Strategi Pengembangan Industri Kecil Produk Rotan di Kota Medan

LAPORAN AKHIR
PENELITIAN SUMBER DANA PNBP USU TAHUN ANGGARAN 2012
PROGRAM PENELITIAN PNBP USU

LAPORAN AKHIR
SKIM DOSEN MUDA

PROGRAM PENELITIAN
PNBP UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

I hャゥ|Q}セ@

Ill

13000343

STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL PRODUK ROTAN
Dl KOTA mセ
NLセM@
--= セMt⦅LNB@
pᄋセ_lsGイ「ZB@


-

NMZセ@
Oleh:

NMセ@

... :=. . '"

ᄋZセ]Nイ@
Zセᄋ M ᄋ」MZセウ。@

Dra. Setri Hiyanti Siregar;-M·:Si

1

rocrao )\-t 7- ·

.v セイ@


((lr

セ@ セ|ャオv@

7&'- t---

-rr4- g_-·_, ..... · ·

セ@

セ@
1r

NQMッ|セ@
セM

NJP.l95102131983032002

Dibiayai oleh Dana PNBP Bidang Penelitian Lembaga Penelitian dan Pengabdian I Pelayanan

Kepada Masyarakat
Universitas Sumatera Utara
Sesuai dengan Surat Penugasan Dalam Rangka Pelaksanaan Program
Penelitian Dosen Muda Tahun Anggaran 2012
Nomor: ll!UN5.2.3.1/SP4/PPM/2012 tanggal 01 Agustus 2012

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN/PELAYANAN
KEPADAMASYARAKAT
BIDANG PENELITIAN

NOVEMBER, 2012

·

USU

セLN@

'


·



LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN LAPORAN AKHIR
SKIM DOSEN MUDA
PROGRAM PENELITIAN PNBP UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
TAHUN ANGGARAN 2012

-----------------------·---·
1

2

3

4

5

6
7
8

a. Judul Penelitian

: Strategi Pengembangan Industri Kecil Produk Rotan di
Kota Medan

b. Bidang Ilmu
Ketua Peneliti
a. Nama Lengkap dan Gelar
b. Jenis Kelamin
c. NIP
d. Jabatan Fungsional
e. Fakultas/Departemen/Program
Studi
f. Handphone
Alamat Ketua Peneliti
a. Alamat Kantor

(Telplfax/e-mail)
b. Alamat Rumah
(Telplfax/e-mail)
Jumlah Anggota Peneliti
a. Nama Anggota Penelitian I
b. Nama Anggota Penelitian TI
Lokasi Penelitian
Kerjasama Dengan Institusi Lain
Jangka Waktu Penelitian
Biaya yang Disetujui Tahun 2012
a. Sumber dari PNBP USU
b. Sumber Lainnya
Total Biaya

: Ekonomi/Manajemen
: Dra. Setri Hiyanti Siregar, M.Si
: Perempuan
: 195102131983032002
: Lektor
: Ekonomi/Manajemen

: 081362258008
: Jl. Prof TM Hanafiah Kampus USU Medan
061- 8214545 I 8214545
: Jl. Budi Persatuan No. 2 P. Brayan Medan I 061 - 6614017
I hsetri@ymail.com
: 1 (satu) orang
:Ora. Marhaini, M.S
: Medan
:Lima Bulan, dari bulan Agustus s/d Desember 2012
: Rp 4.500.000,- (Empat Juta Lima Ratus Ribu Rupiah)
: Rp 4.500.000,- (Empat Juta Lima Ratus Ribu Rupiah)
: Rp 4.500.000,- (Empat Juta Lima Ratus Ribu Rupiah)

Medan,

November 2012

Ketua Peneliti,

セ@


Dra. Setri Hiyanti Siregar, MSi
NIP. 19510213 198303 2 002

Menyetujui
LP3M Bidang Penelitian USU
Ketua,

I

t .
\

.

i"

Dr. Ir. Harmein Nasution, MSIE
NIP. 19520525 198003 1 003
;;


RINGKASAN DAN SUMMARY

Penelitian terhadap Industri Kecil produk rotan ini dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui kekuatan dan kelemahan internal serta mengidentifikasi peluang dan ancaman
eksternal yang dihadapi oleh industri kecil (IK) rotan yang ada di kota Medan. Penelitian ini
dilakukan tida.k s"Ja terhadap IK rotan tetapi juga mengambil responden dari pemasok rotan
mentah serta pabrik besar rotan. Mengetahui lingkungan internal dan lingkungan eksternal dari
sebuah usaha merupakan sesuatu yang penting bagi melahirkan strategi yang sesuai. Dasar
masalah daiam pcnditian ini adalah tcrjadinya pcnurunan pcnjualan yang tcrus mcncrus
sehingga beberapa IK rotan bahkan industri rotan golongan menengah
sudah ada yang
beralih usaha. Perlu dicari dan dianalisis penyebab terjadinya penurunan omset yang terjadi
terus menerus ini karena sampai saat ini para iK rotan beium mampu mengatasi terjadinya
penurunan permintaan tersebut.
ケセョァ@ pセエ@

、ゥ「jエャQセヲョ@

lJTIDJk ュセョァャゥ@


ーセイョヲA_ャィ@

di
、N_ャセュ@

ーセョャゥエィュ@

ini
_、セャィ@

data primer yang dikumpulkan melalui wawancara mendalam (depth interview) terhadap 35
responden termasuk dari pemasok bahan mentah rotan dan satu perusahaan/pabrik besar yang
masih bertahan. Data yang telah dikumplilkan kemudian dikelompokkan unt..1k di diberi bobot,
skor dan nilai Setiap aspek dipilih dan ditentukan apakah masuk kedalam internal factor
evaluation (IFE) atau masuk kedalam eksternal factor evaluation (EFE). Kemudian dihitung
Nilai Tertimbangnya, yaitu bobot dikali dengan skor. Untuk mengetahui posisi IK rotan daiam
pilihan strategi digunakan Matrks Internal Ekstemal (IE-Matrix)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa total nilai tertimbang dari faktor-faktor internal
adalah sebesar 1,80 sementara angka rata-rata yg disyaratkana adalah 2,5. Oleh karena 1,80 <

2,50 maka angka ini bermakna IK rotan belum memiliki kemampuan untuk mengatasi
ancaman maupun meraih peluang. Matriks IE menunjukkan posisi lK rotan ada di sel 6 yaitu
penciutan atau likuidasi. Berada pada posisi internal yang cuckup
berada pada pilihan ウエイ。・セゥ@
lemah.

kata kund:

iFE, EPE, 11atriks iE, Anaiisis SWOT, strategi.

iii

PRAKATA

Pertama-tama puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah- NY A kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
penelitian ini. Adapun penelitian ini dilakukan dalam rangka memenuhi tri-dharma
perguruan tinggi dengan judul: Strategi Pengembangan Industri Kecil Produk Rotan di Kota
Medan. Penelitian ini dapat terlaksana berkat bantuan banyak pihak. Oleh karena itu penulis
ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besamya kepada:
1. Ketua Lembaga Penelitian USU, Bapak Dr. Ir. Harmein Nasution, MSIE
2. Ketua dan Sekkretaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi USU, Ibu Dr. Isfenti
Sadalia, SE, ME dan Ibu Marhayanie, SE, MSi
3. Ketua Progran Studi Sl Manajemen Fakultas Ekonomi USU, ibu Dr. Endang Sulistya
Rini, SE, Msi
4. Para dosen Fakultas Ekonomi, khususnya Departemen Manajemen
5. Para staf administrasi departemen dan staf administrasi lembaga penelitian USU
6. Mahasiswa yang telah membantu dalam pengumpulan data
7. Pengurus koperasi perajin rotan di kota Medan
8. Dan

pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah mendanai, dan

memberikan dukungan dan berpartisipasi pada pelaksanaan penelitian ini.
Akhimya kepada semua pihak yang membantu, semoga Allah SWT membalas
kebaikan yang telah diberikan kepada penulis.

