Laporan Praktikum Kimia Dasar Reaksi
Nama
: Vika Wahyu D.
Kelas
: XI IPA 4
No. Absen: 31
Laporan Praktikum Kimia Dasar ReaksiReaksi Kimia
PENDAHULUAN
Reaksi kimia (chemical reaction) yaitu suatu proses dimana zat atau senyawa diubah menjadi satu atau lebih senyawa baru.
Untuk berkomunikasi satu sama lain tentang reaksi kimia, para kimiawan menggunakan cara standar untuk menggambarkan
reaksi tersebut melalui persamaan kimia. Persamaan kimia (chemical equation) menggunakan lambang kimia untuk
menunjukan apa yang terjadi saat reaksi kimia berlangsung.
Tujuan percobaan Reaksi-Reaksi Kimia untuk mengetahui dan mempelajari jenis dan sifat (sifat kimia dan fisika) darizat yang
direaksikan, serta untuk mencari rumus senyawa dan koefisien reaksi dari senyawa dengan cara mereaksikan dua buah zat
atau lebih yang dibuktikan adanya perubahan warna, bau, suhu, timbulnya gas dan endapan. Perinsip percobaan adalah
berdasarkan penggabungan molekul terbagi menjadi dua bagian atau lebih.
Perinsip percobaan adalah berdasarkan penggabungan molekul terbagi menjadi dua bagian atau lebih. Molekul yang kecil
atau atom-atom dalam molekul. Reaksi kimia selalu melibatkan terbentuk dan terputusnya ikatan kimia. Berdasarkan Hukum
Kekekalan Massa yang di temukan oleh Lavoisier: “Massa zat sebelum dan sesudah reaksi adalah sama” dan berdasarkan
Hukum Perbandungan Tetap (Hukum Proust) : “Dalam setiap persenyawaan perbandingan massa unsur-unsur selalu tetap”.
Berdasarkan bronsted Lowry : “Asam sebagai setiap zat sembarang yang menyumbang proton dan basa sebagai setiap zat
sembarang yang menerima proton”.
1
METODOLOGI
Alat Yang Digunakan
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah tabung reaksi, rak tabung, pipet tetes, penjepit tabung, pipa U,
bunsen, kertas lakmus, botol semprot, neraca digital, tisyu,korek api.
Bahan Yang Digunakan
Bahan – bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah NaOH , HCl, CH3COOH, K2CrO4 ,K2CrO7, Al2(SO4)3,
NH4OH, ZnSO4, (NH4)2SO4, Pb(NO3)2, NaCl, AgNO3, BaCl2, CaCO3, Ba(OH)2, H2C2O4, H2SO4, KMnO4, Besi (II) / Fe2+, CuSO4,
Besi (III) / Fe3+,,KSCN, Na3PO4, phenolphthalein (PP), metil merah (MM).
Metode Percobaan
Tabel 1. Metode Percobaan Reaksi Reaksi Kimia
No Reaksi
1. a. 1ml NaOH 0,05 ml + 1 tetes phenolphthalein (pp)
b. 1ml NaOH 0,05 ml + 1 tetes metil merah (MM)
c. HCl 1 M + 1 tetes phenolphthalein (pp)
d. HCl 1 M + 1 tetes metil merah (MM)
2. a. 1 ml CH3COOH 0,05 M + 1 tetes phenolphthalein (pp)
b. 1 ml CH3COOH 0,05 M + 1 tetes metil merah (MM)
c. 1 ml NaOH 2 M + 1 tetes phenolphthalein (pp)
d. 1 ml NaOH 2 M + 1 tetes metil merah (MM)
3. a. 1 ml NaOH 0,05 M (pp) + 1 ml HCl 0,1 M (pp)
b. 1 ml NaOH 0,05 M (mm) + 1 ml HCl 0,1 M (mm)
c. 1 ml NaOH 0,05 M (pp) + 1 ml CH3COOH 0,5 M
d. 1 ml NaOH 0,05 M (mm) + 1 ml CH3COOH 0,5 M (mm)
4. a. 1 ml K2CrO4 0,1 M + 1 ml HCl 0,1 M
b. 1 ml K2CrO4 0,1 M + 1 ml NaOH 0,05 M
5. a. 1 ml K2Cr2O7 1 M + 1 ml HCl 0,1 M
b. 1 ml K2Cr2O7 1 M + 1 ml NaOH 0,05 M
6. 1 ml Al2(SO4)3 0,1 M + 5 tetes NaOH 1 M
7. 1 ml Al2(SO4)3 + 5 tetes NaOH + ±30 tetesNH4OH
8. a. 1 ml ZnSO4 0,1 M + 5 tetes NaOH 1 M
b. 1 ml ZnSO4 0,1 M + 5 tetes NaOH 1 M + ±30 tetes NH4OH
9. Tabung pertama : 4 ml (NH4)2SO4 + NaOH 1 ml
Tabung kedua : Lakmus merah
10 1 ml Pb(NO3)2 0,1 M + 1 ml NaCl 0,1 M
dipanaskan dan amati
.
11. 1 ml NaCl 0,5 M + 10 tetes AgNO3
12 1 ml BaCl2 0,1 M + 1ml K2CrO4 0,1 M
.
13 1 ml BaCl2 0,1 M + 1 ml K2Cr2O7 0,1 M
.
14 1 ml BaCl2 0,1 M + 1 ml HCl 0,1 M + 1 ml K2CrO4 0,1 M
.
