Efektifitas Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) di Kota Medan Chapter III VI

BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dan kuantitatif yang
bersifat deskriptif. Penelitian digunakan untuk meneliti masalah-masalah yang
membutuhkan studi mendalam, seperti permasalahan tingkah laku konsumen suatu
produk, permasalahan implementasi kebijakan publik di masyarakat, dan sebagainya.
Penelitian ini berusaha memberikan gambaran tentang efektivitas kebijakan
jamkesmas di kota Medan.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Kota Medan, khususnya pada Dinas
Kesehatan, PT. Askes, Rumah sakit Pirngadi Medan (PPK jamkesmas) dan wilayah
kerja puskesmas di Kota Medan. Penelitian dimulai dari bulan Maret 2012 sampai
dengan Mei 2012.

3.3. Pemilihan Informan Penelitian
Peneliti sebelum ke lapangan terlebih dahulu telah memilih informan dalam
penelitian ini adalah:
1. Pemerintah Daerah


: Pemerintah Daerah Kota Medan Kepala Bagian

Kesejahteraan Rakyat

Universitas Sumatera Utara

2. Badan Pelaksana :
a. Dinas Kesehatan Kota Medan sekretaris Bagian Kefarmasian Jaminan dan
Sarana Kesehatan
b. PT. Askes (Persero) : Kepala Seksi Kepesertaan dan Pelayanan Pelanggan
Sebagai responden untuk triangulasi (Cross check) yaitu:
3. PPK

:

a. Tim Pengendali Askes Bagian Jamkesmas dan verifikator independen
Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan
b. Kepala Puskesmas Amplas dan Kota Matsum
4. Peserta Jamkesmas
a. Wilayah kerja Puskesmas Belawan

b. Wilayah kerja Puskesmas Amplas
c. Wilayah kerja Puskesmas Kota Matsum
Dalam rangka meningkatkan validitas data dilakukan triangulasi terhadap
Pemberi Pelayanan Kesehatan (1 Rumah Sakit dan 3 Puskesmas) dan masyarakat
miskin di wilayah kerja puskesmas. Untuk menentukan jumlah sampel dari masingmasing wilayah kerja puskesmas, menurut Prasetyo (2005) digunakan rumus:
Populasi Masyarakat miskin
Sampel

=

x 100
Total Populasi Miskin

Pemilihan sampel daerah wilayah kerja puskesmas dibatasi pada daerah
tertinggi penduduk miskin, sedang dan rendah, antara lain:

Universitas Sumatera Utara

Peserta Jamkesmas wilayah kerja puskesmas
1. Puskesmas Belawan (42, 698 jiwa gakin)


= 71 reponden

2. Puskesmas Amplas (14,735 jiwa gakin)

= 24 reponden

3. Puskesmas Kota Matsum (2, 622 jiwa gakin)

= 5 reponden

3.4. Metode Pengumpulan Data
3.4.1. Data Primer
Pengumpulan data primer dilakukan dengan wawancara mendalam (indeph
interview) lokasi, pemilihan informan berdasarkan key informan, melakukan
wawancara mendalam (indeph interview) tentang topik penelitian berdasarkan
pedoman wawancara dan kuesioner yang telah disusun peneliti. Alat yang digunakan
pada saat wawancara adalah tape recorder.
3.4.2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari beberapa sumber untuk melengkapi data primer

yang meliputi data profil Dinas Kesehatan, buku dan jurnal yang berkaitan dengan
jaminan kesehatan masyarakat miskin (jamkesmas) serta buku yang berisi tulisan
tentang efektivitas jamkesmas serta data-data kependudukan tentang Medan.

3.5. Definisi Operasional
Secara garis besar, variabel yang dikumpulkan dalam studi ini adalah:
a. Evaluasi kegiatan utama program jamkesmas

Universitas Sumatera Utara

3. Manajemen administrasi dan keuangan, yaitu jumlah dana, mekanisme
pembayaran dan prosedur klaim, laporan keuangan, peran pemerintah
daerah dan monitoring evaluasi, tidak dimaksudkan untuk mendapatkan
gambaran pemanfaatan dana menggunakan pendekatan audit, mencakup:
4. Aspek Kepesertaan : jumlah keluarga miskin, kriteria keluarga miskin,
mekanisme pendataan dan penentuan gakin, sosialisasi program dan
kepesertaam serta ketetapan sasaran.
b. Evaluasi hasil program
2. Manajemen Pelayanan, terdiri dari konsumen internal (PPK) dan konsumen
eksternal (peserta jamkesmas/ pasien) yang mencakup:

a. Konsumen Internal (PPK), yaitu rumah sakit dan puskesmas mencakup
antara lain proses negoisasi dan kontrak kerja PPK, paket pelayanan,
pemilihan dan penentuan PPK, utilisasi pelayanan (pemanfaatan
pelayanan), ketersediaan SDM, kepuasan konsumen
b. Konsumen Eksternal, yaitu peserta (pasien) jamkesmas mencakup
kepuasaan konsumen

3.6. Metode Analisis Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam, kemudian
dilakukan triangulasi, data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan metode
kualitatif, sedangkan untuk data kuantitatif (PPK dan peserta jamkesmas)
menggunakan frekuensi distribusi. Menurut Miles dan Hubertman aktivitas dalam

Universitas Sumatera Utara

penelitian analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara
terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah penuh (Sugiyono, 2009).
Analisis terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu: reduksi
data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/ verifikasi.


Universitas Sumatera Utara

BAB 4
HASIL PENELITIAN

4.1. Kota Medan
4.1.1. Letak dan Geografis
Kota Medan sebagai ibu kota Propinsi Sumatera Utara merupakan pusat
pemerintahan, pendidikan, kebudayaan dan perdagangan. Terletak di Pantai Timur
Sumatera dengan batas-batas sebagai berikut:
1. Sebelah utara berbatasan dengan Selat Malaka
2. Sebelah Selatan, Barat, dan Timur berbatasan dengan Kabupaten Deli
Serdang.
Luas wilayah Kota Medan adalah 265,10 Km² terdiri dari 21 kecamatan dan
151 kelurahan. Kota Medan memiliki geografis yang unik, ramping ditengah dan
membesar disisi uatara dan sisi selatan. Bagian utara merupakan kawasan industri dan
pelabuhan serta pemukiman, yang dihubungkan ke bagian selatan oleh bagian tengah
yang ramping. Bagian selatan merupakan pusat kegiatan perkotaan. Kota terus
tumbuh menyebar secara alami, akibatnya banyak muncul daerah perkotaan pinggiran
Kota Medan.

Jumlah penduduk Kota Medan tahun 2010 berdasarkan data dari BPS Kota
Medan adalah 2.097.610 jiwa dengan kepadatan penduduk rata-rata 7.913/Km².
Penyebaran penduduk tidak merata, daerah yang terbanyak penduduknya adalah
kecamatan Medan Deli dengan jumlah penduduk 166.793 orang, namun daerah

Universitas Sumatera Utara

terpadat penduduknya adalah kecamatan Medan Perjuangan yaitu 22.819 jiwa/Km²
(Luas Wilayah 4,09 Km²). Sedangkan kecamatan Medan Labuhan merupakan daerah
yang renggang penduduknya yaitu 3.032 jiwa/Km² (luas wilayah 36,67Km²).
4.1.2. Pembiayaan Kesehatan
Proporsi anggaran kesehatan untuk Kota Medan tahun 2010 bersumber dari
APBD Kota Medan sebesar 5,54%. Anggaran biaya kesehatan bersumber dari APBN
propinsi 0,21% sedangkan anggaran biaya kesehatan bersumber dari APBN sebesar
6,99%. Anggaran kesehatan bersumber dari pinjaman/ hibahluar negeri (PHLN) tidak
ada (0%). Persentase APBD kesehatan terhadap APBD Kota Medan hanya 5,54%.

