T1__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Komunikasi Interpersonal Single Parent terhadap Prestasi Belajar Anak dengan Motivasi Belajar sebagai Variabel Intervening dan Lingkungan Sosial sebagai Variabel Moderating:
BAB IV
ANALISIS DAN BAHASAN
4.1. Deskripsi Objek Penelitian
4.1.1. Kota Salatiga
Salatiga adalah salah satu kota di propinsi Jawa Tengah, mempunyai luas
wilayah ± 56,78 km², terdiri dari 4 kecamatan, 22 kelurahan, berpenduduk
176.795 jiwa. Terletak pada jalur regional Jawa Tengah yang menghubungkan
kota regional Jawa Tengah yang menghubungkan kota Semarang dan Surakarta,
mempunyai ketinggan 450-800 meter dari permukaan laut1. Data Pembangunan
Kota Salatiga dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut:
Tabel 4.1
Data Pembangunan Kota Salatiga
No.
Informasi
Data
Wilayah dan Kependudukan
1
1.
Luas Wilayah
56.781 Km2
2.
Jumlah Kecamatan
4
3.
Jumlah Kelurahan
22
4.
Jumlah RW
199
5.
Jumlah Penduduk
176.722 orang
6.
Jumlah Kepala Keluarga
46.568 orang
7.
Jumlah Single Parent
9.040
6.
Jumlah Penduduk Usia 5-9 tahun
13.628
7.
Jumlah Penduduk Usia 10-14 tahun
13.359
8.
Kepadatan Penduduk
2.972 Km2
9.
Jumlah Rumah Tangga
59.953
Selayang Pandang Kota Salatiga, tersedia di website resmi Pemerintah Kota Salatiga
52
10
Rata-Rata Jumlah Anggota Rumah Tangga
3,06
11.
Jumlah Keluarga Pra Sejahtera
1.722
12.
Jumlah Keluarga Sejahtera I
8,741
Pendidikan
13.
Jumlah Sekolah Dasar
96
14.
Jumlah Murid Sekolah Dasar
17.176
15.
Jumlah Sekolah Menengah Pertama
24
16.
Jumlah Siswa Sekolah Menengah Pertama
9.582
Sosial
17.
Jumlah Cerai Talak Tahun 2015
379
18.
Jumlah Cerai Gugat Tahun 2015
945
Sumber: Data Pembangunan Kota Salatiga Tahun 2015
Salatiga terdiri atas 4 kecamatan, yakni Argomulyo, Tingkir, Sidomukti,
dan Sidorejo. Kota Salatiga berada di lereng timur Gunung Merbabu. Mulai tahun
2015 dilakukan pemekaran wilayah di dalam kota Salatiga, yaitu membagi
kelurahan Kutowinangun menjadi 2 wilayah sehingga menjadi kelurahan
Kutowinangun Lor (utara) dan Kelurahan Kutowinangun Kidul (selatan)
mengingat wilayah yang luas dan jumlah penduduk yang padat serta permintaan
dari warga sebagai latar belakang pemekaran wilayah dan sudah diajukan kepada
pemerintah negara Republik Indonesia. Seluruh Wilayah Salatiga dibatasi oleh
Kabupaten Semarang, antara lain di bagian utara berbatasan dengan Kecamatan
Tuntang dan Kecamatan Pabelan, di bagian selatan berbatasan dengan Kecamatan
Tengaran, di bagian barat berbatasan dengan Kecamatan Tuntang dan Kecamatan
Getasan, di bagian timur berbatasan dengan Kecamatan Tengaran dan Kecamatan
Pabelan. Dari letak administratif yang ada menjadikan kota Salatiga menduduki
peringkat luas wilayah ke-18 kotamadya terkecil di Indonesia (Majalah Hati
Beriman Tahun 2016 Vol. I No.2)
4.1.2. Kecamatan Tingkir
53
Wilayah Kecamatan Tingkir seluas 1.054.851 ha adalah 18,58
persen dari total wilayah Kota Salatiga yang memiliki luas 5.078.110 ha.
Jumlah penduduk Kecamatan Tingkir mencapai 42.888 jiwa pada tahun
2015, tumbuh sebesar 1,32 persen dibanding tahun sebelumnya.
Kepadatan penduduk di Kecamatan Tingkir tahun 2015 mencapai 4.066
jiwa per km2 sedikit meningkat dibanding tahun 2014 yang sebesar 4.013
jiwa per km2. Tingkat Pendidikan penduduk di Kecamatan Tingkir hingga
tahun 2015 didominasi oleh lulusan SMP yang tercatat sebesar 37,02
persen. Jumlah SD/MI baik negeri maupun swasta sebanyak 30 sekolah
dengan jumlah murid 5.088, adapun untuk SMP sebanyak 5 sekolah
dengan jumlah murid 1.204 siswa (Statistik Daerah Kecamatan Tingkir
Tahun 2016).
4.1.3. Kelurahan Kutowinangun Lor
Kelurahan Kutowinangun Lor merupakan salah satu kelurahan di
wilayah administratif Kecamatan Tingkir Kota Salatiga yang terbentuk
pada tahun 2015 hasil pemekaran dari Kelurahan Kutowinangun hal ini
berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2012 tentang Pembentukan
Kelurahan Kutowinangun Lor dan Kelurahan Kutowinangun Kidul serta
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2015 tentang Kode dan
Data
Wilayah
Administrasi
Pemerintahan.
Wilayah
administratif
Kelurahan Kutowinangun Lor terdiri dari: RW I Butuh, RW II Karang
Duwet, RW III Canden, RW IV Pancuran, RW V Ngentak dan RW VI
Karang Pete.
Kelurahan Kutowinangun Lor memiliki jumlah penduduk 12.483
jiwa dengan kepadatan penduduk sebesar 6.394 per Km2 dan rata-rata
jumlah
anggota
rumah
tangga
sebanyak
3,04
jiwa.
Kelurahan
Kutowinangun Lor merupakan kelurahan dengan jumlah Rukun Tetangga
(RT) terbanyak di Kota Salatiga dengan 85 RT. Di bidang pendidikan
tercatat 2.570 siswa SD dan 2.198 siswa SMP berdomisili di Kelurahan
Kutowinangun Lor (Katalog BPS: 11010002.3373020).
4.2. Deskripsi Data
54
Deskripsi data meliputi usia, jenis kelamin, pendidikan anak dan
rata-rata komunikasi dalam satu hari.
4.2.1.
Data Responden Berdasarkan Usia
Tabel 4.2
Distribusi Responden Berdasarkan Usia
No.
Usia (Tahun)
Jumlah Responden
Persentase %
1.
Di bawah 28 tahun
4
10,26
2.
32-38
5
12,82
3.
39-43
13
33,33
4.
44-47
7
17,95
5.
50-51
3
7,69
6.
Diatas 51 tahun
4
10,26
Jumlah
39
100
Sumber: Data Primer (diolah)
Berdasarkan pada Tabel 4.2, terlihat bahwa mayoritas orang
tua single parent yang memiliki anak usia SD dan SMP berusia 39
hingga 43 tahun (33,33%).
4.2.2.
Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 4.3
Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
No.
Jenis Kelamin
Jumlah
Responden
Persentase
%
1.
Laki - Laki
11
28,21
2.
Perempuan
28
71,79
39
100
Jumlah
Sumber: Data Primer (diolah)
Berdasarkan Tabel 4.3 jumlah perempuan single parent
lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki yaitu 71,79%.
4.2.3.
Data Responden Berdasarkan Pendidikan Anak
55
Tabel 4.4
Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Anak
No.
Domisili
Jumlah
Anak
Persentase
%
1.
SD/MI
23
58,97
2.
SMP/MTs
16
41,03
39
100
Jumlah
Sumber: Data Primer (diolah)
Berdasarkan Tabel 4.4 mayoritas responden memiliki anak
usia Sekolah Dasar yaitu sebanyak 23 responden (58,97%).
4.2.4.
Data Responden Berdasarkan Rata-Rata Komunikasi
Tabel 4.5
Distribusi Responden Berdasarkan Rata-Rata Komunikasi
Orang Tua dengan Anak pada saat Mendampingi Belajar
Komunikasi
(Jam)
Jumlah
Responden
Persentase
%
1.
0–1
18
46,15
2.
1-2
10
25,64
3.
2 -3
9
23,08
4.
Lebih dari 3 jam
2
5,13
63
100
No.
Jumlah
Sumber: Data Primer (diolah)
Dari tabel 4.5 rata-rata orang tua dapat mendampingi anak
dalam belajar sehari hanya kurang dari 1 jam.
4.2.5.
Data Nilai Kognitif Siswa
Data niliai kognitif siswa diambil berdasarkan rata-rata nilai
rapor semester gasal tahun ajaran 2016-2017.
56
Tabel 4.6
Distribusi Nilai Siswa
Nilai
Strata
SD
SMP
1.
(̅)
Persentase
%
Di bawah 65
2
3
12,82
2.
65 - 71
5
3
20,51
3.
71 - 74
6
3
23,08
4.
74 - 77
2
2
10,27
5.
77 - 79
3
3
15,38
6.
Di atas 80
5
2
17,95
23
16
100
No.
Jumlah
Sumber: Data Primer (diolah)
Berdasarkan data pada tabel 4.6 nilai kognitif siswa ̅
berada pada rentang 71-74 dengan persentase 23,08%.
4.2.6.
Penilaian
Responden
terhadap
Aspek
Keterbukaan
Komunikasi Interpersonal Single Parent
TABEL 4.6
Distribusi Frekuensi Penilaian Responden terhadap Aspek Keterbukaan
Komunikasi Interpersonal Single Parent
No.
