Klasifikasi Dan Penetapan Pajak Penghasilan Orang Pribadi Di Kantor Pelayanan Pajak Pratamamedan Barat

(1)

LAPORAN TUGAS AKHIR

PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM) KLASIFIKASI DAN PENETAPAN PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA

MEDAN BARAT

DISUSUN OLEH :

NAMA : WENLI MARTURE SITORUS NIM : 082600119

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

KATA PENGANTAR

Rasa syukur serta sembah penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus untuk segala hikmat, karunia dan kasihNya serta untuk setiap berkat yang telah dianugerahkanNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir Praktek Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini dengan judul “Klasifikasi dan Penetapan Pajak Penghasilan Orang Pribadi Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat”.

Selama penyusunan Laporan Tugas Akhir ini, penulis menyadari akan sejumlah kekurangan dan kelemahan, untuk itu penulis membuka diri untuk saran dan kritik yang dapat membangun guna perbaikan di masa yang akan datang.

Laporan Tugas Akhir ini penulis persembahkan terkhusus kepada orang tua saya yang sangat saya sayangi, Ayahanda (ketua I) Wilson Sitorus dan Ibunda L.Mariana Br Panjaitan, yang sudah mendidik dan membesarkan penulis dengan penuh kasih sayang.

Mengingat keterbatasan kemampuan, waktu dan pengetahuan, penulis menyadari bahwa Laporan Tugas Akhir ini tidak akan mungkin dapat terselesaikan dengan lancar tanpa bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.


(3)

2. Bapak Drs. Alwi Hashim Batubara, M.Si, selaku Ketua Program Studi Diploma III Admnistrasi Perpajakan FISIP USU.

3. Ibu Dra. Arlina, M. Hum, selaku sekretaris Program Studi Diploma III Admnistrasi Perpajakan FISIP USU.

4. Ibu Asimayanty Siahaan, P.hD, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan waktu, pemikiran serta pengertian untuk membantu, membimbing dan mengarahkan penulis dengan sabar hingga selesainya penulisan Laporan Tugas Akhir ini.

5. Seluruh staf pegawai Program Studi Diploma III Admnistrasi Perpajakan FISIP USU yang telah membantu penulis dalam segala urusan administrasi.

6. Bapak Drs. Djahotman Saragih, MM, selaku Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat.

7. Ibu Esteriah Br. Sitepu, SE, selaku Kepala Sub Bagian Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat.

8. Pegawai Seksi Pelayanan dan Pengolahan Data dan Informasi (PDI) Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat.

9. Untuk abang dan Adik ku, B’Regen Sitorus, B’Roy Sitorus dan Olimpic Sitorus tersayang, terimakasih untuk semua dukungannya. Semoga kita kompak selalu seperti ini. Amin.

10.Untuk teman terdekatku Niena Boman yang udah selalu nemenin aku dan ngerepotin aku. Terima kasih ya buat dukungan juga waktunya untuk


(4)

ngebantuin aku. Terimakasih juga memberikan keluhan dan kesahnya, yang telah membuat aku semakin dewasa. Makasih yha yank…

11.Untuk teman-teman seperjuangan ku, kelas C Tax’08, yaitu Yanuanta, Ondoras, Tupik, Hendra. Dan semua teman-teman yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu.

12.Untuk teman-teman, senior dan junior perpajakan FISIP USU.

13.Untuk anggota-anggota mabes Mberu yang terhormat: Juu, B’Popeye, Mr. Koling, Baskoro, Krena, B’ Oi, B’ Bucker, B’Togi, B’Aseng, B’Matol, B’Ryan, B’Bo, Bibi Mberu, dan seluruh anggota Mberu yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Akhir kata, semoga Laporan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Medan, 20 Juni 2011


(5)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan dan Manfaat... 4

D. Ruang Lingkup ... 5

E. Metode PKLM... 6

F. Metode Pengumpulan Data ... 7

G. Sistematika Penulisan Laporan PKLM ... 8

BAB II GAMBARAN LOKASI PKLM A. Sejarah Singkat KPP Pratama Medan Barat ... 10

B. Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Barat ... 12

C. Uraian Tugas Pokok dan Fungsi ... 14

D. Bagan Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Barat ... 19


(6)

A.1.1 Fungsi Pajak ... 21

A.1.2 Jenis Pajak ... 22

A.1.3 Subjek Pajak ... 23

A.1.4 Objek Pajak ... 25

A.2 Pajak Penghasilan ... 28

A.2.1 Pajak Penghasilan Orang Pribadi ... 28

A.2.2 Sanksi Perpajakan Bagi WP Orang Pribadi ... 29

A.2.3 Cara Perhitungan PPh Orang Pribadi ... 33

A.3 SPT Tahunan PPh Orang Pribadi ... 39

B. Gambaran Data Praktik ... 42

B.1 Klasifikasi PPh Orang Pribadi ... 42

B.2 Penetapan PPh Orang Pribadi ... 46

BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI A. Klasifikasi Penerimaa PPh Orang Pribadi ... 50

B. Penetapan PPh Orang Pribadi ... 51

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 53

B. Saran ... 54


(7)

DAFTAR TABEL

Tabel I Laporan Penerimaan Pajak Pasal 17 pada KPP Pratama Medan Barat Tahun 2009/2010.

Tabel II Laporan Penetapan Pajak di KPP Pratama Medan Barat Tahun 20009/2010.


(8)

DAFTAR GAMBAR


(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) adalah suatu cara kerja yang langsung dapat membimbing kita ke dalam dunia kerja yang nyata guna memberikan kita arah dan cara yang lebih baik dalam melakukan pekerjaan PKLM adalah kegiatan instrakurikuler yang dilakukan oleh mahasiswa secara mandiri yang langsung ditujukan untuk memberikan pengalaman praktis di lapangan yang secara langsung berhubungan dengan teori-teori keahlian yang diterima dari dosen jurusan Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Karena sifatnya untuk memberikan dan belajar keahlian secara praktis, maka bantuan yang diberikan cenderung terbatas, untuk mengetahui “Klasifikasi dan Penetapan Pajak Penghasilan Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat”.

Berdasarkan sistem pemungutan pajak di Indonesia, yaitu sistem self Assessment, Wajib Pajak diberi kepercayaan dan tanggung jawab untuk menghitung, memperhitungkan (tax planning), memotong, membayar dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar dan dilaporkan sesuai dengan keadaan sesungguhnya.

Pengenaan Pajak Penghasilan atas wajib pajak berdasarkan penghasilan yang diperoleh baik di Indonesia maupun dari Luar Negeri dalam satu tahun


(10)

juga pajak langsung karena langsung dikenakan atas penghasilan sesuai dengan daya pikulnya.

Wajib Pajak Orang Pribadi yang belum memiliki NPWP yang penghasilan netonya tidak melebihi Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP). Pada prinsipnya orang pribadi yang menjadi Subjek Pajak dalam negeri adalah orang pribadi yang bertempat tinggal atau berada di Indonesia. Termasuk dalam pengertian orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia adalah mereka yang mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia.

Keberadaan orang pribadi di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari tidaklah harus berturut-turut, tetapi ditentukan oleh jumlah hari orang tersebut berada di Indonesia dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan sejak kedatangannya di Indonesia. Sebagai subjek pajak dapat bertempat tinggal atau berada di Indonesia ataupun di Luar Negeri. Tempat tinggal orang pribadi atau tempat kedudukan badan ditetapkan oleh Direktur Jendral Pajak menurut keadaan yang sebenarnya.

Pajak Penghasilan adalah pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak atau bagian tahun pajak. Undang-undang ini menganut prinsip perpajakan atas penghasilan dalam pengertian yang luas, yaitu bahwa pajak dikenakan atas setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dari manapun asalnya yang dapat dipergunakan untuk konsumsi atau menambah kekayaan Wajib Pajak tersebut.


(11)

Berdasarkan sistem self assessment yang diterapkan oleh pihak-pihak fiskus kepada wajib pajak yaitu menghitung, memperhitungkan, membayar serta melaporkan jumlah pajaknya yang terutang. Dalam hal ini dibuktikan dengan pengisian SPT yang dilakukan oleh wajib pajak orang pribadi. Setiap wajib pajak mengisi SPT dengan jelas, benar, lengkap, menandatangani dan menyampaikan SPT nya ke KPP Pratama tempat dia bertempat tinggal atau tempat lain yang telah ditentukan oleh Direktur Jendral Pajak. SPT wajib disertai lampiran yang ditentukan menurut perundang-undangan perpajakan yang berlaku. SPT tersebut harus disampaikan ke KPP Pratama, paling lama tiga bulan setelah akhir tahun pajak.

Meskipun demikian masih banyak wajib pajak orang pribadi untuk memanipulasi penghasilan, agar pajaknya menjadi kecil dan dengan cara-cara yang tidak diperkenankan atau penghindaran pajak dengan melanggar ketentuan peraturan perpajakan.

Dengan memperhatikan hal diatas, penulis tertarik untuk mempelajari, memahami, mendalami proses pengklasifikasian dan penetapan pajak penghasilan orang pribadi. Maka penulis mengangkat judul tentang “ KLASIFIKASI DAN PENETAPAN PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN BARAT “.


