Penentuan Kadar Air Kertas Rokok Pada Hasil Cetakan Kertas Di PT. Pusaka Prima Mandiri Titi Kuning

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah Industri Pulp Dan Kertas Di Dunia

Perbedaan tingkat konsumsi akan kertas dan kertas board dan perkembangannya sudah barang tertentu berhubungan dengan beberapa faktor yang mempengaruhinya. Telah semenjak lama diakui bahwa konsumsi akan kertas dan kertas board suatu negara barkaitan erat dengan besar dan perkembangan prekonomian. Besar kecilnya Gross Domestic Product (GDP) atau Gross National Product (GNP) biasanya dijadikan suatu kriteria yang sederhana untuk menunjukan perkembangan prekonomian suatu negara. Akan tetapi kenyataanya tidaklah demikian, ada beberapa faktor struktural yang berbeda antara prekonomian masing–masing negara. Untuk mengukur perkembangan dan besarnya perekonomian suatu negara, sering kali dipecahkan menjadi dua faktor yaitu kependudukan dan pendapatan perkapita.

Perkembangan konsumsi kertas dan kertas board di indonesia dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan, yaitu rata-rata 14 % pertahun pada periode 1970–1977, dimana peningkatan konsumsi masing–masing jenis kertas adalah sebagai berikut :

- Kertas koran 9,2 %.

- Kertas cetak dan tulis 8,9 %.

- Kertas wrapping packaging & kraft 29,1 %. - Kertas boards 44,8 % dan kertas lainnya 35,3 %.

2.1.1 Produksi Pulp Dunia

Distribusi produksi pulp sudah tentu bergantung pada besarnya kebutuhan untuk membuat kertas. Akan tetapi pada dasarnya adalah lokasi dimana raw material (bahan dasar pulp) baik tersedia dalam negri atau impor. Potensi produksi maksimum pulp dunia diturunkan berdasarkan assumsi maksimum operasi produksi 0,94 untuk negara maju dan 0,85 untuk negara sedang berkembang.

2.1.2 Kebutuhan Kertas Di Indonesia

Sejalan dengan laju perkembangan prekonomian Indonesia, maka konsumsi kertas terus meningkat. Konsumsi kertas perkapita pertahun pada tahun 1960 berjumlah 1,8 kg perkapita. Konsumsi ini terus meningkat sampai tahun 1980 menjadi 3 kg per kapita.


(2)

Penggunaan/Konsumsi kertas & board. Pada umumnya kertas dibagi menjadi 3 golongan besar yaitu:

a. Cultural paper (kertas budaya), yang terdiri dari jenis kertas news print (kertas koran) writing, printing & business (kertas cetak, tulis dan keperluan bisnis) dan kertas khusus.

b. Industrial paper (kertas industri) yang terdiri dari wrapping, packaging, dan craft, boards, cigarette dan kertas khusus.

c. Other paper (Kertas lainya), yang terdiri dari Tissued, household dan kertas lainnya.

Berdasarkan penggolongan kertas tersebut di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pada umumnya cultural paper adalah kertas yang digunakan untuk keperluan kebudayaan secara umum, misalnya surat kabar, buku-buku, dan lain–lain (Anonim. 1982).

2.2 Pengeringan Kertas

Dengan meringkas berbagai teknologi pengeringan kertas, baik yang konvensional maupun yang baru. Meskipun terdapat kebutuhan untuk memperbaiki teknologi pengeringan kertas, untuk mengganti pengeringan sillinder ganda yang sudah ada berabad umurnya, tetapi belum pernah terlaksana. Konsep pengeringan uap super-panas untuk keras pertama kali diajukan dan didemonstrasikan oleh penulis tahun 1981 masih memerlukan veldiasi pada skala mill. Kertas yang dikeringkan pada uap super-panas menggunakan impinging jet atau melalui penegeringan telah ditunjukkan dapat menghasilkan sifat kekuatan yang lebih baik khususnya jika pulp yang digunaan adalah pulp mekanik, yaitu yang mempunyai kandungan lignin yang rendah. Pulp mekanik disebut sebagai high-yield pulp karena dapat memperoleh hasil pulp mekanik yang lebih tinggi untuk setiap ton kayu yang digunakan.

