T1__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Komunikasi Interpersonal Single Parent terhadap Prestasi Belajar Anak dengan Motivasi Belajar sebagai Variabel Intervening dan Lingkungan Sosial sebagai Variabel Moderating:

BAB IV
ANALISIS DAN BAHASAN

4.1. Deskripsi Objek Penelitian
4.1.1. Kota Salatiga
Salatiga adalah salah satu kota di propinsi Jawa Tengah, mempunyai luas
wilayah ± 56,78 km², terdiri dari 4 kecamatan, 22 kelurahan, berpenduduk
176.795 jiwa. Terletak pada jalur regional Jawa Tengah yang menghubungkan
kota regional Jawa Tengah yang menghubungkan kota Semarang dan Surakarta,
mempunyai ketinggan 450-800 meter dari permukaan laut1. Data Pembangunan
Kota Salatiga dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut:
Tabel 4.1
Data Pembangunan Kota Salatiga
No.

Informasi

Data

Wilayah dan Kependudukan


1

1.

Luas Wilayah

56.781 Km2

2.

Jumlah Kecamatan

4

3.

Jumlah Kelurahan

22


4.

Jumlah RW

199

5.

Jumlah Penduduk

176.722 orang

6.

Jumlah Kepala Keluarga

46.568 orang

7.


Jumlah Single Parent

9.040

6.

Jumlah Penduduk Usia 5-9 tahun

13.628

7.

Jumlah Penduduk Usia 10-14 tahun

13.359

8.

Kepadatan Penduduk


2.972 Km2

9.

Jumlah Rumah Tangga

59.953

Selayang Pandang Kota Salatiga, tersedia di website resmi Pemerintah Kota Salatiga

52

10

Rata-Rata Jumlah Anggota Rumah Tangga

3,06

11.


Jumlah Keluarga Pra Sejahtera

1.722

12.

Jumlah Keluarga Sejahtera I

8,741

Pendidikan
13.

Jumlah Sekolah Dasar

96

14.

Jumlah Murid Sekolah Dasar


17.176

15.

Jumlah Sekolah Menengah Pertama

24

16.

Jumlah Siswa Sekolah Menengah Pertama

9.582

Sosial
17.

Jumlah Cerai Talak Tahun 2015


379

18.

Jumlah Cerai Gugat Tahun 2015

945

Sumber: Data Pembangunan Kota Salatiga Tahun 2015

Salatiga terdiri atas 4 kecamatan, yakni Argomulyo, Tingkir, Sidomukti,
dan Sidorejo. Kota Salatiga berada di lereng timur Gunung Merbabu. Mulai tahun
2015 dilakukan pemekaran wilayah di dalam kota Salatiga, yaitu membagi
kelurahan Kutowinangun menjadi 2 wilayah sehingga menjadi kelurahan
Kutowinangun Lor (utara) dan Kelurahan Kutowinangun Kidul (selatan)
mengingat wilayah yang luas dan jumlah penduduk yang padat serta permintaan
dari warga sebagai latar belakang pemekaran wilayah dan sudah diajukan kepada
pemerintah negara Republik Indonesia. Seluruh Wilayah Salatiga dibatasi oleh
Kabupaten Semarang, antara lain di bagian utara berbatasan dengan Kecamatan
Tuntang dan Kecamatan Pabelan, di bagian selatan berbatasan dengan Kecamatan

Tengaran, di bagian barat berbatasan dengan Kecamatan Tuntang dan Kecamatan
Getasan, di bagian timur berbatasan dengan Kecamatan Tengaran dan Kecamatan
Pabelan. Dari letak administratif yang ada menjadikan kota Salatiga menduduki
peringkat luas wilayah ke-18 kotamadya terkecil di Indonesia (Majalah Hati
Beriman Tahun 2016 Vol. I No.2)
4.1.2. Kecamatan Tingkir

53

Wilayah Kecamatan Tingkir seluas 1.054.851 ha adalah 18,58
persen dari total wilayah Kota Salatiga yang memiliki luas 5.078.110 ha.
Jumlah penduduk Kecamatan Tingkir mencapai 42.888 jiwa pada tahun
2015, tumbuh sebesar 1,32 persen dibanding tahun sebelumnya.
Kepadatan penduduk di Kecamatan Tingkir tahun 2015 mencapai 4.066
jiwa per km2 sedikit meningkat dibanding tahun 2014 yang sebesar 4.013
jiwa per km2. Tingkat Pendidikan penduduk di Kecamatan Tingkir hingga
tahun 2015 didominasi oleh lulusan SMP yang tercatat sebesar 37,02
persen. Jumlah SD/MI baik negeri maupun swasta sebanyak 30 sekolah
dengan jumlah murid 5.088, adapun untuk SMP sebanyak 5 sekolah
dengan jumlah murid 1.204 siswa (Statistik Daerah Kecamatan Tingkir

Tahun 2016).
4.1.3. Kelurahan Kutowinangun Lor
Kelurahan Kutowinangun Lor merupakan salah satu kelurahan di
wilayah administratif Kecamatan Tingkir Kota Salatiga yang terbentuk
pada tahun 2015 hasil pemekaran dari Kelurahan Kutowinangun hal ini
berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2012 tentang Pembentukan
Kelurahan Kutowinangun Lor dan Kelurahan Kutowinangun Kidul serta
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2015 tentang Kode dan
Data

Wilayah

Administrasi

Pemerintahan.