(12)

B. Tujuan dan Manfaat PKLM 1. Tujuan PKLM

Kegiatan PKLM oleh Mahasiswa dari Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU diharapkan dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan PKLM yaitu:

a. Untuk mempelajari secara lebih mendalam prosedur dan tatacara Pengklasifikasian dan Penetapan Wajib Pajak Penghasilan Orang Pribadi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat.

b. Untuk mempelajari perkembangan jumlah Wajib Pajak Penghasilan Orang Pribadi pada KPP Pratama Medan Barat.

c. Untuk mengetahui kendala-kendala yang terjadi dalam Pengklasifikasian dan Penetapan Wajib Pajak Penghasilan Orang Pribadi pada KPP Pratama Medan Barat.

2. Manfaat PKLM

Yang menjadi manfaat PKLM bagi mahasiswa yaitu:

a. Dapat mempraktikkan yang diperoleh dari bangku kuliah kedalam permasalahan kehidupan yang nyata.

b. Untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan wawasan khususnya mengenai pengklasifikasian dan penetapan wajib pajak penghasilan orang pribadi.

c. Memahami tata cara dan pengklasifikasian dan penetapan wajib pajak penghasilan orang pribadi.


(13)

Yang menjadi manfaat PKLM bagi Program Studi Diploma III FISIP USU yaitu:

a. Menambah hubungan kerjasama antar pihak Universitas dengan instansi pemerintahan khususnya di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat.

b. Agar Universitas dapat lebih berperan dalam menyelesaikan kegiatan pendidikan sesuai dengan peraturan-peraturan yang sekarang diterapkan.

c. Mempromosikan potensi-potensi dari Universitas Sumatera Utara. Yang menjadi manfaat PKLM bagi instansi Pemerintah yaitu:

a. Membina kerjasama antara lembaga pendidikan dengan instansi pemerintah.

b. Dapat menambah sumber-sumber ide baru.

c. Dapat melihat sampai dimana perkembangan ilmu pengetahuan yang sekarang diterapkan.

C.Ruang Lingkup PKLM

Adapun yang menjadi ruang lingkup PKLM adalah :

1. Prosedur dan tata cara Pengklasifikasian dan Penetapan Wajib Pajak Penghasilan Orang Pribadi pada KPP Pratama Medan Barat.

2. Perkembangan jumlah Wajib Pajak Penghasilan Orang Pribadi pada KPP Pratama Medan Barat.


(14)

3. Kendala-kendala yang terjadi dalam Pengklasifikasian dan Penetapan Wajib Pajak Penghasilan Orang Pribadi pada KPP Pratama Medan Barat.

D. Metode PKLM

Yang menjadi metode PKLM ada 5 yaitu: 1. Tahap Persiapan

Yaitu kegiatan yang harus dilakukan oleh mahasiswa sebelum melakukan PKLM ke objek lokasi PKLM yang meliputi kegiatan seperti: pengajuan judul, penetapan judul oleh Program Diploma III Administrasi Perpajakan, mencari dan mengumpulkan bahan untuk pembuatan proposal, pengajuan proposal, dan berkonsultasi dengan dosen pembimbing yang ditunjuk oleh Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan.

2. Studi Literatur (Kepustakaan)

Yaitu kegiatan studi mencari data informasi dengan membaca landasan teori. Buku-buku literatur, peraturan perundang-undang dibidang perpajakan, majalah, surat kabar, catatan-catatan maupun bahasa tertulis yang ada hubungannya dengan laporan PKLM.

3. Observasi Lapangan

Yaitu kegiatan studi mencari data dan informasi dengan mengikuti PKLM di Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat, serta mempelajari laporan-laporan yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas.


(15)

4. Pengumpulan Data

a. Data primer yaitu data-data yang diperoleh dari pihak-pihak yang mengetahui dan memahami tentang Pengklasifikasian dan Penetapan Pajak Penghasilan Orang Pribadi di KPP Pratama Medan Barat.

b. Data sekunder yaitu data-data yang diperoleh dari referensi ilmiah yang mendukung laporan PKLM.

5. Analisis dan Evaluasi

Yaitu kegiatan studi yang dilakukan dengan cara menganalisis permasalahan dan kendala yang dihadapi dan mencari tahu atau menanyakan solusi atau jalan keluar yang terbaik untuk memecahkan masalah tersebut.

E.Metode Pengumpulan Data

Dalam melakukan Pengumpulan Data digunakan tiga metode yaitu (Sugiyono,2009:62) :

1. Metode Wawancara (Interview)

Yaitu kegiatan mengumpulkan dan mencari data dengan melakukan wawancara dan mengajukan pertanyaan kepada pegawai instansi yang berkompeten agar menambah objektifitas tugas akhir berkaitan dengan kebutuhan untuk melengkapi laporan PKLM.

2. Metode Observasi (Pengamatan)


(16)

peninjauan dengan mengamati, mendengar dan bila perlu membantu mengerjakan tugas yang diberikan oleh pihak instansi dengan mematuhi petunjuk atau arahan terlebih dahulu dengan berpedoman pada ketentuan yang berlaku pada instansi dan tidak boleh melakukan pekerjaan yang menjadi rahasia, memiliki rahasia dan memiliki resiko yang tinggi.

3. Dokumentasi

Yaitu kegiatan mengumpulkan dan mencari data dengan membuat daftar dokumentasi yang telah diperoleh dari instansi.

F. Sistematika Penulisan Laporan PKLM

Adapun yang menjadi maksud yang membuat sistematika penulis laporan PKLM adalah untuk mempermudah pemahaman dan penulisan laporan PKLM. Sistematika penulisan PKLM dibuat dalam 5 (lima) bab dan dilengkapi dengan sub bab dan diberi penjelasan yang terperinci.

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab diuraikan mengenai latar belakang masalah PKLM, penambahan dan penjelasan, tujuan dan manfaat penulisan, ruang lingkup, metode pengumpulan data serta bentuk sistematika penulisan laporan PKLM.

BAB II : GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM

Dalam bab ini digunakan metode pengumpulan data serta gambaran petugas pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat.


(17)

BAB III : KLASIFIKASI DAN PENETAPAN PAJAK

PENGHASILAN ORANG PRIBADI DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN BARAT.

Dalam bab ini dijelaskan gambaran mengenai pengklasifikasian dan penetapan pajak penghasilan orang pribadi di KPP Pratama Medan Barat.

BAB IV : ANALISIS DAN EVALUASI

Dalam bab ini diuraikan mengenai penganalisaan masalah yang timbul dan alternatif pemecahan masalah juga evaluasi terhadap alternatif pemecahan masalah.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi kesimpulan mengenai masalah yang timbul dari teori pelaksanaan PKLM pada saat melaksanakan PKLM dan juga kesimpulan bab-bab terhadap pelaksanaan PKLM agar lebih baik di masa mendatang.


(18)

BAB II

GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI

PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM)

A.Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Barat Pada tahun 1976, Kantor Pelayanan Pajak masih disebut Kantor Inspeksi Pajak. Pada saat itu masih ada dua kantor inspeksi pajak yaitu Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dan Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara.

Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan No. 276/KMK/01/1989 tanggal 25 Maret 1989 tentang Organisasi dan Tata Usaha Direktorat Jenderal Pajak, maka Kantor Inspeksi Pajak diubah namanya menjadi Kantor Pelayanan Pajak sehingga sejak April 1989 Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara diganti namanya menjadi Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara.

Kemudian untuk menetapkan pelayanan yang akan diberikan pemerintah kepada masyarakat umum, khususnya kepada wajib pajak pada tanggal 29 Maret 1994 dikeluarkan Keputusan Menteri Keuangan No. 94/KMK/1994 terhitung mulai tanggal 1 April 1994 Kantor Pelayanan Pajak di Medan diubah menjadi 4 kantor yaitu:

1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat, Jl Asrama No.7 Medan 2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur, Jl Diponegoro No.30 Medan 3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara, Jl Sukamulia No.17A Medan 4. Kantor Pelayanan Pajak Medan Binjai, Jl Binjai No.7.


(19)

Kemudian sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Keuangan No.443/KMK/01/2001 tanggal 23 Juli 2001 Kantor Pelayanan Pajak Medan barat dipecah menjadi dua kantor yaitu Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat dan Kantor Pelayanan Pajak Medan Polonia yang mulai berlaku sejak 25 Januari 2002.

Wilayah Kerja Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat meliputi: 1. Kecamatan Medan Barat

2. Kecamatan Medan Helvetia 3. Kecamatan Medan Sunggal 4. Kecamatan Medan Petisah

Melalui Kanwil DJP Sumatera Utara I berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan PENG-04/WPJ.01/2008 tanggal 26 Mei 2008, KPP Medan Barat dipecah menjadi KPP Pratama Medan Petisah dan KPP Pratama Medan Barat yang mulai berlaku sejak 27 Mei 2008. Masa ini lebih dikenal dengan sebutan masa reformasi pajak. Dan wilayah kerja KPP Pratama Medan Barat adalah Kecamatan Medan Barat.

Adapun visi dari KPP Pratama Medan Barat adalah menjadi pelayan masyarakat yang profesional dengan kinerja yang baik dan dapat dipercaya untuk meningkatkan penerimaan negara dari sektor pajak di lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Utara.


(20)

Misi dari KPP Pratama Medan Barat adalah meningkatkan penerimaan negara melalui PPh, PPN, PPnBM, dan PTLL serta peningkatan kecepatan dan mutu pelayanan perpajakan serta senantiasa memperbaharui diri sesuai dengan perkembangan aspirasi masyarakat dan tertib administrasi.

B.Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat Struktur Organisasi adalah suatu bagan yang menggambarkan sistematis mengenai penetapan tugas-tugas, fungsi dan wewenang serta tanggungjawab masing-masing dengan tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Tujuannya yaitu untuk membina keharmonisan kerja agar pekerjaan dapat dilaksanakan dengan teratur dan baik untuk mencapai tujuan yang diharapkan secara maksimal.

