Jenis Rotan, Produk Rotan Olahan dan Analisis Ekonomi pada Industri Pengolahan Rotan Komersial di Kota Medan

  Rotan

  Rotan sebagaimana asalnya merupakan tumbuhan yang tergolong dalam kelompok palem-paleman yang hidupnya merambat. Golongan ini termasuk dalam sub-famili calamoideae yang mempunyai 13 marga dan sekitar 600 jenis yang hidup pada kawasan hutan hujan tropis di Asia Tenggara. Kelompok rotan pada umumnya tumbuh dan dijumpai pada daerah yang beriklim basah. Di Indonesia, jenis ini dapat ditemui di Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan beberapa kepulauan lainya. Beberapa laporan menyebutkan bahwa di Jawa dapat dijumpai sekitar 25 jenis, Sumatera 75 jenis, Kalimantan 100 jenis, Sulawesi mencapai 25 jenis. Selain itu rotan juga dapat dijumpai di beberapa pulau lainnya di Indonesia (Erwinsyah, 1999).

  Rotan merupakan tumbuhan khas tropika yang tumbuh di kawasan hutan tropika basah yang heterogen. Tempat tumbuh rotan pada umumnya di daerah yang berawa, tanah kering, hingga tanah pegunungan. Tingkat ketinggian tempat untuk tanaman rotan dapat mencapai 2.900 m di atas permukaan laut. Semakin tinggi tempat tumbuh, maka rotan semakin jarang dijumpai. Rotan juga akan semakin sedikit di daerah yang berbatu kapur (Januminro 2000).

  Tellu (2005) menyatakan bahwa pengelompokan jenis-jenis rotan umumnya didasarkan atas persamaan ciri-ciri karakteristik morfologi organ tanaman, yaitu: akar, batang, daun, bunga, buah dan alat-alat tambahan. Dalam ilmu taksonomi tumbuhan, rotan diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae Subkingdom : Tracheobionta (tumbuhan berpembuluh) Sub Divisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledoneae Ordo : Arecales Famili : Palmae (Arecaceae) Sub Famili : Calamoideae Genus : Calamus Spesies : Calamus spp.

  Perusahaan dan Industri Pengolahan Rotan

  Manusia melakukan kegiatan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Berbagai hal atau usaha yang dilakukan, baik itu bekerja pada orang lain, instansi maupun berwiraswasta. Perusahaan adalah suatu unit kegiatan yang melakukan aktifitas pengolahan faktor produksi, untuk menyediakan barang- barang dan jasa bagi masyarakat, mendistribusikannya seta melakukan upaya- upaya lain dengan tujuan memperoleh keuntungan dan memuaskan kebutuhan masyarakat (Fuad et al., 2005).

  Industri mempunyai dua pengertian yaitu pengertian secara luas dan pengertian secara sempit. Dalam pengertian secara luas, industri mencakup semua usaha dan kegiatan di bidang ekonomi yang bersifat produktif. Sedangkan pengertian secara sempit, industri atau industri pengolahan adalah suatu kegiatan yang mengubah suatu barang dasar secara mekanis, kimia, atau dengan tangan sehingga menjadi barang setengah jadi atau barang jadi (Dumairy, 1996).

  Menurut BPS Medan (2011) industri adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan mengubah barang jadi dan barang yang kurang nilainya banyaknya tenaga kerja adalah: 1. Industri besar, apabila mempunyai tenaga kerja 100 orang atau lebih.

  2. Industri sedang, apabila mempunyai tenaga kerja 20–99 orang.

  3. Industri kecil, apabila mempunyai tenaga kerja 5–19 orang.

  4. Industri rumah tangga, apabila memiliki tenaga kerja 1–4 orang.

  Departemen Perindustrian (2009) menyatakan bahwa industri pengolahan rotan terdiri atas:

  1. Industri pengolahan rotan hilir dapat dikatakan sebagi industri antara, yaitu industri pengolahan rotan yang menghasilkan rotan yang sudah dicuci dan dibelerang (wash and sulfurized), anyaman rotan (webbing), rotan yang sudah ditipiskan (split) dan sejenisnya, sedang pengerjaan produk rotan olahan ini biasanya melalui proses semi mekanis.

