Pola Adaptasi dan Strategi Pengembangan Usaha Pedagang Pasar Pagi Pasca Relokasi Dari Pasar Sentral ke Pasar Induk, Lau Cih, Kecamatan Medan Tuntungan

(1)

LAMPIRAN

Foto-foto Dokumentasi


(2)

Gambar 2 : Pekerja jasa becak sedang mengikat barang penumpang


(3)

Gambar 4 : Sayur-sayuran yang dijajakan di Pasar Induk, Lau Cih


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Sumber buku:

Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif. Jakarta. Kencana Prenada Media Grup.

Damsar. 1997. Sosiologi Ekonomi. Jakarta:Rajawali Pers.

Damsar. 2002. Sosiologi Ekonomi- Ed. Revisi. Jakarta: PT RajaGrafindo persada.

Damsar. 2009. Pengantar Sosiologi Ekonomi. jakarta: Kencana.

Field, John. 2010. Modal Sosial. Medan: Bina Media Perintis.

Lawang, Robert M. Z. 1986. Teori Sosiologi Klasik Dan Modern. Jakarta: PT.Gramedia.

Narwoko,Dwi. Suyanto Bagong.2004. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta. Prenada Media

Marshall, Edward. 1996. Transformasi Etos Kerja. Jakarta: PT. Halirang

Poloma,Margaret M. 2003. Sosiologi Kontemporer. Jakarta:Rajawali Grafindo Persada

Ritzer, George-J. Goodman, Douglas. 2004. Teori Sosiologi Modern. Jakarta:Prenadamedia.

Ritzer, George. 2014. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.


(5)

Setiadi, Elly M dan Usman Kolip. 2011. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.

Soekanto, Soerjono. 2003. Sosiologi : Suatu Pengantar. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Sunarto, Kamanto. 2003. Pengantar Sosiologi. Jakarta:Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Press.

Suwarsono dan Alvin Y.SO. 2013. Perubahan Sosial dan Pembangunan. Jakarta: LP3ES.

Suyanto, bagong. 2005. Metode penelitian sosial. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Taneko, Soleman B. 1986. Konsepsi Sistem Sosial dan Sistem Sosial Indonesia. Jakarta: CV. Fajar Agung.

Wirartha, Made. 2006. Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi. Yogyakarta: Andi. Wirawan, I. B. 2012. Teori-teori Sosial Dalam Tiga Paradigma: Fakta Sosial,

Defenisi Sosial, & Perilaku Sosial. Jakarta: Kencana.

Sumber lain (skripsi)

Butar-butar, Rahmayani. 2010. Strategi Sosial Pajak USU Terhadap Motivasi Kunjungan Para Pelajar Di Medan. Medan: Sosiologi FISIP USU.

Mutia, Fatma. 2011. Relokasi Pasar Tradisional. Medan: Sosiologi FISIP USU. Palego, Aryo Afief. 2016. Dampak Relokasi Pasar Terhadap Pendapatan

Pedagang Pasar Sentral Sebelum dan Sesudah Relokasi Ke Pasar Induk di Kota Medan. Medan: Ekonomi Pembangunan FEB USU.


(6)

Rakhmadani, Arlisa. 2008. Strategi Pedagang Waralaba Dalam Meraih Pelanggan. Medan: Sosiologi FISIP USU.

Sianturi, Wily Daparis Nugraha. 2009. Pola Adaptasi Sosial Ekonomi Supir Dalam Kehidupan Masyarakat Kota. Medan: Sosiologi FISIP USU.

Sinaga, Ovtika Ninda. 2012. Etos Kerja Pedagang Tradisional Ditengah Maraknya Pasar Modern. Medan: Sosiologi FISIP USU.

Sumber lain (internet dan Jurnal Online) :

pada tanggal 12 Mei 2016, pada pukul 19.42 WIB).

2016, pada pukul 18.35 WIB)

Kurniawan, Teguh. Isu dan Masalah Upaya Upaya Menggali Potensi Pajak/Retribusi Daerah dari Sektor Informal. (diakses tanggal 13 Mei 2016, pada pukul 20.10 WIB)

Puspitasari, Nindiyah. Pasar Modern dan Pasar Tradisional. Waspada.co.id, (diakses pada tanggal 12 Mei 2016, pukul 18.17 WIB).


(7)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah pendekatan yang dilakukan untuk mengumpulkan data bukan berupa angka-angka , melainkan berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, dokumentasi pribadi, memo, dan dokumen resmi laainnya. “Penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif bertujuan untuk menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, situasi, fenomena realitas sosial yang ada di masyarakat yang menjadi objek penelitian, dan berupaya menarik realitas itu kepermukaan sebagai suatu cirri, karakter, sifat, model, tanda, atau gambaran, tentang kondisi, situasi, ataupun fenomena tertentu” (Bungin, 2007: 68)

Dengan menggunakan pendekatan ini, maka peneliti akan memperoleh data atau informasi mengenai pola adaptasi dan strategi pengembangan usaha pedagang pasar pagi pasca relokasi dari Pajak Sentral ke Pasar Induk, Lau Cih.

3.2 Lokasi Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti memilih lokasi penelitian di pasar pagi Pasar Induk, Lau Cih, yang berada di Jalan Bunga Turi, Kelurahan Lau Cih, Kecamatan Medan Tuntungan.


(8)

3.2 Unit Analisis dan Informan 3.3.1 Unit Analisis

Unit analisis adalah hal-hal yang diperhitungkan menjadi subjek penelitian keseluruhan unsur yang menjadi fokus penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi unit analisis atau objek kajian penelitian adalah para pedagang pasar pagi Pasar Induk, Lau Cih, Kecamatan Medan Tuntungan yang merupakan sayur mayur yang berasal dari Pasar Sentral. Peneliti memilih pedagang sayur mayur sebagai subjek penelitian dalam penelitian ini karena pedagang sayur mayur merupakan mayoritas pedagang yang berasal dari Pasar Sentral sebelumnya.

3.3.2 Informan

Dalam penelitian kualitatif, informan penelitian berkaitan dengan bagaimana langkah yang ditempuh peneliti agar data dan informasi dapat diperoleh. Informan adalah orang-orang yang menjadi sumber informasi aktual dalam penelitian yang menjelaskan tentang masalah penelitian. “Dalam menentukan informan, maka peneliti harus menetapkan sampel terlebih dahulu. Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti dan dianggap dapat menggambarkan populasinya” (Wirartha, 2006: 231). “Untuk menetapkan informan, peneliti menggunakan teknik purposive sampling atau sampel yang dipilih secara sengaja. Jumlah sampel bisa sedikit ataupun banyak, tergantung dari tepat atau tidaknya pemilihan informan dan kompleksitas serta keragaman yang diteliti” (Bungin, 2007: 53). Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah:


(9)

56. Informan Kunci :

57. 10 orang pedagang buah-buahan dan sayur mayur Pasar Induk yang berasal dari Pasar Sentral.

58. Informan Biasa :

59. 1 orang pembeli di Pasar Induk, Lau Cih. 60. 1 orang pekerja jasa becak.

61. 1 orang Kepala PD Pasar Induk, Lau Cih. 62. 1 orang juru parker

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam proses pengumpulan data dan informasi, peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data agar data yang didapat sesuai dengan fokus penelitian dan pengolahan data yang akan dilakukan. Berikut teknik pengumpulan data tersebut:

3.4.1 Teknik Pengumpulan Data Primer

Data primer adalah data yang didapat peneliti langsung di lapangan. Untuk mendapatkan data langsung ini dengan cara penelitian lapangan, yaitu:

64. Observasi, adalah studi yang disengaja dan sistematis tentang fenomena sosial dan gejala alam dengan pengamatan dan pencatatan. Tujuan observasi adalah memahami ciri-ciri dan luasnya signifikansi dari interaksi elemen tingkah laku manusia pada fenomena sosial yang serba kompleks dalam pola-pola tertentu” (Wirartha, 2006: 248). Dalam observasi, peneliti dapat terlibat langsung maupun tidak langsung dalam


(10)

kehidupan informan. Dalam hal ini peneliti ingin mengobservasi dan melihat langsung dalam melaksanakan kegiatan pasar antar pedagang Pasar Induk, pekerja jasa becak, pembeli, dan pengelola Pasar Induk. Peneliti telah melihat dan mengobservasi bagaimana pola adaptasi dan strategi pengembangan usaha pedagang pasar pagi pasca relokasi dari Pajak Sentral ke Pasar Induk, Lau Cih, Kecamatan Medan Tuntungan, yaitu melalui adanya jaringan sosial dan kepercayaan yang terjalin diantara pedagang, pekerja jasa becak, pembeli, dan pengelola pasar. 65. Wawancara Mendalam, adalah proses memperoleh keterangan

untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil tatap muka langsung antara pewawancara dengan informan, dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara. Maka orang-orang yang menjadi informan yang meliputi pedagang yang berasal dari pasar pagi sebelumnya, yaitu Pajak Sentral, pekerja jasa becak Pasar Induk, konsumen atau pembeli, serta pengelola pasar dalam penelitian ini akan diwawancarai oleh peneliti untuk mendapat jawaban langsung mengenai permasalahan penelitian tentang pola adaptasi dan strategi pengembangan usaha pedagang pasar pagi pasca relokasi dari Pajak Sentral ke Pasar Induk, Lau Cih, Kecamatan Medan Tuntungan

3.4.2 Teknik Pengumpulan Data Sekunder

Teknik pengumpulan data sekunder diperoleh secara tidak langsung dari objek penelitian, melalui sumber atau instansi lain yang berkaitan dengan penelitian. Pengumpulan data sekunder adalah pengumpulan data yang dilakukan melalui studi kepustakaan yang


(11)

diperlukan untuk mendukung data yang diperoleh dari buku-buku ilmiah, laporan penelitian, tulisan ilmiah yang berkaitan dengan topik penelitian yang dianggap relevan.

3.5 Interpretasi Data

Interpretasi data adalah tahap pengolahan data baik data primer dan data sekunder yang telah didapatkan dari lapangan. Data-data yang diperoleh dari lapangan akan diatur, diurutkan, dikelompokkan dalam kategori, pola atau uraian tertentu. Analisis data merupakan proses menganalisis fenomena sosial dan memperoleh gambaran yang tuntas terhadap fenomena yang diteliti dan menganalisis yang ada di balik suatu fenomena sosial. Data yang diperoleh akan diinterpretasikan berdasarkan dukungan teori dalam kajian pustaka, peneliti kemudian menyederhanakan data agar lebih mudah dipahami, kemudian data tersebut akan disusun lagi sedemikian rupa dan diinterpretasikan secara kualitatif. Hal ini dilakukan agar peneliti lebih jelas memperoleh hasil yang mendalam sesuai teori yang relevan. Peneliti menyusun sebagai laporan akhir penelitian, proses ini dilakukan sejak proposal penelitian dibuat hingga akhir penelitian dilakukan, dan pada akhirnya akan menjadi laporan penelitian yang memiliki ciri kualitatif.

3.6 Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini mencakup kemampuan dan pengalaman yang dimiliki peneliti. Selain itu terkait dengan kelemahan instrumen wawancara yang mendalam. Kendala lain adalah keterbatasan waktu saat wawancara dengan


(12)

informan, hal ini disebabkan karena kegiatan informan yang sibuk.Selain keterbatasan yang berasal dari dalam diri peneliti, peneliti juga menemukan keterbatasan yang berasal dari luar diri peneliti seperti keterbatasan waktu dan dana. Peneliti harus membagi waktu dengan aktifitas-aktifitas lain peneliti diluar skripsi seperti mata kuliah maupun organisasi membuat alokasi waktu peneliti untuk pengerjaan skripsi menjadi terbatas.

Keterbatasan waktu juga mencakup desakan dari orang tua yang ingin peneliti agar segera menyelesaikan studi. Keterbatasan waktu juga menyebabkan kurang banyaknya peneliti berhubungan dengan objek penelitian karena lokasi penelitian yang jauh dari kota medan. Hal tersebut menyebabkan masih kurang mendalamnya data yang diperoleh peneliti untuk diinterpretasikan. Selain keterbatasan waktu, keterbatasan dana merupakan aspek penting yang sangat mengganggu pikiran peneliti dalam pengerjaan skripsi ini.

Disamping keterbatasan waktu dan dana keterbatasan lain yang berasal dari luar diri peneliti adalah minimnya data skunder khususnya yang berkaitan dengan data deskripsi lokasi penelitian. Dalam mensiasati hal tersebut, peneliti lebih banyak melakukan metode observasi maupun wawancara untuk menjelaskan kehidupan pedagang.


