MAKALAH BUSINESS ETHICS IN THE ROLE OF I

MAKALAH
BUSINESS ETHICS IN THE ROLE OF ISLAMIC ECONOMY
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia
Dosen Pengampu
Zein Muttaqien S.E.I., M.A.

Disusun Oleh :
Fitri Florensya ( 13423062 )
Syarah Ma’rifah Ulhaq ( 13423094 )

PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM
FAKULTAS ILMU AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2016

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Segala puji dan syukur pemakalah panjatkan kehadirat Allah SWT, Karena dengan
berkah dan limpahan rahmat serta hidayah yang diberikan-Nya, Sholawat dan salam kepada

Rasulullah SAW yang telah menjadi suri tauladan bagi kita semua sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah ini.
Penyusunan makalah “studi konprehensif etika bisnis ekonomi islam dan ekonomi
konvensional” ini merupakan salah satu syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa
Indonesia. Pemakalah menyadari bahwa tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak,
sangatlah sulit untuk menyelesaikan laporan magang ini. Oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada bapak Zein Muttaqien SEI, MA selaku dosen
pengampu mata kuliah bahasa Indonesia atas bimbingan, arahan selama perkuliahan
berlangsung.
Semoga segala bantuan yang telah diberikan kepada pemakalah mendapat balasan yang
setimpal dari Allah SWT. Pemakalah menyadari masih banyak kekurangan dalam
penyusunan laporan praktik magang ini baik dalam teknik pemyajian materi maupun
pembahasan. Demi kesempurnaan makalah ini, saran dan kritik yang sifatnya membangun
sangat pemakalah harapkan. Semoga makalah ini bermanfaat dan dapat memberikan
sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.
Wassalamualaikum Wr. Wb.

Yogyakarta, 18 November 2016
Tim Pemakalah


DAFTAR ISI

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Di dunia bisnis sudah tak asing lagi mendengar kata etika bisnis yang diartikan
sebagai pemikiran seorang pebisnis dalam memiliki sikap yang baik atau buruk tergantung
sikap apa yang diambil pebisnis dalam mencapai etika bisnis yang baik bagi pebisnis itu
sendiri. Apabila dijelaskan per kata, etika biasa di kaitkan dengan akhlak yang artinya ilmu
tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak).Dan
bisnis adalah usaha komersial dalam dunia perdagangan.
Dalam dunia bisnis, etika bisnis dibutuhkan untuk menghasilkan bisnis yang bagus.
Sehingga akan membentuk suatu perusahaan yang kuat dan memiliki kesiapan dalam
bersaing dengan perusahaan lainnya salah satunya dengan menerapkan suatu perusahaan
yang beretika bisnis yang konsisten dan konsekuen.
Untuk menyempurnakan etika bisnis di dunia, maka ada etika bisnis yang berbasis
Islam yang akan menyempurnakan etika bisnis untuk bekal di akhirat. Yaitu etika bisnis
dalam Islam yang posisinya adalah suatu usaha manusia dalam mendapatkan ridha dari Allah
SWT dan bisnis ini hanya tidak untuk mendapatkan keuntungan saja tapi juga memikirkan

jangka panjang seperti tanggung jawab kepada pribadi dan sosial di hadapan masyarakat
maupun Allah SWT. Apabila etika bisnis yang umum kita sudah mengetahuinya digabungkan
dengan etika bisnis dalam Islam maka akan menjadi satu kesatuan yang kokoh dalam
menjalani suatu bisnis yang siap bersaing dengan perusahaan-perusahaan lain yang belum
tentu menerapkan etika bisnis Islam.
Dalam makalah ini juga dijelaskan pula, tahapan-tahapan dalam memulai suatu etika
bisnis yang baik dan benar. Seperti etika bisnis yang umum melakukan pengendalian diri, lalu
pengembangan tanggung jawab sosial, memperhatikan jati diri, menciptakan persaingan
sehat, menerapkan konsep pengembangan berkelanjutan, mampu menyatakan yang benar itu
benar, menumbuhkan sikap saling percaya, konsekuen dan konsisten, menubuh kembangkan
kesadaran dan rasa memiliki, dan perlu adanya peraturan undang-undangan.
Dan lengkapi dengan etika bisnis Islam yang memiliki prinsip tauhid, keseimbangan,
kebebasan dan tanggung jawab. Apabila di terapkan akan mendapatkan ridha dari Allah SWT
dan apabila Allah meridhainya, maka akan banyak kemudahan jalan dalam berbisnis,
terutama dalam memiliki sikap etika bisnis yang menjadi acuan setiap perusahaan.