4.2. Penduduk Medan yang Menggunakan Sarana Kesehatan
Penduduk Kota Medan yang menggunakan sarana kesehatan (yang
memanfaatkan) puskesmas sebanyak 1.081.032 jiwa dari jumlah keseluruhan

penduduk sebanyak 22.097.610 jiwa. Pemanfaatan puskesmas sebagai rawat jalan
sebanyak 1.080.725 jiwa (50,96%), dan pemanfaatan rawat inap mencapai 307
(0,01%). Menurut Standar Pelayanan Minimal bidang kesehatan tahun 2008, bahwa
target pencapaian 30%. Hal ini menunjukkan tingginya angka pemanfaatan rawat
jalan. Untuk rawat inap target pencapaian Standar Pelayanan Minimal 2,5%. Angka
ini menunjukkan masih rendahnya pemanfaatan rawat inap puskesmas. Berdasarkan
data tersebut lebih dari lebih dari 50% masyarakat Kota Medan yang memanfaatkan
puskesmas. Hal ini disebabkan karena masyarakat sadar akan pentingnya upaya
promotif, preventif, kuratif untuk meningkatkan kesehatan.

Universitas Sumatera Utara

4.3. Cakupan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
Jumlah penduduk Kota Medan sebesar 2.097.610 orang, sedangkan jumlah
penduduk yang ikut dalam kepesertaan jaminan kesehatan pra bayar yaitu ASKES
sebanyak 152.628 orang dan jamkesmas 417.156 orang. Artinya hanya 27,16%
penduduk Kota Medan yang ikut dalam jaminan pemeliharaan kesehatan prabayar
(Profil Dinas Kesehatan Kota Medan, 2011).
4.3.1. Pelayanan Kesehatan Keluarga Miskin (Gakin)
Jumlah penduduk miskin di Kota Medan sebanyak 417.156 penduduk miskin

(19,89%). Penduduk miskin yang mendapat pelayanan kesehatan rawat jalan
sebanyak 32.526 (7,80%). Menurut standar pelayanan minimal target pencapaian
jamkesmas Kota Medan 75%, dapat dilihat pada tabel 4.1. berikut ini (Profil Dinas
Kesehatan Kota Medan, 2011).
Tabel 4.1. Jumlah Cakupan Jaminan Kesehatan Masyarakat
No

Kecamatan

1.

Medan Tuntungan

2.

Medan Johor

3.
4.


Medan Amplas
Medan Denai

5.

Medan Area

6.

Medan Kota

Puskesmas
-

Tuntungan
Simalingkar
Medan Johor
Kedai Durian
Amplas
Desa Binjei

Tegal Sari
Medan Denai
Bromo
Kota Matsum
Sukaramai
M.Area
Teladan
Pasar Merah
Sp. Limun

Jumlah Keluarga
Miskin
8.403
6.601
12.037
8.913
20.376
7.035
7.973
7.984
6.089
1.256
5.737
5.170
3.010
4.358
7.016

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.1. (Lanjutan)
7.
8.
9.
10.
11.

Medan Maimun
Medan Polonia
Medan Baru
Medan Selayang
Medan Sunggal

12.
13.

Medan Helvetia
Medan Petisah

14.

Medan Barat

15
16.
17.

Medan Timur
Medan Perjuangan
Medan Tembung

18.

Medan Deli

19.

Medan Labuhan

20.
21.

Medan Marelan
Medan Belawan
Jumlah

-

Kampung Baru
Polonia
Padang Bulan
Selayang
Desa Lalang
Sunggal
Helvetia
Petisah
Darussalam
Rantang
Glugur Kota
Brayan
Sei Agul
Glugur Darat
Sentosa Baru
Mandala
Sering
Medan Deli
Titi Papan
Medan Labuhan
Labuhan
Martubung
Terjun
Belawan

11.295
13.383
6.791
10.575
7.764
9.202
10.432
3.024
3.450
7.360
4.162
5.951
12.030
20.991
21.904
10.948
10.224
18.737
5.298
8.939
11.200
12.323
34.262
42.698
425.539

Sumber: Profil Dinas Kesehatan Kota Medan Tahun 2011
4.4. Gambaran Hasil Studi Telaah Aspek Makro Jamkesmas di Kota Medan
Hasil telaah aspek makro dalam sub bab ini sesuai dengan topik-topik area
studi, yaitu aspek kepesertaan, aspek manajemen pelayanan dan aspek administrasi
dan keuangan. Sebagai sumber informasi adalah para informan di tingkat Pusat yaitu
Kepala Bagian Kesejahteraan Rakyat Pemerintah Daerah Kota Medan, Dinas
Kesehatan Kota Medan, PT. Askes dan dokumen-dokumen terkait, termasuk datadata serta berbagai surat keputusan.

Universitas Sumatera Utara

4.5. Aspek Kepesertaan
Peserta Program Jamkesmas adalah masyarakat miskin dan orang yang tidak
mampu dan peserta lainnya yaitu gelandangan, pengemis, anak dan orang terlantar,
masyarakat miskin yang tidak memiliki identitas, yang iurannya dibayari oleh
Pemerintah sejumlah 76,4 juta jiwa dan untuk penduduk miskin Kota Medan
sejumlah 417.156 jiwa. Peserta yang dijamin dalam program Jamkesmas tersebut
meliputi :
a. Masyarakat miskin dan tidak mampu yang telah ditetapkan dengan keputusan
Walikota mengacu pada:
1. Data masyarakat miskin sesuai dengan data BPS 2008 dari Pendataan
Program Perlindungan Sosial (PPLS) yang telah lengkap dengan nama dan
alamat yang jelas (by name by address).
2. Sisa kuota: total kuota dikurangi data BPS 2008 untuk Kota Medan yang
ditetapkan sendiri oleh kota lengkap dengan nama dan alamat (by name by
address) yang jelas.
b. Gelandangan, pengemis, anak dan orang terlantar, masyarakat miskin yang tidak
memiliki identitas.
c. Masyarakat miskin yang ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor 1185/Menkes/SK/XII/2009 tentang Peningkatan Kepesertaan Jamkesmas
bagi Panti Sosial, Penghuni Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan
Negara serta Korban Bencana Pasca Tanggap Darurat. Tata laksana pelayanan

Universitas Sumatera Utara

diatur dengan petunjuk teknis (juknis) tersendiri sebagaimana tertuang dalam
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1259/Menkes/SK/XII/2009.
Masyarakat miskin dan tidak mampu yang tidak termasuk dalam kuota
keputusan Walikota maka jaminan kesehatannya menjadi tanggung jawab Pemerintah
Daerah (Pemda) dengan Jaminan Pelayanan Kesehatan Medan Sehat (JPKMS).
Bila terjadi kehilangan kartu Jamkesmas, peserta melapor kepada PT. Askes
(Persero) untuk selanjutnya dilakukan pengecekan database kepesertaannya dan PT.
Askes (Persero) berkewajiban menerbitkan surat keterangan yang bersangkutan
sebagai peserta. Bagi peserta yang telah meninggal dunia maka haknya hilang dengan
pertimbangan akan digantikan oleh bayi yang lahir dari pasangan peserta Jamkesmas
sehingga hak peserta yang meninggal tidak dapat dialihkan kepada orang lain, dan
penyalahgunaan terhadap hak kepesertaan dikenakan sanksi sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Dalam menetapkan sasaran masyarakat miskin, Pemerintah Kota Medan
melalui Kepala bagian kesejahteraan rakyat menyatakan bahwa menggunakan kriteria
dari BPS dan BKKBN.
Menurut hasil wawancara informan dari PT. Askes Cabang Medan, penentuan
keluarga miskin menggunakan kriteria dari BPS dimana pendataan dilakukan oleh
pemerintah kota kemudian disahkan oleh walikota dan PT. Askes menerbitkan kartu
peserta jamkesmas berdasarkan kuota yang sudah ada.
Menurut hasil wawancara informan dari Dinas Kesehatan tidak terlibat dalam
pendataan keluarga miskin, data keluarga miskin ditetapkan dengan SK Walikota

Universitas Sumatera Utara

Medan, data untuk penerbitan kartu peserta jamkesmas berdasarkan data BPS tahun
2008 untuk pencetakan kartu oleh PT. Askes tahun 2011. Dapat dilihat pada matriks
hasil wawancara berikut ini:
Tabel 4.2. Matriks Hasil Wawancara dengan Informan dalam Penentuan
Kriteria Keluarga Miskin
No.
1.

