Sistem Harga Pokok Produksi dengan Pende

Sistem Harga Pokok Produksi dengan Pendekatan Job Order Costing
dan Pengaruhnya Terhadap Laba Usaha
Mukhtar AK, SE, MM dan Muhammad Wali, ST

Sistem Harga Pokok Produksi dengan Pendekatan Job Order Costing
dan Pengaruhnya Terhadap Laba Usaha
Mukhtar AK, SE. MM1, Muhammad Wali, ST2
Akademik Manajemen Informatika dan Komputer Indonesia (AMIKI) Banda Aceh
2)
Akademik Manajemen Informatika dan Komputer Indonesia (AMIKI) Banda Aceh
1)

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perhitungan harga pokok produksi dengan pendekatan
job order costing, kesesuaian perhitungan harga pokok produksi dan mengetahui pengaruh harga pokok
produksi terhadap laba pada Usaha Meubel Meudang Perkasa. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui
penelitian lapangan (observasi, wawancara dan dokumentasi). Selanjutnya data dianalisis secara deskriptif
dan kuantitatif menggunakan regresi linier sederhana. Penelitian menemukan bahwa perhitungan harga
pokok produksi pada Usaha Meubel Meudang Perkasa menggunakan pendekatan job order costing dan
penerapan sistem harga pokok tersebut sudah dilaksanakan secara baik sesuai dengan prinsip-prinsip jor
order costing. Selanjutnya harga pokok produksi berdasarkan pendekatan job order costing berpengaruh
positif dan signifikan terhadap laba usaha Meubel Meudang Perkasa. Perhitungan harga pokok produksi

dengan pendekatan job order costing dapat meningkatkan laba usaha meubel tersebut. Hal ini
mengindikasikan bahwa sistem perhitungan harga pokok produksi dengan pendekatan JOC sudah cocok
diterapkan dalam pengelolaan usaha Meubel Meudang Perkasa Perabot. Kesimpulan yang dapat diambil
dari penelitian ini adalah, pengelola usaha Meubel Meudang Perkasa Lambhuk Banda Aceh menggunakan
sistem harga pokok produksi dengan pendekatan job order costing dalam pencatatan keuangan usahanya.
penerapan sistem tersebut sudah memiliki pengaruh positif bagi peningkatan laba usaha.

Kata Kunci: Job Order Costing, Harga Pokok Produksi, dan Laba Usaha
Latar Belakang Masalah
Pada era globalisasi sekarang ini banyak
usaha usaha kecil yang muncul dan berkembang.
Perkembangan usaha sangat bergantung pada
aktifitas usaha yang dijalankan, baik usaha
dagang, industri, maupunjasa, semakin luas dan
berkembangnya
usaha
ini
menyebabkan
terjadinya persaingan antar perusahaan. Disadari
atau tanpa di sadari persaingan ini mengutamakan

kualitas dan selera konsumen, perusahaan yang
terus berkembang selalu ingin membuat
terobosan baru dengan berbagai tampilan yang
menarik minat konsumen. Hal ini disebabkan
karena perusahaan yang ingin berkembang tetap
memperhatikan kepuasan konsumen dengan
harga terjangkau.
Saat ini, salah satu bidang usaha yang
banyak diminati adalah usaha bidang industri,
salah satunya adalah Usaha Produksi Meubel.
Usaha meubel ini pada dasarnya memiliki
beberapa faktor pendukung seperti modal usaha,
persedian bahan baku dan tenaga kerja yang
terampil. Usaha meubel ini lebih berorientasi
pada pesanan yang dilakukan konsumen
berdasarkan selera konsumen
tersebut.
Disamping itu penyediaan bahan baku sangat
menunjang dalam bidang usaha ini.
Tenaga kerja yang dibutuhkan juga harus

memiliki keterampilan dan keahlian khusus yang

memadai. Pada usaha meubel ini, penerapan
akuntansi biaya dapat dilakukan berdasarkan
pesanan yang diterima (job order costing) dan
berdasarkan proses produksi secara kontinyu
(proses costing), dimana biaya proses digunakan
untuk mengumpulkan biaya produksi dalam
perusahaan yang berproduksi secara massal.
Dalam perusahaan ini proses produksi dilakukan
secara terus menerus dan produksi ditujukan untuk
memenuhi persediaan. Jadi harus ditangani secara
cermat untuk menghindari kesalahan dalam
menghitung harga pokok produksinya. Sedangkan
dalam sistem job order , produk dihasilkan pun
berdasarkan pesanan, sehingga biaya produksi
yang dikeluarkan oleh perusahaan dihitung
berdasarkan pesanan yang diterima dan produk
yang diproduksi sesuai dengan spesifikasi para
pemesan.

Dengan penerapan metode job order costing,
maka informasi yang dihasilkan mengenai
perhitungan harga pokok produksi harus akurat
dan handal, sistem akuntansi biaya yang
dilaksanakan ditunjang dengan elemen sistem
akuntansi biaya yang baik. Menyadari pentingnya
harga pokok produksi bagi manajemen, maka
penulis tertarik untuk melakukan penelitian
tentang pengaruh sistem harga pokok produksi
berdasarkan produk (metode job order costing)
terhadap laba yang dihasilkan perusahaan.
345

JURNAL EKONOMI MANAJEMEN DAN BISNIS

ISSN: 2338-2929

Volume 2 Nomor 2 Desember 2014, Halaman 345-355

Usaha meubel merupakan usaha yang

bergerak dibidang insdustri perabot, dimana
kegiatan produksi tersebut dilakukan berdasarkan
pada pesanan konsumen, secara kontinyu seperti,
lemari, kursi, meja dan rak. Perhitungan
labausaha ini berdasarkan banyaknya order yang
masuk. Makin banyak order yang diterima maka
laba yang akan dihasilkan pun semakin besar.
Demikian pula dengan biaya yang dikeluarkan
sesuai dengan banyaknya pesanan yang masuk.
Oleh karena itu untuk menunjang kualitas atau
mutu produk perusahaan harus teliti dalam
memilih bahan baku dan tenaga kerja yang
terampil demi mencapai kepuasan konsumen dan
memaksimalkan laba.
Usaha Meudang Perkasa Perabot bergerak
di bidang usaha produksi yang memproduksi
berbagai macam perabotan rumahtangga,
perkantoran dan sekolah. Usaha Meudang
Perkasa Perabot merupakan usaha di bidang
perindustrian yang menggunakan sistem job

order costing dan proses costing (proses
produksinya dilakukan secara kontinyu). Dalam
hal ini penulis membatasi penelitian ini pada
sistem produksi yang dilakukan berdasarkan
pesanan saja (job order costing).
Pengaruh perhitungan harga pokok
produksi dengan pendekatan job order costing
terhadap laba pada Meubel Meudang Perkasa
perabot Lambhuk Banda Aceh secara umum
ditunjang oleh beberapa hal berikut ini:
a) Produk yang dihasilkan diantaranya berupa
lemari, pintu, meja, rak, jendela, kosen yang
berbahan dasar kayu. Selain itu perusahaan
juga
menerima
pesanan
pembuatan
gordendan pemasangan wallpaper dinding.
b) Harga
pokok

