Influence the use of Value Clarification Tehnique Learning Model (VCT) Against Nationalism attitude on the subjects of social studies students in grade V MI. Jamiyyatul Khair Ciputat". Thesis Department of Islamic Elementary Teacher Education, Faculty of

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

oleh

MELITA ANDRIYANI 1111018300009

PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2015


(2)

Pelajaran

Ilmu

Kelas

V MI.

Jamiyyatul Khair

Ciputat

disusun

oleh

Melita

Andriyani,

NIM

1111018300009, Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.

J akarla, 23 Septemb er 201 5

Yang mengesahkan, Dosen Pembimbing

NrP. 19810623 200912 1 003 Asep Ediana Latip. M.Pd


(3)

Pengetahuan Sosial Siswa Kelas

V

MI.

Jamiyyatul

Khair

Ciputat" diajukan kepada fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasyah pada Tanggal 19 Oktober 2015 dihadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar sarjana 51 (S.Pd.i) dalam bidang Fendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah.

Jakarta,

Oktober 2015

Panitia Ujian Munaqasyah

Ketua Panitia (Ketua Jurusan)

Dr. Khalimi, M.Ag

NIP.196505r5 199403 1 006 Sekretaris (Sekretaris Jurusan) Asep Ediana Latip, M.Pd NIP.19810623 200912

|

003 Penguji I

Dindin Ridwanuddin, M.Pd NIP. 19771121201101

i

001 Penguji II

Takiddin, M.Pd

NrP.i9831206 201101 1 005

26

Tanggal

-

to

-LoE

q,

149

-

-

tD-n,f.LS

)6,

96

-

"oft

Tanda Tangan

Mengetahui Dekan Fakulta mu Ta

tL-to-

&o,s

an Keguruan


(4)

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama

NIM

Jurusan/Prodi Alamat

Nama Pembimbing NIP

: Melita Andriyani :1111018300009 : PGMI

: Jl. Pancoran Timur II C Rt.07l02, Pancoran, Jakarta Selatan

: Asep Ediana Latip, M.Pd : 1981 0623 200912

|

003

MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA

Bahwa skripsi yang berjudul Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Value

Clarification Technique (YCT) Terhadap Sikap Nasionalisme Pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Siswa Kelas V MI. Jamiyyatul Khair Ciputat adalah benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan dosen:

JurusarlProgram

Studi

: PGMI

Dernikian surat pernyatan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap menerima segala konsektiensi apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya sendiri.

Iakarta,8 Oktcber 2015


(5)

i

Nasionalisme Pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Siswa Kelas V MI. Jamiyyatul Khair Ciputat“. Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, September 2015.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan model pembelajaran value clarification technique (VCT) terhadap sikap nasionalisme siswa pada pembelajaran IPS. Penelitian ini dilakukan di MI. Jam’iyyatul Khair Tahun ajaran 2014/2015. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi eksperimen dengan desain penelitian

Non-equivalent control group design. Subyek penelitian ini adalah 38 siswa yang terdiri dari 19 siswa untuk kelompok eksperimen dan 19 siswa untuk kelompok kontrol. Teknik pengumpulan data berupa lembar observasi siswa dan angket yang terdiri dari 21 item pernyataan. Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji-t, dan berdasarkan perhitungan uji t menunjukkan thitung 2,209 dan ttabel 1,688 (2,209 ≥ 1,688) atau nilai sig (2-tailed) lebih besar dari 0,05 (0,034 < 0,05) dengan resiko kesalahan 5%, maka H0 ditolak dan H1 diterima. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa “Rata-rata sikap nasionalisme siswa dalam pembelajaran matematika yang menggunakan model VCT lebih tinggi dari rata-rata sikap nasionalisme siswa dalam pembelajaran matematika yang menggunakan pendekatan konvensional”. Dengan demikian, penggunaan model pembelajaran value clarifacition technique (VCT) berpengaruh terhadap sikap nasionalisme siswa dalam pembelajaran IPS.


(6)

ii

Clarification Tehnique Learning Model (VCT) Against Nationalism attitude on the subjects of social studies students in grade V MI. Jamiyyatul Khair Ciputat". Thesis Department of Islamic Elementary Teacher Education, Faculty of Science and Teaching Tarbiyah, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta, September 2015

The purpose of this study was to determine the effect of the use of the learning model values clarification technique (VCT) against nationalism students in social studies learning. This research was conducted in MI. Jam'iyyatul Khair for academic year 2014/2015. The method used in this research is the method of quasi-experimental research design with non-equivalent control group design. The subjects of this study were 38 students consisting of 19 students for the experimental group and 19 students in the control group. Data collection techniques in the form of student observation sheet and questionnaire consisting of 21 items statement. Data analysis technique used in this study is t-test, and based on the calculation t test showed tcount 2,209 and ttable1.688 (2.209 ≥ 1.688) or sig (2-tailed) is greater than 0.05 (0.034 <0.05) the risk of error of 5%, then H0 rejected and H1 accepted. So it can be concluded that the "average nationalism students in learning mathematics that uses models of VCT is higher than the average nationalism students in learning math using conventional approaches". Thus, the use of the learning model clarifacition value technique (VCT) affect the attitude of nationalism students in social studies learning.


(7)

iii

Alhamdulillahi robbil„alamiin, puji serta syukur kehadirat Allah SWT. atas segala rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam senantiasa semoga Allah limpahkan kepada Nabi besar kita, Nabi Muhammad SAW, keluarganya, para sahabatnya dan insya Allah sampai kepada kita selaku umatnya.

Selesainya skripsi ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan, dukungan, do’a dan partisipasi dari berbagai pihak. Penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr Ahmad Thib Raya MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu dalam mengesahkan skripsi ini.

2. Dr. Khalimi, M.Ag, selaku ketua program studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) yang telah banyak memberikan bimbingan dan motivasi kepada penulis.

3. Dr. Didi Suprijadi, M.M, penasihat akademik yang selalu memberikan arahan dan nasihat, serta mempermudah penulis secara administrasi akademik sehingga skripsi ini dapat diajukan dan diujikan.

4. Bapak Asep Ediana Latip, M.Pd., selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu dan mencurahkan pikirannya untuk memberikan bimbingan, nasehat, motivasi, dan arahan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

5. Bapak Dindin Ridwanuddin, M.Pd selaku dosen di Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) yang telah memberikan bantuan dan dukungannya yang sangat berharga kepada penulis.

6. Bapak/Ibu Dosen dan Staff di UIN Syarif Hidayatullah khususnya di Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) yang telah memberikan bantuan dan dukungannya.


(8)

iv

dan membantu agar penulis dapat melakukan penelitian.

8. Kedua orang tua yang penulis cintai, sayangi dan hormati, Ayah dan Mama. Terima kasih atas kasih sayangnya yang tiada tara. Semoga Allah selalu melimpahkan rahmat-Nya.

9. Umi dan habib yang selalu ada di hatiku.

10.Kakak-kakakku, Kak Pipit dan Bang Nanang yang selalu menyayangiku. 11.Adikku tercinta Sheila Silfia yang selalu memberi semangat kepadaku.

12.Sahabat-sahabatku Mariati Mauli Bellanisa, Siti Khodijah, Sri Yulianingsih, Ningrum, Siti Bahriah, Fitriyani, Riza Faraziah, Febriyani, Anisa Yuniarti dll yang telah memberikan motivasi demi menyelesaikan skripsi ini.

13.Teman-teman Majelis Nisa dan Majelis Rasulullah SAW yang selalu memberikan motivasi dan semangatnya.

Semoga Allah SWT memberikan balasan kepada semua pihak yang telah membantu terselesainya skripsi ini. Semoga kebaikannya dijadikan amal shaleh dan senantiasa diberikan kemuliaan, Amiin. Harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Jakarta, September 2015


(9)

v

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR BAGAN ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I: PENDAHULUAN... 1

A.Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C.Pembatasan Masalah... 5

D.Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II: KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL PENELITIAN A.Deskripsi Teoritik ... 8

1. Pembelajaran IPS ... 8

a. Pengertian Pembelajaran IPS ... 8

b. Tujuan Pembelajaran IPS ... 11

c. Karakteristik Pembelajaran IPS di SD ... 12


(10)

vi

e. Upaya-upaya Peningkatan Sikap Nasionalisme ... 22

f. Penanaman Sikap melalui Mata Pelajaran IPS di Sekolah Dasar ... 23

g. Indikator Sikap Nasionalisme ... 28

h. Nilai-nilai Nasionalisme Pada Pokok Bahasan Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan ... 30

3. Pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) ... 39

a. Pengertian Pembelajaran VCT ... 39

b. Prinsip-Prinsip VCT ... 42

c. Tujuan Pembelajaran VCT ... 43

d. Teknik Pembelajaran Nilai ... 43

e. Langkah-langkah Pembelajaran VCT ... 44

f. Kelebihan dan Kelemahan Model VCT ... 45

B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 46

C. Kerangka Berpikir ... 47

D. Pengajuan hipotesis ... 48

BAB III: METODE PENELITIAN ... 49

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 49

B. Metode dan Desain Penelitian ... 49

C. Populasi dan Teknik Pengambilan sampel ... 51

D. Teknik Pengumpulan Data ... 51

E. Instrumen Penelitian ... 52

F. Uji Coba Instrumen penelitian ... 55

G. Teknik Analisis Data ... 56


(11)

vii

1. Hasil Observasi Pembelajaran... 60

a. Hasil Observasi Pembelajaran pada Kelas Eksperimen ... 60

b. Hasil Observasi Pembelajaran Kelas Kontrol ... 74

2. Hasil Angket Siswa ... 87

3. Skor Rata-rata Angket Sikap Nasionalisme Siswa Pada Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 100

B. Pengujian Hipotesis ... 100

1. Uji Prasyarat Hipotesis ... 100

a. Uji Normalitas data ... 101

b. Uji Homogenitas Data ... 102

2. Uji Hipotesis ... 102

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 103

D. Keterbatasan Penelitian ... 106

BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN ... 108

A. Kesimpulan... 108

B. Saran ... 108

DAFTAR PUSTAKA ... 110 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(12)

viii

Tabel 3.1 : Waktu Pelaksanaan Penelitian... 50

Tabel 3.2 : Desain Penelitian ... 51

Tabel 3.3 : Kisi-kisi Angket Sikap Nasionalisme... 54

Tabel 4.1 : Hasil Observasi Sikap Nasionalisme Mampu Menghormati Orang Lain ... 62

Tabel 4.2 : Hasil Observasi Sikap Nasionalisme Disiplin ... 64

Tabel 4.3 : Hasil Observasi Sikap Nasionalisme Senang dan Bangga Menjadi Warga Negara Indonesia ... 65

Tabel 4.4 : Hasil Observasi Sikap Nasionalisme Giat Belajar ... 67

Tabel 4.5 : Hasil Observasi Sikap Nasionalisme Rela Berkorban ... 69

Tabel 4.6 : Hasil Observasi Sikap Nasionalisme Pantang Menyerah ... 70

Tabel 4.7 : Hasil Observasi Sikap Nasionalisme Tidak Memaksakan Ke- hendak Kepada Orang Lain ... 71