Medan, November 2012

Peneliti,

Dra. Setri Hiyanti Siregar M.Si

iv

..... •••.. ^BZGAᄋセNL@
ᄋMLセN@

1 LNセ@
DAFTARISI

l

ャjセ@

オセ@

..-.,._

FEFu .. Lセ@ .,

iVEF:S!TAS SUMA

HAL
LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN

ll

RINGKASAN DAN SUMMARY

iii

PRAKATA

iv

DAFTAR fSJ

v

DAFTAR TABEL

vii

DAFTAR LAMPIRAN

viii

BAB I. PENDAHULUAN

1

1. 1.

1

Latar Belakang

1.2. Perumusan Masalah

3

BAB IL TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

5

BAB III. TINJAUAN PUSTAKA

6

BAB lV. METODE PENELITIAN

8

4.1.

Jenis Penelitian

8

4.2.

Populasi dan Sampel

8

4.3.

Teknik Pengumpulan Data

8

4.4.

Uji Validitas dan Reabilitas Tnstrumen

9

4.5.

Teknik Anal isis

10

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

12

5.1.

Gambaran Umum Terhadap Kondisi Industri Kecil Di Kota Medan

12

5.2.

Pembahasan

15

5.2.1. Analisis Kekuatan IK rotan

15

5.2.2. Analisis Kelemahan fK Rotan

17

5.2.3. Analisis Ancaman IK Rotan

21

5.2.4. Analisis Peluang IK Rotan

24

5.2.5. Keterkaitan Antara Faktor Internal dan Faktor Ekstemal

26
v

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

28

DAFTAR PUSTAKA

30

vi

DAFTAR TABEL

No. Tabel

Judul Tabel

Hal

Tabell

Internal Factor Evaluation

13

Tabel2

Ektemal Factor Evaluation

14

Tabel3

I.E Matrix

15

vii

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPTRAN 1

Berita Acara Seminar Hasil Penelitiam

LAMPIRAN 2

Naskah Presiding

LAMPIRAN3

Curiculum Vitae

viii

BABl. PENDAHULUAN
1.1

Latar belakang.
Perusahaan kecil yang termasuk Industru Kerajinan (craft), yang dewasa ini

dikenal juga dengan sebutan industri kreatif terbagi dalam Usaha Kecil (UK) maupun
Industri Kecil (IK) merupakan kegiatan ekonomi yang masih terus menerus
diperhatikan oleh banyak pihak, karena sektor ini dipandang sebagai sektor yang
dapat memberikan kontribusi yang luar biasa bagi negara terutama dalam menangani
pengangguran dan pemerataan distribusi pendapatan. Perhatian itu datang baik dari
pemerintah melalui lembaga ekonomi seperti Bank penyalur dana, kementerian
koperasi dan UKM maupun dari pihak lain seperti perusahaan BUMN. Berbagai
upaya diregulasi dan berbagai program pembinaan telah dilakukan oleh pemerintah
dalam rangka menumbuh kembangkan usaha kecil tersebut.
Namtm apabila kita perhatikan, program program yang dicanangkan oleh
pemerintah maupun swasta terhadap industri kecil termasuk industri

craft pada

umumnya lebih difokuskan kepada program penyaluran dana atau modal bagi UK dan
IK melalui berbagai skim kredit usaha kecil,

dengan harapan melalui bantuan

pemberian dana dari program penyaluran modal usaha ini para UK dan IK dapat
dibantu perkembangannya. Sementara jarang sekali dilengkapi dan diteruskan dengan
pembinaan secara menyeluruh antara lain dari sudut pemasaran seperti menyesuaikan
produk dengan selera konsumen atau membantu mencari akses pasar serta mem beri
masukan proses produksi yang berkualitas dan efisien. Walaupun ada cendrung belum
dilakukan secara maksimal. Masing masing pelaku usaha kecil ini harus berjuang
sendiri-sendiri mencari pembeli dan mengembangkan kreatifitas mereka.
Dalam situasi kondisi persaingan yang semakin tajam seperti sekarang ini
ditambah dengan terbukanya perekonomian bebas dalam era globalisasi, bantuan dana
saja dianggap tidak cukup kuat untuk menghadapi ancaman yang mengganggu UK
dan IK, diperlukan penanganan yang lebih terpadu dan berkesinambungan. Ancaman
yang dihadapi itu berasal baik dari luar negri maupun dari daerah daerah di Indonesia
sendiri. Terjadinya perubahan seperti perubahan lingkungan perusahaan tidak cukup
hanya sebatas memberikan bantuan pendanaan saja, tetapi juga harus melakukan
bimbingan dan pembinaan dalam banyak masalah, terutama masalah kualitas produk
dan proses produksi yang harus terus menerus diperbaiki, disamping terus memantau

1

penggunaan dana apakah dana yang diberikan kepada pengusaha UK dan IK ini benar
benar digunakan untuk pengembangan usahanya.
Salah satu industri kecil yang terkena dampak yang serius dengan adanya
perubahan lingkungan ini adalah Ik rotan yang berada di kota Medan Sumatera Utara.
Satu tahun sesudah krisis moneter tahun 1997/1998 hingga saat ini (tahun 2012), satu
persatu pengusaha rotan mulai menutup usahanya dan beralih ke usaha lain. Dari
jumlah semula ada 80an perajin IK dan IKM rotan tinggal sekitar 40%. Kota Medan
yang terpilih sebagai provinsi sentra industri kecil rotan termasuk dalam melayani
pasar luar negri (ekspor) memiliki potensi untuk dikembangkan melalui kewenangan
daerah otonom yang dikeluarkan melalui UU No 32 tahun 2004. Namun para
pengusaha rotan ini belum merasakan bantuan dan bimbingan yang signifikan.
Padahal pasar global mensyaratkan standar kualitas melalui ISO 9000, dan isu
lingkungan dengan ISO 14.000. Walaupun menurut pengamat isu ini sering
digunakan secara tidak fair oleh negara maju sebagai hambatan non tarif. (Kuncoro
dan Abimanyu, 1995).
Tantangan lain yang harus diperhatikan dalam membantu pengembangan
Industri Kecil rotan ini adalah kompetensi sumber daya manusianya dalam
meningkatkan skill dan knowledge mereka untuk mempertemukan tantangan masa
depan yang signifikan. Faktor internal ini sepenuhnya berada didalam organisasi itu
sendiri. Keberhasilan dalam mengelola faktor internal akan memiliki kontribusi yang
sangat berarti terhadap keberhasilan suatu usaha (Michael Hitt, dkk, 2008)
Hal yang mendasar dalam masaiah usaha kecil
menyelaraskan kondisi ャゥョァォオセュ@

ini sebenarnya bagaimana

internal dengan kondisi lingkungan eksternalnya

sehingga dapat melahirkan suatu strategi yang cocok yang

dimungkinkan bisa

diimplementasikan.
Kemampuan mengelola faktor internal tidak dapat dipisahkan dengan
kemampuan manajemen mengembangkan kompetensi inti yang ada pada industri
kecil. Sebelum menentukan strategi pengembangan usaha perlu dilakukan analisis
lingkungan baik lingkungan internal seperti praktek sumber daya manusia, kebijakan
organisasional, kecukupan dana operasional serta lingkungan eksternal seperti
kebijakan pemerintah, lingkungan persaingan, dan perubahan selera konsumen. Hasil
pra penelitian menunjukkan para IK rotan beium mengenali dan mengidentifikasi
dengan baik apa sebenarnya hambatan mereka serta kelemahan mereka sehingga

