Analisis Korelasi Ekspor Dan Impor Beberapa Komoditi Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Sumatera Utara

(1)

6 2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pembangunan Ekonomi

Pembangunan ekonomi terdiri dari dua kata yaitu pembangunan dan ekonomi. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, pembangunan adalah hasil pekerjaan membangun, sedangkan ekonomi adalah suatu ilmu yang berhubungan dengan pengolahan barang industri, pertanian dan perdagangan (Badudu, 2001).

Pengertian pembangunan ekonomi yang dijadikan pedoman dalam penelitian ini didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita riil penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang (Saerofi, 2005).

Berdasarkan definisi ini dapat diketahui bahwa pembangunan ekonomi berarti adanya suatu proses pembangunan yang terjadi terus menerus yang bersifat menambah dan memperbaiki segala sesuatu menjadi lebih baik lagi. Adanya proses pembangunan itu diharapkan adanya kenaikan pendapatan riil masyarakat berlangsung untuk jangka panjang. Pembangunan sektor-sektor ekonomi yang berlangsung pada setiap daerah di wilayah Indonesia harus disesuaikan dengan potensi dan prioritas yang dimiliki oleh masing-masing daerah sehingga keseluruhan pembangunan merupakan satu kesatuan yang utuh dalam rangka mewujudkan pembangunan nasional (Choirullah, 2007).

Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses pembangunan yang terjadi terus menerus yang bersifat dinamis. Apapun yang dilakukan hakikat dari proses dan sifat pembangunan itu mencerminkan adanya terobosan yang baru, jadi bukan


(2)

merupakan gambaran ekonomi suatu saat saja. Pembangunan ekonomi berkaitan pula dengan pendapatan perkapita riil, di sini ada dua aspek penting yang saling berkaitan yaitu pendapatan total atau yang lebih banyak dikenal dengan pendapatan nasional dan jumlah penduduk. Pendapatan perkapita berarti pendapatan total dibagi dengan jumlah penduduk.

Secara umum permasalahan pokok pembangunan di Indonesia dalam konteks penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2004-2009 adalah (Yuliadi, 2009):

a. Tingginya jumlah pengangguran dan penduduk miskin. b. Rendahnya kualitas sumber daya manusia (SDM).

c. Kesenjangan pembangunan antar kelompok, wilayah dan daerah di Indonesia. d. Menurunnya kualitas sumber daya alam (SDA) dan lingkungan hidup.

e. Rendahnya penegakkan hukum dan keadilan.

f. Tingginya angka kejahatan dan masih adanya potensi konflik horisontal. g. Ancaman separatisme dan rendahnya kemampuan Hankam.

h. Kelembagaan demokrasi yang masih lemah.

Indonesia sebagai negara yang kaya dengan SDA namun memiliki keterbatasan dalam kualitas SDM perlu merumuskan strategi kebijakan untuk dapat mewujudkan tiga tujuan pembangunan nasional (triple bottom line) secara simultan yaitu pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkesinambungan, pemerataan kesejahteraan kepada seluruh rakyat secara adil, dan terpeliharanya kelestarian lingkungan dan SDA. Untuk mewujudkan tujuan pembangunan nasional tersebut perlu dirumuskan kebijakan-kebijakan pembangunan yang mencakup (Yuliadi, 2009):


(3)

a. Peningkatan produktivitas dan efisiensi ekonomi secara berkelanjutan melalui penggunaan teknologi tepat guna dan ramah lingkungan untuk menghasilkan produk yang kompetitif.

b. Implementasi tata ruang wilayah secara konsisten untuk mengembangkan sektor pertanian dan perkebunan untuk mendukung ketahanan pangan nasional.

c. Program diversifikasi pangan nasional melalui pengembangan pangan non beras untuk meningkatkan alternatif pangan rakyat menuju swasembada pangan.

d. Pengembangan industri manufaktur yang mengandung nilai tambah (value added) yang tinggi sekaligus dapat menyerap tenaga kerja serta mendorong kegiatan ekonomi terkait.

e. Pengembangan industri pendukung untuk memperkuat struktur industri nasional yang kokoh dan stabil bagi pengembangan sektor-sektor ekonomi terkait.

f. Peningkatan kualitas SDM melalui penguasaan dan penerapan Iptek dalam kegiatan bisnis dan ekonomi.

g. Adanya dukungan politik (political will) dari semua unsur pemerintah yang terkait untuk menciptakan iklim yang kondusif bagi pengembangan kegiatan ekonomi.


