yang tepat, menganalisa motivasi dan kemampuan sasaran untuk
melakukan perubahan, memilih sumber daya yang tersedia untuk tujuan
perubahan dengan tepat dan memilih peran bantu yang akan dimainkan dengan
tepat.
b. Menggerakan masyarakat untuk melakukan perubahan melalui tahapan,
menjalin kerjasama dan hubungan baik secara terus-menerus dengan
masyarakat sasaran, tokoh formal dan informal dengan tokoh masyarakat untuk
merencanakan dan memantapkan usaha-usaha perubahan sesuai dengan
tahapan perubahan-perubahan sebagai tenaga profesional dalam pembangunan
wilayah.

Universitas Sumatera Utara

Dalam kaitannya dengan peran penyuluh, Mosher (1968) dalam
(Nuryanto, 2000) mengemukakan bahwa setiap penyuluh harus mampu
melaksanakan 4 (empat) peran ganda sebagai berikut:
a. Sebagai guru, dapat mempengaruhi masyarakat sasaran untuk berubah
perilakunya.
b. Sebagai penganalisa, melakukan pengamatan dan memberi solusi terhadap
keadaan dan masalah atau kebutuhan masyarakat sasarannya.
c. Sebagai konsultan/penasehat, memberi alternatif pilihan perubahan yang tepat
baik dilihat dari segi teknis, ekonomis, maupun nilai-nilai sosial budaya
setempat.
d. Organisator, mampu menjalin hubungan dan kerjasama yang baik dengan
segenap lapisan masyarakat dalam upaya untuk melakukan perubahanperubahan yang direncanakan.
Melihat peranan penyuluh yang sangat besar dalam mengubah perilaku
petani, maka untuk merealisasikannya diperlukan pola yang mantap di bidang
pelayanan penyuluhan, maka senantiasa dilakukan pemantapan pola mengenai
lima segi(Kartasapoetra, 1994), yaitu:
a. Pemantapan struktur organisasi.
b. Pemantapan personalianya.
c. Pemantapan materi penyuluhan.
d. Pemantapan metode sistem kerja penyuluhan.
e. Pemantapan sasaran dan fasilitas.
Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi kemampuan penyuluh, baik
secara internal maupun eksternal. Faktor internal antara lain: tingkat pendidikan,

Universitas Sumatera Utara

motivasi, kepribadian dan harga diri serta keadaan sosial budaya penyuluh.
Adapun faktor eksternalnya antara lain: manajemen organisasi penyuluhan,
insentif atau fasilitas yang diperoleh penyuluh dalam menjalankan tugasnya serta
tingkat partisipasi sasaran yang berada di bawah koordinasinya. Faktor-faktor
tersebut harus diperhatikan oleh pihak pimpinan organisasi sehingga dapat
dijadikan sebagai acuan untuk mengupayakan peningkatan kompetensi penyuluh.
Penyuluhan pertanian sebagai bagian dari upaya mencerdaskan kehidupan
bangsa (khususnya petani) dan memajukan kesejahteraan pada umumnya
merupakan salah satu kunci sukses dalam rangka memperkuat kelompok tani,
selain dukungan inovasi teknologi serta kebijaksanaan makro ekonomi yang
berpihak pada petani (Mardikanto, 2007).
Banyak kelompok tani telah dikembangkan, tetapi banyak pula yang
dipertanyakan eksistensinya. Sering kelompok tumbuh menjamur seiring dengan
adanya tawaran paket kredit, tawaran subsidi sarana produksi, bantuan fisik, dan
dalam rangka dianjurkan untuk menerapkan teknologi. Tetapi fakta juga telah
menunjukkan, dengan berakhirnya bantuan tersebut, maka berakhir pula
kelompoknya dan teknologi anjuran mulai ditinggalkan. Ini semua menunjukkan
ada yang salah dengan upaya yang telah dilakukan lembaga pembina dalam
mengembangkan dan memperkuat kelompok tani.
Untuk itu diperlukan dukungan sumber daya manusia berkualitas melalui
penyuluhan pertanian dengan pendekatan kelompok yang dapat mendukung
sistem agribisnis berbasis pertanian (tanaman pangan, hortikultura, peternakan
dan perkebunan). Sehubungan dengan itu perlu dilakukan pembinaan dalam
rangka pertumbuhan dan pengembangan kelompok tani menjadi kelompok yang