2

usaha rotan

ini

seperti hampir tidak memiliki

semangat beljuang dalam

membangkitkan usaha mereka yang terus mengalami penurunan.
Melalui penelitian ini diharapkan dapat membantu melihat apa saja
sebenarnya yang menjadi kelemahan dan kekuatan dari industri kecil rotan ini
disamping juga membantu mengidenti:fikasi berbagai ancaman dan peluang yang
dihadapi mereka. Beberapa alternatif pemecahan masalah akan dipertimbangkan
dengan seksama sepeti pemakaian model Analisis SWOT (Strengths, weakness,

opportunities dan treaths), yang dianggap merupakan cara yang sistematis untuk
menggambarkan kondisi kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman yang
dihadapi industri kecil rotan ini. Diawali dengan mencari data dan memasukkannya
dalam daftar Internal Factor Evaluation (IFE) dan external Faktor Evaluation (EFE),
sehingga diketahui apa yang menjadi Critical Success Factors yang membantu
ditemukannya strategi yang tepat dalam usaha mencari strategi pengembangan
Industri kreatif rotan yang ada di kota Medan ini.

1.2

Perumusan Masalah
Berdasarkan fenomena yang ditemukan pada pra penelitian, ternyata hampir

semua industri kecil rotan

menyatakan semakin hari semakin sulit untuk

mendapatkan pembeli. Alasan yang hampir sama dikemukakan adalah kurangnya
modal kerja untuk melakukan operasional sehari hari. Oleh karena kekurangan dana
menyebabkan ruang gerak menjadi terbatas. Kedengarannya alasan ini terlalu umum
sehingga penelitian ini akan mencoba mencari apa sebenarnya yang menjadi
tantangan dari faktor ekstemal dan kelemahan dari faktor internal yg dialami oleh
para pelaku usaha tersebut.
Penelitian ini juga in gin mengetahui sejauh mana upaya yang telah dilakukan
dalam mengatasi kelemahan kelemahannya, serta bagaimana bentuk pembinaan dan
pengembangan Industri kecil yang sudah dan harus dilakukan oleh pemerintah.
Kurangnya data yang akurat sebagai penunjang pengambilan keputusan manajemen,
menyebabkan sulitnya untuk menghasilkan gambaran yang jelas dan terpadu.
Bagaimana sebenamya program pengerrtbangan yang perlu dilakukan dalam jangka
pendek maupun jangka panjang yang dimungkinkan untuk diimplementasikan yang
didasarkan oleh data empiris, agar Industri kecil rotan yang ada dikota Medan ini
tidak hanya bertahan hidup tetapi juga mampu meningkatkan dan mengembangkan
usaha mereka kedepannya secara bertahap.
3

Untuk membantu menemukan data sebagai dasar keputusan strategi
pengembangan IK rotan ini harus dilakukan dengan mengaudit situasi lingkungan
internal dan ekstemal yang dominan mempengaruhi atau mengganggu jalannya
operasional perusahaan.
Penelitian ini tidak menyertakan hipotesis didalamnya oleh karena bentuk
penelitian ini adalah eksplorasi dan bukan pembuktian.

4

エZL]ᄋMーウセオ@
BAB II. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

セM]

j
t



セG@ ZNセ⦅@
イ[BIャセAGゥエsZj@

-

G[セ@

. .LNイmZMセ

..NL⦅MZ

·;·:,,. セZaヲA@

ᄋオウM」セ

セT{FL@

セ@ h

' \l-t{)-..
MセWNᄋ

セN@

セB@

セNQLZ[M@

t

-· ., 1

セ@

------1

.?-Ol3

Mセ@

c

1

1. Menganalisis aspek internal sehingga ditemukan kelemahan dan kekuatan yang
dimiliki lK Rotan.
2. Menganalisis aspek ekstemal sehingga ditemukan ancaman dan peluang yang di
hadapi IK rotan.
3. Menemukan strategi pembinaan bagi industri kecil rotan di kota Medan, sehingga
layak untuk di implementasikan.

Manfaat dari penelitian ini adalah :
Memberikan gambaran tentang proftl usaha kecil rotan yang bersifat deskriptif
yang dikelompokkan dalam em pat kelompok. Pertama gam baran ten tang kekuatan IK
rotan, kedua gambaran tentang kelemahan lK rotan, ketiga gambaran tentang
kemungkinan adanya peluang dan terakhir tentang kemungkinan adanya ancaman.
Gambaran tersebut dapat menjadi bahan pertimbangan penting bagi pembinaan yang
mungkin dilakukan oleh pihak-pihak terkait agar penataan kembali usaha IK rotan ini
disesuaikan dengan karakteristiknya. Karasteristik berbeda perlakuan terhadap IK
juga harus berbeda. Kehadiran dan kesungguhan pemerintah untuk menolong IK rotan
ini akan menambah manfaat dilakukannya analisis lingkungan ini.

5

---

-----------------------

BAB Ill. Tinjauan Pustaka
Kajian kajian empiris yang menyangkut tentang usaha kecil sebenamya sudah
banyak dilakukan oleh beberapa lembaga penelitian baik dari pemerintah, swasta
maupun dari universitas. Hanya saja beberapa peneliti kebanyakan mencoba melihat
pengaruh maupun korelasi antara satu variabel terhadap variabel lainnya dalam
kaitannya dengan sebuah kesuksesan bisnis. Diantara penelitian itu bahkan sudah
dilakukan belasan tahun yang lalu.
Kuncoro (2000), menyatakan bahwa tantangan yang dihadapi pengusaha kecil
dapat dibagi dalam dua kategori: Pertama, bagi IK yang beromset kurang dari 50 juta
umumnya tantangan yang dihadapi adalah bagaimana menjaga kelangsungan hidup
usahanya. Biasanya mereka tidak membutuhkan modal yang besar untuk ekspansi
usaha. Sekedar untuk membantu kelancaran cashflow saja. Kedua, bagi IK dengan
omset dari 50 juta hingga 1 milyar rupiah tantangan yang dihadapi jauh lebih
kompleks. Umumnya mereka sudah memikirkan untuk melakukan ekspansi usaha
lebih lanjut.
Beberapa model pengembangan yang sudah dijalankan oleh lembaga yang
terkait dalam memajukan industri kecil sering terkesan tumpang tindih dan dilakukan
sendiri sendiri( Anssauri, 1993 dalam koncoro, 2000). Apa yang telah dilakukan oleh
lembaga inkobator bisnis dan pusat konsultasi pengusaha kecil bekerjasama dengan
pihak Universitas masih berupa pelatihan bisnis bagi pengusaha kecii tersebut,
bimbingan usaha, konsultasi bisnis berupa seminar dan lokakarya. Belum dilanjutkan
kepada kegiatan monitoring yang berkesinambungan. Tawaran pengembangan
melalui kemitraan memang merupakan alternatif yang banyak dilakukan oleh
perusahaan besar seperti yang sudah dijalankan oieh group Astra.