Pernyataan
SS
S
TS
STS
Jumlah
Responden
Q1
Saya mengikutkan anak kegiatan ekstrakurikuler di sekolah
26
13
0
0
39
66,7
33,3
0
0
100
27
12
0
0
39
69,2
30,8
0
0
100
29
9
1
0
39
74,4
23,1
2,6
0
100
30
9
0
0
39
Persentase (%)
Q2
Saya mengungkapkan isi hati secara jujur kepada anak
Persentase (%)
Q3
Saya berusaha melibatkan anak dalam setiap aktivitas
Persentase (%)
Q4
Saya menerima masukan pendapat dari anak
57
Persentase (%)
Q5
76,9
23,1
0
0
100
28
11
0
0
39
71,8
28,2
0
0
100
Jumlah Total
140
54
1
0
195
Total Presentase (%)
71,79
27,69
0,51
Saya memuji anak jika ia mendapatkan kesuksesan
Persentase (%)
100
Sumber: Data Primer (diolah)
Berdasarkan distribusi frekuensi pada tabel 4.6 mayoritas
responden (71,79%) memberikan penilaian sangat sesuai (SS). Item
kuesioner Q4 (orang tua menerima masukan pendapat dari anak)
mendapatkan penilaian tertinggi sebanyak 30 responden (76,39%).
4.2.7.
Penilaian Responden terhadap Aspek Empati Komunikasi
Interpersonal Single Parent
TABEL 4.7
Distribusi Frekuensi Penilaian Responden terhadap Aspek Empati
Komunikasi Interpersonal Single Parent
No.
Q1
Pernyataan
Saya membantu
memperjelas
pembicaraan anak
apabila diminta
Persentase (%)
Q2
Q3
Saya mengucapkan
terimakasih kepada anak
yang telah membantu
Persentase (%)
Saya menghargai
perbedaan sifat yang
dimiliki oleh anak
Persentase (%)
Q4
Saya aktif terlibat dalam
aktivitas anak
Persentase (%)
SS
S
TS
STS
Jumlah
Responden
20
19
0
0
39
51,3
48,7
0
0
100
22
17
0
0
39
56,4
43,6
0
0
100
19
19
1
0
39
48,7
48,7
2,6
0
100
17
21
1
0
39
43,6
53,8
2,6
0
100
58
Q5
Saya memberikan solusi
kepada anak yang sedang
bermasalah
Persentase (%)
16
20
3
0
39
41,0
51,3
7,7
0
100
Jumlah Total
94
96
5
0
195
Total Presentase (%)
48,21
49,23
2,56
0
100
Sumber: Data Primer (diolah)
Berdasarkan distribusi frekuensi pada tabel 4.7 mayoritas
responden (49,23%) memberikan penilaian sesuai (S). Item
kuesioner Q2 (orang tua mengucapkan terima kasih kepada anak
yang telah membantu) mendapatkan penilaian tertinggi sebanyak
22 responden (56,4%).
4.2.8.
Penilaian Responden terhadap Aspek Dukungan Komunikasi
Interpersonal Single Parent
TABEL 4.8
Distribusi Frekuensi Penilaian Responden terhadap Aspek Dukungan
Komunikasi Interpersonal Single Parent
No.
Pernyataan
SS
S
TS
STS
Jumlah
Responden
Q1
Saya berusaha
memahami
perasaan yang
sedang dihadapi
anak
30
9
0
0
39
76,9
23,1
0
0
100
16
21
2
0
39
41,0
53,8
5,1
0
100
17
21
1
0
39
Persentase (%)
Q2
Q3
Saya memahami
keinginan anak
yang berbeda
dengan
keinginan saya
Persentase (%)
Saya
memberikan
semangat
59
kepada anak
Persentase (%)
43,6
53,8
2,6
0
100
16
20
3
0
39
41,0
51,3
7,7
0
100
21
17
1
0
39
53,8
43,6
2,6
0
100
Jumlah Total
100
88
7
0
195
Total Presentase (%)
51,28
45,13
3,59
0
100
Q4
Q5
Saya menjadi
tempat berbagi
perasaan anak
Persentase (%)
Saya
mengenalkan
anak kepada
rekan
Persentase (%)
Sumber: Data Primer (diolah)
Berdasarkan distribusi frekuensi pada tabel 4.8 mayoritas
responden (51,28%) memberikan penilaian sangat sesuai (SS). Item
kuesioner Q1 (orang tua berusaha memahami perasaan yang sedang
dialami anak) mendapatkan penilaian tertinggi sebanyak 30
responden (76,39%).
4.2.9.
Penilaian Responden terhadap Aspek Sikap Positif Komunikasi
Interpersonal Single Parent
TABEL 4.9
Distribusi Frekuensi Penilaian Responden terhadap Aspek Sikap Positif
Komunikasi Interpersonal Single Parent
No.
Q1
Q2
Pernyataan
Saya meluangkan
waktu merawat
anak jika ia
mengalami
gangguan
kesehatan
Persentase (%)
Saya mengucapkan
selamat kepada
SS
S
TS
STS
Jumlah
Responden
13
26
0
0
39
33,3
66,7
0
0
100
9
29
1
0
39
60
anak yang meraih
prestasi
Persentase (%)
23,1
74,4
2,6
0
100
13
24
2
0
39
33,3
61,5
5,1
0
100
11
17
11
0
39
28,2
43,6
28,2
0
100
13
26
0
0
39
33,3
66,7
0
0
100
Jumlah Total
59
122
14
0
195
Total Presentase (%)
30,26
62,56
7,18
0
100
Q3
Q4
Q5
Saya selalu
berusaha
memperlakukan
anak dengan baik
Persentase (%)
Saya menjadi
pendengar yang
baik ketika anak
sedang curhat
Persentase (%)
Saya berpikir anak
saya mampu
berprestasi lebih
Persentase (%)
Sumber: Data Primer (diolah)
Berdasarkan distribusi frekuensi pada tabel 4.9 mayoritas
responden (62,56%) memberikan penilaian sesuai (S). Item
kuesioner Q2 (orang tua memberikan selamat kepada anak yang
mendapatkan prestasi) mendapatkan penilaian tertinggi sebanyak
29 responden (74,4%).
4.2.10. Penilaian Responden terhadap Aspek Kesamaan Komunikasi
Interpersonal Single Parent
TABEL 4.10
Distribusi Frekuensi Penilaian Responden terhadap Aspek Kesamaan
Komunikasi Interpersonal Single Parent
No.
Q1
Pernyataan
Saya
menunjukkan
SS
S
TS
STS
Jumlah
Responden
11
27
1
0
39
61
perasaan secara
terbuka
Persentase (%)
28,2
69,2
2,6
0
100
25
12
1
1
39
64,1
30,8
2,6
2,6
100
23
15
1
0
39
59,0
38,5
2,6
0
100
17
20
1
1
39
43,6
51,3
2,6
2,6
100
21
17
0
1
39
53,8
43,6
0
2,6
100
Jumlah Total
97
91
4
3
195
Total Presentase (%)
49,74
46,67
2,05
1,54
100
Q2
Q3
Q4
Q5
Saya
menceritakan
perasaaan yang
saya kepada
anak
Persentase (%)
Saya bercerita
bersama anak
ketika
menghadapi
masalah
Persentase (%)
Saya berbagi
pengalaman
pribadi dengan
anak
Persentase (%)
Saya nyaman
dengan
kehadiran anak
Persentase (%)
Sumber: Data Primer (diolah)
Berdasarkan distribusi frekuensi pada tabel 4.10 mayoritas
responden (49,74%) memberikan penilaian sangat sesuai (SS). Item
kuesioner Q1 (orang tua menunjukkan perasaan terbuka kepada
anak) mendapatkan penilaian tertinggi sebanyak 27 responden
(69,2%).
4.2.11. Penilaian Responden terhadap Motivasi Belajar Anak
TABEL 4.11
Distribusi Frekuensi Penilaian Responden terhadap Motivasi Belajar
Anak
62
SS
S
TS
STS
Jumlah
Responden
10
29
0
0
39
25,6
74,4
0
0
100
15
23
1
0
39
38,5
59,0
2,6
0
100
16
22
1
0
39
41,0
56,4
2,6
0
100
13
24
2
0
39
33,3
61,5
5,1
0
100
16
20
3
0
39
41,0
51,3
7,7
0
100
Jumlah Total
70
118
7
0
195
Total Presentase (%)
35,90
60,51
3,59
0
100
No.
Q1
Q2
Q3
Q4
Q5
Pernyataan
Saya berusaha
memberikan
asupan makanan
yang bergizi
seimbang
Persentase (%)
Saya bertutur kata
yang baik dan
sopan terhadap
anak
Persentase (%)
Saya memberikan
contoh disiplin
kepada anak
Persentase (%)
Saya memuji anak
jika ia
mendapatkan hasil
belajar yang
memuaskan
Persentase (%)
Saya tidak
memberikan porsi
pekerjaan
tambahan anak di
rumah yang
berlebihan
Persentase (%)
Sumber: Data Primer (diolah)
Berdasarkan distribusi frekuensi pada tabel 4.11 mayoritas
responden (60,51%) memberikan penilaian sesuai (S). Item
kuesioner Q1 (orang tua berusaha memberikan asupan makanan
63
bergizi seimbang kepada anak) mendapatkan penilaian tertinggi
sebanyak 29 responden (74,4%).
4.2.12. Penilaian Responen terhadap Lingkungan Sosial
TABEL 4.12
Distribusi Frekuensi Penilaian Responden terhadap Lingkungan Sosial
SS
S
TS
STS
Jumlah
Responden
20
17
2
0
39
51,3
43,6
5,1
0
100
23
13
3
0
39
59,0
33,3
7,7
0
100
27
12
0
0
39
69,2
30,8
0
0
100
27
12
0
0
39
69,2
30,8
0
0
100
18
17
4
0
39
46,2
43,6
10,3
0
100
Jumlah Total
115
71
9
0
195
Total Presentase (%)
58,97
36,41
4,62
0
100
No.
