Tugas Kelompok HUKUM INTERNASIONAL PUBLI (1)

Tugas Kelompok

HUKUM INTERNASIONAL PUBLIK KHUSUSNYA
PERAN DALAM ISLAM

OLEH:

JURUSAN HUKUM
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2013

BAB I
PENDAHULUAN
Hukum internasional adalah bagian hukum yang mengatur aktivitas
entitas berskala internasional. Pada awalnya, Hukum Internasional hanya
diartikan sebagai perilaku dan hubungan antar negara namun dalam
perkembangan pola hubungan internasional yang semakin kompleks
pengertian ini kemudian meluas sehingga hukum internasional juga
mengurusi struktur dan perilaku organisasi internasional dan, pada batas

tertentu,perusahaan multinasional dan individu.
Hukum bangsa-bangsa dipergunakan untuk menunjukkan pada
kebiasaan dan aturan hukum yang berlaku dalam hubungan antara rajaraja zaman dahulu. Hukum antar bangsa atau hukum antar negara
menunjukkan pada kompleks kaedah dan asas yang mengatur hubungan
antara

anggota

Internasional

masyarakat

terdapat

bangsa-bangsa

beberapa

bentuk


atau

negara.

perwujudan

Hukum

atau

pola

perkembangan yang khusus berlaku di suatu bagian dunia (region)
tertentu :
1.

Hukum

Internasional


regional

:

Hukum

Internasional

yang

berlaku/terbatas daerah lingkungan berlakunya, seperti Hukum
Internasional Amerika / Amerika Latin, seperti konsep landasan
kontinen (Continental Shelf) dan konsep perlindungan kekayaan
hayati laut (conservation of the living resources of the sea) yang
mula-mula tumbuh di Benua Amerika sehingga menjadi hukum
Internasional Umum.
2.

Hukum Internasional Khusus : Hukum Internasional dalam bentuk
kaedah yang khusus berlaku bagi negara-negara tertentu seperti

Konvensi Eropa mengenai HAM sebagai cerminan keadaan,
kebutuhan, taraf perkembangan dan tingkat integritas yang berbedabeda dari bagian masyarakat yang berlainan. Berbeda dengan
regional yang tumbuh melalui proses hukum kebiasaan.

Hukum Internasional didasarkan atas pikiran adanya masyarakat
internasional yang terdiri atas sejumlah negara yang berdaulat dan
merdeka dalam arti masing-masing berdiri sendiri yang satu tidak dibawah
kekuasaan lain sehingga merupakan suatu tertib hukum koordinasi antara
anggota masyarakat internasional yang sederajat.
Hukum internasional mencakup hal berikut.
1)

Hukum perdata internasional, yaitu hukum internasional yang
mengatur hubungan hukum antara warga Negara suatu negara dan
warga Negara dari Negara lain (hukum antar bangsa).

2)

Hukum public


internasional,

yaitu

hukum

internasional

yang

mengatur Negara yang satu dan Negara yang lain dalm hubungan
internasional. (hukum antar bangsa)
Untuk memperjelas hubungan antara hukum Internasional dalam
Islam, maka permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah
bagaimana hukum internasional publik khususnya dalam islam.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Hukum Internasional
Pada dasarnya yang dimaksud hukum internasional dalam

pembahasan ini adalah hukum internasional publik, karena dalam
penerapannya, hukum internasional terbagi menjadi dua, yaitu: hukum
internasional publik dan hukum perdata internasional.
Hukum internasional publik adalah keseluruhan kaidah dan asas
hukum yang mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas
negara, yang bukan bersifat perdata. Sedangkan hukum perdata
internasional adalah keseluruhan kaidah dan asas hukum yang mengatur
hubungan perdata yang melintasi batas negara, dengan perkataan lain,
hukum yang mengatur hubungan hukum perdata antara para pelaku
hukum yang masing-masing tunduk pada hukum perdata yang berbeda.
(Kusumaatmadja, 1999; 1).
Awalnya,

