Kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis Indonesia dalam sudut pandang mahasiswa profesi apoteker di dua perguruan tinggi di Jawa Barat periode April 2006 - Juni 2006 - USD Repository

  KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM MENGHADAPI STANDAR KOMPETENSI FARMASIS INDONESIA DALAM SUDUT PANDANG MAHASISWA PROFESI APOTEKER DI DUA PERGURUAN TINGGI DI JAWA BARAT PERIODE APRIL 2006 - JUNI 2006 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Farmasi Oleh: Heribertus Dwi Hartanto NIM : 02 8114 092 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2006

  Evangelizare pauperibus missit me

ku persembahkan kepada Bapa,kepada keluarga kudus,

kepada keluargaku,kepada kekasihku, dan kepada almamaterku.

  

PRAKATA

  Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelasaikan skripsi yang berjudul “Kesiapan

  

Mahasiswa Profesi Apoteker Dalam Menghadapi Standar Kompetensi Farmasis

Indonesia Dalam Sudut Pandang Mahasiswa Profesi Apoteker Di Dua

Perguruan Tinggi Di Jawa Barat Periode April 2006 - Juni 2006”.

  Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Sanata Dharma.

  Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

  1. Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

  2. Bapak Edi Joko Santoso, S,Si., Apt. selaku pencetus ide awal penelitian ini, dan pembimbing kami meski hanya beberapa waktu. Terima kasih atas waktu, motivasi, kritik, dan saran yang telah diberikan.

  3. Bapak Drs. Sulasmono, Apt. selaku pembimbing utama yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing, memotivasi, memberikan kritik dan saran hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

  4. Bapak Yosef Wijoyo, M.Si., Apt. selaku dosen penguji. Terima kasih atas kritik dan saran yang diberikan.

  5. Ibu Yustina Sri Hartini, M.Si., Apt selaku dosen penguji. Terima kasih atas kritik dan saran yang diberikan.

  6. Bapak Ign.Y.Kristio Budiasmoro, M.Si. Terima kasih atas segala kritik, masukan dan bimbingan yang diberikan selama penulis belajar berorganisasi.

  7. Dekan dan Kaprodi Profesi Apoteker di dua perguruan tinggi di Propinsi Jawa Barat yang bersedia memberikan ijin untuk melakukan pengambilan data.

  8. Pak Dudi, Pak Teddy dan Lintang Sakti. Terima kasih banyak atas segala bantuan yang diberikan, sehingga proses pengumpulan data berjalan dengan lancar.

  9. Teman-teman Mahasiswa Profesi Apoteker di dua perguruan tinggi di Jawa Barat yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk mengisi kuesioner dan wawancara.

  10. Keluargaku : Bapak Giya, Ibu Sutinah, Pranti, Purnomo, Bang Kemantau dan istri, keponakanku Dian dan Fitri. Aku mengasihi kalian semua.

  11. Keluarga angkatku di Wlingi : Bapak Dan Ibu Lamidjan, dan Mbak Tyas. Terima kasih atas semangat dan dukungan tiada habisnya yang diberikan saat aku “hancur” dulu.

  12. Shinta Dewi Akhirnawati. Terimakasih atas kasihmu.

  13. Ema. terimakasih atas bantuannya selama kuliah. Terlebih lagi atas kesediaan dan kerelaannya menjadi “pembimbing 3” skripsi ini.

  14. Teman-teman seperjuangan : AriNawa, Ema, Hendra, Rio atas kerjasama, masukan, motivasi, kebersamaan, keceriaan dan literaturnya.

  15. Teman-teman komunitas WAGU Jogja dan angkatan 51 Seminar Garum . Terima kasih atas persaudaraan kita.

  16. Vibriani dan Yustina Suswanti. Terima kasih atas dukungan kalian.

  17. Keluarga Squadra Viola Farmasi : Chris Oktavius, Lado Angin, Marcell, Opik, Mas Dhany, Wawan, Wiwid, Artanto, Rio, Firmanta, Egi, Yudha, Adistyawan, Hosea, Joewi Angkasa, John Kobun, Rudi, Irwan, Eko, Broto Hartanto, Arry, Edi, Budi, Boris, Rian, Tintus, Brian, Fajar, Robert, Edvan, Rudi, Ari Sadhar, Yoyok, Erik, Adhit, Naning, Uut, Victoria, Ayu, Chandy, dan Ade. Terima kasih atas kerjasama, semangat dan kebersamaan selama ini. Untuk kemenangan Farmasi Sanata Dharma!!!

