Tata Cara Penagihan Pajak Penghasilan Kepada Wajib Pajak Orang Pribadi Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur Chapter III V

BAB III
PEMBAHASAN TATA CARA PENAGIHAN PAJAK PENGHASILAN
KEPADA WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DI KPP PRATAMA MEDAN
TIMUR

A. Ketentuan Pelaksanaan Penagihan Pajak Penghasilan Kepada Wajib Pajak
Orang Pribadi
Undang – undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan
Surat Paksa sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 19 Tahun
2000.Pengertian mengenai pelaksanaan penagihan pajak penghasilan terhadap Wajib
Pajak Orang Pribadi.
1. Penanggung Pajak adalah orang pribadi atau badan yang bertanggung jawab atas
pembayaran pajak, termasuk wakil yang menjalankan hak dan memenuhi
kewajiban wajib pajak menurut ketentuan Peraturan Undang – undang Perpajakan
(Mardiasmo, 2006:113).
2. Penagihan pajak adalah serangkaian tindakan agar penanggung pajak melunasi
utang pajak dan biaya penagihan pajak yang dilakukan dengan menegur atau
memperingatkan

melaksanakan


penagihan

seketika

dan

sekaligus,

memberitahukan Surat Paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan,
melaksankan penyanderaan, menjual barang yang telah disita (Mardiasmo,
2006:113).
3. Biaya penagihan adalah biaya pelaksanaan surat paksa, surat perintah melakukan

Universitas Sumatera Utara

penyitaan, pengumuman lelang, pembatalan lelang jasa penilai, dan biaya lainnya
sehubungan dengan dengan penagihan pajak. (Mardiasmo, 2006:113).

B. DefinisiPenagihanPajak
Penagihan dilaksanakan oleh fiksus sehubungan adanya kewajiban wajib

pajak, baik sebagian maupun keseluruhan, yang masih terutang pada negara menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Proses penagihan yang optimal akan
lebih meningkatkan realisasi penerimaan negara melalui pencairan tunggakan. Agar
penagihan dapat maksimal, maka harus dilakukan dengan tertib dan taat asas.

C. PenagihanUtangPajak
Penagihan tindakanutangpajaksecarateoritisdapatdilakukandengan 2 langkah:
1.

PenagihanPasif
Penagihan pajak pasif dilakukan dengan menggunakan Surat Tagihan Pajak

(STP), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar Tambahan (SKPKBT), Surat

Keputusan Pembetulan

yang menyebabkan

pajak terutang menjadi lebih besar, Surat Keputusan Keberatan yang menyebabakan

pajak terutang menjadi lebih besar. Jika jangka waktu 30 hari belum dilunasi, maka
tujuh hari setelah jatuh tempo akan diikuti dengan penagihan pajak secara aktif yang
dimulai dengan tindakan sita yang telah didahului adanya Surat Teguran, dan
dilanjutkan dengan pelaksanaan lelang. Dalam hal ini Utang Pajak itu adalah Pajak
yang masih harus dibayar termasuk sanksi administrasi berupa bunga, denda, atau

Universitas Sumatera Utara

kenaikan yang tercantum dalam Surat Ketetapan Pajak atau Surat sejenisnya
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
2.

PenagihanAktif
Penagihan Pajak Aktif merupakan kelanjutan dari penagihan pajak pasif,

dimana dalam upaya panagihan ini fiskus berperan aktif dalam arti tidak hanya
mengirim Surat Tagihan atau Surat Ketetapan Pajak tetapi akan diikuti dengan
tindakan sita yang didahului dengan Surat Teguran dan Surat Paksa dan dilanjutkan
dengan pelaksanaan lelang.
Surat Paksa sekurang-kurangnya memuat:

a. Namawajibpajakataupenanggungpajak
b. Besarnya utang pajak
c. Perintah untuk membayar dalam waktu 2x24 jam sejak surat paksa disampaikan.
D. DasarHukumPenagihanPajak
1. Undang-undang No. 19 Tahun 2000 tentang perubahan atas Undang-undang No.
19 tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.
2. Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata
CaraPerpajakan.

Tata Cara Penagihan Pajak
1.

SuratTeguran
Pengertian surat teguran sesuai dengan peraturan menteri keuangan Nomor

24/PMK.03/2008 sebagaimana telah mengalami perubahan Nomor 85/PMK.03/2010

Universitas Sumatera Utara

Tentang Tata Cara Pelaksanaan Penagihan Dengan Surat Paksa Dan Pelaksanaan

Penagihan Seketika Dan Sekaligus adalah surat yang diterbitkan oleh pejabat untuk
menegur atau memperingatkan wajib pajak untuk melunasi utang pajak nya sampai
dengan tanggal jatuh tempo pembayaran (PMK.Nomor.85/PMK.03/2010).

PenerbitanSuratTeguran
1. Tindakan pelaksanaan penagihan pajak diawali dengan penerbitan surat teguran
atau surat peringatan atau surat lain sejenis setelah tujuh hari sejak tanggal jatuh
tempo pembayaran (1 bulan sejak tanggal atau keputusan diterbitkan).
2.

Penerbitan surat teguran dimaksudkan untuk memperingatkan atau menegur
wajib pajak untuk melunasi pajaknya.

