Penentuan Kadar Air Kertas Rokok Pada Hasil Cetakan Kertas Di PT. Pusaka Prima Mandiri Titi Kuning

(1)

PENENTUAN KADAR AIR KERTAS ROKOK

PADA HASIL CETAKAN KERTAS

DI PT. PUSAKA PRIMA MANDIRI

TITI KUNING

TUGAS AKHIR

FIRMAN YAHYA 112401080

PROGRAM STUDI D-3 KIMIA DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

PENENTUAN KADAR AIR KERTAS ROKOK

PADA HASIL CETAKAN KERTAS

DI PT. PUSAKA PRIMA MANDIRI

TITI KUNING

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh Ahli Madya

FIRMAN YAHYA 112401080

PROGRAM STUDI D-3 KIMIA DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(3)

PERSETUJUAN

Judul : Penentuan Kadar Air Kertas Rokok Pada Hasil Cetakan Kertas Di PT. Pusaka Prima Mandiri Titi Kuning

Kategori : Tugas Akhir Nama : Firman Yahya Nomor Induk Mahasiswa : 112401080

Program studi : DIII Kimia Industri Departemen : Kimia

Fakultas : Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara

Disetujui di Medan, Juli 2014

Disetujui oleh :

Departemen Kimia FMIPA USU Pembimbing,

Ketua,

Dr. Rumondang Bulan, MS Drs.Chairuddin,M.Sc NIP.195408301985032001 NIP.195912311987011001


(4)

PERNYATAAN

PENENTUAN KADAR AIR KERTAS ROKOK PADA HASIL CETAKAN KERTAS DI PT. PUSAKA PRIMA MANDIRI

TITI KUNING

TUGAS AKHIR

Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil kerja sendiri. Kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juli 2014

FIRMAN YAHYA 102401080


(5)

PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang, dengan limpah Karunia-Nya Penulis dapat menyelesaikan penyusunan karya ilmiah ini dengan judul “Penentuan Kadar Air Kertas Rokok Pada Hasil Cetakan Kertas di PT. Pusaka Prima Mandiri Titi kuning”.

Terimakasih penulis sampaikan kepada Bapak Drs. Chairuddin, M. Sc selaku dosen pembimbing dan Ketua Departemen Kimia yang telah meluangkan waktunya selama penyusunan karya ilmiah ini. Terimakasih kepada bapak Albert Pasaribu selaku Sekretaris Departemen Kimia FMIPA USU. Terimakasih kepada ibu Dra. Emma Zaidar, M.Si selaku Ketua Program Studi D-3 Kimia FMIPA-USU Medan, Dekan dan Pembantu Dekan FMIPA FMIPA-USU, seluruh staff dan Dosen Kimia FMIPA USU, pegawai FMIPA USU dan reka-rekan kuliah. Akhirnya tidak terlupakan kepada bapak, ibu, dan keluarga penulis yang selama ini memberikan bantuan dan dorongan yang diperlukan. Semoga Tuhan Yang Maha Esa akan membalasnya.


(6)

PENENTUAN KADAR AIR KERTAS ROKOK PADA HASIL CETAKAN KERTAS DI PT. PUSAKA PRIMA MANDIRI

TITI KUNING

ABSTRAK

Dalam Proses peningkatan kualitas kertas rokok, penentuan kadar air optimum merupakan salah satu hal terpenting. Kadar air yang tepat dapat menghasilkan kualitas kertas yang diinginkan. Penentuan kadar air ditentukan dengan moisture analyzer. Dari hasil analisa diperoleh kadar air 4,15 – 5,50%. Sedangkan kadar air yang baik dan sesuai untuk digunakan adalah ± 4,90 – 5,50 %. Dan tidak dianjurkan melebihi atau kurang dari batas standar yaitu 4,0 - 6,0 %.


(7)

DETERMINATION OF WATER CONTENT OF CIGARETTE PAPER RESULTS ON PAPER PRINTS

AT. PT PUSAKA PRIMA MANDIRI TITI KUNING

ABSTRACT

The determination of the optimum water content is one of the most important things to improv its quality of cigarette paper. The proper moisture content to produce the desired quality of the paper. The water content is determined using the moisture analyzer. The results analysis than that water content are 4.15 to 5.50%. However, the water levels are good and suitable for use is ± 4.90 - 5.50%. And it is not recommended to exceed or less than a standard limit is 4.0 to 6.0%.


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

PERSETUJUAN i

PERNYATAAN ii

PENGHARGAAN iii

ABSTRAK iv

ABSTRACK v

DAFTAR ISI vi

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR SINGKATAN viii

DAFTAR LAMPIRAN ix

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 latar Belakang 1

1.2 Permasalahan 2

1.3 Pembatasan Masalah 2

1.4 Tujuan 2

1.5 Manfaat 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah Industri Pulp Dan Kertas Di Indonesia 3

2.1.1 Produksi Pulp Dunia 3

2.1.2 Kebutuhan Kertas Di Indonesia 4

2.2 Pengeringan Kertas 4

2.3 Kayu Memiliki Komponen Dan Unsur Kimia Penyusun Kayu 5

2.3.1 Komposisi Kayu 6

2.3.2 Komponen-Komponen Penyusun Kayu 7

2.3.3 Selulosa 7

2.3.4 Hemiselulosa 7

2.3.5 Lignin 8

2.3.6 Bahan Ekstraktif 8

2.3.7 serat 8

2.3.8 Pembagian Serat 9

2.4 Pembagian Kayu Dari Bahan Baku 9

2.4.1 Kayu Lunak 9

2.4.2 Kayu Keras 10

2.5 Kadar Air Dalam Bahan Baku Kertas 10

2.6 Kelembapan 11

2.7 Metode pengeringan 11

2.8 Proses Produksi 12

2.8.1 Bahan-Bahan Baku Kertas 12

2.8.1.1 Bahan Baku Utama 12

2.8.1.2 Bahan Tambahan 13

2.8.1.3 Baham penolong 14


(9)

