Hubungan bantuan langsung tunai (BLT) dengan perilaku konsumen masyarkat muslim: studi pada kelurahan Pamulang Timur

(1)

HUBUNGAN BANTUAN LANGSUNG TUNAI (BLT)

DENGAN PERILAKU KONSUMSI MASYARAKAT MUSLIM

(Studi Pada Kelurahan Pamulang Timur)

OLEH :

ROSYIDIN

KONSENTRASI PERBANKAN SYARI’AH

PROGRAM STUDI MU’AMALAT (EKONOMI ISLAM)

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul “HUBUNGAN BANTUAN LANGSUNG TUNAI (BLT) DENGAN PERILAKU KONSUMSI MASYARAKAT MUSLIM” Studi Pada

Kelurahan Pamulang Timur) telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah

Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, pada tanggal 29 Mei 2007. Skripsi ini telah diterima

sebagaisalah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Program Strata 1 pada

Program Studi Mu’amalat Jakarta, 29 Mei 2007 Mengesahkan

Dekan,

Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM. NIP. 150 210 422

PANITIA UJIAN MUNAQASYAH

Ketua : Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM. (………) NIP. 150 210 422

Sekretaris : Ah. Azharudin Lathif, M.Ag. (………….. ) NIP. 150 318 308

Pembimbing I : Muhammad Taufiki, M.Ag. (…………...) NIP. 150. 290. 159

Pembimbing II: Ali Mauludi AC, MA. (…………... ) NIP.-

Penguji I : Dr. Ir. Murasa Sarkaniputra (…………...) NIP. 080 030 190

Penguji II : Supriyono, SE., MM. (…………...) NIP.-


(3)

(4)

HUBUNGAN BANTUAN LANGSUNG TUNAI (BLT)

DENGAN PERILAKU KONSUMSI MASYARAKAT MUSLIM

(Studi Pada Kelurahan Pamulang Timur)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai

Gelar Sarjana Ekonomi Islam

Oleh : ROSYIDIN

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Muhammad Taufiki, M.Ag. Ali Mauludi AC, MA NIP. 150 290 159

KONSENTRASI PERBANKAN SYARI’AH

PROGRAM STUDI MU’AMALAT (EKONOMI ISLAM)

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(5)

KATA PENGANTAR

ﻢﻴﺣﺮﻟا

ﻦﻤﺣﺮﻟا

ﷲا

ﻢﺴﺑ

Alhamdulillah, penulis memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga dicurahkan kepada nabi muhammad SAW, keluarga, para sahabat serta kaum muslimin yang masih berpegang teguh kepada risalah-Nya hingga hari akhir.

Dalam penyusunan karya tulis ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dan dukungan serta dorongan dari berbagai pihak karya tulis ini tidak akan selesai. Maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya antara lain kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM. Selaku Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Euis Amalia, M.Ag. Selaku ketua Program Studi Mu’amalat Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN syarif Hidayatullah Jakarta. Juga kepada Bapak Muhammad Azharuddin Lathif M.Ag. selaku sekretaris Program Studi Mu’amalat Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Muhammad Taufiki M.Ag. dan Bapak Ali Mauludi AC, MA. Selaku dosen pembimbing yang senantiasa mencurahkan waktunya untuk memberikan bimbingan, pengarahan dan saran-saran selama penulisan skripsi ini.


(6)

4. Bapak Rolan Effendi dan Bapak Syuaib SN selaku staff kelurahan Pamulang Timur yang telah memberikan kesempatan dan meluangkan waktunya kepada penulis untuk melakukan penelitian di Kelurahan Pamulang Timur.

5. Dosen Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu-ilmunya dengan tulus dan ikhlas, sehingga menambah khazanah keilmuan penulis guna menghadapi bahtera kehidupan selanjutnya. 6. Pimpinan dan staf karyawan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Syari’ah dan

Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta atas segala kemudahan yang diberikan kepada penulis untuk mendapatkan referensi yang mendukung penulisan skripsi ini.

7. Orang tua terhormat yang telah mencurahkan segalanya untuk kepentingan penulis yang tidak akan tergantikan dengan apapun. Serta kakak-kakak yang selalu memberikan dorongan dan motivasi kepada penulis. Mudah-nudahan penulis dapat membalasnya suatu hari kelak.

8. FORSA UIN Syarif Hidaytullah Jakarta divisi Sepak Bola (Bapak Asep, Bapak Deden, Bapak Supadi, dan teman-teman semua) atas segala pengalaman, persaudaraan dan prestasi terindah yang tidak mungkin dapat terlupakan dan tergantikan oleh penulis. Juga kepada team sepak bola Perbankan Syari’ah (Santo, Dzoel, Duleh, Agung, Jaka, Ali, Eki, Arif, Dayat, Cipta, dan semua) yang telah melengkapi kesan manis prestasi penulis. Raih terus prestasi, torehkan nama baik diri dan almamater.


(7)

iv

9. Teman-teman kelas PS-A angkatan 2002 (Buser, Awink, Ucrit, Chipink, Nas, Engkonk, Muja, Goro, Erza, Teguh, Bowo, Erfan, Fudin, Gugun, Samsul, Joko, Moyo, Tuti, Windi, Oel, Dewi, Muaw, Syifa, Rica, Enonk, Reni, Tia, Opi, Ros, Amel, Ela, Nila, Ari, Diles, Atho, Tina, Elva) yang telah melewati sebagian hidupnya bersama penulis. Mudah-mudahan tali silaturahmi diantara kita dapat terus terjaga.

10.Seluruh Alumni MAN 4 angakatan 2002 atas segala sumbangsihnya dalam proses penulisan skripsi ini.

Betapapun hambatan yang dihadapi oleh penulis dalam penggarapan karya tulis ini dan segala kekurangannya, tidak lepas dari bantuan mereka baik moril maupun materiil sehingga karya tulis ini dapat diselesaikan.

Penulis sepenuhnya menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam karya tulis ini, untuk itu koreksi dan kritik yang membangun senantiasa diharapkan. Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca skripsi ini .

Jakarta, 12 Februrai 2007 M 1428 H


(8)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……… ii

DAFTAR ISI ………. v

DAFTAR TABEL ………. viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……… 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ……… 5

C. Indikator dan operasional Variabel……… 6

D. Hipotesa Penelitian……… 7

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ………. 7

F. Metodologi Penelitian………. 8

G. Sistematika Penulisan ………... 12

BAB II KONSEPTUALISASI KONSUMSI DAN BANTUAN LANGSUNG TUNAI (BLT) A. Pengertian, Tujuan, dan Prinsip Konsumsi Islam………. 15

1. Pengertian dan Tujuan Konsumsi Islam………. 15

2. Prinsip-prinsip Konsumsi Islam………. 16

B. Etika Konsumsi Islam……….. 24

C. Pengertian Perilaku Konsumsi dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen ………. 29

1. Pengertian Perilaku Konsumsi……… 29


(9)

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen…….. 31

D. Seputar Bantuan Langsung Tunai (BLT)……….. 42

E. Kriteria Rumah Tangga Penerima Bantuan Langsung Tunai (BLT) ……….. 45

BAB III GAMBARAN UMUM KELURAHAN PAMULANG TIMUR A. Latar Belakang Berdirinya Kelurahan Pamulang Timur………… 49

B. Letak Geografis dan Jumlah Penduduk Kelurahan Pamulang Timur ……… 50

1. Letak Geografis Kelurahan Pamulang Timur………. 50

2. Jumlah Penduduk Kelurahan Pamulang Timur……….. 51

C. Aktivitas Ekonomi Kelurahan Pamulang Timur ………... 56

D. .. Gambaran Keislaman Masyarakat Pamulang Timur ……… 59

BAB IV HUBUNGAN BANTUAN LANGSUNG TUNAI (BLT) DENGAN PERILAKU KONSUMSI MASYARAKAT MUSLIM A. Karakteristik Masyarakat Muslim Penerima Bantuan Langsung Tunai (BLT) ………. 63

B. Hubungan Bantuan Langsung Tunai (BLT) dengan Perilaku Konsumsi Masyarakat Muslim ………... ……….… 72

1.

Hubungan Bantuan Langsung Tunai (BLT) dengan Perilaku Konsumsi Makan ……… 72

2.

Hubungan Bantuan Langsung Tunai (BLT)


(10)

vii

dengan Perilaku Konsumsi Pendidikan ……….. 76

3.

Hubungan Bantuan Langsung Tunai (BLT) dengan Perilaku Konsumsi Kesehatan ……… 81

4.

Hubungan Bantuan Langsung Tunai (BLT) dengan Perilaku Konsumsi Zakat ………. 85

5. Hubungan Bantuan Langsung Tunai (BLT) dengan Perilaku Konsumsi Sedekah/Infak ……… 89

A. Analisa Data……….. 94

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ……….. 97

B. Saran…….. ……….. 98

DAFTAR PUSTAKA ……….. 100


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ……… 52

Tabel 3.2 Jumlah Penduduk Menurut Agama……….. 53

Tabel 3.3 Jumlah Penduduk Menurut Usia ...………. 54

Tabel 3.4 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian...………. 54

Tabel 3.5 Jumlah Ketenagakerjaan ……… 59

Tabel 4.1 Jenis Kelamin Masyarakat Muslim Penerima Bantuan Langsung Tunai (BLT) ……… 63

Tabel 4.2 Pendidikan Masyarakat Muslim Penerima Bantuan Langsung Tunai (BLT).……… 63

Tabel 4.3 Pekerjaan Masyarakat Muslim Penerima Bantuan Langsung Tunai (BLT) …...………. 64

Tabel 4.4 Penghasilan Masyarakat Muslim Penerima Bantuan Langsung Tunai BLT)……….. 64

Tabel 4.5 Karakteristik Keagamaan Masyarakat Muslim Penerima Bantuan Langsung Tunai (BLT) (Mengerjakan Shalat Wajib)……..……….. 65

Tabel 4.6 Karakteristik Keagamaan Masyarakat Muslim Penerima Bantuan Langsung Tunai (BLT) (Mengerjakan Shalat Berjama’ah)………... 65

Tabel 4.7 Karakteristik Keagamaan Masyarakat Muslim Penerima Bantuan Langsung Tunai (BLT) (Membaca Al-Qur’an)………..……… 66

Tabel 4.8 Karakteristik Keagamaan Masyarakat Muslim Penerima Bantuan Langsung Tunai (BLT) (Melaksnakan Puasa Wajib)……….. 66

Tabel 4.9 Karakteristik Keagamaan Masyarakat Muslim Penerima Bantuan Langsung Tunai (BLT) (Aktif di Majelis Taklim) ……… 67

Tabel 4.10 Karakteristik Keagamaan Masyarakat Muslim Penerima Bantuan Langsung Tunai (BLT) (Belajar Agama Islam)……….. 67

Tabel 4.11 Perilaku Konsumsi Masyarakat Muslim Penerima Bantuan Langsung Tunai (BLT) (Memperhatikan Status Kehalalan)………… 68


(12)

ix

Tabel 4.12 Perilaku Konsumsi Masyarakat Muslim Penerima Bantuan

Langsung Tunai (BLT) (Memperhatikan Nilai Gizi) ……….………. 69 Tabel 4.13 Perilaku Konsumsi Masyarakat Muslim Penerima Bantuan

Langsung Tunai (BLT) (Memperhatikan Kebersihan)……… 69 Tabel 4.14 Perilaku Konsumsi Masyarakat Muslim Penerima Bantuan

Langsung Tunai (BLT) (Memperhatikan Nilai Guna/Manfaat) …… 70 Tabel 4.15 Perilaku Konsumsi Masyarakat Muslim Penerima Bantuan

Langsung Tunai (BLT) (Memperhatikan Nilai Kesehatan)……….…. 70 Tabel 4.16 Perilaku Konsumsi Masyarakat Muslim Penerima Bantuan

Langsung Tunai (BLT) (Memperhatikan Prioritas Kebutuhan)……… 71 Tabel 4.17 Perilaku Konsumsi Masyarakat Muslim Penerima Bantuan

Langsung Tunai (BLT) (Memperhatikan Keseimbangan Antara

Pendapatan dan Pengeluaran )………. 71 Tabel 4.18 Data Perilaku Konsumsi Makan Sebelum dan Sesudah Penerimaan

Bantuan Langsung Tunai (BLT) (Rupiah) ………. 72 Tabel 4.19 Tabel Pembantu Untuk Test Perilaku Konsumsi Makan……… 74 Tabel 4.20 Data Perilaku Konsumsi Pendidikan Sebelum dan Sesudah

Penerimaan Bantuan Langsung Tunai (BLT) (Rupiah)………. 77 Tabel 4.21 Tabel Pembantu Untuk Test Perilaku Konsumsi Pendidikan……….. 78 Tabel 4.22 Data Perilaku Konsumsi Kesehatan Sebelum dan Sesudah

Penerimaan Bantuan Langsung Tunai (BLT) (Rupiah) ……….. 81 Tabel 4.23 Tabel Pembantu Untuk Test Perilaku Konsumsi Kesehatan………… 83 Tabel 4.26 Data Perilaku Konsumsi Zakat Sebelum dan Sesudah Penerimaan

Bantuan Langsung Tunai (BLT) (Rupiah) ………. 85 Tabel 4.27 Tabel Pembantu Untuk Test Perilaku Konsumsi Zakat……….. 87 Tabel 4.28 Data Perilaku Konsumsi Sedekah/Infak Sebelum dan Sesudah

Penerimaan Bantuan Langsung Tunai (BLT) (Rupiah)……….. 90 Tabel 4.29 Tabel Pembantu Untuk Test Perilaku Konsumsi Sedekah/Infak……. 91


(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ketika manusia mulai mengenal hidup bergaul dengan yang lainnya, tumbuhlah suatu masalah yang harus dipecahkan secara bersama-sama yaitu bagaimana setiap manusia memenuhi kebutuhan hidup mereka masing-masing, karena kebutuhan seseorang tidak dapat dipenuhi dengan sendirinya. Makin luas pergaulan yang mereka lakukan, bertambah kuat pula ketergantungan antara satu sama lain untuk memenuhi kebutuhan itu.

Kebutuhan manusia untuk memenuhi, menghasilkan, dan membagi-bagikannya dinamakan ekonomi. 1 Pada kehidupan sehari-hari kita sering menjumpai perkataan ekonomi. Misalnya kesulitan ekonomi, masalah ekonomi, krisis ekonomi, dan lain-lain. Pada dasarnya semua kegiatan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan hidup dapat disebut dengan kegiatan ekonomi. Menurut para ahli, perkataan ekonomi berasal dari bahasa Yunani yaitu “oicos” yang berarti rumah dan

“nomos” berarti aturan. Jadi ekonomi adalah aturan-aturan untuk menyelenggarakan

kebutuhan hidup manusia dalam rumah tangga baik rumah tangga rakyat (volkshuisholding) maupun dalam rumah tangga negara (staathuisholding).2 Dalam

1

Abdullah Zaky Al kaaf, Ekonomi dalam Perspektif Islam, (Bandung, Pustaka Setia, 2002), h.12

2 Ibid.


(14)

2

hal ini kegiatan ekonomi ada yang ditujukan langsung untuk memenuhi kebutuhan pelakunya dan ada juga yang ditujukan untuk memenuhi orang lain.

Menurut teori konvensional kelangkaan sumber daya alam menjadi problematika ekonomi manusia, sehingga manusia harus melakukan berbagai upaya untuk dapat memenuhi kebutuhannya. Sedangkan menurut teori ekonomi Islam yang dikemukakan oleh madzhab Baqr as-Sadr menyatakan bahwa Islam tidak mengenal sumber daya yang terbatas. Menurut mereka Allah SWT telah menciptakan segala sesuatu dengan ukuran yang setepat-tepatnya. Yang menjadi persoalan adalah bagaimana manusia itu sendiri dapat berusaha sejalan dengan kemaslahatan dan tidak melanggar aturan yang ada dalam syari’ah Islam.

Masalah ekonomi dikemukakan pula oleh Islam yang disebutkan oleh suatu hadits nabi yang diriwayatkan Bukhari dari Zubair bin Awwam yang berbunyi :

ﺪ ا

ﺬ ﺎ

نﻻ

لﺎﻗ

و

ﷲا

ﻰ ﺻ

ا

ﷲا

ﺿر

ماﻮ ا

ﺮ ﺰ ا

لﺎ

ﻬﺟو

ﺎﻬ

ﷲا

ﺎﻬ

ﺮﻬﻇ

ﻄﺨ ا

ﺔ ﺰ

ﺗﺎ

آ

وا

ﻮﻄ ا

سﺎ ا

) .

اور

ىرﺎﺨ ا

(

3

Artinya :

Dari Zubair bin Awwam r.a. bahwa nabi SAW berkata : Seseorang yang membawa tali (pada pagi hari) berangkat mencari dan mengerjakan kayu bakar ke bukit-bukit, lalu menjualnya, memakannya, dan menyedekahkannya lebih baik daripada hidup meminta-minta kepada manusia lainnya.(HR. Bukhari)

3

Abi Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, (Kairo Majlisul A’la Lissuunil Islamiyah, 1410/1990), Juz ke-3 Jilid 2, Bab al-Isti’fafi anil Masalati, no.1330, KitabuZakat, h. 152


(15)

3

Melalui hadits tersebut, nabi telah menegaskan beberapa persoalan-persoalan ekonomi yaitu mengerjakan kayu bakar berarti berusaha menambah produksi,

berusaha menjualnya berarti mengerjakan distribusi (pembagian), memakannya

berarti memenuhi konsumsi (pemakaian), dan menyedekahkannya berarti

mengerjakan rencana sosial. Tindakan ini menurut Islam lebih baik dan sangat dianjurkan daripada hidup dengan meminta-minta yang seharusnya dapat dihindari oleh seorang muslim.

Untuk setiap persoalan-persoalan ekonomi diatas, Islam memberikan aturan dan rambu-rambu yang harus diperhatikan oleh setiap muslim dalam melakukan kegiatan tersebut tidak terkecuali dengan masalah konsumsi. Dalam pemikiran yang sempit istilah konsumsi biasa dikaitkan dengan makanan dan minuman yang diperlukan untuk melakukan kegiatan tertentu. Pengertian konsumsi tidak hanya terbatas pada persoalan makan dan minum, tetapi menyangkut semua kebutuhan hidup dimasyarakat, baik kebutuhan jasmani maupun rohani.

Islam memerintahkan agar dalam mengkonsumsi barang dan jasa, manusia harus memperhatikan kehalalan dan kebaikan dari barang dan jasa yang dikonsumsi. Hal ini dimaksudkan supaya dalam menjalankan hidup, mereka dapat menjaga jasmani dan rohaninya. Konsumsi dalam Islam ditempatkan sebagai alat untuk mencapai tujuan hidup dan bukan meletakannya sebagai tujuan hidup. Menurut Asy-Syatibi pemenuhan penghidupan manusia merupakan salah satu upaya untuk tujuan kemaslahatan yaitu mendorong kesejahteraan manusia yang dibagi menjadi tiga


(16)

4

(penyempurna). Kesejahteraan akan dapat dipenuhi jika kebutuhan hidup baik

jasmani maupun rohani telah terpenuhi. Islam juga mengajarkan betapa pentingnya kepedulian dengan sesama yang dituangkan melalui jalur sadaqah atau infaq. Oleh karena itu dalam memenuhi kebutuhan konsumsinya, hendaklah manusia berpijak pada aturan-aturan yang ditetapkan Islam agar menjadi sarana bagi kemaslahatan manusia.

Namun dapatkah tujuan yang mulia itu tercapai ?. Tujuan tersebut belum tentu tercapai kecuali apabila semua kekuatan yang terlibat dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat bekerja seperti dalam sebuah perusahaan dimana perusahaan itu tidak dapat berjalan apabila satu bagian didalamnya tidak melakukan kegiatan yang menjadi tugasnya. Dalam hal ini pemerintah harus berperan aktif dan positif serta berorientasi pada kesejahteraan rakyat. Peran yang diharapkan mampu memainkan dan menginternalisasikan nilai-nilai Islam dalam masyarakat, menciptakan iklim ekonomi rakyat yang sehat, dan pengembangan kebijakan yang berpihak pada rakyat.

Hal inipun coba diterapkan oleh pemerintah kita melalui salah satu kebijakannya dengan memberikan bantuan berupa sejumlah uang kepada masyarakat yang dinyatakan berada pada golongan kurang mampu berdasarkan syarat dan kritetia-kriteria tertentu yang telah ditetapkan sebesar Rp. 300.000 per 3 bulan Kebijakan ini dilakukan sebagai kompensasi dari pencabutan subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) yang dinilai banyak dinikmati oleh kalangan menengah ke atas sehingga tidak tepat sasaran.


(17)

5

Dengan kebijakan tersebut masyarakat yang kurang mampu memang sangat terbantu akan pemenuhan kebutuhan hidup yang semakin sulit atau setidak-tidaknya dapat mengurangi beban hidup. Kebijakan yang tentunya akan berpengaruh terhadap kegiatan konsumsi mereka. Sebagai umat Islam masyarakat seharusnya dapat melakukan tindakan-tindakan yang bukan hanya mementingkan kepentingan jasmani berupa makan, minum dan lainnya tetapi juga memperhatikan kebutuhan rohani supaya tercapai apa yang telah digariskan oleh Islam. Terlebih dengan adanya bantuan dari pemerintah berupa dana Bantuan Langsung Tunai (BLT). Dengan ini mereka diharapkan mampu memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya.

Melihat polemik (permasalahan) yang telah dipaparkan diatas, maka penulis sangat tertarik untuk membahas secara mendalam bagaimana pengaruh Bantuan Langsung Tunai (BLT) terhadap perilaku konsumsi umat Islam. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis akan mencoba membahasnya dalam sebuah karya ilmiah

berbentuk skripsi dengan judul “ HUBUNGAN BANTUAN LANGSUNG TUNAI

(BLT) DENGAN PERILAKU KONSUMSI MASYARAKAT MUSLIM : Studi

Pada Kelurahan Pamulang Timur”.

B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Berdasarkan pada judul diatas, maka agar tidak banyak menimbulkan persepsi dari judul tersebut perlu adanya pembatasan masalah agar penelitian yang akan dibahas nanti dapat lebih fokus. Hal pertama yang akan dibatasi adalah bahwa


(18)

6

sampel yang diambil adalah warga masyarakat muslim penerima Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang tinggal di wilayah RW 03 kelurahan Pamulang Timur kecamatan Pamulang. Sedangkan yang menjadi fokus penelitian adalah hubungan Bantuan Langsung Tunai (BLT) dengan tingkah laku konsumsi masyarakat muslim yang meliputi konsumsi makan, pendidikan, kesehatan, zakat, dan sedekah atau infak

2. Perumusan Masalah

a. Bagaimana karakteristik masyarakat muslim Kelurahan Pamulang Timur

penerima Bantuan Langsung Tunai (BLT) ?

b. Bagaimana hubungan Bantuan Langsung Tunai (BLT) dengan perilaku

konsumsi makan masyarakat muslim Kelurahan Pamulang Timur ?

c. Bagaimana hubungan Bantuan Langsung Tunai (BLT) dengan perilaku

konsumsi pendidikan masyarakat muslim Kelurahan Pamulang Timur ?

d. Bagaimana hubungan Bantuan Langsung Tunai (BLT) dengan perilaku

konsumsi kesehatan masyarakat muslim Kelurahan Pamulang Timur ?

e. Bagaimana hubungan Bantuan Langsung Tunai (BLT) dengan perilaku

konsumsi zakat masyarakat muslim Kelurahan Pamulang Timur ?

f. Bagaimana hubungan Bantuan Langsung Tunai (BLT) dengan perilaku

konsumsi sedekah/infak masyarakat muslim Kelurahan Pamulang Timur ?

C. Indikator dan Operasional Variabel

Untuk menyamakan persepsi variabel penelitian ini maka operasionalnya sebagai berikut :


(19)

7

Xi : Perilaku konsumsi sebelum penerimaan Bantuan Langsung Tunai (BLT)

yang dinyatakan dalam satuan Rupiah.

Yi :Perilaku konsumsi sesudah penerimaan Bantuan Langsung Tunai (BLT)

Yang dinyatakan dalam satuan Rupiah.

D. Hipotesa Penelitian

Hipotesa adalah dugaan sementara. Adapun hipotesa dari penelitian ini adalah :

Xi (Perilaku konsumsi sebelum menerima Bantuan Langsung Tunai (BLT) ) Yi

(Perilaku konsumsi sesudah menerima Bantuan Langsung Tunai (BLT) ).

H0 : ρ= 0, tidak ada perbedaan perilaku konsumsi antara sebelum menerima

Bantuan Langsung Tunai (BLT) (Xi) dengan sesudah menerima

Bantuan Langsung Tunai (BLT) (Yi).

H1 : ρ≠ 0, ada perbedaan perilaku konsumsi antara sebelum menerima Bantuan

Langsung Tunai (BLT) (Xi) dengan sesudah menerima Bantuan

Langsung Tunai (BLT) (Yi).

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Pada dasarnya penyusunan skripsi ini mempunyai tujuan untuk mengetahui sejauhmana hubungan Bantuan Langsung Tunai (BLT) dengan konsumsi yang dilakukan masyarakat muslim Kelurahan Pamulang Timur sebelum menerima Bantuan Langsung Tunai (BLT) maupun sesudah adanya kebijakan tersebut. Dan


(20)

8

juga dimaksudkan untuk melihat apakah ada perubahan dalam tingkah laku konsumsi mereka.

2. Manfaat Penelitian

Kegunaan dari pembahasan yang penulis angkat kali ini ialah:

a. Secara teoritis : menambah khasanah dan pembendaharaan pengetahuan akan

ekonomi Islam khususnya tentang tinjauan perilaku konsumsi.

b. Secara praktis : bermanfaat khususnya bagi peneliti dan umumnya bagi

masyarakat muslim agar mengetahui perilaku konsumsi yang sesuai dengan prinsip ekonomi Islam agar dapat mempertahankan nilai-nilai islami guna menegakan syariah Islam.

F. Metodologi Penelitian

1. Persiapan Penelitian

Pengadaan survei lapangan dan pengurusan izin kepada pihak-pihak terkait dengan penelitian.

2. Penentuan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di dua tempat yang berbeda yaitu : kantor kelurahan Pamulang Timur untuk melakukan wawancara dan pengumpulan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan penelitian, dan juga pada wilayah RW 03 kelurahan Pamulang Timur untuk lokasi penarikan sampel.


(21)

9

Populsi dalam penelitian ini mencakup warga masyarakat muslim yang tinggal di kelurahan Pamulang Timur yang telah menerima Bantuan Langsung Tunai (BLT). Jumlah Populasi sebanyak 412 orang. Sedangkan Sampel penelitian ini adalah warga masyarakat muslim yang tinggal di wilayah RW 03 kelurahan Pamulang Timur kecamatan Pamulang. Jumlah sampel sebanyak 40 orang.

4. Teknik Penulisan dan Teknik Pengambilan Sampel

Teknik penulisan dalam penelitian ini mengacu pada buku “PEDOMAN PENULISAN SKRIPSI” yang dikeluarkan oleh Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Sedangkan teknik pengambilan sampel yang dipakai adalah random sampling. Jumlah sampel sebanyak 40 orang dari penerima Bantuan Langsung Tunai (BLT) di kelurahan Pamulang Timur. Hal ini karena keterbatasan biaya, tenaga, dan waktu sehingga penulis tidak dapat mengambil sampel yang lebih banyak.

5. Pendekatan

Penelitian ini menggunakan pendekatan statistik inferensial parametrik, apa yang terjadi pada sampel akan diberlakukan kepada populasi yang memakai skala interval.

6. Sumber Data

a. Data primer, yaitu data yang langsung berkaitan dengan objek penelitian.

Dalam hal ini berupa penelitian lapangan melalui pengisian kuesioner atau angket pada masyarakat muslim kelurahan Pamulang Timur kecamatan Pamulang penerima Bantuan Langsung Tunai (BLT).


(22)

10

b. Data sekunder, digunakan untuk mendukung data primer dengan mengadakan

penelitian terhadap beberapa literatur yang ada kaitannya dengan penulisan skripsi ini. Literatur ini dapat berupa buku, majalah, surat kabar, buletin, brosur, dan lain-lain. langkah-langkah yang dilakukan dalam melaksanakan studi kepustakaan ini adalah dengan cara membaca, mengutip atau menganalisa dan merangkum hal-hal yang perlu.

7. Teknik Pengambilan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dengan :

a. Angket/kuesioner, yaitu merupakan suatu cara pengumpulan data dalam

bentuk daftar pertanyaan terstruktur agar responden dapat memberikan jawaban yang telah disediakan dan memberi tanda silang (X) pada jawaban yang sesuai atau mengisi pada tempat yang kosong. Hal ini penulis gunakan untuk mendapatkan data yang lebih akurat dan efektif sesuai dengan tujuan penelitian.

b. Wawancara. Hal ini dilakukan untuk menggali data penelitian melalui

percakapan langsung dengan pihak-pihak terkait. Untuk wawancara ini digunakan pedoman wawancara guna mengarahkan permasalahan sesuai dengan kepentingan penelitian.

c. Studi dokumentasi, yaitu dilakukan dengan cara mengumpulkan data

berdasarkan laporan-laporan yang berkaitan dengan ini.

8. Metode Analisa Data


(23)

11

b. Metode kuantitatif, yaitu analisa berupa angka yang didapat dari dokumen

atau data.

9. Uji Hipotesa

Uji hipotesa yang dipakai pada penelitian ini adalah dengan melihat

perubahan Xi (Perilaku Konsumsi Sebelum Penerimaan Bantuan Langsung Tunai

(BLT) ) Yi( Perilaku Konsumsi Sesudah Penerimaan Bantuan Langsung Tunai

(BLT)) dengan menggunakan pengujian hipotesis untuk pengamatan berpasangan

(Paired Observation) yaitu :4

d - uD

t =

sd / √ n ∑ di

d =

n Dimana :

(∑ di )2 ∑ di2 -

sd = n

n - 1 Keterangan :

t = t hitung.

d = Rata-rata selisih dari setiap pasangan pengamatan.

uD = Selisih rata-rata sebelum dan sesudah pengamatan = 0.

sd = Simpangan baku.

n = Jumlah sampel.


(24)

12

Uji signifikansi adalah untuk menjeneralisasikan populasi yang akan diuji dengan memakai uji t melalui t tabel dengan taraf kesalahan 5 % .

Adapun grafiknya sebagai berikut :

Menerima H0

Menolak H0 Menolak H0

Tidak ada hubungan

(ada hubungan) (ada hubungan)

t tabel negatif (-) 0 t tabel positif (+) Keterangan :

a. Apabila t hitung > t tabel positif (+) maka menolak H0 , ada perbedaan

perilaku konsumsi sebelum dan sesudah menerima Bantuan Langsung Tunai (BLT).

b. Apabila t hitung < t tabel negatif (-) maka menolak H0 , ada perbedaan

perilaku konsumsi sebelum dan sesudah menerima Bantuan Langsung Tunai (BLT).

c. Apabila t tabel negatif (-) < t hitung < t tabel positif (+) berarti menerima H0,

tidak ada perbedaan perilaku konsumsi sebelum dan sesudah menerima Bantuan Langsung Tunai (BLT).

E. Sistematika Penulisan

4


(25)

13

Supaya lebih terarahnya penulisan skripsi kali ini, penulis menyusun sistematika pembahasan dalam V (lima) bab yang dijelaskan sebagai berikut :

Bab I, Pendahuluan yang terdiri atas latar belakang masalah, pembatasan

dan perumusan masalah, indikator dan operasional penelitian, hipotesa, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian serta sistematika penulisan yang digunakan oleh penulis.

Bab II, Pembahasan yang berisi tentang konseptualisasi konsumsi dan

Bantuan Langsung Tunai (BLT). Dalam hal ini, penulis mencoba untuk mengemukakan secara umum pengertian dan tujuan serta prinsip konsumsi dalam Islam, etika konsumsi dalam Islam, pengertian perilaku konsumsi dan faktor-faktor yang mempengaruhi prilaku konsumen, Seputar Bantuan Langsung Tunai (BLT), serta kriteria rumah tangga penerima Bantuan Langsung Tunai (BLT).

Bab III, Merupakan bagian yang menggambarkan keadaan kelurahan

Pamulang Timur meliputi sejarah berdirinya, letak geografis dan jumlah penduduk, aktifitas ekonomi, dan juga karakteristik keislaman masyarakatnya.

Bab IV, Bagian ini merupakan intisari atau pembahasan yang paling utama

pada penulisan ini, penulis dalam hal ini mencoba mengemukakan tentang karakteristik masyarakat muslim penerima Bantuan Langsung Tunai (BLT), Hubungan Bantuan Langsung Tunai dengan


(26)

14

perilaku konsumsi masyarakat muslim yang meliputi perilaku konsumsi makan, pendidikan, kesehatan, zakat dan sedekah/infak .

Bab V, Supaya kita lebih memahaminya lagi maka penulis akan mengakhiri

penulisan skripsi ini dengan kesimpulan yang bertujuan untuk

meng-caver isi dari pokok-pokok permasalahan yang telah diuraikan

sebelumnya serta diikuti saran-saran penulis agar penulisan ini dapat dilakukan lebih baik lagi di masa-masa yang akan datang. Dan lembar akhir dari halaman skripsi ini penulis cantumkan daftar pustaka.


(27)

BAB II

KONSEPTUALISASI KONSUMSI DAN BANTUAN LANGSUNG TUNAI (BLT)

A. Pengertian, Tujuan dan Prinsip Konsumsi Islam

1. Pengertian dan Tujuan Konsumsi Islam

Dalam sistem perekonomian, konsumsi memainkan peranan penting. Adanya konsumsi akan mendorong terjadinya produksi dan distribusi. Dengan demikian akan menggerakan roda perekonomian. Menurut bahasa konsumsi berarti

pemakaian barang sehari-hari.1 Dalam kamus lain konsumsi berarti pemakaian

barang-barang industri.2 Menurut istilah konsumsi berarti setiap kegiatan

menghabiskan kegunaan barang atau menghabiskan barang atau jasa untuk

kelangsungan hidup.3 Dalam kamus ekonomi konsumsi berarti penggunaan akhir

barang-barang atau jasa-jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia atau digunakannya

jasa-jasa atau benda-benda material untuk memenuhi keinginan manusia.4 Jadi

konsumsi merupakan suatu proses pemenuhan kebutuhan manusia berupa pemakaian barang atau jasa guna mempertahankan kelangsungan hidup.

1

Kamiso dan Yose Rizal, Kamus Populer Lengkap Praktis, (Jakarta : Shapta Artha Jaya,t.th), h.94

2

Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka,1990), cet. Ke-3, h. 95

3

E. Syarif Nurdin dan Dina Budhi Agustina, Pengantar Ekonomi I, (Bandung : Armico, : 1988), h. 58

4

Winardi, Kamus Ekonomi (Inggris-Indonesia), (Bandung : Alumni,1986), h.127


(28)

16

Konsumsi dalam Islam tidak saja ditujukan untuk pemenuhan kebutuhan diri sesorang atau untuk memenuhi kebutuhan keluarga semata, melainkan juga diharapkan bermanfaat bagi orang lain yang membutuhkannya. Oleh sebab itu, konsumsi Islam bukan hanya sekedar pemenuhan hasrat jasmani dan kebutuhan fisik saja, tetapi termasuk didalamnya proses sosial dengan mengeluarkan harta dijalan Allah berupa penyisihan sebagian harta yang dimiliki melalui distribusi zakat ataupun infak.

Dari sudut ekonomi konsumsi memberikan beberapa manfaat yaitu langsung dan tidak langsung. Manfaat langsung berarti manusia dapat merasakan kegunaan secara langsung dari barang atau jasa yang dikonsumsinya. Sedangkan tidak langsung berarti terciptanya pemerataan ekonomi rakyat melalui zakat atau infak yang dialokasikan kepada mereka yang berhak menerimanya. Sehingga meningkatkan tingkat konsumsi masyarakat yang berdampak pula pada peningkatan produksi. Dengan itu semua terjadilah penyerapan tenaga kerja yang berkahir pada kesejahteraan umat dan kesejahteraan bangsa. Jadi secara umum konsumsi dalam Islam bertujuan agar harta yang ada tidak hanya berputar atau menjadi konsumsi sebagian kelompok atau individu, namun harus berputar dan berpengaruh ke seluruh lapisan masyarakat agar tercipta pemerataan ekonomi dan mencegah kesenjangan sosial dimasyarakat.

2. Prinsip-prinsip Konsumsi Islam

Ekonomi Islam sebagai ekonomi ketuhanan mempunyai beberapa tujuan agar manusia senantiasa dapat menjalankan aktivitas ekonomi yang mengarah pada


(29)

17

keseimbangan kehidupan dunia dan akhirat. Konsumsi sebagai salah satu tiang pembentukan ekonomi diatur oleh Islam untuk mengurangi material manusia yang luar biasa dan untuk mencapai cita-cita konsumsi Islam yang bermuara diakhirat kelak. Islam tidak mengakui cita-cita materialis semata-mata. Berbeda dengan ilmu ekonomi modern yang mengenyampingkan pola hidup sederhana dengan mengukur kesejahteraan seseorang berdasarkan terpenuhiya bermacam-macam sifat kebutuhan material. Beranjak dari hal tersebut Islam mengaturnya dengan beberapa ketentuan mengenai konsumsi yang dikendalikan oleh lima prinsip yaitu : 5

a. Prinsip Keadilan

Menempatkan sesuatu pada tempatnya adalah kalimat yang selama ini lazim digunakan untuk mengartikan kata adil. Adil disegala bidang merupakan salah satu pedoman dari apa yang diperintahkan tuhan termasuk dibidang konsumsi. Ekonomi Islam mempunyai keterpaduan antara kegiatan ekonomi dengan nilai-nilai akhlak yang mulia, sehingga seseorang didalam melakukan tindakan ekonomi dipengaruhi oleh akhlak islami, yang salah satunya adalah berbuat adil. Konsumsi yang merupakan tiang pembentukan ekonomi umat memiliki etikanya tersendiri. Seseorang dituntut untuk berbuat adil didalam pemenuhan konsumsi mereka. Aplikasi adil dapat diterapkan disetiap langkah ekonomi seseorang seperti tidak mengambil harta yang bukan miliknya kecuali dengan jalan yang sah, tidak merugikan orang lain, memakan makanan yang

5

M.A. Manan, Teori dan Praktek Ekonomi Islam, (Yogyakarta : Dhana Bakti Prima Yasa,1997), h.45


(30)

18

halal lagi baik, dan menciptakan keseimbangan yang adil didalam hubungan antara pendapatan dan pengeluaran serta lain sebagainya yang bertitik tolak pada rambu-rambu prinsip keadilan konsumsi. Dengan melakukan tindakan-tindakan tersebut seseorang diharapkan mampu menjalankan konsumsi dalam pemenuhan kebutuhan hidup berlandaskan pada nilai-nilai keadilan tuhan yang menjadi salah satu aturan yang wajib dipenuhi.

b. Prinsip Kebersihan

Islam mementingkan kebersihkan dalam semua aspek yang terkait dengan umat manusia. Satu dari kebersihan yang amat dititikberatkan Islam ialah makanan, karena makanan itu akan memberi kesan kepada diri dan kehidupan seluruhnya. Kebersihan makanan bukan hanya kebersihan fisik tetapi lebih dari itu seperti darimana sumber makanan itu diperoleh. Dalam memilih dan menentukan makanan sewajarnya kita harus berpegang pada prinsip yang telah menjadi ketetapan Islam sejak lahirnya agama ini dimuka bumi. Islam telah memberikan garis panduan untuk menentukan sumber makanan yang halal dan haram yang tujuannya untuk mendidik manusia supaya menjaga jasmani dan akhlak manusia. Hal ini dituangkan melalui firmannya yaitu :

ضرﻷا

اﻮ آ

سﺎ ا

ﺎﻬ أ

...

)

ةﺮ ا

/

2:168

(

Artinya :

Hai sekalian manusia makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat dimuka bumi.(al-Baqarah /2:168)


(31)

19

Ayat tersebut mengandung arti ganda yang sangat penting yaitu tentang kehalalan makanan dan kebaikan makanan. Kata halal dapat diartikan sebagai sesuatu yang diperbolehkan untuk dimakan dan diminum dan tidak dilarang oleh hukum syara. Menurut al-Qur’an makanan yang secara jelas diharamkan itu ada empat macam seperti yang dijelaskan dalam firmannya :

ﺮﻄﺿا

ا

هأ

ﺎ و

ﺮ ﺰ ﺨ ا

و

مﺪ او

ﺔ ا

مﺮ

ﺎ إ

غﺎ

ر

رﻮ

ا

نإ

ﺛإ

دﺎ

ﻻو

.

)

ةﺮ ا

/

173

:

2

(

Artinya :

Dia hanya mengharamkan kepada kamu bangkai, darah, daging babi, dan apa yang disembelih dengan menyebut selain nama Allah. Lalu barang siapa karena terpaksa, bukan karena keinginan dan tak melampaui batas, maka tak berdosa baginya. Sesungguhnya Allah maha pengampun dan maha pengasih .(al-Baqarah/2 : 173)

Sedangkan kebaikan makanan dapat diartikan makanan dan minuman harus bersih, higienis, lezat dan nikmat. Oleh karena itu barang yang tidak bersih dan tidak enak jangan dimakan dan diminum. Dalam hal ini nabi sangat menganjurkan untuk selalu menjaga kebersihan seperti hadits yang bersumber dari Abu Qatadah yang berkata rosulullah SAW mengatakan :

لﺎﻗ

ةد

ﺎ ﻗ

ﻰ ا

:

آ

ﺪ ا

بﺮﺷ

اذا

و

ﷲا

ﻰ ﺻ

ﷲا

لﻮ ر

لﺎﻗ

ءﺎ

ﻻا

.

)

ىرﺎﺨ ا

اور

(

6

Artinya :

Bila salah seorang dari kalian minum, maka janganlah meniup kedalam gelas

(HR. Bukhari).

6

Abi Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim al-Bukhari, “Shahih al-Bukhari”, (Kairo : Majlisul A’la Lissuunil Islamiyah, 1412/1991), Juz ke-9 Jilid 1, Bab at-Tanafus fil Inai, no.4955, Kitabu al-Asrabah, h. 100


(32)

20

Hadits tersebut telah memberikan pedoman kepada kita agar jangan meniup pada minuman yang kita minum karena hal tersebut dapat menyebabkan penyakit yang keluar dari mulut kita yang belum tentu bersih ketika meniupnya. Kebersihan sangat erat kaitannya dengan penyakit. Kebersihan memainkan peranan yang penting dalam usaha kita mencegah penyakit. Sesuatu yang bersih menjauhkan kita dari penyakit. Tetapi sesuatu yang kotor mendekatkan kita pada penyakit. Adalah kenyataan bahwa makanan, minuman bahkan pakaian pula merupakan sesuatu yang berpengaruh pada tubuh manusia dan juga mempengaruhi pembentukan watak. Oleh karena itu barang yang bersih akan mempengaruhi pembentukan watak yang baik, dan barang yang kotor menjadikan jasmani dan rohani yang kotor serta membentuk watak yang buruk.

c. Prinsip Kesederhanaan

Disamping peraturan tentang menjauhkan barang yang haram dan yang tidak bersih, agama Islam juga menggariskan sikap kesederhanaan dalam konsumsi seperti yang dikutip dalam al-Qur’an yaitu :

...

ﻦ ﺮ ا

إ

اﻮ ﺮ ﺗ

ﻻو

اﻮ ﺮﺷاو

اﻮ آو

)

ﻻا

فاﺮ

/

31

:

7

(

Artinya :

Makan dan minumlah tetapi jangan berlebih-lebihan, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan. (al-A’raf /7 : 31)

Sebaik-baik makanan apabila dimakan secara berlebih-lebihan pasti membahayakan kesehatan. oleh sebab itu manusia dianjurkan untuk menjaga kesehatan dengan makan secukupnya. Makan yang berlebihan akan merusak


(33)

21

tubuh bagian dalam, sedangkan bila terlalu sedikit akan mengurangi kesehatan. kurang makan dapat mempengaruhi perkembangan jiwa dan tubuh. Demikian pula bila perut diisi secara berlebihan tentu akan ada pengaruhnya pada perut. Praktek memantangkan jenis makanan tertentu dengan tegas tidak diperbolehkan dalam Islam. Allah menetapkan pedoman dalam al-Qur’an yang berbunyi :

ا

نإ

اوﺪ ﺗ

ﻻو

ا

أ

تﺎ

اﻮ ﺮ ﺗ

اﻮ ﺁ

ﻦ ﺬ ا

ﺎﻬ أ

ﻦ ﺪ ا

.

)

ا

ة

ﺪﺋﺎ

/

87

:

5

(

Artinya :

Wahai orang yang beriman janganlah mengharamkan sebaik-baik barang yang dihalalkan oleh Allah kepada kamu, dan janganlah melampaui batas. (al-Maidah/ 5 : 87)

Berdasarkan firman Allah itu, manusia tidak dibenarkan menyiksa diri dengan pantang makan suatu jenis makanan atau pantang makan makanan sejumlah yang diperlukan. Makanan yang baik amat berguna bagi tubuh, maka janganlah dijauhkan tetapi ingat janganlah berlebih-lebihan.

d. Prinsip Kemurahan Hati

Sebagaimana yang diterangkan pada pendahuluan, Islam mengajarkan bahwa konsumsi bukanlah sebagai tujuan hidup tetapi konsumsi merupakan sarana untuk mencapai tujuan hidup yang pada maksudnya ialah berbakti kepada tuhan dengan mentaati perintah Islam. Untuk itu manusia harus mempersiapkan perbekalan dengan melakukan semua aktivitas dengan tujuan menunaikan perintah tuhan termasuk kegiatan konsumsi. Dalam berjuang mencari rezeki dan membangun perekonomian, manusia harus mengingat tujuannya yang akhir yaitu


(34)

22

mengutamakan ketuhanan. Tujuan ini harus dijadikan lambang pekerjaannya juga menjadi tujuan akhir dari hasil-hasil konsumsinya. Dalam segala harapan harus tergambar kesetiaan pada Allah SWT sehingga apa yang dikerjakan tidak ada keraguan didalamnya, dengan demikian seseorang merasa tidak ada bahaya ataupun dosa dalam hatinya ketika mengkonsumsi makanan dan minuman halal yang disediakan tuhan karena kemurahan hatinya selama maksudnya adalah untuk kelangsungan hidup dan menjaga kesehatan yang lebih baik dengan tujuan menjalankan apa yang diperintahkan tuhan dengan keimanan yang kuat. Apabila tertanam sifat yang demikian, seseorang akan mengerti dan memahami bahwa makanan dan minuman yang ada dimuka bumi telah ditetapkan kehalalan dan keharamannya. Barang yang halal boleh dikonsumsi karena taka ada cela, bahaya ataupun dosa didalamnya dan barang yang haram tidak boleh dimakan atau diminum walaupun sedikit karena dapat mempengaruhi jasmani dan rohani. Semua itu dilakukan dengan kemurahan hati seseorang yang pada tujuannya adalah menunaikan perintah tuhan.

e. Prinsip Moralitas

Selain prinsip-prinsip diatas, terdapat juga satu prinsip yang sangat menarik dalam suatu konsumsi Islam yaitu prinsip moral. Nilai ini menggambarkan keunikan utama bagi ekonomi Islam, bahkan dalam kenyataanya merupakan keunikan yang bersifat menyeluruh yang tampak jelas berdampingan antara agama dan moralitas. Moral atau akhlak merupakan bagian dari nilai dan karakteristik syari’at Islam serta keunikan peradaban Islam. Atas


(35)

23

dasar itu, kita menyatakan dengan penuh kepercayaan dan keyakinan bahwa ekonomi Islam berbeda dengan yang lainnya yaitu ekonomi yang berwawasan akhlak atau moral. Makna dan nilai pokok ini juga tercermin dalam bidang konsumsi. Seorang muslim diajarkan untuk menyebut nama Allah sebelum makan dan mengucapkan terimakasih kepada-Nya setelah makan. Mereka juga diajarkan untuk menyebut nama Allah pada waktu menyembelih binatang ataupun dalam aktivitas konsumsi lainnya. Dengan demikian ia akan merasa bahwa Allah selalu ada dikala ia memenuhi kebutuhan fisiknya. Hal ini diajarkan karena Islam mencita-citakan perpaduan nilai-nilai hidup jasmani atau rohani yang seimbang.

Dalam konsumsi lain seorang muslim dilarang meminum minuan keras. Mungkin bagi mereka yang meminum minuman keras merasakan kenikmatan atau keuntungan dengan meminum minuman keras atau memakan makanan yang terlarang. Tetapi dalam Islam semua itu dilarang karena sebab tertentu yaitu karena bahaya yang mungkin ditimbulkan jauh lebih besar daripada kenikmatan yang diraihnya,. Meminum minuman keras cenderung akan menimbulkan perselisihan dan permusuhan. Selain akan mempengaruhi watak menjadi buruk. Mereka lupa dan lalai akan Allah, lupa akan perintah dan larangan-Nya. Hal yang demikian sangat relevan dengan apa yang terjadi sekarang ini. Narkoba dan obat-obat terlarang yang telah diharamkan oleh Islam menunjukan sifat keburukannya dengan menghancurkan masa depan, merusak otak dan pikiran , menjerumuskan seseorang kedalam kemaksiatan terlebih menghilangkan dan


(36)

24

membuat seseorang lupa akan adanya Allah. Ajaran Islam menghendaki dan mencita-citakan kemajuan nilai-nilai moral spiritual seseorang. Sehingga apa yang dilarang oleh Islam dalam konsumsi berdampak positif bagi siapa yang mentaatinya.

B. Etika Konsumsi Islam

Sistem ekonomi Islam merupakan sebuah sistem yang didalamnya tidak memisahkan antara ekonomi dan ahlak seperti halnya agama dan negara. Ahlak

adalah daging dan urat nadi kehidupan islami.7 Islam mengajarkan bagaimana

seseorang berperilaku yang baik dalam melakukan tindakan-tindakan ekonomi dengan adanya penyatuan antara ekonomi dan ahlak tersebut. Kesatuan ahlak ini akan semakin jelas pada langkah-langkah ekonomi baik yang berkaitan dengan produksi, distribusi maupun konsumsi. Seseorang tidak serta merta dapat melakukan apa saja yang diinginkannya. Setiap muslim terikat dengan iman dan ahlak pada setiap aktivitas ekonomi yang dilakukannya. Islam secara jelas memberikan rambu-rambu konsumsi sebagai berikut :8

1. Menafkahkan Harta dalam Kebaikan dan Menjauhi Sifat Kikir

Belanja dan konsumsi adalah tindakan yang mendorong suatu masyarakat berproduksi hingga terpenuhi segala kebutuhan hidupnya. Namun Islam melarang pemenuhan kebutuhan yang berlebih-lebihan. Jika tidak ada

7

Yusuf Qardawi, Peran Nilai dan Moral dalam Perekonomian Islam, (Jakarta : Robbani Press,1995), h.57

8


(37)

25

manusia yang bersedia menjadi konsumen atau semua orang berbondong-bondong untuk berproduksi yang menyebabkan daya beli masyarakat berkurang karena sifat kikir yang melampaui batas, maka cepat atau lambat roda produksi akan berhenti yang akan mengakibatkan perkembangan bangsa akan terhambat.

Islam sangat mengharapkan setiap muslim untuk dapat kiranya memberikan sebagian dari harta mereka kepada orang lain. dengan demikian seluruh masyarakat akan terbantu dengan adanya tindakan itu yang kian lama akan menambah kekuatan yang besar bagi bangsa untuk membangun. Sehingga roda pembangunan akan berjalan dan terhindar dari tindakan meminta-minta pada negara lain. Tindakan tersebut sangat baik dilakukan karena dengan itu kita telah membelanjakan harta dijalan Allah.

Seorang muslim tidak diperbolehkan menghalalkan harta yang haram dan mengharamkan harta yang halal. Apakah karena sikap zuhud kepada Allah dan hidup serba kekurangan atau karena sifat bakhil dan pelit. Al-qur’an juga tidak membenarkan kesengsaraan yang disengaja dijalani oleh seseorang dengan alasan untuk beribadah kepada Allah atau untuk menghemat uang. Sikap terlalu hemat pada sebagian manusia, baik untuk kepentingan diri dan keluarga adalah sikap tercela yang berarti mereka tidak mensukuri nikmat Allah dengan memanfaatkan sebagaimana mestinya.

2. Islam Melarang Tindakan Mubazir

Islam mewajibkan setiap orang membelanjakan harta miliknya untuk memenuhi kebutuhan diri dan keluarga serta menafkahkannya di jalan Allah.


(38)

26

dengan kata lain, Islam adalah agama yang memerangi kekikiran dan kebakhilan. Islam juga melarang tindakan mubazir karena Islam mengajarkan sikap sederhana. Sederhana dalam makanan, pakaian, dan lain sebagainya. Sikap sederhana ini mampu mengajarkan seseorang menyeimbangkan pendapatan dan pengeluaran mereka. Dengan demikian mereka mampu mengatur konsumsi dan terhindar dari adanya hutang kepada orang lain. Karena hutang dapat menjadi beban pikiran. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang menjual rumah atau lahan pertanian yang seharusnya dijaga dan dipelihara untuk melunasi hutang.

Selain itu Islam juga melarang manusia hidup secara berlebih-lebihan. Hidup dengan cara itu dapat merusak masyarakat dan juga merusak individu itu sendiri. Merusak individu karena yang dicari dalam kehidupan dunia adalah kepuasan nafsu birahi dan kepuasan perut sehingga banyak mendatangkan penyakit. Merusak masyarakat karena golongan mereka yang hidup dengan

mewah menindas hak-hak masyarakat lain dengan kemewahannya.9 Hal lain

yang dilarang dalam Islam adalah berlaku boros dan menghambur-hamburkan harta. Sikap boros merupakan sikap yang melampaui kewajaran yang tidak sesuai dengan keadaan seharusnya. Al-qur’an melarang kita membelanjakan harta dan menikmati kehidupan yang boros dan menghendaki untuk hidup sederhana dan menjauhi sikap boros.

9


(39)

27

Islam juga menbatasi penggunaan harta pada dua macam yaitu dalam segi kualitas dan kuantitas.10 Dalam segi kualitas Islam melarang umatnya untuk membelanjakan uangnya pada hal yang tidak berguna dan mengandung kemudharatan seperti membeli minuman keras, mengkonsumsi narkoba, berjudi dan lain-lain walaupun dilakukan dalam jumlah yang sedikit. Dalam segi kuantitas Islam melarang konsumsi yang tidak sesuai antara pendapatan dan pengeluaran. Mereka dilarang membelanjakan hartanya untuk hal-hal yang tidak mendesak. Pembatasan yang telah diatur oleh Islam bukanlah pembatasan yang dilakukan untuk memupuk kekayaan pribadi, golongan ataupun lainnya, tetapi hal tersebut mempunyai tujuan yang sangat mulia untuk kesejahteraan manusia sebagai wahana pendidikan moral, pendidikan masyarakat, pendidikan ekonomi, pendidikan kesehatan, bahkan pendidikan militer dan politik.11

3. Bersikap Sederhana

Orang yang mempunyai harta berlimpah cenderung untuk hidup berlebih-lebihan karena apa yang mereka inginkan dapat dengan mudah dimilikinya. Sebaliknya mereka yang berpendapatan rendah hidup dengan pola sederhana. Mereka harus mengatur hartanya untuk keperluan yang sangat banyak. Sikap sederhana merupakan sikap yang dapat mengajarkan pola hemat dalam pengeluaran harta dan juga mengajarkan seseorang mengatasi kekurangan

10

Ibid., h.158

11


(40)

28

barang apabila nanti terjadi krisis. Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya, sikap sederhana adalah tindakan yang dianjurkan dalam pengelolaan harta masyarakat muslim. Konsumsi berlebih-lebihan, yang merupakan ciri khas masyarakat yang tidak mengenal tuhan, dikutuk dalam Islam.

Selain sikap sederhana dituntut dalam kehidupan pribadi, sikap itu seyogyanya harus diterapkan dalam pemerintahan. Pemerintah harus dapat mendahulukan mana yang dibutuhkan rakyat dan mana yang kurang perlu. Mendahulukan kepentingan orang banyak daripada kepentingan golongan. Mementingkan rakyat daripada pejabat. Pemimpin sepantasnya menjadi contoh bagi rakyatnya dalam berperilaku. Menjauhi hidup berlebih-lebihan dan bergelimang harta. Serta menjauhi sikap sombong dengan apa yang dimilikinya. Pengaturan uang negara harus dikedepankan untuk kepentingan rakyat dengan memberikan prioritas utama dari pada kepentingan lainnya.

Dengan sikap sederhana Islam telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam menggunakan harta yang seharusnya. Selain juga dapat memperkuat moral dan sikap sosial. Terlepas dari itu sikap sederhana juga dapat dijadikan sebagai suatu peraturan untuk menghambat dan menekan masyarakat yang hidup mewah, mereka yang selalu hidup berfoya-foya, meminum minuman keras, berjudi dan lain sebagainya yang dalam ajaran Islam hal ini sangat dilarang.

Salah satu ciri penting dalam Islam adalah bahwa ia tidak hanya mengubah nilai-nilai dan kebiasaan-kebiasaan masyarakat tetapi juga menyajikan


(41)

29

kerangka legislatif yang perlu untuk mendukung dan memperkuat tujuan-tujuan ini dan menghindari penyalahgunaannya. Ciri khas Islam ini juga memiliki daya aplikatifnya terhadap kasus orang yang terlibat dalam pemborosan atau tabzir. Dalam hukum Islam, orang semacam itu seharusnya dikenai pembatasan-pembatasan dan bila dianggap perlu, dilepaskan dan dibebaskan dari tugas mengurus harta miliknya sendiri. Dalam pandangan Syarî'ah dia seharusnya diperlakukan sebagai orang tidak mampu dan orang lain seharusnya ditugaskan untuk mengurus hartanya selaku wakilnya.

C. Pengertian Perilaku Konsumsi dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Perilaku Konsumen

1. Pengertian Perilaku Konsumsi

Berbicara tentang perilaku memang sangat identik dengan permasalahan-permasalahan yang ada pada manusia. Karena manusialah mahluk paling sempurna yang mempunyai akal dan pikiran dalam segala tindakan, termasuk perilaku konsumsi. Perilaku konsumen sering juga disebut tingkah laku konsumen atau

tindakan konsumen atau juga disebut Consumer’s behaviour.12 Perilaku konsumen

didefinisikan sebagai suatu tindakan yang langsung dalam mendapatkan,

12


(42)

30

mengkonsumsi dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan tersebut.13

Didalam ilmu pemasaran, perilaku konsumsi adalah tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk atau jasa,

termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan ini.14 Jadi

semua yang dilakukan langsung untuk mendapatkan atau memanfaatkan suatu produk atau jasa dinamakan perilaku konsumsi.

Sedangkan menurut The American Marketing Association memberikan

definisi perilaku konsumsi sebagai interaksi dinamis antara afeksi dan kognisi perilaku dan lingkunganya dimana manusia melakukan kegiatan pertukaran dalam

hidup mereka.15 Dalam pengertian tersebut tersirat beberapa hal bahwa perilaku

konsumsi seseorang ataupun masyarakat selalu berubah-ubah dan bergerak sepanjang waktu. Ini bisa disebabkan oleh perubahan selera konsumsi, perubahan zaman, dipengaruhi oleh pemikiran mereka dan lain sebagainya. Kemudian perilaku konsumen melibatkan suatu pertukaran antara seseorang dengan yang lainnya baik itu berupa barang ataupun jasa yang dengan demikian terjadi ketergantungan kepentingan antara satu individu dengan individu lainnya.

13

Husein Umar, Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen, (Jakarta : PT. Gramedia, 2000) h.50

14

Nugroho J. Setiadi, Perilaku Konsumen Konsep dan Implikasi Untuk Strategi dan Penelitian Pemasaran, (Jakarta : Prenada Media,2003), h.3

15 Ibid.


(43)

31

Dalam Islam seseorang tidak boleh melakukan tindakan konsumsi semaunya, tetapi harus disesuaikan dengan apa yang telah menjadi aturan Islam. Dalam hal ini dapat diartikan bahwa perilaku konsumsi seseorang atau tindakan mereka harus dilakukan berdasarkan aturan-aturan yang berlaku dalam ajaran Islam yaitu berpedoman pada al-Qur’an dan hadits. Sebagaimana yang telah dijelaskan pada bahasan sebelumya, Islam telah memberikan rambu-rambu positif dalam berkonsumsi yaitu berupa pembatasan dalam hal sifat dan cara. Mengkonsumsi barang yang jelas keharamannya harus dihindari dan senantiasa mengkonsumsi sesuatu yang membawa manfaat dan maslahat. Kemudian pembatasan dalam hal kuantitas atau ukuran konsumsi. Islam melarang umatnya berlaku kikir dengan menahan harta yang dikaruniakan Allah SWT, namun juga tidak menghendaki umatnya membelanjakan harta secara berlebih-lebihan. Selain batasan, Islam juga memberikan arahan yang patut diperhatikan seperti tidak berlaku boros, mampu menyeimbangkan pengeluaran dengan pemasukan dan juga mereka tidak diperkenankan hidup bermewah-mewahan.

Yang patut menjadi perhatian adalah bahwa konsumsi dalam Islam harus mencerminkan hubungan dirinya dengan Allah SWT. Harta yang dihasilkan tidak dihabiskan hanya untuk konsumsi dirinya sendiri tetapi dimanfaatkan juga untuk kebutuhan sosial dalam bentuk penyaluran sedekah atau zakat.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen

Kita tidak dapat mengatakan bahwa seseorang berperilaku beli disebabkan karena satu faktor saja, melainkan begitu banyak hal-hal yang menjadikan seseorang berperilaku konsumsi. Kita tidak banyak mengetahui tentang apa yang ada dalam


(44)

32

pikiran seorang pembeli pada waktu ia sebelum, sedang, dan setelah membeli sesuatu sebab pengaruh yang dirasakan begitu banyak. Pembelian yang dilakukan seseorang selain dipengaruhi oleh tindakan-tindakan promosi produsen, juga dipengaruhi oleh banyak faktor yang menyebabkan konsumen berperilaku konsumsi. Keputusan pembelian sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : 16

a. Faktor Kebudayaan

Berbicara tentang budaya dan pola konsumsi adalah bicara tentang dua hal yang tak terpisahkan. Kebudayaan bisa disebut sebagai dasar dari keinginan dan perilaku seseorang. Budaya sebuah masyarakat akan berpengaruh terhadap cara berpikir dan perilaku masyarakatnya, termasuk didalamnya pola konsumsi. Karenanya pola konsumsi dan budaya adalah suatu hubungan yang bersifat korelatif. Hal ini disadari betul oleh kaum kapitalis untuk mengubah pola konsumsi masyarakat kita yang dahulu dikenal sebagai masyarakat hemat menjadi masyarakat konsumtif dengan memprioritaskan terlebih dahulu target mereka pada budaya masyarakat kita. Begitu kuatnya pengaruh budaya terhadap pola konsumsi seseorang mengakibatkan perilakunya terhadap konsumsipun tergantung pada budaya yang ia pegang.

Pada faktor budaya ini masih ada yang disebut sebagai sub-budaya dan

kelas sosial.17 Sub-budaya timbul karena faktor ras, kebangsaan, lokasi

16

Ibid., h. 11

17


(45)

33

geografik, distribusi pedesaan (urban), dan sebagainya.18 Selain sub-budaya,

kelas sosial punya pengaruh yang sama terhadap perilaku seseorang dalam

konsumsi. Biasanya kelas sosial mempunyai anggota dengan minat dan perilaku yang serupa dan relatif homogen. Faktor ini dapat mempengaruhi perilaku beli seseorang yang disesuaikan dengan kelas sosial masing-masing. Kelas bawah cenderung mengkonsumsi barang-barang yang sesuai dengan pendapatan mereka sedangkan kelas atas lebih mengkonsumsi barang-barang yang mewah karena adanya kemampuan untuk melakukan hal itu.

b. Faktor Sosial

Manusia selaku mahluk sosial memang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Mereka saling membutuhkan disegala bidang dan mempunyai sifat saling ketergantungan. Bayangkan jikalau seseorang hidup sendiri tanpa orang lain disuatu tempat, pastinya dia akan kesulitan dalam menjalani hidup. Disatu sisi dia harus memenuhi kebutuhannya agar dapat melangsungkan kehidupan, sedang disisi lain dia harus menciptakan barang untuk dapat dikonsumsinya. Oleh karena itu semua tindakan, kelakuan, dan perbuatan manusia memiliki keterkaitan dengan yang lainnya. Satu diantara faktor yang mempengaruhi pola konsumsi seseorang adalah faktor sosial dikarenakan manusia memang mahluk sosial yang tidak lepas dari orang-orang disekelilingnya. Tidak jarang keputusan untuk konsumsi seseorang dipengaruhi

18


(46)

34

oleh orang-orang yang ada disekitarnya seperti karena teman maupun yang lainnya, bahkan orang tua. Dalam ilmu pemasaran yang termasuk kedalam faktor sosial adalah kelompok referensi, keluarga, peran dan status. 19

Kelompok referensi yang terdiri dari seluruh kelompok mempunyai pengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap sikap maupun perilaku seseorang. Beberapa diantaranya adalah kelompok-kelompok primer seperti keluarga, teman, tetangga, dan teman sejawat. Selain itu ada juga kelompok sekunder yang cenderung lebih resmi yang mana interaksi yang terjadi kurang

berkesinambugan.20 Yang termasuk kelompok ini adalah kelompok yang mana

anggotanya mempunyai aspirasi yang sama. Kelompok-kelompok diatas biasanya memperlihatkan pada seseorang perilaku dan gaya hidup baru sehingga seseorang mengikuti cara hidup yang baru itu dan mempengaruhi gaya konsumsinya dikarenakan ia harus menyesuaikan diri dengan lingkungan dan juga secara tidak langsung kelompok tersebut memberikan tekanan kepada seseorang untuk penyesuaian diri yang dapat mempengaruhi pilihan pada barang yang akan dikonsumsi.

Tidak dapat dipungkiri bahwa keluarga juga merupakan sebuah institusi

yang punya pengaruh cukup besar terhadap pembentukan perilaku seseorang. Keluarga merupakan kelompok kecil yang paling kuat dan paling awet

19

Nugroho J. Setiadi, Perilaku Konsumen …, Op.Cit., h.12

20 Ibid.


(47)

35

pengaruhnya terhadap persepsi dan perilaku seseorang. Sebab sejak kecil seseorang telah diajarkan berbagai hal dari keluarganya. Jikalau keluarga mengajarkan sesuatu yang baik, kelak seseorang akan berbuat baik. Tetapi kalau dari kecil keluarga menciptakan suasana yang kurang baik, bukan tidak mustahil diwaktu dewasa nanti seseorang mempunyai perilaku yang kurang baik. Sikap sederhana atau berlebihan yang dituangkan keluarga dalam menjalani hidup membawa pengaruh terhadap pola hidup anggota keluarganya. Keluarga yang terbiasa hidup konsumtif, akan menimbulkan pola hidup dengan gaya yang tidak seimbang antara pendapatan dengan penghasilan. Orang tua yang cenderung mengkonsumsi tanpa batas, tetapi ia tidak mampu untuk memproduksi sendiri telah mengubah sikap hidup seseorang atau anggota keluarganya menjadi konsumtif. Dari orang tualah seseorang mendapatkan pandangan tentang perilaku konsumsi dan bagaimana cara mengaturnya. Selain orang tua, pasangan hidup seseorang juga mempengaruhi pembentukan perilaku pembelian. Pasangan hidup merupakan orang yang sering dijumpai seseorang dalam hidupnya sehingga banyak sekali orang-orang yang pola konsumsinya dipengaruhi oleh mereka. Bahkan pasangan hidup pengaruhnya bisa melebihi pengaruh orang tua dan dirinya sendiri.

Setelah kelompok referensi dan keluarga, yang juga dapat

mempengaruhi perilaku konsumsi seseoarang adalah peran dan status.

Sebagaimana kelas sosial, status memberikan motivasi yang berbeda-beda terhadap perilaku seseorang. Posisi seseorang dalam lingkungannya cenderung


(48)

36

membuat dirinya harus berpikir ulang dalam bertindak yang sesuai dengan status dan peran dalam kelompoknya.

c. Faktor Pribadi

Konsumsi seseorang juga dapat dibentuk oleh faktor pribadi yang telah

ada pada diri seseorang. Yang termasuk pada faktor ini yaitu umur dan tahapan

siklus hidup, pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup, kepribadian dan konsep

diri.21 Seorang anak dengan orang dewasa tentu mempunyai cara pandang yang

beda dalam penerapan konsumsi. Begitu juga dengan orang yang sudah tua. Anak-anak dapat mempengaruhi pembelian para orang tua selain untuk dirinya sendiri. Remaja juga mempunyai pemikiran sendiri akan belanjanya. Usia remaja merupakan usia produktif untuk melakuan konsumsi, sehingga banyak sekali produk-produk yang ditawarkan untuk mereka. Remaja jelas sekali berpotensi besar bagi dunia bisnis dan industri. Bahkan pada usia ini kesenangan lebih diperhitungkan daripada nilai kebutuhannya. Itu karena dalam memutuskan sesuatu para remaja lebih mengandalkan emosi daripada rasionya. Dibandingkan remaja usia tua tentunya lebih bijak dalam berperilaku konsumsi walau terkadang masih banyak usia tua yang bergaya seperti remaja. Pada usia ini keputusan pembelian akan sangat diperhitungkan, mana yang seharusnya didahulukan dalam bertindak temasuk dalam pemilihan produk dan jasa. Produk kesehatan,

21


(49)

37

makanan pokok, perumahan, kosmetik khusus orang tua dan sebagainya merupakan produk-produk yang biasanya menjadi pilihan mereka.

Siklus hidup dapat juga mempengaruhi keputusan konsumsi. Seorang

yang masih lajang pasti melakukan hal yang tidak sama dengan seorang yang telah menikah. Pasangan yang telah menikah tanpa anak tentu berbeda pandangan dengan pasangan yang telah mempunyai anak dan seterusnya. Ini dikarenakan ada sesuatu yang harus diperhitungkan sebelumnya oleh mereka dalam mengambil keputusan pembelian. Dengan ini biasanya seseorang mengalami perubahan tertentu pada saat mereka menjalani hidupnya. Pasangan muda tanpa anak banyak membeli pakaian, rekreasi, makan dan lainnya. Namun pada waktu anak-anak lahir, pola pengeluaran berubah kepengeluaran untuk membeli dan melengkapi peralatan rumah tangga. Keluarga dengan anak-anak remaja banyak membeli makanan, pakaian dan pendidikan. Kemudian keluarga yang sudah ditinggalkan anak-anaknya tetapi masih aktif bekerja cenderung untuk mengkonsumsi barang-barang diluar kebutuhan pokok sehari-hari. Dengan itu itu semua siklus hidup seseorang berbeda-beda tahapannya antara yang satu dengan yang lainnya dalam upaya pemenuhan kebutuhan hidup mereka.

Hal lain yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang adalah pekerjaan

dan keadaan ekonomi. pekerjaan sebagai mahasiswa tentu berbeda konsumsinya

dengan pegawai kantor. Petani dengan pebisnis jelas berbeda perilakunya. Seorang yang kehidupan ekonominya mapan sering membelanjakan hal-hal diluar kebutuhan pokoknya. Itu dikarenakan mereka mempunyai pendapatan


(50)

38

yang lebih dibandingkan yang lainnya. Berbeda dengan seorang yang keadaan ekonominya rendah, mereka harus berpikir ulang untuk menggunakan uang sebaik-baiknya. Belum lagi hutang yang tidak dapat dihindari. Besar kecilnya pendapatan seseorang adalah faktor penentu untuk mengetahui bagaimana mereka membelanjakan pendapatannya itu.

Selain beberapa hal diatas, gaya hidup juga dapat mempengaruhi

seseorang dalam menyikapi pembelian. gaya hidup dapat mencerminkan kelas sosial seseorang. Seseorang memiliki gaya hidup yang kebanyakan bertolak belakang dengan orang lain. Barang bagi sebagian orang bukan lagi hanya untuk memenuhi kebutuhan sebagaimana tujuan konsumsi seharusnya. Tetapi juga untuk kenikmatan dan gaya hidup. Seseorang akan merasa dihargai jika ia mempunyai harta, prestasi, kekuasaan dan sebagainya. Kenikmatan hidup, ketentraman, dan kesejahteraan disejajarkan dengan gaya hidup yang berlebihan. Hidup dengan pola dan arus konsumsi membuat orang merasa tidak puas jika produk atau barang yang diinginkannya belum dimiliki. Mereka mengutamakan gaya hidup yang memenuhi keinginannya bukan kebutuhannya. Perilaku seperti ini biasanya dilakukan oleh orang-orang yang mempunyai kelebihan harta. Sehingga gaya hidup mereka menjadi cukup besar dalam menentukan konsumsi dibandingkan dengan orang-orang yang bersikap sederhana.

Disamping faktor-faktor yang datangnya dari luar itu, kepribadian dan

konsep diri menjadi salah satu faktor yang datang dari diri seseorang yang dapat


(51)

39

tentang definisi kepribadian. Secara umum kepribadian dapat diartikan sebagai pola ciri-ciri seseorang yang menjadi determinan (faktor penentu) dalam perilaku

responnya.22 Diakui bahwa kepribadian seseorang punya pengaruh terhadap

persepsi dan perilaku beli mereka disamping faktor lain yang datangnya dari luar. Hanya saja sampai saat ini belum ada titik temu mana yang lebih dominan dalam mempengaruhi pola konsumsi. Kepribadian dapat membentuk sikap dan keyakinan seseorag terhadap barang yang akan dibeli. Determinan perilaku yang lain adalah konsep diri atau citra diri (Self Image). Konsep diri dapat disebut

sebagai cara pandang terhadap diri sendiri.23 Konsep diri seseorang dipengaruhi oleh kebutuhan psikologis dan fisik yang dibawa sejak lahir dan dipelajari sejak perkembangan diri. Konsep diri dibentuk oleh faktor lain diluar dirinya seperti

faktor ekonomi, demografi, dan pengaruh-pengaruh sosial.24 Dalam memilih

produk atau barang, orang-orang biasanya memilih produk atau barang yang cocok dengan konsep diri mereka sendiri karena orang mempunyai gambaran yang berbeda-beda mengenai diri mereka.

d. Faktor Psikologis

Setelah diterangkan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pembelian yang meliputi kebudayaan, sosial, dan kepribadian, akan coba dijelaskan pula faktor lain yang mempengaruhi proses keputusan pembelian atau

22

William J. Stanton, Prinsip Pemasaran, Op.Cit., h.159

23

Ibid., h.162

24 Ibid.


(52)

40

konsumsi berupa kekuatan-kekuatan psikologis yang mempengaruhi seseorang

diantaranya adalah motivasi, persepsi, proses belajar, kepercayaan diri dan

sikap.25

Untuk memahami mengapa seseorang mempunyai perilaku tertentu, kita harus bertanya terlebih dahulu mengapa seseorang berbuat sesuatu. Tentunya sebab dia mempunyai motivasi. Artinya seluruh perilaku seseorang dimulai karena adanya motivasi. Motivasi ini menimbulkan kepuasaan terhadap kebutuhan seseorang yang berupaya mendorongnya berperilaku kearah tujuan tertentu dengan harapan tujuan ini akan memberinya kepuasan. Kebutuhan harus dirangsang sebelum menjadi motif. Sumber rangsangan itu dapat berasal dari dalam seperti rasa haus, atau dari lingkungannya seperti promosi yang dilakukan produsen. Setelah seseorang mempunyai motivasi barulah ia akan mengambil keputusan untuk berperilaku. Begitu beragamnya motivasi yang ada pada manusia, membuat para psikolog belum dapat mengklasifikasikannya. Namun demikian mereka telah menyetujui bahwa motif dapat dikelompokan menjadi dua

kategori umum yaitu kebutuhan biogenic dan psikogenic. Kebutuhan biogenic

yang dibutuhkan seperti kebutuhan akan makanan dan kenyamanan yang timbul dari keadaan fisiologis tertentu. Sedangkan kebutuhan psikogenic, yang

25


(53)

41

dibangunkan dan timbul dari keadaan pisiologis tertentu seperti kebutuhan akan diterima, dihargai, dan diakui dimasyarakat.26

Persepsi dapat diartikan sebagai proses dimana seseorang memilih,

mengorganisasikan, mengartikan masukan informasi untuk menciptakan suatu gambaran dari dunia ini.27 Setiap orang mempunyai persepsi yang berbeda untuk satu produk tertentu. Televisi misalnya, seorang anak memandang televisi sebagai sarana hiburan yang menyenangkan. Tapi si ibu menganggapnya sebagai salah satu cara untuk mengasuh anak dan sumber informasi. Si ayah memandangnya sebagai sebuah kemewahan. Untuk orang lain, televisi tidak berarti apa-apa karena ia tidak pernah masuk dalam persepsi mereka. Dengan demikian motif membangkitkan seseorang untuk bertindak dan persepsi menentukan arah tindakannya itu. motif membangunkan seseorang untuk mengkonsumsi dan persepsi menentukan arah konsumsinya.

Selain itu Faktor psikologis lain yang mempengaruhi daya beli adalah

proses belajar. Belajar merupakan perubahan dalam perilaku sesorang

disebabkan dari pengalaman-pengalaman masa lalunya.28 Pengalaman dapat

memberikan kesan yang tersimpan pada diri seseorang untuk dijadikan pelajaran dalam mengambil langkah konsumsi. Dengan pengalaman seseorang dapat

26

William J. Stanton, Prinsip Pemasaran, Op.Cit., h.127

27

Nugroho J. Setiadi, Perilaku Konsumen …, Op.Cit., h.15

28


(54)

42

menentukan arah perilaku beli karena sebelumnya dia pernah melakukan yang serupa. Barang atau produk dianggap baik atau buruk oleh seseorang karena orang tersebut sudah mengenal berdasarkan pengetahuan sebelumnya. Dengan itu seseorang akan mengambil sikap selanjutnya dan telah mempunyai persepsi terhadap barang yang akan dibeli.

Kepercayaan dan sikap merupakan faktor psikologis lain yang mampu

memberikan efek terhadap perilaku beli seseorang. Kepercayaan dan sikap saling mempengaruhi satu sama lain. keduanya merefleksikan pertimbangan nilai dan perasaan negatif atau positif terhadap suatu produk, jasa, dan merk. Sikap dan keyakinan merupakan daya yang kuat dan langsung mempengaruhi serta perilaku beli seorang konsumen. sikap dan keputusan beli seseorang mempunyai hubungan yang erat, khususnya dalam hal penyeleksian merk dan jenis produk. Sikap dapat dibentuk melalui pengalaman masa lalunya dengan belajar atau juga melalui hubungan dengan kelompok referensi mereka seperti keluarga, kelompok sosial, kerabata kerja dan lain sebagainya, ataupun dipengaruhi oleh ciri-ciri kepribadian mereka.

D. Seputar Bantuan Langsung Tunai (BLT)

Memasuki era reformasi, pemerintah kita telah berupaya merencanakan program-program untuk menciptakan masyarakat Indonesia yang lebih baik. Walaupun hingga saat ini hasil dari rencana itu masih jauh dari yang diharapkan. Pemerintah mencoba menggerakan partisipasi mayarakat supaya mereka berperan


(55)

43

lebih besar dalam kegiatan yang dilakukannya untuk mendukung kegiatan pembangunan nasional. Upaya itu dilakukan melaui kebijakan, peraturan, serta kegiatan pembangunan pemerintah yang diarahkan untuk menunjang, merangsang, dan membuka jalan bagi kegiatan pembangunan masyarakat. Dalam rangka ini berkembanglah suatu konsep pemberdayaan masyarakat yang pada hakikatnya untuk memampukan dan memandirikan masyarakat. Salah satu contoh dari konsep ini

adalah program JPS (Jaring Pengaman Sosial) yang pernah digulirkan pemerintah 6

tahun lalu dengan membagikan sejumlah dana kepada masyarakat miskin dengan maksud mengurangi dampak negatif terhadap rakyat miskin.

Kini muncul pula program yang sama dengan konsep sebelumnya yang disebut dengan program Bantuan Langsung Tunai (BLT), sebagai kompensasi dari kenaikan harga Bahan Bakar Minyak yang diberikan kepada masyarakat yang tergolong miskin. Program ini dilaksanakan berdasarkan instruksi presiden Republik Indonesia Nomor 12 tahun 2005 tentang pelaksanaan Bantuan Langsung Tunai (BLT) kepada rumah tangga miskin yang diinstruksikan kepada para menteri terkait, Jaksa Agung, panglima TNI, Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia, para gubernur, bupati, kepala BPS, dan kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. Mereka diberikan tugas untuk mengkoordinasikan segala sesuatu yang mendukung kelancaran pelaksanaan Bantuan Langsung Tunai (BLT).

Bantuan Langsung Tunai (BLT) atau yang juga sering disebut sebagai Subsidi Langsung Tunai (SLT) adalah sejumlah uang yang diberikan oleh pemerintah


(56)

44

kepada rumah tangga yang tergolong miskin sebagai kompensasi pengurangan

subsidi Bahan Bakar Minyak.29

Pelaksanaan pencairan Bantuan Langsung Tunai (BLT) disalurkan melalui kantor pos terdekat yang mana jadwal dan tempat pengambilan akan diumumkan oleh kantor pos tersebut. Program ini dimulai tanggal 1 Oktober 2005 untuk tahap I yaitu bulan Oktober, November, dan Desember 2005. Tahap II sampai dengan tahap IV dimulai bulan Januari sampai dengan September 2006. Untuk daerah yang sulit terjangkau, kantor pos akan mengantarkan Bantuan Langsung Tunai (BLT) dengan tempat dan jadwal yang akan dumumkan kemudian atau akan dibagikan langsung oleh aparat desa setempat.

Pada saat pengambilan Bantuan Langsung Tunai (BLT), keluarga miskin harus membawa Kartu Kompensasi Bahan Bakar Minyak (KKBBM). Dalam KKBBM terdapat 4 kupon untuk pengambilan Bntuan Langsung Tunai (BLT). Pada saat pengambilan, tidak boleh dilakukan perkelompok atau diwakilkan pada orang lain. Masyarakat penerima Bantuan Langsung Tunai (BLT) dianjurkan untuk tidak mewakilkan pengambilan Bantuan Langsung Tunai (BLT) pada orang lain. Hal ini perlu diperhatikan agar pihak lain tidak meminta imbalan sebagai jasa pengambilan. Dengan demikian pemilik KKBBM dapat menikmati bantuan tersebut secara utuh. Selain itu, jika terdapat seseorang atau pihak-pihak yang berusaha meminta pungutan biaya untuk Bantuan Langsung Tunai (BLT), masyarakat harus menolaknya. Setiap

29


(57)

45

penerima Bantuan Langsung Tunai (BLT) wajib menjaga dan menyipan KKBBM dengan baik, sebab kartu tersebut hanya diberikan satu kali. Kehilangan kartu adalah tanggung jawab setiap pemilik KKBBM. Jika terjadi kehilangan pemerintah tidak melakukan penggantian. Apabila terjadi pelanggaran atau penyimpangan yang berhubungan dengan Bantuan Langsung Tunai (BLT) dapat diadukan dengan mengisi lembar pengaduan di kantor pos.

E. Kriteria Rumah Tangga Penerima Bantuan Langsung Tunai (BLT)

Sebelum mengetahui kriteria rumah tangga yang menerima Bantuan Langsung Tunai (BLT), perlu diketahui juga beberap konsep definisi yang dijadikan pemerintah untuk mengukur layak tidaknya seseorang menerima bantuan tersebut. Konsep definisi itu mencakup :

1. Anggota rumah tangga adalah semua orang yang biasanya bertempat tinggal

disuatu rumah tangga.

2. Luas lantai adalah jumlah luas dari seluruh lantai yang digunakan untuk

keperluan sehari-hari termasuk luas lantai setiap tingkat bila ada, tidak termasuk kandang ternak.

3. Fasilitas tempat buang air besar adalah ketersediaaan jamban/kakus yang hanya

digunakan oleh rumah tangga yang bersangkutan.

4. Sumur atau mata air terlindung bila air bekas tidak meresap/kembali ke sumur


(58)

46

5. Makan yang dimaksud adalah makan nasi (atau bahan pokok lainnya) ditambah

lauk dengan porsi yang dianggap cukup bagi setiap anggota rumah tangga untuk melakukan aktivitas normal sehari-hari.

6. Satu stel pakaian baru adalah kemeja dengan lengan panjang/pendek atau sarung

untuk laki-laki, rok dan baju atas/blouse atau baju terusan untuk wanita. Tidak termasuk pakaian dalam, pakaian seragam, dan pakaian olahraga.

7. Lapangan pekerjaan kepala rumah tangga adalah bidang kegiatan (sektor) dari

tempat kerja rumah tangga.

8. Pendidikan tertinggi yang ditamatkan adalah pendidikan tertinggi yang dicapai

seseorang dengan mendapat tanda kelulusan (ijazah).

9. Mengikuti program KB adalah jika wanita kawin usia 10-49 tahun dan atau

pasangannya memakai alat/cara kontrasepsi untuk mencagah kehamilan.

10.Kredit usaha (seperti UKM/UMKM) adalah pinjaman modal usaha untuk usaha

mikro, kecil (usaha rumah tangga) dan usaha menengah. 30

Adapun yang menjadi kriteria rumah tangga penerima Bantuan Langsung Tunai (BLT) adalah :

1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m2 per orang.

30

Badan Pusat Statistik, “Pendataan Sosial Ekonomi Penduduk 2005”, (Jakarta : BPS,2005) t.d


(59)

47

2. Jenis lantai bangunan tempat tinggal dari tanah/bambu/kayu murahan.

3. Jenis dinding bangunan tempat tinggal dari bambu/rumbia/kayu berkualitas

rendah/tembok tanpa plester.

4. Tidak punya fasilitas tempat buang air besar atau digunakan secara

bersama-sama.

5. Sumber penerangan rumah tangga bukan listrik.

6. Sumber air minum dari sumur/mata air terlindungi/sungai/air hujan.

7. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari dari kayu bakar/arang/minyak tanah.

8. Tidak pernah mengkonsumsi daging/susu/ayam perminggu atau hanya satu kali

seminggu.

9. Tidak pernah membeli pakaian baru untuk setiap anggota rumah tangga dalam

setahun atau hanya membeli satu stel dalam setahun.

10.Makan dalam sehari hanya satu kali/dua kali makan untuk setiap anggota rumah

tangga.

11.Tidak mampu membayar untuk berobat ke puskesmas/poliklinik.

12.Lapangan pekerjaaan untuk kepala rumah tangga sebagai petani dengan lahan <


(60)

48

lainnya dengan pendapatan dibawah Rp. 600.000,- per bulan (dibawah Rp. 150.000,- perkapita per bulan).

13.Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga tidak sekolah/tidak tamat SD/hanya

SD.

14.Tidak mempunyai tabungan atau barang yang mudah dijual denga minimal Rp.

500.000,- seperti sepeda motor (kredit/non kredit), seperti beras, ternak, kapal motor, atau barang modal lainnya.31

31

Tim Koordinasi Pelaksanaan Program Bantuan Langsung Tunai, “Pencocokan Penelitian dan Pendataan susulan/Verifikasi Rumah Tangga Miskin”, (Jakarta: BPS, 2005)hal.5, t.d.


(1)

96

mereka juga naik 129,87%, dari Rp. 3.850 menjadi Rp. 8.850. Sedangkan untuk perilaku konsumsi makan, pendidikan dan kesehatan, walaupun mengalami kenaikan tetapi kenaikan itu tidak sebesar pada konsumsi zakat, sedekah/infak. Perilaku konsumsi makan naik sebesar 20,81%, dari Rp. 195.000 menjadi Rp. 246.250. Konsumsi pendidikan mengalami kenaikan 50,83%, dari Rp. 60.000 menjadi Rp. 90.500. Sementara itu perilaku konsumsi kesehatan juga meningkat sebesar 54,38%, dari Rp. 26.800 menjadi Rp. 41.375.

Konsumsi yang dilakukan masyarakat muslim kelurahan Pamulang Timur mengalami perubahan setelah mendapatkan Bantuan Langsung Tunai (BLT), menurut perhitungan statistik bantuan tersebut mempunyai pengaruh yang positif signifikan terhadap perilaku konsumsi. Yang berarti ada pengaruh yang disebabkan oleh bantuan tersebut terhadap perilaku konsumsi masyarakat muslim kelurahan Pamulang Timur, yaitu ada perbedaan yang signifikan perilaku konsumsi masyarakat antara sebelum dengan sesudah menerima Bantuan Langsung Tunai (BLT).


(2)

BAB V PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian, maka penulis dapat memberikan kesimpulan sebagai berikut :

1. Karakteristik masyarakat muslim kelurahan Pamulang Timur penerima Bantuan Langsung Tunai (BLT) merupakan masyarakat yang cukup taat dalam menjalankan perintah agama Islam, Dalam konsumsi yang dilakukan masyarakat muslim kelurahan Pamulang Timur penerima Bantuan Langsung Tunai (BLT), ajaran Islam tentang hal ini cukup mendapat perhatian oleh sebagian besar masyarakat. Masyarakat muslim Kelurahan Pamulang Timur dapat memperlihatkan diri bahwa kekurang mampuan dalam ekonomi bukan berarti harus memenuhinya dengan jalan yang tidak mencerminkan ajaran Islam.

2. Terdapat hubungan positif signifikan antara Bantuan Langsung Tunai (BLT) dengan perilaku konsumsi makan masyarakat muslim kelurahan Pamulang Timur, dengan demikian ada perbedaan perilaku konsumsi makan masyarakat muslim antara sebelum dan sesudah menerima Bantuan Langsung Tunai (BLT). 3. Untuk konsumsi pendidikan juga terdapat hubungan yang positif signifikan

yang dipengaruhi adanya Bantuan Langsung Tunai (BLT), hal ini berarti ada


(3)

98

perbedaan perilaku konsumsi yang dilakukan masyarakat muslim antara sebelum dengan sesudah adanya bantuan tersebut.

4. Tidak berbeda dengan konsumsi makan dan pendidikan, pada konsumsi kesehatan juga mengalami perubahan yang sama yang dipengaruhi adanya Bantuan Langsung Tunai (BLT). Hubungan positif signifikan masih terjadi yang mengakibatkan adanya perbedaan perilaku konsumsi sebelum dan sesudah konsumsi.

5. Adanya Bantuan Langsung Tunai juga berimbas pada pola konumsi untuk mengeluarkan zakat yang dilakukan masyarakat muslim. Adanya bantuan tersebut berpengaruh positif signifikan sehingga pola konsumsi zakat masyarakat muslim mengalami perubahan antara sebelum dengan sesudahnya. 6. Hal serupa juga terjadi pada perilaku untuk mengeluarkan sedekah/infak. Ada

perbedaan perilaku antara konsumsi sebelum penerimaan Bantuan Langsung Tunai (BLT) dengan konsumsi sesudah penerimaan Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang berarti terdapat hubungan positif signifikan.

B. Saran

Setelah penulis memaparkan kesimpulan tentang pembahasan yang diteliti, maka terakhir penulis memberikan saran-saran sebagai berikut :

1. Masyarakat muslim Kelurahan Pamulang Timur penerima Bantuan Langsung Tunai (BLT) dapat meningkatkan nilai-nilai Islam yang lebih mendalam dalam setiap langkah ekonomi dan aktivitas yang mereka lakukan.


(4)

99

2. Masyarakat muslim Kelurahan Pamulang Timur penerima Bantuan Langsung Tunai (BLT) mampu memanfaatkan bantuan tersebut sesuai dengan ajaran yang telah ditetapkan Islam yaitu keseimbangan kebutuhan jasmani dan rohani.

3. Pemerintah Kelurahan Pamulang Timur dapat memberikan bimbingan dan pengarahan kepada warganya agar senantiasa mampu memanfaatkan dana Bantuan Langsung Tunai (BLT) dengan sebaik-baiknya.

4. Bantuan Langsung Tunai (BLT) sebagai upaya mengurangi beban hidup warga masyarakat kurang mampu diharapkan mempunyai hasil yang positif sebagaimana tujuan yang seharusnya, oleh karena itu peran serta masyarakat dan pemerintah Kelurahan Pamulang Timur dituntut lebih aktif dan serius dalam menangani masalah ini.

5. Perlu adanya pengkajian-pengkajian yang lebih mendalam secara kontinyuitas tentang perilaku konsumsi islami dengan Bantuan Langsung Tunai (BLT). Sehingga diharapkan dengan adanya bantuan tersebut benar-benar mampu memberikan efek positif terhadap pola konumsi yang sesuai dengan ajaran Islam.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an dan terjemahannya. Jakarta : Departemen Agama RI, 1987

Alhusin, Syahri, MS., Drs., Aplikasi Statistik Praktik dengan SPSS.10 for Windows, Yogyakarta, J & J Learning, ed.1,cet.ke1, 2002.

Alkaaf, Abdullah Zaky, Ekonomi dalam Persfektif Islam, Bandung, Pustaka Setia, 2002.

Arikunto, Suharsini, Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta, PT. Rineka Cipta, ed. 4, cet.ke 12, 2002.

As-Sadr, Sayyid Muhammad Baqir, Keunggulan Ekonomi Islam, Jakarta, Pustaka Zahra, 2002.

Badan Pusat Statistik, Pendataan Sosial Ekonomi Penduduk 2005, Jakarta, BPS, 2005.

Bukhari, al, Abi Abdullah Muhammad, bin Ismail, bin Ibrahim, Shahih al-Bukhari, Kairo, Majlisul A’la Lissuunil Islamiyah, Jilid 1, 1991.

Chapra, Umer, Islam dan Pembangunan Ekonomi, Jakarta, Gema Insani Press, 2000. ---, Al-Qur’an Menuju Sistem Moneter yang Adil, Yogyakarta, Dana

Bhakti Prima Yasa, 1997.

---, Islam dan Tantangan Ekonomi, Surabaya, Risalah Gusti, 1999.

Irianto, Agus, Statistik Konsep Dasar dan Aplikasinya, Jakarta, Prenada Media, 2004. Karim, Adiwarman, Ekonomi Makro Islami, Jakarta, IIIT Indonesia, 2002.

Kelana, Said, Teori ekonomi Mikr, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 1996.

Mannan, Muhammad Abdul, Teori dan Praktek Ekonomi Islam, Yogyakarta, Dana Bhakti Prima Yasa, 1997.

Mauludi, AC., MA., Statistika 1: Penelitian Ekonomi Islam dan Sosial, Jakarta, PT. Prima Heza Lestari, 2006.


(6)

101

Muslehuddin, Muhammad, Wacana Baru Manajemen dan Ekonomi Islam, Yogyakarta, IRCiSoD, 2004.

Qardhawi, Yusuf, Dr., Norma dan Etika Konsumsi Islam, Jakarta, Gema Insani Press, 2000.

---, Peran Nilai dan Moral dalam Perekonomian Islam, Jakarta, Rabbani Press, 1995.

Rahardja, Pratama dan Mandala Manurung, Teori Ekonomi Mikro Suatu Pengantar, Jakarta, LP FEUI, Edisi Revisi, 2002.

Schiffman, Leon G. dan Leslie Lazar Kanuk, Perilaku Konsumen, Jakarta, Indeks, 2004.

Setiadi, Nugroho J., SE.,MM., Perilaku Konsumen : Konsep dan Implikasi untuk Strategi dan Penelitian Pemasaran, Jakarta, Prenada Media, 2003.

Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survey, yogyakarta, LP3ES, ed. revisi, 1989.

Supriyatino, Eko, Ekonomi Islam Pendekatan Ekonomi Makro Islam dan Konvensional, Jogjakarta, Graha Ilmu, 2005.

Suryono, Prof., Dr., Statistika untuk Penelitian, Bandung, Alfabeta, Cet.ke 7, 2005. Tim Koordinasi Pelaksanaan Program Bantuan Langsung Tunai, Pencocokan

Penelitaian dan Pendataan susulan/Verifikasi Rumah Tangga Miskin, Jakarta, BPS, 2005.

Umar, Husein, Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen, Jakarta, PT. Gramedia, 2000.

Winardi, SE., Dr., Kamus Ekonomi (Inggris-Indonesia), Bandung, Alumni, 1986.