(13)

3.7 `Jadwal Kegiatan

NO Kegiatan

Bulan Ke-

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 Pra Observasi 

2 ACC Judul Penelitian 

3 Penyusunan Proposal 

4 Bimbingan Proposal 

5 Seminar Proposal 

6 Revisi Proposal 

7

Pengumpulan dan Analisis Data

 

8 Bimbingan Skripsi  

9 Penulisan Laporan  


(14)

BAB IV

DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

4.1.1 Keadaan Geografis Kelurahan Lau Cih

Kota Medan adalah ibu kota Provinsi Sumatera Utara. Kota Medan merupakan kota terbesar ketiga setelah Jakarta dan Surabaya dengan luas sekitar 265,1 Km2 merupakan salah satu kota metropolotan di Indonesia. Kota Medan pernah meraih tiga kali piala Adipura berturut-turut sejak2012 sebagai kota yang berhasil menjaga kebersihan dan pengelolaan lingkungan hidup di Indonesia. Kota Medan memiliki 21 kecamatan dengan 151 kelurahan yang dihuni oleh berbagai macam etnis dan agama. Salah satu kecamatan yang ada di Kota Medan adalah Kecamatan Meda Tuntungan yang memiliki 9 kelurahan, yaitu :

1.2 Kelurahan Namo Gajah 2.2 Kelurahan Simpang Selayang 3.2 Kelurahan Pokok Mangga 4.2 Kelurahan Sido Mulyo 5.2 Kelurahan Lau Cih

6.2 Kelurahan Tanjung Selamat 7.2 Kelurahan Baru Ladang Bambu 8.2 Kelurahan Kemenangan Tani 9.2 Kelurahan Simalingkar B


(15)

Gambar 4.1 Peta Kelurahan Lau Cih Kecamatan Medan Tuntungan

Sumber : Data Kelurahan Lau Cih

Peta diatas menggambarkan kondisi geografis Kelurahan Lau Cih, dimana Kelurahan Lau Cih terdiri atas tiga bagian lingkungan. Kelurahan Lau Cih secara geografis terletak dibagian selatan Kota Medan yaitu terletak di Kecamatan Tuntungan dengan luas wilayah ± 105 Ha yang terdiri dari 3 lingkungan, dengan batas-batas wilayah seluruhnya sebagai berikut :

69. Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Kemenangan Tani 70. Sebelah timur berbatasan dengan Deli Serdang

71. Sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Sido Mulyo 72. Sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Namo Gajah


(16)

Tabel 4.1 Wilayah Kelurahan Lau Cih berdasarkan kawasan geografis

No. Jenis Kawasan Luas wilayah (Ha)

1 Kawasan Pemukiman 75

2 Kawasan Pemakaman 1

3 Kawasan Persawahan 20

4 Kawasan Peternakan 0,2

5 Kawasan Industri Kecil/ Rumah Tangga 0,8

6 Kawasan Industri Pabrik 1

7 Kawasan Perkantoran 1,5

8 Kawasan Pendidikan 4

9 Kawasan Pasar Induk 12


(17)

4.1.2 Keadaan Penduduk Kelurahan Lau Cih

Penduduk merupakan suatu dasar pertimbangan dalam perencanaan pembangunn, maka data tentang penduduk hrus disajikan secara tepat, sehingga perencanaan yang disusun dapat memberikan manfaat yang berarti.

Jumlah penduduk Kelurahan Lau Cih mengalami peningkatan sebanyak 8,08 % pada tahun 2011. Pada tahun 2010 jumlah penduduk Kelurahan Lau Cih Kecamatan Medan Tuntungan sebanyak 1897 jiwa yang terdiri dari 517 KK. Menurut Sensus Penduduk 2010 yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik Kota Medan , jumlah penduduk Kelurahan Lau Cih adalah sebanyak 2.126 jiwa, yang terdiri dari 586 kepala keluarga.

Tabel 4.2 Jumlah penduduk Kelurahan Lau Cih menurut jenis kelamin dan rumah tangga tahun 2014 dan tahun 2015

No. Lingkungan

Tahun 2014 Tahun 2015

Jenis Kelamin Rumah Tangga

Jenis Kelamin Rumah tangga

LK PR LK PR

1 Lingkungan I 346 354 197 410 370 227

2 Lingkungan II 321 303 147 365 349 167

3 Lingkungan III 281 292 183 322 310 192

Jumlah 948 949 517 1097 1029 586

Keterangn : Jumlah penduduk mengalami peningkatan sebesar 8,08 % dri tahun 2014 sampai tahun 2015.


(18)

Tabel 4.3 Jumlah penduduk Kelurahan Lau Cih menurut usia tahun 2014 dan tahun 2015

No Usia Tahun 2015

1 0-1 Tahun 34

2 >1 Tahun - <5 Tahun 396

3 >5 Tahun - <7 Tahun 384

4 >7 Tahun - <15 Tahun 552

5 >15 Tahun - <56 Tahun 492

6 >56 Tahun 268

Jumlah 2126


(19)

Tabel 4.4 Jumlah penduduk Kelurahan Lau Cih menurut agama tahun 2014 dan tahun 2015

No Agama

Jumlah Penduduk Tahun 2014

Jumlah Penduduk Tahun 2015

L P L P

1 Islam 413 410 453 430

2 Kristen Protestan 291 251 295 358

3 Kristen Katholik 295 237 323 267

Jumlah 999 898 1071 1055


(20)

Tabel 4.5 Komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan di Kelurahan Lau Cih tahun 2014 sampai 2015

No. Tingkat Pendidikan

Tahun 2014 Tahun 2015

Jumlah (orang) Persentase (%) Jumlah (orang) Persentase (%) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Lulusan SD/sederajat Lulusan SLTP/sederajat Lulusan SLTA/sederajat Lulusan Akademi (D1-D3)

Lulusan Sarjana (S1-S3)

308 498 732 74 205 20 69 11,9 21,6 53,1 2,4 8 2 1 332 583 790 87 230 27 77 12,3 22,3 53,7 3 7,2 0,4 1,1

Jumlah 1906 100 2126 100

Sumber : Monografi Kelurahan Lau Cih 2015

Wilayah Kelurahan Lau Cih merupakan wilayah pendidikan karena di wilayah Kelurahan Lau Cih terdapat beberapa sekolah maupun universitas yang berdiri. Adapun pendidikan formal dan non formal di wilayah Kelurahan Lau Cih dapat dilihat pada tabel berikut :


(21)

Tabel 4.6 Data tempat pendidikan di Kelurahan Lau Cih, Kecamatan Medan Tuntungan

No. Nama Sekolah Alamat

Jumlah Siswa

1 PAUD ABDI PRAJA Jl. Bunga Malem VII 12

2 SD Negeri 060247 Jl. Bunga Malem VII 200

3 SMP Negeri 31 Medan Jl. Bunga Malem V 450

4 SMA Negeri 17 Medan Jl. Bunga Malem III 840

5

Sekolah Tinggi Theologia Indonesia

Jl. Bunga Malem VI 800

6 Poltekes Medan Jl. Djamin Ginting km 13 1000


(22)

4.1.3 Gambaran Pasar Induk, Lau Cih, Medan Tuntungan

Jauh sebelum adanya Pasar Induk, Lau Cih, sudah ada pasar tradisioanal yang menjadi kebanggaan warga kota Medan, yaitu Pasar Sentral. Pasar Sentral menyediakan hampir semua kebutuhan dengan harga yang relatif murah. Semakin jayanya Pasar Sentral, jumlah penjual di pasar ini juga semakin bertambah. Hal tersebut memicu datangnya pedagang-pedagang yang berasal dari luar Kota Medan. Seperti Berastagi, Kabanjahe, Pakam, Binjai, bahkan pedagang dari daerah Aceh. Semakin padatnya jumlah pedagang kaki lima (PKL) dan barang dagangannya yang diletakkan di jalan raya dengan meja seadanya dan terpal sebagai alas dagangannya kerap hingga ke jalan raya. Pedagang terlihat memaksakan kepentingan pribadi dan mengabaikan kepentingan masyarakat Medan secara luas yang terganggu dengan keberadaan Pasar Sentral yang tidak teratur dan mengganggu pengguna jalan raya disekitaran jalan Sutomo dan sekitarnya.

Apabila jam berjualan selesai, sisa-sisa jualan pedagang dibiarkan berserakan disepanjang jalan dan parit (drainase). Hal ini memicu bau yang tidak sedap dan jika hujan turun terjadi genangan air dan banjir, setelah hujan reda jalanan menjadi becek. Hal tersebut tidak menyurutkan niat penjual dan pembeli untuk melakukan proses jual beli, dikarenakan pedagng yang mencari nafkah di tempat itu dan pembeli dapat membeli barang kebutuhan dengan harga yang murah. Namun, dengan kondisi pasar yang demikian merusak pemandangan dan kebersihan Kota Medan sebagai kota metropolitan ke tiga di Indonesia.

Berawal dari kondisi Pasar Sentral yang kotor, padat, dan menyebabkan kemacetan di lingkungan sekitarnya, Pemerintah Kota (Pemko) Medan ingin


(23)

menghadirkan pasar modern terlengkap di Kota medan yang bersih, nyaman, dan aman bagi penjual dan pembeli serta tidak menyebabkan kemacetan lalu lintas. Selain alasan tersebut, kondisi Kota Medan yang cukup padat dan ditambah lagi dengan Pasar Sentral yang sempit untuk ukuran sebuah pasar yang menyediakn hampir segala kebutuhan menimbulkan masalah perkotaan. Keadaan pasar yang cukup padat dan tidak teratur merusak tata ruang Kota Medan, mengingat Kota Medan pernah mendapatkan prestasi sebagai kota Adipura. Maka dari itu pemerintah mengeluarkan suatu kebijakan untuk membangun pasar yang layak.

Itulah salah satu alasan dibangunnya Pasar Induk di Kelurahan Lau Cih, Kecamatan Medan Tuntungan. Pasar yang dibangun diatas lahan seluas 127.236 M2 diharapkan dapat menjadi tempat berdagang yang aman, nyaman dan representatif di Kota Medan. Alasan pemilihan lokasi Pasar Induk di Jl Bunga Turi, Kelurahan Lau Cih, Kecamatan Medan Tuntungan karena lokasi ini merupakan daerah pinggiran Kota Medan yang masih belum terlalu padat jumlah penduduknya, dan masih terdapat lokasi lahan kosong yang cukup luas. Sehingga aktivitas perekonomian tidak mengganggu aktivitas perkotaan di pusat kota.

Pasar Induk, Lau Cih, Kecamatan Medan Tuntungan mulai dibangun mulai tahun 2009, mulai beroperasi sebagai pusat pasar tradisional pada tanggal 28 Maret 2015, dan diresmikan oleh Wali Kota Medan, Drs H T Dzulmi Eldin S, Msi pada tanggal 19 Juni 2016.

Pasar Induk, Lau Cih dikelola oleh Perusahaan Daerah (PD) Pasar Induk yang berada di lingkungan Pasar Induk. PD Pasar Induk berperan sebagai pengawas yang mengontrol kegiatan pasar, menyediakan fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan pedagang saat proses perdagangan berlangsung, seperti penyediaan


(24)

listrik, sarana dan prasarana pasar,pelaksanaan penertiban jika terjadi keributan di pasar, pengutipan retribusi pasar, dan tempat untuk registrasi pedagang baru. PD Pasar buka dua kali dalam sehari, pada pagi hari mulai pukul 09.00 WIB sampai pukul 16.00 WIB, dan padsa malam hari mulai pukul 08.00 WIB sampai pukul 00.00 WIB.

Untuk petugas yang bertugas di lapangan (dalam lokasi perdagangan), terdapat tiga pembagian kordinator, yaitu :

73. Kordinator juru parkir, bertugas mengatur letak kendaraan yang masuk ke Pasar Induk, memisahkan kendaraan pedagang, kendaraan barang, dan kendaraan pembeli. Juru parkir mengutip retribusi parkir sebesar Rp 2.000,- untuk kendaraan roda dua, Rp 3.000,- untuk kendaraan roda empat, dan Rp 5.000,- untuk kendaraan yang membawa barang.

74. Kordinator bongkar muat, bertugas dalam proses bongkar muat barang yang masuk ke Pasar Induk. Setiap mobil yang membawa barang masuk ke pasar menjadi tanggung jawab kordinator bongkar muat untuk membongkar dan memuatkan barang, dengan biaya retribusi sebesar Rp 30.000,- sampai Rp 50.000,- tergantung banyak muatan barang dalam mobil.

75. Kordinator jaga malam, bertugas menjaga keamanan pada saat berlangsungnya kegiatan perdagangan pada malam sampai dini hari, juga bertugas menjaga keamanan barang dagangan pedagang yang di tinggalkan di lapak-lapak pedagang, dengan biaya jaga malam sebesar Rp 3000,- Adapun yang menjadi petugas atau pekerja pada ketiga kordinator lapangan tersebut adalah orang-orang dari OKP (organisasi Masyarakat) dan PS (Pemuda Setempat).


