Thesis Titi Rahardjanti
FRASA PREPOSISI BAHASA MANDARIN
ANALISIS TEORI X–BAR
TESIS
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
Mencapai derajat Sarjana Strata 2
Magister Linguistik
Titi Rahardjanti
A4C009031
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2015
www.eprints.undip.ac.id
© Master Program in Linguistics, Diponegoro University
TESIS
FRASA PREPOSISI BAHASA MANDARIN
ANALISIS TEORI X–BAR
Disusun oleh
Titi Rahardjanti
A4C009031
Telah disetujui oleh Pembimbing
Penulisan Tesis pada tanggal 31 Agustus 2015
Pembimbing
Dr. Nurhayati, M.Hum.
NIP. 196610041990012001
Ketua Program Studi
Magister Linguistik
Dr. Agus Subiyanto, M.A.
NIP. 196408141990011001
ii
www.eprints.undip.ac.id
© Master Program in Linguistics, Diponegoro University
TESIS
FRASA PREPOSISI BAHASA MANDARIN
ANALISIS TEORI X–BAR
Disusun oleh
Titi Rahardjanti
A4C009031
Telah dipertahankan di Hadapan Tim Penguji Tesis
pada tanggal
Agustus 2015
dan Dinyatakan Diterima
Ketua Penguji
Dr. Nurhayati, M.Hum.
_______________________
Penguji I
Dr. Agus Subiyanto, M.A.
_______________________
Penguji II
Dr. M. Suryadi, M.Hum
_______________________
Penguji III
Dr. Deli Nirmala, M.Hum
_______________________
iii
www.eprints.undip.ac.id
© Master Program in Linguistics, Diponegoro University
PERNYATAAN
Dengan ini penulis menyatakan bahwa tesis ini adalah hasil pekerjaan penulis
sendiri dan di dalamnya tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk
memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan lembaga pendidikan
lainnya. Pengetahuan yang diperoleh dari hasil penerbitan maupun yang
belum/tidak diterbitkan, sumbernya disebutkan dan dijelaskan di dalam teks dan
daftar pustaka.
Semarang, 31 Agustus 2015
Titi Rahardjanti
iv
www.eprints.undip.ac.id
© Master Program in Linguistics, Diponegoro University
PRAKATA
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada ALLAH SWT,
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini. Penulis juga
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Dr. Agus Subiyanto, M.A. selaku Ketua Program Studi Magister Linguistik,
Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro, atas kebijaksanaan, dorongan,
serta motivasi yang diberikan kepada penulis untuk segera menyelesaikan
penyusunan tesis ini;
2. Dr. Deli Nirmala, M.Hum. selaku Sekretaris Program Studi Magister
Linguistik, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro, atas kesabaran dan
dorongan yang diberikan penulis untuk dapat menyelesaikan tesis;
3. Dr. Nurhayati, M.Hum. selaku Dosen Pembimbing yang telah menyediakan
waktu, tenaga, dan pikiran dengan penuh kesabaran untuk memberikan
bimbingan kepada penulis dalam penulisan tesis ini;
4. Dr. M. Suryadi, M.Hum selaku penguji yang telah memberikan kritik dan
sarannya untuk penyempurnaan tesis ini;
5. Para Dosen Program Studi Magister Linguistik, Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Diponegoro, atas segala pengetahuan yang sudah diberikan selama
penulis menjalani periode perkuliahan di Program Studi Magister Linguistik,
Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro;
6. Rekan-rekan di Program Studi D-3 Bahasa Mandarin, Universitas Nasional
atas dukungan dan bantuannya dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan
tesis ini;
7. Suami terkasih, Imam Bustomi dan anak-anakku tercinta, Yasmine dan Nabiel
yang selalu memberikan semangat, dukungan dan kesempatan dari mulai
mengikuti perkuliahan antara Jakarta-Semarang sampai dengan selesainya
v
www.eprints.undip.ac.id
© Master Program in Linguistics, Diponegoro University
penulisan tesis ini, senyum, kehangatan dan keceriaan kalian selalu
menyegarkanku untuk selalu bersemangat sepanjang waktu;
8. Guru dan sahabat, Ibu Soen Ai Ling, M.A., PhD dan Ibu Ucu Fadhilah, S.S.,
M.Hum yang setiap saat menyediakan waktu dan ilmu untuk penulis;
9. Sahabat Sri Muryati, yang membantu dan menyemangati penulis pada detikdetik terakhir penyelesaian tesis yang harus berpacu dengan tenggat waktu
tesis;
10. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu-satu yang telah membantu
kelancaran penulisan tesis.
Mudah-mudahan tesis ini memberikan manfaat bagi semua pihak.
Semarang, 31 Agustus 2015
Titi Rahardjanti
vi
www.eprints.undip.ac.id
© Master Program in Linguistics, Diponegoro University
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................
iii
HALAMAN PERNYATAAN ...................................................................
iv
PRAKATA .................................................................................................
v
DAFTAR ISI ..............................................................................................
vii
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG .............................................
ix
ABSTRAK ..................................................................................................
xi
INTISARI ...................................................................................................
xii
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN ...................................................................
1
1.1. Latar Belakang .............................................................. .
1
1.2. Rumusan Masalah ……………………………………....
6
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian …………………………
6
1.4. Ruang Lingkup Penelitian ………………………………
7
1.5. Metode dan Langkah Kerja Penelitian ....................... ....
7
1.6. Definisi Operasional ..................................................... ..
9
1.7. Sistematika Penulisan ....................................................
10
TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................
11
2.1. Penelitian Terdahulu ……………………………………
11
2.2. Landasan Teori ...............................................................
15
2.2.1 Konsep Frasa Bahasa Mandarin…….…………..
15
2.2.2 Frasa Preposisi Bahasa Mandarin…………….…
19
2.2.2.1. Frasa Preposisi Lokatif Bahasa
Mandarin ………………………………
20
2.2.2.2 Frasa Preposisi Temporal Bahasa
Mandarin……………………………….
24
vii
www.eprints.undip.ac.id
© Master Program in Linguistics, Diponegoro University
BAB III
BAB IV
2.2.3 Kaidah Struktur Frasa Preposisi …..…………….
27
2.2.4 Teori X-Bar………………………………………
29
2.2.4.1 Kategori Leksikal……………………….
32
2.2.4.2 Kategori Fungsional ……………………
34
2.2.5 Adjung ……………………………..……………
37
2.2.6 Komplemen/Pelengkap…………….……………
41
2.2.6.1 Ciri-Ciri Komplemen ………………….
41
2.2.7 Argumenthood Test ………….…………………
43
METODE PENELITIAN ………………………………….….
45
3.1. Metode Penyediaan Data………………………….……..
45
3.2. Analisis Data ……………………………………………
46
HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................
49
4.1 Struktur Frasa Bahasa Mandarin………….……………….
49
4.1.1 Kaidah Frasa Preposisi ……………………...……
49
4.2 Frasa Preposisi Sebagai Adjung …………..………………
63
4.2.1 Pengujian Adjung…………………………..……..
64
4.2.1.1 Frasa Preposisi Lokatif Sebagai Adjung…
65
4.2.1.2 Frasa Preposisi Temporal Sebagai Adjung
79
4.3 Frasa Preposisi Sebagai Komplemen ……………………..
97
4.3.1 Pengujian Komplemen ………………………..…
97
4.3.1.1 Frasa Preposisi Lokatif Sebagai
Komplemen ………………………….....
97
4.3.1.2 Frasa Preposisi Temporal Sebagai
BAB V
Komplemen ……………………………
102
PENUTUP ..................................................................................
104
5.1. Simpulan ...........................................................................
104
5.2. Saran .................................................................................
104
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………….
106
viii
www.eprints.undip.ac.id
© Master Program in Linguistics, Diponegoro University
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG
SINGKATAN
A
=
Adjektiva
ADJ
=
Adjung
ADV
=
Adverbia
BI
=
Bahasa Indonesia
BM
=
Bahasa Mandarin
CP
=
Core of Participant
DM
=
Diterangkan Menerangkan
FA
=
Frasa Adjektival
FI
=
Frasa Infleksional
FN
=
Frasa Nominal
FP
=
Frasa Preposisi
FPrL
=
Frasa Preposisi Lokatif
FPrT
=
Frasa Preposisi Temporal
FV
=
Frasa Verbal
LX
=
Lei Xiao (informan natif)
MD
=
Menerangkan Diterangkan
N
=
Nomina
O
=
Objek
Prep
=
Preposisi
SO
=
Syntactic Obligatoriness
ix
www.eprints.undip.ac.id
© Master Program in Linguistics, Diponegoro University
S
=
Subjek
V
=
Verba
ZW
=
Zhang Wenyan (informan natif)
LAMBANG
*
=
Tidak Berterima
[
]
=
Mengapit Struktur Fungsional
{
}
=
Komplemen
x
www.eprints.undip.ac.id
© Master Program in Linguistics, Diponegoro University
ABSTRACT
This study investigates Mandarin locative and temporal prepositional phrases
based on the X-bar theory. The aim of this research is to describe the structure of
phrase of Mandarin locative and temporal prepositional phrases. The method used
is descriptive qualitative. The data source was from Guoji Ribao newspaper, and
were collected by simak method. The analysis used by agih method which is
adjusted to the X-bar theory. The results of the analysis show that (1) prepositions
zài „at‟, yú „at‟, cóng „from‟, zì „from‟ and dào „to‟ have function as locative
prepositions and temporal prepositions or the combination of both; (2) the
prepositions of zài „at‟, yú „at‟, cóng „from‟, zì „from‟, dào „to‟ when combine
into prepositional phrases in sentences have a syntactical function as an adjunct or
a complement (3) the rules of forming Prepositional Phrasae cover : PP P‟ FN.
Key words : Prepositional Phrase, Phrase Structure Rules, X-bar Theory
xi
www.eprints.undip.ac.id
© Master Program in Linguistics, Diponegoro University
INTISARI
Penelitian ini mengkaji frasa preposisi lokatif dan temporal bahasa Mandarin
berdasarkan teori X-bar. Tujuan penelitian untuk mendeskripsikan struktur frasa
preposisi lokatif dan frasa preposisi temporal, adapun metode yang digunakan
adalah deskriptif kualitatif. Metode pengumpulan data menggunakan metode
simak, metode analisis data menggunakan metode agih yang perilakunya
disesuaikan dengan teori X-bar. Temuan penelitian ini adalah (1) preposisi zài
„di/pada‟, yú „dari‟, cóng „dari‟, zì „dari dan dào „ke/hingga‟, dapat berperan
sebagai preposisi lokatif , preposisi temporal maupun gabungan keduanya (2)
preposisi zài „di/pada‟, yú „dari‟, cóng „dari‟, zì „dari dan dào „ke/hingga‟ jika
bergabung menjadi frasa preposisi dalam kalimat memiliki fungsi sintaksis
sebagai adjung atau komplemen (3) kaidah pembentukan frasa preposisi
dirumuskan menjadi FP P‟ FN.
Kata Kunci : Frasa Preposisi Lokatif dan Temporal, Kaidah Struktur Frasa,
Teori X-Bar
xii
www.eprints.undip.ac.id
© Master Program in Linguistics, Diponegoro University
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Penggunaan Bahasa Mandarin (BM) di Indonesia semakin meluas setelah
diterbitkannya kebijakan pemerintah melalui Instruksi Presiden RI No 4 Tahun
1999 tentang Pencabutan Larangan Pembelajaran BM di Lembaga Pendidikan
Non Formal. Penerbitan instruksi tersebut tidak hanya berdampak pada
bermunculannya lembaga-lembaga pendidikan non formal seperti kursus BM,
melainkan juga diikuti oleh lembaga pendidikan formal yang menyelenggarakan
pembelajaran BM mulai
dari pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi.
Berdasarkan survei/informasi APSMI (Asosiasi Program Studi Bahasa Mandarin
Indonesia hingga saat ini perguruan tinggi negeri dan swasta di Indonesia yang
membuka Program Studi Sastra Cina untuk jenjang S1 dan Program Studi BM
untuk jenjang D3 berjumlah 26 Program Studi dan penyebarannya menyeluruh
dari wilayah Barat sampai Timur Indonesia. Demikian juga kursus BM di wilayah
DKI Jakarta dan sekitarnya terus bertumbuhan.
Selanjutnya, perkembangan pembelajaran BM ini semakin didukung oleh
terbitnya Keppres no. 6 tahun 2000 tentang Pembolehan Orang Cina Menjalankan
segala Bentuk Ekspresi Kebudayaan Cina, termasuk mempelajari bahasa Cina
beserta aksaranya. Keppres ini memberikan dampak positif bagi pengembangan
BM, sehingga minat mempelajari BM tersalurkan secara lebih terbuka, bahkan,
1
www.eprints.undip.ac.id
© Master Program in Linguistics, Diponegoro University
2
sejumlah sekolah terutama yang siswanya mayoritas keturunan Cina mengajarkan
BM sebagai mata pelajaran wajib atau ekstrakurikuler (Sutami, 2007:227).
Penerbitan kedua kebijakan tersebut tampaknya sejalan dengan kebutuhan
akan penggunaan BM di dunia yang terus meningkat di berbagai bidang, terutama
di bidang ekonomi. Bahkan dalam KTT ASEAN baru-baru ini muncul wacana
bahwa Renminbi sebagai mata uang resmi negara China akan dijadikan mata uang
internasional kelima di dunia setelah Dolar Amerika, Euro, Pounsterling, dan Yen
Jepang. Pengakuan Renminbi sebagai mata uang internasional tersebut akan
diumumkan pada tanggal 30 November mendatang oleh IMF (Kompas, 22
November
2015).
Melihat
kondisi
tersebut,
penulis
berasumsi
bahwa
pembelajaran BM di Indonesia di masa mendatang menjadi satu kebutuhan yang
tak terelakkan.
