Analisis Korelasi Ekspor Dan Impor Beberapa Komoditi Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Sumatera Utara

(1)

1 SKRIPSI

OLEH: NADIA SAFITRI

110304059 AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

ANALISIS KORELASI EKSPOR DAN IMPOR BEBERAPA

KOMODITI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP

PEREKONOMIAN SUMATERA UTARA

OLEH: NADIA SAFITRI

110304059 AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

Ketua Pembimbing Anggota Pembimbing

Dr. Ir. Tavi Supriana, MS

NIP. 196411021989032001 NIP. 196510081992031001 Ir. Luhut Sihombing, MP

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

i

Nadia Safitri (110304059) dengan judul “Analisis Korelasi Ekspor dan Impor Beberapa Komoditi Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Sumatera Utara” yang dibimbing oleh Ibu Dr. Ir. Tavi Supriana, MS selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP selaku anggota komisi pembimbing.

Ekspor maupun impor merupakan faktor penting dalam merangsang pertumbuhan ekonomi suatu negara. Ekspor dan impor akan memperbesar kapasitas konsumsi suatu negara, meningkatkan output dunia serta menyajikan akses ke sumber-sumber daya yang langka dan pasar-pasar internasional yang potensial untuk berbagai produk ekspor yang mana tanpa produk-produk tersebut maka negara-negara miskin tidak akan mampu mengembangkan kegiatan dan kehidupan perekonomian nasionalnya. Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis korelasi nilai total ekspor dan nilai ekspor komoditi utama sektor pertanian terhadap Produk Domestik Regional Bruto Sumatera Utara; untuk menganalisis korelasi nilai total impor dan nilai impor komoditi utama sektor pertanian terhadap Produk Domestik Regional Bruto Sumatera Utara. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis korelasi dengan menggunakan alat SPSS 20 (Statistical Package for Social Science). Data yang digunakan adalah data ekspor sektor pertanian, impor sektor pertanian dan Produk Domestik Regional Bruto Sumatera Utara atas dasar harga konstan tahun 1996-2013.

Hasil penelitian menunjukan terdapat korelasi yang nyata dan positif antara variabel nilai total ekspor sektor pertanian, nilai FOB Lemak & minyak nabati, getah karet alam, kopi, coklat dengan Produk Domestik Regional Bruto Sumatera Utara; terdapat korelasi yang nyata dan positif antara nilai total impor sektor pertanian, nilai CIF Biji & Buah mengandung Minyak dan Tepung Gandum dan Meslin dengan Produk Domestik Regional Bruto Sumatera Utara.


(4)

ii

Nadia Safitri, lahir di Padangsidimpuan pada tanggal 10 April 1993, sebagai anak ketiga dari lima bersaudara, putri dari Bapak Drs. Toli Siregar dan Ibu Dra. Sariati Sabirin.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut: 1. Tahun 1999 masuk SD Negeri 26 Padangsidimpuan lulus tahun 2005. 2. Tahun 2005 masuk MTs Negeri Padangsidimpuan lulus tahun 2008. 3. Tahun 2008 masuk SMA Nurul ‘Ilmi Padangsidimpuan lulus tahun 2011. 4. Tahun 2010 masuk di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tertinggi Negeri Tertulis (SNMPTN).

5. Melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Pematang Cengal Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara tanggal 07 Agustus-06 September 2014.

6. Melaksanakan penelitian pada bulan Mei 2015 dengan mengambil data sekunder dari Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sumatera Utara Provinsi Sumatera Utara.


(5)

iii

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala berkat, rahmat dan karunia-Nya, serta segala kekuatan, kemampuan, dan kesempatan yang telah dianugrahkanNya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Korelasi Ekspor dan Impor Beberapa Komditi Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Sumatera Utara”. Penulis mengucapkan terima kasih setulus hati kepada:

1. Ibu Dr. Ir. Tavi Supriana, MS selaku ketua komisi pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan dan saran kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

2. Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP selaku anggota komisi pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan dan saran kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

3. Selaku penguji skripsi yang telah banyak membantu ilmu, saran serta masukan yang bermanfaat kepada penulis agar skripsi ini menjadi lebih baik.

4. Selaku penguji skripsi yang telah banyak membantu ilmu, saran serta masukan yang bermanfaat kepada penulis agar skripsi ini menjadi lebih baik.

5. Ibu Dr. Ir. Salmiah MS dan Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis M.Ec selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.


(6)

iv Pertanian Universitas Sumatera Utara.

7. Seluruh staf akademik dan pegawai Departemen Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara yang telah membantu seluruh proses administrasi.

8. Seluruh Pegawai Badan Pusat Statistik dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sumatera Utara yang telah membantu penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi.

9. Ayahanda tercinta Bapak Drs. Toli Siregar dan Ibunda tercinta Sariati Sabirin, kedua orangtua yang telah banyak memberikan pelajaran kehidupan, mendidik dengan penuh kasih dan sayang, serta menjadi motivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

10.Kakanda, abangda dan adinda tercinta, Citra Ovalisa Rahmi, SKM, Aziz Putra Sentosa, S.Pd, Dewi Sartika dan Linda Tamara yang telah memberikan dukungan berupa doa dan semangat.

11.Teman-teman seperjuangan Dena Manuela SP, Marisca SP, Natalina SP, Sri Sepriani SP, Wenny Mahdalena SP, Zusra SP, Meiska SP, Yosevani SP, Warni SP, Yohana SP, Sri Ayu SP, Nidya Diani SP, Sonia SP, Chairia SP, Faqita SP, Anil SP, Denti SP, Fadhil SP, Fitrah SP dan Saidul Khudri Panjaitan SP, yang telah memberi perhatian dan dukungan, serta telah banyak membantu penulis selama masa perkuliahan.

12.Seluruh teman-teman Agribisnis angkatan 2011 yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.


(7)

v

penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin ya Rabbal ‘alamin.

Medan, 2015 Penulis


(8)

vi

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori ... 6

2.1.1 Pembangunan Ekonomi ... 6

2.1.2 Pertumbuhan Ekonomi ... 9

2.1.3 Produk Domestik Regional Bruto ... 11

2.1.4 Hubungan Ekspor dengan Produk Domestik Regional Bruto .. 12

2.1.5 Hubungan Impor dengan Produk Domestik Regional Bruto ... 16

2.2 Penelitian Terdahulu ... 21

2.3 Kerangka Pemikiran ... 23

2.4 Hipotesis Penelitian ... 25

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 26

3.2 Metode Pengumpulan Data ... 27

3.3 Metode Analisis Data ... 28

3.4 Defenisi dan Batasan Operasional ... 32

3.1.1 Defenisi ... 32


(9)

vii

4.1.2 Kondisi Demografi... 34 4.2 Perkembangan Perekonomian Sumatera Utara ... 36 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Korelasi nilai total dan komoditi utama ekspor Sektor

Pertanian dengan Produk Domestik Regional Bruto ... 44 5.2 korelasi nilai total dan komoditi utama impor

Sektor Pertanian dengan Produk Domestik Regional Bruto ... 61 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ... 69 6.2 Saran ... 70 DAFTAR PUSTAKA


(10)

viii

No. Judul Hal.

1. PDRB Sumatera Utara Atas Dasar Harga Konstan, 2 1996-2013

2. Ekspor Sumatera Utara menurut Sektor, 2008-2012 3 3. Impor Sumatera Utara menurut Sektor, 2008-2012 3 4. Perkembangan Ekspor NonMigas (Provinsi) Periode, 26

2010-2014

5. Perkembangan Impor NonMigas (Provinsi) Periode, 27 2010-2014

6. Nilai Korelasi Menurut Guilford 30

7. Jumlah Penduduk Provinsi Sumatera Utara, 1996-2013 35 8. PDRB Sumatera Utara dan PDB Indonesia (Milyar Rupiah) 38

serta Pertumbuhan Ekonomi (%) Tahun 1996-2013

9. Volume Ekspor Sumatera Utara menurut Komoditi Utama, 40 2008-2012

10. Nilai FOB Ekspor Sumatera Utara menurut Komoditi Utama, 41 2008-2012

11. Volume Impor Sumatera Utara menurut Komoditi Utama, 42 2008-2012

12. Nilai CIF Impor Sumatera Utara menurut Komoditi Utama, 43 2008-2012

13. Korelasi nilai total dan komoditi utama ekspor sektor pertanian 45 dengan Produk Domestik Regional Bruto

14. Ekspor Sektor Pertanian Sumatera Utara 1996-2013 47 15. Ekspor Beberapa Komoditi Sektor Pertanian 1996-2013 49 16. Perkembangan Harga Ekspor Lemak dan Minyak Nabati 52

dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika

17. Perkembangan Harga Ekspor Getah Karet Alam 1996-2013 54 18. Perkembangan Harga Ekspor Coklat Tahun 1996-2013 57 19. Korelasi nilai total dan komoditi utama impor sektor pertanian 61 20. dengan Produk Domestik Regional Bruto

21. Impor Sektor Pertanian Sumatera Utara 1996-2013 63 22. Impor Beberapa Komoditi Sektor Pertanian 1996-2013 65


(11)

ix

No. Judul Hal.

1. Fungsi Ekspor dan Perubahannya 14

2. Arus Perputaran Output dan Pengeluaran 17

3. Fungsi Impor dan Perubahannya 20

4. Kerangka Pemikiran 24

5. Laju Pertumbuhan PDRB Sumatera Utara dan PDB Nasional Tahun 39 1996-2013 (Persen)

6. Perkembangan Nilai FOB Ekspor Sektor Pertanian dan 48 Produk Domestik Regional Bruto Sumatera Utara

7. Perkembangan Berat Bersih dan Nilai FOB Ekspor Komoditi 51 Lemak dan Minyak Nabati Tahun 1996-2013

8. Perkembangan Berat Bersih dan Nilai FOB Ekspor Komoditi 53 Getah Karet Alam Tahun 1996-2013

9. Perkembangan Berat Bersih dan Nilai FOB Ekspor Komoditi 55 Kopi Tahun 1996-2013

10. Perkembangan Berat Bersih dan Nilai FOB Ekspor Komoditi 56 Coklat Tahun 1996-2013

11. Perkembangan Nilai CIF Impor Sektor Pertanian dan 64 Produk Domestik Regional Bruto Sumatera Utara

12. Perkembangan Berat Bersih dan Nilai CIF Impor Komoditi 66 Biji & Buah mengandung Minyak Tahun 1996-2013

13. Perkembangan Berat Bersih dan Nilai CIF Impor Komoditi 67 Tepung Gandum dan Meslin Tahun 1996-2013


(12)

x

No. Judul

1. Tabel Ekspor Sumatera Utara Menurut Sektor, 1996-2013

2. Tabel Ekspor Sumatera Utara menurut Komoditi Utama 3 Digit SITC, 1996-2013

3. Tabel Impor Sumatera Utara Menurut Sektor, 1996-2013

4. Tabel Impor Sumatera Utara menurut Komoditi Utama 3 Digit SITC, 1996-2013

5. Tabel PDRB Sumatera Utara Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha, 1996-2013

6. Tabel PDRB Sumatera Utara Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha, 1996-2013

7. Output Korelasi Ekspor Sektor Pertanian Dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

8. Output Korelasi Ekspor Komoditi Utama Sektor Pertanian Dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

a. Lemak dan Minyak Nabati

b. Getah Karet Alam c. Kopi

d. Coklat

9. Output Korelasi Impor Sektor Pertanian Dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

10.Output Korelasi Impor Komoditi Utama Sektor Pertanian Dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

a. Biji dan Buah mengandung Minyak b. Tepung gandum & meslin


(13)

i

Nadia Safitri (110304059) dengan judul “Analisis Korelasi Ekspor dan Impor Beberapa Komoditi Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Sumatera Utara” yang dibimbing oleh Ibu Dr. Ir. Tavi Supriana, MS selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP selaku anggota komisi pembimbing.