Astra

mensubkontrakkan pembuatan suku cadang kendaraan bermotor kepada pengusaha
kecil di Jawa. Demikian juga dengan pengusaha Batik nasional, studi Ismoyowati
(1996), menunjukkan telah terjalin kerjasama dengan IK batik skala kecil yang ada di
Jogya dan Surakarta. Kejasama seperti ini memunculkan mutual relationship. Saling
membantu dan menguntungkan dalam hubungannya dengan proses produksi melalui
subkontrak.
Penelitian Koch (1995), memandang perlu membedakan antara ikatan bisnis
dalam bentuk kerjasama (kemitraan), dengan program bapak angkat dan anak angkat.
Oleh karena banyaknya kegagalan dalam program bapak angkat - anak angkat pada
6

masa lalu maka kebijakan kebijakan pengembangan usaha kecil diarahkan dalam
bentuk kemitraan yang berdasar pada subkontrak. Studi Harianto (1996), juga
menemukan adanya praktek subkontraktor yang menguntungkan pada industri sepeda
di Pulau Jawa.
Rekor tertinggi dalam jaringan subkontrak ditemui di Sumatera Utara yaitu
sekitar 34% industri kain dan garmen telah memiliki perusahaan sub kontrak.
Bandingkan dengan Jawa Timur, Bali, Kalimantan hanya dijumpai kurang dari 16%
(Kuncoro, 2000).
Beberapa pengarnatan yang dilakukan oleh kuncoro (2000), maupun Hetifah,
(AKATIGA 1995), menunjukkan masih tersendatnya

implementasi program

kemitraan. Deklarasi Jimbaran, bagi pengusaha kecil masih dirasakan lebih besar nada
politisnya dibanding realisasinya.
Kemitraan yang dalam literatur berarti partnership adalah suatu strategi
pemiagaan atau bisnis yang dilakukan dua pihak atau lebih dalam jangka waktu
tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling bergantung (chopra
dan Meindl, 2001). Jadi kemitraan lebih dalam dari pada sekedar kerjasama. Azas
kerjasama dalarn kemitraan adalah saling ketergantungan (interpendency)

yang

masing masing pihak memiliki kompetensi inti yang merupakan nilai pihak lain,
apabila disatukan menjadi sebuah sinergi diantara perusahaan yang bermitra.
Format kemitraan dengan persepsi beragam ini perlu diseragamkan lebih duiu
serta disesuaikan dengan karakteristik daerah masing masing.

7

BAB IV. Metode Penelitian

4.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan studi kasus dari Industri Kreatif yaitu Industri Kecil
rotan yang disingkat IK Rotan, yang berada di kota Medan Sumatera Utara, dengan
kategori Explanatory Research yaitu memberi gambaran mengenai suatu fenomena
yang terjadi. sekaran (I 992).

4.2. Populasi dan Sampel
Populasi d&lam penelitian ini adalah pengusaha/industri kecil (TK) yang
memproduksi produk anyaman rotan yang sekaligus menjualnya, yang berada di
sentra-sentra di kota Medan yang menjadi kumpulan dari IK Rotan di kota Medan
Sumatera Utara. Populasi diambil dari seluruh anggota koperasi yg sudah mendaftar
ulang pad a tahun 2012 ini, sebanyak 27 respond en dan yang tidak terdaftar sebagai
anggota koperasi sebanyak 5 responden, 2 responden sebagai pemasok dan kemudian
1 responden dari pengusaha besar yang masih bertahan dan masih beroperasi. Jumlah
IK rotan yang terdaftar sebanyak 27 anggota ini kemungkinan jumlahnya akan Jebih
besar pada bulan bulan berikutnya karena pendaftaran ulang, baru dimulai pada
november 2012 yang lalu oleh ketua koperasi yang baru diganti.
Sampel diambil dengan tehnik Purposive Sampling yaitu pengambilan sampel
dengan kriteria tertentu antaranya sudah beroperasi minimal 2 tahun, memproduksi
sendiri baik pesanan maupun yang bukan berasal dari pesanan.

Responden yang

dijadikan unit penelitian adalah pemilik usaha dan atau manajer yang mengerti dan
mengetahui seluk beluk dari IK rotan tersebut. Maka total responden yang diambil
adalah 35 orang, terdiri dari anggota yang sudah mendaftar ulang sebanyak 27
responden, 5 responden yang tidak mendaftar ulang, 2 responden sebagai pemasok,
dan 1 responden dari pengusaha/pabrik besar rotan yang masih eksis. Pengambilan
responden untuk pemasok sebagian dilakukan dengan tehnik Snow Ball.

4.3. Teknik Pengumpulan Data
Adapun metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan
cara wawancara terbuka dengan menyiapkan daftar pertanyaan (kuisioner), dan untuk
beberapa responden dilakukan dengan depth interview terutama kepada responden
8

pemasok bahan baku yaitu pengumpul bahan mentah rotan dan terhadap
pengusaha/pabrik besar rotan. Depth interview (penelitian mendalam) juga dilakukan
terhadap IK rotan diluar anggota koperasi. Pertanyaan meliputi 4 fokus sub penelitian
yaitu kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang dihadapi pengusaha kecil
rotan saat ini maupun saat sebelumnya.

4.4. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Untuk memperoleh basil penelitian yang baik maka kuesioner yang dijadikan
sebagai instrumen pengumpulan data harus diuji terlebih dahulu mengenai validitas
dan reliabilitasnya. Menurut Sugiyono (2006), instmmen yang valid berarti alat ukur
yang digunakan untuk mendapatkan data itu valid. Artinya dapat digunakan untuk
mengukur apa yang sehamsnya diukur. Instmmen yang reliable adalah instmmen
yang hila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama akan
menghasilkan data yang konsisten.

4.4.1. Uji Validitas Instrumen
Menurut Umar (2002), "Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat
pengukur itu mampu mengukur apa yang ingin diukur". Butir-butir pertanyaan
dicobakan pada I 0 orang responden di luar daripada responden yang dijadikan sampel
penelitian.

Menurut

Siddik

(2003),

apabila responden

cenderung

homogen

mempunyai tingkat pengetahuan yang relatif hampir sama maka I 0 responden untuk
uji coba daftar pertanyaan sudah dianggap cukup. Untuk wawancara mendalam IO
industri kecil rotan diambil sebagai responden
Untuk menentukan validitas digunakan teknik korelasi product moment
dengan bantuan perangkat lunak SPSS versi 15.0. :Jadi angka korelasi yang diperoleh
lebih besar daripada angka kritis maka pertanyaan tersebut valid".Kalau data tidak
valid berarti instmmen harus segera direvisi, menambah item pertanyaan atau
mengurangi, dilihat sesuai dengan keadaan data (Kuncoro, 2003)> Berdasarkan
pengujian validitas instrumen dengan software Statiscal Package for Social Science
versi 15.0 nilai validitas terdapat pada kolom Corrected Item-Total Correlation

4.4.2.Uji Realibilitas lnstrumen
Uji reliabilitas bertujuan untuk mengukur suatu kestabilan dan konsistensi
skala pengukuran. "lnstmmen yang dapat dipercaya, yang realibel akan menghasilkan
9

data yang dapat dipercaya juga. Berapa kali pun diambil, datanya tetap sama"
(Arikunto, 2002). Pengujian realibilitas dengan internal konsistensi dengan cara
mencoba instrumen sekali saja dan dianalisis dengan teknik Alpha Cronbach. Untuk
pengujian realibiltas penelitian, maka variable akan realibel jika nilai Alpha Cronbach
diatas nilai aas realibilitas yaitu 0.6. Jika nilai realibiliasnya dibawah 0.6 maka
variable penelitian dinyatakan tidak realiel demikian sebaliknya jika diatas 0.6 maka
variabel penelitian dikatakan reliabel.