Namun, tidak mudah mempelajari BM karena BM memiliki karakteristik
yang jauh berbeda dengan bahasa Indonesia dan karakteristik tersebut saya
asumsikan sebagai salah satu kesulitan yang dihadapi oleh pembelajar BM di
Indonesia. Karakteristik tersebut di antaranya adalah penggunaan aksara Hanzi
dan penggunaan aksen nada. Hanzi adalah aksara Cina yang harus dipelajari,
dipahami, dan dikuasai dengan baik oleh pembelajar BM sejak mereka mulai
mempelajarinya karena semua buku pelajaran BM yang digunakan di lembaga
pendidikan formal tertulis dalam aksara ini, sehingga dapat dipastikan jika
pembelajar tidak dapat menghapal aksara tersebut, tidak akan mampu membaca,
apalagi memahaminya.
www.eprints.undip.ac.id
© Master Program in Linguistics, Diponegoro University
3
Bahasa Mandarin mengenal aksen nada. Aksen nada ini terdapat dalam
tataran kata. Suatu kata akan memiliki makna beragam jika dilafalkan dengan
nada yang berbeda-beda, seperti kata “mǎ” jika dilafalkan dengan “mā” bermakna
„ibu‟, namun jika dilafalkan mǎ akan bermakna „kuda‟. Sebagaimana
dikemukakan oleh Li & Thompson (1989:26) bahwa bentuk kata dalam BM tidak
mengalami perubahan secara morfologis, melainkan disebabkan oleh perubahan
nada dalam pelafalannya. .
Selanjutnya, jika dilihat dari struktur gramatikalnya, BM termasuk
dalam rumpun bahasa Sino-Tibet. Struktur gramatikal BM
didasarkan pada
urutan kata. Urutan kata dalam kalimat/struktur kalimat BM sama dengan bahasa
Inggris, yaitu SVO (Subjek – Verba – Objek). Contoh :
(1) Wǒ
S
Saya
xuéxí
P (V)
belajar
Hànyǔ.
O
bahasa Mandarin
(Liu, 2005:23)
Struktur kalimat (1) di atas memiliki urutan S – V -- O, unsur subjek
adalah wo „saya‟ (nomina), unsur predikat adalah xuéxí „belajar‟ (verba), dan
objeknya adalah hànyǔ „bahasa Mandarin‟ (nomina).
Selain didasarkan pada urutan kata, struktur gramatikal kalimat BM
ditentukan oleh urutan waktu (The Principle of Temporal Sequence) (Tai, 1985),
contoh :
(2) Xiǎo mǎ zài gōngchǎng
S
FP
Xiaoma
di pabrik
gōngzuò.
P
bekerja
„Xiaoma bekerja di pabrik‟
www.eprints.undip.ac.id
© Master Program in Linguistics, Diponegoro University
4
Urutan kata dalam kalimat (2) di atas adalah S – FP – P, unsur subjeknya
berupa nomina Xiaoma (nama orang), unsur frasa preposisi (FP) adalah
zài
gōngchǎng „di pabrik‟ dan unsur predikat diisi oleh verba gōngzuò „bekerja‟.
Berdasarkan konsep urutan waktu dalam BM seperti disebutkan di atas, Xiaoma
(nama orang) tiba terlebih dahulu di pabrik, setelah itu melakukan aktivitas
bekerja gōngzuò Berkaitan dengan hal tersebut, FP dalam BM diletakkan di
depan predikat yang berupa verba.
Konsep urutan waktu yang berlaku dalam penempatan FP / preposisi
dalam kalimat BM seperti contoh di atas, berbeda dengan bahasa Indonesia seperti
terlihat pada contoh berikut ini.
(3) Saya belajar di rumah
(4) Dia datang dari Inggris
(5) Mereka baik pada saya
Bentuk di rumah, dari Inggris, dan pada saya merupakan FP yang diletakkan
setelah predikat yang berupa verba dan predikat berupa adjektiva. Bandingkan
dengan FP dalam BM yang terdapat dalam kalimat di bawah ini.
(6) Wo zai jia xue
„Saya di rumah belajar‟
(7) Ta cong Yingguo lai
„Dia dari Inggris datang‟
(8) Tamen dui wo hen hao
„Mereka pada saya baik‟
www.eprints.undip.ac.id
© Master Program in Linguistics, Diponegoro University
5
Kalimat di atas (6), (7) FP Wo zai jia xue „Saya di rumah belajar‟, Ta
cong Yingguo lai
„Dia dari Inggris datang‟, diletakkan sebelum predikat yang
berupa verba, sedangkan kalimat (8) FP Tamen dui wo hen hao
„Mereka pada
saya baik‟ terletak sebelum predikat yang berupa adjektiva
Bahasa Mandarin jenis preposisi sangat beragam. Ada beberapa preposisi
BM memiliki fungsi dan makna ganda, yakni lain zài „di/pada‟, yu „pada‟, cóng
„dari‟, dào „ke‟, dan zì „dari‟ mempunyai fungsi. Adapun jenis preposisi tersebut
mempunyai fungsi sebagai (a) verba, (b) preposisi (c) adverbia. Di bawah ini
diberikan contoh penggunaan zài sebagai verba.
(9) Wǒ
yéyé
hé nǎinai
FN
Saya kakek dan nenek
zài
nóngcūn.
V
N
tinggal
desa
„Kakek dan nenek saya tinggal di desa. (Zhiqi et.al, 1995:1103)
Zài dalam kalimat (9) berfungsi sebagai verba yang menyatakan makna
eksistensi/keberadaan
(Borong & Xudong, 2002:38). Pakar linguistik Cina
menyatakan bahwa FP tidak dapat menjadi subjek dan predikat dalam kalimat
BM (Zhang & Changlai, 2002:84).
Preposisi tersebut di atas dapat digunakan secara bergantian, baik sebagai
preposisi temporal maupun sebagai preposisi lokatif. Oleh karena itu, penggunaan
preposisi yang tepat sesuai dengan konteks kalimatnya menjadi salah satu
kesulitan yang dihadapi pembelajar BM di Indonesia dalam memahami BM
padahal preposisi dalam BM menempati posisi yang sangat penting karena
frekuensi penggunaannya yang tinggi. Bertolak dari hal tersebut, penulis
berasumsi bahwa penelitian tentang penggunaan preposisi lokatif dan temporal
www.eprints.undip.ac.id
© Master Program in Linguistics, Diponegoro University
6
menjadi signifikan dilakukan guna meningkatkan pemahaman pembelajar BM di
Indonesia terhadap BM yang baik.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan sebelumnya,
maka permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
a. Bagaimanakah kaidah struktur frasa preposisi (FP) BM ?
b. Bagaimanakah fungsi sintaksis FP BM ?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Sesuai dengan rumusan
masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut :
a. Mendeskripsikan kaidah struktur FP BM.
b. Membuktikan FP sebagai adjung dan komplemen.
Manfaat penelitian ini dapat diperinci secara teoritis dan praktis. Manfaat
secara teoritis adalah sebagai berikut.
a. Memberi kontribusi terhadap pengembangan keilmuan linguistik BM,
khususnya pemahaman tentang penggunaan preposisi.
b. Menjadi referensi yang bermanfaat bagi pembelajar atau peminat BM yang
ingin memperdalam atau melakukan penelitian lebih lanjut tentang
preposisi lokatif dan preposisi temporal.
www.eprints.undip.ac.id
© Master Program in Linguistics, Diponegoro University
7
Manfaat secara praktis adalah sebagai berikut:
a. Memberikan kontribusi pada peningkatan kualitas pembelajaran preposisi
lokatif dan preposisi temporal.
b. Memberikan kontribusi pada pembelajar BM agar dapat memahami
penggunaa preposisi lokatif dan preposisi temporal secara benar.
c. Menjadi masukan bagi jurnalis agar dapat menggunakan preposisi lokatif
dan preposisi temporal BM secara tepat.
1.4 Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis membatasi ruang lingkup penelitian pada
penggunaan preposisi lokatif dan preposisi temporal zai „di‟ , yu „di‟, cong „dari‟,
zi „dari‟, dao „ke‟dalam artikel surat kabar atau harian Guoji, dari bulan
Nopember 2014 sampai Januari 2015, Koran Guoji merupakan surat kabar
berbahasa Mandarin yang terbit dan beroplah terbesar di Indonesia, sehingga
mudah dikenal oleh pembelajar BM di Indonesia dan mudah diperoleh.
1.5 Metode dan Langkah Kerja Penelitian
Jika dilihat dari sumber data yang digunakan, yakni surat kabar, penelitian
yang dilakukan ini merupakan penelitian kualitatif. Selanjutnya, jika data yang
dikaji tersebut berupa data kualitatif, yang berwujud kata, frasa atau ungkapan
yang berasal dari dokumen seperti surat kabar, maka dapat dikatakan penelitian
deskriptif (Djajasudarma (1993:9). Lebih lanjut dikemukakan bahwa metode
www.eprints.undip.ac.id
© Master Program in Linguistics, Diponegoro University
8
penelitian deskriptif adalah metode yang bertujuan membuat deskripsi, yaitu
membuat gambaran atau lukisan secara sistematis faktual dan akurat mengenai
data, sifat-sifat serta hubungan fenomena-fenomena yang diteliti. Oleh karena itu
metode penelitian ini menggunakan gabungan dari kedua jenis penelitian tersebut
yaitu penelitian deskritif kualitatif. Selanjutnya, langkah kerja yang dilakukan
adalah sebagai berikut:
a.
Pengumpulan data dimulai dengan mengidentifikasi kalimat yang di
dalamnya mengandung FP zai „di‟ , yu „di‟, cong „dari‟, zi „dari‟, dao „ke‟,
dan unsur obyek nominal. Selanjutnya kalimat yang mengandung FP tersebut
ditandai dengan menggunakan penanda/marker, lalu dicatat dalam komputer
sesuai dengan jenis preposisinya. Langkah selanjutnya adalah memilah FP
yang sudah dikumpulkan ke dalam jenis PrL atau jenis PrT. Langkah terakhir
dari pengumpulan data adalah mengidentifikasi struktur dan fungsi sintaksis
kedua preposisi tersebut.
b.
Analisis data dilakukan berdasarkan teori yang sudah ditetapkan. Untuk
mengategorisasi jenis FP ke dalam lokatif dan temporal digunakan teori yang
dikemukakan oleh Liu (2005) Selanjutnya untuk membuktikan fungsi
sintaksis dari frasa preposisi lokatif (FPrL) dan frasa preposisi temporal
(FPrT) digunakan teori X-Bar.
c.
Penyajian hasil analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara formal dan
secara informal. Penyajian secara formal adalah penyajian hasil analisis data
dengan menggunakan kaidah kebahasaan, sedangkan penyajian secara
www.eprints.undip.ac.id
© Master Program in Linguistics, Diponegoro University
9
informal adalah penyajian data dengan menggunakan uraian kata kata biasa
yang mudah dipahami.
Secara rinci mengenai metode dan langkah kerja penelitian akan disajikan dalam
Bab III dalam laporan penelitian ini.
1.6
Definisi Operasional
Definisi Operasional dalam penelitian ini meliputi:
a. Frasa adalah kata-kata dalam kalimat yang disusun berdasarkan hierarki
menjadi satuan yang lebih besar (Haegeman, 1992: 26). Sejalan dengan
itu Radford (dalam Mulyadi, 2008: 23) (dalam Mulyadi , 2008 :23)
mengemukakan bahwa frasa adalah perangkat elemen yang membentuk
suatu konstituen tanpa dibatasi oleh jumlah elemen.
b. Frasa preposisi adalah frasa yang terbentuk dari preposisi yang digunakan
untuk mengacu pada sebuah kategori kata yang terletak di depan kategori
lain, terutama nomina (Tarigan, dalam Mulyadi, 2010: 2, Ramlan, 1997:
178; Chaer, 1994: 373).
c. Kategori leksikal adalah kategori kata dan kategori ini menentukan
kategori frasanya. Misalnya, FP terbentuk dari sebuah preposisi dan
sebuah kategori lain sebagai komplemennya (Radford, dalam Mulyadi,
2010: 2).
d. Adjung / Keterangan adalah konstituen opsional yang dapat berulang atau
rekursif. Dalam skema X-bar, keterangan berkombinasi dengan X‟ untuk
membentuk proyeksi X‟ (Haegeman, 1992: 81-82, 95).
www.eprints.undip.ac.id
© Master Program in Linguistics, Diponegoro University
10
e. Komplemen adalah argumen internal yang posisinya dibawahi langsung
oleh X-bar dan kehadirannya pada posisi itu merupakan realisasi dari
properti leksikal. Komplemen merupakan argumen wajib dalam struktur
frasa (Mulyadi, 2010: 5).
f. Kaidah struktur frasa adalah kaidah untuk menentukan relasi konstituen
secara hierarkis dalam sebuah frasa. Dalam hal ini, konstituen mengacu
kepada kategori leksikal dan kategori frasa yang berfungsi sebagai
komplemen, keterangan, dan spesifier (Haegeman, 1992: 87, 95).
1.7 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan tesis ini terdiri atas lima bagian. Bab satu adalah
pendahuluan yang terdiri atas, latar belakang pengambilan topik penulisan,
rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian, metode
dan langkah kerja penelitian, definisi operasional serta sistematika penulisan.
Selanjutnya bab dua adalah tinjauan pustaka terdiri, atas penelitian sebelumnya
yang relevan dengan penelitian ini dan landasan teori. Bab tiga adalah metode
penelitian yang mencakup penyediaan data dan analisis data. Bab empat,
menampilkan hasil dan pembahasan dan yang terakhir bab lima penutup yang
terdiri atas simpulan dan saran.
www.eprints.undip.ac.id
© Master Program in Linguistics, Diponegoro University
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Bagian ini menguraikan penelitian terdahulu tentang preposisi dalam
bahasa Mandarin (BM). Penelitian-penelitian tersebut adalah sebagai berikut.
Pertama, disertasi dengan judul “Jiècí Duǎnyǔ „Zài +X‟ de Jùfǎ Wèizhì Jí
Jiècí „Zài‟ de Yǐnxiàn Wèntí Kǎochá Research on the Syntactic Position of the
Prepositional Phrase „Zai+ X‟ and the Occurrence of the Preposition „Zai‟
“ oleh Leng (2008).
Penelitian Leng menelaah penggunaan dan pelesapan
preposisi zài „di‟ dalam kalimat BM. Leng lebih memfokuskan zài „di‟ yang
berada di depan dan di belakang predikat verba. Temuan penelitian Leng bahwa
jika zài „di‟ berada di belakang predikat tidak dapat dilesapkan. Sedangkan, zài
cenderung lesap ketika berada di depan predikat. Penelitian yang dilakukan Leng
dapat dikatakan cukup luas karena ia menelaah tidak hanya pada tataran kalimat
sederhana, tetapi pada kalimat kompleks.