3. Surat teguran tidak diterbitkan kepada penanggung pajak yang telah disetujui
untuk mengangsur atau pun menunda pembayaran pajaknya.
4. Penerbitan surat teguran merupakan tindakan awal dari pelaksanaan penagihan
dan harus dilakukan terlebih dahulu sebelum dilanjutkan dengan pengeluaran
SuratPaksa.
5. Pada dasarnya surat teguran hanya diterbitkan 1 kali saja.
6. Bila terhadap wajib pajak tidak pernah diterbitkan surat teguran tapi langsung

diterbitkan Surat peringatan, maka secara yuridis Surat peringatan tersebut
dianggap tidak ada, karena tidak didahului dengan pengeluaran SuratTeguran.
PenagihanPajakDenganSuratPaksa
Sesuai dengan pasal 1 angka 12 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000, yang

Universitas Sumatera Utara

dimaksud dengan Surat Paksa adalah : Surat Perintah membayar utang pajak dan
biaya penagihan pajak.
1. Dasar Hukum Penerbitan dan Pemberitahuan Surat Paksa
a. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 564/KMK.04/2000 sebagaimana telah
diubah dengan Nomor 24/PMK.03/2008.
b. Keputusan Menteri Keuangan Nomor KMK-561/KMK.04/2000 sebagaimana
telah diubah dengan Nomor 24/PMK.03/2008 .
c. KeputusanDirektorat Jenderal Pajak Nomor Kep-564/KMK.04/2000 sebagaimana
telah diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor Kep-474/PJ./2002.
d. Surat edaran direktorat jenderal pajak nomor : SE-13/PJ.75/1998 sebagaimana
telah diubah dengan SE-19/PJ/2011
e. Peraturan Direktorat Jendral Pajak : PER-04/PJ/2016


2. Isi dan Karakteristik dari Surat Paksa
Berbicara lebih lanjut tentang surat paksa, maka surat paksa dapat ditinjau dari
dua segi,yaitu segi isinya dan segi karakteristiknya.
a. Dari segi isinya:
1. Berkepala kata-kata “Atas Nama Keadilan’’ yang dengan Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 1970 pasal 4 disesuiakan bunyinya menjadi’’ Demi Keadilan
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa’’.
2. Nama wajib pajak/penaggung pajak, keterangan cukup tentang alasan yang
menjadi dasar penagiha, perintah membayar.

Universitas Sumatera Utara

3. Dikeluarkan/ditandatangani oleh pejabat berwenang yang ditunjuk oleh
menteri keuangan/Kepala Daerah.
b. Dari segikarakteristiknya:
1. Mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan Grosse putusan hakim dalam
perkara perdata yang tidak dapat diminta banding lagi pada Hakim atasan.
2. Mempunyai kekuatan hukum yang pasti.
3. Mempunyai fungsi ganda yaitu menagih pajak dan menagih bukan pajak
(biaya-biaya penagihan).

4. Dapat dilanjutkan dengan tindakan penyitaan atau penyanderaan/pencegahan.

3. Penerbitan Surat Paksa
Menurut pasal 8 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 dinyatakan bahwasurat
paksa diterbitkan apabila:
a. Penanggung pajak tidak melunasi utang pajak sampai dengan tanggal jatuh tempo
pembayaran dan kepadanya telah diterbitkan Surat teguran atau Surat Peringatan
atau surat lain yang sejenis.
b. Terhadap Penanggung Pajak telah dilaksanakan Penagihan Seketika dan
Sekaligus.
c.

Penanggung Pajak tidak memenuhi ketentuan sebagaimana tercantum dalam
keputusan persetujuan angsuran atau penundaan pembayaran pajak.
Dalam hal tetentu, misalnya karena penanggung pajak mengalami kesulitan

likuidasi, kepada penanggung pajak atas dasar permohonannya dapat diberikan

Universitas Sumatera Utara


persetujuan untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak melalui keputusan
pejabat. Oleh karena itu keputusan dimaksud mengikat kedua belah pihak. Dengan
demikian, apabila kemudian penanggung pajak, tidak memenuhi ketentuan
sebagaimana tercantum dalam keputusan persetujuan angsuran atau penundaan
pembayaran pajak. Maka surat paksa dapat diterbitkan langsung tanpa surat teguran,
surat peringatan, atau surat lainnya yang sejenis.

4. Fungsi Surat Paksa
Adapun fungsi surat paksa adalah sebagai sarana atau alat pemabayaran
kepada penanggung pajak untuk melunasi utang pajaknya dalam jangka waktu 2x24
jam. Sebagai tindak lanjut untuk mencairkantunggakan pajak atas tidak hiraukan nya
penerbitan Surat Paksa maka aparatur pajak akan melaksanakan penyitaan.

