TANTANGAN GLOBALISASI MELALUI TERPAAN ME

TANTANGAN GLOBALISASI MELALUI TERPAAN MEDIA INTERNET
TERHADAP UPAYA PEMBINAAN KARAKTER SISWA DI SEKOLAH
ABSTRACT
Tantangan Globalisasi melalui Terpaan Media Massa terhadap Upaya Pembinaan Karakter
Siswa di Sekolah. Meita Purnamasari Augustin, 2010.
Globalisasi memiliki implikasi berkaitan dengan keterbukaan antarnegara untuk
dimasuki berbagai informasi yang disalurkan secara berkesinambungan melalui teknologi
informasi (information technology). Kemampuan konvergensi interconnected-networking
(internet) sebagai media baru di era global tidak hanya menghadirkan kemudahan dan
kenyamanan hidup bagi manusia. Bahkan mengundang sejumlah permasalahan baru melalui
kekayaan muatan tidak terbatas yang merambah kedalam kehidupan keluarga dan sekolah
yang semula dibangun dan sarat nilai-nilai moral dan norma. Beragam ketersediaan fasilitas
dan fungsi perannya dapat menimbulkan pengaruh positif dan negatif dalam kehidupan
manusia. Penelitian ini bertujuan mengkaji bagaimana tantangan globalisasi melalui terpaan
media internet berpengaruh terhadap upaya pembinaan karakter siswa di sekolah.
Penelitian ini didasarkan pada Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional bahwa Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu wujud
pendidikan karakter (character education). Pada masa transisi dan derasnya arus transformasi
budaya saat ini, pendidikan kewarganegaraan merupakan pendidikan karakter sebagai
“wahana penanaman nilai” yang mengajarkan etika pribadi dan nilai-nilai kebajikan/akhlak
kewarganegaraan (civic virtue) sebagai sesuatu yang hakiki menuju peradaban bangsa.

Proses penelitian menggunakan pola “the dominant-less dominant design” dengan
pendekatan kuantitatif melalui metode survey. Teknik penarikan sampel yang digunakan
adalah multistage random sampling sehingga diperoleh besaran sampel 125 siswa kelas XI di
SMA Negeri Kota Cimahi. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik kuesioner,
wawancara, observasi lapangan, dan studi dokumentasi. Analisis data menggunakan analisis
korelasi, regresi linear ganda dan analisis kontribusi.
Hasil penelitian menunjukkan: Pertama, Tingginya intensitas penggunaan internet akan
mengakibatkan semakin besarnya upaya pembinaan karakter siswa di sekolah. Oleh karena
itu diperlukan pengaturan kesadaran atas penggunaannya sebagai wujud melek media. Kedua,
Penggunaan internet melalui aktivitas kesenangan atau hiburan memiliki keterkaitan dengan
masalah pendidikan dan menunjang perkembangan pergaulan dengan teman sebaya. Ketiga,
Penggunaan internet melalui aktivitas edukatif dilakukan untuk mengerjakan tugas sekolah
atau kegiatan akademik. Keempat, Penggunaan keduanya akan melahirkan aktivitas kreatif
yang berpengaruh positif terhadap karakter siswa di sekolah. Kesimpulannya tantangan
globalisasi menjadikan pendidikan karakter dalam Pendidikan Kewarganegaraan menjadi
bagian penting untuk mewujudkan manusia yang berkualitas. Pendidikan Kewarganegaraan
hendaknya tidak hanya terkait dengan transfer ilmu dan teknologi namun harus mampu
membentuk nilai dan karakter bangsa agar mempersiapkan sumber daya manusia Indonesia
yang berkualitas memiliki daya saing secara bermartabat di dunia internasional.


A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Cogan (1998:8) menjelaskan bahwa teknologi merupakan unsur yang menentukan bagi
globalisasi ditandai peningkatan luar biasa kapasitas untuk berkomunikasi dan mengakses
informasi yang disimbolkan oleh telepon genggam dan internet. Hanya dengan fasilitas
search engine-situs pencari informasi maka pengguna internet dapat menemukan banyak
sekali alternatif dan pilihan informasi yang diperlukannya dengan mengetikkan kata kunci di
form yang disediakan. Bahkan setahun terakhir sejak internet menjadi media yang paling
diminati oleh masyarakat dunia, banyak sekali kasus-kasus yang muncul sehubungan
penggunaan media ini. Mulai dari caci maki hanya karena emosi sesaat pada individu
maupun institusi, pemuatan foto-foto pribadi yang seharusnya tidak layak untuk disiarkan di
ruangan publik sampai “perang kata-kata” yang tidak pantas untuk diketahui publik.
Sejumlah penelitian tentang dampak dan pemanfaatan internet menunjukkan bahwa
internet menjadi sumber utama untuk belajar tentang apa yang sedang terjadi di dunia,
hiburan, bergembira, relaksasi, untuk melupakan masalah, menghilangkan kesepian, untuk
mengisi waktu, sebagai kebiasaan dan untuk melakukan sesuatu dengan teman atau keluarga
(Severin dan Tankard, 2005:454). Namun dibalik kemudahan mengaksesnya kehadiran
internet dapat membawa sisi buruk bagi penggunanya. Salah satu kelemahan internet yang
paling nyata dan merusak adalah item-item asusila tak bermoral yang dapat dengan mudah
diakses di jaringan internet. Jaringan pertemanan pun dipergunakan untuk memesan sekaligus

menjual ganja (Setiawan, 2009:10). Tidak sedikit siswa menghabiskan harinya di warung
internet (warnet) sekedar untuk chatting atau main game online. Di sebuah kota di Jawa Barat
pernah ditemukan kasus banyaknya siswa yang ketagihan games online. Para siswa menjadi
lupa waktu, bahkan sampai memakai uang bayaran sekolah untuk membayar sewa games
online (http://www.wonosari.com). Fenomena yang terjadi pada saat ini, suatu kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesejahteraan masyarakat harus dicapai dengan
mengorbankan identitas dan kepribadian bangsanya (Suryadi dan Budimansyah, 2009:127).
Dengan demikian tantangan yang dihadapi negara-negara yang mengalami
pertumbuhan cepat adalah penyusunan kebijakan dan program pendidikan yang mampu
menghasilkan manusia-manusia cakap dan memiliki karakter yang didukung oleh penguatan
dalam pewarisan budaya dan identitas bangsanya. Siswa remaja sebagai salah satu pengguna
internet belum mampu memilah aktivitas internet yang bermanfaat, dan cenderung mudah
terpengaruh oleh lingkungan sosial tanpa mempertimbangkan terlebih dulu efek positif atau
negatif yang akan diterima saat melakukan aktivitas internet tertentu. Terlebih lagi
perusahaan-perusahaan yang terkait dengan dunia internet dan pemasaran selalu menjadikan
kaum muda sebagai “tambang emas” demi keuntungan belaka. Oleh karena itu tidak
mengherankan jika selama ini bahaya mengancam dari pemanfaatan online remaja terhadap
pembentukan karakter anak dan remaja dijadikan sorotan utama untuk dikaji, baik oleh
pemerintah maupun lingkungan akademis.
Secara filosofis pendidikan karakter dapat mengembalikan filosofi dasar pendidikan