Selanjutnya,
Liang
(2008)
dalam
penelitiannya
yang
berjudul
“Comparison and Researches on the Location and Time Preposition in Present
Chinese” menyoroti Preposisi Lokatif (PrL) dan Preposisi Temporal (PrT) dalam
BM, antara lain (1) perbedaan keduanya di antara BM modern dan klasik (2)
perbandingan PrL BM modern dan klasik (3) perbandingan antara PrL dan PrT
ditinjau dari segi struktur karena preposisi yang digunakan sebagai penanda
11
www.eprints.undip.ac.id
© Master Program in Linguistics, Diponegoro University
12
temporal dan lokatif seringkali sama. Artinya, preposisi yang dapat digunakan
sebagai penanda lokatif sekaligus dapat digunakan sebagai temporal, dan (4)
menunjukkan perbedaan aspek semantik dari kedua preposisi tersebut berdasarkan
posisi keduanya di dalam kalimat.
Dari temuan tidak terlihat secara jelas
perbedaannya karena pemaparannya hanya berisi tentang posisi PrL dan PrT
dalam kalimat, yakni di depan dan belakang subjek.
Penelitian yang dilakukan Zelia (2012) : “Perbandingan Frasa Bahasa
Indonesia dan Bahasa Mandarin (Suatu Analisis Kontrastif)”. Dalam penelitian
tersebut Zelia (2012) membandingkan Frasa Preposisi (FP) bahasa Indonesia (BI)
dan bahasa Mandarin dengan menelaah susunan unsur kalimat yang mengandung
preposisi atau FP. Zelia (2012) mengemukakan bahwa pola frasa dalam BM
adalah pola Menerangkan Diterangkan (MD), berbeda dengan BI yang berpola
Diterangkan Menerangkan (DM). Meskipun demikian, menurut Zelia FP dalam
BM dapat berpola MD atau DM karena dalam BM terdapat FP yang berfungsi
sebagai keterangan, yaitu zhuangyu „keterangan‟ . Keterangan (zhuangyu) lazim
diletakkan di depan verba atau adjektiva yang dapat membentuk pola MD. Selain
itu, FP dalam BM dapat berfungsi sebagai komplemen/pelengkap (buyu). Letak
komplemen (buyu) tersebut di belakang verba atau adjektiva sehingga dapat
membentuk pola DM.
Namun, dalam penelitian tersebut tidak menjelaskan perbedaan itu
terdapat. Ditinjau dari perilaku sintaksisnya, Zelia (2012) mengatakan bahwa
preposisi BI berada di depan nomina, adjektiva, atau adverbia sehingg membentuk
www.eprints.undip.ac.id
© Master Program in Linguistics, Diponegoro University
13
frasa yang dinamakan frasa preposisi. Contohnya seperti ke toko, sampai kosong,
dan dengan segera.
Menurut penulis, “zai” dengan bentuk aksara dan lafal yang sama, kata ini
memiliki tiga kelas kata: (1) sebagai preposisi, sepadan dengan "di" dalam BI, dan
biasanya diikuti nomina, membentuk FP, (2) sebagai verba, dengan makna
leksikal "berada", (3) sebagai adverbia temporal, dengan makna leksikal
"sedang".
Pertama, frasa preposisi BM seperti zai jiali
bermakna „di rumah‟,
memiliki struktur yang sama dengan BI, yaitu Prep + FN. Kedua, perbedaan
susunan unsur kalimat antara BM dan BI terletak pada posisi keterangan,
termasuk yang dibentuk oleh FP. Jika dibandingkan letak keterangan dalam BI
dengan BM, posisi keterangan dalam BM tidak sebebas posisi keterangan dalam
BI. Hal itu tampak seperti dikemukakan oleh Alwi, et. al (1998:330) bahwa
keterangan dalam BI merupakan fungsi sintaksis yang paling beragam dan paling
mudah berpindah letaknya.
Meskipun penelitian Zelia tersebut berisi pemaparan beberapa preposisi
dan FP BM, jika ditinjau dari aspek sintaksis, masih terdapat rumpang di
dalamnya. Analisis Zelia tentang preposisi BM sangat terbatas karena data yang
digunakan dalam analisis itu belum memadai. Akibatnya, inti persoalan dalam
penelitian ini belum tersentuh.
Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Anas
(2012) dalam
disertasinya : “Yìnní Xuéshēng Xí dé Hànyǔ Jiècí Duǎnyǔ
“zài +NP” Shí
Chángjiàn de Piān wù
www.eprints.undip.ac.id
Fēnxī
The Analysis of Common Error Made by
© Master Program in Linguistics, Diponegoro University
14
Indonesian Students Learning Chinese Prepositional Phrase “zài +NP”. Anas
membahas beragam preposisi dalam BM. Anas (2012) membandingkan preposisi
zai dengan preposisi BI pada/di, lalu menelaah FP BM "在 + FN" dan FP
dalam BI "di / pada + FN" melalui analisis kesalahan. Berdasarkan hasil analisis,
diketahui bahwa kesalahan-kesalahan tersebut terletak pada (1) pembelajar tidak
dapat menempatkan preposisi sesuai dengan urutan yang tepat (2) pembelajar
tidak menggunakan preposisi yang seharusnya digunakan, dan (3) pembelajar
tidak dapat membedakan preposisi dengan kata arah.
Selanjutnya, kesalahan
tersebut disebabkan oleh tiga hal, yakni (1) interferensi bahasa ibu (2) kesalahan
guru, dan (3) kesalahan materi ajar.
Data penelitian yang digunakan oleh Anas adalah BM yang digunakan
oleh pembelajar Indonesia tingkat menengah, sehingga penulis berasumsi bahwa
data yang digunakan kurang memadai. Hal ini menyebabkan telaah preposisi zai
sebagai PrT atau PrL secara khusus tidak mendalam.
Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan PrL dan
PrT BM, penulis berasumsi bahwa masih terdapat rumpang yang perlu diisi agar
pembelajar BM di Indonesia dapat memahaminya secara lebih mendalam dan
komprehensif. Terkait dengan hal tersebut, penulis akan menelaah struktur frasa
dan fungsi sintaksis PrL dan PrT dalam kalimat BM berdasarkan teori X-bar,
yang belum dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Penelitian ini bersifat
melengkapi penelitian di atas, karena penelitian ini lebih difokuskan pada struktur
frasa dan pembuktian atas kegunaan FP dan fungsi sintaksis FP BM.
www.eprints.undip.ac.id
© Master Program in Linguistics, Diponegoro University
15
2.2 Landasan Teori
Teori yang digunakan untuk melandasi penelitian ini meliputi: (1) Konsep
Frasa Bahasa Mandarin (2) Kaidah Struktur Frasa Preposisi (3) Teori X-Bar.
2.2.1 Konsep Frasa Bahasa Mandarin
Li dan Cheng (2008:155) mengatakan bahwa frasa adalah kombinasi katakata yang berhubungan secara gramatikal dan memiliki fungsi yang sama dengan
kata yaitu sebagai bagian kalimat. Beberapa frasa dapat juga berdiri sendiri ebagai
sebuah kalimat. Dalam BM frasa disebut cízǔ atau duǎnyǔ. Pada umumnya frasa
dapat dipecah menjadi beberapa kata, dan dapat diperluas dengan menyisipkan
unsur-unsur lain, atau dapat mengganti salah satu katanya dengan kata lain.
Frasa dalam BM terdapat beberapa jenis, yaitu (1) frasa koordinatif, (2)
frasa subyek-predikat, (3) frasa verba-obyek, (4) frasa endosentris, (5) frasa kata
bantu bilangan, (6) frasa kata pelengkap, (7) frasa lokatif, (8) frasa apositif, (9)
frasa pelengkap, (10) frasa preposisi, dan (11) frasa de (Li dan Cheng, 2008:155-156).
(1) Frasa koordinatif
Frasa koordinatif adalah frasa yang terdiri dari dua kata atau lebih dan
memiliki kelas kata yang sama.
Laoshi xuesheng (guru murid).
Guru dan murid adalah nomina.
Wo he ta (saya dan dia).
Saya dan dia adalah pronomina.
www.eprints.undip.ac.id
© Master Program in Linguistics, Diponegoro University
16
Jiji nuli (giat rajin)
Giat dan rajin adalah adjektiva
(2) Frasa subyek-predikat
Frasa subyek predikat adalah frasa yang salah satu konstituennya dikombinasikan
dalam hubungan subyek-predikat.
Toufa zhang (rambut tumbuh).
Toufa adalah subyek dan zhang adalah predikat.
(3) Frasa verba-obyek.
Frasa verba-obyek adalah frasa yang salah satu konstituennya dikombinasikan
dalam hubungan verba-obyek.
Chi fan (makan makanan).
Chi adalah kata kerja/ verba, fan adalah kata benda atau obyek.
Xie Hanzi (menulis huruf Mandarin).
Xie adalah kata kerja/ verba, Hanzi adalah kata benda atau obyek.
(4) Frasa endosentris.
Frasa endosentris adalah frasa yang konstituen pertamanya memodifikasi
konstituen kedua. Frasa ini dibagi menjadi dua, yaitu (1) frasa endosentris nomina,
yakni frasa yang berupa konstituen kedua adalah kata benda, dan (2) frasa
endosentris verba dan ajektiva, konstituen kedua adalah kata benda atau kata sifat.
(5) Frasa kata bantu bilangan.
Frasa ini adalah kombinasi dari suatu bilangan dan suatu kata bantu.
Yi zhang (satu lembar).
Yi adalah kata bilangan, zhang adalah kata bantu.
www.eprints.undip.ac.id
© Master Program in Linguistics, Diponegoro University
17
San zhi (tiga batang).
San adalah kata bilangan, zhi adalah kata bantu.
(6) Frasa kata pelengkap.
Frasa kata pelengkap adalah frasa yang salah satu konstituennya dikombinasikan
dalam suatu hubungan pelengkap.
Xi ganjing (mencuci bersih).
Xi adalah kata kerja, ganjing adalah kata sifat. Ganjing (bersih) merupakan
pelengkap dari xi (mencuci).
(7) Frasa lokasi.
Frasa lokasi adalah frasa, kata benda merupakan kata yang menunjukkan tempat
atau posisi, waktu atau kuantitas.
Menunjukkan posisi.
Xuexiao qianbian (sekolah depan).
Depan sekolah.
Zhuozi shang (meja atas).
Atas meja
(8) Frasa apositif.
Frasa apositif adalah kombinasi dua kata yang mengacu kepada orang yang sama
dari aspek yang berbeda.
Farasa ini satu sama lain merupakan informasi
tambahan.
Zhang Ping pengyou (Zhang Ping teman) Zhang Ping adalah nama seseorang,
pengyou adalah kata benda yang melengkapi informasi pertama sehingga maksud
kalimat tersebut adalah Teman yang bernama Zhang Ping.
www.eprints.undip.ac.id
© Master Program in Linguistics, Diponegoro University
18
(9) Frasa pelengkap.
Frasa pelengkap adalah frasa yang berupa istilah teknis atau idiom yang terdiri
atas konstituen-konstituen pasti untuk menyatakan konsep yang spesifik dan
digunakan sebagai suatu kesatuan.
Quanguo renmin daibiao da hui.
Negara rakyat orang kongres.
Kongres rakyat nasional.
Zhongguo renmin gongheguo.
Cina
rakyat negara.
Negara Republik Rakyat Cina.
(10) Frasa preposisi.
Frasa preposisi dibentuk dari preposisi dan obyeknya. Mengacu kepada petunjuk,
tempat atau posisi, waktu, obyek, tujuan, alasan, atau sikap suatu tindakan, dan
menyatakan kepasifan, perbandingan atau pengecualian.
(11) Frasa de
Frasa de ini adalah frasa yamg memiliki struktur partikel de (kepunyaan) yang
mengacu kepada orang atau sesuatu.
Zhe be n shu shi wo de.
Ini jilid buku adalah saya punya.
Buku ini milik saya.
De mengacu kepada kata ganti „saya‟.
Canjia de you er shi ge ren.
Ikut serta yang ada dua puluh orang.
www.eprints.undip.ac.id
© Master Program in Linguistics, Diponegoro University
19
Yang turut serta ada dua puluh orang.
De mengacu kepada kata kerja „turut serta‟.
2.2.2 Frasa Preposisi Bahasa Mandarin
Frasa preposisi menurut Li dan Cheng (2008:213) adalah frasa yang
dibentuk dari preposisi dan obyeknya. Mengacu kepada petunjuk, tempat atau
posisi, waktu, obyek, tujuan, alasan, atau sikap suatu tindakan, dan menyatakan
kepasifan, perbandingan atau pengecualian.
Ciri frasa preposisi menurut Li dan Cheng (2008:214) ada empat yaitu;
a. Sebuah frasa preposisi memiliki urutan kata yang baku, preposisi selalu di
dahului objeknya
b. Kata benda, kata ganti, frasa kata bantu bilangan, kata benda dan frasa
lokasi, kata benda “waktu” frasa endosentris nomina dapat menjadi
objeknya preposisi
c. Tidak ada kata tugas yang bisa digunakan untuk menghubungkan preposisi
dan objeknya
d. Penekanan pada frasa preposisi terletak pada objeknya
2.2.2.1 Frasa Preposisi Lokatif Bahasa Mandarin
Menurut Liang (2008:26) lokasi adalah tempat atau ruang berlangsungnya
suatu gerakan atau kejadian. Secara konkret menunjukkan tempat keberadaan
benda dan pergeseran dari suatu benda, termasuk titik awal, titik akhir, titik yang
dilalui, dan arah. Nomina tempat ini disebut “lokasi”, lokasi biasanya ditandai
www.eprints.undip.ac.id
© Master Program in Linguistics, Diponegoro University
20
oleh preposisi yang muncul di depan nomina tersebut atau nomina lokasi.
Preposisi seperti inilah yang disebut preposisi lokatif. Dengan kata lain, preposisi
lokatif diikuti nomina dengan makna lokasi. Berikut ini adalah jenis-jenis kata
yang termasuk dalam preposisi lokatif.
a. Preposisi zài „di‟
(11)
Lǎo Wáng [
Pak Wang
Prep
zài Běijīng ] zhù le
sān nián
le.
di Beijing tinggal sudah 3 tahun sudah
„Pak Wang sudah tinggal di Beijing 3 tahun.‟ (Liu, 2005:264)
Preposisi zài „di‟ pada kalimat di atas merupakan preposisi lokatif karena diikuti
oleh nomina yang menunjukkan tempat, yakni zài běijīng „ di Beijing‟. Pada
kalimat tersebut frasa preposisi muncul sebelum predikat, dengan fungsi sintaksis
sebagai adverbial.