5. Tata Cara Penagihan Surat Paksa
Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 561/KMK.04/2000
Tentang Tata Cara Pelaksanaan Penagihan Seketika dan Sekaligus dan Pelaksanaan
Surat Paksa.
a. Surat diberitahukan oleh Jurusita Pajak dengan pernyataan dan penyerahaan
Salinan Surat Paksa kepada Penanggung Pajak.
b. Pemberitahuan Surat Paksa sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dituangkan

dalam Berita Acara yang sekurang-kurangnya memuat hari dan tanggal

Universitas Sumatera Utara

pemberitahuan Surat Paksa, nama Jurusita Pajak, nama yang menerima, dan
tempat pemberitahuan Surat Paksa.
Surat Paksa terhadap orang pribadi diberitahukan oleh Jurusita Pajak kepada:
a. Penanggung Pajak ditempat, tempat usaha atau ditempat lain yangmemungkinkan.
b. Orang dewasa yang bertempat tinggal bersama ataupun yang bekerja ditempat
usaha penanggung Pajak, apabila Penanggung Pajak yang bersangkutan tidak
dapat dijumpai.
c. Salah seorang ahli waris atau pelaksana wasiat, yang mengurus harta penggilan,
apabila Wajib Pajak telah meninggal dunia dan harta warisan belum dibagi, atau
d. Para ahli waris, apabila Wajib Pajak telah meningal dunia dan harta warisan
telah dibagi.

G. Penagihan Seketika dan Sekaligus
Perlu diketahui bahwa dalam penagihan pajak dikenal adanya penagihan
seketika dan sekaligus. Penagihan seketika dan sekaligus adalah tindakan penagihan
pajak yang dilaksakan oleh Jurusita Pajak kepada Penanggung Pajak tanpa menunggu

tanggal jatuh tempo pembayaran dan meliputi seluruh uang pajak dari semua jenis
pajak, masa pajak, dan tahun pajak. Penagihan pajak seketika dan sekaligus dilakukan
ketika :
1. Terdapat tanda-tanda bahwa penanggung pajak akan membubarkan badan
usahanya atau berniat itu.
2. Penanggung Pajak akan meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya atau

Universitas Sumatera Utara

berniat

untuk

pergi.

Penanggung

Pajak

menghentikan

atau

secara

nyatamengecilkan kegiatan perusahaan atau pekerjaan yang dilakukannya di
Indonesia

atau pun memindahtangankan barang

yang dimilikinya atau

dikuasainya.
3. Badan usaha akan dibubarkan oleh Negara, atau
4. Terjadinya penyitaan atas barang Penanggung Pajak oleh pihak ketiga atau
terdapat tanda-tanda kepailitan.
Mungkin saja terjadi bahwa Penangung Pajak mempunyai itikad kurang baik,
sebagaimana dicerminkan oleh berbagai indikator tersebut. Adanya itikad kurang baik
tersebut mungkin disebabkan karena

yang bersangkutan bermaksud agar ketika

terjadi penyitaan terhadap kekayaan untuk kemudian dilelang, kekayaan tersebut
sudah tidak ada lagi atau tidak ditemukan lagi. Hal semacam ini tentu perlu
diantisipasi sekaligus dihindarkan, sehingga keadilan dapat diwujudkan dan Negara
tidak dirugikan. Oleh karena itu, dalam keadaan tertentu Jurusita Pajak dapat
melakukan penagihan seketika dan sekaligus. Dalam hal ini terjadi penagihan seketika
dan sekaligus, maka penagihan dilakukan terhadap seluruh utang pajak dan semua
jenis pajak, masa pajak, dan tahun pajak.
Pennyampaian Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus dilaksanakan
secara langsung oleh juru sita Pajak kepada Penanggung Pajak. Ketika hal Juru sita
Pajakmengetahui bahwa barang milik Penanggung Jawab akan disita oleh pihak
ketika

atau

terdapat

tanda-tanda

kepailitan,

atau

Penanggung

akanmembubarkan badan usahanya atau memindahtangankan perusahaan

Pajak
yang

Universitas Sumatera Utara

dimilikinya

atau dikuasainya, maka jurusita pajak segera melakukan penagihan

seketika dan sekaligus dengan melaksanakan penyitaan terhadap sebagian besar
barang milik Penanggung Pajak tersebut setelah Surat Paksa diberitahukan. Indikator
tersebut merupakan petunjuk

yang kuat bahwa Penanggung Pajak berniat untuk

mengurangi atau menjual/ memindahtangankan barang-barangnya sehingga tidak ada
lagi barang yang dapat disita.
Penyitaan
1. Pengertian penyitaan
Penyitaan adalah tindakan lanjut dari pelaksanaan penagihan dengan Surat
Paksa, apabila Pajak yang masih harus dibayar tidak dilunasi dalam jangka waktu
2x24 jam (dua kali dua puluh empat) sesudah tanggal pemberitahuan dengan
pernyataan dan penyerahaan Surat Paksa kepada Wajib Pajak. Penyitaan dilakukan
oleh Jurusita Pajak yang telah disumpah terlebih dahulu dan didampingi oleh 2 orang
saksi penduduk Indonesia yang telah mencapai usia dua puluh satu tahun, dikenal
oleh Jurusita Pajak dan dapat dipercaya.
Tujuan penyitaan adalah memperbolehkan jaminan pelunasan utang pajak dari
Penanggung Pajak. Oleh karena itu, penyitaan dapat dilaksanakan terhadap semua
barang Penanggung Pajak, baik yang berada ditempat tinggal, tempat usaha, tempat
kedudukan Penanggung Pajak, atau ditempat lain sekalipun penguasanya berada
ditangan pihak lain. Prinsipnya penyitaan dilakukan terhadap sejumlah barang
bergerak dan jika ternyata tidak cukupbarang bergerak menurut Surat Paksa dan
biaya-biaya penagihannya, maka dilanjutkan penyitaan terhadap barang-barang tidak

Universitas Sumatera Utara

bergerak.
Namun apabila barang bergerak tidak memadai langsung dapat disita barang tidak
bergerak.

