Gambaran Penderita Kelainan Kulit Kaki Pada Pekerja Cuci Mobil Di Kecamatan Medan Binjai

(1)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Marfiratur Rahmah Zega

Tempat / Tanggal Lahir : Gunungsitoli / 25 April 1993

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat : Jl. Jamin Ginting Gg. Aman No. 17

Riwayat Pendidikan : 1. TK Nahdhatul Ulama Gunungsitoli ( 1997 – 1998 )

2. SD 1 Gunungsitoli ( 1998 – 2004 )

3. MTs Negeri 1 Gunungsitoli ( 2004 – 2007 ) 4. MAN 1 Gunungsitoli ( 2007 – 2010 )

5. Fakultas Kedokteran USU ( 2011 – sekarang ) Riwayat Organisasi : Anggota Divisi Kenaziran PHBI FK-USU


(2)

LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN (Informed Consent) Assalamu’alaikum wr. Wb.

Nama saya Marfiratur Rahmah Zega, sedang menjalani pendidikan Kedokteran di Program S1 Fakultas Kedokteran USU. Saya sedang melakukan penelitian yang berjudul Gambaran Penderita Kelainan Kulit Kaki Pada Pekerja Cuci Mobil di Kelurahan Medan Binjai “.

Penyakit kulit akibat kerja (occupational dermatoses) adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja. Penyakit kulit merupakan penyakit akibat kerja yang paling sering ditemukan, kira-kira 40 % dari seluruh penyakit akibat kerja adalah penyakit kulit. Walaupun tidak meyebabkan kematian, tapi penyakit kulit sangat mengganggu bagi kenyamanan penderitanya

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui angka kejadian kelainan kulit kaki terhadap pekerja cuci mobi di kecamatan Medan Binjai. Saya akan melakukan wawancara dan observasi kepada pekerja cuci mobil mengenai :

a. Ada atau tidaknya kelainan kulit kaki pada pekerja cuci mobil

b. Data demografi seperti umur, tingkat pendidikan, lama kontak dengan air, masa kerja dan penggunaan alat pelindung diri.

Wawancara dan observasi akan dilakukan melalui kuesioner selama sekitar 15 menit, bersifat sukarela dan tanpa paksaan. Setiap data yang ada dalam penelitian ini akan dirahasiakan dan digunakan untuk kepentingan penelitian. Untuk penelitian pekerja cuci mobil tidak akan dikenakan biaya dan jawaban saudara nantinya nanti tidak mempengaruhi nilai akademik apapun.

Bila saudara butuh penjelasan, maka dapat menghubungi saya: Nama : Marfiratur Rahmah zega

Alamat : Jln. Jamin ginting Gg. Aman No. 17 No. HP : 085270775229


(3)

Terima kasih kepada saudara yang telah ikut berpatisipasi dalam penelitian ini. Setelah memahami hal yang menyangkut penelitian ini, diharapkan saudara bersedia mengisi lembar persetujuan yang telah dilampirkan.

Hormat saya,


(4)

Lembar persetujuan Setelah penjelasan

Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama:

Alamat: No. Telp/HP:

Saya telah mendapatkan penjelasan dengan baik mengenai tujuan dan manfaat penelitian yang berjudul Gambaran Penderita Kelainan Kulit Kaki Terhadap Pekerja Cuci Mobil di Kelurahan Medan Binjai “ dan dengan ini menyetujui untuk menjawab pertanyaan yang diajukan peneliti dalam kuesioner yang tertera untuk disertakan ke dalam penelitian. Bila suatu waktu saya mengundurkan diri, tidak ada sanksi. Demikianlah surat pernyataan ini untuk dapat dipergunakan seperlunya.

Medan, 2014


(5)

Kuesioner Penelitian

Gambaran Penderita Kelainan Kulit Kaki Pada Pekerja

Cuci Mobil di Kelurahan Medan Binjai.

Petunjuk :

a. Isilah identitas pribadi anda

b. Pilih dan isilah jawaban yang sesuai dengan kondisi anda

Data Pribadi

Nama :

Jenis kelamin :

Umur :

Alamat :

Kuisioner pertanyaan kelainan kulit kaki

Berikan tanda (X) pada jawaban yang sesuai dengan kondisi anda.

Keterangan :

ya : jika sudah mengalami

Tidak : jika tidak pernah mengalami

1. Apakah anda mengalami kelainan kulit pada kaki? a. ya

b. Tidak

2. Setelah terpapar dengan air, apakah anda mengalami kelainan kulit kaki? a. Ya

b. Tidak

3. Setelah terpapar dengan detergen, sabun dll, apakah anda mengalami kelainan kulit kaki?


(6)

a. Ya b. Tidak

4. Jika pernah, apakah anda sering terkenakelainan kulit kaki? a. Ya

b. tidak

5. Apa yang anda langsung mengobati jika terkena kelainan kulit kaki? a. Ya

b. Tidak

6. Apakah anda mempunyai riwayat penyakit sebelumnya pada kaki? a. Ya

b. Tidak

Lama kontak dengan air

7. Apakah dalam setiap hari anda kontak dengan air? a. Ya

b. Tidak

8. Berapa jam dalam 1 hari anda kontak dengan air? a. < 8 jam

b. > 8 jam

9. Apakah dalam seminggu anda selalu kontak dengan air? a. Ya

b. Tidak Masa kerja

10. Sudah berapa lama anda bekerja di tempat ini? a. < 1 tahun

b. > 1 tahun

11. Apakah dalam sehari dapat mencuci mobil sebanyak > 3 mobil? a. Ya

b. tidak

12. Apakah anda bekerja setiap hari? a. Ya


(7)

13. Apakah hari libur anda bekerja? a. Ya

b. Tidak Alat pelindung diri

14. Apakah anda selalu menggunakan sepatu boot (sepatu pelindung diri saat memcuci mobil?

a. Ya b. tidak


(8)

DATA INDUK RESPONDEN

Umur TK Pend

Nama

doorsmear P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14

25 SMP Indra motor 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

22 SMA Indra motor 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4

30 SMP Indra motor 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4

28 SMP Indra motor 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4

17 SMP Indra motor 3 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 4 4 4

31 SD Indra motor 4 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 4 3 3

38 SMP Indra motor 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 4 4

33 SMP Indra motor 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

18 SD Indra motor 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

25 SMP Fajar motor 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4

29 SMP Fajar motor 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

30 SMP Fajar motor 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

21 SD Fajar motor 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4

19 SMA Fajar motor 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4

17 SMP Fajar motor 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4

21 SMP Fajar motor 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4

29 SMP Star servis 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

30 SMP Star servis 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

22 SMA Star servis 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

23 SMA Star servis 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

32 SD

Era baru

servis 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

31 SD

Era baru

servis 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

35 SMA

Era baru

servis 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

17 SMP

Era baru

servis 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

33 SMP

Era baru

servis 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

34 SMP

Era baru

servis 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

36 SMP

Martabe

servis 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

31 SD

Martabe


(9)

Keterangan :

 Skor 3 : untuk jawaban “tidak”

 Skor 4 : untuk jawaban “ya” servis

37 SD

Tahiti

doorsmear 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 3

38 SD

Tahiti

doorsmear 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

32 SD

Tahiti

doorsmear 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4


(10)

HASIL ANALISA DATA

Kel.kulitkaki

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid

ada 25 69.4 69.4 80.6

tidakada 7 19.4 19.4 100.0

Total 32 100.0 100.0

Statistics

Umur

N Valid 32

Missing 0

Mean 28.00

Median 30.00


(11)

Lamakontak

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid

<8jam 8 22.2 22.2 33.3

>8jam 24 66.7 66.7 100.0

Total 32 100.0 100.0

Masakerja

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid

<1tahun 12 33.3 33.3 44.4

>1tahun 20 55.6 55.6 100.0

Total 32 100.0 100.0

Umur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 17 3 8.1 9.4 9.4

18 1 2.7 3.1 12.5

19 1 2.7 3.1 15.6

21 2 5.4 6.3 21.9

22 2 5.4 6.3 28.1

23 1 2.7 3.1 31.3

25 2 5.4 6.3 37.5

28 1 2.7 3.1 40.6

29 2 5.4 6.3 46.9

30 3 8.1 9.4 56.3

31 3 8.1 9.4 65.6

32 3 8.1 9.4 75.0

33 2 5.4 6.3 81.3

34 1 2.7 3.1 84.4

35 1 2.7 3.1 87.5

36 1 2.7 3.1 90.6

37 1 2.7 3.1 93.8

38 2 5.4 6.3 100.0

Total 32 86.5 100.0

Missing System

Missing

0 0


(12)

APD

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid

pakai 4 11.1 11.1 22.2

tdkpakai 28 77.8 77.8 100.0

Total 32 100.0 100.0

umur Total

17 18 19 21 22 23 25 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38

Kel. kulit kaki

ada 2 1 2 1 1 1 1 0 2 1 3 3 2 1 1 1 1 1 25

tidak ada

1 0 0 1 1 0 0 1 0 2 0 0 0 0 0 0 1 0 7

Total 3 1 1 2 2 1 2 1 2 3 3 3 2 1 1 1 1 2 32

Tkpendidikan

SD SMA SMP Total

Kel.kulitkaki

ada 7 5 13 25

tidakada 2 1 4 7

Total 9 6 17 32

lamakontak

<8jam >8jam Total

Kel.kulitkaki

ada 5 20 25

tidakada 3 4 7


(13)

masakerja

<1tahun >1tahun Total

Kel.kulitkaki

ada 7 18 25

tidakada 5 2 7

Total 12 20 32

APD

pakai tdkpakai

Kel.kulitkaki

ada 1 24 25

tidakada 3 4 7

Total 4 28 32

Hasil Uji Validitas dan Realibilitas

Nomor Total Status Alpha Status

Pertanyaan Pearson Correlation

1 0.599 Valid 0.955 Reliabel

2 0.926 Valid 0.948 Reliabel

3 0.926 Valid 0.948 Reliabel

4 0.926 Valid 0.948 Reliabel

5 0.681 Valid 0.953 Reliabel

6 0.681 Valid 0.953 Reliabel

7 0.599 Valid 0.955 Reliabel

8 0.926 Valid 0.948 Reliabel

9 0.865 Valid 0.949 Reliabel

10 0.865 Valid 0.949 Reliabel

11 0.681 Valid 0.953 Reliabel

12 0.681 Valid 0.953 Reliabel

13 0.865 Valid 0.949 Reliabel

14 0.865 Valid 0.949 Reliabel


(14)

DAFTAR PUSTAKA

Adi, Sri. dkk. 2013. Dermatitis. Dalam: Djuanda, Adhi. dkk. 2013. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: 130-133.