BAB 3 METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat 16

3.2 Bahan 16

3.3 Prosedur Percobaan 16

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Pengamatan 17

4.2 Perhitungan 17

4.2.1 Perhitungan Kadar Air Dan Berat Kering 17

4.3 Pembahasan 18

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan 21

5.2 Saran 21


(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman Tabel

1. Tabel 2.3.1 Komposisi Unsur-Unsur Kimia Kayu 6

2. Tabel 2.3.2 Komposisi Serat Kayu 6

3. Tabel 2.9 Perbedaan Kertas Biasa Dengan Kertas Rokok 15 4. Tabel 4.1.1 Data Kadar Air Dalam Kertas Rokok 18


(11)

DAFTAR SINGKATAN

GDP = Gross Domestik Product

GNP = Gross National Park

LBKP = Lubhozt Bleach Kraft Pulp

NBKP = Nadolhozt Bleach Kraft Pulp


(12)

PENENTUAN KADAR AIR KERTAS ROKOK PADA HASIL CETAKAN KERTAS DI PT. PUSAKA PRIMA MANDIRI

TITI KUNING

ABSTRAK

Dalam Proses peningkatan kualitas kertas rokok, penentuan kadar air optimum merupakan salah satu hal terpenting. Kadar air yang tepat dapat menghasilkan kualitas kertas yang diinginkan. Penentuan kadar air ditentukan dengan moisture analyzer. Dari hasil analisa diperoleh kadar air 4,15 – 5,50%. Sedangkan kadar air yang baik dan sesuai untuk digunakan adalah ± 4,90 – 5,50 %. Dan tidak dianjurkan melebihi atau kurang dari batas standar yaitu 4,0 - 6,0 %.


(13)

DETERMINATION OF WATER CONTENT OF CIGARETTE PAPER RESULTS ON PAPER PRINTS

AT. PT PUSAKA PRIMA MANDIRI TITI KUNING

ABSTRACT

The determination of the optimum water content is one of the most important things to improv its quality of cigarette paper. The proper moisture content to produce the desired quality of the paper. The water content is determined using the moisture analyzer. The results analysis than that water content are 4.15 to 5.50%. However, the water levels are good and suitable for use is ± 4.90 - 5.50%. And it is not recommended to exceed or less than a standard limit is 4.0 to 6.0%.


(14)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Di era globalisasi ini, kertas merupakan bahan produk yang banyak dipergunakan oleh manusia. Semakin meningkat kebutuhan akan kertas, secara langsung kebutuhan akan pulp sebagai bahan baku kertas semakin meningkat pula. Sejalan dengan kemajuan teknologi, perkembangan industri pulp (bubur kertas) pun berkembang secara pesat didukung oleh sumber daya yang melimpah.

Dengan semakin banyaknya industri pulp di Indonesia, kita dapat menggunakan salah satu sumber daya alam yaitu kayu, yang begitu banyak terdapat di Indonesia. Kayu tersebut dapat menjadi pulp yang nantinya akan dipergunakan oleh manusia di dunia untuk dimanfaatkan sebagai buku tulis, kertas rokok, koran, dan masih banyak lagi.

Pada penentuan kualitas kertas rokok ini, kadar air di digunakan sedemikian rupa hingga mencapai hasil yang terbaik sesuai dengan yang diharapkan. Adapun perlakuan yang dapat dilakukan untuk mengetahui pengaruh kadar air ini yaitu dengan cara proses penguapan dimana pada proses ini akan terjadi proses penguapan air pada kertas sesuai dengan kualitas nilai yang ingin diketahui rata - ratanya.


(15)

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengambil judul : “Penentuan Kadar Air Kertas Rokok Pada Hasil Cetakan Kertas Di PT. Pusaka Prima Mandiri Titi Kuning ”.

1.2 Permasalahan

Yang menjadi permasalahan dalam hal ini adalah kualitas kertas rokok di PT. Pusaka Prima Mandiri adalah pengaruh kadar air terhadap kualitas kertas rokok pada hasil cetakan kertas.

1.3 Tujuan

1. Untuk mengukur kadar air kertas rokok.

2. Untuk mengetahui kadar air yang sesuai dengan kualitas kertas rokok.

1.4 Manfaat

Dengan penelitian yang penulis lakukan, maka penulis dapat pengetahuan lebih tentang pengaruh kadar air akan mempengaruhi baik atau buruknya kualitas dari kertas rokok tersebut.


(16)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah Industri Pulp Dan Kertas Di Dunia

Perbedaan tingkat konsumsi akan kertas dan kertas board dan perkembangannya sudah barang tertentu berhubungan dengan beberapa faktor yang mempengaruhinya. Telah semenjak lama diakui bahwa konsumsi akan kertas dan kertas board suatu negara barkaitan erat dengan besar dan perkembangan prekonomian. Besar kecilnya Gross

Domestic Product (GDP) atau Gross National Product (GNP) biasanya dijadikan suatu

kriteria yang sederhana untuk menunjukan perkembangan prekonomian suatu negara. Akan tetapi kenyataanya tidaklah demikian, ada beberapa faktor struktural yang berbeda antara prekonomian masing–masing negara. Untuk mengukur perkembangan dan besarnya perekonomian suatu negara, sering kali dipecahkan menjadi dua faktor yaitu kependudukan dan pendapatan perkapita.

