Evaluasi program bantuan langsung tunai [BLT] : studi kasus di Kecamatan Prembun Kabupaten Kebumen Jawa Tengah - USD Repository

  

EVALUASI

PELAKSANAAN PROGRAM BANTUAN LANGSUNG TUNAI

Studi Kasus di: Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah

  

SKRIPSI

  Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

  Program Studi Pendidikan Ekonomi Oleh:

  Retno Widaningsih 031324008

  

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

PERSEMBAHAN PERSEMBAHAN PERSEMBAHAN PERSEMBAHAN

  Dengan segala cinta dan syukur kepada Dengan segala cinta dan syukur kepada Dengan segala cinta dan syukur kepada Dengan segala cinta dan syukur kepada Allah SWT kupersembahkan karya ini untuk : Allah SWT kupersembahkan karya ini untuk : Allah SWT kupersembahkan karya ini untuk : Allah SWT kupersembahkan karya ini untuk : Ayahku tercinta Hy.Paring Haryanto (Alm) Ayahku tercinta Hy.Paring Haryanto (Alm) Ayahku tercinta Hy.Paring Haryanto (Alm) Ayahku tercinta Hy.Paring Haryanto (Alm)

  Ibuku tercinta Purwaningsih Ibuku tercinta Purwaningsih Ibuku tercinta Purwaningsih Ibuku tercinta Purwaningsih

Adiku tercinta kusno Ari Nugroho Adiku tercinta kusno Ari Nugroho

Adiku tercinta kusno Ari Nugroho Adiku tercinta kusno Ari Nugroho

Yang tercinta Urbanus Yulianto Kurniawan Yang tercinta Urbanus Yulianto Kurniawan Yang tercinta Urbanus Yulianto Kurniawan Yang tercinta Urbanus Yulianto Kurniawan

  Motto Motto Motto Motto

Kedamaian sejati adalah bila kita ada di tengah Kedamaian sejati adalah bila kita ada di tengah Kedamaian sejati adalah bila kita ada di tengah Kedamaian sejati adalah bila kita ada di tengah----

tengah orang yang saling berbagi tengah orang yang saling berbagi tengah orang yang saling berbagi tengah orang yang saling berbagi

  

Kebahagian sejati adalah bila kita ada di tengah Kebahagian sejati adalah bila kita ada di tengah Kebahagian sejati adalah bila kita ada di tengah Kebahagian sejati adalah bila kita ada di tengah----

tengah orang yang bisa seiring sejalan tengah orang yang bisa seiring sejalan tengah orang yang bisa seiring sejalan tengah orang yang bisa seiring sejalan

  

Kesuksesan sejati adalah bila kita ada di tengah Kesuksesan sejati adalah bila kita ada di tengah Kesuksesan sejati adalah bila kita ada di tengah Kesuksesan sejati adalah bila kita ada di tengah----

tengah orang yang saling men tengah orang yang saling men tengah orang yang saling men

tengah orang yang saling mendukung dan tidak

dukung dan tidak dukung dan tidak dukung dan tidak memberikan kecurangan memberikan kecurangan memberikan kecurangan memberikan kecurangan

Sahabat sejati adalah seseorang yang membuat aku

  

Sahabat sejati adalah seseorang yang membuat aku Sahabat sejati adalah seseorang yang membuat aku

Sahabat sejati adalah seseorang yang membuat aku

dan dia damai, bahagia, dan sukses tanpa dan dia damai, bahagia, dan sukses tanpa dan dia damai, bahagia, dan sukses tanpa dan dia damai, bahagia, dan sukses tanpa

kecurangan apapun kecurangan apapun kecurangan apapun kecurangan apapun

  

ABSTRAK

Evaluasi

Pelaksanaan Program Bantuan Langsung Tunai

Studi Kasus: Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah

  

Retno Widaningsih Retno Widaningsih Retno Widaningsih Retno Widaningsih

Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

  Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi proses rekruitmen terhadap penerima Bantuan Langsung Tunai (BLT), mengevaluasi proses penyaluran dan pencairan dana, mengevaluasi pengawasan terhadap program BLT, dan mengevaluasi sikap masyarakat terhadap program BLT.

  Penelitian ini dilakukan di kecamatan Prembun, kabupaten Kebumen. Jenis penelitian ini adalah evaluatif dan ex post facto. Subjek penelitiannya adalah penerima BLT di kecamatan Prembun. Teknik pengambilan sampel adalah cluster

  

random sampling dan purposive sampling, dengan mengambil sampel sebanyak 6

  desa dengan 36 responden dari penerima BLT dan 10 responden dari petugas BLT tingkat kabupaten dan kecamatan. Teknik pengumpulan data dengan wawancara berpedoman dan dokumentasi. Analisis data menggunakan trianggulasi dengan reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan.

  Hasil penelitian adalah sebagai berikut:

  1. Proses perekrutan terhadap penerima BLT di kecamatan Prembun kurang tepat karena melalui proses yang tidak sesuai dengan petunjuk pelaksann BLT sehingga mengakibatkan salah sasaran pada beberapa keluarga yang dianggap tidak miskin tapi menerima BLT.

  2. Penyaluran dan pencairan dana berlangsug dengan lancar dan transparan yaitu adanya keterbukaan pengurus terhadap proses pencairan dana sehingga penerima BLT dapat menerima dan sebesar Rp 300.000., per tiga bulan.

  3. Telah dilaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan BLT di kecamatan Prembun berupa pengawasan langsung terhadap proses rekruitmem dan pencairan dana.

  4. Masyarakat menunjukkan sikap positif terhadap program BLT yaitu dengan mendukung program BLT dan masyarakat merasa terbantu dengan adanya program BLT.

  

ABSTRACT

EVALUATION OF

THE IMPLEMENTATION OF CASH CIRECT AID PROGRAM

A Case Study at Prembun District Kebumen Regency Central Java Province

  Retno Widaningsih Sanata Dharma University

  Yogyakarta 2007

  The aim of the research is to value: (1) the process of recruitment of the receivers of Cash Direct Aid; (2) the process of distribution and cach payment; (3) the control of Cash Direct Aids Programs and (4) the attitude of society towards Cash Direct Aid programs.

  This research conducted at Prembu District, Kebumen Regency, Central Java Privince. This research is an evaluative and ex post facto research. The subjects of the research were the receivers of cash Direct Aid Programs in Prembun District. The technique of gathering samples was cluster random sampling. The samples taken from 6 villages consisted of 36 respondents who received Cash Direct Aid Programs and 10 respondent taken from officers of Cash Direct Aid Programs at the level of District and Regency. The technique of analizing the data was triangulation by applying the reduction and presentation of the data, and drawing conclusion.

  The result of this research show that:

  1. The process of recruitment of the receivers of Cash Direct Aid in Prembun District is not good because it’s doesn’t conform to the guide of the implementation of Cash Direct Aid Programs. There are many people who are not poor received that cash direct aid. 2. the process of distribution and cash payment runs very well and fully transparent. So the receivers get Rp 300,000.00 for each three months.

  3. The control of Cash Direct Aid programs in Prembun District done directly.

  4. The attitude of society towards Cash Direct Aid Programs is verypositive and they supoort this program very well because they fell that this program is very helpful and significant for them.

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang maha Esa atas rahmat dan hidayahnya. Sehingga penulisan skripsi berjudul “Evaluasi Pelaksanaan Program bantuan Langsung Tunai “ ini dapat terselesaikan.

  Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat meraih gelar Sarjana Pendidikan di Universitas sanata dharma, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Jurusan Pendidikan ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Pendidikan Ekonomi.

  Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

  1. Dekan Universitas Sanata Dharma yang tela memberikan bantuan kepada penulis selama penulis menyelesaikan studi di Universitas Sanata Dharma.

  2. Ketua Program Studi pendidikan Ekonomi Universitas Sanata Dharma, yang telah memberikan kesempatam kepada penulis untuk mengadakan penelitian.

  3. Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si, selaku pembimbing I, yang dengan penuh kesabaran dan perhatian membimbing penulis, serta memberi banyak saran, masukan, pikiran, dan referensi yang mendukung dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.

  4. Bapak Yohanes Maria Vianey mudayen, S.Pd, selaku pembimbing II yang telah banyak membimbing penulis dengan memberikan saran dan pikiran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

  5. Bapak Indra Darmawan SE,.M.Si yang dengan penuh kesabaran dan perhatian membimbing penulis, serta memberi banyak saran, masukan, pikiran, dan referensi yang mendukung dalam penyelesaian skripsi ini.

  6. Staf Perpustakaan Sanata Dharma, yang telah memberikan pelayanan kepada penulis dalam mendapatkan referensi berupa buku, majalah,

  7. Pihak sekretariat: Mba’ Titin, Pak Wawik, dan Mba’ Aris yang dengan saar selalu memberi informasi dan bantuan dari awal semester sampai terselesaikannya studi.

  8. Ayahku (alm) Herman Yoseph Paring Haryanto yang selalu memberikan semangat kepada penulis untuk tetap berjuang.

9. Ibuku tercinta yang telah memberi penulis semangat, kasih, kesabaran, dan biaya ( ).

  akhirnya aku lulus pada saat yang tepat

  10. Adikku Kusno Ari Nugroho yang selalu memberi penulis penghiburan dan semangat sehingga semua bisa terselesaikan.

  11. Urbanus Yulianto Kurniawan, atas kasih sayang, kesabaran, perhatian bantuan, dan segala-galanya.

  12. Mbah Kakung dan Mbah Putri ku terkasih yang selalu memberikan doa dan dorongannya.

  13. Bulek Tutik dan suami, bulek Sulis dan suami, bulek Wati dan suami, bulek Asmi dan suami, om Kun dan istri, Om Budi , dan om Nur yang selalu memberi doa dan dukungan kepada penulis sehingga semua dapat berjalan lancar.

  14. Sepupuku: Lina, Nita, Sipra, Eko, Iwan, deni, Jihan atas doa dan dukungannya selama ini.

  15. Sahabat setiaku: Monica, Pipit, Istadi, Wiwin, Lius, Dhika, Riskha, Nanik, atas persaudaraan dan kegembiraan yang pernah kita alami bersama.

  16. Teman-teman tercinta di Stembayo 16D: Miss Tya, Mba Emi, Shelita, Mpok Ulie, Mpok Shila, Mpok Etha, Miss Murnie, Shantie, Pipin, Priskha, Mba Elies, Ser, dan Nining, atas kebersamaan, persaudaraan dan kegembiraannya.

  17. Teman-teman Pendidikan Ekonomi angkatan 2003 dan 2004.

  18. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

  Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun sebagai upaya penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca sekalian pada umumnya dan bagi Universitas Sanata Dharma pada khususnya.

  Yogyakarta, 30 Juli 2007 Penulis

  

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …………………………………………………... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ……………………... ii HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………. Iii HALAMAN PERSEMBAHAN ………………………………………. iv HALAMAN MOTTO …………………………………………………. v HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ……………….. vi ABSTRAK ……………………………………………………………... vii ABSTRACT …………………………………………………………. … viii KATA PENGANTAR ………………………………………………… ix DAFTAR ISI …………………………………………………………… xii DAFTAR GAMBAR ………………………………………………….. xvi DAFTAR TABEL ................................................................................... xvii

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ……………………………………………… 1 B. Rumusan Masalah …………………………………………... 6 C. Batasan Masalah ……………………………………………. 6 D. Tujuan Penelitian …………………………………………… 6 E. Manfaat Penelitian ………………………………………….. 7 BAB II LANDASAN TEORI A. Kebutuhan Dasar ……………………………………………. 8

  1. Munculnya Pendekatan Kebutuhan Dasar …………........ 9

  2. Konsep Pendekatan Kebutuhan Dasar ………………….. 9

  3. Ciri-Ciri Pendekatan Kebutuhan Dasar …………………. 10

  4. Perencanaan Untuk Memenuhi Kebutuhan Dasar …….. 12

  5. Implikasi Dari Strategi Kebutuhan Dasar ……………… 13

  B. Petunjuk Pelaksanaan Bantuan Langsung Tunai (BLT) ……. 14

  D. Kondisi kemiskinan Indonesia………………………………. 26

  G. Data Yang Dicari…………………………………………... 42

  dan Pengukuran …………………………………………… 36

  E. Penelitian Terdahulu ……………………………………….. 30

  3. Jumlah Penduduk Miskin……………………………... 29

  2. Kesenjangan Sebagai Salah Satu Sebab Kemiskinan…. 27

  1. Kemiskinan Suatu Masalah yang Kompleks…………... 26

  3. Angka Pengganda Transfer Pemerintah (Tr)………….... 24

  a. Kriteria Rumah Tangga Miskin Penerima BLT………… 14

  2. Dampak Adanya Subsidi………………………………. 24

  1. Pengeluaran Pemerintah……………………………….. 22

  C. Dampak Transfer dan Subsidi Pemerintah terhadap Masyarakat ………………………………………. 22

  d. Penyaluran Dana ……………………………………….. 19

  c. Rekruitmen …………………………………………….. 16

  b. Kelembagaan …………………………………………… 15

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian …………………………………………….. 32 B. Lokasi Penelitian…………………………………………… 33 C. Subjek dan Objek Penelitian ………………………………. 33 D. Populasi dan Sampel……………………………………….. 33 E. Teknik Pengambilan Sampel ……………………………… 34 F. Variabel Penelitian, Definisi Operasional,

  H. Teknik Pengumpulan Data ………………………………... 42

  I. Analisis Data………………………………………………. 44

  BAB IV GAMBARAN UMUM……………………………………

  46 A. Deskripsi Data……………………………………………… 46

  1. Keadaan Geografis……………………………………… 46

  2. Luas Wilayah…………………………………………… 46

  3. Keadaan Demografi…………………………………….. 48

  4. Keadaan Ekonomi………………………………………. 50

  5. Keadaan Sosial budaya………………………………… 51

  6. Sarana dan Prasarana…………………………………… 56

  B. Kondisi Kemiskinan di Kecamatan Prembun ……………... 57

  C. Program Bantuan Langsung Tunai (BLT)…………………. 60

  1. Syarat penerima Bantuan Langsung Tunai…………….. 60

  2. Pihak-pihak yang Terkait dengan Pengurusan BLT dan Tugasnya………………………………………………. 61 BAB V PEMBAHASAN……………………………………………..

  63

  1. Rekruitmen Terhadap Penerima BLT……………………… 61

  2. Penyaluran Kartu Kompensasi BBM dan Pencairan Dana…. 69 3. Pengawasan Terhadap Pelaksanaan BLT………………….

  74

  4. Sikap Masyrakat Terhadap program BLT…………………

  76 BAB VI PENUTUP…………………………………………………….

  78 A. Kesimpulan ……………………………………………….

  78 B. Saran ………………………………………………………

  80 DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………….. 82

  PEDOMAN WAWANCARA …………………………………………. 83 HASIL WAWANCARA………………………………………………... 87

  

DAFTAR GAMBAR

  Halaman Gambar II.1 Alur Pendataan Rumah Tangga Miskin yang Seharusnya ………………………………………...

  20 Gambar II.2 Alur Pendistribusian Kartu Kompensasi BBM

  22 Gambar V.1 Alur Pendataan Penerima BLT ………………………….. 68 Gambar V.2 Alur Pendataan Rumah Tangga Miskin yang Seharusnya ………………………………………… 69 Gambar V.3 Alur Pendistribusian KKB di Kecamatan Prembun ……… 72 Gambar V.4 Alur Pendistribusian KKB di Kecamtan Prembun ………. 72 Gambar V.5 Bentuk Kartu Kompensasi BBM…………………………. 73

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam rangka mengurangi subsidi bahan bakar minyak (BBM), pada 1 Oktober 2005 pemerintah Indonesia menetapkan kenaikan harga BBM. Tingkat kenaikan untuk bensin sebesar 87,5%, solar 104,8% dan minyak

  tanah 185,7%. Keputusan ini dilatarbelakangi oleh: 1) peningkatan harga BBM di pasar dunia yang melonjak tajam sehingga berakibat pada makin besarnya penyediaan dana subsidi yang dengan sendirinya makin membebani anggaran belanja negara, 2) pemberian subsidi selama ini cenderung lebih banyak dinikmati kelompok masyarakat menengah keatas dan 3) perbedaan harga yang besar antara dalam dan luar negeri memicu terjadinya penyelundupan BBM ke luar negeri (www.kompas.com).

  Kenaikan harga BBM menambah beban hidup masyarakat. Mereka tidak hanya menghadapi kenaikan harga BBM, tetapi juga kenaikan berbagai barang dan jasa kebutuhan sehari-hari. Kenaikan tersebut berpengaruh pada penurunan daya beli masyarakat, terutama rumah tangga miskin. Untuk mengurangi beban tersebut, pemerintah mengeluarkan Instruksi Presiden (Inpres) No.12 Tahun 2005 tentang pelaksanaan Subsidi Langsung Tunai (SLT) kepada Rumah Tangga miskin. Rumah Tangga miskin didefinisikan sebagai rumah tangga yang mempunyai pengeluaran perkapita perbulan Rp 175.000 atau kurang (Kedaulatan Rakyat17 Oktober 2005). Kriteria yang lain meliputi masyarakat sangat miskin, sangat miskin dan mendekati miskin (near poor) berdasarkan definisi konsumsi kaori atau pengeluaran (www.kompas.com/kompas-cetak/050927/daerah/208/1906 htm).

  Namun, meskipun kriterianya demikian, ternyata orang yang mendaftar membengkak, banyak orang merasa mendadak miskin pasca kenaikan BBM. Hal tersebut juga disebabkan adanya petugas pendata atau aparat desa yang dengan sengaja memasukkan anggota keluarga atau kerabatnya yang sebenarnya tidak miskin.

  Peluncuran program BLT yang sentralistik dan bertujuan mengurangi himpitan masalah ekonomi bagi masyarakat miskin menimbulkan kendala- kendala tersendiri di tingkat lokal. Skalanya yang luas dan strukturnya yang amat vertikal dan sentralistik (top-down planning) memberikan implikasi tertentu pada tingkat penerapannya. Mekanisme program yang dirancang tidak cukup memadai untuk mengakomodasi keanekaragaman karakteristik dan tuntutan lokal. Di tingkat inilah sering kali muncul benturan yang menjurus pada konflik sosial.

  Di kota Ternate ada keluarga yang seharusnya menerima BLT, namun pada saat pencacahan keluarga ini tidak termasuk dalam penerima BLT.

  Keluarga tersebut adalah keluarga seorang petani sayuran di lahan milik orang lain dengan penghasilan sekitar Rp 200.000-Rp 300.000 per bulan.

  Penghasilan tesebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarganya yang terdiri dari satu istri dan satu anak yang masih bersekolah di SMA. Karena penghasilannya sering tidak mencukupi, keluarga ini harus mengurangi kualitas konsumsi dan menunggak biaya sekolah. Keluarga ini 2 tinggal di rumahnya sendiri yang luasnya 30 m , berdinding dan beratap daun nipah dan berlantai tanah. Mereka tidak memiliki WC dan kamar mandi, sedangkan untuk keperluan memasak menggunakan kayu bakar dan air dari sumur. Mereka hanya bisa makan dua kali sehari dan tidak seminggu sekalipun mampu mengkonsumsi makanan berprotein (Smeru 2005 : 21).

  Program BLT terkesan sebagai program dadakan yang hanya mengejar target waktu untuk meredam gejolak sosial akibat kenaikan harga BBM.

  Hal ini nampak dari sempitnya waktu yang tersedia untuk memverifikasi data rumah tangga miskin. BPS hanya punya waktu sekitar satu bulan untuk mempersiapkan tekhnis program BLT. Mulai dari mengkoordinasikan kegiatan penyiapan data rumah tangga miskin sampai menyiapkan dan mengkoordinasikan kartu tanda pengenal rumah tangga miskin serta memberikan akses data tersebut kepada instansi pemerintah lain yang melakukan kegiatan kesejahteraan sosial. Maka isu yang mencuat ke permukaan adalah masalah pendataan yang berakibat pada ketidaktepatan sasaran dan ketidakpuasan masyarakat atas pendistribusian program BLT. Ketidakpuasan ini bahkan diikuti oleh berbagai ancaman dan tindak kekerasan, baik kepada petugas BPS maupun pengurus lokal, seperti RT dan kelurahan. Misalnya Maryanto, kades Giripurno, kecamatan Borobudur mengeluhkan bahwa tahun 2006 kehilangan empat orang perangkatnya yang terpaksa mengundurkan diri karena stress dengan protes warga yang muncul karena tidak mendapat jatah BLT, sementara para perangkat desa tersebut hanya pelaksana lapangan yang sama sekali tidak terlibat dalam menentukan kriteria kemiskinan (Bernas, 5 Oktober 2006).

  Selain tindak kekerasan kepada aparat pemerintah, antrian panjang untuk mengambil dana BLT telah mengakibatkan korban jiwa. Dalam pencairan dana sudah pasti ada ratusan bahkan ribuan orang yang antri disetiap kantor pos, namun tidak ada persiapan khusus ketika juklak (petunjuk pelaksanaan) pengambilan BLT disebarkan ke kantor-kantor pos diseluruh Indonesia.

  Program bantuan ini dirancang dalam rangka kompensasi pengurangan subsidi BBM. Untuk itu pemerintah menyediakan dana kompensasi bagi kurang lebih 15,5 juta keluarga miskin. Setiap rumah tangga miskin menerima Rp100.000 per bulan yang diberikan dalam setiap tiga bulan sekali. Pada penyaluran BLT tahap pertama, pemerintah menyediakan dana sebesar Rp 4,6 triliun. Penyaluran BLT kepada rumah tangga miskin dilasanakan oleh PT. Pos Indonesia.

  Sebagai sebuah program, Bank Dunia menilai eksperimen subsidi atau Bantuan Langsung Tunai (BLT) di Indonesia tidak main-main. Menurut mereka, ini adalah program BLT terbesar di dunia (www.kompas.com/kompas-cetak/05/10/22/fokus/2145441).

  Deputi Menneg PPN/Kepala Bappenas Bidang Kemiskinan, Ketenagakerjaan, dan Usaha Kecil Menengah Bambang Widianto mengemukakan bahwa “masih banyak kelemahan dalam pelaksanaan BLT,

  

mulai dari tahap pencacahan, penetapan kriteria kemiskinan, hingga

pembagian kartu dan pembagian dananya” . Menurut beliau, yang tidak

  kena sasaran sebenarnya hanya sekitar 1 %, sementara masyarakat miskin yang berhak mendapatkan BLT tetapi belum terdata sekitar 4 %. Sehingga pemerintah membuka kesempatan pengaduan sampai tanggal 31 Oktober 2005.

  Di Kabupaten Kebumen, tepatnya di Desa Kabekelan, Kecamatan Prembun pelaksanaan BLT masih menjadi suatu dilema. Banyak warga mempertanyakan mengenai rekruitmen penerima BLT, transparansi penyaluran dan pelaporan BLT. Misalnya mengenai pemungutan pengambilan BLT untuk biaya administrasi, jadwal pengambilan yang tidak tepat, kurang jelasnya kriteria penerima BLT dan sebagainya.

  Pelaksanaan program BLT sebenarnya telah jelas dan rinci. Berbagai permasalahan yang muncul seputar BLT, membuat pelaksanaan program BLT menjadi menarik untuk diteliti. Pelaksanaan penyaluran dana kompensasi subsidi BBM selalu menghadapi permasalahan, oleh karena itu diperlukan evaluasi dini terhadap program BLT untuk mencari jalan keluar dari berbagai permasalahan dan kelemahan teknis di lapangan.

  Maka berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk mengetahui secara obyektif dan nyata tentang pelaksanaan BLT di desa Kabekelan, kecamatan Prembun, kabupaten Kebumen. Dengan demikian penulis mengajukan judul Evaluasi Pelaksanaan Program Bantuan Langsung

  Tunai di Desa Kabekelan, Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah.

B. RUMUSAN MASALAH

  Dari uraian latar belakang diatas, maka penulis mengajukan rumusan masalah sebagai berikut:

  1. Apakah rekruitmen terhadap penerima BLT di kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen sudah tepat sasaran?

  2. Apakah penyaluran dan pencairan dana BLT di kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen sudah transparan?

  3. Apakah pengawasan pelaksanaan program BLT di Kecamatan Prembun Kabupaten Kebumen telah berjalan dengan baik?

  4. Bagaimana sikap masyarakat terhadap program BLT yang berlangsung? C.

BATASAN MASALAH

  Supaya penelitian tidak terlalu luas, maka peneliti memberikan batasan yaitu: masyarakat yang akan diteliti adalah masyarakat yang menerima dana BLT di desa Kabekelan, Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen.

D. TUJUAN PENELITIAN

  1. Untuk mengetahui ketepatan rekruitmen penerima BLT di kecamatan prembun

  2. Untuk mengetahui apakah penyaluran dan pencairan dana sudah transparan

  3. Untuk mengetahui apakah pengawasan yang dilakukan sudah berjalan dengan baik.

  4. Untuk mengetahui sikap masyarakat terhadap program BLT E.

MANFAAT PENELITIAN

  1. Bagi Pemerintah Daerah Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi dan masukan untuk memperbaiki kinerja program BLT selanjutnya.

  2. Bagi Masyarakat Dari penelitian ini diharapkan dapat diketahui secara obyektif dan nyata pelaksanaan BLT di desa Kabekelan, kecamatan Prembun, kabupaten Kebumen. Sehingga dapat ditindak lanjuti untuk membangun kesejahteraan

  3. Bagi Penulis Dengan penelitian ini diharapkan penulis mendapatkan sumber pengetahuan dan pengalaman serta membandingkan pengetahuan yang diperoleh dibangku kuliah dengan keadaan nyata.

  4. Bagi Universitas Sanata Dharma Dengan penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi bagi pembaca.

BAB II LANDASAN TEORI A. Kebutuhan Dasar (Basic Needs) Dalam dasawarsa terakhir ini angka kemiskinan terus meningkat. Hal

  tersebut dibarengi dengan tingkat kesehatan yang memburuk dan konsumsi masyarakat golongan menengah kebawah akan kebutuhan dasar menurun.

  Untuk keluar dari masalah tersebut, pemerintah mulai memperhatikan kebutuhan dasar (basic need) bagi penduduknya, maka munculah program BLT yang harapannya mampu membantu pemenuhan konsumsi masyarakat golongan menengah kebawah, khususnya kebutuhan dasarnya.

  Kebutuhan dasar atau kebutuhan pokok adalah kebutuhan yang harus dipenuhi untuk dapat hidup sebagai layaknya manusia (Gilarso 1992 : 19).

  Hal ini mencakup kebutuhan primer atau kebutuhan fisik minimum yang secara kuantitatif seperti: makanan, pakaian dan perumahan, selain itu ada dua unsur tambahan yang penting yaitu yang berkaitan dengan kecukupan kebutuhan pokok minim bagi setiap warga masyarakat termasuk lapisan masyarakat paling miskin, yang meliputi kecukupan pangan, gizi, sandang, kesehatan, perumahan, pendidikan dan sarana pendukung lainnya seperti transportasi, air minum, rasa aman, dan sebagainya. Unsur keduanya adalah adanya kemampuan orang untuk memperoleh atau memenuhi kecukupan kebutuhan pokok tersebut terutama dengan memperoleh kesempatan kerja.

  1. Munculnya Pendekatan Kebutuhan Dasar Munculnya pendekatan kebutuhan dasar adalah pada tahun 1969 ketika International Labour Organization (ILO) meluncurkan program kesempatan kerja sedunia (World Employment Program, disingkat WEP). Perhatian WEP ditujukan pada masalah kesempatan kerja di berbagai negara berkembang termasuk Kolombia, Kenya, Sudan, Srilangka, dan Filipina. Selama mempelajari masalah kesempatan kerja ini, WEP semakin banyak terlihat dalam masalah pembangunan yang lebih luas.

  Khususnya sebab-sebab pokok dari kegagalan strategi pembangunan konvensional yang dilaksanakan di negara tersebut, dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat banyak secara berarti di negara ini. Fokus perhatian para ahli ILO mulai bergeser dari tekanan pada penciptaan lapangan kerja yang memadai ke penghapusan kemiskinan dan akhirnya ke penyediaan barang dan jasa bagi kebutuhan dasar penduduk. Pendekatan kebutuhan dasar bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seluruh penduduk di dalam setiap negara.

  2. Konsep Pendekatan Kebutuhan Dasar Tujuan utama dari pendekatan kebutuhan dasar dalam perencanaan pembangunan adalah untuk mencapai tujuan dengan dua perangkat sasaran yang terpisah, namun saling melengkapi. Perangkat sasaran yang pertama mencakup kebutuhan konsumsi perorangan seperti sandang, pangan dan papan. Perangkat sasaran kedua mencakup penyediaan jasa umum dasar seperti fasilitas kesehatan, pendidikan, saluran air minum, pengangkutan kebudayaan.

  Di samping kedua perangkat sasaran tersebut, konsep kebutuhan dasar juga digunakan untuk mencakup tiga sasaran lain yaitu : 1) hal atas pekerjaan produktif dan yang memberikan imbalan yang layak yaitu menghasilkan pendapatan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar setiap rumah tangga dan perorangan, 2) prasarana yang mampu menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dasar penduduk, 3) partisipasi seluruh penduduk baik dalam pengambilan keputusan maupun dalam pelaksanaan proyek yang berhubungan dengan penyediaan barang dan jasa kebutuhan dasar.

  3. Ciri-ciri Pendekatan Kebutuhan Dasar Suatu ciri pokok dari pendekatan kebutuhan dasar adalah tekanan pada pendekatan kebutuhan dasar seluruh penduduk. Dengan demikian diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. Strategi kebutuhan dasar mengutamakan investasi dalam sektor yang menghasilkan lebih banyak barang serta jasa kebutuhan dasar yang padat karya. Dengan strategi ini diharapkan dapat membantu mengurangi masalah pengangguran. Ciri pokok yang lain dalam pemenuhan kebutuhan dasar, akan diadakan suatu perbandingan antara pendekatan kebutuhan dasar dan pendekatan kemiskinan atau pendekatan anti kemiskinan yang konvensional dalam perencanaan pembangunan mengingat ada persamaan

  • –persamaan yang nyata antara kedua pendekatan ini. Sejauh terdapatnya
suatu tingkat pemenuhan dasar absolute yang tertentu untuk seluruh penduduk berarti penghapusan kemiskinan, maka pendekatan kebutuhan dasar dalam perencanaan pembangunan adalah sama dengan pendekatan konvensional yang berorientasi anti kemiskinan. Akan tetapi ada perbedaan-pebedaan konseptual yang penting antara kedua pendekatan ini dalam perencanaan pembangunan adalah : 1) pendekatan yang berorientasi pada kemiskinan dalam perencanaan pembangunan memusatkan perhatian pada kelompok sasaran dalam masyarakat yang hidup dibawah garis kemiskinan yeng ditentukan, sedangkan pendekatan kebutuhan dasar berangapan bahwa kemiskinan dibagian terbesar negara- negara berkembang tersebar luas dan oleh karenanya memerlukan program-program kebutuhan dasar untuk seluruh penduduk, 2) dalam usaha penghapusan kemiskinan, pendekatan yang berorientsai pada kemiskinan memusatkan perhatian usaha peningkatan terhadap barang dan jasa. Sedangkan sasaran kebutuhan dasar tidak terbatas pada penghapusan kemiskinan, melainkan meliputi pula pemenuhan kebutuhan di atas tingkat kelangsungan hidup sebagai suatu cara untuk mengurangi dan bahkan menghapus kemiskianan relatif melalui suatu proses pertumbuhan ekonomi dan kemajuan sosial yang mantap, 3) jika pendekatan yang berorientasi pada kemiskinan mendesak pemerintah untuk mengambil langkah kongkrit dalam menghapus kemiskinan, maka pendekatan tadi mengutamakan partisipasi massa secara kolektif baik dalam perumusan maupun dalam pelaksanaan program kebutuhan dasar agar tujuan pokok

tidak diabaikan. Dengan demikian kebutuhan dasar sebenarnya menggabungkan dan mensintesiskan tujuan-tujuan dari strategi pembangunan yang beroirentasi pada pertumbuhan kesempatan kerja dan kemiskinan.

  4. Perencanaan Untuk Memenuhi Kebutuhan Dasar Dalam menyusun rencana pembangunan yang berorientasi pada kebutuhan dasar maka langkah-langkahnya adalah : a. Menentukan suatu tingkat tertentu dari kebutuhan dasar khususnya keperluan bagi konsumsi perorangan yang seharunya dicapai oleh seluruh penduduk termasuk golongan penduduk yang berpendapatan rendah b. Penyusunan rencana pemenuhan kebutuhan dasar dicakup pula jasa- jasa pelayanan masyarakat yang merupakan bagian integral dari kebutuhan konsumsi perorangan seperti tersedianya fasilitas pendidikan, kesehatan serta air bersih c. Rencana kebutuhan dasar ditentukan dan diidentifikasikan berbagai kelompok sasaran dalam masyarakat yang kebutuhan dasarnya belum terpenuhi masyarakat yang konsumsinya di bawah tingkat minimum

  d. Menentukan jadwal agar seluruh penduduk mampu mencapai tingkat minimum kebutuhan dasar.

  e. Memperkirakan jumlah sumber daya yang dibutuhkan untuk mencapai tingkat kebutuhan dasar minimum dalam jangka waktu yang telah ditentukan.

  5. Implikasi Dari Strategi Kebutuhan Dasar Strategi pembangunan pada pemenuhan kebutuhan dasar bagi seluruh penduduk tidak berarti bahwa pertumbuhan ekonomi tidak diperlukan lagi. Pemenuhan kebutuhan dasar hanya dapat terlaksana dalam konteks perekonomian yang bertumbuh pesat, namun keberhasilan strategi mutlak memerlukan perubahan dalam pola pertumbuhan ekonomi sedemikian rupa sehingga kapasitas produksi yang sudah ada dan yang sedang dibangun akan menghasilkan barang dan jasa dalam jumlah lebih banyak sehingga memadai bagi kebutuhan seluruh penduduk.

  Implikasi dari perubahan dalam pola pertumbuhan ekonomi adalah bahwa perlu diadakan perubahan struktural dalam alokasi dan mobilisasi sumber daya produktif (modal, kewiraswataan, dan sumber daya alam) ke usaha kegiatan yang menghasilkan dan mendistribusikan secara merata barang dan jasa kebutuhan pokok. BLT termasuk dalam mobilisasi sumber daya produktif khususnya transfer modal sebesar Rp 300.000,- per tiga bulan yang diberikan pemerintah kepada masyarakat tertentu. Dari mobilitas modal tersebut diharapkan mampu membantu pemenuhan barang dan jasa kebutuhan pokok, sehingga terjadi distribusi yang merata untuk barang dan jasa kebutuhan pokok.

  Pendekatan kebutuhan dasar bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seluruh penduduk di dalam setiap negara. Kebutuhan yang dimaksud mencakup kebutuhan konsumsi perorangan seperti sandang, pangan dan papan. BLT merupakan salah satu program yang diberikan pemerintah kepada masyarakat yang memenuhi kriteria tertentu untuk membantu pemenuhan kebutuhan dasar, khususnya konsumsi. Oleh sebab itu, maka dapat dikatakan bahwa BLT sebagai salah satu upaya perwujudan pemenuhan kebutuhan dasar yang ditujukan untuk memperbaiki kualitas penduduk Indonesia, sehingga mampu meningkatkan produktivitas masyarakat dan pada akhirnya mampu mendorong ke arah penghapusan kemiskinan dan mampu mencapai tingkat pertumbuhan yang tinggi.

B. Petunjuk Pelaksanaan Program Bantuan Langsung Tunai (BLT)

  1. Kriteria Rumah Tangga Miskin Penerima BLT BLT merupakan bantuan yang diberikan pada masyarakat miskin dengan kriteria tertentu dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan warga miskin yang diberikan secara langsung melalui kantor pos sebesar Rp 100.000/bulan yang diterimakan 3 bulan sekali.

  Adapun 14 kriteria rumah tangga miskin (penerima bantuan langsung tunai) sebagai berikut (www.kompas.com/kompas- cetak/05/09/27/daerah/2081906.htm) :

  2 a. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m per orang.

  b. Lantai tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan

  c. Jenis dinding tempat tinggal terbuat dari bambu/rumbia/kayu berkulaitas rendah/tembok tanpa diplester d. Tidak memiliki fasilitas buang air besar/bersama-sama dengan rumah tangga lain e. Penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik f. Sumber air minum berasal dari sumur/mata air tidak terlindung/sungai/air hujan g. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/minyak tanah.

  h. Hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam satu kali dalam seminggu i. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun j. Hanya sanggup makan sebanyak satu/dua kali dalam sehari k. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/poliklinik l. Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah : petani dengan luas lahan 0,5 ha; buruh tani; nelayan; buruh bangunan; atau pekerjaan lainya dengan pendapatan di bawah Rp 600.000/bulan m. Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga : tidak sekolah/tidak tamat

  SD/hanya SD n. Tidak memiliki tabungan/barang yang mudah dijual dengan nilai minimal Rp 500.000 seperti: sepeda motor (kredit/non-kredit), emas, ternak, kapal motor, atau barang modal lainnya.

  2. Kelembagaan Inpres No.12 Tahun 2005 tentang pelaksanaan BLT kepada Rumah

  Tangga Miskin yang dikeluarkan pada 10 september 2005 merupakan dasar hukum pertama mengenai program BLT. Melalui Inpres tersebut Presiden menginstruksikan pada Bappenas untuk mengkoordinasikan penyusunan rencana dan organisasi pelaksana program. Presiden juga menginstruksikan agar Gubernur/Bupati/Walikota beserta jajarannya memberikan dukungan dan pengawasan atas pelaksanaan program. Mendagri mengkomunikasikan kegiatan pendataan melalui surat No. 413.3/1941/SJ tanggal 1 agustus 2005 tentang pendataan penduduk miskin yang berbunyi “…. Kami minta kepada para Gubernur, Bupat/Walikota

  untuk menyiapkan para kepala desa/kelurahan, ketua RW ,ketua RT sebagai petugas lapangan yang akan membantu BPS melaksanakan pendaftaran”. Kepala BPS ditugaskan untuk : a) mengkoordinasikan

  kegiatan penyiapan data, termasuk menyiapkan dan mendistribusikan tanda pengenal rumah tangga miskin untuk program pemberian BLT kepada rumah tangga miskin. b) memberi akses antara data rumah tangga miskin berdasarkan hasil rapat koordinasi Program Kompensasi Pengurangan Subsidi BBM (PKPS-BBM).

  3. Rekruitmen BPS adalah lembaga yang bertanggung jawab sekaligus pelaksana pendataan rumah tangga/keluarga miskin. Di setiap kecamatan BPS menempatkan KSK (Koordinator Statistik Kecamatan) yang dibantu oleh seorang pembantu KSK (PKSK). Sebagian besar KSK adalah mantis dan sebagian lagi adalah staf BPS kabupaten/kota yang ditunjuk karena tidak semua kecamatan mempunyai mantis (mantri statistik). Sedangkan PKSK biasanya berasal dari staf kecamatan setempat yang direkrut selama satu bulan oleh BPS atau ada juga yang berasal dari staf BPS sendiri. BPS melibatkan aparat pemerintahan desa/kelurahan dan mitra BPS sebagai petugas pencacah lengkap (PCL). Pencacah bekerja di bawah koordinasi KSK dan PKSK.

  Mekanisme pemilihan pencacah diserahkan kepada setiap BPS Kabupaten/kota dan menjadi salah satu tanggungjawab KSK. KSK meminta pertimbangan kepala desa/lurah dalam menentukan petugas pencacah di wilayahnya dengan kriteria memiliki pengalaman dalam melakukan pencacahan, sedangkan pendidikan tidak dipersyaratkan secara ketat.