15 Tabung pertama : 1 gram CaCO3 + HCl
2
No Reaksi
Hasil Reaksi
1. a.1ml NaOH 0,05 ml Warna larutan : Pink
+ 1 tetes
Endapan
:.
Tabung kedua (pp)
: Ba(OH)
2
phenolphthalein
Gas
:16 b.1ml
1 ml HNaOH
M
+
2
tetes
H
SO
+
8
tetes
KMnO4 0,05 M
2C2O4 0,1
2
4
0,05 ml Warna larutan : Kuning
.
+ 1 tetes2+ metil
Endapan
:17 merah
1 ml Fe (MM)
0,1 M + 2 tetesGas
H2C2O4 + 3 tetes
: - KMnO4 0,05 M
.
c.HCl 1 M +
Warna larutan : (Bening)
18 11mltetes
CuSO4 0,05 M + ±30
tetes NaOH: 1- M
Endapan
.
phenolphthalein (pp) Gas
:19 d.HCl
1 ml CuSO
0,05
M
+
±
26
tetes
NH
OH
1 M muda
4
4
1M+
Warna larutan : Merah
.
1 tetes metil merah Endapan
:3+
20 Tabung
0,1 M + 2 ml
(MM) pertama : 2 ml Fe
Gas
: -KSCN 0,1 M + 1 ml Na3PO4
3+
.2. a.1
Tabung
kedua
:
2
ml
Fe
0,1
M
+
2
ml
KSCN 0,1 M
ml CH3COOH
Warna larutan : (Bening)
0,05 M +
Endapan
:1 tetes
Gas
:phenolphthalein (pp)
b.1 ml CH3COOH
Warna larutan : Merah muda
0,05 M +
Endapan
:1 tetes metil
Gas
:merah (MM)
c.1 ml NaOH 2 M +
Warna larutan : (Bening)
1
Endapan
:tetes phenolphthalei Gas
:n (pp)
d.1 ml NaOH 2 M +
Warna larutan : Kuning
1 tetes metil merah Endapan
:(MM)
Gas
:3. a.1 ml NaOH 0,05 M Warna larutan : (Bening)
(pp) +
Endapan
:1 ml HCl 0,1 M
Gas
:(pp)
b.1 ml NaOH 0,05 M Warna larutan : Merah muda
(mm) + 1 ml HCl 0,1 Endapan
:M (mm)
Gas
:c.1 ml NaOH 0,05 M Warna larutan : (Bening)
(pp) + 1 ml
Endapan
:CH3COOH 0,5 M
Gas
:d.1 ml NaOH 0,05 M Warna larutan : Orange
(mm) +
Endapan
:1 ml CH3COOH
Gas
:0,5 M (mm)
4. a.1 ml K2CrO4 0,1 M Warna larutan : Orange
+ 1 ml HCl 0,1 M
Endapan
:Gas
:b.1 ml K2CrO4 0,1 M Warna larutan : Kuning
+ 1 ml NaOH
Endapan
:0,05 M
Gas
:5.
a.1 ml K2Cr2O7 1 M +
1 ml HCl 0,1 M
b.1 ml K2Cr2O7 1 M +
1 ml NaOH 0,05 M
6.
7.
8.
1 ml Al2(SO4)3 0,1
M + 5 tetes NaOH 1
M
1 ml Al2(SO4)3 +
5 tetes NaOH +
±30 tetes NH4OH
a. 1 ml ZnSO4 0,1
M + 5 tetes
Warna larutan : Orange gelap
Endapan
:Gas
:Warna larutan : Orange muda
Endapan
:Gas
:Warna larutan : (Bening)
Endapan
: Putih
Gas
:Warna larutan : (Bening)
Endapan
: Putih
Gas
:Warna larutan : (Bening)
Endapan
: Putih
HASIL
DAN PEMB
AHASAN
Percobaan
reaksi kimia
yang telah
dilakukan
masih
memiliki
banyak
kesalahan.
3
Hasil yang didapat sering kali berbeda dari hasil reaksi yang benar. Kesalahan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya kurangnya ketelitian praktikan saat mengguakan pipet. Pipet yang telah dipakai untuk mengambil zat
sebelumnya tidak dibersihkan terlebih dahulu saat akan mengambil zat yang lain, sehingga zat sebelumnya tercampur
dengan zat lain dan mempengaruhi hasil akhir dari reaksi kimia tersebut. Bila terjadi perbedaan baik itu perubahan warna,
endapan, dan tidak adanya endapan, hal itu bisa terjadi karena faktor lingkungan. Faktor lingkungan disekitar seperti tinggi
rendahnya suhu ruangan yang mempengaruhi proses kelarutan, takaran yang tidak sesuai ataupun botol larutan yang tidak
ditutup kembali itu sangat mempengaruhi reaksi kimia ini. Sehingga ketika kita akan melakukan percobaan kita harus
memperhatikan sekali kebersihan dan keadaan lingkungan disekitar kita.
Reaksi kimia adalah suatu proses dimana zat atau senyawa diubah menjadi satua atau lebih senyawa baru. Untuk
berkomunikasi satu sama lain tentang reaksi kimia, para ilmuwan menggunakan cara standar untuk menggambarkan reaksi
tersebut melalui persamaan kimia. Persamaan kimia adalah menggunakan lambang kimia untuk menunjukkan apa yang
terjadi saat reaksi kimia tersebut berlangsung. Pereaksi ( reaktan ) → Hasil reaksi ( produk )
Reaksi kimia selalu melibatkan terbentuk dan terputusnya ikatan kimia. Reaksi kimia adalah perubahan yang
melibatkan perubahan sifat fisik zat dengan membentuk zat baru, biasanya melibatkan perubahan sifat fisik seperti,
perubahan suhu, perubahan warna, bau, terbentuknya endapan dan timbulnya gelembung gas. (Sutrisno, E,T. Nurminabari,
I,S, 2012).