Dalam hal ini pengertian

tindakanJurusitaPajakuntuk

menguasai

penyitaan
barang

oleh

Mardiasmoadalah

Penanggung

Pajak,

gunadijadikanjaminanuntukmelunasiutangpajakmenurutperaturanperundangundangan.
2. Objek Sita
Penyitaan dilaksanakan terhadap barang milik Penanggung Pajak yang berada
ditempat tinggal, tempat usaha, tempat kedudukan, atau ditemapat lain termasuk yang
penguasaannya berada ditangan pihak lain atau yang dijaminkan sebagai pelunasan
utang tertentu yang dapat berupa:
a. Barang bergerak termasuk mobil, perhiasan, uang tunai, dan deposito
berjangka, tabungan, saldo rekening Koran, giro, atau bentuk lainnya yang
dipersamakan dengan itu, obligasi, saham, atau surat berharga lainnya,
piutang, dan penyertaan modal pada perusahaan lain, dan atau
b. Barang tidak bergerak termasuk tanah, bangunan.

I. PelaksanaanLelang
Dasar hukum pelaksanaan Lelang diatur pada peraturan pemerintah Nomor
136 Tahun 2000 tanggal 20 Desember 2000 Tentang Tata Cara Penjualan
BarangSitaan yang dikecualikan dari penjualan secara lelang dalam rangka penagihan
pajak dengan surat paksa.

Universitas Sumatera Utara

J. Pelaksanaan Pencegahan dan Penyanderaan
1. Pengertian Pencegahan
Menurut Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 Pasal 1 sub 20 pengertian
pencegahan adalah sebagai berikut :
Pencegahan adalah larangan yang bersifat sementara terhadap Penanggung
Pajak tertentu untuk keluar dari wilayah Negara Republik Indonesia berdasarkan
alasan tertentu untuk keluar dari wilayah Negara Republik Indonesia berdasarkan
alasan tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang telah
ditentukan.Pencegahan hanya dapat dilakukan terhadap Penanggung Pajak yang
mempunyai jumlah utang pajak minimal Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan
diragukan itikad baiknya dalam melunasi utang pajak.
Pencegahan hanya dapat dilakukan berdasarkan keputusan pencegahan yang
diterbitkan oleh Menteri atas permintaan pejabat yang bersangkutan.Keputusan
pencegahan memuat sekurang-kurangnya :
a. Identitas Penanggung Pajak yang dikenakan pencegahan;
b. Alasan untuk melakukan pencegahan
c. Jangka waktu pencegahan
Jangka waktu pencegahan paling lama 6 (enam) bulan dan dapat diperpanjang
untuk selama-lamanya 6 (enam) bulan. Keputusan pencegahan disampaikan kepada
Penanggung Pajak yang dikenakan pencegahan, Menteri Kehakiman, Pejabat yang
memohon pencegahan atasan Pejabat yang bersangkutan, dan Kepala Daerah

Universitas Sumatera Utara

setempat. Pencegahan tidak mengakibatkan hapusnya utang pajak dan terhentinya
pelaksanaan penagihan pajak.

2. Pengertian Penyanderaan
Menurut Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 Pasal 1 sub 21 yang
dimaksud dengan penyanderaan adalah pengekangan sementara waktu kebebasan
Penanggung Pajak dengan menempatkannya di tempat tertentu. Penyanderaan hanya
dapat dilakukan terhadap Penanggung Pajak yang tidak melunasi utang pajaknya
setelah lewat jangka waktu 14 (empat belas) hari sejak tanggal Surat Paksa
diberitahukan kepada Penanggung Pajak.
Syarat Kuantitatif dan Kualitatif pada penyanderaan hanya dapat dilakukan
terhadap Penanggung Pajak yang mempunyai utang pajak sekurang- kurangnya
Rp.100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan diragukan itikad baiknya dalam melunasi
utang pajak.
Surat Perintah Penyanderaan sekurang-kurangnya memuat :
a. Identitas Penanggung Pajak
b. Alasan Penyanderaan
c. Izin Penyanderaan
d. Lama penyanderaan dan tempat penyanderaan