(b) Preposisi yú „di‟
(12) zhè zhǒng cǎoyào duō shēngcháng { Prep yú shāndì }
Ini macam tanaman obat banyak tumbuh
di pegunungan
„Tanaman obat semacam ini banyak tumbuh di pegunungan.‟
(Liu, 2005:264)
Preposisi yú
kejadian verba
„di‟ pada frasa yú shāndì „di pegunungan‟ menandakan lokasi
shēng zháng „tumbuh‟. Pada kalimat tersebut frasa preposisi
muncul di belakang predikat, dengan fungsi sintaksis sebagai komplemen yang
disebut bǔyǔ. Perbedaan komplemen dengan adjung (zhuàngyǔ) adalah
komplemen letaknya di belakang predikat, yang berupa kata kerja atau kata sifat,
www.eprints.undip.ac.id
© Master Program in Linguistics, Diponegoro University
21
adjung di dalam struktur kalimat posisinya di depan predikat, biasanya terdiri dari
verba atau adjektiva.
(c) Preposisi cóng „dari‟
(13) Wàipó
Nenek
[
Prep
cóng nóngcūn] bān { Prep dào chéngshì lǐ } lái le.
dari desa
pindah ke
kota
datang
„Nenek datang dari desa pindah ke kota.‟ (Liu, 2005:264)
Pada kalimat tersebut terdapat dua preposisi, yaitu preposisi cóng
„dari‟
dan dào „ke‟.” Karena preposisi cóng menandakan awal keberangkatan dan dào
menandakan lokasi tujuan terakhir, kedua preposisi ini biasa muncul bersamaan
dalam kalimat agar informasi menjadi lengkap. Pada kalimat tersebut bisa juga
kedua preposisi dipisahkan menjadi dua kalimat sebagai berikut.
(14)
Wàipó [
Nenek
cóng nóngcūn ] lái le.
[ dari desa
] datang.
Prep
„Nenek datang dari desa.‟
(15)
Wàipó bān {
Nenek pindah
Prep
dào
ke
chéngshì lǐ } lái le.
kota
datang.
„Nenek datang dari kota‟
(Liu, 2005:264)
Kalimat berikut ini juga menggunakan preposisi penanda awal lokatif cóng
„dari‟, perbedaan antara yóu dan cóng
adalah yóu
cenderung bernuansa
Mandarin klasik atau ragam tertulis, seperti halnya cóng, yóu sering pula
dipadukan dengan preposisi penanda akhir tujuan lokatif dào. Contohnya:
(d) Preposisi yóu
www.eprints.undip.ac.id
„dari‟…. dào „ke‟
© Master Program in Linguistics, Diponegoro University
22
(16)
yóu Tiānjīn ] [ Prep dào Běijīng ] zhǐ yào liǎng gèxiǎoshí
dari Tianjin
ke Beijing
hanya akan dua jam
[
Prep
„Perjalanan dari Tianjin ke Beijing hanya perlu dua jam.‟
(17)
Tiānjīn]
dari Tianjin]
Prep Yóu
[
zhǐ yào liǎng gè xiǎoshí.
hanya perlu dua
jam
„Dari Tianjin hanya perlu dua jam‟
(18)
[
Prep
dào Běijīng ]
ke Beijing
zhǐ
yào liǎng gè xiǎoshí.
hanya perlu dua
jam
„Hanya perlu dua jam ke Beijing‟
(d) Preposisi zì
(19) Wǒmen
Kita
„dari‟
dōu
lái
[ Prep zì wǔ hú sì hǎi ]
semua datang
dari 5 danau 4 lautan
„Kita datang dari semua penjuru.‟ (Liu, 2005:264)
Pada frasa zì wǔ hú sì hǎi
„dari 5 danau 4 lautan‟ merupakan penanda awal
kejadian verba lái ‟datang‟
(e) Preposisi dǎ „dari‟
(20) Nǐmen
[ Prep dǎ
nǎ'r
lái ] ?
Kalian
dari mana datang
?
„Kalian datang dari mana ?‟ (Liu, 2005:264)
Preposisi dǎ „dari‟ merupakan penanda awal tempat kejadian verba lái
‟datang‟.
www.eprints.undip.ac.id
© Master Program in Linguistics, Diponegoro University
23
(f)
(21)
Preposisi cháo „ ke‟
Lǐ hǔ [
Li Hu
Prep
cháo tiān ] shàng
ke langit
atas
kāi
le liǎng qiāng
membuka
dua tembakan
„Li Hu melepaskan tembakan ke langit.‟
(Liu, 2005:264)
Preposisi cháo „ke‟ pada frasa cháo tiān „ke langit‟ merupakan penanda arah
yang dituju verba shàng kāi
(g) Preposisi xiàng
(22)
„melepaskan‟.
„menuju‟
zhè tiáo xiǎolù [
ini
jalan
Prep
xiàng
hòu
huāyuán ].
menuju belakang taman .
.
„Jalan ini menuju taman belakang‟.
(Liu, 2005:264)
Preposisi
xiàng
„menuju‟ pada frasa xiàng
hòu
huāyuán „menuju taman
belakang‟ merupakan penanda lokasi dari frasa nomina hòu huayuan .
(h) Preposisi wǎng
„menuju‟
(23) [ Prep wǎng
xī ]
menuju Barat
zǒu èr bǎi bù
jiù
dào
jiā le.
berjalan dua ratus langkah lalu tiba rumah.
Berjalan 200 langkah menuju Barat maka tiba di rumah.‟
(Liu, 2005:264)
Preposisi wǎng „menuju‟ pada xī „Barat‟ merupakan penanda lokasi dari frasa
nomina wǎng xī 'menuju ke Barat‟.
(i) Preposisi dào
“ke”
(24) Míngtiān tā [ Prep dào Shànghǎi ] qù
bàn
diǎn
shì.
Besok dia
ke Shanghai pergi menangani sedikit urusan.
www.eprints.undip.ac.id
© Master Program in Linguistics, Diponegoro University
24
„Besok dia pergi ke Shanghai menangani suatu hal.‟ (Liu, 2005)
Preposisi dào „ke‟ pada frasa dào Shànghǎi „ke Shanghai‟ merupakan penanda
lokasi, karena diikuti oleh nomina tempat „Shanghai‟.
2.2.2.2 Frasa Preposisi Temporal Bahasa Mandarin
Teori tentang preposisi temporal yang akan digunakan untuk mengupas
permasalahan penelitian adalah teori yang dikemukakan oleh Liu (2005:260)
tentang jenis preposisi temporal tentang konteks penggunaannya. Preposisi
temporal diklasifikasikan menjadi preposisi (1) cóng (2) zì (3) zìcóng (4) yóu
(5) dǎ (6) zài, dan (7) yú . Preposisi cóng, zì, zìcóng, yóu, dǎ bermakna „dari‟
yang menunjukkan titik awal suatu perbuatan, sedangkan zài dan yú bermakna
„pada‟ menunjukkan jangka waktu suatu perbuatan dilakukan. Berikut adalah
pembahasan tentang masing-masing preposisi tersebut.
(j) Preposisi
(25) Wǒmen [ Prep
Kami
cóng „dari‟
cóng zuótiān ] kāishǐ fàng shǔjià le.
dari kemarin
mulai
libur musim panas
„Kami mulai libur musim panas dari kemarin.‟ (Liu, 2005:264)
Preposisi cóng „dari‟ pada kalimat tersebut di atas merupakan preposisi temporal
karena diikuti oleh nomina yang menunjukkan waktu, yakni zuótiān „kemarin‟.
(k)
Preposisi zì „dari‟
(26) Túshū guǎn měitiān [ Prep zì
ba diǎn ] kai [ Prep dào shí'èr diǎn]
Perpustakaan setiap hari [ dari 8 jam ] buka hingga dua belas jam]
„Setiap hari perpustakaan buka dari jam 8 hingga jam 12.‟
www.eprints.undip.ac.id
© Master Program in Linguistics, Diponegoro University
25
(Liu, 2005:264)
Preposisi zì „dari‟ pada kalimat tersebut di atas merupakan preposisi temporal
karena diikuti oleh pada nomina yang menunjukkan waktu, yakni ba diǎn „jam
delapan.‟
Preposisi zìcóng „sejak‟
(l)
(27) [ Prep zìcóng dào
zhōngguó ] yǐhòu,
sejak
ke China
setelah,
tā de shēntǐ
dia
tubuh
hǎo qǐ lái le
baik menjadi
„Sejak ke China, kondisi kesehatannya membaik. (Liu, 2005:264)
Preposisi zìcóng „sejak‟ pada zìcóng dào zhōngguó yǐhòu „sejak ke Cina‟
pada kalimat tersebut di atas merupakan preposisi temporal karena menandakan
titik mulai dari verba dào „ke‟.
(m) Preposisi yóu „dari‟
(28) běn shūdiàn
yíngyè shíjiān : [
Ini toko buku operasional waktu
[
dào
17 diǎn
hingga 17 jam
Prep
Prep
yóu
dari
ba
diǎn ]
delapan jam
]
„Jam operasional toko buku ini dari jam 8 hingga jam 5 sore.‟
(Liu, 2005:265)
Pada kalimat di atas terdapat dua preposisi, yaitu you ba dian „dari jam 8,
dan dào17 diǎn „hingga jam 5 sore‟. Preposisi yóu „dari‟ penanda titik awal dari
waktu ba dian „jam 8‟. Selanjutnya, preposisi dào sebagai penanda titik akhir
dari waktu shi qidian „jam 5 sore.
www.eprints.undip.ac.id
© Master Program in Linguistics, Diponegoro University
26
(n)
Preposisi dǎ
„dari‟
(29) Yóuyǒngchí
[
Kolam renang |
Prep
dǎ
dari
nǎ tiān ] kāi de
mana hari
buka ?
„Kolam renang buka dari hari apa ?
Preposisi dǎ
(Liu, 2005:265)
„dari‟ pada kalimat tersebut di atas merupakan preposisi
temporal karena diikuti oleh pada nomina yang menunjukkan waktu, yakni nǎ tiān
„hari itu‟. Preposisi ini banyak digunakan dalam ragam bahasa percakapan.
(o)
Preposisi zài „pada‟
(30) Zhè ge gōngchǎng shì [ Prep zài jiěfàng chū qí ] bàn qǐlái de.
Ini
pabrik
adalah pada pembebasan awal beroperasi
„Pabrik ini berdiri pada awal masa pembebasan.‟ (Liu, 2005:265)
Preposisi zài
„pada‟ pada frasa zài jiěfàng chū qí „pada awal periode
pembebasan‟ pada kalimat (2.22) di atas merupakan preposisi temporal karena
diikuti oleh nomina yang menunjukkan kewaktuan
menandakan waktu
dimulainya suatu kejadian verba bàn qǐlái „mulai beroperasi‟.
(p)
Preposisi yú „pada‟
(31) zhè wèi zuòjiā
shēng [ yú
1818 nián ]
Ini
penulis lahir [ pada 1818 tahun ]
„Penulis ini lahir pada tahun 1818. (Liu, 2005:265)
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa preposisi
temporal cóng, zì, zìcóng, yóu, dǎ yang bermakna „dari‟ dapat digunakan secara
bergantian dalam konteks yang berbeda. Namun yang membedakan adalah
www.eprints.undip.ac.id
© Master Program in Linguistics, Diponegoro University
27
preposisi dǎ hanya dapat digunakan dalam ragam percakapan nonformal.
Pemakaian kata cóng dapat digunakan baik dalam ragam bahasa lisan maupun
tulisan. Sementara itu, zì dan yóu hanya digunakan dalam ragam bahasa tertulis
dan sejak dahulu sudah digunakan oleh penutur asli bahasa Mandarin, oleh karena
itu, dapat dikategorikan sebagai preposisi bahasa Mandarin klasik.
2.2.3 Kaidah Struktur Frasa Preposisi
Kaidah struktur frasa menurut Rodman dan Fromkin (1983:222) adalah
“Phrase structure rules is the rules that determine the basic constituent structure
of sentence”. Kemudian Mc. Manis, et, al. (1998:153) mengemukakan bahwa
“What the phrase (constituent) structure rules actually do is to specify the
internal composition and ordering of different syntactic categories.” Dari kedua
definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kaidah struktur frasa atau PS rules
adalah kaidah yang menjabarkan atau menentukan komposisi internal satuan
sintaksis (struktur dasar), seperti kalimat, frasa dan menjelaskan struktur satuansatuan kategori sintaksis yang berbeda. Kemudian Mc. Manis, et, al (1987:725)
menambahkan bahwa PS Rules juga bisa dikatakan sebagai kaidah untuk membuat
diagram pohon yang menunjukkan struktur dan pengkategorisasian konstituenkonstituen yang terdapat dalam sebuah kalimat. Menurut O‟Grady, et, al, (1996:725)
bahwa “phrase structure rule is a rule of grammar that states the composition of
phrase.”
Kaidah struktur frasa adalah kaidah untuk menentukan relasi konstituen
secara hierarki dalam sebuah frasa. Dalam hal ini, konstituen mengacu kepada
www.eprints.undip.ac.id
© Master Program in Linguistics, Diponegoro University
28
kategori leksikal dan kategori frasa yang berfungsi sebagai komplemen,
keterangan, dan spesifier (Haegeman, 1992: 87, 95)
Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa phrase structure rules (PS
Rules) adalah suatu kaidah bahasa yang merumuskan komposisi frasa. Dari semua
definisi di atas dapat disimpulkan bahwa PS Rules merupakan kaidah yang
menjabarkan
bagaimana
konstituen-konstituen
pada
frasa
dan
kalimat
dikonstruksikan dan dikategorikan. Kaidah struktur frasa Preposisi (FP) dalam
teori X-bar berhubungan dengan tiga fungsi gramatikal, yaitu komplemen,
Keterangan (ket), dan specifier (spec). Komplemen adalah argumen internal yang
posisinya di bawahi langsung oleh P-bar (P‟). Keterangan juga terletak di bawah
P-bar, tetapi tatarannya berbeda. Spesifier sebagai satuan argumen di bawahi
langsung oleh P-bar ganda (P‟‟). Hubungan ketiganya dijelaskan sebagai
berikut,Komplemen memperluas P menjadi P-bar. Keterangan memperluas P-bar
menjadi P-bar. Spesifier memperluas P-bar menjad
ANALISIS TEORI X–BAR
TESIS
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
Mencapai derajat Sarjana Strata 2
Magister Linguistik
Titi Rahardjanti
A4C009031
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2015
www.eprints.undip.ac.id
© Master Program in Linguistics, Diponegoro University
TESIS
FRASA PREPOSISI BAHASA MANDARIN
ANALISIS TEORI X–BAR
Disusun oleh
Titi Rahardjanti
A4C009031
Telah disetujui oleh Pembimbing
Penulisan Tesis pada tanggal 31 Agustus 2015
Pembimbing
Dr. Nurhayati, M.Hum.
