T1 Lampiran Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pola Adaptasi Verbal dan Nonverbal Mahasiswa UKSW yang Berasal dari Luar Jawa

LAMPIRAN

68

Wawancara A1 (Papua) :
1. Sebelum kuliah di UKSW yang terletak di pulau Jawa, apa yang kamu
tahu tentang daerah Jawa?
Jawab: Orang-orangnya pasti ngomong dengan bahasa Indonesia. Karena
ini kan Indonesia, kalau mereka ngomong pakek bahasa Jawa tidak ada
yang mengerti. Karena di Papua juga banyak orang Jawa. Karena Bapak
bilang juga kalau orang Jawa Tengah itu mereka tidak kasar, pokoknya
frendly, welcome saja.
2. Susah tidak menyesuaikan dengan lingkungan yang ada?
Jawab : tidak susah juga menurut saya. karena kalau macam mau keluar ih
saya kan baru datang keluar jalan kesana-kesisni ndak perlu kalau ketemu
orang ya sapa, senyum, selamat pagi, selamat siang, selamat malam trus
masuk lagi ke kos.
3. Pernah tidak mengalami kesulitan atau bingung dalam menyesuaikan kata
perkata, misalnya waktu kamu pergi belanja?
Jawab: Iya. Sampai sekarang juga masih bingung. Yang pertama itu
‘kembalian’ kalo tidak salah. Saya bilang ke ibunya, ibu kembaliannya

kurang, trus ibunya bilang ‘sek-sek’ saya bingung lalu saya bilang apa sih
bu, ibu bilang apa? Ibunya balik nanya lagi ‘mudeng ra’ apa sih dong
bicara apa semua. Langsung ibu kasih kembaliaanya. Ibunya juga tertawatertawa.
4. Kata ‘sek, mudeng dll’ itu kamu bisa mengerti bagaimana caranya?
Jawab : dari teman-teman. Tanya. Kan ada Rosi (teman yang dari Jawa).
Ada Jenifer juga. Bisa menuntun kami yang buta. Soalnya kalau beli,
belanja ke pasar yang jual nenek-nenek tidak mengerti. Jadi ya kalu
dengan teman-teman saya ngomong pakek logat Papua, Lisa ngomong
pakek logat Kalimantan, Okla ngomong pakek logat Bandung. Ih epen kah
baku mengerti saja. Berusaha untuk mengerti. Kalau saya rasa bisa
kolaborasi dengan mereka, agak kolaborasi sedikit tapi kalau tidak bisa ya
kembali. Back to the dialeg.
5. Padahal kan kamu sudah sering bicara di rumah pakek bahasa Indonesia,
kenapa disini lebih sering pakek dialek Papua?
Jawab : lebih nyaman pakek dialek. Kalau pakek bahasa Indonesia kan
panjang lebar, kalau pakek dialek kan singkat-singkat. Tapi dialek kan ada
beberapa slak-slak yang mereka tidak mengerti jadi nanti mereka tertawa
baru kita yang anak-anak timur balik nganga ‘apa yang lucu?’ nanti kita
tertawa mereka yang bingung apa yang lucu.
6. Hubungan kamu dengan anak-anak Papua yang lain bagaimana?

Jawab : cuman dengan teman-teman yang satu sekolah saja. Kalau yang
ini teman-teman progdi. Bagaimana ya, kita disana juga beda kota beda
slak juga sih. Anak-anak Mankokwari beda dengan Jayapura. Jayapura
beda dengan Sorong.

69

7. Kok bisa sih kamu punya teman-teman yang bukan satu daerah dengan
kamu? Padahal disini kan banyak yang lebih suka berteman dengan yang
atu daerah?
Jawab : tidak tahu juga. Kami sudah dari OMB. Suka pulang sama-sama.
Ya mereka juga menyesuaikan dengan kita yang kasar, blak-blakan iihh.
Sampai kadang-kadang ‘kamu ih kasar skali’- ‘ji baru mau halus bagimana
ini sudah begini. Misalnya: ‘ ada inikah?’- ‘ih, tarada’- ‘jangan marah’‘apa sih, marah-marah barang apa. bicara biasa saja’. Padahal tidak
maksud marah. Tapi lama-kelamaan mereka berarptasi juga.
8. Pernah tidak ada salah paham dengan teman-teman satu geng? Contoh
penggunaan kata ‘nanti’ ?
Jawab : ha kalau kita kan nanti masih lama, kalau mereka kan nanti ya hari
ini juga. Sepertinya pernah tapi tidakdengan teman-teman satu geng
dengan teman-teman satu kelas. ‘sudah dikirmkah?’ – ‘loh kam bilang

nanti, nanti kapan?’ – ‘ya udah nanti siang, nanti sore’ – ‘nah bilang
begitu, nanti tu yang jelas’. Kadang-kadang di grup juga kalau pakek slakslak begitu trus mereka tidak mengerti nanti mereka tertawa baru nanti kita
yang dari timur masuk smua bicara sendiri. Tapi memang sudah ada
teman-teman Papua yang sudah beradptasi sih pakek ‘aku,aku’. Saya :
Tapi menurut kamu itu perlu tidak sih?. A1 : ya tidak apa-apa kalau
memag bisa. Tapi lebih baik pakai ‘saya’ karena ‘saya’ itu kan bahasa
Indonesia yang baku. Rasa aneh sekali.
9. Pernah tersinggung tidak kalau teman-teman ketawa karena slak-slaknya?
Jawab : tidak. Epen kah sa tra mau pusing.
10. Menurutmu untuk menyesuaikan bahasa, gaya bicara gampang tidak?
Jawab : gampang. Gampang saja. Di sesuaikan. Kalau mereka suruh ya
bisa saja, tapi kalau memang tidak ya kita tetap dialek Papua.
11. Menurut kamu, berteman dengan teman-temanmu, tinggal di Jawa
mempengaruhi gaya bicara kamu tidak?
12. Jawab : Ia, mempengaruhi skali. Kejadiaanya pas kerja kelompokkemarin.
Ketemu dengan teman yang dari Papua juga. Teman A1 : ‘ko mau
kemana?’. A1 : ‘mau kerkom sudah telat’. Teman A1 : ‘ko bilang apa?’.
A1 : ‘Sudah telat’. Teman A1 : ‘ceehhhhh’. A1 : ‘jih,memang kenapa?’.
Teman Echa : Terlambat.
13. Beberapa budaya tertentu kan biasanya kalau makan kan pakek tangan,