Q1
Q2
Q3
Q4
Q5
Pernyataan
Teman di
lingkungan
bermain selalu
mendukung belajar
anak
Persentase (%)
Anak mendapatkan
perhatian yang
tulus dari teman
sebaya
Persentase (%)
Anak mendapatkan
perhatian yang baik
dari tetangga
sekitar
Persentase (%)
Anak merasa
nyaman dengan
lingkungan sekitar
Persentase (%)
Masyarakat sekitar
memiliki
pengetahuan
tentang program
pendidikan dari
pemerintah
Persentase (%)
Sumber: Data Primer (diolah)
64
Berdasarkan distribusi frekuensi pada tabel 4.12 mayoritas
responden (58,97%) memberikan penilaian sangat sesuai (SS). Item
kuesioner Q3 (anak mendapatkan perhatian baik dari tetangga
sekitar) dan Q4 (anak merasa nyaman dengan lingkungan sekitar)
mendapatkan penilaian tertinggi sebanyak 29 responden (74,4%).
4.3. Analisis Data
4.3.1. Analisis Regresi dengan Variabel Intervening dan Variabel
Moderating
Koefisien determinasi digunakan untuk melihat berapa
persentase variasi variabel terikat (prestasi belajar) dapat diterangkan
oleh variasi dari variabel bebas (komunikasi interpersonal) dan
variabel intervening (motivasi belajar). Koefisien determinasi dari
hasil perhitungan dari program PASW Statistics 18.0 dapat dilihat
pada TABEL 4.13 berikut:
TABEL 4.13
Korelasi Determinasi Pengaruh Komunikasi Interpersonal
terhadap Prestasi Belajar dengan Motivasi Belajar sebagai
Variabel Intervening
Hasil analisis regresi dengan variabel intervening motivasi
belajar anak menunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi (R2)
adalah 0,430, artinya hanya 43,0% variabel prestasi belajar dapat
dijelaskan oleh variabel komunikasi interpersonal dan variabel
motivasi belajar, sisanya sebesar 57,0% dijelaskan oleh faktor lain.
65
Tabel 4.14
Uji F – Test Variabel Intervening
b
ANOVA
Model
Sum of Squares
df
Mean Square
1 Regression
313,075
2
156,537
Residual
2087,695
36
57,992
Total
2400,769
38
F
6,993
Sig.
,000
a
a. Predictors: (Constant), Motivasi Belajar, Komunikasi Interpersonal
b. Dependent Variable: Prestasi Belajar
Hasil F test > F tabel diperoleh angka 6,993 > 3,24 pada taraf
signifikansi <
α,
diperoleh nilai 0,000a < 0,05. Artinya bahwa
komunikasi interpersonal dan motivasi belajar secara simultan
berpengaruh terhadap prestasi belajar anak. Grafik uji F variabel
intervening dapat dilihat pada gambar 4.1 berikut:
Gambar 4.1
Kurva Normal Uji F Variabel Intervening
Pada grafik uji F, Fhitung berada pada daerah kritis 5%,
sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Uji koefisien determinasi
variabel moderating dapat dilihat pada tabel 4.15 berikut:
66
TABEL 4.15
Korelasi Determinasi Pengaruh Komunikasi Interpersonal
terhadap Prestasi Belajar dengan Lingkungan Sosial sebagai
Variabel Moderating
Hasil
analisis
regresi
dengan
variabel
moderating
lingkungan sosial menunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi
(R2) adalah 0,777, artinya 77,7% variabel prestasi belajar dapat
dijelaskan oleh variabel komunikasi interpersonal dan variabel
lingkungan sosial, sisanya sebesar 22,3% dijelaskan oleh faktor
lain.
Tabel 4.14
Uji F – Test Variabel Moderating
b
ANOVA
Model
Sum of Squares
1 Regression
df
Mean Square
18,659
2
9,330
Residual
2382,110
36
66,170
Total
2400,769
38
F
4,141
Sig.
,000
a
a. Predictors: (Constant), Lingkungan Sosial, Komunikasi Interpersonal
b. Dependent Variable: Prestasi Belajar
Hasil F test > F tabel diperoleh angka 4,141 > 3,24 pada
taraf signifikansi < α, diperoleh nilai 0,000a < 0,05. Artinya bahwa
komunikasi interpersonal dan motivasi belajar secara simultan
berpengaruh terhadap prestasi belajar anak.
67
Gambar 4.2
Kurva Normal Uji F Variabel Moderating
Pada grafik uji F, Fhitung berada pada daerah kritis 5%,
sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Secara ringkas hasil uji F
(simultan) dan hasil uji korelasi determinasi untuk menguji model
fit dapat dilihat pada tabel 4.15 berikut:
Tabel 4.15
Analisis Regresi Model Intervening dan Moderating
Anova
Model
F test
Signifikansi
Summary
R2
Persentase
(%)
Intervening – Motivasi Belajar
6,993
0,000a
0,430
43,0
Moderating – Lingkungan Sosial
4,141
0,000a
0,777
77,7
Sumber: Data Primer (diolah)
4.3.2. Analisis Jalur (Path Analysis)
1. Koefisien Determinasi Pengaruh Komunikasi Interpersonal
terhadap Motivasi Belajar
Koefisien determinasi digunakan untuk melihat berapa
persentase variasi variabel intervening (motivasi belajar) dapat
diterangkan oleh variasi dari variabel bebas (komunikasi
interpersonal). Koefisien determinasi dari hasil perhitungan
PASW Statistics 18.0 dapat dilihat pada TABEL 4.16 berikut:
68
Tabel 4.16
Korelasi Determinasi Pengaruh Komunikasi Interpersonal
terhadap Motivasi Belajar
Nilai R Square hasil analisis data didapatkan sebesar
0,54,3. Hal ini berarti variasi variabel komunikasi interpersonal
(X) dalam menjelaskan variasi variabel motivasi belajar karyawan
(Z1) sebesar 54,3% dan sisanya 55,7% dijelaskan oleh faktor
lainnya.
2. Komunikasi Interpersonal Berpengaruh Signifikan terhadap
Motivasi Belajar
Tabel 4.17
Analysis Path Pengaruh Komunikasi Interpersonal Single
Parent terhadap Variabel Intervening Motivasi Belajar
Coefficients
Model
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
1 (Constant)
a
Std. Error
4,430
2,504
,252
,110
Komunikasi Interpersonal
Beta
t
,378
Sig.
1,518
,014
2,230
2,819
a. Intervening Variable: Motivasi Belajar
Dari TABEL 4.13 maka persamaan I analisis jalur pada
penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut:
Z1 = βX + e1
(Persamaan I)
Z1 = 0,378X + 0,889
Keterangan:
Nilai 0,889 diperoleh dari rumus e1 = √
e1 = √
=√
= 0,889
Pada persamaan I dapat dijelaskan sebagai berikut:
69
a. Koefisien variabel komunikasi interpersonal (X) adalah
0,378 dan bertanda positif artinya setiap peningkatan
intensitas komunikasi interpersonal sebesar satu satuan akan
meningkatkan motivasi belajar anak sebesar 0,378 satuan
dengan asumsi variabel lainnya dianggap tetap.
b. e1 = jumlah variance motivasi belajar (Z1) yang tidak dapat
dijelaskan oleh variabel komunikasi interpersonal (X) dan
adalah sebesar 0,889.
Berdasarkan pengujian tabel 4.17, persamaan regresi
pengaruh komunikasi interpersonal single parent terhadap
motivasi belajar dapat dituliskan dalam persamaan sebagai
berikut:
Z1 = 4,430 + 0,252X
Nilai
konstanta
4,430
(Persamaan II)
bernilai
positif
yang
menunjukkan bahwa motivasi belajar sudah menunjukan
hasil baik dan positif jika mengasumsikan bahwa variabel
komunikasi interpersonal dan lingkungan sosial sebagai
varibel moderating bernilai nol. Variabel komunikasi
interpersonal (X) mempunyai koefisien regresi sebesar 0,252.
Hal ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan satu satuan nilai
komunikasi interpersonal (X) sementara variabel independen
lainnya bersifat tetap, maka tingkat motivasi belajar akan
mengalami kenaikan sebesr 25,2%. Nilai koefisien yang
positif menunjukkan adanya pengaruh positif. Ini berarti
bahwa semakin besar nilai komunikasi interpersonal, maka
semakin tinggi motivasi belajar yang dihasilkan.
3. Motivasi Belajar Memediasi hubungan antara Komunikasi
Interpersonal dan Prestasi Belajar
70
Tabel 4.18
Uji Analysis Path Pengaruh Komunikasi Interpersonal,
Motivasi Belajar dan Prestasi Belajar
Coefficients
Model
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
1 (Constant)
a
Std. Error
3,812
1,393
Komunikasi Interpersonal
,216
,352
Motivasi Belajar
,192
,527
Beta
t
Sig.
2,351
,024
,295
2,614
,005
,352
2,263
,030
a. Dependent Variable: Prestasi Belajar
Dari TABEL 4.13 maka persamaan I analisis jalur pada
penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut:
Z2 = β1X + β2Z1 + e2
(Persamaan III)
Z2 = 0,295X + 0,352Z1 + 0,755
Keterangan:
Berdasarkan Model Summary pada tabel 4.13 Nilai 0,755
diperoleh dari rumus e1 = √
e1 = √
=√
= 0,755
Pada persamaan I dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Koefisien variabel komunikasi interpersonal (X) adalah
0,295 dan bertanda positif artinya setiap peningkatan
intensitas komunikasi interpersonal sebesar satu satuan akan
meningkatkan prestasi belajar anak sebesar 0,295 satuan
dengan asumsi variabel lainnya dianggap tetap.
b. Koefisien variabel motivasi belajar (Z1) adalah 0,352 dan
bertanda positif artinya setiap peningkatan nilai komunikasi
interpersonal sebesar satu satuan akan meningkatkan prestasi
belajar anak sebesar 0,352 satuan dengan asumsi variabel
lainnya dianggap tetap.
c. e2 = jumlah variance motivasi belajar (Z2) yang tidak dapat
dijelaskan oleh variabel komunikasi interpersonal (X) dan
71
variabel intervening motivasi belajar (Z1) dan adalah sebesar
0,755.