2.

3.

Hasil Wawancara dengan Informan
Ka. Bagian Kesejahteraan Rakyat Pemerintahan Kota Medan
“Untuk menetapan kriteria masyarakat miskin untuk penetapan peserta
jamkesmas pemerintah kota menggunakan kriteria dari BPS dan BKKBN”.
Ka. Seksi Kepesertaan dan Pelayanan Pelanggan PT. Askes (Persero)
“Kuota yang telah disahkan oleh bupati atau walikota, kemudian kami yang
mencetak kartu peserta jamkesmas, Untuk kriterian keluarga miskin kami
tidak terlibat di dalammya jadi hanya sampai penerbitan kartu
kepesertaannya saja”
Sekretaris Bagian Kefarmasian Jaminan dan Sarana Kesehatan dari
Dinas Kesehatan Kota Medan
“Secara teknis, pendataan jamkesmas dilakukan oleh BPS, data BPS itu di
SK kan oleh Walikota yang dikirim ke pusat, jadi secara teknis sekali, saya
sebagai tim teknis belum pernah secara langsung terlibat untuk itu, dari
BPS turun ke Walikota, dan inilah penduduk miskin di wilayah kita, itulah
yang diusulkan, tetapi kalau saya tidak salah data yang dibuat oleh BPS itu
seharusnya dishare dulu dengan dinas kesehatan, baru bersama-sama
karena kependudukan menyangkut peran dari badan pusat statistik dan
karena itu menyangkut kesehatan seharusnya bersama-sama melangkah
menetapkan ini penduduk miskin kita, jadi saya belum tahu pernah ada ikut
berperan dalam penetapan keluarga miskin seperti itu”.
Pada penetapan kriteria keluarga miskin sebaiknya adanya kerjasama lintas

sektor yaitu pemerintah Kota, BPS, Dinas Kesehatan dan perangkat daerah dalam
mendata keluarga miskin.
Dalam penerapan kepesertaan jamkemas banyak ditemui tidak tepat sasaran
kepesertaan jamkesmas, seperti yang dikemukakan informan dari Tim Pengendali
Askes bagian jamkesmas RSUD dr. Pirngadi Medan dan keterangan dari kepala

Universitas Sumatera Utara

Puskesmas Medan Amplas. Namun begitu, bagi masyarakat miskin yang berobat
tidak memiliki kartu jamkesmas masih tetap dilayani, selama ada surat keterangan
yang sah melalui program JPKMS.
Dari PT. Askes menyatakan bahwa adanya nama yang double data yang
diperoleh dari PT. Askes berdasarkan data yang telah disahkan oleh pemerintah
daerah dan PT. Askes tidak mempunyai kewenangan dalam menarik data tersebut.
Hal yang sama juga dinyatakan dari hasil wawancara informan kepala bidang
kesejahteraan rakyat Bapak X dari Pemerintah Kota Medan menyatakan
bahwasannya, data penduduk miskin dari BPS diberikan ke pemerintah daerah untuk
diverifikasi dan didistribusikan melalui camat, lurah dan kepala lingkungan dan
diteruskan kepada masyarakat miskin. Dapat dilihat pada matriks wawancara berikut
ini:
Tabel 4.3. Matriks Hasil Wawancara dengan Informan tentang Ketepatan
Sasaran Jamkesmas
No.
1.

2.

Hasil Wawancara dengan Informan
Ka. Bagian Kesejahteraan Rakyat Pemerintahan Kota Medan
“Pemerintah kota mendapatkan data penduduk miskin dari BPS, kemudian
diverivikasi dan didistribusikan melalui camat, lurah dan kepala lingkungan
untuk didistribusikan, dan untuk pengelolaan jamkesmas diserahkan kepada
dinas kesehatan kota”.
Sekretaris Bagian Kefarmasian Jaminan dan Sarana Kesehatan dari
Dinas Kesehatan Kota Medan
“Secara teknis, sesuai dengan kuota pusat sebesar 417.156, nah seharusnya
kalau dilihat dari kuota penduduk miskin oleh BPS, seharusnya itu sudah
tercover, karena kalau kita lihat data BPS 345.000, tapi faktanya bahwa
data yang diusulkan berdasarkan kuota juga sudah dipenuhi masih tetap
masyarakat miskin itu masih banyak yang tidak tercover, sehingga sesuai
dengan Kepmenkes, bahwa masyarakat miskin yang tidak bisa ditanggung
oleh program jamkesmas atau melalui APBN Pusat harus ditanggung oleh

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.3. (Lanjutan)

3.

4.

5.

Kabupaten/Kota setempat, jadi Kabupaten/Kota setempat yang harus
memikirkan bentuk dan anggaran yang diperuntukkan untuk penjaminan
kesehatan itu melalui APBD daerah, hanya kita di kota Medan dibuat
melalui program ‘Medan Sehat’, jadi ‘Medan Sehat’ itu merupakan
pendamping, jadi semua jamkesda itu merupakan pendamping dari program
Jamkesmas yang dikelola oleh daerah”.
Ka. Seksi Kepesertaan dan Pelayanan Pelanggan PT. Askes (Persero)
“Jadi jika terjadi data double, hanya boleh satu yang digunakan peserta,
karena database itu sudah disahkan oleh pemda, dan sudah dicatat oleh
kementerian, kami tidak punya hak untuk mencabut data tersebut, tidak
bisa kami putuskan si A itu lah yang benar, dan itu tidak bisa digantikan
oleh yang lain. karena memang datanya juga rumit dan kami hanya
memiliki sedikit waktu untuk menyiapkan penerbitan kartu jamkesmas. Itu
yang mau coba dibenahi oleh pemerintah, makanya diadakan e-ktp, kalau
e-ktp sudah selesai, berarti itu mungkin bisa kita cek, walaupun masih
panjang lagi”.
Ka. Bagian Pengendali Askes (Jamkesmas) RSUD dr. Pirngadi Medan
“Banyak kami jumpai pasien yang berobat ke RSU Pirngadi dengan
membawa kartu jamkesmas orang lain, dimana kami periksa kartu keluarga
tidak sesuai dengan nama yang ada di kartu jamkesmas dan ada juga pasien
yang membawa dua kartu jamkesmas dan JPKMS, sehingga kami sulit untuk
memproses administrasi pelayanan pasien tersebut tetapi tetap kami berikan
pelayanan kesehatan di rumah sakit ini, dan juga ada pasien yang bawa
kartu palsu hasil scanning”.
Ka. Puskesmas Amplas dan Kota Matsum
“Hendaknya peserta jamkesmas harus tepat sasaran, dimana masyarakat
yang membutuhkan mendapatkannya karena di wilayah kerja Puskesmas
Amplas sendiri ada keluarga yang mampu mempunyai kartu jamkesmas dan
datang ke puskesmas meminta rujukan, hal ini menunjukkan bahwa tidak
tepatnya sasaran peserta jamkesmas justru masyarakat yang tidak mampu
tidak mempunyai kartu peserta. Oleh karena itu dari puskesmas jika ada
terdapat keluarga yang tidak mampu kami mengajukan kepada dinas
kesehatan untuk mendapatkan kartu peserta JPKMS”.
Dalam pendataan masyarakat miskin perlu adanya verifikasi data, agar tidak

terjadi data yang double ataupun ketidaktepatan sasaran keluarga miskin. Kuota
jamkesmas dari pemerintah sebesar 417.156 jiwa, seharusnya kalau dilihat dari kuota
penduduk miskin oleh BPS sebesar 345.000 jiwa penduduk miskin, sudah terjamin

Universitas Sumatera Utara

dengan jamkesmas, faktanya bahwa data yang diusulkan berdasarkan kuota tidak
dapat dipenuhi,

masih terdapat masyarakat miskin yang tidak terlindungi oleh

jamkesmas.