Ekspor maupun impor merupakan faktor penting dalam merangsang pertumbuhan ekonomi suatu negara. Ekspor dan impor akan memperbesar kapasitas konsumsi suatu negara, meningkatkan output dunia serta menyajikan akses ke sumber-sumber daya yang langka dan pasar-pasar internasional yang potensial untuk berbagai produk ekspor yang mana tanpa produk-produk tersebut maka negara-negara miskin tidak akan mampu mengembangkan kegiatan dan kehidupan perekonomian nasionalnya. Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis korelasi nilai total ekspor dan nilai ekspor komoditi utama sektor pertanian terhadap Produk Domestik Regional Bruto Sumatera Utara; untuk menganalisis korelasi nilai total impor dan nilai impor komoditi utama sektor pertanian terhadap Produk Domestik Regional Bruto Sumatera Utara. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis korelasi dengan menggunakan alat SPSS 20 (Statistical Package for Social Science). Data yang digunakan adalah data ekspor sektor pertanian, impor sektor pertanian dan Produk Domestik Regional Bruto Sumatera Utara atas dasar harga konstan tahun 1996-2013.

Hasil penelitian menunjukan terdapat korelasi yang nyata dan positif antara variabel nilai total ekspor sektor pertanian, nilai FOB Lemak & minyak nabati, getah karet alam, kopi, coklat dengan Produk Domestik Regional Bruto Sumatera Utara; terdapat korelasi yang nyata dan positif antara nilai total impor sektor pertanian, nilai CIF Biji & Buah mengandung Minyak dan Tepung Gandum dan Meslin dengan Produk Domestik Regional Bruto Sumatera Utara.


(14)

1 1.1Latar Belakang

Provinsi Sumatera Utara memiliki keunikan tersendiri dalam kerangka perekonomian nasional. Provinsi ini adalah daerah agraris yang menjadi pusat pengembangan perkebunan dan hortikultura di satu sisi, sekaligus merupakan salah satu pusat perkembangan industri dan pintu gerbang pariwisata di Indonesia di sisi lain. Ini terjadi karena potensi sumber daya alam dan karakteristik ekosistem yang memang sangat kondusif bagi pembangunan ekonomi daerah dan nasional. Kini tersedia potensi pertanian yang cukup melimpah. Sebagian besar produksinya, sayur-mayur dan jeruk malah telah dipasarkan ke provinsi lain bahkan ke luar negeri. Karena itu, tidak mengherankan jika sektor ini menjadi salah satu prioritas pembangunan daerah (Portal Nasional Republik Indonesia, 2010).

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu daerah dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. PDRB pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu daerah tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi pada suatu daerah (Bank Indonesia, 2004).


(15)

Adapun PDRB Sumatera Utara Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha, 1996-2013 dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. PDRB Sumatera Utara Atas Dasar Harga Konstan, 1996-2013 Tahun PDRB (Milyar Rupiah) Pertumbuhan

Ekonomi

1996 23.714 9,01

1997 25.065 5,7

1998 22.332 -11,93

1999 22.910 2,59

2000 69.154 4,83

2001 71.908 3,98

2002 75.189 4,56

2003 78.805 4,81

2004 83.329 5,74

2005 87.898 5,48

2006 93.347 6,2

2007 99.792 6,9

2008 106.172 6,39

2009 111.559 5,07

2010 118.719 6,42

2011 126.587 6,63

2012 134.461 6,22

2013 142.537 6,01

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, tahun 1996-2013

Pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara tahun 2013 yang ditunjukkan oleh PDRB atas dasar harga konstan 2000 sebesar 6,01 persen, menunjukkan adanya perlambatan pertumbuhan bila dibandingkan dengan tahun 2012 yang tercatat sebesar 6,22 persen. Salah satu penyebab yang mengakibatkan perlambatan pertumbuhan tersebut adalah menurunnya ekspor (Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, 2013).

Ekspor maupun impor merupakan faktor penting dalam merangsang pertumbuhan ekonomi suatu negara. Ekspor impor akan memperbesar kapasitas konsumsi suatu negara, meningkatkan output dunia serta menyajikan akses ke sumber-sumber


(16)

daya yang langka dan pasar-pasar internasional yang potensial untuk berbagai produk ekspor yang mana tanpa produk-produk tersebut maka negara-negara miskin tidak akan mampu mengembangkan kegiatan dan kehidupan perekonomian nasionalnya (Todaro, 1993).

Berikut disajikan Tabel perkembangan ekspor Sumatera Utara menurut sektor tahun 2008-1012.

Tabel 2. Ekspor Sumatera Utara menurut Sektor, 2008-2012 Tahun

Berat Bersih (ton) 2008 2009 2010 2011 2012 Minyak dan Gas

Bumi

- - - - -

Pertanian 1.042.467 976.542 1.077.691 1.050.217 1.020.007 Pertambangan &

Penggalian

113.811 101.180 69.662 262.987 134.625 Industri 7.364.544 6.981.150 6.844.631 6.847.717 7.541.185

Lainnya 71 55 119 83 125

Jumlah 8.520.892 8.058.927 7.992.103 8.161.003 8.695.942

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara, 2013

Dari Tabel 2 menunjukkan bahwa perkembangan ekspor sektor pertanian selama tahun 2008-2012 relatif mengalami penurunan. Kenaikan nilai ekspor sektor pertanian hanya terjadi pada tahun 2010. Sektor yang memiliki nilai ekspor tertinggi adalah sektor industri dan selanjutnya disusul oleh sektor pertanian. Tabel 3. Impor Sumatera Utara menurut Sektor, 2008-2012

Tahun Berat Bersih

(ton)

2008 2009 2010 2011 2012

Minyak dan Gas Bumi

114 - - 28 -

Pertanian 271.704 311.415 335.684 544.531 587.835 Pertambangan

& Penggalian

313.644 352.611 410.790 565.837 427.324 Industri 5.295.050 4.572.378 5.424.706 5.606.821 5.798.142

Lainnya 247 149 550 842 599

Jumlah 5.880.759 5.236.553 6.171.734 6.718.063 6.813.898


(17)

Dari Tabel 3 menunjukkan bahwa perkembangan impor sektor pertanian Sumatera Utara selama tahun 2008-2012 terus mengalami peningkatan. Sektor yang memiliki jumlah impor tertinggi adalah sektor industri. Kemudian disusul oleh sektor pertanian pada posisi kedua.

Sektor pertanian merupakan sektor yang menjadi sumber unggulan ekspor yang dapat meningkatkan peranannya dalam perekonomian daerah. Namun dalam perjalanannya masih banyak hambatan yang dihadapi, sehingga yang terjadi sampai saat ini adalah sulitnya meningkatkan peranan sektor tersebut terhadap perekonomian Sumatera Utara.Berdasarkandata-data ekspor dan impor Sumatera Utara yang telah diuraikan diatas, dapat dilihat bahwa peranan variabel ekspor dan variabel impor jelas memberi sumbangan/kontribusi terhadap perekonomian di Sumatera Utara sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian atas variabel-variabel tersebut dengan judul “Analisis Korelasi Ekspor dan Impor Beberapa Komoditi Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Sumatera Utara”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan tersebut, maka identifikasi masalah penelitian ini adalah :

1) Bagaimana korelasi nilai total ekspor dan nilai ekspor komoditi utama sektor pertanian terhadap Produk Domestik Regional Bruto Sumatera Utara?

2) Bagaimana korelasi nilai total impor dan nilai impor komoditi utama sektor pertanian terhadap Produk Domestik Regional Bruto Sumatera Utara?


(18)

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah, maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut : 1) Untuk menganalisis korelasi nilai total ekspor dan nilai ekspor komoditi utama

sektor pertanian terhadap Produk Domestik Regional Bruto Sumatera Utara. 2) Untuk menganalisis korelasi nilai total impor dan nilai impor komoditi utama

sektor pertanian terhadap Produk Domestik Regional Bruto Sumatera Utara. 1.4 Kegunaan Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang telah diuraikan tersebut, maka manfaat penelitian adalah sebagai berikut :

1) Sebagai bahan masukan bagi pemerintah dan instansi-instansi terkait dalam penentuan kebijakan pembangunan ekonomi khususnya mengenai ekspor dan impor sektor pertanian di Sumatera Utara.

2) Sebagai bahan informasi bagi para pelaku ekspor dan impor khususnya di sektor pertanian dalam menjalankan usahanya.

3) Sebagai bahan tambahan dan informasi bagi masyarakat dan mahasiswa yang ingin melakukan penelitian selanjutnya.


(19)

6 2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pembangunan Ekonomi

Pembangunan ekonomi terdiri dari dua kata yaitu pembangunan dan ekonomi. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, pembangunan adalah hasil pekerjaan membangun, sedangkan ekonomi adalah suatu ilmu yang berhubungan dengan pengolahan barang industri, pertanian dan perdagangan (Badudu, 2001).

Pengertian pembangunan ekonomi yang dijadikan pedoman dalam penelitian ini didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita riil penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang (Saerofi, 2005). Berdasarkan definisi ini dapat diketahui bahwa pembangunan ekonomi berarti adanya suatu proses pembangunan yang terjadi terus menerus yang bersifat menambah dan memperbaiki segala sesuatu menjadi lebih baik lagi. Adanya proses pembangunan itu diharapkan adanya kenaikan pendapatan riil masyarakat berlangsung untuk jangka panjang. Pembangunan sektor-sektor ekonomi yang berlangsung pada setiap daerah di wilayah Indonesia harus disesuaikan dengan potensi dan prioritas yang dimiliki oleh masing-masing daerah sehingga keseluruhan pembangunan merupakan satu kesatuan yang utuh dalam rangka mewujudkan pembangunan nasional (Choirullah, 2007).

Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses pembangunan yang terjadi terus menerus yang bersifat dinamis. Apapun yang dilakukan hakikat dari proses dan sifat pembangunan itu mencerminkan adanya terobosan yang baru, jadi bukan


(20)

merupakan gambaran ekonomi suatu saat saja. Pembangunan ekonomi berkaitan pula dengan pendapatan perkapita riil, di sini ada dua aspek penting yang saling berkaitan yaitu pendapatan total atau yang lebih banyak dikenal dengan pendapatan nasional dan jumlah penduduk. Pendapatan perkapita berarti pendapatan total dibagi dengan jumlah penduduk.

Secara umum permasalahan pokok pembangunan di Indonesia dalam konteks penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2004-2009 adalah (Yuliadi, 2009):

a. Tingginya jumlah pengangguran dan penduduk miskin. b. Rendahnya kualitas sumber daya manusia (SDM).

c. Kesenjangan pembangunan antar kelompok, wilayah dan daerah di Indonesia. d. Menurunnya kualitas sumber daya alam (SDA) dan lingkungan hidup.

e. Rendahnya penegakkan hukum dan keadilan.

f. Tingginya angka kejahatan dan masih adanya potensi konflik horisontal. g. Ancaman separatisme dan rendahnya kemampuan Hankam.

h. Kelembagaan demokrasi yang masih lemah.