Wilayah

administratif


Kelurahan Kutowinangun Lor terdiri dari: RW I Butuh, RW II Karang
Duwet, RW III Canden, RW IV Pancuran, RW V Ngentak dan RW VI
Karang Pete.
Kelurahan Kutowinangun Lor memiliki jumlah penduduk 12.483
jiwa dengan kepadatan penduduk sebesar 6.394 per Km2 dan rata-rata
jumlah

anggota

rumah

tangga

sebanyak

3,04

jiwa.

Kelurahan


Kutowinangun Lor merupakan kelurahan dengan jumlah Rukun Tetangga
(RT) terbanyak di Kota Salatiga dengan 85 RT. Di bidang pendidikan
tercatat 2.570 siswa SD dan 2.198 siswa SMP berdomisili di Kelurahan
Kutowinangun Lor (Katalog BPS: 11010002.3373020).

4.2. Deskripsi Data
54

Deskripsi data meliputi usia, jenis kelamin, pendidikan anak dan
rata-rata komunikasi dalam satu hari.
4.2.1.

Data Responden Berdasarkan Usia
Tabel 4.2
Distribusi Responden Berdasarkan Usia
No.

Usia (Tahun)

Jumlah Responden

Persentase %

1.

Di bawah 28 tahun

4

10,26

2.

32-38

5

12,82

3.

39-43

13

33,33

4.

44-47

7

17,95

5.

50-51

3

7,69

6.

Diatas 51 tahun

4

10,26

Jumlah

39

100

Sumber: Data Primer (diolah)

Berdasarkan pada Tabel 4.2, terlihat bahwa mayoritas orang
tua single parent yang memiliki anak usia SD dan SMP berusia 39
hingga 43 tahun (33,33%).
4.2.2.

Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 4.3
Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
No.

Jenis Kelamin

Jumlah
Responden

Persentase
%

1.

Laki - Laki

11

28,21

2.

Perempuan

28

71,79

39

100

Jumlah
Sumber: Data Primer (diolah)

Berdasarkan Tabel 4.3 jumlah perempuan single parent
lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki yaitu 71,79%.
4.2.3.

Data Responden Berdasarkan Pendidikan Anak
55

Tabel 4.4
Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Anak
No.

Domisili

Jumlah
Anak

Persentase
%

1.

SD/MI

23

58,97

2.

SMP/MTs

16

41,03

39

100

Jumlah
Sumber: Data Primer (diolah)

Berdasarkan Tabel 4.4 mayoritas responden memiliki anak
usia Sekolah Dasar yaitu sebanyak 23 responden (58,97%).
4.2.4.

Data Responden Berdasarkan Rata-Rata Komunikasi
Tabel 4.5
Distribusi Responden Berdasarkan Rata-Rata Komunikasi
Orang Tua dengan Anak pada saat Mendampingi Belajar
Komunikasi
(Jam)

Jumlah
Responden

Persentase
%

1.

0–1

18

46,15

2.

1-2

10

25,64

3.

2 -3

9

23,08

4.

Lebih dari 3 jam

2

5,13

63

100

No.

Jumlah
Sumber: Data Primer (diolah)

Dari tabel 4.5 rata-rata orang tua dapat mendampingi anak
dalam belajar sehari hanya kurang dari 1 jam.

4.2.5.

Data Nilai Kognitif Siswa
Data niliai kognitif siswa diambil berdasarkan rata-rata nilai
rapor semester gasal tahun ajaran 2016-2017.

56

Tabel 4.6
Distribusi Nilai Siswa
Nilai

Strata
SD

SMP

1.

(̅)

Persentase
%

Di bawah 65

2

3

12,82

2.

65 - 71

5

3

20,51

3.

71 - 74

6

3

23,08

4.

74 - 77

2

2

10,27

5.

77 - 79

3

3

15,38

6.

Di atas 80

5

2

17,95

23

16

100

No.

Jumlah

Sumber: Data Primer (diolah)

Berdasarkan data pada tabel 4.6 nilai kognitif siswa ̅

berada pada rentang 71-74 dengan persentase 23,08%.
4.2.6.

Penilaian

Responden

terhadap

Aspek

Keterbukaan

Komunikasi Interpersonal Single Parent
TABEL 4.6
Distribusi Frekuensi Penilaian Responden terhadap Aspek Keterbukaan
Komunikasi Interpersonal Single Parent
No.