kalau disini harus pakek disesuaikan dengan pakek sendok dengan garpu
juga. Trus kalau ketemu orang kan disini disapa dengan sedikit menunduk.
Kalau kamu bagamaina?
Jawab : kalau ketemu dengan yang sesama Papua ya paling tegur saja
selamat pagi,selamat siang, selamat malam. Kalau ketemu irang tua ya
baru nunduk, kalau tidak ya tidak usah. Kita bukan orang China atau
Jepang juga. Kalau disana kan (di Papua) ketemu orang Tua selamat pagi,
selamat siang, selamat malam, pegang tangan. Trus kalau disini kan

70

mereka kira kalau orang Papua kalau salaman harus kasih bunyi tangan
(jari) trus sa bilang orang Papua mana? Itu beda suku. Di saya suku
salaman biasa saja.
14. Kalau interaksi dengan teman-teman yang bukan dari Jawa, misal
Manado, Ambon, biasanya pakai bahasa apa?
Jawab : Nah kalau dengan Manado, Ambon kan kita saling-saling
mengerti. Biasanya saya bicara ya sesuaikan, kadang pakek dialek Papua
selip-selip dialek Ambon.
15. Menurutmu, untuk tahu budaya tempat kamu tinggal sekarang perlu tidak?

Sampai kepada bahasa juga?
Jawab : Perlu. Kan biasanya kita nonton di TV sekarang biar liat langsung,
tahu langsung.

71

Wawancara A2 (Papua):
1. Waktu itu sebelum datang kuliah di Salatiga apa yang kamu tahu atau
dengar tentang daerah Jawa? Orang-orang Jawa kayak gimana?
Jawab : tidak cari tahu sih, tapi ada tante yang orang Surabaya. Jadi
tante yang kasih tahu kalau orang Jawa tu lembut-lembut. Nanti kalau
kalian bicara kasar dikira marah.
2. Pernah ada pertentangan mungkin dari orang tua untuk kuliah di Jawa?
Jawab : ada. Dari mama dan mama tua. Kan biasa sakit-sakit juga jadi
mama bilang nanti siapa yang liat. Tapi Bapa bilang tidak apa-apa biar
mandiri.
3. Awal-awal datang ke Salatiga sempat kaget dengan keadaan sekitar
tidak? Penduduknya?
Jawab : kaget. Apalagi dengan suhu udaranya. Dingin. Trus kalau mau
ke pantai tidak ada pantai jauh skali. Disini, aduh heran skali tidak ada

pantai. Trus makanan juga. Kalau penduduknya ramah sih. Di
Jayapura juga banyak yang dari Jawa. Kalau disana mereka kan pakek
bahasa Indonesia. Kalau disini masih ada yang kadang-kadang pakai
bahasa daerah juga. Bahkan kalau di sana, ada juga yang sudah pakai
bahasa sana.
4. Kalau ketemu teman yang ngomong pakek bahasa Jawa sempat
bingung kah bagaimana?
Jawab : ia, kayak waktu OMB itu kan awal-awal pas perkenalan itu
bingung aduh mereka bicara apa ‘medok-medok’. Tapi habis itu diam
saja trus dengar baru ohh ia,iaa jadi maksudnya ini maksudnya itu.
5. Untuk kamu tahu apa yang mereka bilang, kamu tanya atau gimana?
Jawab : ia tanya. Soalnya kan merekacara bicaranya apa tidak jelas.
Jadi tanya ‘bagaimana-maaf itu artiya apa?’ baru mereka jelaskan
ulang lagi. Kalau sampai sekarang ya sudah mulai mengerti sedikit.
6. Menurut kamu untuk berteman dengan teman-teman dari Jawa atau
daerah lain itu susah tidak?
Jawab : kalau menurut saya sih mau bicara itu, kalau dengan teman
yang Papua kan pakai bahasa Papua ‘sa-ko’ kan su enak. Kalau macam
dengan teman-teman tu karna su terbiasa pakai ‘sa’ trus kalau mau
pakek ‘aku’ itu macam aduh susah skali. Itu bicaranya bingung skali.

Rasa aneh gitu karna tidak terbiasa bicara begitu. Tapi sebenarnya
teman dengan mereka enak sih kan kita pakai bahasa indonesia jadi ya
baik saja.
7. Tapi kalau saya perhatikan kamu lebih sering sama teman-teman
Papua ya?
Jawab : ia sih lebih sering. Ada kita punya teman cewek dari Jawa itu
yang sering main dengan kita. Tapi sekarang sama teman-teman sumba
juga. Tapi kebanyakan dengan teman-teman dari timur sih. Kalau
dengan teman-teman yang Jawa, keculai kalau kerja kelompok. Tapi

72

kalau bagi kelompok yang disuruh pilih sendiri itu dengan yang su rasa
nyaman. Itu rata-rata dengan anak-anak Timur smua. Tapi kalau dosen
yang bagi itu nanti baru bilang ‘aduh kalo saya dengan yang ini boleh,
yang ini boleh’. Trus nanti kalau mau main dengan mereka kayak
bagaimana e nanti mau bicara dengan mereka susah lagi. –Tapi kan
kalau pakai bahasa Indonesia sebenarnya bisa kan? –Jawab : Ia
memang, cuman tapi karna mungkin sudah biasa pakek ‘sa-ko’ jadi
mau bicara ‘aku’ itu, biasa kalau su begitu kita yang orang Timur baku