(4)

2.1.2 Pertumbuhan Ekonomi

Menurut Schumpeter dan Hicks dalam Jhingan (2003), ada perbedaan dalam istilah perkembangan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi. Perkembangan ekonomi merupakan perubahan spontan dan terputus-putus dalam keadaan stasioner yang senantiasa mengubah dan mengganti situasi keseimbangan yang ada sebelumnya, sedangkan pertumbuhan ekonomi adalah perubahan jangka panjang secara perlahan dan mantap yang terjadi melalui kenaikan tabungan dan penduduk.

Menurut Simon Kuznet dalam Jhingan (2003), pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara (daerah) untuk menyediakan semakin banyak barang-barang ekonomi kepada penduduknya, kemampuan ini tumbuh sesuai dengan kemajuan teknologi, dan penyesuaian kelembagaan dan ideologis yang diperlukannya.

Menurut Sjafrizal (2008) ada beberapa model dalam pertumbuhan ekonomi daerah yaitu :

a. Model Basis Ekspor (Export-Base Model)

Model ini diperkenalkan oleh Douglas C. North pada tahun 1956. Menurut model ini, pertumbuhan ekonomi suatu daerah ditentukan oleh keuntungan kompetitif yang dimiliki oleh daerah tersebut. Bila daerah tersebut mampu mendorong pertumbuhan sektor-sektor yang mempunyai keuntungan kompetitif sebagai basis untuk ekspor, maka pertumbuhan daerah yang bersangkutan akan dapat ditingkatkan.


(5)

b. Model Interregional Income

Perluasan dari Model Basis Ekspor dapat dilakukan dengan memasukkan unsur hubungan ekonomi antar wilayah yang dikenal sebagai Interregional Income Model yang dikembangkan oleh Harry W. Richardson (1978). Dalam model ini, ekspor diasumsikan sebagai faktor yang berada dalam sistem yang ditentukan oleh perkembangan kegiatan perdagangan antar wilayah. Kegiatan perdagangan antar daerah tersebut dibagi atas barang konsumsi dan barang modal.

c. Model Neo-Klasik

Model ini dipelopori oleh George H. Bort (1960) dengan mendasarkan analisisnya pada teori Ekonomi Neo-Klasik. Menurut model ini, pertumbuhan ekonomi suatu daerah akan sangat ditentukan oleh kemampuan daerah tersebut untuk meningkatkan kegiatan produksinya. Sedangkan kegiatan produksi pada suatu daerah tidak hanya ditentukan oleh potensi daerah yang bersangkutan, tetapi juga ditentukan oleh mobilitas tenaga kerja dan mobilitas modal antar daerah.

d. Model Penyebab Berkumulatif

Model penyebab berkumulatif dikemukakan oleh Nikolas Kaldor yang mengkritik model Neo-Klasik. Model penyebab berkumulatif tidak percaya pemerataan pembangunan antar daerah akan dapat dicapai dengan sendirinya berdasarkan mekanisme pasar. Menurut model ini, ketimpangan pembangunan daerah hanya dapat dikurangi dengan program pemerintah. Apabila hanya diserahkan pada mekanisme pasar, maka ketimpangan daerah akan terus meningkat seiring meningkat proses pembangunan.


(6)

2.1.3 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Pengertian PDRB menurut Badan Pusat Statistik (2012) adalah jumlah nilai tambah yang dihasilkan untuk seluruh wilayah usaha dalam suatu wilayah atau merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan seluruh unit ekonomi di suatu wilayah. Untuk menghitung PDRB yang dihasilkan suatu wilayah ada empat pendekatan yang digunakan, yaitu :

a. Pendekatan produksi, yaitu pendekatan untuk mendapatkan nilai tambah di suatu wilayah dengan melihat seluruh produksi netto barang dan jasa yang dihasilkan oleh seluruh sektor perekonomian selama satu tahun.

b. Pendekatan pendapatan, adalah pendekatan yang dilakukan dengan menjumlahkan seluruh balas jasa yang diterima oleh faktor produksi, meliputi:

1) Upah/gaji (balas jasa faktor produksi tenaga kerja). 2) Sewa tanah (balas jasa faktor produksi tanah). 3) Bunga modal (balas jasa faktor produksi modal).