Perkembangan konsumsi kertas dan kertas board di indonesia dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan, yaitu rata-rata 14 % pertahun pada periode 1970–1977, dimana peningkatan konsumsi masing–masing jenis kertas adalah sebagai berikut :

- Kertas koran 9,2 %.

- Kertas cetak dan tulis 8,9 %.

- Kertas wrapping packaging & kraft 29,1 %.

- Kertas boards 44,8 % dan kertas lainnya 35,3 %.

2.1.1 Produksi Pulp Dunia

Distribusi produksi pulp sudah tentu bergantung pada besarnya kebutuhan untuk membuat kertas. Akan tetapi pada dasarnya adalah lokasi dimana raw material (bahan dasar pulp) baik tersedia dalam negri atau impor. Potensi produksi maksimum pulp dunia diturunkan berdasarkan assumsi maksimum operasi produksi 0,94 untuk negara maju dan 0,85 untuk negara sedang berkembang.

2.1.2 Kebutuhan Kertas Di Indonesia

Sejalan dengan laju perkembangan prekonomian Indonesia, maka konsumsi kertas terus meningkat. Konsumsi kertas perkapita pertahun pada tahun 1960 berjumlah 1,8 kg perkapita. Konsumsi ini terus meningkat sampai tahun 1980 menjadi 3 kg per kapita.


(17)

Penggunaan/Konsumsi kertas & board. Pada umumnya kertas dibagi menjadi 3 golongan besar yaitu:

a. Cultural paper (kertas budaya), yang terdiri dari jenis kertas news print

(kertas koran) writing, printing & business (kertas cetak, tulis dan keperluan bisnis) dan kertas khusus.

b. Industrial paper (kertas industri) yang terdiri dari wrapping, packaging,

dan craft, boards, cigarette dan kertas khusus.

c. Other paper (Kertas lainya), yang terdiri dari Tissued, household dan

kertas lainnya.

Berdasarkan penggolongan kertas tersebut di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pada umumnya cultural paper adalah kertas yang digunakan untuk keperluan kebudayaan secara umum, misalnya surat kabar, buku-buku, dan lain–lain (Anonim. 1982).

2.2 Pengeringan Kertas

Dengan meringkas berbagai teknologi pengeringan kertas, baik yang konvensional maupun yang baru. Meskipun terdapat kebutuhan untuk memperbaiki teknologi pengeringan kertas, untuk mengganti pengeringan sillinder ganda yang sudah ada berabad umurnya, tetapi belum pernah terlaksana. Konsep pengeringan uap super-panas untuk keras pertama kali diajukan dan didemonstrasikan oleh penulis tahun 1981 masih memerlukan veldiasi pada skala mill. Kertas yang dikeringkan pada uap super-panas menggunakan impinging jet atau melalui penegeringan telah ditunjukkan dapat menghasilkan sifat kekuatan yang lebih baik khususnya jika pulp yang digunaan adalah

pulp mekanik, yaitu yang mempunyai kandungan lignin yang rendah. Pulp mekanik

disebut sebagai high-yield pulp karena dapat memperoleh hasil pulp mekanik yang lebih tinggi untuk setiap ton kayu yang digunakan.

Pulp kimiawi dinilai mempunyai hasil yang rendah dengan kadar polusi yang

tinggi, sehingga tidak ramah lingkukngan. Oleh karena itu, dengan menggunakan pengeringan uap, penggunaan pulp kimiawi dapat dikurangi tetapi tetap menghasilkan kertas dengan kekuatan mekanik yang baik. Oleh karena itu penggunaan pengeringan uap untuk kertas dapat menghemat energi dan sumber daya. Karena sifat mesin kertas yang sangat padat, sulit untuk memasukkan teknologi pegeringan yang sama sekali baru dalam sekala besar. Kelihatanya, harus di lakukan pengujian terlebih dahulu pada mesin yang lebih kecil untuk menghasilkan kertas khusus (Sakomon D. 2000).


(18)

2.3 Kayu Memiliki Komponen Dan Unsur Kimia Penyusun Kayu.

Komponen dan unsur yang terdapat pada kayu tersebut dalam bidang distribusi dinding kayu tidak merata. Kadar selulosa dan hemiselulosa banyak terdapat dalam dinding sekunder, sedangkan lignin banyak terdapat dalam dinding primer. Zat ekstarktif terdapat di luar dinding sel kayu.

Tabel 2.3.1 Komposisi Unsur–Unsur Kimia Kayu

(Eero Sjostrom (1998).

Unsur Komposisi

Karbon 50 %

Hidrogen 6 %

Nitrogen 0,4 - 0,10 %

Abu 0,02 - 0,05 %


(19)

2.3.1 Komposisi Kayu

Komposisi kayu terbagi menjadi empat bagian yaitu : Tabel 2.3.1 Komposisi Serat Kayu

Komponen Komposisi Kayu Lunak (Softwood) Kayu Keras (Hardwood)

Selulosa 40 – 44 % 43 – 47 %

Hemiselulosa 25 – 29 % 23 – 35 %

Lignin 25 – 31 % 16 – 24 %

Ekstraktif 01– 05 % 02 – 08 %

2.3.2 Komponen – Komponen Penyusun Kayu

Sepanjang menyangkut komponen kimia kayu, maka perlu dibedakan antara komponen-komponen makromolekul utama dinding sel selulosa, poliosa (hemiselulosa) dan lignin, yang terdapat pada semua kayu, dan komponen komponen polimer minor dengan berat molekul kecil (ekstraktif dan zat zat mineral), yang biasanya lebih berkaitan dengan jenis kayu tertentu dalam jenis dan jumlahnya.