liat langsung baru ketawa-ketawa karna rasa lucu. Karna rasa aneh
sekali. Kalau dengan yang Ambon juga kan rasa sudah mengerti juga,
tapi kalo dengan yang teman-teman Jawa nanti bicara lagi. Rasa susah
sendiri.
8. Pernah tidak kamu ketemu dengan orang sini yang memang ngomong
pakek bahasa Jawa yang tidak bisa pakai bahasa Indonesia?
Jawab : oh itu pernah, di kos lama ada ibu kosnya mungkin mama
mantunya yang sudah tua begitu, ibunya bicara trus aduh saya bingung
akhirnya diam saja nanti adik kos yang artikan kalau ibu itu tanya saya
dari mana. Jadi diam saja dulu kalau tidak tahu ya diam saja, tapi ya
belajar-belajar bahasa mereka. tapi kalau teman yang sudah biasa,
kalau dia ngomong dengan temannya pakek bahasa Jawa nanti baru
kita tanya itu artinya apa.
9. Pernah tersinggung dengan teman-teman yang mungkin ketawa waktu
kamu ngomong gitu?
Jawab : kalau tersinggung sih tidak. Cuman nanti kalau mereka ketawa
ya ikut ketawa juga karna rasa lucu.
10. Pernah terjadi salah paham dengan teman-teman yang beda budaya?
Kayak misal penggunaan kata ‘nanti’ ?
Jawab : oh iya pernah-pernah kak. Jadi ada teman yang mau antar usda

dia bilang nanti, saya pikir nanti ya berarti agak lama begitu. Saya
sudah tidur, tidak tahu kalau ternyata dia sudah tunggu lama di luar.
Akhirnya pas buka pintu bagitu ‘ini Gress aku dah di luar- oh iya iya
maaf’.
11. Menurut kamu untuk tahu budaya, kebiasaan, bahasa dimana kamu
tinggal sekarang perlu tidak?
Jawab : menurut saya ada perlu juga sih. kita nanti kan disini 4 tahun
jadi ya setidaknya musti tahu juga. Kalau ketemu orang disini yang
tidak bisa bahasa Indonesia kan bisa mengerti.
12. Menurut kamu adaptasi perlu?
Jawab : perlu sih kak. Saya kan belajar disini jadi perlu tahu juga
supaya bisa nyaman. Lama-lama kan nyaman nanti.

73

Wawancara A3 (Papua):
1. Sebelum ke Salatiga, apakah ini kali pertama ke pulau Jawa atau
sebelumnya sudah pernah?
Jawab : Kalau ke Salatiga sih baru kali pertama ini. Tapi kalau ke
Jakarta sudah sering, Bandung, Bogor itu juga pernah. Ke luar

Indonesia juga pernah.
2. Trus, sebelum kuliah disini kira-kira apa yang ada dipikiran kamu
waktu itu tentang Salatiga dan orang-orangya?
Jawab : kalau saya sebenarnya karna sudang pernah ikut kegiatankegiatan yang keluar dari Biak jadi agak tau kalau di Jawa itu barangbarang murah beda jauh dengan Papua. Pokoknya sudah ada gambaran
begitu. Kalau dengan orang-orangnya itu paling dikomunikasi saja,
kadang kita bicara mereka pikir kasar jadi kayak kita ada marah.
Sebelum datang ke Salatiga itu saya kira Salatiga kayak kota-kota besar
yang ada mallnya gitu. Lingkungannya juga karna kita anak rantau
perlu juga lingkungan yang tenang dan nyaman.
3. Bagaimana pendekatan awal-awal dengan teman-teman yang beda
budaya ?
Jawab : tidak rasa keberatan atau gimana gitu mungkin karna saya
sudah pernah tinggal, ketemu dengan teman-teman yang beda budaya
juga. Kalau mau berteman paling awal-awal tanya nama baru tanya
daerah. Mungkin yang masih susah itu dengan teman-teman dari Jawa.
Karena awalnya teman-teman itu saya pikir teman-teman2 dari Jawa itu
masih berpikir kalau bukan rasis sih tapi mereka mau berteman dengan
saya tidak? Saya kan dari Timur beda kulit. Tapi mulai-mulai berteman
jadi sudah mengerti. Tapi saya kalau ketemu orang baru saya langsung
sapa saja, tidak malu-malu. Jadi saya itu gampang diajak bicara gitu.

4. Gimana caranya kamu menghadapi teman-teman dari Jawa yang
ngomong bahasa Jawa?
Jawab : mereka juga tahu kalau saya dari Timur, beda budaya, jadi
kalau mereka sudah selesai bicara saya langsung tanya ‘yang tadi kalian
bicara itu artinya apa?’ jadi kalau ketemu mereka setidaknya saya juga
mengerti dan bisa bahasa Jawa. Atau kalau teman-teman mereka lagi
menjelaskan sesuatu pakek bahasa Jawa nanti saya bilang ‘bahasa
Indonesia, karna saya tidak mengerti’ biasa saya teman-teman begitu.
5. Keseharian lebih sering sama teman-teman dari saerah mana?
Jawab : karna kita anak rantau memang lebih nyaman dengan temanteman sendiri. Tapi saya dengan siapa saja bisa. Kan kita juga perlu
belajar dari teman-teman yang beda budaya. Tapi kesehariannya dengan
teman-teman yang satu daerah.