1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan etika bisnis dan etika bisnis islam?
2. Bagaimana peranan etika bisnis dalam ekonomi islam?


1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan etika bisnis dan etika bisnis islam.
2. Mengetahui peranan etika bisnis dalam ekonomi islam.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Etika Bisnis
Kata etika berasal dari kata ethos yang dalam bentuk jamaknya (ta etha) berarti adat
istiadat atau kebiasaan. Dalam kamus Webster, etika adalah karakter istimewa, sentimen,
tabiat moral, atau keyakinan yang membimbing seseorang, kelompok atau institusi
[ CITATION Sai11 \l 1033 ]. Sedangkan Etika menurut kamus besar bahasa Indonesia yaitu
ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral
(akhlak). Etika berkaitan dengan nilai-nilai, tata cara hidup yang baik, aturan hidup yang
baik, dan segala kebiasaan yang dianut dan diwariskan dari satu orang ke orang yang lain
atau dari satu generasi ke generasi lain[ CITATION Ker98 \l 1033 ].
Pengertian etika menurut [ CITATION KBe00 \p 32-22 \l 1033 ] membedakan antara
“etika sebagai praksi” dan “etika sebagai refleksi”. Etika sebagai praksi berarti nilai-nilai dan
norma-norma moral sejauh dipraktikkan atau justru tidak dipraktikkan walupun seharusnya

dipraktikkan dan dapat dikatakan juga sebagai apa yang dilakukan sejauh sesuai atau tidak
sesuai dengan nilai dan norma moral. Sedangkan etika sebagai refleksi adalah pemikiran
moral, apa yang harus dilakukan dan tidak boleh dilakukan. Etika sebagai refleksi menyoroti
dan menilai baik buruknya perilaku orang.
Jadi pengertian etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan buruk dan tentang hak
dan kewajiban moral (akhlak). Mengingat pranata yang dipakai dalam penerapan etika adalah
nilai (values), hak (rights), kewajiban (duties), peraturan (rules), dan hubungan (relationship),
maka untuk memahami etika usaha Islam harus diketahui tata nilai yang dianut manusia, hak
dan kewajiban manusia di dunia, serta ketentuan aturan dan hubungan yang harus dipenuhi
manusia, baik yang menyangkut hubungan antar manusia, hubungan manusia dengan alam,
dan tentunya hubungan manusia dengan Allah SWT [ CITATION Riv12 \p 215-216 \l
1033 ].
Bisnis mengandung arti suatu dagang, usaha komersial di dunia perdagangan di
bidang usaha. Dalam pengertian lebih luas, bisnis diartikan sebagai semua aktifitas produksi
perdagangan barang dan jasa [ CITATION Buc941 \l 1033 ]. Adapun dari pandangan Straub
dan Attner (1994) bisnis adalah suatu organisasi yang menjalankan aktivitas produksi dan
penjualan barang-barang dan jasa-jasa yang diinginkan oleh konsumen untuk memperoleh
profit. Adapun definisi barang adalah suatu produk yang secara fisik memiliki wujud (dapat
diindera), sedangkan jasa adalah aktivitas-aktivitas yang memberi manfaat kepada konsumen
atau pelaku bisnis lainnya[ CITATION Muh02 \l 1033 ].