  2. Industri furniture rotan, yaitu industri yang menghasilkan perabotan rumah- tangga dari rotan antara lain sofa, meja, kursi, lemari, buffet, dan sejenisnya.

  Pengerjaan produk pada industri furniture rotan sebagian besar semi mekanis, sedangkan desain banyak terinspirasi muatan lokal namun juga ada yang masih ditentukan konsumen.

  3. Industri barang-barang kerajinan dari rotan, yaitu industri yang menghasilkan produk barang kerajinan rotan berdasarkan atas desain kearifan lokal.

  Pengerjaan produk pada industri ini umumnya tradisional buatan tangan (hand-made products).

  Bisnis rotan yang terus berkembang menciptakan badan usaha yang berbeda-beda sehingga mampu menghasilkan keuntungan ekonomi bagi beberapa bentuk badan usaha/organisasi bisnis legal di Indonesia diantaranya: 1.

  Badan usaha perseorangan yaitu badan usaha yang memiliki karakteristik seperti modal yang kecil, jumlah tenaga kerja sedikit, terbatasnya keanekaragaman produk dan jasa yang dihasilkan, dan penggunaan teknologi yang masih sederhana.

  2. Persekutuan (partnership) yaitu bentuk legal suatu bisnis yang dimiliki dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan bisnis. Bentuk persekutuan antara lain: a.

  Firma b. Persekutuan komanditer/ commanditaire vennotschaap (CV) c. Perseroan terbatas (PT) 3. Bentuk-bentuk perseroan yang lain seperti : a.

  Badan usaha milik negara (BUMN) yaitu organisasi bisnis yang dimiliki oleh pemerintah dengan tujuan untuk mensejahaterakan dan memenuhi kebutuhan masyarakat.

  b.

  Koperasi yaitu organisasi ekonomi rakyat yang berwatak sosial, beranggotakan orang-orang atau badan hukum, sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan dan kegotongroyongan.

  c.

  Organisasi nonprofit (yayasan) yaitu organisasi yang berbentuk korporasi untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat.

  Konsumsi Rotan di Masyarakat Bagi kebanyakan masyarakat di Indonesia, rotan sudah sejak lama dikenal.

  Selain untuk pemakaian sendiri, rotan juga sudah lama diperdagangkan walaupun yang kemudian berkembang menjadi perdagangan hasil rotan. Sampai saat ini rotan telah dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan mebel, kerajinan, peralatan rumah tangga dan lain-lain. Kekuatan, kelenturan dan keseragaman rotan serta kemudahan dalam pengolahannya menjadikan rotan sebagai salah satu bahan non kayu yang sangat penting dalam industri mebel (Krisdianto dan Jasni, 2005).

  Dransfield dan Manokaran (1996) menyatakan bahwa batang polos rotan dimanfaatkan secara komersial untuk mebel dan anyaman rotan karena kekuatan, kelenturan dan keseragamannya. Diperkirakan 20% spesies rotan digunakan secara komersial baik dalam bentuk utuh maupun dalam belahan. Kulit dan teras rotan dimanfaatkan untuk tikar dan keranjang. Di daerah pedesaan banyak spesies rotan telah digunakan untuk berbagai tujuan seperti tali-temali, konstruksi, keranjang, atap dan tikar.

  Batang rotan dapat dibuat bermacam-macam bentuk perabot rumah tangga atau hiasan-hiasan lainnya. Misalnya mebel, kursi, rak, penyekat ruangan, keranjang, tempat tidur, lemari, lampit, sofa, baki, pot bunga, dan sebagainya. Selain itu, batang rotan juga dapat digunakan untuk pembuatan barang-barang anyaman untuk dekorasi, tas tangan, kipas, bola takraw, karpet, dan sebagainya (Januminro, 2000).