(25)

4.1.4 Unit Usaha Pasar Induk, Lau Cih

Pasar Induk yang beralamat di Jalan Bunga Turi Kelurahan Lau Cih Kecamatan Medan Tuntungan dibangun diatas lahan seluas 127.236 M2 yang diresmikan pada tahun 2015. Pasar ini direncanakan memiliki 720 unit grosir dan 432 unit subgrosir sayur, dan 56 unit wisata buah yang menghabiskan dana sekitar 59 milyar rupiah dalam masa pembangunan. Selain itu, Pasar Induk juga dilengkapi dengan bangunan untuk perkantoran bagi pengusaha ekspor, kantin, tempat berjual buah, masjid, tempat beristirahat supir, dan dilengkapi dengan saranan perbengkelan. Faslitas air bersih juga disediakan di pasar tersebutyang mampu menghasilkan 10 liter per detik, ditambah dengan mesin listrik dengan daya 125 kwh.

Pasar Induk memiliki 2 pintu masuk, dimana pintu masuk ini dibagi berdasarkan jenis kendaraan. Pintu yang pertama khusus bagi jalur masuk kendaraan mobil, dan pintu yang kedua khusus bagi jalur masuk kendaraan motor dan becak, sedangkan pintu keluarnya hanya ada satu.

Mengenai lokasi berdagang di pasar ini, bagian paling depan atau bagian selatan adalah bagian wisata buah . Wisata buah ini berada didekat pintu masuk Pasar Induk, disebelah barat kita menemukan pedagang eceran, di bagian tengah adalah bagian grosir, dan pada bagian utara adalah sektor atau bagian pedagang ditributor dan subgrosir yang berada bersebelahan.


(26)

4.1.5 Pedagang Dalam Pasar Induk, Lau Cih

Pasar Induk, Lau Cih ini memiliki empat bagian katagori lokasi dan jenis pedagang berdasarkan jalur distribusi yang dilakukan, yaitu :

76. Distibutor, pegadang distributor adalah pedagang yang mengambil barang langsung dari sumbernya dengan jumlah yng besar, lalu menjualnya dengan jumlah yang besar pula. Biasanya satuan ukuran yang dijual dalam bentuk satuan karung, keranjang, bal, maupun kotak. Biasanya dalam satuan karung, keranjang, bal, kotak ini memiliki ukuran timbangan berat pulungan kilogram. Misalnya untuk sayur kol, satuan berat per karung mencapai 45 kg, ubi mencapai 65 kg per karung, dan wortel dijual per bal mencapai 20 kg. Proses jula beli yang dilakukan adalah dengan jumlah yang besar, biasanya orang membeli kepenjual distributor adalah para pedagang yang berjulan di pasar tradisional diberbagai daerah Sumatera Utara, untuk dijual lagi dalam satuan eceran.

77. Grosir, pedagang grosir adalah pedagang yang menjual barang dalam jumlah satuan yang cukup besar atau dapat disebut menengah, karena satuan berat yang diperjualbelikan di grosir ini tidak sebesar di lokasi distibutor. Barang yang diperoleh oleh pedagang grosir ini cukup beragam, ada yang memperoleh barang dagangan dengan membeli kepada pedagang distributor, ada pula yang memang memperoleh barang dengan membeli langsung ke sumber barang tersebut. Besaran berat barang yang dijual dilokasi ini cukup beragam, ada yang menjual dalam satuan karung maupun bal, adapula yang menjual dalam satuan keranjang


(27)

Mengenai besaran berat barang yang dijual dilokasi ini hampir sama dengan distributor, hanya saja yang menjadi pembeda antara distributor dengan grosir adalah luas lokasi berjualannya, dimana lokasi distributor lebih luas dibanding lokasi grosir. Orang yang membeli barang atau sayuran dilokasi ini juga adalah para pedagang yang akan menjualnya kembali dalam satuan yang lebih kecil.

78. Subgrosir, saat ini lokasi subgrosir belum dipergunakan, namun rencana yang akan dilaksakan adalah mengubah fungsi subgrosir yang berbeda dengan rencan semula, dimana awal dibangunnya lokasi subgrosir ini dipergunakan sebagai lokasi berjualan barang-barang kebutuhan sembako, namun pedagang memberi usul agar lokasi subgrosir ini diubah menjadi lokasi distributor juga. Mereka mengusulkan agar lokasi subgrosir ini dirombak lagi, yaitu dengan merobohkan tembok yang menjadi pembatas kios , agar lokasinya menjadi semakin luas, karena lokasi berdagang yang dibutuhkan para pedagang distributor relatif cukup luas, karena jumlah barang dagangan mereka yang besar.

79. Eceran, pedagang eceran adalah pedagang yang menjual barang dengan jumlah terkecil dibandingkan dengan pedagang yang lainnya. Biasanya pedagang eceran ini memperoleh barang dagangannya dari para pedagang distributor maupun pedagang grosir. Jumlah satuannya yang diperjual belikan lokasi ini memang yang terkecil di Pasar Induk, namun satuan kecil minimal yang diterima adalah 1 kg. Misalnya untuk pembelian cabai dan bawang, satuan berat yang boleh dibeli disini minimal 1 kg. Orang yang menjadi pembeli dilokasi eceran ini adalah para pedagang kecil,


(28)

seperti pedagang warung-warung kecil, maupun orang yang memiliki usaha rumah makan atau chatering.

Pembagian kategori lokasi pergadangan ini didasari berdasarkan jumlah dan jalur distribusi yang dilakukan, namun setelah melakukan penelitian, hal lain yang menjadi tolak ukur dari kategori pedagang ini adalah luas lokasi berdagang, dimana luas lokasi distributor yang lebih luas dibandingkan lokasi grosir.

Mengenai barang dagangan yang diperjulbelikan disetiap lokasi perdagangan ini sebenarnya ada yang berbeda, dimana ada barang-barang yang hanya dapat ditemui dilokasi grosir, dan tidak ada di distributor. Misalnya bawang merah dan bawang putih hanya dapat ditemukan di lokasi grosir dan eceran. Sedangkan dilokasi distributor tidak ada yang menjual bawang merah dan bawang putih.

Barang atau sayur yang mendominasi yang diperjualbelikan dilokasi distributor adalah sayuran capcai, seperti sayur kol, wortel, sawi putih, bunga kol, daun seledri, daun bawang. Sedangkan sayuran yang mendominasi diperjualbelikan di grosir adalah sayuran yang berukuran kecil seperti bawang, cabai, buncis, tomat, kunyit, dan jahe. Lokasi eceran menyediakan brang atau sayuran yang paling beragam, ada semua jenis sayuran yang diperjualbelikan dilokasi eceran.

Pembagian pedagang berdasarkan latarbelakang etnis tidak ditemukan dipasar ini, namun pedagang yang berjualan dipasar ini didominasi oleh Suku Karo. Sumber sayuran dan buah diperoleh berasal dari berbagai daerah, misalnya seperti sayuran capcai berasal dari Tanah Karo, sementara jahe berasal dari daerah Pematang Raya, kunyit berasal dari daerah Jawa, belimbing, timun, terong,


(29)

jagung, dan jambu berasal dari daerah Deli Serdang, dan berbagai barang komoditi yang berasal dari berbagai daerah lainnya.

4.2 Profil Informan 4.2.1 Informan Kunci 1) Maya br Surbakti (Pr, 39 tahun)

Ibu Maya adalah seorang pedagang yang sudah melakoni pekerjaan sebagai seorang pedagang selama 13 tahun. Beliau mulai berjualan semenjak menikah dengan suaminya sejak 13 tahun yang lalu, dan kini telah memiliki 2 orang anak yang masih duduk di bangku SD. Ibu Maya awalnya pedagang dari Pasar sentral, namun karena terjadi relokasi pasar, Ibu Maya pun pindah ke Pasar Induk, Lau Cih, Medan Tuntungan. Ibu Maya merupakan seorang tamatan S1 Ekonomi, namun karena latarbelakang keluarganya adalah pedagang, maka saat menikah beliau diberi modal usaha dan berjualan adalah mata pencahariannya bersama suaminya.

Sebagai seorang pedagang pasar pagi, Ibu maya lebih banyak menghabiskan waktu di pasar. Beliau pergi ke Pasar Induk sekitar pukul 22.00 WIB dan pulang kerumah pada pukul 06.00, terkadang tergantung jumlah barang yang terjual, jika barang sudah habis, maka beliau pulang cepat, sebaliknya jika barang belum habis, Ibu Maya akan menunggu sampai barangnya habis. Sesampainya dirumah, Ibu Maya beristirahat sampai siang hari sekitar pukul 12.00 WIB. Dikarenakan Ibu Maya harus berangkat ke Berastagi dan sekitarnya untuk mengambil barang untuk dijual di Pasar Induk pada malam hari. Kegiatan seperti itu terus berlanjut setiap hari, sehingga Ibu Maya jarang terlihat di rumahnya. Ibu Maya memperoleh


(30)

barang dari agen yang telah menjadi langganannya di Berastagi. Adapun barang dagangan yang dijual Ibu Maya adalah sayur mayur seperti kol, sawi putih, sawi manis, wortel, daun saledri,daun bawang, dan ada juga beberapa jenis buah seperti alpukat dan jeruk.

Ibu maya adalah pedagang yang sudah memiliki langganan yang cukup banyak. Langganan Ibu Maya sebagian besar adalah langganan pada saat berjualan di Pasar Sentral. Namun tidak sedikit pula pembeli yang baru dan sudah menjadi pelanggannya di Pasar Induk, Lau Cih. Ibu Maya mempunyai seorang pegawai yang embantunya dalam melayani dan menyiapkan barang pesanan pelanggan. Sebagai seorang pedagang yang memiliki pelanggan yang cukup banyak, Ibu Maya juga menggunakan jasa becak untuk mengangkut barang pelanggan dari kios ke mobil atau rumah pelanggan. Hubungan antara Ibu Maya, jasa becak, dan pelanggan cukup baik. Mereka memiliki rasa percaya satu sama lain. Hal ini terbukti dari beberapa pelanggan yang memesan barang dengan menelpon Ibu Maya dan menyuruh pekerja jasa becak langganannya untuk mengambil barang pesanannya. Sedangkan untuk sistem pembayarannya dapat dilakukan esok hari saat pelanggan yang berbelanja langsung.

2) Helmi br Ginting (Pr, 45 tahun)

Ibu Helmi adalah seorang pedagang yang berasal dari Pasar Sentral dan sudah melakoni pekerjaan sebagai pedagang selama 25 tahun lamanya. Ibu Helmi sudah mulai berjualan sebelum menikah dengan suaminya. Beliau sudah berjualan diberbagai pasar, seperti Pasar Pringgan dan Pasar Brayan. Pernah terbesit dipikirannya untuk beralih ke pekerjaan yang lain, namun tidak ada pekerjaan


(31)

yang lain yang lebih menjanjikan menurutnya. Bagi beliau berdagang adalah lahannya untuk mencari uang, berdagang sudah mendarah daging baginya.

Duapuluh lima (25) tahun menjadi seorang pedagang membuat Ibu Helmi berpengalaman dalam mengenal watak pembeli. Menurut penuturan beliau banyak pelanggan yang kabur dan meninggalkan utang kepada pedagang. Hal demikian sudah sering dialami oleh Ibu Helmi. Semenjak Pasar Induk ada, Ibu Helmi mengambil barang di Pasar Induk melalui agen yang berasal dari Tanah Karo. Dulu saat masih berjualan di Pasar Sentral, Ibu Helmi langsung berbelanja ke Tanah Karo untuk mendapknkan barang dagangannya. Sekarang Ibu Helmi bisa membeli di Pasar Induk, dikarenakan banyak agen dari Tanah Karo yang mengantar barang ke Pasar Induk. Hal tersebut lebih menguntungkan bagi Ibu Helmi, karena dapat menghemat biaya transportasi saat menjemput barang ke Tanah Karo.

Barang dagangan Ibu helmi adalah wortel, selada, daun seledri, daun pre, dan sawi putih. Ibu Helmi menggunakan jasa transportasi becak dalam menghantar barang dagangannya kepada pelanggannya. Ibu Helmi juga memberikan sistem utang kepada pelanggan lama. Sistem utang yang diberlakukan beliau adalah ambil barang hari ini, bayar utang yang sebelumnya. Sistem utang yang demikian dikenal dengan istilah ”angkat satu, bayar satu”. Adapun teknik yang dilakukan Ibu Helmi agar pelanggan nya tidak beralih adalah dengan cara menjaga kualitas barang. Menurut penuturannya, pelanggan di Pasar Induk tidak sama dengan pelanggan di Pasar Sentral. Pelanggan di Pasar sentral lebih manjaa dibanding pelanggan di Pasar Sentral. Di Pasar Induk jika kualitas barang kurang baik, pelanggan tidak mau membeli, berbeda dengan pelanggan di


(32)

Pasar Sentral yang berasal dari berbagai kalangan. Bagaimana pun kualitas barang laku di Pasar Sentral.

Ibu Helmi mempunyai kebiasaan yang cukup menarik untuk menjaga pelanggannya. Beliau selalu memberi parsel atau THR kepada pelanggannya pada saat hari-hari perayaan keagamaan, seperti Lebaran dan Tahun Baru. Dengan memberi parsel, menurut Ibu Helmi dapat menjalin hubungan kekeluargaan dengan pelanggan. Pelanggan merasa dihargai dan dianggap seperti sanak saudara.