Tabel 4.8 : Hasil Observasi Sikap Nasionalisme Suka Bekerja Keras ... 72

Tabel 4.9 : Hasil Observasi Sikap Nasionalisme Mampu Menjalin Persatuan dan Kesatuan Antar Sesama ... 73

Tabel 4.10 : Hasil Observasi Sikap Nasionalisme Jujur ... 74

Tabel 4.11 : Hasil Observasi Sikap Nasionalisme Mampu Menghormati Orang Lain ... 75

Tabel 4.12 : Hasil Observasi Sikap Nasionalisme Disiplin ... 78

Tabel 4.13 : Hasil Observasi Sikap Nasionalisme Senang dan Bangga Menjadi Warga Negara Indonesia ... 79

Tabel 4.14 : Hasil Observasi Sikap Nasionalisme Giat Belajar ... 80

Tabel 4.15 : Hasil Observasi Sikap Nasionalisme Rela Berkorban ... 82

Tabel 4.16 : Hasil Observasi Sikap Nasionalisme Pantang Menyerah ... 83

Tabel 4.17 : Hasil Observasi Sikap Nasionalisme Tidak Memaksakan Ke- hendak Kepada Orang Lain ... 84


(13)

ix

Tabel 4.21 : Hasil Angket Sikap Nasionalisme Giat belajar ... 89

Tabel 4.22 : Hasil Angket Sikap Nasionalisme Disiplin ... 90

Tabel 4.23 : Hasil Angket Sikap Nasionalisme Senang dan Bangga Menjadi Warga Negara Indonesia ... 91

Tabel 4.24 : Hasil Angket Sikap Nasionalisme Rela Berkorban ... 93

Tabel 4.25 : Hasil Angket Sikap Nasionalisme Jujur ... 94

Tabel 4.26 : Hasil Angket Sikap Nasionalisme Tidak Memaksakan Kehendak Kepada Orang Lain... 95

Tabel 4.27 : Hasil Angket Sikap Nasionalisme Mampu Menjalin Persatuan dan Kesatuan ... 96

Tabel 4.28 : Hasil Angket Sikap Nasionalisme Pantang Menyerah ... 97

Tabel 4.29 : Hasil Angket Sikap Nasionalisme Suka Bekerja Keras ... 98

Tabel 4.30 : Hasil Angket Sikap Nasionalisme Mampu Menghormati Orang Lain ... 100

Tabel 4.31 : Distribusi Frekuensi rata-rata Angket Sikap Nasionalisme Siswa Pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 101

Tabel 4.32 : Hasil Uji Normalitas Data ... 102

Tabel 4.33 : Hasil Uji Homogenitas Data... 103


(14)

(15)

xi


(16)

xii

Lampiran 1 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen .. 112

Lampiran 2 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol ... 162

Lampiran 3 : Hasil Observasi Siswa Kelas Eksperimen ... 194

Lampiran 4 : Hasil Observasi Siswa Kelas Kontrol ... 202

Lampiran 5 : Kisi-kisi Angket Sikap Nasionalisme Siswa Sebelum Uji Validitas ... 210

Lampiran 6 : Kisi-kisi Angket Sikap Nasionalisme Siswa Setelah Uji Validitas ... 212

Lampiran 7 : Angket Sikap Nasionalisme Siswa ... 214

Lampiran 8 : Hasil Observasi Siswa Pra Penelitian ... 216

Lampiran 9 : Hasil Uji Prasyarat... 218

Lampiran 10 : Hasil Uji Validitas Angket Sikap Nasionalisme Siswa ... 221

Lampiran 11 : Hasil Uji Reliabilitas Angket Sikap Nasionalisme Siswa ... 222

Lampiran 12 : Daftar Nilai Angket Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 223

Lampiran 13 : Tabel Perhitungan Hasil Angket Siswa Kelas Eksperimen... 224


(17)

1

Pendidikan nasional merupakan salah satu modal terpenting dalam membangun peradaban bangsa, membentuk watak, sikap serta potensi yang dimiliki seseorang demi kehidupannya pada masa yang akan datang.

Pasal 4 UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa “pendidikan nasional bertujuan mengembangkan potensi peserta didik menjadi manusia yang beriman, bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa berakhlak mulia, sehat jasmani dan rohani, kerja keras, mandiri, estetis, berilmu, kreatif, produktif, mampu bersaing, cakap, demokratis, memiliki wawasan keunggulan, harmonis dengan lingkungan alam, memiliki tanggung jawab sosial, memiliki semangat kebangsaan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa”.

Pendidikan di sekolah dasar khususnya perlu mendapat perhatian yang sangat serius, karena pendidikan dasar merupakan landasan pokok yang untuk menuju pendidikan selanjutnya yang lebih tinggi. Di pendidikan dasar, siswa mempelajari banyak mata pelajaran khususnya 5 mata pelajaran pokok yang mencakup Matematika, Bahasa Indonesia, IPA, IPS dan PKN. Kelima mata pelajaran tersebut dan mata pelajaran pendukung lainnya yang akan membentuk pengetahuan awal siswa, kepribadian, watak serta sikap siswa yang akan menjadi bekal untuk kehidupannya di masa yang akan datang.

Selain siswa dibekali dengan bekal kemampuan kognitif, pendidikan seharusnya juga dapat membentuk sikap siswa. Tidak hanya kemampuan kognitif siswa saja yang dikembangkan namun juga sikap siswa juga harus dibentuk dalam dunia pendidikan agar siswa dapat bersikap dengan lebih baik lagi dikemudian hari. Tujuannya adalah agar siswa tidak hanya pandai namun juga dapat bersikap dengan baik dengan menggunakan kepandaian yang dimilikinya.


(18)

Keberhasilan suatu proses pendidikan bukan hanya diukur dari segi kognitif siswa saja namun yang tidak kalah pentingnya segi afektif dan segi psikomotorik juga menjadi faktor penentu keberhasilan suatu proses pendidikan. Oleh karena itu selain keluarga dan lingkungan, ketika anak sudah memasuki dunia pendidikan, maka guru juga berperan penting dalam membentuk sikap siswanya, terutama sikap yang berhubungan dengan rasa kecintaan siswa terhadap tanah airnya yaitu sikap nasionalisme siswa.

Sikap nasionalisme siswa harus dipupuk sejak dini, siswa harus ditanamkan nilai-nilai nasionalisme agar siswa semakin bertambah kecintaannya terhadap tanah airnya dan siswa tidak akan mudah terpengaruh dengan kebudayaan asing yang masuk ke dalam negeri lalu mereka melupakan kebudayaan mereka sendiri sehingga rasa nasionalisme yang ada di dalam diri siswa memudar.

Belakangan ini, dunia pendidikan kita banyak dikejutkan dengan berita-berita tentang perilaku yang tidak baik dikalangan pelajar di berbagai media massa. Perilaku yang tidak baik itu diantaranya adalah kekerasan sesama pelajar, memalak teman, membolos sekolah, pergaulan bebas, tawuran antar pelajar, narkoba, merokok di sekolah dsb. Saat ini berdasarkan realita yang sering kita hadapi dan rasakan bahwa rasa nasionalisme siswa juga sudah mulai memudar. Hal ini bisa kita lihat di dalam pergaulan sehari-hari, terkadang siswa lebih bangga berkomunikasi dengan teman sebayanya dengan menggunakan bahasa asing, kurang menghormati bapak/ibu gurunya, kurang menghormati temannya, siswa kurang giat dalam belajar, banyak siswa yang tidak hafal dengan lagu-lagu nasional, siswa lebih bangga memakai barang-barang buatan luar negeri dibanding dengan barang-barang-barang-barang buatan dalam negeri, siswa kurang mematuhi peraturan dan tata tertib sekolah, siswa kurang disiplin terhadap waktu, siswa kurang memelihara keindahan dan kebersihan lingkungan, siswa seakan-akan lupa dan tidak mengenang jasa para pahlawan, siswa tidak khidmat saat mengikuti upacara bendera, bahkan ada pula siswa yang tidak hafal pancasila.


(19)

Hal yang sama juga peneliti temukan ketika melakukan observasi pendahuluan yang peneliti lakukan di MI Jam’iyyatul Khair. Peneliti menemukan beberapa fakta diantaranya pada saat upacara bendera sebagian siswa terlihat khidmat dan sebagian lainnya terlihat tidak khidmat dalam mengikuti upacara bendera, pada saat belajar dikelas siswa kurang giat dalam belajar, pada awalnya siswa fokus untuk belajar namun lama-kelamaan ada siswa yang mulai mengantuk, kurang bersemangat bercanda dan yang cukup terlihat aktif dalam menjawab pertanyaan pendahuluan yang diajukan guru lebih banyak didominasi oleh siswa laki-laki dari pada siswa perempuan. Selanjutnya, pada saat guru meminta siswa secara bergantian untuk membaca uraian materi yang akan dipelajari pada hari ini ada siswa yang membaca teksnya masih kurang lancar, ada sebagian siswa yang mencoba membantu membenarkan ucapan temannya namun ada sebagian yang lain yang malah menertawakan temannya. Selain itu, pada saat guru menjelaskan materi pelajaran, siswa kurang memperhatikan dengan sungguh-sungguh penjelasan guru sehingga terlihat ada siswa bercanda, mengobrol dengan temannya dsb, juga hanya ada beberapa orang saja yang orang siswa saja yang mau menolong temannya yang lain yang merasa kesulitan dalam memahami materi pelajaran dan ketika temannya lupa membawa alat tulis, hanya beberapa orang siswa saja yang bersedia meminjamkan alat tulisnya kepada temannya.

Masalah-masalah yang terjadi diatas dalam perspektif keilmuan dapat disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya faktor model pembelajaran, faktor media pembelajaran, faktor kemampuan kompetensi guru, faktor kemampuan dari peserta didik. Dari banyak faktor itu, yang terjadi di sekolah yang saya teliti ternyata faktor model pembelajaran disekolah itu guru tidak menggunakan model pembelajaran yang sifatnya penanaman sikap. Misalnya pada saat menjelaskan materi Pahlawan Era Kebangkitan Nasional, guru menggunakan model pembelajaran konvensional yang berupa ceramah dan tanya jawab dan tidak mengarahkan pada penanaman sikap nasionalisme.

Langkah efektif untuk membangun dan menanamkan jiwa nasionalisme siswa dapat ditempuh melalui jalur pendidikan. Pembaharuan pembelajaran


(20)

disekolah perlu dilakukan oleh semua komponen yang ada disekolah termasuk oleh guru. Guru harus segera mulai menanamkan nilai-nilai nasionalisme secara perlahan pada diri siswa. Melalui model pembelajaran yang mampu meningkatkan sikap nasionalisme siswa. Agar siswa memiliki nilai-nilai karakter dan kepribadian bangsa yang kuat, mampu memahami hak dan kewajibannya sebagai warga negara serta menciptakan warga negara yang mempunyai sikap nasionalisme Indonesia.