  Di bidang konstruksi, batang rotan banyak dipakai untuk mengisi batang sepeda, alat sandaran kapal, penahan pasir di daerah gurun pasir, bahkan dapat digunakan untuk pengganti konstruksi tulangan beton. Batang rotan yang muda (umbut) dapat dikonsumsi sebagai sayuran. Daerah-daerah yang banyak Barat. Getah rotan yang didapat dari pengolahan buah jernang merupakan bahan baku industri pewarna, industri farmasi, serbuk pembuatan pasta gigi, ekstrak tannin, dan sebagainya (Januminro, 2000).

  Kota Medan secara geografis terletak di antara 2 27'-2 47' Lintang Utara dan 98 35'-98 44' Bujur Timur. Posisi Kota Medan ada di bagian Utara Propinsi Sumatera Utara dengan topografi miring ke arah Utara dan berada pada ketinggian tempat 2,5-37,5 m di atas permukaan laut. Luas wilayah Kota Medan adalah 265,10 km2 secara administratif terdiri dari 21 Kecamatan (Tabel 1) dan 151 Kelurahan dengan jumlah penduduk 1.899.327 jiwa (Pemko Medan, 2011) Tabel 1. Luas Wilayah Kecamatan di Kota Medan

  11. Medan Maimun 5,27

  Total 265,10

  21. Medan Belawan 26,25

  20. Medan Marelan 23,82

  19. Medan Labuhan 36,67

  18. Medan Deli 20,84

  17. Medan Perjuangan 7,76

  16. Medan Timur 5,33

  15. Medan Petisah 13,16

  14. Medan Barat 6,82

  13. Medan Helvetia 15,44

  12. Medan Sunggal 2,98

  10. Medan Polonia 5,52

  No. Nama Kecamatan Luas (Km

  9. Medan Baru 5,84

  8. Medan Area 9,05

  7. Medan Kota 7,99

  6. Medan Tembung 4,09

  5. Medan Denai 11,19

  4. Medan Amplas 14,58

  3. Medan Johor 12,81

  2. Medan Selayang 9,01

  1. Medan Tuntungan 20,68

  )

  2

  Sumber : BPS Kota Medan (2011)

  Menurut Fuad et al. (2005) harga adalah sejumlah kompensasi (uang maupun barang) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi barang dan jasa. Pada saat ini bagi sebagian besar anggota masyarakat, harga masih menduduki tempat teratas dalam keputusan untuk membeli suatu barang dan jasa.

  Pemakaian dan penggunaan rotan oleh masyarakat sangat dipengaruhi tingkat harga yang ada. Pada dasarnya harga ditentukan oleh keseimbangan antara penawaran dan permintaan. Apabila harga yang berlaku itu rendah maka tentu saja jumlah yang diminta masyarakat akan lebih banyak, karena dengan harga yang lebih rendah tentulah akan lebih banyak orang yang dapat menjangkau harga tersebut (Indriyo, 2001).

  Mutu dan Kualitas Rotan

  Penentuan jenis dan kualitas rotan yang diperdagangkan hanya didasarkan pada penampakan dan kekerasan batangnya. Syarat kualitas yang ditetapkan dalam perdagangan rotan lebih menekankan pada penampakan morfologi batang, tanpa memperhatikan aspek lainnya seperti sifat fisik, mekanik, dan sifat kimia batangnya (Tellu, 2008).

  Menurut SNI 01-7254-2006 menyatakan bahwa mutu dari suatu jenis rotan ditentukan oleh kemampuan kegunaan rotan untuk tujuan tertentu berdasarkan karakateristik yang dimilikinya berdasarkan secara visual (jenis, cacat, dimensi, kuantitas) dan secara laboratoris (kadar air dan kekuatan tarik) pada jenis-jenis sortimen rotan

  Kualitas rotan ditentukan oleh bagaimana berat jenis, kelenturan, warna dan penampilan buku-buku dan permukaan batang. Rotan yang baik memiliki dibengkokkan akan segera lurus kembali. Warna putih dari kulit rotan adalah yang terbaik. Kualitas yang lebih rendah berwarna kuning. Lebih rendah lagi apabila berwarna hitam. Rotan yang kualitasnya tinggi buku-bukunya halus tanpa adanya benjolan-benjolan (Yayasan Prosea, 1994).