4) Keuntungan (balas jasa faktor produksi wiraswasta/skill).

c. Pendekatan pengeluaran, yaitu model pendekatan dengan cara menjumlahkan nilai permintaan akhir dari seluruh barang dan jasa, yaitu:

1) Barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga, lembaga swasta yang tidak mencari untung (nirlaba) dan pemerintah.

2) Barang dan jasa yang digunakan untuk membentuk modal tetap bruto. 3) Barang dan jasa yang digunakan sebagai stok dan ekspor netto.

d. Metode alokasi, model pendekatan ini digunakan karena kadang-kadang dengan data yang tersedia tidak memungkinkan untuk mengadakan


(7)

perhitungan Pendapatan Regional dengan menggunakan metode langsung dengan tiga cara di atas, sehingga dipakai metode alokasi atau metode tidak langsung. Sedangkan untuk cara penyajian PDRB dilakukan sebagai berikut: 1) PDRB Atas Dasar Harga Berlaku, yaitu semua agregat pendapatan dinilai

atas dasar harga yang berlaku pada masing-masing tahunnya, baik pada saat menilai produksi dan biaya antara maupun pada penilaian komponen nilai PDRB.

2) PDRB Atas Dasar Harga Konstan, yaitu semua agregat pendapatan dinilai atas dasar harga tetap, maka perkembangan agregat pendapatan dari tahun ke tahun semata-mata karena perkembangan produksi riil bukan karena kenaikan harga atau inflasi.

2.1.4 Hubungan Ekspor dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Bagi banyak negara, termasuk Indonesia, perdagangan internasional, khususnya ekspor, mempunyai peranan sangat penting sebagai motor penggerak perekonomian nasional. Kegiatan ekspor adalah sistem perdagangan dengan cara mengeluarkan barang-barang dari dalam negeri keluar negeri dengan memenuhi ketentuan yang berlaku. Ekspor merupakan total barang dan jasa yang dijual oleh sebuah negara ke negara lain, termasuk diantara barang-barang, asuransi, dan jasa-jasa pada suatu tahun tertentu (Triyoso, 2004).

Selanjutnya menurut Baldwin (2005) yang dimaksud dengan ekspor adalah salah satu sektor perekonomian yang memegang peranan penting melalui perluasan pasar antara beberapa negara, di mana dapat mengadakan perluasan dalam suatu


(8)

industri, sehingga mendorong dalam industri lain, selanjutnya mendorong sektor lainnya dari perekonomian.

Ekspor akan menghasilkan devisa, selanjutnya dapat digunakan untuk membiayai impor dan pembangunan sektor-sektor ekonomi di dalam negeri. Secara teoritis (hipotesis), dengan adanya pertumbuhan ekspor maka akan terjadi peningkatan cadangan devisa, pertumbuhan output di dalam negeri, peningkatan kesempatan kerja dan pendapatan masyarakat serta terjadinya pertumbuhan Produk Domestik Bruto (Tambunan, 2001).

Pendapatan nasional dianggap bukan penentu penting dari ekspor suatu negara. Ekspor akan secara langsung mempengaruhi pendapatan nasional. Akan tetapi hubungan yang sebaliknya tidak selalu berlaku, yaitu kenaikan pendapatan nasional belum tentu menaikkan ekspor oleh karena pendapatan nasional dapat mengalami kenaikan sebagai akibat kenaikan pengeluaran rumah tangga, investasi perusahaan, pengeluaran pemerintah dan penggantian barang impor dengan barang buatan dalam negeri. Ciri yang baru diterangkan tersebut menyebabkan ekspor dipandang sebagai pengeluaran otonomi yaitu pengeluaran yang besarnya tidak tergantung kepada pendapatan nasional. Dalam persoalan ini ciri ekspor adalah sama dengan investasi perusahaan dan pengeluaran pemerintah, yaitu jumlahnya tidak ditentukan oleh pendapatan nasional. Sesuai dengan cirinya fungsi ekspor adalah seperti yang digambarkan dalam Gambar 1.