NIP. 196610041990012001
Ketua Program Studi
Magister Linguistik
Dr. Agus Subiyanto, M.A.
NIP. 196408141990011001
ii
www.eprints.undip.ac.id
© Master Program in Linguistics, Diponegoro University
TESIS
FRASA PREPOSISI BAHASA MANDARIN
ANALISIS TEORI X–BAR
Disusun oleh
Titi Rahardjanti
A4C009031
Telah dipertahankan di Hadapan Tim Penguji Tesis
pada tanggal
Agustus 2015
dan Dinyatakan Diterima
Ketua Penguji
Dr. Nurhayati, M.Hum.
_______________________
Penguji I
Dr. Agus Subiyanto, M.A.
_______________________
Penguji II
Dr. M. Suryadi, M.Hum
_______________________
Penguji III
Dr. Deli Nirmala, M.Hum
_______________________
iii
www.eprints.undip.ac.id
© Master Program in Linguistics, Diponegoro University
PERNYATAAN
Dengan ini penulis menyatakan bahwa tesis ini adalah hasil pekerjaan penulis
sendiri dan di dalamnya tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk
memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan lembaga pendidikan
lainnya. Pengetahuan yang diperoleh dari hasil penerbitan maupun yang
belum/tidak diterbitkan, sumbernya disebutkan dan dijelaskan di dalam teks dan
daftar pustaka.
Semarang, 31 Agustus 2015
Titi Rahardjanti
iv
www.eprints.undip.ac.id
© Master Program in Linguistics, Diponegoro University
PRAKATA
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada ALLAH SWT,
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini. Penulis juga
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Dr. Agus Subiyanto, M.A. selaku Ketua Program Studi Magister Linguistik,
Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro, atas kebijaksanaan, dorongan,
serta motivasi yang diberikan kepada penulis untuk segera menyelesaikan
penyusunan tesis ini;
2. Dr. Deli Nirmala, M.Hum. selaku Sekretaris Program Studi Magister
Linguistik, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro, atas kesabaran dan
dorongan yang diberikan penulis untuk dapat menyelesaikan tesis;
3. Dr. Nurhayati, M.Hum. selaku Dosen Pembimbing yang telah menyediakan
waktu, tenaga, dan pikiran dengan penuh kesabaran untuk memberikan
bimbingan kepada penulis dalam penulisan tesis ini;
4. Dr. M. Suryadi, M.Hum selaku penguji yang telah memberikan kritik dan
sarannya untuk penyempurnaan tesis ini;
5. Para Dosen Program Studi Magister Linguistik, Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Diponegoro, atas segala pengetahuan yang sudah diberikan selama
penulis menjalani periode perkuliahan di Program Studi Magister Linguistik,
Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro;
6. Rekan-rekan di Program Studi D-3 Bahasa Mandarin, Universitas Nasional
atas dukungan dan bantuannya dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan
tesis ini;
7. Suami terkasih, Imam Bustomi dan anak-anakku tercinta, Yasmine dan Nabiel
yang selalu memberikan semangat, dukungan dan kesempatan dari mulai
mengikuti perkuliahan antara Jakarta-Semarang sampai dengan selesainya
v
www.eprints.undip.ac.id
© Master Program in Linguistics, Diponegoro University
penulisan tesis ini, senyum, kehangatan dan keceriaan kalian selalu
menyegarkanku untuk selalu bersemangat sepanjang waktu;
8. Guru dan sahabat, Ibu Soen Ai Ling, M.A., PhD dan Ibu Ucu Fadhilah, S.S.,
M.Hum yang setiap saat menyediakan waktu dan ilmu untuk penulis;
9. Sahabat Sri Muryati, yang membantu dan menyemangati penulis pada detikdetik terakhir penyelesaian tesis yang harus berpacu dengan tenggat waktu
tesis;
10. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu-satu yang telah membantu
kelancaran penulisan tesis.
Mudah-mudahan tesis ini memberikan manfaat bagi semua pihak.
Semarang, 31 Agustus 2015
Titi Rahardjanti
vi
www.eprints.undip.ac.id
© Master Program in Linguistics, Diponegoro University
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................
iii
HALAMAN PERNYATAAN ...................................................................
iv
PRAKATA .................................................................................................
v
DAFTAR ISI ..............................................................................................
vii
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG .............................................
ix
ABSTRAK ..................................................................................................
xi
INTISARI ...................................................................................................
xii
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN ...................................................................
1
1.1. Latar Belakang .............................................................. .
1
1.2. Rumusan Masalah ……………………………………....
6
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian …………………………
6
1.4. Ruang Lingkup Penelitian ………………………………
7
1.5. Metode dan Langkah Kerja Penelitian ....................... ....
7
1.6. Definisi Operasional ..................................................... ..
9
1.7. Sistematika Penulisan ....................................................
10
TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................
11
2.1. Penelitian Terdahulu ……………………………………
11
2.2. Landasan Teori ...............................................................
15
2.2.1 Konsep Frasa Bahasa Mandarin…….…………..
15
2.2.2 Frasa Preposisi Bahasa Mandarin…………….…
19
2.2.2.1. Frasa Preposisi Lokatif Bahasa
Mandarin ………………………………
20
2.2.2.2 Frasa Preposisi Temporal Bahasa
Mandarin……………………………….
24
vii
www.eprints.undip.ac.id
© Master Program in Linguistics, Diponegoro University
BAB III
BAB IV
2.2.3 Kaidah Struktur Frasa Preposisi …..…………….
27
2.2.4 Teori X-Bar………………………………………
29
2.2.4.1 Kategori Leksikal……………………….
32
2.2.4.2 Kategori Fungsional ……………………
34
2.2.5 Adjung ……………………………..……………
37
2.2.6 Komplemen/Pelengkap…………….……………
41
2.2.6.1 Ciri-Ciri Komplemen ………………….
41
2.2.7 Argumenthood Test ………….…………………
43
METODE PENELITIAN ………………………………….….
45
3.1. Metode Penyediaan Data………………………….……..
45
3.2. Analisis Data ……………………………………………
46
HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................
49
4.1 Struktur Frasa Bahasa Mandarin………….……………….
49
4.1.1 Kaidah Frasa Preposisi ……………………...……
49
4.2 Frasa Preposisi Sebagai Adjung …………..………………
63
4.2.1 Pengujian Adjung…………………………..……..
64
4.2.1.1 Frasa Preposisi Lokatif Sebagai Adjung…
65
4.2.1.2 Frasa Preposisi Temporal Sebagai Adjung
79
4.3 Frasa Preposisi Sebagai Komplemen ……………………..
97
4.3.1 Pengujian Komplemen ………………………..…
97
4.3.1.1 Frasa Preposisi Lokatif Sebagai
Komplemen ………………………….....
97
4.3.1.2 Frasa Preposisi Temporal Sebagai
BAB V
Komplemen ……………………………
102
PENUTUP ..................................................................................
104
5.1. Simpulan ...........................................................................
104
5.2. Saran .................................................................................
104
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………….
106
viii
www.eprints.undip.ac.id
© Master Program in Linguistics, Diponegoro University
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG
SINGKATAN
A
=
Adjektiva
ADJ
=
Adjung
ADV
=
Adverbia
BI
=
Bahasa Indonesia
BM
=
Bahasa Mandarin
CP
=
Core of Participant
DM
=
Diterangkan Menerangkan
FA
=
Frasa Adjektival
FI
=
Frasa Infleksional
FN
=
Frasa Nominal
FP
=
Frasa Preposisi
FPrL
=
Frasa Preposisi Lokatif
FPrT
=
Frasa Preposisi Temporal
FV
=
Frasa Verbal
LX
=
Lei Xiao (informan natif)
MD
=
Menerangkan Diterangkan
N
=
Nomina
O
=
Objek
Prep
=
Preposisi
SO
=
Syntactic Obligatoriness
ix
www.eprints.undip.ac.id
© Master Program in Linguistics, Diponegoro University
S
=
Subjek
V
=
Verba
ZW
=
Zhang Wenyan (informan natif)
LAMBANG
*
=
Tidak Berterima
[
]
=
Mengapit Struktur Fungsional
{
}
=
Komplemen
x
www.eprints.undip.ac.id
© Master Program in Linguistics, Diponegoro University
ABSTRACT
This study investigates Mandarin locative and temporal prepositional phrases
based on the X-bar theory. The aim of this research is to describe the structure of
phrase of Mandarin locative and temporal prepositional phrases. The method used
is descriptive qualitative. The data source was from Guoji Ribao newspaper, and
were collected by simak method. The analysis used by agih method which is
adjusted to the X-bar theory. The results of the analysis show that (1) prepositions
zài „at‟, yú „at‟, cóng „from‟, zì „from‟ and dào „to‟ have function as locative
prepositions and temporal prepositions or the combination of both; (2) the
prepositions of zài „at‟, yú „at‟, cóng „from‟, zì „from‟, dào „to‟ when combine
into prepositional phrases in sentences have a syntactical function as an adjunct or
a complement (3) the rules of forming Prepositional Phrasae cover : PP P‟ FN.
Key words : Prepositional Phrase, Phrase Structure Rules, X-bar Theory
xi
www.eprints.undip.ac.id
© Master Program in Linguistics, Diponegoro University
INTISARI
Penelitian ini mengkaji frasa preposisi lokatif dan temporal bahasa Mandarin
berdasarkan teori X-bar. Tujuan penelitian untuk mendeskripsikan struktur frasa
preposisi lokatif dan frasa preposisi temporal, adapun metode yang digunakan
adalah deskriptif kualitatif. Metode pengumpulan data menggunakan metode
simak, metode analisis data menggunakan metode agih yang perilakunya
disesuaikan dengan teori X-bar. Temuan penelitian ini adalah (1) preposisi zài
„di/pada‟, yú „dari‟, cóng „dari‟, zì „dari dan dào „ke/hingga‟, dapat berperan
sebagai preposisi lokatif , preposisi temporal maupun gabungan keduanya (2)
preposisi zài „di/pada‟, yú „dari‟, cóng „dari‟, zì „dari dan dào „ke/hingga‟ jika
bergabung menjadi frasa preposisi dalam kalimat memiliki fungsi sintaksis
sebagai adjung atau komplemen (3) kaidah pembentukan frasa preposisi
dirumuskan menjadi FP P‟ FN.
Kata Kunci : Frasa Preposisi Lokatif dan Temporal, Kaidah Struktur Frasa,
Teori X-Bar
xii
www.eprints.undip.ac.id
© Master Program in Linguistics, Diponegoro University
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Penggunaan Bahasa Mandarin (BM) di Indonesia semakin meluas setelah
diterbitkannya kebijakan pemerintah melalui Instruksi Presiden RI No 4 Tahun
1999 tentang Pencabutan Larangan Pembelajaran BM di Lembaga Pendidikan
Non Formal. Penerbitan instruksi tersebut tidak hanya berdampak pada
bermunculannya lembaga-lembaga pendidikan non formal seperti kursus BM,
melainkan juga diikuti oleh lembaga pendidikan formal yang menyelenggarakan
pembelajaran BM mulai
dari pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi.
Berdasarkan survei/informasi APSMI (Asosiasi Program Studi Bahasa Mandarin
Indonesia hingga saat ini perguruan tinggi negeri dan swasta di Indonesia yang
membuka Program Studi Sastra Cina untuk jenjang S1 dan Program Studi BM
untuk jenjang D3 berjumlah 26 Program Studi dan penyebarannya menyeluruh
dari wilayah Barat sampai Timur Indonesia. Demikian juga kursus BM di wilayah
DKI Jakarta dan sekitarnya terus bertumbuhan.
Selanjutnya, perkembangan pembelajaran BM ini semakin didukung oleh
terbitnya Keppres no. 6 tahun 2000 tentang Pembolehan Orang Cina Menjalankan
segala Bentuk Ekspresi Kebudayaan Cina, termasuk mempelajari bahasa Cina
beserta aksaranya. Keppres ini memberikan dampak positif bagi pengembangan
BM, sehingga minat mempelajari BM tersalurkan secara lebih terbuka, bahkan,
1
www.eprints.undip.ac.id
© Master Program in Linguistics, Diponegoro University
2
sejumlah sekolah terutama yang siswanya mayoritas keturunan Cina mengajarkan
BM sebagai mata pelajaran wajib atau ekstrakurikuler (Sutami, 2007:227).
Penerbitan kedua kebijakan tersebut tampaknya sejalan dengan kebutuhan
akan penggunaan BM di dunia yang terus meningkat di berbagai bidang, terutama
di bidang ekonomi. Bahkan dalam KTT ASEAN baru-baru ini muncul wacana
bahwa Renminbi sebagai mata uang resmi negara China akan dijadikan mata uang
internasional kelima di dunia setelah Dolar Amerika, Euro, Pounsterling, dan Yen
Jepang. Pengakuan Renminbi sebagai mata uang internasional tersebut akan
diumumkan pada tanggal 30 November mendatang oleh IMF (Kompas, 22
November
2015).
Melihat
kondisi
tersebut,
penulis
berasumsi
bahwa
pembelajaran BM di Indonesia di masa mendatang menjadi satu kebutuhan yang
tak terelakkan.