Beberapa dari percobaan reaksi kimia diatas dapat digolongkan menjadi beberapa jenis reaksi, yaitu reaksi asam
basa terdapat pada nomor 1, 2, 3, 4, dan 5. Reaksi pengendapan terdapat pada nomor 6, 8, 11, 12, 13, 18 dan19. Reaksi
redoks terdapat pada 9, 16 dan 17. Reaksi metatesis terdapat pada nomor 10. Reaksi penguraian terdapat pada nomor 14.
Reaksi pembentukan terdapat pada nomor 15. Reaksi kompleks terdapat pada nomor 20.
Reaksi Kimia dapat dikelompokkan dalam beberapa jenis, yaitu:
1. Reaksi asam basa, secara luas merupakan reaksi antara asam dengan basa. Ia memiliki berbagai definisi tergantung
pada konsep asam basa yang digunakan. Beberapa definisi yang paling umum adalah:
a.Definisi Arrhenius: asam berdisosiasi dalam air melepaskan ion H3O+; basa berdisosiasi dalam air melepaskan ion OH-.
b.Definisi Brønsted-Lowry: Asam adalah pendonor proton (H+) donors; basa adalah penerima (akseptor) proton. Melingkupi
definisi Arrhenius.
c.Definisi Lewis: Asam adalah akseptor pasangan elektron; basa adalah pendonor pasangan elektron. Definisi ini melingkupi
definisi Brønsted-Lowry.
2. Reaksi pengendapan adalah reaksi antara zat ion logam yang sukar larut dalam air, sehingga terbentuklah endapan.
Untuk mengetahui apakah suatu reaksi terbentuk endapan atau tidak, harus diketahui kelarutan zat yang terjadi. Sebagai
contoh beberapa zat yang sukar larut dalam air, yaitu I+, Mg2+, Fe2+, dan Cl-.
3. Reaksi redoks, yang mana terjadi perubahan pada bilangan oksidasi atom senyawa yang bereaksi. Reaksi ini dapat
diinterpretasikan sebagai transfer elektron. Contoh reaksi redoks adalah:
2 S2O32−(aq) + I2(aq) → S4O62−(aq) + 2 I−(aq)
4. Metatesis (pemindahan tanggal) adalah suatu reaksi dimana terjadi pertukaran antara dua reaksi.
AgNo3(ag)→NaCL(a g) →AgCL(p) + NaNO3(ag)
5. Penguraian adalah suatu reaksi dimana suatu zat dipecah menjadi zat-zat yang lebih sederhana
4
2Ag2O(p)→4Ag(p) + O2(9)
6. Penggabungan (sintetis) suatu reaksi dimana sebuah zat yang lebih kompleks terbentuk dari dua atau lebih zat yang
lebih sederhana (baik unsur maupun senyawa).
2H2 (9) + O2 (9)→ 2H2O (9)
CO (9) + 2H2 (9)→ CH3OH (9)
7. Reaksi kompleksometri adalah reaksi ion logam, yaitu kation dengan anion atau molekul netral yang terdiri dari atom
pusat dan sejumlah ligan.
Pada saat reaksi kimia berlangsung, akan muncul beberapa peristiwa yang menjadi tanda-tanda bahwa suatu materi sedang
mengalami perubahan kimia. Tanda-tanda terjadinya reaksi kimia pada suatu materi dapat diketahui dari beberapa hal
berikut ini:
1.Terjadi pembentukan endapan. Hal ini terjadi jika zat baru yang terbentuk tidak larut / sukar larut dalam air.
2.Terjadi pembentukan gas. Hal ini terjadi jika zat baru yang dihasilkan berbentuk gas sehingga menimbulkan gelembunggelembung gas yang seringkali memiliki bau yang khas.
3.Terjadi perubahan warna. Hal ini biasa terjadi jika zat baru yang terbentuk mempunyai warna yang berbeda dengan warna
zat semula.
4.Terjadi perubahan suhu. Pada setiap reaksi kimia berlangsung selalunya disertai dengan penyerapan dan pelepasan
energi panas (kalor). Jika suhu materi naik, maka terjadi reaksi Eksoterm. Sedangkan jika suhu materi menurun maka terjadi
reaksi Endoterm.
Laju reaksi atau kecepatan reaksi yang menyatakan banyaknya reaksi kimia yang berlangsung per satuan waktu.
Laju reaksi menyatakan molaritas zat terlarut dalam reaksi yang dihasilkan tiap detik reaksi. Laju reaksi dapat dipengaruhi
oleh beberapa factor, yaitu:
1. Luas permukaan, untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan luas permukaan dapat menceritakan luas permukaan
bola. Berbeda dengan luas permukaan bola, yang dimaksud dengan luas permukaan dalam reaksi kimia adalah luas
permukaan zat-zat pereaksi yang bersentuhan untuk menghasilkan reaksi. Dalam reaksi kimai, tidak semua luas permukaan
zat yang bereaksi dapat bersentuhan hingga terjadi reaksi, hal ini bergantung pada bentuk partikel zat-zat yang bereaksi.