(9)

Sumber : Sukirno, 2006

Gambar 1. Fungsi Ekspor dan Perubahannya

Bagian (a) dari Gambar 1. menunujukkan fungsi ekspor. Fungsi menunjukkan ekspor adalah pengeluaran otonomi yaitu tingkatnya tidak dipengaruhi oleh pendapatan nasional. Pada berbagai tingkat pendapatan nasional, seperti ditunjukkan pada Gambar 1. ekspor tetap sebanyak X0. Bagian (b) dari Gambar 1. menunjukkan perubahan ekspor. Pada mulanya fungsi ekspor adalah X0. Kenaikan ekspor memindahkan fungsi ekspor dari X0 menjadi X1. Perubahan ini berarti pada berbagai tingkat pendapatannasional ekspor telah bertambah dari X0 menjadi X1. Keadaan ini menggambarkan bahwa ekspor merupakan pengeluaran otonomi. Ekspor juga bisa mengalami kemerosotan, yaitu seperti digambarkan oelh perpindahan fungsi dari X0 menjadi X2 (Sukirno, 2006).

Hasil produksi (output) yang dihasilkan suatu negara sebagian akan dibeli oleh pihak luar negeri dan sebagian lagi akan dipasarkan di dalam negeri. Dan sebagian pendapatan domestik akan digunakan untuk membeli barang dan jasa dari luar

X0 X

Y

X1 X0 X2 X

Y (b) Fungsi ekspor (a) Perubahan ekspor


(10)

negeri. Hal inilah yang disebut dengan perdagangan internasional. Dalam persamaan GDP untuk perekonomian terbuka, ditunjukkan bahwa penjualan barang dan jasa yang merupakan sumber pendapatan nasional suatu negara meliputi juga penjualan kepada negara lain.

Persamaan pendapatan nasional untuk perekonomian terbuka dapat dirumuskan sebagai berikut :

Y = C + I + G + (X - M)

Dimana : Y = PDRB C = Konsumsi I = Investasi

G = Pengeluaran Pemerintah X = Ekspor

M = Impor

Dalam perekonomian terbuka ini ekspor sama halnya dengan investasi yang merupakan tambahan bagi arus pendapatan suatu negara sedangkan impor sama halnya dengan tabungan, dapat dipandang sebagai kebocoran. Ekspor dan investasi cenderung merangsang produksi domestik, sedangkan impor dan tabungan cenderung menurunkan output domestik karena kedua hal tersebut membuat pendapatan menghilang yang sedianya dapat digunakan untuk berproduksi.

2.1.5 Hubungan Impor dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Impor dapat diartikan sebagai pembelian barang dan jasa dari luar negeri ke dalam negeri dengan perjanjian kerjasama antara 2 negara atau lebih. Impor juga bisa dikatakan sebagai perdagangan dengan cara memasukkan barang dari luar negeri


(11)

ke wilayah Indonesia dengan memenuhi ketentuan yang berlaku (Hutabarat, 1996).

Impor ditentukan oleh kesanggupan atau kemampuan dalam menghasilkan barang-barang yang bersaing dengan buatan luar negeri. Yang berarti nilai impor tergantung dari nilai tingkat pendapatan nasional negara tersebut. Makin tinggi pendapatan nasional, semakin rendah menghasilkan barang-barang tersebut, maka impor pun semakin tinggi. Sebagai akibatnya banyak kebocoran dalam pendapatan nasional.

Arus perputaran output dan pengeluaran atau lebih dikenal dengan arus perputaran kegiatan ekonomi (circular flows of economics activity) merupakan suatu diagram yang menggambarkan saling keterkaitan di antara berbagai pelaku ekonomi seperti sektor rumah tangga, sektor perusahaan, sektor pemerintah, sektor luar negeri dan berbagai pasar yang ada di dalam perekonomian seperti pasar faktor produksi (factor market), pasar barang atau produk (produc market), dan pasar keuangan atau kredit (credit market). Secara singkat, arus perputaran dari kegiatan ekonomi tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :


(12)

Gambar 2. Arus Perputaran Output dan Pengeluaran Tabungan (S) Transfer M DI Pemerintah Pinjaman Pasar Kredit/ Keuangan Dana untuk Investasi

(Upah, Sewa, Bunga, Laba)

Pembayaran Faktor

Pendapatan Nasional (NI) Pasar

Faktor

Pajak (T) Pengeluaran Pemerintah (G)

Sektor Pemerintah Sektor Rumah Tangga Pajak (T) Benefit Sektor Bisnis Investasi (I) (GDP)=C+I+G+X-M Output total Konsumsi (C) Ekspor (X) Sektor Luar Negeri Pasar Produk


(13)

1) Rumahtangga

Rumahtangga merupakan salah satu unit pengambil keputusan yang menyediakan dalam arti menjual atau menyewakan factor-faktor produksi kepada perusahaan. Untuk itu rumahtangga menerima pendapatan berupa upah, bunga, sewa dan laba atas jasanya menyediakan faktor-faktor produksi tersebut. Selain itu rumah tangga berkewajiban untuk membayar pajak kepada pemerintah.