  18. Vincentius Anjar, AriNawa, Nugraha Widhi, Septa Hutama, Doni, Rio, Hendra, Bayu, Patrisius, Ardhyan, Artanto, Edi, Adistyawan, Afu, Theodorus Gopa, Mardoni, Ferry, Albert, Handi, Yulius, Tjun Liong, Arry, Firmanta, Hartanto, Broto Hartanto, Lukas Eko, Thomas, Danu, Ratna, Dinta, Astu, Ema, Meita, Puri, Rina, Novita Widhi, Fretty, Victoria Hapsari, dan Novi, terima kasih atas kebersamaan, kebahagiaan, kesedihan, semangat, kritik, dan saran.

  19. Teman-teman Fakultas Farmasi angkatan 2002 khususnya kelas B dan kelompok D atas kerjasama dan kebersamaan selama kuliah dan praktikum.

  20. Rekan-rekan FKPMKS Sintang. Terima kasih atas bantuannya.

  21. Tondy, Fransiskus, Eka, Tata, Hiasintus, Marcela, Erick, Haris, Lusi, dan Reni.

  Terima kasih atas persahabatan kita dan segala bantuan dan dukungannya.

  22. Teman-teman kostku lama : Mas Novan, Mas Doni, Mas Albert, Mas Benny, Mas Haryo, Budi, Agus, Opiek, dan Wiwid. Terima kasih atas kebersamaannya selama ini.

  23. Teman-teman di Akiyama, terima kasih atas jasa dan waktu yang diberikan.

  24. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

  Dalam kesempatan ini, penulis juga memohon maaf kepada semua pihak atas kekurangan dan kesalahan yang mungkin dilakukan penulis. Oleh karena itu dengan rendah hati penulis mengharapkan masukan, saran dan kritik yang membangun.

  Yogyakarta, 14 November 2006 Penulis

  

INTISARI

  Farmasis Indonesia saat ini dituntut untuk mampu melakukan pekerjaan kefarmasian berdasarkan asuhan kefarmasian. Standar kompetensi farmasis merupakan suatu standar ukuran kualitas pelayanan farmasis kepada pasien atau masyarakat dalam kaitannya dengan konsep pelayanan kefarmasian yang mengacu pada asuhan kefarmasian. Pengetahuan dan kemampuan farmasis menentukan kualitas pelayanan kefarmasian yang diberikannya. Pengetahuan dan kemampuan ini salah satunya diperoleh farmasis melalui suatu proses pendidikan tinggi.

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesiapan mahasiswa program profesi farmasi dalam menghadapi Standar Kompetensi Farmasis Indonesia dan melihat pola distribusi minat mahasiswa profesi apoteker di tiga bidang pelayanan kefarmasian, yaitu industri, rumah sakit, dan apotek. Penelitian ini termasuk dalam penelitian non eksperimental dengan rancangan penelitian deskriptif. Subyek dalam penelitian ini adalah semua mahasiswa yang baru menyelesaikan kurikulum inti pendidikan farmasi yang sifatnya teori pada jenjang pendidikan profesi apoteker periode April 2006-Juni 2006 dan belum mengucapkan Sumpah Apoteker di dua perguruan tinggi di Propinsi Jawa Barat dan menggunakan kuesioner sebagai instrumen penelitian. Analisis yang dilakukan adalah statistik deskriptif.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa 35,97% responden berminat di bidang rumah sakit; 21,05% berminat di bidang apotek, dan 42,98% responden berminat di bidang industri. Responden yang menyatakan siap melakukan pelayanan kefarmasian di bidang rumah sakit sebesar 82,93%, responden yang tidak siap sebesar 14,63%. Responden yang menyatakan siap melakukan pelayanan kefarmasian di bidang apotek sebesar 83,33%, sedangkan 16,67% responden tidak siap melakukan pelayanan kefarmasian di apotek. Dalam bidang pelayanan kefarmasian di industri, responden yang menyatakan siap sebesar 81,63%, dan responden yang tidak siap sebesar 18,37%.