Namun, tidak mudah mempelajari BM karena BM memiliki karakteristik
yang jauh berbeda dengan bahasa Indonesia dan karakteristik tersebut saya
asumsikan sebagai salah satu kesulitan yang dihadapi oleh pembelajar BM di
Indonesia. Karakteristik tersebut di antaranya adalah penggunaan aksara Hanzi
dan penggunaan aksen nada. Hanzi adalah aksara Cina yang harus dipelajari,
dipahami, dan dikuasai dengan baik oleh pembelajar BM sejak mereka mulai
mempelajarinya karena semua buku pelajaran BM yang digunakan di lembaga
pendidikan formal tertulis dalam aksara ini, sehingga dapat dipastikan jika
pembelajar tidak dapat menghapal aksara tersebut, tidak akan mampu membaca,
apalagi memahaminya.
www.eprints.undip.ac.id
© Master Program in Linguistics, Diponegoro University
3
Bahasa Mandarin mengenal aksen nada. Aksen nada ini terdapat dalam
tataran kata. Suatu kata akan memiliki makna beragam jika dilafalkan dengan
nada yang berbeda-beda, seperti kata “mǎ” jika dilafalkan dengan “mā” bermakna
„ibu‟, namun jika dilafalkan mǎ akan bermakna „kuda‟. Sebagaimana
dikemukakan oleh Li & Thompson (1989:26) bahwa bentuk kata dalam BM tidak
mengalami perubahan secara morfologis, melainkan disebabkan oleh perubahan
nada dalam pelafalannya. .
Selanjutnya, jika dilihat dari struktur gramatikalnya, BM termasuk
dalam rumpun bahasa Sino-Tibet. Struktur gramatikal BM
didasarkan pada
urutan kata. Urutan kata dalam kalimat/struktur kalimat BM sama dengan bahasa
Inggris, yaitu SVO (Subjek – Verba – Objek). Contoh :
(1) Wǒ
S
Saya
xuéxí
P (V)
belajar
Hànyǔ.
O
bahasa Mandarin
(Liu, 2005:23)
Struktur kalimat (1) di atas memiliki urutan S – V -- O, unsur subjek
adalah wo „saya‟ (nomina), unsur predikat adalah xuéxí „belajar‟ (verba), dan
objeknya adalah hànyǔ „bahasa Mandarin‟ (nomina).
Selain didasarkan pada urutan kata, struktur gramatikal kalimat BM
ditentukan oleh urutan waktu (The Principle of Temporal Sequence) (Tai, 1985),
contoh :
(2) Xiǎo mǎ zài gōngchǎng
S
FP
Xiaoma
di pabrik
gōngzuò.
P
bekerja
„Xiaoma bekerja di pabrik‟
www.eprints.undip.ac.id
© Master Program in Linguistics, Diponegoro University
4
Urutan kata dalam kalimat (2) di atas adalah S – FP – P, unsur subjeknya
berupa nomina Xiaoma (nama orang), unsur frasa preposisi (FP) adalah
zài
gōngchǎng „di pabrik‟ dan unsur predikat diisi oleh verba gōngzuò „bekerja‟.
Berdasarkan konsep urutan waktu dalam BM seperti disebutkan di atas, Xiaoma
(nama orang) tiba terlebih dahulu di pabrik, setelah itu melakukan aktivitas
bekerja gōngzuò Berkaitan dengan hal tersebut, FP dalam BM diletakkan di
depan predikat yang berupa verba.
Konsep urutan waktu yang berlaku dalam penempatan FP / preposisi
dalam kalimat BM seperti contoh di atas, berbeda dengan bahasa Indonesia seperti
terlihat pada contoh berikut ini.
(3) Saya belajar di rumah
(4) Dia datang dari Inggris
(5) Mereka baik pada saya
Bentuk di rumah, dari Inggris, dan pada saya merupakan FP yang diletakkan
setelah predikat yang berupa verba dan predikat berupa adjektiva. Bandingkan
dengan FP dalam BM yang terdapat dalam kalimat di bawah ini.
(6) Wo zai jia xue
„Saya di rumah belajar‟
(7) Ta cong Yingguo lai
„Dia dari Inggris datang‟
(8) Tamen dui wo hen hao
„Mereka pada saya baik‟
www.eprints.undip.ac.id
© Master Program in Linguistics, Diponegoro University
5
Kalimat di atas (6), (7) FP Wo zai jia xue „Saya di rumah belajar‟, Ta
cong Yingguo lai
„Dia dari Inggris datang‟, diletakkan sebelum predikat yang
berupa verba, sedangkan kalimat (8) FP Tamen dui wo hen hao
„Mereka pada
saya baik‟ terletak sebelum predikat yang berupa adjektiva
Bahasa Mandarin jenis preposisi sangat beragam. Ada beberapa preposisi
BM memiliki fungsi dan makna ganda, yakni lain zài „di/pada‟, yu „pada‟, cóng
„dari‟, dào „ke‟, dan zì „dari‟ mempunyai fungsi. Adapun jenis preposisi tersebut
mempunyai fungsi sebagai (a) verba, (b) preposisi (c) adverbia. Di bawah ini
diberikan contoh penggunaan zài sebagai verba.
(9) Wǒ
yéyé
hé nǎinai
FN
Saya kakek dan nenek
zài
nóngcūn.
V
N
tinggal
desa
„Kakek dan nenek saya tinggal di desa. (Zhiqi et.al, 1995:1103)
Zài dalam kalimat (9) berfungsi sebagai verba yang menyatakan makna
eksistensi/keberadaan
(Borong & Xudong, 2002:38). Pakar linguistik Cina
menyatakan bahwa FP tidak dapat menjadi subjek dan predikat dalam kalimat
BM (Zhang & Changlai, 2002:84).
Preposisi tersebut di atas dapat digunakan secara bergantian, baik sebagai
preposisi temporal maupun sebagai preposisi lokatif. Oleh karena itu, penggunaan
preposisi yang tepat sesuai dengan konteks kalimatnya menjadi salah satu
kesulitan yang dihadapi pembelajar BM di Indonesia dalam memahami BM
padahal preposisi dalam BM menempati posisi yang sangat penting karena
frekuensi penggunaannya yang tinggi. Bertolak dari hal tersebut, penulis
berasumsi bahwa penelitian tentang penggunaan preposisi lokatif dan temporal
www.eprints.undip.ac.id
© Master Program in Linguistics, Diponegoro University
6
menjadi signifikan dilakukan guna meningkatkan pemahaman pembelajar BM di
Indonesia terhadap BM yang baik.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan sebelumnya,
maka permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
a. Bagaimanakah kaidah struktur frasa preposisi (FP) BM ?
b. Bagaimanakah fungsi sintaksis FP BM ?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Sesuai dengan rumusan
masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut :
a. Mendeskripsikan kaidah struktur FP BM.
b. Membuktikan FP sebagai adjung dan komplemen.
Manfaat penelitian ini dapat diperinci secara teoritis dan praktis. Manfaat
secara teoritis adalah sebagai berikut.
a. Memberi kontribusi terhadap pengembangan keilmuan linguistik BM,
khususnya pemahaman tentang penggunaan preposisi.
b. Menjadi referensi yang bermanfaat bagi pembelajar atau peminat BM yang
ingin memperdalam atau melakukan penelitian lebih lanjut tentang
preposisi lokatif dan preposisi temporal.
www.eprints.undip.ac.id
© Master Program in Linguistics, Diponegoro University
7
Manfaat secara praktis adalah sebagai berikut:
a. Memberikan kontribusi pada peningkatan kualitas pembelajaran preposisi
lokatif dan preposisi temporal.
b. Memberikan kontribusi pada pembelajar BM agar dapat memahami
penggunaa preposisi lokatif dan preposisi temporal secara benar.
c. Menjadi masukan bagi jurnalis agar dapat menggunakan preposisi lokatif
dan preposisi temporal BM secara tepat.
1.4 Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis membatasi ruang lingkup penelitian pada
penggunaan preposisi lokatif dan preposisi temporal zai „di‟ , yu „di‟, cong „dari‟,
zi „dari‟, dao „ke‟dalam artikel surat kabar atau harian Guoji, dari bulan
Nopember 2014 sampai Januari 2015, Koran Guoji merupakan surat kabar
berbahasa Mandarin yang terbit dan beroplah terbesar di Indonesia, sehingga
mudah dikenal oleh pembelajar BM di Indonesia dan mudah diperoleh.
1.5 Metode dan Langkah Kerja Penelitian
Jika dilihat dari sumber data yang digunakan, yakni surat kabar, penelitian
yang dilakukan ini merupakan penelitian kualitatif. Selanjutnya, jika data yang
dikaji tersebut berupa data kualitatif, yang berwujud kata, frasa atau ungkapan
yang berasal dari dokumen seperti surat kabar, maka dapat dikatakan penelitian
deskriptif (Djajasudarma (1993:9). Lebih lanjut dikemukakan bahwa metode
www.eprints.undip.ac.id
© Master Program in Linguistics, Diponegoro University
8
penelitian deskriptif adalah metode yang bertujuan membuat deskripsi, yaitu
membuat gambaran atau lukisan secara sistematis faktual dan akurat mengenai
data, sifat-sifat serta hubungan fenomena-fenomena yang diteliti. Oleh karena itu
metode penelitian ini menggunakan gabungan dari kedua jenis penelitian tersebut
yaitu penelitian deskritif kualitatif. Selanjutnya, langkah kerja yang dilakukan
adalah sebagai berikut:
a.
Pengumpulan data dimulai dengan mengidentifikasi kalimat yang di
dalamnya mengandung FP zai „di‟ , yu „di‟, cong „dari‟, zi „dari‟, dao „ke‟,
dan unsur obyek nominal. Selanjutnya kalimat yang mengandung FP tersebut
ditandai dengan menggunakan penanda/marker, lalu dicatat dalam komputer
sesuai dengan jenis preposisinya. Langkah selanjutnya adalah memilah FP
yang sudah dikumpulkan ke dalam jenis PrL atau jenis PrT. Langkah terakhir
dari pengumpulan data adalah mengidentifikasi struktur dan fungsi sintaksis
kedua preposisi tersebut.
b.
Analisis data dilakukan berdasarkan teori yang sudah ditetapkan. Untuk
mengategorisasi jenis FP ke dalam lokatif dan temporal digunakan teori yang
dikemukakan oleh Liu (2005) Selanjutnya untuk membuktikan fungsi
sintaksis dari frasa preposisi lokatif (FPrL) dan frasa preposisi temporal
(FPrT) digunakan teori X-Bar.
c.
Penyajian hasil analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara formal dan
secara informal. Penyajian secara formal adalah penyajian hasil analisis data
dengan menggunakan kaidah kebahasaan, sedangkan penyajian secara
www.eprints.undip.ac.id
© Master Program in Linguistics, Diponegoro University
9
informal adalah penyajian data dengan menggunakan uraian kata kata biasa
yang mudah dipahami.
Secara rinci mengenai metode dan langkah kerja penelitian akan disajikan dalam
Bab III dalam laporan penelitian ini.
1.6
Definisi Operasional
Definisi Operasional dalam penelitian ini meliputi:
a. Frasa adalah kata-kata dalam kalimat yang disusun berdasarkan hierarki
menjadi satuan yang lebih besar (Haegeman, 1992: 26). Sejalan dengan
itu Radford (dalam Mulyadi, 2008: 23) (dalam Mulyadi , 2008 :23)
mengemukakan bahwa frasa adalah perangkat elemen yang membentuk
suatu konstituen tanpa dibatasi oleh jumlah elemen.
b. Frasa preposisi adalah frasa yang terbentuk dari preposisi yang digunakan
untuk mengacu pada sebuah kategori kata yang terletak di depan kategori
lain, terutama nomina (Tarigan, dalam Mulyadi, 2010: 2, Ramlan, 1997:
178; Chaer, 1994: 373).
c. Kategori leksikal adalah kategori kata dan kategori ini menentukan
kategori frasanya. Misalnya, FP terbentuk dari sebuah preposisi dan
sebuah kategori lain sebagai komplemennya (Radford, dalam Mulyadi,
2010: 2).
d. Adjung / Keterangan adalah konstituen opsional yang dapat berulang atau
rekursif. Dalam skema X-bar, keterangan berkombinasi dengan X‟ untuk
membentuk proyeksi X‟ (Haegeman, 1992: 81-82, 95).
www.eprints.undip.ac.id
© Master Program in Linguistics, Diponegoro University
10
e. Komplemen adalah argumen internal yang posisinya dibawahi langsung
oleh X-bar dan kehadirannya pada posisi itu merupakan realisasi dari
properti leksikal. Komplemen merupakan argumen wajib dalam struktur
frasa (Mulyadi, 2010: 5).
f. Kaidah struktur frasa adalah kaidah untuk menentukan relasi konstituen
secara hierarkis dalam sebuah frasa. Dalam hal ini, konstituen mengacu
kepada kategori leksikal dan kategori frasa yang berfungsi sebagai
komplemen, keterangan, dan spesifier (Haegeman, 1992: 87, 95).
1.7 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan tesis ini terdiri atas lima bagian. Bab satu adalah
pendahuluan yang terdiri atas, latar belakang pengambilan topik penulisan,
rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian, metode
dan langkah kerja penelitian, definisi operasional serta sistematika penulisan.
Selanjutnya bab dua adalah tinjauan pustaka terdiri, atas penelitian sebelumnya
yang relevan dengan penelitian ini dan landasan teori. Bab tiga adalah metode
penelitian yang mencakup penyediaan data dan analisis data. Bab empat,
menampilkan hasil dan pembahasan dan yang terakhir bab lima penutup yang
terdiri atas simpulan dan saran.
www.eprints.undip.ac.id
© Master Program in Linguistics, Diponegoro University
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Bagian ini menguraikan penelitian terdahulu tentang preposisi dalam
bahasa Mandarin (BM). Penelitian-penelitian tersebut adalah sebagai berikut.
Pertama, disertasi dengan judul “Jiècí Duǎnyǔ „Zài +X‟ de Jùfǎ Wèizhì Jí
Jiècí „Zài‟ de Yǐnxiàn Wèntí Kǎochá Research on the Syntactic Position of the
Prepositional Phrase „Zai+ X‟ and the Occurrence of the Preposition „Zai‟
“ oleh Leng (2008).
Penelitian Leng menelaah penggunaan dan pelesapan
preposisi zài „di‟ dalam kalimat BM. Leng lebih memfokuskan zài „di‟ yang
berada di depan dan di belakang predikat verba. Temuan penelitian Leng bahwa
jika zài „di‟ berada di belakang predikat tidak dapat dilesapkan. Sedangkan, zài
cenderung lesap ketika berada di depan predikat. Penelitian yang dilakukan Leng
dapat dikatakan cukup luas karena ia menelaah tidak hanya pada tataran kalimat
sederhana, tetapi pada kalimat kompleks.