4.5. Tehnik Analisis
Tehnik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Matrik Analisis
SWOT, (Strengths, Weaknesses, Opportunities, dan threats) yaitu membandingkan
antara faktor internal yang terdiri dari kekuatan (Strengths) dan kelemahan

(Weaksesses) dan faktor eksternal yang terdiri dari peluang (Opportunities) dan
ancaman (Threats). Data yang diperoleh akan dimasukkan kedalam empat kuadran
dengan terlebih dulu menentukan masing masing bobot dan ratingnya. Matrik SWOT
ini akan menghasilkan empat set kemungkinan alternatif strategi.
Diawali dengan mengumpulkan dalam suatu daftar faktor - faktor penting dari
faktor internal. Dengan menentukan bobot dimulai dari 0,0 untuk faktor yang kurang
penting dan 1,0 untuk faktor yang sangat penting yang mengindikasikan signifikansi
relatif dari suatu faktor.. Besamya bobot mengindikasikan pentingnya faktor tersebut
terhadap keberhasilan perusahaan. Langkah berikutnya

menentukan angka rating

muiai dari nilai 1 sampai dengan nilai tertinggi yaitu 4. Artinya seberapa efektif
strategi perusahaan saat ini dalam merespon faktor tersebut.
1 = Respon jelek

2

= Respon rata-rata

3 = Respon diatas rata-rata.
4 = Respon sangat baik

Kemudian menentukan nilai tertimbang dengan cara melakukan perkalian antara
bobot dan rating. Langkah berikutnya menentukan total nilai tertimbang utk usaha
kecil produk rotan ini. Untuk menentukan peringkat faktor faktor eksternal ditentukan
sebagai berikut: 1 = Sangat lemah I Mayor weakness

2 = Lemah I Minor weakness
3 = Kuat I Minor stregths
4 = Sangat kuat I Mayor strengths
10

Matriks internal-eksternal salah satu alat yang digunakan untuk melihat di kuadran
berapa sebenarnya IK rotan ini berada dipakai dalam membantu menentukan
kebijakan strategi yang akan di implementasikan. Matriks IE didasari pada dua
dimensi kunci yaitu total rata-rata tertimbang IFE dan total rata-rata tertimbang EFE.
Menawarkan sembilan kuadaran yang dikelompokkan dalam tiga kelompok.
Kelompok pertama adalah Growth and Build, kelompok kedua Hold and Maintain
dan kelompok ketiga Harvest or Divest.
Analisis SWOT sebagai sebuah alat pencocokan yang akan digunakan dalam
penelitian ini untuk mengembangkan empat jenis strategi. Yaitu strategi SO
(kekuatan-peluang), strategi WO (kelemahan-peluang), strategi ST (kekuatanancaman), dan strategi WT (kelemahan-ancaman). (David, 2009). Mencocokkan
faktor internal dengan faktor eksternal merupakan proses yang sulit. Tidak ada
satupun panduan untuk mendapatkan strategi dipilih dengan benar. Panduan itu
bersifat fleksibel.
Strategi pertama adalah strategi SO, yaitu memanfaatkan kekuatan internal
industri kecil rotan untuk menarik peluang eksternal. Strategi ini berat untuk
dilakukan oleh karena faktor faktor yang ada di kuadran ancaman memiliki nilai
tertimbang yang rendah. Ini menandakan kekuatan internal tidak cukup signifikan
untuk menarik peluang. Strategi kedua adalah strategi WO yaitu dimana perusahaan
memiliki peluang pasar tetapi perusahaan menghadapi banyak kelemahan. Fokus
strategi ini adalah mengatasi masalah internallebih dulu agar dapat merebut peluang.
Strategi ketiga adalah strategiST situasi dimana perusahaan memiliki kekuatan untuk
mengurangi dampak ancaman eksternal. Kemudian strategi WT merupakan keadaan
dengan posisi yang benar-benar membahayakan, karena menghadapi berbagai macam
ancaman ekstemal dan kelemahan internal.

Dalam kenyataannya perusahaan

semacam ini harus betjuang untuk bertahan hidup, melakukan penciutan, atau
memilih likuidasi. (David, 326- 330).

11

BAB V. Hasil dan Pembahasan

5.1 Gambaran umum terhadap Kondisi Industri Kecil Rotan di Kota Medan
Industri Kecil Rotan yang dalam penelitian ini selanjutnya disingkat dengan
IK Rotan merupakan industri kreatif yang dicanangkan pemerintah dan menunjuk
kota Medan sebagai kota penghasil produk rotan terutama mebel (furniture) dan
keranjang anyaman serta produk kecillainnya. Hal ini disebabkan ekspor hasil usaha
Rotan memberi sumbangan yg cukup besar terhadap devisa negara. Namun hasil
empiris mendapati keberhasilan ini ternyata bukan hanya disebabkan hidupnya IK
Rotan secara mandiri tetapi hampir 90% kontribusi keberhasilan ekspor Rotan berasal
dari pengusaha besar Rotan di kota Medan yang jumlahnya pada saat itu mencapai 22
perusahaan . Produk Rotan dari pengusaha besar ini terdiri dari sebagian besar dalam
bentuk mebel dan sebagian lagi dalam bentuk keranjang berbagai ukuran dan desain.
Rata rata mereka mengetjakan pesanan dari negara negara Eropa seperti

negara

Jerman, Italy, Prancis dan negara Amerika. Masa masa keemasan itu berkisar antara
tahun 1985 sampai tahun 2002.
Keberhasilan pengusaha besar Rotan ini berimbas kepada IK Rotan. Sekitar
10% dari pesanan yang diterima oleh pengusaha besar itu dikerjakan oleh IK Rotan
melalui sistem outsourcing dengan mensyaratkan standar kualitas yang cukup berat
dan ketat yang harus lulus uji. Setelah melalui seleksi quality control yang cukup
ketat Namun dewasa ini kondisi IK rotan tidak lagi seperti itu. Menurunnya
permintaan terhadap perusahaan besar produk rotan mengakibatkan Tk rotan tidak
kebagian lagi pesanan tersebut, karena cukup dikerjakan oleh pengusaha besar itu
sendiri. Keadaan yang sangat memprihatinkan ini menyebabkan penghasilan mereka
hanya cukup untuk bertahan hidup (survive). Ini disebabkan oleh karena pengusaha
besar rotan tidak lagi melakukan outsourcing pesanan yang berasal dari luar negri.
Kondisi seperti ini diyakini oleh pengusaha besar rotan akibat lesunya perekonomian
dunia disamping ada indikasi mulai muncul kejenuhan dengan produk rotan ( lariza,
2012). Artinya Ik rotan hanya bisa mengharapkan pembeli dari dalam negri saja.
Pennintaan yang berasal dari dalam negri terutama konsumen dari kota Medan
sendiri juga menurun, walaupun sebenarnya tidak menyumbang terlalu banyak bagi
pendapata IK rotan, disamping itu munculnya barang substitusi furnitur rotan
menambah kondisi IK rotan di kota Medan ini semakin sulit. Terjadinya perubahan-

12

perubahan pada lingkungan ekstemal seperti ini akan berpengaruh terhadap internal
IK rotan, seperti menambah kelemahan ataupun mengurangi kekuatan dari IK rotan.
Untuk dapat mengetahui apa sebenarnya yang terjadi dan yang sedang
dihadapi oleh IK rotan di kota Medan, langkah awal dilakukan analisis melalui
Matriks Internal Factory Evaluation ( IFE) dan External Factor Evaluation (EFE)
yang berisikan input dasar yang diperlukan untuk memperbaiki proses dalam rangka
mendapatkan suatu perumusan strategi.