4.6. Aspek Manajemen Pelayanan
Proses negoisasi konrak antara pemberi pelayanan kesehatan (PPK) dengan
pihak badan pelaksana jamkesmas menjadi langkah awal dalam pelaksana
penyelenggaraan paket pelayanan yang akan diberikan, terkadang kurangnya
informasi dan sosialisasi program terutama bagi PPK, terkadang rumah sakit kurang
memahami petunjuk pelaksanaan pemberi pelayanan kesehatan. Hal ini dinyatakan
oleh informan dari Tim Pengendali Askes bagian jamkesmas dr. Pirngadi Medan.
Menurut keterangan dari Dinas Kesehatan bahwasanya dinas kesehatan
membuat perjanjian kontrak kerja PPK, dengan mekanisme penentuan PPK telah
ditetapkan dari pusat.
Setiap peserta mempunyai hak mendapat pelayanan kesehatan meliputi
pelayanan kesehatan Rawat Jalan Tingkat Pertama (RJTP) dan Rawat Inap Tingkat
Pertama (RITP), pelayanan kesehatan Rawat Jalan Tingkat Lanjutan (RJTL), Rawat
Inap Tingkat Lanjutan (RITL) kelas III dan pelayanan gawat darurat.
Manfaat jaminan yang diberikan kepada peserta dalam bentuk pelayanan
kesehatan yang bersifat menyeluruh (komprehensif) berdasarkan kebutuhan medik
sesuai dengan Standar Pelayanan Medik. Pada keadaan gawat darurat (emergency),
seluruh fasilitas kesehatan (faskes) baik jaringan Jamkesmas atau bukan wajib

Universitas Sumatera Utara

memberikan pelayanan penanganan pertama kepada peserta Jamkesmas. Pemberian
pelayanan kepada peserta oleh faskes lanjutan harus dilakukan secara efisien dan
efektif, dengan menerapkan prinsip kendali biaya dan kendali mutu, untuk
mewujudkannya maka dianjurkan manajemen faskes lanjutan melakukan analisis
pelayanan dan memberi umpan balik secara internal kepada instalasi pemberi
layanan. Dapat dilihat pada matriks hasil wawancara berikut ini:
Tabel 4.4. Matriks Hasil Wawancara dengan Informan tentang Proses Negoisasi
dan Sosialisasi Jamkesmas
No.
Hasil Wawancara dengan Informan
1. Sekretaris Bagian Kefarmasian Jaminan dan Sarana Kesehatan dari Dinas
Kesehatan Kota Medan
“Dinas membuat perjanjian kerja sama antara dinas kesehatan yang diketahui
propinsi, rumah sakit tersebut sebagai pemberi pelayanan kesehatan bagi peserta
jamkesmas, jadi itu kewenangannya di dinas kesehatan atau badan kuota masingmasing”.
“Ada ketentuan dari pusat yang menjadi acuan kita, jadi acuan daerah yang katanya
ketentuan yang dilakukan misalnya kalau dari pusat itu, sudah ada surat edaran
bahwa harus rumah sakit tertentu dengan melakukan ketentuan yang harus dipenuhi,
misalnya begini surat edaran dari kepmenkes, jadi yang harus dipenuhi misalnya di
rumah sakit harus mengajukan permohonan tertulis ke dinas kesehatan yang
melampirkan fotocopy izin penyelenggara rumah sakit, kemudian fotocopi penentuan
rumah sakit tipe A, B, C, sambil melampirkan, kemudian harus jelas jumlah tempat
tidur, jumlah sumber dayanya, dan ketentuan yang berlaku, misalnya rumah sakit
dengan ketentuannya sebagai sarana, kemudian harus ada pernyataan dari PPK
yang mengusulkan ini yang mengikuti peraturan dari depkes, kemudian yang jelas
mereka harus mempunyai NPWP dan juga rekening BNI, itu kan seperti itu sudah
ditetapkan dari pusat, mungkin ke depannya ada lagi tambahannya harus punya
IPAL, kan ada keterkaitannya. Jadi itu persyaratan yang dilakukan”.
2. Ka. Bagian Pengendali Askes (Jamkesmas) RSUD dr. Pirngadi Medan
“Dinas Kesehatan kurang dalam memberikan sosialisasi terhadap pedoman
pelaksanaan jamkesmas, sosialisasi langsung dilakukan dari kementerian kesehatan
dinas kesehatan mendampingi”.
3. Masyarakat
“ Kalau untuk jamkesmas saya tahunya paling dari tetangga, dapat kartu jamkesmas
waktu itu langsung dari kepling bagikan ke rumah-rumah”.

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan wawancara dengan pihak RSUD dr. Pirngadi yaitu masih
kurangnya peran Dinas Kesehatan Kota dalam melakukan sosialisasi ataupun
monitoring kepada rumah sakit, peran Dinas Kesehatan sendiri dalam proses
negoisasi yaitu dinas kesehatan membuat perjanjian kerjasama dengan PPK
berdasarkan ketentuan-ketentuan dari Kementerian Kesehatan. Hasil wawancara
dengan masyarakat miskin banyak masyarakat yang kurang memahami prosedur tata
laksana jamkesmas.
Pelayanan kesehatan dasar diberikan di Puskesmas, yang diatur secara rinci
dalam Juknis Pelayanan Kesehatan Dasar Jamkesmas dan Pelayanan tingkat lanjut
diberikan di faskes lanjutan jaringan Jamkesmas (Balkesmas, Rumah Sakit
Pemerintah termasuk RS Khusus, RS TNI/Polri dan RS Swasta) berdasarkan rujukan.
Pelayanan RITL diberikan di ruang rawat inap kelas III (tiga). Apabila karena sesuatu
hal seperti misalnya tidak tersedianya tempat tidur, peserta terpaksa dirawat di kelas
yang lebih tinggi dari kelas III, biaya pelayanannya tetap diklaimkan menurut biaya
kelas III dan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dasar di puskesmas dan

jaringannya, peserta harus menunjukkan kartu Jamkesmas.
Pelayanan di Puskesmas untuk masyarakat peserta jamkesmas, puskesmas
memberikan surat rujukan pasien ke PPK rujukan jamkesmas untuk tindakan lebih
lanjut setelah puskesmas melakukan pemeriksaan awal.
Ada beberapa keluhan yang didapati dari informan unruk pelayanan yang diberikan
faskes antara lain pasien yang marah-marah karena tidak diberikan rujukan, alasan dari