  Jenis Rotan Yang Diperdagangkan

  Di Indonesia terdapat delapan jenis rotan, yakni calamus, daemonorops, khortalsia, plectocomia, ceratolobus, plectocomiopsis, myrialepis dan calospatha.

  Dari 8 jenis tersebut total jenis yang terdiri atas kurang lebih 306 spesies telah terindentifikasi dan menyebar di semua pulau di Indonesia. Dari keseluruhan yang telah terindentifikasi tersebut, sebanyak kurang lebih 50 jenis diantaranya telah dipungut, dipakai, diolah, dan diperdagangkan sejak lama oleh penduduk Indonesia yang tinggal disekitar hutan untuk memenuhi permintaan lokal dan internasional. Dari delapan genera terdapat dua genera rotan yang bernilai ekonomi tinggi adalah calamus dan daemonorops. Jumlah total rotan yang sudah ditemukan dan digunakan untuk keperluan lokal mencapai kurang dari 128 jenis (Baharuddin dan Taskirawati, 2009).

  Baharuddin dan Taskirawati (2009) menyatakan bahwa rotan yang benar- benar memiliki sifat dan memenuhi syarat serta kualitas baik untuk berbagai keperluan berjumlah 128. Dari jumlah tersebut, rotan yang memiliki nilai komersial tinggi dan banyak dipungut serta diperdagangkan sekitar 28 jenis (Tabel 2) No Nama Lokal Nama Botanis Daerah Sebaran Produksi

