metode pembelajaran mata pelajaran seni

PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN SENI
TARI
DI SMP NEGERI 2 JAKEN
Dian Hastuti

PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Pendidikan karakter di sekolah dapat diintegrasikan dalam pembelajaran pada
setiap mata pelajaran, salah satunya adalah mata pelajaran seni budaya, khususnya seni
tari. Materi pelajaran seni tari yang berkaitan dengan norma-norma atau nilai-nilai perlu
dikembangkan, dieksplisitkan, dan dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari. Dengan
demikian, pendidikan karakter tidak hanya pada tataran kognitif tetapi menyentuh pada
internalisasi, dan pengalaman nyata dalam kehidupan sehari-hari peserta didik di
masyarakat. Mata pelajaran Seni Tari sarat dengan pendidikan berdimensi EQ
(Emotional Quotion) yang selama ini diketepikan dan bahkan nyaris dipersepsikan tanpa
adanya ikon, kebermaknaan, karena kegilaan decision maker dan pendidik untuk
menomorsatukan konsep IQ (Intelectual Quotion) yang menjadi jargon segala-galanya
dalam ekspansi sistem dan kinerja pendidikan (Kusumastuti 2009; 98).
Di SMP NEGERI 2 JAKEN, untuk mata pelajaran Seni Budaya yang didalamnya
meliputi plajaran seni usik, seni karawitan, seni rupa, dan seni tari. Unuk hal yang akan
dibahas yaitu tentang pelajaran seni tari. Seni tari sebagai salah satu ajaran atau usaha

untuk tetap melestarikan budaya yang kita miliki. Namun karena penyampaian teori
maupun praktik bidang Seni Budaya tidak mencakup keseluruhan yang seharusnya di
ajarkan. Dalam cara pembelajaranpun kurang kondusif disebabkan karena kurangnya
fasilitas yang dibutuhkan agar dapat berjalan sesuai yang harus didapatkan oleh para
siswa-siswi. Daya tarik atau minatpun menjadi salah satu faktor sumber daya manusia
sebagai pelaku maupun pengajar.
Dalam kurikulum yang berjalan disekolah yaitu KTSP hanya terpacu kepada
psikomotorik siswa. Jadi tidak heran dibandingkan dengan kurikulum sekarang yaitu
kurikulum 2013 yang meliputi 3 penilaian : kognitif, psikomotorik, dan efektis yang
menuntut agar siswa dapat mengerti dasar pelajaran dan berapresiasi didalam bidang

akademik serta berkreatifitas untuk aktif dan tanggap serta mempunyai rasa tanggung
jawab untuk menjalankan hal yang dituntut agar siswa dapat menguasai ketiga hal
tersebut. Seni Tari yang ada dalam SMP N 2 JAKEN nampaknya memang harus
diperhatikan jika dibandingkan dengan sekolah lain disekitarnya. Teori yang diberikan
memang mencakup seluruh pengertian seni tari namun tidak dengan pratik didalamnya.
Dan disinilah titik pembhasan yang akan kita bahas.

LANDASAN TEORI
Seni tari dalam proses pembelajaran (pendidikan) seni di SMP, dapat menjadi

salah satu upaya melestarikan seni tari. Hal ini sesuai dengan fungsi pendidikan, seperti
yang dinyatakan Taba (dalam Ismiyanto 1999) bahwa pendidikan berfungsi sebagai
pemelihara dan penerus kebudayaan, alat transformasi kebudayaan, dan alat pengembang
individu peserta didik. Pendidikan seni sebagai salah satu bentuk pendidikan pada
hakikatnya juga: (a) mewariskan kebudayaan; (b) mengupayakan pembaharuan
kebudayaan; dan (c) memenuhi kebutuhan peserta didik. Pendidikan seni tari juga
mampu meningkatkan kecerdasan emosional anak, terlihat pada timbulnya perasaan
bangga, memiliki sifat pemberani, mampu mengendalikan emosi, mampu mengasah
kehalusan budi, mampu menumbuhkan rasa tanggungjawab, mampu menumbuhkan rasa
mandiri, mudah berinteraksi dengan orang lain, memiliki prestasi yang baik, mampu
mengambangkan imajinasi, dan menjadi anak yang kreatif (Kusumastuti 2009: 104-106).

