Spektrum Jamur Penyebab Kelainan Kulit pada Kaki Pelajar di SMAN 15 Medan

(1)

Lampiran 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Daniel Halomoan

Jenis kelamin : Laki - laki

Tempat / tanggal lahir : Bekasi / 11 April 1994

Agama : Kristen Protestan

Warga Negara : Indonesia

Alamat : Jalan Sei Belutu No. 2 Medan E – mail : hutagaoldaniel@gmail.com Riwayat Pendidikan:

1. TK Xaverius 3 Bandar Lampung (1998 – 2000) 2. SD Xaverius 3 Bandar Lampung (2000 – 2006) 3. SMP Fransiskus 1 Bandar Lampung (2006 – 2007) 4. SMP Immanuel Medan (2007 – 2009)

5. SMA Santo Thomas 1 Medan (2009 – 2012)


(2)

Lampiran 2

LEMBAR PENJELASAN KEPADA SUBJEK

Perkenalkan nama saya Daniel Halomoan, mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dengan nomor induk mahasiswa 120100260. Saat ini saya sedang melakukan penelitian untuk melengkapi Karya Tulis Ilmiah yang menjadi kewajiban saya dalam menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Judul penelitian saya adalah Spektrum Jamur Penyebab Kelainan Kulit Pada Kaki Pelajar di SMAN 15 Medan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dermatofita yang terdapat pada kaki pelajar.

Oleh karena itu, saya mohon kesediaan saudara untuk ikut serta dalam penelitian ini, yaitu sebagai subjek dalam penelitian saya. Saya akan mengajukan pertanyaan dan melakukan pemeriksaan pada kaki serta kerokan kulit pada kaki. Kerokan pada kulit kaki ini tidak menimbulkan cedera ataupun bahaya pada kaki saudara. Adapun hasil pemeriksaan ini akan di rahasiakan identitasnya. Hasil dari pemeriksaan ini hanya dipergunakan untuk penelitian. Sebagai kompensasi saya akan memberikan cinderamata kepada saudara.

Demikian informasi ini saya sampaikan. Atas partisipasi dan kesedian saudara, saya ucapkan terima kasih. Semoga partisipasi saudara dalam penelitian ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, 2015

Peneliti


(3)

Lampiran 3

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONSENT)

Setelah mendapat penjelasan, saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama :

Umur : Alamat :

Dengan ini menyatakan secara sukarela SETUJU untuk ikut serta dalam penelitian dan mengikuti berbagai prosedur pemeriksaan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Demikianlah lembar persetujuan setelah penjelasan ini dibuat dengan sebenarnya dalam keadaan sadar tanpa adanya paksaan dari siapa pun.

Medan, 2015

Yang menyetujui


(4)

Lampiran 4

DATA RESPONDEN Tanggal pemeriksaan :

Nomor urut penelitian : Identitas

Nama :

Alamat :

No. Telepon :

Tempat/ tanggal lahir : Jenis kelamin :

1. Setiap hari memakai kaos kaki dan sepatu selama

1. < 6 jam ( ) 2. 7 - 8 jam ( ) 3. > 8 jam ( )

2. Keluhan subjektif: 1. Ada ( ) 2. Tidak ada ( )

Jika ada: 1. Gatal ( )

2. Nyeri ( )

3. Gatal dan nyeri ( )

4. Rasa panas ( )


(5)

3. Keluhan objektif: 1. Bintil-bintil merah/kecoklatan ( ) 2. Bintil-bintil merah kecoklatan berbentuk

melingkar dengan pinggir yang aktif/meninggi ( )

3. Kulit terkelupas ( )

4. Bercak-bercak kecoklatan ( ) 5. Kulit terkelupas dan basah ( ) 6. Kulit bersisik ( )

4. Riwayat perjalanan keluhan

(keadaan tersebut sudah berlangsung berapa lama) : 1. <1 minggu ( ) 2. 1 – 2 minggu ( ) 3. 3 – 4 minggu ( ) 4. 4 – 5 minggu ( ) 5. >5 minggu ( )

5. Riwayat penyakit keluarga: 1. Ada ( ) 2.Tidak ada ( )


(6)

6. Riwayat penyakit terdahulu: 1. Ada ( ) 2. Tidak ada ( )

Jika ada tuliskan: ...

7. Pemeriksaan fisik Status dermatologikus

∑ Lokalisasi pedis dekstra : 1. Dorsum pedis ( ) 2. Plantar pedis ( ) 3. Interdigiti pedis ( ) 4. Sisi medial pedis ( ) 5. Sisi lateral pedis ( ) ∑ Lokalisasi pedis sinistra : 1. Dorsum pedis ( )

2. Plantar pedis ( ) 3. Interdigiti pedis ( ) 4. Sisi medial pedis ( ) 5. Sisi lateral pedis ( ) 8. Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan KOH 10%: Spora ( )

Hifa ( )


(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

01 7 - 8 jam Tidak ada Ada <1 minggu Tidak ada Tidak ada Spora (-) Hifa (+) Cladosporium sp. Perempuan 16 tahun

Sisi lateral

pedis Kulit terkelupas Tidak ada 02 7 - 8 jam Tidak ada Ada <1 minggu Tidak ada Ada Spora (+) Hifa (+)Aspergillus sp. Perempuan 15 tahun

Sisi lateral

pedis Kulit bersisik Tidak ada

03 <6 jam Ada Ada 1 - 2 minggu Tidak ada Tidak ada Spora (+) Hifa (-) Paecilomyces sp. Laki - laki 16 tahun

Sisi lateral pedis

Bercak - bercak kecoklatan Gatal 04 >8 jam Ada Ada <1 minggu Tidak ada Tidak ada Spora (+) Hifa (-) Fusarium sp. Perempuan 16 tahun

Interdigiti

pedis Kulit bersisik Gatal 05 <6 jam Ada Ada <1 minggu Tidak ada Ada Spora (+) Hifa (-) Bipolaris sp. Perempuan 16 tahun

Sisi lateral

pedis Kulit bersisik Gatal 06 7 - 8 jam Tidak ada Ada 1 - 2 minggu Tidak ada Tidak ada Spora (+) Hifa (+)Bipolaris sp. Laki - laki 16 tahun

Interdigiti

pedis Kulit terkelupas Tidak ada 07 7 - 8 jam Tidak ada Ada <1 minggu Tidak ada Tidak ada Spora (+) Hifa (+)Paecilomyces sp. Perempuan 16 tahun

Interdigiti

pedis Kulit terkelupas Tidak ada 08 7 - 8 jam Ada Ada 3 - 4 minggu Tidak ada Tidak ada Spora (+) Hifa (-) Cladosporium sp. Laki - laki 16 tahun

Sisi medial

pedis Kulit terkelupas Gatal 09 7 - 8 jam Ada Ada 1 - 2 minggu Tidak ada Tidak ada Spora (+) Hifa (-)

Trichophyton

verrucosum Perempuan 16 tahun

Sisi medial

pedis Kulit terkelupas Gatal 10 >8 jam Tidak ada Ada 1 - 2 minggu Ada Tidak ada Spora (+) Hifa (+)Aspergillus sp. Perempuan 16 tahun Plantar pedis Kulit bersisik Tidak ada 11 <6 jam Ada Ada 1 - 2 minggu Tidak ada Tidak ada Spora (-) Hifa (+)

Trichophyton

rubrum Perempuan 16 tahun

Interdigiti

pedis Kulit terkelupas Gatal 12 7 - 8 jam Tidak ada Ada 3 - 4 minggu Tidak ada Tidak ada Spora (+) Hifa (+)

Trichophyton

erinacei Perempuan 15 tahun

Interdigiti

pedis Kulit bersisik Tidak ada 13 7 - 8 jam Ada Ada 3 - 4 minggu Tidak ada Tidak ada Spora (+) Hifa (+)Bipolaris sp. Perempuan 16 tahun

Interdigiti

pedis Kulit terkelupas Gatal 14 >8 jam Tidak ada Ada >5 minggu Tidak ada Tidak ada Spora (-) Hifa (-) Candida sp. Perempuan 15 tahun

Interdigiti

pedis Kulit terkelupas Tidak ada 15 7 - 8 jam Tidak ada Ada 1 - 2 minggu Tidak ada Tidak ada Spora (+) Hifa (+)

Trichophyton

mentagrophytes Perempuan 15 tahun

Interdigiti

pedis Kulit terkelupas Tidak ada 16 7 - 8 jam Tidak ada Ada 3 - 4 minggu Tidak ada Tidak ada Spora (-) Hifa (-) Candida sp. Laki - laki 17 tahun

Interdigiti

pedis Kulit bersisik Tidak ada Lama Pemakaian Kaos Kaki dan Sepatu Jenis Keluhan Subjektif Jenis Keluhan Objektif Lokalisasi Kelainan Kulit Kaki Usia No. Lampiran 6 Jenis Kelamin Pemeriksaan Spesies Jamur KOH 10% Riwayat Penyakit Terdahulu Riwayat Penyakit Keluarga Riwayat Perjalanan Keluhan Keluhan Objektif Keluhan Subjektif


(12)

18 7 - 8 jam Tidak ada Ada 3 - 4 minggu Tidak ada Tidak ada Spora (+) Hifa (-) Aspergillus sp. Laki - laki 16 tahun

Interdigiti

pedis Kulit bersisik Tidak ada

19 7 - 8 jam Ada Ada >5 minggu Tidak ada Tidak ada Spora (+) Hifa (-) Paecilomyces sp. Laki - laki 16 tahun

Interdigiti pedis

Bercak - bercak kecoklatan Gatal 20 7 - 8 jam Tidak ada Ada 1 - 2 minggu Tidak ada Tidak ada Spora (+) Hifa (-) Aspergillus sp. Laki - laki 15 tahun

Interdigiti pedis

Kulit terkelupas

dan basah Tidak ada 21 7 - 8 jam Tidak ada Ada 3 - 4 minggu Tidak ada Tidak ada Spora (+) Hifa (-) Cladosporium sp. Laki - laki 16 tahun

Sisi lateral

pedis Kulit bersisik Tidak ada 22 7 - 8 jam Tidak ada Ada 3 - 4 minggu Tidak ada Tidak ada Spora (-) Hifa (-) Aspergillus sp. Laki - laki 16 tahun

Interdigiti

pedis Kulit terkelupas Tidak ada 23 7 - 8 jam Tidak ada Ada 1 - 2 minggu Tidak ada Tidak ada Spora (-) Hifa (+)

Trichophyton

rubrum Laki - laki 16 tahun

Sisi medial

pedis Kulit bersisik Tidak ada 24 >8 jam Tidak ada Ada <1 minggu Tidak ada Tidak ada Spora (-) Hifa (-)

Tidak ada

pertumbuhan Laki - laki 16 tahun

Interdigiti

pedis Kulit terkelupas Tidak ada 25 7 - 8 jam Tidak ada Ada <1 minggu Tidak ada Tidak ada Spora (-) Hifa (-)

Tidak ada

pertumbuhan Laki - laki 16 tahun

Sisi lateral

pedis Kulit terkelupas Tidak ada 26 7 - 8 jam Ada Ada 3 - 4 minggu Tidak ada Tidak ada Spora (+) Hifa (-)

Trichophyton

mentagrophytes Perempuan 15 tahun

Interdigiti

pedis Kulit terkelupas Gatal 27 7 - 8 jam Ada Ada <1 minggu Tidak ada Tidak ada Spora (+) Hifa (-) Cladosporium sp. Perempuan 17 tahun Plantar pedis Kulit terkelupas Gatal 28 7 - 8 jam Ada Ada >5 minggu Ada Tidak ada Spora (+) Hifa (+)Bipolaris sp. Perempuan 17 tahun

Interdigiti

pedis Kulit terkelupas Gatal 29 7 - 8 jam Tidak ada Ada 4 - 5 minggu Tidak ada Tidak ada Spora (+) Hifa (+)Cladosporium sp. Perempuan 16 tahun