produksi
merupakan
penjumlahan seluruh biaya-biaya langsung
yang dikeluarkan dalam proses pengolahan
suatu produk seperti biaya bahan baku dan
upah kerja langsung.
c) Biaya dikeluarkan untuk mengolah bahan
baku kayu(plywood) menjadi berbagai bentuk
meubel yang siap untukdijual. Termasuk
didalamnya adalah biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja dan biaya overhead pabrik.
Biaya tersebut dibagi lagi menjadi biaya
langsung (direct cost) dan biaya tidak
langsung (indirect cost).
d) Biaya langsung (direct cost) yaitu biaya yang
dapat dialokasikan secara langsung kepada
masing-masing produk yang diolah. Biaya
langsung terdiri dari biaya bahan baku dan
biaya tenaga kerja langsung.
e) Biaya tidak langsung (indirect cost) yaitu

biaya yang dikeluarkan dalam rangka

346

menghasilkan produk tetapi tidak dapat
diidentifikasi secara langsung kepada produk
tertentu. Biaya tidak langsung ini disebut juga
dengan biaya overhead pabrik yang terdiri dari
biaya bahan penolong dan biaya administrasi
umum (Gaji, listrik, air, telepon, pemeliharaan
mesin, biayasewa, biaya bunga dan biaya
penyusutan mesin).
f) Biaya bahan baku dihitung dari pembelian
bahan baku yang akan digunakan untuk
memproduksi produk meubel sesuai dengan
spesifikasi pesanan yang telah diterima.Yang
termasuk biaya bahan baku ini adalah biaya
pembelian melamin putih, engsel, tarikan,
rellaci, dll.
g) Biaya tenaga kerja langsung merupakan balas

jasa yang diberikan oleh perusahaan kepada
tukang yang secara langsung terlibat dalam
proses produksi. Biaya tenaga kerja ini
dihitung berdasarkan satuan (meter²) dari
setiap produk pesanan dikalikan tarif upah per
meter². Biasanya upah akan dibayar setelah
pekerjaan selesai 100%.
h) Biayaoverhead pabrik merupakan biaya yang
dikeluarkan selain biaya bahan baku dan
upah/tenaga kerja langsung, Yang termasuk
biaya ini yaitu biaya bahan penolong (lem dan
paku), ongkos kirim barang pesanan, komisi
marketing (jika ada), dan biaya administrasi
umum (Gaji, listrik, air, telepon, pemeliharaan
mesin, biaya sewa, biaya bunga, biaya
penyusutan dan biaya lainnya).
Sehubungan dengan sistem produksi yang
diterapkan pada perusahaan tersebut, penelitian ini
bertujuan sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui perhitungan harga pokok

produksi dengan pendekatan job order
costing pada usaha meubel Meudang Perkasa
2. Untuk mengetahui kesesuaian perhitungan
harga pokok produksi pada usaha meubel
Meudang Perkasa.
3. Untuk mengetahui berapa besar pengaruh
harga pokok produksi terhadap laba pada
usaha meubel Medang Perkasa.
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
Akuntansi Biaya
Terdapat beberapa pengertian akuntansi biaya
yang dikemukakan oleh beberapa ahli: Bastian dan
Nurlela (2006:2) mendefinisikan” Akuntansi biaya
adalah suatu bidang akuntansi bagaimana cara
mencatat, mengukur dan melaporkan tentang
informasi biaya yang digunakan.
Horngren, Datar dan Foster yang dikutip oleh
Andhariani (2005:3) mende-finisikan” Akuntansi

Sistem Harga Pokok Produksi dengan Pendekatan Job Order Costing

dan Pengaruhnya Terhadap Laba Usaha
Mukhtar AK, SE, MM dan Muhammad Wali, ST

biaya menyediakan informasi yang dibutuhkan
untuk akuntansi manajemen dan akuntansi
keuangan. Akuntansi biaya mengukur dan
melaporkan setiap informasi keuangan dan non
keuangan yang terkait dengan biaya perolehan
atau pemanfaatan sumber daya dalam suatu
organisasi.
Mengacu pendapat di atas dapat dipahami
bahwa akuntansi berkaitan dengan
hal-hal
sebagai berikut.
1. Kegiatan akuntansi terdiri dari dari
pencatatan, pengolongan dan penyajian
laporan keuangan harus dibuktikan dengan
adanya dokumen yang dipakai sebagai dasar
pencatatan
dan
pengolongan
sampai
penyusunan laporan keuangan.
2. Akuntansi
biaya
membahas
tentang
penentuan harga pokok dari suatu produk
yang diproduksi dan dijual di pasar guna
memenuhi keinginan pemesan maupun
menjadi persediaan barang dangangan yang
akandijual.
3. Akuntansi biaya berfungsi untuk mengukur
nilai awal dan nilai masuk suatu produk guna
menghasilkan
informasi
biaya
untuk
menetapkan harga pokok, harga jual dan
dapat mengukur apakah hasil usahanya
menghasilkan laba atau tidak.
Biaya Produksi dan Harga Pokok Produksi
Biaya dapat diartikan sebagai pengorbanan
sumber ekonomi baik yang berwujud maupun
tidak berwujud yang dapat diukur dalam satuan
uang, yang telah terjadi atau akan terjadi untuk
mencapai tujuan tertentu (Mursyidi, 2008:13).
Mulyadi (2005:8) menyatakan bahwa
“biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi,
yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi
atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan
tertentu”. Supriyono (2002:16) “biaya (expenses)
adalah harga perolehan yang dikorbankan atau
digunakan
dalam
rangka
memperoleh
penghasilan (revenues) dan akan dipakai sebagai
pengurang penghasilan”.
Biaya juga dapat didefinisikan sebagai aliran
keluar terukur dari barang atau jasa, yang
kemudian ditandingkan dengan pendapatan untuk
menentukan laba (Carter dan Usry, 2006:30).
Sedangkan Mulyadi (2000:8) menyatakan biaya
adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur
dengan satuan uang, yang telah terjadi
kemungkinan akan terjadi, untuk obyek dan
tujuan tertentu.
Biaya adalah pengorbanan sumber sumber
ekonomi untuk memperoleh suatu hasil
(manfaat).Dalam kehidupan sehari-hari, banyak