beberapa

sarjana

mengemukakan

pendapatnya


mengenai definisi dari hukum internasional, antara lain yang dikemukakan
oleh Grotius dalam bukunya De Jure Belli ac Pacis(Perihal Perang dan
Damai). Menurutnya “hukum dan hubungan internasional didasarkan pada
kemauan bebas dan persetujuan beberapa atau semua negara. Ini
ditujukan demi kepentingan bersama dari mereka yang menyatakan diri di
dalamnya ”.
Sedang menurut Akehurst : “hukum internasional adalah sistem
hukum yang di bentuk dari hubungan antara negara-negara”. Definisi
hukum internasional yang diberikan oleh pakar-pakar hukum terkenal di
masa lalu, termasuk Grotius atau Akehurst, terbatas pada negara sebagai
satu-satunya pelaku hukum dan tidak memasukkan subjek-subjek hukum
lainnya.

Salah satu definisi yang lebih lengkap yang dikemukakan oleh para
sarjana mengenai hukum internasional adalah definisi yang dibuat oleh
Charles Cheny Hyde :
“hukum internasional dapat didefinisikan sebagai sekumpulan hukum yang
sebagian besar terdiri atas prinsip-prinsip dan peraturan-peraturan yang
harus ditaati oleh negara-negara, dan oleh karena itu juga harus ditaati

dalam hubungan-hubungan antara mereka satu dengan lainnya, serta
yang juga mencakup :
a. organisasi internasional, hubungan antara organisasi internasional satu
dengan lainnya, hubungan peraturan-peraturan hukum yang berkenaan
dengan fungsi-fungsi lembaga atau antara organisasi internasional
dengan negara atau negara-negara; dan hubungan antara organisasi
internasional dengan individu atau individu-individu
b. peraturan-peraturan hukum tertentu yang berkenaan dengan individuindividu

dan

subyek-subyek

hukum

bukan

negara (non-state

entities) sepanjang hak-hak dan kewajiban-kewajiban individu dan

subyek hukum bukan negara tersebut bersangkut paut dengan masalah
masyarakat internasional” (Phartiana, 2003; 4)
Sejalan

dengan

definisi

yang

dikeluarkan

Hyde,

Mochtar

Kusumaatmadja mengartikan ’’hukum internasional sebagai keseluruhan
kaidah-kaidah dan asas-asas hukum yang mengatur hubungan atau
persoalan yang melintasi batas-batas negara, antara negara dengan
negara dan negara dengan subjek hukum lain bukan negara atau subyek

hukum bukan negara satu sama lain’’. (Kusumaatmadja, 1999; 2)
2. 2 Hukum Internasional Publik Khususnya Peran dalam Islam
Samuel Huntington mengangkat isu akan terjadinya clash of
civilization, antara peradaban Islam dan Barat. Prediksi Huntington
tersebut bisa diragukan dengan menggunakan beberapa alasan. Salah
satu alasan adalah makin terintegrasinya nilai-nilai modern di negaranegara Muslim. Hal ini tercermin dalam hukum internasional, bila ditinjau

dari aspek sejarah hukum internasional, menunjukan apabila Islam telah
memberikan kontribusi yang cukup signifikan terhadap perkembangan
hukum internasional. Kontribusi ini tentu saja tidak sekedar bersifat teoritis
belaka, melainkan juga dalam dimensi praktis hubungan antara negaranegara Islam termasuk organisasinya dengan negara-negara Barat
lainnya.
Pada saat ini umat Islam terbagi-bagi pada beberapa negara-bangsa
sehingga tidak dimungkinkannya untuk menyatakan suatu pandangan
Islam yang dapat mewakili semua kelompok yang terdapat di dalamnya.
Beberapa Sarjana memiliki anggapan apabila hukum internasional
modern tidak murni sebagai hukum yang secara ekslusif warisan dari
Eropa. Sehingga mereka berkesimpulan akan terdapatnya pengaruhpengaruh yang indispensable dari peradaban-peradaban lain, yang di
antaranya Islam, yang pada saat itu merupakan kekuatan ekonomi di atas
Eropa.33 Pengaruh Islam terhadap sistem hukum internasional Eropa

dinyatakan oleh beberapa sejarahwan Eropa, di antaranya, Marcel
Boissard34 dan Theodor Landschdeit.
Sedangkan dalam hubungan internasional, Islam secara umum Dr.
M.