Berdasarkan pengujian tabel 4.18, persamaan regresi
pengaruh komunikasi interpersonal single parent terhadap
prestasi belajar dengan motivasi belajar sebagai variabel
intervening dapat dituliskan dalam persamaan sebagai berikut:
Y = 3,812 + 0,216X + 0,192Z1
(Persamaan IV)
Nilai konstanta 3,812 bernilai positif yang menunjukkan
bahwa prestasi belajar sudah menunjukan hasil baik dan positif jika
mengasumsikan bahwa variabel komunikasi interpersonal dan
motivasi belajar sebagai varibel intervening bernilai nol. Variabel
komunikasi interpersonal (X) mempunyai koefisien regresi sebesar
0,216. Hal ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan satu satuan nilai
komunikasi interpersonal (X) sementara variabel intervening bersifat
tetap, maka tingkat motivasi belajar akan mengalami kenaikan sebesr
21,6%. Nilai koefisien yang positif menunjukkan adanya pengaruh
positif.
Ini
berarti
bahwa
semakin
besar
nilai
komunikasi
interpersonal, maka semakin tinggi motivasi belajar yang dihasilkan.
Variabel motivasi belajar (Z1) mempunyai koefisien regresi sebesar
0,192. Hal ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan satu satuan nilai
motivasi belajar (Z1) sementara variabel independen bersifat tetap,
maka tingkat prestasi belajar akan mengalami kenaikan sebesr 19,2%.
Nilai koefisien yang positif menunjukkan adanya pengaruh positif. Ini
berarti bahwa semakin besar nilai motivasi belajar, maka semakin
tinggi prestasi belajar yang dihasilkan.
Untuk mengetahui pengaruh komunikasi interpersonal single
parent terhadap prestasi belajar dengan motivasi belajar sebagai
variabel intervening dapat dilakukan dengan ketentuan sebagai
berikut:
72
a. Jika β2XY < β1XZ1 × β3Z1Y, maka terdapat pengaruh signifikan
komunikasi interpersonal single parent terhadap prestasi belajar
dengan motivasi belajar sebagai variabel intervening.
b. Jika β2XY > β1XZ1 × β3Z1Y, maka tidak terdapat pengaruh
signifikan komunikasi interpersonal single parent terhadap
prestasi belajar dengan motivasi belajar sebagai variabel
intervening.
Dari hasil analisis regresi linier diketahui besarnya nilai jalur path
β1XZ1 = 0,378, nilai jalur path β3Z1Y = 0,352, nilai jalur path β2XY =
0,295, sehingga apabila dilihat dalam bentuk gambar sebagai berikut:
β1XZ1 = 0,378
Komunikasi
Interpersonal
(X)
Motivasi
Belajar
(Z1)
β2XY = 0,295
e1 = 0,889
β3Z1Y = 0,352
Prestasi
Belajar
(Y)
e2 = 0,755
Gambar 4.3
Diagram Jalur Uji Hipotesis Variabel Intervening
Hasil pengujian pengaruh langsung variabel komunikasi
interpersonal terhadap prestasi belajar dan pengaruh tidak langsung
komunikasi interpersonal terhadap prestasi belajar dengan motivasi
belajar sebagai variabel intervening dalam analisis path dapat diringkas
sebagai berikut:
TABEL 4.20
Uji Perbandingan Pengaruh Langsung dan Pengaruh Tidak
Langsung Variabel Komunikasi Interpersonal terhadap Prestasi
Belajar
Variabel
Pengaruh
Langsung (a)
Komunikasi
0,295
Interpersonal
Sumber: Data Primer (Diolah)
Pengaruh tidak
Langsung (b)
0,378 × 0,352 =
0,133
73
Hasil
a < b = H1 Diterima
Dengan membandingkan kedua hasil pada TABEL 4.20
dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai pengaruh tidak
langsung variabel komunikasi interpersonal single parent
terhadap prestasi belajar dengan motivasi belajar sebagai
variabel intervening lebih besar nilainya dari pengaruh
langsung variabel komunikasi interpersonal single parent
terhadap prestasi belajar, 0,295 > 0,133. Dengan demikian
pernyataan hipotesis 1 dapat diterima (terdapat pengaruh
signifikan komunikasi interpersonal single parent terhadap
prestasi belajar dengan motivasi belajar sebagai variabel
intervening). Berdasarkan hasil analisis di atas maka
memberikan suatu bukti bahwa komunikasi interpersonal
single parent secara tidak langsung memberikan pengaruh
signifikan terhadap prestasi belajar anak di Kelurahan
Kutowinangun Lor, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga
melalui motivasi belajar sebagai variabel intervening.
4.
Komunikasi
Interpersonal
Single
Parent
Berpengaruh
Signifikan terhadap Prestasi Belajar dengan Lingkungan
Sosial sebagai Variabel Moderating
Tabel 4.19
Persamaan Regresi Variabel Moderating
Coefficients
Model
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
1 (Constant)
a
Std. Error
10,730
2,192
Komunikasi Interpesonal
,525
,159
Lingkungan Soial
,511
2,064
Moderating
Beta
t
Sig.
4,005
,000
,409
2,246
,007
,187
,426
2,286
,007
,716
,431
2,294
,001
a. Dependent Variable: Prestasi Belajar
Berdasarkan pengujian tabel 4.19, persamaan regresi
pengaruh komunikasi interpersonal single parent terhadap
74
prestasi belajar dengan lingkungan sosial sebagai variabel
moderating dapat dituliskan dalam persamaan sebagai berikut:
Y = 10,730 + 0,525X + 0,511Z2 + 2,064
(Persamaan V)
Nilai 2,064 merupakan interaksi yang diukur dengan nilai
absolut perbedaan nilai antara variabel komunikasi interpersonal
(X) dan variabel lingkungan sosial (Z2). Semakin besar perbedaan
tersebut maka akan semakin besar pengaruhnya terhadap prestasi
belajar. Nilai konstanta 10,730 bernilai positif yang menunjukkan
bahwa prestasi belajar sudah menunjukan hasil baik dan positif
jika mengasumsikan bahwa variabel komunikasi interpersonal
dan lingkungan sosial sebagai varibel moderating bernilai nol.
4.4. Pembahasan Hasil Penelitian
Pada bagian ini dipaparkan pembahasan dari
hasil pengujian
hipotesis yang berkaitan dengan analisis data yang telah diuji yaitu:
Terdapat pengaruh signifikan antara komunikasi interpersonal single parent
terhadap prestasi belajar anak dengan motivasi belajar sebagai variabel
moderating
dan
Terdapat
pengaruh
signifikan
antara
komunikasi
interpersonal single parent terhadap prestasi belajar anak dengan
lingkungan sosial sebagai variabel intervening.
Hasil pengukuran komunikasi interpersonal terhadap prestasi belajar
didapatkan koefisien nilai determinasi (Adjusted R2) adalah 0,282 artinya
hanya 28,2% variabel prestasi belajar yang dapat dijelaskan oleh
komunikasi interpersonal. Kemudian dengan menambahakan motivasi
belajar sebagai variabel intervening didapatkan nilai
>
yaitu
6,993 > 3,24. Artinya bahwa komunikasi interpersonal dan motivasi belajar
secara simulatan berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar anak di
Kelurahan Kutowinangun Lor, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga.
Hal ini sesuai dengan pendapat dari Astuti (2010) bahwa motivasi
belajar adalah sesuatu yang mendorong, menggerakan dan mengarahkan
siswa dalam belajar. Motivasi belajar sangat erat sekali hubungannya
75
dengan prilaku siswa disekolah. Didukung pada hasil analisis jalur (path
analysis) pada penelitian ini yaitu bahwa intervensi motivasi belajar
terhadap komunikasi interpersonal dengan prestasi belajar memiliki nilai
Standard Coefficients Beta lebih kecil yaitu 0,133 dibanding pengaruh
langsung komunikasi interpersonal terhadap prestasi belajar yaitu 0,295.
Sehingga Hipotesis 1 dapat diterima. Peneliti berpendapat bahwa turun atau
naiknya prestasi belajar siswa berasal dari motivasi dalam diri siswa sendiri.
Semakin besar motivasi siswa dalam belajar maka semakin tinggi prestasi
belajar yang akan didapatkan. Motivasi merupakan salah satu variabel yan
sangat penting, maka dari itu untuk menunjang motivasi belajar salah
satunya diperlukan komunikasi interpersonal yang lebih dari orang tua
single parent. Meskipun dalam keadaan keluarga lengkap semangat yang
diberikan oleh orang tua single parent merupakan aspek yang sangat penting
dalam peningkatan motivasi belajar anak.
Hasil pengukururan varibel moderating lingkungan sosial didapatkan
nilai
>
yaitu 4,141 > 3,24. Artinya bahwa komunikasi
interpersonal dan lingkungan sosial secara simulatan berpengaruh signifikan
terhadap prestasi belajar anak di Kelurahan Kutowinangun Lor, Kecamatan
Tingkir, Kota Salatiga.
Hal ini sejalan dengan penelitian dari Hadi (2002) bahwa di dalam
keluarga yang pecah atau broken home, perhatian orangtua terhadap anakanaknya sangat kurang dan antara ayah dan ibu tidak memiliki kesatuan
perhatian
atas
putra-putrinya.
Situasi
yang
broken
home
tidak
menguntungkan bagi perkembangan anak dan memungkinkan anak untuk
menghabiskan banyak waktu dan perhatian mereka pada lingkungan
sosialnya. Didukung dengan uji t variabel moderating hasil persamaan
analisis regresi linier berganda yaitu sebesar 2,294 lebih besar dari t tabel
yaitu 2,023. Sehingga hipotesis II dapat diterima. Kondisi Kelurahan
Kutowinangun Lor merupakan salah satu Kelurahan yang berada di pusat
Kota Salatiga dihuni oleh beraneka ragam masyarakat dari berbagai
golongan. Interaksi lingkungan sosial tergambar dalam keadaan dimana
76
sangat padat dengan pemukiman memungkinkan pengaruh yang sangat kuat
dalam perkembangan psikologis anak. Anak yang mampu beradaptasi
dengan baik, dapat memilih pergaulan dan mengatur waktu bermain serta
belajar dimungkinkan tetap dapat memperoleh peningkatan prestasi belajar
di sekolah yang baik.