Interdigiti

pedis Kulit terkelupas Tidak ada 30 7 - 8 jam Tidak ada Ada <1 minggu Tidak ada Tidak ada Spora (+) Hifa (-) Cladosporium sp. Laki - laki 16 tahun

Interdigiti pedis

Kulit terkelupas


(13)

Lampiran 7 Frequencies

[DataSet1] C:\Users\user\Desktop\hasil KTI.sav

Statistics Lama Pemakaian Kaos Kaki dan Sepatu Keluhan Subjektif Keluhan Objektif Riwayat Perjalanan Keluhan Riwayat Penyakit Keluarga Riwayat Penyakit Terdahulu Pemeriksaan KOH 10% Pemeriksaan Spesies Jamur Jenis Kelamin Usia Lokalisasi Kelainan Kulit Kaki Jenis Keluhan Objektif Jenis Keluhan Subjektif

N Valid 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

Missing 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Frequency Table

Lama Pemakaian Kaos Kaki dan Sepatu

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid <6 jam 3 10.0 10.0 10.0

7 - 8 jam 23 76.7 76.7 86.7

>8 jam 4 13.3 13.3 100.0

Total 30 100.0 100.0

Keluhan Subjektif

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ada 11 36.7 36.7 36.7

Tidak ada 19 63.3 63.3 100.0

Total 30 100.0 100.0

Keluhan Objektif

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ada 30 100.0 100.0 100.0

Riwayat Perjalanan Keluhan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid <1 minggu 9 30.0 30.0 30.0

1 - 2 minggu 9 30.0 30.0 60.0

3 - 4 minggu 8 26.7 26.7 86.7

4 - 5 minggu 1 3.3 3.3 90.0

>5 minggu 3 10.0 10.0 100.0

Total 30 100.0 100.0

Riwayat Penyakit Keluarga

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ada 2 6.7 6.7 6.7

Tidak ada 28 93.3 93.3 100.0

Total 30 100.0 100.0

Riwayat Penyakit Terdahulu

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ada 2 6.7 6.7 6.7

Tidak ada 28 93.3 93.3 100.0


(14)

Valid Spora (+) Hifa (+) 9 30.0 30.0 30.0

Spora (+) Hifa (-) 13 43.3 43.3 73.3

Spora (-) Hifa (+) 3 10.0 10.0 83.3

Spora (-) Hifa (-) 5 16.7 16.7 100.0

Total 30 100.0 100.0

Pemeriksaan Spesies Jamur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Cladosporium sp. 6 20.0 20.0 20.0

Fusarium sp. 1 3.3 3.3 23.3

Tidak ada pertumbuhan 2 6.7 6.7 30.0

Trichophyton verrucosum 1 3.3 3.3 33.3

Bipolaris sp. 5 16.7 16.7 50.0

Aspergillus sp. 5 16.7 16.7 66.7

Trichophyton

mentagrophytes 2 6.7 6.7 73.3

Trichophyton rubrum 2 6.7 6.7 80.0

Candida sp. 2 6.7 6.7 86.7

Paecilomyces sp. 3 10.0 10.0 96.7

Trichophyton erinacei 1 3.3 3.3 100.0

Total 30 100.0 100.0

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Laki - laki 14 46.7 46.7 46.7

Perempuan 16 53.3 53.3 100.0

Total 30 100.0 100.0

Usia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 15 tahun 6 20.0 20.0 20.0

16 tahun 20 66.7 66.7 86.7

17 tahun 4 13.3 13.3 100.0

Total 30 100.0 100.0

Lokalisasi Kelainan Kulit Kaki

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Plantar pedis 2 6.7 6.7 6.7

Interdigiti pedis 19 63.3 63.3 70.0

Sisi medial pedis 3 10.0 10.0 80.0

Sisi lateral pedis 6 20.0 20.0 100.0

Total 30 100.0 100.0

Jenis Keluhan Objektif

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Kulit terkelupas 16 53.3 53.3 53.3

Bercak - bercak kecoklatan 2 6.7 6.7 60.0

Kulit terkelupas dan basah 2 6.7 6.7 66.7

Kulit bersisik 10 33.3 33.3 100.0


(15)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Gatal 11 36.7 36.7 36.7

Tidak ada 19 63.3 63.3 100.0

Total 30 100.0 100.0

SAVE TRANSLATE OUTFILE='C:\Users\user\Desktop\KTI\Lampiran 6.xls' /TYPE=XLS

/VERSION=2 /MAP

/REPLACE /FIELDNAMES.

Data written to C:\Users\user\Desktop\KTI\Lampiran 6.xls. 14 variables and 30 cases written to range: SPSS.

Variable: Sampel Type: String Width: 8

Variable: LamaPemakaianKaosKakidanSepatu Type: String Width: 8 Variable: KeluhanSubjektif Type: String Width: 8

Variable: KeluhanObjektif Type: String Width: 8

Variable: RiwayatPerjalananKeluhan Type: String Width: 8 Variable: RiwayatPenyakitKeluarga Type: String Width: 8 Variable: RiwayatPenyakitTerdahulu Type: String Width: 8 Variable: KOH Type: String Width: 8

Variable: PemeriksaanSpesiesJamur Type: String Width: 8 Variable: JenisKelamin Type: String Width: 8

Variable: Usia Type: String Width: 8

Variable: LokalisasiKelainanKulitKaki Type: String Width: 8 Variable: JenisKeluhanObjektif Type: String Width: 8

Variable: JenisKeluhanSubjektif Type: String Width: 8 DATASET ACTIVATE DataSet1.

SAVE TRANSLATE OUTFILE='C:\Users\user\Desktop\KTI\Lampiran 6.xls' /TYPE=XLS /VERSION=8 /MAP /REPLACE /FIELDNAMES /CELLS=LABELS.

Data written to C:\Users\user\Desktop\KTI\Lampiran 6.xls. 14 variables and 30 cases written to range: SPSS.

Variable: Sampel Type: String Width: 6

Variable: LamaPemakaianKaosKakidanSepatu Type: String Width: 30 Variable: KeluhanSubjektif Type: String Width: 16

Variable: KeluhanObjektif Type: String Width: 15

Variable: RiwayatPerjalananKeluhan Type: String Width: 24 Variable: RiwayatPenyakitKeluarga Type: String Width: 23 Variable: RiwayatPenyakitTerdahulu Type: String Width: 24 Variable: KOH Type: String Width: 18

Variable: PemeriksaanSpesiesJamur Type: String Width: 27 Variable: JenisKelamin Type: String Width: 12

Variable: Usia Type: String Width: 8

Variable: LokalisasiKelainanKulitKaki Type: String Width: 27 Variable: JenisKeluhanObjektif Type: String Width: 26


(16)

Lampiran 8

No Makroskopis Mikroskopis KOH 10% Spesies

1

Cladosporium sp.

2 Aspergillus sp.

3 Paecilomyces sp.

4 Fusarium sp.


(17)

No Makroskopis Mikroskopis KOH 10% Spesies

6

Bipolaris sp.

7 Paecilomyces sp.

8 Trichophyton verrucosum

9 Fusarium sp.


(18)

No Makroskopis Mikroskopis KOH 10% Spesies

11

Trichophyton rubrum

12 Trichophyton erinacei

13 Bipolaris sp.

14 Candida sp.


(19)

No Makroskopis Mikroskopis KOH 10% Spesies

16

Candida sp.

17 Bipolaris sp.

18 Aspergillus sp.

19 Paecilomyces sp.


(20)

No Makroskopis Mikroskopis KOH 10% Spesies

21

Cladosporium sp.

22 Aspergillus sp.

23 Trichophyton Rubrum

24


(21)

No Makroskopis Mikroskopis KOH 10% Spesies

26

Trichopython mentagrophytes

27 Cladosporium sp.

28 Bipolaris sp.

29 Cladosporium sp.


(22)

36

DAFTAR PUSTAKA

Brooks G.F., Carroll K.C., Butel J.S., Morse S.A., & Mietzner T.A., 2013. Jawetz, Melnick, & Adelberg’s Medical Microbiology. 26th ed. New York: Mc Graw – Hill.

Adams B.B., 2000. Transmission of Cutaneous Infections in Athletes.London: Br J Sports Med. 34 pp:409–415

Dabas, P.S., 2013. An Approach to Etiology, Diagnosis and Management of Different Types of Candidiasis. Journal of Yeast and Fungal Research. 4(6) pp: 63 – 74.

Dawber R.,Bristow I., & Turner W.,2005. Text Atlas of Podiatric Dermatology. London: Martin Dunitz.

Chiacchio D.N., Madeira C.L., Humaire C.R., Silva C.S., Fernandes L.H.G., & Reis A.L., 2014. Superficial mycoses at the Hospital do Servidor Público Municipal de São Paulo between 2005 and 2011. An Bras Dermatol. 89(1) pp: 67-71.

Diven, D., 2008. Fungal. University of Texas Medical Branch. Texas. Available from: http://www.utmb.edu/pedi_ed/CORE/Dermatology/page_55.htm. [Accessed 30 May 2015].

Flores, J., Castillo, V., Franco, F., & Huata, A. (2009). Superficial fungal infections: clinical and epidemiological study in adolescents from marginal districts of Lima and Callao, Peru. The Journal Of Infection In Developing Countries. 3(04) pp: 313-317.

Goldsmith L.A., Katz S.I., Gilchrest B.A., Paller A.S., Leffell D.J., & Wolff K., 2012. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine.8th ed. New York: Mc Graw – Hill.

Hapcioglu, B., 2006. Epidemiology of Superficial Mycosis (Tinea Pedis, Onychomycosis) in Elementary School Children in Istanbul, Turkey. Coll. Antropol. 30 pp: 119–124.

Hare, J., 2013. Fungal Culture. National Health Service. London. Available from: http://pathlabs.rlbuht.nhs.uk/fungal__m.htm. [Accessed 06 June 2015].

Kazemi, A., 2013. An Overview on the Global Frequency of Superficial / Cutaneous Mycoses and Deep Mycoses. Jundishapur J Microbiol. 6(3)


(23)

37

Komba & Mgonda, 2010. The Spectrum of Dermatological Disorders Among Primary School Children in Dar Es Salaam. BMC Public Health. 10:765. Levitt O.J., Barrie H., Levitt B.H., Akhavan A., & Yanofsky H., 2010. The

Sensitivity and Specificity of Potassium Hydroxide Smear and Fungal Culture Relative to Clinical Assessment in the Evaluation of Tinea Pedis: A Pooled Analysis. Hindawi Publishing Corporation Dermatology Research and Practice. pp: 1 – 8.7

Malta, P.K.., et al., 2005. Fungal Infection of the Feet in Soccer Players and Non-Athlete Individuals. Rev Iberoam Micol. 22 pp: 34-38.

Nenoff et al., 2014. Mycology – an Update Part 2: Dermatomycoses: Clinical Picture and Diagnostics. JDDG. pp: 750 – 777.

Nikookhah, F., Azamian, A., & Mahzounieh, M., 2007. A Study on Fungal Infection Athlete’s Foot among Soccer Players in the Esfahan City Sport Clubs.Journal of Medicine Sciences. 7 pp: 913 - 915

Oke O.O., Olaniyi O., Olayinka A.O., Akinlolu G.O., & Olumayowa A.O., 2014.

The Prevalence and Pattern of Superficial Fungal Infections among School Children in Ile-Ife, South-Western Nigeria. Hindawi Publishing Corporation. 2014 pp: 1 – 7.

Oyerinde, O., 2014. The Effect of Hygiene on Dermatological Concerns in Homeless Patients. University of Illinois. Chicago.

Papas, P.G., et al., 2009. Clinical Practice Guidelines for the Management

of Candidiasis: 2009 Update by the Infectious Diseases Society of America. CID. 48 pp: 503 – 535.