Memang tidak dapat dipungkiri bahwa pengajaran afektif lebih sulit dibanding dengan pengajaran kognitif, ada beberapa upaya khusus yang harus dilakukan guru. Guru dapat mempergunakan pembelajaran Value Clarification Tehnique (VCT) dalam pembelajaran IPS. Namun yang menarik bagi saya karena VCT dapat berpengaruh terhadap sikap nasionalisme. hal ini seperti dalam penelitian yang dilakukan oleh Kd. Dewi Anggarini dkk, dari jurusan

PGSD FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia dengan judul penelitian “Pengaruh Model Pembelajaran Value Clarification Technique Berbantuan Media Gambar Terhadap Nilai Karakter Siswa Kelas V SD Gugus VI Tajun”. Nilai karakter siswa mencakup diantaranya sebagai berikut. (1) religius, (2) jujur, (3) toleransi, (4) disiplin, (5) kerjasama, (6) kreatif, (7) mandiri, (8) demokratis, (9) rasa ingin tahu, (10) semangat kebangsaan, (11) cinta tanah air, (12) menghargai prestasi, (13) bersahabat/komunikatif, (14) cinta damai, (15) gemar membaca, (16) peduli lingkungan, (17) peduli sosial, dan (18) tanggung jawab.

Dengan penelitian ini, bahwa penggunaan model VCT berbantuan media gambar berpengaruh terhadap nilai karakter siswa kelas V di Gugus VI Tajun. hal ini dapat dilihat dapat dilihat dari rata-rata tentang nilai karakter antara kedua kelompok sampel. dari rata-rata ( ̅) hitung, diketahui ̅ kelompok eksperimen adalah 76,35 dan ̅ kelompok kontrol adalah 65,67. Hal ini berarti, ̅ eksperimen lebih besar dari ̅ kontrol.

Dengan menggunakan model pembelajaran VCT diharapkan guru dapat meningkatkan kembali sikap nasionalisme pada diri siswa dengan cara yang menyenangkan dan siswa pun juga tidak merasa terbebani.


(21)

Sehingga, menarik bagi saya untuk melakukan penelitian serupa di sekolah yang akan saya teliti. Oleh karena itu untuk mengetahui peningkatan sikap nasionalisme siswa dengan menggunakan pembelajaran VCT, penelitian ini akan membahas tema: “Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Value Clarification Tehnique (VCT) Terhadap Sikap Nasionalisme Pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Siswa Kelas V MI. Jamiyyatul Khair Ciputat”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka penelitian ini difokuskan pada beberapa masalah, diantaranya:

1. Sikap nasionalisme siswa yang rendah misalnya sebagian siswa kurang khidmat pada saat mengikuti upacara bendera, pada saat belajar di kelas siswa kurang giat dalam belajar, siswa kurang memperhatikan dengan sungguh-sungguh penjelasan guru, siswa kurang menghormati temannya dsb.

2. Model pembelajaran yang digunakan guru yaitu model pembelajaran konvensional dengan ceramah dan tanya jawab tidak dapat meningkatkan sikap nasionalisme siswa.

3. Guru kurang menanamkan sikap nasionalisme kepada siswa dalam pembelajaran

4. Guru kurang memberikan teladan mengenai sikap nasionalisme kepada siswa.

C. Pembatasan Masalah

Dari uraian identifikasi masalah yang telah disebutkan di atas, karena keterbatasan waktu dalam penelitian, maka penulis membatasi permasalahan pada:

1. Model pembelajaran yang digunakan adalah pembelajaran VCT dalam pembelajaran IPS.


(22)

2. Materi pelajaran difokuskan pada pembahasan mengenai Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan

3. Sikap nasionalisme siswa yang dimaksud adalah sikap nasionalisme siswa yang dapat diwujudkan dalam keseharian mereka misalnya dengan menghormati dan mentaati nasihat bapak/ibu guru, belajar dengan giat di kelas, mau menolong temannya, menghormati temannya dsb.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka peneliti akan mencoba untuk mengajukan rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu:

1. “Seberapa besar pengaruh penggunaan model pembelajaran Value Clarification Tehnique (VCT) terhadap sikap nasionalisme siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial siswa kelas V MI. Jamiyyatul Khair Ciputat”.

2. “Bagaimana pengaruh penggunaan model pembelajaran Value Clarification Tehnique (VCT) terhadap sikap nasionalisme siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial siswa kelas V MI. Jamiyyatul Khair Ciputat”.

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini yaitu:

1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penggunaan model pembelajaran Value Clarification Tehnique (VCT) terhadap sikap nasionalisme siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial siswa kelas V MI. Jamiyyatul Khair Ciputat.

2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh penggunaan model pembelajaran

Value Clarification Tehnique (VCT) terhadap sikap nasionalisme siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial siswa kelas V MI. Jamiyyatul Khair Ciputat.


(23)

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian yang akan dilakukan memiliki kontribusi yang cukup besar bagi guru, siswa, sekolah, orang tua dan peneliti. Kontribusi pada masing-masing komponen dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Bagi Guru

Sebagai acuan untuk mengetahui metode pembelajaran yang dapat meningkatkan sikap nasionalisme siswa serta dapat meningkatkan professionalisme guru dalam proses pembelajaran.

2. Bagi Sekolah

Untuk membantu sekolah dalam memperbaiki/memajukan proses pembelajaran, dan membentuk siswa-siswa yang memiliki sikap nasionalisme yang tinggi.

3. Bagi Siswa

Dapat meningkatkan sikap nasionalisme siswa dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat memberikan pengalaman yang baru sehingga kegiatan pembelajaran IPS sehingga menjadi lebih menyenangkan.

4. Bagi Peneliti

Sebagai sumbangan untuk kemajuan dalam dunia pendidikan di Indonesia serta untuk menambah pengetahuan dan pengalaman dalam proses pembelajaran IPS. Selain itu sebagai bahan acuan bagi para peneliti lain dalam melakukan penelitian.


(24)

8

a. Pengertian Pembelajaran IPS

Sebelum menjelaskan tentang pengertian pembelajaran IPS, terlebih dahulu akan dijelaskan mengenai pengertian belajar. Istilah belajar dewasa ini sudah cukup populer di telinga kita. Bahkan banyak orang beranggapan bahwa belajar adalah mencari ilmu pengetahuan atau menuntut ilmu. Apabila kita bertanya kepada orang lain tentang arti dari kata belajar maka kita akan mendapatkan banyak definisi belajar yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya adalah sebagai berikut.

Menurut R. Gagne, belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya akibat pengalaman.1 Menurut Witherington, Belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru daripada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian”.2 Sedangkan menurut James O. Wittaker, belajar dapat didefinisikan sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.3

Dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku, kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru daripada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian, kepribadian melalui latihan atau pengalaman.

Sedangkan kata “pembelajaran” dapat didefinisikan sebagai suatu sistem atau sebagai suatu proses membelajarkan peserta didik yang

1

Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran Di Sekolah Dasar, (Jakarta: Kencana, 2013). Cet.Ke-1,h.1.

2

Muhammad Thobroni dkk, Belajar dan Pembelajaran, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), h. 20.

3

Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006), Cet. Ke.5, h. 104


(25)

direncanakan atau didesain, dilaksanakan dan dievaluasi secara sistematis agar siswa-siswi dapat mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.4 Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran.5

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berpusat pada peserta didik dengan menggunakan proses yang sengaja dirancang agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Sementara itu, Istilah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan nama mata pelajaran di tingkat sekolah atau nama program studi di perguruan tinggi yang identik dengan istilah “Sosial Studies” dalam

kurikulum persekolahan di negara lain, khususnya di negara-negara barat seperti Australia dan Amerika Serikat. Nama IPS yang lebih dikenal Sosial Studies dinegara lain itu merupakan istilah hasil kesepakatan dari para ahli atau pakar kita di Indonesia.6

Namun, pengertian IPS ditingkat persekolahan itu sendiri mempunyai perbedaan makna khusunya IPS untuk Sekolah Dasar (SD), dengan IPS untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan IPS untuk Sekolah Menengah Atas (SMA). Pengertian IPS di persekolahan tersebut ada yang berarti program pengajaran, ada yang berarti mata pelajaran yang berdiri sendiri, ada yang berarti gabungan (paduan) dari sejumlah mata pelajaran atau disiplin ilmu.perbedaan ini dapat pula diidentifikasi dari perbedaan pendekatan yang diterapkan pada masing-masing jenjang persekolahan tersebut.

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial seperti (sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum dan budaya). Ilmu Pengetahuan Sosial dirumuskan atas

4

Agung Eko Purwana, dkk, Pembelajaran IPS MI, (LAPIS: PGMI, 2009), h. 10.

5

Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pengajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 57

6

Sapriya, Susilawati, dan Sadjaruddin Nurdin, Konsep dasar IPS, (Bandung: UPI Press, 2006), Edisi kesatu, Cetakan Pertama, h.3


(26)

dasar realitas dan fenomena sosial yang menunjukkan suatu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu sosial (sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum dan budaya). IPS atau studi sosial merupakan bagian dari kurikulum sekolah yang diturunkan dari isi materi cabang-cabang ilmu sosial: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, antropologi, filsafat dan psikologi sosial.

Geografi, sejarah dan antrologi merupakan disiplin ilmu yang memiliki keterpaduan yang tinggi. Pembelajaran geografi memberikan kebulatan wawasan yang berkenaan dengan wilayah-wilayah, sedangkan sejarah memberikan kebulatan wawasan tentang sejarah-sejarah yang berkaitan dengan periode. Antropologi meliputi studi-studi komparatif yang berkenaan dengan nilai-nilai, kepercayaan, struktur sosial, aktivitas-aktivitas ekonomi, organisasi politik, ekspresi-ekspresi dan spiritual, teknologi dan benda-benda budaya dari budaya-budaya terpilih. Ilmu politik dan ekonomi tergolong ke dalam ilmu-ilmu tentang kebijakan pada aktivitas-aktivitas yang berkenaan dengan pembuatan keputusan. Sosiologi dan psikologi sosial merupakan ilmu-ilmu tentang perilaku seperti konsep peran, kelompok, institusi, proses interaksi dan kontrol sosial. Secara intensif konsep-konsep seoerti ini digunakan ilmu-ilmu sosial dan studi-studi sosial.

Gambar 2.1 Keterpaduan Cabang Ilmu Pengetahuan Sosial

Ilmu politik Sejarah

Ekonomi Geografi

Ilmu Pengetahuan

Sosial

Psikologi sosial Sosiologi

Filsafat Antropologi


(27)

Jadi pembelajaran IPS adalah suatu kegiatan yang dirancang untuk membantu siswa dalam mempelajari dan memahami materi-materi IPS. Dengan tujuan agar siswa peka terhadap permasalahan sosial yang terjadi disekitarnya serta memiliki sikap mental yang positif dan keterampilan dalam mengatasi berbagai permasalahan sosial yang terjadi di lingkungan masyarakatnya.

b. Tujuan Pembelajaran IPS

Tujuan utama Ilmu Pengetahuan Sosial adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari, baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat. Tujuan tersebut dapat dicapai manakala program-program pelajaran IPS di sekolah di organisasikan secara baik. Dari rumusan tujuan tersebut dapat dirinci sebagai berikut.7

1. Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau lingkungannya melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan kebudayaan masyarakat.

2. Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu menggunakan metode yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang kemudian dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah sosial.