77
ANALISIS DAN BAHASAN
4.1. Deskripsi Objek Penelitian
4.1.1. Kota Salatiga
Salatiga adalah salah satu kota di propinsi Jawa Tengah, mempunyai luas
wilayah ± 56,78 km², terdiri dari 4 kecamatan, 22 kelurahan, berpenduduk
176.795 jiwa. Terletak pada jalur regional Jawa Tengah yang menghubungkan
kota regional Jawa Tengah yang menghubungkan kota Semarang dan Surakarta,
mempunyai ketinggan 450-800 meter dari permukaan laut1. Data Pembangunan
Kota Salatiga dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut:
Tabel 4.1
Data Pembangunan Kota Salatiga
No.
Informasi
Data
Wilayah dan Kependudukan
1
1.
Luas Wilayah
56.781 Km2
2.
Jumlah Kecamatan
4
3.
Jumlah Kelurahan
22
4.
Jumlah RW
199
5.
Jumlah Penduduk
176.722 orang
6.
Jumlah Kepala Keluarga
46.568 orang
7.
Jumlah Single Parent
9.040
6.
Jumlah Penduduk Usia 5-9 tahun
13.628
7.
Jumlah Penduduk Usia 10-14 tahun
13.359
8.
Kepadatan Penduduk
2.972 Km2
9.
Jumlah Rumah Tangga
59.953
Selayang Pandang Kota Salatiga, tersedia di website resmi Pemerintah Kota Salatiga
52
10
Rata-Rata Jumlah Anggota Rumah Tangga
3,06
11.
Jumlah Keluarga Pra Sejahtera
1.722
12.
Jumlah Keluarga Sejahtera I
8,741
Pendidikan
13.
Jumlah Sekolah Dasar
96
14.
Jumlah Murid Sekolah Dasar
17.176
15.
Jumlah Sekolah Menengah Pertama
24
16.
Jumlah Siswa Sekolah Menengah Pertama
9.582
Sosial
17.
Jumlah Cerai Talak Tahun 2015
379
18.
Jumlah Cerai Gugat Tahun 2015
945
Sumber: Data Pembangunan Kota Salatiga Tahun 2015
Salatiga terdiri atas 4 kecamatan, yakni Argomulyo, Tingkir, Sidomukti,
dan Sidorejo. Kota Salatiga berada di lereng timur Gunung Merbabu. Mulai tahun
2015 dilakukan pemekaran wilayah di dalam kota Salatiga, yaitu membagi
kelurahan Kutowinangun menjadi 2 wilayah sehingga menjadi kelurahan
Kutowinangun Lor (utara) dan Kelurahan Kutowinangun Kidul (selatan)
mengingat wilayah yang luas dan jumlah penduduk yang padat serta permintaan
dari warga sebagai latar belakang pemekaran wilayah dan sudah diajukan kepada
pemerintah negara Republik Indonesia. Seluruh Wilayah Salatiga dibatasi oleh
Kabupaten Semarang, antara lain di bagian utara berbatasan dengan Kecamatan
Tuntang dan Kecamatan Pabelan, di bagian selatan berbatasan dengan Kecamatan
Tengaran, di bagian barat berbatasan dengan Kecamatan Tuntang dan Kecamatan
Getasan, di bagian timur berbatasan dengan Kecamatan Tengaran dan Kecamatan
Pabelan. Dari letak administratif yang ada menjadikan kota Salatiga menduduki
peringkat luas wilayah ke-18 kotamadya terkecil di Indonesia (Majalah Hati
Beriman Tahun 2016 Vol. I No.2)
4.1.2. Kecamatan Tingkir
53
Wilayah Kecamatan Tingkir seluas 1.054.851 ha adalah 18,58
persen dari total wilayah Kota Salatiga yang memiliki luas 5.078.110 ha.
Jumlah penduduk Kecamatan Tingkir mencapai 42.888 jiwa pada tahun
2015, tumbuh sebesar 1,32 persen dibanding tahun sebelumnya.
Kepadatan penduduk di Kecamatan Tingkir tahun 2015 mencapai 4.066
jiwa per km2 sedikit meningkat dibanding tahun 2014 yang sebesar 4.013
jiwa per km2. Tingkat Pendidikan penduduk di Kecamatan Tingkir hingga
tahun 2015 didominasi oleh lulusan SMP yang tercatat sebesar 37,02
persen. Jumlah SD/MI baik negeri maupun swasta sebanyak 30 sekolah
dengan jumlah murid 5.088, adapun untuk SMP sebanyak 5 sekolah
dengan jumlah murid 1.204 siswa (Statistik Daerah Kecamatan Tingkir
Tahun 2016).
4.1.3. Kelurahan Kutowinangun Lor
Kelurahan Kutowinangun Lor merupakan salah satu kelurahan di
wilayah administratif Kecamatan Tingkir Kota Salatiga yang terbentuk
pada tahun 2015 hasil pemekaran dari Kelurahan Kutowinangun hal ini
berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2012 tentang Pembentukan
Kelurahan Kutowinangun Lor dan Kelurahan Kutowinangun Kidul serta
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2015 tentang Kode dan
Data
Wilayah
Administrasi
Pemerintahan.
Wilayah
administratif
Kelurahan Kutowinangun Lor terdiri dari: RW I Butuh, RW II Karang
Duwet, RW III Canden, RW IV Pancuran, RW V Ngentak dan RW VI
Karang Pete.
Kelurahan Kutowinangun Lor memiliki jumlah penduduk 12.483
jiwa dengan kepadatan penduduk sebesar 6.394 per Km2 dan rata-rata
jumlah
anggota
rumah
tangga
sebanyak
3,04
jiwa.
Kelurahan
Kutowinangun Lor merupakan kelurahan dengan jumlah Rukun Tetangga
(RT) terbanyak di Kota Salatiga dengan 85 RT. Di bidang pendidikan
tercatat 2.570 siswa SD dan 2.198 siswa SMP berdomisili di Kelurahan
Kutowinangun Lor (Katalog BPS: 11010002.3373020).
4.2. Deskripsi Data
54
Deskripsi data meliputi usia, jenis kelamin, pendidikan anak dan
rata-rata komunikasi dalam satu hari.
4.2.1.
Data Responden Berdasarkan Usia
Tabel 4.2
Distribusi Responden Berdasarkan Usia
No.
Usia (Tahun)
Jumlah Responden
Persentase %
1.
Di bawah 28 tahun
4
10,26
2.
32-38
5
12,82
3.
39-43
13
33,33
4.
44-47
7
17,95
5.
50-51
3
7,69
6.
Diatas 51 tahun
4
10,26
Jumlah
39
100
Sumber: Data Primer (diolah)
Berdasarkan pada Tabel 4.2, terlihat bahwa mayoritas orang
tua single parent yang memiliki anak usia SD dan SMP berusia 39
hingga 43 tahun (33,33%).
4.2.2.
Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 4.3
Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
No.
Jenis Kelamin
Jumlah
Responden
Persentase
%
1.
Laki - Laki
11
28,21
2.
Perempuan
28
71,79
39
100
Jumlah
Sumber: Data Primer (diolah)
Berdasarkan Tabel 4.3 jumlah perempuan single parent
lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki yaitu 71,79%.
4.2.3.
Data Responden Berdasarkan Pendidikan Anak
55
Tabel 4.4
Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Anak
No.
Domisili
Jumlah
Anak
Persentase
%
1.
SD/MI
23
58,97
2.
SMP/MTs
16
41,03
39
100
Jumlah
Sumber: Data Primer (diolah)
Berdasarkan Tabel 4.4 mayoritas responden memiliki anak
usia Sekolah Dasar yaitu sebanyak 23 responden (58,97%).
4.2.4.
Data Responden Berdasarkan Rata-Rata Komunikasi
Tabel 4.5
Distribusi Responden Berdasarkan Rata-Rata Komunikasi
Orang Tua dengan Anak pada saat Mendampingi Belajar
Komunikasi
(Jam)
Jumlah
Responden
Persentase
%
1.
0–1
18
46,15
2.
1-2
10
25,64
3.
2 -3
9
23,08
4.
Lebih dari 3 jam
2
5,13
63
100
No.
Jumlah
Sumber: Data Primer (diolah)
Dari tabel 4.5 rata-rata orang tua dapat mendampingi anak
dalam belajar sehari hanya kurang dari 1 jam.
4.2.5.
Data Nilai Kognitif Siswa
Data niliai kognitif siswa diambil berdasarkan rata-rata nilai
rapor semester gasal tahun ajaran 2016-2017.
56
Tabel 4.6
Distribusi Nilai Siswa
Nilai
Strata
SD
SMP
1.
(̅)
Persentase
%
Di bawah 65
2
3
12,82
2.
65 - 71
5
3
20,51
3.
71 - 74
6
3
23,08
4.
74 - 77
2
2
10,27
5.
77 - 79
3
3
15,38
6.
Di atas 80
5
2
17,95
23
16
100
No.
Jumlah
Sumber: Data Primer (diolah)
Berdasarkan data pada tabel 4.6 nilai kognitif siswa ̅
berada pada rentang 71-74 dengan persentase 23,08%.
4.2.6.
Penilaian
Responden
terhadap
Aspek
Keterbukaan
Komunikasi Interpersonal Single Parent
TABEL 4.6
Distribusi Frekuensi Penilaian Responden terhadap Aspek Keterbukaan
Komunikasi Interpersonal Single Parent
No.