Pasteur A.R., Ullmann Y., & Berdicevsky I., 2011. The Pathogenesis of Candida Infections in a Human Skin Model: Scanning Electron Microscope Observations. Hindawi Publishing Corporation Dermatology Research and Practice. pp: 1 – 6.

Perea, S., et al., 2000. Prevalence and Risk Factors of Tinea Unguium and Tinea Pedis in the General Population in Spain. Journal Of Clinical Microbiology. 38(9) pp: 3226 – 3230.

Raditra, Gita Anissa, 2013. Gambaran Dermatofita pada Kaki Pemain Sepak Bola Mahasiswa Angkatan 2010 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.USU Institutional Repository. Medan.


(24)

38

Simonnet C., Berger F., & Gantier J.C., 2011. Epidemiology of Superficial Fungal Diseases in French Guiana: a Three-Year Retrospective Analysis. Medical Mycology. 49 pp: 608–611.

Stratigos A., Stern R., Gonzales E., 1999. Prevalence of Skin Disease in A Cohort of Shelter – Based Homeless Men. J Am Acad Dermatol. 1994;44 pp: 197 – 202.

Tan, H., 2005. Superficial Fungal Infections Seen at the National SkinCentre, Singapore. Jpn. J. Med. Mycol. 46 pp: 77-80.

Vena, G.A., et al., 2012. Epidemiology of Dermatophytoses: Retrospective Analysis from 2005 to 2010 and Comparison with Previous Data from 1975. New Microbiologica. 35 pp:207-213.


(25)

18

BAB III

KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep

3.2. Definisi Operasional

3.2.1. Kelainan kulit pada kaki

Kelainan kulit pada kaki adalah keluhan objektif yang terdapat pada daerah kaki atau sela jari kaki pelajar dengan atau tanpa keluhan subjektif

Cara ukur : Kuesioner dan observasi keluhan objektif Alat ukur : Anamnesis dan pemeriksaan fisik

Skala pengukuran : Nominal 3.2.2. Keluhan objektif

Keluhan objektif adalah ruam/lesi yang terlihat pada daerah kaki atau sela jari kaki pada saat itu dapat berupa bintil-bintil merah atau kecoklatan, bintil-bintil merah kecoklatan berbentuk melingkar dengan pinggir yang meninggi, kulit terkelupas, bercak-bercak kecoklatan, kulit terkelupas dan basah, kulit bersisik, dan lain – lain.

Cara ukur : Kuesioner dan observasi keluhan objektif Alat ukur : Anamnesis dan pemeriksaan fisik

Hasil ukur : Ditemukan ruam/lesi Skala pengukuran : Nominal

Kelainan kulit pada kaki pelajar SMAN 15

Jamur penyebab kelainan kulit pada kaki


(26)

19

3.2.3. Keluhan subjektif

Keluhan subjektif adalah keluhan yang dirasakan oleh subjek berupa rasa gatal, rasa sakit, rasa panas dan lain-lain.

Cara ukur : Kuesioner

Alat ukur : Anamnesis

Hasil ukur : Memiliki keluhan atau tidak Skala pengukuran : Nominal

3.2.4. Pemeriksaan KOH 10%

Pemeriksaan KOH 10% adalah pemeriksaan yang diambil bahannya dari kerokan kulit pada kaki yang ada lesi, kerokan kulit tersebut diletakan diatas

object glass kemudian ditetesi dengan larutan KOH 10% kemudian ditutup dengan cover glass. Kemudian siap dibaca dibawah mikroskop untuk melihat ada atau tidaknya spora atau hifa.

Cara ukur : Pemeriksaan mikologi dengan kerokan kulit

Alat ukur : KOH 10%

Hasil ukur : Ditemukan spora atau hifa (KOH 10% positif) Skala pengukuran : Nominal

3.2.5. Kultur jamur

Kultur jamur adalah pembiakan menanaman bahan klinis pada media buatan yang terdiri dari medium Sabouraud Dextrose Agar (SDA) yang ditambahkan antibiotik kloramfenikol atau ditambah pula klorheksimid untuk melihat spesies dermatofita. Hal ini diperlukan waktu selama 2-3 minggu.

Cara ukur : Pemeriksaan mikologi dengan kerokan kulit Alat ukur : Media buatan SDA


(27)

20

Hasil ukur : Ditemukan spesies jamur (kultur positif) Skala pengukuran : Nominal

3.2.6. Jamur penyebab kelainan pada kulit kaki

Jamur penyebab kelainan pada kulit kaki adalah jamur yang menyerang jaringan keratin, stratum korneum pada epidermis daerah kaki dan sela jari kaki yang diperiksa melalui pemeriksaan kerokan kulit dengan KOH 10% serta kultur jamur.

Cara ukur : Pemeriksaan mikologi dengan kerokan kulit Alat ukur : Kerokan kulit KOH 10% dan kultur jamur Hasil ukur : Ditemukan spora atau hifa (KOH positif)

Ditemukan spesies jamur (Kultur positif) Skala pengukuran : Nominal


(28)

21 BAB IV

METODE PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan rancangan cross sectional. Penelitian ini akan mendeskripsikan bagaimana spektrum jamur penyebab kelainan kulit pada kaki pelajar SMAN 15 Medan. Rancangan cross sectional digunakan untuk mengamati subjek satu kali saja.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1. Lokasi penelitian

Penelitian dilakukan di SMAN 15 Medan. Pemeriksaan kerokan kulit KOH 10% dan kultur dilakukan di laboratorium Mikrobiologi FK USU.

4.2.2. Waktu Penelitian

Dilakukan pada bulan Juli 2015 sampai dengan November 2015.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi

Populasi adalah pelajar SMAN 15 Medan

4.3.2. Sampel

Sampel adalah pelajar SMAN 15 yang mempunyai kelainan kulit dan memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

4.3.2.1. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:

A. Mempunyai kelainan kulit kaki dengan atau tanpa keluhan subjektif.


(29)

22

B. Masih aktif dalam kegiatan belajar – mengajar di SMAN 15.

C. Bersedia untuk menjadi subjek penelitian.

4.3.2.2. Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah:

A. Tidak dalam keadaan sakit fisik atau kejiwaan.

B. Tidak bersedia untuk menjadi subjek penelitian.

4.4. Cara Pengambilan Sampel

Cara pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling. Pengambilan sampel dilakukan dengan melakukan pertimbangan tertentu, yang didasarkan pada sifat – sifat populasi. Perhitungan jumlah sampel untuk estimasi proporsi dilakukan dengan rumus (Notoatmodjo, 2006):

n= Z

1ିα 2 2

P(1

P) d2

Keterangan:

n = Besar sampel

Z1 ିα2

= Derajat kemaknaan (biasanya 95% = 1.96)

P = Proporsi suatu kasus terhadap populasi (bila tidak diketahui, ditetapkan 50% = 0.50)

d = derajat penyimpangan terhadap populasi yang diinginkan (presisi), pada penelitian ini diinginkan 18% (0.18)

n=

1.9620.50(1

0.50) 0.182

n = 29.64


(30)

23

4.5. Pengolahan Data

Data dikumpulkan dari hasil anamnesis dan pemeriksaan kepada subjek yang kemudian dilakukan pemeriksaan kerokan kulit dengan KOH 10% dan kultur jamur di laboratorium Mikrobiologi FK USU. Anamnesis dan permeriksaan kepada subjek disajikan dalam bentuk status penelitian. Data disajikan secara deskriptif.

4.6. Analisis Data

Analisis data untuk melihat distribusi, frekuensi, proporsi serta variabel dilakukan dengan analisis univariat.


(31)

24 BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi lokasi penelitian

Penelitian dilakukan di SMAN 15 Medan. Penelitian dilaksanakan saat pelajaran Penjaskes di lapangan bola. Pemeriksaan laboratorium yang terdiri dari kerokan kulit dengan KOH 10% untuk menentukan adanya hifa dan/ atau spora pada kerokan kulit, serta kultur jamur dengan Sabouraud Dextrose Agar dan pemeriksaan mikroskopis dari kultur jamur untuk menentukan spesies jamur dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi FK USU.

5.1.2. Distribusi Karakteristik Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 5.1 Karakteristik Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin

Jumlah Persen

Laki – laki 14 46.7

Perempuan 16 53.3

Total 30 100.0

Berdasarkan tabel 5.1, diketahui bahwa dari 30 siswa, sebanyak 14 orang (46.7%) laki – laki dan 16 orang (53.3%) perempuan.


(32)

25

5.1.3. Distribusi Karakteristik Subjek Berdasarkan Usia

Tabel 5.2 Karakteristik Subjek Berdasarkan Usia

Jumlah Persen

15 tahun 16 tahun 17 tahun

6 20.0

20 4

66.7 13.3

Total 30 100.0

Berdasarkan tabel 5.2, dari 30 siswa sebanyak 6 orang (20.0%) berusia 15 tahun, 20 orang (66.7%) berusia 16 tahun, dan 4 orang (13.3%) berusia 17 tahun. 5.1.4. Distribusi Lama Pemakaian Kaos Kaki dan Sepatu

Tabel 5.3 Lama Pemakaian Kaos Kaki dan Sepatu

Jumlah Persen

<6 jam 3 10.0

7 - 8 jam 23 76.7

>8 jam 4 13.3

Total 30 100.0

Berdasarkan tabel 5.3, diketahui bahwa dari 30 siswa, 3 orang (10.0%) memakai kaos kaki dan sepatu kurang dari 6 jam, 23 orang (76.7%) memakai kaos kaki dan sepatu selama 7 – 8 jam, dan 4 orang (13.3%) memakai kaos kaki dan sepatu lebih dari 8 jam.


(33)

26

5.1.5. Distribusi Keluhan Objektif pada Siswa

Tabel 5.4 Keluhan Objektif pada Siswa

Jumlah Persen

Ada 30 100

Tidak ada 0 0

Total 30 100.0

Berdasarkan tabel 5.4, sebanyak 30 siswa (100%) memiliki keluhan objektif.

5.1.6. Distribusi Jenis Keluhan Objektif pada Siswa

Tabel 5.5 Jenis Keluhan Objektif pada Siswa

Berdasarkan tabel 5.5, ditemukan bahwa dari 30 siswa, yang memiliki keluhan objektif berupa kulit terkelupas sejumlah 16 orang (53.3%), bercak – bercak kecoklatan sejumlah 2 orang (6.7%), kulit terkelupas dan basah sejumlah 2 orang (6.7%), dan kulit bersisik sejumlah 10 orang (33.3%).

Jumlah Persen

Bintil - bintil merah / kecoklatan

Bintil - bintil merah kecoklatan berbentuk melingkar dengan pinggir yang aktif / meninggi

Kulit terkelupas

Bercak - bercak kecoklatan Kulit terkelupas dan basah Kulit bersisik 0 0 16 2 2 10 0 0 53.3 6.7 6.7 33.3


(34)

27

5.1.7. Distribusi Lokalisasi Kelainan Kulit Kaki

Tabel 5.6 Lokalisasi Kelainan Kulit Kaki

Jumlah Persen

Dorsum pedis 0 0

Plantar pedis 2 6.7

Interdigiti pedis 19 63.3

Sisi medial pedis Sisi lateral pedis

3 6

10,0 20.0

Total 30 100.0

Berdasarkan tabel 5.6, ditemukan bahwa dari 30 siswa, lokalisasi kelainan kulit terjadi pada plantar pedis 2 orang (6.7%), pada interdigiti pedis 19 orang (63.3%), pada sisi medial pedis 3 orang (10.0%), pada sisi lateral pedis 6 orang (20.0%), dan tidak ada pada dorsum pedis (0%).

5.1.8. Distribusi Keluhan Subjektif pada Siswa

Tabel 5.7 Keluhan Subjektif pada Siswa

Jumlah Persen

Ada 11 36.7

Tidak ada 19 63.3

Total 30 100.0

Berdasarkan tabel 5.7, sebanyak 11 siswa (36.7%) memiliki keluhan subjektif dan 19 orang tidak memiliki keluhan subjektif (63.3%).