orang yang menyamakan pengertian biaya dengan
beban.Namun dalam akuntansi dibedakan antara
pengertian biaya dan beban.Beban merupakan
bahagian dari biaya yang telah memberikan
manfaat.
Dalam kegiatan produksi, biaya produksi
merupakan suatu nilai tukar prasyarat atau
pengorbanan yang dilakukan guna memperoleh
manfaat (Usry dan Hammer, 2004:29).
Pengorbanan yang dimaksudkan dapat berupa
pengeluaran kas maupun modal. Jadi biaya
produksi adalah biaya yang digunakan dalam
produksi
yang
terdiri
dari
bahan
bakulangsung,tenaga kerja langsung dan biaya
overhead pabrik, biaya produksi ini disebut
dengan dengan biaya produk yaitu:biaya-biaya
yang dapat dihubungkan dengan suatu produk.
Mulyadi (2007:10) menyatakan, harga pokok
produksi atau disebut harga pokok adalah
pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam
satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan
terjadi
untuk
memperoleh
penghasilan.
Selanjutnya Soemarso (2004:271) Biaya produksi
adalah biaya yang dibebankan dalam proses
produksi selama suatu produksi. Biaya ini terdiri
dari persediaan biaya dalam proses awal ditambah
biaya pabrik. Termasuk dalam biaya produksi
adalah biaya yang dibebankan persediaan dalam
proses akhir periode.
Berkaitan dengan harga pokok produksi,
Hansen dan Mowen (2004:48) menyatakan, harga
pokok produksi adalah mewakili jumlah biaya
barang yang diseleseikan pada periode tertentu.
Agar manajemen dapat menggu-nakan biaya
secara efisien, maka mereka memerlukan
informasi biaya yang handal. Harga pokok adalah
pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh
aktiva atau pengorbanan sumber ekonomi dalam
mengolah bahan baku menjadi produk (Mulyadi,
2000:10).
Dengan demikian, apabila perhitungan harga
pokok telah dilakukan dengan tepat dan benar,
maka akan memungkinkan tercapainya penetapan
harga jual yang efektif. Hal ini didasarkan pada
alasan bahwa penetapan harga jual suatu produk
biasanya dilakukan dengan mempertimbangkan
harga pokok produksi produk tersebut. Dalam
perhitungan harga pokok produksi, terdapat
beberapa biaya yang perlu diperhitungkan.
Apalagi bila perhitungan harga pokok produksi
produk yang dihasilkan oleh perusahaan
manufaktur seperti halnya usaha meubel.
Carter dan Usry (2006:40) menyatakan, biaya
produksi untuk perusahaan manufaktur terdiri dari
biaya yang diperlukan untuk menyelesaikan

347

JURNAL EKONOMI MANAJEMEN DAN BISNIS

ISSN: 2338-2929

Volume 2 Nomor 2 Desember 2014, Halaman 345-355

produk sampai produk siap dijual. Biaya-biaya
tersebut meliputi sebagai berikut:
1. Biaya bahan baku langsung merupakan
bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
produk selesai dan dapat ditelusuri langsung
kepada produk selesai.
2. Tenaga kerja langsung merupakan tenaga
yang digunakan dalam pengolahan produk.
3. Biaya overhad pabrik merupakan biaya yang
tidak langsung untuk bahan,tenaga kerja dan
fasilitas uang digunakan untuk mendukung
untuk proses pengolahan.
4. Biaya produksi (production cost) merupakan
biaya yang dibebankan dalam proses produksi
dalam satu periode.
Biaya ini terdiri dari persediaan dalam
proses awal ditambahkan biaya pabrik, termasuk
dalam biaya produksi adalah biaya biaya yang
dibebankan pada persediaan dalam proses akhir
periode.
Sistem Job Order Costing
Hansen
dan
Mowen
(2006:35)
mendefinisikan job order costing sebagai sistem
perhitungan biaya yang memungkinkan biaya
dikumpulkan dan dibebankan ke unit produksi
untuk setiap pekerjaan.
Mulyadi (2007:31) mendefinisikan job order
costing sebagai metode pengumpulan kos
produk/jasa yang memperlakukan setiap pesanan
sebagai suatu unit keluaran yang unik dan
membebankan activity costs ke setiap pesanan
pada
saat
pesanan
yang
bersangkutan
mengkonsumsi aktivitas. Job order costing
sebagai suatu metode perhitungan biaya di mana
biaya diakumulasikan untuk setiap pesanan
(setiap batch, setiap lot, atau setiap pesanan
pelanggan) (Carter, 2009:15).
Sistem perhitungan biaya berdasarkan
pesanan (job order costing atau job costing),
biaya produksi diakumulasikan untuk setiap
pesanan (job) yang terpisah. Suatu pesanan
adalah output yang diidentifikasikan untuk
memenuhi pesanan pelanggan tertentu atau untuk
mengisi kembali suatu item presediaan. Hal ini
berbeda dengan sistem perhitungan biaya
berdasarkan
proses,
di
mana
biayadiakumulasikan untuk suatu operasi atau
subdivisi dari suatu perusahaan, seperti
departemen.
Perhitungan biaya berdasarkan pesanan
mengakumulasikan biaya bahan baku langsung,
tenaga kerja langsung, dan overhead yang
dibebankan ke setiap pesanan. Sebagai akibatnya,
perhitungan biaya berdasarkan pesanan dapat
dipandang dalam tiga bagian yang saling

348

berhubungan. Akuntansi bahan baku memelihara
catatan persediaan bahan baku, membebankan
bahan baku langsung ke pesanan, dan membebankan bahan baku tidak langsung ke overhead.
Akuntansi tenaga kerja memelihara akun-akun
yang
berhubungan
dengan
beban
gaji,
membebankan tenaga kerja langsung ke pesanan,
dan membebankan tenaga kerja tidak langsung ke
overhead.Akuntansi overhead mengakumulasikan
biaya overhead, memelihara catatan terinci atas
overhead, dan membebankan sebagian dari
overhead ke setiap pesanan. Dasar perhitungan
biaya berdasarkan pesanan melibatkan delapan
aliran biaya untuk suatu produk sebagai berikut:
1. Pembelian bahan baku
2. Pengakuan biaya tenaga kerja
3. Pengakuan biaya overhead pabrik
4. Penggunaan bahan baku
5. Distribusi beban gaji tenaga kerja
6. Pembebanan estimasi biaya overhead
7. Penyelesaian pesanan
8. Penjualan produk
Hansen & Mowen (2006:36) menjelaskan
perusahaan yang beroperasi dalam industri
berdasarkan proses, memproduksi jenis jasa atau
produk yang sangat banyak dan berbeda satu
dengan lainnya. Produk khusus atau yang dibuat
menurut pesanan termasuk dalamkategori ini,
termasuk juga perusahaan yang menyediakan jasa
yang berbeda kepada setiap pelanggan. Jadi,
pesanan kerja (job) adalah satu unit atau
serangkaian unit yang berbeda. Pada sistem
produksi berdasarkan pesanan, biaya-biaya
diakumulasikan
berdasarkan
pekerjaannya.
Pendekatan untuk membebankan biaya ini
dinamakan sistem perhitungan biaya pesanan.
Dalam suatu perusahaan yang beroperasi
berdasarkan pesanan, pengumpulan biaya per
pekerjaan menyediakan informasi penting bagi
pihak manajemen.
Dalam sistem perhitungan biaya berdasarkan
pesanan (job order costing atau job costing ) biaya
diakumulasikan untuk setiap pesanan (job) yang
terpisah, suatu pesanan adalah: output yang di
identifikasi untuk mengisi kembali suatu item dari
persediaan. Untuk biaya berdasarkan pesanan
secara efektif pesanan harus dapat diidentifikasi
secara terpisah.
Dua bentuk penetapan biaya produk yang
saling berlawanan adalah: penetapan biaya
pesanan (job order costing) dan penetapan biaya
proses (process costing) perbedaaan
pokok
terletak pada jenis produk yang menjadi penelitian
biaya.
Dalam kalkulasi biaya produksi pesanan (job
order costing), biaya produksi pesanan di