  Kata kunci : Sudut Pandang, Standar Kompetensi Farmasis Indonesia, Mahasiswa Profesi Apoteker

  

ABSTRACT

  Indonesian pharmacist nowadays was demanded to have capabilities to handle pharmacy job based on pharmaceutical care. Pharmacist competency standard was a quality measurement standard of pharmacist services to their patients or societies in relation with pharmacy services concepts in accordance to pharmaceutical care. Pharmacist knowledges and skills determined the quality of the pharmacy services given. The knowledges and skills was obtained by studying in high education.

  The aim of this research were to know the readiness of the of Professional Pharmacist Students in order to Face the Standar Kompetensi Farmasis Indonesia and to see the interest distribution pattern of Professional Pharmacist Students in three pharmacy service fields, which were industrial pharmacy, hospital, and drugstore. This research was categorized as non eksperiment research with descriptive research design. Subjects of this research was Professional Pharmacist Students who just finished all theories in the pharmacy education curriculum of apotechary profession degree in period April 2006 - June 2006 and they have not conducted Pharmacist Oath in two universities in West Java by using quesionnaire as research instrument. The analysis was descriptive statistics.

  The result showed that 35.97% of respondents were interested in hospital, 21.05% chose interest in apotechary, and 42.98% of respondents chose interest in industrial pharmacy. Respondents who stated their readiness to do the pharmacy service in hospital was about 82.93%, respondents who not ready were about 14.63%. Respondents who stated their readiness in apotechary field were about 83.33%, while 16.67% of respondents were not ready to do the services in apotechary in the field of industrial pharmacy, 81.63% of respondents stated their readiness, while 18.37% of respondents stated otherwise.

  Keywords: Perception, Standar Kompetensi Farmasis Indonesia, Professional Pharmacist Students.

  DAFTAR ISI Hal.

  HALAMAN JUDUL................................................................................ i HALAMAN PERSETUJUAN.................................................................. ii HALAMAN PENGESAHAN.................................................................. iii HALAMAN PERSEMBAHAN............................................................... iv PRAKATA................................................................................................ v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA................................................... ix

  INTISARI................................................................................................. x

  

ABSTRACT ................................................................................................ xi

  DAFTAR ISI............................................................................................. xii DAFTAR TABEL..................................................................................... xvii DAFTAR GAMBAR.............................................................................. xxii DAFTAR LAMPIRAN............................................................................. xxiii

  BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang....................................................................................

  1 1. Rumusan masalah.......................................................................

  3

  2. Keaslian penelitian...................................................................... 3

  3. Manfaat penelitian...................................................................... 4 B. Tujuan Penelititan...............................................................................

  4 BAB II PENELAAHAN PUSTAKA A. Perubahan Konsep Pelayanan Kefarmasian.......................................

  5 B. Profesi................................................................................................. 6

  C. Apoteker............................................................................................. 7 D. Kode Etik Apoteker/Farmasis Indonesia............................................

  11 E. Standar Profesi...................................................................................

  14 F. Standar Kompetensi Farmasis Indonesia...........................................

  15 G. Standar Kompetensi Farmasis Indonesia di Rumah Sakit.................

  15

  1. Kompetensi A : Asuhan kefarmasian……………………………

  16 2. Kompetensi B : Akuntabilitas praktek farmasi.............................

  20 3. Kompetensi C : Manajemen praktis farmasi.................................

  22

  4. Kompetensi D : Komunikasi farmasi……………………………

  26

  5. Kompetensi E : Pendidikan dan pelatihan farmasi………………

  28 6. Kompetensi F : Penelitian dan pengembangan kefarmasian…….

  30 H. Standar Kompetensi Farmasis Indonesia di Apotek..........................

  33

  1. Kompetensi A : Asuhan kefarmasian……………………………

  34 2. Kompetensi B : Akuntabilitas praktek farmasi.............................

  37 3. Kompetensi C : Manajemen praktis farmasi.................................

  38

  4. Kompetensi D : Komunikasi farmasi……………………………

  40

  5. Kompetensi E : Pendidikan dan pelatihan farmasi………………

  42 6. Kompetensi F : Penelitian dan pengembangan kefarmasian…….

  43 I. Standar Kompetensi Farmasis Indonesia di Industri.........................

  46

  1. Quality Management (Manajemen Mutu)………………………

  46

  2. Production Management (Manajemen Produksi)………………

  48 3. Product Development (Pengembangan Produk)……………….

  49 4. Material Management (Manajemen Persediaan)……………….