Pernyataan

SS

S

TS

STS

Jumlah
Responden

Q1

Saya mengikutkan anak kegiatan ekstrakurikuler di sekolah

26

13

0

0

39

66,7

33,3

0

0

100

27

12

0

0

39

69,2

30,8

0

0

100

29

9

1

0

39

74,4

23,1

2,6

0

100

30

9

0

0

39

Persentase (%)
Q2

Saya mengungkapkan isi hati secara jujur kepada anak
Persentase (%)

Q3

Saya berusaha melibatkan anak dalam setiap aktivitas
Persentase (%)

Q4

Saya menerima masukan pendapat dari anak

57

Persentase (%)
Q5

76,9

23,1

0

0

100

28

11

0

0

39

71,8

28,2

0

0

100

Jumlah Total

140

54

1

0

195

Total Presentase (%)

71,79

27,69

0,51

Saya memuji anak jika ia mendapatkan kesuksesan
Persentase (%)

100

Sumber: Data Primer (diolah)

Berdasarkan distribusi frekuensi pada tabel 4.6 mayoritas
responden (71,79%) memberikan penilaian sangat sesuai (SS). Item
kuesioner Q4 (orang tua menerima masukan pendapat dari anak)
mendapatkan penilaian tertinggi sebanyak 30 responden (76,39%).
4.2.7.

Penilaian Responden terhadap Aspek Empati Komunikasi
Interpersonal Single Parent

TABEL 4.7
Distribusi Frekuensi Penilaian Responden terhadap Aspek Empati
Komunikasi Interpersonal Single Parent
No.

Q1

Pernyataan
Saya membantu
memperjelas
pembicaraan anak
apabila diminta
Persentase (%)

Q2

Q3

Saya mengucapkan
terimakasih kepada anak
yang telah membantu
Persentase (%)
Saya menghargai
perbedaan sifat yang
dimiliki oleh anak
Persentase (%)

Q4

Saya aktif terlibat dalam
aktivitas anak
Persentase (%)

SS

S

TS

STS

Jumlah
Responden

20

19

0

0

39

51,3

48,7

0

0

100

22

17

0

0

39

56,4

43,6

0

0

100

19

19

1

0

39

48,7

48,7

2,6

0

100

17

21

1

0

39

43,6

53,8

2,6

0

100

58

Q5

Saya memberikan solusi
kepada anak yang sedang
bermasalah
Persentase (%)

16

20

3

0

39

41,0

51,3

7,7

0

100

Jumlah Total

94

96

5

0

195

Total Presentase (%)

48,21

49,23

2,56

0

100

Sumber: Data Primer (diolah)

Berdasarkan distribusi frekuensi pada tabel 4.7 mayoritas
responden (49,23%) memberikan penilaian sesuai (S). Item
kuesioner Q2 (orang tua mengucapkan terima kasih kepada anak
yang telah membantu) mendapatkan penilaian tertinggi sebanyak
22 responden (56,4%).
4.2.8.

Penilaian Responden terhadap Aspek Dukungan Komunikasi
Interpersonal Single Parent

TABEL 4.8
Distribusi Frekuensi Penilaian Responden terhadap Aspek Dukungan
Komunikasi Interpersonal Single Parent
No.

Pernyataan

SS

S

TS

STS

Jumlah
Responden

Q1

Saya berusaha
memahami
perasaan yang
sedang dihadapi
anak

30

9

0

0

39

76,9

23,1

0

0

100

16

21

2

0

39

41,0

53,8

5,1

0

100

17

21

1

0

39

Persentase (%)

Q2

Q3

Saya memahami
keinginan anak
yang berbeda
dengan
keinginan saya
Persentase (%)
Saya
memberikan
semangat

59

kepada anak
Persentase (%)

43,6

53,8

2,6

0

100

16

20

3

0

39

41,0

51,3

7,7

0

100

21

17

1

0

39

53,8

43,6

2,6

0

100

Jumlah Total

100

88

7

0

195

Total Presentase (%)

51,28

45,13

3,59

0

100

Q4

Q5

Saya menjadi
tempat berbagi
perasaan anak
Persentase (%)
Saya
mengenalkan
anak kepada
rekan
Persentase (%)

Sumber: Data Primer (diolah)

Berdasarkan distribusi frekuensi pada tabel 4.8 mayoritas
responden (51,28%) memberikan penilaian sangat sesuai (SS). Item
kuesioner Q1 (orang tua berusaha memahami perasaan yang sedang
dialami anak) mendapatkan penilaian tertinggi sebanyak 30
responden (76,39%).
4.2.9.

Penilaian Responden terhadap Aspek Sikap Positif Komunikasi
Interpersonal Single Parent

TABEL 4.9
Distribusi Frekuensi Penilaian Responden terhadap Aspek Sikap Positif
Komunikasi Interpersonal Single Parent
No.

Q1

Q2

Pernyataan
Saya meluangkan
waktu merawat
anak jika ia
mengalami
gangguan
kesehatan
Persentase (%)
Saya mengucapkan
selamat kepada

SS

S

TS

STS

Jumlah
Responden

13

26

0

0

39

33,3

66,7

0

0

100

9

29

1

0

39

60

anak yang meraih
prestasi
Persentase (%)

23,1

74,4

2,6

0

100

13

24

2

0

39

33,3

61,5

5,1

0

100

11

17

11

0

39

28,2

43,6

28,2

0

100

13

26

0

0

39

33,3

66,7

0

0

100

Jumlah Total

59

122

14

0

195

Total Presentase (%)

30,26

62,56

7,18

0

100

Q3

Q4

Q5

Saya selalu
berusaha
memperlakukan
anak dengan baik
Persentase (%)
Saya menjadi
pendengar yang
baik ketika anak
sedang curhat
Persentase (%)
Saya berpikir anak
saya mampu
berprestasi lebih
Persentase (%)