Pulp kimiawi dinilai mempunyai hasil yang rendah dengan kadar polusi yang tinggi, sehingga tidak ramah lingkukngan. Oleh karena itu, dengan menggunakan pengeringan uap, penggunaan pulp kimiawi dapat dikurangi tetapi tetap menghasilkan kertas dengan kekuatan mekanik yang baik. Oleh karena itu penggunaan pengeringan uap untuk kertas dapat menghemat energi dan sumber daya. Karena sifat mesin kertas yang sangat padat, sulit untuk memasukkan teknologi pegeringan yang sama sekali baru dalam sekala besar. Kelihatanya, harus di lakukan pengujian terlebih dahulu pada mesin yang lebih kecil untuk menghasilkan kertas khusus (Sakomon D. 2000).


(3)

2.3 Kayu Memiliki Komponen Dan Unsur Kimia Penyusun Kayu.

Komponen dan unsur yang terdapat pada kayu tersebut dalam bidang distribusi dinding kayu tidak merata. Kadar selulosa dan hemiselulosa banyak terdapat dalam dinding sekunder, sedangkan lignin banyak terdapat dalam dinding primer. Zat ekstarktif terdapat di luar dinding sel kayu.

Tabel 2.3.1 Komposisi Unsur–Unsur Kimia Kayu

(Eero Sjostrom (1998).

Unsur Komposisi

Karbon 50 %

Hidrogen 6 %

Nitrogen 0,4 - 0,10 %

Abu 0,02 - 0,05 %


(4)

2.3.1 Komposisi Kayu

Komposisi kayu terbagi menjadi empat bagian yaitu : Tabel 2.3.1 Komposisi Serat Kayu

Komponen

Komposisi Kayu Lunak

(Softwood)

Kayu Keras (Hardwood)

Selulosa 40 – 44 % 43 – 47 %

Hemiselulosa 25 – 29 % 23 – 35 %

Lignin 25 – 31 % 16 – 24 %

Ekstraktif 01– 05 % 02 – 08 %

2.3.2 Komponen – Komponen Penyusun Kayu

Sepanjang menyangkut komponen kimia kayu, maka perlu dibedakan antara komponen-komponen makromolekul utama dinding sel selulosa, poliosa (hemiselulosa) dan lignin, yang terdapat pada semua kayu, dan komponen komponen polimer minor dengan berat molekul kecil (ekstraktif dan zat zat mineral), yang biasanya lebih berkaitan dengan jenis kayu tertentu dalam jenis dan jumlahnya.

2.3.3 Selulosa

Selulosa merupakan komponen kayu yang terbesar, yang dalam kayu lunak dan kayu keras jumlahnya mencapai hampir setengahnya. Selulosa merupakan polimer linier dengan berat molekul tinggi yang tersusun seluruhnya atas β -D-glukosa. Karena sifat kimia dan fisiknya maupun stuktur supra molekulnya maka ia dapat memenuhi fungsinya sebagai struktur utama dinding sel tumbuhan.

2.3.4 Hemiselulosa

Poliosa (Hemiselulosa) sangat dekat asosiasinya dengan selulosa dalam dinding sel. Lima gula netral, yaitu heksosa-heksosa glukosa, manosa galaktosa dan pentose-pentosa xilosa, dan arabinosa merupakan bahan utama


(5)

poliosa. Rantai molekulnya jauh lebih pendek bila dibandingkan dengan selulosa, dan dalam beberapa senyawa mempunyai rantai-cabang. Kandungan poliosa dalam kayu keras lebih besar dari pada dalam kayu lunak dan komposisi gulanya berbeda.

2.3.5 Lignin

Lignin merupakan komponen makromolekul kayu ketiga. Struktur lignin sangat berbeda bila dibandingkan dengan polisakarida karena terdiri atas senyawa aromatik yang tersusun atas unit-unit fenilpropana. Dalam kayu terdapat perbedaan struktur lignin dalam kayu lunak dan dalam kayu keras. Dari suatu morfologi lignin merupakan senyawa amorf yang terdapat dalam dinding sekunder. Lignin dapat menembus di antara fibril-fibril sehingga memperkuat dinding sel.

2.3.6 Bahan Ekstraktif

Disamping komponen–komponen dinding sel terdapat juga sejumlah zat - zat yang disebut bahan tambahan atau ekstraktif. Bahan organik sangat lazim disebut ekstraktif. Bahan ekstraktif mencakup sejumlah senyawa kimia yang luas, meskipun terdapatnya dalam kayu , biasanya dalam jumlah yang sedikit (Dr. Hardjono Sastrohamidjojo. 1999 ).