KPP Pratama Medan Barat menerapkan Struktur Organisasi Lini dan Staff. KPP Pratama Medan Barat dipimpin oleh seorang kepala kantor yang secara operasional bertanggungjawab kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Utara I.

Untuk mencapai Organisasi yang lebih baik sesuai dengan pangkat dan jabatan, dengan mengetahui tugas dan tanggungjawab masing-masing setiap bagian akan berinteraksi dan beroperasi secara harmonis dengan keteraturan pasti dengan wadah struktur organisasi.

KPP Pratama Medan Barat terdiri dari 1 Sub bagian dan 9 Seksi yang masing-masing seksi dipimpin Kepala Seksi dan Pelaksana. Khusus untuk Seksi


(21)

Pengawasan dan Konsultasi, selain Kepala Seksi dan pelaksana, seksi ini juga memiliki Account Representative atau yang biasa disingkat dengan sebutan AR.

Account Representative (AR) berkewajiban melaksanakan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan, melaksanakan bimbingan dan melaksanakan himbauan kepada wajib pajak (WP). Setiap AR mempunyai beberapa wajib pajak yang harus diawasi. Penugasan pelayanan oleh AR dilakukan berdasarkan jenis usaha sehingga meningkatkan profesionalisme dan meningkatkan produktivitas kerja karena pelaksanaan pekerjaan lebih terfokus. AR juga dilatih agar menjadi staf yang proaktif, bersikap melayani, dan memiliki pengetahuan perpajakan yang baik. Tanggung jawab Account Representative (AR) adalah:

1. Menangani sejumlah kecil wajib pajak tertentu.

2. Bertanggung jawab untuk menginformasikan semua perubahan peraturan.

3. Merespon pertanyaan atau permintaan lain yang berkaitan dengan pelaksanaan kewajiban atau hak perpajakan.

Struktur Organisasi yang ada di KPP Pratama Medan Barat dapat digambarkan sebagai berikut:

1. Kepala Kantor

2. Sub Bagian Umum 3. Seksi Pelayanan


(22)

5. Seksi Pengawasan dan Informasi (WASKON) 6. Seksi Penagihan

7. Seksi Ekstensifikasi 8. Seksi Pemeriksaan

9. Kelompok Jabatan Fungsional

C.Uraian Tugas Pokok dan Fungsi KPP Pratama Medan Barat

Tugas dan fungsi masing-masing akan diuraikan dalam setiap seksi, dimana Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat mempunyai tugas pokok yaitu melaksanakan kegiatan operasional pelayanan perpajakan di bidang Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Pertambahan Nilai Atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak Tidak Langsung Lainnya (PTLL), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dalam daerah wewenangnya, berdasarkan kebijaksanaan teknis yang ditetapkan oleh Direktorat jenderal Pajak.

Beberapa Tugas dan Fungsi organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat adalah:

1. Pengumpulan dan pengolahan data, penggalian potensi pajak serta ekstensifikasi wajib pajak.

2. Penatausahaan dan pengecekan data Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan serta berkas wajib pajak.


(23)

3. Penatausahaan dan pengecekan data Surat Pemberitahuan (SPT) masa serta pemantauan dan penyusunan masa PPh, PPN, PPnBM, dan PTLL.

4. Penatausahaan, penerimaan, penagihan, penyelesaian, keberatan dan restitusi PPh, PPN, PPnBM, dan PTLL.

5. Verifikasi dan penerapan sanksi perpajakan.

6. Pengurusan penerbitan Surat ketetapan Pajak (SKP). 7. Penyuluhan dan pelayanan perpajakan.

8. Pengurusan tata usaha dan rumah tangga KPP.

Untuk dapat melaksanakan tugas pokok dan fungsi sesuai Keputusan Menteri Keuangan PENG-04/WPJ.01/2008 tanggal 26 Mei 2008, maka pembagian tugas dan wewenang masing-masing seksi dalam Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Barat adalah:

1. Kepala Kantor

KPP Pratama merupakan penggabungan dari KPP, KPPBB, dan Karikpa, maka Kepala KPP Pratama mempunyai tugas mengkoordinasikan pelaksanaan penyuluhan, pelayanan, pengawasan wajib pajak di bidang PPh, PPN, PPnBM, Pajak Tidak Langsung Lainnya dan PBB serta BPHTB dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.


(24)

2. Sub Bagian Umum

Membantu dan menunjang kelancaran tugas Kepala Kantor dalam mengkoordinasikan tugas dan fungsi pelayanan kesekretariatan terutama dalam hal pengaturan kegiatan tata usaha kepegawaian, keuangan, rumah tangga serta perlengkapan.

Uraian pekerjaan yang ada dalam Sub Bagian Umum ini adalah sebagai berikut:

a. Tata usaha dan kepegawaian b. Koordinator keuangan

c. Koordinator rumah tangga 3. Seksi Pelayanan

Membantu tugas Kepala Kantor dalam mengkoodinasikan penetapan dan penerbitan produk hokum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan surat pemberitahuan dan surat lainnya, penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi wajib pajak, serta kerjasama perpajakan sesuai ketentuan yang berlaku

4. Seksi Pengolahan Data Informasi (PDI)

Membantu tugas Kepala Kantor dalam mengkoordinasikan pengumpulan, pengolahan data, penyajian informasi perpajakan, perekaman dokumen perpajakan, urusan tata usaha, penerimaan perpajakan, pengalokasian dan


(25)

penatausahaan bagi hasil PBB dan BPHTB, pelayanan dukungan teknis komputer, pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filling dan penyiapan laporan kinerja.

Tugas dan Fungsinya:

a. Melakukan urusan pengolahan data dan penyajian informasi dan pembuatan monografi pajak.

b. Melakukan penggalian potensi pajak.

c. Melakukan pemberian dukungan teknisi komputer.

5. Seksi Pengawasan dan Konsultasi

Membantu tugas Kepala Kantor dalam mengkoodinasikan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan wajib pajak (PPh, PPN, PBB, BPHTB, dan Pajak Lainnya), bimbingan atau hinbauan kepada wajib pajak dan konsultasi teknis perpajakan, penyusunan profil wajib pajak, analisis kinerja wajib pajak, rekonsilisasi data wajib pajak dalam rangka melakukan intensifikasi, dan melakukan evaluasi hasil banding berdasarkan ketentuan yang berlaku. Dalam satu KPP Pratama terdapat 4 Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi yang pembagian tugasnya didasarkan pada cakupan wilayah tertentu.

6. Seksi Penagihan

Membantu tugas Kepala Kantor dalam Mengkoordinasikan pelaksanaan dan penatausahaan penagihan aktif, piutang pajak, penundaan dan angsuran


(26)

tunggakan pajak, dan usulan penghapusan piutang pajak sesuai ketentuan yang berlaku.

Tugas dan Fungsinya:

a. Melakukan urusan penatausahaan piutang pajak, penagihan, penundaan dan angsuran piutang pajak.

b. Melakukan penerbitan surat tagihan, surat paksa, surat perintah melakukan penyitaan.

c. Melakukan penyitaan, usulan lelang dan penagihan lainnya. 7. Pemeriksaan

Membantu tugas Kepala Kantor dalam mengkoordinasikan pelaksanaan penyusunan perencanaan pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya.

8. Ekstensifikasi

Membantu tugas Kepala Kantor dalam mengkoordinasikan pelaksanaan dan penatausahaan pengamatan potensi perpajakan, pendataan objek dan subjek pajak, penilaian objek pajak dan kegiatan ekstensifikasi perpajakan sesuai ketentuan yang berlaku.


(27)

9. Kelompok Jabatan Fungsional

Pejabat fungsional terdiri atas Pejabat Fungsional Pemeriksa dan Pejabat Fungsional Penilai yang bertanggungjawab secara langsung kepada Kepala KPP Pratama dalam melaksanakan pekerjaannya. Pejabat Fungsional Pemeriksa berkoordinasi dengan Seksi Pemeriksaan sedangkan Pejabat Fungsional Penilai berkoordinasi dengan Seksi Ekstensifikasi.

D.Bagan Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat

Struktur Organisasi yang dipakai oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat adalah struktur organisasi lini dan staf, yang dipimpin oleh seorang Kepala Kantor. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Bagan Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat yaitu sebagai berikut:


(28)

BAB III

URAIAN TEORITIS DAN GAMBARAN DATA PRAKTIK

A.Uraian Teoritis A.1 Pengertian Pajak

Menurut Prof. DR. P.J.A Andriani (Pandiangan, 2002:1) pajak adalah iuran kepada kas negara yang dapat dipaksakan yang dapat terhutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan dengan tidak mendapat prestasi kembali yang dapat langsung ditujukan dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintah.

Menurut Dr. Soeparman Soemahamidjaya (Suandy, 2009:9) pajak adalah iuran wajib, berupa uang atau barang yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma-norma hukum guna menutupi biaya produksi barang-barang dan jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum.

Menurut Rochmat Soemitro (Mardiasmo, 2008:1) pajak adalah iuran kepada kas negara berdasarkan undang-undang yang dapat dipaksakan dengan tiada mendapat balas jasa (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Selanjutnya Rochmat Soemitro mengoreksi definisinya, yaitu dengan menambah suatu pendapat yang intinya adalah pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan “surplusnya” digunakan untuk


(29)

public saving” yang merupakan sumber utama untuk membiayai “public investment”.