pihak puskesmas tidak memberikan rujukan karena tanpa adanya pemeriksaan awal

Universitas Sumatera Utara

di puskesmas, pasien dengan seenaknya meminta rujukan untuk pemeriksaan tertentu.
Tetapi karena pasien terus mendesak dan Puskesmas bertanya langsung ke dinas
kesehatan apakah rujukan dapat diberikan dan dari dinas mengijinkan untuk
membuatkan rujukan maka kami memberikan saja rujukan tersebut tanpa
pemeriksaan awal puskesmas
Dalam memberikan pelayanan pihak rumah sakit juga mengalami hambatan
dalam melayani pasien dimana banyak pasien yang tidak memiliki kelengkapan
administrasi, seperti surat rujukan dari puskesmas atau tanda pengenal, seperti yang
dinyatakan oleh pihak tim pengendali Askes bagian Jamkesmas RSUD dr. Pirngadi
Medan.
Bila menurut indikasi medis peserta memerlukan pelayanan pada tingkat
lanjut maka puskesmas wajib merujuk peserta ke faskes lanjutan. Faskes lanjutan
penerima rujukan wajib merujuk kembali peserta jamkesmas disertai jawaban dan
tindak lanjut yang harus dilakukan jika secara medis peserta sudah dapat dilayani di
faskes yang merujuk. Untuk pelayanan obat dalam program Jamkesmas mengacu
pada Keputusan Menteri Kesehatan Nomor. 1455/Menkes/SK/X/2010, tangggal 4
Oktober 2010 tentang Formularium Program Jaminan Kesehatan Masyarakat dan
Peraturan Menteri Kesehatan No. HK.02.02/Menkes/068/I/2010 tentang Kewajiban
Menggunakan Obat Generik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah. Dalam
keadaan tertentu, bila memungkinkan RS bisa menggunakan formularium RS. Bahan
habis pakai, darah, dan pemeriksaan penunjang diagnostik lainnya di Rumah Sakit
diklaimkan dalam INA-CBGs dan merupakan satu kesatuan.

Universitas Sumatera Utara

Menurut informan dari Tim Pengendali Askes bagian jamkesmas RSUD dr.
Pirngadi Medan dan verifikator jamkesmas RSUD dr. Pirngadi Medan bahwa untuk
obat atau pelayanan diluar formularium jamkesmas maka rumah sakit dapat
menggunakan formularium rumah sakit dan pasien tidak dikutip biaya, tetapi ada
beberapa petugas yang nakal sehingga memungut iur pada pasien.
Menurut keterangan dari bagian kefarmasian jaminan dan sarana kesehatan
Dinas Kesehatan Kota Medan, bahwa seluruh pelayanan maupun formularium obat
pada jamkesmas semua sudah masuk dalam paket jamkesmas.
Obat-obat yang dibutuhkan pasien jamkesmas dan tidak terdapat di
formularium dibelikan dengan menggunakan dana dari pemerintah daerah, sehingga
pelayanan kesehatan bagi pasien jamkesmas tetap tidak dipungut iur biaya atau gratis.
Keterangan yang diterima dari verifikator jamkesmas bahwasanya untuk
sistem paket pelayanan jamkesmas, pihak rumah sakit membuat diagnosa pasien yang
menggunakan beberapa tindakan, dimana seharusnya diagnosa tersebut dapat
langsung menggunakan satu tindakan pelayanan. Dapat dilihat pada matriks hasil
wawancara berikut ini:

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.5. Matrik Hasil Wawancara dengan Informan tentang Proses
Manajemen Pelayanan
No.
1.

2.

3.

Hasil Wawancara dengan Informan
Sekretaris Bagian Kefarmasian Jaminan dan Sarana Kesehatan dari
Dinas Kesehatan Kota Medan
“Kalau jamkesmas sifatnya kan komprehensif, hampir semua itu
tercover......”.
“Ketika pasien berobat kan sudah ditentukan jenis pelayanannya sesuai
paket jamkesmas, tetapi terkadang kalau oknum rumah sakit memalsukan
dari luar paket, saya tidak bisa komentar, mungkin ada nilai-nilai sendiri
dari pihak rumah sakit, atau hal-hal di luar ketentuan itu bisa diambil dari
persetujuan komite medik. Yang dibebankan ke anggaran, tapi atas
persetujuan komite medik, makanya rumah sakit ada komite etiknya.
Misalnya operasi ini memerlukan darah, masalahnya kan tidak ada
persediaan darah, biasanya disuruh pasien mencari donor di luar atau
keluarga atau ke PMI atau bagaimana, itulah menjadi permasalahan
nasional yang perlu diperbaiki untuk mencari solusi, atau secara teknis itu
sudah pelayanan secara komprehensif”.
Ka. Bagian Pengendali Askes (Jamkesmas) RSUD dr. Pirngadi Medan
“Dalam memberikan pelayanan kepada pasien terkadang kami mengalami
sedikit kendala dimana pasien tidak mau direpotkan dengan proses
administrasi rumah sakit, dan kami tetap memberikan pelayanan dan
memberikan penjelasan tentang syarakat kelengkapan berkas administrasi
kepesertaannya”.
“obat diluar paket jamkesmas biasanya rumah sakit membuat obat yang
sesuai dengan formularium rumah sakit ataupun biaya ditanggung oleh
rumah sakit, sehingga pasien masa sekali tidak dipungut biaya”.
“Obat, bahan habis pakai, darah dan pemeriksaan penunjang diagnostik
lainnya di rumah sakit dikalim dalam INA-CBG’s dan merupakan satu
kesatuan, dan kalau ada obat ataupun pelayanan diluar formularuim maka
tarif disesuaikan dengan formularium rumah sakit, tetapi terkadang ada
petugas rumah sakit yang nakal sehingga memungut biaya kepada pasien”.
Ka. Puskesmas Medan Amplas dan Kota Matsum
“Saat ini fungsi Puskesmas dalam jamkesmas, yaitu puskesmas adalah
pintu gerbang masyarakat menuju pelayanan kesehatan, oleh karena itu
dalam program jamkesmas semenjak Oktober 2011 fungsi puskesmas
hanya melayani rujukan pasien ke rumah sakit berdasarkan pemeriksaan
awal di puskesmas. Jadi saat ini puskesmas sebatas memberikan rujukan
pasien. Dulunya puskesmas mempunyai POA jamkesmas dan saat ini sudah
tidak ada lagi”.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.5. (Lanjutan)

4.

“Keluhan pasien terkadang pasien marah-marah karena tidak diberikan
rujukan, alasan tidak diberikan rujukan karena tanpa adanya pemeriksaan
awal di puskesmas pasien dengan seenaknya meminta rujukan untuk
pemeriksaan tertentu. Tetapi karena pasien terus mendesak dan kami
bertanya langsung ke dinas kesehatan apakah rujukan dapat diberikan dan
dari dinas mengijinkan untuk membuatkan rujukan maka kami memberikan
saja rujukan tersebut tanpa pemeriksaan awal puskesmas. Itulah kesulitan
terbesar dalam melayani pasien jamkesmas, jadi pasien sendiri meminta
lebih rujukan yang tidak sesuai masukan dengan indikasi”.
Verifikator Jamkesmas
“Ada juga ditemukan di beberapa rumah sakit swasta dimana petugas
rumah sakit membuat tindakan yang banyak untuk pasien agar rumah sakit
dapat mengajukan klaim yang banyak, dimana seharusnya dapat dibuat
untuk satu tindakan saja, maka kami tugas kami memverifikasi klaim
tersebut”.