2.3.7 Serat

Panjang serat mempengaruhi sifat-sifat tertentu pulp dan kertas, termasuk ketahanan sobek, kekuatan tarik dan daya lipat. Serat yang berdinding tipis emngakibatkan serat tersebut mudah menipis sehingga mengahsilkan lembaran yang mempunyai kekuatan keteguhan sobek yang tinggi , tetapi kekuatan letup rendah. Untuk memperoleh ketanguhan retak dan sobek yang tinggi, serat yang berdinding tebal perlu dicampur dengan serat yang panjang dan berdinding tipis, misalnya dengan serat kayu daun 7 jarum, atau digiling sesudah diolah menjadi

pulp selama beberapa waktu sehingga tarjadi penipisan dinding serat (Nurrahman

da Silitonga, 1972).

2.3.8 Pembagian Serat Dari Bahan Kayu

Pembagian serat dari bahan kayu menurut penggunaanya dapat dibagi menjadi dua golongan besar:

1. Kayu daun lebar menghasilkan serat pendek (LBKP = Lubholzt Bleach Kraft


(6)

(Eucalyptus sp), Meranti (Shorea sp), Bakau (Rhizopur sp) dan Akasia (Accassia mangium).

2. Kayu daun jarum menghasilkan pulp serat panjang (NBKP = Nadelholz

Bleach Kraft Pulp) dengan serat panjang sekitar 2,5 mm (softwood), seperti

pinus (pinus sp), Agata (Agathis sp).

Komponen kimia kayu mempunyai arti penting, karena dapat menetukan susunan jenis kayu, juga dengan mengetahuinya dapat membedakan jenis-jenis kayu. Pada umumnya komponen kimia kayu daun lebar dan kayu daun jarum terdiri dari atas unsur:

1. Unsur karbohidart terdiri dari selulosa dan hemiselulosa. 2. Unsur non-karbohidrat terdiri dari lignin.

3. Unsur yang diendapkan dari kayu selama peroses pertumbuhan dinamakan zat ekstaktif.

2.4 Pembagian Kayu

Pembagian kayu dalam industri kertas dapat dibagi 2 yaitu sebagai berikut: 2.4.1 Kayu Lunak

Kayu lunak secara tradisonal telah menjadi produk tetap industri-industri kayu di Amerika Utara, dan sampai kini pun kayu-kayu yang homogen, berserat lurus dan ringan teramat penting. Kayu-lunak yang homogen, berserat lurus dan ringan lebih disukai untuk dijadikan kayu-kayu konstruksi dan kayu-lapis. Karena secara khas kayu lunak tersusun atas serat-serat yang panjang, maka kayu lunak merupakan bahan baku kelas prima pada pembuatan kertas yang kuat.

2.4.2 Kayu Keras

Kayu yang dibentuk oleh jenis-jenis pohon kayu-keras sangat berbeda dengan yang dibentuk oleh jenis-jenis pohon kayu lunak. Kayu lunak memiliki susunan yang seragam dengan sedikit tipe sel, dan karenanya sering gambaran kayunya, tidak jelas. Kayu keras di pihak , tersusun atas jenis-jenis sel yang sangat berbeda-beda dan bervariasi. Maka sering sekali kayu keras ini di jadikan sebagai prabot rumah tangga , panil, dan tujuan - tujuan dekoratif yang lain (Dr. Ir. Sutjipto A. H. 1996).


(7)

2.5 Kadar Air Dalam Bahan Baku Kertas

Sampai sekarang belum diperoleh suatu istilah yang tepat untuk air yang terdapat pada bahan baku. Istilah umum yang biasanya di gunakan adalah “ air terikat” (bound water). Walaupun sebenarnya istilah ini kurang tepat, karena keterkaitan air dalam bahan berbeda-beda, bahkan ada yang tidak terikat.