Sumber: Data Primer (diolah)

Berdasarkan distribusi frekuensi pada tabel 4.9 mayoritas
responden (62,56%) memberikan penilaian sesuai (S). Item
kuesioner Q2 (orang tua memberikan selamat kepada anak yang
mendapatkan prestasi) mendapatkan penilaian tertinggi sebanyak
29 responden (74,4%).
4.2.10. Penilaian Responden terhadap Aspek Kesamaan Komunikasi
Interpersonal Single Parent
TABEL 4.10
Distribusi Frekuensi Penilaian Responden terhadap Aspek Kesamaan
Komunikasi Interpersonal Single Parent
No.
Q1

Pernyataan
Saya
menunjukkan

SS

S

TS

STS

Jumlah
Responden

11

27

1

0

39

61

perasaan secara
terbuka
Persentase (%)

28,2

69,2

2,6

0

100

25

12

1

1

39

64,1

30,8

2,6

2,6

100

23

15

1

0

39

59,0

38,5

2,6

0

100

17

20

1

1

39

43,6

51,3

2,6

2,6

100

21

17

0

1

39

53,8

43,6

0

2,6

100

Jumlah Total

97

91

4

3

195

Total Presentase (%)

49,74

46,67

2,05

1,54

100

Q2

Q3

Q4

Q5

Saya
menceritakan
perasaaan yang
saya kepada
anak
Persentase (%)
Saya bercerita
bersama anak
ketika
menghadapi
masalah
Persentase (%)
Saya berbagi
pengalaman
pribadi dengan
anak
Persentase (%)
Saya nyaman
dengan
kehadiran anak
Persentase (%)

Sumber: Data Primer (diolah)

Berdasarkan distribusi frekuensi pada tabel 4.10 mayoritas
responden (49,74%) memberikan penilaian sangat sesuai (SS). Item
kuesioner Q1 (orang tua menunjukkan perasaan terbuka kepada
anak) mendapatkan penilaian tertinggi sebanyak 27 responden
(69,2%).
4.2.11. Penilaian Responden terhadap Motivasi Belajar Anak
TABEL 4.11
Distribusi Frekuensi Penilaian Responden terhadap Motivasi Belajar
Anak
62

SS

S

TS

STS

Jumlah
Responden

10

29

0

0

39

25,6

74,4

0

0

100

15

23

1

0

39

38,5

59,0

2,6

0

100

16

22

1

0

39

41,0

56,4

2,6

0

100

13

24

2

0

39

33,3

61,5

5,1

0

100

16

20

3

0

39

41,0

51,3

7,7

0

100

Jumlah Total

70

118

7

0

195

Total Presentase (%)

35,90

60,51

3,59

0

100

No.

Q1

Q2

Q3

Q4

Q5

Pernyataan
Saya berusaha
memberikan
asupan makanan
yang bergizi
seimbang
Persentase (%)
Saya bertutur kata
yang baik dan
sopan terhadap
anak
Persentase (%)
Saya memberikan
contoh disiplin
kepada anak
Persentase (%)
Saya memuji anak
jika ia
mendapatkan hasil
belajar yang
memuaskan
Persentase (%)
Saya tidak
memberikan porsi
pekerjaan
tambahan anak di
rumah yang
berlebihan
Persentase (%)

Sumber: Data Primer (diolah)

Berdasarkan distribusi frekuensi pada tabel 4.11 mayoritas
responden (60,51%) memberikan penilaian sesuai (S). Item
kuesioner Q1 (orang tua berusaha memberikan asupan makanan

63

bergizi seimbang kepada anak) mendapatkan penilaian tertinggi
sebanyak 29 responden (74,4%).
4.2.12. Penilaian Responen terhadap Lingkungan Sosial
TABEL 4.12
Distribusi Frekuensi Penilaian Responden terhadap Lingkungan Sosial
SS

S

TS

STS

Jumlah
Responden

20

17

2

0

39

51,3

43,6

5,1

0

100

23

13

3

0

39

59,0

33,3

7,7

0

100

27

12

0

0

39

69,2

30,8

0

0

100

27

12

0

0

39

69,2

30,8

0

0

100

18

17

4

0

39

46,2

43,6

10,3

0

100

Jumlah Total

115

71

9

0

195

Total Presentase (%)

58,97

36,41

4,62

0

100

No.

Q1

Q2

Q3

Q4

Q5

Pernyataan
Teman di
lingkungan
bermain selalu
mendukung belajar
anak
Persentase (%)
Anak mendapatkan
perhatian yang
tulus dari teman
sebaya
Persentase (%)
Anak mendapatkan
perhatian yang baik
dari tetangga
sekitar
Persentase (%)
Anak merasa
nyaman dengan
lingkungan sekitar
Persentase (%)
Masyarakat sekitar
memiliki
pengetahuan
tentang program
pendidikan dari
pemerintah
Persentase (%)

Sumber: Data Primer (diolah)

64

Berdasarkan distribusi frekuensi pada tabel 4.12 mayoritas
responden (58,97%) memberikan penilaian sangat sesuai (SS). Item
kuesioner Q3 (anak mendapatkan perhatian baik dari tetangga
sekitar) dan Q4 (anak merasa nyaman dengan lingkungan sekitar)
mendapatkan penilaian tertinggi sebanyak 29 responden (74,4%).