Suatu reaksi dapat saja melibatkan pereaksi dalam bentuk padatan. Luas permukaan zat ini akan berkaitan dengan bidang
sentuh zat tersebut.Luas permukaan zat padat akan bertambah jika ukurannya diperkecil. Luas permukaan mempercepat
laju reaksi karena semakin luas permukaan zat, semakin banyak bagian zat yang saling bertumbukan dan semakin besar
peluang adanya tumbukan efektif menghasilkan perubahan. Semakin luas permukaan zat, semakin kecil ukuran partikel zat.
Jadi semakin kecil ukuran partikel zat, reaksi pun akan semakin cepat.
2. Konsentrasi Larutan: Jika konsentrasi suatu larutan makin besar, larutan akan mengandung jumlah partikel semakin
banyak sehingga partikel-partikel tersebut akan tersusun lebih rapat dibandingkan larutan yang konsentrasinya lebih rendah.
Susunan partikel yang lebih rapat memungkinkan terjadinya tumbukan semakin banyak dan kemungkinan terjadi reaksi lebih
besar. Makin besar konsentrasi zat, makin cepat laju reaksinya.
3. Suhu: Partikel-partikel dalam zat selalu bergerak. Jika suhu zat dinaikkan, maka energi kinetik partikel-partikel akan
bertambah sehingga tumbukan antar partikel akan mempunyai energi yang cukup untuk melampaui energi pengaktifan. Hal
ini akan menyebabkan lebih banyak terjadi tumbukan yang efektif dan menghasilkan reaksi. Di samping memperbesar energi
5
kinetik, ternyata peningkatan suhu juga meningkatkan energi potensial suatu zat. Dengan semakin besarnya energi potensial
zat, maka semakin besar terjadinya tumbukan yang efektif, sehingga laju reaksi semakin cepat.
4. Katalis: Katalis adalah zat yang pada umumnya ditambahkan dalam ke dalam suatu sistem reaksi untuk mempercepat
reaksi. Pada akhir reaksi, katalis diperoleh kembali dalam bentuk zat semula. Katalis bekerja dengan cara turut terlibat dalam
setiap tahap reaksi, tetapi pada akhir tahap, katalis terbentuk kembali. Jika suatu campuran zat tidak dapat bereaksi,
penambahan katalis pun tidak akan membuat reaksi terjadi. Dengan kata lain, katalis tidak dapat memicu reaksi, tetapi hanya
membantu reaksi yang berlangsung lambat menjadi lebih cepat. Katalis bekerja secara khusus. Artinya, tidak semua reaksi
dapat dipercepat dengan satu macam katalis. Dengan kata lain, katalis bekerja hanya pada satu atau dua macam reaksi,
tetapi untuk reaksi yang lain tidak dapat digunakan. Suatu katalis berperan dalam reaksi tapi bukan sebagai pereaksi
ataupun produk. Katalis memungkinkan reaksi berlangsung lebih cepat atau memungkinkan reaksi pada suhu lebih rendah
akibat perubahan yang dipicunya terhadap pereaksi. Katalis menyediakan suatu jalur pilihan dengan energi aktivasi yang
lebih rendah. Katalis mengurangi energi yang dibutuhkan untuk berlangsungnya reaksi.
5. Molaritas adalah banyaknya mol zat trelarut tiap satuan volum zat pelarut. Hubungannya dengan laju reaksi adalah
bahwa semakin besar molaritas suatu zat, maka semakin cepat reaksi berlangsung. Dengan demikian pada molaritas yang
rendah suatu reaksi akan berjalan lebih lambat dari pada molaritas yang tinggi
Aplikasi dalam bidang pangan dapat berguna dan membantu kita dalam menentukan zat yang terdapat di dalam bahan
pangan, yang berguna untuk menentukan kadar lemak, protein, kadar karbohidrat, dapat di tentukan dengan reaksi reaksi
kimia, dengan adanya perubahan warna, pembentukan gas atau bau, perubahan suhu dan pembentukan endapan.
KESIMPULAN
Dari percobaan ini dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri adanya reaksi kimia adalah adanya perubahan dari
pencampuran dua reaksi atau lebih, baik perubahan warna, suhu, bau, adanya endapan dan adanya gas. Maka dengan hasil
percobaan ini kita dapat menuliskan sebuah persamaan reaksi. Reaksi kimia ini digunakan untuk menetukan kandungan zat
dalam suatu bahan pangan, menilai kadar mutu pangan. Contoh indikator menilai kandungan zat bahan pangan komponen
lemak, protein, karbohidrat, mineral, asam lemak dan gula untuk mengetahui dan menguji yang terjadi pada bahan pangan
tersebut.
DAFTAR PUSATAKA
Brady, E., James, (1999), Kimia Universitas Asas dan Struktur, BinarupaAksara : Jakarta
Djulana, D. 2001. Kimia Analitik Kuantitatif Anorganik. Akademi analis kesehatan: Bandung
Kemdiknas, Pustekkom. 2010. Jenis-jenis Reaksi Kimia. www.kemendik.go.id. diakses: 23 Oktober 2013.
Turmala, ElaSutrisno, Dra, M.S.(2010). PenuntunPraktikum Kimia Dasar, UniversitasPasundan : Bandung
Yanisestria,(2012), Laporan Praktikum Kimia Analitik, yanisestria.blogspot.com diakses: 23oktober 2013
6
: Vika Wahyu D.
