Korelasi Kadar Serum Tumor Necrosis Factor Alpha (TNF α) dan Matriks Metalloproteinase-9 (MMP-9) pada Pasien Gastritis H.Pylori dan Non H.Pylori Chapter III VI

BAB III
METODOLOGI

3.1 Desain Penelitian
Desain yang dipakai adalah cross sectional dengan variabel
independen adalah adalah gastritis H.pylori dan Non-H.pylori dan variabel
dependen adalah kadar TNF α dan MMP-9.
3.2 Persetujuan Komite Etik Penelitian Bidang Kesehatan
Penelitian ini dilaksanakan setelah mendapat persetujuan dari Komite
Etik Penelitian Bidang Kesehatan dan tiap subyek telah menandatangani
informed consent sebelum prosedur penelitian dilakukan.

3.3. Tempat dan Waktu penelitian
Penelitian akan dilakukan di Unit Endoskopi RSU Adam Malik
Medan setelah mendapat persetujuan Komisi Etik Penelitian Bidang
Kesehatan dan instansi terkait. Penelitan dimulai dengan penelusuran
kepustakaan, konsultasi judul, penyusunan

proposal, seminar proposal,

penelitian dan analisis data serta penyusunan laporan yang membutuhkan

waktu mulai bulan Mei 2015 sampai dengan Juli 2015.

3.4. Populasi dan subyek penelitian
a. Populasi target penelitian adalah penderita dispepsia, sedangkan populasi
terjangkau adalah penderita dispepsia yang datang ke Unit Endoskopi
RSU Adam Malik Medan pada tahun 2015.
b. Subyek penelitian ini diambil dari populasi penderita dispepsia yang
memenuhi kriteria penerimaan dan penolakan, dan secara tertulis bersedia
ikut serta dalam penelitian ini dengan menandatangani formulir
persetujuan tindakan medis (informed consent).

Universitas Sumatera Utara

3.5. Kriteria penerimaan dan penolakan
Kriteria penerimaan

1. Pria dan wanita yang sedang tidak hamil usia 15-70 tahun.
2. Pasien dengan keluhan dispepsia
3. Menerima pemberian informasi dan persetujuan partisipasi bersifat
sukarela dan tertulis untuk menjalani pemeriksaan fisik, laboratorium,

radiologi yang diketahui serta disetujui oleh Komite Etik Penelitian
Bidang Kesehatan.
4. Tidak termasuk dalam kriteria penolakan.

Kriteria penolakan
1. Pasien yang pernah mendapat terapi eradikasi H.pylori dalam 6 bulan
terakhir atau sedang dalam terapi antibiotika yang lazim dipakai dalam
terapi eradikasi
2. Konsumsi Proton Pump Inhibitor, H2 receptor antagonist, NSAID,
steroid, alkohol selama 48 jam terakhir.
3. Penderita penyakit sistemik dan inflamasi akut
4. Pasien tidak kooperatif

3.6. Populasi dan Sampel Penelitian
3.6.1

Populasi : Penderita dispepsia yang datang ke Unit Endoskopi RSU
Adam Malik Medan & RS jejaring FK USU pada tahun 2015.

3.6.2


Sampel : Penderita dispepsia yang sesuai kriteria besar sampel.

3.7 Cara Kerja Penelitian
3.7.1. Estimasi sampel penelitian
Untuk penghitungan sampel penelitian digunakan 10 data awal dari studi
pendahuluan. Untuk menetapkan besar sampel penelitian dapat digunakan
rumus perhitungan besar sampel dengan analitik komparatif numerik tidak
berpasangan 2 kelompok (Sopiyudin, 2012) : 50