74

6. Waktu kamu ketemu dengan teman-teman yang dari Menado, Batak,
Ambon gaya bicara kamu kayak gimana? Menyesuaikan dengan
mereka atau gimana?
Jawab : kalau teman-teman yang Menado dan Batak mereka juga pakai
bahasa Indonesia, tapi kalau dialeknya saya tidak bisa menyesuaikan.
Kalau dengan teman-teman Ambon saya bisa ikut logat mereka karna
memang lingkungan tempat tinggal juga ada orang Ambon. Kadang
tanpa disadari juga kadang-kadang ikut-ikutan juga bahasa mereka.
7. Pernah tiba-tiba nyeletuk bahasa daerah? Reaksi teman-teman gimana?
Jawab : ia ada, tapi paling nanti mereka tanya.
8. Waktu keluar bahasa daerahnya ada tidak teman-teman yang ketawa
atau jadiin itu bahan guyonan?
Jawab : ia ada, tapi abis itu mereka tanya artinya nanti baru ketawa.
Tapi bagi saya itu tidak jadi masalah.
9. Pernah ketemu penduduk sini yang tidak bisa pakai bahasa Indonesia?
Jawab : pernah sih bapak-bapak. Tapi waktu itu pas dengan kaka yang
sudah lama di Jawa jadi kaka yang bilang artinya apa. Memang susah
sih kalau ketemu dengan orang-orang tua. Makanya memang perlu sih
belajar bahasa Jawa paling tidak bisa mengerti mereka ngomong apa.
10. Pernah terjadi salah paham dengan teman-teman yang beda daerah ?
misalnya penggunaan kata ‘nanti’ ?
Jawab : kalau saya ‘nanti’ itu tidak sampai besok juga bisa hari ini. Tapi
kadang kita tangkap ‘nanti’ itu kapan. Paling kalau salah paham misal
kita kan bilang ‘tidak’ dengan ‘tra’ jadi kalau bilang ‘tra bermain’
dikira kita tidak mau main. Jadi nanti baru di jelaskan kalau di kita ‘tra’
itu ‘tidak’, jadi nanti baru mereka mengerti.
11. Sampai sejauh ini punya kesulitan apa dengan teman-teman disini?
Jawab : paling sih susah kalau teman-teman Jawa mereka lagi
menjelaskan sesuatu. Memang kadang pakai bahasa Indonesia tapi
masih ada ‘medok Jawanya’. Komunikaisnya sih.
12. Menurut Joice adaptasi itu penting?
Jawab : ia penting. adaptasi itu penting karna ketika kita sudah berada
pada satu lingkungan kita perlu adaptasi dimana apapun yang terjadi
kita mau pertahankan budaya kita, mau pertahankan gaya bicara kita,
bahasa kita tapi ketika kita sudah berada di lingkungan yang bukan
bdaya kita sendiri kita harus bisa beradaptasi. Harus bisa mempelajari
budaya yang ada dilingkunga itu suaya ketika kita tinggal ditu kita bisa
bangun komunikasi dengan orag-orang sekitar situ. Kalau kita tidak
bisa beradptasi mana mungkin kita bisa nyaman dengan lingkungan
disitu. Menurut sata adaptasi juga salah satu bentuk dari kemandirian
juga.
13. Bagaimana menanggapi teman-teman Jawa yang bicara dengan bahasa
Jawa, padahal kan mau bilang ini Indonesia mini?

75

Jawab : buat saya itu tidak masalah. Karena ini kan UKSW, Indonesia
mini yang terletak di pulau Jawa, jadi ketika teman-teman bicara
dengan bahasa Jawa tidak apa-apa karna hanya dijuluki Indonesia mini
yang beragam budaya. Itu yang tadi saya bilang beraptasi itu penting.
Karena kita tinggal di Jawa makanya kita juga harus tahu bahasa Jawa.
Bahasa Indonesia juga dipakai tapi kita kan dengan teman-teman Jawa.
Jadi komunikasinya bisa pakai bahasa Indonesia.

76

Wawancara A4 (Kalimantan-Suku Dayak):
1. Sebelumnya sebelum ke Salatiga penah ke daerah Jawa ? trus yang ada
dipikar kamu sebelumnya tentang daerah Jawa apa?
Jawab : kalau ke Jakarta pernah. Aku kan kebetulan ada mbah-mbah
orang Boyolali yang tinggal dirumah tapi bukan mbakku. Jadi mbahku
cerita kalau orang Jawa itu ramah tapi sebenarnya enggak. Tapi memang
nggak semua orang jawa sih yang kayak gitu. Trus aku dibilang kalau di
Jawa itu kamu harus jaga kata-katamu. Kamu harus mikir dulu apa yang
mau kamu ucapkan. Harus tau gimana kalau ngomong sama orang tua,
bahasanya. Trus di ceritain barang-barang di Jawa itu lebih murah.
Diingetin sama mbahnya kalau di Jawa itu sering konflik jadi jangan
sampai kamu ikut-ikutan.
2. Kok bisa mbahnya ada dirumahmu?
Jawab : aku juga lupa kapan dia muncul. Tapi kayaknya udah ada dari
sebelum aku lahir deh.
3. Trus mbahnya pernah ngomong pakai bahasa Jawa dong?
Jawab : dulu waktu muda nggak pernah. Tapi sekarang kan udah tua jadi
udah pakai bahasa Jawa dan aku nggak ngerti. Memang aku dari kecil tu
nggak tertarik buat blajar bahasa Jawa. Kalau menurutku aku nggak
terlalu suka bahasanya. Aku akan belajar bahasa yang cuman aku suka.
4. Sepengalaman kamu waktu masuk kuliah punya kesulitan seperti apa?
Jawab : aku sih sebenranya anaknya pemalu tapi gampang berbaur jadi
aku harus dekat-dekat denga orang. Jadi waktu di UKSW aku kan di
Agra (nama kosan) disitu kan semuanya anak Manado. Aku udah dari
sana udah terkonsep disini (nunjuk kepalanya) aku tuh nggak terlalu
suka sama orang Manado kalau mau jujur. Karna pie suaranya tu keras,
trus mereka kalau ngomong kan pakai bahasanya mereka nah aku kan
nggak ngerti makanya aku memutuskan untuk pindah ke asrama kartini.
Di asrama kartini, aku ketemu lagi sama orang-orang Timur. Tapi aku
disana pikir kayaknya aku memang harus belajar sedikit-sedikit logatnya
mereka. akhirnya aku bisa, aku satu semester logatnya itu kupang tulen.
Tapi karna mereka suka pesta yang sampai lebih dari jam 12 au akhirnya
pindah. Di kosan ini banyaknya orang Makasar. Lama-lama logatku tu
keikut ‘ia ji’ nah kayak gitu. Tapi aku kalau lagi dekat dengan orang
Ambon aku pasti nanti keikut logatnya. Tapi kalau aku lagi dekat
dengan orang Manado, Kupang, Ambon, Jawa, pacarku orang Bali nanti
aku pasti balik ke bahasaku, menurutku sih. tapi kadang kebawa juga ke
Jawanya ‘nggak to yo’ tapi kalau budayanya nggak.
5. Kamu pernah nggak punya kejadian atau salah paham tentang
penggunaan kata ‘nanti’ dengan teman kamu yang beda budaya?
Jawab : pernah tapi konsepnya masih bahasa Indonesia. Jadi
sepenangkapku dalam waktu lama, masih nanti-nanti.