Kelas
: XI IPA 4
No. Absen: 31
Laporan Praktikum Kimia Dasar ReaksiReaksi Kimia
PENDAHULUAN
Reaksi kimia (chemical reaction) yaitu suatu proses dimana zat atau senyawa diubah menjadi satu atau lebih senyawa baru.
Untuk berkomunikasi satu sama lain tentang reaksi kimia, para kimiawan menggunakan cara standar untuk menggambarkan
reaksi tersebut melalui persamaan kimia. Persamaan kimia (chemical equation) menggunakan lambang kimia untuk
menunjukan apa yang terjadi saat reaksi kimia berlangsung.
Tujuan percobaan Reaksi-Reaksi Kimia untuk mengetahui dan mempelajari jenis dan sifat (sifat kimia dan fisika) darizat yang
direaksikan, serta untuk mencari rumus senyawa dan koefisien reaksi dari senyawa dengan cara mereaksikan dua buah zat
atau lebih yang dibuktikan adanya perubahan warna, bau, suhu, timbulnya gas dan endapan. Perinsip percobaan adalah
berdasarkan penggabungan molekul terbagi menjadi dua bagian atau lebih.
Perinsip percobaan adalah berdasarkan penggabungan molekul terbagi menjadi dua bagian atau lebih. Molekul yang kecil
atau atom-atom dalam molekul. Reaksi kimia selalu melibatkan terbentuk dan terputusnya ikatan kimia. Berdasarkan Hukum
Kekekalan Massa yang di temukan oleh Lavoisier: “Massa zat sebelum dan sesudah reaksi adalah sama” dan berdasarkan
Hukum Perbandungan Tetap (Hukum Proust) : “Dalam setiap persenyawaan perbandingan massa unsur-unsur selalu tetap”.
Berdasarkan bronsted Lowry : “Asam sebagai setiap zat sembarang yang menyumbang proton dan basa sebagai setiap zat
sembarang yang menerima proton”.
1
METODOLOGI
Alat Yang Digunakan
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah tabung reaksi, rak tabung, pipet tetes, penjepit tabung, pipa U,
bunsen, kertas lakmus, botol semprot, neraca digital, tisyu,korek api.
Bahan Yang Digunakan
Bahan – bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah NaOH , HCl, CH3COOH, K2CrO4 ,K2CrO7, Al2(SO4)3,
NH4OH, ZnSO4, (NH4)2SO4, Pb(NO3)2, NaCl, AgNO3, BaCl2, CaCO3, Ba(OH)2, H2C2O4, H2SO4, KMnO4, Besi (II) / Fe2+, CuSO4,
Besi (III) / Fe3+,,KSCN, Na3PO4, phenolphthalein (PP), metil merah (MM).
Metode Percobaan
Tabel 1. Metode Percobaan Reaksi Reaksi Kimia
No Reaksi
1. a. 1ml NaOH 0,05 ml + 1 tetes phenolphthalein (pp)
b. 1ml NaOH 0,05 ml + 1 tetes metil merah (MM)
c. HCl 1 M + 1 tetes phenolphthalein (pp)
d. HCl 1 M + 1 tetes metil merah (MM)
2. a. 1 ml CH3COOH 0,05 M + 1 tetes phenolphthalein (pp)
b. 1 ml CH3COOH 0,05 M + 1 tetes metil merah (MM)
c. 1 ml NaOH 2 M + 1 tetes phenolphthalein (pp)
d. 1 ml NaOH 2 M + 1 tetes metil merah (MM)
3. a. 1 ml NaOH 0,05 M (pp) + 1 ml HCl 0,1 M (pp)
b. 1 ml NaOH 0,05 M (mm) + 1 ml HCl 0,1 M (mm)
c. 1 ml NaOH 0,05 M (pp) + 1 ml CH3COOH 0,5 M
d. 1 ml NaOH 0,05 M (mm) + 1 ml CH3COOH 0,5 M (mm)
4. a. 1 ml K2CrO4 0,1 M + 1 ml HCl 0,1 M
b. 1 ml K2CrO4 0,1 M + 1 ml NaOH 0,05 M
5. a. 1 ml K2Cr2O7 1 M + 1 ml HCl 0,1 M
b. 1 ml K2Cr2O7 1 M + 1 ml NaOH 0,05 M
6. 1 ml Al2(SO4)3 0,1 M + 5 tetes NaOH 1 M
7. 1 ml Al2(SO4)3 + 5 tetes NaOH + ±30 tetesNH4OH
8. a. 1 ml ZnSO4 0,1 M + 5 tetes NaOH 1 M
b. 1 ml ZnSO4 0,1 M + 5 tetes NaOH 1 M + ±30 tetes NH4OH
9. Tabung pertama : 4 ml (NH4)2SO4 + NaOH 1 ml
Tabung kedua : Lakmus merah
10 1 ml Pb(NO3)2 0,1 M + 1 ml NaCl 0,1 M
dipanaskan dan amati
.
11. 1 ml NaCl 0,5 M + 10 tetes AgNO3
12 1 ml BaCl2 0,1 M + 1ml K2CrO4 0,1 M
.
13 1 ml BaCl2 0,1 M + 1 ml K2Cr2O7 0,1 M
.
14 1 ml BaCl2 0,1 M + 1 ml HCl 0,1 M + 1 ml K2CrO4 0,1 M
.