Aisyah, Faddilatul. dkk. 2012. Hubungan Hygiene Perorangan dan Pemakaian Alat Pelindung Diri Dengan Keluhan Gangguan Kulit Pada kerja Pengupas udang di Kelurahan Pekan Labuhan Kecamatan Medan Labuhan Tahun 2012. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara : 8.

Budimulja, Unandar. 2013. Mikosis. Dalam: Djuanda, Adhi. dkk. 2013. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: 97.

Daryanto, 2007. Keselamatan Kerja Bengkel Otomotif. Bumi Aksara, Jakarta. Dalam : Aisyah, Faddilatul. dkk. 2012. Hubungan Hygiene Perorangan dan Pemakaian Alat Pelindung Diri Dengan Keluhan Gangguan Kulit Pada kerja Pengupas udang di Kelurahan Pekan Labuhan Kecamatan Medan Labuhan Tahun 2012. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara : 7-8.

Djunaedi, H., Lokananta MD.2003. Dermatitis Kontak Akibat Kerja, Majalah Kesehatan Masyarakat Indonesia. 31(3). 27-33. Dalam : Mariz, DR., Hamzah., SM, Wintoko., R. 2003. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Dermatitis Kontak Akibat Kerja pada Karyawan Pencucian Mobil. Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Lampung: 46.

Erliana. 2008. Hubungan karakteristik individu dan penggunaan alat pelindung diri dengan kejadian dermatitis kontak pada pekerja paving block CV. F.


(15)

Lhoksumawe. Skripsi mahasiswi fakultas kesehatan masyarakat universitas sumatera utara. 88-93. Dalam : Mariz, DR., Hamzah., SM, Wintoko., R. 2003. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Dermatitis Kontak Akibat Kerja pada Karyawan Pencucian Mobil. Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Lampung: 52

Hudyono J. 2002. Dermatosis akibat kerja. Majalah Kedokteran Indonesia, November 2002. 49(9): 16-23. Dalam : Mariz, DR., Hamzah., SM, Wintoko., R. 2003. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Dermatitis Kontak Akibat Kerja pada Karyawan Pencucian Mobil. Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Lampung: 51

Harianto, Ridwan. 2009. Buku Ajar Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC: 13.

International Labour Organization (ILO). 2008. Proyek Pendukung Program Terikat Waktu Indonesia untuk Penghapusan Bentuk-bentuk Pekerjaan Terburuk untuk Anak–Tahap II. Jakarta: International Labour Organization (ILO): 6.

Mariz, DR., Hamzah., SM, Wintoko., R. 2003. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Dermatitis Kontak Akibat Kerja pada Karyawan Pencucian Mobil. Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Lampung: 46.

Report of WHO, 2002.Selected occupational risks,The world health report. Available from:www.who.int/whr/2002/chapter4/en/index8.html - 35k.

Sari, arlinda. 2002. Statistik Kedokteran. Jakarta Timur: Bamboedoea Communication: 8.


(16)

Sastroasmoro, Sudigdo. 2011. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: Sagung Seto: 130.

Setiadi. 2007. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Yokyakarta: Graha Ilmu: 26-28.

Sudoyo, Aru W. dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta Pusat: Internal Publishing Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam: 130-132.

Suharsimi, Arikunto. 2006. Metodologi Penelitian Dalam: Iqbal, Muhammad. 2011. Hubungan Pelurusan Rambut Dengan Kejadian Rambut Rontok Pada Mahasiswi FK USU Stambuk 2008-2010. Medan: Chapter 4.

Suma’mur. 2009. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja ( Hiperkes). Jakarta sagung seto. Dalam: Aisyah, Faddilatul. dkk. 2012. Hubungan Hygiene Perorangan dan Pemakaian Alat Pelindung Diri Dengan Keluhan Gangguan Kulit Pada Pekerja Pengupas Udang Di Kelurahan Pekan Labuhan Kecamatan Medan Labuhan. Medan: 4.

Suyono, Joko. Wijaya, Caroline. 1995. Deteksi Dini Penyakit Akibat Kerja. Jakarta: EGC: 1.

Tarwaka, dkk., 2008. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Surakarta: HARAPAN PRESS: 30.

Tribowo, cecep. dkk. 2013. Kesehatan Lingkungan dan K3. Yokyakarta: Nuha Medika: 96.

Trihapsoro, I. 2003. Dermatitis kontak alergi pada pasien rawat jalan di RSUP H Adam Malik Medan., Skripsi fakultas kedokteran Universitas sumatera utara. 78-89. Dalam : Mariz, DR., Hamzah., SM, Wintoko., R. 2003. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Dermatitis Kontak Akibat Kerja pada Karyawan Pencucian Mobil. Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Lampung: 52.


(17)

Veldman, James. Dkk. 2003. Anatomy dan Physiology Untuk Pemula. Jakarta: EGC: 85.

Wasitaatmadja, Syarif M. 2013. Anatomi Kulit. 3-4. Dalam: Djuanda, Adhi. dkk. 2013. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.


(18)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :

3.2 Defenisi Operasional 3.2.1 Defenisi

a. Kelainan kulit adalah suatu keadaan kulit yang abnormal yang dapat di sebabkan oleh faktor fisik, faktor biologi, faktor kimia, dll. (Ridwan, 2009). b. Umur adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan suatu benda

atau makhluk, baik yang hidup maupun yang mati (Riskesdas, 2009).

c. Tingkat Pendidikan adalah tahap pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang di transfer dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan dan penelitian (Depkes RI, 2009).

d. Lama kontak dengan air adalah: durasi waktu dimana terpaparnya atau kontak langsung pekerja dengan air.

e. Masa kerja adalah durasi waktu dimana para pekerja akan bekerja sesuai dengan profesinya.

f. Penggunaan alat pelindung diri adalah seperangkat alat keselamatan yang digunakan oleh pekerja untuk melindungi seluruh atau sebagian tubuhnya

Kelainan kulit kaki

pada pekerja cuci

mobil

Karakteristik (Umur, jenis

kelamin).

lama kontak dengan air

masa kerja

Penggunaan alat pelindung


(19)

dari kemungkinan adanya pemaparan potensi bahaya lingkungan kerja terhadap kecelakaan dan penyakit akibat kerja (Tarwaka, dkk., 2008).

3.2.2 Cara pengukuran

Tiap variable diukur dengan teknik wawancara dan observasi.

3.2.3 Alat pengukuran

Alat pengukuran yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner.

3.3.3 Hasil pengukuran

Hasil Pengukuran yang diperoleh adanya kelainan kulit kaki pada pekerja cuci mobil berdasarkan umur, tingkat pendidikan, lama kontak, masa bekerja, dan penggunaan alat pelindung diri.

3.3.4 Skala pengukuran


(20)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian ini bersifat survei deskriptif dengan desain penelitian crosssectional study (Sastroasmoro, Sudigdo. 2011), dimana penelitian ini akan mendeskripsikan bagaimana gambaran penderita kelainan kulit kaki pada pekerja cuci mobil di Kelurahan Medan Binjai.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini di lakukan di tempat pencucian mobil yang berada di sekitar Kelurahan Medan Binjai, pengambilan dan pengumpulan data dilakukan pada bulan September - Oktober 2014.

4.3Populasi Penelitian dan sampel 4.3.1 Populasi

Penelitian ini dilakukan pada populasi pekerja cuci mobil di Kelurahan Medan Binjai yang mengalami kelainan kulit kaki maupun yang tidak mengalami kelainan kulit kaki.

4.3.2 Sampel

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah seluruh pekerja cuci mobil yang berada di Kelurahan Medan Binjai yang mengalami kelainan kulit kaki atau disebut total sampling. Total sampling digunakan apabila subjeknya kurang dari 100 orang (Suharsimi, Arikunto., 2006). Adapun kriteria inklusi sampel penelitian adalah para pekerja cuci mobil yang bekerja secara aktif dan tercatat atau bersedia menjawab kuesioner. Kriteria eksklusi adalah para pekerja cuci mobil yang tidak menjawab kuesioner dengan lengkap.


(21)

4.4Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari responden melalui pengisian kusioner. Uji validitas kuesioner dilakukan dengan menggunakan uji kolerasi pearson(moment product correlation) dan uji reabilitas (alpha Cronbach) pada program SPSS (Statistical package for the social)

4.5Pengelolaan dan Metode Analisis Data 4.5.1 Pengelolaan Data

a. Editing: editing yang digunakan untuk memeriksa kelengkapan data. Apabila data belum lengkap ataupun ada kesalahan data dilengkapi dengan mewawancara ulang responden.

b. Coding: data yang terkumpul dan di koreksi ketepatan dan kelengkapan data, diberi kode secara manual oleh peneliti sebelum di olah dengan komputer.

c. Entry: data yang telah dibersihkan, kemudian dimasukkan kedalam program komputer..

d. Cleaning data: pemeriksaan semua data yang telah dimasukkan kedalam komputer berguna untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam pemasukan data.

e. Saving: penyimpanan data untuk siap dianalisis. f. Analisis data (Sari, Arlinda. 2002).