Sistem Harga Pokok Produksi dengan Pendekatan Job Order Costing
dan Pengaruhnya Terhadap Laba Usaha
Mukhtar AK, SE, MM dan Muhammad Wali, ST

akumulasi menurut pekerjaan (job/pesanan
tertentu), dengan ciri ciri sebagai berikut:
a) Tiap job merupakan satu unit akuntansi
untuk bahan, upah, sehingga harga pokok
produksi selama tahun berjalan dikumpulkan
masing-masing job yang dikerjakan dalam
periode yang bersangkutan.
b) Semua biaya produksi yang terjadi dicatat
adalah “Job Order Cost Sheet” (kartu biaya)
yang berfungsi sebagai perkiraan pembantu
(subsidiary record).
Hal ini sesuai dengan ciri-ciri job order
costing menurut Hansen dan Mowen (2006:37)
sebagai berikut.
a) Metode ini dipakai pada perusahaan yang
bekerja atas dasar job/order.
b) Biaya diakumulasikan secara terpisah pada
masing-masing job dan demikiaan pula
perhitungan biaya perunit.
c) Metode ini hanya dapat dipakai bila produk
yang dihasilkan dapat diidentifikasi secara
jelas antara satu job dengan job yang lain.
Usaha Meubel Medang Perkasa dalam
kegiatan operasionalnya bekerja atas dasar
pesanan atau order produk perabot dari
konsumen. Sehingga sistem harga pokok
produksi yang mereka gunakan adalah
pendekatan job order costing.
Perhitungan Harga Pokok Produksi Dalam
Job Order Costing
Unsur-Unsur Perhitungan Harga Pokok
Produksi
Unsur-unsur perhitungan harga pokok
produksi dengan pendekatan job order costing
sebagai berikut.
a) Biaya bahan langsung (direct material cost).
Bahan langsung atau bahan baku adalah
semua bahan yang secara fisik langsung
menjadi bagian utama dari barang jadi, dapat
ditelusuri pada produk dan jumlahnya
material. Hal yang menjadi pertimbangan
utama dalam mengelompokkan suatu bahan
kedalam bahan langsung adalah kemudahan
penelusuran proses pengubahan bahan
tersebut sampai menjadi barang jadi. Bahan
baku dapat diperoleh dengan membeli
ataupun memproduksi sendiri, maka biaya
bahan langsung merupakan semua biaya
yang dikeluarkan untuk memperoleh bahan
baku tersebut yang termasuk biaya angkut,
biaya bongkar muat.
Return pembelian apabila barang yang
dibeli dari pemasok ternyata rusak atau tidak
memuaskan, maka biasanya pembeli
mengembalikan barang tersebut dan utang

b)

c)

d)

kepada
pemasok
menjadi
berkurang.
Kemungkinan lain adalah barang tersebut
tidak dikembalikan oleh pembeli tetapi ia
meminta
potongan
harga.
Potongan
pembelian apabila barang dagangan dibeli
secara kredit maka syarat pembayarannya
ditulis pada faktur pembelian.Pemasok
biasanya memberikan potongan kepada
pembeli yang membayar dalam waktu yang
lebih cepat dari waktu yang telah
ditentukan.Jikapenjual memberikan potongan
tunai, maka potongan tersebut oleh pembeli
dinamakan potongan pembelian.
Biaya tenaga kerja langsung (direct labor ).
Biaya tenaga kerja langsung adalah biaya
tenaga kerja berupa upah yang dibayarkan
kepada tenaga kerja yang secara langsung
terlibat dalam proses pengolahan bahan baku
menjadi bahan produk sampai selesai.
Biaya pabrik tidak langsung (factory
overhead cost)
Overhead pabrik merupakan suatu biaya
keseluruhan yang membantu jalannya proses
produksi namun tidak mempunyai hubungan
langsung dengan hasil produksinya, atau
dengan kata lain bahwa biaya overhead
pabrik adalah biaya selain bahan baku
langsung dan tenaga kerja langsung.
Walaupun biaya overhead pabrik tidak
mempunyai hubungan langsung pada produk
yang dihasilkan, tetapi tetap diperlukan
karena sebagian biaya overhead pabrik sering
kali berubah-ubah dari waktu ke waktu, baik
karena faktor musiman, perubahan kapasitas
produk maupun
sejenisnya.Pembebanan
biaya overhead mengalami sedikit kerumitan
mengingat biaya overhead jenisnya bervariasi
dan sifatnya berbeda-beda.
Persediaan awal dan akhir bahan baku
Sebelum menentukan jumlah bahan baku
yang harus dipersiapkan, perlu diketahui
lebih dahulu apakah perusahaan memperoleh
persediaan bahan baku pada awal periode
yang berasal dari akhir periode sebelumnya,
sehingga dapat ditentukan besarnya bahan
baku yang harus dibeli. Jika taerdapat
persediaan awal bahan baku ditambah dengan
pembelian bahan baku akan diperoleh jumlah
bahan baku yang tersedia untuk diproduksi.
Ketika pada akhir periode masih ada bahan
baku yang tidak diproduksi, maka jumlah
tersebut merupakan persediaan akhir bahan
baku.

349

JURNAL EKONOMI MANAJEMEN DAN BISNIS

ISSN: 2338-2929

Volume 2 Nomor 2 Desember 2014, Halaman 345-355

e)

Persediaan awal dan akhir barang dalam
proses
Merupakan barang yang masih memerlukan
proses produksi untuk menjadi barang jadi,
sehingga persediaan barang dalam proses
sangat dipengaruhi oleh lamanya produksi,
yaitu waktu yang dibutuhkan sejak saat
bahan baku masuk keproses produksi sampai
dengan saat penyelesaian barang jadi.
Perputaran persediaan bisa ditingkatkan
dengan jalan memperpendek lamanya
produksi. Dalam rangka memperpendek
waktu produksi salah satu cara adalah
dengan menyempurnakan tekhnik-tekhnik
rekayasa, sehingga dengan demikian proses
pengolahan bisa dipercepat. Cara lain adalah
dengan membeli bahan-bahan dan bukan
membuatnya sendiri.
Setiap perusahaan yang sifatnya provit
motif, tujuannya adalah: memaksimalkan
keuntungan dengan pengorbanan seefisien
mungkin,perusahaan industri merupakan satu
perusahaan yang mengolola bahan baku menjadi
barang
jadi,
serta
menjual
kepada
konsumen.Harga pokok produksi merupakan
semua dasar penetapan harga pokok yang akan
dijual dengan mengumpulkan semua biaya
menjadi
harga
pokok
produksi,sehinga
perusahaan dengan mudah menentukan laba kotor
penjualan yang diinginkan.
Sedangkan Ikatan Akuntan Indonesia (SAK
2000:14) mengemukakan “harga pokok barang
yang diproduksi meliputi biaya yang secara
langsung terkait dengan unit yang diproduksi dan
biaya overhad produksi tetap dalam variabel yang
dialokasikan secara sistematis yang terjadi dalam
proses konversi bahan menjadi barang jadi”.
Harga pokok produksi meliputi semua
biaya yang dikeluarkan sejak proses produksi
dimulai termasuk didalamnya bahan, dan biaya–
biaya yang dikeluarkan sehingga menghasilkan
produk akhir yang siap dijual. Harga pokok
produksi jugadigunakan sebagai dasar untuk
menentukan besarnya biaya produksi permintaan
akhir yang dihasilkan.
Laba
Menurut Suwardjono (2008:464) laba
dimaknai sebagai imbalan atas upaya perusahaan
menghasilkan barang dan jasa. Hal ini berarti
bahwa laba merupakan kelebihan pendapatan di
atas biaya total yang melekat pada kegiatan
produksi dan penyerahan barang/jasa, salah satu
hal yang paling penting dalam sebuah
perusahaan.