Indonesia yang seharusnya non scholae sed vitae discimus, sebagai negara Pancasila, yang
pada hakekatnya pendidikan nilai memiliki komitmen terhadap nilai-nilai yang terkandung
dalam Pancasila sebagai landasan negara (Rohayani, 2009:57). Untuk itu diperlukan
membangun sumber daya manusia yang berkarakter sebagai upaya pembangunan dari segi
internal suatu bangsa, dengan istilah lain Budimansyah (2004:150) menyebutnya membangun
sumber daya manusia yang berkepribadian lurus-kuat-tinggi antara lain melalui pendidikan di
sekolah sebagai konteks nyata model pengembangan karakter (Li Lanqing dalam Hartono,
2008:174). Hasil penelitian Branson (1999:90) menunjukkan bahwa mata pelajaran di
sekolah seperti pemerintahan, kewarganegaraan, sejarah dan sastra bila diajarkan secara baik
memberikan kerangka konseptual yang diperlukan untuk pendidikan karakter. Hal ini

mengandung arti pendidikan karakter terjadi melalui mata pelajaran tertentu dalam proses
pembelajaran.
Sadar akan tuntutan dan kebutuhan di atas, pemerintah telah merumuskan tujuan
pendidikan kewarganegaraan secara umum baik untuk pendidikan dasar maupun menengah,
melalui pembekalan kompetensi dasar pada peserta didik dalam hal sebagai berikut. Pertama,
berfikir secara kritis, rasional dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan. Kedua,
berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam
kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta anti korupsi. Ketiga, berkembang
secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter

masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya. Keempat,
berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak
langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (Kurikulum
Kewarganegaraan untuk SD, SLTP, SMA, 2001:12). Tugas Pendidikan Kewarganegaraan
(Winataputra, 2001:1) dengan paradigma barunya diarahkan pada pengembangan pendidikan
demokrasi yang mengemban tiga fungsi pokok,
yakni sebagai berikut. Pertama,
mengembangkan kecerdasan warga negara (civic intelligence). Kedua, membina tanggung
jawab warga negara (civic responsibility). Ketiga, mendorong partisipasi warga negara (civic
participation). Kecerdasan warga negara yang dikembangkan untuk a good citizenship,
bukan hanya dalam dimensi rasional yang selama ini terjebak dalam budaya belajar
verbalistik tetapi juga meliputi dimensi spiritual, emosional, dan sosial, sehingga paradigma
baru yang dikembangkan dalam pendidikan kewarganegaraan akan bercirikan
multidimensional (Setiawan, 2009:128).
Berbagai tuntutan diharapkan menjadikan siswa sebagai seseorang yang sanggup
menerapkan hasil pembelajaran dengan seutuhnya, guna pembangunan mental bangsa dan
karakter bangsa. Secara lebih lugas Lickona (1992:28) menyebutkan bahwa education had
two great goals to help people become smart and to help them become good, sehingga
karakter yang utuh akan mencakup kemampuan mengetahui hal-hal yang baik, menginginkan
kebaikan untuk sesama, dan melakukan kebaikan sebagai bentuk tanggung jawab sosialnya

(Syamsulbachri, 2004:8). Untuk itu, penelitian ini penting agar dihasilkan suatu informasi
atau gambaran tentang pengaruh penggunaan internet, sehingga dapat memberikan
pemahaman bagi kalangan institusi pendidik ataupun orang tua sekaligus bisa digunakan
kontribusi untuk membuat kebijakan dalam menggunakan internet yang mengarahkan secara
positif pada pembinaan karakter siswa.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, penulis tertarik melakukan
penelitian yang dirumuskan masalahnya sebagai berikut “Bagaimana tantangan globalisasi
melalui pengaruh media internet terhadap upaya pembinaan karakter siswa di sekolah?” Agar
terfokus masalah penelitian ini dijabarkan ke dalam sejumlah pertanyaan sebagai berikut :
1. Apakah terdapat pengaruh penggunaan media internet melalui aktivitas kesenangan atau
hiburan terhadap upaya pembinaan karakter siswa di sekolah ?
2. Apakah terdapat pengaruh penggunaan media internet melalui aktivitas edukatif terhadap
upaya pembinaan karakter siswa di sekolah?
3. Apakah terdapat pengaruh penggunaan media internet melalui aktivitas kesenangan atau
hiburan dan aktivitas edukatif yang dilakukan secara bersama-sama terhadap upaya
pembinaan karakter siswa di sekolah?

B. LANDASAN TEORI
1. Tantangan Globalisasi

Dunia abad 21 mengalami transformasi dalam segala aspek kehidupan manusia,
sosial, budaya, politik dan proses transformasi ini dapat dirangkum dengan istilah
globalisasi. Simamora (2006:7) menyebutkan tidak ada satu definisi atau deskripsi yang
seragam tentang globalisasi. Dari beberapa literatur, hampir dapat dikatakan bahwa
pengertian globalisasi sama banyaknya dengan jumlah orang yang berbicara
mengenainya. Pada dasarnya globalisasi adalah proses menyatunya tiga fenomena dunia
dewasa ini (a multipolar world, global capitalism, and communication technologies) yang
menciptakan dan meluasnya pengaruh-pengaruh modernitas ke seluruh dunia sehingga
terjadi penyempitan waktu dan ruang yang semuanya terjadi pada waktu yang sama.
Implikasinya berkaitan dengan keterbukaan antarnegara untuk dimasuki berbagai
informasi yang disalurkan secara berkesinambungan melalui teknologi informasi
(information technology)seperti televisi, internet atau media elektronik lainnya.
Tantangan-tantangan itu merupakan kesempatan-kesempatan yang bisa membawa
bangsa Indonesia menjadi bangsa yang lebih maju dan makmur. Namun apabila
kesempatan itu tidak ditanggapi maka kita akan menjadi bangsa kuli di antara bangsabangsa yang maju (Tilaar, 1997:42). Masyarakat yang semakin terbuka, kini dirasuk oleh
nilai-nilai global yang dikenal dengan impian global yang menawarkan berbagai citra
ideal ditopang oleh komunikasi yang sangat cepat serta kemajuan teknologi yang
menyatukan kehidupan umat manusia dewasa ini (Tilaar, 1997:44). Dengan kehadiran
alat-alat komunikasi serta entertainment global melalui jaringan televisi, internet, film,
musik, majalah-majalah maka dunia dewasa ini telah merupakan suatu pasar yang besar