4.5.2 Metode Analisis Data

Setelah data terkumpul dari pengisian kuesioner, selanjutnya diolah secara deskriptif.


(22)

BAB 5

HASIL PENELITIAN

5.1. Hasil Penelitian

Proses pengambilan data untuk penelitian ini dilakukan dengan menggunakan angket dengan alat ukur kuesioner. Hasil kuesioner yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis, sehingga hasil penelitian dapat disimpulkan dalam paparan dibawah ini.

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Medan Binjai, Kecamatan Medan Denai, Medan, Sumatera Utara. Berdasarkan luas geografisnya, Kelurahan Binjai memiliki luas wilayah ± 414 hektar (Ha) yang meliputi total luas pemukiman sebesar 300 Ha, luas persawahan 0,20 hektar (Ha), luas kuburan 0,07 Ha, Luas pekarangan 0,60 Ha , luas taman 0,05 Ha, perkantoran 0,30 Ha, dan prsarana umum lainnya sebesar 0,02 Ha. dan jumlah lingkungan sekitar 20 lingkungan.

Menurut data penduduk kecamatan (2009), jumlah penduduk Kelurahan Binjai Kecamatan Medan denai adalah sebayak 41.264 orang. Penduduk yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah 27,229 orang dan perempuan berjumlah 23,825 orang, usia 0-15 tahun sebanyak 5091 orang (33,6%), usia 16-24 tahun sebanyak 2168 orang (14,3%), dan penduduk berusia di atas 58 tahun berjumlah sebanyak 833 orang (5,7%).

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden

Responden pada penelitian ini adalah pekerja cuci mobil yang bekerja di usaha penyedia jasa pencucian mobil. Di mana usaha penyedia jasa pencucian mobil yang berada di kelurahan Medan Binjai terdapat 6 tempat dengan jumlah responden yang diperoleh 32 orang. Dengan menggunakan metode total sampling dimana peneliti mengambil seluruh populasi menjadi sampel penelitian. Adanya faktor-faktor individu yang berkaitan dengan karakteristik responden seperti: umur,


(23)

tingkat pendidikan, lama kontak, masa kerja, dan penggunaan alat pelindung diri mempengaruhi kelainan kulit kaki akibat kerja. Berikut tabel distribusi frekuensi responden yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Kelainan Kulit Kaki pada Responden

Kelainan Kulit Kaki n %

Ada 25 78.1

Tidak Ada 7 21.8

Total 32 100

Dari tabel 5.1 di atas dapat dilihat bahwa proporsi pekerja yang banyak mengalami kelainan kulit kaki sebanyak 25 responden (78.1%).

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Umur Responden

(Tahun) n Persentase (%)

17-25 12 37.5

26-35 16 50

36-45 4 12.5

Total 32 100

Berdasarkan umur responden yang didapatkan melalui pengisian kuesioner, umur responden berkisar antara 17- 38 tahun. Jumlah responden yang terbanyak pada umur 26-35 tahun (50%), Sedangkan jumlah paling sedikit adalah responden yang berumur 36-45 tahun (12.5 %).


(24)

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan

Responden n Persentase (%)

SD 9 28.1

SMP 17 53.1

SMA 6 18.7

Total 32 100

Berdasarkan tingkat pendidikan responden yang didapatkan melalui pengisian kuesioner, Jumlah yang paling terbanyak pada tingkat pendidikan SMP sebanyak 17 responden (53.1%), Sedangkan jumlah paling sedikit adalah tingkat pendidikan SMA sebanyak 6 responden (18.7%).

Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lama Kontak

Lama kontak responden n Persentase (%)

< 8 jam 8 25

> 8 jam 24 75

Total 32 100

Dari tabel diatas, distribusi frekuensi responden berdasarkan lama kontak responden didapati jumlah yang paling banyak adalah lama kontak > 8 jam (25%).


(25)

Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Masa Kerja

Masa kerja responden n Persentase (%)

< 1 tahun 12 37.5

> 1 tahun 20 62.5

Total 32 100

Berdasarkan tabel diatas, distribusi frekuensi masa kerja responden dengan jumlah terbanyak adalah > 1 tahun (62.5%).

Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)

APD responden

(sepatu kerja) n Persentase (%)

Pakai 4 12.5

Tidak pakai 28 87.5

Total 32 100

Berdasarkan Tabel diatas didapatkan bahwa distribusi frekuensi responden yang terbanyak adalah responden yang tidak memakai alat pelindung diri sebanyak 28 orang (87.5%)


(26)

5.1.3 Kelainan Kulit Kaki pada Responden Berdasarkan Karakteristik Responden, Lama Kontak, Masa Kerja dan Penggunaan Alat Pelindung Diri.

Tabel 5.7. Kelainan Kulit Kaki pada Responden Berdasarkan Umur

Umur (Tahun)

Kelainan Kulit Kaki

Ada Tidak

n % n %

17-25 9 36 3 12

26-35 13 52 3 12

36-45 3 12 1 4

Total 25 100 7 100

Dari tabel 5.7 di atas dapat dilihat bahwa proporsi pekerja yang banyak mengalami kelainan kulit kaki pada umur 26-35 tahun (52%) dibandingkan dengan kelompok umur yang lain.

Tabel 5.8. Kelainan Kulit Kaki pada Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan

Kelainan Kulit Kaki

Ada Tidak

n % n %

SD 7 28 2 8

SMP 13 52 4 16

SMA 5 20 1 4

Total 25 100 7 100

Dari tabel 5.8 di atas dapat dilihat bahwa proporsi pekerja yang banyak mengalami kelainan kulit kaki pada tingkat pendidikan SMP sebanyak 13 (52%), dibandingkan dengan kelompok tingkat pendidikan yang lain.


(27)

Tabel 5.9. Kelainan Kulit Kaki Responden Berdasarkan Lama Kontak

Lama kontak (jam)

Kelainan Kulit Kaki

Ada Tidak

n % n %

< 8 5 20 3 42.8

>8 20 80 4 57.1

Total 25 100 7 100

Dari tabel 5.9 di atas dapat dilihat bahwa proporsi pekerja yang banyak mengalami kelainan kulit kaki pada lama kontak > 8 jam (80 %).

Tabel 5.10. Kelainan Kulit Kaki Responden Berdasarkan Masa Kerja

Masa Kerja Kelainan Kulit Kaki

Ada Tidak

n % n %

< 1 tahun 7 28 5 71.4

> 1 tahun 18 72 2 28.5

Total 25 100 7 100

Dari tabel 5.10 di atas dapat dilihat bahwa proporsi pekerja yang banyak mengalami kelainan kulit kaki pada lama bekerja > 1 tahun (72 %).


(28)

Tabel 5.11 Kelainan Kulit Kaki Responden Berdasarkan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)

Penggunaan APD (sepatu kerja)

Kelainan Kulit Kaki

Ada Tidak

n % n %

Pakai 1 4 3 42.8

Tidak pakai 24 96 4 57.1

Total 25 100 7 100

Dari tabel 5.11 di atas dapat dilihat bahwa proporsi pekerja yang banyak mengalami kelainan kulit kaki adalah pada pekerja yang tidak menggunakan APD sebanyak 24 responden (96%).

5.2 Pembahasan Penelitian

Kelainan kulit kaki adalah suatu keadaan kulit pada kaki yang abnormal yang dapat di sebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja meliputi : faktor fisik, faktor biologi, faktor kimia, dll. Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 32 responden yang mengalami kelainan kulit pada kaki sebanyak 25 (78.1%) responden. Hal tersebut sejalan dengan studi epidemiologi di Indonesia yang memperlihatkan bahwa 40% dari seluruh penyakit akibat kerja adalah penyakit kulit. Walaupun tidak meyebabkan kematian, tapi kelainan kulit sangat mengganggu bagi kenyamanan penderitanya. Oleh karena itu, penyakit kulit merupakan faktor yang sangat penting untuk terjadinya penurunan produktivitas kerja dan meningkatnya angka cuti sakit. (Ridwan, 2009). Latar belakang yang mendasari timbulnya penyakit tersebut harus dibuktikan berhubungan atau akibat langsung dari agen (zat berbahaya) di lingkungan pekerjaanya (Sudoyo, Aru W, 2009).


(29)

Umur merupakan salah satu unsur yang tidak dapat dipisahkan dari individu. Umur mempunyai pengaruh yang penting terhadap kejadian penyakit kulit akibat kerja. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa umur pekerja17-25 tahun yang mengatakan ada kelainan kulit kaki sebanyak 9 responden (36 %) dan yang tidak ada kelainan kulit kaki 3 reponden (12 %), umur pekerja 26-35 tahun proporsi yang mengatakan ada kelainan kulit kaki sebanyak 13 responden ( 52 %) dan yang tidak ada kelainan kulit kaki sebanyak 3 responden (12 %) sedangkan pada umur 36-45 tahun proporsi yang mengatakan ada kelainan kulit kaki sebanyak 3 responden (12 %) dan yang tidak ada kelainan kulit kaki sebanyak 1 responden (4 %). Hal ini menunjukkan bahwa banyak pekerja yang telah berumur yang lebih tua itu, lebih rentan terserang penyakit dan mengalami kecelakan akibat kerja karena sistem kekebalan tubuh yang mulai menurun sehingga mudah terpapar penyakit dibandingkan dengan pekerja umur muda yang mempunyai sistem kekebalan tubuh dan kegesitan yang lebih tinggi. Namun umur muda pun sering pula mengalami kasus kecelakaan akibat kerja, hal ini karena kecerobohan dan sikap suka tergesa-gesa. Dari hasil penelitian di Amerika Serikat diungkapkan bahwa pekerja yang berusia muda lebih banyak mengalami kecelakaan dibanding dengan pekerja yang lebih muda biasanya kurang pengalaman dalam pekerjaan (Tribowo, cecep, 2013). Dalam konteks determinan kejadian penyakit kulit kaki berdasarkan umur dapat menyerang semua kelompok umur, artinya umur bukan merupakan faktor resiko utama terhadap paparan bahan-bahan penyebab penyakit kulit pada kaki (Erliana, 2008).