77

6. Kamu pernah ketemu dengan penduduk asli yang nggak bisa bahasa
Indonesia?
Jawab : aku pernah tinggal di getasan, trus sama ibinya ngerti bahasa
Indonesia itu kan tempat pengolahan organik trus ada pekerjapekerjanya jadi ada mbak-mbak yang ngomong pakai bahasa Jawa aku
nggak ngerti jadi jadi aku cuman ‘yah-yah-yah’ ya aku nggak tau.
7. Kalau kamu lagi sama teman-teman kamu trus mereka ngomong pakai
bahasa Jawa, apa yang kamu pikirkan?
Jawab : aku tergantung sih. kalau dia ngomong nggak liat aku aku nggak
bakal ngapa-ngapa. Kalau sambil ngeliatin aku ‘kamu tuh lagi ngomong
apa sih? jujur kalau kamu ngomong sambil ngeliatin aku, aku
tersinggung’. Tapi kalau sekarang kan udah mulai-mulai ngerti mereka
ngomong apa.
8. Keseharian kamu sama temen-temen dari daerah mana?
Jawab : aku tu lebih sering sama teman-teman yang cowok dari aku
sekolah. Temen-temenku ini temen-temennya pacarku mereka juga anak
HI. Ada orang Manado-Makasar, Jawa, Toraja-Magelang, Flores, Papua.
9. Trus kamu kalau sama mereka ngomongnya gimana?
Jawab : kalau sama kaka-kaka Papua, mereka kan anak-anak HI juga
jadi jereka tahu aku kayak gimana. Jadi kala sama mereka ya
ngomongnya pakai bahasa Indonesia.
10. Nggak pernah nyeletuk ngikut bilang ‘ tidak ko-sa-ko’?
Jawab : Enggak. Palingan pakai ‘enggak kok’ tapi kalau sama yang
Makasar kadang ‘tidak ji’ cuman nyeletuk doang sih.
11. Kamu pernah nggak penasaran dengan bahasa mereka, yang ini tu
artinya apa?
Jawab : bahasa Jawa. Pacarku kan juga bisa bahasa Jawa, jadi kalau aku
dengar apa gitu akau nanya ‘ini tuh artinya apa sih?’ tapi aku udah lupa.
Aku tuh nanya cuman buat ngerti sekali (sambil ketawa). Mbahnya
pacarku kan di Salatiga, jadi mau nggak mau kan aku duduk dengerin
mbahnya cerita.
12. Tapi kok bisa ya nggak kecantol gitu?
Jawab : Kan tadi aku dah bilang kak, kalau bahasanya nggak aku suka
ya aku nggak mau. Kalau aku suka Korea ya nanti aku akan belajar
bahasa Korea. ‘ya wes-ya wes’ tu paling yang kecantol. Kalau jarangjarang nggak akan kecantol karena memang aku nggak niat.
13. Nggak ada gitu kamu pengen belajar bahasa daerah apa ?
Jawab : indonesia tu aku niat, tapi kalau daerah-daerah tu nggak niat.
Tapi kalau aku harus belajar tu bahasanya pacarku bahasa Bali, jadi
kayak mesti belajar sekit-sedikit gitu. Kalau Ambon kan temen-temnku
mereka biasanya nyanyi, jai rasa-rasanya adalah. Kupang, Ambon,
Papua kan bahasanya beda-beda nah kadang-kadang kan anak-anak sini

78

tu mereka ngomongnya kan kecampur-campur toh jadi mau nggak mau
nggak bisa belajar cuman satu daerah. Beda kalau aku tinggal di
Mojokerto yang isisnya orang Jawa smua ya berarti ngomongnya juga
bahasa Jawa. Kalau disini kan kadang ketemu orang Batak juga, orang
Ambon ngapain aku belajar semuanya paling aku belajar yang pentingpenting.
14. Aku pernah dengar kalau orang tu melihat orang dayak sama orang Jawa
tu sama. Dari fiskinya kelihatan gitu. Kamu tersinggung nggak?
Jawab : ia sih memang aku awal-awal juga dikira begitu. Kalau nggak
Jawa ya Batak. Kalau kk liat kan orang Dayak putih, tapi aku kan nggk
makanya dikira orang Jawa. Tapi nggak tersinggung sih. aku juga nggak
suka di bilang orang Dayak. Makanya aku nggak terlalu mengekspose
kalau aku orang Dayak. Tapi aku memang harus menerima kalau aku
orang Dayak.
15. Nah kamu kan tinggal di Jawa ni, menirut kamu perlu nggak kamu tau
budayanya?
Jawab : harus tahu. Seenggaknya dasar-dasarnyalah. Supaya kita dijalan
nggak salah ngomong, salah tingkah, biar nggak diomongin sama ibuibu. Biasanya kan kalau kita salah tingkah sedikit aja kan udah
dibilangin sama ibu-ibu ‘eh bukan gitu mbak’ ya setidaknya tahulah
nggak usah terlalu banyak yang basic aja. Kalau aku tuh bahasa
memang penting supaya nggak termakan temen gitu loh. Kan temen
biasanya nggak semua temen itu baik to kan kak. Suka ngasih arti-arti
yang salah. Setidaknya kita tahu dulu lah artinya yang sebenarnya.
Menurutku bahasa Jawa itu susah. Aku nggak suka kalau bahasa itu ada
tahap-tahapnya, untuk anak muda lain unyuk orang tua lain. otakku agak
susah mengolahnya.