(global cultural bazaar). Proses ini disertai banjirnya informasi yang melanda dunia dan
berdampak terhadap kehidupan nyata. Akibatnya nilai-nilai to-be yang merupakan
pancaran kehidupan kejiwaan yang mendalam terus menerus bertarung dengan nilai-nilai
to-have hidup serta benda dan prestise lahiriah (Semiawan, 2008:5). Seluruh komponen
bangsa dan negara harus mampu menghadapi dan menangani masalah-masalah tersebut
yang diakibatkan kompleksitas kehidupan yang terus menerus berubah karena
peningkatan teknologi dan perubahan nilai-nilai sosio-kultural.
2. Terpaan Media
Terpaan media adalah kegiatan menerima (membaca, mendengar, menonton) pesan
media secara pasif/aktif (http://digilib.petra.ac.id). Terpaan media juga diartikan sebagai
penggunaan media yang terdiri dari jumlah waktu yang digunakan dalam berbagai media,
jenis isi media, media yang dikonsumsi atau media secara keseluruhan (Rakhmat,
2004:66). Untuk itu terpaan media dapat diukur dengan seberapa besar intensitas
menggunakan media melalui indikator frekuensi dan durasi.
3. Pengertian, dan Fungsi Peran Internet
Secara harfiah, internet (interconnected-networking) merupakan suatu jejaring
komputer yang terhubung dengan beberapa jejaring komputer lainnya. Internet (dengan
huruf besar) merupakan sistem komputer umum yang terhubung secara global dengan
menggunakan packet switching communication protocol sebagai protocol pertukaran
paket(Setiawan,2009:9).Karakteristik internet memberi peluang kepada penggunanya

untuk menentukan konten yang akan diambil dari medium (user generated content),
tidak ada filter tertentu di tingkat produsen untuk menguji kualitas informasi yang
disampaikan dan tidak ada pertanggungjawaban yang jelas atas informasi tersebut.
Berbeda dengan media massa lainnya seperti koran, majalah dan televisi yang
menyampaikan informasi melalui media tradisional yakni ditentukan “penjaga gerbang”
mulai dari reporter, editor sampai pemilik perusahaan. Dengan demikian tidak ada

pertanggungjawaban atas informasi tersebut. Filter individu menjadi penyerap informasi
dan penentu dampak yang ditimbulkan. Positif atau tidaknya efek atas arus informasi
sangat bergantung individu yang menerimanya. Untuk itu diperlukan nilai-nilai moral
dalam etika untuk menghindari pergesekan yang berujung kepada konflik.
4. Pengaruh Internet
Banyaknya fasilitas internet dan fungsi perannya dapat menimbulkan pengaruh
positif maupun negatif dalam kehidupan manusia. Berbagai pengaruh positif diantaranya
memperluas pertemanan, menambah wawasan dan pengetahuan, berinteraksi dan
memperlancar komunikasi serta memudahkan berbagai aktivitas baik dalam bekerja,
berbelanja maupun mendapatkan informasi-informasi yang edukatif.
Pengaruh lainnya diakibatkan terbukanya akses negatif bagi anak atau remaja
dengan banyaknya informasi buruk yang membanjiri internet (Setiawan, 2009:28).
Melalui internet berbagai materi seks, kekerasan dan lain-lain dijajakan secara terbuka

dan tanpa penghalang. Bisnis pornografi merupakan salah satu bisnis nomor satu dalam
dunia online. Untuk mengeruk keuntungan sebesar-besarnya, banyak penyedia jasa
pornografi mempromosikan produknya dengan berbagai cara. Bahkan tanpa diundang,
situs seperti itu bisa saja muncul tiba-tiba baik melalui e-mail maupun layar pop-up.
Seorang anak yang sudah kecanduan pornografi internet akan sulit menghentikan
kebiasaannya sehingga dia akan melakukan hal tersebut berulangkali. Ciri-ciri seorang
anak atau remaja yang sudah kecanduan internet umumnya adalah akan marah bila
dibatasi penggunaan internet. Cenderung enggan berkomunikasi dengan orang lain serta
bersifat tertutup atau hanya mau berteman dengan orang tertentu saja (Setiawan,
2009:32). Anak dapat merasa bersalah tetapi tidak berani mengutarakan perasaannya
kepada orang tuanya karena takut atau kesibukan ayah-ibunya. Dalam keadaan cemas,
otak berputar 2,5 kali lebih cepat dari putaran biasa pada saat normal. Akibatnya otak
seorang anak dapat menciut secara fisik sehingga tidak berkembang dengan baik. Selain
itu, gambar-gambar cabul yang ada di situs web porno biasanya akan melekat dan sulit
untuk dihilangkan dalam pikiran anak dalam jangka waktu yang cukup lama.
Hal-hal tersebut diatas baru beberapa bahaya internet yang mengancam terhadap
pembentukan karakter anak dan remaja. Di dunia maya seorang anak bisa menjadi orang
lain yang diinginkan, misalnya seorang anak yang pemalu dapat dengan mudah
berkenalan melalui chatting atau e-mail, melalui game online mereka dapat mengubah
karakter menjadi cantik, kaya, kuat atau hal lain yang mungkin berbeda dengan

kehidupan nyata. Masih banyak bahaya mengancam lainnya dari dunia online tersebut.
Walaupun sebenarnya bila digunakan dengan baik dan untuk keperluan edukatif maka
teknologi internet tentu berdampak positif. Menggunakan fasilitas ini secara berlebihan
dapat menyebabkan seseorang kehilangan kontrol diri sehingga mengabaikan tugas pokok
kehidupan sebagai pribadi, keluarga ataupun sekolah.
Dengan demikian penggunaan internet sebagai sarana komunikasi dan informasi
harus diarahkan serta dibimbing oleh orang tua maupun pihak sekolah ataupun lembagalembaga lainnya dalam masyarakat. Tanpa adanya pengawasan yang memadai mengingat
informasi-informasi yang disediakan di internet sangat beragam dan banyak di antaranya
tidak cocok untuk dikonsumsi anak dan remaja, yang jika dibiarkan akan berdampak
buruk bagi perkembangan karakter mereka. Padahal pada saat ini tidak dapat dipungkiri
bahwa perkembangan masyarakat modern membuat teknologi informasi dan komunikasi
menjadi salah satu kebutuhan penting termasuk dalam dunia pendidikan yang menuntut
siswa lebih kreatif dan pada akhirnya mampu menciptakan atau menemukan hal-hal baru
untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya sehari-hari. Bimbingan terhadap anak
dan remaja dalam penggunaan internet akan mengarahkan mereka untuk menambah
informasi dan pengetahuan yang didapatkan dari internet sebagai wahana sumber