2) Perusahaan

Perusahaan adalah organisasi yang terdiri dari produsen yang menghasilkan dan menawarkan barang dan jasa melalui pasar produk. Barang-barang dan jasa tersebut dihasilkan dengan menggunakan faktor-faktor produksi yang disewa atau dibeli dari rumahtangga. Selain itu, perusahaan juga berkewajiban untuk membayar pajak kepada pemerintah.

3) Pemerintah

Pemerintah adalah suatu organisasi yang memiliki dua fungsi utama yaitu menyediakan barang dan jasa kepada rumahtangga dan perusahaan dan melakukan redistribusi pendapatan kekayaan (redistribution of income and wealth).

4) Sektor Luar Negeri

Sektor luar negeri direpsresentasikan oleh kegiatan ekspor (X) dan impor (M). Pengusaha luar negeri membeli barang dan jasa dari perusahaan dalam negeri, dan ekspor dalam hal ini menunjukkan aliran uang ke luar negeri untuk membeli barang dan jasa yang dihasilkan di dalam negeri. Sebaliknya, perusahaan dalam negeri juga membeli barang dan jasa dari perusahaan luar negeri dan impor dalam


(14)

hal ini menunjukkan aliran uang ke luar negeri untuk membeli barang dan jasa yang dihasilkan di luar negeri. Ekspor netto (Xn) adalah ekspor (X) kurang impor (M) (Nanga, 2005).

Dalam Gambar 2. ditunjukkkan bahwa hanya rumah tangga yang membelli barang-barang dari luar negeri. Dalam praktiknya tidaklah demikian. Barang buatan luar negeri juga diimpor oleh sektor lain, yaitu oleh perusahaan dan pemerintah. Perusahaan mengimpor bahan mentah dan barang modal dari luar negeri. Pemerintah juga melakukan hal yang sama, yaitu pemerintah menggunakan barang konsumsi dan barang modal yang diimpor. Walau bagaimanapun dalam analisis makroekonomi diasumsikan bahwa impor terutama dilakukan oleh rumah tangga. Maka fungsi impor sangat berhubungan dengan pendapatan nasional. Yang dimaksudkan dengan fungsi impor adalah kurva yang menggambarkan hubungan hubungan diantara nilai impor yang dilakukan dengan tingkat pendapatan masyarakat dan pendapatan nasional yang dicapai. Seperti telah dinyatakan impor adalah pengeluaran terpaengaruh yang berarti semakin tinggi pendapatan nasional maka semakin tinggi pula impor. Oleh sebab itu fungsi impor (M) menanjak ke sebelah kanan. Dalam Gambar 3. Digambarkan fungsi impor dan perubahannya.


(15)

Gambar 3. Fungsi Impor dan Perubahannya

Gambar (a) menunjukkan fungsi impor bagi suatu masa tertentu. Dua pendekatakan dapat digunakan untuk menggambarkan fungsi impor. Pertama, dapat dimisalkan nilai impor adalah proporsional dengan pendapatan nasional, maka persamaan fungsi impor adalah M = My dimana m menggambarkan tingkat perubahan impor akibat dari perubahan pendapatan masyarakat dan pendapatan

M M

M

M3 M1

M2

Y

Y

Y M=M0+m

M=mY

Pendapatan negara (a) Fungsi impor

M3 M1

M2

(i) (ii)

(b) perubahan fungsi impor 0

0 0

Mb

Ma Mc


(16)

nasional. Seterusnya dapat pula dimisalkan sebagian dari impor tidak dipengaruhi oleh pendapatan nasional (misalnya pengusaha membeli barang modal dari luar negeri tidak tergantung kepada pendapatan nasional). Apabila hal seperti ini dipertimbangkan fungsi impor haruslah digambarkan oleh fungsi M = M0 + My dimana M0 merupakan nilai impor yang tidak dipengaruhi oleh pendapatan nasional. Dalam pemisalan seperti ini formula fungsi impor akan dinyatakan dengan menggunakan persamaan M = M0 + My.