  50

  5. Material Management (Manajemen Persediaan)………………..

  50 J. Organisasi Profesi...............................................................................

  51 K. Pendidikan Farmasi............................................................................

  52 L. Keterangan Empiris............................................................................

  55 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian.........................................................

  56 B. Batasan Operasional Penelitian..........................................................

  56 C. Subyek Penelitian ....................................................................... ......

  58 D. Instrumen Penelitian........................................... ...............................

  59 E. Tata Cara Penelitian...........................................................................

  61 1. Analisis situasi...........................................................................

  61 2. Pembuatan kuisioner..................................................................

  62 3. Penyebaran dan pengumpulan kuisioner....................................

  64 4. Wawancara..................................................................................

  64 5. Pengolahan hasil.........................................................................

  64 F. Tata Cara Pengolahan Data................................................................

  65 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Mahasiswa Profesi Apoteker.........................................

  66 1. Jenis kelamin...............................................................................

  66 2. Tempat menempuh pendidikan strata satu farmasi.....................

  67 3. Minat...........................................................................................

  68

  B. Tingkat Kesiapan Mahasiswa Profesi Apoteker Dalam Menghadapi Standar Kompetensi Farmasis Indonesia Dalam Sudut Pandang Mahasiswa Profesi Apoteker...............................................................

  72 1. Bidang Rumah Sakit ............................................................

  72 a. Asuhan kefarmasian ...............................................................

  73 b. Akuntabilitas praktek farmasi.................................................

  74 c. Manajemen praktis farmasi.....................................................

  75 d. Komunikasi farmasi................................................................

  77 e. Pendidikan dan pelatihan farmasi............................................

  78 f. Penelitian dan pengembangan kefarmasian............................

  79 2. Bidang Apotek.......................................................................

  82 a. Asuhan kefarmasian................................................................

  82 b. Akuntabilitas praktek farmasi.................................................

  84 c. Manajemen praktis farmasi.....................................................

  85 d. Komunikasi farmasi................................................................

  86 e. Pendidikan dan pelatihan farmasi............................................

  87 f. Penelitian dan pengembangan farmasi.....................................

  87 3. Bidang Industri.....................................................................

  90 a. Quality Management (Manajemen Mutu).............................

  90 b. Production Management (Manajemen Produksi)................

  92 c. Product Development (Pengembangan Produk)..................

  92 d. Material Management (Manajemen Persediaan).................

  93

  e. Regulatory and Product Information (Regulasi dan Informasi Produk)................................................................

  93 C. Rangkuman Pembahasan......................................................................

  96 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

  99 A. Kesimpulan ......................................................................................

  99 B. Saran ................................................................................................ 100

  

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 101

LAMPIRAN............................................................................................. 105

BIOGRAFI PENULIS............................................................................ 128

  

DAFTAR TABEL

Hal.

  Tabel I Kesesuaian Standar Kompetensi Farmasis Indonesia di bidang rumah sakit dengan Keputusan Menteri Kesehatan No. 1197 tahun 2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit dan Kode Etik Apoteker/Farmasis Indonesia…………….

  31 Tabel II Kesesuaian Standar Kompetensi Farmasis Indonesia di bidang apotek dengan Keputusan Menteri Kesehatan No.

  1027 tahun 2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, Keputusan Menteri Kesehatan No. 1332 tahun 2002 tentang Perubahan atas Permenkes No.922 tahun 1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek dan Kode Etik Apoteker/Farmasis Indonesia……...

  43 Tabel III Kurikulum inti pendidikan profesi apoteker……………….

  53 Tabel

  IV Daftar Nama Mata Kuliah Kurikulum Tahun 2006 Program Profesi Apoteker Minat Praktek Kerja Profesi Apoteker : Farmasi Rumah Sakit…………………………..

  53 Tabel

  V Daftar Nama Mata Kuliah Kurikulum Tahun 2006 Program Profesi Apoteker Minat Praktek Kerja Profesi Apoteker : Farmasi Industri…………………………….......

  54 Tabel VI Struktur Kurikulum Program Profesi Apoteker di salah satu perguruan tinggi di Jawa barat.......................................

  55 Tabel VII Kesiapan responden dalam pelaksanaan kompetensi A (Asuhan Kefarmasian) dalam bidang pelayanan kefarmasian di rumah sakit...................................................