Etika bisnis adalah pemikiran atau refleksi tentang moralitas dalam ekonomi dan
bisnis. Moralitas berarti aspek baik atau buruk, terpuji atau tercela, dan karenanya
diperbolehkan atau tidak, dari perilaku manusia. Moralitas selalu berkaitan dengan apa yang
dilakukan manusia, dan kegiatan ekonomis merupakan suatu bidang perilaku manusia yang
penting [ CITATION Ber00 \l 1033 ].
Menurut [ CITATION Put11 \l 1033 ], dalam menciptakan etika bisnis, ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan, antara lain:
1. Pengendalian diri

Artinya, pelaku-pelaku bisnis dan pihak yang terkait mampu mengendalikan diri
mereka masing-masing untuk tidak memperoleh apapun dari siapapun dan dalam bentuk
apapun. Disamping itu, pelaku bisnis sendiri tidak mendapatkan keuntungan dengan jalan
main curang dan menekan pihak lain dan menggunakan keuntungan dengan jalan main
curang dan menakan pihak lain dan menggunakan keuntungan tersebut walaupun keuntungan
itu merupakan hak bagi pelaku bisnis, tetapi penggunaannya juga harus memperhatikan
kondisi masyarakat sekitarnya. Inilah etika bisnis yang "etis".
2. Pengembangan tanggung jawab sosial (social responsibility)
Pelaku bisnis disini dituntut untuk peduli dengan keadaan masyarakat, bukan hanya
dalam bentuk "uang" dengan jalan memberikan sumbangan, melainkan lebih kompleks lagi.
Artinya sebagai contoh kesempatan yang dimiliki oleh pelaku bisnis untuk menjual pada

tingkat harga yang tinggi sewaktu terjadinya excess demand harus menjadi perhatian dan
kepedulian bagi pelaku bisnis dengan tidak memanfaatkan kesempatan ini untuk meraup
keuntungan yang berlipat ganda. Jadi, dalam keadaan excess demand pelaku bisnis harus
mampu mengembangkan dan memanifestasikan sikap tanggung jawab terhadap masyarakat
sekitarnya.
3. Mempertahankan jati diri dan tidak mudah untuk terombang-ambing oleh pesatnya
perkembangan informasi dan teknologi
Bukan berarti etika bisnis anti perkembangan informasi dan teknologi, tetapi
informasi dan teknologi itu harus dimanfaatkan untuk meningkatkan kepedulian bagi
golongan yang lemah dan tidak kehilangan budaya yang dimiliki akibat adanya tranformasi
informasi dan teknologi.
4. Menciptakan persaingan yang sehat
Persaingan dalam dunia bisnis perlu untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas, tetapi
persaingan tersebut tidak mematikan yang lemah, dan sebaliknya, harus terdapat jalinan yang
erat antara pelaku bisnis besar dan golongan menengah kebawah, sehingga dengan
perkembangannya perusahaan besar mampu memberikan spread effect terhadap
perkembangan sekitarnya. Untuk itu dalam menciptakan persaingan perlu ada kekuatankekuatan yang seimbang dalam dunia bisnis tersebut.
5. Menerapkan konsep “pembangunan berkelanjutan"
Dunia bisnis seharusnya tidak memikirkan keuntungan hanya pada saat sekarang,
tetapi perlu memikirkan bagaimana dengan keadaan dimasa mendatang. Berdasarkan ini jelas

pelaku bisnis dituntut tidak meng-"ekspoitasi" lingkungan dan keadaan saat sekarang
semaksimal mungkin tanpa mempertimbangkan lingkungan dan keadaan dimasa datang
walaupun saat sekarang merupakan kesempatan untuk memperoleh keuntungan besar.
6. Mampu menyatakan yang benar itu benar
Artinya, kalau pelaku bisnis itu memang tidak wajar untuk menerima kredit (sebagai
contoh) karena persyaratan tidak bisa dipenuhi, jangan menggunakan "katabelece" dari
"koneksi" serta melakukan "kongkalikong" dengan data yang salah. Juga jangan memaksa
diri untuk mengadakan “kolusi" serta memberikan "komisi" kepada pihak yang terkait.
7. Menumbuhkan sikap saling percaya antara golongan pengusaha kuat dan golongan
pengusaha kebawah