3. Mampu menggunakan model-model dan proses berpikir serta membuat keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang di masyarakat

7

Trianto, Model Pembelajaran Terpadu (Konsep Strategi dan Implementasinya Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), Ed1, Cet 2, h. 176


(28)

4. Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah sosial serta mampu membuat analisa yang kritis, selanjutnya mampu mengambil tindakan yang tepat

5. Mampu mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu mengembangkan diri sendiri agar survive yang kemudian bertanggung jawab membangun masyarakat.

6. Memotivasi seseorang untuk bertindak berdasarkan moral

7. Fasilitator di dalam suatu lingkungan yang terbuka dan tidak bersifat menghakimi

8. Mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang baik dalam kehidupannya “to prepare students to be well-functioning citizens

in a democratic society” dan mengembangkan kemampuan siswa menggunakan penalaran dalam mengambil keputusan pada setiap persoalan yang dihadapinya.

9. Menekankan perasaan, emosi, dan derajat penerimaan atau penolakan siswa terhadap materi pembelajaran IPS yang diberikan.

c. Karakteristik Pembelajaran IPS di SD

Istilah pendidikan IPS dalam menyelenggarakan pendidikan di Indonesia masih relatif baru digunakan. Pendidikan IPS merupakan padanan dari sosial studies dalam konteks kurikulum di Amerika Serikat. Istilah tersebut pertama kali digunakan di AS pada tahun 1913 mengadopsi nama lembaga Sosial Studies yang mengembangkan kurikulum di AS.8

Kurikulum pendidikan IPS tahun 1994 sebagaimana yang dikatakan oleh Hamid Hasan, merupakan fusi dari berbagai disiplin ilmu, Martoella mengatakan bahwa pembelajaran pendidikan IPS lebih menekankan pada aspek “pendidikan” dari pada : transfer konsep”, karena dalam pembelajaran IPS peserta didik diharapkan memperoleh pemahaman terhadap sejumlah konsep dan mengembangkan serta

8


(29)

meltih sikap, nilai, moral dan keterampilannya berdasarkan konsep yang telah dimilikinya. Dengan demikian, pembelajaran pendidikan IPS harus diformulasikan pada aspek kependidikannya.

Konsep IPS yaitu: a. Interaksi

b. Saling ketergantungan

c. Kesinambungan dan perubahan d. Keragaman/kesamaan/perbedaan e. Konflik dan konsesus

f. Pola (patron) g. Tempat

h. Kekuasaan (power) i. Nilai kepercayaan j. Keadilan dan pemerataan k. Kelangkaan (scarcity) l. Kekhususan

m. Budaya (culture) dan n. Nasionalisme9

Karakteristik mata pelajaran IPS berbeda dengan disiplin ilmu lain yang bersifat monolitik. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai disiplin ilmu-ilmu sosial seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum dan budaya. Rumusan Ilmu Pengetahuan Sosial berdasarkan realitas dan fenomena sosial beradsarkan pendekatan interdisipliner.

Mata pelajaran IPS di MI/SD, MTS/SMP, memiliki beberapa karakteristik antara lain sebagai berikut.

1. Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan gabungan dari unsur-unsur geografi, sejarah, ekonomi, hukum dan politik, kewarganegaraan, sosiologi bahkan juga bidang humaniora, pendidikan dan agama.

9


(30)

2. Standar kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS berasal dari struktur keilmuan geografi, sejarah, ekonomi dan sosiologi yang dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi pokok bahasan atau topik (tema) tertentu.

3. Standar kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS juga menyangkut berbagai masalah sosial yang dirumuskan dengan pendekatan interdisipliner dan multidisipliner.

4. Standar kompetensi dan Kompetensi Dasar dapat menyangkut persitiwa dan perubahan kehidupan masyarakat dengan prinsip sebab akibat, kewilayahan, adaptasi dan pengelolaan lingkungan, struktur, proses dan masalah sosial seta upaya-upaya perjuangan hidup agar survive serta pemenuhan kebutuhan, kekuasaan, keadilan, jaminan keamanan.

2. Sikap Nasionalisme

a. Pengertian Sikap Nasionalisme

Menurut Muslim, secara historis istilah sikap (attitude) digunakan pertama kali oleh Herbert Spencer tahun 1862, yang diartikan sebagai status mental seseorang. Seperti ahli psikologi seperti Louis, Thurstone, Rensis Likert, Charles Osgood menyatakan bahwa sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan yang mana dapat memihak (favoriable) maupun tidak memihak (unfavorable) pada suatu objek tertentu. Sedangkan kelompok ahli psikologi sosial seperti Chzve, Bogardus, La Pierre, Mead dan Gordon Allport mengemukan sikap adalah kesiapan (kecenderungan potensial) untuk bereaksi pada suatu obyek dengan cara-cara tertentu. Menurut La Pierre mendifinisikan sikap sebagai suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif, dan predisposisi untuk menyesuaikan dengan situasi sosial, atau secara sederhana sikap adalah respon terhadap stimuli sosial yang telah terkondisikan.

Nasionalisme berasal dari kata nation yang berarti bangsa. Bangsa mempunyai dua pengertian yaitu dalam pengertian antropologi dan


(31)

sosiologi, ada juga dalam pengertian politik. Dalam pengertian antropologi dan sosiologi bangsa adalah suatu masyarakat yang merupakan persekutuan hidup yang berdiri sendiri dan masing-masing anggota persekutuan hidup tersebut merasa satu kesatuan ras, bahasa, agama, sejarah, dan adat istiadat. Bangsa menurut politik adalah kelompok masyarakat dalam suatu daerah yang sama dan mereka tunduk kepada kedaulatan negaranya sebagai kekuasaan yang tertinggi keluar dan ke dalam. Nation (bangsa) dalam pengertian politik inilah yang kemudian menjadi pokok pembahasan tentang nasionalisme.

Secara operasional sikap nasionalisme dapat didefinisikan sebagai sikap cinta tanah air, yang artinya mereka mencintai dan mau membangun tanah airnya menjadi lebih baik. Sikap yang sesuai dengan nasionalisme diantaranya sebagai berikut, menjaga persatuan dan kesatuan bangsa, menghargai jasa-jasa pahlawan, setia memakai produksi dalam negeri, rela berkorban demi bangsa dan negara, bangga sebagai bangsa dan bernegara Indonesia, mendahulukan kepentingan negara dan bangsa di atas kepentingan pribadi, berprestasi dalam berbagai bidang untuk mengharumkan nama bangsa dan negara dan setia kepada bangsa dan negara terutama dalam menghadapi masuknya dampak negatif globalisasi ke Indonesia. Selanjutnya, definisi sikap nasionalisme menurut Sadikin adalah suatu sikap cinta tanah air atau bangsa dan negara sebagai wujud dari cita-cita dan tujuan yang diikat sikap-sikap politik, ekonomi, sosial, dan budaya sebagai wujud persatuan atau kemerdekaan nasional dengan prinsip kebebasan dan kesamarataan kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Oleh karena itu, sikap nasionalisme tersebut harus dapat ditanamkan dan dibentuk dalam diri generasi penerus bangsa. Termasuk diantaranya pelajar Indonesia, baik pada lingkungan keluarga, masyarakat maupun sekolah. Seperti yang dikemukakan oleh H.A.R Tilaar bahwa nasionalisme yang sehat sebagai modal kultural hanya dapat dikembangkan melalui proses pendidikan. Bagi anak-anak, proses


(32)

pendidikan tersebut adalah melalui teladan di dalam kehidupan keluarga, masyarakat, maupun sekolahnya.10

Berdasarkan penjelasan-penjelasan yang telah dijabarkan diatas, sikap nasionalisme merupakan suatu perwujudan dari rasa cinta dan rasa kebanggaan terhadap tanah airnya sehingga mendorong diri seseorang untuk dapat membangun tanah airnya menjadi lebih baik. Pengembangan nasionalisme yang baik hanya dapat dikembangkan melalui proses pendidikan yang dilakukan melalui teladan di dalam kehidupa keluarga, masyarakat maupun sekolahnya.

b. Bentuk-bentuk Nasionalisme

Adapun bentuk-bentuk dari nasionalisme sangatlah beragam. Bentuk-bentuk nasionalisme adalah sebagai berikut:

1. Nasionalisme kewarganegaraan

Nasionalisme kewarganegaraan disebut juga nasionalisme sipil. Nasionalisme jenis ini adalah nasionalisme dimana negara memperoleh kebenaran politik dari penyertaan aktif rakyatnya, ”kehendak rakyat”, ”perwakilan politik”. Teori nasionalisme ini bermula dibangun oleh Jean Jacques Rousseau.

2. Nasionalisme etnis

Nasionalisme etnis adalah sejenis nasionalisme dimana negara memperoleh kebenaran politik dari budaya asal atau etnis sebuah masyarakat. Dibangun oleh Johann Gottfried von Herder, yang memperkenalkan konsep Volk (bahasa Jerman untuk "rakyat").

3. Nasionalisme romantik

Nasionalisme romantik disebut juga nasionalisme organik t atau

nasionalisme identitas adalah lanjutan dari nasionalisme etnis dimana negara memperoleh kebenaran politik secara semulajadi ("organik")

10

Muslim , “Pengaruh Pelaksanaan Pendidikan Karakter Pada Mata Pelajaran Sejarah Terhadap Sikap Nasionalisme Siswa Kelas Xi Ma Al Asror Semarang Tahun Ajaran 2012/2013”, Skripsi Pada Universitas Negeri Semarang, Semarang, 2013, h. 17, tidak dipublikasikan


(33)

hasil dari bangsa atau ras; menurut semangat romantisme. Nasionalisme romantik adalah bergantung kepada perwujudan budaya etnis yang menepati idealisme romantik; kisah tradisi yang telah direka untuk konsep nasionalisme romantik. Misalnya "Grimm Bersaudara" yang dinukilkan oleh Herder merupakan koleksi kisah-kisah yang berkaitan dengan etnis Jerman

4. Nasionalisme budaya

Nasionalisme budaya adalah sejenis nasionalisme dimana negara memperoleh kebenaran politik dari budaya bersama dan bukannya "sifat keturunan" seperti warna kulit, ras dan sebagainya. Contoh yang terbaik ialah rakyat Tionghoa yang menganggap negara adalah berdasarkan kepada budaya. Unsur ras telah dibelakangkan di mana golongan Manchu serta ras-ras minoritas lain masih dianggap sebagai rakyat negara Tiongkok. Kesediaan dinasti Qing untuk menggunakan adat istiadat Tionghoa membuktikan keutuhan budaya Tionghoa. Malah banyak rakyat Taiwan menganggap diri mereka nasionalis Tiongkok sebab persamaan budaya mereka tetapi menolak RRT karena pemerintahan RRT berpaham komunism

5. Nasionalisme kenegaraan

Nasionalisme kenegaraan ialah variasi nasionalisme kewarganegaraan, selalu digabungkan dengan nasionalisme etnis. Perasaan nasionalistik adalah kuat sehingga diberi lebih keutamaan mengatasi hak universal dan kebebasan. Kejayaan suatu negeri itu selalu kontras dan berkonflik dengan prinsip masyarakat demokrasi. Penyelenggaraan sebuah 'national state' adalah suatu argumen yang ulung, seolah-olah membentuk kerajaan yang lebih baik dengan tersendiri. Contoh biasa ialah Nazisme, serta nasionalisme Turki kontemporer, dan dalam bentuk yang lebih kecil, Franquisme sayap-kanan di Spanyol, serta sikap 'Jacobin' terhadap unitaris dan golongan pemusat negeri Perancis, seperti juga nasionalisme masyarakat Belgia, yang secara ganas menentang demi mewujudkan hak kesetaraan


(34)

(equal rights) dan lebih otonomi untuk golongan Fleming, dan nasionalis Basque atau Korsika. Secara sistematis, bila mana nasionalisme kenegaraan itu kuat, akan wujud tarikan yang berkonflik kepada kesetiaan masyarakat, dan terhadap wilayah, seperti nasionalisme Turki dan penindasan kejamnya terhadap nasionalisme Kurdi, pembangkangan di antara pemerintahan pusat yang kuat di Spanyol dan Perancis dengan nasionalisme Basque, Catalan, dan Corsica.