Menurut Adhi Juanda (2013), faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit kulit yaitu faktor individu (misalnya : umur, tingkat pendidikan, lama kontak, masa kerja dan penggunaan alat pelindung diri) dan faktor lingkungan (misalnya: suhu dan kelembaban). Dapat dikatakan bahwa penyakit kulit akan lebih mudah menyerang pada pekerja dengan usia yang lebih tua.

Tingkat Pendidikan seseorang berpengaruh dalam pola pikir seseorang dalam menghadapi pekerjaan yang dipercayakan kepadanya, selain itu pendidikan juga akan mempengaruhi tingkat penyerapan terhadap pelatihan yang diberikan dalam rangka melaksanakan pekerjaan dan keselamatan kerja. Berdasarkan hasil


(30)

penelitian didapatkan bahwa proporsi pekerja yang banyak mengalami kelainan kulit kaki pada tingkat pendidikan SMP sebanyak 13 (52%), dibandingkan dengan kelompok tingkat pendidikan yang lain. Hal ini menunjukkan bahwa, Pendidikan para pekerja berperan penting terhadap pengetahuan dan pemahaman pekerja tentang pencegahan penyakit akibat kerja termasuk penyakit gangguan kulit, misalnya penggunaan alat pelindung diri (Tribowo, cecep. dkk., 2013).

Pendidikan yang rendah dapat menyebabkan pola berfikir yang kurang baik sehingga mengalami kesulitan mencari solusi dari masalah kesehatan dan pemakaian alat pelindung diri juga turut rendah (Mariz, DR., 2003). Menurut Notoatmodjo (2007), tingkat pendidikan sangat mempengaruhi bagaimana seseorang untuk bertindak dan mencari penyebab serta solusi dalam hidupnya. Orang yang berpendidikan lebih tinggi biasanya akan bertindak lebih rasional. Oleh karena itu orang yang berpendidikan akan lebih mudah menerima gagasan baru.

Lama kontak merupakan jangka waktu pekerja berkontak dengan bahan kimia dalam hitungan jam/hari. Lama kontak setiap pekerja berbeda-beda (Mariz, DR., 2003). Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa lama kontak < 8 jam yang mengatakan ada kelainan kulit kaki sebanyak 5 responden (20 %) dan yang tidak ada kelainan kulit kaki 3 reponden (42.8 %) sedangkan pada lama kontak > 8 jam proporsi yang mengatakan ada kelainan kulit kaki 20 responden (80 %) dan tidak ada kelainan kulit kaki sebanyak 4 responden (57.1 %). Hal ini menunjukkan bahwa kontak kulit dengan bahan kimia yang bersifat iritan atau alergen secara terus menerus dengan durasi yang lama, akan menyebabkan kerentanan kulit pada pekerja mulai dari tahap ringan sampai tahap berat, Pada penelitian ini menunjukkan bahwa pekerja yang mempunyai rata-rata lama kontak dengan bahan kimia lebih lama cenderung lebih banyak menderita kontak kelainan kulit kaki akibat kerja, dibandingkan dengan pekerja yang mempunyai rata-rata lama kontak lebih singkat (Hudyono, 2002).

Lamanya seseorang bekerja dengan baik dalam sehari pada umumnya 8 jam. Memperpanjang waktu kerja lebih dari kemampuan lama kerja biasanya tidak disertai efisiensi, efektivitas dan produktivitas kerja yang optimal, bahkan


(31)

biasanya terjadi penurunan kualitas dan hasil kerja serta bekerja dengan waktu berkepanjangan akan menimbulkan terjadinya kelelahan, gangguan kesehatan dan penyakit (Suma’mur, 2009).

Masa kerja adalah suatu kurun waktu atau lamanya tenaga kerja itu bekerja di suatu tempat. Masa kerja dalam penelitian ini merupakan jangka waktu pekerja mulai bekerja di bagian pencucian mobil di sampai waktu penelitian. Masa kerja penting diketahui untuk melihat lamanya seseorang telah terpajan dengan bahan kimia (Hudyono, 2002). Berdasarkan tabel 5.10 di atas dapat dilihat bahwa proporsi pekerja yang banyak mengalami kelainan kulit kaki pada lama bekerja > 1 tahun (72 %). Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa distribusi pekerja menurut masa kerja cukup bervariasi, Hasil ini tidak sebanding dengan hasil penelitian Trihapsoro (2008) setiap jenis kulit individu memiliki sensitivitas yang berbeda-beda, serta variabel masa kerja juga memiliki faktor lain seperti berapa kali dia terpapar dalam sehari dan kontak dengan lebih 1 jenis bahan kimia.

Penggunaan APD merupakan salah satu cara untuk mencegah terjadinya penyakit kulit akibat kerja, karena dengan mengunakan APD dapat terhindar dari kontak langsung dengan bahan kimia yang terkandung di dalam sabun pencuci mobil. Berdasarkan penelitian menunjukan bahwa penggunaan APD (sepatu kerja) proporsi yang mengatakan ada kelainan kulit kaki sebanyak 1 responden (4 %) dan yang tidak ada kelainan kulit kaki 3 reponden (42.8 %) sedangkan penggunaan APD (sepatu kerja) proporsi yang mengatakan ada kelainan kulit kaki 24 responden (96 %) dan tidak ada kelainan kulit kaki sebanyak 4 responden (57.1 %).

Menurut Aisyah, Faddilatul., dkk (2012), hal ini menunjukkan adanya pengaruh penggunaan APD (sepatu kerja) dengan penyakit kulit akibat kerja. Diketahui responden tidak menggunakan alas kaki ketika bekerja kemungkinan ketidaktahuan pentingnya menggunakan alas kaki tertutup, sebagian besar responden menggunakan alas kaki yang tidak memenuhi syarat yaitu sandal jepit. Penggunaan sepatu kerja dapat mencegah penyakit akibat kerja karena dapat melindungi kaki agar tidak kontak langsung dengan genangan air di lingkungan


(32)

kerja. Penggunaan sepatu kerja yang rendah karena tidak adanya fasilitas dari perusahaan maupun Dinas Kesehatan.

Menurut Daryanto (2007), ada dua hal yang dapat menyebabkan penyakit akibat kerja antaranya kecerobohan dan kondisi tidak aman salah satunya adalah lalai menggunakan perlengkapan pelindung diri. Pemakaian alat pelindung diri harus diperhatikan sehingga tujuan pemakaian pakaian kerja tercapai yaitu keselamatan kerja. Salah satu hal yang harus diperhatikan adalah mengenakan sepatu yang sesuai dan dalam kondisi baik. Sepatu usahakan bersol kuat atau bersol baja yang ditengahnya dapat melindungi dari luka akibat benda tajam.

Menurut Suyono, Joko.,dkk (1995) faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya penyakit kerja diantaranya pelindung diri yang tak aman. Alat pelindung diri (APD) dapat melindungi pekerja cuci mobil dari bahaya kecelakaan, maupun berbagai penyakit akibat kerja. Alat pelindung diri seperti: pakaian pelindung, apron, sarung tangan atau krem pelindung, sepatu boot, dan topeng wajah yang mungkin diperlukan hendaknya disediakan, dan penggunaanya dianjurkan atau diharuskan.


(33)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan penelitian Gambaran Penderita Kelainan Kulit Kaki Pada Pekerja Cuci Mobil di kelurahan Medan Binjai Kecamatan Medan Denai, maka peneliti dapat menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut :

1. Distribusi frekuensi berdasarkan umur responden yang terbanyak pada usia 26-35 tahun (50%), Sedangkan jumlah paling sedikit adalah responden yang berusia 36-45 tahun (12.5%).

2. Distribusi frekuensi berdasarkan tingkat pendidikan responden yang paling terbanyak pada tingkat pendidikan SMP sebanyak 17 responden (53.1%), Sedangkan jumlah paling sedikit adalah tingkat pendidikan SMA sebanyak 6 responden (18.7%).

3. Distribusi frekuensi responden berdasarkan lama kontak responden didapati jumlah yang paling banyak adalah lama kontak > 8 jam (25%).

4. Distribusi frekuensi masa kerja responden dengan jumlah terbanyak adalah > 1 tahun (62.5%).

5. Distribusi frekuensi responden yang terbanyak adalah responden yang tidak memakai alat pelindung diri sebanyak 28 orang (87.5%).

6. Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 32 responden yang mengalami kelainan kulit pada kaki sebanyak 25 responden (78.1%), umur 26-35 tahun (52%), tingkat pendidikan SMP sebanyak 13 responden (40.6%), lama kontak > 8 jam sebanyak 20 responden (80%), masa kerja > 1 tahun sebanyak 18 responden (72%), tidak menggunakan APD sebanyak 24 responden (96%).