Untuk menciptakan kondisi bisnis yang "kondusif" harus ada saling percaya (trust)
antara golongan pengusaha kuat dengan golongan pengusaha lemah agar pengusaha lemah
mampu berkembang bersama dengan pengusaha lainnya yang sudah besar dan mapan. Yang
selama ini kepercayaan itu hanya ada antara pihak golongan kuat, saat sekarang sudah
waktunya memberikan kesempatan kepada pihak menengah untuk berkembang dan berkiprah
dalam dunia bisnis.
8. Konsekuen dan konsisten dengan aturan main yang telah disepakati bersama
Semua konsep etika bisnis yang telah ditentukan tidak akan dapat terlaksana apabila
setiap orang tidak mau konsekuen dan konsisten dengan etika tersebut. Mengapa? Seandainya

semua ketika bisnis telah disepakati, sementara ada "oknum", baik pengusaha sendiri maupun
pihak yang lain mencoba untuk melakukan "kecurangan" demi kepentingan pribadi, jelas
semua konsep etika bisnis itu akan "gugur" satu semi satu.
9. Menumbuhkembangkan kesadaran dan rasa memiliki terhadap apa yang telah
disepakati
Jika etika ini telah memiliki oleh semua pihak, jelas semua memberikan suatu
ketentraman dan kenyamanan dalam berbisnis.
10. Perlu adanya sebagian etika bisnis yang dituangkan dalam suatu hukum positif
yang berupa peraturan perundang-undangan
Hal ini untuk menjamin kepastian hukum dari etika bisnis tersebut, seperti "proteksi"
terhadap pengusaha lemah. Kebutuhan tenaga dunia bisnis yang bermoral dan beretika saat
sekarang ini sudah dirasakan dan sangat diharapkan semua pihak apalagi dengan semakin
pesatnya perkembangan globalisasi dimuka bumi ini.

2.2 Etika Bisnis dalam Islam
Dalam konteks islam etika sama kata al-khuluq jamak dari kata akhlaq yang artinya
sebagai ilmu yang menentukan batas antara baik dan buruk, antara yang terpuji dan tercela,
tentang perkataan atau perbuatan manusia lahir dan batin[ CITATION Muh12 \p 13 \l 1033 ].
Bisnis dan etika merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan bisnis itu
sendiri. Islam adalah agama yang universal dan komprehensif, yaitu mengandung ajaran yang

menyentuh seluruh lini kehidupan. Ketika manusia diperhadapkan pada masalah ekonomi,
maka Islam memenuhi kebutuhan tersebut dengan menyajikan aturan mainnya dalam bidang
muamalah, demikian pula dengan bidang lainnya .
Etika bisnis dalam islam dengan demikian memposisikan pengertian bisnis dengan
usaha manusia untuk mencari keridhaan Allah SWT. Bisnis tidak semata-mata mencari
keuntungan tetapi juga memikirkan jangka panjang yitu pertanggung jawaban pribadi dan
sosial dihadapan masyarakat maupun Allah SWT.
Syed Nawab Haidar Naqvi dalam buku “Etika dan Ilmu Ekonomi : Suatu Sintesis
Islami”, memaparkan empat prinsip etika bisnis ekonomi, yaitu, tauhid, keseimbangan
(keadilan), kebebasan dan tanggung jawab.
1. Tauhid : Sistem etika islam yang meliputi kehidupan manusia di bumi secara
keseluruhan, selalu tercermin dalam konsep tauhid yang dalam pengertian absolut, hanya