4.3. Analisis Data
4.3.1. Analisis Regresi dengan Variabel Intervening dan Variabel
Moderating
Koefisien determinasi digunakan untuk melihat berapa
persentase variasi variabel terikat (prestasi belajar) dapat diterangkan
oleh variasi dari variabel bebas (komunikasi interpersonal) dan
variabel intervening (motivasi belajar). Koefisien determinasi dari
hasil perhitungan dari program PASW Statistics 18.0 dapat dilihat
pada TABEL 4.13 berikut:
TABEL 4.13
Korelasi Determinasi Pengaruh Komunikasi Interpersonal
terhadap Prestasi Belajar dengan Motivasi Belajar sebagai
Variabel Intervening

Hasil analisis regresi dengan variabel intervening motivasi
belajar anak menunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi (R2)
adalah 0,430, artinya hanya 43,0% variabel prestasi belajar dapat
dijelaskan oleh variabel komunikasi interpersonal dan variabel
motivasi belajar, sisanya sebesar 57,0% dijelaskan oleh faktor lain.

65

Tabel 4.14
Uji F – Test Variabel Intervening
b

ANOVA
Model

Sum of Squares

df

Mean Square

1 Regression

313,075

2

156,537

Residual

2087,695

36

57,992

Total

2400,769

38

F
6,993

Sig.
,000

a

a. Predictors: (Constant), Motivasi Belajar, Komunikasi Interpersonal
b. Dependent Variable: Prestasi Belajar

Hasil F test > F tabel diperoleh angka 6,993 > 3,24 pada taraf
signifikansi <

α,

diperoleh nilai 0,000a < 0,05. Artinya bahwa

komunikasi interpersonal dan motivasi belajar secara simultan
berpengaruh terhadap prestasi belajar anak. Grafik uji F variabel
intervening dapat dilihat pada gambar 4.1 berikut:

Gambar 4.1
Kurva Normal Uji F Variabel Intervening
Pada grafik uji F, Fhitung berada pada daerah kritis 5%,
sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Uji koefisien determinasi
variabel moderating dapat dilihat pada tabel 4.15 berikut:

66

TABEL 4.15
Korelasi Determinasi Pengaruh Komunikasi Interpersonal
terhadap Prestasi Belajar dengan Lingkungan Sosial sebagai
Variabel Moderating

Hasil

analisis

regresi

dengan

variabel

moderating

lingkungan sosial menunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi
(R2) adalah 0,777, artinya 77,7% variabel prestasi belajar dapat
dijelaskan oleh variabel komunikasi interpersonal dan variabel
lingkungan sosial, sisanya sebesar 22,3% dijelaskan oleh faktor
lain.
Tabel 4.14
Uji F – Test Variabel Moderating
b

ANOVA
Model

Sum of Squares

1 Regression

df

Mean Square

18,659

2

9,330

Residual

2382,110

36

66,170

Total

2400,769

38

F
4,141

Sig.
,000

a

a. Predictors: (Constant), Lingkungan Sosial, Komunikasi Interpersonal
b. Dependent Variable: Prestasi Belajar

Hasil F test > F tabel diperoleh angka 4,141 > 3,24 pada
taraf signifikansi < α, diperoleh nilai 0,000a < 0,05. Artinya bahwa
komunikasi interpersonal dan motivasi belajar secara simultan
berpengaruh terhadap prestasi belajar anak.

67

Gambar 4.2
Kurva Normal Uji F Variabel Moderating
Pada grafik uji F, Fhitung berada pada daerah kritis 5%,
sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Secara ringkas hasil uji F
(simultan) dan hasil uji korelasi determinasi untuk menguji model
fit dapat dilihat pada tabel 4.15 berikut:

Tabel 4.15
Analisis Regresi Model Intervening dan Moderating
Anova

Model
F test

Signifikansi

Summary

R2

Persentase
(%)

Intervening – Motivasi Belajar

6,993

0,000a

0,430

43,0

Moderating – Lingkungan Sosial

4,141

0,000a

0,777

77,7

Sumber: Data Primer (diolah)

4.3.2. Analisis Jalur (Path Analysis)
1. Koefisien Determinasi Pengaruh Komunikasi Interpersonal
terhadap Motivasi Belajar
Koefisien determinasi digunakan untuk melihat berapa
persentase variasi variabel intervening (motivasi belajar) dapat
diterangkan oleh variasi dari variabel bebas (komunikasi
interpersonal). Koefisien determinasi dari hasil perhitungan
PASW Statistics 18.0 dapat dilihat pada TABEL 4.16 berikut:

68

Tabel 4.16
Korelasi Determinasi Pengaruh Komunikasi Interpersonal
terhadap Motivasi Belajar

Nilai R Square hasil analisis data didapatkan sebesar
0,54,3. Hal ini berarti variasi variabel komunikasi interpersonal
(X) dalam menjelaskan variasi variabel motivasi belajar karyawan
(Z1) sebesar 54,3% dan sisanya 55,7% dijelaskan oleh faktor
lainnya.
2. Komunikasi Interpersonal Berpengaruh Signifikan terhadap
Motivasi Belajar
Tabel 4.17
Analysis Path Pengaruh Komunikasi Interpersonal Single
Parent terhadap Variabel Intervening Motivasi Belajar
Coefficients
Model

Unstandardized

Standardized

Coefficients

Coefficients

B
1 (Constant)

a

Std. Error

4,430

2,504

,252

,110

Komunikasi Interpersonal

Beta

t

,378

Sig.