6. Nasionalisme agama

Nasionalisme agama ialah sejenis nasionalisme dimana negara memperoleh legitimasi politik dari persamaan agama. Walaupun begitu, lazimnya nasionalisme etnis adalah dicampuradukkan dengan nasionalisme keagamaan. Misalnya, di Irlandia semangat nasionalisme bersumber dari persamaan agama mereka yaitu Katolik; nasionalisme di India seperti yang diamalkan oleh pengikut partai BJP bersumber dari agama Hindu. 11

c. Sebab-sebab yang Mendorong Munculnya Nasionalisme

Timbulnya nasionalisme pada bangsa Indonesia, didasarkan pada beberapa sebab diantaranya adalah

1. Persamaan nasib bangsa Indonesia yang sama-sama terjajah oleh bangsa barat. Bangsa Indonesia mengalami sakit dan penderitaan selama dijajah. Misalnya pada sistem tanam paksa yang mewajibkan rakyat untuk menanami sebagian ladang atau sawahnya dengan tanaman yang ditentukan oleh pemerintah dan hasilnya diserahkan kepada pemerintah.12

2. Kaum terpelajar menyadari bahwa selama ini rakyat Indonesia terbelunggu oleh nasionalisme yang sempit, yaitu lebih

11

Wuri Wuryandani, “Integrasi Nilai-Nilai Kearifan Lokal Dalam Pembelajaran

Untuk Menanamkan Nasionalisme Di Sekolah Dasar”, artikel pada Universitas Negeri Yogyakarta, h. 3, tidak dipublikasikan

12


(35)

mementingkan golongannya, budaya dan daerah masing-masing. Rakyat tidak memiliki rasa persatuan dan kesatuan termasuk kaum bangsawan yang mempunyai kaitan erat dengan pemerintah. Hal itulah yang menyebakan rakyat indonesia sulit membebaskan diri dari belenggu penajajah.13 Oleh karena itu, menyadari hal demikian, kaum terpelajar menyadari pentingnya rasa nasionalisme bagi bangsa Indonesia.14

3. Efek samping dari upaya Belanda merapkan politik balas budi memberikan pengaruh yang positif bagi bangsa Indonesia. Terbukti setelah adanya politik balas budi, ada rakyat Indonesia yang mulai sadar akan nasibnya dimana banyak kepincangan sosial, kebodohan dan kemiskinan yang merajalela.15

d. Pentingnya Sikap Nasionalisme

Sikap nasionalisme sangat penting bagi rakyat Indonesia dalam usahanya menjadi warga negara yang baik. Hal tersebut dikarenakan sikap nasionalisme mempunyai arti yang sangat besar bagi bangsa Indonesia, yaitu suatu kecenderungan yang ada pada diri seseorang untuk menunjukkan adanya rasa kebanggaan, kesetiaan, dan kecintaan terhadap tanah air, serta senantiasa mempertahankan dan memajukan bangsa dan negaranya. Banyak kalangan yang melihat bahwa sikap nasionalisme bangsa sedikit demi sedikit telah luntur akibat dari perkembangan jaman. Banyak warga negara Indonesia telah kehilangan wawasan mengenai hakikat kebangsaan Indonesia. Hal tersebut mendorong terjadinya perselisihan bahkan perpecahan diantara sesama warga Indonesia. Akan tetapi, perselisihan dan perpecahan tersebut dapat diatasi dengan cara menanamkan sikap nasionalisme dalam diri bangsa Indonesia. Mewujudkan sikap

13

M. Junaedi al-anshori, Sejarah Nasional Indonesia: masa pra sejarah sampai masa proklamasi kemerdekaan, (Jakarta: PT. Mitra Aksara Panaitan, 2010), h. 80

14

Ibid., h.94

15


(36)

nasionalisme dalam masa kini memang bukan suatu hal yang mudah. Akan tetapi, jika dunia pendidikan turut andil dalam menanamkan sikap nasionalisme, maka segala hal yang berkaitan dengan kekerasan maupun perpecahan dapat diselesaikan dengan jalan pikiran yang benar.

Sikap nasionalisme akan tertanam dalam diri warga negara Indonesia jika rakyat Indonesia mempunyai kesadaran akan pentingnya penanaman sikap nasionalisme. Oleh karena itu, ada beberapa cara yang dapat ditempuh untuk menanamkan sikap nasionalisme tersebut, yaitu melalui lingkungan keluarga, masyarakat, dan lingkungan sekolah.

Pertama, penanaman sikap nasionalisme di lingkungan keluarga dapat dibantu oleh peran serta orang tua. Sikap yang ditunjukkan oleh orang tua kepada anaknya sangat mempengaruhi perilaku anak-anaknya. Keluarga sebagai suatu kelompok inti masyarakat, merupakan lembaga yang berfungsi majemuk. Keluarga sebagai lembaga peradilan, lembaga ekonomi, lembaga pendidikan, dan keluarga sebagai lembaga kebudayaan. Contohnya yaitu membebaskan anak untuk bergaul dan berteman dengan siapa saja tanpa memandang perbedaan diantara mereka jika memang teman tersebut mempunyai perilaku yang baik. Selain itu, orang tua juga selalu memperkenalkan budaya daerahnya atau jika orang tuanya selalu mengajarkan kepada anaknya mengenai pentingnya mencintai kebudayaan tanah airnya, maka hal tersebut akan mampu menumbuhkan perasaan cinta tanah air kepada anak-anaknya. Seperti yang dikemukakan oleh Toto Permanto bahwa jika jiwa nasionalisme sudah tertanam dalam lingkungan keluarga, maka secara berjenjang akan dapat membesar menjadi tertanam di RT, RW, Desa, Kota, dan seterusnya sampai ke tataran bangsa Indonesia.

Kedua, lingkungan masyarakat sangat berpengaruh terhadap penanaman sikap nasionalisme anak mengingat waktu yang mereka


(37)

gunakan untuk bergaul dengan anggota masyarakat cukup banyak. Sikap nasionalisme yang dapat dibentuk dalam lingkungan masyarakat antara lain ketika perayaan hari kemerdekaan Republik Indonesia, selain diadakan upacara untuk memperingati hari kemerdekaan RI juga dilaksanakan adanya perlombaan-perlombaan untuk menyemangati keberhasilan bangsa Indonesia yang telah berjuang demi kemerdekaan RI. Menghidupkan kembali seni tradisional yang mulai memudar di daerah keunggulan budaya lokal, seperti wayang, ludruk, ketoprak, kuda lumping, reog, dan sebagainya merupakan contoh dari sikap nasionalisme dan juga dapat mendukung ketahanan nasional.

Ketiga, di lingkungan sekolah, penanaman sikap nasionalisme siswa termasuk salah satu tantangan bagi dunia pendidikan Indonesia, baik itu pendidikan formal maupun non formal, baik itu di dalam maupun di luar kelas. Misalnya, melalui pendidikan kesejarahan yang termasuk dalam mata pelajaran IPS, sikap nasionalisme siswa dapat dibentuk karena dapat memperkenalkan kepada siswa mengenai jati diri dan identitas bangsa Indonesia. Siswa dapat mengetahui dan memahami bagaimana besarnya perjuangan pahlawan-pahlawan Indonesia terdahulu dalam memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Seperti pernyataan Eko Djalmo Asmadi bahwa materi-materi kejuangan dan kesadaran bela negara yang disampaikan melalui kegiatan pendidikan fomal dan non formal diharapkan menimbulkan kesadaran nasional seluruh komponen bangsa, sehingga terbentuk perilaku nasionalistik dalam mewujudkan ketahanan nasional. Perilaku nasionalistik di sini yaitu perilaku untuk menampakkan jiwa atau semangat nasionalisme secara nyata sebagai wujud dari kesungguhan rasa cinta tanah air yang timbul dalam diri sendiri maupun karena pengaruh lingkungan sosialnya.

Kesimpulan dari pernyataan di atas adalah sikap nasionalisme merupakan sikap yang sangat penting untuk di miliki oleh setiap warga negara, karena dengan memiliki sikap nasionalisme tersebut maka


(38)

setiap warga negara akan memiliki rasa kebanggaan, kesetiaan, dan kecintaan terhadap tanah air, serta senantiasa mempertahankan dan memajukan bangsa dan negaranya dengan berbagai cara. Oleh karena itu, mengingat sangat pentingnya sikap nasionalisme ini, maka penanaman sikap nasionalisme sangat dianjurkan mulai saat ini, agar setiap warga negara memiliki sikap nasionalisme yang tinggi. Penanaman sikap nasionalisme dapat dilakukan mulai dari lingkup yang terdekat yaitu lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat dan lingkungan sekolah.16

e. Upaya-upaya Peningkatan Sikap Nasionalisme

Upaya-upaya peningkatan sikap nasionalisme diantaranya adalah menurut pendapat Suparlan dan Tilaar. Suparlan menyimpulkan “lewat pendidikan nasional diharapkan warga Negara memiliki kesadaran cinta tanah airnya, tebal semangat kebangsaan, tinggi kesetiakawanan sosial, percaya pada diri sendiri, inovatif dan kreatif, mampu membangun diri sendiri dan bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan negara dan bangsa”. Adanya pelaksanaan pengajaran pendidikan wawasan kebangsaan diharapkan dapat memberi andil bagi pembentukan nasionalisme, pendidikan wawasan kebangsaan dapat membentuk warga negara yang baik, yakni warga negara yang sanggup melaksanakan hak dan kewajibannya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.17 Sikap nasionalisme tidak tumbuh dengan sendirinya. Upaya menumbuhkan dan meningkatkan nasionalisme dapat dilaksanakan melalui jalur pendidikan. Tilaar dalam bukunya Mengindonesia Etnitas dan Bangsa Indonesia mengemukakan bahwa ada beberapa faktor penting dalam menumbuhkan sikap nasionalisme.