Selanjutnya,
Liang
(2008)
dalam
penelitiannya
yang
berjudul
“Comparison and Researches on the Location and Time Preposition in Present
Chinese” menyoroti Preposisi Lokatif (PrL) dan Preposisi Temporal (PrT) dalam
BM, antara lain (1) perbedaan keduanya di antara BM modern dan klasik (2)
perbandingan PrL BM modern dan klasik (3) perbandingan antara PrL dan PrT
ditinjau dari segi struktur karena preposisi yang digunakan sebagai penanda
11
www.eprints.undip.ac.id
© Master Program in Linguistics, Diponegoro University
12
temporal dan lokatif seringkali sama. Artinya, preposisi yang dapat digunakan
sebagai penanda lokatif sekaligus dapat digunakan sebagai temporal, dan (4)
menunjukkan perbedaan aspek semantik dari kedua preposisi tersebut berdasarkan
posisi keduanya di dalam kalimat.
Dari temuan tidak terlihat secara jelas
perbedaannya karena pemaparannya hanya berisi tentang posisi PrL dan PrT
dalam kalimat, yakni di depan dan belakang subjek.
Penelitian yang dilakukan Zelia (2012) : “Perbandingan Frasa Bahasa
Indonesia dan Bahasa Mandarin (Suatu Analisis Kontrastif)”. Dalam penelitian
tersebut Zelia (2012) membandingkan Frasa Preposisi (FP) bahasa Indonesia (BI)
dan bahasa Mandarin dengan menelaah susunan unsur kalimat yang mengandung
preposisi atau FP. Zelia (2012) mengemukakan bahwa pola frasa dalam BM
adalah pola Menerangkan Diterangkan (MD), berbeda dengan BI yang berpola
Diterangkan Menerangkan (DM). Meskipun demikian, menurut Zelia FP dalam
BM dapat berpola MD atau DM karena dalam BM terdapat FP yang berfungsi
sebagai keterangan, yaitu zhuangyu „keterangan‟ . Keterangan (zhuangyu) lazim
diletakkan di depan verba atau adjektiva yang dapat membentuk pola MD. Selain
itu, FP dalam BM dapat berfungsi sebagai komplemen/pelengkap (buyu). Letak
komplemen (buyu) tersebut di belakang verba atau adjektiva sehingga dapat
membentuk pola DM.
Namun, dalam penelitian tersebut tidak menjelaskan perbedaan itu
terdapat. Ditinjau dari perilaku sintaksisnya, Zelia (2012) mengatakan bahwa
preposisi BI berada di depan nomina, adjektiva, atau adverbia sehingg membentuk
www.eprints.undip.ac.id
© Master Program in Linguistics, Diponegoro University
13
frasa yang dinamakan frasa preposisi. Contohnya seperti ke toko, sampai kosong,
dan dengan segera.
Menurut penulis, “zai” dengan bentuk aksara dan lafal yang sama, kata ini
memiliki tiga kelas kata: (1) sebagai preposisi, sepadan dengan "di" dalam BI, dan
biasanya diikuti nomina, membentuk FP, (2) sebagai verba, dengan makna
leksikal "berada", (3) sebagai adverbia temporal, dengan makna leksikal
"sedang".
Pertama, frasa preposisi BM seperti zai jiali
bermakna „di rumah‟,
memiliki struktur yang sama dengan BI, yaitu Prep + FN. Kedua, perbedaan
susunan unsur kalimat antara BM dan BI terletak pada posisi keterangan,
termasuk yang dibentuk oleh FP. Jika dibandingkan letak keterangan dalam BI
dengan BM, posisi keterangan dalam BM tidak sebebas posisi keterangan dalam
BI. Hal itu tampak seperti dikemukakan oleh Alwi, et. al (1998:330) bahwa
keterangan dalam BI merupakan fungsi sintaksis yang paling beragam dan paling
mudah berpindah letaknya.
Meskipun penelitian Zelia tersebut berisi pemaparan beberapa preposisi
dan FP BM, jika ditinjau dari aspek sintaksis, masih terdapat rumpang di
dalamnya. Analisis Zelia tentang preposisi BM sangat terbatas karena data yang
digunakan dalam analisis itu belum memadai. Akibatnya, inti persoalan dalam
penelitian ini belum tersentuh.
Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Anas
(2012) dalam
disertasinya : “Yìnní Xuéshēng Xí dé Hànyǔ Jiècí Duǎnyǔ
“zài +NP” Shí
Chángjiàn de Piān wù
www.eprints.undip.ac.id
Fēnxī
The Analysis of Common Error Made by
© Master Program in Linguistics, Diponegoro University
14
Indonesian Students Learning Chinese Prepositional Phrase “zài +NP”. Anas
membahas beragam preposisi dalam BM. Anas (2012) membandingkan preposisi
zai dengan preposisi BI pada/di, lalu menelaah FP BM "在 + FN" dan FP
dalam BI "di / pada + FN" melalui analisis kesalahan. Berdasarkan hasil analisis,
diketahui bahwa kesalahan-kesalahan tersebut terletak pada (1) pembelajar tidak
dapat menempatkan preposisi sesuai dengan urutan yang tepat (2) pembelajar
tidak menggunakan preposisi yang seharusnya digunakan, dan (3) pembelajar
tidak dapat membedakan preposisi dengan kata arah.
Selanjutnya, kesalahan
tersebut disebabkan oleh tiga hal, yakni (1) interferensi bahasa ibu (2) kesalahan
guru, dan (3) kesalahan materi ajar.
Data penelitian yang digunakan oleh Anas adalah BM yang digunakan
oleh pembelajar Indonesia tingkat menengah, sehingga penulis berasumsi bahwa
data yang digunakan kurang memadai. Hal ini menyebabkan telaah preposisi zai
sebagai PrT atau PrL secara khusus tidak mendalam.
Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan PrL dan
PrT BM, penulis berasumsi bahwa masih terdapat rumpang yang perlu diisi agar
pembelajar BM di Indonesia dapat memahaminya secara lebih mendalam dan
komprehensif. Terkait dengan hal tersebut, penulis akan menelaah struktur frasa
dan fungsi sintaksis PrL dan PrT dalam kalimat BM berdasarkan teori X-bar,
yang belum dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Penelitian ini bersifat
melengkapi penelitian di atas, karena penelitian ini lebih difokuskan pada struktur
frasa dan pembuktian atas kegunaan FP dan fungsi sintaksis FP BM.
www.eprints.undip.ac.id
© Master Program in Linguistics, Diponegoro University
15
2.2 Landasan Teori
Teori yang digunakan untuk melandasi penelitian ini meliputi: (1) Konsep
Frasa Bahasa Mandarin (2) Kaidah Struktur Frasa Preposisi (3) Teori X-Bar.
2.2.1 Konsep Frasa Bahasa Mandarin
Li dan Cheng (2008:155) mengatakan bahwa frasa adalah kombinasi katakata yang berhubungan secara gramatikal dan memiliki fungsi yang sama dengan
kata yaitu sebagai bagian kalimat. Beberapa frasa dapat juga berdiri sendiri ebagai
sebuah kalimat. Dalam BM frasa disebut cízǔ atau duǎnyǔ. Pada umumnya frasa
dapat dipecah menjadi beberapa kata, dan dapat diperluas dengan menyisipkan
unsur-unsur lain, atau dapat mengganti salah satu katanya dengan kata lain.
Frasa dalam BM terdapat beberapa jenis, yaitu (1) frasa koordinatif, (2)
frasa subyek-predikat, (3) frasa verba-obyek, (4) frasa endosentris, (5) frasa kata
bantu bilangan, (6) frasa kata pelengkap, (7) frasa lokatif, (8) frasa apositif, (9)
frasa pelengkap, (10) frasa preposisi, dan (11) frasa de (Li dan Cheng, 2008:155-156).
(1) Frasa koordinatif
Frasa koordinatif adalah frasa yang terdiri dari dua kata atau lebih dan
memiliki kelas kata yang sama.
Laoshi xuesheng (guru murid).
Guru dan murid adalah nomina.
Wo he ta (saya dan dia).
Saya dan dia adalah pronomina.
www.eprints.undip.ac.id
© Master Program in Linguistics, Diponegoro University
16
Jiji nuli (giat rajin)
Giat dan rajin adalah adjektiva
(2) Frasa subyek-predikat
Frasa subyek predikat adalah frasa yang salah satu konstituennya dikombinasikan
dalam hubungan subyek-predikat.
Toufa zhang (rambut tumbuh).
Toufa adalah subyek dan zhang adalah predikat.
(3) Frasa verba-obyek.
Frasa verba-obyek adalah frasa yang salah satu konstituennya dikombinasikan
dalam hubungan verba-obyek.
Chi fan (makan makanan).
Chi adalah kata kerja/ verba, fan adalah kata benda atau obyek.
Xie Hanzi (menulis huruf Mandarin).
Xie adalah kata kerja/ verba, Hanzi adalah kata benda atau obyek.
(4) Frasa endosentris.
Frasa endosentris adalah frasa yang konstituen pertamanya memodifikasi
konstituen kedua. Frasa ini dibagi menjadi dua, yaitu (1) frasa endosentris nomina,
yakni frasa yang berupa konstituen kedua adalah kata benda, dan (2) frasa
endosentris verba dan ajektiva, konstituen kedua adalah kata benda atau kata sifat.
(5) Frasa kata bantu bilangan.
Frasa ini adalah kombinasi dari suatu bilangan dan suatu kata bantu.
Yi zhang (satu lembar).
Yi adalah kata bilangan, zhang adalah kata bantu.
www.eprints.undip.ac.id
© Master Program in Linguistics, Diponegoro University
17
San zhi (tiga batang).
San adalah kata bilangan, zhi adalah kata bantu.
(6) Frasa kata pelengkap.
Frasa kata pelengkap adalah frasa yang salah satu konstituennya dikombinasikan
dalam suatu hubungan pelengkap.
Xi ganjing (mencuci bersih).
Xi adalah kata kerja, ganjing adalah kata sifat. Ganjing (bersih) merupakan
pelengkap dari xi (mencuci).
(7) Frasa lokasi.
Frasa lokasi adalah frasa, kata benda merupakan kata yang menunjukkan tempat
atau posisi, waktu atau kuantitas.
Menunjukkan posisi.
Xuexiao qianbian (sekolah depan).
Depan sekolah.
Zhuozi shang (meja atas).
Atas meja
(8) Frasa apositif.
Frasa apositif adalah kombinasi dua kata yang mengacu kepada orang yang sama
dari aspek yang berbeda.
Farasa ini satu sama lain merupakan informasi
tambahan.
Zhang Ping pengyou (Zhang Ping teman) Zhang Ping adalah nama seseorang,
pengyou adalah kata benda yang melengkapi informasi pertama sehingga maksud
kalimat tersebut adalah Teman yang bernama Zhang Ping.
www.eprints.undip.ac.id
© Master Program in Linguistics, Diponegoro University
18
(9) Frasa pelengkap.
Frasa pelengkap adalah frasa yang berupa istilah teknis atau idiom yang terdiri
atas konstituen-konstituen pasti untuk menyatakan konsep yang spesifik dan
digunakan sebagai suatu kesatuan.
Quanguo renmin daibiao da hui.
Negara rakyat orang kongres.
Kongres rakyat nasional.
Zhongguo renmin gongheguo.
Cina
rakyat negara.
Negara Republik Rakyat Cina.
(10) Frasa preposisi.
Frasa preposisi dibentuk dari preposisi dan obyeknya. Mengacu kepada petunjuk,
tempat atau posisi, waktu, obyek, tujuan, alasan, atau sikap suatu tindakan, dan
menyatakan kepasifan, perbandingan atau pengecualian.
(11) Frasa de
Frasa de ini adalah frasa yamg memiliki struktur partikel de (kepunyaan) yang
mengacu kepada orang atau sesuatu.
Zhe be n shu shi wo de.
Ini jilid buku adalah saya punya.
Buku ini milik saya.
De mengacu kepada kata ganti „saya‟.
Canjia de you er shi ge ren.
Ikut serta yang ada dua puluh orang.
www.eprints.undip.ac.id
© Master Program in Linguistics, Diponegoro University
19
Yang turut serta ada dua puluh orang.
De mengacu kepada kata kerja „turut serta‟.
2.2.2 Frasa Preposisi Bahasa Mandarin
Frasa preposisi menurut Li dan Cheng (2008:213) adalah frasa yang
dibentuk dari preposisi dan obyeknya. Mengacu kepada petunjuk, tempat atau
posisi, waktu, obyek, tujuan, alasan, atau sikap suatu tindakan, dan menyatakan
kepasifan, perbandingan atau pengecualian.
Ciri frasa preposisi menurut Li dan Cheng (2008:214) ada empat yaitu;
a. Sebuah frasa preposisi memiliki urutan kata yang baku, preposisi selalu di
dahului objeknya
b. Kata benda, kata ganti, frasa kata bantu bilangan, kata benda dan frasa
lokasi, kata benda “waktu” frasa endosentris nomina dapat menjadi
objeknya preposisi
c. Tidak ada kata tugas yang bisa digunakan untuk menghubungkan preposisi
dan objeknya
d. Penekanan pada frasa preposisi terletak pada objeknya
2.2.2.1 Frasa Preposisi Lokatif Bahasa Mandarin
Menurut Liang (2008:26) lokasi adalah tempat atau ruang berlangsungnya
suatu gerakan atau kejadian. Secara konkret menunjukkan tempat keberadaan
benda dan pergeseran dari suatu benda, termasuk titik awal, titik akhir, titik yang
dilalui, dan arah. Nomina tempat ini disebut “lokasi”, lokasi biasanya ditandai
www.eprints.undip.ac.id
© Master Program in Linguistics, Diponegoro University
20
oleh preposisi yang muncul di depan nomina tersebut atau nomina lokasi.
Preposisi seperti inilah yang disebut preposisi lokatif. Dengan kata lain, preposisi
lokatif diikuti nomina dengan makna lokasi. Berikut ini adalah jenis-jenis kata
yang termasuk dalam preposisi lokatif.
a. Preposisi zài „di‟
(11)
Lǎo Wáng [
Pak Wang
Prep
zài Běijīng ] zhù le
sān nián
le.
di Beijing tinggal sudah 3 tahun sudah
„Pak Wang sudah tinggal di Beijing 3 tahun.‟ (Liu, 2005:264)
Preposisi zài „di‟ pada kalimat di atas merupakan preposisi lokatif karena diikuti
oleh nomina yang menunjukkan tempat, yakni zài běijīng „ di Beijing‟. Pada
kalimat tersebut frasa preposisi muncul sebelum predikat, dengan fungsi sintaksis
sebagai adverbial.