350

Jenis-jenis Laba
Menurut Suwardjono (2008:465) laba terdiri
atas beberapa jenis, yaitu:
a) Laba kotor merupakan selisih dari hasil
penjualan dengan harga pokok penjualan
b) Laba Operasional merupakan hasil dari
aktivitas-aktivitas yang termasuk rencana
perusahaan kecuali ada perubahan-perubahan
besar
dala
perekonomiannya,
dapat
diharapkan akan dicapai setiap tahun. Oleh
karenanya,
angka
ini
menyatakan
kemampuan perusahaan untuk hidup dan
mencapai laba yang pantas sebagai jasa pada
pemilik modal.
c) Laba sebelum dikurangi pajak atau EBIT
(Earning Before Tax), Laba sebelum
dikurangi pajak merupakan laba operasi
ditambah hasil dan biaya diluar operasi biasa.
Bagi pihak-pihak tertentu terutama dalam hal
pajak, angka ini adalah yang terpenting
karena jumlah ini menyatkan laba yang pada
akhirnya dicapai perusahaan.
d) Laba Setelah Pajak Atau Laba Bersih, Laba
Bersih merupakan laba setelah dikurangi
berbagai pajak. Laba dipindahkan kedalam
perkiraan laba ditahan. Dari perkiraan laba
ditahan ini akan diambil sejumlah tertentu
untuk dibagikan sebagai Deviden kepada para
pemegang saham.

Pengaruh Harga Pokok Terhadap Laba
Harga pokok merupakan biaya yang
dikeluarkan perusahaan dalam menghasilkan
barang jadi yang akan dijual. Apabila harga pokok
jumlahnya meningkat maka akibatnya dapat
memperkecil laba kotor. sebaliknya jika harga
pokoknya kecil dapat meningkatkan laba kotor.
Harga pokok juga sebagai dasar penetapan laba,
apabila perusahaan telah membuat perhitungan
harga pokok maka perusahaan dapat menetapkan
laba yang diharapkan yang akan mempengaruhui
tingkat harga jual suatu produk tertentu.
Menurut Mulyadi (2004:48) pengaruh harga
pokok terhadap laba dalam suatu perusahaan yang
produksinya berdasarkan pesanan maupun masal,
informasi harga pokok produksi sangat
berpengaruh bagi manajemen yang mempunyai
fungsi yang cukup penting.Untuk mengetahui
perusahaan
menghasilkan
laba
atau
mengakibatkan rugi, manajemen memerlukan
informasi biaya produksi, informasi laba atau rugi
periodik diperlukan untuk mengetahui kontribusi
produk dalam menutup biaya non produksi dan
menghasilkan laba/ rugi.

Sistem Harga Pokok Produksi dengan Pendekatan Job Order Costing
dan Pengaruhnya Terhadap Laba Usaha
Mukhtar AK, SE, MM dan Muhammad Wali, ST

Penelitian Terkait
Penelitian atau kajian mengenai sistem
harga pokok produksi metode job order costing
sudah dilakukan oleh peneliti-peneliti terdahulu.
Pujiastuti (2003) meneliti peranan job order
costing method dalam menetapkan harga pokok
produksi. Penelitian tersebut menemukan bahwa
job order costing yang diterapkan dengan
memadai akan menghasil-kan harga pokok
produksi yang akurat dan dapat diterima. Hal ini
dengan ditunjukan nilai hitungnya yang lebih
besar, sedangkan perhitungan korelasinya sebesar
0,951 yang berarti mendekati + 1 ini menunjukan
bahwa variable x (job order costing) denga y
(harga pokok produksi) mempunyai hubungan
yang sangat kuat dan positif.
Nabawi (2003) mengkaji pengaruh harga
pokok produksi terhadap harga jual. Penelitian
tersebut menemukan bahwa harga pokok
produksi berpengaruh positif terhadap harga jual
produk. Selanjutnya Siswanto (2003) mengkaji
perbandingan penerapan sistem job order costing
sebagai alternatif dalam penentuan kos barang
dalam
industri
jasa.
Kajian
tersebut
menyimpulkan bahwa Penerapan sistem job
order costing sebagai alternatif dalam penentuan
biaya produksi dalam industri jasa dinilai sangat
menguntungkan bagi perusahaan
Agustina (2010) dalam penelitiannya yang
berjudul Analisa Sistem Harga Pokok Produksi
Dengan Pendekatan Job Order Costing,
menemukan bahwa perhitungan harga pokok
produksi yang ditetapkan oleh usaha tersebut
sudah memadai sesuai dengan kebutuhan
informasi yang dibutuhkan untuk lingkungan
intern usaha tersebut. Hal ini dibuktikan dari
adanya bukti bukti pencatan yang dibuat,
pencatatan yang dilaksanakan pada perolehan
bahan baku, dan pembayaran biaya produksi,
serta sudah mengunakan buku pembelian.
Hipotesis
Hipotesis merupakan anggapan sementara
yang akan dibuktikan kebenarannya berdasarkan
sehingga
diperlukan
adanya
penelitian.
Didasarkan pada latar belakang penelitian,
landasan teoritis dan penelitian-penelitian
sebelumnya, maka yang menjadi hipotesis dalam
penelitian ini adalah sistem harga pokok produksi
dengan
pendekatan
job
order
costing
berpengaruh positif terhadap laba pada perabot
Meudang Perkasa Banda Aceh.

METODE PENELITIAN
Lokasi dan Objek Penelitian
Untuk memperoleh data primer dan informasi
terkait yang diperlukan guna penulisan laporan
penelitian, penelitian ini dilakukan secara
langsung pada Usaha Meubel Meudang Perkasa
perabot yang berlokasi di jalan T Iskandar,
Lambhuk Ulee Kareng Banda Aceh. Objek
penelitian berkaitan dengan hubungan antar sistem
harga produk produksi dengan pendekatan Job
Order Costing dengan laba usaha perusahaan
tersebut.
Batasan Variabel
Sistem harga pokok produksi dengan
pendekatan Job Order Costing didekati dengan
harga pokok produksi yang dikeluarkan usaha
Meubel Madang Perkasa. Hal ini disebabkan
selama ini usaha tersebut menggunakan
pendekatan Job Order Costing dalam pencatatan
harga pokok produksi produk yang dihasilkannya.
Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini
berupa data primer baik yang berasal dari
pengedaran kuesioner maupun berupa catatancatatan atau dokumen yang berkaitan dengan
keuangan usaha Meubel Meudang Perkasa
Perabot. Data yang diperlukan berasal dari
informasi yang diberikan bagian keuangan usaha
tersebut. Dipilihnya bagian keuangan didasarkan
pada alasan bahwa data yang diperlukan berkaitan
dengan bidang keuangan yakni berupa data
kualitatif mengenai pencatatan harga pokok proksi
dengan metode Job Order Costing dan data-data
kuantitatif yang berkaitan dengan rekapitulasi
keuangan usaha terutama data yang berhubungan
dengan harga pokok produksi dan laba usaha.
Sesuai dengan fokus variabel penelitian,
yakni keterkaitan antara laba usaha dan sistem
harga pokok produksi dengan metode job order
costing, maka data yang digunakan dalam
penelitian ini tidak hanya berasal dari hasil
pengedaran kuesioner, tetapi juga berbentuk data
runut waktu (time series) data. Sesuai dengan
ketersediaan data pada usaha Meubel Madang
Perkasa, data yang digunakan merujuk pada
pemesanan produk selama periode Januari 2011Desember 2012, yakni sebanyak 33 kali order (n =
33).
TehnikPengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian terdiri dari penelitian lapangan
(field research) dan penelitian kepustakaan
351