informasi yang dapat mendukung perilaku percaya diri sehingga siswa dapat lebih kreatif
dalam berfikir dan bertindak.
5. Esensi Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Kewarganegaraan di Era Global
Pendidikan karakter merupakan pendidikan untuk “membentuk” kepribadian
seseorang melalui budi pekerti, yang hasilnya terlihat dalam tindakan nyata seseorang,
yaitu tingkah laku yang baik, jujur, bertanggung jawab, menghormati hak orang lain,
kerja keras dan sebagainya (Lickona, 1992:19). Aristoteles dalam Winataputra (2001:8)
mengartikan karakter yang baik sebagai “the life of right conduct” atau kehidupan
perilaku yang baik dalam kaitannya dengan diri sendiri dan dengan orang lain. Karakter
tersebut memiliki tiga unsur yakni “moral knowing, moral feeling, and moral behavior”
atau pengetahuan moral, perasaan moral dan perbuatan bermoral. Hal ini diperlukan agar
siswa mampu memahami, merasakan dan mengerjakan sekaligus nilai-nilai kebajikan.
Oleh karena itu yang dimaksud dengan karakter yang baik terdiri atas unsur “knowing
good, desiring the good and doing the good”, tahu kebaikan, menghendaki kebaikan, dan
melakukan kebaikan atau “habits of mind, habits of the heart, and habit of action” atau
kebiasaan pikiran, hati dan tindakan.
Pendidikan kewarganegaraan di Indonesia merupakan salah satu bidang kajian yang
mengemban misi nasional untuk mencerdaskan kehidupan bangsa melalui koridor “valuebased education”. Oleh karena itu perlu adanya paradigma baru dalam pembelajaran
pendidikan kewarganegaraan, sehingga perlu ditanamkan pengetahuan dan sikap tentang
bagaimana hidup sebagai “warga masyarakat dunia”. Suryadi (2006:32) menegaskan
bahwa revolusi gabungan internet-komputer-world wide web telah membentuk generasi
baru, dengan nilai-nilai baru, gaya pergaulan baru, budaya baru, bahkan ekonomi baru
yang disebut sebagai ekonomi digital. Komunikasi dan akses menjadi serba instan, cepat
dan mudah, membuat aktivitas seperti perdagangan dan pendidikan dapat dilakukan
bersama di sebuah komputer pribadi. Fenomena tersebut memicu munculnya pemikiran
ulang tentang metode belajar dan mengajar, sebagaimana dijelaskan Drucker dalam
Suryadi (2006:33) yang menyatakan bahwa “bangsa yang benar-benar dapat
memanfaatkan ledakan komunikasi digital, dan menghubungkannya dengan teknik-teknik
pembelajaran baru, niscaya akan memimpin dunia di bidang pendidikan”.
Substansi pendidikan harus mampu mengintegrasikan esensi, materi dan metode
pendidikan mengarah pada pengembangan citra diri dan pribadi agar menjadi manusia
efektif serta pembelajaran merupakan proses pembinaan dan pengembangan totalitas
potensi diri manusia (fisik dan non-fisik) secara utuh sehingga kodrati dirinya terbina,
berkembang dan fungsional/ berdaya guna (empowered) serta berbudaya (civilized) dalam
kehidupannya (Djahiri, 2006:54). Dari sudut pandang ini lahir tuntutan pembelajaran
bersifat multidimensional dan multi sumber-media serta pola evaluasi. Dalam
mengembangkan kurikulum dan pembelajaran di kelas, guru harus memahami bahwa
kebajikan-kebajikan warga negara dan ketrampilan-ketrampilan intelektual dan partisipasi
tidak terpisahkan dari sosok pengetahuan warga negara (a body of civic knowledge)
(Wahab, 2006:65). Proses pembelajaran disamping memakai kemampuan intel juga
selalu melakukan proses emoting, spiritualizing dan valuing terhadap seluruh dimensi
norm reference yang ada (diyakini yang bersangkutan dan atau kehidupannya) sebelum
pengambilan keputusan (taking position) (Djahiri, 2006:7). Pendekatan pembelajaran
demikian diyakini dapat mereduksi dampak lajunya perkembangan teknologi yang
memaksa manusia/bangsa/Negara mengglobal dalam tatanan norma baru yang dalam
internet disebut Normative Globalism dalam kehidupan post modernity yang dikendalikan
world dragons and super developed technology (Djahiri, 2006:12).
Guru pendidikan kewarganegaraan di era global hendaknya mampu
mengembangkan model pembelajaran agar siswa dalam menggunakan internet dapat

memanfaatkan kecanggihan teknologi tersebut untuk kepentingan edukatif dan produktif,
bukan berdasarkan kesenangan atau hiburan belaka yang melahirkan kontraproduktif
sehingga dapat menghancurkan sikap, perilaku dan karakter pribadinya. Dengan kata lain,
siswa boleh membuka informasi apapun, baik dengan fasilitas chatting, browsing, atau
apapun yang ada dalam dunia maya, namun semua didasarkan atas kesadaran bahwa
informasi yang diperoleh memang diperlukan dalam kehidupannya kelak. Bahkan
diharapkan selain siswa mampu menggunakan semua fasilitas internet yang ada, mampu
memilih informasi edukatif dan produktif, juga mampu menciptakan informasi tersebut
sebagai produk kreativitasnya sehingga menjadi alternatif informasi yang lebih mendidik
(Wakhudin, 2008:35).
6. Hasil hasil Penelitian yang relevan
Terdapat beberapa hasil penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian
tentang tantangan globalisasi melalui media teknologi informasi dan karakter siswa,
diantaranya sebagai berikut.
a) Hasil penelitian Wakhudin (2009) tentang Pengembangan Model Pembelajaran
Multimedia melalui “Valuing Process” menuju Masyarakat Melek Media
merekomendasikan bagaimana agar bangsa Indonesia semakin cerdas memilih
informasi yang masuk, bahkan sekaligus mampu menciptakan informasi sendiri yang
lebih sehat. Penelitian tersebut mengembangkan suatu model pembelajaran yang
bertujuan agar setiap pengguna internet dapat memanfaatkan kecanggihan ilmu
pengetahuan dan teknologi untuk kepentingan produktif (multimedia literate).
b) Hasil penelitian Ratnasari (2007) tentang Pengaruh Komunikasi Antarpribadi
Bermedia Internet Terhadap Persahabatan di Dunia Maya menyatakan bahwa
intensitas chatting di internet berpengaruh terhadap persahabatan mahasiswa di dunia
maya. Karena kebebasannya sebagai karakteristik internet maka pengguna internet,
khususnya para chatter sering tidak tahu waktu dan tidak tahu diri, sehingga mereka
meninggalkan pekerjaan bagi pegawai atau meninggalkan kuliah/pelajaran bagi
mahasiswa dan pelajar. Sebagian yang lain melakukan percakapan yang mengandung
unsur pornografi, sadisme, serta sambil mencaci maki orang lain yang berkategori
suku, ras, agama dan antar golongan (SARA).
c) Hasil penelitian Lewis (1993) (Suryadi, 2006:34) menunjukkan bahwa dari seluruh
tujuan dan sasaran pembelajaran di Jepang, hanya 12% yang berkaitan dengan
kegiatan akademik, sisanya mencakup kemampuan yang berkaitan dengan
pengembangan pribadi dan sosial. Pada abad 21, Cina mendirikan “Sekolah
Eksperimental”, melalui praktek pendidikan yang menggabungkan dengan sangat
baik nilai-nilai tradisional dan teknologi interaktif. Pendidikan nilai-nilai untuk
membangun harga diri, kepercayaan diri, sebagai bangsa timur yang beradab,
bersanding dengan intensitas mempelajari dan mempraktekkan teknologi elektronik
(komputer) yang canggih.
d) Hasil penelitian Sapriya (2007) tentang Perspektif Pemikiran Pakar tentang
Pendidikan Kewarganegaraan dalam Pembangunan Karakter Bangsa menunjukkan
bahwa fokus pembangunan karakter bangsa melalui PKn adalah perilaku warganegara
karena karakter bangsa yang baik akan terbentuk apabila karakter warganegara sudah
baik. Namun PKn bukan satu-satunya wahana untuk membangun karakter sebab
hakikat karakter tidak hanya terkait dengan kehidupan politik dan hukum dalam
konteks kehidupan bernegara melainkan termasuk karakter dalam kehidupan di
lingkungan keluarga.
e) Hasil penelitian Rohayani (2009) tentang Pengaruh Proses Pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan dan Pendidikan Interventif terhadap Karakter Warga Negara Muda
menunjukkan secara signifikan PKn memberikan kontribusi sebesar 19% terhadap