3) Agustina br Lumban Gaol (Pr, 31 tahun)

Ibu Agustina adalah pedagang dari Pasar Sentral yang sudah mulai berdagang selama 9 tahun. Sebelum bekerja sebagai pedagang, Ibu Agustina adalah seorang pegawai di sebuah toko grosir. Setelah beberapa tahun bekerja sebagai pegawai, Ibu Agustina sudah memiliki modal yang cukup dan memutuskan untuk berjualan dengan modal yang ia miliki. Menurut penuturan Ibu Agustina ada hal positif dan negatif yang ia dapat selama relokasi pasar ke Pasar Induk, Lau Cih. Bagi beliau pendapatan di Pasar Sentral jauh lebih besar dibanding di Pasar Induk. Hal tersebut dikarenakan sepinya pembeli di Pasar Induk dan pembeli yang sangat pemilih di Pasar Induk. Itu adalah hal nagatif yang dirasakan oleh Ibu Agustina berdagang di Pasar Induk. Namun ada juga hal positif yang beliau rasakan saat berjualan di Pasar Induk. Di Pasar Induk tempat berjualan aman dan tidak dipungut biaya yang besar. Di Pasar Induk pedagang tidak takut atau resah berjualan jika terjadi hujan, karena bangunan Pasar Induk yang dilengkapi dengan atap bangunan yang melindungi pedagang jika saat hujan.


(33)

Selain itu, di Pasar Induk tidak ada pungutan-pungutan liar oleh preman-preman setempat.

Ibu Agustina juga memberlakukan sistem utang dengan pelanggannya. Sistem utang tersebut berlaku untuk pelanggan yang sudah lama. Pembayaran barang yang diambil oleh pelanggan dapat dilunasi dalam tempo 3 hari sampai seminggu, seminggu adalah jangka waktu yang paling lama. Jika tidak memberlakukan sistem utang, pelanggan tidak akandatang lagi berbelanja pada hari berikutnya. Namun karena keterbatasan modal, beliau memberikan sistem utang, namun dalam jangka waktu yang tidak lama.

Dalam memperoleh barang dagangannya, Ibu Agustina membeli barang dari agen yang mengantar barang Ke Pasar Induk. Barang dagangan Ibu Agustina berasal dari daerah Berastagi. Adapun barang dagangan Ibu Agustina adalah sayur Brokoli, Kembang Kol, selada, arcis, daun seledri dan daun pre. Terkadang Ibu Agustina merasa bosan berdagang, karena sepinya pembeli di Pasar Induk. Menurut beliau sepinya pembeli di Pasar Induk karena belum lengkapnya barang yang dijajakan di Pasar Induk, seperti ikan, daging,dan sembako lainnya.

4) Nurleni br Karo (Pr, 31 tahun)

Ibu Nurleni adalah seorang pedagang yang belum begitu lama berjualan di Pasar daerah Medan. Beliau dulunya berdagang di Pasar daerah Jawa. Ibu Nurleni mengawali berdagang di Pasar Sentral saat pindah dari Jawa. Beliau sudah melakoni pekerjaan sebagai pedagang selama 4 tahun. Ibu Nurleni mendapat kios di Pasar Induk dengan cara mengontrak kios, dengan harga Rp. 2.000.000,- per bulannya. Ibu Nurleni memperoleh barang langsung dari petani. Beliau mendatangi petani langsung ke ladang dn melakukan transaksi. Jika petani setuju


(34)

dengan harga, maka hari itu juga Ibu Nurleni akan memanen hasil pertanian tersebut. Barang dagangan Ibu Nurleni berasal dari berbagai daerah, yaitu dari Kabupaten Karo, Kabupaten Simalungun, dan Kabupaten Dairi. Ibu Nurleni memiliki 2 orang pegawai dalam melayani pembeli di Pasar Induk.

Kedua pegawai tersebut juga membantu beliau dalam memperoleh barang dari petani. Kedua pegawai terebut juga ikut ke ladang untuk bernegoisasi dengan petani. Biasanya mereka berpencar untuk memperoleh barang. Misalnya Ibu Nurleni mengambil barng ke Kabupaten Simalungun, maka pegawainya berpencar ke Kabupaten Karo, dan Kabupaten Dairi. Dengan menjemput barang langsung ke petani di ladang, harga yang didapat Ibu Nurleni tergolong murah, walaupun harus mengeluarkan biaya angkut namun menurut Ibu Nurleni untung yang diperoleh masih cukup besar. Harga barang yang ia bayarkan kepada petani tidak semahal jika ia membeli kepada agen, karena agen sudah mengambil untung dari barang tersebut. Sedangkan jika langsung membeli ke petani di ladang, selisih harga dengan membeli dari agen dapat dijadikan keuntungan.

Teknik atau kiat yang dilakukan oleh Ibu Nurleni terhadap pelanggan lama adalah dengan memberikan potongan harga kepada pelanggan. Harga yang diberikn kepada pelanggan lama dan pelanggan baru tidaklah sama. Sehingga pelanggan akan selalu setia menjadi pelanggan. Selain memberlakukan potongan harga, Ibu Nurleni juga membei sistem utang kepada pelanggan. Adapun sistem utang yang diberlakukan oleh Ibu Nurleni adalah sistem “angkat satu,bayar satu”. Selain memberlakukan sistem utang, usaha atau cara lain yang dilakukan oleh Ibu Nurleni adalah memberikan parsel kepada pelanggan pada saat hari raya keagamaan.


(35)

Ibu Nurleni bertahan sebagi pedagang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya adalah karena dengan berdagang akan terjadi perputaran uang yang cepat. Uang yang ada dibelanjakan barang kepada petani pada siang hari, pada malam hari barang yang sudah dibeli dijual dan pada pagi hari uang dari barang dagangan yang malam hari sudah dipegang. Namun hal tersebut jika barang terjual habis dan pelanggan membayar lunas barang yang di ambil. Jika barang tidak habis dan pelanggan banyak yang utang, maka tidak kan terjadi perputaran uang. Menurut beliau pedagang yang sukses adalah pedagang yang berhasil menjual barang dagangannya dalam jumlah yang banyak serta memiliki kios yang lebih dari satu kios.

5) Tari br Sembiring (Pr, 45 tahun)

Ibu Tari sudah menjadi pedagang selama 25 tahun, ia sudah berdagang sebelum menikah. Ibu Tari sebelumnya adalah pedagang dari Pasar Sentral. Sejak pasar direlokasi Ibu Tari berjualan di Pasar Induk. Ibu Tari memperoleh kios nya saat ini melalui pembagian kartu yang dibagikan pemerintah kepada pedagang yang memiliki kios di Pasar Sentral. Adapun kios yang diperoleh Ibu Tari di Pasar Induk ini adalah kepemilikan kios hak pakai.

Menurut Ibu Tari, jika dibandingkan jauh lebih ramai berjulan di Pasar Sentral dibandingkan Pasar Induk. Jika di Pasar Sentral barng dagngan dapat habis terjual, di Pasar Induk barang bisa tidak habis terjual jika terlambat sampai di lokasi Pasar Induk. Jika sudah pukul 04.00 WIB, pembeli sudah tidak ramai lagi dan barang dagangan hrus dijual dengan harga murah agar laku dan menjadi uang. Karena jika tidak jual murah maka modal tidak akan kembali. Pelanggan di Pasar Induk termasuk pelanggan yang pemilih, jika barang tidak kualitas baik


(36)

pelanggan tidak mau membeli dan mencari barang kepada pedagang lain. Maka dari itu pedagang harus menyediakan barang dengn kualitas yang baik dengan harga yang murah.

Ibu Tari adalah pedagang yang memperoleh atau mengambil barang langsung ke petani di ladang. Adapun barang dagangan Ibu Tari berasal dari daerah Tanah Karo. Setiap hari Ibu Tari mengambil barang ke petani di daerah Berastagi, Tanah Karo. Setelah memanen hasil pertanian, barang tersebut dikemas dan segera dibawa ke Medan untuk dibawa ke Pasar Indk. Karena jika barang sampai terlambat, maka pelanggan akan keburu membeli barang di pedagang lain dan barang dagangan tidak terjual habis.

Barang harus sampai di Pasar Induk sekitar pukul 22.00 WIB sampai pukul 00.00 WIB, jika lewat dari waktu tersebut, pelanggan sudah mencari barang kepada pedagang lain. Maka dari itu, Ibu Tari selalu berusaha agar barangnya samapai di Pasar Induk sebelum pukul 00.00 WIB. Jika barang belum habis terjual, barang dapat disimpan digudang yang disediakan di Pasar Induk, namun walau dapat simpan di gudang pedagang biasanya menunggu sampai pagi untuk menghabiskan barang dagangannya agar besok dapat mengganti barang yang baru, sehingga kondisi barang selalu baru.

6) Sutrisna br Surbakti (Pr, 43 tahun)

Ibu Sutrisna adalah seorang pedagang yang berasal dari Pasar Sentral dan sudah melakoni pekerjaan sebagai pedagang selama 20 tahun lamanya. Ibu Sutrisna dari awal bekerja sudah menjadi pedagang, 20 tahun menjadi seorang pedagang membuat Ibu Sutrisna berpengalaman dalam menghadapi berbagai tipe pembeli. Dari pengalaman beliau banyak pelanggan nya yang tidak pernah terlihat


(37)

lagi dan meninggalkan utang. Bukan hanya barang yang tidak dibayar pelanggan, pinjaman uang oleh pelanggan kepada pedagang juga sering tidak kembali. Semenjak Pasar Induk dibuka, Ibu Sutrisna mengambil barang langsung kepada petani dari Tanah Karo.

Barang dagangan Ibu helmi adalah tomat. Ibu Sutrisna hanya menjual satu jenis barang, namun dalam jumlah yang banyak. Ibu Sutrisna menjual tomat dalam ukuran per keranjang, beliau tidak menjual barang dengan sistem eceran. Ibu Sutrisna menggunakan jasa transportasi becak dalam menghantar barang dagangannya kepada pelanggannya. Ibu Sutrisna memberikan sistem utang kepada pelanggan lama. Sistem utang yang diberlakukan beliau adalah ambil barang hari ini, bayar utang yang sebelumnya. Sistem utang yang demikian dikenal dengan istilah ”angkat satu, bayar satu”.

7) Bahtra Tarigan (Lk, 43 tahun)

Bapak Bahtra adalah pedagang yang berasal dari Pasar Sentral dan sudah berdagang selama 7 tahun. Beliau awalnya bekerja sebagai petani sebelum menjadi pedagang. Menurut beliau tidak ada perbedaan yang mendasar antara Pasar Sentral dan Pasar Induk. Hanya saja jumlah pembeli di Pasar Sentral lebih banyak dibanding Pasar Induk. Hal tersebut karena perbedan lokasi dimana lokasi Pasar Sentral yang berada di sekitar jalan besar, dimana orang yang sekedar melewati tempat tersebut dapat berbelanja. Sedangkan lokasi Pasar Induk yang masuk kedalam membuat hanya pembeli yang memang berniat berbelanja yang mendatangi Pasar Induk. Untuk penyesuain yang dilakukan pedagang tidak terlalu sulit, karena pedagang yang di Pasar Induk adalah teman-teman mereka dari Pasar Sentral, sehingga hubungan sudah terjalin sebelumnya.


(38)

Barang yang dijual oleh Pak Bahtra adalah sayur brokoli, kembang kol, selada, daun seledri, daun bawang, terong, wortel, lobak. Barang yang dijual oleh Pak Bahtra dikirim oleh agen langganannya dari daerah Berastagi. Agen mengirim barang Pak Bahtra dan langganan lainnya dengan menggunakan truk Colddisel. Sesampainya barang di Pasar Induk, pegawai agen membagikan barang sesuai pesanan.

Menurut Pak Bahtra untuk menjaga kepercayaan pelanggan, pedagang harus memperhatikan kualitas barang dagangan, menyediakan barang yang sesuai kebutuhan pembeli. Jika barang yang pelanggan butuhkan sedang kosong atau tidak ada, pedagang mengambil barang di tempat lain agar pelanggan tidak kecewa. Selain kualitas barang yang baik, harga juga menjadi hal yang penting untuk pelanggan. Dengan harga yang bersaing akan mempengaruhi pelanggan dalam berbelanja, untuk itu Pak Bahtra selalu berusaha untuk memberikan harga spesil kepada pelanggan lama.

8) Nande Rudi br Ginting (Pr, 53 tahun)

Informan yang satu ini adalah pedagang yang sudah berdagang selama 36 tahun lamanya. Semenjak masih usia remaja beliau sudah bekerja sebagai pedagang. Awalnya membantu orangtua berjualan sepulang sekolah membuat Ibu ini memutuskan untuk berdagang. Nande Rudi adalah pedagang yang berasal dari Pasar Sentral, beliau mendapat kartu dari pengelola pasar agar dapat memiliki kios di Pasar Induk sebagai hak pakai.