JURNAL EKONOMI MANAJEMEN DAN BISNIS

ISSN: 2338-2929

Volume 2 Nomor 2 Desember 2014, Halaman 345-355

(library researh). Penelitian lapangan diperlukan
untuk pengumpulan data yang berkaitan dengan
data-data primer yang dibutuhkan dalam
penelitian. Teknik pengumpulan data lapangan
(field research) dilakukan dengan cara sebagai
berikut.
1. Observasi, dalam hal ini peneliti mendatangi
langsung usaha Meubel Madang Perkasa
Perabot. Observasi dilakukan terhadap
kegiatan produksi usaha tersebut.
2. Wawancara (interview), yakni melakukan
tanya jawab langsung dengan pemilik dan
karyawan bagian keuangan usaha Meubel
Madang Perkasa Perabot. Wawancara
berkaitan dengan sistem harga pokok
produksi (HPP) berdasarkan pendekatan Job
Order Costing, penjualan, dan hal-hal lainnya
yang berkaitan dengan pengelolaan usaha
tersebut. Kegiatan wawancara dilakukan
dengan menggunakan pedoman wawancara
(terlampir).
3. Dokumentasi, pengumpulan data dilakukan
dengan cara melakukan mengumpulkan
catatan-catatan atau dokumen-dokumen yang
berkaitan dengan keuangan usaha. dalam hal
ini peneliti secara langsung diberikan
rekapitulasi data yang berkaitan dengan
keuangan usaha tersebut, mulai dari tanggal
pemesanan produk oleh konsumen, biaya
bahan baku, biaya overhead, harga jual
hingga laba usaha pada setiap pemesanan
produk oleh konsumen.
Selanjutnya penelitian kepustakaan (Library
Research) yakni teknik pengumpulan data yang
berkaitan dengan kajian literatur. Dalam hal ini
peneliti mengumpulkan bahan bacaan yang
berkaitan dengan metode Job Order Costing dan
keterkaitannya dengan laba usaha. Selain itu, juga
dilakukan pengumpulan jurnal-jurnal atau hasil
penelitian terdahulu yang berkaitan dengan
peranan Job Order Costing dalam menetapkan
harga produksi.
Definisi dan Operasional Variabel
Menurut Sugiyono (2004:31) operasional
adalah penentuan construct sehingga menjadi
variabel yang dapat diukur. Definisi operasional
menjelaskan cara tertentu yang digunakan untuk
meneliti dan mengoperasikan construct, sehingga
memungkinkan bagi peneliti yang lain untuk
melakukan replikasi pengukuran dengan cara
yang sama atau mengembangkan cara
pengukuran construct yang lebih baik. Variabel
menurut Sekaran (2006:115) membawa variasi
pada nilai.

352

Adapun identifikasi variabel dalam penelitian
ini terdiri dari laba usaha sebagai variabel terikat
(dependent variable) dan sistem harga pokok
produk dengan pendekatan Job Order Costing
sebagai variabel bebas (independent variable).
1. Laba usaha, yaitu selisih antara total reveneu
(penjualan) dengan total biaya yang
dikeluarkan dalam memproduksi produk
tertentu, diukur dengan satuan rupiah.
2. Sistem Harga Pokok Produksi dengan metode
Job
Order
Costing,
adalah
metode
pengumpulan
biaya
produk/jasa
yang
memperlakukan setiap pesanan sebagai suatu
unit keluaran yang unik dan membebankan
activity costs ke setiap pesanan pada saat
pesanan yang bersangkutan mengkonsumsi
aktivitas. Selama ini usaha Meubel Padang
Perkasa Perabot sudah menerapkan sistem
harga pokok produksi dengan metode Job
Order Costing, sehingga variabel tersebut
dapat di-proxi-kan atau didekati dengan harga
produk produksi yang dikeluarkan pada setiap
pemesanan barang oleh konsumen, diukur
dengan satuan rupiah.
Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan adalah
regresi linier sederhana. Penggunaan regresi linier
sederhana disebabkan bentuk hubungan antar
variabel yang diteliti yakni harga pokok produk
(sebagai proxi atau pendekatan dalam mengukur
sistem harga pokok produk dengan metode Job
Order Costing) di satu disisi, dengan laba usaha
disisi lain berbentuk hubungan fungsional atau
hubungan sebab akibat. Dalam hal ini harga pokok
produksi dinyatakan sebagai variabel bebas
(independent variable) dan laba usaha dinyatakan
sebagai variabel terikat (dependent variable),
sehingga fungsi regresi linier sederhana yang
digunakan dalam kasus ini dapat diformulasikan
sebagai berikut.
Y = a + bX
Dimana
Y = Laba usaha
a = Konstanta
b = Koefisien regresi variabel X
X = Harga pokok produksi (sebagai proxi
atau pendekatan dalam mengukur
sistem harga pokok produk dengan
metode Job Order Costing)
Guna menguji keeratan hubungan antara
laba usaha dengan harga pokok produksi
digunakan koefisien korelasi (R). Selanjutnya
untuk mengetahui keeratan hubungan antara laba
usaha dengan harga pokok produksi digunakan
koefisien determinasi (R2).

Sistem Harga Pokok Produksi dengan Pendekatan Job Order Costing
dan Pengaruhnya Terhadap Laba Usaha
Mukhtar AK, SE, MM dan Muhammad Wali, ST