Indonesia sebagai negara yang kaya dengan SDA namun memiliki keterbatasan dalam kualitas SDM perlu merumuskan strategi kebijakan untuk dapat mewujudkan tiga tujuan pembangunan nasional (triple bottom line) secara simultan yaitu pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkesinambungan, pemerataan kesejahteraan kepada seluruh rakyat secara adil, dan terpeliharanya kelestarian lingkungan dan SDA. Untuk mewujudkan tujuan pembangunan nasional tersebut perlu dirumuskan kebijakan-kebijakan pembangunan yang mencakup (Yuliadi, 2009):


(21)

a. Peningkatan produktivitas dan efisiensi ekonomi secara berkelanjutan melalui penggunaan teknologi tepat guna dan ramah lingkungan untuk menghasilkan produk yang kompetitif.

b. Implementasi tata ruang wilayah secara konsisten untuk mengembangkan sektor pertanian dan perkebunan untuk mendukung ketahanan pangan nasional.

c. Program diversifikasi pangan nasional melalui pengembangan pangan non beras untuk meningkatkan alternatif pangan rakyat menuju swasembada pangan.

d. Pengembangan industri manufaktur yang mengandung nilai tambah (value added) yang tinggi sekaligus dapat menyerap tenaga kerja serta mendorong kegiatan ekonomi terkait.

e. Pengembangan industri pendukung untuk memperkuat struktur industri nasional yang kokoh dan stabil bagi pengembangan sektor-sektor ekonomi terkait.

f. Peningkatan kualitas SDM melalui penguasaan dan penerapan Iptek dalam kegiatan bisnis dan ekonomi.

g. Adanya dukungan politik (political will) dari semua unsur pemerintah yang terkait untuk menciptakan iklim yang kondusif bagi pengembangan kegiatan ekonomi.


(22)

2.1.2 Pertumbuhan Ekonomi

Menurut Schumpeter dan Hicks dalam Jhingan (2003), ada perbedaan dalam istilah perkembangan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi. Perkembangan ekonomi merupakan perubahan spontan dan terputus-putus dalam keadaan stasioner yang senantiasa mengubah dan mengganti situasi keseimbangan yang ada sebelumnya, sedangkan pertumbuhan ekonomi adalah perubahan jangka panjang secara perlahan dan mantap yang terjadi melalui kenaikan tabungan dan penduduk.

Menurut Simon Kuznet dalam Jhingan (2003), pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara (daerah) untuk menyediakan semakin banyak barang-barang ekonomi kepada penduduknya, kemampuan ini tumbuh sesuai dengan kemajuan teknologi, dan penyesuaian kelembagaan dan ideologis yang diperlukannya.

Menurut Sjafrizal (2008) ada beberapa model dalam pertumbuhan ekonomi daerah yaitu :

a. Model Basis Ekspor (Export-Base Model)

Model ini diperkenalkan oleh Douglas C. North pada tahun 1956. Menurut model ini, pertumbuhan ekonomi suatu daerah ditentukan oleh keuntungan kompetitif yang dimiliki oleh daerah tersebut. Bila daerah tersebut mampu mendorong pertumbuhan sektor-sektor yang mempunyai keuntungan kompetitif sebagai basis untuk ekspor, maka pertumbuhan daerah yang bersangkutan akan dapat ditingkatkan.


(23)

b. Model Interregional Income

Perluasan dari Model Basis Ekspor dapat dilakukan dengan memasukkan unsur hubungan ekonomi antar wilayah yang dikenal sebagai Interregional Income Model yang dikembangkan oleh Harry W. Richardson (1978). Dalam model ini, ekspor diasumsikan sebagai faktor yang berada dalam sistem yang ditentukan oleh perkembangan kegiatan perdagangan antar wilayah. Kegiatan perdagangan antar daerah tersebut dibagi atas barang konsumsi dan barang modal.

c. Model Neo-Klasik

Model ini dipelopori oleh George H. Bort (1960) dengan mendasarkan analisisnya pada teori Ekonomi Neo-Klasik. Menurut model ini, pertumbuhan ekonomi suatu daerah akan sangat ditentukan oleh kemampuan daerah tersebut untuk meningkatkan kegiatan produksinya. Sedangkan kegiatan produksi pada suatu daerah tidak hanya ditentukan oleh potensi daerah yang bersangkutan, tetapi juga ditentukan oleh mobilitas tenaga kerja dan mobilitas modal antar daerah.

d. Model Penyebab Berkumulatif

Model penyebab berkumulatif dikemukakan oleh Nikolas Kaldor yang mengkritik model Neo-Klasik. Model penyebab berkumulatif tidak percaya pemerataan pembangunan antar daerah akan dapat dicapai dengan sendirinya berdasarkan mekanisme pasar. Menurut model ini, ketimpangan pembangunan daerah hanya dapat dikurangi dengan program pemerintah. Apabila hanya diserahkan pada mekanisme pasar, maka ketimpangan daerah akan terus meningkat seiring meningkat proses pembangunan.


(24)

2.1.3 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Pengertian PDRB menurut Badan Pusat Statistik (2012) adalah jumlah nilai tambah yang dihasilkan untuk seluruh wilayah usaha dalam suatu wilayah atau merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan seluruh unit ekonomi di suatu wilayah. Untuk menghitung PDRB yang dihasilkan suatu wilayah ada empat pendekatan yang digunakan, yaitu :

a. Pendekatan produksi, yaitu pendekatan untuk mendapatkan nilai tambah di suatu wilayah dengan melihat seluruh produksi netto barang dan jasa yang dihasilkan oleh seluruh sektor perekonomian selama satu tahun.

b. Pendekatan pendapatan, adalah pendekatan yang dilakukan dengan menjumlahkan seluruh balas jasa yang diterima oleh faktor produksi, meliputi:

1) Upah/gaji (balas jasa faktor produksi tenaga kerja). 2) Sewa tanah (balas jasa faktor produksi tanah). 3) Bunga modal (balas jasa faktor produksi modal).

4) Keuntungan (balas jasa faktor produksi wiraswasta/skill).

c. Pendekatan pengeluaran, yaitu model pendekatan dengan cara menjumlahkan nilai permintaan akhir dari seluruh barang dan jasa, yaitu:

1) Barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga, lembaga swasta yang tidak mencari untung (nirlaba) dan pemerintah.

2) Barang dan jasa yang digunakan untuk membentuk modal tetap bruto. 3) Barang dan jasa yang digunakan sebagai stok dan ekspor netto.

d. Metode alokasi, model pendekatan ini digunakan karena kadang-kadang dengan data yang tersedia tidak memungkinkan untuk mengadakan


(25)

perhitungan Pendapatan Regional dengan menggunakan metode langsung dengan tiga cara di atas, sehingga dipakai metode alokasi atau metode tidak langsung. Sedangkan untuk cara penyajian PDRB dilakukan sebagai berikut: 1) PDRB Atas Dasar Harga Berlaku, yaitu semua agregat pendapatan dinilai

atas dasar harga yang berlaku pada masing-masing tahunnya, baik pada saat menilai produksi dan biaya antara maupun pada penilaian komponen nilai PDRB.

2) PDRB Atas Dasar Harga Konstan, yaitu semua agregat pendapatan dinilai atas dasar harga tetap, maka perkembangan agregat pendapatan dari tahun ke tahun semata-mata karena perkembangan produksi riil bukan karena kenaikan harga atau inflasi.

2.1.4 Hubungan Ekspor dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Bagi banyak negara, termasuk Indonesia, perdagangan internasional, khususnya ekspor, mempunyai peranan sangat penting sebagai motor penggerak perekonomian nasional. Kegiatan ekspor adalah sistem perdagangan dengan cara mengeluarkan barang-barang dari dalam negeri keluar negeri dengan memenuhi ketentuan yang berlaku. Ekspor merupakan total barang dan jasa yang dijual oleh sebuah negara ke negara lain, termasuk diantara barang-barang, asuransi, dan jasa-jasa pada suatu tahun tertentu (Triyoso, 2004).

Selanjutnya menurut Baldwin (2005) yang dimaksud dengan ekspor adalah salah satu sektor perekonomian yang memegang peranan penting melalui perluasan pasar antara beberapa negara, di mana dapat mengadakan perluasan dalam suatu


(26)

industri, sehingga mendorong dalam industri lain, selanjutnya mendorong sektor lainnya dari perekonomian.

Ekspor akan menghasilkan devisa, selanjutnya dapat digunakan untuk membiayai impor dan pembangunan sektor-sektor ekonomi di dalam negeri. Secara teoritis (hipotesis), dengan adanya pertumbuhan ekspor maka akan terjadi peningkatan cadangan devisa, pertumbuhan output di dalam negeri, peningkatan kesempatan kerja dan pendapatan masyarakat serta terjadinya pertumbuhan Produk Domestik Bruto (Tambunan, 2001).

Pendapatan nasional dianggap bukan penentu penting dari ekspor suatu negara. Ekspor akan secara langsung mempengaruhi pendapatan nasional. Akan tetapi hubungan yang sebaliknya tidak selalu berlaku, yaitu kenaikan pendapatan nasional belum tentu menaikkan ekspor oleh karena pendapatan nasional dapat mengalami kenaikan sebagai akibat kenaikan pengeluaran rumah tangga, investasi perusahaan, pengeluaran pemerintah dan penggantian barang impor dengan barang buatan dalam negeri. Ciri yang baru diterangkan tersebut menyebabkan ekspor dipandang sebagai pengeluaran otonomi yaitu pengeluaran yang besarnya tidak tergantung kepada pendapatan nasional. Dalam persoalan ini ciri ekspor adalah sama dengan investasi perusahaan dan pengeluaran pemerintah, yaitu jumlahnya tidak ditentukan oleh pendapatan nasional. Sesuai dengan cirinya fungsi ekspor adalah seperti yang digambarkan dalam Gambar 1.


(27)

Sumber : Sukirno, 2006

Gambar 1. Fungsi Ekspor dan Perubahannya

Bagian (a) dari Gambar 1. menunujukkan fungsi ekspor. Fungsi menunjukkan ekspor adalah pengeluaran otonomi yaitu tingkatnya tidak dipengaruhi oleh pendapatan nasional. Pada berbagai tingkat pendapatan nasional, seperti ditunjukkan pada Gambar 1. ekspor tetap sebanyak X0. Bagian (b) dari Gambar 1. menunjukkan perubahan ekspor. Pada mulanya fungsi ekspor adalah X0. Kenaikan ekspor memindahkan fungsi ekspor dari X0 menjadi X1. Perubahan ini berarti pada berbagai tingkat pendapatan nasional ekspor telah bertambah dari X0 menjadi X1. Keadaan ini menggambarkan bahwa ekspor merupakan pengeluaran otonomi. Ekspor juga bisa mengalami kemerosotan, yaitu seperti digambarkan oelh perpindahan fungsi dari X0 menjadi X2 (Sukirno, 2006).

Hasil produksi (output) yang dihasilkan suatu negara sebagian akan dibeli oleh pihak luar negeri dan sebagian lagi akan dipasarkan di dalam negeri. Dan sebagian pendapatan domestik akan digunakan untuk membeli barang dan jasa dari luar

X0 X

Y

X1 X0 X2 X

Y (b) Fungsi ekspor (a) Perubahan ekspor


(28)

negeri. Hal inilah yang disebut dengan perdagangan internasional. Dalam persamaan GDP untuk perekonomian terbuka, ditunjukkan bahwa penjualan barang dan jasa yang merupakan sumber pendapatan nasional suatu negara meliputi juga penjualan kepada negara lain.