1,518

,014

2,230

2,819

a. Intervening Variable: Motivasi Belajar

Dari TABEL 4.13 maka persamaan I analisis jalur pada
penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut:
Z1 = βX + e1

(Persamaan I)

Z1 = 0,378X + 0,889
Keterangan:
Nilai 0,889 diperoleh dari rumus e1 = √
e1 = √

=√

= 0,889

Pada persamaan I dapat dijelaskan sebagai berikut:

69

a. Koefisien variabel komunikasi interpersonal (X) adalah
0,378 dan bertanda positif artinya setiap peningkatan
intensitas komunikasi interpersonal sebesar satu satuan akan
meningkatkan motivasi belajar anak sebesar 0,378 satuan
dengan asumsi variabel lainnya dianggap tetap.
b. e1 = jumlah variance motivasi belajar (Z1) yang tidak dapat
dijelaskan oleh variabel komunikasi interpersonal (X) dan
adalah sebesar 0,889.
Berdasarkan pengujian tabel 4.17, persamaan regresi
pengaruh komunikasi interpersonal single parent terhadap
motivasi belajar dapat dituliskan dalam persamaan sebagai
berikut:
Z1 = 4,430 + 0,252X
Nilai

konstanta

4,430

(Persamaan II)
bernilai

positif

yang

menunjukkan bahwa motivasi belajar sudah menunjukan
hasil baik dan positif jika mengasumsikan bahwa variabel
komunikasi interpersonal dan lingkungan sosial sebagai
varibel moderating bernilai nol. Variabel komunikasi
interpersonal (X) mempunyai koefisien regresi sebesar 0,252.
Hal ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan satu satuan nilai
komunikasi interpersonal (X) sementara variabel independen
lainnya bersifat tetap, maka tingkat motivasi belajar akan
mengalami kenaikan sebesr 25,2%. Nilai koefisien yang
positif menunjukkan adanya pengaruh positif. Ini berarti
bahwa semakin besar nilai komunikasi interpersonal, maka
semakin tinggi motivasi belajar yang dihasilkan.
3. Motivasi Belajar Memediasi hubungan antara Komunikasi
Interpersonal dan Prestasi Belajar

70

Tabel 4.18
Uji Analysis Path Pengaruh Komunikasi Interpersonal,
Motivasi Belajar dan Prestasi Belajar
Coefficients
Model

Unstandardized

Standardized

Coefficients

Coefficients

B
1 (Constant)

a

Std. Error

3,812

1,393

Komunikasi Interpersonal

,216

,352

Motivasi Belajar

,192

,527

Beta

t

Sig.

2,351

,024

,295

2,614

,005

,352

2,263

,030

a. Dependent Variable: Prestasi Belajar

Dari TABEL 4.13 maka persamaan I analisis jalur pada
penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut:
Z2 = β1X + β2Z1 + e2

(Persamaan III)

Z2 = 0,295X + 0,352Z1 + 0,755
Keterangan:
Berdasarkan Model Summary pada tabel 4.13 Nilai 0,755
diperoleh dari rumus e1 = √

e1 = √

=√

= 0,755

Pada persamaan I dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Koefisien variabel komunikasi interpersonal (X) adalah
0,295 dan bertanda positif artinya setiap peningkatan
intensitas komunikasi interpersonal sebesar satu satuan akan
meningkatkan prestasi belajar anak sebesar 0,295 satuan
dengan asumsi variabel lainnya dianggap tetap.
b. Koefisien variabel motivasi belajar (Z1) adalah 0,352 dan
bertanda positif artinya setiap peningkatan nilai komunikasi
interpersonal sebesar satu satuan akan meningkatkan prestasi
belajar anak sebesar 0,352 satuan dengan asumsi variabel
lainnya dianggap tetap.
c. e2 = jumlah variance motivasi belajar (Z2) yang tidak dapat
dijelaskan oleh variabel komunikasi interpersonal (X) dan
71

variabel intervening motivasi belajar (Z1) dan adalah sebesar
0,755.
Berdasarkan pengujian tabel 4.18, persamaan regresi
pengaruh komunikasi interpersonal single parent terhadap
prestasi belajar dengan motivasi belajar sebagai variabel
intervening dapat dituliskan dalam persamaan sebagai berikut:
Y = 3,812 + 0,216X + 0,192Z1

(Persamaan IV)

Nilai konstanta 3,812 bernilai positif yang menunjukkan
bahwa prestasi belajar sudah menunjukan hasil baik dan positif jika
mengasumsikan bahwa variabel komunikasi interpersonal dan
motivasi belajar sebagai varibel intervening bernilai nol. Variabel
komunikasi interpersonal (X) mempunyai koefisien regresi sebesar
0,216. Hal ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan satu satuan nilai
komunikasi interpersonal (X) sementara variabel intervening bersifat
tetap, maka tingkat motivasi belajar akan mengalami kenaikan sebesr
21,6%. Nilai koefisien yang positif menunjukkan adanya pengaruh
positif.