Universitas Sumatera Utara

Dimana :
n

= Jumlah subjek

Zα = Nilai normal berdasarkan α = 0,05 dan Zα = 1,96
Zβ = 0,84 ;
r


= koefisien korelasi

Belum ada penelitian yang mengkorelasikan kadar TNF α dan MMP-9 serum
sehingga akan dilakukan studi pendahuluan terhadap 10 pasien untuk
mendapatkan nilai r (koefisien korelasi). Sopiyudin, 2012.
r = nilai korelasi ,dimana r = 0,5, Kemudian didapatkan perhitungan didapatkan n
≈ 29 orang
Dengan tingkat kepercayaan 95%, maka dibutuhkan jumlah sampel 30 orang
Analisa statistik yang digunakan :
Untuk mengetahui korelasi kadar serum TNF a dan MMP -9 pada H pylori dan
non H pylori digunakan
 Uji t-tes tidak berpasangan , bila distribusi normal
 Dan Uji Mann Whitney, bila distribusi tidak normal
Untuk mengetahui korelasi kadar serum TNF a dan MMP -9
 Uji korelasi Pearson bila distribusi normal
 Uji korelasi Spearman bila distribusi tidak normal
 P value signifikan 6 bulan
dibulatkan keatas dan apabila < 6 bulan dibulatkan kebawah
11. Lamanya sakit: dalam bulan, dihitung sejak peserta penelitian merasa

sakit di daerah perut baik dalam keadaan istirahat maupun aktivitas
sampai diperiksa peneliti.
12. Lamanya penelitian: dalam bulan dihitung mulai saat pertama kali
dilakukan endoskopi.
13. Berat badan: dalam kilogram (kg) diukur menggunakan timbangan
model ZT 120,peserta penelitian ditimbang tanpa alas kaki dan
menggunakan pakaian dalam.
14. Tinggi badan: dalam centimeter (cm) diukur menggunakan timbangan
model ZT 120, peserta penelitian berdiri tegak tanpa alas kaki

Universitas Sumatera Utara

3.9 Rencana Pengolahan dan Analisis Data
a. Editing data
Dilakukan untuk:
1.

memeriksa apakah semua pertanyaan sudah terisi jawabannya

2.


memeriksa jawaban dan data responden apakah jelas dan dapat
dibaca.
Bila terdapat kekurangan, pewawancara akan mewawancarai ulang

responden tersebut.
b. Coding
Diletakkan pada sisi kanan kuesioner untuk setiap variabel dan
pertanyaan dalam kuesioner satu demi satu.
c. Data Entry
Yaitu memindahkan data dari tempat pengumpulan data ke dalam
komputer. Program yang digunakan adalah SPSS versi 22. Entry data
dilakukan pada lembar Data View, di mana setiap baris mewakili satu
responden dan setiap kolom mewakili tiap variabel.
d. Data Cleaning
Data cleaning merupakan pengecekan kembali data entry dengan cara:
1.

Mengetahui data missing
apakah ada data yang masih belum terisi


2.

Mengetahui variasi data
mengeluarkan
maksimum

distribusi

masing-masing

frekuensi,
variabel.

nilai

minimum

dan


Uji

normalitas

data

menggunakan Shapiro and Wilk’s W-test untuk mengetahui
normalitas distribusi data.
e. Revisi Data
Kalau ada kesalahan, lihat lagi data asli dalam kuesioner, kemudian
dilakukan revisi. Setelah melakukan tahap Data Cleaning dan revisi,
berarti data sudah siap untuk dianalisis.

Universitas Sumatera Utara

f. Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat yaitu dengan
menganalisis distribusi frekuensi variabel independen dan dependen,
sedangkan analisis bivariat merupakan analisis variabel-variabel yang
diteliti (independen) yang diduga mempunyai hubungan dengan variabel

terikat (dependen). Adapun dalam analisis ini menggunakan Mann
Whitney dan Korelasi Spearman pada taraf kepercayaan 95%.

g. Personalia
1. Peneliti Utama

: dr. Arina Vegas

2. Pembimbing I

: Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-

KGEH
NIP

: 19540220 198011 1 001

Pangkat / Gol.

: Guru Besar / IV C


3. Pembimbing II : dr.Ilhamd, Sp.PD-KGEH
NIP

: 196604231996031001

Pangkat / Gol.

: Penata /III d

4. Peneliti Pembantu

:

PPDS Stase Divisi Gastroentero-

Hepatologi, Peserta pendidikan SP-2 Departemen Ilmu Penyakit
Dalam FK USU

Universitas Sumatera Utara


Uraian Kegiatan

Biaya

Pengadaan literatur

Rp.

500.000,-

Seminar proposal

Rp.

1.000.000,-

Pengumpulan data

Rp.

750.000,-

Penunjang diagnostik

Rp.

17.500.000,-

Pengolahan dan analisa data

Rp.

500.000,-

Penulisan laporan

Rp.

500.000,-

Seminar hasil penelitian

Rp.