  74 Tabel VIII Kesiapan responden dalam pelaksanaan kompetensi B (Akuntabilitas Praktek Farmasi) dalam bidang pelayanan kefarmasian di rumah sakit...................................................

  75 Tabel IX Kesiapan responden dalam pelaksanaan kompetensi C (Manajemen Praktis Farmasi) dalam bidang pelayanan kefarmasian di rumah sakit………………………………

  76 Tabel X Kesiapan responden dalam pelaksanaan kompetensi D (Komunikasi Farmasi) dalam bidang pelayanan kefarmasian di rumah sakit...................................................

  77 Tabel XI Kesiapan responden dalam pelaksanaan kompetensi E (Pendidikan dan Pelatihan Farmasi) dalam bidang pelayanan kefarmasian di rumah sakit……………………

  78 Tabel XII Kesiapan responden dalam pelaksanaan kompetensi F (Penelitian dan Pengembangan kefarmasian) dalam bidang pelayanan kefarmasian di rumah sakit……………………..

  79 Tabel XIII Alasan-alasan responden mengenai ketidaksiapan responden dalam menghadapi Standar Kompetensi Farmasis Indonesia dalam bidang pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit……………………………………………..

  81 Tabel XIV Alasan-alasan responden mengenai kesiapan responden dalam menghadapi Standar Kompetensi Farmasis Indonesia dalam bidang pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit………………………………………………………... 81

  Tabel XV Kesiapan responden dalam pelaksanaan kompetensi A (Asuhan Kefarmasian) dalam bidang pelayanan kefarmasian di apotek............................................................

  83 Tabel XVI Kesiapan responden dalam pelaksanaan kompetensi B (Akuntabilitas Praktek Farmasi) dalam bidang pelayanan kefarmasian di apotek.........................................................

  84 Tabel XVII Kesiapan responden dalam pelaksanaan kompetensi C (Manajemen Praktis Farmasi) dalam bidang pelayanan kefarmasian di apotek………………………………………

  85 Tabel XVIII Kesiapan responden dalam pelaksanaan kompetensi D (Komunikasi Farmasi) dalam bidang pelayanan kefarmasian di apotek............................................................

  86 Tabel XIX Kesiapan responden dalam pelaksanaan kompetensi E (Pendidikan dan Pelatihan Farmasi) dalam bidang pelayanan kefarmasian di apotek…………………………

  87 Tabel XX Kesiapan responden dalam pelaksanaan kompetensi F (Penelitian dan Pengembangan kefarmasian) dalam bidang pelayanan kefarmasian di apotek…………………………..

  88

  Tabel XXI Alasan-alasan responden mengenai ketidaksiapan responden dalam menghadapi Standar Kompetensi Farmasis Indonesia dalam bidang pelayanan kefarmasian di Apotek…………………………………………………...

  89 Tabel XXII Alasan-alasan responden mengenai kesiapan responden dalam menghadapi Standar Kompetensi Farmasis Indonesia dalam bidang pelayanan kefarmasian di Apotek……………………................................................... 89

  TabelXXIII Kesiapan responden dalam fungsi industrial Quality Management di Industri…………………………………...

  91 Tabel XXIV Kesiapan responden dalam fungsi industrial Production Management di Industri…………………………………...

  92 Tabel

  XXV Kesiapan responden dalam fungsi industrial Product Development di Industri…………………………………...

  93 Tabel

  XXVI Kesiapan responden dalam fungsi industrial Material Management di Industri…………………………………...

  93 Tabel XXVII Kesiapan responden dalam fungsi industrial Regulatory

  and Product Information di Industri………………………

  94 Tabel

  XXVIII Alasan-alasan responden mengenai ketidaksiapan responden dalam menghadapi Standar Kompetensi Farmasis Indonesia dalam bidang pelayanan kefarmasian di Industri…………………………………………………..

  95

  Tabel XXIX Alasan-alasan responden mengenai kesiapan responden dalam menghadapi Standar Kompetensi Farmasis Indonesia dalam bidang pelayanan kefarmasian di Industri…………………………………………………….. 96

  DAFTAR GAMBAR Hal.

  Gambar 1. Jenis kelamin responden di Jawa Barat ..................................

  66 Gambar 2. Perguruan tinggi tempat menempuh pendidikan strata satu farmasi dan pendidikan profesi Apoteker di Jawa Barat.........

  67 Gambar 3. Distribusi minat responden pada tiga bidang pelayanan kefarmasian di Jawa Barat ......................................................