(34)

6.2Saran

1. Para Pekerja Cuci Mobil

Peneliti berharap agar pekerja dapat memupuk kesadaran untuk memperhatikan kebersihan diri dan pemakaian alat pelindung diri supaya terhindar dari penyakit akibat kerja.

2. Bagi Perusahaan cuci mobil

Supaya menyediakan sarana sanitasi dan alat pelindung diri kepada pekerja cuci mobil serta membuat program penyuluhan kepada pekerja cuci mobil tentang tindakan kebersihan diri.

2. Bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian bisa menjadi bahan referensi untuk peneliti selanjutnya, sehingga dapat dijadikan bahan dasar untuk mengkaji lebih dalam lagi.


(35)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kulit Manusia

2.1.1.Anatomi kulit secara histopatologik

Menurut Wasitaatmadja (2013) dalam Djuanda (2013) Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa 1,5 m2 dengan berat kira-kira 15 % dari berat badan. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastis dan sensitive, bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras, dan juga bergantung pada lokasi tubuh. Warna kulit berbeda-beda, dari kulit yang berwarna terang (fair skin), pirang dan hitam, warna merah muda pada telapak kaki dan tangan bayi, serta warna hitam kecoklatan pada genitalia orang dewasa. Demikian pula kulit bervariasi mengenai lembut, tipis dan tebalnya. Kulit yang elastis dan longgar terdapat pada palpebra, bibir dan preputium. Kulit yang tebal dan tegang terdapat di telapak kaki dan tangan dewasa. Kulit yang tipis terdapat pada muka, yang lembut pada leher dan badan, dan yang berambut kasar terdapat pada kepala.

Pembagian kulit tersusun atas 3 lapisan utama yaitu: lapisan epidermis atau kutikel, lapisan dermis (korium, kutis vera, true skin) dan lapisan subkutis (hipodermis).

Kulit terbagi atas 3 (tiga) lapisan pokok yaitu :

1. Epidermis adalah bagian terluar kulit. Bagian ini tersusun dari jaringan epitel skumosa bertingkat yang mengalami keratinisasi. Jaringan ini tidak memiliki pembuluh darah, dan sel-selnya sangat rapat. Bagian epidermis ini yang paling tebal dapat ditemukan pada telapak tangan dan telapak kaki (Setiadi, 2007). Lapisan epidermis terdiri atas: stratum korneum, stratum lusidum, stratum granulosum, stratum spinosum dan stratum basal.


(36)

a. Stratum korneum (lapisan tanduk) adalah lapisan kulit yang paling luar dan terdiri atas beberapa lapis sel-sel gepeng yang mati, tidak berinti, protoplasmanya telah berubah menjadi keratin (zat tanduk). b. Stratum lusidum terdapat langsung di bawah lapisan sel-sel gepeng tanpa inti dengan protoplasma yang berubah menjadi protein yang disebut eleidin. Lapisan tersebut tampak lebih jelas di telapak tangan dan kaki.

c. Stratum granulosum (lapisan keratohialin) merupakan 2 atau 3 lapis sel-sel gepeng dengan sitoplasma berbutir kasar dan terdapat ini keratohialin. Stratum granulosum juga tampak jelas di telapak tangan dan kaki.

d. Stratum spinosum (stratum malphigi) atau di sebut juga prickle cell (lapisan akanta) terdiri atas beberapa lapis sel yang berbentuk poligonal yang besarnya berbeda-beda karena adanya proses mitosis. Sel spinosum mengandung banyak glikogen.

e. Stratum basal terdiri atas sel-sel berbentuk kubus (kolumnar) yang tersusun vertikal pada perbatasan dermoepidermal berbaris seperti pagar (palisade). Lapisan ini merupakan lapisan yang paling bawah. Lapisan ini terdiri dari 2 jenis sel yaitu: sel yang berbentuk kolumnar dan sel pembentuk melanin.

2. Lapisan dermis

Merupakan lapisan dibawah epidermis yang jauh lebih tebal daripada epidermis. Lapisan ini terdiri atas lapisan elastik dan fibrosa padat dengan elemen-elemen selular dan folikel rambut. Secara garis besar dibagi menjadi 2 bagian yakni :

a. Pars papilare, yaitu bagian yang menonjol ke epidermis, berisi ujung serabut saraf dan pembuluh darah.

b. Pars retikulare, yaitu bagian di bawahnya yang menonjol kearah subkutan dan terdiri dari serabut kolagen, elastin dan retikulin.


(37)

3. Lapisan subkutis

Terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel-sel lemak didalamnya. Sel lemak merupakan sel bulat, besar, dengan inti terdesak ke pinggir sitoplasma lemak yang bertambah. Sel-sel lemak disebut panikulus adipose, berfungsi sebagai cadangan makanan.


(38)

Gambar 2.1.2. Histologi kulit (Leeason, 1996)

2.1.2. Fungsi kulit

Kulit menutupi dan melindungi permukaan tubuh dan bersambung dengan selaput lendir yang melapisi rongga yang berfungsi sebagai berikut :

1. Sebagai pelindung

Ada beberapa kemampuan perlindungan dari kulit yaitu :

a. Kulit adalah relatif tidak tertembus air, dalam arti bahwa ia menghindarkan hilangnya cairan dari jaringan dan juga menghindarkan masuknya air, sehingga tidak terjadi penarikan dan kehilangan cairan.

b. Kulit melindungi struktur internal dari tubuh terhadap trauma dan terhadap invasi oleh mikroorganisme yang membahayakan. Sebagian besar organisme mengalami kesulitan untuk berpenetrasi pada kulit yang utuh tetapi dapat masuk melalui kulit yang terpotong atau mengalami abrasi (lecet).

c. Kulit mengandung pigmen melanin yang melindungi terhadap sinar ultraviolet sinar matahari (Veldman, James, 2003) .


(39)

2. Sebagai peraba atau alat komunikasi

a. Rasa sentuhan disebabkan rangsangan pada ujung saraf, dikulit berbeda menurut ujung saraf yang dirangsang (panas, dingin, dan lain-lain).

b. Kulit merupakan media ekspresi wajah dan refleks vaskuler yang penting dalam komunikasi.

3. Sebagai alat pengatur panas

Panas dapas dilepaskan oleh kulit dengan berbagai cara yaitu :

a. Dengan penguapan, jumlah keringat yang dibuat tergantung dari banyaknya darah yang mengalir melalui pembuluh dalam kulit.

b. Dengan pancaran dan melepaskan panas pada udara sekitarnya. 4. Sebagai tempat penyimpanan

Kulit beraksi sebagai alat penampung air dan lemak, yang dapat melepaskannya bilamana diperlukan. Kulit dan jaringan di bawahnya bekerja sebagai tempat penyimpanan air, jaringan adiposa di bawah kulit merupakan tempat penyimpanan lemak yang utama pada tubuh. 5. Sebagai alat absorpsi

Kulit dapat mengabsorpsi :

1. Sinar ultraviolet yang beraksi atas prekusor vitamin D yang penting bagi pertumbuhan dan perkembangan tulang.

2. Obat-obatan tertentu yang digunakan sebagai salep. 6. Sebagai ekskresi

Zat berlemak, air dan ion-ion, seperti Na+ diekskresi melalui kulit (Setiadi. 2007).


(40)

2.2. Dermatosis akibat kerja

2.2.1. Defenisi Dermatosis akibat kerja

Penyakit kulit akibat kerja (occupational dermatoses) adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja. Penyakit kulit merupakan penyakit akibat kerja yang paling sering ditemukan, kira-kira 40 % dari seluruh penyakit akibat kerja adalah penyakit kulit. Walaupun tidak meyebabkan kematian, tapi penyakit kulit sangat mengganggu bagi kenyamanan penderitanya (Ridwan, 2009).

2.2.2. Sebab-sebab dermatosis akibat kerja

Penyebab-penyebab dermatosis akibat kerja dapat digolong-golongkan sebagai berikut :

a. Faktor Fisik, antara lain tekanan atau gesekan, kondisi cuaca (angin, hujan,

cuaca beku, matahari), panas, radiasi (ultraviolet, ionisasi), dan serat-serat mineral.

b. Bahan kimia, terbagi 4 kategori :

 Iritan primer: asam, basa, pelarut lemak, deterjen, garam-garam logam (arsen, air raksa, dll).

 Sensitizer: logam dan garam-garamnya (kromium, nikel, kobalt, dll.) senyawa-senyawa yang berasal dari aniline p-fenilendiamin, pewarna azo,serin (khususnya monoer dan adiktif seperti epoksiresin, formaldehid, vinil, akrilik, akselerator, plasticizer).

c. Agen biologis

Beberapa mikroorganisme (mikroba, fungi), parasit kulit dan produk-produknya juga menyebabkan penyakit kulit.

d. Bahan-bahan berasal dari tanaman, yaitu daun-daunan, ranting-ranting,

getah, akar-akaran, umbi-umbian, bunga-bungaan, buah-buahan, sayur-sayuran, debu, kayu dan lain-lain (Suyono, Joko. 1995).


(41)

2.3. Beberapa jenis penyakit Kulit pada kaki

Adapun beberapa jenis penyakit kulit pada kaki yang sering terjadi seperti: 1. Menurut Budimulja (2013) dalam Djuanda (2013) tinea Pedis et manus

adalah dermatofitosis tersering pada kaki, terutama pada sela-sela jari dan telapak kaki. Tinea pedis sering dilihat adalah bentuk interdigitalis (di antara jari IV dan jari V terlihat fisura yang dilingkari sisik halus dan tipis), bentuk moccasin foot (pada seluruh kaki terlihat kulit menebal dan bersisik), dan bentuk subakut terlihat vesikel, vesikel-pustul dan kadang-kadang bula (pada daerah sela jari, meluas ke punggung kaki atau telapak kaki.