Universitas Sumatera Utara

kuat dan mandiri untuk meningkatkan pendapatan petani dan keluarganya.
Pembinaan kelompok tani diarahkan pada penerapan sistem agribisnis,
peningkatan peranan, peran serta petani dan anggota masyarakat perdesaan
lainnya, dengan menumbuh kembangkan kerja sama antar petani dan pihak
lainnya yang terkait untuk mengembangkan usahataninya. Selain itu pembinaan
kelompok tani diharapkan dapat membantu menggali potensi, memecahkan
masalah usahatani anggotanya secara lebih efektif, dan memudahkan dalam
mengakses informasi, pasar, teknologi, permodalan dan sumber daya lainnya.
Penyuluhan pertanian yang efektif sangat penting didalam pembangunan
pertanian, terutama di negara yang sedang berkembang. Disamping itu, juga ada
beberapa masalah yang mengurangi keefektifan penyuluhan pertanian di beberapa
negara (Van Den Ban, 1999), seperti dibawah ini:
a. Teknologi tepat guna tidak tersedia bagi petani.
b. Tidak ada keterkaitan yang efektif antara penyuluh pertanian dan lembaga
penelitian pertanian.
c. Kurangnya tenaga lapangan yang terlatih dalam teknologi pertanian.
d. Petugas penyuluh pertanian yang kurang memperoleh latihan dalam.
e. metode penyuluhan dan keterampilan berkomunikasi.
f. Tenaga lapangan kurang memiliki fasilitas transportasi (mobilitas) untuk
mencapai petani dengan efektif.
g. Petugas penyuluh kekurangan alat untuk mengajar dan berkomunikasi.
h. Karena masalah organisasi, penyuluh dibebani tugas ganda di samping tugas
penyuluhannya sendiri.

Universitas Sumatera Utara

2.2. Landasan Teori
Penyuluhan pertanian merupakan pendidikan non formal bagi petani
beserta keluarganya yang meliputi kegiatan dalam ahli pengetahuan dan
keterampilan dari penyuluh lapangan kepada petani dan keluarganya berlangsung
melalui proses belajar mengajar. Penyuluhan pertanian harus ahli pertanian yang
berkompeten, disamping bisa berkomunikasi secara efektif dengan petani
sehingga dapat mendorong minat belajar mereka dan harus berorientasi pada
masalah yang dihadapi oleh petani, sesuai dengan kenyataan dan pemahaman
mereka.
Tujuan utama dari penyuluhan pertanian adalah mempengaruhi para petani
dan keluarganya agar berubah perilakunya, yang akan menyebabkan perbaikan
mutu hidup dari para keluarga tani. Jadi perubahan perilaku itu dapat terjadi dalam
3 (tiga) bentuk (Yustiana dan Sudrajat, 2003), yaitu:
a. Bertambahnya perbendaharaan informasi yang berguna bagi petani
b. Tumbuhnya keterampilan, kemampuan dan kebiasaan baru yang bertambah
baik.
c. Timbulnya sikap mental dan motivasi yang lebih kuat sesuai yang dikehendaki.
“Peranan” merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan (status)
seseorang yang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukan
menunjukkan dia menjalankan perannya. Hak dan kewajiban haruslah dalam
keseimbangan. Hak dan kewajiban itu merupakan dua hal yang saling berkaitan
yang dijalankan seseorang haruslah sesuai dengan ketentuan peranan yang
seharusnya dilakukan dan sesuai pula dengan harapan peranan yang dilakukan.

Universitas Sumatera Utara

Peranan adalah status atau kedudukan seseorang dalam usahatani atau
peranan juga dapat diartikan sebagi kegiatan yang dilakukan atau prilaku individu.
Sedangkan yang dimaksud peranan tenaga kerja anak-anak adalah keikut sertaan
tenaga kerja anak-anak dalam usaha pertanian, yaitu penyiapan lahan, pembibitan,
penanaman, pemilihan dan panen (Abbas, 1983).
Peranan ialah bagian yang dimainkan oleh seseorang pada setiap keadaan
dan cara bertingkah laku untuk menyelaraskan diri dengan keadaan. Hasil
penelitian Menurut Departemen Pertanian 1980, kelompok tani adalah kumpulan
orang-orang tani atau petani yang terdiri atas petani dewasa (pria/wanita) yang
melakukan usahatani dan terlibat secara informal dalam suatu wilayah kelompok
atas dasar keserasian dan kebutuhan bersama-sama. Sebagai unit terkecil dalam
pembagian wilayah kerja penyuluhan pertanian adalah Wilayah Kerja Penyuluhan
Pertanian yang disingkat dengan WKPP, dimana setiap WKPP terdiri dari
beberapa kelompok tani yang dapat meliputi satu desa atau lebih.
Berdasarkan