Pernyataan
SS
S
TS
STS
Jumlah
Responden
Q1
Saya mengikutkan anak kegiatan ekstrakurikuler di sekolah
26
13
0
0
39
66,7
33,3
0
0
100
27
12
0
0
39
69,2
30,8
0
0
100
29
9
1
0
39
74,4
23,1
2,6
0
100
30
9
0
0
39
Persentase (%)
Q2
Saya mengungkapkan isi hati secara jujur kepada anak
Persentase (%)
Q3
Saya berusaha melibatkan anak dalam setiap aktivitas
Persentase (%)
Q4
Saya menerima masukan pendapat dari anak
57
Persentase (%)
Q5
76,9
23,1
0
0
100
28
11
0
0
39
71,8
28,2
0
0
100
Jumlah Total
140
54
1
0
195
Total Presentase (%)
71,79
27,69
0,51
Saya memuji anak jika ia mendapatkan kesuksesan
Persentase (%)
100
Sumber: Data Primer (diolah)
Berdasarkan distribusi frekuensi pada tabel 4.6 mayoritas
responden (71,79%) memberikan penilaian sangat sesuai (SS). Item
kuesioner Q4 (orang tua menerima masukan pendapat dari anak)
mendapatkan penilaian tertinggi sebanyak 30 responden (76,39%).
4.2.7.
Penilaian Responden terhadap Aspek Empati Komunikasi
Interpersonal Single Parent
TABEL 4.7
Distribusi Frekuensi Penilaian Responden terhadap Aspek Empati
Komunikasi Interpersonal Single Parent
No.
Q1
Pernyataan
Saya membantu
memperjelas
pembicaraan anak
apabila diminta
Persentase (%)
Q2
Q3
Saya mengucapkan
terimakasih kepada anak
yang telah membantu
Persentase (%)
Saya menghargai
perbedaan sifat yang
dimiliki oleh anak
Persentase (%)
Q4
Saya aktif terlibat dalam
aktivitas anak
Persentase (%)
SS
S
TS
STS
Jumlah
Responden
20
19
0
0
39
51,3
48,7
0
0
100
22
17
0
0
39
56,4
43,6
0
0
100
19
19
1
0
39
48,7
48,7
2,6
0
100
17
21
1
0
39
43,6
53,8
2,6
0
100
58
Q5
Saya memberikan solusi
kepada anak yang sedang
bermasalah
Persentase (%)
16
20
3
0
39
41,0
51,3
7,7
0
100
Jumlah Total
94
96
5
0
195
Total Presentase (%)
48,21
49,23
2,56
0
100
Sumber: Data Primer (diolah)
Berdasarkan distribusi frekuensi pada tabel 4.7 mayoritas
responden (49,23%) memberikan penilaian sesuai (S). Item
kuesioner Q2 (orang tua mengucapkan terima kasih kepada anak
yang telah membantu) mendapatkan penilaian tertinggi sebanyak
22 responden (56,4%).
4.2.8.
Penilaian Responden terhadap Aspek Dukungan Komunikasi
Interpersonal Single Parent
TABEL 4.8
Distribusi Frekuensi Penilaian Responden terhadap Aspek Dukungan
Komunikasi Interpersonal Single Parent
No.
Pernyataan
SS
S
TS
STS
Jumlah
Responden
Q1
Saya berusaha
memahami
perasaan yang
sedang dihadapi
anak
30
9
0
0
39
76,9
23,1
0
0
100
16
21
2
0
39
41,0
53,8
5,1
0
100
17
21
1
0
39
Persentase (%)
Q2
Q3
Saya memahami
keinginan anak
yang berbeda
dengan
keinginan saya
Persentase (%)
Saya
memberikan
semangat
59
kepada anak
Persentase (%)
43,6
53,8
2,6
0
100
16
20
3
0
39
41,0
51,3
7,7
0
100
21
17
1
0
39
53,8
43,6
2,6
0
100
Jumlah Total
100
88
7
0
195
Total Presentase (%)
51,28
45,13
3,59
0
100
Q4
Q5
Saya menjadi
tempat berbagi
perasaan anak
Persentase (%)
Saya
mengenalkan
anak kepada
rekan
Persentase (%)
Sumber: Data Primer (diolah)
Berdasarkan distribusi frekuensi pada tabel 4.8 mayoritas
responden (51,28%) memberikan penilaian sangat sesuai (SS). Item
kuesioner Q1 (orang tua berusaha memahami perasaan yang sedang
dialami anak) mendapatkan penilaian tertinggi sebanyak 30
responden (76,39%).
4.2.9.
Penilaian Responden terhadap Aspek Sikap Positif Komunikasi
Interpersonal Single Parent
TABEL 4.9
Distribusi Frekuensi Penilaian Responden terhadap Aspek Sikap Positif
Komunikasi Interpersonal Single Parent
No.
Q1
Q2
Pernyataan
Saya meluangkan
waktu merawat
anak jika ia
mengalami
gangguan
kesehatan
Persentase (%)
Saya mengucapkan
selamat kepada
SS
S
TS
STS
Jumlah
Responden
13
26
0
0
39
33,3
66,7
0
0
100
9
29
1
0
39
60
anak yang meraih
prestasi
Persentase (%)
23,1
74,4
2,6
0
100
13
24
2
0
39
33,3
61,5
5,1
0
100
11
17
11
0
39
28,2
43,6
28,2
0
100
13
26
0
0
39
33,3
66,7
0
0
100
Jumlah Total
59
122
14
0
195
Total Presentase (%)
30,26
62,56
7,18
0
100
Q3
Q4
Q5
Saya selalu
berusaha
memperlakukan
anak dengan baik
Persentase (%)
Saya menjadi
pendengar yang
baik ketika anak
sedang curhat
Persentase (%)
Saya berpikir anak
saya mampu
berprestasi lebih
Persentase (%)
Sumber: Data Primer (diolah)
Berdasarkan distribusi frekuensi pada tabel 4.9 mayoritas
responden (62,56%) memberikan penilaian sesuai (S). Item
kuesioner Q2 (orang tua memberikan selamat kepada anak yang
mendapatkan prestasi) mendapatkan penilaian tertinggi sebanyak
29 responden (74,4%).
4.2.10. Penilaian Responden terhadap Aspek Kesamaan Komunikasi
Interpersonal Single Parent
TABEL 4.10
Distribusi Frekuensi Penilaian Responden terhadap Aspek Kesamaan
Komunikasi Interpersonal Single Parent
No.
Q1
Pernyataan
Saya
menunjukkan
SS
S
TS
STS
Jumlah
Responden
11
27
1
0
39
61
perasaan secara
terbuka
Persentase (%)
28,2
69,2
2,6
0
100
25
12
1
1
39
64,1
30,8
2,6
2,6
100
23
15
1
0
39
59,0
38,5
2,6
0
100
17
20
1
1
39
43,6
51,3
2,6
2,6
100
21
17
0
1
39
53,8
43,6
0
2,6
100
Jumlah Total
97
91
4
3
195
Total Presentase (%)
49,74
46,67
2,05
1,54
100
Q2
Q3
Q4
Q5
Saya
menceritakan
perasaaan yang
saya kepada
anak
Persentase (%)
Saya bercerita
bersama anak
ketika
menghadapi
masalah
Persentase (%)
Saya berbagi
pengalaman
pribadi dengan
anak
Persentase (%)
Saya nyaman
dengan
kehadiran anak
Persentase (%)
Sumber: Data Primer (diolah)
Berdasarkan distribusi frekuensi pada tabel 4.10 mayoritas
responden (49,74%) memberikan penilaian sangat sesuai (SS). Item
kuesioner Q1 (orang tua menunjukkan perasaan terbuka kepada
anak) mendapatkan penilaian tertinggi sebanyak 27 responden
(69,2%).
4.2.11. Penilaian Responden terhadap Motivasi Belajar Anak
TABEL 4.11
Distribusi Frekuensi Penilaian Responden terhadap Motivasi Belajar
Anak
62
SS
S
TS
STS
Jumlah
Responden
10
29
0
0
39
25,6
74,4
0
0
100
15
23
1
0
39
38,5
59,0
2,6
0
100
16
22
1
0
39
41,0
56,4
2,6
0
100
13
24
2
0
39
33,3
61,5
5,1
0
100
16
20
3
0
39
41,0
51,3
7,7
0
100
Jumlah Total
70
118
7
0
195
Total Presentase (%)
35,90
60,51
3,59
0
100
No.
Q1
Q2
Q3
Q4
Q5
Pernyataan
Saya berusaha
memberikan
asupan makanan
yang bergizi
seimbang
Persentase (%)
Saya bertutur kata
yang baik dan
sopan terhadap
anak
Persentase (%)
Saya memberikan
contoh disiplin
kepada anak
Persentase (%)
Saya memuji anak
jika ia
mendapatkan hasil
belajar yang
memuaskan
Persentase (%)
Saya tidak
memberikan porsi
pekerjaan
tambahan anak di
rumah yang
berlebihan
Persentase (%)
Sumber: Data Primer (diolah)
Berdasarkan distribusi frekuensi pada tabel 4.11 mayoritas
responden (60,51%) memberikan penilaian sesuai (S). Item
kuesioner Q1 (orang tua berusaha memberikan asupan makanan
63
bergizi seimbang kepada anak) mendapatkan penilaian tertinggi
sebanyak 29 responden (74,4%).
4.2.12. Penilaian Responen terhadap Lingkungan Sosial
TABEL 4.12
Distribusi Frekuensi Penilaian Responden terhadap Lingkungan Sosial
SS
S
TS
STS
Jumlah
Responden
20
17
2
0
39
51,3
43,6
5,1
0
100
23
13
3
0
39
59,0
33,3
7,7
0
100
27
12
0
0
39
69,2
30,8
0
0
100
27
12
0
0
39
69,2
30,8
0
0
100
18
17
4
0
39
46,2
43,6
10,3
0
100
Jumlah Total
115
71
9
0
195
Total Presentase (%)
58,97
36,41
4,62
0
100
No.
Q1
Q2
Q3
Q4
Q5
Pernyataan
Teman di
lingkungan
bermain selalu
mendukung belajar
anak
Persentase (%)
Anak mendapatkan
perhatian yang
tulus dari teman
sebaya
Persentase (%)
Anak mendapatkan
perhatian yang baik
dari tetangga
sekitar
Persentase (%)
Anak merasa
nyaman dengan
lingkungan sekitar
Persentase (%)
Masyarakat sekitar
memiliki
pengetahuan
tentang program
pendidikan dari
pemerintah
Persentase (%)
Sumber: Data Primer (diolah)
64
Berdasarkan distribusi frekuensi pada tabel 4.12 mayoritas
responden (58,97%) memberikan penilaian sangat sesuai (SS). Item
kuesioner Q3 (anak mendapatkan perhatian baik dari tetangga
sekitar) dan Q4 (anak merasa nyaman dengan lingkungan sekitar)
mendapatkan penilaian tertinggi sebanyak 29 responden (74,4%).