  69 Gambar 4. Gambaran kesiapan responden dalam bidang Rumah Sakit secara umum…………......................................................

  80 Gambar 5. Gambaran kesiapan responden dalam bidang Apotek secara umum........................................................................................ 88 Gambar 6. Gambaran kesiapan responden dalam bidang Industri secara umum........................................................................................ 95 Gambar 7. Distribusi minat responden pada tiga bidang pelayanan kefarmasian di Jawa Barat ......................................................

  97 Gambar 8. Gambaran umum kesiapan responden......................................

  98

  DAFTAR LAMPIRAN Hal.

  Lampiran 1. Surat Pengantar Kuisioner Penelitian................................. 105 Lampiran 2. Kuisioner Penelitian........................................................... 106 Lampiran 3. Hasil Wawancara................................................................ 122 Lampiran 4. Surat Ijin Penelitian............................................................ 126

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Pelayanan kesehatan merupakan upaya yang bertujuan untuk memelihara dan

  meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit, serta memulihkan kesehatan manusia yang dapat dilakukan secara mandiri atau bersama-sama sebagai suatu organisasi. Pelayanan kefarmasian merupakan salah satu sub sistem dari sistem pelayanan kesehatan, ditinjau dari segi fungsi, yang berkaitan dengan obat atau pengobatan (Anonim, 2004a). Mutu pelayanan kesehatan akan menjadi lebih baik jika masing-masing profesi/tenaga kesehatan memberikan pelayanannya secara terpadu didasarkan pada standar profesi, etika, dan norma masing-masing, termasuk juga profesi farmasi. Oleh karena itu, profesi farmasi juga diharapkan mampu untuk menjaga dan meningkatkan mutu pelayanannya.

  Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia (ISFI) telah menetapkan pemberlakuan buku Standar Kompetensi Farmasis Indonesia sebagai suatu standar dan acuan bagi apoteker Indonesia dalam melaksanakan aktivitas keprofesiannya. Standar Kompetensi Farmasis Indonesia merupakan upaya ISFI untuk mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan apoteker Indonesia kepada masyarakat sesuai perkembangan kebutuhan masyarakat itu sendiri. Harapannya, setiap bidang pelayanan farmasi baik di industri, apotek, rumah sakit dan komunitas klinis lainnya tetap dipegang oleh apoteker (Anonim, 2004a).

  Salah satu faktor penentu kemampuan profesi farmasi memenuhi kebutuhan masyarakat adalah program pendidikannya. Drs. Ahaditomo, M.S., menyatakan bahwa keahlian farmasi diperoleh selama pendidikan tinggi kefarmasian (Anonim, 2004a). Walaupun demikian, Eddie Lembong melihat bahwa mata ajaran yang diajukan tidak sepenuhnya menjawab kebutuhan pemakai/konsumen/masyarakat. Kesenjangan antara materi dengan keterampilan yang dibutuhkan di lapangan sangat terasa di Indonesia, dimana sebagai suatu profesi sangat terasa bahwa farmasi tidak sangat mampu memenuhi kebutuhan riil di masyarakat. Hal ini terkemuka setelah ia melakukan pengkajian secara selintas kurikulum pendidikan farmasi di beberapa lembaga pendidikan terkemuka di Indonesia yang tertuang di dalam buku peringatan 50 tahun pendidikan farmasi Institut Teknologi Bandung.

  Drs. Ahaditomo, M.S. mengharapkan bahwa seorang apoteker yang baru menyelesaikan pendidikannya diharapkan untuk mengacu pada Standar Kompetensi Farmasis Indonesia dalam melakukan pekerjaan kefarmasian sesuai bidang minatnya (Anonim, 2004a). Dari sinilah penulis mendapatkan ide untuk mengadakan penelitian mengenai kesiapan para calon apoteker untuk memenuhi Standar Kompetensi Farmasis Indonesia. Penulis merasa perlunya data-data yang dapat menunjukkan gambaran nyata kesiapan calon apoteker dalam menghadapi Standar Profesi Farmasi Indonesia.

  1. Rumusan masalah Dari latar belakang yang telah dikemukakan muncul beberapa permasalahan.

  a. Bagaimana pola distribusi minat mahasiswa program profesi apoteker di dua perguruan tinggi di Propinsi Jawa Barat untuk melakukan pelayanan kefarmasian di bidang industri, rumah sakit dan apotek?

  b. Apakah mahasiswa program profesi apoteker di dua perguruan tinggi di Propinsi Jawa Barat siap menghadapi Standar Kompetensi Farmasis Indonesia?