Barang dagangan Nande Rudi berasal dari Tanah Karo, beliau memesan barang kepada agen langganannya. Barang yang dipesan melalui telpon akan diantar langsung ke Pasar Induk sekitar pukul 22.00 WIB. Pembayaran dilkukn


(39)

pada saat pengangkatan barang dari truk ke kios pedagang. Hubungan antara Nande Rudi dengan agennya terjalin baik, hanya rasa percaya yang mereka andalkan, kedua pihak berusaha untuk menjaga kepercayaan satu sama lain. Barang dagangan Nd Rudi adalah buah timun, sayur brokoli, sawi manis, sawi pait, sawi putih, kembang kol, kol,dan apa saja yang dibawa agen dari Tanah Karo.

Nande Rudi menggunakan jasa transportasi becak untuk mengantar barangnya kepada pelanggannya. Di Pasar Induk semua pihak memiliki bagian masing-masing. Jasa transportasi becak bertugas mengangkut barang dari truk ke kios pedagang, mengangkat barang dari kios pedagang ke mobil pembeli. Mobil pedagang boleh saja langsung menghantar barang ke kios masing-masing, namun hal tersebut diatur waktunya. Mobil pedagang hanya bisa menghantar barang langsung ke kios pada pukul 21.00 WIB sampai sebelum pukul 00.00 WIB. Jika waktu yang ditentukan sudah lewat, maka alat transportasi yang dapat beroprasi di Pasar Induk adalah Becak.

9) Nande Andre br Ginting (Pr, 43 tahun)

Nande Andre adalah pedagang dari Pasar Sentral yang sudah mulai berdagang selama 12 tahun. Bagi beliau pendapatan di Pasar Sentral jauh lebih besar dibanding di Pasar Induk. Hal tersebut dikarenakan sepinya pembeli di Pasar Induk dan pembeli yang sangat pemilih di Pasar Induk. Jika barang yang di tawarkan dengn kualitas yng kurang, maka pelanggan tidak mau membeli dan mencari barang di tempat pedagang lain. Nande Andre juga memberlakukan sistem utang dengan pelanggannya. Sistem utang tersebut berlaku untuk pelanggan yang sudah lama. Pembayaran barang yang diambil oleh pelanggan


(40)

dapat dilunasi dalam beberapa hari, asal tidak lebih dari seminggu, namun kebanyakan pelanggan yang mengambil barang, dan melunasi utang yang sebelumnya, atau yang sering disebut sistem “ambil satu, bayar satu”. Jika tidak memberlakukan sistem utang, pelanggan tidak akan datang lagi berbelanja pada hari berikutnya. Namun karena keterbatasan modal, beliau memberikan sistem utang, namun dalam jangka waktu yang tidak lama.

Dalam memperoleh barang dagangannya, Nande Andre membeli barang dari agen yang mengantar barang Ke Pasar Induk. Barang dagangan Nande Andre berasal dari daerah Berastagi. Adapun barang dagangan Nande Andre adalah sayur Brokoli, Kembang Kol, selada, arcis, daun seledri dan daun bawang. Menurut beliau sepinya pembeli di Pasar Induk karena belum lengkapnya barang yang dijajakan di Pasar Induk, seperti ikan, daging,dan sembako lainnya. Jika ada pedagang yang menjual ikan, daging, dan bahan sembako lainnya maka Pasar Induk akan ramai dikunjungi pembeli.

10) Agustria br Ginting (Pr, 41 tahun)

Ibu Agustria adalah pedagang yang berasal dari Pasar Sentral dan sudah berdagang selama 12 tahun. Ibu Agustria sebelum menjadi pedagang awalnya bekerja sebagai pengusaha warung kopi. Menurut beliau tidak sulit untuk menyesuaikan diri berjualan di Pasar Induk, karena yang berjualan di Pasar Induk juga yang dulunya berdagng di Pasar Sentral, bagi beliau sma saja. Hanya saja jumlah pembeli di Pasar Sentral lebih banyak dibanding Pasar Induk. Hal tersebut karena perbedan lokasi dimana lokasi Pasar Sentral yang berada di sekitar jalan besar, sementara untuk menuju Pasar Induk harus menempuh jarak yang cukup jauh dari jalan protokol.


(41)

Barang yang dijual oleh Ibu Agustria adalah sayur brokoli, kembang kol, selada,dan cabai. Barang yang dijual oleh Ibu Agustria langsung di peroleh dari agen yang berjualan di daerah Berastagi. Ibu Agustria secara langsung memilih barang ke Berastagi untk mendapat brang yang sesuai dengan kebutuhan pelanggannya. Karena sebagian besar pelanggan Ibu Agustria memesan barang melalui telpon sehari sebelum mengambil barang. Misalnua pelanggan memesan barang pada siang atau sore hari, dan diambil pada malam harinya.

Menurut Ibu Agustria untuk menjaga kepercayaan pelanggan, pedagang harus memperhatikan kualitas barang dagangan, menyediakan barang yang sesuai kebutuhan pembeli. Jika barang yang pelanggan butuhkan sedang kosong atau tidak ada, pedagang mengambil barang di tempat lain agar pelanggan tidak kecewa. Selain kualitas barang yang baik, harga juga menjadi hal yang penting untuk pelanggan.

4.2.2 Informan Biasa 80. Saniah (Pr, 40 tahun)

Ibu Saniah adalah seorang pembeli yang awalnya berbelanja di Pasar Sentral, namun karena adanya relokasi pasar, ia harus beralih berbelanja ke Pasar Induk ini. Menurut Ibu Saniah dengan direlokasinya pasar membuat ia lebih dekat dalam berbelanja barang dagangannya. Ibu Saniah adalah pedagang di Pasar Melati. Lokasi Pasar Induk dekat dengan tempat tinggalnya, sehingga dia merasa senang dengan keberadaan Pasar Induk ini.

Dari penuturan Ibu Saniah yang mengatakan harga di Pasar Induk dengan harga saat di Pasar Sentral sama saja, tidak berbeda jauh. Karena jarak pasar saat


(42)

ini sudah dekat dengan lokasi tempat tinggalnya, dapat menghemat waktu berbelanja.

Di Pasar Induk ini, langganan Ibu Saniah tetap sama saat masih berbelanja di Pasar Sentral, jadi untuk urusan harga dan kualitas barang Ibu Saniah dan pedagang sudah tau sama tau. Tidak perlu khawatir lagi, rasa percaya yang sudah dibangun selama ini terus berlangsung diantara pedagang dan pembeli.

Ibu Saniah mengatakan jika beliau tidak sempat berbelanja langsung ke pasar, ia biasa berbelanja via telpon, ia menelpon pedagang langganannya dan memesan barang yng ia butuhkan, untuk urusan pembayaran dapat dilkukan di hari berikutnya saat ia berbelnja ke pasar. Begitu juga dengan jasa becak yang biasa ia gunakan, ia hanya menelpon pekerja becak langganannya dan menyuruh beliau untuk menjemput barang belanjaannya ketempat pedagang langganannya. Barang dagangan atau barang yang sering dibelanjakn oleh Ibu Saniah adalah bahan-bahan capcai, yaitu sawi manis, sawi putih, bunga kol, brokoli, wortel,dau seledri, daun bawang, dan tomat.

Ibu Saniah juga mengatakan bahwa jika pada hari-hari besar keagamaan, pedagang langgananya memberikan parsel sebagai hadiah. Persel tersebut dapat berupa sirup atau roti kaleng. Pemberin parsel adalah hal yang biasa diberi oleh pedagang untuk pelanggannya. Hal tersebut dapat memperert hubungan antar pedagang dan pembeli.

81. Jaka Sembiring (Lk, 42 tahun)

Bapak Jaka adalah seorang pekerja becak yang sudah bekerja di Pasar Induk sejak diresmikannya Pasar Induk sekitar 1 tahun 8 bulan yang lalu. Dengan keberadaan Pasar Induk Lau Cih sangat membantu pendapatan Pak Jaka. Dulunya


(43)

Beliau bekerja sebagai pekerja di sebuah toko grosir, setelah Pasar Induk dibuka, beliau keluar dari pekerjaannya dan mengubah sepeda motornya menjadi becak barang. Menurut beliau dengan adanya Pasar Induk ini menambah penghasilannya, karena dekat dengan lokasi rumahnya sehingga dapat dengan mudah menjadi pekerja jasa sorong di Pasar Induk. Selain menambah penghasilan sehari-hari, dengan adanya penumpang yang ada di Pasar Induk menambah kenalan Pak Jaka. Diluar jam operasi Pasar Induk, beliu juga sering mendapat penumpang via telepon untuk mengangkat barang dari langganan yang di Pasar Induk .

Menurut penuturan informan pedagang dan penumpang di Pasar Induk berhubungan dengan baik. Pedagang dan penumpang memberi kepercayaan penuh terhadap pekerja becak. Dan rasa kepercayaan yang diberi pedagang dan penumpang itu dijaga oleh Pak Jaka untuk tetap mendapatkan penumpang. Dengan menjaga rasa percaya satu sama lain maka rezeki akan dilancarkan oleh Tuhan, penuturan Pak Jaka kepada peneliti.

82. Eddy Suranta Sembiring

Bapak Eddy Suranta Sembiring adalah Kepala Pasar Induk, Lau Cih Kecamatan Medan Tuntungan. Beliau sudah menjabat selama satu tahun sebagai kepala Pasar Induk, Lau Cih ini. Beliau mengaku transaksi jual-beli di Pasar Induk semakin ramai saja. Selama menjabat sebagai kepala pasar di Pasar Induk ini, Bapak Eddy Sembiring belum pernah mendapati konflik yang berat yang terjadi. Hubungan antara pedagang dengan pedagang, pedagang dengan pembeli, pedagang dengan jasa becak, pembeli dengan jasa becak, dan dengan pihak pengelola pasar berlangsung baik.


(44)

Beliau yakin apabila para pedagang yang masih menggelar lapak di seputaran Jalan Sutomo dan sekitarnya bergabung di Pasar Induk ini, dipastikannya para pembeli akan semakin banyak lagi yang datang. Untuk itulah dia berharap para pedagang yang masih bertahan di Jalan Sutomo mau bergabung berdagang bersama-sama dengan pedagang lainnya di Pasar Induk.

Bapak Eddy Sembiring menjelaskan, kapasitas Pasar Induk saat ini lebih dari cukup untuk menampung seluruh pedagang yang masih berjualan di Jalan Sutomo dan sekitarnya. Karena masih 50 persen dari total kapasitas Pasar Induk yang terisi pedagang, yang terisi masih 50 persen sehingga dapat menampung para pedagang dari Jalan Sutomo.

Mengenai hal yang masih akan diperbaiki, yaitu menambah jumlah pedagang supaya berdagang di Pasar Induk. Cara yang telah dilakukan adalah Pemerintah telah menggalakkan Satpol PP dan Tim MUSPIDA untuk mengamankan dan membersihkan lokasi Jalan Sutomo sekitarnya. Selain itu, dalam bidang transportasi diupayakan tahun 2017 pembangunan terminal di depan lokasi Pasar Induk akan dilaksanakan. Pembangunan terminal ini nantinya, tentu akan menambah minat para pedagang maupun pembeli untuk melakukan aktivitasnya di Pasar Induk Kota Medan.

Pengelola Pasar Induk dibagi kedalam beberapa kordinator yang sudah ditetapkan untuk masing-masing petugas. Misalnya kordinator yang menangani pengutipan bongkar muat barang yang baru masuk ke dalam pasar, kordinator juru parkir, kordinator keamanan dan jaga malam. Mereka bekerja sesuai bagian masing-masing, jadi jika pedagang merasakan atau mengalami masalah dan ingin


(45)

melaporkan keluhan dapat melaporkan kepada kordinator bagian yang terkait. Sedangkan untuk pengelola yang di kantor PD Pasar Induk bertugas untuk pemeliharaan kebersihan dan fasilitas pasar, menyediakan penerangan (listrik), serta mengurus berkas dan registrasi calon pedagang baru yang ingin menyewa kios untuk berjulan di lokasi Pasar Induk, Lau Cih Medan Tuntungan.

86. Yanto (Lk, 23 Tahun)

Adalah seorang juru parkir yang bertugas di Pasar Induk, Lau Cih. Beliau sudah bekerja di Pasar Induk sejak tahun 2009 saat masih pekerjaan pembangunan Pasar Induk. Dulunya, informan tersebut bekerja sebagai tukang bangunan di Pasar Induk, namun setelah Pasar Induk mulai dioperasikan sebagai pusat pasar, beliau menjadi petugas juru parkis di Pasar Induk, Lau Cih.

4.2 Pola Adaptasi Sebagai Bentuk Penyesuaian Pedagang dalam Mengembangkan Usaha di Pasar Induk, Lau Cih

Pola adaptasi adalah tindakan-tindakan yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok tertentu pada saat memasuki atau mendiami suatu lokasi baru yang belum pernah didiami sebelumnya. Adaptasi yang dilakukan bertujuan agar dapat menyesuaikan diri dan bertahan di tempat yang baru. Adaptasi yang dilakukan dapat membantu seseorang atau kelompok tertentu agar diterima di lingkungan yang baru. Untuk itu keberhasilan suatu penyesuan pada lingkungan yang baru dapat dilihat dari upaya dan usaha yang dilakukannya untuk bisa tetap bertahan. Usaha-usaha yang dilakukan tersebut dapat dilakukan secara individu maupun kelompok, tergantung bagaimana teknik atau cara pihak tersebut melakukan penyesuaian.