4.3. Analisis Data
4.3.1. Analisis Regresi dengan Variabel Intervening dan Variabel
Moderating
Koefisien determinasi digunakan untuk melihat berapa
persentase variasi variabel terikat (prestasi belajar) dapat diterangkan
oleh variasi dari variabel bebas (komunikasi interpersonal) dan
variabel intervening (motivasi belajar). Koefisien determinasi dari
hasil perhitungan dari program PASW Statistics 18.0 dapat dilihat
pada TABEL 4.13 berikut:
TABEL 4.13
Korelasi Determinasi Pengaruh Komunikasi Interpersonal
terhadap Prestasi Belajar dengan Motivasi Belajar sebagai
Variabel Intervening
Hasil analisis regresi dengan variabel intervening motivasi
belajar anak menunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi (R2)
adalah 0,430, artinya hanya 43,0% variabel prestasi belajar dapat
dijelaskan oleh variabel komunikasi interpersonal dan variabel
motivasi belajar, sisanya sebesar 57,0% dijelaskan oleh faktor lain.
65
Tabel 4.14
Uji F – Test Variabel Intervening
b
ANOVA
Model
Sum of Squares
df
Mean Square
1 Regression
313,075
2
156,537
Residual
2087,695
36
57,992
Total
2400,769
38
F
6,993
Sig.
,000
a
a. Predictors: (Constant), Motivasi Belajar, Komunikasi Interpersonal
b. Dependent Variable: Prestasi Belajar
Hasil F test > F tabel diperoleh angka 6,993 > 3,24 pada taraf
signifikansi <
α,
diperoleh nilai 0,000a < 0,05. Artinya bahwa
komunikasi interpersonal dan motivasi belajar secara simultan
berpengaruh terhadap prestasi belajar anak. Grafik uji F variabel
intervening dapat dilihat pada gambar 4.1 berikut:
Gambar 4.1
Kurva Normal Uji F Variabel Intervening
Pada grafik uji F, Fhitung berada pada daerah kritis 5%,
sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Uji koefisien determinasi
variabel moderating dapat dilihat pada tabel 4.15 berikut:
66
TABEL 4.15
Korelasi Determinasi Pengaruh Komunikasi Interpersonal
terhadap Prestasi Belajar dengan Lingkungan Sosial sebagai
Variabel Moderating
Hasil
analisis
regresi
dengan
variabel
moderating
lingkungan sosial menunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi
(R2) adalah 0,777, artinya 77,7% variabel prestasi belajar dapat
dijelaskan oleh variabel komunikasi interpersonal dan variabel
lingkungan sosial, sisanya sebesar 22,3% dijelaskan oleh faktor
lain.
Tabel 4.14
Uji F – Test Variabel Moderating
b
ANOVA
Model
Sum of Squares
1 Regression
df
Mean Square
18,659
2
9,330
Residual
2382,110
36
66,170
Total
2400,769
38
F
4,141
Sig.
,000
a
a. Predictors: (Constant), Lingkungan Sosial, Komunikasi Interpersonal
b. Dependent Variable: Prestasi Belajar
Hasil F test > F tabel diperoleh angka 4,141 > 3,24 pada
taraf signifikansi < α, diperoleh nilai 0,000a < 0,05. Artinya bahwa
komunikasi interpersonal dan motivasi belajar secara simultan
berpengaruh terhadap prestasi belajar anak.
67
Gambar 4.2
Kurva Normal Uji F Variabel Moderating
Pada grafik uji F, Fhitung berada pada daerah kritis 5%,
sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Secara ringkas hasil uji F
(simultan) dan hasil uji korelasi determinasi untuk menguji model
fit dapat dilihat pada tabel 4.15 berikut:
Tabel 4.15
Analisis Regresi Model Intervening dan Moderating
Anova
Model
F test
Signifikansi
Summary
R2
Persentase
(%)
Intervening – Motivasi Belajar
6,993
0,000a
0,430
43,0
Moderating – Lingkungan Sosial
4,141
0,000a
0,777
77,7
Sumber: Data Primer (diolah)
4.3.2. Analisis Jalur (Path Analysis)
1. Koefisien Determinasi Pengaruh Komunikasi Interpersonal
terhadap Motivasi Belajar
Koefisien determinasi digunakan untuk melihat berapa
persentase variasi variabel intervening (motivasi belajar) dapat
diterangkan oleh variasi dari variabel bebas (komunikasi
interpersonal). Koefisien determinasi dari hasil perhitungan
PASW Statistics 18.0 dapat dilihat pada TABEL 4.16 berikut:
68
Tabel 4.16
Korelasi Determinasi Pengaruh Komunikasi Interpersonal
terhadap Motivasi Belajar
Nilai R Square hasil analisis data didapatkan sebesar
0,54,3. Hal ini berarti variasi variabel komunikasi interpersonal
(X) dalam menjelaskan variasi variabel motivasi belajar karyawan
(Z1) sebesar 54,3% dan sisanya 55,7% dijelaskan oleh faktor
lainnya.
2. Komunikasi Interpersonal Berpengaruh Signifikan terhadap
Motivasi Belajar
Tabel 4.17
Analysis Path Pengaruh Komunikasi Interpersonal Single
Parent terhadap Variabel Intervening Motivasi Belajar
Coefficients
Model
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
1 (Constant)
a
Std. Error
4,430
2,504
,252
,110
Komunikasi Interpersonal
Beta
t
,378
Sig.
1,518
,014
2,230
2,819
a. Intervening Variable: Motivasi Belajar
Dari TABEL 4.13 maka persamaan I analisis jalur pada
penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut:
Z1 = βX + e1
(Persamaan I)
Z1 = 0,378X + 0,889
Keterangan:
Nilai 0,889 diperoleh dari rumus e1 = √
e1 = √
=√
= 0,889
Pada persamaan I dapat dijelaskan sebagai berikut:
69
a. Koefisien variabel komunikasi interpersonal (X) adalah
0,378 dan bertanda positif artinya setiap peningkatan
intensitas komunikasi interpersonal sebesar satu satuan akan
meningkatkan motivasi belajar anak sebesar 0,378 satuan
dengan asumsi variabel lainnya dianggap tetap.
b. e1 = jumlah variance motivasi belajar (Z1) yang tidak dapat
dijelaskan oleh variabel komunikasi interpersonal (X) dan
adalah sebesar 0,889.
Berdasarkan pengujian tabel 4.17, persamaan regresi
pengaruh komunikasi interpersonal single parent terhadap
motivasi belajar dapat dituliskan dalam persamaan sebagai
berikut:
Z1 = 4,430 + 0,252X
Nilai
konstanta
4,430
(Persamaan II)
bernilai
positif
yang
menunjukkan bahwa motivasi belajar sudah menunjukan
hasil baik dan positif jika mengasumsikan bahwa variabel
komunikasi interpersonal dan lingkungan sosial sebagai
varibel moderating bernilai nol. Variabel komunikasi
interpersonal (X) mempunyai koefisien regresi sebesar 0,252.
Hal ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan satu satuan nilai
komunikasi interpersonal (X) sementara variabel independen
lainnya bersifat tetap, maka tingkat motivasi belajar akan
mengalami kenaikan sebesr 25,2%. Nilai koefisien yang
positif menunjukkan adanya pengaruh positif. Ini berarti
bahwa semakin besar nilai komunikasi interpersonal, maka
semakin tinggi motivasi belajar yang dihasilkan.
3. Motivasi Belajar Memediasi hubungan antara Komunikasi
Interpersonal dan Prestasi Belajar
70
Tabel 4.18
Uji Analysis Path Pengaruh Komunikasi Interpersonal,
Motivasi Belajar dan Prestasi Belajar
Coefficients
Model
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
1 (Constant)
a
Std. Error
3,812
1,393
Komunikasi Interpersonal
,216
,352
Motivasi Belajar
,192
,527
Beta
t
Sig.
2,351
,024
,295
2,614
,005
,352
2,263
,030
a. Dependent Variable: Prestasi Belajar
Dari TABEL 4.13 maka persamaan I analisis jalur pada
penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut:
Z2 = β1X + β2Z1 + e2
(Persamaan III)
Z2 = 0,295X + 0,352Z1 + 0,755
Keterangan:
Berdasarkan Model Summary pada tabel 4.13 Nilai 0,755
diperoleh dari rumus e1 = √
e1 = √
=√
= 0,755
Pada persamaan I dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Koefisien variabel komunikasi interpersonal (X) adalah
0,295 dan bertanda positif artinya setiap peningkatan
intensitas komunikasi interpersonal sebesar satu satuan akan
meningkatkan prestasi belajar anak sebesar 0,295 satuan
dengan asumsi variabel lainnya dianggap tetap.
b. Koefisien variabel motivasi belajar (Z1) adalah 0,352 dan
bertanda positif artinya setiap peningkatan nilai komunikasi
interpersonal sebesar satu satuan akan meningkatkan prestasi
belajar anak sebesar 0,352 satuan dengan asumsi variabel
lainnya dianggap tetap.
c. e2 = jumlah variance motivasi belajar (Z2) yang tidak dapat
dijelaskan oleh variabel komunikasi interpersonal (X) dan
71
variabel intervening motivasi belajar (Z1) dan adalah sebesar
0,755.