  2. Keaslian penelitian

  Penelitian tentang Standar Kompetensi Farmasis Indonesia yang sudah dilakukan adalah mengkaji tentang sikap apoteker di apotek terhadap Standar Kompetensi Farmasis Indonesia. Sepengetahuan penulis, penelitian yang berkaitan dengan kesiapan mahasiswa program profesi apoteker menghadapi Standar Kompetensi Farmasis Indonesia belum pernah dilakukan. Beberapa penelitian yang sudah pernah dilakukan berhubungan dengan Standar Kompetensi Farmasis Indonesia.

  a. Sikap Apoteker di Apotek pada Kecamatan Depok Kabupaten Sleman terhadap Standar Kompetensi Farmasis Indonesia (Nurjaman, 2004).

  b. Sikap Apoteker di Apotek pada Kecamatan Danurejan Kotamadya Jogjakarta terhadap Standar Kompetensi Farmasis Indonesia (Kuncoro, 2004)

3. Manfaat penelitian

  Penelitian ini diharapkan dapat memberikan deskripsi yang jelas mengenai kesiapan para calon apoteker untuk menghadapi Standar Kompetensi Farmasis Indonesia. Data yang diperoleh diharapkan dapat digunakan sebagai acuan bagi pihak-pihak terkait dalam menentukan tindak lanjut mengenai pengetahuan dan kemampuan calon apoteker sehingga setiap calon apoteker siap untuk menghadapi dan memenuhi Standar Kompetensi Farmasis Indonesia.

B. Tujuan Penelitian

  Mengetahui pola distribusi minat mahasiswa program profesi apoteker untuk melakukan pelayanan kefarmasian di bidang industri, rumah sakit dan apotek dan kesiapan mahasiswa program profesi apoteker dalam menghadapi Standar Kompetensi Farmasis Indonesia dan di dua perguruan tinggi di Propinsi Jawa Barat.

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA A. Perubahan Konsep Pelayanan Farmasi Pada awalnya, apoteker berfungsi sebagai peracik obat untuk diserahkan

  kepada pasien di Apotek. Berkembangnya industri untuk memproduksi obat berskala besar mengubah peranan apoteker dari peracik obat menjadi pendistribusi obat.

  Perkembangan ini dipicu oleh meningkatnya jumlah kebutuhan obat, berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, tekanan kompetisi perdagangan, inovasi dalam penemuan obat baru, lahirnya berbagai penyakit baru dan berbagai hal lain. Pada situasi ini, arah pelayanan kefarmasian adalah pemenuhan terhadap kebutuhan masyarakat akan obat, yang selanjutnya disebut drug oriented. Berdasarkan hasil evaluasi penggunaan obat, diketahui terjadi banyak pemasalahan yang timbul berkenaan dengan penggunaan obat. Walaupun demikian, makna obat sebagai media untuk proses kesehatan tidak berubah. Hal ini kemudian mendorong dan membelokkan arah orietasi pelayanan kefarmasian menjadi patient oriented (Anonim, 2004a). Terjadinya perubahan konsep pola penyakit, penatalaksanaannya ke pola hidup sehat dan promosi kesehatan ikut menjadi faktor terjadinya perubahan pola pelayanan kefarmasian ini (Sudjaswadi, 2002).

  Saat ini, pelayanan kefarmasian berorientasi pada pasien dan mengacu pada filosofi asuhan kefarmasian. Asuhan kefarmasian adalah tanggung jawab profesi dalam hal farmakoterapi dengan tujuan mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan masalah obat dan masalah yang berhubungan dengan kesehatan sehingga dapat mencapai keluaran yang dapat menjaga atau meningkatkan kualitas hidup pasien. Dalam konsep ini, apoteker diajak untuk mewujudkan pengobatan rasional bagi masyarakat, yang menyeimbangkan aspek klinis dan ekonomi berdasarkan kepentingan pasien. Apoteker tidak lagi sekedar menjual obat kepada pasien atau masyarakat, tetapi juga harus menjamin tersedianya obat yang berkualitas dalam jumlah yang cukup, aman, nyaman digunakan, dan harga terjangkau serta pada saat pemberiannya disertai informasi yang memadai, diikuti pemantauan pada saat penggunaan obat dan akhirnya dilakukan evaluasi (Anonim, 2004a).

