Dampak Relokasi Pasar Terhadap Pendapatan Pedagang Pasar Sentral Sebelum dan Sesudah Relokasi ke Pasar Induk di Kota Medan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Pengertian Pasar
Pasar merupakan suatu daerah dimana pembeli dan penjual saling
berhubungan satu sama lainya, untuk melakukan pertukaran barang
maupun jasa pada waktu-waktu tertentu. Menurut Peraturan Presiden RI
No. 112 Tahun 2007, pasar adalah area tempat jual beli barang dengan
jumlah penjual lebih dari satu, baik yang disebut sebagai pusat
perbelanjaan, pasar tradisional, pertokoan, mall, plasa, pusat perdagangan
maupun sebutanlainnya. Dari definisi ini, ada empat poin penting yang
menonjol yang menandai terbentuknya pasar, yaitu:
1.

Ada penjual dan pembeli

2.

Mereka bertemu di sebuah tempat tertentu


3.

Terjadi kesepakatan di antara penjual dan pembeli, sehingga terjadi
jual beli atau tukar menukar

4.

Antara penjual dan pembeli kedudukannya sederajat.

Peraturan Presiden RI No. 112 Tahun 2007, pasar tradisional adalah pasar
yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta,
Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah termasuk
kerjasama dengan swasta dengan tempat usaha berupa toko, kios, los dan
tenda yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya
masyarakatatau koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil dan dengan

6
Universitas Sumatera Utara


proses jual beli barang dagangan melalui tawar menawar. Lebih lanjut
menurut Perpres tersebut, pasar tradisional boleh berlokasi pada setiap
sistem jaringan jalan, termasuksistem jaringan jalan lokal atau jalan
lingkungan pada kawasan pelayanan bagian kota/kabupaten atau lokal atau
lingkungan (perumahan) di dalam kota/kabupaten.
Di dalam Perpres tersebut juga disebutkan bahwa toko modern
adalah toko dengan sistem pelayanan mandiri, menjual berbagai jenis
barang secara eceran dengan bentuk minimarket, supermarket, atau
department store. Dari sisi kelembagaan, perbedaan karakteristik
pengelolaan pasar modern dan pasar tradisional nampak dari lembaga
pengelolanya. Pada pasar tradisional, kelembagaan pengelola umumnya
ditangani oleh Dinas Pasar yang merupakan bagian dari sistem birokrasi.
Sementara pasar modern, umumnya dikelola oleh profesional dengan
pendekatan bisnis. Selain itu, sistem pengelolaan pasar tradisional
umumnya terdesentralisasi di mana setiap pedagang mengatur sistem
bisnisnya masing-masing. Pada pasar modern, sistem pengelolaan lebih
terpusat yang memungkinkan pengelola induk dapat mengatur standar
pengelolaan bisnisnya.
Pasar adalah suatu institusi yang pada umumnya tidak berwujud
secara fisik mempertemukan penjual dan pembeli suatu komoditas (barang

dan jasa). (Sugiarto, 2002). Interaksi yang terjadi antara penjual dan
pembeli akan menentukan tingkat harga suatu komoditas (barang dan jasa)
dan jumlah atau kuantitas komoditas yang diperjualbelikan. Pasar dimana

7
Universitas Sumatera Utara

penjual dan pembeli melakukan interaksi dapat dibedakan menjadi pasar
komoditas dan pasar faktor. Pasar komoditas adalah interaksi antara
penjual dan pembeli dari suatu komoditas dalam menentuan jumlah dan
harga barang atau jasa yang diperjualbelikan. Pasar faktor adalah interaksi
antara para pengusaha (pembeli faktor-faktor produksi) dengan para
pemilik faktor produksi untuk menentukan harga (pendapatan) dan jumlah
faktor-faktor produksi yang akan digunakan dalam menghasilkan barangbarang dan jasa yang diminta oleh masyarakat, sedangkan industri adalah
kumpulan dari perusahaan-perusahaan yang menghasilkan komoditas yang
sama atau sangat bersamaan yang terdapat dalam suatu pasar(Sugiarto,
2002: 35 dalam Rudi Laksono: 2013)
2.2

Pedagang

Pedagang adalah orang atau institusi yang memperjual belikan
produk atau barang, kepada konsumen baik secara langsung maupun
secara tidak langsung. Dalam ekonomi pedagang dibedakan menurut jalur
distribusi yang dilakukan, yaitu: a. Pedagang distributor (tunggal) yaitu
pedagang yang memegang hak distribusi atau produk dari perusahaan
tertentu. b. Pedagang (partai) besar yaitu pedagang yang membeli suatu
produk dalam jumlah besar yang dimaksudkan untuk dijual kepada
pedagang lain. c. Pedagang eceran yaitu pedagang yang menjual produk
langsung kepada konsumen (Damsar,1997: 106-107)

8
Universitas Sumatera Utara

2.3

Pendapatan
Menurut (Gilarso: 1998) pendapatan atau penghasilan adalah
sebagai balas karya. Pendapatan sebagai balas karya terbagi dalam enam
kategori, yaitu :
1.