2.3.3 Selulosa

Selulosa merupakan komponen kayu yang terbesar, yang dalam kayu lunak dan kayu keras jumlahnya mencapai hampir setengahnya. Selulosa merupakan polimer linier dengan berat molekul tinggi yang tersusun seluruhnya atas β -D-glukosa. Karena sifat kimia dan fisiknya maupun stuktur supra molekulnya maka ia dapat memenuhi fungsinya sebagai struktur utama dinding sel tumbuhan.

2.3.4 Hemiselulosa

Poliosa (Hemiselulosa) sangat dekat asosiasinya dengan selulosa dalam dinding sel. Lima gula netral, yaitu heksosa-heksosa glukosa, manosa


(20)

poliosa. Rantai molekulnya jauh lebih pendek bila dibandingkan dengan selulosa, dan dalam beberapa senyawa mempunyai rantai-cabang. Kandungan poliosa dalam kayu keras lebih besar dari pada dalam kayu lunak dan komposisi gulanya berbeda.

2.3.5 Lignin

Lignin merupakan komponen makromolekul kayu ketiga. Struktur lignin sangat berbeda bila dibandingkan dengan polisakarida karena terdiri atas senyawa aromatik yang tersusun atas unit-unit fenilpropana. Dalam kayu terdapat perbedaan struktur lignin dalam kayu lunak dan dalam kayu keras. Dari suatu morfologi lignin merupakan senyawa amorf yang terdapat dalam dinding sekunder. Lignin dapat menembus di antara fibril-fibril sehingga memperkuat dinding sel.

2.3.6 Bahan Ekstraktif

Disamping komponen–komponen dinding sel terdapat juga sejumlah zat - zat yang disebut bahan tambahan atau ekstraktif. Bahan organik sangat lazim disebut ekstraktif. Bahan ekstraktif mencakup sejumlah senyawa kimia yang luas, meskipun terdapatnya dalam kayu , biasanya dalam jumlah yang sedikit (Dr. Hardjono Sastrohamidjojo. 1999 ).

2.3.7 Serat

Panjang serat mempengaruhi sifat-sifat tertentu pulp dan kertas, termasuk ketahanan sobek, kekuatan tarik dan daya lipat. Serat yang berdinding tipis emngakibatkan serat tersebut mudah menipis sehingga mengahsilkan lembaran yang mempunyai kekuatan keteguhan sobek yang tinggi , tetapi kekuatan letup rendah. Untuk memperoleh ketanguhan retak dan sobek yang tinggi, serat yang berdinding tebal perlu dicampur dengan serat yang panjang dan berdinding tipis, misalnya dengan serat kayu daun 7 jarum, atau digiling sesudah diolah menjadi pulp selama beberapa waktu sehingga tarjadi penipisan dinding serat (Nurrahman da Silitonga, 1972).

2.3.8 Pembagian Serat Dari Bahan Kayu

Pembagian serat dari bahan kayu menurut penggunaanya dapat dibagi menjadi dua golongan besar:

1. Kayu daun lebar menghasilkan serat pendek (LBKP = Lubholzt Bleach Kraft Pulp) denagn panjang sekitar 1,1 mm (hardwood), seperti Eucalyptus


(21)

(Eucalyptus sp), Meranti (Shorea sp), Bakau (Rhizopur sp) dan Akasia (Accassia mangium).

2. Kayu daun jarum menghasilkan pulp serat panjang (NBKP = Nadelholz Bleach Kraft Pulp) dengan serat panjang sekitar 2,5 mm (softwood), seperti pinus (pinus sp), Agata (Agathis sp).

Komponen kimia kayu mempunyai arti penting, karena dapat menetukan susunan jenis kayu, juga dengan mengetahuinya dapat membedakan jenis-jenis kayu. Pada umumnya komponen kimia kayu daun lebar dan kayu daun jarum terdiri dari atas unsur:

1.Unsur karbohidart terdiri dari selulosa dan hemiselulosa. 2.Unsur non-karbohidrat terdiri dari lignin.

3.Unsur yang diendapkan dari kayu selama peroses pertumbuhan dinamakan zat ekstaktif.

2.4 Pembagian Kayu

Pembagian kayu dalam industri kertas dapat dibagi 2 yaitu sebagai berikut: 2.4.1 Kayu Lunak

Kayu lunak secara tradisonal telah menjadi produk tetap industri-industri kayu di Amerika Utara, dan sampai kini pun kayu-kayu yang homogen, berserat lurus dan ringan teramat penting. Kayu-lunak yang homogen, berserat lurus dan ringan lebih disukai untuk dijadikan kayu-kayu konstruksi dan kayu-lapis. Karena secara khas kayu lunak tersusun atas serat-serat yang panjang, maka kayu lunak merupakan bahan baku kelas prima pada pembuatan kertas yang kuat.