Dari definisi pajak yang telah diutarakan oleh Rochmat Soemitro, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa unsur-unsur pajak adalah:

1. Iuran masyarakat kepada negara, dalam arti bahwa yang berhak melakukan pemungutan pajak hanyalah negara dengan alasan apapun swasta atau partikelir tidak boleh memungut pajak.

2. Berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan).

3. Tanpa jasa timbal atau kontraprestasi dari negara yang langsung dapat ditunjuk dalam arti bahwa jasa timbal atau kontraprestasi yang diberikan oleh negara kepada rakyat dihubungkan secara langsung dengan besarnya pajak.

4. Untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran pemerintah yang bersifat umum dalam arti bahwa pengeluaran pemerintah tersebut mempunyai manfaat bagi masyarakat secara umum.

A.1.1 Fungsi Pajak

Dalam Brotodihardjo (1971:2) kedudukan pajak mempunyai dua fungsi: 1. Fungsi Budgeter

Pajak mempunyai fungsi budgeter, artinya pajak merupakan salah satu sumber penerimaan pemerintah untuk membiayai pengeluaran, baik rutin maupun pembangunan. Sebagai sumber


(30)

keuangan negara, pemerintah berupaya memasukkan uang sebanyak-banyaknya untuk kas negara.

2. Fungsi Reguler

Pajak yang mempunyai fungsi reguler, artinya pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi, serta mencapai tujuan-tujuan di luar bidang keuangan.

A.1.2 Jenis Pajak

Menurut Mardiasmo (2006:5) pajak dikelompokkan menjadi tiga yaitu: a. Menurut golongannya

1. Pajak langsung yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain.contohnya: Pajak Penghasilan.

2. Pajak tidak langsung yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain.contohnya: Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.

b. Menurut sifatnya

1. Pajak subjektif yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri wajib pajak.contohnya: Pajak Penghasilan.

2. Pajak objektif yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada objeknya, tanpa memperhatikan keadaan diri wajib


(31)

pajak.contohnya: Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Barang Mewah.

c. Menurut lembaga pemungutnya

1. Pajak pusat yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara.contohnya: Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai.

2. Pajak daerah yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah.

Pajak daerah terdiri dari:

a. Pajak propinsi.contohnya: Pajak Kendaraan Bermotor, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor.

b. Pajak kabupaten atau kota.contohnya: Pajak Hotel, Pajak Restoran, dan Pajak Hiburan.

A.1.3 Subjek Pajak

Menurut Undang-Undang PPh Nomor 36 Tahun 2008 pasal 2 ayat 1, yang termasuk ke dalam subjek PPh meliputi: orang pribadi, Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang berhak, badan dan Bentu Usaha Tetap (BUT).


(32)

Subjek Pajak Dalam Negeri adalah:

a. orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia atau yang berada di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka b. waktu 12 (dua belas) bulan, atau yang dalam satu tahun pajak berada di

Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia. c. Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia, meliputi

Perseroan Terbatas, Perseroan Komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik atau organisasi yang sejenis, lembaga, dan bentuk badan lainnya termasuk reksadana.Kecuali unit tertentu dari badan pemerintah yang memenuhi kriteria:

1. pembentukannya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.

2. Pembiayaannya bersumber dari APBN atau APBD.

3. Penerimaanya dimasukkan dalam anggaran Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah.

4. Pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional Negara.

5. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang berhak.


(33)

Subjek Pajak Luar Negeri adalah:

a. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui BUT di Indonesia.

b. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia yang dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia bukan dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui BUT di Indonesia.

A.1.4 Objek Pajak

Menurut Undang-Undang PPh Nomor 36 Tahun 2008 pasal 4 ayat 1, yang menjadi objek pajak adalah penghasilan yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak (WP), baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apapun termasuk:

a. penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium,


(34)

komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun atau imbalan dalam bentuk lainnya kecuali ditentukan lain dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan. b. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan dan penghargaan.

c. Laba usaha.

d. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk: 1. keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan,

dan badan lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal. 2. Keuntungan yang diperoleh perseroan, persekutuan, dan badan lainnya

karena pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu atau anggota.

3. Keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan atau pengambilalihan usaha.

4. Keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan atau sumbangan, kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat, dan badan keagamaan atau badan pendidikan atau badan sosial atau pengusaha kecil termasuk koperasi yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan atau penguasaan antar pihak-pihak yang bersangkutan.

5. Keuntungan karena penjualan atau pengalihan sebagian atau seluruh hak penambangan, tanda turut serta dalam pembiyaan, atau permodalan dalam perusahaan pertambangan.


(35)

e. penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya.

f. bunga termasuk premium, diskonto dan imbalan karena jaminan pengembalian utang.

g. Deviden dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk deviden dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis dan pembagian sisa hasil usaha koperasi.

h. Royalti atau imbalan atas penggunaan hak.

i. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta. j. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala.

k. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

l. Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing. m. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva. n. Premi asuransi.

o. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari WP yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas,

p. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak.

q. Penghasilan dari usaha berbasis syariah.

r. Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.


(36)

A.2 Pajak Penghasilan

Penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak baik berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak dengan nama dan dalam bentuk apapun.

Pajak penghasilan (PPh) adalah suatu pungutan resmi menurut undang-undang yang ditujukan kepada masyarakat yang berpenghasilan atau atas penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam tahun pajak untuk kepentingan negara bagi masyarakat dalam hidup berbangsa dan bernegara sebagai suatu kewajiban yang harus dilaksanakan dan diatur dalam undang-undang Nomor 7 tahun 1983 sebagaimana telah diubah dengan undang-undang nomor 10 tahun 2004 dan diubah lagi menjadi undang-undang nomor 17 tahun 2002 dan terakhir undang-undang nomor 36 tahun 2008.

A.2.1 Pajak Penghasilan Orang Pribadi

Pajak penghasilan didasarkan atas peralihan kekayaan dari sektor publik (pribadi) tanpa jasa timbal (kontraprestasi) yang ditunjuk langsung dan digunakan untuk pengeluaran negara berdasarkan kepentingan umum. Pajak penghasilan merupakan salah satu dari sumber pajak yang dikelola oleh negara sebagai salah satu sumber keuangan bagi kas negara.

Berdasarkan undang-undang pajak penghasilan (2008), pajak penghasilan dinyatakan sebagai pajak yang dikenakan atas penghasilan wajib pajak orang pribadi dalam negeri berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran


(37)

lain dengan nama apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan seperti dinyatakan undang-undang pajak penghasilan.

Pengenaan di dalam pajak penghasilan orang pribadi tersebut harus dapat dibayar melalui kantor-kantor yang telah ditetapkan dan tidak mungkin dapat dibebankan kepada orang lain.

Dari uraian tersebut diatas pegawai tetap wajib pajak orang pribadi yang meliputi pejabat negara, pegawai negeri sipil, anggota TNI atau POLRI, karyawan Badan Usaha Milik Negara dan Daerah, para penerima pensiun, tunjangan hari tua, tabungan hari tua. Bagi pejabat negara, pegawai negeri sipil, anggota TNI atau POLRI dan pensiun yang menerima pajak penghasilan pasal 21 bersifat final.

A.2.2 Sanksi-sanksi Perpajakan Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi

Sanksi perpajakan bagi wajib pajak orang pribadi diatur dalam Undang-Undang KUP Nomor 28 Tahun 2007. Adapun sanksi tersebut dibagi menjadi dua, yaitu:

a. Sanksi Administrasi bagi Wajib Pajak Orang Pribadi 1. Denda sebesar

a. Rp.100.000 apabila Surat Pemberitahuan (SPT) Masa tidak disampaikan atau disampaikan tidak sesuai dengan batas waktu, misalnya paling lambat 20 hari setelah akhir Masa Pajak;


(38)

b. Rp.100.000 apabila SPT Tahunan orang pribadi tidak disampaikan atau disampaikan tidak sesuai dengan batas, yaitu paling lambat tiga bulan setelah akhir Tahun Pajak;

c. Rp.100.000 apabila SPT Tahunan Badan tidak disampaikan tidak sesuai dengan batas waktu.

2. Bunga sebesar

a. 2% sebulan untuk selama-lamanya 24 bulan atas jumlah pajak yang terutang tidak atau kurang dibayar dalam hal:

- Wajib Pajak (WP) membetulkan sendiri SPT yang mengakibatkan utang pajak menjadi lebih besar sebelum dilakukannya pemeriksaan.

- PPh dalam tahun berjalan tidak kurang dibayar dan/atau dari hasil penelitian SPT terdapat kekurangan pembayaran pajak sebagai akibat salah tulis dan atau salah hitung.

- Terdapat kekurangan pajak yang terutang dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain.

- Perhitungan sementara pajak yang terutang dari jumlah pembayaran pajak yang sebenarnya terutang akibat diberikan izin penundaan penyampaian SPT Tahunan.

b. 2% sebulan dari pajak yang kurang dibayar dalam hal WP diperbolehkan mengangsur atau menunda pembayaran pajak.


(39)

c. 48% dari jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar dalam hal WP setelah jangka waktu 10 tahun dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

d. 2% sebulan dihitung dari jatuh tempo pembayaran sampai dengan tanggal pembayaran dan bagian dari bulan apabila pembayaran atau penyetoran terutang untuk suatu saat atau masa dilakukan setelah jatuh tempo pembayaran atau penyetoran.