16

Gita Enggarwati, “Penanaman Sikap Nasionalisme Melalui Mata Pelajaran IPS Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Sumampir”, Skripsi pada Universitas Negeri Yogyakarta, 2014 h. 17

17

Ivan Nove Ainun Najib, Penanaman Sikap Nasionalisme Melalui Mata Pelajaran Muatan Lokal Wawasan Kebangsaan Pada Siswa Kelas Viii Di SMP N 1 Nglegok Kabupaten Blitar, jurnal online. 2013. h.4


(39)

Faktor-faktor tersebut di antaranya: 1) bahasa, 2) budaya, 3) pendidikan. Pendidikan yang tersentralisasi dalam pengertian tertentu dapat menjadi suatu alat pemersatu yang sangat kuat. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal dapat menjadi tempat yang strategis untuk menanamkan nilai-nilai kebangsaan dan rasa nasionalisme kepada generasi muda. Selain dalam kegiatan belajar mengajar di kelas, penanaman nilai-nilai kebangsaan dan rasa nasionalisme tersebut dapat dilakukan melalui kegiatan ekstrakurikuler (ekskul).18

f. Penanaman Sikap melalui Mata Pelajaran IPS di Sekolah Dasar

Wina Sanjaya mengemukakan pembelajaran sikap individu dapat dibentuk dengan cara pola pembiasaan dan modeling.

1. Pola pembiasaan

Di dalam proses pembelajaran di dalam kelas, baik secara disadari maupun tidak, guru dapat menanamkan sikap tertentu kepada siswa melalui proses pembiasaan. Contohnya, siswa selalu mendapat reward

berupa pemberian hadiah dari gurunya jika siswa tersebut menunjukkan prestasi yang tinggi kepada gurunya, sehinga lama-kelamaan siswa tersebut akan selalu berusaha untuk menunjukkan berbagai hal yang positif dalam dirinya.

Hal ini juga berlaku dalam penanaman sikap nasionalisme siswa. Pembiasaan guru untuk mengenalkan dan mengajarkan pentingnya sikap nasionalisme dapat menjadikan anak terbiasa untuk menjadi seorang nasionalis. Misalnya, ketika akan memasuki ruang kelas guru senantiasa membiasakan diri untuk berjabat tangan dan bertegur sapa dengan siswanya. Kebiasaan guru tersebut dapat menanamkan rasa persatuan dan kesatuan karena siswa dibiasakan untuk saling

18

Asep Tantan Triatna, “Peranan Ekstrakurikuler Paskibra Dalam Meningkatkan Nasionalisme Siswa) : Studi Deskriptif Analitis Terhadap Ekstrakurikuler Paskibra SMP Pasundan 1 Banjaran, Kabupaten Bandung”, S1 thesis, Universitas Pendidikan Indonesia, 2013, h. 2, tidak dipublikasikan


(40)

menghargai antar sesamanya. Pembiasaan lain yang dapat dilakukan guru adalah selalu mengecek kehadiran siswa di kelas. Kegiatan guru tersebut dimaksudkan agar siswa senantiasa memiliki perilaku disiplin dalam dirinya. Selain itu, pembiasaan lain yang dapat dilakukan guru adalah dengan cara mengaktifkan siswa ketika pembelajaran. Keberanian dan kerja keras dalam diri siswa dapat ditanamkan karena guru senantiasa memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan pendapat, ide, atau gagasannya selama pembelajaran berlangsung. Guru juga dapat memberikan aktivitas kepada siswa berupa kegiatan yang dapat membangkitkan semangat belajar siswa.

2. Modeling

Pembelajaran sikap seseorang dapat dilakukan melalui proses modeling, yaitu pembentukan sikap melalui proses asimilasi atau proses mencontoh. Modeling adalah proses peniruan terhadap orang lain yang menjadi idolanya atau orang yang dihormatinya. Misalnya, ada seorang siswa yang sangat mengagumi gurunya. Siswa tersebut akan cenderung meniru semua perilaku guru tersebut. Sebagai contoh, jika gurunya selalu berpakaian rapi saat di sekolah, maka siswa tersebut juga akan mengikuti hal yang sama seperti gurunya. Akan tetapi, guru tersebut juga harus menjelaskan alasannya karena agar sikap yang muncul nantinya didasari oleh kebenaran akan suatu sistem nilai.

Pada dasarnya, salah satu karakteristik anak yang sedang berkembang adalah keinginan untuk mencontoh atau melakukan peniruan terhadap orang lain yang menjadi idolanya atau orang yang dihormatinya. Jadi, guru dapat mencontohkan siswa untuk berperilaku sebagai sebagai seorang nasionalis agar dapat menanamkan sikap nasionalisme pada siswanya. Misalnya, guru senantiasa menggunakan pakaian yang merupakan produk dalam negeri dan selalu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar pada saat menerangkan materi pembelajaran. Ketika siswa melihat perilaku guru


(41)

tersebut, maka di dalam diri siswa akan timbul perasaan untuk menirukan atau meneladaninya. Siswa akan senantiasa menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar sebagai wujud perilaku cinta tanah airnya. Siswa juga selalu mengenakan pakaian produksi dalam negeri sebagai wujud perasaan bangga karena mereka adalah bagian dari bangsa Indonesia dan mereka ingin senantiasa menunjukkan hal tersebut kepada orang lain.

Sikap manusia bukanlah sesuatu yang melekat sejak lahir, akan tetapi diperoleh melalui pembiasaan. Begitu pun dengan upaya penanaman sikap nasionalisme di lingkungan sekolah dapat dilaksanakan melalui proses pembiasaan. Menurut Anis Ibnatul Muthoharoh, dkk (tanpa tahun: 6) di dalam penelitiannya yang berjudul “Pendidikan Nasionalisme melalui Pembiasaan di SD Negeri Kuningan 02 Semarang Utara”, pelaksanaan pendidikan nasionalisme dapat dilakukan melalui proses pembiasaan yang meliputi: (1) kegiatan rutin; (2) kegiatan spontan; (3) kegiatan pemberian keteladanan; dan (4) kegiatan terprogram. Kegiatan rutin merupakan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dan konsisten setiap saat. Kegiatan spontan adalah kegiatan yang dilakukan secara spontan ketika itu juga dan biasanya dilakukan saat guru atau tenaga kependidikan yang lain mengetahui adanya perilaku siswa yang terlihat kurang baik. Kegiatan keteladanan adalah perilaku dan sikap guru dalam memberi contoh terhadap tindakan yang baik, sehingga diharapkan akan menjadi panutan bagi siswa. Selanjutnya, kegiatan terprogram yaitu berupa kegiatan yang telah diterapkan di sekolah tersebut.

Terkait dengan penanaman sikap melalui mata pelajaran IPS, maka hal tersebut tidak dapat dilepaskan dari penanaman nilai yang berlaku di masyarakat. Materi dan pokok bahasan pada pembelajaran IPS dengan menggunakan berbagai metode digunakan untuk membina penghayatan, kesadaran, dan kepemilikan nilai-nilai yang baik pada diri siswa. Oleh karena itu, pembinaan nilai yang baik melalui mata


(42)

pelajaran IPS dapat menghasilkan sikap yang baik pula dalam diri setiap siswa.

Pada dasarnya, hakikat IPS adalah pengajaran yang mensosialkan diri dan pribadi siswa. Oleh karena itu, penanaman sikap pada pembelajaran IPS hendaknya dilakukan dengan baik. Di dalam pembelajaran IPS, berbagai pendekatan serta metode yang diterapkan harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi siswa. Berbagai macam pendekatan dan metode pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran IPS dapat menjadikan pembelajaran lebih menarik. Hal ini sesuai dengan Hal ini sesuai dengan PP Nomor 19 Tahun 2005 pasal 19 yang menyatakan bahwa:

“Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.”

Berbagai pendekatan dan metode dalam pembelajaran IPS digunakan untuk membina sikap yang baik dalam diri siswa, termasuk menanamkan sikap nasionalisme siswa. Penanaman sikap tersebut sangat penting dilakukan karena hal tersebut dapat menjadikan siswa mempunyai suatu prinsip dalam kehidupannya di masyarakat.

Pada jenjang pendidikan sekolah dasar, siswa harus diperkenalkan dengan penanaman sikap pada proses pembelajaran. Terkait dengan penanaman sikap nasionalisme, proses pembelajaran melalui cerita dan dongeng dapat dijadikan sarana yang baik dalam penanaman sikap nasionalisme. Seperti yang dikemukakan oleh Hidayati, bahwa cerita dan dongeng dapat menjadi sarana yang baik untuk pengenalan dan penanaman nilai dan sikap kepada diri siswa seperti kejujuran, keadilan, dan kepahlawanan. Kegiatan yang melatih sikap persatuan dan kesatuan, bekerja keras, disiplin, ataupun jujur dapat dijadikan pendorong untuk siswa agar dapat melakukan perbuatan yang


(43)

mencerminkan sikap nasionalisme, seperti kegiatan diskusi kelompok, sosiodrama, dan simulasi.

Penanaman sikap nasionalisme melalui mata pelajaran IPS juga dapat dilakukan dengan menggunakan media pembelajaran. Media pembelajaran merupakan sebuah alat bantu untuk mempermudah tersampainya materi pelajaran kepada siswa. Menurut Nana Sudjana dan Ahmad Rifai pemanfaatan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar siswa adalah:

1) pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar,

2) bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh para siswa,

3) metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, dan

4) siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar mengajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian dari guru, tetapi aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, dan lain-lain.

Ketepatan dalam pemilihan media pembelajaran IPS harus didasarkan pada tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Media pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran IPS untuk menanamkan sikap nasionalisme kepada siswa antara lain berupa media visual seperti gambar, foto, bendera pusaka, miniatur lambang negara, dan baju kebesaran daerah, media audio seperti pemutaran lagu kebangsaan dan lagu daerah, serta media audio visual seperti film dan video.


(44)

g. Indikator Sikap Nasionalisme

Sikap nasionalisme merupakan sikap cinta akan tanah air, Menurut Aman ada 6 indikator yang menunjukan sikap nasionalisme yaitu sebagai berikut:19

1. Cinta Tanah Air

Cinta tanah air atau patriotisme merupakan modal yang penting dalam membangun suatu Negara. Suatu negara yang dihuni oleh orang-orang yang cinta tanah air akan membawa kearah kemajuan. Sebaliknya negara yang tidak didukung oleh cinta tanah air dari penduduk tersebut maka Negara tersebut menunggu kehancuran. Pergerakan nasional yang tumbuh dan berkembang pada masa kolonial, merupakan wujud cinta tanah air yang puncaknya dengan diproklamasikan kemerdekaan negara kesatuan republik Indonesia. Wujud negara yang cinta tanah air ialah melestarikan budaya bangsa di era globalisasi dunia, meningkatkan etos kerja, mempunyai disiplin dalam arti luas, penghargaan terhadap pahlawan, peringatan hari bersejarah, mempunyai semangat kerja dan pengabdiaan terhadap negara.

2. Menghargai jasa-jasa pahlawan

Meneladani sikap kepahlawanan dan patriotisme adalah bentuk nyata penghargaan terhadap para pahlawan. Dalam kehidupan sehari-hari, dapat melatih diri supaya memiliki sifat-sifat kepahlawanan dan semangat cinta bangsa dengan memulainya menghargai para pahlawan bangsa dengan mengingat jasa-jasa mereka. Selain itu, mencontoh beberapa sikap mereka seperti sikap rela berkorban, bersedia meminta dan memaafkan.

3. Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara

19

Muslim , “Pengaruh Pelaksanaan Pendidikan Karakter Pada Mata Pelajaran Sejarah Terhadap Sikap Nasionalisme Siswa Kelas XI MA Al Asror Semarang Tahun Ajaran 2012/2013”, Skripsi Pada Universitas Negeri Semarang, Semarang, 2013, Hal 19, tidak dipublikasikan


(45)

Realitas menunjukan bahwa Tuhan Yang Maha Esa mengarahkan kepada bangsa Indonesia pluraritas diberbagai hal seperti suku, budaya, ras, agama, dan sebagainya. Anugrah itu patut disyukuri dengan cara menghargai kemajemukan tetap dipertahankan, dipelihara, dan dikembangkan demi kemajuan dan kejayaan bangsa.

4. Mengutamakan persatuan dan kesatuan

Kata persatuan dan kesatuan berasal dari kata “satu” yaitu sesuatu yang tidak terpisah-pisah. Nilai persatuan Indonesia mengandung usaha kearah bersatu dalam kebulatan rakyat membina nasional dalam Negara. Mengutamakan persatuan dan kesatuan merupakan suatu proses terwujudnya nasionalisme. Modal dasar persatuan suatu warga negara Indonesia baik yang asli maupun keturunan asing dari macam-macam suku bangsa dapat menjalin kerjasama yang erat dalam gotong royong dan kebersamaan.

5. Berjiwa pembaharu dan tidak kenal menyerah

Kesadaran bernegara dari seseorang ditentukan oleh kualitas mental sumber daya manusia itu sendiri. Kualitas mental yang diharapkan adalah manusia yang berkualitas tersebut maka diperlukan manusia yang berjiwa inovatif dan tidak kenal menyerah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, usaha mempertahankan kelangsungan bangsa dan tanah air, giat mempelajari sejarah bangsa. 6. Memiliki sikap tenggang rasa sesama manusia.

Tenggang rasa artinya dapat menghargai dan menghormati perasaan orang lain, dengan tenggang rasa manusia dapat merasakan atau menjaga perasaan orang lain sehingga orang lain tidak merasa tersinggung. Pelaksanaan sikap tenggang rasa dapat diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari misalnya sebagai berikut:

a. Menghormati hak-hak orang lain.

b. Kerelaan membantu teman yang mengalami musibah. c. Kesediaan menjenguk teman yang sedang sakit.


(46)

d. Kemampuan mengendalikan sikap, perbuatan, dan tutur kata yang dapat menyinggung atau melukai perasaan orang lain.

Nasionalisme siswa dapat dilihat dari tingkah lakunya. Adapun sikap atau tingkah laku yang mencerminkan nilai-nilai nasionalisme adalah sebagai berikut:

1. Siswa merasa senang dan bangga menjadi warga negara Indonesia.

2. Siswa mampu menghargai jasa-jasa pahlawan yang telah memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia.

3. Siswa giat belajar untuk menghadapi tantangan di era globalisasi 4. Siswa mempunyai rasa tolong menolong kepada sesamanya yang

membutuhkan.

5. Mencintai produk dalam negeri. 6. Menjenguk teman yang sakit.

7. Menghormati bapak ibu guru di sekolah. 8. Menghormati teman di sekolah.

9. Tidak memasakan pendapat kepada orang lain.

h. Nilai-nilai Nasionalisme Pada Pokok Bahasan Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan

Didalam Pembahasan Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan terdapat beberapa sub pokok bahasan diantaranya, perjuangan mempertahankan kemerdekaan, usaha diplomasi dan pengakuan kedaulatan serta menghargai jasa tokoh-tokoh perjuangan dalam mempertahankan kemerdekaan. Oleh karena itu, nilai-nilai nasionalismenya akan dijabarkan secara lebih terperinci sesuai dengan pokok bahasan yang ada pada materi perjuangan mempertahankan kemerdekaan, sebagai berikut:

1. Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan

a. Pertempuran-pertempuran mempertahankan kemerdekaan b. Usaha perdamaian dan agresi militer Belanda


(47)

Nilai nasionalisme yang terdapat didalam pokok bahasan ini diantaranya adalah:

a. Siswa memiliki sikap rela berkorban

Sikap Rela berkorban dapat diwujudkan siswa di sekolah dengan cara bersedia membantu temannya yang sedang mengalami kesulitan dalam belajar, bersedia meminjamkan alat tulis kepada temannya yang lupa membawa alat tulis dsb. Rela berkorban termasuk salah satu nilai nasionalisme. Pernyataan ini, didukung oleh pernyataan yang terdapat didalam penelitian yang dilakukan Herniwati Guru PKN SMP Negeri 7 Kota Bengkulu dengan judul penelitian “Menanamkan Nilai Nasionalisme Melalui Pembelajaran Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan Ptk Pada Siswa Kelas VI SDN 88 Perumnas Unib Bentiring “ Yaitu sebagai berikut “Penanaman nilai nasionalisme dilakukan dalam kegiatan pembelajaran PKN. Salah satu pokok bahasan yang sangat erat mencerminkan nilai nasionalisme Indonesia adalah cinta tanah air. Menurut Suyanto, dkk dan Lemhanas, cinta tanah air berarti rela berkorban untuk tanah air dan membelanya dari segala macam bentuk ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan yang datang dari manapun”. Rela berkorban dapat diwujudkan siswa di sekolah dengan cara bersedia membantu temannya yang sedang mengalami kesulitan dalam belajar, membantu meminjamkan alat tulisnya kepada temannya yang lupa membawa alat tulis dsb.

b. Siswa memiliki sikap pantang menyerah

Sikap pantang menyerah dapat diwujudkan siswa dengan cara tidak mudah menyerah ketika mengalami kesulitan dalam belajar, tidak mudah menyerah ketika mengerjakan soal tugas sekolah yang diberikan bapak/ibu guru. Pantang Menyerah termasuk ke dalam salah satu nilai nasionalisme. Pernyataan ini didukung oleh pernyataan yang terdapat didalam Penelitian yang dilakukan oleh Edwin Mirza Chaerulsyah dari Jurusan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas


(48)

Negeri Semarang “Persepsi Siswa Tentang Keteladanan Pahlawan Nasional Untuk Meningkatkan Semangat Kebangsaan”. sebagai berikut, “Untuk membangun se-buah bangsa dirasa perlu untuk memupuk rasa nasionalisme perjuangan bangsa indonesia sejak dini, Perjuangan adalah dari kata pejuang yang artinya orang yang berjuang. Definisi tentang nilai-nilai perjuangan yang mengandung artian nilai-nilai yang berupa sikap, jiwa dan semangat dari para pejuang yang senantiasa ikhlas berkorban, pantang menyerah, teguh pendirian, mempunyai keberanian, membela kebenaran serta memiliki moral dan perilaku yang mengandung suri tuladan bagi bangsa”.

c. Siswa memiliki sikap suka bekerja keras

Sikap suka bekerja keras dapat diwujudkan siswa dengan berusaha menyelesaikan tugas yang diberikan oleh bapak/ibu guru dengan sebaik-baiknya, dll, Kerja keras termasuk ke dalam salah satu nilai nasionalisme, hal ini didukung oleh pernyataan yang terdapat didalam Penelitian yang dilakukan oleh Ivan Nove Ainun Najib Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan FIS UM dengan judul penelitian “Penanaman Sikap Nasionalisme Melalui Mata Pelajaran Muatan Lokal Wawasan Kebangsaan Pada Siswa Kelas VIII Di SMP N 1 Nglegok Kabupaten Blitar”. yaitu Penanaman sikap nasionalisme bisa dilakukan dalam pembelajaran seperti dengan menyanyikan lagu kebangsaan seperti Indonesia Raya. Hal ini di maksudkan agar rasa cinta terhadap tanah airnya, pemberian tugas individu maupun kelompok kepada siswa yang akan membantu siswa menumbuhkan perilaku disiplin, berani dan kerja keras.

d. Siswa memiliki sikap mampu menjalin persatuan dan kesatuan antar sesama

Sikap mampu menjalin persatuan dan kesatuan antar sesama dapat diwujudkan siswa dengan mau berteman dengan siapa saja tanpa membedakan ras, golongan, suku ataupun agama, tidak memilih-milih teman kelompok saat diskusi dsb. Menjalin persatuan dan kesatuan


(49)

antar sesama termasuk ke dalam salah satu nilai nasionalisme, hal ini didukung oleh pernyataan yang terdapat didalam Penelitian yang dilakukan oleh Yunita Ary Nugraheni “Penanaman Nilai-Nilai

Nasionalisme Pada Etnis Tionghoa”. Yaitu “Nasionalisme dalam

kehidupan berbangsa dan bernegara memiliki beberapa nilai-nilai, antara lain mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa, mematuhi dan mentaati peraturan negara, mematuhi dan menghayati nilai-nilai yang ada pada UUD 1945 dan Pancasila, serta membangun rasa persaudaraan, solidaritas, kedamaian, dan anti kekerasan antar kelompok masyarakat dengan semangat persatuan. Masih banyak lagi nilai-nilai nasionalisme yang harus dimiliki oleh warga negara Indonesia”.

e. Siswa memiliki sikap senang dan bangga menjadi warga negara Indonesia

Sikap senang dan bangga menjadi warga negara Indonesia dapat diwujudkan siswa dengan khidmat pada saat mengikuti upacara bendera, menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, mengetahui berbagai macam lagu nasional, pakaian adat, rumah adat yang ada di Indonesia dan mau mempelajari berbagai macam kebudayaan yang ada di Indonesia. Sikap senang dan bangga menjadi warga negara Indonesia merupakan salah satu nilai nasionalisme. Pernyataan ini didukung oleh pernyataan yang terdapat didalam Penelitian yang dilakukan oleh Muslim Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarangdengan Judul Penelitian “Pengaruh Pelaksanaan Pendidikan Karakter Pada Mata Pelajaran Sejarah Terhadap Sikap Nasionalisme Siswa Kelas XI MA Al Asror Semarang Tahun Ajaran 2012/2013”. “Nasionalisme siswa dapat dilihat dari tingkah lakunya. Adapun sikap atau tingkah laku yang mencerminkan nilai-nilai nasionalisme adalah sebagai berikut: a) Siswa merasa senang dan bangga menjadi warga negara Indonesia, b) Siswa mampu menghargai jasa-jasa pahlawan yang telah


(50)

memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia, c) Siswa giat belajar untuk menghadapi tantangan di era globalisasi, d) Siswa mempunyai rasa tolong menolong kepada sesamanya yang membutuhkan, e) Mencintai produk dalam negeri, f) Menjenguk teman yang sakit, g) Menghormati bapak ibu guru di sekolah, h) Menghormati teman di sekolah, i) Tidak memasakan pendapat kepada orang lain”.