2.4.2 Kayu Keras

Kayu yang dibentuk oleh jenis-jenis pohon kayu-keras sangat berbeda dengan yang dibentuk oleh jenis-jenis pohon kayu lunak. Kayu lunak memiliki susunan yang seragam dengan sedikit tipe sel, dan karenanya sering gambaran kayunya, tidak jelas. Kayu keras di pihak , tersusun atas jenis-jenis sel yang sangat berbeda-beda dan bervariasi. Maka sering sekali kayu keras ini di jadikan sebagai prabot rumah tangga , panil, dan tujuan - tujuan dekoratif yang lain (Dr. Ir. Sutjipto A. H. 1996).


(22)

2.5 Kadar Air Dalam Bahan Baku Kertas

Sampai sekarang belum diperoleh suatu istilah yang tepat untuk air yang terdapat pada bahan baku. Istilah umum yang biasanya di gunakan adalah “ air terikat” (bound water). Walaupun sebenarnya istilah ini kurang tepat, karena keterkaitan air dalam bahan berbeda-beda, bahkan ada yang tidak terikat.

Menurut dari derajat keterkaitan air, air terikat dapat dibagi atas empat tipe, yaitu sebagai berikut:

a. Tipe I, adalah molekul air yang terikat pada molekul-molekul air yang lain melalui suatu ikatan hidrogen yang berenergi besar. Molekul air membentuk hidrat dengan molekul lain yang mengandung atom-atom O dan N seperti kabohidrat, protein atau garam.

b. Tipe II, yaitu molekul molekul air membentuk ikatan hidrogen dengan molekul air lain, terdapat dalam mikrokapiler dan sifatnya agak berbeda dari air murni. Air jenis ini lebih sukar dihilangkan dan penghilangan air tipe II akan menurunkan aktifitas air. Bila sebahagian air tipe II dihilangkan, pertumbuhan mikroba dan lain-lain yang bersifat merusak bahan makanan seperti reaksi hidrolisis, atau oksidasi lemak. Jika air tipe II dihilangkan kadar air bahan akan berkisar antara 3 – 7 % dan kesetabilan bahan pada kondisi ini pun mencapai yang diinginkan.

c. Tipe III, adalah air yang secara fisik terikat dalam jaringan bahan membran, kapiler serat dan lain - lain. Kandungan air dari tipe III ini berkisar 12 – 25 % aktifitas air tergantung pada jenis bahan dan suhu. d. Tipe IV, adalah air yang tidak terikat dalam jaringan suatu bahan atau


(23)

Pada umumnya penentuan kadar air dilakukan dengan mengeringkan bahan dalam oven pada suhu 100 – 110 oC selama 3 jam sampai mendapatkan berat yang konstan. Selisih berat sebelum dan sesudah pengeringan adalah banyaknya air yang di uapkan (F.G Winarno 1995).

2.6. Kelembapan

Untuk mengetahui kadar air dalam bahan baku dapat di tentukan berdasarkan rumus sebagai berikut :

(Walford.J.1984).

2.7 Metode Pengeringan

Berdasarkan proses pengeringan yang terjadi atau sumber energi yang digunakan untuk metode pengeringan adalah pengeringan vakum.

Pengeringan vakum pada kondisi vakum telah mendapat parhatian yang serius karena pengeringan ini dapat dilakukan pada suhu yang lebih rendah. Dimana air yang menguap tersebut ditampung dalam suatu bagian alat pengering vakum. Keuntungan penggunaan suhu yang lebih rendah adalah mengurangi kerusakan akibat panas yang dihasilkan (Estiasih. Dr. T. 2009 ).

2.8 Proses Produksi

Proses produksi adalah suatu metode dan teknik - teknik mengubah input menjadi output sehingga hasil yang berupa barang atau jasa serta hasil sampingan-nya memiliki nilai tambah atau nilai guna yang berarti.

Untuk itu perlu diketahui proses produksi di PT. Pusaka Prima Mandiri yang meliputi bahan baku, bahan penolong, bahan pembantu serta tahapan proses


(24)

2.8.1 Bahan - Bahan Yang Digunakan

Adapun bahan baku yang di gunakan dalam pembuatan kertas rokok di PT.Pusaka Prima Mandiri adalah bahan harus bersertifikat food grade (aman untuk makanan) dan tidak mengandung bahan berbahaya (non hazardous material).

2.8.1.1 Bahan Baku Utama

Bahan baku utama adalah bahan utama yang digunakan dalam pembuatan produk pada proses produksi dan memiliki persentase yang sangat besar dibanding-kan dengan bahan - bahan lainnya. Adapun bahan baku yang digunakan adalah:

a. Pulp serat panjang (Needle Bleached Kraft Pulp)

Gunanya untuk kerangka dasar struktur dan menjaga kekuatan kertas sewaktu masih dalam keadaan basah (wet strenght) dan mempertahankan kekuatan kertas agar tidak mudah putus (runability) pada proses pembuatan maupun pada mesin pembuat kertas rokok.

b. Pulp Serat Pendek (Leaf Bleached Kraft Pulp)

Berfungsi sebagai pembentuk perata sususnan kertas dan pengisi (sheet uniformity).


(25)

c. Kertas Bekas (Broke)

Kertas bekas merupakan kertas-kertas hasil produksi dari tiap Paper Mac-hine yang tidak layak jual karena adanya kerusakan, tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan konsumen ataupun sisi kertas yang terbuang.