Persamaan pendapatan nasional untuk perekonomian terbuka dapat dirumuskan sebagai berikut :

Y = C + I + G + (X - M)

Dimana : Y = PDRB C = Konsumsi I = Investasi

G = Pengeluaran Pemerintah X = Ekspor

M = Impor

Dalam perekonomian terbuka ini ekspor sama halnya dengan investasi yang merupakan tambahan bagi arus pendapatan suatu negara sedangkan impor sama halnya dengan tabungan, dapat dipandang sebagai kebocoran. Ekspor dan investasi cenderung merangsang produksi domestik, sedangkan impor dan tabungan cenderung menurunkan output domestik karena kedua hal tersebut membuat pendapatan menghilang yang sedianya dapat digunakan untuk berproduksi.

2.1.5 Hubungan Impor dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Impor dapat diartikan sebagai pembelian barang dan jasa dari luar negeri ke dalam negeri dengan perjanjian kerjasama antara 2 negara atau lebih. Impor juga bisa dikatakan sebagai perdagangan dengan cara memasukkan barang dari luar negeri


(29)

ke wilayah Indonesia dengan memenuhi ketentuan yang berlaku (Hutabarat, 1996).

Impor ditentukan oleh kesanggupan atau kemampuan dalam menghasilkan barang-barang yang bersaing dengan buatan luar negeri. Yang berarti nilai impor tergantung dari nilai tingkat pendapatan nasional negara tersebut. Makin tinggi pendapatan nasional, semakin rendah menghasilkan barang-barang tersebut, maka impor pun semakin tinggi. Sebagai akibatnya banyak kebocoran dalam pendapatan nasional.

Arus perputaran output dan pengeluaran atau lebih dikenal dengan arus perputaran kegiatan ekonomi (circular flows of economics activity) merupakan suatu diagram yang menggambarkan saling keterkaitan di antara berbagai pelaku ekonomi seperti sektor rumah tangga, sektor perusahaan, sektor pemerintah, sektor luar negeri dan berbagai pasar yang ada di dalam perekonomian seperti pasar faktor produksi (factor market), pasar barang atau produk (produc market), dan pasar keuangan atau kredit (credit market). Secara singkat, arus perputaran dari kegiatan ekonomi tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :


(30)

Gambar 2. Arus Perputaran Output dan Pengeluaran Tabungan

(S)

Transfer

M

DI Pemerintah

Pinjaman

Pasar Kredit/ Keuangan

Dana untuk Investasi

(Upah, Sewa, Bunga, Laba)

Pembayaran Faktor

Pendapatan Nasional (NI)

Pasar Faktor

Pajak (T) Pengeluaran Pemerintah (G)

Sektor Pemerintah

Sektor Rumah Tangga

Pajak (T)

Benefit Sektor

Bisnis

Investasi (I)

(GDP)=C+I+G+X-M

Output total

Konsumsi (C) Ekspor (X)

Sektor Luar Negeri

Pasar Produk


(31)

1) Rumahtangga

Rumahtangga merupakan salah satu unit pengambil keputusan yang menyediakan dalam arti menjual atau menyewakan factor-faktor produksi kepada perusahaan. Untuk itu rumahtangga menerima pendapatan berupa upah, bunga, sewa dan laba atas jasanya menyediakan faktor-faktor produksi tersebut. Selain itu rumah tangga berkewajiban untuk membayar pajak kepada pemerintah.

2) Perusahaan

Perusahaan adalah organisasi yang terdiri dari produsen yang menghasilkan dan menawarkan barang dan jasa melalui pasar produk. Barang-barang dan jasa tersebut dihasilkan dengan menggunakan faktor-faktor produksi yang disewa atau dibeli dari rumahtangga. Selain itu, perusahaan juga berkewajiban untuk membayar pajak kepada pemerintah.

3) Pemerintah

Pemerintah adalah suatu organisasi yang memiliki dua fungsi utama yaitu menyediakan barang dan jasa kepada rumahtangga dan perusahaan dan melakukan redistribusi pendapatan kekayaan (redistribution of income and wealth).

4) Sektor Luar Negeri

Sektor luar negeri direpsresentasikan oleh kegiatan ekspor (X) dan impor (M). Pengusaha luar negeri membeli barang dan jasa dari perusahaan dalam negeri, dan ekspor dalam hal ini menunjukkan aliran uang ke luar negeri untuk membeli barang dan jasa yang dihasilkan di dalam negeri. Sebaliknya, perusahaan dalam negeri juga membeli barang dan jasa dari perusahaan luar negeri dan impor dalam


(32)

hal ini menunjukkan aliran uang ke luar negeri untuk membeli barang dan jasa yang dihasilkan di luar negeri. Ekspor netto (Xn) adalah ekspor (X) kurang impor (M) (Nanga, 2005).

Dalam Gambar 2. ditunjukkkan bahwa hanya rumah tangga yang membelli barang-barang dari luar negeri. Dalam praktiknya tidaklah demikian. Barang buatan luar negeri juga diimpor oleh sektor lain, yaitu oleh perusahaan dan pemerintah. Perusahaan mengimpor bahan mentah dan barang modal dari luar negeri. Pemerintah juga melakukan hal yang sama, yaitu pemerintah menggunakan barang konsumsi dan barang modal yang diimpor. Walau bagaimanapun dalam analisis makroekonomi diasumsikan bahwa impor terutama dilakukan oleh rumah tangga. Maka fungsi impor sangat berhubungan dengan pendapatan nasional. Yang dimaksudkan dengan fungsi impor adalah kurva yang menggambarkan hubungan hubungan diantara nilai impor yang dilakukan dengan tingkat pendapatan masyarakat dan pendapatan nasional yang dicapai. Seperti telah dinyatakan impor adalah pengeluaran terpaengaruh yang berarti semakin tinggi pendapatan nasional maka semakin tinggi pula impor. Oleh sebab itu fungsi impor (M) menanjak ke sebelah kanan. Dalam Gambar 3. Digambarkan fungsi impor dan perubahannya.


(33)

Gambar 3. Fungsi Impor dan Perubahannya

Gambar (a) menunjukkan fungsi impor bagi suatu masa tertentu. Dua pendekatakan dapat digunakan untuk menggambarkan fungsi impor. Pertama, dapat dimisalkan nilai impor adalah proporsional dengan pendapatan nasional, maka persamaan fungsi impor adalah M = My dimana m menggambarkan tingkat perubahan impor akibat dari perubahan pendapatan masyarakat dan pendapatan

M M

M

M3 M1

M2

Y

Y

Y M=M0+m

M=mY

Pendapatan negara

(a) Fungsi impor

M3 M1

M2

(i) (ii)

(b) perubahan fungsi impor 0

0 0

Mb

Ma Mc


(34)

nasional. Seterusnya dapat pula dimisalkan sebagian dari impor tidak dipengaruhi oleh pendapatan nasional (misalnya pengusaha membeli barang modal dari luar negeri tidak tergantung kepada pendapatan nasional). Apabila hal seperti ini dipertimbangkan fungsi impor haruslah digambarkan oleh fungsi M = M0 + My dimana M0 merupakan nilai impor yang tidak dipengaruhi oleh pendapatan nasional. Dalam pemisalan seperti ini formula fungsi impor akan dinyatakan dengan menggunakan persamaan M = M0 + My.

Gambar (b) menunjukkan perubahan impor yang akan berlaku dari waktu ke waktu. Dalam gambar b (i) kecondongan mengimpor, yaitu nilai m, mengalami perubahan. Pergeseran dari M1 ke M2 menggambarkan kecondongan mengimpor berkurang. Perubahan dari M1 ke M3 menggambarkan kecondongan mengimpor meningkat. Dalam gambar b (ii) ditunjukkan perubahan fungsi impor yang sejajar. Perubahan fungsi impor dari M1 menjadi M3 menggambarkan impor menjadi semakin meningkat pada setiap tingkat pendapatan nasional. Sebagai contoh, pada pendapatan nasional Y0 impor nilainya telah meningkat dari Ma menjadi Mb. Contoh dari perubahan ini adalah efek inflasi dalam negeri terhadap impor. Fungsi impor yang mengalami perubahan dari M1 ke M2 menggambarkan pengurangan impor pada setiap tingkat pendapatan nasional. Misalnya, pada pendapatan nasional Y0 impor berkurang dari Ma menjadi Mc. kemampuan suatu Negara untuk menghasilkan barang yang lebih baik mutunya merupakan salah satu factor yang bisa menimbulkan perubahan tersebut (Sukirno, 2006).

2.2 Penelitian Terdahulu

Emmi Silvia Herlina (2000) meneliti dengan judul “Pengaruh Perkembangan Ekspor Sektor Industri Pertambangan Non-migas Terhadap Perekonomian


(35)

Sumatera Utara”. Metode yang digunakan yaitu model analisis korelasi. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang searah antara PDRB Sumatera Utara dengan ekspor pertambangan non-migas Sumatera Utara. Hubungan Korelasi antara PDRB Sumatera Utara dengan ekspor pertambangan non-migas Sumatera Utara sebesar 35% dengan tingkat keyakinan 60%. Kontribusi sektor pertambangan terhadap PDRB cenderung mengalami peningkatan dan pertumbuhan sektor pertambangan selalu mengalami fluktuasi. Dini Ayu Novianingsih (2011) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Hubungan antara Ekspor dan PDB di Indonesia Tahun 1999-2008”. Penelitian ini menggunakan beberapa metode analisis, antara lain: Metode Uji Akar Unit mengetahui apakah di dalam data terdapat akar unit (tidak stasioner) atau tidak terdapat akar unit (stasioner), Metode Uji Kointegrasi untuk mengetahui apakah terdapat hubungan keseimbangan jangka panjang antara dua variabel, dan Metode Uji Kausalitas Granger untuk menentukan apakah kedua variabel memiliki hubungan dalam dua arah (saling mempengaruhi), hubungan searah, sama sekali tidak saling mempengaruhi. Data diolah dan diproses dengan menggunakan program eviews 6. Hasil dari estimasi ini adalah terdapat hubungan satu arah antara ekspor dan PDB, atau dengan kata lain PDB mempengaruhi ekspor di Indonesia. Dapat dilihat dari nilai Fstatistik Y does not Granger Cause X > nilai kritis F tabel (18.2442 > 4.46) dan nilai probabilitas Y does not Granger Cause X sebesar 0.0209, yang berarti signifikan pada α = 5 persen. Hal ini berarti, PDB mempengaruhi ekspor, dimana PDB dapat mempengaruhi tingkat kenaikan atau penurunan ekspor dalam periode waktu 1999-2008.


(36)

Henny B. M. Surbakti (2008) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Ekspor dan Impor Industri Terhadap Perkembangan Industri Sumatera Utara”, dengan menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perkembangan ekspor dari tahun ke tahun mengalami peningkatan kecuali tahun 1997 dan 1998 dimana negara mengalami krisis ekonomi dan moneter. Variabel ekspor berpengaruh negative dan tidak signifikan terhadap perkembangan industri pada tingkat kepercayaan 90 %. Sedangkan variabel impor berpengaruh positif dan signifikan terhadap perkembangan industri pada tingkat kepercayaan 95 %.