Menurut dari derajat keterkaitan air, air terikat dapat dibagi atas empat tipe, yaitu sebagai berikut:

a. Tipe I, adalah molekul air yang terikat pada molekul-molekul air yang lain melalui suatu ikatan hidrogen yang berenergi besar. Molekul air membentuk hidrat dengan molekul lain yang mengandung atom-atom O dan N seperti kabohidrat, protein atau garam.

b. Tipe II, yaitu molekul molekul air membentuk ikatan hidrogen dengan molekul air lain, terdapat dalam mikrokapiler dan sifatnya agak berbeda dari air murni. Air jenis ini lebih sukar dihilangkan dan penghilangan air tipe II akan menurunkan aktifitas air. Bila sebahagian air tipe II dihilangkan, pertumbuhan mikroba dan lain-lain yang bersifat merusak bahan makanan seperti reaksi hidrolisis, atau oksidasi lemak. Jika air tipe II dihilangkan kadar air bahan akan berkisar antara 3 – 7 % dan kesetabilan bahan pada kondisi ini pun mencapai yang diinginkan.

c. Tipe III, adalah air yang secara fisik terikat dalam jaringan bahan membran, kapiler serat dan lain - lain. Kandungan air dari tipe III ini berkisar 12 – 25 % aktifitas air tergantung pada jenis bahan dan suhu. d. Tipe IV, adalah air yang tidak terikat dalam jaringan suatu bahan atau


(8)

Pada umumnya penentuan kadar air dilakukan dengan mengeringkan bahan dalam oven pada suhu 100 – 110 oC selama 3 jam sampai mendapatkan berat yang konstan. Selisih berat sebelum dan sesudah pengeringan adalah banyaknya air yang di uapkan (F.G Winarno 1995).

2.6. Kelembapan

Untuk mengetahui kadar air dalam bahan baku dapat di tentukan berdasarkan rumus sebagai berikut :

(Walford.J.1984).

2.7 Metode Pengeringan

Berdasarkan proses pengeringan yang terjadi atau sumber energi yang digunakan untuk metode pengeringan adalah pengeringan vakum.

Pengeringan vakum pada kondisi vakum telah mendapat parhatian yang serius karena pengeringan ini dapat dilakukan pada suhu yang lebih rendah. Dimana air yang menguap tersebut ditampung dalam suatu bagian alat pengering vakum. Keuntungan penggunaan suhu yang lebih rendah adalah mengurangi kerusakan akibat panas yang dihasilkan (Estiasih. Dr. T. 2009 ).

2.8 Proses Produksi

Proses produksi adalah suatu metode dan teknik - teknik mengubah input menjadi output sehingga hasil yang berupa barang atau jasa serta hasil sampingan-nya memiliki nilai tambah atau nilai guna yang berarti.

Untuk itu perlu diketahui proses produksi di PT. Pusaka Prima Mandiri yang meliputi bahan baku, bahan penolong, bahan pembantu serta tahapan proses pada produksi.


(9)

2.8.1 Bahan - Bahan Yang Digunakan

Adapun bahan baku yang di gunakan dalam pembuatan kertas rokok di PT.Pusaka Prima Mandiri adalah bahan harus bersertifikat food grade (aman untuk makanan) dan tidak mengandung bahan berbahaya (non hazardous

material).

2.8.1.1 Bahan Baku Utama

Bahan baku utama adalah bahan utama yang digunakan dalam pembuatan produk pada proses produksi dan memiliki persentase yang sangat besar dibanding-kan dengan bahan - bahan lainnya. Adapun bahan baku yang digunakan adalah:

a. Pulp serat panjang (Needle Bleached Kraft Pulp)

Gunanya untuk kerangka dasar struktur dan menjaga kekuatan kertas sewaktu masih dalam keadaan basah (wet strenght) dan mempertahankan kekuatan kertas agar tidak mudah putus (runability) pada proses pembuatan maupun pada mesin pembuat kertas rokok.

b. Pulp Serat Pendek (Leaf Bleached Kraft Pulp)


(10)

c. Kertas Bekas (Broke)

Kertas bekas merupakan kertas-kertas hasil produksi dari tiap Paper

Mac-hine yang tidak layak jual karena adanya kerusakan, tidak sesuai dengan standar

yang ditetapkan konsumen ataupun sisi kertas yang terbuang.

2.8.1.2 Bahan Tambahan

Bahan tambahan adalah bahan yang ditambahkan ke dalam proses

pembuatan produk yang mana komponennya tidak dapat dibedakan pada produk. Bahan tambahan yang digunakan di PT. Pusaka Prima Mandiri adalah sebagai berikut:

a. Cationic Retention Aid.

Bahan dasar CRA (starch) dan guargum ( polong – polongan ), kanji kentang yang dibutuhkan untuk pengikat partikel buburan sehingga menghasilkan buburan pulp yang homogen dan menambah kekuatan kertas pada waktu basah maupun kering dan mengurangi lose pada wire.

b. Anti Foam (Deformer).