karakter warga negara muda, sedangkan 6 % lainnya berasal dari pendidikan
interventif, dan 75% berasal dari faktor lain yang tidak diteliti. Hasil proses
pembelajaran tidak hanya dilihat dari prestasi akhir pembelajaran saja melainkan
adanya usaha-usaha lain yang mendukung terciptanya karakter bangsa yang
diharapkan.
f) Hasil penelitian Kardiman (2009) tentang Membangun Kembali Karakter Bangsa
melalui Situs-Situs Kewarganegaraan menunjukkan bahwa tantangan-tantangan situssitus kewarganegaraan dalam upaya membangun kembali karakter bangsa meliputi
profesionalitas pengelolaan situs-situs kewarganegaraan, rendahnya komunikasi
kelembagaan antara kelompok situs kewarganegaraan di lapangan, kurangnya
fasilitas, sarana dan prasarana, era keterbukaan dan globalisasi, dan pemahaman akan
peran situs kewarganegaraan dalam membangun karakter bangsa.
C. RINGKASAN METODA
Penelitian ini menggunakan pola “the dominant-less dominat design” dari Cresswell
(1994:177). Bagian pertama dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif,
yakni melalui metode survey. Langkah berikutnya dalam penelitian ini menggunakan
paradigma tambahan (kurang dominan) dengan pendekatan kualitatif untuk pendalaman.
Pada tahap ini digunakan wawancara yang sifatnya kualitatif. Teknik pengumpulan data
utama menggunakan teknik kuesioner dengan instrument angket, skala semantic
differensial dari Osgood dan skala sikap. Variabel terpaan media internet menggunakan
angket skala semantic differensial dari Osgood. Variabel karakter siswa mengakomodasi
“Components of Good Character” dari Lickona (1992:53) yang terdiri atas unsur “moral
knowing, moral feeling and moral behavior” dengan menggunakan skala sikap. Teknik
pengumpulan data pendukung digunakan teknik wawancara dan studi dokumentasi sesuai
kebutuhan.
Lokasi penelitian adalah SMA se-kota Cimahi. Populasi dalam penelitian ini adalah
siswa kelas XI SMA Negeri kota Cimahi. Sampel penelitian adalah 120 siswa SMA
Negeri di kota Cimahi yang ditentukan melalui multistage random sampling yang
digabungkan dengan teknik stratifikasi
D. TEMUAN PENELITIAN
1. Penggunaan internet dengan aktivitas kreatif merupakan gabungan aktivitas
kesenangan
dan
aktivitas
edukatif
dalam
pembelajaran
Pendidikan
Kewarganegaraan mencerminkan citizenship education kategori maksimal
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan internet bukan hanya aktivitas
kesenangan atau hiburan dan aktivitas edukatif saja tetapi juga ada aktivitas kreatif
menghasilkan ‘sesuatu’ yang produktif, misalnya aktivitas web atau page design,
rekayasa software ataupun menciptakan software tertentu, science animasi dan film,
robotika, games, mobile aplikasi yang dapat digunakan dalam pembelajaran pendidikan
kewarganegaraan dan membawa berproses menuju
Education for Citizenship,
sebagaimana dikemukakan Kerr (1999:15-16).
Pendidikan nilai moral berbasis teknologi informasi berupaya menitikberatkan pada
proses pengetahuan dan pemahaman, keterampilan, sikap, nilai dan disposisi siswa untuk
berpartisipasi secara aktif di dalam kehidupan mereka. Dengan demikian siswa tidak
hanya dituntut untuk menguasai sisi teknologinya saja akan tetapi yang lebih penting
adalah penanaman nilai moral agar siswa menyadari bahwa perkembangan teknologi itu
harus dimanfaatkan untuk hal-hal yang positif. Pembelajaran nilai moral dengan
menggunakan teknologi informasi dalam pendidikan kewarganegaraan tidak hanya
mengembangkan civic knowledge, berupa pengetahuan dan pemahaman tentang struktur
dan proses pemerintahan serta kehidupan politik, tetapi juga civic skill berupa
keterampilan berfikir kritis, keterampilan berfikir kritis, dan keterampilan sosial. Civic

disposition berupa sikap dan komitmen yang penting bagi kehidupan kewarganegaraan
melalui kegiatan aktif dan partisipatif dalam pengalaman langsung mendapatkan
informasi-informasi yang penting dalam kehidupan mereka. Dapat disimpulkan bahwa
pendidikan nilai moral berbasis teknologi informasi dalam pendidikan kewarganegaraan
merupakan Citizenship Education yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari
dan menunjang perkembangan pergaulan mereka dengan “the whole education experience
of students”.
2. Pembelajaran Multimedia berbasis Klarifikasi Nilai dalam Pendidikan
Kewarganegaraan proses menuju Education for Citizenship
Berdasarkan hasil penelitian, penggunaan internet dengan aktivitas edukatif memberi
kontribusi tinggi terhadap upaya pembinaan karakter siswa di sekolah. Aktivitas edukatif
dalam penggunaan internet dapat berupa kegiatan search engine, mencari informasi yang
berskala nasional maupun internasional. Siswa bisa mendapatkan informasi berkaitan
dengan komputer, teknologi informasi, maupun sosial budaya dan politik, bahkan juga
informasi yang berkaitan masalah keluarga, hobi, perguruan tinggi, dan lain sebagainya.
Selain itu juga dapat mengakses berita dari koran atau majalah yang juga menyediakan
halaman-halaman situs web yang diperbaharui setiap harinya. Pembelajaran pendidikan
kewarganegaraan dengan penggunaan teknologi informasi dapat digunakan sebagai sarana
untuk memberikan pemahaman kepada siswa bahwa penggunaan teknologi informasi dan
komunikasi dapat berakibat positif apabila digunakan untuk hal-hal yang bermanfaat,
tetapi akan berdampak negatif apabila digunakan untuk hal-hal yang kurang bermanfaat.
Melalui Klarifikasi Nilai maka siswa akan disuguhkan contoh-contoh kasus akibat
kesalahan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi yang tidak selayaknya serta
akibat-akibat yang harus ditanggung oleh pelakunya. Pada akhirnya akan memberikan
pemahaman kepada siswa tentang hakikat teknologi yang diciptakan bertujuan untuk
memudahkan manusia dalam memecahkan masalah-masalah dalam kehidupannya seharihari.
Upaya mewujudkan akhlak yang baik, watak dan karakter warga negara yang baik
merupakan sesuatu yang tidak mudah. Akan tetapi pendekatan ini merupakan satu upaya
agar siswa tidak hanya sekedar diajarkan dan mengetahui mana yang baik dan yang buruk
(moral values), namun juga dapat menunjukkan self knowledge sebagai bagian tertinggi
dari moral knowing berupa sikap yang mampu menunjukkan dirinya berguna untuk orang
lain, mampu menilai dirinya dalam pengetahuan moralnya. Lebih jauhnya terbentuknya
pengendalian diri agar tidak berbuat buruk, sebagai self control dalam mengantisipasi
tantangan di era globalisasi yang membawa implikasi berupa habit moral action,
kebiasaan-kebiasaan untuk berbuat baik tanpa syarat dan pamrih yang harus dilakukan
siswa setiap saat.
3. Terpaan media internet sebagai tantangan globalisasi terhadap upaya pembinaan
karakter berintikan Value Education
Berdasarkan hasil pengujian analisis jalur, penggunaan internet dengan aktivitas
kesenangan dan aktivitas edukatif memiliki hubungan atau korelasi yang positif signifikan
sebesar 0,384 atau kontribusi sebesar 14,7 % terhadap upaya pembinaan karakter siswa di
sekolah. Hasil tersebut menunjukkan bahwa terpaan media internet memiliki efektivitas
yang cukup tinggi untuk meningkatkan karakter siswa. Intensitas penggunaan media
internet yang diarahkan oleh guru akan berpengaruh positif terhadap karakter siswa.
Demikian pula sebaliknya, tingginya intensitas penggunaan media internet melalui
aktivitas-aktivitas yang hanya bersifat kesenangan dan hiburan akan berpengaruh negatif
dan memerlukan upaya pendidikan karakter siswa di sekolah dalam rangka memperkuat
nilai dan norma yang membentuk karakter siswa sebagai warga negara yang baik dan