2.3 Kerangka Pemikiran

Perekonomian terbuka adalah suatu sistem ekonomi yang melakukan ekspor dan impor dengan negara-negara lain. Ekspor maupun impor merupakan faktor penting dalam merangsang pertumbuhan ekonomi suatu negara. Provinsi Sumatera Utara memiliki keunikan tersendiri dalam kerangka perekonomian nasional. Provinsi ini adalah daerah agraris yang menjadi pusat pengembangan perkebunan dan hortikultura. Kini tersedia potensi pertanian yang cukup melimpah. Sebagian besar produksinya malah telah dipasarkan ke provinsi lain bahkan ke luar negeri. Karena itu, tidak mengherankan jika sektor ini menjadi salah satu prioritas pembangunan daerah. Ekspor dan impor merupakan faktor yang berhubungan dengan pembentukan pendapatan daerah. Dalam penelitian ini ekspor dan impor yang dimaksud yaitu ekspor sektor pertanian dan impor sektor pertanian dan pendapatan daerah yaitu Produk Domestik Regional Bruto Sumatera Utara.


(37)

Gambar 4. Kerangka Pemikiran Keterangan :

Proses Hubungan

Impor Sektor Pertanian (US$)

Produk Domestik Regional Bruto Sumatera Utara (Rp)

Ekspor Sektor Pertanian (US$)

Perekonomian Sumatera Utara

Produk Domestik Regional Bruto Sumatera Utara (Rp) Komoditi Utama

- Lemak & minyak nabati - Getah karet alam

- Kopi - Coklat

Komoditi Utama

- Biji & Buah

mengandung Minyak Berkulit lunak

- Tepung Gandum dan


(38)

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan landasan teori yang dibuat, maka diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut :

1) Ada korelasi yang nyata antara nilai ekspor sektor pertanian dengan Produk Domestik Regional Bruto Sumatera Utara.

2) Ada korelasi yang nyata antara nilai impor sektor pertanian dengan Produk Domestik Regional Bruto Sumatera Utara.


(39)

26 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Metode penentuan daerah penelitian dilakukan secara sengaja (purposive), artinya daerah penelitian didasarkan atas pertimbangan/tujuan tertentu (Soewadji, 2012). Penelitian ini dilakukan di Provinsi Sumatera Utara. Daerah ini dipilih dengan alasan bahwa Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu Provinsi yang termasuk dalam 6 besar provinsi penyumbang ekspor terbesar di Indonesia dan di Provinsi Sumatera Utara terjadi fluktuasi terhadap nilai ekspor pertanian dengan kecenderungan nilai ekspor yang terus menurun serta menunjukkan trend yang negatif dan kecenderungan nilai impor yang terus meningkat. Dan begitu juga untuk impor nonmigas, Provisi Sumatera Utara berada pada urutan ke-6 impor tertinggi di Indonesia. Adapun data perkembangan ekspor dan impor nonmigas Provinsi periode 2010-2014 disajikan pada Tabel 4 dan Tabel 5.

Tabel 4. Perkembangan Ekspor NonMigas (Provinsi) Periode : 2010-2014

No Provinsi 2010 2011 2012 2013 2014 Trend

(%)

1. DKI Jakarta

39.546,2 46.375,8 48.061,1 47.309,1 48.012,9 4,16

2. Kalimantan Timur

12.775,8 17.179,6 16.799,7 16.184,6 14.415,4 3,90

3. Jawa Timur 13.805,5 17.423,7 15.524,5 15.055,2 17.984,0 0,98

4. Riau 10.141,5 13.363,9 12.588,1 11.660,7 12.057,2 2,11

5. Kepulauan Riau

8.527,6 10.530,2 9.586,2 10.801,5 10.134,2 3,78

6. Sumatera Utara

9.107,0 11.882,8 10.392,5 9.597,3 9.361,0 -1,57


(40)

Tabel 5. Perkembangan Impor NonMigas (Provinsi) Periode : 2010-2014

Sumber: Kementerian Perdagangan, 2015

3.2 Metode Pengumpulan Data

Sumber data penelitian merupakan faktor penting yang menjadi pertimbangan dalam penentuan metode pengumpulan data. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data ekspor sektor pertanian, impor sektor pertanian, dan Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Sumatera Utara diperoleh dari Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sumatera Utara.

Data ekspor sektor pertanian yang digunakan yaitu data nilai FOB Ekspor Sektor Pertanian, nilai ekspor FOB komoditi lemak & minyak nabati, getah karet alam, kopi dan coklat di Provinsi Sumatera Utara. Data impor sektor pertanian yang digunakan yaitu data nilai CIF impor Sektor Pertanian, nilai impor CIF komoditi Biji & Buah mengandung Minyak, Berkulit lunak dan Tepung Gandum dan Meslin di Provinsi Sumatera Utara.

No Provinsi 2010 2011 2012 2013 2014 Trend (%)

1 DKI Jakarta 67.651 84.767,1 92.859,2 86.142,5 80.700,1 3,76 2 Jawa Timur 12.373 16.778,8 17.741,2 18.218,5 17.909,0 8,57 3 Banten 5.472,9 7.738,6 8.909,6 9.224,9 9.320,9 13,21 4 Kepulauan

Riau

8.979,1 9.633,8 10.697,6 9.960,0 9.015,5 0,41 5 Jawa

Tengah

4.071,6 4.468,1 5.292,1 5.233,3 5.796,4 9,03 6 Sumatera

Utara


(41)

Produk Domestik Regional Bruto yang digunakan adalah Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan , yaitu PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai tahun dasar.. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data time series (runtun waktu) yaitu tahun 1996 sampai dengan tahun 2013.

3.3 Metode Analisis Data

3) Untuk tujuan pertama, yaitu untuk menganalisis korelasi nilai total ekspor dan nilai ekspor komoditi utama sektor pertanian terhadap Produk Domestik Regional Bruto Sumatera Utara akan dianalisis dengan menggunakan analisis korelasi. Korelasi adalah salah satu cara dalam statistik yang digunakan untuk mencari hubungan antara dua macam variabel atau lebih yang sifatnya kuantitatif (Soleh, 2005).

Metode korelasi yang digunakan adalah korelasi pearson. Penggunaan korelasi pearson ini merujuk pada skala data yang digunakan dalam penelitian. Nilai ekspor sektor pertanian, nilai impor sektor pertanian dan juga Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan, kesemuanya merupakan skala data rasio.

Menurut Supriana (2012) secara matematis rumus korelasi pearson dapat ditulis sebagai berikut :

���� =

�∑� −


(42)

Keterangan :

X1 = Nilai Total Ekspor Sektor Pertanian (US$)

rX1Y = Korelasi Nilai Total Ekspor Sektor Pertanian dan PDRB Sumatera Utara

X2 = Nilai FOB Lemak & Minyak nabati (US$) X3 = Nilai FOB Getah karet alam (US$)

X4 = Nilai FOB Kopi (US$) X5 = Nilai FOB Coklat (US$)

rX2Y = Korelasi Nilai FOB Lemak & Minyak nabati dan PDRB Sumatera Utara rX3Y = Korelasi Nilai FOB Getah Karet Alam dan PDRB Sumatera Utara rX4Y = Korelasi Nilai FOB Kopi dan PDRB Sumatera Utara

rX5Y = Korelasi Nilai FOB Coklat dan PDRB Sumatera Utara

Y = Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sumatera Utara (Rp)

Nilai dari koefisien korelasi berada pada kisaran (-1 s/d 1). Derajat koefisien korelasi dilihat dari :

1) Tanda dari derajat keeratan tersebut, positif atau negatif.

- Koefisien korelasi kedua variabel akan negatif (-) apabila salah satu variabel meiliki korelasi yang bertolak belakang dengan variabel lainnya. Jika nilai satu variabel meningkat maka nilai variabel lainnya menurun.

- Koefisien korelasi kedua variabel akan positif (+) jika korelasi kedua variabel searah. Jika satu variabel meningkat nilainya maka variabel lainnya ikut meningkat, dan sebaliknya jika suatu variabel menurun nilainya maka variabel lainnya ikut menurun.


(43)

2) Besar nilai dari derajat keeratan. Untuk membaca nilai dari derajat keeratan dapat digunakan klasifikasi korelasi dua variabel Guilford.

Tabel 6. Nilai Korelasi Menurut Guilford

Koefisien korelasi Keterangan

< 0,2 Tidak terdapat korelasi

0,2 s/d 0,4 Korelasi kedua variabel lemah 0,4 s/d 0,7 Korelasi kedua variabel sedang 0,7 s/d 0,9 Korelasi kedua variabel kuat

0,9 s/d 1 Korelasi kedua variabel sangat kuat

Sumber : Dasar Ekonometrika, 2012

Pengujian hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pengujian dua arah (two tailed). Pengujian dua arah (two tailed) digunakan untuk menguji hipotesis

nondirectional (belum jelas arahnya) (Muhson, 2013).

Kriteria pengambilan keputusan yang digunakan adalah sebagai berikut :

- Jika nilai signifikan > 0,05 ; maka H0 diterima = (Tidak ada korelasi yang nyata antara nilai ekspor sektor pertanian dengan Produk Domestik Regional Bruto Sumatera Utara).

- Jika nilai signifikan < 0,05 ; maka H1 diterima = (Ada korelasi yang nyata antara nilai ekspor sektor pertanian dengan Produk Domestik Regional Bruto Sumatera Utara).

4) Untuk tujuan kedua, yaitu untuk menganalisis korelasi nilai total impor dan nilai impor komoditi utama sektor pertanian terhadap Produk Domestik Regional Bruto Sumatera Utara akan dianalisis dengan menggunakan analisis


(44)

korelasi. Korelasi adalah salah satu cara dalam statistik yang digunakan untuk mencari hubungan antara dua macam variabel atau lebih yang sifatnya kuantitatif (Soleh, 2005).

Menurut Supriana (2012) secara matematis rumus korelasi pearson dapat ditulis sebagai berikut :

���� =

�∑� −

�(�∑��−(∑�)�(�∑��−(∑�)�)

Keterangan :

X6 = Nilai Total Impor Sektor Pertanian (US$)

Y = Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sumatera Utara (Rp)

rX6Y = Korelasi Nilai Total Impor Sektor Pertanian dan PDRB Sumatera Utara

X7 = Nilai CIF Biji & Buah mengandung Minyak, Berkulit lunak (US$) X8 = Nilai CIF Tepung Gandum dan Meslin (US$)

rX7Y = Korelasi Nilai CIF Biji & Buah mengandung Minyak, Berkulit lunak dan PDRB Sumatera Utara

rX8Y = Korelasi Nilai CIF Tepung Gandum dan Meslin dan PDRB Sumatera Utara

Y = Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sumatera Utara (Rp) (Supriana, 2012).


(45)

Pengujian hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pengujian dua arah (two tailed). Pengujian dua arah (two tailed) digunakan untuk menguji hipotesis

nondirectional (belum jelas arahnya) (Muhson, 2013).

Kriteria pengambilan keputusan yang digunakan adalah sebagai berikut :

- Jika nilai signifikan > 0,05 ; maka H0 diterima = (Tidak ada korelasi yang nyata antara nilai impor sektor pertanian dengan Produk Domestik Regional Bruto Sumatera Utara).

- Jika nilai signifikan < 0,05 ; maka H1 diterima = (Ada korelasi yang nyata antara nilai impor sektor pertanian dengan Produk Domestik Regional Bruto Sumatera Utara).

3.4 Defenisi dan Batasan Operasioanal

Untuk menghindari kesalahpahaman mengenai pengertian tentang beberapa istilah dalam penelitian, maka dibuat defenisi dan batasan operasional sebagai berikut : 3.4.1 Defenisi

1) Pembangunan ekonomi adalah suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita riil masyarakat di Provinsi Sumatera Utara meningkat dalam jangka panjang.