Abu

Zahrah

mengemukakan

sepuluh

prinsip

dasar

tentang

kelangsungan hubungan internasional dalam teori dan praktek kaum
Muslimin di masa lalu. Pertama, Islam menempatkan kehormatan dan
martabat manusia sebagai makhluk terhormat. la sebagai Khalifah (wakil
Tuhan) di muka bumi. Kedua, manusia sebagai umat yang satu dan
disatukan, bukan saja oleh proses teori evolu~i histories dari satu
keturunan Nabi Adam, melainkan juga oleh sifat kemanusiaan yang
universal. Ketiga, prinsip kerjasama kemanusiaan (ta'awun insani) dengan
menjunjung tinggi kebenaran dan keadilan. Keempat, prinsip toleransi
(tashomah)

dan

tidak

merendahkan

pihak

lain.

Kelima,

adanya

kemerdekaan (harriyah). Kemerdekaan menjadi sangat penting sebab
merupakan akar pertumbuhan dan kesempurnaan manusia. Keenam,
akhlak yang mulia dan keadilan. Ketujuh, perlakuan yang sama dan anti

diskriminasi. Kedelapan, pemenuhan atas janji. Islam menyeru pada
perdamaian, karena itu mematuhi kesepakatan merupakan kewajiban
hukum dan agama. Kesepuluh, prinsip kasih saying dan mencegah
kerusakan.
Dalam tataran praktis menurut para pendukung paham akan
terdapatnya aspek Islami dalam hukum internasional dapat kita temukan
dalam

prinsip

non-diskriminasi

terhadap

non-Muslim

yang

telah

diinkorporasikan ke dalam Las Siete Partidas, kodifikasi hukum yang
dibuat di bawah patronase Raja Kastilia Alphonse X. Selain itu, tulisan
Grotius atau Hugo de Groot pun mungkin sangat terpengaruh oleh hukum
Islam yang disebabkan karena'bapak' hukum internasional itu sendiri
memiliki pemahaman hukum Islam yang sangat baik. Di sisi lain, yang
sangat mengembirakan pada saat ini adalah telah dimulainya untuk
membuat hukum internasional sebagai 'hukum universal', salah satunya
upaya-upaya untuk melakukan kodifikasi, makin memperkuat bukti akan
pernyataan 'law in large has a certain unity, and no body of law is an
island complete unto itself'.
Hukum internasional Islam sebagaimana diakui oleh pakar hukum
internasional Islam modern, Madjid Khadduri memiliki karakter lebih
agresif dengan lebih mengarah pada penaklukan dibanding Kristen
sebagaimana tercantum dalam Wasiat Lama ataupun Baru. Akan tetapi,
hal ini menunjukan kelebihan dan hukum Islam yang dalam hal
pengaturan mengenai hukum perang lebih komprehensif, yang dibuktikan
dengan pengecualian wanita, anak-anak, orang tua, Iingkungan sebagai
katagori non-combatants, sebagaimana dinyatakan dalam pidato dari Abu
Bakar. Ataupun praktek pertukaran tawanan secara besar-besaran yang
diduga bermula dari Khalifah Harun al-Rasyid.
Pengertian

hukum

internasional

dalam

Islam

mendapatkan

bandingannya dalam konsepsi siyar, yang mana merupakan cabang dari
shari'ah. Tapi, pengertian siyar memiliki cakupan pengertian yang unik.
Keunikan yang dikandung oleh siyar dapat ditemukan dalam perlakuan