2. Menurut Adi, Sri. dkk. (2013) dalam Djuanda (2013) Dermatitis kontak adalah dermatitis yang disebabkan oleh bahan/substansi yang menempel pada kulit. Pada dermatitis kontak yang hiperhidrosis terlihat kulit yang mengelupas (maserasi), kalau hanya terlihat vesikel-vesikel biasanya terletak sangat dalam dan terbatas pada telapak kaki dan tangan tidak meluas sampai di sela-sela jari. Dermatitis kontak di kenal 2 macam: dermatitis kontak iritan dan dermatitis kontak alergi.

a. Dermatitis kontak iritan (DKI) merupakan reaksi peradangan kulit nonimunologik, jadi kerusakan kulit terjadi langsung tanpa didahului proses sensitisasi. Jumlah penderita DKI di perkirakan cukup banyak, terutama berhubungan dengan pekerjaan (DKI akibat kerja). Hal ini disebabkan antara lain oleh banyak penderita kelainan ringan tidak datang berobat, atau bahkan tidak mengeluh. Penyebab munculnya dermatitis jenis ini ialah bahan yang bersifat iritan, misalnya bahan pelarut, deterjen, minyak pelumas, asam, alkali, dan serbuk kayu. Faktor individu juga berpengaruh pada DKI, misalnya perbedaan ketebalan kulit di berbagai tempat menyebabkan perbedaan permeabilitas; usia (anak dibawah 8 tahun dan usia lanjut lebih mudah teriritasi); ras (kulit hitam lebih tahan daripada kulit putih); jenis kelamin (insidens DKI lebih banyak pada wanita); penyakit kulit yang pernah dan sedang dialami (ambang rangsang terhadap bahan iritan menurun), misalnya dermatitis atopik.


(42)

b. Dermatitis kontak alergi (DKA) terjadi pada seseorang yang telah mengalami sensitisasi terhadap suatu alergen. Dahulu di perkirakan bahwa kejadian DKI akibat kerja 80 % dan DKA 20 %, tapi data baru dari Inggris dan Amerika Serikat menunjukkan bahwa dermatitis kontak akibat kerja karena alergi ternyata cukup tinggi yaitu berkisar 50-60%. Sedangkan dari satu penelitian ditemukan frekuensi DKA bukan akibat kerja tiga kali lebih sering daripada DKA akibat kerja. Penyebab DKA adalah bahan kimia sederhana degan berat molekul umumnya rendah (<1000 dalton ), merupakan alergen yang belum diproses, disebut hapten yang bersifat lipofilik dan dapet menembus stratum korneum sehingga mencapai sel epidermis dibawahnya (sel hidup). Berbagai faktor dalam timbulnya DKA, misalnya potensi sensitisasi alergen, luas daerah yang terkena, lama pajanan, oklusi, suhu, kelembaban lingkungan dan pH.

3. Kandidosis adalah penyakit jamur yang bersifat akut atau subkutan yang disebabkan oleh spesies Candida, biasanya spesies Candida albicans dan dapat mengenai mulut, vagina, kulit dan kuku. Membedakan kandidosis (erosion interdigitalis blastomisetika), dengan tinea pedis agak sulit. Pemeriksaan KOH dan pembiakan dapat menolong.

4. Sifilis II adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Treponema pallidum sangat kronis dan dengan gambaran klinis dapat berupa kelainan kulit di telapak kaki dan tangan. Lesi merah yang basah yang merupakan petunjuk. 5. Psoriasis yang menyerang kuku pun dapat berakhir dengan kelaianan kulit

pada telapak kaki.Lekukan-lekukan pada kuku (nail pits), yang terlihat pada psoriasis tidak di dapati pada tinea unguium.

6. Paronikia merupakan penyakit kulit yang menyerang bagian dorsal jari-jari tangan dan kaki dan dapat menyebabkan kelainan yang berakhir dengan distrofi kuku.

7. Tinea unguium merupakan kelainan kuku yang disebabkan oleh jamur dermatofita.


(43)

2.4. Pekerja cuci mobil

2.4.1. Karakteristik pekerja cuci mobil

Karakteristik pekerja cuci mobil mempunyai berbagai sifat yang berbeda-beda. Menurut Mariz, dkk., (2003) Perbedaan ini dapat dilihat dari faktor individu yang berkaitan dengan gangguan akibat kerja seperti: umur, tingkat pendidikan, lama kontak, masa kerja, dan penggunaan alat pelindung diri.

Secara rinci faktor individu yang berkaitan dengan gangguan akibat kerja adalah sebagai berikut :

1. Umur

Umur mempunyai pengaruh yang penting terhadap kejadian penyakit akibat kerja. Banyak pekerja yang telah berusia lanjut, misalnya pada lansia lebih rentan terserang penyakit dan mengalami kecelakan akibat kerja karena sistem kekebalan tubuh yang mulai menurun sehingga mudah terpapar penyakit dibandingkan dengan pekerja usia muda yang mempunyai sistem kekebalan tubuh dan kegesitan yang lebih tinggi (Tribowo, cecep, 2013).

UU No. 20 Tahun 1999 tentang Pengesahan Konvensi ILO No. 138 mengenai Umur Minimum yang diperbolehkan untuk Bekerja. Dalam lampiran UU ini, Pemerintah Indonesia menyatakan bahwa usia minimum yang diperbolehkan untuk bekerja di Indonesia adalah 15 tahun (International Labour Organization (ILO), 2008).

Menurut Depkes RI (2009) kategori umur di kelompokkan menjadi : masa balita (0-5 tahun), masa kanak-kanak (5-11 tahun), masa remaja awal (12-16 tahun), masa remaja akhir (17-25 tahun), masa dewasa awal (26-35tahun), masa dewasa akhir (36-45 tahun), masa lansia awal (46-55 tahun), masa lansia akhir (56-65 tahun), masa manula 65-sampai atas).


(44)

2. Tingkat Pendidikan

Pendidikan seseorang berpengaruh dalam pola pikir seseorang dalam menghadapi pekerjaan yang dipercayakan kepadanya, selain itu pendidikan juga akan mempengaruhi tingkat penyerapan terhadap pelatihan yang diberikan dalam rangka melaksanakan pekerjaan dan keselamatan kerja. Pendidikan pekerja berperan penting terhadap pengetahuan dan pemahaman pekerja tentang pencegahan penyakit akibat kerja termasuk penyakit gangguan kulit, misalnya penggunaan alat pelindung diri (Tribowo, cecep. dkk., 2013).

Menurut Depkes RI (2009) Tingkat Pendidikan adalah tahap pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang di transfer dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan dan penelitian. Tingkat pendidikan di bagi menjadi 4 yaitu : belum sekolah, SD, SMP, SMA/MA, Perguruan tinggi.

3. Lama kontak

Lama kontak kulit dengan agen seperti air, sabun, dan bahan-bahan alergen lainnya yang menjadi penyebab adanya gangguan kulit akibat kerja, hendaknya dibatasi dengan langkah-langkah pengendalian teknis; kunci pencegahan yang efektif adalah eliminasi kontak kulit dengan zat-zat tersebut (Suyono, Joko. Wijaya, Caroline, 1995). Lama kontak merupakan jangka waktu pekerja berkontak dengan bahan kimia dalam hitungan jam/hari. Lama kontak setiap pekerja berbeda-beda.

Lamanya seseorang bekerja dengan baik dalam sehari pada umumnya 8 jam. Memperpanjang waktu kerja lebih dari kemampuan lama kerja biasanya tidak disertai efisiensi, efektivitas dan produktivitas kerja yang optimal, bahkan biasanya terjadi penurunan kualitas dan hasil kerja serta bekerja dengan waktu berkepanjangan akan menimbulkan terjadinya kelelahan, gangguan kesehatan dan penyakit (Suma’mur, 2009)


(45)

4. Masa kerja

Masa kerja adalah suatu kurun waktu atau lamanya tenaga kerja itu bekerja di suatu tempat. Masa kerja dalam penelitian ini merupakan jangka waktu pekerja mulai bekerja di bagian pencucian mobil di sampai waktu penelitian. Masa kerja penting diketahui untuk melihat lamanya seseorang telah terpajan dengan bahan kimia (Hudyono, 2002).

5. Penggunaan alat pelindung diri

Faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya penyakit kerja diantaranya pelindung diri yang tak aman. Alat pelindung diri (APD) dapat melindungi pekerja cuci mobil dari bahaya kecelakaan, maupun berbagai penyakit akibat kerja. Alat pelindung diri seperti: pakaian pelindung, apron, sarung tangan atau krem pelindung, sepatu boot, dan topeng wajah yang mungkin diperlukan hendaknya disediakan, dan penggunaanya dianjurkan atau diharuskan (Suyono, Joko. Wijaya, Caroline, 1995).


(46)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Lingkungan kerja sering mengandung bermacam-macam bahaya yang bersifat kimia, fisik, biologis, dan psikologis (Suyono, 1995). Menurut Djunaedi (2003) dalam Mariz (2005) Seiring peningkatan perkembangan industri dan adanya perubahan gaya hidup masyarakat terutama pada masyarakat ibukota yang lebih menyukai hal-hal yang praktis membawa efek positif pada usaha penyedia jasa. Jenis usaha penyedia jasa yang berkembang dan semakin menjamur dikalangan masyarakat, salah satunya adalah usaha penyedia jasa pencucian mobil atau dikenal dengan istilah car wash. Hal ini memberikan konsekuensi semakin banyak orang yang bekerja dibidang jasa pencucian mobil, sehingga semakin banyak pula kemungkinan orang yang berisiko terkena penyakit kulit akibat kerja. Penyakit kulit merupakan penyakit akibat kerja yang sering di temukan biasanya oleh zat kimia, seperti asam/basa kuat, pelarut lemak, logam yang dapat mengakibatkan iritasi, alergi, atau luka bakar; mekanik misalnya akibat gesekan atau tekanan pada kulit; fisik misalnya akibat lingkungan kerja yang terlalu panas dan infeksi (Ridwan, 2009).