79

Wawancara A5 (Kalimantan-Suku Dayak):
1. Awal mula bisa kuliah di UKSW gimana ?
Jawab : Aku itu dulu udah pernah kuliah, tapi aku nggak suka.
Nganggurlah aku 2 minggu. Trus di telfon sama orangtua angkatku
di Boyolali, nawarin aku kuliah di UKSW.
2. Bagimana kesan pertama apa di UKSW?
Jawab : awal-awal kan pas OMB, bingung. Lihat orang-orang tu ada
yang hitam,putih, pesek, mancung. Awalnya aku kira orang Papua
itu orang Flores. Trus aku kenalan sama temen, salam trus tanya ‘eh
kamu dari mana?’ ternyata dia orang Boyolali.
3. Trus awal mula kamu di Salatiga, apa yang ada dipikran kamu ?
Jawab : orang-orangnya kalem. Apalagi sama orang tua. Mau
dibilang kami kan kasar kasar deh. Awal-awal agak kontrol juga
waktu bicara. Eh ada tingkatannya bicaranya, tingkat bawah sampai
tingkat atas. Tapi karna aku nggak ngerti bahasanya ya udah diam
aja. Paling ‘nggih’ itu aja yang paham, ya udah tinggalin.
4. Gimana kamu cara nyesuain dengan penduduk disini?
Jawab : cara penyesuaian diri paling awal, paling pengucapan
selamat pagi menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Kalau mereka ngomongnya pakek bahasa Jawa ‘oh maaf buk, saya
nggak bisa pakek bahasa Jawa, saya dari ini., ne..” kayak gitu.
Pertama kali kalau aku liat orang itu ari bahasanya. Kalau aku nggak
ngerti ya udah aku diam.
5. Pernah nggak ketemu dengan orang sini yang nggak bisa bahasa
Indonesia?
Jawab : wah pernah tu nenek-nenek, opa-opa. Di Ampel tu, kalau
nggak salah neneknya udah 100 tahun. Selamat pagi kalau nggak
salah kan ‘sugeng enjang’, ada yang kasih tau ‘oh itu artinya selamat
pagi. Saku langsung dimarahin. ‘uedan anak ini’ kayak gitu. ‘edan
itu apa? Edan tu kayak ‘dunia itu edan (gila). Oh ternyata orang
kalau udah sepu-sepu tu penduduk asli memang nggak bisa bahasa
Indonesia. Pokoknya kalau udah ketemu sama orang tua yang sepusepu aku ngak berani ngomong lagi, sampai sekarang.
6. Kamu tersinggung nggak di bilang ‘edan’ waktu itu ?
Jawab : tersinggunglah. ‘edan’ apa ? aku kan nggak tau semua
bahasa. Kan kita beda-beda. Kalau orang Jawa biang ‘turu’ itu kan
tidur, kalau kami bilang ‘turu’ itu artinya bocor. ‘Balang’ itu artinya
kan turun dari pohon, kalau kami kan ‘balang’ itu nggak jadi. Itu
yang buat bingung pertama kali. Beda lagi kalau ketemu sama orang
Manado. Mereka kan ‘doi’ itu duit, kalau kami ‘doi’ itu pacar.
Aduuh itu tu yan buat aku pertama kali bingung. Tapi sejauh ini
kenapa aku bisa menyesuaikan diri karna aku lihat dan dengar.
Mulai dari dibilang ‘edan’ itu, jadi belajar. Kalau di Dayak kata-kata

80

orangtua itu manjur. Ya udah kalau kamu dibilang ‘bodoh’ kamu
bakal bodoh seumur hidup. Nah aku jaga itu sbenarnya.
7. Trus bagaimana dengan teman-teman yang disini ?
Jawab : waktu pertama kali itu, aku kan sering pelayanan sama
orang tua otomatis bahasanya kan yang sopan-sopan, tapi waktu
disini ketemu anak-anak muda tu ‘endasmu, edan, gila,’ ibarat kata
tu aduuh kok kasar sekali kek gitu. Kami aja yang kasar nggak
sekasar itu loh. Kami orang dayak juga pnya tingkatan bicaranya.
Tapi mereka benar-benar kasar gitu. Tapi aku salut, kalau sama
orang tua mereka gomongnya pakek bahasa yang ini. Tapi kalau
sama sebaya mereka tu nggak beraturan banget. Kalau di Jawa
Timur itu kan panas ‘panas lo le’ kalau disini kan ‘le’ itu anak lakilaki kan, kalau di kita itu ‘teman’ nah itu loh, jujur aku aja sampai
sekarng itu nanya ke teman artinya apa. Kalau itu baik baru
ngomong, kalau nggak baik aku buang.
8. Kamu pertama kali tahu kata ‘makan, minum’ pakek bahasa Jawa itu
dari siapa ?
Jawab : sama orang yang pertama kali aku tinggal sama dia. ‘kalau
selamat pagi disni itu apa?, kalau makan itu apa ? kasarnya apa?
Halusnya apa? Kalau untuk anak-anak apa?’ ku tanya sama orang
ini. Nggak mungkin aku tanya sama orang yang seusiaku. Palingan
makan itu ‘mangan’ oh kasar sekali. Nanyanya ke yang lebih tua.
Kalau sama yang seusia nanti dikerjain.
9. Kenapa kamu nanya sampai segitunya? Kenapa kamu pengen tahu?
Jawab : pengen tahu aja. Pengen banget. Bisa dibilang kita sama
orang tua harus ngomong kayak gini, sama sebaya harus kayak gini,
makanya aku tanya. Berhadapan dengan orang yang kayak gini tu
harus kayak gini, sama yang ini tu kayak gini. Malu bertanya sesat di
jalan. Kayak gitu peribahasanya. Ntar kaau nggak nanya udah
terlanjur ngomong kan malu.
10. Berarti kalau kamu sekarang sama teman sebaya kamu trus dibilang
‘edan’ gitu kamu nggak tersinggung karna udah tau artinya?
Jawab : aku tu bisa tersinggung kalau aku nggak tau artinya. Kalau
nggak tau aku akan tanya sama orang yang lebih tua. Trus nanti aku
tanya langsung ke orangnya ‘kok kamu ngomongnya kasar gitu.’
11. Tapi kan orang itu bisa aja mikir kalau itu biasa?
Jawab : ia memang orang bisa pikir itu biasa, tapi kan orang itu
punya tata cara. Apalagi kalau dia orang Dayak ya di tegurlah
‘jangan gitu’.
12. Ada yang bilang kalau Dayak sama Jawa sama. Gimana tu?
Jawab : Ia sih, aku pernah dengar. Tapi aku bingung kok bisa sama.
Kulitnya beda, bahasanya beda. Sebenarnya orang Dayak itu
keturunannya ada di daerah gunung, di bawah gunung, di daratan