15 Tabung pertama : 1 gram CaCO3 + HCl
2
No Reaksi
Hasil Reaksi
1. a.1ml NaOH 0,05 ml Warna larutan : Pink
+ 1 tetes
Endapan
:.
Tabung kedua (pp)
: Ba(OH)
2
phenolphthalein
Gas
:16 b.1ml
1 ml HNaOH
M
+
2
tetes
H
SO
+
8
tetes
KMnO4 0,05 M
2C2O4 0,1
2
4
0,05 ml Warna larutan : Kuning
.
+ 1 tetes2+ metil
Endapan
:17 merah
1 ml Fe (MM)
0,1 M + 2 tetesGas
H2C2O4 + 3 tetes
: - KMnO4 0,05 M
.
c.HCl 1 M +
Warna larutan : (Bening)
18 11mltetes
CuSO4 0,05 M + ±30
tetes NaOH: 1- M
Endapan
.
phenolphthalein (pp) Gas
:19 d.HCl
1 ml CuSO
0,05
M
+
±
26
tetes
NH
OH
1 M muda
4
4
1M+
Warna larutan : Merah
.
1 tetes metil merah Endapan
:3+
20 Tabung
0,1 M + 2 ml
(MM) pertama : 2 ml Fe
Gas
: -KSCN 0,1 M + 1 ml Na3PO4
3+
.2. a.1
Tabung
kedua
:
2
ml
Fe
0,1
M
+
2
ml
KSCN 0,1 M
ml CH3COOH
Warna larutan : (Bening)
0,05 M +
Endapan
:1 tetes
Gas
:phenolphthalein (pp)
b.1 ml CH3COOH
Warna larutan : Merah muda
0,05 M +
Endapan
:1 tetes metil
Gas
:merah (MM)
c.1 ml NaOH 2 M +
Warna larutan : (Bening)
1
Endapan
:tetes phenolphthalei Gas
:n (pp)
d.1 ml NaOH 2 M +
Warna larutan : Kuning
1 tetes metil merah Endapan
:(MM)
Gas
:3. a.1 ml NaOH 0,05 M Warna larutan : (Bening)
(pp) +
Endapan
:1 ml HCl 0,1 M
Gas
:(pp)
b.1 ml NaOH 0,05 M Warna larutan : Merah muda
(mm) + 1 ml HCl 0,1 Endapan
:M (mm)
Gas
:c.1 ml NaOH 0,05 M Warna larutan : (Bening)
(pp) + 1 ml
Endapan
:CH3COOH 0,5 M
Gas
:d.1 ml NaOH 0,05 M Warna larutan : Orange
(mm) +
Endapan
:1 ml CH3COOH
Gas
:0,5 M (mm)
4. a.1 ml K2CrO4 0,1 M Warna larutan : Orange
+ 1 ml HCl 0,1 M
Endapan
:Gas
:b.1 ml K2CrO4 0,1 M Warna larutan : Kuning
+ 1 ml NaOH
Endapan
:0,05 M
Gas
:5.
a.1 ml K2Cr2O7 1 M +
1 ml HCl 0,1 M
b.1 ml K2Cr2O7 1 M +
1 ml NaOH 0,05 M
6.
7.
8.
1 ml Al2(SO4)3 0,1
M + 5 tetes NaOH 1
M
1 ml Al2(SO4)3 +
5 tetes NaOH +
±30 tetes NH4OH
a. 1 ml ZnSO4 0,1
M + 5 tetes
Warna larutan : Orange gelap
Endapan
:Gas
:Warna larutan : Orange muda
Endapan
:Gas
:Warna larutan : (Bening)
Endapan
: Putih
Gas
:Warna larutan : (Bening)
Endapan
: Putih
Gas
:Warna larutan : (Bening)
Endapan
: Putih
HASIL
DAN PEMB
AHASAN
Percobaan
reaksi kimia
yang telah
dilakukan
masih
memiliki
banyak
kesalahan.
3
Hasil yang didapat sering kali berbeda dari hasil reaksi yang benar. Kesalahan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya kurangnya ketelitian praktikan saat mengguakan pipet. Pipet yang telah dipakai untuk mengambil zat
sebelumnya tidak dibersihkan terlebih dahulu saat akan mengambil zat yang lain, sehingga zat sebelumnya tercampur
dengan zat lain dan mempengaruhi hasil akhir dari reaksi kimia tersebut. Bila terjadi perbedaan baik itu perubahan warna,
endapan, dan tidak adanya endapan, hal itu bisa terjadi karena faktor lingkungan. Faktor lingkungan disekitar seperti tinggi
rendahnya suhu ruangan yang mempengaruhi proses kelarutan, takaran yang tidak sesuai ataupun botol larutan yang tidak
ditutup kembali itu sangat mempengaruhi reaksi kimia ini. Sehingga ketika kita akan melakukan percobaan kita harus
memperhatikan sekali kebersihan dan keadaan lingkungan disekitar kita.
Reaksi kimia adalah suatu proses dimana zat atau senyawa diubah menjadi satua atau lebih senyawa baru. Untuk
berkomunikasi satu sama lain tentang reaksi kimia, para ilmuwan menggunakan cara standar untuk menggambarkan reaksi
tersebut melalui persamaan kimia. Persamaan kimia adalah menggunakan lambang kimia untuk menunjukkan apa yang
terjadi saat reaksi kimia tersebut berlangsung. Pereaksi ( reaktan ) → Hasil reaksi ( produk )
Reaksi kimia selalu melibatkan terbentuk dan terputusnya ikatan kimia. Reaksi kimia adalah perubahan yang
melibatkan perubahan sifat fisik zat dengan membentuk zat baru, biasanya melibatkan perubahan sifat fisik seperti,
perubahan suhu, perubahan warna, bau, terbentuknya endapan dan timbulnya gelembung gas. (Sutrisno, E,T. Nurminabari,
I,S, 2012).