Penyakit kulit akibat kerja (occupational dermatoses) adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja. Penyakit kulit merupakan penyakit akibat kerja yang paling sering ditemukan, kira-kira 40 % dari seluruh penyakit akibat kerja adalah penyakit kulit. Walaupun tidak meyebabkan kematian, tapi penyakit kulit sangat mengganggu bagi kenyamanan penderitanya. Oleh karena itu, penyakit kulit merupakan faktor yang sangat penting untuk terjadinya penurunan produktivitas kerja dan meningkatnya angka cuti sakit. Insidens penyakit mencapai 7/10.000 pekerja tetap; 25 % diantaranya harus cuti sakit dari pekerjaannya, dan diperkirakan mengakibatkan kehilangan hari kerja rata-rata 2-10 hari kerja per tahun. (Ridwan, 2009).


(47)

Latar belakang yang mendasari timbulnya penyakit tersebut harus dibuktikan berhubungan atau akibat langsung dari agen (zat berbahaya) di lingkungan pekerjaanya (Sudoyo, Aru W, 2009).

Menurut WHO (2002), di seluruh dunia banyak orang dewasa, dan beberapa anak-anak menghabiskan sebagian besar kegiatan mereka di tempat kerja. Sementara di tempat kerja, orang-orang menghadapi berbagai bahaya yang hampir sama banyaknya dengan berbagai jenis pekerjaan, termasuk bahan kimia, agen biologis, faktor fisik, kondisi ergonomis, alergen, dan berbagai faktor psikososial. Ini dapat menghasilkan berbagai hasil kesehatan termasuk: cedera, kanker, gangguan pendengaran, dan pernapasan, muskuloskeletal, kardiovaskuler, reproduksi, neurotoksik, kulit dangangguan psikologis. Beban penyakit akibat kerja berisiko sebesar 1,5% dari beban global dalam Disability-adjusted life year (DALY) rates.

Yang terpenting pada penyakit akibat kerja adalah pemutusan kontak dengan agen yang menimbulkan penyakit akibat kerja yaitu dengan cara memindahkannya, pemakaian alat pelindung, pemantauan kadar zat tersebut pada lingkungan tempat kerja sehingga bahan tersebut tidak sampai melewati ambang batas (Sudoyo, Aru W, 2009). Kontak kulit dengan agen seperti air, sabun, dan bahan-bahan alergen lainnya yang menjadi penyebab, hendaknya dibatasi dengan langkah-langkah pengendalian teknis; kunci pencegahan yang efektif adalah eliminasi kontak kulit dengan zat-zat tersebut. Pakaian pelindung, apron, sarung tangan atau krem pelindung, sepatu boot, dan topeng wajah yang mungkin diperlukan hendaknya disediakan, dan penggunaanya dianjurkan atau diharuskan (Suyono, Joko. Wijaya, Caroline, 1995).

Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan peneliti di Kelurahan Medan Binjai, terdapat 6 tempat usaha penyedia jasa pencucian mobil dengan jumlah pekerja 32 orang dan pada saat bekerja tidak menggunakan alat pelindung diri antara lain tidak menggunakan sepatu boot. Beberapa pekerja juga mengeluhkan gangguan kulit kaki yang mereka alami.

Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti ingin mengetahui dan meneliti gambaran penderita kelainan kulit kaki pada pekerja cuci mobil di Kelurahan


(48)

Medan Binjai, Karena pada pekerja cuci mobil akan bersentuhan langsung dengan tempat yang basah sehingga pekerja cuci mobil terkena penyakit kulit akibat kerja.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka dapat dirumuskan pertanyaan penelitian seperti berikut :

 Bagaimana gambaran penderita kelainan kulit kaki pada pekerja cuci mobil?

Berdasarkan pertanyaan penelitian dirumuskan masalah sebagai berikut :

 Bagaimana gambaran penderita kelainan kulit kaki pada pekerja cuci mobil.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum :

Untuk mengetahui gambaran penderita kelainan kulit kaki pada pekerja cuci mobil di Kelurahan Medan Binjai.

1.3.2 Tujuan khusus :

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui karakteristik (umur, tingkat pendidikan, jenis kelamin) pekerja cuci mobil dengan kelainan kulit kaki.

2. Untuk mengetahui lama kontak pada pekerja cuci mobil dengan kelainan kulit kaki.

3. Untuk mengetahui masa kerja pada pekerja cuci mobil dengan kelainan kulit kaki.

4. Untuk mengetahui penggunaan alat pelindung diri pekerja cuci mobil dengan kelainan kulit kaki.


(49)

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk : 1. Pada Peneliti

Hasil penelitian ini menambah pengetahuan dan informasi peneliti tentang keterkaitan angka kejadian kelainan kulit kaki pada pekerja cuci mobil, dan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan bacaan dan tambahan koleksi bagi institusi pendidikan.

2. Pada Pekerja cuci mobil

Sebagai bahan masukan dan sumbangan pemikiran bagi pekerja cuci mobil agar menggunakan alat pelindung diri supaya tidak terkena penyakit kulit akibat kerja.

3. Bagi Perusahaan cuci mobil

Supaya menyediakan sarana sanitasi dan alat pelindung diri kepada pekerja cuci mobil serta membuat program penyuluhan kepada pekerja cuci mobil tentang tindakan kebersihan diri.


(50)

Penyakit kulit akibat kerja (occupational dermatoses) adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja. Penyakit kulit akibat kerja dapat ditemui pada pekerja cuci mobil di Kelurahan Medan Binjai, Karena pada pekerja cuci mobil pasti akan bersentuhan langsung dengan tempat yang basah sehingga memungkinkan pekerja terkena penyakit akibat kerja.

Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran penderita kelainan kulit kaki terhadap pekerja cuci mobil di Kelurahan Medan Binjai.

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan desain penelitian crosssectional study. Responden penelitian diambil dengan total sampling dan didapat 32 responden. Data yang diperoleh adalah data primer dari kuesioner yang telah dilakukan uji validitas dan reliabilitasnya.

Berdasarkan hasil penelitian sebagian besar karakteristik responden meliputi : sebagian besar responden yang mengalami kelainan kulit kaki sebanyak 25 orang (78.1%), umur > 26-35 tahun 13 orang (52%), tingkat pendidikan SMP sebanyak (52%), lama kontak > 8 jam 20 orang (80%), masa kerja > 1 tahun 18 oang (72%), umumnya responden tidak menggunakan sepatu kerja sebanyak 24 orang (96%).

Kata Kunci: kelainan kulit kaki, umur, lama kontak, masa kerja, penggunaan alat pelindung diri.


(51)

ABSTRACT

Occupational dermatoses is a disease caused by a job or work environment. Occupational dermatoses can be found at the car wash workers in the village of Medan Binjai, because the car wash workers would have direct contact with the wet place allowing workers to get a occupational disease.

The purpose of this study was conducted to see the amount of worker working at car was could be infected with skin disorder of the feet in the village of Medan Binjai.

This research is a descriptive with design of cross-sectional study. Respondents were taken with sampling and a total of 32 respondents was obtained. The data retreired were the primary data from questionnaires that have been tested for validity and reability.

Based on the result of the study, most of the characteristics of the respondents included : most of the respondents, complaint of foot skin disorder, 25 people (78.1%), age> 26-35 year of 13 peaple (52%), most of the respondents were junior high shool amounted (52%), long contact> 8 hours and 20 people (80%), length of >1 year 18 people (72%), respondents generally do not use work shoes as many as 24 people (96%).

Keywords : foot skin disorder, age, duration of contact, length of service, the use of personal protective equipment.


(52)

GAMBARAN PENDERITA KELAINAN KULIT

KAKI PADA PEKERJA CUCI MOBIL DI

KELURAHAN MEDAN BINJAI

OLEH :

MARFIRATUR RAHMAH ZEGA

110100007

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2014


(53)

(54)

Penyakit kulit akibat kerja (occupational dermatoses) adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja. Penyakit kulit akibat kerja dapat ditemui pada pekerja cuci mobil di Kelurahan Medan Binjai, Karena pada pekerja cuci mobil pasti akan bersentuhan langsung dengan tempat yang basah sehingga memungkinkan pekerja terkena penyakit akibat kerja.

Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran penderita kelainan kulit kaki terhadap pekerja cuci mobil di Kelurahan Medan Binjai.

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan desain penelitian crosssectional study. Responden penelitian diambil dengan total sampling dan didapat 32 responden. Data yang diperoleh adalah data primer dari kuesioner yang telah dilakukan uji validitas dan reliabilitasnya.

Berdasarkan hasil penelitian sebagian besar karakteristik responden meliputi : sebagian besar responden yang mengalami kelainan kulit kaki sebanyak 25 orang (78.1%), umur > 26-35 tahun 13 orang (52%), tingkat pendidikan SMP sebanyak (52%), lama kontak > 8 jam 20 orang (80%), masa kerja > 1 tahun 18 oang (72%), umumnya responden tidak menggunakan sepatu kerja sebanyak 24 orang (96%).

Kata Kunci: kelainan kulit kaki, umur, lama kontak, masa kerja, penggunaan alat pelindung diri.