(35)

28

5.1.9. Distribusi Jenis Keluhan Subjektif pada Siswa

Tabel 5.8 Jenis Keluhan Subjektif pada Siswa

Jumlah Persen

Gatal 11 36.7

Nyeri 0 0

Gatal dan nyeri 0 0

Rasa panas 0 0

Tidak ada 19 63.3

Total 30 100.0

Berdasarkan tabel 5.8, diketahui bahwa dari 30 siswa, yang memiliki keluhan subjektif berupa rasa gatal 11 orang (36.7%) dan 19 orang (63.3%) tidak memiliki keluhan subjektif.

5.1.10. Distribusi Riwayat Perjalanan Keluhan Objektif dan / atau Subjektif Tabel 5.9 Riwayat Perjalanan Keluhan Objektif dan / atau Subjektif

Jumlah Persen

<1 minggu 9 30.0

1 - 2 minggu 9 30.0

3 - 4 minggu 8 26.7

4 - 5 minggu 1 3.3

>5 minggu 3 10.0

Total 30 100.0

Berdasarkan tabel 5.9, diketahui bahwa dari 30 siswa yang mempunyai riwayat keluhan objektif dan / atau subjektif, 9 orang (30%) mempunyai riwayat keluhan objektif dan / atau subjektif <1 minggu, 9 orang (30%) mempunyai riwayat keluhan objektif dan / atau subjektif 1 – 2 minggu, 8 orang (26.7%)


(36)

29

mempunyai riwayat keluhan objektif dan / atau subjektif 3 – 4 minggu, 1 orang (3.3%) mempunyai riwayat keluhan objektif dan / atau subjektif 4 - 5 minggu, 3 orang (10%) mempunyai riwayat keluhan objektif dan / atau subjektif >5 minggu. 5.1.11. Distribusi Pemeriksaan KOH 10%

Tabel 5.10 Pemeriksaan KOH 10%

Jumlah Persen

Spora (+) Hifa (+) 9 30.0

Spora (+) Hifa (-) 13 43.3

Spora (-) Hifa (+) 3 10.0

Spora (-) Hifa (-) 5 16.7

Total 30 100.0

Berdasarkan tabel 5.10, ditemukan bahwa dari 30 siswa yang dilakukan pemeriksaan kelainan kulit kaki dengan KOH 10%, didapati sebanyak 25 orang (83.3%) mempunyai struktur jamur positif dengan 9 orang (30.0%) ditemukan spora (+) hifa (+), 13 orang (43.3%) ditemukan spora (+) hifa (-), dan 3 orang (10.0%) ditemukan spora (-) hifa (+) , sedangkan pada 5 orang (16.7%) lagi tidak ditemukan struktur jamur.


(37)

30

5.1.12. Distribusi Spesies Jamur

Tabel 5.11 Spesies Jamur

Jumlah Persen

Tidak ada pertumbuhan 2 6.7

Fusarium sp. 1 3.3

Cladosporium sp. 6 20.0

Trichophyton verrucosum 1 3.3

Bipolaris sp. 5 16.7

Aspergillus sp. 5 16.7

Trichophyton mentagrophytes 2 6.7

Trichophyton rubrum 2 6.7

Candida sp. 2 6.7

Paecilomyces sp. 3 10.0

Trichophyton erinacei 1 3.3

Total 30 100.0

Berdasarkan tabel 5.11, ditemukan bahwa dari 30 siswa yang dilakukan pemeriksaan kultur jamur dari kerokan kaki, 6 orang ditemukan jamur penyebab kelainan kulit pada kaki golongan dermatofita, yaitu: Trichophyton rubrum (6.7%) pada 2 orang, Trichophyton mentagrophytes pada 2 orang (6.7%), Trichophyton erinaceipada 1 orang (3.3%), danTrichophyton verrucosum pada 1 orang (3.3%). Untuk jamur penyebab kelainan kulit pada kaki golongan non dermatofita, ditemukan: Candida sp. pada 2 orang (6.7%). Ditemukan juga koloni kapang yang dapat menyebabkan kelainan kulit pada kaki, yaitu: Cladosporium sp. pada 6 orang (20.0%) dan Bipolaris sp. pada 5 orang (16.7%). Untuk koloni kapang yang tidak menyebabkan kelainan kulit pada kaki, ditemukan: Aspergillus sp.pada 5 orang (16.7%), Paecilomyces sp.pada 3 orang (10.0%), dan Fusarium sp. pada 1 orang (3.3%). Tidak dijumpai pertumbuhan pada koloni 2 orang (6.7%).


(38)

31

5.2. Pembahasan

Penelitian yang dilakukan pada 30 siswa ini mendapati bahwa dari 30 siswa, proporsi terbesar sebanyak 23 orang (76.7%) memakai kaos kaki dan sepatu selama 7 – 8 jam. Menurut Stratigos, et al., paparan yang berkepanjangan terhadap lembab dan higienitas yang buruk pada kaki cenderung menyebabkan infeksi jamur yang patologis (Stratigos, et al., 1999). Sedangkan menurut Nikookhah, et al., tidak ditemukan hubungan yang begitu signifikan antara jam latihan, kualitas bahan kaos kaki dan sepatu, jumlah keringat dan kebiasan mandi terhadap kejadian infeksi jamur, dalam penelitiannya mengenai infeksi jamur pada kaki pemain sepak bola (Nikookhah, et al., 2007). Penggunaan sepatu dan lingkungan yang mudah tergenang air jika hujan diduga menjadi salah satu faktor risiko penyebab infeksi jamur pada kaki siswa SMAN 15 Medan.

Sebanyak 30 siswa SMAN 15 Medan menjadi sampel. Semua sampel (100%) memiliki keluhan objektif, antara lain: kulit terkelupas sejumlah 16 orang (53.3%), bercak – bercak kecoklatan sejumlah 2 orang (6.7%), kulit terkelupas dan basah sejumlah 2 orang (6.7%), dan kulit bersisik sejumlah 10 orang (33.3%), serta 11 orang (36.7%) memiliki keluhan subjektif berupa rasa gatal dan sisanya (63.3%) tidak memiliki keluhan subjektif, Pada penelitian Raditra yang dilakukan terhadap 22 pemain sepakbola mahasiswa FK USU stambuk 2010, sebanyak 2 orang (9.1%) mempunyai keluhan objektif dan tidak ada yang memiliki keluhan subjektif (Raditra, 2013). Pada penelitian Oyerinde yang dilakukan pada tuna wisma dengan higienitas buruk, 20 orang (19.2%) dari 102 orang menyatakan mempunyai keluhan subjektif dan 102 orang mempunyai keluhan objektif berupa bengkak, bintil merah, dan lesi. (Oyerinde, 2014).

Penelitian ini juga menemukan bahwa dari 30 siswa yang dilakukan pemeriksaan kelainan kulit kaki dengan KOH 10% didapati sebanyak 25 orang (83.3%) struktur jamur positif dan 5 orang (16.7%) lagi tidak ditemukan struktur jamur pada kerokan kulit kaki, sedangkan pada penelitian Raditra pada


(39)

32

pemeriksaan KOH 10%, didapati 17 orang (77.3%) struktur jamur positif dan 5 orang (22.7%) tidak ditemukan struktur jamur (Raditra, 2013).

Penelitian ini menemukan sebanyak 10 spesies jamur. Dari 30 siswa yang dilakukan pemeriksaan kultur jamur dari kerokan kaki, pada 6 orang ditemukan jamur penyebab kelainan kulit pada kaki golongan dermatofita, yaitu: Trichophyton rubrum (6.7%) pada 2 orang, Trichophyton mentagrophytes pada 2 orang (6.7%), Trichophyton erinacei pada 1 orang (3.3%), dan Trichophyton verrucosumpada 1 orang (3.3%). Untuk jamur penyebab kelainan kulit pada kaki golongan non dermatofita, ditemukan: Candida sp. pada 2 orang (6.7%). Ditemukan juga koloni kapang yang dapat menyebabkan kelainan kulit pada kaki, yaitu: Cladosporium sp. pada 6 orang (20.0%) dan Bipolaris sp. pada 5 orang (16.7%). Cladosporium sp. dan Bipolaris sp. merupakan kapang golongan dematiaceous yang dapat menyerang jaringan subkutan. Cladosporium sp. dan Bipolaris sp. banyak ditemukan pada tanah dan tumbuhan (Brooks, et al., 2013). Untuk koloni kapang yang tidak menyebabkan kelainan kulit pada kaki, ditemukan: Aspergillus sp.pada 5 orang (16.7%), Paecilomyces sp. pada 3 orang (10.0%), dan Fusarium sp.pada 1 orang (3.3%). Aspergillus sp. merupakan salah satu genus fungi yang, jika terhirup konidianya, dapat menyebabkan aspergillosis akibat reaksi alergi di saluran pernapasan. Aspergillus sp. sering dijumpai dalam bentuk kapang pada tanah, tumbuhan, dan udara di dalam ruangan (Brooks, et al., 2013). Paecilomyces sp, dan Fusarium sp. merupakan kapang ascomycetous yang bersifat patogen oportunistik. Paecilomyces sp. dan Fusarium sp. sering dijumpai pada tanah dan tumbuhan (Brooks, et al., 2013). Tidak dijumpai pertumbuhan koloni pada 2 orang (6.7%). Pada penelitian yang dilakukan Raditra, didapati bahwa pada 22 pemain sepakbola mahasiswa FK USU stambuk 2010, ditemukan: Aspergillus fumigatus pada 1 orang (4.5%), Aspergillus niger pada 6 orang (27.3%), Candida albicans pada 2 orang (9.1%), Candida tropicalis pada 1 orang (4.5%), Cladosporium sp. pada 3 orang (13.6%), Phaccylomyces sp. pada 4 orang (18.2%), Trycophyton rubrum yang merupakan jamur golongan dermatofita pada 1 orang (4.5%), dan tidak tumbuh koloni pada 4 sampel (18.2%) (Raditra, 2013).


(40)

33

Pada penelitian yang dilakukan Flores didapati bahwa dari 1361 remaja yang diperiksa, terdapat 257 remaja yang didiagnosis secara klinis mengalami infeksi mikosis superfisial pada kulit kaki. Pada pemeriksaan laboratorium dengan KOH 10% dan kultur Sabouraud Dextrose Agar, sebanyak 166 remaja dipastikan mengalami infeksi mikosis superfisial pada kulit kaki. Tinea pedis ditemukan pada 62.6% sampel, onikomikosis pada 24% sampel dan pityriasis versicolor pada 10.8% sampel. Dermatofita diisolasi dari 105 sampel dengan T. rubrum ditemukan pada 86 sampel (59.7%), T. mentagrophytespada 14 sampel (9.7%), T. tonsurans pada 4 sampel (2.8%), T. rubrum pada 1 sampel (0.7%), dan T. mentagrophytes pada 1 sampel (0.7%). Malassezia spp. ditemukan dengan pemeriksaan langsung pada 18 orang (12.5%) dan Candida spp. pada 21 orang (1.4%) (Flores, 2009).

Penelitian ini menduga bahwa paparan yang lama terhadap lingkungan yang lembab pada daerah kaki dan penggunaan sepatu, dan higienitas yang buruk meningkatkan kemungkinan terinfeksi jamur pada kulit kaki. Menurut Flores, tempat dengan persediaan air mengalir yang memadai untuk membuat permandian permanen (kondisi lembab) mendukung bertumbuhnya jamur pada kulit (Flores, 2009).


(41)

34

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian spektrum jamur penyebab kelainan kulit pada kaki pelajar di SMAN 15 Medan diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Ditemukan jamur penyebab kelainan kulit pada kaki siswa SMAN 15 Medan berupa: Cladosporium sp. (20.0%), Bipolaris sp. (16.7%), Trichophyton rubrum (6.7%), Trichophyton mentagrophytes (6.7%), Trichophyton erinacei

(3.3%), Trichophyton verrucosum(3.3%), dan Candida sp.(6.7%).