Pengujian hipotesis menggunakan statistik
uji t. Hal ini disebabkan variabel bebas dalam
penelitian ini hanya terdiri dari satu variabel yaitu
sistem harga pokok produksi dengan pendekatan
job order costing (yang diproxikan dengan harga
pokok produksi). Penerimaan atau pun penolakan
hipotesis didasarkan pada perbandingan nilai t
hitung dan nilai t tabel dengan ketentuan sebagai
berikut.
- Apabila nilai t hitung > t tabel, maka hipotesis
diterima yang berarti sistem harga pokok
produksi dengan pendekatan job
order
costing berpengaruh terhadap laba pada
perabot Meudang Perkasa Banda Aceh.
- Apabila nilai t hitung < t tabel, maka hipotesis
ditolak yang berarti sistem harga pokok
produksi dengan pendekatan job
order
costing tidak berpengaruh terhadap laba pada
perabot Meudang Perkasa Banda Aceh.
Hasil dan Pembahasan
Analisis Perhitungan Harga Pokok Produksi
Dengan Pendekatan Job Order Costing Pada
Usaha Meubel Meudang Perkasa
Kegiatan produksi perabot/mobiler yang
dilakukan oleh pemilik/pengelola Usaha Meubel
Meudang Perkasa dilakukan berdasarkan pesanan
dan permintaan dari konsumen. Hal ini berarti
bahwa setiap kegiatan produksi didahului dengan
adanya
pesanan/permintaan
produk
oleh
konsumen, baik konsumen yang berasal dari
kelompok rumah tangga, swasta dan instansi
pemerintah maupun konsumen yang berasal dari
lembaga pendidikan.
Biaya produksi dihitung dengan pendekatan
job order costing berdasarkan pesanan yang
diterima oleh pemilik/pengelola usaha. Sehingga
pemilik/pengelola usaha dapat mengetahui
besarnya
pengeluaran
biaya
berdasarkan
pesanan/order yang disampaikan oleh konsumen.
Dengan kata lain, perhitungan biaya pada setiap
order/ pesanan produk oleh konsumen dilakukan
pada seluruh tahapan produksi yang didasarkan
pada proses produksi. Akhirnya pemilik usaha
dapat mengkalkulasikan besarnya biaya yang
dikeluarkan untuk menghasilkan jenis produk
tertentu sesuai dengan pesanan atau order yang
disampaikan oleh konsumen.
Berkaitan dengan proses pencatatan biaya
produksi, secara operasional diketahui bahwa
dalam proses produksi yang dilaksanakan
berdasarkan
pesanan,
biaya
produksi
dikumpulkan pada masing-masing pesanan.
Besarnya biaya pesanan yang satu berbeda

dengan yang lain tergantung kepada spesifikasi
produk yang diinginkan oleh konsumen.
Bahan baku merupakan bahan utama yang
membentuk suatu produk dan merupakan
komponen terbesar dalam proses produksi produk.
Bahan yang digunakan dalam proses produksi
produk pada Usaha Meubel Meudang Perkasa
Perabot terdiri dari kayu, tripleks, cat, paku,
dompul dan lain sebagainya. Pencatatan biaya
bahan baku pada saat pembelian dicatat
berdasarkan faktur.
Biaya overhead pabrik adalah bahan tidak
langsung, gaji/upah tenaga kerja tidak langsung
dan semua biaya pabrikasi lainya yang tidak dapat
dibebankan secara langsung ke produk tertentu.
Dalam kegiatan operasionalnya, pemilik Usaha
Meubel Meudang Perkasa Perabot juga melakukan
pencatatan biaya overhead berdasarkan produk
yang dihasilkan.
Selain pencatatan seperti dijelaskan di atas,
usaha ini mencatat juga setiap pembelian bahan ke
dalam buku pembelian, pembayaran gaji/upah
karyawan dibuat pada buku khusus tentang gaji
upah, dan penerimaan dengan pengeluaran kas
dicatat pada buku kas.
Usaha Meubel Meudang Perkasa Perabot
sudah melakukan pencatatan harga
pokok
produksi dengan pendekatan job order costing
(pencatatan biaya berdasarkan pesanan pekerjaan
oleh konsumen).
Analisis Pengaruh Sistem Harga Pokok
Produksi Dengan Pendekatan Job Order
Costing Terhadap Laba Usaha Meubel
Meudang Perkasa Perabot
Harga pokok produksi dengan pendekatan
job order costing berpengaruh positif terhadap
perolehan laba pada usaha Meubel Meudang
Perkasa Perabot. Hal ini dapat dilihat dari nilai
koefisien regresi yang menunjukkan angka positif
seperti terlihat dalam bagian printout SPSS pada
Tabel 1
Tabel 1
Bagian Printout SPSS yang Memperlihatkan Nilai
Koefisien Regresi Variabel Independent
Coefficientsa
Unstandardized
Standardized
Coeff icients
Coeff icients
Model
B
Std. Error
Beta
1
(Constant)
-140041 28953.807
Harga pokok produksi
.337
.011
.983

t
-4.837
29.422

Sig.
.000
.000

a. Dependent Variable: Laba Usaha

Sumber: Data Primer (Diolah), 2014

353

JURNAL EKONOMI MANAJEMEN DAN BISNIS

ISSN: 2338-2929

Volume 2 Nomor 2 Desember 2014, Halaman 345-355

Berdasarkan bagian printout SPSS pada
Tabel 1 maka persamaan regresi linier yang
menyatakan hubungan fungsional antara harga
pokok produksi dengan laba usaha Meubel
Meudang Perkasa, dapat diformulasikan sebagai
berikut.
Y = -140,041 + 0,337X.
Persamaan di atas memperlihatkan nilai
koefisien regresi sebesar 0,337. Secara statistik
angka tersebut dapat diartikan setiap peningkatan
harga pokok produksi dengan pendekatan job
order costing sebesar Rp 1,00 akan dapat
meningkatkan laba usaha Meubel Meudang
Perkasa Perabot sebesar Rp 0,337. Hal ini
bermakna bahwa semakin tinggi harga pokok
produk berdasarkan order (job order costing)
semakin besar pula laba usaha meubel tersebut,
dengan kata lain harga pokok produksi dengan
pendekatan job order costing berpengaruh positif
terhadap laba usaha. Perhitungan harga pokok
produksi dengan pendekatan order mampu
mendorong pemilik usaha untuk meningkatkan
laba usaha yang dijalankannya.
Guna mengetahui hubungan antara kedua
variabel digunakan koefisien korelasi (r).
Selanjutnya untuk mengetahui besarnya pengaruh
harga pokok produk dengan pendekatan job order
costing terhadap laba usaha digunakan koefisien
determinasi (r2). Bagian printout SPSS yang
memperlihatkan kedua nilai koefisien tersebut
seperti terlihat dalam Tabel 2.
Tabel 2
Bagian Printout SPSS yang Memperlihatkan
Nilai Koefisien Korelasi (r) dan koefisien
Determinasi (r2)
Model Summaryb
Model
1

R
R Square
.965
.983a

Adjusted
St d. Error of
R Square the Estimate
.964 101497.761

a. Predictors: (Constant), Harga pokok produksi
b. Dependent Variable: Laba Usaha

Sumber: Data Primer (Diolah), 2013.
Berdasarkan bagian printout SPSS di atas
dapat dilihat nilai koefisien korelasi (r) sebesar
0,983. Angka ini mendekati 1,00 dapat diartikan
hubungan antara laba usaha Meubel Meudang
Perkasa Perabot Lambhuk di satu sisi, dengan
harga pokok produksi metode job order costing
di sisi lain, termasuk katagori sangat erat. Bagian
printout SPSS di atas juga memperlihatkan nilai
koefisien determinasi (r2) sebesar 0,965, dapat
diartikan sebesar 96,5 persen laba usaha meubel
tersebut dipengaruhi oleh harga pokok produksi
dengan pendekatan job order costing. Sisanya