Tabel 1. Internal Faktor Evaluation (IFE)
No

IFE

Kekuatan:
Memiliki skill dan pengalaman
dasar yang relatif cukup tentang
I
proses produksi.

I

1.

,..,
.I...

1

Lokasi toko merangkap Show
Room (sentra produksi) berada
dijalan yang strategis.

nPm

lch b

Peringkat

Skor
Terimbang

0,10

2

0,20

0, 10

3

0,30

0,10

4

0,40

I

Hubungan yang hann onis dengan

3.

Bobot

ィセャ」ョ@

Kelemaban:
1.

kuat
Ketergantungan
yang
terhadap pabrik besar rotan dalam .
mencan pasar.
I

0,20

1

2.

0.10

2

I

Tidak tersedianya
cukup.

1 3.

Kualitas produk yang rendah .

0, 15

Minimnya Inovasi produk.

0, 15

1

0, 15

Tingginya
gaji
karyawan
dibandingkan pesamg.

0, ] 0

2

0,20

Kas

yang

0,20

0,20

0,15

I

4.

I
1 5.
I

I

I

Total

1,00

1,80

13

Tabel 2. Eksternal Faktor Evaluation
No.

EFE

Bobot

Peringkat

Skor
Terimbang

1.

Bahan mentah yang berkualitas
semakin sulit diperoleh

0,10

2

0,20

2.

Adanya barang
bahan fiber

dari

0,10

3

0,30

3.

Trend yang menurun terhadap
mebel rotan dipasar Eropa

0,10

1

0,10

4.

Peraturan
pemerintah
berubah-ubah

yang

0,10

2

0,20

0,15

3

0,45

0,15

2

0,30

0,10

2

0,20

2

0,10

A nPOY"n..:an

2.

Banyakny skim kredit
dikeluarkan pihak bank

3.

Masyarakat Eropa masih memberi
nilai
tinggi
pad a
produk
Handmade.

I

4.
I

I

substitusi

Peluang:
Produk
rotan
dari
bahan
merupakan produk etnis yang
tetap digemari didalam negeri.

1.

I



+_..«1-'MIUHU •

I

5.

yang

I

1

I

I

I

Pabrik
besar
rotan
masih
membutuhkan IK rotan sebagai
mitranya

I

0,05

I

I

I

I

Munculnya segmen pasar .vang
"'I
baru.

0,15

Total

1.00

I

,.,

0,45

.)

I

I

2.30

Sumber: Hasil Pengolahan Data (November 2012)

Nilai-nilai yang terdapat pada daftar IFE dan EFE

Berdasarkan analisis matriks IFE dan EFE
tertimbang untuk lt"E:
Sesuai

dengan

=

kriteria

diperoleh total nilai skor

1,80 sementara total skor tertimbang untuk
total

skor

tertimbang

bahwa

IFE

ere

=

dibawah

2.30.
2.50

mengindikasikan bahwa IK rotan memiliki posisi internal yang lemah, maka total skor
tertimbang untuk IFE J.80 < 2.50 dan EFE 2,30 < 2,5 bermakna bahwa strategi yang
14

dilakukan IK rotan belum mampu mengatasi ancaman yang datang dari lingkungan
eksternal dan tidak cukup kuat untuk memanfaatkan peluang.

Tabel 3. I.E Matrix

Internal

Tinggi

s

T
E

Sedang

Lemah

3,0-4,0

2,0-2,99

1,0-1,99

I

3,0-4,0

E
K

Kuat

II

III

v

VI

I

Sedang
IV

2,0-2,99

I

I

0

I

R
.....

I
I

Posisi IK Rotan

N
A
T

.w

I

v

Rendah
1,0= 1,99

IX

VIII

I

I

I

I

I

I

5.2 Pembahasan
5.2.1 Analisis Kekuatan IK rotan
1. Memiliki skill dan pengalaman dasar yang cukup dalam proses produksi
Para Industri kecil rotan pada umumnya memiliki skill dan pengalaman yang
diperoleh secara turun temurun dari orang tua mereka sehingga pengetahuan dasar
tentang seluk beluk rotan seperti berbagai

jenis rotan, serta pengawetan rotan

sebelum dianyam dan pembuatan dasar produk rotan dipahami secara baik. Beberapa
jenis rotan seperti rotan manau dan getah harus digoreng dengan campuran minyak
sa wit dan solar terlebih dahulu sebelum dian yam, sementara jenis seka, tabu tabu dan
15

kecil cukup diasap saja dengan memakai belerang. Proses Ini sebenarnya dikerjakan
oleh pedangang pengumpul rotan dan dilakukan dekat dengan suber bahan baku rotan.
Adapun bobot dari faktor ini hanya memiliki nilai 0, I 0 sementara angka yang baik
adalah 0,15. Artinya sumbangan kekuatan IK rotan melalui skill dan pengetahuan
terlalu dasar dan masih kurang memadai untuk mengatasi ancaman dari lingkungan
eksternal, karena belum menyentuh kreatifitas yang justru diperlukan dalam indutri
ini. Skill yangdibutuhkan tidak cukup hanya berdasarkan keahlian turun temurun,
tetapi harus berkembang sesuai dengan kemajuan teknologi. Kelemahan faktor ini
memiliki peringkat bernilai 2, yaitu respon IK rotan terhadap faktor ini hanya masuk
peringkat rata-rata atau terindikasi lemah.
Para IK rotan tidak dapat berdiam diri saja dalam menambah ketrampilannya,
diperlukan pengetahuan yang mampu melihat permintaan tersembunyi (hidden
demand), dan menyesuaikan dengan skill dan pengetahuan sehingga mampu
merealisasi permintaan tersembunyi tersebut.

2. Lokasi toko (sentra) merangkap Show Room yang strategis.
Keberadaan toko ataupun show room yang sebagian juga merangkap tempat
proses produksi berada dijalan protokol yang cukup ramai dan Iebar. Hal ini
memungkinkan para pembeli yang melewati jalan ini mengetahui keberadaan usaha
rotan ini. Apalagi apabila toko yang merangkap show room ini memiliki eye catching
yang mampu menarik caJon konsumen untuk singgah. Sayang sekali kekuatan ini
belum dimanfaatkan dengan baik oleh para perajin kreatif

ini untuk
ュ・セ。ョァ@

produknya dengan baik dan menarik. Adapun bobot dari faktor ini bernilai 0,1 0,
dengan peringkat 3. Berbeda dengan IK rotan di kota Cirebon yang lokasinya juga
cukup strategis dijalan lintas, telah mampu menarik konsumen untuk melihat ke toko
mereka oleh karena jenis barang yang di display mampu menarik konsumen untuk
singgah. Artinya mereka mampu memajang produk yang memiliki eye catching yang
bagus dan unik. Produk yang dipajang dibagian luar dari toko oleh IK rotan yang ada
di cirebon terdiri dari produk assesoris seperti tempat buah yang unik dari rotan, pot
bunga yang unik dan elegan dan sebagian kursi santai atau kursi teras.
Pada umumnya penataan barang barang yang dapat dilihat konsumen sebagai
window display IK rotan Medan masih jauh tertinggal. Penataan yang dilakukan
sama sekali tidak memperhitungkan perlunya penataan yang rapi. Padahal faktor ini
dapat dijadikan peluang untuk memikat pelanggan singgah mengingat sentra rotan ini
16

sudah terkenal dari belasan tahun bahkan puluhan tahun yang lalu.