Berdasarkan pengujian tabel 4.18, persamaan regresi
pengaruh komunikasi interpersonal single parent terhadap
prestasi belajar dengan motivasi belajar sebagai variabel
intervening dapat dituliskan dalam persamaan sebagai berikut:
Y = 3,812 + 0,216X + 0,192Z1
(Persamaan IV)
Nilai konstanta 3,812 bernilai positif yang menunjukkan
bahwa prestasi belajar sudah menunjukan hasil baik dan positif jika
mengasumsikan bahwa variabel komunikasi interpersonal dan
motivasi belajar sebagai varibel intervening bernilai nol. Variabel
komunikasi interpersonal (X) mempunyai koefisien regresi sebesar
0,216. Hal ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan satu satuan nilai
komunikasi interpersonal (X) sementara variabel intervening bersifat
tetap, maka tingkat motivasi belajar akan mengalami kenaikan sebesr
21,6%. Nilai koefisien yang positif menunjukkan adanya pengaruh
positif.
Ini
berarti
bahwa
semakin
besar
nilai
komunikasi
interpersonal, maka semakin tinggi motivasi belajar yang dihasilkan.
Variabel motivasi belajar (Z1) mempunyai koefisien regresi sebesar
0,192. Hal ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan satu satuan nilai
motivasi belajar (Z1) sementara variabel independen bersifat tetap,
maka tingkat prestasi belajar akan mengalami kenaikan sebesr 19,2%.
Nilai koefisien yang positif menunjukkan adanya pengaruh positif. Ini
berarti bahwa semakin besar nilai motivasi belajar, maka semakin
tinggi prestasi belajar yang dihasilkan.
Untuk mengetahui pengaruh komunikasi interpersonal single
parent terhadap prestasi belajar dengan motivasi belajar sebagai
variabel intervening dapat dilakukan dengan ketentuan sebagai
berikut:
72
a. Jika β2XY < β1XZ1 × β3Z1Y, maka terdapat pengaruh signifikan
komunikasi interpersonal single parent terhadap prestasi belajar
dengan motivasi belajar sebagai variabel intervening.
b. Jika β2XY > β1XZ1 × β3Z1Y, maka tidak terdapat pengaruh
signifikan komunikasi interpersonal single parent terhadap
prestasi belajar dengan motivasi belajar sebagai variabel
intervening.
Dari hasil analisis regresi linier diketahui besarnya nilai jalur path
β1XZ1 = 0,378, nilai jalur path β3Z1Y = 0,352, nilai jalur path β2XY =
0,295, sehingga apabila dilihat dalam bentuk gambar sebagai berikut:
β1XZ1 = 0,378
Komunikasi
Interpersonal
(X)
Motivasi
Belajar
(Z1)
β2XY = 0,295
e1 = 0,889
β3Z1Y = 0,352
Prestasi
Belajar
(Y)
e2 = 0,755
Gambar 4.3
Diagram Jalur Uji Hipotesis Variabel Intervening
Hasil pengujian pengaruh langsung variabel komunikasi
interpersonal terhadap prestasi belajar dan pengaruh tidak langsung
komunikasi interpersonal terhadap prestasi belajar dengan motivasi
belajar sebagai variabel intervening dalam analisis path dapat diringkas
sebagai berikut:
TABEL 4.20
Uji Perbandingan Pengaruh Langsung dan Pengaruh Tidak
Langsung Variabel Komunikasi Interpersonal terhadap Prestasi
Belajar
Variabel
Pengaruh
Langsung (a)
Komunikasi
0,295
Interpersonal
Sumber: Data Primer (Diolah)
Pengaruh tidak
Langsung (b)
0,378 × 0,352 =
0,133
73
Hasil
a < b = H1 Diterima
Dengan membandingkan kedua hasil pada TABEL 4.20
dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai pengaruh tidak
langsung variabel komunikasi interpersonal single parent
terhadap prestasi belajar dengan motivasi belajar sebagai
variabel intervening lebih besar nilainya dari pengaruh
langsung variabel komunikasi interpersonal single parent
terhadap prestasi belajar, 0,295 > 0,133. Dengan demikian
pernyataan hipotesis 1 dapat diterima (terdapat pengaruh
signifikan komunikasi interpersonal single parent terhadap
prestasi belajar dengan motivasi belajar sebagai variabel
intervening). Berdasarkan hasil analisis di atas maka
memberikan suatu bukti bahwa komunikasi interpersonal
single parent secara tidak langsung memberikan pengaruh
signifikan terhadap prestasi belajar anak di Kelurahan
Kutowinangun Lor, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga
melalui motivasi belajar sebagai variabel intervening.
4.
Komunikasi
Interpersonal
Single
Parent
Berpengaruh
Signifikan terhadap Prestasi Belajar dengan Lingkungan
Sosial sebagai Variabel Moderating
Tabel 4.19
Persamaan Regresi Variabel Moderating
Coefficients
Model
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
1 (Constant)
a
Std. Error
10,730
2,192
Komunikasi Interpesonal
,525
,159
Lingkungan Soial
,511
2,064
Moderating
Beta
t
Sig.
4,005
,000
,409
2,246
,007
,187
,426
2,286
,007
,716
,431
2,294
,001
a. Dependent Variable: Prestasi Belajar
Berdasarkan pengujian tabel 4.19, persamaan regresi
pengaruh komunikasi interpersonal single parent terhadap
74
prestasi belajar dengan lingkungan sosial sebagai variabel
moderating dapat dituliskan dalam persamaan sebagai berikut:
Y = 10,730 + 0,525X + 0,511Z2 + 2,064
(Persamaan V)
Nilai 2,064 merupakan interaksi yang diukur dengan nilai
absolut perbedaan nilai antara variabel komunikasi interpersonal
(X) dan variabel lingkungan sosial (Z2). Semakin besar perbedaan
tersebut maka akan semakin besar pengaruhnya terhadap prestasi
belajar. Nilai konstanta 10,730 bernilai positif yang menunjukkan
bahwa prestasi belajar sudah menunjukan hasil baik dan positif
jika mengasumsikan bahwa variabel komunikasi interpersonal
dan lingkungan sosial sebagai varibel moderating bernilai nol.
4.4. Pembahasan Hasil Penelitian
Pada bagian ini dipaparkan pembahasan dari
hasil pengujian
hipotesis yang berkaitan dengan analisis data yang telah diuji yaitu:
Terdapat pengaruh signifikan antara komunikasi interpersonal single parent
terhadap prestasi belajar anak dengan motivasi belajar sebagai variabel
moderating
dan
Terdapat
pengaruh
signifikan
antara
komunikasi
interpersonal single parent terhadap prestasi belajar anak dengan
lingkungan sosial sebagai variabel intervening.
Hasil pengukuran komunikasi interpersonal terhadap prestasi belajar
didapatkan koefisien nilai determinasi (Adjusted R2) adalah 0,282 artinya
hanya 28,2% variabel prestasi belajar yang dapat dijelaskan oleh
komunikasi interpersonal. Kemudian dengan menambahakan motivasi
belajar sebagai variabel intervening didapatkan nilai
>
yaitu
6,993 > 3,24. Artinya bahwa komunikasi interpersonal dan motivasi belajar
secara simulatan berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar anak di
Kelurahan Kutowinangun Lor, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga.
Hal ini sesuai dengan pendapat dari Astuti (2010) bahwa motivasi
belajar adalah sesuatu yang mendorong, menggerakan dan mengarahkan
siswa dalam belajar. Motivasi belajar sangat erat sekali hubungannya
75
dengan prilaku siswa disekolah. Didukung pada hasil analisis jalur (path
analysis) pada penelitian ini yaitu bahwa intervensi motivasi belajar
terhadap komunikasi interpersonal dengan prestasi belajar memiliki nilai
Standard Coefficients Beta lebih kecil yaitu 0,133 dibanding pengaruh
langsung komunikasi interpersonal terhadap prestasi belajar yaitu 0,295.
Sehingga Hipotesis 1 dapat diterima. Peneliti berpendapat bahwa turun atau
naiknya prestasi belajar siswa berasal dari motivasi dalam diri siswa sendiri.
Semakin besar motivasi siswa dalam belajar maka semakin tinggi prestasi
belajar yang akan didapatkan. Motivasi merupakan salah satu variabel yan
sangat penting, maka dari itu untuk menunjang motivasi belajar salah
satunya diperlukan komunikasi interpersonal yang lebih dari orang tua
single parent. Meskipun dalam keadaan keluarga lengkap semangat yang
diberikan oleh orang tua single parent merupakan aspek yang sangat penting
dalam peningkatan motivasi belajar anak.
Hasil pengukururan varibel moderating lingkungan sosial didapatkan
nilai
>
yaitu 4,141 > 3,24. Artinya bahwa komunikasi
interpersonal dan lingkungan sosial secara simulatan berpengaruh signifikan
terhadap prestasi belajar anak di Kelurahan Kutowinangun Lor, Kecamatan
Tingkir, Kota Salatiga.
Hal ini sejalan dengan penelitian dari Hadi (2002) bahwa di dalam
keluarga yang pecah atau broken home, perhatian orangtua terhadap anakanaknya sangat kurang dan antara ayah dan ibu tidak memiliki kesatuan
perhatian
atas
putra-putrinya.
Situasi
yang
broken
home
tidak
menguntungkan bagi perkembangan anak dan memungkinkan anak untuk
menghabiskan banyak waktu dan perhatian mereka pada lingkungan
sosialnya. Didukung dengan uji t variabel moderating hasil persamaan
analisis regresi linier berganda yaitu sebesar 2,294 lebih besar dari t tabel
yaitu 2,023. Sehingga hipotesis II dapat diterima. Kondisi Kelurahan
Kutowinangun Lor merupakan salah satu Kelurahan yang berada di pusat
Kota Salatiga dihuni oleh beraneka ragam masyarakat dari berbagai
golongan. Interaksi lingkungan sosial tergambar dalam keadaan dimana
76
sangat padat dengan pemukiman memungkinkan pengaruh yang sangat kuat
dalam perkembangan psikologis anak. Anak yang mampu beradaptasi
dengan baik, dapat memilih pergaulan dan mengatur waktu bermain serta
belajar dimungkinkan tetap dapat memperoleh peningkatan prestasi belajar
di sekolah yang baik.
77