2. Usaha Diplomasi Dan Pengakuan Kedaulatan

Nilai nasionalisme yang terdapat didalam pokok bahasan ini diantaranya adalah:

a. Siswa memiliki sikap mampu menghormati orang lain

Sikap menghormati orang lain dapat diwujudkan siswa dengan menghormati sesama temannya disekolah dengan cara tidak mengejek temannya, menghormati bapak/ibu guru, mentaati nasihat yang diberikan bapak/ibu guru. Menghormati orang lain merupakan salah satu nilai nasionalisme. Pernyataan ini didukung oleh pernyataan yang terdapat didalam Penelitian yang dilakukan oleh Muslim Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang dengan Judul Penelitian “Pengaruh Pelaksanaan Pendidikan Karakter Pada Mata Pelajaran Sejarah Terhadap Sikap Nasionalisme Siswa Kelas XI MA Al Asror Semarang Tahun Ajaran 2012/2013”. “Nasionalisme siswa dapat dilihat dari tingkah lakunya. Adapun sikap atau tingkah laku yang mencerminkan nilai-nilai nasionalisme adalah sebagai berikut: a) Siswa merasa senang dan bangga menjadi warga negara Indonesia, b) Siswa mampu menghargai jasa-jasa pahlawan yang telah memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia, c) Siswa giat belajar untuk menghadapi tantangan di era globalisasi, d) Siswa mempunyai rasa tolong menolong kepada sesamanya yang membutuhkan, e) Mencintai produk dalam negeri, f) Menjenguk teman yang sakit, g)


(1)

PT. Remaja Rosdakarya,2010), cet. Ke-9, h.220

6.

Nana

Syaodih Sukmadinata, Metode

Penelitian Pendidikan,

(Bandung:

PT. Remaja Rosdakarya,2010), cet. Ke-9, h.219

ff

7. Prof.

Dr.

Suharsimi

Arikunto,

Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan,

(Jakarta: Bumi Aksara,2005), edisi revisi, hlm. 58

1/t

8.

Prof.Dr. Suharsimi

Arikunto,

Prosedur Penelitian Suatu

Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta,2010), ed.rev., cet.T4 hlm.213

,l ,

9. Dr s.Zainal Ari fi n, M. P d., Ev al u a s i P e m b e I aj ar an, (B andung : PT. Remaj a

Rosdakarya, 2009),

hlm.

267

10"

Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan,

(Iakarta:

Raja Grafindo

Persada,

2005),h.43

4

Jakarta, 29 September 2015

Latrp, M.Pd 19810623 200912

I

003


(2)

KEMENTERIAN AGAMA UIN

JAKARTA

FITK

Jl. lr. H. Juanda No 95 Ciputat 15412 lndonesia

FoRM

(FR)

No. Dokumen

:

FITK-FR-AKD-O82

Tgl.

Terbit :

1 Maret 2010

No.

Revisi: :

01

Hal 1t1

SURAT PERMOHONAN IZIN

PENELITIAN

Nomor : Un.01/F.1/KM.01 .31.07.2a.12015

Lamp.'.

OutlinerProposal

Hal

:

Permohonan lzin

Penelitian

Tembusan:

1.

Dekan FITK

Jakarla,27 April 2015

Kepada Yth. Kepala Sekolah MI. Jam'iyyatul Khoir di

Tempat

Assalam u' al aiku m wr.wb.

Dengan hormat kami sampaikan bahwa,

Nama

: Melita Andriyani

NIM

:1111018300009

Jurusan

: Pendidikan Guru Madrasah lbtidaiyah ieCftlfy

Semester :Vlll

JudulSkripsi

:Pengaruh Penggunaan Model

Pembelajaran

Value

Ctarification Technique (VCT) Terhadap Peningkatan Sikap Nasionalisme Siswa Pada Pembelajaran lPS.

adalah benar mahasiswa/i Fakultas llmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta yang

sedang

menyusun

skripsi,

dan

akan

mengadakan

penelitian

(riset)

di instansi/sekolah/madrasah yang Saudara pimpin.

Untuk

itu

kami

mohon Saudara

dapat

mengizinkan mahasiswa

tersebut melaksanakan penelitian dimaksud.

Atas perhatian dan kerja sama saudara, kami ucapkarr terima kasih. Wassalamu'alaikum

''.

' a.n. Dekan

,; \.. -i

Kajur Pendidikan Guru Madrasah lbtidaiyah

,MA

200701 1 013 19761 107

2.

Pembantu Dekan Bidang Akademik


(3)

,

KEMENTERIAN AGAMA

ffi

UIN

JAKARTA

s

irw

FITK

W$$ S Jt r H JuandaNogsciputatlS4l2lndonesia

FORM (FR)

No. Dokumen

:

FITK-FR-AKD-081 Tgl.

Terbit :

1

Maret 2010 No.

Revisi: :

01

Hal 1t1

PERMOHONAN SURAT BIMBINGAN

SKRIPSI

Nomor Lampiran Perihal

NIP" 19761t01 200701

I

013

Tembusan:

1.

Dosen Penasehat Akademik : Istimewa

: Satu Berkas Proposal

: Bimbingan Skripsi Kepada Yth.

Ka. Subbag Akademik dan Kemahasiswaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan di

Tempat

As s al amu' al aikum wr.w b.

J akarta,iT Februari 20 I 5

Yang bertanda tangan di bawah ini

Nama

: Melita Andriyani

NIM

:1111018300009

Jurusan/Prodi : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

Semester

:

VIII A

f)engan ini mengajukan permohonan surat bimbingan skripsi, sebagai salah satu syarat

menyelesaikan program

S-l

(Strata 1)

UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta. Adapun judul skripsi yang diajukan adalah:

Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Value Clarification Technique

(Cf)

Terhadap Peningkatan Sikap Nasionalisme Siswa Pada Pembelajaran IPS (Pada Siswa Kelas V SDI Al- Hidayah).

Dosen Pembimbing Skripsi yarrg diusulkan:

pembimbing

I

--'i--

',Ai'e?-

e

4-a,n^

I

-Pembimbing

II

:__

Sebagai bahan pertimbangan saya lampirkan proposal.

Demikian permohonan ini saya sampaikan, atas perhatiannya diucapkan terima kasih. lilassqlamu' alaikum wr.wb.

Mengetahui,

Ketua Jurusan PGMI

(Da_aNx

Dr. Fauzan, MA.

Pemohon,

Ir-rol

*K!

It

I

Melita d.ndriyanl NrM. 1111018300009


(4)

KEMENTERIAN AGAMA U!N

JAKARTA

FITK

Jl. lr. H. Juanda No 95 Ciputat 15412 lndonesia

FORM

(FR)

No. Dokumen

:

FITK-FR-AKD-066

Tgl.Terbit :.

1 Maret 2010 No. Revisi: 01

Hal 111

SURAT PERMOHONAN

IZIN

OBSERVASI

Nomor : Un.0 l/Ft./KM .01.3 1...12011

Lamp.

:...

Hal

: Observasi

Nama

NIM

Jurusan /Prodi Semester

Tembusan:

Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Jakarta,

l2

Maret 2015

Kepada Yth.

As s alamu' al aikurn wr.w b.

Dengan hormat kami sampaikan bahwa: Melita Andriyani

1 1 I 1018300009

PGMI

VIII

(Delapan)

adalah

benar

mahasiswa pada Fakultas

Ilmu

Tarbiyah

dan

Keguruan

UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta dan sehubungan dengan tahap penyusunan skripsi, mahasiswa tersebut memerlukan observasi dengan pihak terkait. Oleh karena

itu, kami

mohon kesediaan Saudara untuk menerima mahasiswa tersebut dan memberikan bantuannya.

Demikianlah, atas perhatian dan bantuan

Was s al amu' alaikum wr.wb.

a.n. Dekan

ti


(5)

7

YAYASAN

PENDIDIKAN

ISLAM JAM'IYYATUL

KHAIR

MADRASAH

IBTIDAIYAH

JANI'IYYATUL

KHAIR

Jl. WR. Supratman No. 35 Kel. Cempaka Putih Kec. Ciputat Timur - Tangerang Selatan 15412

Telp. (021) 7433062 -7441377 - 0813 1782 5321

SURAT KETERANGAN

Nomor : M i.S.2.02128.03/pp.0A4.L / 288/2AL5

Yang bertanda tangan di bawah ini Kepala Madrasah lbtidaiyah Jam'iyyatul Khair :

Nama

NIP

Pangkat/Gol. Jabatan

MARYANI, S.Ag

Kepala Madrasah

Melita Andriyani 1111018300009

Pendidikan Guru Madrasah lbtidaiyah (PGMI)

vill

Berdasarkan

Surat

Permohonan

lzin

Penelitian

dari

Kampus

UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

Nomor : Un.0UF.l/KM.01.3/072612At5,

Dengan

ini kami

menerangkan bahwa nama yang tersebut dibawah ini telah melakukan Penelitian untuk keperluan data skripsi

di

Madrasah Jam'iyyatul Khair sejak tanggal 28

April

s.d

27 Mei

2015. nama tersebut adalah :

Nama NIM Jurusan Semester

Demikian surat keterangan ini kami buat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

2015

Tembusan :

1.

Arsip

2.

Dekan Fakultas llmu Tarbiyah dan Keguruan


(6)

BIODATA PENULIS

Melita Andriyani. Anak dari pasangan H. Abdul Latif dan Hj. Sarilah.

Lahir di Jakarta, 31 Januari 1993. Alamat rumah di Jl. Pancoran Timur II C

Rt.07/02 Pancoran, Jakarta Selatan, email:

melitaandriyani@yahoo.co.id

Memulai pendidikan di MI. Nurul Hidayah (1998-2004). Melanjutkan

pendidikan di MTs, Nurul Hidayah (2005-2007), kemudian melanjutkan ke MAN 13 Jakarta

(2008-2010).

Skripsi ini berjudul “Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran

Value Clarification

Technique

(VCT) Terhadap Sikap Nasionalisme Siswa Pada Pembelajaran IPS” dengan


Dokumen yang terkait

Avoidance of the English Phrasal Verbs as a Strategy in Learning Process: A Case Study of the English Department Students of Faculty of Letters Jember University 2011 and 2012 Academic Years

1 4 7

The effectiveness of the use of flannel board on vocabulary achievement of the fifth year students of SDN Wonokusumo II Mojosari Mojokerto in the 2002/2003 academic year

0 2 97

Error analysis of the use of english articles in writing compositions made by the first year students of SMU Bakti Ponorogo in the 2000/2001 academic year

0 5 63

An Analysis of students' error in english free writing focused on the use of tenses: casre study of the eleventh year students of MAN Cikarang, Bekasi

0 16 125

An analysis on the difficulties faced by the students in learning passive voice in the simple past tense (a case study on the XI grade students of IPA Clase of SMAN I Kebandungan)

3 30 58

Influence the use of Value Clarification Tehnique Learning Model (VCT) Against Nationalism attitude on the subjects of social studies students in grade V MI. Jamiyyatul Khair Ciputat". Thesis Department of Islamic Elementary Teacher Education, Faculty of

1 50 0

The use of analysis of covariance in the

0 4 13

AN ANALYSIS OF FIGURATIVE LANGUAGE IN KATY PERRY’S SONG THESIS Presented to the Language Education Departement of the Faculty of Teacher Training and Education of the State Islamic Institute of Palangka Raya in Partial Fulfillment of Requirements for the

0 1 20

Education, contraceptive use in women and the chance of six months exclusive breastfeeding in Indonesia

0 0 6

Dimension of an Islamic Model Value on the Existence of Syariah Waltmart

0 1 7