Universitas Sumatera Utara

Penyanderaan tidak boleh dilakukan dalam hal Penanggung Pajak sedang
beribadah, atau sedang mengikuti sidang resmi, atau sedang mengikuti pemilihan
umum.
Izin penyanderaan memuat sekurang-kurangnya :
a. Identitas Penanggung Pajak yang akan di sandera
b. Jumlah Utang pajak yang belum dilunasi
c. Tindakan Penagiham pajak yang telah di laksanakam
d. Uraian tentang adanya petunjuk bahwa Penanggung Pajak memiliki itikad yang
kurang baik dalam pelunasan utang pajak.
Surat Perintah Penyanderaan diterbitkan oleh Pejabat seketika setelah
diterimanya izin tertulis dari Menteri Keuangan untuk penagihan pajak pusat atau dari
Gubernur Kepala Daerah Tingkat I untuk penagihan pajak daerah.
Penanggung Pajak yang disandera ditempatkan di tempat tertentu dengan syarat:
a. Tertutup dari masyarakat
b. Mempunyai fasilitas yang terbatas
c. Mempunyai sistem pengamanan dan pengawasan yang memadai
Jangka waktu penyanderaan paling lama 6 (enam) bulan terhitung sejak
Penanggung Pajak ditempatkan dalam tempat penyanderaan dan dapat diperpanjang
untuk selama-lamanya 6 (enam) bulan. Jurusita Pajak harus menyampaikan Surat
Perintah Penyanderaan langsung kepada Penanggung Pajak dan salinannya
disampaikan kepada kepala tempat penyanderaan. Dalam hal Penanggung Pajak yang
akan disandera tidak dapat ditemukan, Jurusita Pajak melalui Pejabat atau atasan

Universitas Sumatera Utara

Pejabat dapat meminta bantuan Kepolisian atau Kejaksaan untuk dapat menghadirkan
Penanggung Pajak yang tidak dapat ditemukan tersebut.
Penyanderaan dilaksanakan pada saat Surat Perintah Penyanderaan diterima
oleh Penanggung Pajak yang bersangkutan. Penyanderaan dilaksanakan oleh Jurusita
Pajak disaksikan oleh 2 (dua) orang penduduk Indonesia yang telah dewasa, dikenal
oleh Jurusita Pajak dan dapat dipercaya, dikenal oleh Jurusita Pajak dan dapat
dipercaya. Dalam melaksanakan penyanderaan Jurusita Pajak dapat meminta bantuan
Kepolisian dan Kejaksaan .
3.

Penghentian Penyanderaan (KEP - 218/PJ./2003)

Penanggung Pajak dapat dibebaskan apabila memenuhi persyaratan sbb :
a. Utang pajak dan biaya penagihan pajak telah dibayar lunas, yang dibuktikan
dengan fotokopi bukti pelunasan utang pajak/biaya penagihan pajak lembar
pertama yang dilegalisasi oleh tempat pembayaran pajak;
b. Jangka waktu yang ditetapkan dalam Surat Perintah Penyanderaan telah habis;
Berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap,
dibuktikan dengan salinan putusan pengadilan yang dilegalisasi oleh pengadilan yang
bersangkutan.

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
ANALISA DAN EVALUASI

A. AnalisaPerkembanganWajibPajak Yang MenunggakPajak
Dalam hal ini penulis akan menganalisa suatu data mengenai tunggakan pajak
yang dilakukan tindakan Pelaksanaan Penagihan Pajak serta pencairannya guna
meningkatkan penerimaan pajak dengan dasar teori dan praktik pelaksanaan Prosedur
Penagihan Pajak dengan Surat Paksa, Surat Teguran, Penyitaan, dan Pelaksanaan
Lelang yang melibatkan Wajib Pajak yang tidak memenuhi kewajiban perpajakannya.
Ketidakpatuhan Wajib Pajak atas ketentuan perpajakan dapat dilihat melalui tabel di
bawah ini:
Tabel IV.1
Jumlah Penerbitan Surat teguran dan Surat Paksa untuk Wajib Pajak Orang Pribadi

Surat Teguran

Surat Paksa

Bulan
Jumlah

(Rp)

Jumlah

(Rp)

Januari

190

2.630.156.164

1067

928.579.943

Februari

1436

43.268.118.707

607

3.033.902.505

Maret

339

13.852.379.090

1215

41.865.535.518

April

323

5.335.114.543

24

8.051.345.897

Mei

125

1.168.205.345

194

5.938.870.695

Universitas Sumatera Utara

Juni

295

17.771.816.241

95

815.297.136

Juli

0

-

148

2.336.005.739

Agustus

469

4.243.407.002

168

5.830.083.816

September

102

1.223.997.902

40

803.745.518

Oktober

84

614.120.857

37

1.750.507.839

November

20134

510.991.962

20

144.849.646

Desember

525

1.846.519.266

37

122.348.815

Jumlah

4021

92.464.827.079

3652

71.621.073.067

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur 2016
Sumber : Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur
Analisa Tabel IV.1
Dari tabel di atas dapat kita lihat kinerja aparatur pajak pada seksi penagihan di
KPP Pratama Medan Timur dalam pelaksanaan penagihan pajak pada tahun 2016.
Dalam tiap bulannya wajib pajak masih banyak yang tidak memenuhi kewajiban
perpajakan. Namun Setelah Surat Teguran diterbitkan masih tetap ada Wajib Pajak
yang tidak menghiraukan, maka pihak aparatur pajak menerbitkan Surat Paksa
sebagai sarana pencarian tunggakan pajak.
B. Pelaksanaan Penagihan Pajak Yang Dilakukan
Tata cara Pelaksanaan Penagihan Tunggakan Pajak dengan Surat Paksa yang
dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur Terhadap wajib Pajak
yang tidak melunasi utang pajaknya adalah:

Universitas Sumatera Utara

1. Kantor Pelayanan Pajak Pratama mengeluarkan Surat Teguran setelah 7(tujuh)
hari jatuh tempo pembayaran melalui kantor POS dari produk hasil penelitian
diantaranya:
(1) Surat Tagihan Pajak (STP)
(2) Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)
(3) Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)
Dalam pelaksanaan penagihan ini masih dalam penagihan pasif penyerahan ketetapan
pajak.
2. Tujuh hari setelah saat jatuh tempo Pengajuan Banding, dan Wajib Pajak tidak
mengajukan permohonan banding

atas keputusan keberatan sehubungan

(SKPKB), atau Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)
kepada Wajib Pajak disampaikan Surat Teguran sebagaimana dimaksudkan dalam
pasal 8 ayat (1).
3. Tujuh hari setelah jatuh tempo pelunasan pajak yang masih harus dibayar
berdasarkan putusan banding.
4. Setelah 7 hari sejak saat jatuh tempo pelunasan sebagaimana dalam pasal 5 dalam
akhir pemeriksaan, kepada Wajib Pajak disampaikan Surat Teguran
5. Tujuh hari sejak tanggal Wajib Pajak mencabut pengajuan keberatan atas surat
keberatan atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) atau Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT) setelah tanggal jatuh tempo
pelunasan tetapi sebelum tanggal diterima Surat Pemberitahuan Untuk Hadir oleh
Wajib Pajak, Kepada Wajib Pajak disampaikan Surat Teguran sebagaimana

Universitas Sumatera Utara

dimaksudkan dalam pasal 8 ayat (1).
6. Kemudian apabila Wajib Pajak tidak melunasi utang pajak yang seharusnya
dibayar setelah lewat waktu 21 hari sejak diterbitkannya Surat Teguran, pejabat
segera menerbitkan Surat Paksa, dalam hal ini:
(1) Jurusita

Pajak

mendatangi

tempat

tinggal/tempat

kedudukan

Wajib

Pajak/penganggung pajak dengan memperlihatkan tanda pengenal diri.
Jurusita mengemukakan maksud kedatangannya yaitu memberitahukan Surat
Paksa dengan pernyataan dan menyerahkan salinan surat paksa tersebut.
(2) Jurusita Pajak mendatangi tempat tinggal / tempat kedudukan Wajib Pajak /
penganggung pajak dengan memperlihatkan tanda pengenal diri. Jurusita
mengemukakan maksud kedatangannya yaitu memberitahukan Surat Paksa
dengan pernyataan dan menyerahkan salinan surat paksa tersebut.
(3) Jika jurusita bertemu langsung dengan Wajib Pajak/penanggung pajak dan
meminta agar Wajib pajak memperlihatkan surat-surat keterengan pajak yang
ada untuk diteliti:
a. Apakah tunggakan pajak menurut STP/STKP cocok dengan jumlah
tunggakan yang tercantum dengan surat paksa.
b. Apakah ada surat keputusan pembetulan dan keberatan/penghapusan.
c. Apakah ada kelebihan pembayaran dari tahun/jenis pajak lainnya yang
diperhitungkan.
d. Apakah terdapat kelebihan utang tersebut dalam surat paksa, diajukan
keberatan.

Universitas Sumatera Utara

(4) Bila Jurusita tidak menjumpai Wajib Pajak/penangggung pajak maka salinan
surat paksa tersebut dapat diserahakan kepada :
a. Keluarga Wajib pajak atau orang yang bertempat tinggal bersama Wajib
Pajak/penanggung pajak yang dewasa dan sehat mental.
b. Anggota pengurus komisaris atau para persero dari badan usaha
bersangkutan atau;
c. Pejabat Pemerintah setempat (Bupati/Walikota/Camat/Lurah) dalam hal
ini mereka tersebut pada butir 1 dan 2 diatas juga tidak dijumpai. Pejabat
harus member tanda tangan pada surat paksa dan salinannya sebagai tanda
diketahuinya dan menyampaikan salinannya kepada Wajib Pajak /
penanggung pajak yang bersangkutan.
d. Jurusita yang telah melaksanakan penagihan pajak dengan surat paksa
herus membuat laporan pelaksanaan Surat Paksa.
(5) Jurusita

pajak

mendatangi

tempat

tinggal/tempat

kedudukan

Wajib

Pajak/penangggung pajak dengan memperlihatkan tanda pengenal diri.Jurusita
mengemukakan maksud kedatangannya yaitu memberitahukan Surat Paksa
dengan pernyataan dan meyerahkan salinan surat paksa tersebut.
(6) Bila Wajib Pajak tidak ditemukan di kantor atau tempat usaha/tempat tinggal.
Apabila hal ini terjadi, maka Jurusita dapat menyerahkan salinan surat paksa
kepada:
a. Seseorang yang ada dikantornya (salah seorang pegawai).
b. Seseorang yang ada ditempat tinggalnya ( misalnya : istri,anak, atau

Universitas Sumatera Utara

pembantu rumah tangga).
(7) Biaya Penyampaian Surat Paksa
a. Biaya pelaksanaan atau penyampaian Surat Paksa yang meliputi biaya
harian dan biaya perjalanan Jurusita pajak. Biaya ini dikeluarkan untuk
setiap Surat Paksa yang harus disampaikan oleh Jurusita pajak kepada
penganggung pajak.
b. Apabila seorang Jurusita telah melaksanakan tugasnya sesuai dengan
ketentuan-ketentuan yang berlaku, maka ia berhak sepenuhnya biaya
Penagihan tanpa dikaitkan apakah piutang pajak dan biaya penagihannya
telah diluniasi atau belum oleh Wajib Pajak/penganggung pajak.
Tetapi itu tidak berarti bahwa Jurusita yang bersangkutan

setelah

menerima biaya Penagihan, lalu bebas dari tanggung jawab terhadap
pencairan

piutang

pajak

tersebut.