3. Kenaikan sebesar:

a. 50% dari PPh yang tidak atau kurang dibayar dalam satu tahun pajak;

b. 100% dari jumlah PPh yang tidak atau kurang dipungut, tidak atau kurang disetorkan, dan dipotong atau dipungut, tetapi tidak atau kurang disetorkan;

c. 100% dari Pajak Pertambahan Nila (PPN) barang dan jasa pajak penjualan atas barang mewah yang tidak atau kurang bayar.

b. Sanksi Pidana Wajib Pajak Orang Pribadi 1. Karena alpa:


(40)

b. Menyampaikan SPT, tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap, atau melampirkan keterangan yang isinya tidak benar, sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan Negara dan perbuatan tersebut merupakan perbuatan setelah yang pertama kali sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 134 didenda paling sedikit satu jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar atau dipidana kurungan paling singkat tiga bulan atau paling lama satu tahun.

2. Dengan sengaja wajib pajak orang pribadi a. Tidak mendaftarkan diri,

b. Tidak mneyampaikan SPT,

c. Menyampaikan SPT dan/atau keterangan yang isinya tidak benar atau tidak lengkap,

d. Memperlihatkan pembukuan, pencatatan atau dokumen lain yang palsu atau dipalsukan seolah-olah benar,

e. Tidak menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan atau tidak meminjamkan buku, catatan atau dokumen lainnya,

f. Tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut, sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatana Negara diancam dengan pidana paling singkat enam bulan dan paling lama enam tahun dan denda paling sedikit 20 kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak empat kali pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar.


(41)

A.2.3 Cara Perhitungan PPh Orang Pribadi 1. Perhitungan PPh orang pribadi karyawan

Adapun perhitungan PPh tahunan bagi orang pribadi karyawan adalah sebagai berikut:

a. Penghasilan final dan PPh final tidak dihitung lagi, namun cukup dilaporkan dalam SPT Tahunan

b. Penghasilan istri dan anak pekerjaan dan PPhnya tidak dihitung lagi, cukup dilaporkan dalam SPT Tahunan berdasarkan bukti potong PPh Pasal 21 formulir 1721A1 dari pemberi kerja.

c. Penghasilan neto sehubungan dengan pekerjaan suami dihitung dalam SPT Tahunan berdasarkan bukti potong PPh Pasal 21 atau formulir 1721A1 dari pemberi kerja

Penghasilan neto sehubungan dengan pekerjaan sebagaimana tercantum dalam formulir 1721A1 dihitung sebagai berikut:

Gaji bruto pegawai tetap 1 tahun Dikurangi :

- Biaya jabatan 5% dari gaji bruto, maksimal yang diakui Rp. 1.296.000,00 atau Rp.108.000,00 per bulan.

(apabila 5% dari gaji bruto di bawah Rp.1.296.000 per tahun atau Rp. 108.000 per bulan maka dipakai angka sebenarnya yang di bawah batas maksimal tersebut. Namun apabila ternyata di atas angka maksimal, maka dipakai angka Rp1.296.000 per tahun atau Rp


(42)

108.000 per bulan. Biaya jabatan merupakan biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan bagi karyawan). - Iuran pensiun/THT/JHT yang dibayar pegawai yang bersangkutan. d. Penghasilan neto dalam negeri lainnya juga dihitung dalam SPT tahunan=

penghasilan bruto berupa bunga, deviden, royalty, sewa, penghargaan dan hadiah serta keuntungan pengalihan harta dikurangi biaya yang terkait. PPh yang terutang dihitung:

- Tarif pasal 17 UU PPh x penghasilan kena pajak

- Penghasilan kena pajak = jumlah penghasilan neto – (zakat atas penghasilan+ penghasilan tidak kena pajak).

2. Perhitungan PPh orang pribadi usaha

Adapun penghitungan PPh tahunan bagi orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha sebagai berikut:

a. Penghasilan final tidak dihitung lagi dalam SPT Tahunan karena sifatnya final dan sudah dipotong pada saat penerimaan penghasilan tersebut, hanya dilaporkan dalam SPT Tahunan.

b. Penghasilan istri dan anak dari pekerjaan dari satu pemberi kerja tidak dihitung dalam SPT Tahunan, namun cukup dilaporkan dalm SPT Tahunan berdasarkan bukti potong PPh Pasal 21 berupa formulir 1721A1 dari pemberi kerja.

c. Penghasilan dari pekerjaan suami dihitung lagi dalam SPT Tahunan. Penghasilan yang menjadi dasar untuk menghitung PPh adalah penghasilan neto. Penghasilan neto dapat dihitung berdasarkan bukti


(43)

potong PPh Pasal 21 atau formulir 1721A1 dari pemberi kerja. Adapun penghitungan penghasilan neto pekerjaan sebagaimana tercantum dalam formulir 1721A1 dihitung sebagai berikut :

Penghasilan bruto tetap 1 tahun dikurangi:

- Biaya jabatan 5% dari gaji bruto, maksimal yang diakui Rp. 1.296.000,00 atau Rp.108.000,00 per bulan.

(apabila 5% dari gaji bruto di bawah Rp.1.296.000 per tahun atau Rp. 108.000 per bulan maka dipakai angka sebenarnya yang di bawah batas maksimal tersebut. Namun apabila ternyata di atas angka maksimal, maka dipakai angka Rp1.296.000 per tahun atau Rp 108.000 per bulan. Biaya jabatan merupakan biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan bagi karyawan). - Iuran pensiun yang dibayar pegawai yang bersangkutan.

- Iuran THT/JHT yang dibayar pegawai yang bersangkutan.

d. Penghasilan dalam negeri lainnya (bunga, deviden, royalty, sewa, penghargaan dan hadiah, keuntungan pengalihan harta dan lain) dihitung lagi dalam SPT Tahunan. Penghasilan yang menjadi dasar penghitungan PPh adalah penghasilan neto yaitu penghasilan bruto dikurangi biaya yang terkait.

e. Penghasilan dari usaha dihitung lagi dalam SPT Tahunan. Penghasilan yang menjadi dasar penghitungan PPh adalah penghasilan neto.


(44)

(cara menghitung penghasilan neto orang pribadi dari kegiatan usaha diperkenankan dengan menggunakan pembukuan atau Norma Penghitungan Neto secara taat azas)

Adapun PPh yang terutang atas keseluruhan penghasilan tersebut di atas adalah:

- Tarif pasal 17 UU PPh x Penghasilan Kena Pajak

- Penghasilan kena Pajak= jumlah penghasilan – dengan zakat atas penghasilan, kompensasi kerugian dan penghasilan tidak kena pajak.

3. Contoh Soal Penghitungan PPh Orang Pribadi

Bapak Ahmad Surya seorang pegawai pada perusahaan PT. Aman Sejahtera, menikah tanpa anak. Memperoleh gaji sebulan Rp. 2.000.000. PT. Aman Sejahtera mengikuti program Jamsostek, premi jaminan kecelakaan kerja dan premi jaminan kematian dibayar oleh pemberi kerja dengan jumlah masing-masing 0,5% dan 0,3% dari gaji. PT. Aman Sejahtera menanggung iuran jaminan hari tua setiap bulan sebesar 3,7% dari gaji sedangkan Ahmad Surya membayar iuran jaminan hari tua sebesar 2% daari gaji tiap bulan. Disamping itu PT. Aman sejahtera juga mengikuti program pension untuk pegawainya. PT. Aman Sejahtera membayar iuran pensiun untuk Ahmad Surya ke dana pensiun yang pendirinya telah di sahkan oleh Menteri Keuangan setiap bulan sebesar Rp. 100.000, sedangkan Ahmad Surya membayar iuran pension sebesar Rp.50.000.

Penghitungan PPh Pasal 21 :


(45)

Premi jaminan kecelakaan kerja Rp. 10.000 Premi jaminan kematian Rp. 6.000 + Penghasilan bruto Rp.2.016.000 Pengurangan :

1. Biaya jabatan

5% x Rp.2.016.000 Rp.108.000 2. Iuran pension Rp. 50.000 3. Iuran jaminan hari tua Rp. 40.000 +

Rp. 198.000 -

Penghasilan neto sebulan Rp.1.825.000 Penghasilan neto setahun

12 x Rp.1.825.000 Rp.21.902.000

PTKP

- Untuk WP sendiri Rp.15.840.000 - Tambahan WP kawin Rp. 1.320.000 +

Rp.17.160.000 – Penghasilan kena pajak setahun Rp.4.742.400

Pembulatan Rp.4.742.000

PPh Pasal 21 terutang :

5% x Rp. 4.742.000 Rp. 237.100


(46)

Dalam Fidel (2008) pengenaan tarif pajak atas penghasilan memiliki lapisan-lapisan Penghasilan Kena Pajak,yang di atur dalam Undang-Undang PPh Nomor 36 Tahun 2008 pasal 17 ayat 1 adalah sebagai berikut:

a. Penghasilan sampai dengan Rp. 50.000.000 tarif pajak sebesar 5% b. Penghasilan diatas Rp.50.000.000-Rp.250.000.000 tarif pajak sebesar

15%

c. Penghasilan diatas Rp.250.000.000-Rp.500.000.000 tarif pajak sebesar 25%

d. Penghasilan diatas Rp.500.000.000 tarif pajak sebesar 30%

Dalam penghitungan pajak penghasilan juga diatur tentang Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP). PTKP merupakan kebijaksanaan pemerintah untuk meringankan beban wajib pajak di dalam menentukan atau menghitung besarnya penghasilan kena pajak sehingga besarnya jumlah utang pajak penghasilan tidak merugikan dan memberatkan.