4.7. Aspek Administrasi dan Keuangan
Dana Pelayanan Jamkesmas bersumber dari APBN sektor Kesehatan dan
APBD. Pemerintah daerah Kota Medan melalui APBD berkontribusi dalam
menunjang dan melengkapi pembiayaan pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin
dan tidak mampu di Kota Medan yang tidak masuk dalam pertanggungan kepesertaan
jamkesmas, biaya transportasi rujukan dari rumah sakit yang merujuk ke pelayanan
kesehatan lanjutan, biaya transportasi petugas pendamping pasien yang dirujuk dan
biaya lain-lain di luar pelayanan kesehatan.
Hasil wawancara informan dari dinas Kesehatan Kota Medan Bidang
Kefarmasian Jaminan dan Pelayanan Kesehatan, jumlah penerimaan dana dari pusat
berdasarkan jumlah penduduk miskin dan setiap bulannya puskesmas memberikan
laporan alokasi dana, dan mulai tahun 2011 rekening Dinas Kesehatan Kota Medan

Universitas Sumatera Utara

sudah dibagi menjadi tiga alokasi anggaran yaitu dana pelayanan dasar, dana
jampersal dan dana BOK (Bantuan Operasional Kesehatan), yaitu dana yang
diberikan pemerintah dalam membantu puskesmas dalam kegiatan preventif dan
promotif.
Hal yang sama juga dinyatakan kepala Puskesmas Medan Amplas, yaitu
puskesmas semenjak Oktober 2011 tidak menerima dana jamkesmas lagi, puskesmas
menerima dana BOK dan setiap bulannya puskesmas memberikan laporan kepada
Dinas Kesehatan Kota Medan.
Alokasi dana jamkesmas di rumah sakit disalurkan langsung dari rekening kas
negara ke rekening rumah sakit melalui bank, penyaluran dilakukan secara bertahap.
Hal yang sama dinyatakan dari Kepala Tim Pengendali Askes bagian jamkesmas
RSUD dr. Pirngadi Medan bahwa dana jamkesmas dari kementerian kesehatan
langsung masuk ke rekening rumah sakit , dimana penyaluran dananya dalam setahun
empat kali kucuran dana jamkesmas rumah sakit.
Dana jamkesmas yang disalurkan ke rekening faskes lanjutan sebelum
dipertanggungjawabkan dengan mekanisme INA-CBG’s belum menjadi pendapatan
faskes lanjutan, karena masih merupakan dana masyarakat (sasaran), jadi tidak dapat
dicairkan. Apabila terjadi kekurangan dana pelayanan kesehatan pada akhir tahun
anggaran, akan diperhitungkan dan dibayarkan pada tahun berikutnya. Sebaliknya
bila terjadi kelebihan dana pelayanan kesehatan pada akhir tahun anggaran, maka
dana tersebut menjadi sumber sana pelayanan kesehatan tahun berikutnya.

Universitas Sumatera Utara

Sistem pembayaran jamkesmas untuk fasilitas kesehatan RSUD dilakukan
dengan sistem klaim, pertanggungjawaban dana pelayanan kesehatan dengan
menggunakan software INA-CBG’s dimana pertanggungjawaban tersebut diverifikasi
oleh Verifikator Independen Dinas Kesehatan dengan software verifikasi klaim
jamkesmas, setelah verifikasi dinyatakan layak oleh oleh verifikator independen,
selanjutnya pertanggungjawaban tersebut ditandatangani oleh bagian keuangan rumah
sakit, direktur rumah sakit dan verifikator independen.
Tabel 4.6. Matriks Hasil Wawancara dengan Informan tentang Proses
Pendanaan Jamkesmas
No.
1.

Hasil Wawancara dengan Informan
Sekretaris Bagian Kefarmasian Jaminan dan Sarana Kesehatan dari
Dinas Kesehatan Kota Medan
“Mulai tahun lalu ada perubahan anggaran, kalau saya tidak salah 2010
ke bawah pola anggaran yang dikucurkan dari pusat, kemudian
berdasarkan aturan yang sudah ditentukan, berdasarkan kapitasi jumlah
penduduk miskin di puskesmas, kemudian ada kebijakan-kebijakan lokal
yang bisa dijadikan acuan untuk pengalokasian dana seperti tanggung
jawab puskesmas, ketepatan waktu mereka melapor, kemudian
pemanfaatan dana dan sebagainya, akhirnya kita alokasikan dana itu
yang dimasukkan ke rekening puskesmas, kemudian puskesmas
mengambil sesuai dengan keperluan mereka, itu pada 2010 ke bawah.
Tetapi 2011 sampai sekarang di rekening dinas sudah dibagi, jadi ada
dana pelayanan dasar, dana persalinan, kemudian dana BOK, jadi
ketiga item itu rekeningnya satu, kebetulan saya tidak di keuangan, tetapi
sekarang sudah satu pintu dalam keuangan”.
“Di puskesmas tidak ada lagi seperti dulu, kalau dulu rekening
puskesmas itu kita masukkan, contohnya ada sekitar 6 koma sekian
Milyar misalnya kita bagi 39 puskesmas sesuai dengan ketentuanketentuan kebutuhan mereka akhirnya itu habis dibagi 39, masuk di
rekening puskesmas, itu yang mereka ambil setiap keperluan mereka
sesuai dengan aturan yang berlaku, nah sekarang kan seperti itu, masuk
di rekening dinas, apa yang puskesmas mau kerjakan dan hasil kerja
mereka diklaim ke dinas, atau kan ada POA tersebut, POA itu untuk
mengalokasikan mengambil dana BOK itu kan harus ada POAnya,

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.6. (Lanjutan)
karena yandas kita kan gratis, tapi kan untuk dana BOK kan juga ada
POAnya, kalau ada yang mau dikerjakan untuk biaya puskesmas, apa
saja yang harus dibayarkan kan harus terinci, kalau persalinan misalnya
kita buat targetnya, tapi kan harus ada juga, dan untuk yang lainnya juga
harus seperti itu, itu yang mungkin mereka bilang tidak ada jamkesmas,
kan jamkesmas juga kan sudah dibagi tiga”.
2.
Ka. Bagian Pengendali Askes (Jamkesmas) RSUD dr. Pirngadi
Medan
“Anggaraan dana jamkesmas langsung dikirimkan ke rekening rumah
sakit dalam setahun empat kali luncuran dana jamkesmas dari pusat”.
“Jamkesmas menggunakan sistem pembayaran klaim, dengan alur
pengajuan klaim, mulai dari pendaftaran pasien jamkesmas, data
diverifikasi dan registrasi oleh tim pengendali Askes rumah sakit, masuk
ke bagian rekam medis kemudian mendapatkan pasien mendapatkan
pelayanan rawat jalan atau rawat inap, setelah itu dilakukan verifikasi
kelengkapan pencatatan, coding dan grouping, diverifikasi oleh
verifikator independen kemudian masuk ke bagian keuangan terakhir
langsung ke direktur untuk ditandatangadi”.
3. Ka. Puskesmas Medan Amplas dan Kota Matsum
“Anggaran dana jamkesmas yang diterima puskesmas semenjak oktober
2011 tidak ada lagi, anggaran dana yang diterima dalam bentu Bantuan
Operasional Kesehatan (BOK). Dana BOK tersebut digunakan
puskesmas untuk kegiatan posyandu balita dan lansia, UKS, dan
sosialisasi jamkesmas/ jampersal. Jadi anggaran biaya jamkesmas sama
sekali puskesmas tidak lagi menerimanya”.
“Setiap bulannya puskesmas hanya melaporkan jumlah rujukan pasien
yang telah dirujuk ke rumah sakit, laporan tersebut dilaporkan kepada
Dinas Kesehatan Kota”.
4. Verifikator Jamkesmas
“Ada juga ditemukan di beberapa rumah sakit swasta dimana petugas
rumah sakit membuat tindakan yang banyak untuk pasien agar rumah
sakit dapat mengajukan klaim yang banyak, dimana seharusnya dapat
dibuat untuk satu tindakan saja, maka kami tugas kami memverifikasi
klaim tersebut”.
Menurut informan dari Tim Pengendali Askes RSUD dr. Pirngadi Medan
bahwa ada terdapat beberapa paket pelayanan jamkesmas dimana tarif pelayanannya
dibawah tarif pelayanan berdasarkan Perda RSUD dr. Pirngadi tahun 2002, jadi

Universitas Sumatera Utara

terkadang rumah sakit menaggulangi biayanya dan anggaran yang turun dari pusat
terkadang terlambat.
Hal tersebut juga dinyatakan oleh verifikator independen di RSUD dr.
Pirngadi Medan bahwa ada beberapa tarif yang rendah dari tarif rumah sakit. Dalam
proses verifikasi penggunaan paket INA CBG’s verifikator independen mengalami
kesulitan yaitu dikarenakan verifikator bukan latar belakang pendidikan medis
menjadikan sulit untuk mengenali istilah kedokteran yang ada di dalam paket. Dapat
dilihat pada matriks hasil wawancara berikut ini:
Tabel 4.7. Matrik Hasil Wawancara dengan Informan tentang tarif Jamkesmas
No.
1.