  1 Manau Calamus manna Miq. Aceh, Sumut, Sumbar, Jambi, Bengkulu, Lampung, Kalimantan

  40 Leules Calamus melanoloma Mart Lampung, Jabar

  30 Inun Calamus scabidulus Lampung, Jawa

  31 Bulu Khorthalsia celebica Bl Sulawesi, Maluku, Irja

  32 Semut Khorthalsia scaphigera Mart Lampung, Jawa

  33 Cacing Calamus ciliaris Bl. Sumatera, Jawa, Kalimantan

  34 Udang Khorthalsia echinomerta Becc. Sumbar, Bengkulu

  35 Manau tikus Calamus oleyanus Becc Jambi, Sumbar, Bengkulu, Kalimantan

  36 Manau gajah Calamus marginatus Mart Sumbar, Bengkulu, Kalimantan

  37 Pelah Daemonorops rubra Bl. Sumatera, Jawa, Kalimantan

  38 Lacak Calamus crinatus Bl. Riau, Jawa, Kalimantan

  39 Tunggal Calamus mucronatus Becc Sumatera, Kalimantan

  41 Epek Calamus tolitoliensis Becc NTB, Sulawesi, Maluku

  28 Telang Calamus polystachys Becc Sumut, Aceh, Jambi, Riau, Kalimantan

  42 Rawa Calamus tenuis Jambi, Sumsel, Lampung

  43 Samuli Calamus picicapus Bl Sulawesi, Maluku

  44 Arasulu Calamus rumpii Bl. Maluku, Irja

  45 Buluk Calamus hispidulus Becc Sumbar, Riau, Bengkulu, Sumbar, Lampung, Kalimantan

  46 Terumpu Calamus muricatus Sulawesi

  47 Hoa Calamus didymmocarpus Warb Sulawesi, Maluku, Irja

  48 Lambang Calamus sp. Sulawesi, Maluku

  49 Selutup Calamus optimus Becc. Sumatera, Jawa, Kalimantan

  50 Kidang Calamus sp. Lampung, Jabar

  51 Leluo Calamus maximus Sulawesi

  29 Dahan Khorthalsia flagellaris Miq. Jambi, Riau, Bengkulu, Jawa, Kalimantan

  27 Balubuk Calamus burchianus Becc Sumatera, Jawa

  2 Semambu Calamus scipionum Loure Sumbar, Bengkulu, Lampung

  13 Jermasin Calamus leijocaulis Becc. Sulawesi, Maluku

  3 Sega/taman Calamus caesius Bl. Aceh, Sumut, Sumbar, Riau, Bengkulu

  4 Irit Calamus trachyoleus Becc Kalimantan

  5 Tohiti Calamu inops Becc Sulawesi, Maluku

  6 Batang/air Calamus zoligeri Becc Sulawesi, Maluku

  7 Pulut/bole Calamus ipar Bl Kaltim, Kalsel

  8 Pulut putih Calamus sp Kaltim, Kalsel

  9 Seuti Calamus ornatus Bl Bengkulu, Lampung, Sumbar, Jawa

  10 Taman, Sego Calamus optimus Becc Kaltim, Kalsel, Kalteng

  11 Sega air Calamus exilis Griff Jambi, Sumsel, Lampung

  12 Sega batu Calamus heroideus Bl. Jambi, Sumsel, Lampung

  14 Tabu-tabu Daemonorops sabut Becc Sumbar, Bengkulu, Kalimantan

  26 Wilatung Daemonorops fissus Kalimantan

  15 Jernang Daermonorops draco Bl Jambi, Sumbar, Riau

  16 Getah Khorthalsia angustifolia Bl. NTB, Aceh, Sumbar, Jambi, Lampung

  17 Datu Calamus minahasa Warb Maluku, Irja

  18 Lilin Calamus javanensis Bl Sumatera, Jawa, Kalimantan

  19 Batu Calamus filiformis Becc. Bengkulu, Lampung, Kalteng

  20 Lita Daemonorops lamprolepis Becc Kalbar, Kaltim, Sulawesi

  21 Dandan Calamus schistacanthus Bl. Sumsel, Jambi, Lampung

  22 Umbul Calamus symhysipus Mart NTB, Sulawesi

  23 Duduk Daemonorops longopes Mart Bengkulu, Sumbar, Sumsel, Lampung, Aceh

  24 Suwai Calamus warbugii K. Schum Maluku, Irja

  25 Seel Daemonorops melanochaetes Becc Sumatera, Jawa, Kalimantan

  Sumber : Baharuddin dan Taskirawati (2009) rotan dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok sebagai berikut : a.

  Rotan mentah: rotan yang diambil/ ditebang dari hutan, masih basah dan mengandung air getah rotan, warna hijau atau kekuning-kuningan (lapisan berklorofil), belum digoreng dan belum dikeringkan.

  b.

  Rotan asalan: rotan yang telah mengalami proses penggorengan, penjemuran, dan pengeringan. Permukaan kulit berwarna coklat kekuning-kuningan, masih kotor belum dicuci, bergetah-kering, permukaan kulit berlapisan silikat.

  c.

  Rotan natural washed & sulphured (W/S): rotan bulat natural yang masih berkulit, sudah mengalami proses pencucian dengan belerang (sulphure), ruas/ tulang sudah dipangkas maupun tidak dipangkas (trimmed atau untrimmed), biasanya kedua ujungnya sudah diratakan, sudah melalui sortasi ukuran diameter maupun kualitas.

  d.

  Rotan poles: rotan bulat yang telah dihilangkan permukaan kulit bersilikatnya dengan menggunakan mesin poles rotan e.

  Hati rotan: merupakan isi/ hati rotan tanpa kulit dengan berbagai bentuk.

  f.

  Kulit rotan: merupakan lembaran rotan yang diperoleh dari hasil pembelahan rotan bulat natural dan/ atau rotan bulat poles.

  g.

  Serbuk rotan: merupakan sisa (waste) dari proses poles rotan. Dipergunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan obat nyamuk bakar maupun briket.

  Meskipun Indonesia kaya akan berbagai jenis rotan, namun tidak seluruh rotan tersebut dapat dimanfaatkan. Menurut Yayasan Rotan Indonesia (YRI)

  

dalam KPPURI (2010) dari 350 spesies rotan yang ada di Indonesia, baru 53 jenis rotan komersial Indonesia serta penggunaannya di dalam negeri. Tabel 3. Jenis Rotan Komersial dan Penggunaannya di Dalam Negeri