81

sama susur sungai. Jadi kalau di gunung ini, itu keturunannya orang
Cina yang botak pinggir kunciran tengah panjang. Itu Cina masuk ke
orang Thailand. Lalu yang di bawah gunung, itu keturunannya
memang orang Thailand. Kalau di daratan, memang oang suku
Dayak asli. Nah, susur sungai itu bagian aku. Susur sungai ini
keturunan dari orang daratan ini. Perkawinannya sudah silang ini.
13. Kamu trima nggak dibilang sama?
Jawab : Enggak. Ya enggaklah. Dari adatnya aja udah beda.
Memang kalau bahasa tingkatannya sama, ada yang kasar, sedang
dll. Nggak sama skali, beda.
14. Aku perhatikan, kamu sama siapa saja bisa dekat mau dari budaya
manapun. Kenapa ?
Jawab : ia memang. Kenapa ya ? aku kepo, penasaran. Pengen tau
banget tentang budaya mereka. pengen masuk ke dalamnya. Aku
nggak pernah punya sahabat, semuanya aku temanin. Tapi ada satu
yang aku nggak pernah mau yaitu orang Sumba. Bahasanya nggak
aku ngerti, cepat skali.
15. Kamu menyadari nggak berteman dengan berbagai budaya
mempengaruhi gaya bahasa kamu?
Jawab : banget. Aku tu sampe sekarang jujur sebenarnya belum bisa
pakai bahasa Indonesia yang baik dan benar. Tapi memang dari gaya
bahasaku, cara makanku sekarang tu berubah. Orang Dayak itu,
kalau makan nggak pernah pakek sendok dan garpu selalu pakai
tangan. Disini kita harus nyesuain makannya pakek sendok sama
garpu. Cara kamu ngambil nasi pun ada caranya nggak
sembarangan. Disini kamu makan di warteg pakai tangan saja diliat
orang.
16. Kamu nyaman nggak dengan itu ?
Jawab : pertama-tama sih nggak nyaman, acuh tak acuh. Tapi lamalama malu juga, ngikutin alur juga. Aku rasa aku perantau jadi harus
ngikutin, ini kan budaya orang. Ya rendah hatilah karna kita kan
masuk wilayah orang.
17. Kamu pernah nggak ngerasa geli sendiri dengan bahasa kamu yang
campur aduk gini?
Jawab : oh pernah, geli sendiri. Kan gini, kemarin desember kan aku
pulang ngumpulah aku sama adik-adikku yang kecil. Bahasa
daerahnya kan kental. Lupa lagi aku bahasanya gimana, yang ‘a’ jadi
‘o’ yang kata ‘mandai’ jadi ‘mandoi’. ‘ih, kok bahasmu beda?’ –
‘mana ada beda’. Trus aku mikir sendiri ya ampun ternyata bahasaku
nggak begini. Ade-adekku sampai ngomong ‘ih, kaka tu bukan kak
Yuni lagi.’ Ya mau nggak mau ya pasti mirip-miriplah dengan orang

82

sini. Makanya dari itu, aku kan punya adek jadi disini kita juga
membiasakan untuk tetap pakai bahasa daerah biar nggak lupa.
18. Kamu kan sering ngomong pakek bahasa Indonesia, kenapa kamu
nggak mau pakek bahasa daerah sedangkan orang lain bisa ?
Jawab : ya kan nggak smua orang bisa ngerti. Nanti kalau ngomong
apa gitu trus orang tersinggung kan. Tapi kalau diminta bicara pakek
bahasa daerah aku keluarin, tapi yang baik-baik. Bahasa kami tu
susah. Yang Dayak saja beda bahasanya.
19. Tapi kan orang lain bilang ‘edan’ gitu juga nggak mikir kalau kamu
tersinggung apa nggak?
Jawab : ia itu kan mereka nggak peduli, tapi aku kan masih mikir
perasaan orang.
20. Menurut kamu adptasi itu perlu ? penting?
Jawab : perlu. Penting. Karna kan malu bertanya sesat di jalan.
Harus tau bahasanya, cara makannya, aturannya. Masa kamu mau
masuk kamar orang nggak permisi dulu, kan kota harus tau aturan.