Gambar (b) menunjukkan perubahan impor yang akan berlaku dari waktu ke waktu. Dalam gambar b (i) kecondongan mengimpor, yaitu nilai m, mengalami perubahan. Pergeseran dari M1 ke M2 menggambarkan kecondongan mengimpor berkurang. Perubahan dari M1 ke M3 menggambarkan kecondongan mengimpor meningkat. Dalam gambar b (ii) ditunjukkan perubahan fungsi impor yang sejajar. Perubahan fungsi impor dari M1 menjadi M3 menggambarkan impor menjadi semakin meningkat pada setiap tingkat pendapatan nasional. Sebagai contoh, pada pendapatan nasional Y0 impor nilainya telah meningkat dari Ma menjadi Mb. Contoh dari perubahan ini adalah efek inflasi dalam negeri terhadap impor. Fungsi impor yang mengalami perubahan dari M1 ke M2 menggambarkan pengurangan impor pada setiap tingkat pendapatan nasional. Misalnya, pada pendapatan nasional Y0 impor berkurang dari Ma menjadi Mc. kemampuan suatu Negara untuk menghasilkan barang yang lebih baik mutunya merupakan salah satu factor yang bisa menimbulkan perubahan tersebut (Sukirno, 2006).

2.2 Penelitian Terdahulu

Emmi Silvia Herlina (2000) meneliti dengan judul “Pengaruh Perkembangan Ekspor Sektor Industri Pertambangan Non-migas Terhadap Perekonomian


(17)

Sumatera Utara”. Metode yang digunakan yaitu model analisis korelasi. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang searah antara PDRB Sumatera Utara dengan ekspor pertambangan non-migas Sumatera Utara. Hubungan Korelasi antara PDRB Sumatera Utara dengan ekspor pertambangan non-migas Sumatera Utara sebesar 35% dengan tingkat keyakinan 60%. Kontribusi sektor pertambangan terhadap PDRB cenderung mengalami peningkatan dan pertumbuhan sektor pertambangan selalu mengalami fluktuasi. Dini Ayu Novianingsih (2011) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Hubungan antara Ekspor dan PDB di Indonesia Tahun 1999-2008”. Penelitian ini menggunakan beberapa metode analisis, antara lain: Metode Uji Akar Unit mengetahui apakah di dalam data terdapat akar unit (tidak stasioner) atau tidak terdapat akar unit (stasioner), Metode Uji Kointegrasi untuk mengetahui apakah terdapat hubungan keseimbangan jangka panjang antara dua variabel, dan Metode Uji Kausalitas Granger untuk menentukan apakah kedua variabel memiliki hubungan dalam dua arah (saling mempengaruhi), hubungan searah, sama sekali tidak saling mempengaruhi. Data diolah dan diproses dengan menggunakan program eviews 6. Hasil dari estimasi ini adalah terdapat hubungan satu arah antara ekspor dan PDB, atau dengan kata lain PDB mempengaruhi ekspor di Indonesia. Dapat dilihat dari nilai Fstatistik Y does not Granger Cause X > nilai kritis F tabel (18.2442 > 4.46) dan nilai probabilitas Y does not Granger Cause X

sebesar 0.0209, yang berarti signifikan pada α = 5 persen. Hal ini berarti, PDB mempengaruhi ekspor, dimana PDB dapat mempengaruhi tingkat kenaikan atau penurunan ekspor dalam periode waktu 1999-2008.


(18)

Henny B. M. Surbakti (2008) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Ekspor dan Impor Industri Terhadap Perkembangan Industri Sumatera Utara”, dengan menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perkembangan ekspor dari tahun ke tahun mengalami peningkatan kecuali tahun 1997 dan 1998 dimana negara mengalami krisis ekonomi dan moneter. Variabel ekspor berpengaruh negative dan tidak signifikan terhadap perkembangan industri pada tingkat kepercayaan 90 %. Sedangkan variabel impor berpengaruh positif dan signifikan terhadap perkembangan industri pada tingkat kepercayaan 95 %.

2.3 Kerangka Pemikiran

Perekonomian terbuka adalah suatu sistem ekonomi yang melakukan ekspor dan impor dengan negara-negara lain. Ekspor maupun impor merupakan faktor penting dalam merangsang pertumbuhan ekonomi suatu negara. Provinsi

Sumatera Utara memiliki keunikan tersendiri dalam kerangka perekonomian nasional. Provinsi ini adalah daerah agraris yang menjadi pusat pengembangan perkebunan dan hortikultura. Kini tersedia potensi pertanian yang cukup melimpah. Sebagian besar produksinya malah telah dipasarkan ke provinsi lain bahkan ke luar negeri. Karena itu, tidak mengherankan jika sektor ini menjadi salah satu prioritas pembangunan daerah. Ekspor dan impor merupakan faktor

yang berhubungan dengan pembentukan pendapatan daerah. Dalam penelitian ini ekspor dan impor yang dimaksud yaitu ekspor sektor pertanian dan impor sektor pertanian dan pendapatan daerah yaitu Produk Domestik Regional Bruto Sumatera Utara.