2.8.1.2 Bahan Tambahan

Bahan tambahan adalah bahan yang ditambahkan ke dalam proses

pembuatan produk yang mana komponennya tidak dapat dibedakan pada produk. Bahan tambahan yang digunakan di PT. Pusaka Prima Mandiri adalah sebagai berikut:

a. Cationic Retention Aid.

Bahan dasar CRA (starch) dan guargum ( polong – polongan ), kanji kentang yang dibutuhkan untuk pengikat partikel buburan sehingga menghasilkan buburan pulp yang homogen dan menambah kekuatan kertas pada waktu basah maupun kering dan mengurangi lose pada wire.

b. Anti Foam (Deformer).

Polimer yang berdasarkan water base digunakan untuk mencegah buih-buih agar tidak masuk kedalam kertas.

c. Pencegah Bakteri (biocide)


(26)

d. Citric Acid, Anhydrous C6H8O7 Kering

Citric acid atau asam sitrat yang dipakai sebagai zat pembakar dalam kertas yang harus dinetralkan dengan KOH.

e. Potassium Hydroxide KOH

Digunakan untuk menetralisir Citric Acid sebelum diaplikasikan ke mesin distribusi.

f. Air

Air didalam proses produksi digunakan sebagai media dan pelarut. g. Precipitated Calcium Carbonate (CaCO3)

Berdasarkan struktur dan partikel CaCO3 size-nya berukuran 1.0 - 0.2 μm digunakan sebagai filler (bahan pengisi) kertas, pemerata pori - pori (porosity) dan memutihkan kertas (whiteness).

2.8.1.3 Bahan Penolong

Bahan Penolong yaitu bahan yang ditambahkan dalam produk tersebut se-hingga dapat meningkatkan mutu dari produk itu sendiri.

Bahan penolong yang digunakan PT. Pusaka Prima Mandiri adalah: a.Kertas Pembungkus.

Kegunaan kertas pembungkus adalah untuk membungkus kertas rokok dalam ukuran ream.


(27)

b.Core

Kegunaan core sebagai inti dari gulungan kertas selama proses penggulungan baik di paper machine maupun di bagian finishing.

c.Kotak Karton

Kegunaan kotak karton adalah untuk mengemas hasil produksi. d.Label

Kegunaan label sebagai pengenal peusahaan yang ditempel pada kertas pembungkus produk.

2.9 Standard Mutu Bahan/Produk

Pandangan konsumen (pemakai) terhadap mutu cigarette paper menunjukkan ada 3 unsur penting yang harus di perhatikan, yaitu:

a. Kertas tahan dan tidak mudah putus daam proses di pabrik kertas rokok pada kecepatan tinggi.

b. Keadaan kertas putih dan bersih.


(28)

Tabel 2.3 perbedaan kertas biasa dengan kertas rokok. Kertas Biasa Kertas Rokok

Basis Weight ± (70 gr/m2) Basis weight ± (25 gr/m2) Porosity ± (5 – 10 cm ) Porosity ± (2 – 2,5cm) Tensile > 5 KgF Tensile > 3 KgF TiO2 sebagai filler CaCO3 sebagai filler


(29)

BAB 3

METODELOGI PERCOBAAN

3.1Alat dan Bahan

3.1.1 Alat

1. Moisture Analyzer (alat pengukur kadar air) Mettler Toledo 2. Gunting

3.1.2 Bahan

1. Jumbo Roll Kertas Rokok 2. Plastik

3. Label

3.2 Prosedur Penelitian

a. Penentuan kadar air dengan menggunakan alat moisture analyzer.

Disiapkan sampel secukupnya, dihidupkan moisture analyzernya, dibuka tutup dari moisture analyzer, dan akan terlihat tanda sample kosong yang berkedip – kedip pada layar. Ditimbang sebanyak 7 g sampel, dimasukkan ke alat analizer, di layar akan tertera berat dari sample secara otomatis. Ditutup kembali tutup moisure analyzer untuk me-nol-kan timbangan di moisture analyzer dan di layar akan terlihat tanda sample di sample berkedip – kedip. Dibuka kembali tutup moisture analyzer dan masukkan sample yang akan diukur kadar air yang sesuai dengan berat yang diinginkan 6 % max, pada menu layar akan terlihat gambar sample di sample sedang dipanaskan, tutup kembali moisture analyzernya, moisture analyzer akan bekerja otomatis, biarkan dan tunggu pemanasnya mati secara otomatis, Dicatat hasilnya.


(30)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Pengamatan

Hasil analisis kadar air dalam kertas rokok menggunakan Moisture Analyzer tersebut, dengan mengambil jarak dari bulan Januari – Februari. Dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1 Kadar Air Dalam Kertas Rokok Tanggal Berat

Basah (g) Berat Kering (g) Kadar air (g) Kadar Air (%) Standar Kadar Air Max (%)

28-Jan-14 0.7 0,67095 0,02905 4,15 6

30-Jan-14 0.7 0,66990 0,03010 4,30 6

03-Feb-14 0.7 0,66780 0,03220 4,60 6

06-Feb-14 0.7 0,66675 0,03325 4,75 6

10-Feb-14 0.7 0,66570 0,03430 4,90 6

13-Feb-14 0.7 0,66465 0,03535 5,05 6

16-Feb-14 0.7 0,66360 0,03640 5,20 6

22-Feb-14 0.7 0,66255 0,03745 5,35 6

25-Feb-14 0,7 0,66150 0,03850 5,50 6

4.2. Perhitungan

4.2.1 Perhitungan Kadar Air Dan Berat Kering Kadar air dihitung berdasarkan rumus :


(31)

Bik : a. Berat awal = 0,7 gr b. Berat kering = 0,67095 g c. Kadar air = 4,15 %

a. Hasil analisa kadar air

= 4,15 %

b. Perhitungan Berat Kering

= Berat basah – Kadar air = 0,7 -

= 0,67095 g.