Polimer yang berdasarkan water base digunakan untuk mencegah buih-buih agar tidak masuk kedalam kertas.

c. Pencegah Bakteri (biocide)

Digunakan sebagai pembunuh bakteri untuk mencegah peng-gumpalan bakteri (slime pot).


(11)

d. Citric Acid, Anhydrous C6H8O7 Kering

Citric acid atau asam sitrat yang dipakai sebagai zat pembakar dalam kertas

yang harus dinetralkan dengan KOH. e. Potassium Hydroxide KOH

Digunakan untuk menetralisir Citric Acid sebelum diaplikasikan ke mesin distribusi.

f. Air

Air didalam proses produksi digunakan sebagai media dan pelarut. g. Precipitated Calcium Carbonate (CaCO3)

Berdasarkan struktur dan partikel CaCO3 size-nya berukuran 1.0 - 0.2 μm digunakan sebagai filler (bahan pengisi) kertas, pemerata pori - pori (porosity) dan memutihkan kertas (whiteness).

2.8.1.3 Bahan Penolong

Bahan Penolong yaitu bahan yang ditambahkan dalam produk tersebut se-hingga dapat meningkatkan mutu dari produk itu sendiri.

Bahan penolong yang digunakan PT. Pusaka Prima Mandiri adalah: a. Kertas Pembungkus.

Kegunaan kertas pembungkus adalah untuk membungkus kertas rokok dalam ukuran ream.


(12)

b. Core

Kegunaan core sebagai inti dari gulungan kertas selama proses penggulungan baik di paper machine maupun di bagian finishing.

c. Kotak Karton

Kegunaan kotak karton adalah untuk mengemas hasil produksi. d. Label

Kegunaan label sebagai pengenal peusahaan yang ditempel pada kertas pembungkus produk.

2.9 Standard Mutu Bahan/Produk

Pandangan konsumen (pemakai) terhadap mutu cigarette paper menunjukkan ada 3 unsur penting yang harus di perhatikan, yaitu:

a. Kertas tahan dan tidak mudah putus daam proses di pabrik kertas rokok pada kecepatan tinggi.

b. Keadaan kertas putih dan bersih.


(13)

Tabel 2.3 perbedaan kertas biasa dengan kertas rokok. Kertas Biasa Kertas Rokok

Basis Weight ± (70 gr/m2) Basis weight ± (25 gr/m2)

Porosity ± (5 – 10 cm ) Porosity ± (2 – 2,5cm) Tensile > 5 KgF Tensile > 3 KgF

TiO2 sebagai filler CaCO3 sebagai filler


(1)

Pada umumnya penentuan kadar air dilakukan dengan mengeringkan bahan dalam oven pada suhu 100 – 110 oC selama 3 jam sampai mendapatkan berat yang konstan. Selisih berat sebelum dan sesudah pengeringan adalah banyaknya air yang di uapkan (F.G Winarno 1995).

2.6. Kelembapan

Untuk mengetahui kadar air dalam bahan baku dapat di tentukan berdasarkan rumus sebagai berikut :

(Walford.J.1984).

2.7 Metode Pengeringan

Berdasarkan proses pengeringan yang terjadi atau sumber energi yang digunakan untuk metode pengeringan adalah pengeringan vakum.

Pengeringan vakum pada kondisi vakum telah mendapat parhatian yang serius karena pengeringan ini dapat dilakukan pada suhu yang lebih rendah. Dimana air yang menguap tersebut ditampung dalam suatu bagian alat pengering vakum. Keuntungan penggunaan suhu yang lebih rendah adalah mengurangi kerusakan akibat panas yang dihasilkan (Estiasih. Dr. T. 2009 ).

2.8 Proses Produksi

Proses produksi adalah suatu metode dan teknik - teknik mengubah input menjadi output sehingga hasil yang berupa barang atau jasa serta hasil sampingan-nya memiliki nilai tambah atau nilai guna yang berarti.

Untuk itu perlu diketahui proses produksi di PT. Pusaka Prima Mandiri yang meliputi bahan baku, bahan penolong, bahan pembantu serta tahapan proses pada produksi.


(2)

2.8.1 Bahan - Bahan Yang Digunakan

Adapun bahan baku yang di gunakan dalam pembuatan kertas rokok di PT.Pusaka Prima Mandiri adalah bahan harus bersertifikat food grade (aman untuk makanan) dan tidak mengandung bahan berbahaya (non hazardous material).