2. Berdasarkan pemeriksaan KOH 10% di kaki didapati 83.3% positif spora dan/ hifa pada siswa SMAN 15 Medan. Hanya 16.7% pemeriksaan KOH 10% negatif pada kaki.

3. Berdasarkan keluhan utama pada kaki siswa SMAN 15 Medan yang memiliki keluhan objektif 100% dan yang mempunyai keluhan subjektif 36.7%.


(42)

35

6.2. Saran

6.2.1. Bagi Mahasiswa

Bagi mahasiswa khususnya mahasiswa Fakultas Kedokteran diharapkan untuk mempelajari jenis – jenis jamur penyebab kelainan kulit kaki yang lain. 6.2.2. Bagi Siswa

Bagi siswa agar memahami pentingnya berperilaku bersih dan menghindari kelembaban agar terhindar dari penyakit yang disebabkan oleh jamur.

6.2.3. Bagi Peneliti Lain

Peneliti lain diharapkan untuk melanjutkan penelitian ini dengan meneliti spektrum jamur pada kelainan kulit kaki pada kelompok masyarakat lainnnya.


(43)

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Mikosis

Mikosis didefinisikan sebagai infeksi jamur yang disebabkan organisme eumycotic yang oportunistik dan patogenik, seperti: Dermatophytes spp., Candida spp., Aspergillus spp., Feomycetes spp., Cryptococcus, dan beberapa spesies fungi lainnya (Kazemi, 2013). Mikosis terdiri dari mikosis superfisialis, intermedia dan profunda (Goldsmith, et al., 2012). Faktor yang mempengaruhi mikosis adalah udara yang lembab, lingkungan yang padat, sosial ekonomi yang rendah, adanya sumber penularan disekitarnya, obesitas, penyakit sistemik, penggunaan obat antibiotik, steroid, sitostatika yang tidak terkendali (Brooks, et al., 2013).

2.1.1. Dermatofitosis

Jamur golongan dermatofitosis terdiri dari 3 genus yaitu Microsporum, Trichophyton, dan Epidermophyton. Microsporum menyerang rambut dan kulit. Trichophyton menyerang rambut, kulit dan kuku. Epidermophyton menyerang kulit dan jarang pada kuku (Brooks, et al., 2013).

Golongan dermatofita bersifat mencerna keratin. Gambaran klinis dermatofita menyebabkan beberapa bentuk klinis yang khas, satu jenis dermatofita menghasilkan klinis yang berbeda tergantung lokasi anatominya (Brooks, et al., 2013).

2.1.1.1. Definisi

Dermatofitosis adalah infeksi jaringan yang mengandung zat tanduk (keratin) misalnya stratum korneum pada epidermis, rambut, dan kuku, yang disebabkan oleh golongan jamur dermatofita (Brooks, et al., 2013).


(44)

6

2.1.1.2. Epidemiologi:

Dermatofita tergolong jamur contagious, berspora dan memiliki hifa sepanjang sel kulit dan rambut yang mati, merupakan serpihan dari orang yang terinfeksi, membuat infeksi berulang menjadi sering (Brooks, et al., 2013). Infeksi sub - kutaneus yang jarang yang disebabkan jamur ini dapat terjadi pada pasien AIDS (Kazemi, 2013). Dermatofita yang menginfeksi manusia diklasifikasikan berdasarkan habitat mereka antara lain sebagai berikut :

A. Antrophophilic dermatophyta sering dikaitkan dengan manusia dan ditransmisikan baik melalui kontak langsung atau melalui fomit yang terkontaminasi

B. Zoophilic dermatophyta sering dikaitkan dengan hewan-hewan, jamur ini ditransmisikan kepada manusia baik melalui kontak langsung dengan hewan tersebut misalnya hewan peliharaan dan melalui produksi hewan tersebut seperti wol.

C. Geophilic dermatophyta adalah jamur tanah yang ditransmisikan kepada manusia melalui paparan langsung ke tanah atau ke hewan yang berdebu.

2.1.1.3. Etiologi

Dermatofitosis disebabkan oleh jamur golongan dermatofita yang teridiri dari tiga genus, yaitu genus Microsporum, Trichophyton, dan Epidermophyton. Dari 40 spesies dermatofita yang sudah dikenal, hanya 23 spesies yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia dan binatang, yang terdiri dari spesies Trichophyton, spesies Microsporum dan spesies Epidermophyton. Selain sifat keratinofilik, setiap spesies dermatofita mempunyai afinitas terhadap hospes tertentu. Dermatofita yang zoofilik terutama menyerang binatang, dan kadang -kadang menyerang manusia, misalnya Microsporum canis dan Trichophyton verrucosum. Dermatofita yang geofilik adalah jamur yang hidup di tanah dan dapat menimbulkan radang yang moderat pada manusia, misalnya Microsporum gypseum(Goldsmith, et al., 2012).


(45)

7

Umumnya gejala-gejala klinik yang timbulkan oleh golongan zoofilik dan golongan geofilik pada manusia bersifat akut dan sedang serta lebih mudah sembuh (Goldsmith, et al., 2012).

Dermatofita yang antropofilik terutama menyerang manusia karena memilih manusia sebagai hospes tetapnya. Golongan jamur ini dapat menyebabkan perjalanan penyakit menjadi menahun dan residif karena reaksi penolakan tubuh yang sangat ringan. Contoh jamur yang antropofilik ialah Microsporum audouiniidan Trichophyton rubrum(Goldsmith, et al., 2012).

1. Trichophyton a) T. interdigitale

Makroskopis: Koloni seperti kapas berwarna putih kekreman, permukaan menggunduk. Tidak ada pigmen pada potato dextrose agar. Uji urease positif membedakannya dengan T. Rubrum Mikroskopis: Mikrokonidia sangat banyak berkelompok berbentuk bulat, menyerupai sekelompok buah anggur pada cabang-cabang terminalnya dan banyak terdapat hifa yang menyerupai spiral (Goldsmith, et al., 2012).

Gambar 2.1 Gambar 2.2

Mikroskopis Kultur

Trichophyton interdigitale Trichophyton interdigitale (Dikutip dari: Goldsmith, et al., 2012Fitzpatrick’s Dermatology in General

Medicine.8th ed.New York: Mc Graw – Hill.) b) T. rubrum

Makroskopis: Mempunyai titik tengah putih dan menggunduk dengan pinggiran berwarna maroon. Pada potato dextrose agar berwarna merah muda, dan tes urease negatif. Mikroskopis: Mikrokonidia banyak,


(46)

8

berkelompok atau satu – satu sepanjang hifa, berbentuk seperti air mata (Goldsmith, et al., 2012).

Gambar 2.3 Gambar 2.4

Mikroskopis Kultur

Trichophyton rubrum Trichophyton rubrum

(Dikutip dari: Goldsmith, et al., 2012.Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine.8th ed.New York: Mc Graw – Hill.)

c) T. verrucosum

Makroskopis: Kecil dan sedikit timbul, meskipun terkadang rata, berwarna putih kekuning – kuningan. Perlu thiamine dan inositol untuk tumbuh Mikroskopis : Rantai klamidokonidia pada Saboraud Dextrose Agar (Goldsmith, et al., 2012).

Gambar 2.5 Gambar 2.6

Mikroskopis Kultur

Trichophyton verrucosum Trichophyton verrucosum

(Dikutip dari: Goldsmith, et al., 2012. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine.8th ed.New York: Mc Graw – Hill.)


(47)

9

d) T. tonsurans

Makroskopis: Pertumbuhan koloni lambat, permukaan datar/ berbenjol benjol. Mempunyai tepi menyerupai bulu. Warna bervariasi cream, abu -abu, kuning, dan merah coklat dengan dasar kuning sampai merah. Mikroskopis : Mikrokonidia banyak sepanjang sisi hifa dan makrokonidia jarang (Goldsmith, et al., 2012).

Gambar 2.7 Gambar 2.8

Mikroskopis Koloni

Trichophyton tonsurans Trichophyton tonsurans

(Dikutip dari: Goldsmith, et al., 2012. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine.8th ed.New York: Mc Graw – Hill.)

e) T. violaceum

Makroskopis: Permukaan menonjol dan menyerupai lilin. Warna violet. Mikroskopis: Makrokonidia/ mikrokonidia jarang. Terlihat hifa irreguler dan klamidokonidia. (Goldsmith, et al., 2012).

.

Gambar 2.9 Gambar 2.10

Mikroskopis Kultur

Trichophyton violaceum Trichophyton violaceum

(Dikutip dari: Goldsmith, et al., 2012.Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine.8thed.New York: Mc Graw – Hill.)


(48)

10

f) T. schoenleinii

Makroskopis: Berwarna keputihan, bagian tengah berlipat dan lebih tinggi dari pinggir. Pigmen dari tak berwarna ke kekuning - kuningan Mikroskopis : Makrokonidia/ mirokonidia tidak ada. Banyak ditemukan hifa berbentukFavic chandeliers(Goldsmith, et al., 2012).

Gambar 2.11 Gambar 2.12

Mikroskopis Kultur

Trichophyton schoenleinii Trichophyton schoenleini

(Dikutip dari: Goldsmith, et al., 2012. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine.8th ed.New York: Mc Graw – Hill.)

2. Microsporum a) M. canis

Makroskopis: Permukaan datar berwarna putih hingga kuning terang. Mikroskopis: Makrokonidia banyak dijumpai. Ukurannya besar, ujung rucing, dinding tebal serta kasar dan ada tonjolan-tonjolan kecil pada ujungnya (Goldsmith, et al., 2012).

Gambar 2.13 Gambar 2.14

Mikroskopis Kultur

Microsporum canis Microsporum canis

(Dikutip dari: Goldsmith, et al., 2012. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine.8th ed.New York: Mc Graw – Hill.)


(49)

11

b) M. gypseum

Makroskopis: Permukaan rata dan berglanuler dan pigment tan hingga buff.

Mikroskopis: Makrokonidia besar, bentuk bujur telur, dinding tipis dan tanpa knob(Goldsmith, et al., 2012).

Gambar 2.15 Gambar 2.16

Mikroskopis Kultur

Microsporum gypseum Microsporum gypseum

(Dikutip dari: Goldsmith, et al., 2012. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine.8th ed.New York: Mc Graw – Hill.)

3) M. audouinii

Makroskopis: Permukaan datar. Warna koloni abu - abu kuning sampai coklat keputihan, dan dasar koloni merah coklat.

Mikroskopis : klamidokonidia terminal dan hifa pectinate (Goldsmith, et al., 2012).

Gambar 2.17 Gambar 2.18

Mikroskopis Kultur

Microsporum audouinii Micosporum audouinii

(Dikutip dari: Goldsmith, et al., 2012. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine.8th ed.New York: Mc Graw – Hill.)


(50)

12

3. Epidermophyton a) E. Floccosum

Makroskopis: Koloni tipis berbulu dengan central fold dan pigment kekuningan dan hijau - keabuan.

Mikroskopis: Makrokonidia berbentuk gada dan berdinding tipis dan ada yang tebal (Goldsmith, et al., 2012).

Gambar 2.19 Gambar 2.20

Mikroskopis Kultur

Epidermophyton floccosum Epidermophyton floccosum

(Dikutip dari: Goldsmith, et al., 2012. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine.8th ed.New York: Mc Graw – Hill.)

2.1.1.4. Patogenesis dan Cara Penularan

Dermatofita mempunyai banyak enzim (keratinoliyik, protease, lipase, dll.) sebagai faktor virulensi untuk melekat dan menginvasi lapisan kulit, kuku, dan rambut dan dermatofita menggunakan keratin sebagai sumber nutrisi. Akibat degradasi keratin dan pelepasan mediator proinflamasi, akan terjadi respon inflamasi pada host.