  No Jenis Rotan Diameter Penggunaan Dalam Negeri Pulau Sumatera

  1 Sega (Kooboo) 6/16 mm Pemakaian terbatas di dalam negeri

  17 Sabutang 8/16 mm Tidak terpakai (hanya bisa diproses menjadi rotan W/ S)

  18 Anduru 6/16 mm Hanya bisa diproses menjadi rotan W/ S

  19 Putih (paloe) 6/18 mm Hanya bisa diproses menjadi rotan W/ S

  20 Taimanuk 10/18 mm Hanya bisa diproses menjadi rotan W/ S

  21 Datu merah 2/5 mm Hanya bisa diproses menjadi rotan W/ S

  22 Datu putih 3/7 mm Hanya bisa diproses menjadi rotan W/ S

  23 Katak merah 12/20 mm Hanya bisa diproses menjadi rotan W/ S

  24 Katak putih 12/20 mm Hanya bisa diproses menjadi rotan W/ S Pulau Kalimantan

  2 Pulut merah 2/5 mm Pemakaian terbatas (hanya dalam bentuk W/ S

  15 Tanah (ape) 10/20 mm Tidak terpakai di dalam negeri

  3 Sarang buaya Pemakaian terbatas (hanya dalam bentuk W/ S

  4 Tunggal 18/42 mm Pemakaian terbatas di dalam negeri

  5 Pulut putih 3/6 mm Tidak dipakai (hanya dalam bentuk W/ S)

  6 Semambu 18/34 mm Tidak dipakai (hanya dalam bentuk W/ S)

  7 Jalayan 20/42 mm Tidak dipakai di dalam negeri

  8 Batu 10/24 mm Tidak dipakai (hanya dalam bentuk W/ S) Pulau Jawa

  1 Suti 20/34 mm Pemakaian terbatas di dalam negeri

  2 Manis/Banyuwangi 18/34 mm Pemakaian terbatas di dalam negeri

  16 Jemasin (ronti) 6/16 mm hanya bisa diproses menjadi rotan W/ S

  14 Moli 14/24 mm Tidak terpakai di dalam negeri

  1 Manau 18/44 mm Pemakaian terbatas di dalam negeri

  3 Lambang 10/24 mm Hanya diameter 2,5/15mm dalam bentuk hati

rotan

  2 Sega loonti Pemakaian terbatas di dalam negeri

  3 Jerimasin Pemakaian terbatas di dalam negeri

  4 Tabu-tabu 18/36 mm Tidak dipakai di dalam negeri

  5 Mawi 16/28 mm Tidak dipakai di dalam negeri

  6 Giok-giok 16/28 mm Tidak dipakai di dalam negeri

  7 Lacak Tidak dipakai di dalam negeri Pulau Sulawesi

  1 Batang 16/48 mm Hanya diameter 18/30mm dalam bentuk poles

  2 Manuk putih (noko) 16/38 mm Hanya diameter 18/30mm dalam bentuk poles

  4 Tohiti 10/34 mm Pemakaian di dalam negeri terbatas

  13 Lebanga Tidak terpakai di dalam negeri

  5 Manuk merah 14/36 mm Pemakaian di dalam negeri terbatas

  6 Umbulu 10/24 mm Pemakaian di dalam negeri terbatas

  7 Pato 28/50 mm Tidak terpakai di dalam negeri

  8 Paik 10/20 mm Tidak terpakai di dalam negeri

  9 Tarumpu 16/32 mm Tidak terpakai di dalam negeri

  10 Botol 14/38 mm Tidak terpakai di dalam negeri

  11 Ubang 14/38 mm Tidak terpakai di dalam negeri

  12 Barakcung 14/24 mm Tidak terpakai di dalam negeri

  Sumber : Asosiasi Petani Rotan Indonesia (APRI), 2010

  Tingkat Keawetan

  Nilai suatu jenis rotan untuk keperluan mebel, barang kerajinan dan peralatan rumah tangga sangat ditentukan oleh keawetannya, Keawetan rotan adalah daya tahan suatu jenis rotan terhadap berbagai faktor perusak rotan, tetapi biasanya yang dimaksud ialah daya tahan terhadap faktor perusak biologis yang disebabkan oleh organisme perusak rotan yaitu jamur dan serangga. Dalam hal ini perlu diperhatikan terhadap organisme mana keawetan itu dimaksudkan, karena sesuatu jenis rotan yang tahan terhadap serangan jamur misalnya belum tentu akan tahan juga terhadap serangga atau organisme perusak lainnya. Keawetan rotan juga dipengaruhi pula faktor lain seperti kandungan selulosa, lignin, pati dan kimia lainnya (Jasni dan Supriana, 2000).