(46)

Menurut Suparlan (Suparlan,1993 : 2) ada tiga syarat-syarat dasar untuk dapat melangsungkan kehidupan. Salah satu syaratnya meliputi syarat dasar sosial (manusia membutuhkan hubungan untuk dapat melangsungkan keturunan, untuk tidak merasa dikucilkan, dapat belajar mengenai kebudayaannya, untuk dapat mempertahankan diri dari serangan musuh, dan lain-lain).

Syarat dasar sangat diperlukan pedagang untuk dapat bertahan (survive) dalam menjalankan peran nya sebagai pelaku dalam pasar. Adaptasi yang terjadi pada pedagang di Pasar Induk meliputi berinteraksi dengan pembeli, pekerja jasa becak, dan pengelola pasar dengan menggunakan bahasa daerah Karo, menjalin hubungan kerjasama dengan sesama pedagang, serta menjalin hubungan kerjasama dengan pengelola Pasar Induk, Lau Cih.

Adaptasi di lingkungan kerja dalam hal ini Pasar Induk, pedagang harus mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan pasar sehingga dapat diterima dan dapat terus berthn menjlnkan perannya sebagai pedagang. Adaptasi di lingkungan kerja meliputi bagaimana pedagang mampu menguasai seluk beluk pasar, sehingga pedagang dapat mengenal lingkungan pasar dengan baik. Sedangkan adaptasi dengan lingkungan sosial menyangkut bagaimana kemampuan pedagang untuk dapat diterima dalam lingkungan sosialnya (hubungan pedagang dengan pemasok barang, pedagang dengan pedagang, pedagang dengan pelanggan, pedagang dengan pekerja jasa becak, pedagang dengan pengelola pasar).

Adapun bentuk-bentuk adaptasi yang dilakukan oleh pedagang Pasar Induk, Lau Cih agar dapat menyesuaikan diri dan tetap bertahan sebagai pedagang di Pasar Induk, Lau Cih adalah sebagai berikut :


(47)

4.3.1 Menggunakan bahasa daerah Karo

Dalam menjalankan peran nya sebgai seorang pedagang, pedagang Pasar Induk, Lau Cih menggunakan bahasa daerah Karo sebagai wujud adaptasi atau penyesuain di tempat baru. Hal tersebut dikarenakan mayoritas pedagang dan pembeli yang berada di Pasar Induk adalah Suku Karo, serta daerah atau lokasi pasar adalah wilayah domisili Suku Karo.

Seperti yang dikatakan oleh salah seorang informan yang bernama Maya br Surbakti berikut :

“Penyesuain yang kami lakukan di Pasar Induk ini salah satunya adalah dengan bernahasa Karo. Selain karena bibik memang Suku Karo, karena pelanggan bibik memang mayoritas ber Suku Karo. Lebih nyambung rasanya kalo berbahasa Karo dengan pelanggan, Nakku” ( wawancara dengan Ibu Maya br Surbakti, 2016).

Hal yang sama juga diutarakan oleh informan yang bernama Agustina br Lumban Gaol sebagai berikut :

“Pake bahasa Karo lah dek, karena Pasar Induk ini kan daerah Orang Karo, udah gitu pembeli pun orang-orang Karo juganya banyak an. Bahasa Karo dia sama Kakak, Kakak jawab juga pake bahasa Karo. Di Pasar Sentral dulu pun bahasa Karo juganya, karn itu tadi. Pelanggan Kakak rata Suku Karo. Jadi udah terbiasa juga Kakak jadinya.” (wawancara dengan Ibu Agustina br Lumban Gaol, 2016)

Mayoritas pelanggan yang berbelanja di Pasar Induk adalah Suku Karo membuat pedagang menggunakan bahasa daerah Karo sebagai bahasa pengantar dalam kegiatan jual beli. Padahal tidak semua pedagang merupakan Suku Karo, namun karena sudah terbiasa mendengar Bahasa Karo, dan sudah menyesuaikan


(48)

diri dengn lingkungan yang mayoritas bersuku Karo membuat secara tidak langsung pedagang menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan menggunajkan Bahasa Karo.

4.3.2 Menjalin interaksi dan hubungan yang baik dengan sesama pedagang

Hubungan yang dilakukan dengan sesama pedagang terjalin dengan baik. Dimana setiap pedagang satu sama lain menjalin interaksi atau komuniksi yang baik. Interaksi yang terjalin diantara pedagang adalah kerapnya bertemu dan berkomunikasi secara langsung diantara pedagang. Biasanya pedagang saling bertegur sapa sesampainya di pasar. Pedagang bercerita terkait harga barang dagang yang baru saja dibeli dari agen atau langsung dari petani. Mereka biasanya bertanya harga modal barang pedagang lain, sekedar ingin tau atau ingin membandingkan harga.

Salah satu informan yang dipanggil Nande Andre, 43 tahun mengatakan : “ Begitu sampai di pasar, biasanya kami saling sapa satu sama lain, sekedar tanya kabar, karna kami pedagang di sini mayoritas sudah kenal lama mulai dari Pasar Sentral. Kami juga biasa saling tanya harga barang, misalnya berapa harga tomat yang dibeli kawan daro toke nya. Untuk mengetahui harga saja, karna kadang gak sama semua harga yang kita dapat dari toke masing-masing. Jadi bisa kita buat harga untuk pembeli nantinya ” (wawancara dengan Nande Andre, 2016)

Hal yang sama juga diutrakan oleh seorang informan bernama Agustina br Ginting, 41 tahun, sebagai berikut :


(49)

“ Interaksi yang kami lakukan diantara sesama pedagang sangat baik, karena setiap hari pasti bertemu. Kecuali jika tidak berjualan ya.. kalo di kita Orang Karo kan kalo sudah satu marga atau ada unsur kerabat walaupun hanya karena marga kan sudak seperti keluarga nakku. Misalnya bibik yang disebelah kios kit ini, beru Sembiring dia, Bapak ndu di rumah kebetulan marga Sembiring., jadi manggil Bibik lah aku sama dia. Udah kayak saudara kali, kalo ada makanan bibik, bibik kasi sma Biring itu, Biring itu pun gitu sama bibik, gitu juga lah sama teman-teman yang lain, udah kayak saudara kita semua di sini nakku ” (wawancara dengan Ibu Agustina br Ginting,2016)

Menurut James (dalam John Field 2005 : 113), mengatakan resiprositas diantara kelompok-kelompok etnis lebih kuat, karena manusia merasa lebih nyaman berhubungan dengan orang-orang yang berasal dari latar belakang suku yang sama. Jaringan sosial merupakan antar pribadi yang mengikat para pedagang melalui ikatan, kekerabatan, persahabatan, dan dan komunitas asal yang sama.

Pedagang yang berdagang di Pasar Induk didomonsi oleh Suku Karo. Adanya persamaan latar belakang suku yang sama menurut James akan memperkuat resiproitas diantara sesama pedagang, karena persamaan latar belakang tersebut, masing-masing pedagang dapat lebih cepat beradaptasi.

Selain itu, hubungan yang baik diantara sesama pedagang terlihat dari penjualan dengan harga yang pasaran. Pedagang menjual barang dagangan nya sesuai dengan harga pasaran yang berlangsung, pedagang tidak menjual barng dibawah harga pasaran, karena tindakan menjuak barang dibawah harga pasaran dapat membuat harga kacau dan pedagang lainnya marah, yang dapat menyebabkan hubungan diantara sesama pedagang menjadi tidak baik.


(50)

Sesuai dengan hasil wawancar peneliti dengan seorang informan bernama Ibu Sutrisna br Surbakti, mengatakan bahwa :

“ Haruslah harga pasaran kita buat nakku, nanti bisa merusak harga gitu, marah lah kawan-kawan yang lain. Lagi pun rugi lah kita kalo kita kasi harga yang jauh lebih murah dari kawan-kawan. Kalo sedikit lebih murah dari yang lain kan biasa, itu kan teknik masing-masing pedagang untuk menrik pembeli. Kalo harga yang jauh, aku pun gak berni nakku” (wawancara dengn Ibu Sutrisna Br Surbakti, 2016).

4.3.3 Menjalin interaksi dan hubungan yang baik dengan pembeli atau pelanggan

Interaksi yang terjadi yang terjadi diantara pedagang dan pembeli terlihat dari proses penawaran barang yang dilakukan oleh pedagang kepada pelanggan, juga proses tawar menawar harga yang dilakukan pleh pelanggan kepada pedagang. pelanggan adalah bagian yang terpenting dalam kegiatan pasar, tanpa adanya pelanggan barang yang dijajakan di pasar tidak akan laku dan pedagang dapat merugi. Hubungan atara pedagang dan pembeli tidak dapat dipisahkanm, karene kedua pihak saling membutuhkan satu sama lain. Dengan demikian hubungan antara pedagang dan pelanggan merupakan suatu hubungan yang bersifat mutualisme (saling membutuhkan satu sama lain). Hubungan mutualisme tersebut dapat terlihat dari wawancara peneliti dengan seorang informan yang bernama Tari br Sembiring, 45 tahun, yaitu :

“ Pedagang dan pembeli saling membutuhkan. Kita butuh uangnya, dia butuh barang kita. Jadi kalo sama-sama membutuhkan saling pengertian lah. Kita pun kasi harga yang


(51)

sesuai, pembeli pun janganlah menawar sadis kali. Kalo udah biasa belanja, pembeli pun tau nya harga pasaran ya kan, kita pun gak mungkin nipu pembeli, besok gak datang lagi dia, gak ada lah langganan kalo gitu cara pedagang. Harus sama-sama lah” (wawancara dengan Ibu Tari Br Sembiring, 2016).

Untuk menjaga hubungan yang baik, biasanya pedagang melakukan pelayanan sebaik mungkin kepada pelanggan mereka. Adapun pelayanan yang dilakukan oleh pedagang adalah menawarkan barang dengn kualitas yang sebenarnya, menjual barang dengan harga pasaran, bahkan kadang memberi sedikit potongan harga jika membeli dalam jumlah yang banyak, dan memberikan nomor handphone jika ingin memesan barang melalui telepon.

Seperti yang diutara oleh seorang informan dipanggil Nande Rudi 53 tahun, yaitu :

“ Hubungan kami dengan pelanggan baik nakku, kami saling percaya lah.. harga yang kami kasi pun murah sama pelanggan, apalagi kalo banyak dia beli, kita kasi korting lah. Barang pun yang kita kasi yang bagus juga lah, kalo gak gitu mana lagi besok dia belanja sama kita ya kan, kita juga nya yang rugi, jadi haruslah kita kasi yang bagus. Trus kita pedagang pun harus ramah juga, biar tertarik pembeli itu membeli di tempat kita, harus pande-pande lah intinya pedagang ini ” (hasil wawancara dengan Nande Rudi, 2016).

Begitu juga dengan penuturan seorang informan yang bernama Bapak Bahtra Tarigan, 43 tahun, sebagai berikut :

“ Namanya juga pedagang, haruslah menjalin hubungan yang baik sama pelanggan. Kalo gak baik hubungan kita darimana


(52)

membujuk atau mengajak pelanggan untuk belanja di tempat kita. Gitu banyaknya pedagang yang menjual barang yang sama dengan barang jualan kita, kalo gak pande kita menarik minat pembel tinggallah kita sama pedagang yang lain ” (wawancara dengan Bapak Bahtra Tarigan, 2016).

4.3.4 Menjalin interaksi dan hubungan yang baik dengan pekerja jasa becak

Pekerja jasa becak memiliki perng yang cukup penting dalam Pasar Induk. Karena pekerja jasa becak yang akan membawa atau mengangkut barang belanjaan pembeli dari kios pedagang menuju mobil pelanggan atau bahkan sampai ke kios atau rumah pelanggan langsung. Tanpa adanya jasa becak, pelanggan akan kesulitan membawa barang belanjaan dari kios pedagang. Karena memiliki peran yang cukup penting, pedagang menjalin interaksi dan hubungan yang baik dengan pekerja jasa becak. Dengan menjalin interaksi dan hubungan yang baik, kegiatan pasar dapat berjalan dengan baik. Pedagang dapat membantu pelanggan untuk mengangkat barang belanjaannya dengan menggunakan jasa becak, pelanggan dapat dengan mudah mengangkut barang belanjaannya, dan pekerja jasa becak dapat memperoleh pendapatan dari situasi tersebut.