83

Wawancara A6 (Kalimantan-Suku Dayak):
1. Apa yang kamu tahu tentang budaya Jawa ?
Jawab : budaya Jawa itu kayak kalau kita ketemu orang tua tu kita harus
menundukan diri, terlalu sopan santun. Kalau budayaku kan yang penting
tu sapa. Disini kalau sama orang yang nggak kenal pun kan kita harus
‘mari mbah’ – ‘oh iya, nggih’. Kalau di kami lewat atap mata udah.
2. Sebelum kesini apa yangkamu pikirkan tentang daerah Jawa dan orangorangnya?
Jawab : kan ada om juga jadi katanya orang Jawa itu baik, lembut-lembut.
Tapi ternyata sampai disini tu dikira anak remaja sampai orang tua tu tutur
katanya baik lembut ternyata enggak.
3. Menurutmu susah nggak sih berteman dengan teman-teman yang beda
budaya ?
Jawab : susah sih menurutku. Kan beda budaya berarti karakternya beda.
Orang Jawa, Papua, Batak. Kami sama Batak mirip-miriplah gaya
bicaranya, kayak ‘toa’ –Toa itu apa?- Toa itu besar gitu mulutnya, kayak
kasar, disangka marah. Susah sih soalnya juga harus sesuaikan dengan
budaya disini harus bagaimana.
4. Trus gimana kalau pas kamu lagi ngomong lalu ada teman kamu yang
beda budaya tersinggung?
Jawab : ya aku minta maaf. Trus aku jelasin sebenarnya aku tuh nggak
maksud gitu tapi memang gaya bahasaku tu kayak gini. Pernah kan ya
teman aku yang orang Batak ngomong sama teman yang Jawa ‘eh kamu tu
kemana aja sih ninggalin aku, anjing’ kalau di kami tu ngomong kayak
gitu tu sapaan biasa. Nah dia itu sangkanya kami itu ngehina.
5. Yang aku perhatikan kamu kan sama siapa aja temenan, nah kenapa kamu
memilih untuk temenan sama siapa aja? Kan bisa aja kamu temenan sama
orang Dayak juga?
Jawab : nah kan aku juha temenan sama orang Papua juga, kenapa aku
temenan sama semua orang karna aku penasaran sama budaya mereka,
cara-cara mereka. kan nanti juga kalau aku temenan sama temen yang dari
Papua, kalau aku main kesana kan ada temen nginapnya juga tuh.
Biasanya temenan sama siapa saja enak gitu ya. Jadi kita lebih memahami
tingkah laku orang, adat istiadat orang. Sama kayak aku kan Kalimantan,
kalaua ku cuman sama yang Kalimantan berarti aku cuman mutar-mutar
disitu aja kan.
6. Kamu pernah spontan ngomong bahasa daerah ?
Jawab : ia pernah, kan bahasa kami disana kan namanya bahasa Banjar.
Bahasa Banjar itu kan bahasa Indonesia cuman agak beda. Jadi kami
disana tu bahasa Indonesia digunakan agak jarang jadi bahasa Indonesia di
campu aduk. Misalnya kalau aku mau makan ‘aku ni handak makan’ jadi
sering banget keceplosan pakai bahasa sendiri. Kadang ya mereka cuman

84

bilang ‘ngomong apa sih?’. Kadang juga nyatuin bahasa kita dengan
bahasa Indonesia itu agak susah.
7. Jadi menurut kamu untuk menyesuaikan bahasanya susah ?
Jawab : susah. Soalnya disana tu belajar bahasa Indonesia cuman di skolah
aja kok.
8. Selama kamu disini ada nggak bahasa daerah mana gitu yang sedikit
kecantol dengan kamu?
Jawab : ada. Bahasa Jawa, Ambon, Batak. Paling itu sih.
9. Kamu merasa nggak kalau gaya bahasa kamu udah dipengaruhi budaya
lain?
Jawab : banget. Biasanya kalau udah ngumpul sama temen-temen Batak tu
rasanya kayak gaya bahasa ku, ngomongku udah kayak mereka. kalau aku
kumpul sama temen-temen yang dari Jawa kalau pas mereka halus ya aku
halus juga. Kadang aku presentasi aja atau ngomong samaorang tu logat
aku tu muncul logat Jawa.
10. Aku pernah denger kalau orang Jawa sama orang Dayak sama. Kamu
setuju nggak ?
Jawab : nggak tau juga sih. Tapi memang oleh sekarang orang Dayak itu
banyak yang campuran. Kata orang juga kan faktor nama. Tapi setuju juga
sih soalnya ada sepupuku orang Dayak tapi mukanya Jawa-Jawa.
11. Kamu nggak ngerasa gimana gitu dibilang kayak gitu?
Jawab : enggak sih. Aku stuju-stuju aja. Kalau dari wajah kan kadang
orang Dayak sama orang Batak juga mirip, mirip. Orang Flores atau dari
mana itu sama orang Ambon juga ada kan yang mirip-mirip.
12. Kenapa kamu disini nggak ngomong aja pakek bahasa daerah kamu?
Apalagi tadi kamu ngomong katanya susah. Kan orang disini kalau
ngomong juga kan nggak mikir kalau kamu ngerti apa nggak?
Jawab : aku pernah pakai bahasa daerah aku sendiri, tapi pusing aku
ditanya ‘apa sih Pit?’. Pengen sih pakai bahasa sendiri juga biar lebih
enak, tapi kasian mereka juga pusing malah nggak akrab juga. Kalau
mereka ngomong bahasa mereka ya kami adalah ya paham sedikit, kalau
bahasa kami kan nggak ada yang ngerti juga gitu loh. Biarin aja mereka,
paling mereka pikir ‘ah mereka datang ke tempatku ngapain larang-larang
aku pakai bahasaku.’
13. Kok bisa kamu mikir kayak gitu ?
Jawab : soalnya aku pernah waktu lagi kumpul kerja kelompok, sama
teman-temanku mereka pakai bahasa Jawa. Trus aku bilang ‘ayolah pakai
bahasa Indonesia yang baik dan benar’. Jawab mereka ‘nggak apa-apalah
Pit, inikan tempat kami. Ya kami mau pakek bahasa apa suka-suka kami’.
14. Trus kamu tersinggung nggak ?
Jawab : enggak sih. Abis itu aku tinggal makan. Habis dari pada disitu kita
‘plengak-plengok’ aja ya udah ditinggalin. Mereka juga biasa aja sih.

85

15. Untuk kamu tahu tentang budaya Jawa, lingkungannya dan lainnya itu
perlu nggak ?
Jawab : perlu. Kan kita tinggal disini. Kita tinggal di tempat orang
kanberarti iita harus menyesuaikan. Adat-istiadat kita itu harus kita agak
singkirkan. Kan nggak mungkin kita nggak ngikut adat-istiadat dimana
tempat kita tinggal sekarang, tapi jangan sampai melupakan adat-istiadat
asli. Bersosialisasi, ya kita perlu bersosialasi juga.
16. Gimana caranya kamu bisa tetap menyesuaikan diri dengan temantemanmu yang beda daerah sedangkan kamu nggak ngerti?
Jawab : biasanya aku ngikutin ya. Jadi mereka ngomong apa aku coba
memahami. Setiap aktivitas mereka aku coba ngikutin. Misalnya ada
kegiatan kampus ni yang kelompokan trus mereka tetap pakai bahasa Jawa
dan mereka nggak mau jelasin ke aku ya aku tanya ke orang lain ‘mereka
tu lagi ngomongin apasih’.

86

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24