2) Pertumbuhan ekonomi adalah perubahan jangka panjang secara perlahan dan mantap yang terjadi melalui kenaikan tabungan dan penduduk di Provinsi Sumatera Utara.

3) Ekspor adalah jumlah ekspor sektor pertanian Provinsi Sumatera Utara dalam satuan ton.


(46)

4) Impor adalah jumlah impor sektor pertanian Provinsi Sumatera Utara dalam satuan ton.

5) Nilai Ekspor adalah Nilai FOB ekspor sektor pertanian Provinsi Sumatera Utara dalam satuan US$.

6) Free On Board (FOB) adalah penawaran harga barang hanya sampai keatas kapal, biaya angkut dan asuransi belum/tidak termasuk

7) Nilai Impor adalah Nilai CIF impor sektor pertanian Provinsi Sumatera Utara dalam dalam satuan US$.

8) Cost Insurance and Freight (CIF) adalah harga penawaran telah mencakup harga barang, biaya angkut dan asuransi.

9) Produk Domestik Regional Bruto adalah Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan Provinsi Sumatera Utara dalam satuan rupiah.

3.4.2 Batasan Operasional

1) Penelitian dilakukan di Provinsi Sumatera Utara.

2) Data yang digunakan adalah data nilai ekspor sektor pertanian, nilai impor sektor pertanian dan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan di Provinsi Sumatera Utara yang merupakan data sekunder dari kurun waktu tahun 1996 sampai dengan tahun 2013.


(47)

34 4.1 Deskripsi Daerah Penelitian

Penelitian dilakukan di Provinsi Sumatera Utara. Berikut deskripsi Daerah penelitian Provinsi Sumatera Utara.

4.2.1 Luas dan Letak Geografis

Provinsi Sumatera Utara terletak di antara 10- 40 Lintang Utara dan 980-1000 Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi Sumatera Utara mencapai 71.680,68 km2 atau 3,72% dari luas Wilayah Republik Indonesia. Provinsi Sumatera Utara memiliki 162 pulau, yaitu 6 pulau di Pantai Timur dan 156 pulau di Pantai Barat. Batas wilayah Provinsi Sumatera Utara meliputi Provinsi Aceh di sebelah Utara, Provinsi Riau dan Sumatera Barat di sebelah Selatan, Samudera Hindia di sebelah Barat, serta Selat Malaka di sebelah Timur. Letak geografis Provinsi Sumatera Utara berada pada jalur strategis pelayaran Internasional Selat Malaka yang dekat dengan Singapura, Malaysia, dan Thailand.

4.2.2 Kondisi Demografi

Sumatera Utara merupakan provinsi keempat terbesar jumlah penduduknya di Indonesia setelah pencacahan lengkap Sensus Penduduk (SP) 1990, penduduk Sumatera Utara berjumlah 10,81 juta jiwa, dan pada tahun 2010 jumlah penduduk Sumatera Utara telah meningkat menjadi 12,98 juta jiwa. Kepadatan penduduk Sumatera Utara pada tahun 1990 adalah 143 jiwa per km² dan pada tahun 2010 meningkat menjadi 178 jiwa per km². Dengan Laju Pertumbuhan Penduduk dari tahun 2000-2010 sebesar 1,10 persen.


(48)

Adapun jumlah penduduk Provinsi Sumatera Utara tahun 1996-2013 disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Jumlah Penduduk Provinsi Sumatera Utara, 1996-2013

Tahun Jumlah Penduduk (jiwa)

1996 11.306.300

1997 11.463.400

1998 11.754.100

1999 11.955.400

2000 11.476.272

2001 11.722.548

2002 11.847.075

2003 11.890.399

2004 12.123.360

2005 12.326.678

2006 12.643.494

2007 12.834.371

2008 13.042.317

2009 13.248.386

2010 12.982.204

2011 13.103.596

2012 13.215.401

2013 13.326.307

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, tahun 1996-2013

Dari Tabel 7 menunjukkan bahwa jumlah penduduk di Provinsi Sumatera Utara dari tahun 1996-2013 relatif mengalami peningkatan. Penurunan jumlah penduduk hanya terjadi pada tahun 2010.

Sumatera Utara merupakan provinsi multietnis dengan dan Utara, pada umumnya dihuni oleh orang-orang Melayu. Pantai barat dari Barus hingga Natal, banyak bermukim orang sekitar kepulauan sebelah barat.


(49)

4.2Perkembangan Perekonomian Sumatera Utara

4.2.1 Produk Domestik Regional Bruto Sumatera Utara

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Pertumbuhan tersebut merupakan rangkuman laju pertumbuhan dari berbagai sektor ekonomi yang menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Laju pertumbuhan ekonomi erat kaitannya dengan potensi sumber daya alam suatu daerah. Jika potensi sumber daya alamnya tinggi maka kemungkinan akan tercapai laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Utara ditunjukkan oleh kenaikan PDRB setiap tahunnya.

Nilai PDRB Sumatera Utara atas dasar harga berlaku pada tahun 2013 mencapai angka Rp. 403.933,1 milyar, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan 2000 mencapai Rp. 142.537,1 milyar. Peranan PDRB Sumatera Utara atas dasar harga berlaku terhadap penciptaan PDB nasional hanya sebesar kurang lebih 5 persen. Dibandingkan dengan tahun 1996, PDRB Sumatera Utara sudah jauh meningkat dimana pada tahun tersebut PDRB Sumatera Utara atas dasar harga berlaku baru mencapai Rp. 28.173,1 milyar, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan mencapai Rp. 23.714,73 milyar.

Setelah mengalami kontraksi hebat pada tahun 1998 sebesar minus 13,13 persen akibat krisis, ekonomi Indonesia seperti halnya ekonomi di Negara-negara ASEAN lain, mulai mengalami pertumbuhan positif, meskipun sebenarnya masih jauh dari harapan dalam arti perbaikan (recovery) ekonomi yang sesungguhnya. Menurut para pakar ekonomi, perbaikan ekonomi nasional sendiri dalam arti sebenarnya baru akan terwujud sekitar tiga sampai lima tahun lagi. Tanda-tanda


(50)

pemulihan perekonomian nasional ke arah perbaikan mulai tampak di tahun 1999 dan berlanjut pada tahun 2000. Gejala perbaikan ekonomi tersebut ditunjukkan oleh perkembangan positif beberapa indikator makroekonomi yang diperlihatkan pada tahun 2000.

Pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara tahun 2013 yang ditunjukkan oleh PDRB atas dasar harga konstan 2000 sebesar 6,01 persen, menunjukkan adanya perlambatan pertumbuhan bila dibandingkan dengan tahun 2012 yang tercatat sebesar 6,22 persen. Salah satu penyebab yang mengakibatkan perlambatan pertumbuhan tersebut adalah menurunnya ekspor. Laju pertumbuhan Sumatera Utara sejak tahun 2010 sampai dengan tahun 2013 diatas 6 persen. Perekonomian Sumatera Utara mulai stabil setelah pemulihan dari krisis global tahun 2008, yang dampaknya masih terlihat pada pertumbuhan ekonomi tahun 2009 sebesar 5,07 persen.

Jika dibandingkan dengan angka nasional, pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara pada tahun 2013 terlihat lebih tinggi. Tahun tersebut perekonomian nasional tumbuh sebesar 5,78 persen. Berbeda dengan tahun sebelumnya, pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara tumbuh sebesar 6,22 persen sedangkan nasional tumbuh sebesar 6,26 persen.

Adapun PDRB Sumatera Utara dan PDB Indonesia (Milyar Rupiah) serta Pertumbuhan Ekonomi (%) Tahun 1996-2013 dapat dilihat pada Tabel 8.


(51)

Tabel 8. PDRB Sumatera Utara dan PDB Indonesia (Milyar Rupiah) serta Pertumbuhan Ekonomi (%) Tahun 1996-2013

Sumatera Utara Indonesia

Tahun PDRB Pertum

buhan Ekono mi

PDB Pertum

buhan Ekono mi

ADHB ADHK ADHB ADHK

1996 28.173,1 23.714,73 9,01 532,567,98 413.797,91 7,82 1997 34.006,27 25,065,4 5,7 627.695,51 433.245,87 4,7 1998 50.705,97 22.332,69 -11,93 955.753,47 376.374,85 -12,82 1999 61.957,56 22.910,08 2,59 1.099.731,5 379.352,47 0,79 2000 67.659,89 69.154,11 4,83 1.282.017,5 379.934,25 4,92 2001 79.331,33 71.908,35 3,98 1.684.280,4 1.442.984,5 3,83 2002 89.670,14 75.189,14 4,56 1.863.274,6 1.506.124,3 4,38 2003 103.401,3 78.805,6 4,81 2.013,674,6 1.577.171,3 4,78 2004 118.101,6 83.329,23 5,74 2.083.077,9 1.506.296,6 5,03 2005 139.618,3 87.897,8 5,48 2.774.281,1 1.750.815,2 5,69 2006 160.376,8 93.347,4 6,2 3.339,216,8 1.847.126,7 5,5 2007 181.819,7 99.792,3 6,9 3.949.321,4 1.963.091,8 6,28 2008 213.931,7 106.172,3 6,39 4.954.028,9 2.082.103,7 6,1 2009 236.353,6 111.559,2 5,07 5.606.203,4 2.178.850,4 4,63 2010 275.056,5 118.718,9 6,42 6.446.851,9 2.314.458,8 6,22 2011 314.372,4 126.587,6 6,63 7.422.781,2 2.464.566,1 6,49 2012 351.090,4 134.461,5 6,22 8.241.864,3 2.618.938,4 6,26 2013 403.933,1 142.537,1 6,01 8.416.039,5 2.770.345,1 5,78

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, 1996-2013

Dari Tabel 8 menunjukkan bahwa perkembangan perekonomian Sumatera Utara dan Indonesia dari tahun 1996 sampai tahun 2013. PDRB Sumatera Utara atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan yang tertinggi adalah pada tahun 2013 yaitu sebesar Rp. 403.933,1 milyar dan Rp. 142.537,1 milyar. Sedangkan PDRB Sumatera Utara atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan yang adalah pada tahun 1996 dan 1998 yaitu sebesar Rp. 28.173,1 milyar dan Rp. 22.332,69 milyar. Pertumbuhan ekonomi teringgi yaitu pada tahun 1996 yaitu sebesar 9,01 %. Sedangkan pertumbuhan ekonomi terendah adalah pada tahun 1998 yaitu sebesar -11,93.


(52)

Gambar 5. Laju Pertumbuhan PDRB Sumatera Utara dan PDB Nasional Tahun 1996-2013 (Persen)

Dari Gambar 5 menunjukkan bahwa, laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Utara selalu berada di atas angka pertumbuhan ekonomi nasional kecuali pada tahun 2000, 2005 dan 2012. Pertumbuhan ekonomi terendah pada tahun 1998 yaitu sebesar -12,82 dan tertinggi pada tahun 1996 yaitu sebesar 9,01. 4.2.2 Ekspor dan Impor Komoditi Utama Sumatera Utara

Salah satu faktor terjadinya perdagangan internasional adalah terbatasnya sumber daya. Sumber-sumber daya ini yang nantinya akan diolah sedemikian rupa sehingga menjadi barang yang nantinya digunakan dalam perdagangan internasional melalui kegiatan ekspor impor. Kegiatan perdagangan internasional dalam hal ini ekspor dan impor sebenarnya adalah proses transaksi jual beli yang umum. Hanya saja kegiatan ekspor impor dilakukan secara lintas Negara yang mengakibatkan prosesnya yang lebih rumit. Barang yang diperdagangkan adalah barang mentah, setengah jadi, ataupun barang jadi yang selanjutnya akan disebut dengan komoditas. Komoditas adalah suatu produk atau barang yang diperdagangkan. -15 -10 -5 0 5 10 15

1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

La ju P e rt u mb u h a n ( P e rs e n ) Sumut Nasional


(53)

Adapun volume dan nilai ekspor dan impor Sumatera Utara menurut komoditi utama disajikan pada tabel 9, 10, 11, dan 12 berikut.