(19)

Gambar 4. Kerangka Pemikiran Keterangan :

Proses Hubungan

Impor Sektor Pertanian (US$)

Produk Domestik Regional Bruto Sumatera Utara (Rp)

Ekspor Sektor Pertanian (US$)

Perekonomian Sumatera Utara

Produk Domestik Regional Bruto Sumatera Utara (Rp) Komoditi Utama

- Lemak & minyak nabati - Getah karet alam

- Kopi - Coklat

Komoditi Utama

- Biji & Buah

mengandung Minyak Berkulit lunak

- Tepung Gandum dan


(20)

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan landasan teori yang dibuat, maka diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut :

1) Ada korelasi yang nyata antara nilai ekspor sektor pertanian dengan Produk Domestik Regional Bruto Sumatera Utara.

2) Ada korelasi yang nyata antara nilai impor sektor pertanian dengan Produk Domestik Regional Bruto Sumatera Utara.


(1)

Gambar 3. Fungsi Impor dan Perubahannya

Gambar (a) menunjukkan fungsi impor bagi suatu masa tertentu. Dua pendekatakan dapat digunakan untuk menggambarkan fungsi impor. Pertama, dapat dimisalkan nilai impor adalah proporsional dengan pendapatan nasional, maka persamaan fungsi impor adalah M = My dimana m menggambarkan tingkat perubahan impor akibat dari perubahan pendapatan masyarakat dan pendapatan

M M

M

M3 M1

M2

Y

Y

Y M=M0+m

M=mY

Pendapatan negara (a)Fungsi impor

M3 M1

M2

(i) (ii)

(b) perubahan fungsi impor 0

0 0

Mb

Ma Mc


(2)

nasional. Seterusnya dapat pula dimisalkan sebagian dari impor tidak dipengaruhi oleh pendapatan nasional (misalnya pengusaha membeli barang modal dari luar negeri tidak tergantung kepada pendapatan nasional). Apabila hal seperti ini dipertimbangkan fungsi impor haruslah digambarkan oleh fungsi M = M0 + My dimana M0 merupakan nilai impor yang tidak dipengaruhi oleh pendapatan nasional. Dalam pemisalan seperti ini formula fungsi impor akan dinyatakan dengan menggunakan persamaan M = M0 + My.

Gambar (b) menunjukkan perubahan impor yang akan berlaku dari waktu ke waktu. Dalam gambar b (i) kecondongan mengimpor, yaitu nilai m, mengalami perubahan. Pergeseran dari M1 ke M2 menggambarkan kecondongan mengimpor berkurang. Perubahan dari M1 ke M3 menggambarkan kecondongan mengimpor meningkat. Dalam gambar b (ii) ditunjukkan perubahan fungsi impor yang sejajar. Perubahan fungsi impor dari M1 menjadi M3 menggambarkan impor menjadi semakin meningkat pada setiap tingkat pendapatan nasional. Sebagai contoh, pada pendapatan nasional Y0 impor nilainya telah meningkat dari Ma menjadi Mb. Contoh dari perubahan ini adalah efek inflasi dalam negeri terhadap impor. Fungsi impor yang mengalami perubahan dari M1 ke M2 menggambarkan pengurangan impor pada setiap tingkat pendapatan nasional. Misalnya, pada pendapatan nasional Y0 impor berkurang dari Ma menjadi Mc. kemampuan suatu Negara untuk menghasilkan barang yang lebih baik mutunya merupakan salah satu factor yang bisa menimbulkan perubahan tersebut (Sukirno, 2006).