Dermatofita menempel pada permukaan keratin dengan arthroconidia. Setelah beberapa jam, spora mulai bergerminasi untuk mempersiapkan langkah selanjutnya dalam menginvasi. Elemen fungi yang bergerminasi tersebut mensekresikan protease, lipase, dan ceramidase tertentu. Dermatofita akan melawan respon host seperti asam lemak fungistatik, proliferasi epidermal, dan sekresi mediator inflamasi hingga cell mediated – immunity. Mekanisme pertahanan tubuh terdepan dalam menghadapi invasi tersebbut adalah keratinosit. Keratinosit mensekresikan peptida antimikroba, seperti: human β defensin – 2,


(51)

13

dan sitokin inflamasi seperti IFN – α, TNFα, IL - 1β, 8, 16, dan 17 yang mengaktifkan sistem imun. Tingkat pertahanan tubuh selanjutnya ialah cell – mediated immunity yang menghasilkan hipersensitivitas tipe delayed terhadap fungi yang menginvasi (Goldsmith, et al., 2012).

Cara penularan jamur dapat secara langsung dan secara tidak langsung. Penularan langsung dapat melalui fomit, epitel, dan rambut – rambut yang mengandung jamur baik dari manusia atau dari binatang, dan tanah. Penularan tak langsung dapat melalui tanaman, kayu yang dihinggapi jamur, barang – barang atau pakaian, debu, atau air (Goldsmith, et al., 2012).

2.1.1.5. Prosedur Diagnostik

Diagnosis klinis infeksi dermatofita dapat dipastikan dengan deteksi mikroskopik dari elemen fungal melalui kultur, atau bukti histologis adanya hifa pada stratum korneum. Evaluasi mikroskopis melalui KOH 10% untuk membuktikan ada atau tidaknya dermatofitosis. KOH 10% mempunyai nilai false negative sebesar 15% (Goldsmith, et al., 2012).

Penentuan spesies dari fungi superfisialis didasarakan pada karakteristik makroskopis, mikroskopis, dan metabolismenya. Media isolasi untuk morfologi makroskopis umumnya digunakan Sabouraud’s dextrose agar (SDA). Kultur diinkubasi pada suhu ruangan selama 4 minggu sebelum dinyatakan tidak ada pertumbuhan (Goldsmith, et al., 2012).

2.1.1.6. Tinea Pedis

Tinea pedis adalah dermatofitosis pada kaki, kecuali pada bagian dorsal kaki, karena digolongkan menjadi tinea korporis. Tinea pedis adalah dermtofitosis yang paling umum. Pengguna sepatu dan kaos kaki yang tertutup mempunyai peluang tinggi terkena tinea pedis. Penyebab paling sering tinea pedis adalah T. rubrum, T. interdigitale, dan E. floccosum. Tinea pedis mempunyai 4 macam gambaran klinis yaitu interdigital, mocassin (hiperkeratotik kronis), vesikulobula, dan ulseratif akut (Goldsmith, et al., 2012).


(52)

14

Gambar 2.21 Tinea pedis tipe mocassin

(Dikutip dari: Hare, 2013. Fungal Culture. National Health Service. London.)

Gambar 2.22 Tinea pedis tipe vesikulobula (a) dan interdigitalis (a&b)


(53)

15

2.1.2. Infeksi kandida (kandidiasis)

Genus Candida terdiri dari grup yang heterogen lebih dari 200 spesies. Kandidiasis merupakan segala jenis infeksi yang disebabkan oleh spesies dari genus Candida (Goldsmith, et al., 2012).

Beberapa spesies dari genus Candida dapat menyebabkan kandidiasis. Mereka adalah anggota dari flora normal kulit, membran mukosa, dan gastrointestinal tract. Spesies candida berkoloni pada permukaan mukosa manusia sesaat setelah dia lahir, dan risiko untuk infeksi endogen selalu ada (Goldsmith, et al., 2012).

2.1.2.1. Definisi

Kandidiasis adalah infeksi akut atau kronik yang disebabkan oleh Candida, umumnya pada kulit dan membran mukosa, tetapi juga bisa menyebabkan infeksi sistemik (Goldsmith, et al., 2012).

2.1.2.2. Epidemiologi

Candida hanya menggunakan hewan dan manusia sebagai host – nya, tetapi Candida juga bisa ditemukan pada lingkungan rumah sakit, seperti pada: ventilasi air conditioner, lantai, respirator, dan pada tenaga medis. Kolonisasi orofaring oleh Candida diobservasi mencapai 50% dari individual yang sehat dan mungkin bisa dideteksi sebesar 40 – 65% pada sample tinja normal. C. albicans ada pada mukosa vagina sebagai organisme komensalisme pada 20 – 25% wanita sehat tanpa simptom dan 30% pada wanita hamil yang tergolong sehat. Kandidiasis vulvovaginal adalah penyebab kedua terbanyak vaginitis pada perempuan. Spesies Candida adalah penyebab utama infeksi fungi pada pasien dengan immunocompromised. Lebih dari 90% orang dengan HIV tanpa terapi antiretroviral yang sangat aktif menderita kandidiasis orofaring dan 10% menderita kandidiasis esofagus (Goldsmith, et al., 2012).


(54)

16

2.1.2.3. Etiologi

Spesies kandida yang paling umum adalah: C. albicans, C. glabrata, C. tropicalis, C. parapsilosis, C. krusei, C.guilliermondii, C. lusitaniae, C. kefyr (Goldsmith, et al., 2012).

2.1.2.4. Patogenesis

Sekitar 50% - 60% dari infeksi kandida disebabkan oleh C. albicans. C. albicans mempunyai faktor virulensi termasuk molekul adhesi untuk perlekatan, sekresi proteinase [asparty] proteinase (SAP1 – 9) yang menghancurkan selubung sel, dan mampu mengubah diri ke bentuk hifa yang dianggap penting sebagai virulensi. C. albicans. Spesies C. glabrata dan C. albicans ditemukan pada sekitar 70% - 80% pasien dengan kandidiasis yang invasif (Goldsmith, et al., 2012). 2.1.2.5. Prosedur Diagnostik

Pemeriksaan mikroskopis langsung dari spesimen atau isolasi dari kultur dilakukan untuk mengkonfirmasi adanya kandida atau tidak. Pada infeksi kandida superfisialis, diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan mikroskopis kerokan kulit.atau pulasan dari kulit, kuku, atau permukaan mukosa yang ada hifa, pseudohifa, atau sel budding kandida. Pulasan KOH 10%, gram, atau pewarnaan methylen blue berguna untuk mendeteksi sel fungi. Untuk identifikasi dari C. albicans digunakan agar Sabouraud ditambah antibiotik, dalam 2 – 5 hari akan muncul koloni mukoid keputihan (Goldsmith, et al., 2012).

2.1.2.6. Kandidiasis kutan

Kandidiasis kutan terjadi umumnya akibat infeksi sekunder kulit dan kuku pada pasien yang mempunyai faktor predisposisi. Kandidiasis kutan terjadi sebagai infeksi yang kronik atau sub – akut. Spektrum dari kandidiasis kutan di antaranya diaper rash, kandidiasis intertrigo, folikulitis kandida, otomikosis, dan paronkia (Goldsmith, et al., 2012).


(55)

17

C. albicans mempunyai predileksi untuk berkoloni pada lipatan kulit, zona triginosa, di mana lingkungannya lembab dan hangat. Lokasi umum untuk kandida intertrigo adalah genitokrural, glutea, interdigital, dan inframammae. Faktor predisposisinya antara lain obesitas, diabetes melitus, pemakaian pakaian ketat, dan faktor pekerjaan. Erupsi pruritus terlihat sebagai bercak eritem yang lunak dan plak tipis dengan vesikopustul yang kecil. Pustul akan membesar dan pecah, meninggalkan sisik dan bekas kemerahan yang menyebabkan maserasi dan fisura. Infeksi kandidiasis kutan didiagnosa dengan gambaran tipikalnya dan dipastikan dengan pemeriksaan KOH 10%, dan jika perlu, dilakukan kultur (Goldsmith, et al., 2012).

Gambar 2.23 Kandidiasis kutan pada telapak kaki


(56)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Banyak organisme viral, bakterial, dan fungal yang mampu menghasilkan infeksi primer atau sekunder pada kaki dan kuku jarinya. Infeksi jamur pada kaki dapat disebabkan jamur dermatofita ataupun golongan non dermatofita, seperti:

Candida yang menyebabkan kandidiasis kutis (Dawber, Bristow, and Turner,

2005).

Dermatofita adalah golongan jamur yang paling umum menyebabkan tinea pedis. Dermatofita termasuk dalam famili arthrodermataceae. Dermatofita dapat melekat dan menyerang jaringan yang mengandung keratin (zat tanduk) manusia dan hewan, seperti: kuku, rambut, dan stratum korneum pada epidermis. Berdasarkan sifat morfologi makro dan mikro, dermatofita dibagi menjadi 3 genera: Microsporum (M), Trichophyton (T), dan Epidermophyton (E), dari 4 spesies dermatofita yang sudah dikenal, hanya 23 spesies yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia dan binatang, yang terdiri dari spesies

Trichophyton, spesies Microsporumdan spesies Epidermophyton. Yang terbanyak

ditemukan adalah T. rubrum. Dermatofita yang lain adalah E. floccosum, T.

mentagrophytes, M. canis, M. gypseum, T. cocentricum, T. schoenleini dan T.

tonsurans. (Brooks, Carroll, Butel, Morse, Mietzner, 2013; Goldsmith, Katz,

Gilchrest, Paller, Leffell, and Wolff, 2012; Dawber, et al.,2005).

Tinea pedis merupakan dermatofitosis yang paling umum terjadi. Prevalensi pada pengguna sepatu tertutup terhitung 10%. Insidensi tinea pedis lebih tinggi lagi dijumpai pada pengguna pemandian umum atau kolam renang umum. (Goldsmith, et al., 2012).


(57)

2

Tinea pedis muncul dalam 3 pola, yaitu: tipe moccasin pada telapak kaki, interdigital, dan vesikuler yang menyebar keluar dari sela – sela jari – jari kaki. Tinea pedis muncul terutama pada sela-sela jari dan telapak kaki. Tinea pedis yang tersering dilihat adalah bentuk interdigitalis. Di antara jari IV dan V, terlihat fisura yang dilingkari sisik halus dan tipis. Kelainan ini dapat meluas ke bawah jari (subdigital) dan juga ke sela jari yang lain. Oleh karena daerah ini lembab, maka sering terlihat maserasi dan sering terkelupas. Aspek klinis maserasi berupa kulit putih dan rapuh. Bila bagian kulit yang mati ini dibersihkan, maka akan terlihat kulit baru, yang pada umumnya akan diserang oleh bakteri. Bentuk klinis ini dapat berlangsung bertahun-tahun dengan menimbulkan keluhan, seperti kulit terkelupas dan pecah – pecah lalu disertai nyeri dan pruritus, atau tanpa keluhan (Brooks, et al., 2013; Dawber, et al.,2005).

Sedangkan kandidiasis adalah penyakit jamur yang bersifat akut atau sub akut disebabkan oleh jamur golongan candida, biasanya oleh Candida albicans

dan dapat mengenai mulut, vagina, kulit, dan kuku (Goldsmith, et al., 2012). Penyakit ini terdapat di seluruh dunia, dapat menyerang semua umur, baik laki – laki maupun perempuan. Jamur penyebabnya terdapat pada orang sehat sebagai saprofit. Gambaran klinisnya bermacam – macam sehingga tidak diketahui data – data penyebarannya (Kazemi, 2013).

C. albicans mempunyai predileksi untuk berkolonisasi pada zona

intertriginosa lipatan kulit yang lembab dan hangat. Faktor predisposisi termasuk di antaranya: obesitas, diabetes melitus, dan mengenakan pakaian tertutup.Erosio

interdigitalis blastomycetica Untuk kandidiasis pada interdigital tangan atau kaki,

umumnya celah interdigital 3 atau 4, di mana kelembaban sering terjadi (Goldsmith, et al., 2012).