4.3 Pembahasan

Dari hasil pengukuran kadar air kertas rokok dari tanggal 28 Januari 2014 sampai dengan 25 Februari 2014 di PT. Pusaka Prima Mandiri Deli Serdang, diperoleh berkisar 4,15 – 5,50 %. Kadar air yang tepat dapat menghasilkan kualitas kertas yang diinginkan, sehingga kadar air yang besar dapat menghasilkan kertas yang mudah sobek dan bila kadar air terlalu rendah dapat menghasilkan kertas yang susah untuk di cetak sehingga dapat berakibat kertas sobek saat di mesin pencetak. Pengaruh tingginya kadar air menyebabkan kertas kurang baik karena dapat mengakibatkan kertas mudah sobek akibat kadar air yang berlebihan. Oeh karena itu tidak dianjurkan melebihi batas standar yaitu 6,0 %. Secara teori


(32)

kertas rokok tersebut. Namun setelah dilakukanya pengujian, ada batasan dari standar yang di tetapkan perusahaan, memiliki kadar air yang sesuai untuk digunakan adalah 4,90 – 5,50 % . Dengan didapatnya suatu standar yang baru diharapkan dapat meningkatkan mutu dan kualitas kertas pada PT tersebut. Sehingga dapat mengurangi kertas yang sobek saat dicetak pada setiap mesin. Dengan didapatnya kadar air yang tepat dapat menciptakan sesuatu yang dapat mengurangi resiko daur ulang bahan akibat kertas yang akan digunakan sobek atau berlipat – lipat akibat tidak kekurangan maupun kelebihan dari kadar air pada kertas tersebut, sehingga dapat menggunakan waktu dan alat maupun bahan - bahan sebaik mungkin untuk mendapatkan untung yang lebih. Karena semakin sering terjadi kerusakan kertas yang kemudian di daur ulang dapat memakan bahan baku yang seharusnya bisa digunakan untuk bahan yang baru jadi digunakan untuk bahan yang didaur ulang.

Karena pada kadar air yang didapat, dapat menghasilkan mutu terbaik yang ingin dicapai. Hal ini juga menyatakan bahwa alat pengukuran yang digunakan masih dalam keadaan baik.


(33)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1.Kadar air yang di peroleh adalah berkisar 4,14 – 5,50 %.

2.Kadar air yang baik dan sesuai untuk digunakan kertas rokok adalah : kadar air 4,90 – 5,50 %. Bila melebihi batas dapat berdampak mempermudah kertas sobek sebelum saat di cetak dan sebaliknya kekurangan air dapat berdampak kertas kering susah dicetak bahkan koyak saat di mesin cetakan kertas.

5.2 Saran

Diharapkan untuk lebih memperhatikan penggunaan bahan baku dan mesin yang digunakan. Dimana bahan baku dapat mempengaruhi hasil cetakan kertas rokok tersebut.


(34)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1982. Perkembangan Industri Kertas Dan Pulp Di Indonesia Dan Dunia. Jakarta : Departemen Perindustrian.

Deva Hastin, S . 2001. Panduan Praktis Mujumdar Untuk Pengeringan Industrial. Bogor : IPB Press.

Estiasih, T. 2009. Teknologi pengolahan Pangan. Malang : Bumi Aksara.

Hadikusumo, S. 1996. Hasil Hutan Dan Ilmu Kayu. Jogyakarta : Gajah Mada University Press.

http://www.google.com/search.PT.PDM_Indonesia.pdf.

Nurrahman, A. 1972. Dimensi Serat Beberapa Jenis Kayu Sumatera Selatan Bogor : Laporan No. 2,LPHH.

Sastrohamidjojo, H. 1999. Kayu. Jogyakarta : Gajah Mada University Press. Sjastrom. E. 1995. Kimia Kayu Dasar–Dasar. Jogyakarta: Penggunaa.Gajah mada.

Universitas Press.

Walford, J. 1984. Development In Foods Colours. New York : Elsevier Applied Slience Publishers.

Winarno, F. 1995. Kimia Pangan Dan Gizi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.


(1)

BAB 3

METODELOGI PERCOBAAN

3.1Alat dan Bahan 3.1.1 Alat

1. Moisture Analyzer (alat pengukur kadar air) Mettler Toledo 2. Gunting

3.1.2 Bahan

1. Jumbo Roll Kertas Rokok

2. Plastik 3. Label

3.2 Prosedur Penelitian

a. Penentuan kadar air dengan menggunakan alat moisture analyzer.

Disiapkan sampel secukupnya, dihidupkan moisture analyzernya, dibuka tutup dari moisture analyzer, dan akan terlihat tanda sample kosong yang berkedip – kedip pada layar. Ditimbang sebanyak 7 g sampel, dimasukkan ke alat analizer, di layar akan tertera berat dari sample secara otomatis. Ditutup kembali tutup moisure analyzer untuk me-nol-kan timbangan di moisture analyzer dan di layar akan terlihat tanda sample di sample berkedip – kedip. Dibuka kembali tutup moisture analyzer dan masukkan sample yang akan diukur kadar air yang sesuai dengan berat yang diinginkan 6 % max, pada menu layar akan terlihat gambar sample di sample sedang dipanaskan, tutup kembali moisture analyzernya, moisture analyzer akan bekerja otomatis, biarkan dan tunggu pemanasnya mati secara otomatis, Dicatat hasilnya.