Tabel 9.Volume Ekspor Sumatera Utara menurut Komoditi Utama, 2008- 2012

Berat Bersih (ton) Tahun

2008 2009 2010 2011 2012

Lemak & Minyak Nabati

4.677.447 4.312.082 4.239.156 3.911.979 4.139.610 Getah Karet Alam 641.997 567.639 663.467 681.214 625.998 Barang-barang

Aluminium

152.522 153.614 154.721 137.521 150.176 Sigaret,Cerutu dsb 37.630 37.307 35.480 34.260 39.041

Kopi 62.888 67.318 78.813 78.505 78.473

Perlengk. Garmen Bkn Terkstil

45.377 49.676 51.084 43.735 42.010 Margarin/Mentega 304.178 210.780 210.747 319.094 262.103 Olahan minyak,

lemak nabati dan hewani

213.652 247.629 310.432 377.284 503.784

Coklat 52.859 55.453 58.051 40.348 37.777

Alkohol, Fenol, Fenol-Alkohol

87.866 145.860 125.193 159.546 199.635 Lainnya 2.244.477 2.211.568 2.064.959 2.377.523 2.617.333 Jumlah 8.520.892 8.058.927 7.992.103 8.161.003 8.695.942

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara, 2013

Dari Tabel 9 menunjukkan bahwa komoditi ekspor yang termasuk dalam sektor pertanian ada 4 komoditi, yaitu lemak & minyak nabati, getah karet alam, kopi dan coklat. Mengacu pada tren, perkembangan volume ekspor, komoditi lemak & minyak nabati selama kurun waktu 2008-2012 relatif mengalami penurunan. Sedangkan perkembangan volume ekspor komoditi getah karet alam selama kurun waktu 2008-2012 mengalami fluktuasi. Dari tahun 2008-2009 trend mengalami penurunan. Selanjutnya terjadi kenaikan pada tahun 2010 dan 2011. Kemudian turun lagi pada tahun 2012. Begitu juga pada komoditi ekspor kopi dan coklat. Mengacu pada trend, perkembangan volume ekspor kopi dan coklat selama kurun waktu 2008-2012 juga mengalami fluktuasi. Dari tahun 2008-2010 trend


(54)

mengalami peningkatan selanjutnya pada tahun 2011-2012 trend mengalami penurunan.

Tabel 10. Nilai FOB Ekspor Sumatera Utara menurut Komoditi Utama, 2008-2012

Nilai FOB (000 US$)

Tahun

2008 2009 2010 2011 2012

Lemak & Minyak Nabati

4.181.613 2.726.016 3.615.016 4.287.988 3.921.229 Getah Karet

Alam

1.678.064 943.011 2.077.954 3.141.415 2.006.268

Barang-barangAluminium

405.472 244.216 331.604 330.794 299.031 Sigaret,Cerutudsb. 165.873 198.495 202.015 225.703 252.430 Kopi 211.007 203.646 262.598 455.218 441.059 Perlengk. Garmen

Bkn Terkstil

181.259 173.462 223.750 251.827 227.645 Margarin/

Mentega

332.154 167.992 217.308 411.300 294.036 Olahan minyak,

lemak nabati dan hewani

179.218 156.036 271.083 426.715 479.533

Coklat 119.043 140.375 163.908 123.828 91.988 Alkohol, Fenol,

Fenol-Alkohol

115.013 120.398 136.915 248.630 238.618 Lainnya 1.693.261 1.386.471 1.645.623 1.979.849 2.142.096 Jumlah 9.261.977 6.460.117 9.147.778 11.883.268 10.393.936

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara, 2013

Dari Tabel 10 menunjukkan bahwa komoditi ekspor yang termasuk dalam sektor pertanian ada 4 komoditi, yaitu lemak & minyak nabati, getah karet alam, kopi dan coklat. Mengacu pada trend, perkembangan nilai ekspor komoditi lemak & minyak nabati selama kurun waktu 2008-2012 relatif mengalami penurunan. Sedangkan perkembangan nilai ekspor komoditi getah karet alam selama kurun waktu 2008-2012 mengalami fluktuasi. Begitu juga pada komoditi ekspor kopi dan coklat, perkembangan nilai ekspor kopi dan coklat selama kurun waktu 2008-2012 mengalami fluktuasi.


(55)

Tabel 11. Volume Impor Sumatera Utara menurut Komoditi Utama, 2008-2012

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara, 2013

Dari Tabel 11 menunjukkan bahwa komoditi impor yang termasuk dalam sektor pertanian ada 2 komoditi, yaitu Biji & Buah mengandung Minyak, Berkulit lunak dan Tepung Gandum dan Meslin. Mengacu pada trend, perkembangan volume impor komoditi Biji & Buah mengandung Minyak, Berkulit lunak selama kurun waktu 2008-2012 relatif mengalami peningkatan.. Sedangkan perkembangan volume impor komoditi Tepung Gandum dan Meslin selama kurun waktu 2008-2012 mengalami fluktuasi. Dari tahun 2008-2010 tren mengalami peningkatan. Selanjutnya terjadi penurunan pada tahun 2011 dan 2012.

Berat Bersih (ton)

Tahun

2008 2009 2010 2011 2012

Hasil- hasil minyak bumi

740.122 984.921 1.202.272 1.008.532 1.298.745 Makanan Ternak 441.980 466.520 532.061 589.787 641.431 Pupuk buatan

pabrik

1.026.901 425.342 784.824 993.523 834.374 Bijih Aluminium 427.054 472.286 441.730 401.336 494.109 Sisa Hasil Minyak

Bumi

119.686 134.516 103.759 98.736 148.217 Intalasi

Pembangkit Listrik dan Perl

21.765 20.775 18.845 21.555 28.864

Biji & Buah mengand.

Minyak, Berkulit lunak

90.957 90.533 97.992 118.229 121.458

Ket.Uap Air&Ket.Uap Lainnya

9.840 13.751 2.881 4.092 6.478

Tepung Gandum dan Meslin

103.247 128.198 136.826 123.441 104.929 Semen, Kapur &

Bhn bangunan

858.708 840.055 854.679 390.041 380.075 Lainnya 2.040.499 1.659.654 1.995.864 2.968.787 2.755.225 Jumlah 5.880.759 5.236.553 6.171.734 6.718.063 6.813.898


(56)

Tabel 12. Nilai CIF Impor Sumatera Utara menurut Komoditi Utama, 2008-2012

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara, 2013

Dari Tabel 12 menunjukkan bahwa komoditi impor yang termasuk dalam sektor pertanian ada 2 komoditi, yaitu Biji & Buah mengandung Minyak, Berkulit lunak dan Tepung Gandum dan Meslin. Mengacu pada trend, perkembangan nilai impor komoditi Biji & Buah mengandung Minyak, Berkulit lunak selama kurun waktu 2008-2012 terus-menerus mengalami peningkatan. Sedangkan perkembangan nilai impor komoditi Tepung Gandum dan Meslin selama kurun waktu 2008-2012 mengalami fluktuasi. Dari tahun 2008-2009 tren mengalami penurunan.

Nilai CIF (000 US$)

Tahun

2008 2009 2010 2011 2012

Hasil- hasil minyak bumi

614.374 546.715 879.729 1.048.215 1.339.732 Makanan Ternak 214.977 214.423 236.052 291.927 358.194 Pupuk buatan

pabrik

490.644 139.766 233.083 419.866 312.421 Bijih Aluminium 185.268 131.546 155.309 170.040 181.236 Sisa Hasil

Minyak Bumi

63.772 69.370 50.662 61.570 95.360 Intalasi

Pembangkit Listrik dan Perl

80.905 57.795 44.704 69.953 114.729

Biji & Buah mengand. Minyak, Berkulit lunak

47.057 51.721 53.876 73.555 77.845

Ket.Uap Air&Ket.Uap Lainnya

24.602 46.759 11.620 15.296 18.532

Tepung Gandum dan Meslin

43.930 41.409 45.165 46.487 38.504

Semen, Kapur & Bhn bangunan

38.543 41.151 33.535 19.553 25.227 Lainnya 1.891.994 1.383.580 1.832.518 2.736.995 2.602.971 Jumlah 3.696.065 2.724.236 3.576.248 4.953.462 5.164.751


(57)

Selanjutnya terjadi peningkatan pada tahun 2010 dan 2011. Dan turun lagi pada tahun 2012.


(58)

45

5. 1 Korelasi nilai total ekspor dan nilai ekspor komoditi utama sektor pertanian dengan Produk Domestik Regional Bruto Sumatera Utara Nilai Ekspor (Free On Board) adalah penawaran harga barang hanya sampai keatas kapal, biaya angkut dan asuransi belum/tidak termasuk. Ekspor akan menghasilkan devisa, selanjutnya dapat digunakan untuk membiayai impor dan pembangunan sektor-sektor ekonomi di dalam negeri. Secara teoritis (hipotesis), dengan adanya pertumbuhan ekspor maka akan terjadi peningkatan cadangan devisa, pertumbuhan output di dalam negeri, peningkatan kesempatan kerja dan pendapatan masyarakat serta terjadinya pertumbuhan Produk Domestik Bruto (Tambunan, 2001).

Pendapatan nasional dianggap bukan penentu penting dari ekspor suatu negara. Ekspor akan secara langsung mempengaruhi pendapatan nasional. Akan tetapi hubungan yang sebaliknya tidak selalu berlaku, yaitu kenaikan pendapatan nasional belum tentu menaikkan ekspor oleh karena pendapatan nasional dapat mengalami kenaikan sebagai akibat kenaikan pengeluaran rumah tangga, investasi perusahaan, pengeluaran pemerintah dan penggantian barang impor dengan barang buatan dalam negeri. Ciri yang baru diterangkan tersebut menyebabkan ekspor dipandang sebagai pengeluaran otonomi yaitu pengeluaran yang besarnya tidak tergantung kepada pendapatan nasional. Dalam persoalan ini ciri ekspor adalah sama dengan investasi perusahaan dan pengeluaran pemerintah, yaitu jumlahnya tidak ditentukan oleh pendapatan nasional.


(59)

Dengan menggunakan data dari kurun waktu 1996-2013 diketahui bahwa korelasi nilai total dan komoditi utama ekspor sektor pertanian dengan Produk Domestik Regional Bruto di Provinsi Sumatera Utara dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Korelasi nilai total dan komoditi utama ekspor sektor pertanian dengan Produk Domestik Regional Bruto

5.1.1 Korelasi nilai total ekspor sektor pertanian dengan Produk Domestik Regional Bruto Sumatera Utara

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil analisis signifikansi yang diperoleh adalah 0.000 (<0.05) sehinnga H1 diterima. Artinya, ada korelasi yang nyata antara nilai total ekspor sektor pertanian dengan Produk Domestik Regional Bruto. Sementara berdasarkan nilai koefisien korelasi pearson yang diperoleh (0.761), menyatakan bahwa korelasi antara kedua variabel tersebut adalah positif dan kuat, artinya ketika ekspor sektor pertanian mengalami kenaikan, maka Produk Domestik Regional Bruto juga naik.