Oleh karena itu

peringkat faktor ini hanya bernilai 2, bermakna respon IK rotan terhadap faktor ini
lemah karena tidak mampu memanfaatkannya secara maksimal.

3. Hubungan yang harmonis dengan pemasok bahan baku
IK rotan di Medan sebenarnya sudah memiliki hubungan yang cukup lama
dengan pemasok bahan baku, mengingat usaha ini pada umumnya adalah usaha turun
temurun yang sudah ada sejak usaha rotan ini dijalankan oleh orang tua mereka.
Hanya saja tahun tahun belakangan ini jenis bahan baku terbatas sesuai dengan
kemampuan modal dari pemasok membayar para pencari rotan di hutan hutan
sumatera. Disamping itu rotan yang berkualitas baik, seperti rotan manau jarang
tersedia pada pemasok. Hasil empiris mengungkapkan bahwa ketersediaan bahan
mentah rotan memiliki hubungan erat dengan menurunnya permintaan produk rotan.
Para pemasok menghindari persediaan yang banyak agar modal tidak terlalu lama
tertanam dalam persediaan. Beberapa pedagang pengumpul menyatakan masih
terdapat penyeludupan di hutan sumatera seperti di hutan Panti yaitu perbatasan
antara Sumatera Utara dengan Sumatera Barat. Namun hal ini perlu di buktikan lebih
lanjut. Walaupun untuk mendapatkan bahan baku sekarang ini lebih sulit, berkat
adanya hubungan yang sudah terjalin lama menyebabkan bahan mentah masih dapat
diperoleh. Khusun jenis rotan Manau yg mulai langka dan mahal sebagian pemasok
bel urn menyanggupi permintaan itu. Faktor ini memiliki bobot 0,10 dengan rating 4,
bermakna faktor ini memiliki respon yang kuat untuk menyumbang kekuatan internal
IK rotan.

5.2.2. Analisis Kelemahan IK rotan
1.

Ketergantungan yang kuat terhadap perusahaan besar rotan dalam

mencari pasar.
Hasil empiris menunjukkan bahwa peranan perusahaan besar rotan

yang

memberikan efek menetes kebawah inilah yang membuat IK rotan di kota Medan ini
begitu menarik dan berkembang. Sebelum krisis moneter tahun 1997/1998 terjadi,
pengusaha besar rotan banyak menerima pesanan yang berasal dari luar negri seperti
Jerman, Italy, Prancis bahkan lnggris dan Amerika. Pada saat itu mereka kebanjiran
pesanan, sehingga pengiriman perbulan periode itu rata rata 40 kontainer dengan
ukuran 40 feet membuat beberapa perusahaan besar kewalahan memenuhi permintaan
17

tersebut. Akibatnya sebagian dari pesanan itu di outsourcing kepada IK rotan. Situasi
yang menguntungkan IK rotan ini berjalan bertahun tahun sampai perlahan laban
terjadi penurunan permintaan akibat dari pesanan yang berasal dari luar negri juga
berkurang. Secara otomatis perusahaan besar tersebut tidak memerl ukan lagi
melakukan outsourcing kepada IK rotan, akibat berikutnya

omset IK rotan ikut

menurun.
Hasil wawancara mendalam yang dilakukan terhadap pengusaha besar rotan
ini menyatakan banyak faktor yang menyebabkan menurunnya permintaan dari luar
negri, dan faktor ini saling terkait satu dengan yang lainnya. Antara lain terbukanya
ekspor rotan setengah jadi pada tahun 2005 yang sebelumnya tertutup. Terakhir pada
tahun 2009 pemerintah menyempurnakan lagi peraturan tentang ekspor rotan mentah
dan rotan setengah jadi. Akibat dari peraturan pemerintah yang selalu berubah
menyebabkan harga rotan mentah menjadi tinggi, akibat selanjutnya harga jual harus
dinaikkan oleh pengusaha besar rotan, dan ini menyebabkan pengusaha rotan
Indonesia kalah bersaing dengan negara China yg dapat menjual dengan harga lebih
murah.
Pengusaha/pabrik besar rotan yang bertahan hidup (survive) telah berkurang
banyak yaitu dari 22 pengusaha saat ini hanya tinggal 4 perusahaan. Kondisi mereka
saat ini hanya mampu menjual antara 3 sampai 4 kontainer dengan ukuran 20 feet
perbulan. Ketergantungan Ik rotan terhadap perusahaan besar yang cukup signifikan
ini menyebabkan ikut terkena dampak dari kelesuan pasar dunia. Ini diperkuat dengan
bobot sebesar 0,1 0 dengan rating bernilai 2. Bermakna respon TK rotan terhadap
faktor ini lemah.

2. Tidak tersedianya Kas yang cukup
Rendahnya akses industri kecil rotan terhadap lembaga lembaga kredit formal
dan terbatasnya jaringan, menyebabkan sulitnya mereka mendapatkan uang kas yang
cukup untuk melakukan transaksi sehari hari seperti untuk membayar bahan mentah
terutama bahan mentah rotan karena pemasok selalu mengharuskan pembayaran
tunaL Hal ini menyebabkan tidak banyak produk yang mampu dipajang didalam toko.
IK rotan hanya mampu membuat produk murah dan desain sederhana untuk dipajang
ditoko mereka. Keadaan ini menjadi salah satu faktor yang menyebabkan lndustri
kecil rotan ini tidak menarik untuk dikunjungi. tidak ada daya tarik yang kuat untuk
menarik konsumen datang ke tempat IK rotan ini karena terbatasnya produk rotan
18

yang tersedia dengan kualitas produk yang rendah. Pada dasarnya dana yang minim
menyebabkan terbatasnya kegiatan yang harus dilakukan sehingga tidak dapat
memproduksi produk rotan yang berkualitas. Ini salah satu temuan jawaban yang
diberikan oleh para Industri kecil rotan. Adapun bobot dari faktor ini adalah 0,10
dengan peringkat bernilai 2. Artinya strategi IK rotan tidak cukup sgnifikan dalam
merespon faktor ini.
Berbeda dengan IK rotan di kota Cirebon, keterbatasan dana dan

bahan

mentah rotan mereka atasi dengan membuat produk yang memakani bahan mentah
yang lebih murah seperti enceng gondok ataupun daun pandan yang masih memiliki
nilai etnis dan tradisional. Kreatifitas seperti ini tidak ditemukan pada IK rotan di
Medan.

3. Kualitas produk yang rendah.
Rendahnya kualitas produk yang dihasilkan oleh industri kecil rotan ini
sebenarnya disebabkan oleh beberapa faktor yang saling terkait satu sama lain.
Khusus untuk produk etnis kreatif ini untuk mendapatkan produk yang berkualitas
saja tidak cukup, tertapi produk berkualitas yang disertai dengan produk yang sesuai
dengan selera kelas masyarakat yang dituju. Hal ini bukan hal yang mudah, karena
para perajin rotan

harus mengetahui banyak tentang apa yang menjadikan para

pembeli menganggap produk tersebut berkelas.