Upah atau gaji adalah balas jasa untuk pekerjaan yang

dilaksanakan dalam hubungan kerja dengan orang atau instansi lain
(sebagai karyawan yang dibayar).
2.

Laba usaha sendiri adalah balas karya untuk pekerjaan yang

dilakukan sebagai pengusaha, yaitu mengorganisir produksi, mengambil
keputusan tentang kombinasi faktor produksi serta menanggung
resikonya sendiri entah sebagai petani, buruh, maupun pedagang dan
sebagainya.
3.

Laba Perusahaan (Perseroan) adalah laba yang diterima atau

diperoleh perusahaan yang berbentuk atau badan hukum.
4.


Sewa adalah jasa yang diterima oleh pemilik atas penggunaan

hartanya seperti tanah, rumah atau barang-barang tahan lama.
5.

Penghasilan campuran (Mixed Income) adalah penghasilan yang

diperoleh dari usaha seperti : petani, tukang, warungan, pengusaha kecil,
dan sebagainya disebut bukan laba, melainkan terdiri dari berbagai
kombinasi unsur-unsur pendapatan :
a.

Sebagian merupakan upah untuk tenaga kerja sendiri.

b.

Sebagian berupa sewa untuk tanah/ alat produksi yang
dimiliki sendiri.

9

Universitas Sumatera Utara

6.

c.

Sebagian merupakan bunga atas modalnya sendiri.

d.

Sisanya berupa laba untuk usaha sendiri.

Bunga adalah balas jasa untuk pemakaian faktor produksi uang.

Besarnya balas jasa ini biasanya dihitung sebagai persen ( % ) dari modal
dan disebut tingkat atau dasar bunga (rate off) (Gilarso, 1998: 380)
2.4

Relokasi Pasar Tradisional
Pengertian Relokasi dalam kamus Indonesia diterjemahkan adalah

membangun kembali tempat yang baru, harta kekayaan, termasuk tanah
produktif dan prasarana umum di lokasi atau lahan lain. Dalam relokasi
adanya obyek dan subyek yang terkena pajak dalam perencaan dan
pembangunan lokasi. Secara harafiah relokasi adalah penataan ulang
dengan tempat yang baru atau pemindahan dari tempat lama ke tempat
yang baru.
Persamaan fungsi yang dimiliki oleh pusat perbelanjaan modern
dan pasar tradisional menimbulkan persaingan antara keduanya dan juga
menimbulkan modernisasi dari pasar tradisional ke pusat perbelanjaan
modern. Preferensi prioritas faktor internal, faktor eksternal, faktor
bertahan, dan daya tarik pusat perbelanjaan modern menyebabkan pasar
tradisional mengalami kondisi bertahan, kehancuran, maupun modernisasi.
Ketiganya ini dapat menyebabkan sebuah pasar tradisional dapat tetap
mempertahankan

konsep

dan

fisik


bangunannya

sebagai

pasar,

modernisasi dari pasar tradisional ke pusat perbelanjaan modern, dan

10
Universitas Sumatera Utara

menyebabkan suatu pasar tradisional ke arah kehancuran (Andreas Y.C
dan Marinus W, 2006 dalam Hendra Widi Utomo 2011).
Mudrajad Kuncoro 2008, isu utama yang berkaitan dengan
perkembangan pasar tradisional adalah sebagai berikut :
1.

Jarak antara pasar tradisional dengan hypermarket yang saling
berdekatan.


2.

Tumbuh pesatnya minimarket (yang dimiliki pengelola jaringan) ke
wilayah pemukiman.

3.

Penerapan berbagai macam syarat perdagangan oleh ritel modern
yang memberatkan pemasok barang.

4.

Kondisi pasar tradisional secara fisik sangat tertinggal, maka perlu
ada program kebijakan untuk melakukan pengaturan.
Untuk mengatasi berbagai permasalahan tersebut, dikembangkan

berbagai upaya untuk mengembangkan pasar tradisional, antara lain
dengan mengupayakan sumber-sumber alternatif pendanaan untuk
pemberdayaan, meningkatkan kompetensi pedagang dan pengelola,

memprioritaskan kesempatan memperoleh tempat usaha bagi pedagang
pasar tradisional yang telah ada sebelum dilakukan renovasi atau relokasi,
serta mengevaluasi pengelolaan.
2.5

Penelitian Terdahulu
1.