cerdas (good and smart). Hal ini mengandung makna bahwa esensi pendidikan karakter
dalam pendidikan kewarganegaraan adalah pendidikan nilai.
Fenomena pada saat ini di Indonesia terjadi kesenjangan antara konsep dan muatan
nilai yang tercermin dalam aturan normatif konstitusional dengan realita sosial, budaya,
politik, ideologi, religi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara,
terutama dengan maraknya penggunaan teknologi informasi dan komunikasi melalui
berbagai media massa dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu proses pengembangan
nilai dalam sikap dan perilaku perlu dioptimalkan melalui pembelajaran pendidikan
kewarganegaraan.
4. KESIMPULAN
a. Kesimpulan
a) Kesimpulan Umum
Merujuk kepada hipotesis penelitian yang diajukan, maka secara umum kesimpulan
penelitian ini adalah tantangan globalisasi melalui terpaan media internet memiliki
korelasi positif dengan upaya pembinaan karakter siswa di sekolah. Terpaan media internet
memiliki kontribusi terhadap upaya pembinaan karakter siswa di sekolah dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1) Tantangan globalisasi melalui terpaan media internet berdasarkan intensitas dan
aktivitas penggunaan internet memiliki korelasi positif dengan upaya pembinaan
karakter siswa, artinya semakin tinggi intensitas penggunaan media internet tanpa
disertai bimbingan dan pengarahan baik guru, orang tua maupun tokoh masyarakat
dan tokoh agama maka tuntutan terhadap upaya pembinaan karakter siswa juga akan
membesar. Dengan kata lain, perkembangan internet yang cukup besar disertai minat
yang benar dapat memberikan hasil yang baik atau buruk tergantung dari aktivitas
yang dipergunakan sewaktu mengakses internet. Tingginya intensitas penggunaan
media internet membutuhkan kesadaran untuk mengatur penggunaan media terutama
di tengah maraknya terpaan media internet yang semakin murah dan mudah di dapat
sehingga menghentikan terpaan media tidaklah mungkin tetapi membatasi dengan
selektif memilih media sebagai langkah awal menuju literasi media dan membentengi
diri dari terpaan media yang sangat mungkin dilakukan melalui fungsi dan peran
pendidikan kewarganegaraan sebagai pendidikan karakter di sekolah yang bertujuan
untuk membina potensi peserta didik secara utuh dan bulat, layak, manusiawi, dan
berbudaya (civilized) serta membina nilai-nilai moral luhur budaya/kepribadian
bangsa Indonesia sebagai jati diri/kepribadian yang diyakini nalar, serta
membudaya/membaku pada diri dan kehidupan generasi penerus.
2) Pendidikan Kewarganegaraan memiliki peran penting dalam upaya pendidikan
karakter menghadapi tantangan globalisasi dengan menggunakan 3 pendekatan yang
meliputi sebagai berikut. Pertama, pendekatan psycho-pedagogical development
merupakan proses pembinaan warga negara yang melibatkan aspek psiko-pedagogis
atau psikologi pendidikan yang memperhatikan perkembangan manusia yang sedang
belajar baik secara pengajaran formal di sekolah sebagai wahana yang baik bagi
pertumbuhan karakter siswa dengan menciptakan sebuah lingkungan moral yang
terbentuk dari kedisiplinan, peranan guru sebagai fasilitator kegiatan pembelajaran
agar mampu mentransformasikan ilmu pengetahuan dan teknologi, nilai-nilai dan
keterampilan, peranan guru sebagai modeling yakni mampu menjadi teladan atau
contoh bagi siswanya, maupun secara informal yang meliputi pemerintahan
komunitas sekolah dan hubungan antara pihak-pihak yang terlibat di dalamnya,

termasuk kegiatan-kegiatan ekstra atau kokurikuler sekolah. Kedua, Pendekatan
socio-cultural development sebagai realisasi yang mendorong untuk mengembangkan
karakter dengan melihat kenyataan yang ditemukan di lapangan bahwa penggunaan
internet lebih banyak disebabkan oleh pengaruh ataupun ajakan teman-teman
sebayanya untuk mempelajari segala sesuatu dan hal-hal baru yang sebelumnya tidak
diketahui dalam hidupnya termasuk kecanggihan internet, oleh karena itu pribadi
berkarakter akan dapat tumbuh pada lingkungan yang berkarakter sehingga anak yang
dilahirkan suci (fitrah) dapat berkembang secara optimal memerlukan usaha
menyeluruh termasuk di dalamnya seluruh komponen yang terdapat dalam
masyarakat, seperti keluarga, lembaga keagamaan, perkumpulan olah raga, dan
pranata sosial lainnya. Ketiga, Pendekatan socio-political intervention yang
menggunakan kebijakan publik dan kekuasaan pejabat untuk melakukan intervensi
demi kemajuan bangsa baik melalui tokoh masyarakat dan tokoh agama yang
memiliki kewajiban untuk mengembangkan kecerdasan spiritual (spiritual
intelligence) anak dalam upaya pembinaan akhlak yang baik ataupun upaya
pemerintah yang harus dapat menciptakan lingkungan yang kondusif terhadap
pertumbuhan dan perkembangan karakter anak sebagai generasi penerus bangsa
dengan cara mengoptimalkan perangkat perundangan yang idealnya berperan
mengawal perkembangan internet meskipun sebenarnya ketertiban tidak dapat
sepenuhnya digantungkan kepada peraturan perundangan karena potensi konflik baik
secara horizontal maupun vertikal yang mungkin terjadi akibat perkembangan arus
informasi di dunia maya sangat ditentukan oleh bijaknya tidaknya pengguna internet,
dan pembelajaran untuk dapat menjadi “bijak” sebagai warga negara yang baik dan
cerdas (good and smart) dapat ditumbuhkan salah satunya dengan pendidikan
karakter dalam pendidikan kewarganegaraan.
b) Kesimpulan Khusus
Berdasarkan kesimpulan hasil uji coba hipotesis penelitian di atas, maka
dirumuskanlah beberapa kesimpulan khusus hasil penelitian sebagai berikut:
1) Aktivitas-aktivitas kesenangan yang dilakukan seringkali masih memiliki keterkaitan
dengan masalah pendidikan dan menunjang perkembangan pergaulan sebagai seorang
remaja jika dipergunakan dengan benar. Aktivitas penggunaan internet banyak terkait
erat dengan pengaruh teman sebaya (peer groups) yang menjadikannya untuk
mempelajari segala sesuatu dan hal-hal baru yang sebelumnya tidak ditemui dalam
hidupnya, termasuk kecanggihan internet. Dengan demikian selain terpaan media
internet, terdapat variabel lain yang memiliki pengaruh terhadap karakter siswa.
2) Aktivitas edukatif memiliki kontribusi terhadap karakter siswa mencakup kegiatan
yang lebih banyak untuk mencari sumber atau bahan terkait dengan tugas atau
pelajaran sekolah melalui situs-situs yang membantu untuk mendapatkan informasi
apapun yang diinginkan dan ditemukan. Oleh karenanya internet dapat dimanfaatkan
sebagai sarana pendidikan dengan lebih banyak menyediakan situs-situs yang
memiliki content informasi yang relevan dengan kurikulum sekolah. Di era global
seperti sekarang ini membendung derasnya arus informasi media bukan jalan keluar
yang baik, melainkan justru harus membuat siswa semakin melek media melalui
model pembelajaran multimedia. Proses pembelajaran multimedia disertai dengan
pendidikan nilai-moral yang berbasis pendidikan karakter bertujuan agar para siswa
mampu menyaring arus informasi yang masuk melalui multimedia dengan cara
klarifikasi nilai (value clarification), suatu pendekatan yang menggunakan aktivitas
yang didesain untuk membimbing dan mengarahkan siswa menuju nilai dan
menerapkannya dalam kehidupan nyata.