Peraturan

Menteri

Pertanian

Indonesia

nomor

273/Kpts/OT.160/4/2007 tentang Pedoman Pembinaan Kelembagaan Petani,
bahwa tumbuh dan berkembangnya kelompok-kelompok dalam masyarakat,
umumnya didasarkan atas adanya kepentingan dan tujuan bersama, sedangkan
kekompakan kelompok tersebut tergantung kepada faktor pengikat yang dapat
menciptakan keakraban individu-individu yang menjadi anggota kelompok.
Pertumbuhan

kelompok

tani

dapat

dimulai

dari

kelompok-

kelompok/organisasi sosial yang sudah ada dimasyarakat yang selanjutnya
melalui kegiatan penyuluhan pertanian diarahkan menuju bentuk kelompok tani
yang semakin terikat oleh kepentingan dan tujuan bersama dalam meningkatkan

Universitas Sumatera Utara

produksi dan pendapatan dari usahataninya. Kelompok tani juga dapat
ditumbuhkan dari petani dalam satu wilayah, dapat berupa satu dusun atau lebih,
satu desa atau lebih.
Berdasarkan

peraturan

Menteri

Pertanian

Indonesia

nomor

273/Kpts/OT.160/4/2007 tentang pedoman pembinaan kelembagaan petani,
bahwa pengembangan kelompok tani diarahkan pada peningkatan kemampuan
kelompok tani dalam melaksanakan fungsinya, peningkatan kemampuan para
anggota dalam mengembangkan agribisnis, penguatan kelompok tani menjadi
organisasi petani yang kuat dan mandiri yang dicirikan antara lain: adanya
pertemuan/rapat anggota/rapat pengurus yang diselenggarakan secara berkala dan
berkesinambungan.
Disusunannya rencana kerja kelompok secara bersama dan dilaksanakan
oleh para pelaksana sesuai dengan kesepakatan bersama dan setiap akhir
pelaksanaan dilakukan evaluasi secara partisipasi, yaitu:
a. Memiliki aturan/norma yang disepakati dan ditaati bersama.
b. Memiliki pencatatan/pengadministrasian organisasi yang rapih.
c. Memfasilitasi kegiatan-kegiatan usaha bersama di sektor hulu dan hilir.
d. Memfasilitasi usahatani secara komersial dan berorientasi pasar.
e. Sebagai sumber serta pelayanan informasi dan teknologi untuk usaha para
petani umumnya dan anggota kelompok tani khususnya.
f. Adanya jalinan kerja sama antara kelompok tani dengan pihak lain.
g. Adanya pemupukan modal usaha baik iuran dari anggota atau penyisihan hasil
usaha/kegiatan kelompok.

Universitas Sumatera Utara

Untuk menilai keberhasilan kelompok tani maka perlu diadakan evaluasi
atau penilaian bagi kelompok tani atau yang sering disebut penilaian kelas
kelompok tani. Penilaian kelas kemampuan kelompok tani tersebut dilaksanakan
berdasarkan 5 tolok ukur/jurus untuk mengetahui sampai sejauh mana
perkembangan atau kemampuan kelompok tani, dengan indikator-indikator
sebagai berikut:
A. Kemampuan merancanakan kegiatan untuk meningkatkan produktivitas
usahatani para anggotanya, dengan nilai 300 dan indikator:
a. Mampu merencanakan usahatani dan peningkatan usaha kelompok
b. Mampu merencanakan produk sesuai dengan permintaan pasar (jumlah, mutu
dan waktu)
c. Mampu merencanakan pengolahan dan pemasaran hasil
d. Mampu merencanakan kegiatan peningkatan pengetahuan, keterampilan dan
sikap setiap anggotanya.
B. Kemampuan melaksanakan dan mentaati perjanjian dengan pihak lain dengan
nilai 100 dan indikator sebagai berikut:
a. Mampu memperoleh mitra usaha yang menguntungkan bagi usahatani anggota
kelompok .
b. Mampu membuat perjanjian kerjasama dengan mitra usaha.
c. Mampu berperan serta dalam gerakan pembangunan pertanian.
C. Kemampuan memupuk modal dan memanfaatkan pendapatan secara rasional,
dengan nilai 100 dan indikator:
a. Mampu memupuk modal, baik melalui tabungan anggota, simpan pinjam
maupun pendapatan dari usaha kelompok