750.000,-

Pengadaan tulisan / perbaikan

Rp.

1.000.000,-

Biaya tidak terduga

Rp.

500.000,-

Total

Rp.

23.000.000,-

Sumber dana : Peneliti sendiri

Universitas Sumatera Utara

3.10. Kerangka Oprasional

Pasien Abdominal Discomfort
Wawancara PADYQ

Dispepsia
Endoskopi

Gastritis

CLO test

Biopsi

H Pylori (+)

H Pylori (-)

H. pylori (+)

ELISA

ELISA

TNF α

MMP-9

Gambar 15. Kerangka Operasional

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
HASIL PENELITIAN

4.1

Hasil Penelitian

4.1.1

Karakteristik Responden
Dengan tingkat kepercayaan 95%, penelitian ini dibutuhkan jumlah

sampel 30 orang pada masing masing kelompok tetapi dalam pengambilan
sampel diambil 70 sampel, ternyata dari hasil pemeriksaan gastroskopi, 10
sampel di eksklusikan karena hasil gastroskopinya normal sehingga jumlah
total sampel 60.
Penelitian diikuti oleh 60 orang pasien yang telah memenuhi kriteria
inklusi. Sebanyak 32 orang pasien (53,3%) adalah laki-laki dan 28 orang
pasien (46,7%) adalah perempuan. Umur rerata (±SB) 49,15 ±14,29 tahun .
Mayoritas responden bersuku Batak yaitu sebanyak 34 orang (56,7%),
Jawa sebanyak 17 orang (28,3%), Aceh sebanyak 6 orang (10%), Melayu
sebanyak 2 orang (3,3%), Minang sebanyak 1 orang (1,7%). Kebanyakan
pasien yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah wiraswasta dan
ibu rumah tangga berjumlah 20 orang (33,3%). Rerata BMI responden adalah
23,56 kg/m2. Nilai rerata PADYQ 17,83 dengan nilai minimum 8 dan nilai
maksimum 30. Nilai rerata TNF α adalah 3,04 dengan nilai minimum 0,93
dan nilai maksimum 12,63. Nilai rerata MMP-9 pada serum yaitu 855,25
dengan nilai minimum 38,37 dan nilai maksimum 2174,67.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.1.

Karakteristik Responden Penelitian

Karakteristik
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Umur, rerata (SB),
tahun
Suku
Batak
Jawa
Aceh
Melayu
Minang
Pekerjaan, n (%)
Wiraswasta
IRT
Karyawan
Petani
Lain2
BMI rerata,(SB),kg/m2
PADYQ Score rerata

n = 60
32 (53,3)
28 (46,7)
49,15 (14,29)

34 (56,7)
17 (28,3)
6 (10)
2 (3,3)
1 (1,7)
20 (33,3)
20 (33,3)
9 (15)
5 (8,3)
6 (10)
23,56 kg/m2
17,83

Minimal

8,00

Maximal

30,00

TNF α rerata

3,04

Minimal

0,930

Maximal

12,63

MMP-9 rerata

855,25

Minimal

38,37

Maximal

2174,67

4.1.2

Karakteristik Responden Berdasarkan Kelompok H.pylori dan non

H.pylori
Penelitian diikuti oleh 60 orang pasien yang telah memenuhi
kriteria inklusi dan dibagi menjadi dua kelompok dengan jumlah masingmasing 30 orang berdasarkan ada tidaknya H. pylori. Subyek berjenis