2.

Hasil Wawancara dengan Informan
Ka. Bagian Pengendali Askes (Jamkesmas) RSUD dr. Pirngadi Medan
“Kendala yang dihadapi rumah sakit adalah belum sesuainya tarif
jamkesmas dengan tarif rumah sakit ada beberapa tarif paket pelayanan di
INA CBG’s dimana tarif pelayanannya jauh lebih rendah dari tarif rumah
sakit, seperti tindakan bedah syaraf, kasus frakture, appendixtomi, sectio dan
untuk pasien stroke. Tarif pelayanannya sangat jauh dari tarif rumah sakit
yang telah ditetapkan, jadi rumah sakit sendiri yang menanggulanginya”.
Verifikator Jamkesmas
“Ada terdapat beberapa tarif pelayanan jamkesmas dibawah tarif rumah
sakit....”
“....kendala yang terjadi yaitu banyak verifikator yang latar belakang
pendidikannya dari bukan medis, jadi susah untuk mengenali istilah
medis”.
Dari pihak tim pengendali Askes bagian jamkesmas RSUD dr. Pirngadi

Medan, bahwa rumah sakit memberikan laporan bulanan ke Pusat dengan tembusan
ke Dinas Kesehatan.
Menurut mekanisme pelaporan dalam Pedoman Pelaksanaan Jamkesmas,
dimana Dinas Kesehatan Kota mendapatkan laporan rekapitulasi bulanan baik berupa

Universitas Sumatera Utara

data pasien gakin maupun jumlah klaim, bahkan dalam melaksanakan negosiasi dan
kontrak kerja, seperti yang dinyatakan dari Dinas Kesehatan Kota Medan.
Hal yang sama juga dinyatakan oleh Kepala Puskesmas Medan Amplas setiap
bulannya puskesmas memberikan laporan jamkesms kepada Dinas Kesehatan kota.
Tabel 4.8.Matrik Hasil Wawancara dengan Informan tentang Tarif Jamkesmas
No.
1.

2.

3.

Hasil Wawancara dengan Informan
Ka. Bagian Pengendali Askes (Jamkesmas) RSUD dr. Pirngadi Medan
“Rumah sakit membuat laporan jamkesmas setiap bulannya yang
dilaporkan langsung ke pusat dan tembusannya juga di serahkan ke Dinas
Kesehatan Kota Medan”.
“......kurangnya peran Dinas Kesehatan untuk program jamkesmas ini,
karna pemantauan ke rumah sakit dilakukan pada saat kementerian
kesehatan datang memantau yang didampingi dinas kesehatan, jika rumah
sakit ada masalah kami melaporkan ke dinas kesehatan tetapi belum ada
jawabannya”.
Sekretaris Bagian Kefarmasian Jaminan dan Sarana Kesehatan dari
Dinas Kesehatan Kota Medan
“Kalau yang jelas PPK puskesmas secara otomatis untuk pelayanan dasar,
tapi kalau untuk PPK rujukan, PPK yang lebih tinggi itu rumah sakit
pemerintah maupun swasta, peran dinas adalah dinas yang menentukan
sesuai dengan anjuran dari pusat sesuai dengan ketentuan yang berlaku,
makanya dinas membuat perjanjian kerja sama antara dinas kesehatan yang
diketahui propinsi, rumah sakit tersebut sebagai pemberi pelayanan
kesehatan bagi peserta jamkesmas, jadi itu kewenangannya di dinas
kesehatan atau badan kuota masing-masing”.
Ka. Puskesmas Amplas dan Kota Matsum
“Setiap bulannya puskesmas hanya melaporkan jumlah rujukan pasien yang
telah dirujuk ke rumah sakit, laporan tersebut dilaporkan kepada Dinas
Kesehatan Kota”.

Universitas Sumatera Utara

4.8. Pengorganisasian Program Jamkesmas
4.8.1. Tim Pengelola Jamkesmas Kota Medan
Dalam pengelolaan kegiatan jamkesmas dan BOK (Bantuan Operasional
Kesehatan) dibentuk tim pengelola tingkat kota yaitu Dinas Kesehatan Kota Medan,
tim pengelola jamkesmas dan BOK tingkat kota dalam menjalankan tugas dan
fungsinya terintegrasi menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Tim pengelola
jamkesmas sekaligus menjadi tim pengelola BOK. Tugas tim pengelola jamkesmas
Kota Medan yaitu:
a. Melaksanakan kebijakan yang telah ditetapkan tim pengelola jamkesmas dan
BOK tingkat pusat.
b. Mempertanggungjawabkan manajemen penyelenggaraan jamkesmas dan
BOK secara keseluruhan di wilayah Kota Medan.
c. Melakukan pembinaan (koordinasi dan evaluasi) terhadap pelaksanaan
kegiatan Jamkesmas dan BOK.
d. Melakukan pembinaan, pengawasan dan pengendalian terhadap unit-unit kerja
yang terkait dalam penyelenggaraan jamkesmas dan BOK di wilayah kerjanya
(termasuk pada fasilitas pelayanan kesehatan dasar di Puskesmas dan
jaringannya serta fasilitas pelayanan lanjutan).
e. Memfasilitasi pertemuan secara berkala dengan tim koordinasi sesuai
kebutuhan dalam rangka evaluasi, monitoring, pembinaan dan penyelesaian
masalah lintas sektor yang terkait dengan penyelenggaraan Jamkesmas dan
BOK.

Universitas Sumatera Utara

f. Mengoordinasikan manajemen pelayanan dan administrasi keuangan dalam
penyelenggaraan Jamkesmas dan BOK.
g. Melakukan sosialisasi dan advokasi penyelenggaraan Jamkesmas dan BOK.
h. Melakukan

monitoring,

evaluasi,

pembinaan

dan

pengawasan

penyelenggaraan Jamkesmas dan BOK.
i. Melakukan telaah atas rencana kegiatan (POA) Jamkesmas dan BOK yang
diusulkan Puskesmas.
j. Menyalurkan dana kepada Puskemas yang didasarkan atas usulan kegiatan
Jamkesmas dan BOK yang disetujui dan ditandatangani Kepala Dinas
Kesehatan atau pejabat yang diberikan kewenangan oleh Kepala Dinas
Kesehatan.
k. Melakukan verifikasi atas semua kegiatan Jamkesmas dan BOK yang
dilaksanakan Puskesmas berdasarkan usulan kegiatan sebelumnya.
l. Melakukan verifikasi dan membayar atas klaim yang diajukan oleh FASKES
yang melaksanakan Jamkesmas pelayanan dasar dan Jaminan Persalinan.
m. Menangani penyelesaian keluhan terkait dalam penyelenggaraan Jamkesmas
dan BOK.
n. Melakukan Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan FASKES swasta yang
berkeinginan menjadi jaringan pemberi pelayanan kesehatan Jaminan
Persalinan di wilayah kerjanya.
o. Selaku pembina verifikator independen melakukan pembinaaan dan
pengawasan pelaksanaan kegiatan verifikator independen di daerahnya,