3) Penggunaan internet dengan aktivitas kesenangan dan aktivitas edukatif secara
bersama-sama memiliki kontribusi terhadap karakter siswa, sedangkan aktivitas
lainnya diluar aktivitas kesenangan atau hiburan dan aktivitas edukatif memiliki
kontribusi terhadap karakter siswa yang merupakan gabungan antara aktivitas
kesenangan dan edukatif dan pada akhirnya akan menghasilkan kreativitas dan positif
terhadap upaya pembinaan karakter siswa di sekolah.
Dengan demikian perkembangan teknologi informasi di era globalisasi merupakan
suatu tantangan yang harus di jawab oleh bangsa manapun di dunia ini dengan tindakan
preventif pendidikan karakter sebagai upaya untuk tidak tercerabut dari akar budaya
bangsanya dan keberhasilan pendidikan karakter akan dapat tumbuh dan berkembang
bukan hanya bertumpu pada tanggung jawab mata pelajaran tertentu seperti pendidikan
kewarganegaraan saja, melainkan juga terutama melalui disiplin, keteladanan dan
pengorganisasian sekolah baik melalui kebijakan-kebijakan sekolahnya maupun
implementasi kurikulum. Sekolah sebagai wahana pendidikan karakter harus menjadi
tempat istimewa yang menjadi contoh teladan bagi siswanya sebagai pelatihan nilai-nilai
moral. Walaupun tidak dapat dipungkiri, interaksi siswa dengan orang tuanya juga
memiliki peran dan andil yang sangat besar dalam pengembangan siswa sebagai pribadi
yang berkarakter.
B. SARAN
Merujuk kepada kesimpulan dan implikasi penelitian tersebut, saran ini dirumuskan dan
disampaikan kepada pihak-pihak yang dianggap memiliki kepentingan dengan hasil
penelitian ini.
1. Tantangan globalisasi melalui terpaan media internet memiliki korelasi dengan upaya
pembinaan karakter siswa di sekolah. Oleh karena itu dibutuhkan kesadaran untuk
mengatur penggunaan media dengan cara sebagai berikut :
1) Perangkat perundangan yang idealnya berperan mengawal perkembangan internet,
yaitu Undang-Undang (UU) Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE), tampaknya
belum berperan maksimal, bahkan sejumlah kalangan masih memperdebatkan isi dari
Undang-Undang tersebut. Pemerintah hendaknya memiliki komitmen kuat untuk
mengatur dan menjaga “ketertiban” agar perkembangan arus informasi di dunia maya
tidak menyebabkan potensi konflik baik secara horizontal maupun vertikal.
2) Siswa dengan usia remaja sebagai salah satu pengguna internet belum mampu memilah
dan memilih aktivitas internet yang bermanfaat, dan cenderung terpengaruh oleh
lingkungan sosialnya tanpa mempertimbangkan terlebih dahulu efek positif atau negatif
yang akan diterima saat melakukan aktivitas internet. Departemen Pendidikan Nasional
hendaknya bekerja sama dengan lembaga yang terkait dengan media massa dan sekolah
mengembangkan pelatihan internet bagi para pelajar dan pemuda agar mereka memiliki
keterampilan proses, dari mulai mengakses media, menganalisis, mengevaluasi, bahkan
sampai menciptakan media (literasi media). Tujuan literasi media mengarah pada
pembentukan khalayak media massa yang cerdas, yaitu mengetahui (diwujudkan dalam
konsep program), memahami (diwujudkan dalam sharing operasionalisasi media
massa atau penyusunan program) dan mampu menganalisis (diwujudkan dalam
pemahaman berfikir kritis).
3) Perkembangan teknologi informasi di era global menjadikan semua warga menjadi satu
(living together) dalam keragaman budaya, agama, kepentingan dan negara. Kondisi
tersebut memerlukan pendidikan karakter sebagai pilar utama pembangunan sumber
daya manusia yang berkualitas berdasarkan karakter bangsa berbudaya Pancasila.
Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Nasional hendaknya mengkaji dan
menjabarkan pembinaan karakter terintegrasi dalam semua mata pelajaran dan