Universitas Sumatera Utara

kelamin perempuan lebih banyak pada kelompok pasien H.pylori (-)
sebanyak 17 orang (56,7%) dan sebanyak 13 orang (43,3%) responden
laki-laki. Sebanyak 19 orang (63,3%) responden laki-laki ditemukan H.
pylori (+) sedangkan pada responden perempuan hanya 11 orang (36,4%)
dengan H. pylori yang positif. Rerata umur di kedua kelompok tidak
berbeda yaitu 49,07 tahun pada kelompok H. pylori (-) dan 49,23 tahun
pada kelompok H. pylori (+).
Pada analisa statistik antara jenis kelamin dengan H.Pylori dan non
H.Pylori diperoleh tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan
H.Pylori dan non H.Pylori dimana nilai P>0,05 (P=0,121). Pada usia,
analisa statistik antara usia dengan H.Pylori dan non H.Pylori diperoleh
tidak terdapat hubungan diantara keduanya dengan nilai P>0,05 (P=0,964).
Responden dengan suku Batak adalah responden yang ditemukan H. pylori
positif terbanyak yaitu sejumlah 17 orang (56,7%). Hubungan antara suku
dengan H.Pylori dan non H.Pylori secara statistik tidak terdapat hubungan
dengan nilai P>0,05 (P=0,786). Pada analisa statistik antara jenis
pekerjaan dengan H.Pylori dan non H.Pylori diperoleh tidak terdapat
hubungan antara jenis kelamin dengan H.Pylori dan non H.Pylori dimana
nilai P>0,05 (P=0,437).
Suku terbanyak di kedua kelompok adalah Batak dengan pekerjaan
terbanyak pada kelompok H. pylori (-) adalah ibu rumah tangga berjumlah
12 orang (40%) dan wiraswasta di kelompok H. pylori (+) berjumlah 10
orang (33,3%).
Dengan menggunakan uji T independent ditemukan perbedaan
yang signifikan pemeriksaan H. pylori berdasarkan kategori BMI
(p=0,007).

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.2

Karakteristik Subyek Penelitian berdasarkan ada Kelompok
H. Pylori dan non H pylori
Karakteristik

Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Umur, rerata (SB),
tahun
Suku
Batak
Jawa
Aceh
Melayu
Minang
Pekerjaan, n (%)
Wiraswasta
IRT
Karyawan
Petani
Lain- lain
BMI, rerata (SB),
kg/m2
a
Chi Square, b T Independent

Tabel 4.3

H. pylori
(-)
n = 30

H. pylori
(+)
n = 30

13 (43,3)
17 (56,7)
49,07
(13,06)

19 (63,3)
11 (36,7)
49,23
(15,64)

17 (56,7)
9 (30)
2 (6,7)
1 (3,3)
1 (3,3)

17 (56,7)
8 (26,7)
4 (13,3)
1 (3,3)
0

0,786a

10 (33,3)
12 (40)
5 (16,7)
2 (6,7)
1 (3,3)
22,27
(3,56)

10 (33,3)
8 (26,7)
4 (13,3)
3 (10)
5 (16,7)
24,85
(3,63)

0,437a

p

0,121a
0,964b

0,007b

Perbedaan Kadar TNF α dan MMP 9 berdasarkan Kelompok
H. Pylori dan non H pylori

TNF α
MMP 9

H. pylori
(+)
3,66 (2,39)
934,45
(453,12)

H. pylori
(-)
2,44 (1,25)
776,06
(451,51)

p
0,011*
0,139

*p6

13,97
(5,16)

H.
pylori
(-)
(n=30)
21,7
(5,94)

p

0,0001

Gambar 4.5 Perbedaan Skor PADYQ antara pasien dengan H. pylori dan
non H. pylori
Dengan menggunakan uji Mann Whitney ditemukan hubungan yang
signifikan antara PADYQ skor dan H. pylori (p=0,0001). Rerata PADYQ lebih
rendah (13,97) pada pasien dengan H. pylori (+) dibandingkan pasien yang non H.
pylori (21,7).

Universitas Sumatera Utara

BAB V
PEMBAHASAN

Hubungan antara umur, jenis kelamin dan suku pada H.pylori dan

5.1

non H.pylori
Gastritis adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan peradangan
pada lapisan lambung. Berbeda dengan dispepsia, yang bukan merupakan
suatu diagnosis melainkan suatu sindroma. Sementara gastritis adalah
diagnosis yang bisa ditegakkan secara histologis, bukan diagnosis klinis.
Gastritis merupakan proses inflamasi pada mukosa dan submukosa lambung
sebagai respon terhadap jejas (injury) yang dapat bersifat akut maupun kronik
1