Beberapa dari percobaan reaksi kimia diatas dapat digolongkan menjadi beberapa jenis reaksi, yaitu reaksi asam
basa terdapat pada nomor 1, 2, 3, 4, dan 5. Reaksi pengendapan terdapat pada nomor 6, 8, 11, 12, 13, 18 dan19. Reaksi
redoks terdapat pada 9, 16 dan 17. Reaksi metatesis terdapat pada nomor 10. Reaksi penguraian terdapat pada nomor 14.
Reaksi pembentukan terdapat pada nomor 15. Reaksi kompleks terdapat pada nomor 20.
Reaksi Kimia dapat dikelompokkan dalam beberapa jenis, yaitu:
1. Reaksi asam basa, secara luas merupakan reaksi antara asam dengan basa. Ia memiliki berbagai definisi tergantung
pada konsep asam basa yang digunakan. Beberapa definisi yang paling umum adalah:
a.Definisi Arrhenius: asam berdisosiasi dalam air melepaskan ion H3O+; basa berdisosiasi dalam air melepaskan ion OH-.
b.Definisi Brønsted-Lowry: Asam adalah pendonor proton (H+) donors; basa adalah penerima (akseptor) proton. Melingkupi
definisi Arrhenius.
c.Definisi Lewis: Asam adalah akseptor pasangan elektron; basa adalah pendonor pasangan elektron. Definisi ini melingkupi
definisi Brønsted-Lowry.
2. Reaksi pengendapan adalah reaksi antara zat ion logam yang sukar larut dalam air, sehingga terbentuklah endapan.
Untuk mengetahui apakah suatu reaksi terbentuk endapan atau tidak, harus diketahui kelarutan zat yang terjadi. Sebagai
contoh beberapa zat yang sukar larut dalam air, yaitu I+, Mg2+, Fe2+, dan Cl-.
3. Reaksi redoks, yang mana terjadi perubahan pada bilangan oksidasi atom senyawa yang bereaksi. Reaksi ini dapat
diinterpretasikan sebagai transfer elektron. Contoh reaksi redoks adalah:
2 S2O32−(aq) + I2(aq) → S4O62−(aq) + 2 I−(aq)
4. Metatesis (pemindahan tanggal) adalah suatu reaksi dimana terjadi pertukaran antara dua reaksi.
AgNo3(ag)→NaCL(a g) →AgCL(p) + NaNO3(ag)
5. Penguraian adalah suatu reaksi dimana suatu zat dipecah menjadi zat-zat yang lebih sederhana
4
2Ag2O(p)→4Ag(p) + O2(9)
6. Penggabungan (sintetis) suatu reaksi dimana sebuah zat yang lebih kompleks terbentuk dari dua atau lebih zat yang
lebih sederhana (baik unsur maupun senyawa).
2H2 (9) + O2 (9)→ 2H2O (9)
CO (9) + 2H2 (9)→ CH3OH (9)
7. Reaksi kompleksometri adalah reaksi ion logam, yaitu kation dengan anion atau molekul netral yang terdiri dari atom
pusat dan sejumlah ligan.
Pada saat reaksi kimia berlangsung, akan muncul beberapa peristiwa yang menjadi tanda-tanda bahwa suatu materi sedang
mengalami perubahan kimia. Tanda-tanda terjadinya reaksi kimia pada suatu materi dapat diketahui dari beberapa hal
berikut ini:
1.Terjadi pembentukan endapan. Hal ini terjadi jika zat baru yang terbentuk tidak larut / sukar larut dalam air.
2.Terjadi pembentukan gas. Hal ini terjadi jika zat baru yang dihasilkan berbentuk gas sehingga menimbulkan gelembunggelembung gas yang seringkali memiliki bau yang khas.
3.Terjadi perubahan warna. Hal ini biasa terjadi jika zat baru yang terbentuk mempunyai warna yang berbeda dengan warna
zat semula.
4.Terjadi perubahan suhu. Pada setiap reaksi kimia berlangsung selalunya disertai dengan penyerapan dan pelepasan
energi panas (kalor). Jika suhu materi naik, maka terjadi reaksi Eksoterm. Sedangkan jika suhu materi menurun maka terjadi
reaksi Endoterm.
Laju reaksi atau kecepatan reaksi yang menyatakan banyaknya reaksi kimia yang berlangsung per satuan waktu.
Laju reaksi menyatakan molaritas zat terlarut dalam reaksi yang dihasilkan tiap detik reaksi. Laju reaksi dapat dipengaruhi
oleh beberapa factor, yaitu:
1. Luas permukaan, untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan luas permukaan dapat menceritakan luas permukaan
bola. Berbeda dengan luas permukaan bola, yang dimaksud dengan luas permukaan dalam reaksi kimia adalah luas
permukaan zat-zat pereaksi yang bersentuhan untuk menghasilkan reaksi. Dalam reaksi kimai, tidak semua luas permukaan
zat yang bereaksi dapat bersentuhan hingga terjadi reaksi, hal ini bergantung pada bentuk partikel zat-zat yang bereaksi.