menekankan pada aspek sikap, nilai, kepercayaan atau keyakinan diri, dan kebanggaan
berbangsa dan bernegara Indonesia.
2. Terpaan media internet dengan aktivitas kesenangan atau hiburan memiliki kontribusi
terhadap upaya pembinaan karakter siswa di sekolah, sehingga perlu mengarahkan dan
membimbing siswa agar lebih bijaksana dalam menghadapi keinginan mereka untuk
mengakses internet. Tugas guru pendidikan kewarganegaraan menanamkan nilai moral
kepada siswa agar siswa menyadari bahwa perkembangan teknologi itu harus
dimanfaatkan untuk hal-hal yang positif. Dalam mengimplementasikan penanaman nilai
moral tersebut dapat menggunakan berbagai model pembelajaran, antara lain klarifikasi
nilai (value clarification) yakni pembelajaran yang dapat dimulai dari problematika
konflik nilai terkait dengan penggunaan internet. Adapun langkah-langkah dapat berupa :
a. Memberikan pemahaman bahwa penggunaan teknologi informasi dapat berakibat
positif apabila digunakan untuk hal-hal yang bermanfaat.
b. Memberikan problematika melalui contoh-contoh kasus
akibat kesalahan
menggunakan teknologi informasi yang tidak selayaknya, serta akibat-akibat atau
resiko yang ditanggung oleh penggunanya.
c. Memberikan pemahaman bahwa pada dasarnya teknologi itu untuk memudahkan
manusia dalam memecahkan masalah dan penggunaannya harus berlandaskan etika
nilai-moral.
3. Terpaan media internet dengan aktivitas edukatif memiliki korelasi dengan upaya
pembinaan karakter siswa di sekolah, sehingga perlu dikembang lanjutkan oleh guru
pendidikan kewarganegaraan dengan menggunakan model pembelajaran multimedia
berbasis value clarification, atau tugas-tugas yang bersifat kontekstual dan diberikan
kepada siswa dalam bentuk proyek yang bersifat pengkajian, penelitian, atau pemecahan
masalah yang cenderung bersifat kompleks dan membutuhkan pendekatan multidisiplin
dalam penyelesaiannya, salah satunya adalah Project Citizen berbasis Information
Technology (IT).
4. Penelitian ini masih memiliki keterbatasan dalam fokus permasalahan dan setting
penelitian. Peneliti lain diharapkan dapat mengkaji lebih lanjut dari apa yang telah
dihasilkan dalam penelitian ini agar pada akhirnya kajian di bidang ini diharapkan
semakin menarik dan lengkap. Beberapa aspek yang mungkin dapat diteliti lebih lanjut
antara lain adalah :
a. Fokus permasalahan, aktivitas penggunaan internet yang diteliti hanya aktivitas
kesenangan atau hiburan dan aktivitas edukatif terhadap upaya pembinaan karakter
siswa sehingga perlu diteliti ke depan aktivitas kreatif sebagai penggabungan aktivitas
kesenangan dan aktivitas edukatif terhadap upaya pembinaan karakter siswa. Aktivitas
kreatif tersebut merupakan bentuk dari literasi media sebagai keterampilan
berkomunikasi yang pada akhirnya akan memberikan kontribusi terhadap karakter
siswa.
b. Setting penelitian belum menjangkau sampel sekolah swasta, dan belum
membandingkan pengaruh variabel lainnya di luar terpaan media internet terhadap
karakter siswa di sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Budimansyah, D. (2009). Membangun Karakter Bangsa di Tengah Arus Globalisasi dan
Gerakan Demokratisasi, Bandung : Prodi PKn SPS UPI Press.
Budimansyah, D. dan Suryadi, K. (2008). PKn dan Masyarakat Multikultural, Bandung :
Prodi PKn SPS UPI Press.

Branson, S.M, dkk. (1999). Belajar Civic Education dari Amerika, Yogyakarta : diterbitkan
atas kerjasama : Lembaga Kajian Islam dan Sosial (LKiS)dan The Asia Foundation
(TAF).
Cogan, J.J. (1998). Citizenship for the 21st Century : An International Perspective on
Education, London : Cogan Page.
Creswell, J.W.(2008). Educational Research Planning, Conducting, and Evaluating
Quantitative and Qualitative Research, New Jersey : Pearson Education.
Djahiri, A.K. (2006). “Esensi Pendidikan Nilai Moral dan Pendidikan Kewarganegaraan di
Era Globalisasi,” Pendidikan Nilai Moral dalam Dimensi Pendidikan
Kewarganegaraan, Bandung : Laboratorium PKn FPIPS UPI.
Depdiknas. (2003). Mata Pelajaran Kewarganegaraan, Jakarta: Dirjen Pendidikan Dasar dan
Menengah Direktorat Pendidikan Menengah Umum Depdiknas.
Hartono. (2008). “Mengembangkan Karakter Diri Adab Karsa Tinggi”. Jurnal Acta Civicus.
2, (2) , 174.
Kerr, D. (1999). Citizenship Education : An International Comparison, London: National
Foundation for Educational Research-NFER.
Lickona, T. (1992). Educating for Character:How our Schools can Teach Respect and
Responsibility, New York : Bantam Books.
Rohayani, I. (2009). Pengaruh Proses Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan
Pendidikan Interventif terhadap Karakter Warga Negara Muda. Tesis Magister pada
Sekolah Pascasarjana UPI Bandung: tidak diterbitkan
Semiawan, C.R. (2008). Penerapan Pembelajaran pada Anak, Jakarta: PT Indeks.
Severin, W. J and Tankard, J. W. (2005). Communication Theories, Methods & Uses in The
Massa Media, Teori Komunikasi:Sejarah, Metode & Terpaan di dalam Media Massa.
Edisi Kelima. Jakarta:Prenada Media.
Setiawan, T. (2009). Internet Untuk Anak : Panduan Wajib bagi Orang Tua, Yogyakarta :
A’Plus Book.
Simamora, R.G. (2006). Misi Kemanusiaan dan Globalisasi, Bandung : Ink Media.
Soewardi, H. (2005). Nalar, Kontemplasi dan Realita, Bandung: Bakti Mandiri.
Suryadi, A dan Budimansyah, D. (2009). Paradigma Pembangunan Pendidikan Nasional
Konsep, Teori dan Aplikasi dalam Analisis Kebijakan Publik,Bandung : Widya Aksara
Press.
Suryadi, Ace. (2006). “Model Pembelajaran Alternatif Menuju Reformasi Pembelajaran
(School Reform)”, Pendidikan Nilai Moral dalam Dimensi Pendidikan
Kewarganegaraan, Bandung : Laboratorium PKn FPIPS UPI
Tilaar, H.A.R. (1997). Pengembangan Sumber Daya Manusia dalam Era Globalisasi,
Jakarta: PT Gramedia
Wahab, A. A. (2006). “Pengembangan Ko

Dokumen yang terkait

PENGARUH TERPAAN LIRIK LAGU IWAN FALS TERHADAP PENILAIAN MAHASISWA TENTANG KEPEDULIAN PEMERINTAH TERHADAP MASYARAKAT MISKIN(Study Pada Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang Pada Lagu Siang Seberang Istana)

2 56 3

STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM MEWUJUDKAN MALANG KOTA LAYAK ANAK (MAKOLA) MELALUI PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN

73 431 39

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN SEPEDA MOTOR HONDA MELALUI PENDEKATAN BOSTON CONSULTING GROUP PADA PT. MPM MOTOR DI JEMBER

7 89 18

EFEKTIVITAS PENGAJARAN BAHASA INGGRIS MELALUI MEDIA LAGU BAGI SISWA PROGRAM EARLY LEARNERS DI EF ENGLISH FIRST NUSANTARA JEMBER

10 152 10

EVALUASI PENGELOLAAN LIMBAH PADAT MELALUI ANALISIS SWOT (Studi Pengelolaan Limbah Padat Di Kabupaten Jember) An Evaluation on Management of Solid Waste, Based on the Results of SWOT analysis ( A Study on the Management of Solid Waste at Jember Regency)

4 28 1

PERANAN PUBLIC RELATIONS DALAM MENGINFORMASIKAN TELKOMFLEXI MELALUI NEWSLETTER PADA KARYAWAN DI PT TELKOM Tbk DIVRE III BANDUNG

2 38 1

UPAYA PENINGKATAN PROSES DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENGGUNAAN ALAT PERAGA PADA MATA PELAJARAN IPA DI KELAS IV (EMPAT) SDN 3 TEGALSARI KECAMATAN GADINGREJO KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN 2011/2012

23 110 52

MENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA REALIA DI KELAS III SD NEGERI I MATARAM KECAMATAN GADINGREJO KABUPATEN TANGGAMUS TAHUN PELAJARAN 2011/2012

21 126 83

PENGARUH PEMBERIAN KUNYIT DAN TEMULAWAK MELALUI AIR MINUM TERHADAP GAMBARAN DARAH PADA BROILER

12 105 39