Gambaran Penderita Kelainan Kulit Kaki Pada Pekerja Cuci Mobil Di Kecamatan Medan Binjai

13

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Lingkungan kerja sering mengandung bermacam-macam bahaya yang
bersifat kimia, fisik, biologis, dan psikologis (Suyono, 1995). Menurut Djunaedi
(2003) dalam Mariz (2005) Seiring peningkatan perkembangan industri dan
adanya perubahan gaya hidup masyarakat terutama pada masyarakat ibukota yang
lebih menyukai hal-hal yang praktis membawa efek positif pada usaha penyedia
jasa. Jenis usaha penyedia jasa yang berkembang dan semakin menjamur
dikalangan masyarakat, salah satunya adalah usaha penyedia jasa pencucian mobil
atau dikenal dengan istilah car wash. Hal ini memberikan konsekuensi semakin
banyak orang yang bekerja dibidang jasa pencucian mobil, sehingga semakin
banyak pula kemungkinan orang yang berisiko terkena penyakit kulit akibat kerja.
Penyakit kulit merupakan penyakit akibat kerja yang sering di temukan
biasanya oleh zat kimia, seperti asam/basa kuat, pelarut lemak, logam yang dapat
mengakibatkan iritasi, alergi, atau luka bakar; mekanik misalnya akibat gesekan
atau tekanan pada kulit; fisik misalnya akibat lingkungan kerja yang terlalu panas
dan infeksi (Ridwan, 2009).

Penyakit kulit akibat kerja (occupational dermatoses) adalah penyakit
yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja. Penyakit kulit merupakan
penyakit akibat kerja yang paling sering ditemukan, kira-kira 40 % dari seluruh
penyakit akibat kerja adalah penyakit kulit. Walaupun tidak meyebabkan
kematian, tapi penyakit kulit sangat mengganggu bagi kenyamanan penderitanya.
Oleh karena itu, penyakit kulit merupakan faktor yang sangat penting untuk
terjadinya penurunan produktivitas kerja dan meningkatnya angka cuti sakit.
Insidens penyakit mencapai 7/10.000 pekerja tetap; 25 % diantaranya harus cuti
sakit dari pekerjaannya, dan diperkirakan mengakibatkan kehilangan hari kerja
rata-rata 2-10 hari kerja per tahun. (Ridwan, 2009).

Universitas Sumatera Utara

14

Latar belakang yang mendasari timbulnya penyakit tersebut harus
dibuktikan berhubungan atau akibat langsung dari agen (zat berbahaya) di
lingkungan pekerjaanya (Sudoyo, Aru W, 2009).
Menurut WHO (2002), di seluruh dunia banyak orang dewasa, dan
beberapa anak-anak menghabiskan sebagian besar kegiatan mereka di tempat

kerja. Sementara di tempat kerja, orang-orang menghadapi berbagai bahaya yang
hampir sama banyaknya dengan berbagai jenis pekerjaan, termasuk bahan kimia,
agen biologis, faktor fisik, kondisi ergonomis, alergen, dan berbagai faktor
psikososial. Ini dapat menghasilkan berbagai hasil kesehatan termasuk: cedera,
kanker, gangguan pendengaran, dan pernapasan, muskuloskeletal, kardiovaskuler,
reproduksi, neurotoksik, kulit dangangguan psikologis. Beban penyakit akibat
kerja berisiko sebesar 1,5% dari beban global dalam Disability-adjusted life year
(DALY) rates.

Yang terpenting pada penyakit akibat kerja adalah pemutusan kontak
dengan agen yang menimbulkan penyakit akibat kerja yaitu dengan cara
memindahkannya, pemakaian alat pelindung, pemantauan kadar zat tersebut pada
lingkungan tempat kerja sehingga bahan tersebut tidak sampai melewati ambang
batas (Sudoyo, Aru W, 2009). Kontak kulit dengan agen seperti air, sabun, dan
bahan-bahan alergen lainnya yang menjadi penyebab, hendaknya dibatasi dengan
langkah-langkah pengendalian teknis; kunci pencegahan yang efektif adalah
eliminasi kontak kulit dengan zat-zat tersebut. Pakaian pelindung, apron, sarung
tangan atau krem pelindung, sepatu boot, dan topeng wajah yang mungkin
diperlukan hendaknya disediakan, dan penggunaanya dianjurkan atau diharuskan
(Suyono, Joko. Wijaya, Caroline, 1995).

Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan peneliti di Kelurahan
Medan Binjai, terdapat 6 tempat usaha penyedia jasa pencucian mobil dengan
jumlah pekerja 32 orang dan pada saat bekerja tidak menggunakan alat pelindung
diri antara lain tidak menggunakan sepatu boot. Beberapa pekerja juga
mengeluhkan gangguan kulit kaki yang mereka alami.
Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti ingin mengetahui dan meneliti
gambaran penderita kelainan kulit kaki pada pekerja cuci mobil di Kelurahan

Universitas Sumatera Utara

15

Medan Binjai, Karena pada pekerja cuci mobil akan bersentuhan langsung dengan
tempat yang basah sehingga pekerja cuci mobil terkena penyakit kulit akibat
kerja.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka dapat dirumuskan
pertanyaan penelitian seperti berikut :



Bagaimana gambaran penderita kelainan kulit kaki pada pekerja cuci
mobil?

Berdasarkan pertanyaan penelitian dirumuskan masalah sebagai berikut :


Bagaimana gambaran penderita kelainan kulit kaki pada pekerja cuci
mobil.

1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum :
Untuk mengetahui gambaran penderita kelainan kulit kaki pada pekerja cuci
mobil di Kelurahan Medan Binjai.
1.3.2 Tujuan khusus :
Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui karakteristik (umur, tingkat pendidikan, jenis kelamin)
pekerja cuci mobil dengan kelainan kulit kaki.
2. Untuk mengetahui lama kontak pada pekerja cuci mobil dengan kelainan
kulit kaki.
3. Untuk mengetahui masa kerja pada pekerja cuci mobil dengan kelainan

kulit kaki.
4. Untuk mengetahui penggunaan alat pelindung diri pekerja cuci mobil
dengan kelainan kulit kaki.
5. Untuk mengetahui prevalensi kelainan kulit kaki pada pekerja cuci mobil

Universitas Sumatera Utara

16

1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk :
1. Pada Peneliti
Hasil penelitian ini menambah pengetahuan dan informasi peneliti tentang
keterkaitan angka kejadian kelainan kulit kaki pada pekerja cuci mobil,
dan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan bacaan dan
tambahan koleksi bagi institusi pendidikan.
2. Pada Pekerja cuci mobil
Sebagai bahan masukan dan sumbangan pemikiran bagi pekerja cuci mobil
agar menggunakan alat pelindung diri supaya tidak terkena penyakit kulit
akibat kerja.

3. Bagi Perusahaan cuci mobil
Supaya menyediakan sarana sanitasi dan alat pelindung diri kepada
pekerja cuci mobil serta membuat program penyuluhan kepada pekerja
cuci mobil tentang tindakan kebersihan diri.

Universitas Sumatera Utara