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Herlina (2000) yang mengatakan bahwa bahwa terdapat hubungan yang searah dan positif antara PDRB Sumatera Utara dengan ekspor pertambangan non-migas Sumatera Utara, artinya jika PDRB Sumatera Utara mengalami peningkatan maka ekspor pertambangan non-migas Sumatera Utara juga mengalami peningkatan.

PDRB Ekspor Lemak & minyak

nabati

Getah karet alam

Kopi Coklat

Pearson Correlation

1 .761 .647 .751 .781 .618

Sig (2-tailed)

.000 .004 .000 .000 .006

N 18


(60)

Pendapatan nasional dianggap bukan penentu penting dari ekspor suatu negara. Ekspor akan secara langsung mempengaruhi pendapatan nasional. Akan tetapi hubungan yang sebaliknya tidak selalu berlaku, yaitu kenaikan pendapatan nasional belum tentu menaikkan ekspor oleh karena pendapatan nasional dapat mengalami kenaikan sebagai akibat kenaikan pengeluaran rumah tangga, investasi perusahaan, pengeluaran pemerintah dan penggantian barang impor dengan barang buatan dalam negeri. Ciri yang baru diterangkan tersebut menyebabkan ekspor dipandang sebagai pengeluaran otonomi yaitu pengeluaran yang besarnya tidak tergantung kepada pendapatan nasional (Sukirno, 2006).

Besarnya ekspor secara langsung mempengaruhi Pendapatan nasional, tapi tidak sebaliknya. Pendapatan Nasional bukan merupakan faktor yang menentukan besarnya ekspor suatu Negara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan antara nilai total ekspor dan nilai ekspor komoditi sektor pertanian dengan PDRB Sumatera Utara kuat dan positif, artinya jika ekspor komoditi utama sektor pertanian dapat terus ditingkatkan maka Produk Domestik Regional Bruto akan naik sehingga hal tersebut berdampak positif bagi perekonomian Sumatera Utara. Perkembangan ekspor sektor pertanian di Provinsi Sumatera Utara dari tahun 1996 sampai dengan tahun 2013 relatif mengalami fluktuasi. Dalam kurun waktu 1996-2013 total ekspor sektor pertanian Sumatera Utara mengalami peningkatan dari 938.492 ton tahun 1996 menjadi 1.104.842 ton tahun 2013 atau mengalami peningkatan sebesar 0,98% dan nilai ekspor sektor pertanian mengalami peningkatan dari 998,2 juta US$ tahun 1996 menjadi 2.403,01 juta US$ tahun 2013 atau mengalami peningkatan sebesar 7,81%. Adapun perkembangan ekspor sektor pertanian tahun1996-2013 disajikan pada Tabel 14.


(61)

Tabel 14. Ekspor Sektor Pertanian Sumatera Utara 1996-2013

Tahun Ekspor PDRB

Berat Bersih (Ton)

Nilai FOB (US$)

(Milyar Rupiah)

1996 938.492 998.290.000 23.714,7

1997 885.801 891.707.000 25.065,4

1998 1.088.026 746.359.000 22.332,6

1999 981.148 625.157.000 22.910,0

2000 824.352 551.295.000 69.154,1

2001 1.035.361 665.936.000 71.908,3

2002 885.245 600.529.000 75.189,1

2003 838.057 686.911.000 78.805,6

2004 1.024.946 1.029.559.000 83.329,2

2005 1.044.992 1.222.394.000 87.897,8

2006 1.077.964 1.705.921.000 93.347,4

2007 1.107.505 1.850.403.000 99.792,3

2008 1.042.468 2.187.775.000 106.172,3

2009 976.542 1.444.088.000 111.559,2

2010 1.077.691 2.677.304.000 118.718,9

2011 1.050.217 3.951.429.000 126.587,6

2012 1.020.007 2.740.148.000 134.461,5

2013 1.104.842 2.403.011.000 142.537,1

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, 1996-2013

Dalam kurun waktu 1996-2002 perkembangan ekspor relatif mengalami penurunan. Peningkatan yang signifikan hanya terjadi pada tahun 1998 sebesar 22,82% dan tahun 2001 sebesar 25,59% . Hal ini disebabkan karena pada tahun 1998 dan tahun 2001 terjadi krisis ekonomi di Indonesia. Nilai tukar rupiah melemah sehingga walaupun jumlah ekspor meningkat tetapi nilai ekspor rendah. Sedangkan dalam kurun waktu 10 tahun terakhir yaitu tahun 2003-2013 perkembangan ekspor stagnan pada kisaran 1 juta ton, penurunan yang signifikan terjadi pada tahun 2009 yaitu sebesar 0,97 juta ton. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya yaitu terjadinya krisis global yang berpengaruh pada melemahnya permintaan produk di pasaran internasional. Krisis global adalah peristiwa dimana seluruh sektor ekonomi di pasar dunia mengalami keruntuhan


(62)

(keadaan gawat) dan mempengaruhi sektor lainnya di seluruh dunia. Krisis global ini berawal pada negara adidaya Amerika Serikat (AS) dimana dimulai dari kredit macet perumahan di Amerika Serikat yang merupakan sentrum bagi perekonomian dunia.

Total jumlah ekspor sektor pertanian tertinggi adalah pada tahun 1998 yaitu sebesar 1.088.026 ton dan nilai FOB ekspor tertinggi adalah pada tahun 2011 yaitu sebesar 3.951,42 juta US$. Sedangkan jumlah total ekspor sektor pertanian terendah adalah pada tahun 2000 yaitu sebesar 824.352 ton dan nilai FOB ekspor terendah adalah pada tahun 2000 yaitu sebesar 551,29 juta US$.

Gambar 6. Perkembangan Nilai FOB Ekspor Sektor Pertanian dan Produk Domestik Regional Bruto Sumatera Utara

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perkembangan nilai FOB ekspor sektor pertanian dari tahun 1996-2013 mengalami fluktuasi. Dari tahun 1996-2008 nilai ekspor relatif mengalami peningkatan. Penurunan yang signifikan terjadi pada tahun 2009 sebesar 6,32%. Selanjutnya pada tahun 2010-2011 terjadi peningkatan yang signifikan dan kembali mengalami penurunan pada tahun 2012-2013.

0 50000 100000 150000 200000 250000 300000 350000 400000 450000

1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

nilai FOB PDRB


(1)

2.

Getah Karet Alam

CORRELATIONS /VARIABLES=Y X

/PRINT=TWOTAIL NOSIG

/STATISTICS DESCRIPTIVES XPROD /MISSING=PAIRWISE.

Correlations

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

PDRB 82971.0000 38874.07872 18

Getah karet alam 1082447.0556 793920.55355 18

Correlations

PDRB Getah karet alam

PDRB

Pearson Correlation 1 .751**

Sig. (2-tailed) .000

Sum of Squares and

Cross-products 25690297936.000

393985825635.00 0

Covariance 1511193996.235 23175636802.059

N 18 18

Getah karet alam

Pearson Correlation .751** 1

Sig. (2-tailed) .000

Sum of Squares and Cross-products

393985825635.00 0

10715267370836. 943

Covariance 23175636802.059 630309845343.35

0

N 18 18


(2)

3.

Kopi

CORRELATIONS /VARIABLES=Y X

/PRINT=TWOTAIL NOSIG

/STATISTICS DESCRIPTIVES XPROD /MISSING=PAIRWISE.

Correlations

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

PDRB 82971.0000 38874.07872 18

kopi 178811.9444 120571.13755 18

Correlations

PDRB kopi

PDRB

Pearson Correlation 1 .781**

Sig. (2-tailed) .000

Sum of Squares and

Cross-products 25690297936.000 62212426951.000

Covariance 1511193996.235 3659554526.529

N 18 18

kopi

Pearson Correlation .781** 1

Sig. (2-tailed) .000

Sum of Squares and

Cross-products 62212426951.000

247135786572.94 4

Covariance 3659554526.529 14537399210.173

N 18 18


(3)

4.

Coklat

CORRELATIONS /VARIABLES=Y X

/PRINT=TWOTAIL NOSIG

/STATISTICS DESCRIPTIVES XPROD /MISSING=PAIRWISE.

Correlations

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

PDRB 82971.0000 38874.07872 18

coklat 68004.8333 42902.44538 18

Correlations

PDRB coklat

PDRB

Pearson Correlation 1 .618**

Sig. (2-tailed) .006

Sum of Squares and

Cross-products 25690297936.000 17517355459.000

Covariance 1511193996.235 1030432674.059

N 18 18

coklat

Pearson Correlation .618** 1

Sig. (2-tailed) .006

Sum of Squares and

Cross-products 17517355459.000 31290536938.500

Covariance 1030432674.059 1840619819.912

N 18 18


(4)

Lampiran 9. Output Korelasi

Impor Sektor Pertanian Dengan Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB)

CORRELATIONS /VARIABLES=Y X

/PRINT=TWOTAIL NOSIG

/STATISTICS DESCRIPTIVES XPROD /MISSING=PAIRWISE.

Correlations

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

PDRB 82971.0000 38874.07872 18

impor 134676944.4444 114548724.91625 18

Correlations

PDRB impor

PDRB

Pearson Correlation 1 .830**

Sig. (2-tailed) .000

Sum of Squares and

Cross-products 25690297936.000

62801727757000. 016

Covariance 1511193996.235 3694219279823.5

30

N 18 18

impor

Pearson Correlation .830** 1

Sig. (2-tailed) .000

Sum of Squares and Cross-products

62801727757000. 016

22306397645894 4448.000

Covariance 3694219279823.5

30

13121410379937 908.000

N 18 18


(5)

Lampiran 10. Output Korelasi

Impor Komoditi Utama Sektor Pertanian Dengan

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

1.

Biji dan Buah mengandung Minyak

CORRELATIONS /VARIABLES=Y X

/PRINT=TWOTAIL NOSIG

/STATISTICS DESCRIPTIVES XPROD /MISSING=PAIRWISE.

Correlations

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

PDRB 82971.0000 38874.07872 18

biji & buah meng. minyak 27449.3333 29717.27648 18

Correlations

PDRB biji & buah meng.

minyak

PDRB

Pearson Correlation 1 .824**

Sig. (2-tailed) .000

Sum of Squares and

Cross-products 25690297936.000 16175229353.000

Covariance 1511193996.235 951484079.588

N 18 18

biji & buah meng. minyak

Pearson Correlation .824** 1

Sig. (2-tailed) .000

Sum of Squares and

Cross-products 16175229353.000 15012980862.000

Covariance 951484079.588 883116521.294

N 18 18


(6)

2.

Tepung gandum & meslin

CORRELATIONS

/VARIABLES=Y X

/PRINT=TWOTAIL NOSIG

/STATISTICS DESCRIPTIVES XPROD /MISSING=PAIRWISE.

Correlations

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

PDRB 82971.0000 38874.07872 18

gandum 25594.3889 20647.51318 18

Correlations

PDRB gandum

PDRB

Pearson Correlation 1 .506*

Sig. (2-tailed) .032

Sum of Squares and

Cross-products 25690297936.000 6905035698.000

Covariance 1511193996.235 406178570.471

N 18 18

gandum

Pearson Correlation .506* 1

Sig. (2-tailed) .032

Sum of Squares and

Cross-products 6905035698.000 7247436610.278

Covariance 406178570.471 426319800.605

N 18 18