Seperti yang diutarakan oleh seorang informan yang bernama Nurleni br Karo, 31 tahun, yaitu :

“ Di Pasar Induk ini sudah ada bagiannya semua dek. Pedagang ya berdagang di kios, pelanggan membeli barang di kios, untuk pengangkutan barang udah ada jasa becak di sini. Pekerja jasa becak lah yang mengngkut barang yang sudah dibeli pelanggan. Kalo pun ada mobil pelanggan itu, gak boleh masuk ke sini, Cuma sampe parkir lah mobilnya, becak lah yang angkut barang dari


(53)

kios ke mobilnya. Karena udah ada tugas masing-masing, pekerja becak yang mengangkut barang, kami pedagang pun harus berhubungan baik dengan pekerja becak, kalo gak baik kita gak mau dia ngangkut barang langanan kita, bamuyak alasannya, sementara pelanggan kita buru-buru. Kalo hubungan kita baik sama pekerja becak, begitu kita suruh dia ngangkut barang langganan kita langsung gerak dia, gitu dia dekku” (wawancaera dengn Ibu Nurleni, 2016).

Hal tersebut didukung oleh seorang informan yang bernama Jaka Sembiring, seorang pekerja jasa becak, mengatakan :

“Sama-sama cari makan di Pasar Induk ini sudah sewajarnya lah kita saling mengerti. Misalnya kayak kami tukang becak ini, haruslah kami jaga hubungan yang baik dengan penumpang atau pedagang, karena dari orang itu nya uang masuk kami. Kalo gak angkat barang ku ini katanya dari mana kah kami dapat uang kan. Orang itu pun gitu, bagus pula lah caranya nyuruh kita, harga pun sesuai lah sama jarak tempuh. Ada pula kadang penumpang ini pelit kali, murah kurang murah rasanya ongkosnya, pedgang pun ada juga yang kasar dia, kesannya nyuruh bukan minta tolong. Padahal kerjanya awak ya kan, tenaga awak yang awak keluarkan, bukan minta-minta. Kalo gitu besok di suruh lagi kan udah malas, jadi Saling mengharhgai lah, sama-sama cari makannya di Pasar Induk ini. Tapi sejauh ini, belum adalah konflik yang terjadi dek” (wawancara dengan Bapak Jaka Sembiring, 2016).


(54)

4.3.5 Menjalin interaksi dan hubungan yang baik dengan pengelola Pasar Induk

Pengelola pasar adalah orang-orang yang bertugas dalam pengelolaan pasar. Mulai dari kebersihan pasar, keamanan pasar, pemeliharaan dan penyediaan peralatan, pengutipan retribusi pasar, juru parkir, serta kantor pasar yang melayani pengurusan administrasi pemakaian kios. Sudah sewajarnya terjadi interaksi dan hubungan yang baik dengan pihak pengelola pasar. Karena pihak pengelola pasar lah yang memenuhi segala kebutuhan pedagang, pembeli di Pasar Induk. Pihak pengelola pasar adalah pihak yang menjamin keamanan dan kenyamanan kegitan perdagangan di pasar. Peran pengelola pasar cukup penting untuk menciptakan suasana pasar yang kondusif, karena jika terjadi keributan dan ketidaknyamanan di pasar pihak yang bertanggungjawab adalah pengelola pasar. Sehingga baik pedagang, pelanggan atau pembeli, dan pekerja jasa becak sudah sewajarnya menjalin interaksi dan hubungan yang baik dengan pihak pengelola pasar. Masing-masing pihak memiliki peran yang penting dan saling membutuhkan satu sama lain, untuk itu dibutuhkan kerjasama yang baik untuk tercapainya tujuan bersama.

Seperti yang diungkapkan seorang informan yang bernama Helmi br Ginting, 45 tahun, mengatakan bahwa :

“ Di Pasar Induk ini, ada pengelola pasar yang menjaga keamanan pasar, pengutipan retribusi pasar, penyedia peralatan kayak penerangan, kebersihan pasar, itu semua pihak pengelola pasar yang urus. Kita cuma bayar uang retribusi aja sama pengutipnya, udh disitu semua. Kita gak usah bayar uang takut lagi istilahnya kalo di Pasar Sentral, seberapa banyak pun barang kita bayarannya sama. Kita gak perlu takut meninggalkan barang kalo misalnya gak habis, tinggalkan aja di kios ini,


(55)

tutup pake tenda, besok gimana kita tinggalkan gitu kita dapat, amanlah disini gak usa takut hilang. Karena udah ada dibuat pengelola pasar yang bertugas untuk itu semua. Jadi udah lah wajib kita menjalin hubungan baik sama pengelola pasar, udah aman buatnya kita jualan disini ya kan ” (wawancara dengan Ibu Helmi br Ginting, 2016).

Hal yang sama juga diutarakan oleh Kepala Pasar Induk, Lau Cih, Bapak Eddy Sembiring, mengatakan bahwa :

“ Sudah menjadi tugas kami mengamankan dan membuat kondisi aman di Pasar Induk ini, karena untuk itu kami ditugaskan disini. Kami menjalin interaksi dan komunikasi yang baik dengan semua pihak yang ada di Pasar Induk ini, baik pedagang, pembeli, dan sesama pengelola pasar. Tugas kami mengamankan dan mengatur Pasar Induk agar aman dan tidak kacau, maka masing-masing pihak harus menjaga dan menjalankan peran sesuai dengan tugas masing-masing, agar tujuan kita bersama dapat terwujut” (wawancara dengan Bapak Eddy Sembiring, 2016)

4.4 Dampak Relokasi Pasar Sentral Ke Pasar Induk Terhadap Para Pedagang

Relokasi merupakan upaya pemindahan sebagian atau seluruh aktivitas berikut sarana dan prasarana penunjang aktivitas dari satu tempat ke tempat lain guna mempertinggi faktor keamanan, kelayakan, legalitas pemanfaatan dengan tetap memperhatikan keterkaitan antara yang dipindah dengan lingkungan alami dan binaan di tempat tujuan. Pasar Induk Kota Medan telah beroperasi lebih dari setahun, yaitu sejak diresmikan pada tanggal 19 Juni 2015, tetapi hingga saat ini masih ada saja pedagang yang tidak mau berjualan di Pasar Induk, justru masih


(56)

Pembangunan Pasar Induk Kota Medan membawa dampak sosial dan ekonomi yang positif dan negatif bagi kehidupan sosial pedagang yang direlokasi. Salah satu dampak positif nya adalah pembangunan Pasar Induk Kota Medan memberi banyak kemajuan kepada para pedagang, kemajuan tersebut berwujud kenyamanan dalam lokasi berjualan. Lokasi Pasar Induk Kota Medan sangat berbeda jika dibandingkan dengan Pasar Sentral yang terlihat terlalu padat oleh penjual dan kurang tertata dengan baik. Lokasi berjualan yang ditempati oleh pedagang di Pasar Induk dirasakan lebih tertata dengan rapi dan baik dalam penataan los maupun kios serta lebih bersih. Dampak positif lainnya yang dirasakan oleh pedagang adalah meningkatnya kenyamanan ketika melakukan aktivitas berdagang tanpa gangguan dari preman maupun pihak-pihak yang merugikan pedagang lainnya. Hal ini bertolak belakang dengan kondisi yang dirasakan beberapa pedagang di Pasar Sentral yang selalu dihadapkan dengan kehadiran preman yang meminta uang kepada para pedagang.

Selain itu, fasilitas pendukung juga sangat menambah keunggulan bagi Pasar Induk dibandingkan dengan Pasar sekitar Jalan Sentral. Fasilitas tersebut seperti Kantin, Mushollah, dan toilet yang bersih dan nyaman, dan lokasi parkir yang cukup luas. Fasilitas kantin terdiri dari 1 kantin induk dan kantin tambahan yang berjumlah 38 unit. Kantin menyediakan makanan dan minuman bagi para pedagang maupun pembeli di Pasar Induk. Selain kantin, ada Mushollah yang dapat digunakan bagi kaum Muslim untuk beribadah. Toilet terdiri dari 24 unit, yang terbagi atas 12 toilet wanita dan 12 toilet pria. Lokasi parkir yang dikelola dengan baik, dimana lokasi parkir yang cukup luas yang dapat menampung kendaraan para pengunjung Pasar Induk.


(57)

Berdasarkan keunggulan dari segi kondisi pasar yang sangat baik, yaitu dari segi kondisi bangunan yang sangat memadai, berbagai fasilitas penunjang bagi berlangsungnya proses jual beli, ada hal yang paling utama yang dapat dirasakan oleh hampir seluruh pedagang, yaitu keamanan dan kenyamanan. Faktor kenyamanan dan keamanan inilah yang menyebabkan para pedagang sudah mau dan betah untuk berjualan di sini. Sehubungan dengan hal keamanan, tentu angka kriminalitas di Kota Medan sudah berkurang, karena para preman sudah kehilangan pekerjaannya untuk memeras para pedagang di sekitaran Pasar Sentral.

Berbicara mengenai dampak, suatu pembangunan tentu menimbulkan dampak, yaitu dampak positif dan negatif. Mengenai dampak positif telah dibahas diatas, mengenai dampak negatif yang ditimbulkan oleh pembangunan Pasar Induk, Lau Cih adalah penurunan pendapatan yang dialami oleh sebagian besar pedagang. Hal ini disebabkan minimnya jumlah pembeli yang berbelanja di Pasar Induk. Minimnya minat pembeli untuk berbelanja di pasaar induk adalah kurang lengkapnya ketersediaan komoditas barang yang ditawarkan di Pasar Induk. Seperti minyalnya barang untuk kebutuhan sembako seperti beras, gula, minyak, dan sembako lainnya tidak ada dijual di Pasar Induk. Begitu jugan dengan ketersediaan ikan dan daging, belum ada pedagang yang berjualan kebutuhan akan ikan dan dan daging di Pasar Induk. Sehingga pembeli harus mengeluarkan biaya lebih karena harus bebrbelanja di pasar lain untuk membeli kebutuhan ikan, daging, dan sembako. Pembeli enggan berbelanja ke Pasar Induk hanya untuk membeli sayur mayur dan buah saja, sedangkan untuk kebutuhan lainnya harus berbelanja ke tempat yang lain karena di Pasar Induk hanya menyediakan sayur


(58)

mayur dan buah saja. Hal tersebut menyebabkan sepinya jumlah pembeli di Pasar Induk, menyebabkan pendapatan pedagang menjadi menurun.

Selain itu, jarak tempuh yang lebih jauh dan kurangnya transportasi untuk sampai ke Pasar Induk menjadi kendala bagi pembeli untuk berbelanja di Pasar Induk. Lokasi Pasar Induk yang berada jauh dari jalan protocol membuat pembeli mengalami kesulitan untuk berbelanja ke Pasar Induk, disertai juga dengan belum banyak alat transportasi yang sampai ke lokasi Pasar Induk pada jam-jam tertentu. Jarak yang jauh dan kurangnya ketersediaan alat transportasi umum membuat kurangnya minat pembeli untuk berbelanja di Pasar Induk. Kurangnya minat pembeli untuk berbelanja ke Pasar Induk sudah pasti mempengaruhi pendapatan dan hasil penjualan pedagang. Dimana hasil penjualan pedagang menjadi menurun jika dibanding saat berjualan di pasar sebelumnya, yaitu Pasar Sentral. Sehingga membuat banyak pedagang yang direlokasi ke Pasar Induk mengeluh dengan penurunan pendapatan.

Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan di lapangan, hal tersebut didukung oleh pernyataan salah seorang informan yang bernama Bahtra Tarigan, 43 tahun, yaitu :

“Kalau masalah pendapatan, menurun lah berjualan di Pasar Induk ini, sepi pembeli disini. Kalau sudah lewat jam empat, udah susah laku barang, jadi harus cepat datang ke pajak biar cepat barang laku. Karena jumlah pembeli disini kurang, gak kayak di Pasar Sentral kemaren, udah mau terang pun hari masih banyak pembeli di Pasar ”. (wawamcara dengan Bapak Bahtra Tarigan, 2016)


(59)

Namun, tidak semua pedagang yang mengalami penurunan pendapatan setelah direlokasi ke Pasar Induk. Ada juga beberapa pedagang yang mengalami peningkatan pendapatan berdagang di Pasar Induk. Mereka adalah pedagang yang dulunya mendapati lokasi kios yang kurang strategis pada saat berjualan di Pasar Sentral, dan sekarang mendapat letak kios yang strategis di Pasar Induk. Dengan memiliki kios yang strategis di Pasar Induk menyebabkan pedagang mengalami kemudahan dalam menjual barang dagangannya. Pedagang yang memiliki posisi yang lebih strategis setelah dipindahkan ke Pasar Induk merasa sangat bersyukur dengan adanya relokasi pasar tersebut.

4.5 Implementasi Modal Sosial Sebagai Strategi Dalam Pengembangan Usaha Pedagang Pasar Induk, Lau Cih

4.5.1 Jaringan Sosial

Terbentuknya jaringan sosial dalam suatu masyarakat di dorong oleh adanya kepentingan dan tujuan yang sama. Sebagaimana kegiatan berdagang pada umumnya, jalinan hubungan antara pedagang baik itu perantara maupun pedagang pengecer dengan distributor merupakan hubungan yang cukup menentukan kelancaran perolehan penghasilan. Jaringan sosial yang dibangun dengan baik menyebabkan pedagang dengan mudah memperoleh akses terhadap hal-hal tertentu tanpa menghabiskan waktu dan biaya. Misalnya pedagang akan mudah memperoleh sumber daya dalam bentuk pertukaran informasi dan kemampuan untuk memobilisasi dukungan finansial mereka. Kemudahan dalam hal ini tentu memperlancar kegiatan perdagangan mereka.