Ini

berarti

bahwa

semakin

besar

nilai

komunikasi

interpersonal, maka semakin tinggi motivasi belajar yang dihasilkan.
Variabel motivasi belajar (Z1) mempunyai koefisien regresi sebesar
0,192. Hal ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan satu satuan nilai
motivasi belajar (Z1) sementara variabel independen bersifat tetap,
maka tingkat prestasi belajar akan mengalami kenaikan sebesr 19,2%.
Nilai koefisien yang positif menunjukkan adanya pengaruh positif. Ini
berarti bahwa semakin besar nilai motivasi belajar, maka semakin
tinggi prestasi belajar yang dihasilkan.
Untuk mengetahui pengaruh komunikasi interpersonal single
parent terhadap prestasi belajar dengan motivasi belajar sebagai

variabel intervening dapat dilakukan dengan ketentuan sebagai
berikut:

72

a. Jika β2XY < β1XZ1 × β3Z1Y, maka terdapat pengaruh signifikan
komunikasi interpersonal single parent terhadap prestasi belajar
dengan motivasi belajar sebagai variabel intervening.
b. Jika β2XY > β1XZ1 × β3Z1Y, maka tidak terdapat pengaruh
signifikan komunikasi interpersonal single parent terhadap
prestasi belajar dengan motivasi belajar sebagai variabel
intervening.

Dari hasil analisis regresi linier diketahui besarnya nilai jalur path
β1XZ1 = 0,378, nilai jalur path β3Z1Y = 0,352, nilai jalur path β2XY =
0,295, sehingga apabila dilihat dalam bentuk gambar sebagai berikut:
β1XZ1 = 0,378

Komunikasi
Interpersonal
(X)

Motivasi
Belajar
(Z1)

β2XY = 0,295

e1 = 0,889

β3Z1Y = 0,352

Prestasi
Belajar
(Y)

e2 = 0,755

Gambar 4.3
Diagram Jalur Uji Hipotesis Variabel Intervening
Hasil pengujian pengaruh langsung variabel komunikasi
interpersonal terhadap prestasi belajar dan pengaruh tidak langsung

komunikasi interpersonal terhadap prestasi belajar dengan motivasi
belajar sebagai variabel intervening dalam analisis path dapat diringkas
sebagai berikut:
TABEL 4.20
Uji Perbandingan Pengaruh Langsung dan Pengaruh Tidak
Langsung Variabel Komunikasi Interpersonal terhadap Prestasi
Belajar
Variabel

Pengaruh
Langsung (a)

Komunikasi
0,295
Interpersonal
Sumber: Data Primer (Diolah)

Pengaruh tidak
Langsung (b)
0,378 × 0,352 =
0,133

73

Hasil
a < b = H1 Diterima

Dengan membandingkan kedua hasil pada TABEL 4.20
dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai pengaruh tidak
langsung variabel komunikasi interpersonal single parent
terhadap prestasi belajar dengan motivasi belajar sebagai
variabel intervening lebih besar nilainya dari pengaruh
langsung variabel komunikasi interpersonal single parent
terhadap prestasi belajar, 0,295 > 0,133. Dengan demikian
pernyataan hipotesis 1 dapat diterima (terdapat pengaruh
signifikan komunikasi interpersonal single parent terhadap
prestasi belajar dengan motivasi belajar sebagai variabel
intervening). Berdasarkan hasil analisis di atas maka

memberikan suatu bukti bahwa komunikasi interpersonal
single parent secara tidak langsung memberikan pengaruh

signifikan terhadap prestasi belajar anak di Kelurahan
Kutowinangun Lor, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga
melalui motivasi belajar sebagai variabel intervening.
4.

Komunikasi

Interpersonal

Single

Parent

Berpengaruh

Signifikan terhadap Prestasi Belajar dengan Lingkungan
Sosial sebagai Variabel Moderating
Tabel 4.19
Persamaan Regresi Variabel Moderating
Coefficients
Model

Unstandardized

Standardized

Coefficients

Coefficients

B
1 (Constant)

a

Std. Error

10,730

2,192

Komunikasi Interpesonal

,525

,159

Lingkungan Soial

,511
2,064

Moderating

Beta

t

Sig.