Haryanto, Doddy (2011) dalam penelitiannya yang berjudul
“Dampak Relokasi Kampus Universitas Diponegoro Terhadap
Usaha Makanan di Sekitarnya (Studi Kasus: Pleburan dan

11
Universitas Sumatera Utara

Tembalang)” menggunakan metode analisis data meliputi uji
validitas, uji reliabilitas, dan uji t berpasangan (paired t test)
menyatakan bahwa analisisBerdasarkan uji t berpasangan untuk
variabel jumlah konsumen untuk usaha makanan di sekitar kampus
Pleburan terjadi penurunan jumlah konsumen sebesar 53 %, untuk
kawasan kampus Tembalang terjadi peningkatan jumlah konsumen
sebesar 26%. Perhitungan uji t berpasangan untuk jumlah produksi
usaha makanan sebelum dan sesudah relokasi kampus terjadi
penurunan jumlah produksi di sekitar kampus Pleburan sebesar
52% dan terjadi kenaikan 21% untuk usaha makanan di sekitar
kampus Tembalang. Untuk variabel tenaga kerja usaha makanan
sebelum dan sesudah relokasi kampus terjadi penurunan tenaga
kerja di sekitar kampus Pleburan sebesar 50% dan terjadi
peningkatan 33% di sekitar kampus Tembalang. Untuk variabel
omset penjualan usaha makanan sebelum dan sesudah relokasi
kampus terjadi penurunan omset penjualan sebesar 60% dan terjadi
peningkatan 21% di sekitar kampus Tembalang. Untuk variabel
keuntungan usaha makanan sebelum dan sesudah relokasi kampus
di sekitar kampus Pleburan terjadi penurunan sebesar 67% dan
terjadi peningkatan 33% di sekitar kampus Tembalang.
2.

Laksono, Rudi (2013) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis
Relokasi Pedagang Pasar Ngarsopuro di Kota Surakarta”
menyatakan bahwa hasil analisa rata-rata pendapatan para

12
Universitas Sumatera Utara

pedagang di Pasar Ngarsopuro menunjukkan adanya perbedaan
yang signifikan sebelum dan sesudah dipindah. Hal ini terjadi
karena frekuensi penjualan yang terjadi di dalam pasar yang
sekarang dengan lokasi yang berbeda mengakibatkan penurunan
frekuensi jual beli di masing-masing toko yang berada pada pasar
tersebut. Faktor lain yang ditemukan dalam survey lapangan adalah
bentuk bangunan pasar yang berbentuk gedung dan tertutup dari
luar, sehingga lokasi sering tidak diketahui oleh orang dan
pengguna di sekitar Jalan Ronggowarsito. Kurang publikasi dari
pemerintah daerah tentang adanya lokasi pasar baru pasar tersebut
yang menimbulkan efek ketidaktahuan masyarakat tentang lokasi
baru pasar yang sering disebut dengan pasar elektronik oleh
masyarakat Solo dan sekitarnya.
3.

Pratama, Aditya (2013) dalam penelitiannya yang berjudul
“Analisis

Faktor-Faktor

Yang

Mempengaruhi

Pendapatan

Pedagang Pasar Setelah Relokasi di Pasar Purwoyoso” menyatakan
bahwa modal berpengaruh terhadap pendapatan pedagang Pasar
Purwoyoso Kecamatan Ngaliyan Semarang. Selain itu jam dagang
tidak berpengaruh terhadap pendapatan pedagang Pasar Purwoyoso
Kecamatan Ngaliyan Semarang, lokasi berpengaruh terhadap
pendapatan pedangang Pasar Purwoyoso Kecamatan Ngaliyan
Semarang. Kemudian Pedagang hendaknya melakukan menambah
modal sehingga kebutuhan untuk perdagangan dapat dipenuhi

13
Universitas Sumatera Utara

sehingga pedagang akan semakin berkembang dengan baik dan
akan mendapatkan keuntungan lebih banyak. Dan dalam
menentukan lokasi berdagang seharusnya pihak pedagang lebih
memperhatikan keadaan, letak yang dekat dengan konsumen dan
yang jauh dengan konsumen harus memberikan pelayanan yang
lebih baik.
2.6

Kerangka Konseptual
Kerangka konspetual ini menjelaskan bagaimana dampak relokasi
terhadap pendapatan pedagang di Pasar Induk Lau Cih sebelum dan
sesudah adanya relokasi dari Pemerintah Daerah Kota Medan. Relokasi
yang dilakukan pemerintah pada tahun 2015 menimbulkan permasalahan
apakah dampaknya bagi pedagang di Pasar Induk.
Relokasi

Pasar Induk LauCih

Pendapatan Sebelum Relokasi

Pendapatan SesudahRelokasi

Dampak Relokasi Terhadap Pendapatan Pedagang
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual

2.7

Hipotesis Penelitian
Sesuai dengan kerangka konseptual, dan hasil-hasil penelitian
terdahulu, maka hipotesis yang disusun adalah sebagai berikut:

14
Universitas Sumatera Utara

1.

(Ho):

Diduga tidak ada dampak relokasi pasar terhadap

pendapatan pedagang Pasar Induk Lau Cih.
2.

(Ha):

Diduga ada dampak relokasi pasar terhadap pendapatan

pedagang Pasar Induk Lau Cih.
Hipotesis Penelitian penulis adalah (Ha) di terima yaitu
Diduga ada dampak relokasi pasar terhadap pendapatan pedagang
Pasar Induk Lau Cih.

15
Universitas Sumatera Utara