yang membedakan antara hubungan negara Muslim dan non-Muslim. Di
samping itu, juga meliputi hubungan antara negara-negara Muslim itu
sendiri. Yang terakhir ini dikelompokan pada hubungan antar negaranegara Muslim, yang didasarkan pada ummah dan solidaritas sebagai
sesama Muslim. Setidak-tidaknya, kontribusi Islam dapat dibuktikan
melalui teori dan rumusan konsep pengelompokan negara dalam keadaan
perang dan damai. Dalam konsepsi siyar terdapat beberapa kelompok:
negara Islam (darul Islam), negara Islam yang ada dalam kekuasaan
negara non-Islam (darul harb), dan negara dalam keadaan perjanjian
(darul ahd). Di samping itu, konsep kedaulatan dalam siyar terkait dengan
sumber klasik Islam, yaitu dari Ad-Daulat dan sikap netralitas dari satu
negara Islam terhadap dua negara yang sedang bertikai.
Siyar memiliki sumber-sumber tambahan, di samping sumbersumber yang telah menjadi sumber-sumber shari'ah seperti Al-Qur'an dan
As-Sunnah, yang di antaranya adalah praktek-praktek Empat Khalifah
pertama yang diklaim oleh ahli-ahli hukum Islam dapat melengkapi AIQur'an. Kemudian, sumbersumber di atas dikelompokkan ke dalam
sumber-sumber utama (primary sources). Sedangkan praktek-praktek
yang dilakukan oleh Pemimpin-pemimpin Islam sesudahnya diakui dalam
hal ketiadaan pertentangan dengan sumbersumber utama.
Sumber-sumber tambahan (subsidiary sources) jauh melampaui
sumbersumber yang dikenal dalam shari'ah. Sumber-sumber ini di
antaranya adalah traktat-traktat yang dibuat antara pemimpin-pemimpin
Islam dan non-Islam, instruksi-instruksi resmi yang diberikan oleh Khalifah
kepada pejabat-pejabat di bawahnya, pendapat-pendapat sarjana hukum
Islam, putusan arbitrase, hukum nasional yang terkait dengan materi siyar
dan deklarasi unilateral yang terkait dengan siyar, dan kebiasaan. Oleh
karena sumber-sumber ini memiliki kemiripan dengan sumber-sumber
hukum yang didaftar dalam Statuta ICJ, beberapa Sarjana Muslim
beranggapan apabila dalam kedua hukum tersebut tak terdapat
pertentangan.

Kontribusi lain yang Iebih praktis yaitu tumbuhnya negara-negara
Muslim sekitar pertengahan abad ke dua puluhan, terutama sejak
dideklarasikannya Sepuluh Dasa Sila Bandung. Hasil Konferensi Asia
Afrika di Bandung tahun 1955. Banyak negara-negara di belahan benua
Afrika yang pada akhirnya melepaskan diri dari penjajahan dan merdeka.
Dua puluh tahun kemudian yaitu sekitar tahun 1973, negara-negara Islam
sepakat untuk mendirikan Organisasi Islam dunia yang dinamakan
Organisasi Konferensi Islam Internasional atau OKI. Soekarno, Jamal
Abdul Natsir, telah memainkan peranan penting dalam pembentukan OKI
tersebut.

BAB III
PENUTUP
Hukum internasional publik adalah keseluruhan kaidah dan asas
hukum yang mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas
negara, yang bukan bersifat perdata.
Pengaruh Islam terhadap sistem hukum internasional dinyatakan
oleh beberapa sejarawan Eropa diantaranya Marcel Boissard dan Theodor
Landschdeit. Hukum internasional islam telah muncul jauh sebelum
hukum internasional barat ada. Di zaman Rasulullah, praktek internasional
telah diberlakukan dengan seadil-adilnya. Rasulullah telah membuat
pedoman hubungan antara negara Islam dengan non-Islam dalam perang
dan damai. Beliau juga telah mengadakan beberapa perjanjian-perjanjian
internasional

dengan

bangsa-bangsa

lain.