. Infeksi dengan kuman Helicobacter pylori merupakan penyebab tersering

gastritis kronik aktif di seluruh dunia. Sementara gastritis kimiawi seperti
akibat NSAID merupakan faktor resiko terpenting nomor 2 terjadinya ulkus
peptikum setelah gastritis H.pylori 2.
Helicobacter pylori memegang peranan penting terjadinya gastritis
dan ulkus peptikum. 3,4,5.
Pada gastritis terjadi respons inflamasi baik akut maupun kronik.
Terjadi aktivasi sitokin-sitokin yang menyebabkan terjadinya inflamasi
mukosa 8. Marker inflamasi seperti Interleukin dan TNF-α terkait dalam
proses inflamasi di mukosa gaster 9.
Dari hasil penelitian ini didapati bahwa usia rerata ( ± SB ) 49,15 ± 14,29
tahun, hal ini sesuai dengan Penelitian yang dilakukan oleh Chen S et al, 2013
yang didapatkan sebanyak 3969 sampel diperoleh prevalensi H.pylori
sebanyak 21,02% dengan variasi usia ≤ 40 tahun sebanyak 4,9%, 41-65
tahun sebanyak 66,4% dan ≥ 66 tahun sebanyak 28,5%. Penelitian ini
dilakukan di Cina pada 2007 hingga 2012.74
Pandeya et al, 2011 diteliti sebanyak 1355 sampel yang dilakukan
mulai dari tahun 2002-2005 di Australia diperoleh prevalensi H.pylori

Universitas Sumatera Utara

sebanyak 15,5% dengan variasi usia < 40 tahun sebanyak 5% dan≥ 70 tahun
sebanyak 32%.75
Hasil penelitian lain oleh Betty, 2012 yang dilakukan dari Januari
hingga Juni 2012 dengan jumlah sampel 42 orang, diperoleh prevalensi
Gastritis dengan H.pylori 47,6% dengan variasi usia 16-40 sebanyak 21,4%,
41-60 tahun sebanyak 52,3% dan ≥ 61 tahun sebanyak 26,2%.76
Begitu juga oleh Parameswaran IR, 2012 yang dilakukan dari
Januari sampai Desember 2012 dengan jumlah sampel 55 orang ,diperoleh
prevalensi tertinggi H.Pylori setelah dilakukan pemeriksaan CLO yaitu
pada kelompok usia 40-49 tahun sebanyak 10 orang (43%).77
Penelitian lainnya juga dilakukan oleh Zho Y et al, 2014 diperoleh
3445 penderita H.pylori (+) dengan pemeriksaan Urea Breath Test (UBT).
Usia rata-rata 30-39 tahun (82-90%) dengan jumlah sampel sebanyak 5017
orang.78
Data dasar karakteristik pada penelitian ini juga didasarkan atas
jenis kelamin dimana hasil penelitian ini diperoleh mayoritas H. pylori
yaitu berjenis kelamin laki-laki sebanyak 32 orang ( 53,3% ). Hal ini
sesuai dengan penelitian oleh Naza F et al, 2007 diperoleh sebanyak 1196
sampel dengan H.pylori (+) setelah dilakukan pemeriksaan serologi IgG
anti H.pylori. Kemudian pada jenis kelamin laki-laki terdapat insidensi
H.pylori yang lebih tinggi sebanyak 56,1% dibandingkan perempuan yaitu
sebanyak 43,9% dengan jumlah sampel keselurahan 1306 orang.79
Abdiev L et al, 2010 menyebutkan bahwa dari 167 sampel
penelitian yang didapatkan di Uzbekistan antara Janurai hingga Maret
2007, diperoleh mayoritas berjenis kelamin laki-laki sebanyak 89 orang
(53,3%) dibandingkan perempuan sebanyak 78 orang (46,7%), dimana
menimbulkan kontroversi yang didapatkan sampel dengan H.pylori (+)
pada laki-laki sebanyak 49,6% dibandingkan pada perempuan sebanyak
50,4% setelah dilakukan pemeriksaan serologi IgG anti H.pylori.80

Universitas Sumatera Utara

Begitu juga pada penelitian Zho Y et al, 2014 didapatkan dari 5417
sampel yang dilakukan pemeriksaan UBT diperoleh 3435 (63,41%)
H.Pylori (+) dimana disebutkan perempuan sebanyak 64,47% dan lebih
banyak sebagai penderita H.pylori dibandingkan laki-laki sebanyak
35,63%.78
Hubungan antara TNF α dengan MMP 9 pada H.pylori dan non H.