2.2 Penelitian Terdahulu

Emmi Silvia Herlina (2000) meneliti dengan judul “Pengaruh Perkembangan Ekspor Sektor Industri Pertambangan Non-migas Terhadap Perekonomian


(3)

Sumatera Utara”. Metode yang digunakan yaitu model analisis korelasi. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang searah antara PDRB Sumatera Utara dengan ekspor pertambangan non-migas Sumatera Utara. Hubungan Korelasi antara PDRB Sumatera Utara dengan ekspor pertambangan non-migas Sumatera Utara sebesar 35% dengan tingkat keyakinan 60%. Kontribusi sektor pertambangan terhadap PDRB cenderung mengalami peningkatan dan pertumbuhan sektor pertambangan selalu mengalami fluktuasi.

Dini Ayu Novianingsih (2011) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Hubungan antara Ekspor dan PDB di Indonesia Tahun 1999-2008”. Penelitian ini menggunakan beberapa metode analisis, antara lain: Metode Uji Akar Unit mengetahui apakah di dalam data terdapat akar unit (tidak stasioner) atau tidak terdapat akar unit (stasioner), Metode Uji Kointegrasi untuk mengetahui apakah terdapat hubungan keseimbangan jangka panjang antara dua variabel, dan Metode Uji Kausalitas Granger untuk menentukan apakah kedua variabel memiliki hubungan dalam dua arah (saling mempengaruhi), hubungan searah, sama sekali tidak saling mempengaruhi. Data diolah dan diproses dengan menggunakan program eviews 6. Hasil dari estimasi ini adalah terdapat hubungan satu arah antara ekspor dan PDB, atau dengan kata lain PDB mempengaruhi ekspor di Indonesia. Dapat dilihat dari nilai Fstatistik Y does not Granger Cause X > nilai kritis F tabel (18.2442 > 4.46) dan nilai probabilitas Y does not Granger Cause X sebesar 0.0209, yang berarti signifikan pada α = 5 persen. Hal ini berarti, PDB mempengaruhi ekspor, dimana PDB dapat mempengaruhi tingkat kenaikan atau penurunan ekspor dalam periode waktu 1999-2008.


(4)

Henny B. M. Surbakti (2008) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Ekspor dan Impor Industri Terhadap Perkembangan Industri Sumatera Utara”, dengan menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perkembangan ekspor dari tahun ke tahun mengalami peningkatan kecuali tahun 1997 dan 1998 dimana negara mengalami krisis ekonomi dan moneter. Variabel ekspor berpengaruh negative dan tidak signifikan terhadap perkembangan industri pada tingkat kepercayaan 90 %. Sedangkan variabel impor berpengaruh positif dan signifikan terhadap perkembangan industri pada tingkat kepercayaan 95 %.

2.3 Kerangka Pemikiran

Perekonomian terbuka adalah suatu sistem ekonomi yang melakukan ekspor dan impor dengan negara-negara lain. Ekspor maupun impor merupakan faktor penting dalam merangsang pertumbuhan ekonomi suatu negara. Provinsi Sumatera Utara memiliki keunikan tersendiri dalam kerangka perekonomian nasional. Provinsi ini adalah daerah agraris yang menjadi pusat pengembangan perkebunan dan hortikultura. Kini tersedia potensi pertanian yang cukup melimpah. Sebagian besar produksinya malah telah dipasarkan ke provinsi lain bahkan ke luar negeri. Karena itu, tidak mengherankan jika sektor ini menjadi salah satu prioritas pembangunan daerah. Ekspor dan impor merupakan faktor yang berhubungan dengan pembentukan pendapatan daerah. Dalam penelitian ini ekspor dan impor yang dimaksud yaitu ekspor sektor pertanian dan impor sektor pertanian dan pendapatan daerah yaitu Produk Domestik Regional Bruto Sumatera Utara.


(5)

Gambar 4. Kerangka Pemikiran Keterangan :

Proses Hubungan

Impor Sektor Pertanian (US$)

Produk Domestik Regional Bruto Sumatera Utara (Rp)

Ekspor Sektor Pertanian (US$)

Perekonomian Sumatera Utara

Produk Domestik Regional Bruto Sumatera Utara (Rp) Komoditi Utama

- Lemak & minyak nabati - Getah karet alam

- Kopi - Coklat

Komoditi Utama - Biji & Buah

mengandung Minyak Berkulit lunak - Tepung Gandum dan


(6)

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan landasan teori yang dibuat, maka diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut :

1) Ada korelasi yang nyata antara nilai ekspor sektor pertanian dengan Produk Domestik Regional Bruto Sumatera Utara.

2) Ada korelasi yang nyata antara nilai impor sektor pertanian dengan Produk Domestik Regional Bruto Sumatera Utara.