Pemeriksaan mikologik untuk membantu menegakkan diagnosis terdiri atas pemeriksaan langsung sediaan basah dan biakan. Pemeriksaan lain, misalnya pemeriksaan histopatologik dan Polymerase Chain Reaction (PCR). Pada


(58)

3

pemeriksaan mikologik untuk mendapatkan jamur diperlukan bahan klinis, yang dapat berupa kerokan kulit, rambut, dan kuku (Brooks, et al., 2013).

Kelainan kulit kaki yang disebabkan infeksi jamur banyak terlihat pada orang yang dalam kehidupan sehari-hari sering memakai sepatu tertutup disertai perawatan kaki yang buruk, para pekerja dengan kaki yang selalu atau sering basah, dan orang yang sering berjalan tanpa alas kaki pada lantai yang terkontaminasi (Springer, 2006).

Penggunaan kaos kaki diwajibkan bagi pelajar di kota Medan. Kaos kaki dan sepatu yang tidak dapat menyerap keringat dapat meningkatkan risiko infeksi, khususnya infeksi jamur. Durasi belajar mengajar pada pelajar di Medan, yang pada umumnya dimulai pada pukul 7 pagi dan selesai pada siang hari atau sore hari, meningkatkan risiko infeksi jamur akibat keringat yang tidak terserap dengan baik. Selain dari faktor di atas, dari pengamatan awal di SMAN 15, banyak faktor, seperti lapangan olahraga dan jalan menuju sekolah yang sering tergenang air, memungkinkan jamur sebagai penyebab kelainan kulit. Sehubungan hal tersebut, peneliti ingin meneliti tentang spektrum jamur penyebab kelainan kulit kaki pelajar di SMAN 15 Medan.

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimana spektrum jamur penyebab kelainan kulit pada kaki pelajar SMAN 15 Medan?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan umum:

Mengetahui spektrum jamur penyebab kelainan kulit pada kaki pelajar SMAN 15 Medan.


(59)

4

1.3.2. Tujuan khusus:

1.3.2.1. Mengetahui gambaran pemeriksaan kerokan kulit dengan KOH 10% pada kelainan kulit kaki pelajar SMAN 15 Medan.

1.3.2.2. Mengetahui gambaran kultur pada kelainan kulit kaki pelajar SMAN 15 Medan.

1.3.2.3. Mengetahui keluhan objektif pada kelainan kulit kaki pelajar SMAN 15 Medan.

1.3.2.4. Mengetahui keluhan subjektif pada kelainan kulit kaki pelajar SMAN 15 Medan.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk : 1.4.1. Tenaga medis

Dapat memberikan informasi kepada tenaga medis tentang spektrum jamur penyebab pada pelajar SMAN 15 Medan dengan gejala klinis maupun tanpa gejala klinis (asimtomatik).

1.4.2. Peneliti

Dapat mengembangkan kemampuan di bidang penelitian serta memperluas wawasan peneliti mengenai jamur penyebab pada kelainan kulit kaki dan sebagai data dasar dalam melaksanakan pengembangan penelitian selanjutnya.

1.4.3. Masyarakat

Agar dapat mengetahui tentang pentingnya kesehatan kulit khususnya daerah kaki yang dihubungkan dengan pemakai kaos kaki dan sepatu sehingga diupayakan pencegahan.


(60)

ii

ABSTRAK

Faktor kelembaban dan higienitas disebabkan oleh penggunaan kaos kaki dan sepatu yang diwajibkan bagi pelajar serta area sekolah dan sekitarnya yang sering tergenang air dapat meningkatkan faktor risko infeksi jamur pada kaki. Hal ini melatarbelakangi penelitian spektrum jamur penyebab kelainan kulit kaki pada pelajar di SMAN 15 Medan.

Penelitian ini melibatkan siswa SMAN 15 Medan yang mempunyai kelainan kulit kaki. Siswa diperiksa untuk menemukan lesi pada kulit kaki. Sampel kerokan kulit untuk pemeriksaan mikrobiologi dan kultur jamur diambil dari lesi kulit kaki.

Penelitian ini melibatkan 30 siswa. Hasil pemeriksaan kerokan kulit kaki dengan KOH 10%, didapati 9 orang (30.0%) spora (+) hifa (+), 13 orang (43.3%) spora (+) hifa (-), 3 orang (10.0%) spora (-) hifa (+), dan 5 orang (16.7%) spora (-) hifa (-). Hasil pemeriksaan kultur secara mikroskopis dan makroskopis didapati

Cladosporium sp. pada 6 orang (20.0%), Aspergillus sp. pada 5 orang (16.7%),

Bipolaris sp. pada 5 orang (16.7%), Paecilomyces sp. pada 3 orang (10.0%),

Candida sp. pada 2 orang (6.7%), Trichophyton rubrum pada 2 orang (6.7%),

Trichophyton mentagrophytespada 2 orang (6.7%), Trichophyton erinaceipada 1

orang (3.3%), Trichophyton verrucosum pada 1 orang (3.3%), dan Fusarium sp.

pada 1 orang (3.3%), dan pada 2 orang (6.7%) tidak ditemukan spesies jamur. Ditemukan jamur penyebab kelainan kulit kaki pada 19 siswa SMAN 15 dengan spesies jamur penyebab kelainan kulit kaki terbanyak adalah

Cladosporium sp. Disarankan agar siswa memahami pentingnya berperilaku bersih dan menghindari kelembaban agar terhindar dari penyakit yang disebabkan oleh jamur.


(61)

iii ABSTRACT

Factor of moist and hygienity caused by wearing shoes and socks which is a must for student and also school’s area which is frequently flooded could increase the risk of fungal infection on foot. These factors are the background of the study of spectrum of fungi that cause foot’s skin disorder on students of SMAN 15 Medan.

This study involves the students of SMAN 15 Medan who have foot skin disorder. Student examined to find lesion on their foot. Samples of skin scraping for microbiological examination and fungi culture were obtained from lesion of foot’s skin.

This study involves 30 students of SMAN 15 Medan. The result of foot’s skin disorder examination with KOH 10% found that 9 samples (30.0%) are spore (+) hyphae (+), 13 samples (43.3%) are spore (+) hyphae (-), 3 samples (10.0%) are spore (-) hyphae (+), and 5 samples (16.7%) are spore (-) hyphae (-). The result of culture examination microscopically and macroscopically found Cladosporium sp. on 6 samples (20.0%), Aspergillus sp. on 5 samples (16.7%), Bipolaris sp. on 5 samples (16.7%), Paecilomyces sp. on 3 samples (10.0%), Candida sp. on 2 samples (6.7%), Trichophyton rubrum on 2 samples (6.7%), Trichophyton mentagrophytes on 2 samples (6.7%), Trichophyton erinacei on 1 sample (3.3%), Trichophyton verrucosum on 1 sample (3.3%), and Fusarium sp on 1 sample (3.3%), and fungi are not found on 2 samples (6.7%).

Fungi that cause foot’s skin disorder are found on 19 students of SMAN 15 with majority of fungus is Cladosporium sp.. It is recommended that students understand the importance of hygiene and avoid moist to avoid diseases that inflicted by fungi.


(62)

SPEKTRUM JAMUR PENYEBAB KELAINAN KULIT PADA KAKI PELAJAR DI SMAN 15 MEDAN

Oleh:

DANIEL HALOMOAN 120100260

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(63)

SPEKTRUM JAMUR PENYEBAB KELAINAN KULIT PADA KAKI PELAJAR DI SMAN 15 MEDAN

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh:

DANIEL HALOMOAN 120100260

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(64)

(65)

ii

ABSTRAK

Faktor kelembaban dan higienitas disebabkan oleh penggunaan kaos kaki dan sepatu yang diwajibkan bagi pelajar serta area sekolah dan sekitarnya yang sering tergenang air dapat meningkatkan faktor risko infeksi jamur pada kaki. Hal ini melatarbelakangi penelitian spektrum jamur penyebab kelainan kulit kaki pada pelajar di SMAN 15 Medan.

Penelitian ini melibatkan siswa SMAN 15 Medan yang mempunyai kelainan kulit kaki. Siswa diperiksa untuk menemukan lesi pada kulit kaki. Sampel kerokan kulit untuk pemeriksaan mikrobiologi dan kultur jamur diambil dari lesi kulit kaki.

Penelitian ini melibatkan 30 siswa. Hasil pemeriksaan kerokan kulit kaki dengan KOH 10%, didapati 9 orang (30.0%) spora (+) hifa (+), 13 orang (43.3%) spora (+) hifa (-), 3 orang (10.0%) spora (-) hifa (+), dan 5 orang (16.7%) spora (-) hifa (-). Hasil pemeriksaan kultur secara mikroskopis dan makroskopis didapati

Cladosporium sp. pada 6 orang (20.0%), Aspergillus sp. pada 5 orang (16.7%),

Bipolaris sp. pada 5 orang (16.7%), Paecilomyces sp. pada 3 orang (10.0%),

Candida sp. pada 2 orang (6.7%), Trichophyton rubrum pada 2 orang (6.7%),

Trichophyton mentagrophytespada 2 orang (6.7%), Trichophyton erinaceipada 1 orang (3.3%), Trichophyton verrucosum pada 1 orang (3.3%), dan Fusarium sp.

pada 1 orang (3.3%), dan pada 2 orang (6.7%) tidak ditemukan spesies jamur. Ditemukan jamur penyebab kelainan kulit kaki pada 19 siswa SMAN 15 dengan spesies jamur penyebab kelainan kulit kaki terbanyak adalah

Cladosporium sp. Disarankan agar siswa memahami pentingnya berperilaku

bersih dan menghindari kelembaban agar terhindar dari penyakit yang disebabkan oleh jamur.


(66)

iii

ABSTRACT

Factor of moist and hygienity caused by wearing shoes and socks which is a must for student and also school’s area which is frequently flooded could increase the risk of fungal infection on foot. These factors are the background of the study of spectrum of fungi that cause foot’s skin disorder on students of SMAN 15 Medan.

This study involves the students of SMAN 15 Medan who have foot skin disorder. Student examined to find lesion on their foot. Samples of skin scraping for microbiological examination and fungi culture were obtained from lesion of foot’s skin.

This study involves 30 students of SMAN 15 Medan. The result of foot’s skin disorder examination with KOH 10% found that 9 samples (30.0%) are spore (+) hyphae (+), 13 samples (43.3%) are spore (+) hyphae (-), 3 samples (10.0%) are spore (-) hyphae (+), and 5 samples (16.7%) are spore (-) hyphae (-). The result of culture examination microscopically and macroscopically found Cladosporium sp. on 6 samples (20.0%), Aspergillus sp. on 5 samples (16.7%), Bipolaris sp. on 5 samples (16.7%), Paecilomyces sp. on 3 samples (10.0%), Candida sp. on 2 samples (6.7%), Trichophyton rubrum on 2 samples (6.7%), Trichophyton mentagrophytes on 2 samples (6.7%), Trichophyton erinacei on 1 sample (3.3%), Trichophyton verrucosum on 1 sample (3.3%), and Fusarium sp on 1 sample (3.3%), and fungi are not found on 2 samples (6.7%).

Fungi that cause foot’s skin disorder are found on 19 students of SMAN 15 with majority of fungus is Cladosporium sp.. It is recommended that students understand the importance of hygiene and avoid moist to avoid diseases that inflicted by fungi.


(67)

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan Berkat dan Karunia - Nya sehingga penyusunan karya tulis ilmiah yang berjudul ”Spektrum Jamur Penyebab Kelainan Kulit pada Kaki Pelajar di SMAN 15 Medan ” dapat selesai tepat pada waktunya.