Suatu reaksi dapat saja melibatkan pereaksi dalam bentuk padatan. Luas permukaan zat ini akan berkaitan dengan bidang
sentuh zat tersebut.Luas permukaan zat padat akan bertambah jika ukurannya diperkecil. Luas permukaan mempercepat
laju reaksi karena semakin luas permukaan zat, semakin banyak bagian zat yang saling bertumbukan dan semakin besar
peluang adanya tumbukan efektif menghasilkan perubahan. Semakin luas permukaan zat, semakin kecil ukuran partikel zat.
Jadi semakin kecil ukuran partikel zat, reaksi pun akan semakin cepat.
2. Konsentrasi Larutan: Jika konsentrasi suatu larutan makin besar, larutan akan mengandung jumlah partikel semakin
banyak sehingga partikel-partikel tersebut akan tersusun lebih rapat dibandingkan larutan yang konsentrasinya lebih rendah.
Susunan partikel yang lebih rapat memungkinkan terjadinya tumbukan semakin banyak dan kemungkinan terjadi reaksi lebih
besar. Makin besar konsentrasi zat, makin cepat laju reaksinya.
3. Suhu: Partikel-partikel dalam zat selalu bergerak. Jika suhu zat dinaikkan, maka energi kinetik partikel-partikel akan
bertambah sehingga tumbukan antar partikel akan mempunyai energi yang cukup untuk melampaui energi pengaktifan. Hal
ini akan menyebabkan lebih banyak terjadi tumbukan yang efektif dan menghasilkan reaksi. Di samping memperbesar energi
5
kinetik, ternyata peningkatan suhu juga meningkatkan energi potensial suatu zat. Dengan semakin besarnya energi potensial
zat, maka semakin besar terjadinya tumbukan yang efektif, sehingga laju reaksi semakin cepat.
4. Katalis: Katalis adalah zat yang pada umumnya ditambahkan dalam ke dalam suatu sistem reaksi untuk mempercepat
reaksi. Pada akhir reaksi, katalis diperoleh kembali dalam bentuk zat semula. Katalis bekerja dengan cara turut terlibat dalam
setiap tahap reaksi, tetapi pada akhir tahap, katalis terbentuk kembali. Jika suatu campuran zat tidak dapat bereaksi,
penambahan katalis pun tidak akan membuat reaksi terjadi. Dengan kata lain, katalis tidak dapat memicu reaksi, tetapi hanya
membantu reaksi yang berlangsung lambat menjadi lebih cepat. Katalis bekerja secara khusus. Artinya, tidak semua reaksi
dapat dipercepat dengan satu macam katalis. Dengan kata lain, katalis bekerja hanya pada satu atau dua macam reaksi,
tetapi untuk reaksi yang lain tidak dapat digunakan. Suatu katalis berperan dalam reaksi tapi bukan sebagai pereaksi
ataupun produk. Katalis memungkinkan reaksi berlangsung lebih cepat atau memungkinkan reaksi pada suhu lebih rendah
akibat perubahan yang dipicunya terhadap pereaksi. Katalis menyediakan suatu jalur pilihan dengan energi aktivasi yang
lebih rendah. Katalis mengurangi energi yang dibutuhkan untuk berlangsungnya reaksi.
5. Molaritas adalah banyaknya mol zat trelarut tiap satuan volum zat pelarut. Hubungannya dengan laju reaksi adalah
bahwa semakin besar molaritas suatu zat, maka semakin cepat reaksi berlangsung. Dengan demikian pada molaritas yang
rendah suatu reaksi akan berjalan lebih lambat dari pada molaritas yang tinggi
Aplikasi dalam bidang pangan dapat berguna dan membantu kita dalam menentukan zat yang terdapat di dalam bahan
pangan, yang berguna untuk menentukan kadar lemak, protein, kadar karbohidrat, dapat di tentukan dengan reaksi reaksi
kimia, dengan adanya perubahan warna, pembentukan gas atau bau, perubahan suhu dan pembentukan endapan.
KESIMPULAN
Dari percobaan ini dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri adanya reaksi kimia adalah adanya perubahan dari
pencampuran dua reaksi atau lebih, baik perubahan warna, suhu, bau, adanya endapan dan adanya gas. Maka dengan hasil
percobaan ini kita dapat menuliskan sebuah persamaan reaksi. Reaksi kimia ini digunakan untuk menetukan kandungan zat
dalam suatu bahan pangan, menilai kadar mutu pangan. Contoh indikator menilai kandungan zat bahan pangan komponen
lemak, protein, karbohidrat, mineral, asam lemak dan gula untuk mengetahui dan menguji yang terjadi pada bahan pangan
tersebut.
DAFTAR PUSATAKA
Brady, E., James, (1999), Kimia Universitas Asas dan Struktur, BinarupaAksara : Jakarta
Djulana, D. 2001. Kimia Analitik Kuantitatif Anorganik. Akademi analis kesehatan: Bandung
Kemdiknas, Pustekkom. 2010. Jenis-jenis Reaksi Kimia. www.kemendik.go.id. diakses: 23 Oktober 2013.
Turmala, ElaSutrisno, Dra, M.S.(2010). PenuntunPraktikum Kimia Dasar, UniversitasPasundan : Bandung
Yanisestria,(2012), Laporan Praktikum Kimia Analitik, yanisestria.blogspot.com diakses: 23oktober 2013
6