berhubungan dengan tuhan. Meskipun demikian, karena manusia bersifat teomorfis, manusia
juga mencerminkan sifat ilahiah ini. Tauhid merupakan konsep yang serba eksklusif dan
inklusif. Pada tingkat absolut konsep ini membedakan Khalik dengan makhluk, memerlukan
penyerahan tanpa syarat oleh semua makhluk kepada kehendak-Nya. Mengenai eksistensi
manusia, konsep ini juga memberikan suatu prinsip perpaduan yang kuat, sebab seluruh umat
manusia dipersatukan dalam ketaatan kepada-Nya.
2. Keadilan (Keseimbangan) : Dalam beraktivitas di dunia kerja dan bisnis, Islam

mengharuskan untuk berbuat adil tak terkecuali kepada pihak yang tidak disukai. Pengertian
adil dalam Islam diarahkan agar hak orang lain, hak lingkungan sosial, hak alam semesta dan
hak Allah dan Rasulnya berlaku sebagai stakeholder dari perilaku seseorang. Semua hak-hak
tersebut harus ditempatkan sebagaimana mestinya (sesuai aturan syariah). Islam
mengharuskan penganutnya untuk berlaku adil dan berbuat kebajikan. Dan bahkan berlaku
adil harus didahulukan dari berbuat kebajikan. Dalam perniagaan, persyaratan adil yang
paling mendasar adalah dalam menentukan mutu (kualitas) dan ukuran (kuantitas) pada setiap
takaran maupun timbangan.
3. Kebebasan : Bagian penting dalam nilai etika bisnis islam, tetapi kebebasan itu tidak
merugikan kepentingan kolektif. Manusia memiliki kecenderungan untuk berkompetisi dalam
segala hal, tak terkecuali kebebasan dalam melakukan kontrak di pasar. Oleh sebab itu, pasar
seharusnya menjadi cerminan dari berlakunya hukum penawaran dan permintaan yang
direpresentasikan oleh harga, sehingga pasar tidak terdistorsi oleh tangan-tangan yang
sengaja mempermainkannya.
4. Tanggung Jawab : Penerimaan pada prinsip tanggungjawab individu ini berarti setiap
orang akan diadili secara personal di hari kiamat kelak. Tidak ada satu cara pun bagi
seseorang untuk melenyapkan perbuatan-perbuatan jahatnya kecuali dengan memohon
ampunan Allah dan melakukan perbuatan-perbuatan baik. Islam sama sekali tidak mengenal
konsep dosa warisan, oleh karena itu tidak ada seorang pun bertanggung jawab atas
kesalahan-kesalahan orang lain .
2.3 Etika Bisnis Islam dalam Ekonomi
Etika ekonomi Islam, sebagaimana dirumuskan oleh para ahli ekonomi Islam adalah
suatu ilmu yang mempelajari aspek-aspek kemaslahatan dan kemafsadatan dalam kegiatan
ekonomi dengan memperhatikan amal perbuatan manusia sejauhmana dapat diketahui
menurut akal pikiran (rasio) dan bimbingan wahyu (nash). Etika ekonomi dipandang sama
dengan akhlak karena keduanya sama-sama membahas tentang kebaikan dan keburukan pada
tingkah laku manusia. Tujuan etika Islam menurut kerangka berpikir filsafat adalah
memperoleh suatu kesamaan ide bagi seluruh manusia di setiap waktu dan tempat tentang
ukuran tingkah laku baik dan buruk sejauhmana dapat dicapai dan diketahui menurut akal
pikiran manusia. Namun demikian, untuk mencapai tujuan tersebut, etika ekonomi Islam
mengalami kesulitan karena pandangan masing-masing golongan di dunia ini berbeda-beda
perihal standar normatif baik dan buruk. Masing-masing mempunyai ukuran dan kriteria yang
berbeda-beda pula. Sebagai cabang dari filsafat, ajaran etika bertitik tolak dari akal pikiran
dan tidak dari ajaran agama[ CITATION Bai11 \l 1033 ] .