(55)

ABSTRACT

Occupational dermatoses is a disease caused by a job or work environment. Occupational dermatoses can be found at the car wash workers in the village of Medan Binjai, because the car wash workers would have direct contact with the wet place allowing workers to get a occupational disease.

The purpose of this study was conducted to see the amount of worker working at car was could be infected with skin disorder of the feet in the village of Medan Binjai.

This research is a descriptive with design of cross-sectional study. Respondents were taken with sampling and a total of 32 respondents was obtained. The data retreired were the primary data from questionnaires that have been tested for validity and reability.

Based on the result of the study, most of the characteristics of the respondents included : most of the respondents, complaint of foot skin disorder, 25 people (78.1%), age> 26-35 year of 13 peaple (52%), most of the respondents were junior high shool amounted (52%), long contact> 8 hours and 20 people (80%), length of >1 year 18 people (72%), respondents generally do not use work shoes as many as 24 people (96%).

Keywords : foot skin disorder, age, duration of contact, length of service, the use of personal protective equipment.


(56)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian ini, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan sarjana kedokteran Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Adapun tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini adalah untuk memaparkan landasan pemikiran dan segala konsep menyangkut penelitian yang akan dilaksanakan. Penelitian yang akan dilaksanakan ini berjudul ”gambaran penderita kelainan kulit kaki pada pekerja cuci mobil di Kecamatan Medan Binjai”. Dalam penyelesaian proposal penelitian ini penulis banyak menerima bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc(CTM), Sp.A(K), selaku rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu dr. Aryati Yosi, Sp.KK, selaku Dosen Pembimbing yang telah memberi banyak arahan dan masukan kepada penulis sehingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik.

4. Bapak dr. Zaldi, Sp.M selaku Dosen Penguji I yang telah memberikan petunjuk-petunjuk serta nasihat-nasihat dalam penyempurnaan penulisan karya tulis ilmiah ini.

5. Ibu dr. Khairani Sukatendel, Sp.OG selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan petunjuk-petunjuk serta nasihat-nasihat dalam penyempurnaan penulisan karya tulis ilmiah ini.

6. Seluruh staf pengajar dan civitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara atas bimbingan selama perkuliahan hingga penyelesaian studi dan juga penulisan karya tulis ilmiah ini.


(57)

7. Seluruh responden pekerja cuci mobil di Kecamatan Medan Binjai yang telah banyak berjasa secara sukarela meluangkan waktunya mengisi kuesioner sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan lancar.

8. Kepada orang tua ayahanda (Alm) dan Ibunda (almh) penulis, yang telah membesarkan dengan penuh kasih sayang dan tiada bosan-bosannya mendoakan serta memberikan semangat kepada penulis walaupun telah tiada. Dan ini merupakan salah satu harapan dari orang tua penulis dalam menyelesaikan karya tulis dan pendidikan di Fakultas Kedokteran USU. 9. Kepada Kakak (Ilmi Kurnia Putri Zega, Novinaristanti Zega, dan Juliarni

Zega), abang (Idris Zendrato, Mhd. Hanafi, dan Arman Bawamenewi) dan keponakan (Rafiq Shalihin Z, Raudha Dwi Safitri, Naysilla Salsabila, Dwi Kiara Putri, Hadyan Bawamenewi, dan Khanzah Thalita Bawamenewi) yang telah memberikan semangat belajar, nasihat-nasihat, dukungan materi dan moril bagi saya dalam menjalani pendidikan selama ini.

10.Kepada teman-teman dan adik-adik 1 kost (Hanum, Lilip, Nel, Renno, Devi, Elfi beserta ibu kos saya) yang meberikan semangat berjuang kepada saya, sehingga saya bisa menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

11.Kepada teman-teman terbaik (gorila) penulis (Helvina Siahaan, Shera Adila, Sona Anggraini, dan Yessi Elenda Siregar) yang telah memberikan semangat belajar dari awal masuk kuliah sampai sekarang ini.

12. Kepada teman-teman penulis (Thogur Arifani Lubis, Visnu dan abang Dedi) yang telah memberikan semangat, masukan dan memberikan tumpangan transportasi bila menjumpai dosen pembimbing.

13.Kepada teman-teman sejawat FK USU stambuk 2011 yang telah memberi saran, kritik, dukungan materi, dan moril dalam baik dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

14.FK USU yang telah mengajarkan kepada penulis indahnya seluk beluk dunia penelitian.


(58)

Penulis menyadari bahwa penulisan proposal penelitian ini masih belum sempurna, baik dari segi materi maupun tata cara penulisannya. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan proposal penelitian ini.

Medan, 16 Desember 2014 Penulis,


(59)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB 1 PENDAHULUAN ... .. 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.4. Manfaat Penelitian ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1. Kulit Manusia ... 5

2.1.1. Anatomi kulit secara histopatologik ... 5

2.1.2. Fungsi kulit ... 8

2.2. Dermatosis akibat kerja ... 10

2.2.1. Defenisi Dermatosis akibat kerja ... 10

2.2.2. Sebab-sebab dermatosis akibat kerja... 10

2.3. Beberapa jenis penyakit Kulit pada kaki ... 11

2.4. Pekerja cuci mobil ... 13


(60)

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 16

1.1.Kerangka Konsep ... 16

1.2.Definisi Operasional ... 16

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 18

4.1. Rancangan Penelitian ... 18

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 18

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 18

4.4. Metode Pengumpulan Data ... 19

4.5. Metode analisis Data ... 19

BAB 5 HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN ... 20

5.1 Hasil Penelitian ... 20

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 20

5.1.2. Deskripsi Karakteristik responden ... 20

5.2 Pembahasan ... 26

BAB 6 KESIMPULAN dan SARAN ... 31

6.1 Kesimpulan ... 31

6.2 Saran ... 32

DAFTAR PUSTAKA ... 33 LAMPIRAN


(61)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman 5.1 Distribusi Frekuensi Kelainan Kulit Kaki pada Responden…. 21 5.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan

Umur ……… 21

5.3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden

Berdasarkan Tingkat Pendidikan ……… 22 5.4 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan

Lama Kontak……… 22 5.5 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan

Masa Kerja……… 23

5.6 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan

Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) ……… 23 5.7 Kelainan Kulit Kaki pada Responden Berdasarkan Umur……… 24 5.8 Kelainan Kulit Kaki pada Responden Berdasarkan Tingkat

Pendidikan………24 5.9. Kelainan Kulit Kaki Responden Berdasarkan Lama Kontak…… 25 5.10. Kelainan Kulit Kaki Responden Berdasarkan Masa Kerja………..25 5.11. Kelainan Kulit Kaki Responden Berdasarkan Penggunaan


(62)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman Gambar 1. Gambar tiga dimensi kulit dalam potongan melintang……… 7


(63)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar riwayat hidup

Lampiran 2. Lembar penjelasan penelitian (Infomed consent)

Lampiran 3. Lembar persetujuan setelah penjelasan (Infomed consent) Lampiran 4. Kuesioner Penelitian

Lampiran 5. Data induk responden Lampiran 6. Hasil analisis data penelitian


(1)

Penulis menyadari bahwa penulisan proposal penelitian ini masih belum sempurna, baik dari segi materi maupun tata cara penulisannya. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan proposal penelitian ini.

Medan, 16 Desember 2014 Penulis,


(2)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB 1 PENDAHULUAN ... .. 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.4. Manfaat Penelitian ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1. Kulit Manusia ... 5

2.1.1. Anatomi kulit secara histopatologik ... 5

2.1.2. Fungsi kulit ... 8

2.2. Dermatosis akibat kerja ... 10

2.2.1. Defenisi Dermatosis akibat kerja ... 10

2.2.2. Sebab-sebab dermatosis akibat kerja... 10

2.3. Beberapa jenis penyakit Kulit pada kaki ... 11

2.4. Pekerja cuci mobil ... 13


(3)

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 16

1.1.Kerangka Konsep ... 16

1.2.Definisi Operasional ... 16

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 18

4.1. Rancangan Penelitian ... 18

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 18

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 18

4.4. Metode Pengumpulan Data ... 19

4.5. Metode analisis Data ... 19

BAB 5 HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN ... 20

5.1 Hasil Penelitian ... 20

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 20

5.1.2. Deskripsi Karakteristik responden ... 20

5.2 Pembahasan ... 26

BAB 6 KESIMPULAN dan SARAN ... 31

6.1 Kesimpulan ... 31

6.2 Saran ... 32

DAFTAR PUSTAKA ... 33 LAMPIRAN


(4)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

5.1 Distribusi Frekuensi Kelainan Kulit Kaki pada Responden…. 21 5.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan

Umur ……… 21

5.3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden

Berdasarkan Tingkat Pendidikan ……… 22

5.4 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan

Lama Kontak……… 22

5.5 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan

Masa Kerja……… 23

5.6 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan

Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) ……… 23 5.7 Kelainan Kulit Kaki pada Responden Berdasarkan Umur……… 24 5.8 Kelainan Kulit Kaki pada Responden Berdasarkan Tingkat

Pendidikan………24 5.9. Kelainan Kulit Kaki Responden Berdasarkan Lama Kontak…… 25 5.10. Kelainan Kulit Kaki Responden Berdasarkan Masa Kerja………..25 5.11. Kelainan Kulit Kaki Responden Berdasarkan Penggunaan


(5)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 1. Gambar tiga dimensi kulit dalam potongan melintang……… 7 Gambar 2. Histologi kulit……….. 8


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar riwayat hidup

Lampiran 2. Lembar penjelasan penelitian (Infomed consent)

Lampiran 3. Lembar persetujuan setelah penjelasan (Infomed consent) Lampiran 4. Kuesioner Penelitian

Lampiran 5. Data induk responden Lampiran 6. Hasil analisis data penelitian