(2)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Pengamatan

Hasil analisis kadar air dalam kertas rokok menggunakan Moisture Analyzer tersebut, dengan mengambil jarak dari bulan Januari – Februari. Dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1 Kadar Air Dalam Kertas Rokok Tanggal Berat

Basah (g) Berat Kering (g) Kadar air (g) Kadar Air (%) Standar Kadar Air Max (%)

28-Jan-14 0.7 0,67095 0,02905 4,15 6

30-Jan-14 0.7 0,66990 0,03010 4,30 6

03-Feb-14 0.7 0,66780 0,03220 4,60 6

06-Feb-14 0.7 0,66675 0,03325 4,75 6

10-Feb-14 0.7 0,66570 0,03430 4,90 6

13-Feb-14 0.7 0,66465 0,03535 5,05 6

16-Feb-14 0.7 0,66360 0,03640 5,20 6

22-Feb-14 0.7 0,66255 0,03745 5,35 6

25-Feb-14 0,7 0,66150 0,03850 5,50 6

4.2. Perhitungan

4.2.1 Perhitungan Kadar Air Dan Berat Kering Kadar air dihitung berdasarkan rumus :


(3)

Bik : a. Berat awal = 0,7 gr b. Berat kering = 0,67095 g c. Kadar air = 4,15 %

a. Hasil analisa kadar air

= 4,15 %

b. Perhitungan Berat Kering

= Berat basah – Kadar air = 0,7 -

= 0,67095 g.

4.3 Pembahasan

Dari hasil pengukuran kadar air kertas rokok dari tanggal 28 Januari 2014 sampai dengan 25 Februari 2014 di PT. Pusaka Prima Mandiri Deli Serdang, diperoleh berkisar 4,15 – 5,50 %. Kadar air yang tepat dapat menghasilkan kualitas kertas yang diinginkan, sehingga kadar air yang besar dapat menghasilkan kertas yang mudah sobek dan bila kadar air terlalu rendah dapat menghasilkan kertas yang susah untuk di cetak sehingga dapat berakibat kertas sobek saat di


(4)

kertas rokok tersebut. Namun setelah dilakukanya pengujian, ada batasan dari standar yang di tetapkan perusahaan, memiliki kadar air yang sesuai untuk digunakan adalah 4,90 – 5,50 % . Dengan didapatnya suatu standar yang baru diharapkan dapat meningkatkan mutu dan kualitas kertas pada PT tersebut. Sehingga dapat mengurangi kertas yang sobek saat dicetak pada setiap mesin. Dengan didapatnya kadar air yang tepat dapat menciptakan sesuatu yang dapat mengurangi resiko daur ulang bahan akibat kertas yang akan digunakan sobek atau berlipat – lipat akibat tidak kekurangan maupun kelebihan dari kadar air pada kertas tersebut, sehingga dapat menggunakan waktu dan alat maupun bahan - bahan sebaik mungkin untuk mendapatkan untung yang lebih. Karena semakin sering terjadi kerusakan kertas yang kemudian di daur ulang dapat memakan bahan baku yang seharusnya bisa digunakan untuk bahan yang baru jadi digunakan untuk bahan yang didaur ulang.

Karena pada kadar air yang didapat, dapat menghasilkan mutu terbaik yang ingin dicapai. Hal ini juga menyatakan bahwa alat pengukuran yang digunakan masih dalam keadaan baik.


(5)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1.Kadar air yang di peroleh adalah berkisar 4,14 – 5,50 %.

2.Kadar air yang baik dan sesuai untuk digunakan kertas rokok adalah : kadar air 4,90 – 5,50 %. Bila melebihi batas dapat berdampak mempermudah kertas sobek sebelum saat di cetak dan sebaliknya kekurangan air dapat berdampak kertas kering susah dicetak bahkan koyak saat di mesin cetakan kertas.

5.2 Saran

Diharapkan untuk lebih memperhatikan penggunaan bahan baku dan mesin yang digunakan. Dimana bahan baku dapat mempengaruhi hasil cetakan kertas rokok tersebut.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1982. Perkembangan Industri Kertas Dan Pulp Di Indonesia Dan Dunia. Jakarta : Departemen Perindustrian.

Deva Hastin, S . 2001. Panduan Praktis Mujumdar Untuk Pengeringan Industrial. Bogor : IPB Press.

Estiasih, T. 2009. Teknologi pengolahan Pangan. Malang : Bumi Aksara.

Hadikusumo, S. 1996. Hasil Hutan Dan Ilmu Kayu. Jogyakarta : Gajah Mada University Press.

http://www.google.com/search.PT.PDM_Indonesia.pdf.

Nurrahman, A. 1972. Dimensi Serat Beberapa Jenis Kayu Sumatera Selatan Bogor : Laporan No. 2,LPHH.

Sastrohamidjojo, H. 1999. Kayu. Jogyakarta : Gajah Mada University Press. Sjastrom. E. 1995. Kimia Kayu Dasar–Dasar. Jogyakarta: Penggunaa.Gajah mada.

Universitas Press.

Walford, J. 1984. Development In Foods Colours. New York : Elsevier Applied Slience Publishers.

Winarno, F. 1995. Kimia Pangan Dan Gizi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.