Menurut UU PPh Nomor 36 Tahun 2008 pasal 7 ayat 1, penghasilan tidak kena pajak adalah:

a. Rp15.840.000 (lima belas juta delapan ratus empat puluh ribu rupiah) untuk wajib pajak orang pribadi.

b. Rp1.320.000 (satu juta tiga ratus dua puluh ribu rupiah) tambahan untuk wajib pajak yang kawin.

c. Rp15.840.000 (lima belas juta delapan ratus empat puluh ribu rupiah) tambahan untuk seorang isteri yang penghasilannya digabung dengan penghasilan suami.


(47)

d. Rp1.320.000 (satu juta tiga ratus dua puluh ribu rupiah) tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat, yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 (tiga) orang untuk setiap keluarga.

A.3 Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan PPh Orang Pribadi

Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan PPh orang pribadi adalah surat yang digunakan oleh wajib pajak orang pribadi untuk melaporkan identitas diri, harta, kewajiban/utang, penghasilan dan perhitungan serta pembayaran pajak setiap tahun. Fungsi SPT Tahunan PPh orang pribadi adalah sebagai sarana wajib pajak untuk menetapkan sendiri besarnya pajak yang terutang, dengan cara:

1. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan perhitungan jumlah pajak yang sebenarnya.

2. Melaporkan pembayaran pajak yang telah dilaksanakan sendiri dalam satu tahun pajak/bagian tahun pajak.

3. Melaporkan pemotongan/pemungutan pajak yang dilakukan oleh pihak lain dalam satu tahun pajak.

4. Melaporkan penghasilan yang merupakan objek pajak dan atau bukan objek pajak.


(48)

Surat Pemberitahuan Tahunan Wajib Pajak Orang Pribadi terdapat beberapa jenis. Adapun jenis-jenis SPT Tahunan Wajib Pajak Orang Pribadi adalah :

1. FORMULIR SPT TAHUNAN 1770 diisi oleh orang pribadi yang memiliki sumber penghasilan dari usaha dan/atau pekerjaan bebas. 2. FORMULIR SPT TAHUNAN 1770S diisi oleh orang pribadi yang

memiliki sumber penghasilan dari satu pemberi kerja (sebagai karyawan) atau lebih dan/atau penghasilan lainnya yang bukan dari usaha atau pekerjaan bebas.

3. FORMULIR SPT TAHUNAN 1770SS diisi oleh orang pribadi yang memiliki sumber penghasilan hanya dari satu pemberi kerja yang jumlah bruto penghasilan setahun tidak melebihi Rp.

60.000.000 dan tidak mempunyai penghasilan lainnya kecuali dari bunga bank dan bunga koperasi.

Pasal 3 ayat (6) UU KUP

Yang wajib mengisi dan menyampaikan SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi adalah wajib pajak orang pribadi dalam negeri dan warisan yang belum dibagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak. Wajib pajak tersebut antara lain:

a. Wajib pajak orang pribadi yang menerima atau memperoleh penghasilan dari kegiatan usaha dan atau pekerjaan bebas.

b. Wajib pajak orang pribadi yang menerima atau memperoleh penghasilan dari modal dan lain-lain.


(49)

c. Pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan lain diluar penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa atau kegiatan, dan atau yang memperoleh penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa atau kegiatan lebih dari satu pemberi kerja.

d. Kuasa warisan yang belum terbagi.

e. Pejabat negara, pegawai negeri sipil, anggota TNI dan pegawai BUMN/BUMD sesuai dengan keputusan Presiden nomor 33 tahun 1986.

f. Warga negara Indonesia yang bekerja pada Perwakilan Negara Asing dan Perwakilan Organisasi Internasional.

g. Orang Asing yang berada di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan atau orang yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia.

h. Masing-masing suami isteri yang dikenakan Pajak Penghasilan secara terpisah dalam hal suami isteri telah hidup berpisah.

i. Dikehendaki secara tertulis oleh suami/isteri berdasarkan perjanjian pemisahan harta dan penghasilan.

Dengan demikian suami maupun isteri wajib memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) sendiri dikecualikan dari kewajiban untuk menyampaikan SPT Tahunan PPh adalah wajib pajak orang pribadi yang belum memiliki NPWP, yang penghasilan nettonya tidak melebihi jumlah penghasilan tidak kena pajak.


(50)

B.Gambaran Data Praktik

B.1 Klasifikasi PPh Orang Pribadi

Menurut Casavera dalam bukunya yang berjudul “Mudah Mengisi SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi”, wajib pajak dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) yaitu wajib pajak badan dan wajib pajak orang pribadi.

a. Wajib pajak Orang pribadi

Wajib pajak orang pribadi dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu: 1. Wajib pajak PPh orang pribadi karyawan

Wajib pajak orang pribadi yang mempunyai penghasilan dari satu atau lebih pemberi kerja dari dalam negeri (atau bekerja sebagai karyawan). Wajib Pajak OP yang bekerja sebagai karyawan atau mendapat penghasilan yang dikenakan PPh final, wajib melaporkan besar pajak Tahunan yang terutang menggunakan formulir 1770S. Pemajakan PPh orang pribadi karyawan dalam Ilyas dan Suhartono (2007:142) adalah sebagai berikut:

a) Pemajakan PPh orang pribadi secara umum akan dikenakan kepada suami sebagai satu kesatuan dalam keluarga. Sehingga orang pribadi yang wajib mempunyai NPWP dan menyampaikan SPT Tahunan maupun SPT Masa adalah suami. b) Apabila suami bekerja sebagai karyawan dan tidak melakukan

pekerjaan bebas/usaha, sedangkan istrinya melakukan kegiatan usaha/pekerjaan bebas, maka wajib pajak tersebut melakukan kegiatan usaha sehingga wajib mengisi formulir 1770.


(51)

c) Oleh karena itu pemajakan orang pribadi karyawan (1770S) akan diterapkan apabila orang pribadi beserta istrinya menerima penghasilan selain dari kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.

Jenis penghasilan orang pribadi karyawan/yang tidak melakukan kegiatan usaha antara lain:

a. Penghasilan sehubungan dengan pekerjaan.

b. Penghasilan dalam negeri lainnya (tidak termasuk penghasilan yang telah dikenakan PPh bersifat final), antara lain: bunga, deviden, royalti, sewa, pengahargaan dan hadiah, keuntungan penjualan/pengalihan harta dan lain-lain.

Penghasilan yang dikenakan PPh final, antara lain: - Bunga deposito/tabungan/simpanan

- Penjualan saham di Bursa Efek - Hadiah undian

- Pesangon, tunjangan hari tua dan tebusan pensiun yang dibayar sekaligus

- Honorarium atas beban APBN/APBD

- Nilai Pengalihan hak atas tanah dan atau bangunan - Sewa atas tanah dan atau bangunan


(52)

2. Wajib pajak PPh orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha

Wajib pajak orang pribadi yang mempunyai penghasilan dari usaha/pekerjaan bebas(wirausaha) yang menyelenggarakan pembukuan dan norma penghitungan penghasilan netto. Wajib pajak OP dengan usaha bebas wajib melaporkan besarnya pajak menggunakan formulir 1770. Klasifikasi Lapangan Usaha wajib pajak OP ini adalah industri, dagang dan jasa. Pemajakan PPh orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha dalam Ilyas dan Suhartono (2007:130) adalah sebagai berikut:

a. Pemajakan PPh orang pribadi secara umum akan dikenakan kepada suami sebagai satu kesatuan dalam keluarga. Sehingga orang pribadi yang wajib mempunyai NPWP dan menyampaikan SPT Tahunan maupun SPT Masa adalah suami. b. Apabila suami bekerja sebagai karyawan dan tidak melakukan

pekerjaan bebas/usaha, sedangkan istrinya melakukan kegiatan usaha/pekerjaan bebas, atau sebaliknya maka wajib pajak tersebut melakukan kegiatan usaha sehingga wajib mengisi formulir 1770.

c. Oleh karena itu pemajakan orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha (1770) akan diterapkan apabila orang pribadi atau istrinya menerima penghasilan yang salah satunya melakukan kegiatan usaha.

Jenis penghasilan orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha antara lain:


(53)

a. Penghasilan sehubungan usaha dagang, industri, dan jasa.

b. Penghasilan dari pekerjaan dalam hubungan kerja atau karyawan.

c. Penghasilan dalam negeri lainnya (tidak termasuk penghasilan yang telah dikenakan PPh bersifat final), antara lain: bunga, deviden, royalti, sewa, pengahargaan dan hadiah, keuntungan penjualan/pengalihan harta dan lain-lain.