Pengetahuan atau ketrampilan yang

harus dimiliki oleh para pelaku harus ditunjang dengan kemampuan menyelaraskan
kebutuhan konsumen dengan kelas konsumen yang dilayaninya.
Masalah kualitas bagi IK tidak dapat diatasi tanpa bantuan berupa pembinaan
dari Jembaga lembaga pemerintah terkait maupun BUMN yang ditunjuk menjadi
Bapak angkat melalui Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL). Faktor ini
memiliki bobot 0,15 dengan peringkat 1. Hal ini menunjukkan bahwa respon
perusahaan terhadap kualitas produk sangat lemah atau dibawah rata-rata. Situasi
terlihat kurangnya perhatian terhadap kreasi yang inovatif. Berbeda dengan saingan
mereka yang memiliki kreatifitas relatiftinggi tetapi sulit untuk menembus pasar.

4. Minimnya lnovasi produk.
Pada umumnya kelemahan ini sebenarnya kelemahan yang

banyak didapati

pada usaha kecil lainnya. Faktor minimnya inovasi, dalam hal ini minimnya
kreatifitas IK rotan ini memiliki bobot 0,15. Ini bermakna bahwa faktor kreatifitas
19

memiliki pengaruh yg cukup signifikan terhadap kemajuan usaha IK rotan.
Kemampuan melakukan inovasi tidak dapat dilakukan dalam waktu yang singkat.
Diperlukan proses pembelajaran yang terus menerus sambil mengikuti kemauan pasar
atau bahkan hams mampu menterjemahkan permintaan yang tersembunyi dari
konsumen. Agar IK rotan mampu mengatasi kelemahan ini tentu saja hams dibantu
oleh pemerintah melalui pihak pihak terkait. Minimnya desain produk, dibuktikan
dengan tidak terdapatnya produk yang baru, yang diproduksi hanya sebatas desain
yang sudah pemah diproduksi beberapa tahun yang lalu. Minimnya inovasi produk
juga disebabkan ketidakmampuan mereka membaca kemauan konsumen.
Berbeda dengan pengusaha besar rotan, mereka mendapatkan desain langsung
dari pembeli atau pemesan dari luar negri yang tingkat pengetahuan dan
ketrampilannya sudah memenuhi standar intemasianal.
Pada awalnya para pengusaha besar rotan ini proaktif mempromosikan dengan
cara mendatangi agen penjualan rotan yang berada di luar negri. Perkenalan ini
dilanjutkan dengan pemesanan awal. Akhirnya para agen pemesan datang langsung
ke kota Medan membawa desain yang sesuai dengan selera pasar mereka sekaligus
membawa ahli desain dan ahli dalam prosesing produk rotan untuk mengajarkan
pembuatan produk rotan dengan standar mereka kepada para pekerja produk rotan di
kota Medan. Ada juga beberapa desain bagus yang telah diciptakan oleh pihak
pengusaha besar rotan diterima oleh pembeli luar negri tersebut.
Desain yang berasal dari pemesan luar negri ini tidak boleh ditiru oleh para
pengusaha rotan di Medan oleh karena dilindungi oleh adanya hak cipta dari para
pembuat desain. Walaupun begitu, sebenarnya IK rotan dapat menjadikan beberapa
desain dari luar tersebut menjadi pembuka fikiran mereka. Tapi ini tidak terjadi. Perlu
penelitian yang lebih mendalam untuk menemukan faktor mana saja yang
menghambat kesempatan ini.

5. Tingginya gaji karyawan
Masalah peiik yang juga dihadapi oleh pengusaha rotan di Medan ini adalah
gaji karyawan. Dibandingkan dengan saingan mereka dalam hal ini usaha kecil rotan
dari Cirebon, gaji karyawan usaha rotan
dengan Rp.80.000 perhari,

di Medan ini antara Rp.75.000 sampai

sementara saingan mereka masih bersedia menerima

Rp.50.000 perhari, bahkan kadang kadang karyawan saingan tidak menanyakan
berapa mereka dibayar. Perilaku yang berbeda ini kemungkinan akibat adanya
20

--------

budaya nrimo yang lebih tinggi yang dimiliki oleh karyawan yang berasal dari
P.Jawa.
Bobot dari faktor gaj i karyawan ini adalah 0, 10, dengan rating sam a dengan 2.
Maknanya respon yang terlihat adalah respon rata-rata. Nampak dari jawaban para
responden mengeluhkan gaji yang lumayan tinggi tetapi kurang sesuai dengan
kualitas yang dimiliki. Bukti empiris lain mengenai kondisi ini dapat dilihat dari
beberapa super market justru memesan keranjang untuk parse! dari Pulau Jawa
termasuk dari Cirebon, dan bersedia mengeluarkan biaya pengiriman. Apabila
dihitung secara total biaya yang dikeluarkan hanya lebih tinggi sedikit apabila dipesan
di Pulau Jawa dibandingkan dibuat oleh IK rotan di Medan.

5.2.3. Analisis Ancaman IK rotan
1.

Bahan mentah yang berkualitas semakin sulit diperoleh
Membeli rotan mentah dewasa ini temyata tidak semudah sebelumnya. Rotan-

rotan yang berjenis unggul seperti rotan manau yang lingkar tengahnya lebih besar
sulit diperoleh. Hasil wawancara terhadap para pemasuk mengungkapkan ada dua
faktor yang menyebabkan rotan berkualitas baik sulit diperoleh. Pertama populasi
rotan jenis manau semakin berkurang sehingga sulit untuk mendapatkannya.
Berkurangnya rotan jenis rotan besar seperti ini dihutan-hutan Sumatera

akibat

diperbolehkannya ekspor rotan mentah sehingga kesempatan ini tidak disia-siakan
oleh negara pembuat produk rotan. Menumt para pemasok rotan dikota Medan,
permintaan rotan mentah dari luar terutama negara china sangat luar biasa banyaknya,
diduga permintaan yang tinggi ini sebagian untuk dijadikan stok bahan baku bagi
negara-negara tersebut.
Penyebab kedua, permintaan rotan mentah dari dalam negri yang berasal dari
pabrik besar rotan di dalam negri terutama di kota Medan, menurun. Terjadinya
penurunan permintaan rotan mentah karena pesanan produk rotan yang selama ini
tinggi mulai berkurang. Para pengumpul tidak bersedia melayani permintaan dalam
jumlah kecil, karena untuk mengambil rotan manau itu perlu berjalan ketengah hutan
lebat yang populasinya juga semakin sulit diperoleh sementara yang diambil hanya
sedikit. Inilah alasan mereka enggan mengambil rotan dalam jumlah yang kecil.
Faktor ini memiliki bobot sebesar 0,10 dengan total skor tertimbang adalah
sebesar

0,20. Artinya walaupun persediaan rotan mentah ini dianggap sebagai

21

ancaman tetapi hanya memiliki bobot 0, l 0 dalam mensukseskan jalannya IK rotan,
begitu juga dengan respon Ik rotan terhadap bahan baku dianggap masuh lemah.

2. Munculnya produk substitusi.
Produk substitusi yang mampu menggantikan produk rotan terutama fSurnitur
dewasa ini mulai banyak membanjiri pasar fumitur di kota Medan. Dapat disaksikan
beberapa toko yang juga berdekatan dengan lokasi TK rotan memajang produk mereka
seperti kursi teras, kursi makan, kursi malas/santai beserta mejanya. Produk substitusi
yang dimaksud adalah produk yang berbahan campuran fiber yang permukaannya
bercorak yang sangat mirip dengan anyaman rotan dengan desain kontemporer yang
menarik. Produk substitusi rotan ini telah mengambil pangsa pasar rotan asli. Hal
yang menggembirakan, walau permintaan produk r