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan buruk dan tentang hak dan kewajiban
moral (akhlak). Mengingat pranata yang dipakai dalam penerapan etika adalah nilai (values),
hak (rights), kewajiban (duties), peraturan (rules), dan hubungan (relationship), maka untuk
memahami etika usaha Islam harus diketahui tata nilai yang dianut manusia, hak dan
kewajiban manusia di dunia, serta ketentuan aturan dan hubungan yang harus dipenuhi
manusia, baik yang menyangkut hubungan antar manusia, hubungan manusia dengan alam,
dan tentunya hubungan manusia dengan Allah SWT. Sedangkan Bisnis mengandung arti
suatu dagang, usaha komersial di dunia perdagangan di bidang usaha. Dalam pengertian lebih
luas, bisnis diartikan sebagai semua aktifitas produksi perdagangan barang dan jasa
[ CITATION Buc941 \l 1033 ].
Etika bisnis adalah pemikiran atau refleksi tentang moralitas dalam ekonomi dan
bisnis. Moralitas berarti aspek baik atau buruk, terpuji atau tercela, dan karenanya
diperbolehkan atau tidak, dari perilaku manusia. Moralitas selalu berkaitan dengan apa yang
dilakukan manusia, dan kegiatan ekonomis merupakan suatu bidang perilaku manusia yang
penting [ CITATION Ber00 \l 1033 ].
Syed Nawab Haidar Naqvi dalam buku “Etika dan Ilmu Ekonomi : Suatu Sintesis
Islami”, memaparkan empat prinsip etika bisnis ekonomi, yaitu, tauhid, keseimbangan
(keadilan), kebebasan dan tanggung jawab.
Etika ekonomi Islam, sebagaimana dirumuskan oleh para ahli ekonomi Islam adalah
suatu ilmu yang mempelajari aspek-aspek kemaslahatan dan kemafsadatan dalam kegiatan
ekonomi dengan memperhatikan amal perbuatan manusia sejauhmana dapat diketahui
menurut akal pikiran (rasio) dan bimbingan wahyu (nash). Tujuan etika Islam menurut
kerangka berpikir filsafat adalah memperoleh suatu kesamaan ide bagi seluruh manusia di
setiap waktu dan tempat tentang ukuran tingkah laku baik dan buruk sejauhmana dapat
dicapai dan diketahui menurut akal pikiran manusia. Namun demikian, untuk mencapai
tujuan tersebut, etika ekonomi Islam mengalami kesulitan karena pandangan masing-masing
golongan di dunia ini berbeda-beda perihal standar normatif baik dan buruk. Masing-masing
mempunyai ukuran dan kriteria yang berbeda-beda pula. Sebagai cabang dari filsafat, ajaran
etika bertitik tolak dari akal pikiran dan tidak dari ajaran agama[ CITATION Bai11 \l 1033 ] .

Daftar Pustaka

Baidowi, A. (2011). ETIKA BISNIS PERSPEKTIF ISLAM. JHI, Volume 9, Nomor 2,
Desember 2011 , 9 (2).
Buchari, A. (1994). In Ajaran Islam dalam Bisnis (p. 18). Bandung: Al- Fabeta.
Djakfar, M. (2012). Etika Bisnis: Menangkap Spirit Ajaran Langit. jakarta: penebar
plus.
K.Bertens. (2000). pengantar etika bisnis. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Keraf, D. A. (1998). ETIKA BISNIS : TUNTUTAN DAN RELEVANSINYA. Yogyakarta:
Penerbit Kanisius.
Nawatmi, S. (2010, April). ETIKA BISNIS DALAM PERSPEKTIF ISLAM. Fokus
Ekonomi (FE) , 50 – 58.
Putra, S. A. (2011). Etika Bisnis. BUSINESS OPPORTUNITIES .
Rivai, V., & Usman, A. N. (2012). Islamic Economics and Finance. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Saifullah, M. (2011). ETIKA BISNIS ISLAMI DALAM PRAKTEK BISNIS RASULULLAH.
Walisongo , 19, 1.
Yusanto, M. I., & Widjadjakusuma, M. k. (2002). Menggagas Bisnis Islami. Jakarta:
Gema Insani.
http://kbbi.web.id