PEMBAHASAN
Pembelajaran Mata Pelajaran Pendidikan Seni Tari SMP
NEGERI 2 JAKEN.
Pelajaran pendidikan seni tari yang diterapkan di SMP NEGERI 2 JAKEN
dilaksanakan satu kali dalam seminggu. Materi pendidikan seni tari didapatkn oleh siswa
pada saat siswa-siswi berada dikelas IX hanya waktu yang singkat untuk mempelajari
teori maupun praktiknya. Kompetensi yang diharapkan dalam pelajaran seni tai yaitu : (1)


Mampu mengolah rasa dalam tubuh, rasa dengan iringan, kepekaan rasa dengan gerak
tubuh. (2) Mampu menjadi siswa-siswi yang dapat berapresiasi, memiliki ketrampilan
dasar, dalam proses yang bersumber pada alam dan dan lingkungan sekitar dalam proses
pembelajaran. (3)Dapat bereksplorasi dalam pembuatan karyanya dan menghargai karya
orang lain. (4) Mampu menyajikan sebuah karya seni. Cara yang digunakan untuk
penyampaian materi terkadang tidak sesuai dengan yang seharusnya hal tersebut bisa
terjadi karena kurangnya pengoptimalan atau kurangnya sumbar daya manusia ataupun
fasilitas sekolah.
Jika di SMP NEGERI 2 JAKEN pelajaran seni tari hanya diberikan waktu kelas
IX kurang efektif dan mungkin tidak secara menyuluruh disampaikan. Kualitas yang
dihasilkanpun mungkin kurang maksimal. Untuk mengatasi hal tersebut perlu adanya
tindakan agar pelajaran seni tari dapat berjalan efektif dengan adanya ekstrakuliler
sebagai npendukung muatan praktik itu juga bisa membantu untuk mengasah dan
mengolah potensi yang ada dalam diri siswa-siswi. Pencapaian atau pengalaman yang
dicapai belum ada sarana atau kegiatan baik didalam sekolah maupun mengukiti iven
atau ajang perlombaan rupanya belum tertata dengan baik. Di daerah setempat ternyata
kurang adanya dukungan dari warga sekolah maupun luar sekolah. Karena untuk
mencapai tingkat penggarapan sebuah tari ataupun pertunjukan tidak terlaksana. Apalagi
untuk mengikuti sebuah perlombaan tentunya harus memiliki kreativitas yang tinggi
untuk menciptakann atau mengembangkan sebuah tarian.

Jarang sekali sekolah ini mengikuti sebuah acara karena pengajar dalam ini
spertinya kurang memahami metode seperti apa yang bisa digunakan tidak sebaliknya
hanya memberikan kiasan-kiasan yang hanya dengan teori namun dalam praktiknya
justru tidak kondusif. Ada kalanya upaya meningkatkan potensi daya tarik dalam seni tari
harus mengetahui dasar dan acuan pembelajaran agar siswa maupun siswi yang berperan
sebagai pelaku dapat menjalankan dan seakligus mengolah rasa, gerak, keindahan dan
potensi yang mereka miliki. Suatu ketika saat pembelajaran ada hal yang terlihat tidak
efisien seketika penyampaian materi praktik dan itu hanya dilakukan diruang kelas yang
tempatnya terbatas. Itu saja hanya menggunakan proyektor sebagai contah tari apa yang
akan dipelajari. Ternyata pengajar atau pemberi materi belum menguasai dasar-dasar atau
teknik pola garap tari. Properti dan alat pendukung taripun sekolah tidak mau
menyediakan karna kurang adanya dana untuk membeli kebutuhan yang seharusnya
dimiliki.
Pada kajian ini ada hal-hal yang perlu dilaksanakan untuk penyampaian tekhnik-

tekhnik yang baik seperti apa yang indah dan penguasaan dalm praktik tari itu sendiri.
Siswa-siswi

: sebagai pelaku atau pelaksana


Guru

: sebagai pengajar atau pemberi materi

PENDIDIKAN OALAH RASA DAN KARAKTER


Memiliki kepribadian yang santun



Olah rasa dan dan penciptaan karakter hal ini berkaitan dengan ekspresi atau
penguatan rasa yang dihasilkan dengan penjiwaan yang mengalir dalam sebuah
proses.



Mampu berinteraksi dengan bidang lain agar menambah wawasan dan aktif
dalam lingkup sosial.




Mampu mengolah atau menciptakan karya yang berasal dari sumber lingkungan
yang ada.

PEMBELAJARAN DAN ACUAN


Dikembangkan untuk melestarikan budaya.



Tanggap, lincah, dan mampu eksplorisasi gerak dan berinovasi.



Mengolah wirasa, wirama, wiraga.




Menciptakan ide untuk pengolahan sebuah ragam tari atau penciptaan sebuah
karya.
Bertolak dari konsep maupun acuan yang digunakan jika dihubungkan dengan
seni dalam hubungannya dengan pencapaian maka sepertinya tidak akan bisa
berjalan seperti apa yang diinginkan.
SARAN

Saran yang mungkin dapat dipetik dari penjelasan tersebut adalah guru dalam
proses sebagai pemberi materi harus mampu menguasai tekhnik-tekhnik dasar serta bekal
materi yang hendak disampaikan. Dan harus adanya dukungan dari pihak sekolah
maupun luar sekolah agar dapat mencapai tujuan maksimum yang diinginkan agar tidak

ada lagi materi yang terbuang sia-sia maupun terbengkalai.

DAFTAR PUSTAKA
Kusumastuti, Eny.2009. Akademia.edu Pembelajaran Pendidikan Seni Tari di SMP.
Semarang : UNNES PRESS.