4,005

,000

,409

2,246

,007

,187

,426

2,286

,007

,716

,431

2,294

,001

a. Dependent Variable: Prestasi Belajar

Berdasarkan pengujian tabel 4.19, persamaan regresi
pengaruh komunikasi interpersonal single parent terhadap
74

prestasi belajar dengan lingkungan sosial sebagai variabel
moderating dapat dituliskan dalam persamaan sebagai berikut:

Y = 10,730 + 0,525X + 0,511Z2 + 2,064

(Persamaan V)

Nilai 2,064 merupakan interaksi yang diukur dengan nilai
absolut perbedaan nilai antara variabel komunikasi interpersonal
(X) dan variabel lingkungan sosial (Z2). Semakin besar perbedaan
tersebut maka akan semakin besar pengaruhnya terhadap prestasi
belajar. Nilai konstanta 10,730 bernilai positif yang menunjukkan
bahwa prestasi belajar sudah menunjukan hasil baik dan positif
jika mengasumsikan bahwa variabel komunikasi interpersonal
dan lingkungan sosial sebagai varibel moderating bernilai nol.

4.4. Pembahasan Hasil Penelitian
Pada bagian ini dipaparkan pembahasan dari

hasil pengujian

hipotesis yang berkaitan dengan analisis data yang telah diuji yaitu:
Terdapat pengaruh signifikan antara komunikasi interpersonal single parent
terhadap prestasi belajar anak dengan motivasi belajar sebagai variabel
moderating

dan

Terdapat

pengaruh

signifikan

antara

komunikasi

interpersonal single parent terhadap prestasi belajar anak dengan

lingkungan sosial sebagai variabel intervening.
Hasil pengukuran komunikasi interpersonal terhadap prestasi belajar
didapatkan koefisien nilai determinasi (Adjusted R2) adalah 0,282 artinya
hanya 28,2% variabel prestasi belajar yang dapat dijelaskan oleh
komunikasi interpersonal. Kemudian dengan menambahakan motivasi
belajar sebagai variabel intervening didapatkan nilai

>

yaitu

6,993 > 3,24. Artinya bahwa komunikasi interpersonal dan motivasi belajar
secara simulatan berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar anak di
Kelurahan Kutowinangun Lor, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga.
Hal ini sesuai dengan pendapat dari Astuti (2010) bahwa motivasi
belajar adalah sesuatu yang mendorong, menggerakan dan mengarahkan
siswa dalam belajar. Motivasi belajar sangat erat sekali hubungannya
75

dengan prilaku siswa disekolah. Didukung pada hasil analisis jalur (path
analysis) pada penelitian ini yaitu bahwa intervensi motivasi belajar

terhadap komunikasi interpersonal dengan prestasi belajar memiliki nilai
Standard Coefficients Beta lebih kecil yaitu 0,133 dibanding pengaruh

langsung komunikasi interpersonal terhadap prestasi belajar yaitu 0,295.
Sehingga Hipotesis 1 dapat diterima. Peneliti berpendapat bahwa turun atau
naiknya prestasi belajar siswa berasal dari motivasi dalam diri siswa sendiri.
Semakin besar motivasi siswa dalam belajar maka semakin tinggi prestasi
belajar yang akan didapatkan. Motivasi merupakan salah satu variabel yan
sangat penting, maka dari itu untuk menunjang motivasi belajar salah
satunya diperlukan komunikasi interpersonal yang lebih dari orang tua
single parent. Meskipun dalam keadaan keluarga lengkap semangat yang

diberikan oleh orang tua single parent merupakan aspek yang sangat penting
dalam peningkatan motivasi belajar anak.
Hasil pengukururan varibel moderating lingkungan sosial didapatkan
nilai

>

yaitu 4,141 > 3,24. Artinya bahwa komunikasi

interpersonal dan lingkungan sosial secara simulatan berpengaruh signifikan
terhadap prestasi belajar anak di Kelurahan Kutowinangun Lor, Kecamatan
Tingkir, Kota Salatiga.
Hal ini sejalan dengan penelitian dari Hadi (2002) bahwa di dalam
keluarga yang pecah atau broken home, perhatian orangtua terhadap anakanaknya sangat kurang dan antara ayah dan ibu tidak memiliki kesatuan
perhatian

atas

putra-putrinya.

Situasi

yang

broken

home

tidak

menguntungkan bagi perkembangan anak dan memungkinkan anak untuk
menghabiskan banyak waktu dan perhatian mereka pada lingkungan
sosialnya. Didukung dengan uji t variabel moderating hasil persamaan
analisis regresi linier berganda yaitu sebesar 2,294 lebih besar dari t tabel
yaitu 2,023. Sehingga hipotesis II dapat diterima. Kondisi Kelurahan
Kutowinangun Lor merupakan salah satu Kelurahan yang berada di pusat
Kota Salatiga dihuni oleh beraneka ragam masyarakat dari berbagai
golongan. Interaksi lingkungan sosial tergambar dalam keadaan dimana
76

sangat padat dengan pemukiman memungkinkan pengaruh yang sangat kuat
dalam perkembangan psikologis anak. Anak yang mampu beradaptasi
dengan baik, dapat memilih pergaulan dan mengatur waktu bermain serta
belajar dimungkinkan tetap dapat memperoleh peningkatan prestasi belajar
di sekolah yang baik.

77

Dokumen yang terkait

Studi Kualitas Air Sungai Konto Kabupaten Malang Berdasarkan Keanekaragaman Makroinvertebrata Sebagai Sumber Belajar Biologi

23 176 28

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Pencerahan dan Pemberdayaan (Enlightening & Empowering)

0 64 2

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24