Apabila

Jurusita

yakni

Wajib

Pajak/penangggung pajak tersebut masih aktif dan potensial, maka ia harus
mengambil langkah - langkah untuk melakukan tahap tindakan Penagihan
lebih lanjut.
(8) Surat Paksa yang telah dilaksanakan,diserahkan kepada Kasi Penagihan
disertai laporan pelaksanaan Penagihan dengan surat paksa dan diteruskan
kepada Kepala Seksi Penagihan dan Vertifikasi untuk ditanda tangani dan
selanjutnya dimaasukan dalam berkas Penagihan Wajib Pajak/penangggung
pajak yang bersangkutan atau terlebih dahulu dicatat tanggal pelaksanaan
surat paksa dalam buku

register pengawasan Penagihan, buku register

Universitas Sumatera Utara

tindakan Penagihan, kartu pengawasan tunggakan pajak dan
STP/SKP

tindakan

yangbersangkutan. Dalam melaksanakan surat paksa tersebut

Jurusita sedapat mungkin melihat keadaan rumah tangga/perusahaan Wajib
Pajak/penangggung pajak untuk dapat memberikan informasi dalam rangka
mengambil langkah berikutnya.
(9) Laporan Pelaksanaan Surat Paksa.
a. Atas pelaksanaan surat paksa dibuat laporan oleh jurursita yang
melaksanakan Penagihan pajak dengan surat paksa tersebut.
b. Hal-hal yang mendapat perhatian untuk dilaporkan yaitu :
- Pengakuan Penyelesaian surat keberatan. Mengenal hal ini agar diuraikan
secara jelas dan jangan sampai melaksanakan penagihan secara paksa
sedangkan tunggakannya ternyata sudah dikurangi.
- Jenis letak dan taksiran harga dari objek sita dengan memperlihatkan
tunggakan pajak dan biaya pelaksanaan yang mungkin dikeluarkan.
- Dalam kesan dan usul hendaknya dilaporkan keadaan yang sebenarnya
dari Wajib

Pajak/penangggung pajak

antara lailn: kemampuan

bayar,itikad

mau

pandangannya

membayar

dan

terhadap

penetapan/penagihan pajak dan sebagainya,sehingga Jurusita dapat
mengajukan usul untuk tindakan Penagihan selanjutnya.
(10)

Apabila jurusita tidak melaksanakan penagihan secaralangsung maka

jurursita membuat laporan secara tertulis mengenai sebab-sebabnya dan
usaha-usaha yang dilakukan dalam upaya surat paksa, antara lainmenghubungi

Universitas Sumatera Utara

Pemerintah setempat, Polisi dan sebagainya.
7. Apabila utang yang masih haris dibayar tidak dilunasi oleh Penaggung Pajak
setelah lewat 2x 24 jam sejak Surat Paksa diberitahukan kepadanya Pejabat segera
menerbitkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan yang dilaksanakan oleh
Jurusita dengan disaksikan oleh sekurang-kurangnya 2 (dua) orang yang telah
dewasa, penduduk Indonesia, dikenal oleh Jurusita Pajak, dan dapat dipercaya.
Pengajuan keberatan

oleh

Wajib

Pajak tidak mengakibatkan

penundaan

pelaksanaan Penyitaan. Penyitaan dapat dilaksanakan tehadap penganggung
pajak yang berada di tempat tinggal, tempat usaha, tempat kedudukan atau di
tempat lain, termasuk yang penguasaannya berada di tangan pihak lain atau yang
dibebani dengan hak tanggungan sebagai jaminan pelunasan utang tertentu.
Didalam pelaksanaan Jurusita dapat menempel kertas Penyitaan kepada barang
yang akan disita, biasanya barang yang akan disita tidak akan dibawa oleh
Jurusita dikarenakan:
a. Tidak adanya tempat penyimpanan barang sitaan.
b. Mengantistipasi terjadinya kerusakan barang sitaan dengan perjalanan.
Barang dari hasil sita harus sebanding dengan jumlah utang pajak yang
ditanggung Penanggung pajak dan jika tidak sebanding maka akan dilakukan
Penyitaan.
8. Apabila utang pajak dan biaya Penagihan yang masih harus dibayar tidak dilunasi
oleh Penanggung Pajak setelah lewat waktu 14 (empat belas) hari sejak tanggal
pelaksanaan Penyitaan, Pejabat segera melaksanakan pengumuman Lelang dan

Universitas Sumatera Utara

dalam hal pelaksanaan Lelang Jurusita mempertanyakan dulu kepada Dinas yang
bersangkutan mengenai hak milik barang

yang dilelang.