Penghasilan yang dikenakan PPh final, antara lain: - Bunga deposito/tabungan/simpanan

- Penjualan saham di Bursa Efek - Hadiah undian

- Pesangon, tunjangan hari tua dan tebusan pensiun yang dibayar sekaligus

- Honorarium atas beban APBN/APBD

- Nilai Pengalihan hak atas tanah dan atau bangunan - Sewa atas tanah dan atau bangunan

- Penghasilan lain yang dikenakan pajak bersifat final

Adapun gambaran data tentang banyaknya jumlah wajib pajak orang pribadi dan penerimaan pajak tahun 2009 dan 2010 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat adalah sebagai berikut:


(54)

TABEL 1

LAPORAN PENERIMAAN PAJAK PASAL 17 PADA KPP PRATAMA MEDAN BARAT

TAHUN 2009 DAN 2010

Klasifikasi Jenis Usaha Jumlah Wajib Pajak (Orang Pribadi) Penerimaan Pajak (Rupiah)

2009 2010 2009 2010

Industri 7 6 25.530.985 44.490.694 Dagang 331 139 1.207.250.905 1.030.701.080

Jasa 1822 790 6.864.187.923 5.857.941.387 Karyawan 2394 1223 8.731.597.178 9.068.686.477 Jumlah 4554 2158 16.828.566.991 16.001.819.638 Sumber : KPP Pratama Medan Barat

B.2 Penetapan PPh orang pribadi

Adapun pengertian dari Surat Ketetapan Pajak adalah surat ketetapan yang diterbitkan oleh direktorat jendral pajak setelah melakukan penelitian dan pemeriksaan terhadap Surat Pemberitahuan wajib pajak berupa surat ketetapan pajak kurang bayar atau SKPKB, surat ketetapan pajak kurang bayar tambahan atau SKPKBT, surat ketetapan pajak lebih bayar SKPLB, surat ketetapan pajak nihil SKPN.

Mengingat tujuan dan peranan daripada surat ketetapan pajak, maka bentuk dari surat ketetapan pajak yang diterbitkan oleh direktorat jendral pajak dapat bermacam-macam tergantung dari hasil pemeriksaan dan penelitian terhadap surat pemberitahuan. Adapun bentuk atau macam dari penetapan dan ketetapan pajak dalam Burton dan Ilyas (2001) adalah sebagai berikut:


(55)

a. Surat Tagihan Pajak (STP)

Surat tagihan pajak adalah surat yang diterbitkan untuk melakukan tagihan pajak dan atau sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda.

b. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)

Surat ketetapan pajak kurang bayar adalah surat ketetapan pajak yang diterbitkan untuk menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi, dan jumlah pajak yang masih harus dibayar.

c. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)

Pengertian surat ketetapan pajak kurang bayar tambahan adalah surat ketetapan pajak yang diterbitkan untuk menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan dalam SKPKBT.

d. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB)

Pengertian surat ketetapan pajak lebih bayar adalah surat ketetapan pajak yang diterbitkan untuk menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar dari pada pajak yang terutang atau tidak seharusnya terutang

e. Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN)

Pengertian surat ketetapan pajak nihil adalah surat ketetapan pajak yang diterbitkan untuk menentukan jumlah pokok pajak sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.


(56)

f. Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT)

Surat pemberitahuan pajak terutang adalah surat yang diterbitkan oleh direktorat jendral pajak untuk memberitahukan besarnya pajak yang terutang kepada wajib pajak.

Adapun gambaran data tentang banyaknya jumlah surat ketetapan pajak orang pribadi yang telah dikeluarkan pada tahun 2009 dan 2010 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat adalah sebagai berikut:

TABEL 2

LAPORAN PENETAPAN PAJAK DI KPP PRATAMA MEDAN BARAT

TAHUN 2009 DAN 2010 JENIS

PENETAPAN 2009 2010

STP 596 2.376

SKPKB 31 57

SKPKBT - -

SKPLB 12 39

SKPN 92 56

JUMLAH 731 2.528


(57)

Dalam penetapan pajak terdapat daluwarsa penetapan. Daluwarsa penetapan merupakan suatu batasan waktu yang ditentukan undang-undang untuk dapat menerbitkan surat ketetapan pajak atas utang pajak wajib pajak, yang tujuannya tidak lain agar wajib pajak memperoleh kepastian hukum atas utang pajaknya.


(58)

BAB IV

ANALISIS DAN EVALUASI

Dari data yang telah disajikan secara menyeluruh yang diperoleh selama penelitian akan dilakukan analisa terhadap setiap data dan fakta yang didapat melalui penelitian yang telah penulis lakukan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat

A.Klasifikasi Penerimaan PPh Orang Pribadi 1. Industri

Wajib pajak orang pribadi yang bergerak di bidang industri harus membuat laporan keuangan. Berdasarkan laporan keuangan ini, wajib pajak dapat mengetahui berapa besar pajak yang harus dibayar dan harus menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP). Bila pajak yang dilaporkan tidak benar, maka petugas pajak dapat mengeluarkan Surat Ketetapan Pajak menurut hasil pemeriksaan.

2. Dagang

Wajib pajak orang pribadi yang bergerak di bidang perdagangan harus membuat laporan keuangan. Berdasarkan laporan keuangan ini, wajib pajak dapat mengetahui berapa besar pajak yang harus dibayar dan harus menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP). Bila pajak yang dilaporkan tidak benar, maka petugas pajak dapat mengeluarkan Surat Ketetapan Pajak menurut hasil pemeriksaan.

3. Jasa

Wajib pajak orang pribadi yang bergerak di bidang jasa harus membuat laporan keuangan. Berdasarkan laporan keuangan ini, wajib pajak dapat


(59)

mengetahui berapa besar pajak yang harus dibayar dan harus menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP). Bila pajak yang dilaporkan tidak benar, maka petugas pajak dapat mengeluarkan Surat Ketetapan Pajak menurut hasil pemeriksaan.

4. Karyawan

Orang pribadi yang bekerja pada pemberi kerja sehingga pajak terutangnya langsung dipotong oleh pemberi kerja.

Berdasarkan data yang terdapat pada tabel 2, bahwa penerimaan pajak penghasilan yang terbesar dari Klasifikasi Lapangan Usaha (KLU) adalah dari bidang jasa, yaitu sebesar 6.864.187.923 (2009) dan 5.857.941.387 (tahun 2010). Lalu dalam bidang perdagangan, yaitu sebesar 1.207.250.905 (tahun 2009) dan 1.030.701.080 (tahun 2009). Dan yang paling terkecil adalah dari bidang industri, yaitu sebesar 25.530.985 (2009) dan 44.490.694 (2010). Untuk penerimaan pajak penghasilan orang pribadi di KPP Medan Barat adalah sebesar 8.731.597.178 (tahun 2009) dan 9.068.686.477 (2010). Dari data dalam tabel tersebut dapat kita lihat bahwa penerimaan pajak penghasilan yang terebesar adalah dari PPh orang pribadi. Selain itu yang dapat disimpulkan dari data tersebut yaitu, penerimaan PPh dari KLU yang mengalami peningkatan hanyalah dari penerimaan PPh di bidang industri yaitu sebesar Rp. 18.959.709.

B.Penetapan Pajak Penghasilan Orang Pribadi

Dari data yang terdapat pada tabel 3, berdasarkan pemeriksaan dan penelitian Surat Pemberitahuan (SPT) pada tahun 2009 STP yang masuk adalah


(60)

yang tidak patuh meningkat. Jika ditahun 2009 ada sebanyak 31 jumlah SKPKB, pada tahun 2010 meningkat sebanyak 26 menjadi 57 jumlah SKPKB. Hal ini diakibatkan Wajib Pajak daalam menyetorkan pajaknya masih kurang bayar dibandingkan pajak yang sebenarnya yang harus dibayarkan. Sedangkan untuk SKPKBT pada tahun 2009 dan 2010 tidak ada. Untuk SKPLB dari tahun 2009 sampai tahun 2010, terjadi peningkatan sebanyak 27. Jika pada tahun 2009 jumlah SKPLB sebanyak 12, sedangkan untuk tahun 2010 meningkat menjadi 39. Hal tersbut dikarenakan masih kurangnya pengetahuan Wajib Pajak dalam menghitung pajak terutangnya. Sedangkan jumlah SKPN atau pajak yang nihil dari tahun 2009 sampai pada tahun 2010, terjadi penurunan sebesar 36. Jika ditahun 2009 ada 92 jumlah SKPN, ditahun 2010 menurun menjadi 56 SKPN.


(61)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang ditulis pada bab sebelumnya, penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Adapun prosedur dan tata cara Pengklasifikasian dan Penetapan Wajib Pajak Penghasilan Orang Pribadi adalah:

a. Wajib Pajak Orang Pribadi mengisi sendiri SPT Tahunannya. b. Setelah mengisi, Wajib Pajak melaporkan SPT Tahunannya kepada

petugas.

c. Petugas pajak memproses data-data yang terdapat pada SPT wajib pajak dan mengklasifikasikannya sesuai dengan peraturan Direktorat Jendral Pajak.

2. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat bekerjasama dengan Kanwil DJP SUMUT I untuk mencari data, sehingga pencarian data menjadi efektiv, apabila data yang diterima belum mencukupi maka petugas pajak bisa melakukan pencarian data yang diperlukan. Perkembangan jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi yang terdapat di KPP Pratama Medan Barat sejak tahun 2009 sampai tahun 2010 mengalami penurunan. Penurunan tersebut diakibatkan oleh adanya


(62)

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya masalah dalam klasifikasi PPh orang pribadi:

a. Masih banyak masyarakat yang kurang mengerti atau paham secara menyeluruh tentang pajak dan manfaatnya bagi negara dan masyarakat.

b. Rendahnya kerjasama antara wajib pajak dengan pegawai pajak tentang perpajakan.

c. Masih ada masyarakat yang memanipulasi data-data yang dilaporkan ke KPP Pratama dengan tujuan memperkecil beban pajaknya.

B.Saran

Secara ringkas penulis telah menguraikan beberapa sebab-sebab wajib pajak tidak memenuhi atau mematuhi kewajiban perpajakan, dari uraian tersebut penulis member saran-saran sebagai berikut:

1. Untuk mempermudah wajib pajak harus diberikan penyuluhan dan pendidikan yang khusus oleh fiskus tentang pelaksanaan pajak yang terutang.