354

sebesar 3,5 persen lagi (1-0,965) dipengaruhi oleh
variabel lain selain variabel tersebut.
Hasil pengujian statistik menunjukkan nilai t
hitung sebesar 29,442. Sedangkan nilai t tabel
pada tingkat keyakinan 95% (df n-2) = 2,045.
Karena nilai t hitung > t tabel (29,442 > 2,045)
dapat diartikan harga pokok produksi dengan
pendekatan Job Order Costing berpengaruh
signifikan terhadap laba usaha Meubel Meudang
Perkasa Perabot Lambhuk. Dengan demikian
hipotesis Ha diterima, dan sebaliknya hipotesis Ho
ditolak yang berarti sistem harga pokok produksi
dengan pendekatan job order costing berpengaruh
terhadap laba pada perabot Meudang Perkasa
Banda Aceh.
Sistem harga pokok produksi dengan
pendekatan job order costing merupakan metode
pencatatan harga pokok berdasarkan order atau
pesanan produk. Sehingga pemilik/pengelola
usaha Meubel Meudang Perkasa Perabot
senantiasa memperkirakan besarnya harga pokok
produk dan laba pada setiap adanya pesanan atau
order barang dari konsumen. Bahkan pembelian
bahan baku dilakukan ketika ada order atau
pesanan barang, sehingga pemilik usaha lebih teliti
melakukan perhitungan harga biaya produksi. Hal
inilah yang menyebabkan sistem harga produksi
dengan pendekatan job order costing berpengaruh
positif dan signifikan (nyata) terhadap perolehan
laba usaha Meubel Meudang Perkasa Perabot
Lambhuk Banda Aceh.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Sistem harga pokok produksi dengan
pendekatan job order costing yang diterapkan
pada usaha Meubel Meudang Perkasa Perabot
sudah dilakukan dengan baik dan cukup
memadai. Pengunaan metode harga pokok
biaya produksi yang dilakukan telah mengacu
pada hal-hal sebagai berikut.
a. Adanya pemisahan biaya produksi menjadi
biaya produksi langsung yang terdiri dari:
biaya bahan baku langsung dan biaya
tenaga kerja langsung serta biaya produksi
tidak langsung yang terdiri dari biayabiaya selain biaya bahan baku dan biaya
tenaga kerja langsung.
b. Khusus untuk penetapan taksiran biaya
overhead pabrik, perusahaan menetapkan
berdasarkan pada biaya yang dibebankan
langsung pada pesanan yang dibuat dan
dilihat dari perhitungan biaya tahun buku
sebelumnya.

Sistem Harga Pokok Produksi dengan Pendekatan Job Order Costing
dan Pengaruhnya Terhadap Laba Usaha
Mukhtar AK, SE, MM dan Muhammad Wali, ST

c. Penentuan harga pokok setiap pesanan
dilakukan pada saat pesanan tersebut
selesai.
d. Harga pokok per item produk di hitung
dengan membagi jumlah biaya produksi
yang dibebankan pada pesanan tertentu
dengan jumlah produk yang di pesan.
2. Perhitungan harga pokok produksi atas suatu
pesanan pada meudang perkasa perabot yaitu
dengan membebankan pada unsur-unsur biaya
langsung yang terdiri biaya bahan baku,
biaya tenaga kerja dan biaya tidak langsung
yang dibebankan kepada biaya produksinya.
Dengan
demikian,
manajemen
dapat
memantau realisasi biaya produksinya dengan
mudah sehingga dapat dijadikan sebagai alat
pengendalian
produksi
pesanan
yang
bersangkutan dan pesanan-pesanan lain yang
memiliki spesifikasi yang serupa di masa
yang akan datang.
3. Harga pokok produksi dengan pendekatan job
order costing berpengaruh positif tehradap
laba usaha Meubel Meudang Perkasa
Lambhuk Banda Aceh. Semakin besar harga
pokok produksi berdasarkan pesanan atau
order produk, semakin besar pula laba usaha
Meubel Meudang Perkasa Lambhuk Banda
Aceh.
Saran
1. Sebaiknya setiap unsur unsur yang
mendukung harga pokok dibuatkan daftar
sendiri mengenai anggaran/taksirannya, baik
dalam kaitanya dengan biaya bahan baku,
biaya tenaga kerja langsung atau pun biaya
overheadnya. Hal ini dimaksudkan untuk
mempermudah perhitungan harga pokok
sebagai alat pengendali produksi.
2. Penerapan metode job order costing secara
umum sudah baik, perusahaan harus dapat
mempertahankan metode tersebut secara
konsisten dalam menghadapi persaingan
bisnis yang semakin ketat dan teknologi yang
semakin maju yang menuntut perusahaan
untuk dapat menyajikan perhitungan harga
pokok yang handal.
DAFTAR PUSTAKA
Agusti, Asri Fika dan Vinola Herawaty. (2009).
Pengaruh
Tingkat
Peningkatan
dan
Penurunan Terhadap Laba Pada Suatu
Perusahaan KPP Pratama . Makalah
Simposium
Nasional
Akuntansi
12,
Palembang.

Bastian dan Nurlela. (2006), Akuntansi Biaya
Tingkat lanjut: Kajian Teori Dan Aplikasi .
Penerbit Erlangga. Jakarta.
Bustami dan Nurlela, (2009), Akuntansi Biaya .
Penerbit Erlangga. Jakarta.
Carter K. William dan Usry F. Milton. (2006),
Akuntansi Biaya , Buku Kesatu. Edisi Tiga
Belas. Penerbit Salemba Empat. Jakarta.
Don R. Hosen dan Maryane M. Mowen. (2004),
Akuntansi Manajemen. Penerbit Salemba
Empat. Jakarta.
Horngren, Charles T. Srikan M. Datar dan George
Foster. (2005). Akuntansi Biaya (Penekanan
Manajerial) Edisi ke sebelas. Jilid Satu. Desi
Andhariani. PT. Indeks Kelompok Gramedia.
Jakarta.
Ikatan Akuntan Indonesia. (2000), Standar
Akuntansi Keuangan. Penerbit Salemba
Empat. Jakarta.
Milton F.Usry dan Lawrence H. Hammer. (2004)
Akuntansi Biaya . Edisi 10. Erlangga.Jakarta
Mulyadi. (2000) Akuntansi Biaya (Penentuan
Harga Pokok Dan Pengendalian). Edisi
Kesepuluh. Penerbit BPEE Yogyakarta.
(2000). Akuntansi Biaya . Aditya
Media.Yogyakarta.
(2004). Akuntansi Manajemen. Salemba
Empat. Jakarta.
(2005). Akuntansi Biaya , Edisi Kelima.
UPP Akademi Manajemen Perusahaan.
Jakarta.
(2007). Activity Based Cost Sistem, UPP
STIM YKPN. Yogyakarta.
Mursyidi. (2008). Akuntansi Biaya (Convetional
Costing, Just In Time dan Activity Based
Costing). Bandung. PT: Refika Aditama.
Samryn, L.M. (2001). Akuntansi Biaya Suatu
Pengantar , Edisi 1, PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
Sekaran, Uma. (2006) Metodelogi Penelitian
Untuk Bisnis, Edisi Keempat, Salemba
Empat. Jakarta.
Soemarso S. R (2004). Akuntansi Suatu
Pengantar , Edisi Kelima. Salemba Empat.
Jakarta.
Sugiyono. (2004) Metode Penelitian Bisnis.
Cetakan Keenam, Alfabeta. Bandung.
Supriyono. (2002). Manajemen Biaya (Suatu
Reformasi Pengololahan Bisnis). BPFE.
Yogyakarta.
Suwardjono. (2008). Teori Akuntansi Perekayasaan
Pelaporan
Keuangan.
Edisi
3.BPFE.Yogyakarta.

355