Hasil Lelang

dipergunakan terlebih dahulu untuk membayar biaya Penagihan pajak yang belum
dibayar dan sisanya untuk membayar utang pajak. Dalam hal hasil Lelang sudah
mencapai jumlah yang cukup utnuk melunasi biaya Penagihan pajak dan utang
pajak, pelaksanaan Lelang dihentikan walaupun barang yang akan dilelang masih
ada. Sisa barang beserta uang kelebihan hasi Lelang dikembalikan oleh Pejabat
kepada Penanggung Pajak setelah pelaksanaan Lelang.

C. Faktor-Faktor Penghambat dalam Pelaksanaan Penagihan Pajak
Adapun kendala-kendala yang sering ditemui berkaitan dengan Penagihan
pajak pada kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur adalah :
1. Data yang tidak jelas atau identitas Wajib Pajak tidak jelas
2. Wajib Pajak tidak ditemukan/pindah tetapi tidak memberitahu data ke Kantor
Pelayanan Pajak Pratama
3. Kemampuan Ekonomis Wajib Pajak (Kondisi Usaha Wajib Pajak)
4. Wajib Pajak menolak pemberian Surat Paksa
5. Daftar penetapan hutang pajak kurang valid
6. Wajib pajak yang sudah meninggal dunia
7. Wajib pajak dilindungi oleh pejabat berwenang

D. Langkah Penyelesaian Masalah Dalam Pelaksanaan Penagihan Pajak

Universitas Sumatera Utara

1. Mencari data dari pihak ketiga melalui konfirmasi tertulis
2. Meminta bantuan unit organisasi lain:
a. Kepolisian
b. Pemerintah daerah setempat
3. Melakukan Update Data agar kondisi data Kantor Pelayanan Pajak sesuai dengan
ada dilapangan.

Universitas Sumatera Utara

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Penagihan Pajak adalah serangkaian tindakan agar Penanggung Pajak
melunasi utang

pajak dan

biaya Penagihan

pajak

dengan

menegur atau

memperingatkan, melaksanakan Penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan
Surat Paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan Penyitaan, melaksanakan
penyanderaan, dan menjual barang yang telah disita. (Pasal 1 ayat 9 Undang –
Undang Nomor 19 tahun 2000). Bedasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang
telah dibahas pada bab sebelumnya, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa:
1. Penagihan pajak timbul akibat dari adanya penelitian dan pemeriksaan yang
dilakukan terhadap SPT yang disamapaikan oleh Wajib pajak kepada kantor
pelayanan pajak. Pada KPP Pratama Medan Timur pun terdapat tunggakan pajak
dari hasil pemeriksaan yang dimana tindakan Penagihan terhadap tunggakan
tersebut telah dilakukan.
2. Bedasarkan pencapaiannya KPP Pratama Medan

Timur

telah

melakukan

Penagihan pajak dengan optimal.
3. Hambatan yang dihadapi dalam Penagihan pajak adalah faktor internal
meruapakan faktor yang berasal dari instansi perusahaan itu sendiri dan faktor
eksternal yang berasal dari luar isntansi perusahaan contohnya adalah mengenai
objek sita,

kerjasama dengan pihak-pihak lain,likuliditas, pengetahuan wajib

Universitas Sumatera Utara

pajak yang kurang, dan Wajib pajak yang tidak diketahui alamatnya.
4. Upaya yang dilakukan oleh KPP Pratama Medan Timur adalah dengan
meningkatkan koordinasi dengan seksi-seksi lain dalam instansi pajak sendiri dan
meningkatkan keterampilan serta wawasan Jurusita mengenai perpajakan dan
melakukan kerjasama dengan pihak ketiga agar tindakan Penagihan pajak dapat
berjalan optimal.
B. Saran
Setelah penulis mengemukakan uraian dan menarik kesimpulan dari data yang
ada, pada kesempatan ini penulis mencoba mengemukakan beberapa saran yaitu:
1. Pelakasanaan Penagihan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan
Timur bedasarkan sistem harus lebih ditingkankan lagi, sehingga dapat
mengurangi tunggakan pajak dan meningkatkan penerimaan pajak.
2. Meningkatkan pengetahuan Jurusita melalui pendidikan dan pelatihan agar
terdapat kesiapan saat regenerasi. Selain itu juga lebih meningkatkan penyuluhan
Wajib pajak Sehingga penanggung pajak menyadari kegunaan pajak dan
diharapkan dapat membayar pajaknya tepat pada waktunya, sehingga akan
meningkatkan penerimaan pajak.
3. Perlunya dilaksanakan penyuluhan pajak secara lebih intensif oleh Direktorat
Jenderal Pajak, agar Wajib Pajak semakin sadar akan pentingnya membayar pajak
untuk kelangsungan pembangunan.
4. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur hendaknya menindak tegas Wajib
Pajak yang tidak mengindahkan Surat Teguran yang disampaikan oleh KPP. Dan

Universitas Sumatera Utara

hendaknya menindak tegas oknum - oknum yang berusaha menghalangi proses
Penagihan yang dilanjutkan dengan Penyitaan sesuai dengan Undang-undang
yang berlaku.

Universitas Sumatera Utara