  Jasni dan Supriana (2000) menyatakan bahwa hasil penelitian secara laboratoris mengenai ketahanan 8 jenis rotan terhadap organisme perusak dari jenis bubuk rotan kering Dinoderus minutus Farb, dibuat 5 kelas awet (ketahanan) berdasar penilaian penurunan berat rotan (Tabel 5) akibat diserang bubuk tersebut.

  Adapun klasifikasi tersebut tercantum pada Tabel 4. Tabel 4. Kelas awet (ketahanan) 8 jenis rotan terhadap serangan bubuk Dinoderus minutus Farb.

  Nama Jenis Rotan Kelas Awet

  No (Ketahanan)

  Nama Daerah Nama Botanis 1 Bubuay Plectocomia elongata Becc.

  V 2 Semambu Calamus scipionum Burr.

  III 3 Tretes Daemonorop heteroides Bl.

  III 4 Balubuk Calamus burchianus Becc.

  II 5 Batang Calamus zolingerii Becc.

  II 6 Galaka Calamus sp.

  I 7 Tohiti Calamus inops Becc.

  I 8 Manau Calamus manan Miq.

  I

   minutus Farb.

  Kelas awet (ketahan) Penurunan berat (mg) I < 42

  II 43 - 62

  III 63 - 82

  IV 83 - 102 V > 102

  Tingkat Kekuatan

  Menurut Bhat dan Thulasidas (1993) dalam Krisdianto dan Jasni (2005) dimensi serat merupakan parameter yang penting untuk menentukan kekuatan rotan. Panjang serat dan tebal dinding serat dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk menentukan kekuatan rotan. Semakin tebal dinding dan semakin panjang serat, maka semakin tinggi kekuatan batang rotan. Dinding serat yang tebal menjadikan rotan lebih keras dan meningkatkan kemampuan menyangga beban yang berat.

  Analisis Ekonomi

  Analisis ekonomi adalah proses analisis kekuatan dan kelemahan suatu ekonomi dianalisis. Analisis ekonomi penting untuk memahami kondisi ekonomi yang tepat. Di dalam analisis ekonomi, suatu proyek dilihat dari sudut pandang perekonomian sebagai keseluruhan (Alam et al, 2009).

  Menurut Aziz (2003) untuk mengetahui tingkat kelayakan dari berbagai produk hal yang dilakukan adalah menganalisis biaya dan pendapatan. Setelah mengetahui biaya dan pendapatan dilanjutkan dengan pemakaian metode R/C Ratio dan Break Event Point (BEP).

  Dalam analisis biaya dan pendapatan dilakukan perhitungan biaya produksi total (biaya tetap total dan biaya variabel total). Setelah mengetahui biaya produksi dihitung penerimaan dan keuntungan.

  Menurut Aziz (2003) rumus perhitungan biaya produksi, penerimaan dan keuntungan adalah sebagai berikut: Biaya produksi: TC = TFC + TVC Penerimaan: TR = P.Q Keuntungan = TR – TC Keterangan: TC = total cost (biaya total)

  TFC = total fixed cost (biaya tetap total ) TVC = total variabel cost (biaya tidak tetap total) TR = total revenue (penerimaan total) P = price per unit (harga jual per unit) Q = quantity (jumlah produksi)

  b. Revenue Cost Ratio (R/C) Metode R/C merupakan perbandingan penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan. Menurut Kuswadi (2006) untuk menghitung R/C dapat dirumuskan sebagai berikut.