2.8.1.1 Bahan Baku Utama

Bahan baku utama adalah bahan utama yang digunakan dalam pembuatan produk pada proses produksi dan memiliki persentase yang sangat besar dibanding-kan dengan bahan - bahan lainnya. Adapun bahan baku yang digunakan adalah:

a. Pulp serat panjang (Needle Bleached Kraft Pulp)

Gunanya untuk kerangka dasar struktur dan menjaga kekuatan kertas sewaktu masih dalam keadaan basah (wet strenght) dan mempertahankan kekuatan kertas agar tidak mudah putus (runability) pada proses pembuatan maupun pada mesin pembuat kertas rokok.

b. Pulp Serat Pendek (Leaf Bleached Kraft Pulp)

Berfungsi sebagai pembentuk perata sususnan kertas dan pengisi (sheet uniformity).


(3)

c. Kertas Bekas (Broke)

Kertas bekas merupakan kertas-kertas hasil produksi dari tiap Paper Mac-hine yang tidak layak jual karena adanya kerusakan, tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan konsumen ataupun sisi kertas yang terbuang.

2.8.1.2 Bahan Tambahan

Bahan tambahan adalah bahan yang ditambahkan ke dalam proses

pembuatan produk yang mana komponennya tidak dapat dibedakan pada produk. Bahan tambahan yang digunakan di PT. Pusaka Prima Mandiri adalah sebagai berikut:

a. Cationic Retention Aid.

Bahan dasar CRA (starch) dan guargum ( polong – polongan ), kanji kentang yang dibutuhkan untuk pengikat partikel buburan sehingga menghasilkan buburan pulp yang homogen dan menambah kekuatan kertas pada waktu basah maupun kering dan mengurangi lose pada wire.

b. Anti Foam (Deformer).

Polimer yang berdasarkan water base digunakan untuk mencegah buih-buih agar tidak masuk kedalam kertas.

c. Pencegah Bakteri (biocide)

Digunakan sebagai pembunuh bakteri untuk mencegah peng-gumpalan bakteri (slime pot).


(4)

d. Citric Acid, Anhydrous C6H8O7 Kering

Citric acid atau asam sitrat yang dipakai sebagai zat pembakar dalam kertas yang harus dinetralkan dengan KOH.

e. Potassium Hydroxide KOH

Digunakan untuk menetralisir Citric Acid sebelum diaplikasikan ke mesin distribusi.

f. Air

Air didalam proses produksi digunakan sebagai media dan pelarut.

g. Precipitated Calcium Carbonate (CaCO3)

Berdasarkan struktur dan partikel CaCO3 size-nya berukuran 1.0 - 0.2 μm digunakan sebagai filler (bahan pengisi) kertas, pemerata pori - pori (porosity) dan memutihkan kertas (whiteness).

2.8.1.3 Bahan Penolong

Bahan Penolong yaitu bahan yang ditambahkan dalam produk tersebut se-hingga dapat meningkatkan mutu dari produk itu sendiri.

Bahan penolong yang digunakan PT. Pusaka Prima Mandiri adalah:

a. Kertas Pembungkus.

Kegunaan kertas pembungkus adalah untuk membungkus kertas rokok dalam ukuran ream.


(5)

b. Core

Kegunaan core sebagai inti dari gulungan kertas selama proses penggulungan baik di paper machine maupun di bagian finishing.

c. Kotak Karton

Kegunaan kotak karton adalah untuk mengemas hasil produksi.

d. Label

Kegunaan label sebagai pengenal peusahaan yang ditempel pada kertas pembungkus produk.

2.9 Standard Mutu Bahan/Produk

Pandangan konsumen (pemakai) terhadap mutu cigarette paper menunjukkan ada 3 unsur penting yang harus di perhatikan, yaitu:

a. Kertas tahan dan tidak mudah putus daam proses di pabrik kertas rokok pada kecepatan tinggi.

b. Keadaan kertas putih dan bersih.


(6)

Tabel 2.3 perbedaan kertas biasa dengan kertas rokok. Kertas Biasa Kertas Rokok

Basis Weight ± (70 gr/m2) Basis weight ± (25 gr/m2)

Porosity ± (5 – 10 cm ) Porosity ± (2 – 2,5cm)

Tensile > 5 KgF Tensile > 3 KgF

TiO2 sebagai filler CaCO3 sebagai filler