(60)

Sebagaimana disampaikan oleh seorang informan yang bernama Maya br Surbakti, 39 tahun berikut:

“..Kalau Kakak mau pesan barang, biasanya telepon aja ke agen Kakak yang di Berastagi. Kalau ada harga barang yang naik pun kita langsung tau dari dia. Jadi pas barang dikirim, kita tau menyipkan pembayaran. Kan lebih irit dan simpel seperti itu, gausah lagi kita jumpa distributor langsung ke Berastagi ya kan..” (wawancara dengan Ibu Maya br Surbakti, 2016).

Dengan demikian jaringan sosial yang dibentuk oleh pedagang Pasar Induk, Lau Cih memberikan pengaruh positif bagi keberlangsungan perdagangan. Jaringan sosial bukan hanya terjadi antara agen dengan pedagang, namun berdasarkan hasil wawancara, seorang agen juga memanfaatkan jaringan sosial dalam menjelaskan dan mendukung kinerjanya sebagai distributor atau pemasok barang.

Jaringan sosial perdagangan umumnya dilakukan atas dasar kepercayaan yang dibentuk oleh aktor pasar. Sebagaimana diungkapkan oleh Damsar (2005: 167) bahwa dengan adanya jaringan sosial aktor-aktor dalam suatu rangkaian jaringan dihubungkan, direkat, atau diikat oleh unsur kepercayaan antara satu dengan yang lainnya. Sehingga individu-individu ikut serta dalam tindakan resiprositas dan melalui hubungan itu pula diperoleh kesepakatan bagian-bagian informasi dan sumber daya.

Dalam upaya mengembangkn usaha, terdapat jaringan sosial atau hubungan-hubungan yang terbentuk antar sesama pelaku yang terlibat didalamnya. Jaringan sosial yang terbentuk diantara aktor sangat mempengaruhi kebertahanan suatu usaha, karena suatu usaha tidak akan pernah lepas dari adanya pengaruh orang


(61)

lain sebagai pendukung kegiatan usaha tersebut. Pedagang Pasar Induk , Lau Cih memiliki jaringan sosial dalam hal perolehan barang dagangan, maupun proses pemasaran atau penjualan barang dagangannya. Dimana pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan ini adalah pedagang, penyalur barang (agen), pekerja jasa becak, dan pembeli. Berikut ini adalah penjelasan maing-masing jaringan yang terbentuk dalam kegiatan jual beli di Pasar Induk.

4.5.1.1 Jaringan Sosial Antara Pedagang Dengan Distributor (Agen)

Dalam proses perolehan barang dagangan, terdapat jaringan sosial atau hubungn-hubungan yang terjalin antara sesama pihak yang terlibat. Dalam pemerolehan barang dagangan terjadi hubungan yang saling membutuhkan antara pedagang dengan pemilik barang. Pemasok barang dapat berhubungan langsung dengan petani atau agen yang mengumpulkan barang dari petani dan menyalurkannya kepada pedagang. Dalam memperoleh barang dagangan, pedagang mempunyai agen atau distributor langganan untuk memasok barangnya. Jaringan yang terjadi antara pedagang dan distributor terjalin dalam proses pemesanan barang dan pengiriman barang. Itulah gunanya adanya jaringan, jika terjadi kelangkaann barang, pedagang tidak perlu khawatir tidak memiliki barang, distributor langganan akan mengusahakan barang pedagang. Walau dengan jumlah yang sedikit, namun distributor akan mengusahakan agar setiap pedagang langganannya memperoleh barang. Hubungan inilah yang dijalin antara pedagang dan distributor dalam hal perolehan barang.

Begitu juga dengan proses pemesanan pembayaran, dengan adanya jaringan yang sudah terbangun dengan baik antara pedagang dengan distributor. Pemesanan barang dapat dilakukan dengan menggunakan via telpon, pedagang


(62)

cukup menelepon distributor dan memesan barang nya, untuk urusan pembayaran dapat dilakukan setelah barang sampai di pasar, bahkan dapat dibayar di pagi hari, setelah barang dijual pedagang.

Hal tersebut dinyatakan oleh seorang informan bernama Maya br Surbakti, 39 tahun, yaitu :

“ Kakak biasanya mesan barang via telpon aja, pesan barang-barang sama distributor, malam nanti udah sampe di Pasar Induk pesanan kita, kalo untuk pembayaran setelah barang sudah kita terima, ada juga agen yang mengutip pembayaran di pagi hari sekitar jam-jam 7 pagi, jadi bisa kita jual dulu, baru bayar.” (wawancara dengan Ibu Maya br Surbakti, 2016).

Hal senada juga diutarakan oleh informan bernama Nurleni br Karo, 31 tahun, yaitu :

“ Kalo Kakak ambil barang langsung ke petani dekku, barang Kakak dari Kabupaten Karo, Kabupaten Simalungun, Kabupaten Dairi. Kalo kakak udah ada langganan, tiap kampung dekku. Jadi tiap panen petani itu dihubunginya kakak via telpon, atau kakak yang menghubungi petani itu. Barang kakak gak tetap, apa yang panen di petani langganan kakak itu lah kakak bawak ke Pasar Induk ini. Gitulah jaringan yang kakak bina sama petani langganan kakak, saling kontak lah kami ” (wawancara dengan Ibu Nurleni, 2016).

Dari penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa jaringann sosial yang terjalin antara pedagang dan distributor dalam hal pemerolehan barang dagangan dilkukan dengan adanya langganan yang terjalin dalam waktu yang sudah lama. Jaringan sosial yang terjalin diantara pedagang dan distributor dilakukan untuk


(63)

kemajuan usaha masing-masing pihak. Hubungan kerjasama dilakukan dalam pemenuhan kebutuhan dagang pedagang dan distributor.

4.5.1.2 Jaringan Sosial Pedagang Dengan Pembeli (Pelanggan)

Jaringan sosial yang dilakukan oleh pedagang dalam pemasaran barang adalah dengn cara meminta nomor handphone langganannya. Dengan adanya nomor handphone dapat memudahkan pedagang menghubungi pelanggan dan menayakan barang pesanan pelanggan. Bila pelanggan belum datang ke kios pedagang, biasanya pedagang akan menelpon pelanggan dan menanyakan mengapa belum mendatangi kios, biasanya pelanggan akan segera datang ke kios pedagang atau memesan lewat telpon saja.

Hal tersebut diutarakan oleh seorang informan bernama Agustina br Lumban Gaol, 31 tahun, sebagai berikut :

“ Terkadang kita via telpon aja dek, kalo kira-kira langganan Kakak belum datang, barang kakak masih banyak, kakak teleponi langganan-langganan kakak, siapa tau dia lupa kan bisa aja ya kan, kakak tawarkan lah barang kakak, biasanya dipesan orang itu nya, itulah karena udah langganan itu” (wawancara dengan Ibu Agustina br Lumban Gaol, 2016).

Hal yang sama juga disampaikan oleh informan yang bernama Nande Andre, 43 tahun, yaitu :

“kita kan sudah ada langganan selama ini, jadi untuk memasarkan barang kita kita kan sudah menyimpan nomor hp langganan. Telepon aja kalo barang udah sampe di kios, tanyakan barang apa yang dipesan hari ini, jadi bisa kita siapkan langsung, datang nanti dia udah tinggal angkat brangnya. Itu lah gunanya langganan” (wawancara dengan Nande Andre, 2016)


(1)

16. Temaan-teman IMKA USU dan IMKA EGUANINTA FISIP USU yang menjadi wadah belajar berorganisasi bagi penulis, dan menjadi keluarga kedua.

17. Pihak yang telah membantu penulis selama penelitian yaitu Kepala PD Pasar Induk, Drs. Eddy Sembiring dan Christian, S.Sos sehingga penelitian dapat berjalan dengan lancar. Juga kepaada para informan yang telah banyak membantu penulis dalam memberikan informasi untuk menyelesaikan skripsi ini.

18. Teman-teman sosiologi FISIP USU semuanya yang tidak dapat disebutkan satu-persatu. Serta teman-teman seperdopingan, Antalenta, Julianti, Binsar, Dewinia, Endy, Fernando, Joy, M. Tribuana, Martina, Sri, dan Walber yang sama-sama berjuang, menunggun sampai sore di kampus untuk bimbingan skripsi.

Penulis sadar bahwa terdapat kekurangan dan keterbatasan dalam skripsi ini, untuk itu penulis mengharapkan saran dan masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan skripsi ini. Demikian yang dapat penulis sampaikan, penulis berharap skripsi ini dapat menambah pengetahuan pembaca, akhir kata penulis mengucapkan terimaksih.

Medan, November 2016 Penulis,

Indah Permatasari Br Tarigan 120901050


(2)

Daftar Isi

Daftar Isi... i

Daftar Tabel ... iv

Daftar Gambar ... v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 13

1.3 Tujuan Penelitian ... 13

1.4 Manfaat Penelitian ... 13

1.5 Defenisi Konsep ... 14

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 17

2.1 Pola Adaptasi ... 17

2.2 Modal Sosial ... 23

2.3 Pasar ... 29

BAB III METODE PENELITIAN... 33

3.1 Jenis Penelitian ... 33

3.2 Lokasi Penelitian ... 33

3.3 Unit Analisis Dan Informan ... 34

3.3.1 Unit Analisis ... 34

3.3.2 Informan ... 34

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 35

3.5 Interpretasi Data ... 37


(3)

3.7 Jadwal Kegiatan ... 39

BAB IV DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA ... 40

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 40

4.1.1 Keadaan Geografis Kelurahn Lau Cih ... 40

4.1.2 Keadaan Penduduk Kelurahan Lau Cih ... 43

4.1.3 Gambaran Pasar Induk, Lau Cih, Medan Tuntungan .. 48

4.1.4 Unit Usaha Pasar Induk, Lau Cih ... 51

4.1.5 Pedagang Dalam Pasar Induk, Lau Cih ... 52

4.2 Profil Informan ... 55

4.3 Pola Adaptasi Sebagai Bentuk Penyesuaian Pedagang Dalam Mengembangkan Usaha Di Pasar Induk, Lau Cih 71 4.3.1 Menggunakan Bahasa Daerah Karo ... 73

4.3.2 Menjalin Interaksi Dan Hubungan Yang Baik Dengan Sesama Pedagang ... 74

4.3.3 Menjalin Interaksi Dan Hubungan Yang Baik Dengan Pelanggan/ Pembeli ... 76

4.3.4 Menjalin Interaksi Dan Hubungan Yang Baik Dengan Pekerja Jasa Becak ... 78

4.3.4 Menjalin Interaksi Dan Hubungan Yang Baik Dengan Pengelola Pasar ... 80

4.4 Dampak Relokasi Pasar Sentral Ke Pasar Induk, Lau Cih Terhadap Para Pedagang ... 81


(4)

4.5 Implementasi Modal Sosial Sebagai Strategi Dalam

Pengembangan Usaha Pedagang Di Pasar Induk, Lau Cih 85

4.5.1 Jaringan Sosial ... 85

4.5.1.1 Pedagang Dengan Distributor ... 87

4.5.1.2 Pedagang Dengan Pembeli (Pelanggan) ... 89

4.5.1.3 Pedagang Dengan Pekerja Jasa Becak ... 90

4.5.2 Kepercayaan (Trust) Yang Terjalin Antara Pedagang, Distributor, Pembeli, dan Pekerja Jasa Becak ... 91

4.5.2.1 Kepercayaan Askriptif ... 91

4.5.2.2 Kepercayaan Prosesual ... 91

4.6 Waktu Operasional Sebagai Patokan Penghasilan Pedagang 93 4.7 Modal Usaha Pedagang ... 94

BAB V PENUTUP ... 98

5.1 Kesimpulan ... 98

5.2 Saran ... 100

Daftar Pustaka ... 102

LAMPIRAN ... 105


(5)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Wilayah Kelurahan Lau Cih Berdasarkan Kawasan Geografis ... 42 Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Kelurahan Lau Cih Menurut Jenis Kelamin

Dan Rumah Tangga Tahun 2014 sampai Tahun 2015 ... 43 Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Kelurahan Lau Cih Menurut Usia Tahun 2014

sampai Tahun 2015 ... 44 Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Kelurahan Lau Cih Menurut Agama ... 45 Tabel 4.5 Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Di Kelurahan

Lau Cih Tahun 2014 sampai Tahun 2015 ... 46 Tabel 4.6 Data Tempat Pendidikan Di Kelurahan Lau Cih Kecamatan

Medan Tuntungan ... 47 Tabel 4.7 Gambaran Kondisi Pedagang Sebelum Dan Sesudah Relokasi ... 96


(6)

DAFTAR GAMBAR