  TR

  RC =

  TC

  Keterangan: TR = total revenue (penerimaan total) TC = total cost (biaya total)

  Kriteria penilaian R/C: R/C < 1 = produk tidak layak secara ekonomi c. Pendekatan Break Event Point (BEP) Analisis break event point adalah suatu analisis yang bertujuan untuk menemukan satu titik, dalam unit atau rupiah, yang menunjukkan biaya sama dengan pendapatan. Menurut Aziz (2003) perhitungan BEP (konsep titik impas) dapat dilakukan dengan dua rumus yaitu:

  Biaya Total

  BEP Biaya Produksi =

  Ha rga P roduk Biaya Total

  BEP Harga Produksi =

  Total P roduksi Penelitian-penelitian Terbaru Mengenai Industri Rotan di Kota Medan

  Menurut Sigalingging (2011) hasil penelitian di Perusahaan CV. Haramas Medan menggunakan jenis rotan yang antara lain rotan manau (Calamus manan), rotan sega (Calamus caesius), rotan cacing batu (Calamus melanoloma) dan rotan batu lantai (Calamus sp). Produksi di CV. Haramas tergantung pada pesanan (orderan). Bentuk produk yang diproduksi disesuaikan dengan permintaan pembeli (buyer). Pada bulan April 2011 pesanan produk di CV. Haramas ada tiga yaitu Kode 259 t (meja setengah jadi), Kode 259 (kursi) dan Kode 262 (kursi). Pemberian kode pada produk ini adalah untuk mempermudah perusahaan dalam proses produksi. Masing-masing jumlah produksi dari produk adalah 200 unit, jadi jumlah seluruh produksi pada bulan April 2011 adalah 600 unit.

  Menurut Suratmi (2010) hasil produk-produk dari rotan yang ditawarkan

  usaha toko pengrajin rotan di kota Medan adalah

  kursi tamu (kursi teras), sekat (pembatas ruangan), kuda-kudaan (mainan anak), keranjang parsel (bentuk kursi goyang anyaman, hulahop, tudung saji, bakul pakaian, kursi malas, rak buku, rak dispenser, dan keranjang buah.

  Menurut Syahraini (2010) harga rotan berdasarkan jenisnya pada tahun 2000 disajikan pada Tabel 6. Kemudian harga barang kerajinan berdasarkan jenisnya disajikan pada Tabel 7 berikut: Tabel 6. Harga Rotan di Kota Medan Berdasarkan Jenisnya pada Tahun 2000

  No Jenis Rotan Harga (Rp)

  1. Rotan manau 13.000/batang

  2. Rotan manau poles kecil 12.000/batang

  3. Rotan manau sedang 17.000/batang

  4. Rotan manau ukuran 40 mm 20.000/batang

  5. Rotan manau ukuran 35-40 mm 18.000/batang

  6. Rotan manau ukuran 30-35 mm 16.000/batang

  7. Rotan getah 3.000- Rp. 4.000/kg

  8. Rotan pitrit 25.000- Rp. 27.000/batang

  9. Rotan semambu 5000-Rp 7.000/batang

  10. Rotan sega 12.500/batang

  11. Rotan cacing 3.000/kg

  12. Rotan tabu-tabu berdasarkan ukurannya 7.000-10.000/batang Sumber: Kamaludin (2000) dalam Syahraini (2010) Tabel 7. Harga barang kerajinan di Medan berdasarkan jenisnya pada Tahun 2000

  No Barang-Barang Kerajinan Harga (Rp)

  1. Kursi teras harga persetnya 1 juta – 3 juta

  2. Kursi tamu harga persetnya 1,5 juta – 5 juta 3. Kursi sofa harga persetnya 700.000.

  4. Meja makan dan kursinya 500.000 – Rp.700.000

  5. Kursi malas 300.000 6. Rak Sudut 800.000 – 1500.000.

  7. Lemari 2 jt – 3 jt

  8. Ayunan 50.000 – 100.000

  9 Cermin rotan 15.000 – 50.000 10 Keranjang berbagai bentuk 5.000 – 100.000.

  11 Hulahop 10.000 – 50.000.

  12 Sarang Lampu 30.000 – 60.000.

  13 Pot berdasarkan jenis dan bentuknya 3.000 – 800.000.

  14 Bola takraw 5000 – 15.000 Sumber: Kamaludin (2000) dalam Syahraini (2010)