Universitas Sumatera Utara

termasuk di dalamnya adalah melakukan evaluasi kinerja terhadap kegiatan
verifikator independen.
p. Mengupayakan peningkatan dana untuk operasional dan manajemen
Puskesmas melalui BOK dan peningkatan dana kepesertaan Jaminan
Kesehatan dari sumber APBD.
q. Menyusun dan menyampaikan laporan keuangan dan hasil kinerja kepada Tim
Pengelola Jamkesmas dan BOK Tingkat Pusat dengan tembusan ke Tim
Pengelola Jamkesmas dan BOK Tingkat provinsi.
r. Menyusun dan menyampaikan laporan atas semua pelaksanaan tugas
penyelenggaraan Jamkesmas dan BOK kepada Tim Pengelola Jamkesmas dan
BOK Tingkat Pusat melalui Tim Pengelola Jamkesmas dan BOK Tingkat
Provinsi.
4.8.2. PT. Askes (Persero)
PT. Askes (Persero) atas penugasan Menteri Kesehatan, melaksanakan
manajemen kepesertaan, adapun tugas PT. Askes (Persero) adalah sebagai berikut:
a. Melakukan penatalaksanaan kepesertaan dalam pelayanan kesehatan, meliputi:
1. Verifikasi peserta jamkesmas yang memanfaatkan pelayanan di PPK tingkat
lanjut, apabila terjadi keraguan atas identifikasi yang diserahkan peserta,
petugas PT. Askes (Persero) berkewajiban mengecek kebenarannya.
2. Penerbitan Suara Keabsahan Peserta (SKP), kelalaian terhadap penerbitan
SKP sepenuhnya menjadi tanggungjawab PT. Askes (Persero).
b. Melakukan penatalaksanaan organisasi dan manajemen kepesertaan, meliputi:

Universitas Sumatera Utara

1. Melakukan penanganan keluhan peserta terkait penugasan manajemen
kepesertaan dan rekapitulasi pelaporannya.
2. Melakukan telaah utilisasi kepesertaan atas akses pelayanan kesehatan di PPK
tingkat lanjutan secara bulanan dan triwulan.
3. Melakukan pelaporan hasil telaah utilisasi secara berjenjang ke tim pengelola
jamkesmas Kota Medan.
4. Melakukan koordinasi aktif dalam pelaporan telaah utilisasi dan penanganan
keluhan peserta dengan tim pengelola jamkesmas Kota Medan
5. Melakukan pelaporan bulanan atas pelaksanaan tugasnya dalam manajemen
kepesertaan jamkesmas yang mencakup rekapitulasi telaah utilisasi
kepesertaan, aspek manajerial dan aspek akuntabilitas pencapaian program,
kendala yang dihadapi dan saran perbaikan.
4.8.3. Tim Koordinator Program Jamkesmas Kota Medan
Menteri Kesehatan membentuk Tim Koordinasi Jamkesmas dan BOK Tingkat
Pusat, yang terdiri dari Pelindung, Ketua, Sekretaris dan Anggota. Tim Koordinasi
bersifat lintas sektor terkait, diketuai oleh Sekretaris Utama Kementerian Koordinator
Bidang Kesejahteraan Rakyat dengan anggota terdiri dari Pejabat Eselon I
Kementerian terkait dan unsur lainnya.
Tingkat Kota Medan, yang terdiri dari Pelindung, Ketua, Sekretaris dan
Anggota. Tim Koordinasi bersifat lintas sektor terkait dalam pelaksanaan Jamkesmas
dan BOK, diketuai oleh Sekretaris Daerah Kota Medan dengan anggota terdiri dari
pejabat terkait.

Universitas Sumatera Utara

a. Tugas Tim Koordinasi Jamkesmas dan BOK Kota Medan:
1. Menjabarkan strategi dan kebijakan pelaksanaan Jamkesmas dan BOK.
2. Mengarahkan pelaksanaan kebijakan Jamkesmas dan BOK sesuai kebijakan
nasional.
3. Melakukan pengendalian dan penilaian pelaksanaan kegiatan Jamkesmas dan
BOK.
4. Menjadi fasilitator lintas sektor tingkat kabupaten/kota dan Puskesmas.
b. Struktur Tim Koordinasi Jamkesmas dan BOK Tingkat Kabupaten/Kota:
1. Pelindung

: Bupati/Walikota

2. Ketua

: Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota

3. Sekretaris

: Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

4. Anggota

:

4.9.

1.

Kepala Bappeda Kabupaten/Kota

2.

Ketua Komisi DPRD Kabupaten/Kota yang membidangi kesehatan

3.

Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

4.

Lintas sektor terkait sesuai kebutuhan

Pelaksana Verifikasi
Verifikasi

adalah

kegiatan

menguji

kebenaran

administrasi

pertanggungjawaban pelayanan yang telah dilaksanakan oleh PPK. Verifikasi di
puskesmas dilaksanakan oleh Tim Pengelola Jamkesmas Kabupaten/Kota sedangkan
verifikasi di PPK Lanjutan dilakukan oleh Verifikator Independen. Tenaga pelaksana

Universitas Sumatera Utara

verifikasi adalah tenaga yang memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam
melakukan administrasi klaim meliputi aspek kepesertaan, pelayanan kesehatan,
keuangan dan mampu melaksanakan tugasnya secara profesional serta telah
mengikuti pelatihan
Verifikasi atas pelayanan kesehatan dalam program Jamkesmas di PPK
lanjutan meliputi:
1. Verifikasi administrasi kepesertaan meliputi kartu peserta/surat keterangan
lain yang sah oleh instansi yang berwenang, No SKP, surat rujukan.
2. Administrasi pelayanan meliputi nama pasien, No SKP, Nama dokter
pemeriksa, tanda tangan komite medik
3. Administrasi keuangan meliputi bukti pembayaran tarif paket INA-DRG
4. Tenaga Pelaksana Verifikasi dalam melaksanakan tugas sehari-hari di PPK
Lanjutan berada di bawah pembinaan dan koordinasi Tim Pengelola
Jamkesmas Kota Medan (Dinas Kesehatan Kota Medan).
5. Penunjukkan Koordinator untuk RS yang memiliki lebih dari satu verifikator
independen sebagai penanggungjawab persetujuan rekapitulasi klaim.
Proses verifikasi dalam pelaksanaan Jamkesmas, meliputi:
1. Pemeriksaan kebenaran dokumen identitas peserta Jamkesmas oleh PT. Askes
(Persero).
2. Pemeriksaan Surat Rujukan dan Penerbitan SKP oleh PT. Askes (Persero) dan
SJP oleh faskes lanjutan.

Universitas Sumatera Utara

3. Memastikan dikeluarkannya rekapitulasi pengajuan klaim oleh petugas RS
sesuai dengan format yang ditentukan.
4. Pemeriksaan kebenaran penulisan diagnosis, prosedur, No. Kode.
5. Rekapitulasi pertanggungjawaban dana faskes lanjutan yang sudah layak
bayar.
6. Menandatangani rekapitulasi pertanggungjawaban dana faskes lanjutan.
7. Memastikan

Direkrut

RS/

Kepala

Balai

Kesehatan

menandatangani

rekapitulasi laporan pertanggungjawaban dana.
8. Membuat laporan hasil pekerjaan bulanan kepada Tim Pengelola Jamkesmas
(Dinas Kesehatan Kota Medan).

4.10. Fasilitas Kesehatan (Faskes)
Fasilitas kesehatan dalam program Jamkesmas meliputi puskesmas dan
jaringannya serta Fasilitas Kesehatan lanjutan (Rumah Sakit dan balkesmas), yang
telah bekerja sama dalam program Jamkesmas. Perjanjian Kerja Sama (PKS) dibuat
antara Faskes dengan Tim Pengelola Jamkesmas Kota Medan (Dinas Kesehatan Kota
Medan) setempat yang diketahui oleh Tim Pengelola Provinsi meliputi berbagai
aspek pengaturannya dan diperbaharui setiap tahunnya apabila faskes lanjutan
tersebut masih berke