Penyusunan karya tulis ilmiah ini diajukan sebagai syarat menyelesaikan pendidikan gelar Sarjana Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis banyak mendapat bimbingan dan petunjuk dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Prof. dr. Gontar A. Siregar, SpPD - KGEH. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. dr. Nelva Kamila Jusuf, Sp.KK (K). Dosen pembimbing yang dengan penuh kesabaran dan ketekunan memberikan dorongan, perhatian, bimbingan, pengarahan, serta saran dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini mulai dari awal sampai akhir.

3. Dr. dr. H.R. Yusa Herwanto, M.Ked (ORL-HNS), Sp.THT – KL (K). Dosen penguji I yang banyak membantu dan memberikan masukan sehingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan.

4. dr. Mustafa Mahmud Amin, M.Ked (KJ), Sp.KJ. Dosen penguji II yang telah banyak memberikan saran dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini.

5. dr. Sofyan Lubis, DMM dan ibu Rafidah yang banyak membantu penulis melaksanakan penelitian di laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran USU.

6. Semua staf, pengajar, dan siswa SMAN 15 Medan yang dengan ramah mengizinkan penulis untuk melakukan pengumpulan sampel.


(68)

v

7. Seluruh staf S – 1 Kedokteran yang telah membantu administrasi dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

8. Bapak, ibu, adik, dan abang, atas dukungan dan doa yang selalu diberikan sehingga karya tulis ilmiah ini selesai pada waktunya.

9. Teman - temanku mahasiswa Kedokteran, atas perhatian dan kerja samanya. Semoga kita tetap menjalin serta menjaga hubungan di antara kita semua.

10. Rekan-rekan dan semua pihak yang telah banyak membantu dalam penelitian.

Penulis menyadari dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini masih belum sempurna, maka saran dan kritik yang konstruktif sangat penulis harapkan demi perbaikan karya tulis ilmiah selanjutnya. Akhirnya penulis berharap semoga karya tulis ilmiah ini bermanfaat.

Medan, Desember 2015


(69)

vi

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan...i

Abstrak ...ii

Abstract ...iii

Kata Pengantar...iv

Daftar Isi...vi

Daftar Tabel...ix

Daftar Gambar...x

Daftar Lampiran...xi

BAB I PENDAHULUAN ...1

1.1. Latar Belakang ...1

1.2. Rumusan Masalah ...3

1.3. Tujuan Penelitian ...3

1.3.1. Tujuan umum ...3

1.3.2. Tujuan khusus ...4

1.4. Manfaat Penelitian ...4

1.4.1. Tenaga Medis ...4

1.4.2. Peneliti ...4

1.4.3. Masyarakat ...4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...5

2.1 Mikosis ...5

2.1.1. Dermatofitosis ...5

2.1.1.1. Definisi ...5

2.1.1.2. Epidemiologi ...6

2.1.1.3. Etiologi...6

2.1.1.4. Patogenesis dan Cara Penularan ...12

2.1.1.5. Prosedur Diagnostik ...13

2.1.1.6. Tinea Pedis ...13

2.1.2. Infeksi Kandida (Kandidiasis) ...15

2.1.2.1. Definisi ...15


(70)

vii

2.1.2.3. Etiologi ...16

2.1.2.4. Patogenesis ...16

2.1.2.5. Prosedur Diagnostik ...16

2.1.2.6. Kandidiasis Kutan ...16

BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL...18

3.1. Kerangka Konsep ...18

3.2. Definisi Operasional ...18

3.2.1. Kelainan kulit pada kaki ...18

3.2.2. Keluhan objektif ...18

3.2.3. Keluhan subjektif ...19

3.2.4. Pemeriksaan KOH 10% ...19

3.2.5. Kultur jamur ...19

3.2.6. Jamur penyebab kelainan pada kulit kaki ...20

BAB IV METODE PENELITIAN...21

4.1. Desain Penelitian ...21

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ...21

4.2.1. Lokasi penelitian ...21

4.2.2. Waktu Penelitian ...21

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ...21

4.3.1. Populasi ...21

4.3.2. Sampel ...21

4.3.2.1. Kriteria Inklusi ...21

4.3.2.2. Kriteria eksklusi ...22

4.4. Cara Pengambilan Sampel ...22

4.5. Pengolahan Data ...23

4.6. Analisis Data ...23

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...24

5.1. Hasil Penelitian ...24


(71)

viii

5.1.2. Distribusi Karakteristik Subjek Berdasarkan Jenis

Kelamin ...24

5.1.3. Distribusi Karakteristik Subjek Berdasarkan Usia 25 5.1.4. Distribusi Lama Pemakaian Kaos Kaki dan Sepatu...25

5.1.5. Distribusi Keluhan Objektif pada Siswa ...26

5.1.6. Distribusi Jenis Keluhan Objektif pada Siswa ...26

5.1.7. Distribusi Lokalisasi Kelainan Kulit Kaki ...27

5.1.8. Distribusi Keluhan Subjektif pada Siswa ...27

5.1.9. Distribusi Jenis Keluhan Subjektif pada Siswa...28

5.1.10. Distribusi Riwayat Perjalanan Keluhan Objektif dan / atau Subjektif...28

5.1.11. Distribusi Pemeriksaan KOH 10% ...29

5.1.12. Distribusi Spesies Jamur ...30

5.2. Pembahasan...31

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ...34

6.1. Kesimpulan ...34

6.2. Saran ...35

DAFTAR PUSTAKA ...36 LAMPIRAN


(72)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 Karakteristik Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin ...24

Tabel 5.2 Karakteristik Subjek Berdasarkan Usia...25

Tabel 5.3 Lama Pemakaian Kaos Kaki dan Sepatu...25

Tabel 5.4 Keluha n Objektif ...26

Tabel 5.5 Jenis Keluhan Objektif ...26

Tabel 5.6Lokalisasi Kelainan Kulit Kaki ...27

Tabel 5.7 Keluhan Subjektif...27

Tabel 5.8Jenis Keluhan Subjektif...28

Tabel 5.9Riwayat Perjalanan Keluhan Objektif dan / atau Subjektif...28

Tabel 5.10Pemeriksaan KOH 10%...29


(1)

vi DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan...i

Abstrak ...ii

Abstract ...iii

Kata Pengantar...iv

Daftar Isi...vi

Daftar Tabel...ix

Daftar Gambar...x

Daftar Lampiran...xi

BAB I PENDAHULUAN ...1

1.1. Latar Belakang ...1

1.2. Rumusan Masalah ...3

1.3. Tujuan Penelitian ...3

1.3.1. Tujuan umum ...3

1.3.2. Tujuan khusus ...4

1.4. Manfaat Penelitian ...4

1.4.1. Tenaga Medis ...4

1.4.2. Peneliti ...4

1.4.3. Masyarakat ...4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...5

2.1 Mikosis ...5

2.1.1. Dermatofitosis ...5

2.1.1.1. Definisi ...5

2.1.1.2. Epidemiologi ...6

2.1.1.3. Etiologi...6

2.1.1.4. Patogenesis dan Cara Penularan ...12

2.1.1.5. Prosedur Diagnostik ...13

2.1.1.6. Tinea Pedis ...13

2.1.2. Infeksi Kandida (Kandidiasis) ...15

2.1.2.1. Definisi ...15


(2)

vii

2.1.2.3. Etiologi ...16

2.1.2.4. Patogenesis ...16

2.1.2.5. Prosedur Diagnostik ...16

2.1.2.6. Kandidiasis Kutan ...16

BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL...18

3.1. Kerangka Konsep ...18

3.2. Definisi Operasional ...18

3.2.1. Kelainan kulit pada kaki ...18

3.2.2. Keluhan objektif ...18

3.2.3. Keluhan subjektif ...19

3.2.4. Pemeriksaan KOH 10% ...19

3.2.5. Kultur jamur ...19

3.2.6. Jamur penyebab kelainan pada kulit kaki ...20

BAB IV METODE PENELITIAN...21

4.1. Desain Penelitian ...21

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ...21

4.2.1. Lokasi penelitian ...21

4.2.2. Waktu Penelitian ...21

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ...21

4.3.1. Populasi ...21

4.3.2. Sampel ...21

4.3.2.1. Kriteria Inklusi ...21

4.3.2.2. Kriteria eksklusi ...22

4.4. Cara Pengambilan Sampel ...22

4.5. Pengolahan Data ...23

4.6. Analisis Data ...23

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...24

5.1. Hasil Penelitian ...24


(3)

viii

5.1.2. Distribusi Karakteristik Subjek Berdasarkan Jenis

Kelamin ...24

5.1.3. Distribusi Karakteristik Subjek Berdasarkan Usia 25 5.1.4. Distribusi Lama Pemakaian Kaos Kaki dan Sepatu...25

5.1.5. Distribusi Keluhan Objektif pada Siswa ...26

5.1.6. Distribusi Jenis Keluhan Objektif pada Siswa ...26

5.1.7. Distribusi Lokalisasi Kelainan Kulit Kaki ...27

5.1.8. Distribusi Keluhan Subjektif pada Siswa ...27

5.1.9. Distribusi Jenis Keluhan Subjektif pada Siswa...28

5.1.10. Distribusi Riwayat Perjalanan Keluhan Objektif dan / atau Subjektif...28

5.1.11. Distribusi Pemeriksaan KOH 10% ...29

5.1.12. Distribusi Spesies Jamur ...30

5.2. Pembahasan...31

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ...34

6.1. Kesimpulan ...34

6.2. Saran ...35

DAFTAR PUSTAKA ...36 LAMPIRAN


(4)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 Karakteristik Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin ...24

Tabel 5.2 Karakteristik Subjek Berdasarkan Usia...25

Tabel 5.3 Lama Pemakaian Kaos Kaki dan Sepatu...25

Tabel 5.4 Keluha n Objektif ...26

Tabel 5.5 Jenis Keluhan Objektif ...26

Tabel 5.6Lokalisasi Kelainan Kulit Kaki ...27

Tabel 5.7 Keluhan Subjektif...27

Tabel 5.8Jenis Keluhan Subjektif...28

Tabel 5.9Riwayat Perjalanan Keluhan Objektif dan / atau Subjektif...28

Tabel 5.10Pemeriksaan KOH 10%...29


(5)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Mikroskopis Trichophyton interdigitale ...7

Gambar 2.2 KulturTrichophyton interdigitale ...7

Gambar 2.3 Mikroskopis Trichophyton rubrum ...8

Gambar 2.4 Kultur Trichophyton rubrum...8

Gambar 2.5 Mikroskopis Trichophyton verrucosum ...8

Gambar 2.6 Kultur Trichophyton verrucosum ...8

Gambar 2.7 Mikroskopis Trichophyton tonsurans ...9

Gambar 2.8 Kultur Trichophyton tonsurans ...9

Gambar 2.9 Mikroskopis Trichophyton violaceum ...9

Gambar 2.10 Kultur Trichophyton violaceum ...9

Gambar 2.11 Mikroskopis Trichophyton schoenleinii...10

Gambar 2.12 Kultur Trichophyton schoenleinii ...10

Gambar 2.13 Mikroskopis Microsporum canis ...10

Gambar 2.14 Kultur Microsporum canis ...10

Gambar 2.15 Mikroskopis Microsporum gypseum ...11

Gambar 2.16 Kultur Microsporum gypseum ...11

Gambar 2.17 Mikroskopis Microsporum audouinii ...11

Gambar 2.18 Kultur Microsporum audouinii ...11

Gambar 2.19 Mikroskopis Epidermophyton floccosum ...12

Gambar 2.20 Kultur Epidermophyton floccosum ...12

Gambar 2.21 Tinea pedis tipe mocassin ...14

Gambar 2.22 Tinea pedis tipe vesikulobula dan interdigitalis ...14


(6)

xi

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 2 Lembar Penjelasan kepada Subjek

Lampiran 3 Lembar Persetujuan setelah Penjelasan (Informed Consent) Lampiran 4 Data Responden

Lampiran 5 Surat – Surat penelitian Lampiran 6 Data Induk SPSS Lampiran 7 Output SPSS