2. Melakukan pendataan ulang wajib pajak yang tidak melaporkan pajak terutangnya dari peredaran usahanya.

3. Melakukan kegiatan penyuluhan dalam memberikan informasi mengenai kewajiban membayar, melaporkan pajak terutangnya dengan lebih intensif dan maksimal seperti melalui media massa.


(63)

4. Wajib pajak seharusnya dikenakan secara adil dan merata sesuai dengan tarif progresif tapi memandang jabatan dan pangkat baik itu Pejabat Negara, Pegawai Negeri Sipil, anggota POLRI, pegawai Badan Usaha Milik Negara atau Daerah.

5. Wajib pajak harus menjunjung tinggi dan bertanggung jawab secara pribadi penuh untuk melaksanakan kewajiban perpajakan sesuai dengan mekanisme yang ada agar terhindar dari sanksi administrasi dan sanksi pidana.

6. Bagi wajib pajak yang dengan sengaja mengurangi jumlah pajak terutangnya, dan terlambat dalam menyampaikan SPT serta melanggar Undang-Undang perpajakan, sebaiknya ditindak secara tegas dengan memberi sanksi yang lebih ketat.


(64)

DAFTAR PUSTAKA

Brotodihardjo, R. Santoso, 1971, Pengantar Ilmu Hukum Pajak, Eresco, Bandung. Casavera, 2008, Mudah Mengisi SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi,

Graha Ilmu, Yogyakarta.

Fidel, 2008, Pajak Penghasilan, Carofin Publishing, Jakarta.

Ilyas, Wirawan. B dan Rudy Suhartono, 2007, Pajak Penghasilan, Lembaga Penerbit FE-UI, Jakarta.

Mardiasmo, 2006, Perpajakan (Edisi Revisi), Andi Offset, Yogyakarta _________, 2008, Perpajakan (Edisi Revisi), Andi Offset, Yogyakarta

Pandiangan, Liberty, 2002, Pemahaman Praktis Undang-Undang Perpajakan Indonesia, Erlangga, Jakarta.

Suandy, Erly, 2009, Hukum Pajak, Salemba Empat, Jakarta.

Sugiyono, 2009, Memahami Penelitian Kualitatif, CV. Alfabeta,Bandung. Peraturan Perundang-undangan

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan


(1)

mengetahui berapa besar pajak yang harus dibayar dan harus menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP). Bila pajak yang dilaporkan tidak benar, maka petugas pajak dapat mengeluarkan Surat Ketetapan Pajak menurut hasil pemeriksaan.

4. Karyawan

Orang pribadi yang bekerja pada pemberi kerja sehingga pajak terutangnya langsung dipotong oleh pemberi kerja.

Berdasarkan data yang terdapat pada tabel 2, bahwa penerimaan pajak penghasilan yang terbesar dari Klasifikasi Lapangan Usaha (KLU) adalah dari bidang jasa, yaitu sebesar 6.864.187.923 (2009) dan 5.857.941.387 (tahun 2010). Lalu dalam bidang perdagangan, yaitu sebesar 1.207.250.905 (tahun 2009) dan 1.030.701.080 (tahun 2009). Dan yang paling terkecil adalah dari bidang industri, yaitu sebesar 25.530.985 (2009) dan 44.490.694 (2010). Untuk penerimaan pajak penghasilan orang pribadi di KPP Medan Barat adalah sebesar 8.731.597.178 (tahun 2009) dan 9.068.686.477 (2010). Dari data dalam tabel tersebut dapat kita lihat bahwa penerimaan pajak penghasilan yang terebesar adalah dari PPh orang pribadi. Selain itu yang dapat disimpulkan dari data tersebut yaitu, penerimaan PPh dari KLU yang mengalami peningkatan hanyalah dari penerimaan PPh di bidang industri yaitu sebesar Rp. 18.959.709.

B.Penetapan Pajak Penghasilan Orang Pribadi

Dari data yang terdapat pada tabel 3, berdasarkan pemeriksaan dan penelitian Surat Pemberitahuan (SPT) pada tahun 2009 STP yang masuk adalah sebanyak 596 dan tahun 2010 meningkat sebesar 1780 menjadi 2376. Dan juga


(2)

yang tidak patuh meningkat. Jika ditahun 2009 ada sebanyak 31 jumlah SKPKB, pada tahun 2010 meningkat sebanyak 26 menjadi 57 jumlah SKPKB. Hal ini diakibatkan Wajib Pajak daalam menyetorkan pajaknya masih kurang bayar dibandingkan pajak yang sebenarnya yang harus dibayarkan. Sedangkan untuk SKPKBT pada tahun 2009 dan 2010 tidak ada. Untuk SKPLB dari tahun 2009 sampai tahun 2010, terjadi peningkatan sebanyak 27. Jika pada tahun 2009 jumlah SKPLB sebanyak 12, sedangkan untuk tahun 2010 meningkat menjadi 39. Hal tersbut dikarenakan masih kurangnya pengetahuan Wajib Pajak dalam menghitung pajak terutangnya. Sedangkan jumlah SKPN atau pajak yang nihil dari tahun 2009 sampai pada tahun 2010, terjadi penurunan sebesar 36. Jika ditahun 2009 ada 92 jumlah SKPN, ditahun 2010 menurun menjadi 56 SKPN.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang ditulis pada bab sebelumnya, penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Adapun prosedur dan tata cara Pengklasifikasian dan Penetapan Wajib Pajak Penghasilan Orang Pribadi adalah:

a. Wajib Pajak Orang Pribadi mengisi sendiri SPT Tahunannya. b. Setelah mengisi, Wajib Pajak melaporkan SPT Tahunannya kepada

petugas.

c. Petugas pajak memproses data-data yang terdapat pada SPT wajib pajak dan mengklasifikasikannya sesuai dengan peraturan Direktorat Jendral Pajak.

2. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat bekerjasama dengan Kanwil DJP SUMUT I untuk mencari data, sehingga pencarian data menjadi efektiv, apabila data yang diterima belum mencukupi maka petugas pajak bisa melakukan pencarian data yang diperlukan. Perkembangan jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi yang terdapat di KPP Pratama Medan Barat sejak tahun 2009 sampai tahun 2010 mengalami penurunan. Penurunan tersebut diakibatkan oleh adanya


(4)

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya masalah dalam klasifikasi PPh orang pribadi:

a. Masih banyak masyarakat yang kurang mengerti atau paham secara menyeluruh tentang pajak dan manfaatnya bagi negara dan masyarakat.

b. Rendahnya kerjasama antara wajib pajak dengan pegawai pajak tentang perpajakan.

c. Masih ada masyarakat yang memanipulasi data-data yang dilaporkan ke KPP Pratama dengan tujuan memperkecil beban pajaknya.

B.Saran

Secara ringkas penulis telah menguraikan beberapa sebab-sebab wajib pajak tidak memenuhi atau mematuhi kewajiban perpajakan, dari uraian tersebut penulis member saran-saran sebagai berikut:

1. Untuk mempermudah wajib pajak harus diberikan penyuluhan dan pendidikan yang khusus oleh fiskus tentang pelaksanaan pajak yang terutang.

2. Melakukan pendataan ulang wajib pajak yang tidak melaporkan pajak terutangnya dari peredaran usahanya.

3. Melakukan kegiatan penyuluhan dalam memberikan informasi mengenai kewajiban membayar, melaporkan pajak terutangnya dengan lebih intensif dan maksimal seperti melalui media massa.


(5)

4. Wajib pajak seharusnya dikenakan secara adil dan merata sesuai dengan tarif progresif tapi memandang jabatan dan pangkat baik itu Pejabat Negara, Pegawai Negeri Sipil, anggota POLRI, pegawai Badan Usaha Milik Negara atau Daerah.

5. Wajib pajak harus menjunjung tinggi dan bertanggung jawab secara pribadi penuh untuk melaksanakan kewajiban perpajakan sesuai dengan mekanisme yang ada agar terhindar dari sanksi administrasi dan sanksi pidana.

6. Bagi wajib pajak yang dengan sengaja mengurangi jumlah pajak terutangnya, dan terlambat dalam menyampaikan SPT serta melanggar Undang-Undang perpajakan, sebaiknya ditindak secara tegas dengan memberi sanksi yang lebih ketat.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Brotodihardjo, R. Santoso, 1971, Pengantar Ilmu Hukum Pajak, Eresco, Bandung.

Casavera, 2008, Mudah Mengisi SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi, Graha Ilmu, Yogyakarta.

Fidel, 2008, Pajak Penghasilan, Carofin Publishing, Jakarta.

Ilyas, Wirawan. B dan Rudy Suhartono, 2007, Pajak Penghasilan, Lembaga Penerbit FE-UI, Jakarta.

Mardiasmo, 2006, Perpajakan (Edisi Revisi), Andi Offset, Yogyakarta

_________, 2008, Perpajakan (Edisi Revisi), Andi Offset, Yogyakarta

Pandiangan, Liberty, 2002, Pemahaman Praktis Undang-Undang Perpajakan

Indonesia, Erlangga, Jakarta.

Suandy, Erly, 2009, Hukum Pajak, Salemba Empat, Jakarta.

Sugiyono, 2009, Memahami Penelitian Kualitatif, CV. Alfabeta,Bandung.

Peraturan Perundang-undangan

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan