PERUBAHAN KONSEP SISWA SD TENTANG CAHAYA MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN METODE DEMONSTRASI Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika

  

PERUBAHAN KONSEP SISWA SD TENTANG CAHAYA

MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN METODE

DEMONSTRASI

Skripsi

  

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

  

Oleh:

FRANSISCA DESY LEISTYAS MARTSUCI

NIM : 011424019

  

PROGAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2008

  

PERUBAHAN KONSEP SISWA SD TENTANG CAHAYA MELALUI

PEMBELAJARAN DENGAN METODE DEMONSTRASI

Skripsi

  

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

  

Oleh:

FRANSISCA DESY LEISTYAS MARTSUCI

NIM : 011424019

  

PROGAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2008

  

“ Mintalah, maka kamu akan menerima; carilah, maka kamu akan

mendapat; ketuklah, maka pintu akan dibuka bagi kamu “

( Matius 7 : 7 )

  karya ini aku persembahkan, untuk Tuhan Yesus dan Bunda Maria di Surga, Bapak dan Ibu ( P. Sukir Triyanto dan V. Sri Lestari )Tercinta, Kakakku ( Mbak Evi dan Suaminya Mas Nardi ), Kedua Adikku ( Frater Yudo dan Dik Cesar ) Tersayang, Suamiku dan Malaikat kecilku ( Mas Parno dan Pelangi ) Tercinta, Love You All, God Bless

  

ABSTRAK

Fransisca Desy Leistyas Martsuci, Perubahan Konsep Siswa SD Tentang Cahaya Melalui Pembelajaran Dengan Metode Demonstrasi. Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata

Dharma, Yogyakarta ( 2008 )

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsep siswa tentang cahaya dan perubahan konsep tentang cahaya setelah mengikuti pembelajaran dengan metode demonstrasi.

  Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Prambanan, Klaten. Subyek penelitian siswa – siswi kelas V yang berjumlah 39 siswa. Penelitian ini dilaksanakan selama bulan Maret – Juni 2008.

  Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis yang terdiri dari pretes dan postes, rancangan pembelajaran, dan pertanyaan wawancara. Rancangan pembelajaran disusun berdasarkan data pretes dan wawancara 1. Wawancara dilakukan untuk mengetahui konsep partisipan secara lebih mendalam.

  Hasil penelitian menunjukkan konsep partisipan tentang cahaya adalah mengalami konsep yang salah pada konsep proses pemantulan cahaya dan pada konsep cahaya menembus benda bening, sederhana pada konsep cahaya merambat lurus. Melalui pembelajaran dengan metode demonstrasi, konsep yang sederhana menjadi berkembang dan konsep yang salah dapat diperbaiki. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa situasi pelaksanaan kegiatan belajar mengajar berpengaruh terhadap keberhasilan kegiatan belajar mengajar.

  

ABSTRACT

Fransisca Desy Leistyas Martsuci, Conceptual Change About Light Using Demonstration Method at Student’s of Elementary School. Physics education Program, Department of Mathematics and Science

Education, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University,

Yogyakarta (2008).

  The goals of the research were to find out the student’s concept about light and their change in concept about light after they studied using demonstration method.

  rd

  The research was held in the 5 grade of SD Negeri 1 Prambanan. Klaten. The

  

rd

  subjects of the research were student’s of 5 grade, which consisted of 39 student’s. The research had been held from March until June 2008.

  There were three instruments which were used in this research. They were: written test consist of pretest and posttest, lesson plan and interview scene. The lesson plan was constructed based of the data from pretest and interview 1. The interview was done to find out the participants concepts.

  The results of the research showed the participants concepts abaout light. They were false concept in reflection light process concept and light comes out purification matter concept, rather simple in light spread straight concept. Using demonstration method simple concept was elaborated better and false concept was fixed. This research also showed that the situation of research implementation influenced of learning teaching activities.

  KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kasih atas karunia dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul :

  “Perubahan Konsep Siswa SD Tentang Cahaya Melalui Pembelajaran Dengan Metode Demonstrasi”.

  Penulisan skripsi ini merupakan tugas akhir sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di FPMIPA Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penelitian ini dapat diselesaikan berkat bantuan, dukungan, saran – saran dan gagasan – gagasan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis dengan segala kerendahan hati mengucapkan terimakasih kepada :

  1. Drs. T. Sarkim, M.Ed, Ph.D, selaku dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu dan penuh kesabaran membimbing dan membantu penyelesaian skripsi ini.

  2. Semua Dosen Pendidikan Fisika yang telah memberikan ilmu, nasehat, dukungan dan motivasi bagi penulis.

  3. Bapak Saridjo, A.ma.Pd selaku Kepala Sekolah SD Negeri 1 Prambanan yang telah berkenan memberikan ijin penelitian.

  4. Ibu Sumiyati selaku guru kelas V SD Negeri 1 Prambanan yang berkenan memberikan waktunya agar penulis melaksanakan penelitian di kelas V.

  5. Siswa – siswi kelas V SD Negeri Prambanan, selaku partisipan yang mau bekerjasama dengan penulis selama penelitian.

  6. Bapak dan Ibu ( P. Sukir Triyanto dan V. Sri Lestari ), Kakakku ( Mbak Evi ), Kedua Adikku ( Frater Yudo dan Dik Cesar ) yang selalu memberikan dukungan, doa, dan semangat sehingga skripsi dapat selesai.

  7. Suamiku dan Malaikat kecilku ( Mas Parno dan Pelangi ) yang tak pernah berhenti

  memberikan doa, semangat dan selalu memberikan warna hidup bagi penulis sehingga penulis berhasil menyelesaikan skripsi ini. Thanks for your love.

  8. Temen – temen angkatan 2001 yang masih tersisa ( Ida, Tyas, Sri, ), Ayo terus

  berjuang…..!!!

  Semoga hasil penelitian ini bisa memberikan sumbangan dan manfaat bagi perkembangan pendidikan dan ilmu pengetahuan. Penulis menyadari skripsi ini jauh dari sempurna. Kritik dan saran yang membangun untuk penyempurnaan tulisan ini sangat diharapkan dan diterima penulis dangan senang hati.

  Penulis

  DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL………………………………………………………………….……i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING…………………………………………...ii HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………………………......iii HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN…………………………………………..iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA…………………………………………………...v ABSTRAK………………………………………………………………………………...vi ABSTRACT……………………………………………………………………………....vii KATA PENGANTAR…………………………………………………………………....viii DAFTAR ISI……………………………………………………………………………....x DAFTAR TABEL………………………………………………………………………..xii DAFTAR GAMBAR…………………………………………………….………......…..xiii DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………………..xiv

  BAB I : PENDAHULUAN………………………………………………………… ..….1 A. Latar Belakang Masalah……………………………………………………......1 B. Landasan teori…………………………………………………………....…......2

  1. Filsafat konstruktivisme………………………………………………............2

  2. Konsep dan Pemahaman konsep……………………………………...……....2

  3. Perubahan Konsep…………………………………………………….............6

  4. Metode Demonstrasi……………………………………………….................11

  5. Karakteristik Siswa Kelas V……………………………………………….....14

  6. Uraian Materi Tentang Cahaya…………………………………………….....15

  C. Rumusan Masalah…………………………………………………….…….…..17

  D. Tujuan Penelitian…………………………………………………………….....18

  E. Manfaat Penelitian………………………………………………………….......18

  BAB II : METODOLOGI PENELITIAN…………………………………..……. …….20 A. Jenis Penelitian…………………………………………………………….........20 B. Waktu dan Tempat Penelitian……………………………………………..........20 C. Subyek Penelitian………………………………………………………..….......20

  E. Instrumen Penelitian……………………………………………………..……...21

  F. Desain Penelitian…………………………………………………...……....…...23

  G. Metode Analisis Data…………………………………………………….……..24

  BAB III : DATA DAN PEMBAHASAN……………………………………….………..26 A. Pelaksanaan Penelitian……………………………………………….………...26 B. Data Pretes dan Wawancara 1 serta Pembahasan…………………….…….….27 C. Pelaksanaan Pembelajaran…………………………………………….………..42 D. Data Postes dan Wawancara II serta Pembahasan…………………….……….53 E. Refleksi Pembelajaran……………………………………………….…………63 BAB IV : KESIMPULAN SARAN…………………………………………….………...65 A. Kesimpulan………………………………………………………………..…....65 B. Saran……………………………………………………………………....……66 DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………..………67 LAMPIRAN………………………………………………………………………..……..68

  DAFTAR TABEL

  1. Tabel 2.1 Kegiatan Penelitian………………………………………..…….....23

  2. Tabel 3.1 Kegiatan dan Waktu Penelitian…………………………..….….....26

  3. Tabel 3.2 Nilai Pretes Siswa………………………………………..…….…..28

  4. Tabel 3.3 Nilai Postes Siswa………………………………………..…....…..54

  5. Tabel 3.4 Rangkuman Konsep Siswa………………………………..…….....62

  DAFTAR GAMBAR

  1. Gambar 3.1 Gambar yang dibuat siswa saat pretes……………………………..….31

  2. Gambar 3.2 Gambar yang dibuat siswa no 02……………………………………...32

  3. Gambar 3.3 Gambar yang dibuat siswa no 07………………………………….......35

  4. Gambar 3.4 Pola Periskop……..……………………………………….……....…..45

  5. Gambar 3.5 Siswa sedang melihat benda dengan periskop…………………..….....47

  6. Gambar 3.6 Siswa menggunakan periskop dibalik tembok……………….….........48

  7. Gambar 3.7 Siswa sedang menggunakan lup……………………………….…...…50

  8. Gambar 3.8 Siswa membaca buku dengan bohlam yang diisi pasir……..…….…...53

  9. Gambar 3.9 Gambar soal postes no 1………………………………………....……57

  DAFTAR LAMPIRAN

  1. Soal pretes…………………………………………………..…..……….….….69

  2. Soal postes……………………………………………………….............…….71

  3. Transkip Wawancara I………………………………………….....……….......72

  4. Transkip Wawancara II……………………………………………..…...……..83

  5. Rancangan Pembelajaran…………………………………………..……..……88

  6. Perijinan………………………………………………………………….…….98

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut teori konstruktivisme pengetahuan seseorang merupakan bentukan (konstruksi) orang itu sendiri. Pengetahuan itu dapat diperoleh melalui pengalaman baik dari peristiwa alam ataupun buatan. Pengetahuan awal seseorang dapat berubah setelah mengalami pengalaman tersebut. Sehingga pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang menjadi lebih lengkap dan luas.

  Seorang siswa akan mengubah konsep (pengetahuan) yang dimilikinya jika terjadi ketidakseimbangan dalam pikiran mereka setelah mempelajari konsep tersebut (Suparno, 1997). Konsep baru yang muncul setelah mengalami suatu pengalaman tersebut akan menambah dan memperluas pengetahuan mereka. Ada beberapa metode pembelajaran sains yang dapat membantu proses perubahan konsep salah satunya adalah dengan metode demonstrasi. Proses perubahan konsep dapat dikembangkan melalui pembelajaran sains dengan berbantuan media, karena dengan adanya media siswa ditunjukkan langsung dan dirangsang agar lebih berminat mencari dan melibatkan diri secara aktif untuk mengobservasi, menganalisis sampai mengambil kesimpulan. Saat ini jarang sekali guru SD yang melibatkan siswa dalam pembelajaran sains dengan menerapkan metode demonstrasi.

  Berdasarkan hal tersebut di atas maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang terjadinya perubahan konsep pada siswa SD dengan B. Landasan Teori

  1. Filsafat konstruktivisme Menurut teori konstruktivisme, pengetahuan seseorang merupakan bentukan (konstruksi) orang itu sendiri melalui pengalaman, maka pengalaman itu tidak dapat ditransfer dari orang yang satu ke orang yang lain. Misalnya dalam kegiatan belajar mengajar pengetahuan seorang guru pada siswanya, apabila siswanya ingin memiliki pengetahuan dari guru maka siswa tersebut harus mengkonstruksinya sendiri sesuai dengan pengalaman yang mendukung pengetahuan tersebut. Di sini siswa dituntut untuk dapat aktif dalam mengolah bahan, bertanya secara aktif dan mencerna bahan secara kritis. Bahkan kegiatan siswa secara pribadi dalam mengoalah bahan, mengerjakan soal, membuat kesimpulan dan merumuskan suatu rumusan dengan kata – kata sendiri adalah kegiatan yang sangat diperlukan agar siswa sungguh membangun pengetahuan. Tugas guru adalah menyediakan alat – alat dan mendorong agar siswa aktif, sehingga siswa memiliki pengetahuan dari hasil konstruksinya sendiri (Suparno, 1997:143).

  2. Konsep Menurut teori konstruktivisme, belajar merupakan suatu proses perkembangan maksudnya adalah belajar untuk memperoleh dan menemukan struktur yang lebih umum yang dapat digunakan pada bermacam – macam situasi. Belajar juga merupakan proses mengasimilasi dan menghubungkan pengalaman atau bahan yang dipelajari dengan pengertian yang sudah dipunyai seseorang sehingga pengertiannya dikembangkan. Proses tersebut yang telah diketahui si pelajar, konsep – konsep, tujuan dan motivasi yang mempengaruhi interaksi dengan bahan yang telah dipalajari (Suparno, 1997 : 61).

  Dengan kata lain dapat dikatakan kegiatan belajar adalah kegiatan yang aktif, dimana pelajar membangun sendiri pengetahuannya. Siswa mencari arti sendiri dari yang mereka pelajari. Ini merupakan proses menyesuaikan konsep dan ide – ide baru dengan kerangka berpikir yang telah ada dalam pikiran mereka. Konsep adalah segala sesuatu yang sudah ada mengenai benda – benda, gejala

  • – gejala atau peristiwa – peristiwa, kondisi – kondisi dan ciri – ciri yang menjadi obyek dalam proses belajar mengajar fisika, penelitian, dan penerapannya dalam berbagai kepentingan. Untuk menangkap makna dalam konsep yang diperoleh melalui jalan membuat generalisasi data – data dan peristiwa – peristiwa khusus (Kartika, 1990 : 39).

  Neil Bolton (Kartika 1990 : 39) membagi 3 kelompok klasifikasi konsep – konsep yaitu konsep fisis, konsep logika matematis, konsep filosofis. Konsep fisis adalah konsep yang mengacu pada obyek, sifat yang mengacu pada obyek, proses yang terjadi pada obyek, relasi antara konsep yang satu dengan yang lain. Dalam konsep fisis dapat dibedakan antara konsep obyek dan konsep proses. Konsep yang mengacu pada suatu obyek baik yang konkret maupun yang abstrak dan yang mengacu pada atribut yang menyatu pada obyek disebut konsep obyek. Konsep proses adalah konsep yang mengacu pasa proses yaitu dapat berupa proses dari suatu obyek atau hubungan (pada

  Dalam proses belajar di sekolah ada hal penting bagi siswa adalah kemampuan untuk memahami hal yang dipelajari. Tugas guru sebagai mediator dan fasilisator harus dapat membimbing dan menekankan pada pemahaman tersebut. Pemahaman merupakan salah satu aspek kognitif dalam pelaksanaan kegiatan belajar. Aspek ini merupakan aspek yang sangat penting pada pelaksanaan kegiatan belajar mengajar karena menjadi aspek yang paling menonjol atau yang paling ditonjolkan.

  Dalam kegiatan belajar mengajar, pertama – tama yang ingin dicapai adalah memahami atau mengerti yang dipelajari. Untuk dapat mengetahui bahwa seorang siswa memahami suatu konsep maka diperlukan kriteria atau indikator – indikator. Menurut Kartika Budi (1992 : 114) kriteria atau indikator – indikator yang menunjukkan pemahaman seorang siswa akan suatu konsep antara lain : (1) dapat menyatakan pengertian konsep dalam bentuk definisi menggunakan kalimat sendiri; (2) dapat menjelaskan makna dari konsep bersangkutan kepada orang lain; (3) dapat menganalisis hubungan antara konsep dalam suatu hukum; (4) dapat menerapkan konsep untuk (a) menganalisis dan menjelaskan gejala – gejala alam khusus, (b) untuk memecahkan masalah fisika baik secara teoritis maupun praktis, (c) memprediksi kemungkinan – kemungkinan yang bakal terjadi pada suatu sistem bila kondisi tertentu dipenuhi; (5) dapat mempelajari konsep lain yang berkaitan dengan lebih cepat; (6) berkaitan; (7) dapat membedakan konsepsi yang benar dengan konsepsi yang salah. Berdasarkan kriteria atau indikator – indikator tersebut, seorang guru dapat mengetahui siswa dalam kegiatan pembelajaran apakah mengalami perubahan konsep baik yang memperluas konsep maupun membetulkan konsep yang salah. Maka bertambahnya konsep yang diketahui dan dipahami, dan sekaligus semakin tepat konsep dimengerti siswa, maka mereka benar – benar menguasai bidang. Beberapa cara yang digunakan untuk mengungkap pemahaman seseorang adalah sebagai berikut : b. Tes Tertulis

  Dalam tes ini siswa diminta untuk menjawab pertanyaan dalam bentuk menguraikan, menjelaskan, mendiskusikan, membandingkan, memberikan alasan, dan bentuk lain yang sejenis sesuai dengan tuntutan pertanyaan dengan menggunakan kata – kata atau bahasa sendiri ( Sudjana., 1992 ). Tes tertulis dengan pertanyaan mengenai konsep dapat membuat siswa menjelaskan konsep tersebut dengan kata – kata sendiri.

  Dari tes tertulis ini akan dapat diketahui pemahaman siswa mengenai konsep tersebut. Apabila terjadi salah konsep dan prubahan konsep guru dapat melakukan wawancara untuk mengetahui dari mana hal itu bisa terjadi.

  Tes Pilihan Ganda Tes pilihan ganda digunakan untuk mempermudah dan mempercepat penilaian serta lebih obyektif, karena hanya terdapat diikuti oleh beberapa pilihan jawaban yang merupakan jawaban atau kelengkapan pokok soal (Subiyanto, 1988) c. Wawancara

  Wawancara merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui pendapat, aspirasi, harapan, dan prestasi belajar siswa dengan mengajukan pertanyaan secara lisan (Sudjana, 1992). Melalui wawancara tersebut akan diketahui pemahaman yang dimiliki siswa mengenai konsep tertentu dan hubungannya dengan konsep yang lain. Siswa juga dapat menjelaskan alasan dari pemahaman konsep tersebut. Sehingga apabila terjadi salah konsep atau perubahan konsep dapat terdeteksi dengan jelas.

  Melalui cara – cara tersebut akan mudah dalam mengetahui pemahaman yang telah dimiliki siswa selama proses pembelajaran. Dalam prakteknya, sering digunakan beberapa cara untuk mengungkapkan pemahaman agar diperoleh hasil yang maksimal.

  2.2 Perubahan Konsep Tujuan dari penelitian ini adalah menyelidiki perubahan konsep yang terjadi pada siswa melalui pembelajaran dengan menerapkan metode demonstrasi. Siswa yang membangun konsep baru melalui proses asimilasi dan akomodasi skema mereka. Menurut Suparno (1997; 30) skema adalah suatu struktur mental seseorang dimana ia secara intelektual beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Melalui hubungan dengan pengalaman baru, skema dapat dikembangkan atau diubah yaitu dengan asimilasi dan akomodasi.

  Salah satu bentuk proses perubahan konsep adalah asimilasi. Asimilasi terjadi jika siswa masih dapat menggunakan skema – skema lamanya terhadap situasi baru atau pengalaman baru yanbg bersifat lebih luas. Asimilasi tidak menyebabkan perubahan atau pergantian skema, melainkan memperkembangkan skema. Bentuk perubahan konsep yang lain adalah akomodasi. Akomodasi terjadi jika siswa tidak dapat lagi menggunakan skema – skema lamanya dalam menghadapi situasi atau pengalaman baru., sehingga orang tersebut harus mengubah skema lamanya yang telah dimiliki. Skema siswa dibentuk dengan pengalaman sepanjang waktu. Skema menunjukkan tingkat pengertian dan pengetahuan siswa tentang dunia sekelilingnya. Hal ini diungkapkan oleh Suparno (1997:31). Posner ( seperti yang ditulis dalam Suparno, 1997:50) menyebutkan beberapa kondisi yang memungkinkan terjadinya proses perubahan konsep baik proses asimilasi maupun proses akomodasi adalah sebagai berikut : 1) Harus ada ketidakpuasan dengan konsep yang telah ada. Siswa mengubah konsepnya jika mereka yakin bahwa konsep mereka yang lama tidak dapat digunakan lagi untuk menelaah situasi, pengalaman dan gejala baru.

  2) Konsep yang baru harus dapat dimengerti, rasional, dan dapat memecahkan persoalan atau fenomena yang baru.

  3) Konsep yang baru harus masuk akal, yaitu mempunyai kemampuan dan konsisten dengan teori – teori dan pengetahuan lain atau dengan pengalaman yang lama.

  4) Konsep baru harus berdaya guna, berguna bagi riset dan punya kemampuan untuk dikembangkan dan membuka penemuan baru.

  Menurut Dyksra ( Seperti yang ditulis dalam Suparno,1997:52) ada dua perubahan konsep yang dapat terjadi, yaitu perubahan konsep lemah dan perubahan konsep kuat. Perubahan konsep lemah terjadi apabila terjadi siswa hanya memperluas konsep yang telah ada. Perubahan konsep kuat terjadi siswa mengganti konsep yang ada dengan konsep baru.

  a) Proses perluasan konsep Beberapa cara untuk membantu siswa menambah konsep yang telah mereka miliki anatara lain :

  1) Memberi informasi baru yang belum pernah diketahui oleh siswa.

  Salah satu cara dalam pembarian informasi baru ini adalah guru menjelaskan konsep yang baru sesuai dengan urutan kurikulum yang telah direncanakan. 2) Siswa diberi bahan dan diajak untuk mempelajari sendiri bahan itu sehingga konsepnya bertambah. Guru harus memberi pengarahan dalam proses ini. 3) Siswa diberi kesempatan untuk mencari bahan – bahan baru yang telah disediakan dari buku maupun media.

  b) Mengganti konsep yang ada dengan konsep baru Proses yang kedua ini disebut juga proses pembetulan konsep yang salah. menambah bahan pelajaran tetapi guru juga harus menyiapkan strategi pembelajaran yang tepat agar dapat membetulkan konsep siswa yang salah. Siswa diajak untuk menjelaskan masalah baru dengan konsep lamanya yang memang ternyata tidak mencukupi, maka ia tertantang untuk mengubah konsepnya. Menurut Joan Davis ( seperti yang ditulis dalam Suparno,2000:97), seorang guru dalam mengajarkan perubahan konsep harus memperhatikan dua hal pokok yaitu : 1) Membuka konsep awal siswa

  Perubahan konsep akan terjadi bila siswa menyadari akan konsep awal mereka, entah benar atau tidak. Dari konsep awal inilah akan dilihat miskonsepsi mereka dengan segala alasannya. Maka dalam proses ini, diperlukan kepiawaian guru dalam membantu siswa berani mengungkapkan gagasan mereka. 2) Membantu siswa mengubah kerangka berpikir mereka

  Dalam proses ini guru mencari teknik yang sesuai untuk menantang agar siswa mengubah gagasan mereka yang tidak benar. Untuk dapat membantu mengubah kerangka berpikir awal siswa, seorang guru perlu mengerti ekologi konseptual siswa, yaitu pengetahuan dan kepercayaan yang dipunyai siswa. Hal ini meliputi antara lain : a) Pengetahuan awal atau konsep yang telah ada dalam diri siswa.

  b) Relasi antara konsep – konsep tersebut dalam pikiran siswa.

  c) Pengetahuan baru tentang konsep – konsep alternatif yang dipunyai d) Keyakinan epistomologis siswa yaitu keyakinan siswa yang membuat siswa percaya bahwa pengetahuannya benar (Suparno, 2000:97).

  Beberapa strategi mengajar yang dapat mendukung terjadinya perubahan konsep diantaranya adalah : a) Diskusi

  Diskusi merupakan salah satu strategi yang efektif untuk dapat terjadinya perubahan konsep pada siswa. Pada diskusi, siswa secara aktif mengemukakan argumen, pendapat yang mereka miliki. Dengan saling mengemukakan pendapat, mendengarkan pendapat dari siswa lain, dan berdebat dengan argumen yang mereka miliki, mereka saling mempeluas dan memperkaya pemahaman mereka mengenai suatu konsep (Suparno, 2000). Bagi siswa yang konsepnya sudah benar, mereka akan menjadi lebih paham dan yakin dengan konsep yang mereka pelajari. Sedangkan bagi siswa yang konsepnya masih salah akan mengambil pendapat dari teman lainnya yang konsepnya sudah benar.

  b) Eksperimen Dalam metode eksperimen siswa diberi kebebasan untuk melakukan percobaan dan pengamatan. Sehingga siswa akan mempunyai pengalaman sendiri. Percobaan yang dilakukan dapat menantang pengetahuan awal siswa apakah benar atau tidak (Suparno, 2000). Eksperimen yang memberikan hasil yang bertentangan dengan konsep awal siswa dapat menyebabkan siswa mengubah konsepnya.

  c) Simulasi komputer

  Dalam metode simulasi komputer siswa dapat mengubah data, memperoleh data, menganalisa data, dan mengambil kesimpulan (Suparno, 2000). Dengan kemudahan tersebut siswa dapat memperoleh hasil atau data yang berbeda dengan pikiran mereka. Sehingga akan menyebabkan siswa mengulangi data dan hasil yang berbeda tersebut secara berulang – ulang. Sehingga dalam pikiran siswa akan muncul pertanyaan mengapa bisa terjadi demikian. Mereka akan berusaha mencari alasannya dan membandingkan dengan konsep awal mereka.

  Jika konsep awal yang mereka miliki tidak lagi sesuai dengan konsep baru yang ditemukan maka mereka akan mengubah konsep awal agar sesuai dengan konsep baru. Dengan cara – cara diatas dapat diupayakan untuk mengubah konsep siswa, yaitu (1) penjelasan dan diskusi, (2) pengamatan peristiwa nyata ( demonstrasi dan eksperimen ), (3) simulasi komputer. Keberhasilan strategi mengajar untuk terjadinya perubahan konsep bergantung pada siswa yang mau belajar secara aktif.

  3. Metode Demonstrasi Demonstrasi merupakan salah satu jenis metode belajar yang memperlihatkan suatu proses kepada siswa. Dalam pembelajaran, demonstrasi diartikan sebagai proses menunjukkan sesuatu (Sund,1973 dalam Kartika Budi). Ada berbagai hal yang ditunjukkan antara lain obyek, cara menggunakan atau mengoperasikan suatu alat, suatu gejala atau proses.

  Demonstrasi dapat dibedakan menurut yang melakukan, sifat dibedakan atas demonstrasi guru, demonstrasi guru – siswa, demonstrasi siswa. Demonstrasi guru adalah demonstrasi yang sepenuhnya dilakukan oleh guru. Hal ini dilakukan karena percobaan cukup sukar, perlu ketelitian dan kehati – hatian yang tinggi, resiko kerusakan alat dan bahaya cukup tinggi, kemungkinan kegagalan cukup tinggi. Demonstrasi guru – siswa adalah demonstrasi yang dilakukan oleh guru dibantu oleh satu atau dua orang siswa untuk bagian kegiatan yang dapat dilakukan oleh siswa. Demonstrasi siswa adalah demonstrasi yang dilakukan sepenuhnya oleh siswa dibawah bimbingan dan pengawasan guru.

  Berdasarkan sifat pelaksanaanya, demonstrasi dapat dibedakan atas Student Demonstration (SD) dan Teacher Talking Demonstration (TTD). Pada SD sebanyak mungkin kegiatan dilakukan oleh siswa. Siswalah yang harus menemukan tujuannya selama demonstrasi berlangsung. Siswa mengidentifikasi alat yang dipakai & cara pemakaiannya, mengamati yang terjadi, mencatat data, mengolah data, menarik kesimpulan, menunjukkan hubungannya dengan atau contoh dalam kehidupan sehari – hari. Pada TTD, guru menginformasikan tujuan, menginformasikan nama alat, menjelaskan cara pemakaiannya, memberitahukan apa yang akan terjadi, memberitahukan data apa yang harus dicatat. Setelah demonstrasi dilaksanakan, guru menjelaskan apa yang sudah dilakukan, menginformasikan hasilnya, menarik kesimpulan, memberikan contoh pemakaiannya dalam kehidupan sehari – hari.

  Menurut tujuannya, demonstrasi dibedakan atas demonstrasi untuk membangun suatu konsep atau hukum. Untuk menunjukkan kebenaran suatu konsep atau hukum, demonstrasi merupakan bagian dari metode ceramah, karena demonstrasi dilakukan pada umumnya untuk menunjukkan kebenaran suatu konsep atau hukum yang telah dipelajari atau yang telah dijelaskan.

  Untuk membangun suatu konsep, demonstrasi dilakukan untuk memperoleh data yang dianalisis hingga menghasilkan kesimpulan. Dalam hal ini konsep harus merupakan hasil analisis yang berupa kesimpulan tersebut. Kesimpulan dapat bersifat kualitatif atau kuantitatif.

  Dalam proses pembelajaran, demonstrasi dapat berfungsi untuk membangkitkan masalah, membangun konsep, atau menguji kebenaran konsep. Dalam demonstrasi untuk membangkitkan masalah baik sekali kalau pembelajaran dimulai dengan masalah yang relevan yaitu masalah yang sesuai dengan meteri atau konsep yang akan dibangun. Dengan adanya masalah diharapkan rasa ingin tahu siswa dibangkitkan. Bila dimulai dengan masalah, proses pembelajaran selanjutnya merupakan proses untuk memecahkan hasil tersebut. Sebagai pembangkit masalah harus dipilih demonstrasi yang memberi peluang munculnya pertanyaan.

  Dalam demonstrasi untuk membangun konsep, fungsi demonstrasi untuk memperoleh data. Proses selanjutnya adalah mengolah data agar sampai pada kesimpulan yang berupa konsep / hukum. Untuk menganalisis data perlu langkah – langkah yang jelas. Guru harus menyiapkan LKS sebagai alat bantu yang berisi pertanyaan – pertanyaan panduan bertahap yang harus dijawab siswa. Dalam demonstrasi untuk menguji kebenaran konsep, konsep – konsep kualitatif dapat diuji kebenarannya melalui demonstrasi. Jika dalam demonstrasi ini ada jawaban yang salah, maka tidak boleh cepat – cepat mengatakan bahwa aturannya yang salah. Bila terjadi demikian analisislah yang harus dikoreksi.

  Agar demonstrasi dapat bejalan berhasil dan berdaya guna maka perlu diperhatikan dan direncanakan sebaik – baiknya. Langkah – langkah perencanaannya adalah (1) mengidentifikasi konsep – konsep yang akan dibangun (2) menentukan / memilih alat – alat yang akan digunakan (3) menetapkan langkah – langkah percobaan (4) menetapkan langkah – langkah analisis agar dapat menentukan atau mempersiapkan pertanyaan – pertanyaan panduan jika diperlukan (5) menetapkan kapan dan dimana demonstrasi akan dilaksanakan & siapa yang melaksanakan (6) mencoba sendiri dahulu demonstarasi yang akan dilaksanakan.

  Demonstrasi yang diterapkan dalam penelitian ini adalah demonstrasi siswa. Karena setiap kegiatan yang dilaksanakan dalam pembelajaran sepenuhnya dilakukan oleh siswa. Peneliti hanya membimbing para siswa. Selain itu demonstrasi ini merupakan demonstrasi untuk menunjukkan kebenaran suatu konsep. Sebelum mengikuti pembelajaran dengan metode demonstrasi ini siswa sudah diberi materi cahaya oleh guru mereka dengan metode ceramah saja. Sehingga siswa sudah mempunyai konsep tentang cahaya.

  4. Karakteristik siswa kelas V Sekolah Dasar Pada anak SD kelas V pembelajaran sains lebih ditekankan pada kemampuan memahami proses suatu objek. Jadi tidak menuntut bahwa siswa dapat menghafal seluruh isi buku pelajaran. Ilmu pengetahuan tidak dapat ditransfer dari seorang guru kepada murid tanpa keaktifan murid itu sendiri.

  Karena itu murid dituntut untuk lebih aktif dalam pembelajaran agar dapat memperoleh pengetahuan dan pemahaman. Pada anak usia kelas V SD, pembelajaran sains akan lebih menyenangkan apabila pembelajaran tidak hanya berpedoman pada buku saja tetapi siswa diajak untuk melihat dan mengamati suatu kejadian yang terjadi di alam lingkungan. Dengan begitu siswa tidak akan merasa bosan dengan pembelajaran sains dan yang lebih penting lagi adalah siswa akan mengerti dan memahami proses suatu kejadian itu. Dan siswa akan lebih mudah mengingat dan pembelajaran seperi itu dapat membentuk pengetahuan siswa (siswa dapat mengkonstruksi sendiri pengetahuannya).

  Kurikulum yang dibuat untuk anak kelas V SD tidak harus sepenuhnya dipenuhi dengan berpedoman pada buku pelajaran tetapi kita harus mengingat bahwa pada usia anak kelas V SD mereka masih mempunyai sifat suka bermain dan senang dengan kebiasaan melihat suatu kejadian. Karena itu diharapkan pembelajaran sains untuk anak kelas V SD harus disertai dengan siswa diajak untuk melihat proses suatu kejadian di alam dan siswa dapat mengkonstruksi pengetahuannya setelah melihat proses dari kejadian tersebut. Misalnya saja dalam konsep cahaya, siswa diajak membuat periskop.Dengan pemantulan cahaya dapat terbentuk dengan benar. Jadi siswa tidak menghafal dari buku pelajaran.

  5. Uraian Materi tentang cahaya khususnya tentang pemantulan cahaya, cahaya merambat lurus dan cahaya menembus benda bening.

  Dalam bagian ini akan dibahas beberapa konsep yang terdapat dalam konsep cahaya. Khususnya pemantulan cahaya, cahaya merambat lurus dan cahaya menembus benda bening.

  a. Pemantulan cahaya Ketika cahaya mengenai sebuah benda maka cahaya tersebut akan dipantulkan atau diteruskan. Semua benda kecuali hitam legam dapat memantulkan cahaya. Ada benda yang memantulkan cahaya sedikit dan ada benda yang memantulkan cahaya banyak. Benda yang dapat memantulkan cahaya secara sempurna (hampir 100%) adalah cermin. Kita dapat melihat sebuah benda karena adanya cahaya yang datang mengenai benda kemudian cahaya tersebut memantul dan pantulan cahaya itu masuk ke mata kita. Itulah sebabnya mengapa kita dapat melihat sebuah benda.

  b. Cahaya merambat lurus Jika kita memperhatikan cahaya matahari maka tampak bahwa berkas cahayanya merambat lurus. Berkas cahaya yang merambat lurus dapat dilihat pada lampu senter atau lampu mobil saat malam hari. Berkas cahaya merambat lurus sehingga jika terhalang tembok atau karton maka berkas cahaya tidak akan terlihat. c. Cahaya menembus benda bening Cahaya yang datang dan mengenai sebuah benda bening maka cahaya akan menembus benda tersebut. Sebagai contohnya adalah air jernih, kaca jernih, botol bening. Benda yang tidak dapat ditembus cahaya disebut benda gelap. Benda gelap tidak dapat ditembus cahaya karena cahaya yang mengenainya akan diserap atau dipantulkan. Contohnya : air keruh, kayu, triplek.

  Alat – alat optik yang dibuat berdasarkan konsep cahaya antara lain :

  1. Periskop Adalah sejenis teropong yang diletakkan pada kapal selam untuk melihat keadaan permukaan laut. Dalam periskop terdapat cermin dan lensa agar kita dapat melihat benda – benda yang berada diatas batas pandang. Periskop bekerja berdasarkan konsep pemantulan cahaya dan cahaya merambat lurus.

  2. Lup Lup berguna untuk melihat benda – benda yang kecil agar kelihatan lebih besar. Pemakain lup didasarkan pada sifat cermin cembung. Prinsip kerja lup adalah berdasarkan konsep cahaya menembus benda bening.

  C. Rumusan Masalah Telah dibahas tentang proses perubahan konsep di depan. Terjadinya perubahan konsep siswa dapat melalui berbagai metode pembelajaran. Salah satunya adalah metode demonstrasi. Dengan metode demonstrasi siswa menjadi berpikir kembali mengenai pemahaman yang mereka miliki.

  Penulis ingin meneliti penerapan metode demonstrasi sebagai sarana untuk dapat terjadinya perubahan konsep mengenai cahaya. Secara garis besar masalah yang akan diteliti adalah apakah metode demonstrasi dapat menjadi sarana bagi siswa melakukan perubahan konsep – konsep yang berkaitan dengan cahaya.

  Secara khusus, masalah diatas dapat diuraikan menjadi 4 bagian yaitu :

  1. Bagaimana konsep siswa mengenai cahaya sebelum mengikuti pembelajaran dengan menerapkan metode demonstrasi ?

  2. Bagaimana konsep siswa mengenai cahaya setelah mengikuti pembelajaran dengan menerapkan metode demonstrasi ?

  3. Apakah ada perubahan konsep mengenai cahaya ?

  4. Perubahan konsep apa saja yang terjadi ?

  D. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan dan batasan masalah diatas penelitian ini bertujuan untuk :

  1. Mengetahui konsep siswa mengenai cahaya antara sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran dengan metode demonstrasi.

  2. Mengetahui perubahan konsep – konsep yang berkaitan dengan cahaya yang terjadi pada siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan metode demonstrasi.

  E. Manfaat penelitian Sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian diatas manfaat dari penelitian ini adalah :

  1. Bagi Peneliti

  Menambah pengalaman dan menerapkan teori yang diperoleh selama kuliah, serta memperluas pengetahuan dan wawasan tentang pembelajaran sains yang menekankan perubahan konsep dengan metode demonstrasi.

  2. Bagi Guru dan Calon Guru Hasil penelitian ini secara teoritis dapat dipakai sebagai pertimbangan dalam memilih metode mengajar yang sesuai dengan pembelajaran sains.

  BAB II METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, penelitian ini termasuk penelitian dekriptif kualitatif. Termasuk penelitian deskriptif kualitatif karena hasil penelitian ini akan berupa deskritif kualitatif tentang konsep siswa mengenai pemantulan cahaya, cahaya merambat lurus dan cahaya menembus benda bening dengan metode demonstrasi.

  B. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan mulai bulan Maret 2008 – Juni 2008 di SD Negeri 1 Prambanan.

  C. Subyek Penelitian Subyek penelitian adalah siswa kelas V yang berjumlah 39 siswa.

  D. Metode Pengumpulan Data Data dikumpulkan dengan menggunakan 2 cara yaitu :

  1. Tes Tertulis Sebelum dan sesudah pembelajaran dengan metode demonstrasi siswa diberi soal. Sebelum pembelajaran siswa diberikan pretes yang berguna untuk mengetahui pemahaman awal siswa. Sedangkan postes yang diberikan setelah pembelajaran digunakan untuk mengetahui pemahaman konsep siswa setelah pembelajaran dengan metode demonstrasi.

  2. Wawancara

  Hasil dari wawancara yang telah dilakukan akan digunakan untuk mendukung data yang telah didapatkan dari pretes dan postes. Wawancara dapat digunakan untuk mengungkap konsep yang siswa miliki secara mendalam. Wawancara dilakukan pada siswa yang dapat menjawab dengan baik pada soal yang umumnya tidak dapat dijawab dengan baik oleh siswa lain. Begitu sebaliknya, pada siswa yang menjawab salah pada soal yang dapat dijawab dengan baik oleh siswa lain. Selain itu wawancara dilakukan pada siswa yang memiliki banyak permasalahan dalam pemahamannya (miskonsepsi). Wawancara dilakukan setelah pretes dan postes.