(b) Preposisi yú „di‟
(12) zhè zhǒng cǎoyào duō shēngcháng { Prep yú shāndì }
Ini macam tanaman obat banyak tumbuh
di pegunungan
„Tanaman obat semacam ini banyak tumbuh di pegunungan.‟
(Liu, 2005:264)
Preposisi yú
kejadian verba
„di‟ pada frasa yú shāndì „di pegunungan‟ menandakan lokasi
shēng zháng „tumbuh‟. Pada kalimat tersebut frasa preposisi
muncul di belakang predikat, dengan fungsi sintaksis sebagai komplemen yang
disebut bǔyǔ. Perbedaan komplemen dengan adjung (zhuàngyǔ) adalah
komplemen letaknya di belakang predikat, yang berupa kata kerja atau kata sifat,
www.eprints.undip.ac.id
© Master Program in Linguistics, Diponegoro University
21
adjung di dalam struktur kalimat posisinya di depan predikat, biasanya terdiri dari
verba atau adjektiva.
(c) Preposisi cóng „dari‟
(13) Wàipó
Nenek
[
Prep
cóng nóngcūn] bān { Prep dào chéngshì lǐ } lái le.
dari desa
pindah ke
kota
datang
„Nenek datang dari desa pindah ke kota.‟ (Liu, 2005:264)
Pada kalimat tersebut terdapat dua preposisi, yaitu preposisi cóng
„dari‟
dan dào „ke‟.” Karena preposisi cóng menandakan awal keberangkatan dan dào
menandakan lokasi tujuan terakhir, kedua preposisi ini biasa muncul bersamaan
dalam kalimat agar informasi menjadi lengkap. Pada kalimat tersebut bisa juga
kedua preposisi dipisahkan menjadi dua kalimat sebagai berikut.
(14)
Wàipó [
Nenek
cóng nóngcūn ] lái le.
[ dari desa
] datang.
Prep
„Nenek datang dari desa.‟
(15)
Wàipó bān {
Nenek pindah
Prep
dào
ke
chéngshì lǐ } lái le.
kota
datang.
„Nenek datang dari kota‟
(Liu, 2005:264)
Kalimat berikut ini juga menggunakan preposisi penanda awal lokatif cóng
„dari‟, perbedaan antara yóu dan cóng
adalah yóu
cenderung bernuansa
Mandarin klasik atau ragam tertulis, seperti halnya cóng, yóu sering pula
dipadukan dengan preposisi penanda akhir tujuan lokatif dào. Contohnya:
(d) Preposisi yóu
www.eprints.undip.ac.id
„dari‟…. dào „ke‟
© Master Program in Linguistics, Diponegoro University
22
(16)
yóu Tiānjīn ] [ Prep dào Běijīng ] zhǐ yào liǎng gèxiǎoshí
dari Tianjin
ke Beijing
hanya akan dua jam
[
Prep
„Perjalanan dari Tianjin ke Beijing hanya perlu dua jam.‟
(17)
Tiānjīn]
dari Tianjin]
Prep Yóu
[
zhǐ yào liǎng gè xiǎoshí.
hanya perlu dua
jam
„Dari Tianjin hanya perlu dua jam‟
(18)
[
Prep
dào Běijīng ]
ke Beijing
zhǐ
yào liǎng gè xiǎoshí.
hanya perlu dua
jam
„Hanya perlu dua jam ke Beijing‟
(d) Preposisi zì
(19) Wǒmen
Kita
„dari‟
dōu
lái
[ Prep zì wǔ hú sì hǎi ]
semua datang
dari 5 danau 4 lautan
„Kita datang dari semua penjuru.‟ (Liu, 2005:264)
Pada frasa zì wǔ hú sì hǎi
„dari 5 danau 4 lautan‟ merupakan penanda awal
kejadian verba lái ‟datang‟
(e) Preposisi dǎ „dari‟
(20) Nǐmen
[ Prep dǎ
nǎ'r
lái ] ?
Kalian
dari mana datang
?
„Kalian datang dari mana ?‟ (Liu, 2005:264)
Preposisi dǎ „dari‟ merupakan penanda awal tempat kejadian verba lái
‟datang‟.
www.eprints.undip.ac.id
© Master Program in Linguistics, Diponegoro University
23
(f)
(21)
Preposisi cháo „ ke‟
Lǐ hǔ [
Li Hu
Prep
cháo tiān ] shàng
ke langit
atas
kāi
le liǎng qiāng
membuka
dua tembakan
„Li Hu melepaskan tembakan ke langit.‟
(Liu, 2005:264)
Preposisi cháo „ke‟ pada frasa cháo tiān „ke langit‟ merupakan penanda arah
yang dituju verba shàng kāi
(g) Preposisi xiàng
(22)
„melepaskan‟.
„menuju‟
zhè tiáo xiǎolù [
ini
jalan
Prep
xiàng
hòu
huāyuán ].
menuju belakang taman .
.
„Jalan ini menuju taman belakang‟.
(Liu, 2005:264)
Preposisi
xiàng
„menuju‟ pada frasa xiàng
hòu
huāyuán „menuju taman
belakang‟ merupakan penanda lokasi dari frasa nomina hòu huayuan .
(h) Preposisi wǎng
„menuju‟
(23) [ Prep wǎng
xī ]
menuju Barat
zǒu èr bǎi bù
jiù
dào
jiā le.
berjalan dua ratus langkah lalu tiba rumah.
Berjalan 200 langkah menuju Barat maka tiba di rumah.‟
(Liu, 2005:264)
Preposisi wǎng „menuju‟ pada xī „Barat‟ merupakan penanda lokasi dari frasa
nomina wǎng xī 'menuju ke Barat‟.
(i) Preposisi dào
“ke”
(24) Míngtiān tā [ Prep dào Shànghǎi ] qù
bàn
diǎn
shì.
Besok dia
ke Shanghai pergi menangani sedikit urusan.
www.eprints.undip.ac.id
© Master Program in Linguistics, Diponegoro University
24
„Besok dia pergi ke Shanghai menangani suatu hal.‟ (Liu, 2005)
Preposisi dào „ke‟ pada frasa dào Shànghǎi „ke Shanghai‟ merupakan penanda
lokasi, karena diikuti oleh nomina tempat „Shanghai‟.
2.2.2.2 Frasa Preposisi Temporal Bahasa Mandarin
Teori tentang preposisi temporal yang akan digunakan untuk mengupas
permasalahan penelitian adalah teori yang dikemukakan oleh Liu (2005:260)
tentang jenis preposisi temporal tentang konteks penggunaannya. Preposisi
temporal diklasifikasikan menjadi preposisi (1) cóng (2) zì (3) zìcóng (4) yóu
(5) dǎ (6) zài, dan (7) yú . Preposisi cóng, zì, zìcóng, yóu, dǎ bermakna „dari‟
yang menunjukkan titik awal suatu perbuatan, sedangkan zài dan yú bermakna
„pada‟ menunjukkan jangka waktu suatu perbuatan dilakukan. Berikut adalah
pembahasan tentang masing-masing preposisi tersebut.
(j) Preposisi
(25) Wǒmen [ Prep
Kami
cóng „dari‟
cóng zuótiān ] kāishǐ fàng shǔjià le.
dari kemarin
mulai
libur musim panas
„Kami mulai libur musim panas dari kemarin.‟ (Liu, 2005:264)
Preposisi cóng „dari‟ pada kalimat tersebut di atas merupakan preposisi temporal
karena diikuti oleh nomina yang menunjukkan waktu, yakni zuótiān „kemarin‟.
(k)
Preposisi zì „dari‟
(26) Túshū guǎn měitiān [ Prep zì
ba diǎn ] kai [ Prep dào shí'èr diǎn]
Perpustakaan setiap hari [ dari 8 jam ] buka hingga dua belas jam]
„Setiap hari perpustakaan buka dari jam 8 hingga jam 12.‟
www.eprints.undip.ac.id
© Master Program in Linguistics, Diponegoro University
25
(Liu, 2005:264)
Preposisi zì „dari‟ pada kalimat tersebut di atas merupakan preposisi temporal
karena diikuti oleh pada nomina yang menunjukkan waktu, yakni ba diǎn „jam
delapan.‟
Preposisi zìcóng „sejak‟
(l)
(27) [ Prep zìcóng dào
zhōngguó ] yǐhòu,
sejak
ke China
setelah,
tā de shēntǐ
dia
tubuh
hǎo qǐ lái le
baik menjadi
„Sejak ke China, kondisi kesehatannya membaik. (Liu, 2005:264)
Preposisi zìcóng „sejak‟ pada zìcóng dào zhōngguó yǐhòu „sejak ke Cina‟
pada kalimat tersebut di atas merupakan preposisi temporal karena menandakan
titik mulai dari verba dào „ke‟.
(m) Preposisi yóu „dari‟
(28) běn shūdiàn
yíngyè shíjiān : [
Ini toko buku operasional waktu
[
dào
17 diǎn
hingga 17 jam
Prep
Prep
yóu
dari
ba
diǎn ]
delapan jam
]
„Jam operasional toko buku ini dari jam 8 hingga jam 5 sore.‟
(Liu, 2005:265)
Pada kalimat di atas terdapat dua preposisi, yaitu you ba dian „dari jam 8,
dan dào17 diǎn „hingga jam 5 sore‟. Preposisi yóu „dari‟ penanda titik awal dari
waktu ba dian „jam 8‟. Selanjutnya, preposisi dào sebagai penanda titik akhir
dari waktu shi qidian „jam 5 sore.
www.eprints.undip.ac.id
© Master Program in Linguistics, Diponegoro University
26
(n)
Preposisi dǎ
„dari‟
(29) Yóuyǒngchí
[
Kolam renang |
Prep
dǎ
dari
nǎ tiān ] kāi de
mana hari
buka ?
„Kolam renang buka dari hari apa ?
Preposisi dǎ
(Liu, 2005:265)
„dari‟ pada kalimat tersebut di atas merupakan preposisi
temporal karena diikuti oleh pada nomina yang menunjukkan waktu, yakni nǎ tiān
„hari itu‟. Preposisi ini banyak digunakan dalam ragam bahasa percakapan.
(o)
Preposisi zài „pada‟
(30) Zhè ge gōngchǎng shì [ Prep zài jiěfàng chū qí ] bàn qǐlái de.
Ini
pabrik
adalah pada pembebasan awal beroperasi
„Pabrik ini berdiri pada awal masa pembebasan.‟ (Liu, 2005:265)
Preposisi zài
„pada‟ pada frasa zài jiěfàng chū qí „pada awal periode
pembebasan‟ pada kalimat (2.22) di atas merupakan preposisi temporal karena
diikuti oleh nomina yang menunjukkan kewaktuan
menandakan waktu
dimulainya suatu kejadian verba bàn qǐlái „mulai beroperasi‟.
(p)
Preposisi yú „pada‟
(31) zhè wèi zuòjiā
shēng [ yú
1818 nián ]
Ini
penulis lahir [ pada 1818 tahun ]
„Penulis ini lahir pada tahun 1818. (Liu, 2005:265)
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa preposisi
temporal cóng, zì, zìcóng, yóu, dǎ yang bermakna „dari‟ dapat digunakan secara
bergantian dalam konteks yang berbeda. Namun yang membedakan adalah
www.eprints.undip.ac.id
© Master Program in Linguistics, Diponegoro University
27
preposisi dǎ hanya dapat digunakan dalam ragam percakapan nonformal.
Pemakaian kata cóng dapat digunakan baik dalam ragam bahasa lisan maupun
tulisan. Sementara itu, zì dan yóu hanya digunakan dalam ragam bahasa tertulis
dan sejak dahulu sudah digunakan oleh penutur asli bahasa Mandarin, oleh karena
itu, dapat dikategorikan sebagai preposisi bahasa Mandarin klasik.
2.2.3 Kaidah Struktur Frasa Preposisi
Kaidah struktur frasa menurut Rodman dan Fromkin (1983:222) adalah
“Phrase structure rules is the rules that determine the basic constituent structure
of sentence”. Kemudian Mc. Manis, et, al. (1998:153) mengemukakan bahwa
“What the phrase (constituent) structure rules actually do is to specify the
internal composition and ordering of different syntactic categories.” Dari kedua
definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kaidah struktur frasa atau PS rules
adalah kaidah yang menjabarkan atau menentukan komposisi internal satuan
sintaksis (struktur dasar), seperti kalimat, frasa dan menjelaskan struktur satuansatuan kategori sintaksis yang berbeda. Kemudian Mc. Manis, et, al (1987:725)
menambahkan bahwa PS Rules juga bisa dikatakan sebagai kaidah untuk membuat
diagram pohon yang menunjukkan struktur dan pengkategorisasian konstituenkonstituen yang terdapat dalam sebuah kalimat. Menurut O‟Grady, et, al, (1996:725)
bahwa “phrase structure rule is a rule of grammar that states the composition of
phrase.”
Kaidah struktur frasa adalah kaidah untuk menentukan relasi konstituen
secara hierarki dalam sebuah frasa. Dalam hal ini, konstituen mengacu kepada
www.eprints.undip.ac.id
© Master Program in Linguistics, Diponegoro University
28
kategori leksikal dan kategori frasa yang berfungsi sebagai komplemen,
keterangan, dan spesifier (Haegeman, 1992: 87, 95)
Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa phrase structure rules (PS
Rules) adalah suatu kaidah bahasa yang merumuskan komposisi frasa. Dari semua
definisi di atas dapat disimpulkan bahwa PS Rules merupakan kaidah yang
menjabarkan
bagaimana
konstituen-konstituen
pada
frasa
dan
kalimat
dikonstruksikan dan dikategorikan. Kaidah struktur frasa Preposisi (FP) dalam
teori X-bar berhubungan dengan tiga fungsi gramatikal, yaitu komplemen,
Keterangan (ket), dan specifier (spec). Komplemen adalah argumen internal yang
posisinya di bawahi langsung oleh P-bar (P‟). Keterangan juga terletak di bawah
P-bar, tetapi tatarannya berbeda. Spesifier sebagai satuan argumen di bawahi
langsung oleh P-bar ganda (P‟‟). Hubungan ketiganya dijelaskan sebagai
berikut,Komplemen memperluas P menjadi P-bar. Keterangan memperluas P-bar
menjadi P-bar. Spesifier memperluas P-bar menjad