5.2
Pylori

Kadar serum sitokin seperti IL-6, TNF-α, IL-1β, dan IFN-γ pada pasien
yang mengalami inflamasi lebih tinggi daripada individu normal. TNF-α
merupakan sitokin yang terlibat dalam inflamasi sistemik dan termasuk
kelompok sitokin yang menstimulasi reaksi akut. TNF-α menginduksi
apoptosis dan inflamasi. IL-6 dan TNF-α berperan dalam lesi di lambung
42

.Injuri gaster akibat kimiawi seperti NSAID bisa menyebabkan peningkatan

ekspresi mediator inflamasi seperti TNF-α, IL-1β, maupun IL-8.
Pada gastritis terjadi peningkatan pada faktor pro-inflamasi seperti tumour
necrosis factor α (TNF- α), interleukin 1 (IL-1), IL-6, and IL-8). Infeksi
H.pylori meningkatkan faktor proinflamasi pada mukus lambung Pada
gastritis kronis terjadi inflamasi pada mukosa lambung selama >2 minggu
sehingga terjadi peningkatan sitokin pada darah. TNF α merupakan mediator
inflamasi yang dapat menginduksi ekspresi MMP-1,MMP-3 dan MMP-9 di
sel endotel,sel keratinosit dan fibroblast. MMPs disekresikan oleh sel endotel
yang memainkan peran dalam proses remodelling matriks dan migrasi sel
endotel selama angiogenesis71
Pada penelitian ini, terlihat nilai rerata TNF α pada kelompok dengan H
pylori (+) lebih tinggi 1,5 kali pada pasien gastritis H pylori (+) yaitu 3,66
dibandingkan dengan gastritis H pylori (-) yaitu 2,44. Setelah diuji secara
statistic ditemukan bahwa kadar serum TNF α yang lebih tinggi secara
signifikan antara H pylori (+) dengan H pylori (-) ( p = 0,011 ).
Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya. Beberapa studi telah
menunjukkan bahwa Inflamasi kronis melibatkan sel mononuclear (MN)

Universitas Sumatera Utara

seperti limfosit (sel T dan B), sel plasma, dan makrofag; dan juga sel
polymorphonuclear (PMN) seperti neutrofil. sesuai dengan tingkat degenerasi
dan kerusakan selnya. Mekanisme inflamasi lainnya melalui kontak langsung
dengan sel epitel lambung dan merangsang pembentukan serta pelepasan
sitokin inflamasi. Adanya inflamasi karena H pylori dapat ditunjukkan
dengan peningkatan IL-1β, IL-2, IL-6, IL-8 dan TNF-α. 51
Inflamasi lambung ditemukan bervariasi pada pasien yang terinfeksi
dengan H pylori tergantung dari respon imun pejamu terhadap organisme.
Mekanisme inflamasi terhadap infeksi H pylori melibatkan respon imun
spesifik dan imun non spesifik. Proses tersebut juga akan menimbulkan
keluarnya mediator sitokin, pada gastritis karena H pylori.52
TNF-α berperan untuk meningkatkan reaksi inflamasi dan diyakini
berperan penting dalam kerusakan mukosa gaster akibat H.pylori. TNF-α
menyebabkan kaskade inflamasi terhadap infeksi, respons inflamasi
berlebihan di mukosa gaster yang berhubungan dengan inhibisi sekresi asam
lambung dan kerentanan yang lebih tinggi terhadap Ca gaster.53
Pada penelitian ini tidak terdapat korelasi yang signifikan antara TNF α
dengan MMP 9 pada kelompok pasien dengan H pylori (+) dengan nilai p =
0,292. Selain itu juga tidak terdapat korelasi yang signifikan antara TNF α
dengan MMP 9 pada kelompok pasien dengan H pylori (-) dengan nilai p =
0,119.
Hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan Sen Lin Li et al
2013. Pada penelitian ini didapatkan 63 pasien dengan ulkus lambung, dan 25
pasien dengan chronic superficial gastritis. Dilakukan endoskopi saluran
cerna bagian atas dan mengambil sampel dari mukosa antrum kemudian
dilakukan kultur selama 24 jam kemudian dilakukan pemeriksaan kadar
MMP-9 dan TIMP-1. Dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat
hubungan antara MMP-9 dengan gastritis yaitu terdapat peningkatan yang
signifikan kadar MMP-9 yang disebabkan infeksi H.pylori (+) dibandingkan

Universitas Sumatera Utara

dengan infeksi H.pylori (-) pada pasien ulkus lambung dan ulkus lambung
yang berulang (P