Universitas Sumatera Utara

b. Mampu mengembangkan modal usaha
c. Mampu memanfaatkan pendapatan secara produktif
d. Mampu mendapatkan dan mengembalikan kredit dari Bank atau pihak lain.
D.Kemampuan meningkatkan hubungan melembaga dengan koperasi, nilai 200
dan indikator sebagai berikut:
a. Mampu mendorong anggotanya menjadi anggota koperasi/KUD
b. Mampu memanfaatkan pengetahuan perkoperasian bagi anggota
c. Mampu memanfaatkan pelayanan yang diberikan koperasi/KUD
d. Mampu menjadikan koperasi/KUD sebagai penyedia sarana pelaksana
pengolahan dan pemasaran hasil.
E. Kemampuan mencari dan memanfaatkan informasi, serta menggalang
kerjasama kelompok, dengan nilai 300 dengan indikator sebagai berikut:
a. Mampu secara teratur dan terus menerus mencari, menyampaikan, meneruskan
dan memanfaatkan informasi
b. Mampu mengembangkan kader kepemimpinan dan keahlian dari anggota
c. Tingkat kesejahteraan petani seluruh anggota kelompok lebih tinggi
dibandingkan dengan rata-rata kesejahteraan keluarga daerah bersangkutan.
Penilaian dilaksanakan oleh Balai Informasi Penyuluh Pertanian (BIPP).
Penilaian dilakukan minimal satu kali dalam setahun melalui laporan para
penyuluh dengan tolok ukur kemapuan dengan nilai maximum 1000 dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. Kelas Pemula : nilai 0 – 250
b. Kelas Lanjut : nilai 251-500
c. Kelas Madya : nilai 501-750

Universitas Sumatera Utara

d. Kelas Utama : nilai 751- 1000
Hasil penilaian dipergunakan sebagai bahan evaluasi kinerja masingmasing Balai Penyuluh Pertanian (BPP) dan PPL dalam pembinaan kelompok tani
di wilayah kerjanya. Berdasarkan penilaian tersebut maka dapat diukur tingkat
kelas setiap kelompok tani yang mempunyai tujuan sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui sampai sejauh mana tingkat kemampuan suatu kelompok
tani disuatu daerah berada, sehingga dapat menetapkan kelas kelompok
tersebut
b. Bagi pembina/penyuluh berguna untuk mengambil langkah-langkah dan
tindakan yang tepat dalam pembinaan dan pengembangan kelompok tani.
c. Pengukuran tingkat kemampuan kelompok tani bermanfaat bagi proses
pertumbuhan dan perkembangan kelompok tani selanjutnya.

Universitas Sumatera Utara

2.3. Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu
No
1

2

Nama
Peneliti
Putri
Resicha
(2011)

Judul Penelitian

Variabel
Pengamatan
Data Primer
dengan
jumlah sampel
25 kelompok
tani

Metode
Analisis
Metode
yang
digunakan
adalah
dengan
1. metode
skoring
2. metode
analisis
deskriptif

1.Bagaimana
perkembangan
kelompok tani di
daerah penelitian
selama
empat (4) tahun
terakhir?
2. Program dan
kegiatan apakah
yang dilakukan
penyuluh
terhadap
kelompok tani?
3. Bagaimana
sikap kelompok
PenelitiantaniTerdahulu

Data Primer
dengan
jumlah sampel
25 kelompok
tani

Metode
yang
digunakan
adalah
dengan
1. metode
analisis
deskriptif
2. metode
analisis
deskriptif
3. Skala
Likert
4. Metode
Skoring

Variabel

Metode

Peran
penyuluh
pertanian
dalam
pengembangan
kelompok tani di
Nagari Sungai Pua
Kecamatan Sungai
Pua
Kabupaten
Agam

Riduansyah Peranan Penyuluh
Surbakti
Pertanian Dalam
(2011)
Pengembangan
Kelompok Tani Di
Kecamatan
Sunggal.

Lanjutan Tabel 2.1.
No

Perumusan
Masalah
1. Bagaimana
peran penyuluh
pertanian dalam
pengembangan
Kelompok Tani
di Nagari Sungai
Pua Kecamatan
Sungai Pua
Kabupaten
Agam?
2. Apa kendala
penyuluh
pertanian di
lapangan dalam
kegiatan dan
pelaksanaan
upaya
pengembangan
Kelompok Tani
Nagari Sungai
Pua Kecamatan
Sungai Pua
Kabupaten
Agam?

Nama

Judul Penelitian

Perumusan

Kesimpulan
1.Peran
penyuluh dalam
pengembangan
kelompok tani
di
Nagari
Sungai
Pua,
dikategorikan
sudah berperan
dalam
menjalankan
tugasnya
sebagai
motivator,
edukator,
komunikator,
dan organisator.
Sedangkan
peran penyuluh
sebagai
katalisator dan
konsultan
digolongkan ke
dalam
tidak
berperan.
2.
Kendalayang
kendala
dihadapi
penyuluh
di
lapangan adalah
penyuluh belum
dapat
menyampaikan
aspirasi petani,
kurangnya
inovasi
yang
dapat
memajukan
usahatani, tidak
adanya koneksi
penyuluh
dengan
pihak
lainpangan.
1.Selama