  B.

  

Profesi

  Profesi adalah suatu kelompok pekerjaan yang memiliki karakteristik khusus, termasuk di dalamnya tehnik keahlian dengan tingkat tertinggi, berkomitmen untuk pelayanan kemasyarakatan, melakukan monopoli dalam pekerjaannya dan punya otonomi atas semua pekerjaannya. Seorang dengan pekerjaan profesi akan mendapatkan tingkat sosial dan status yang tinggi. Profesionalisme lebih bermakna sebagai strategi dari satu kelompok pekerjaan untuk mencapai dan memelihara profesinya (Harding dkk, 1994). Banyak kriteria untuk menentukan suatu pekerjaan adalah suatu profesi, antara lain

  1. Unusual learning, yaitu dididik dan menerima pengetahuan yang khas dan merupakan lulusan dari perguruan tinggi, sehingga tidak diperoleh di tempat lain atau bidang yang berbeda.

  2. Pelayanannya bersifat altruistik (tidak mementingkan diri sendiri dan mementingkan kepentingan orang lain)

3. Telah mengucapkan sumpah

  4. Memiliki kode etik

  5. Memiliki standar profesi, yaitu pedoman yang harus digunakan sebagai petunjuk dalam menjalankan profesi secara baik (Anonim, 1992)

  6. Memiliki pengakuan hukum (adanya undang-undang maupun ketentuan peraturan perundang-undangan lain)

  7. Memiliki perijinan (Surat Ijin Praktek atau Surat Ijin Kerja)

  8. Memiliki wadah profesi yang menunjukkan jati diri profesional 9.

  Bersifat otonomi dan independensi

  10. Bertemu dan berinteraksi dengan klien atau penderita 11. Confidental relationship dalam pelayanannya.

  (Sulasmono, 1997)

C. Apoteker

  Keputusan Menteri Kesehatan No. 1027/MENKES/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek memberikan definisi Apoteker sebagai “sarjana farmasi yang telah lulus pendidikan profesi dan telah mengucapkan sumpah berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku dan berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai apoteker”.

  Apoteker adalah satu-satunya profesi yang memiliki otoritas profesi dalam proses kefarmasian. Otoritas yang melekat pada diri farmasis/apoteker adalah sebagai akibat penguasaan atas keahliannya dibidang iptek kefarmasian melalui pengalaman belajar-mengajar di pendidikan tinggi kefarmasian dan pengalaman keprofesian yang kemudian disumpah sebelum menjalankan keahliannya dalam bentuk keprofesian sehari-hari. Dan pada hakekatnya peristiwa pembuatan obat merupakan peristiwa iptek, manajemen, etik, moral dan obligasi kemanusiaan (Ahaditomo, 2000).

  Farmasi dapat digolongkan sebagai suatu profesi karena menunjukkan beberapa ciri khusus.

  1. Monopoli pekerjaan (Monopoly of Practice). Monopoli pekerjaan yang

  dilakukan profesi dijamin dan dilindungi oleh negara (Harding, 1993). Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan mengatur mengenai pekerjaan kefarmasian.

  Pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan distribusi obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional.

  Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No. 1027 tahun 2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus pendidikan profesi dan telah mengucapkan sumpah berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku dan berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai Apoteker.

  Undang-undang Kesehatan Nomor 23 tahun 1992 dan Keputusan Menteri Kesehatan No. 1027 tahun 2004 ini menjadi bukti itu bahwa profesi farmasi memiliki pengakuan secara hukum di Indonesia. Seseorang yang apoteker tidak diperbolehkan untuk melakukan pekerjaan kefarmasian.

  2. Memiliki pengetahuan khusus dan pelatihan dalam jangka waktu yang lama

  ( Specialised knowledge and lengthy training). Untuk diterima menjadi anggota

  profesi, seseorang harus menjalani pendidikan intensif yang bervariasi dengan spesialisasi tinggi. Untuk menjadi lulusan farmasi membutuhkan masa pendidikan empat sampai lima, kemudian diikuti dengan satu tahun pendidikan profesi untuk mendapatkan gelar apoteker. Pada saat menempuh masa pendidikan, apoteker dibekali dengan pengetahuan dan kemampuan khusus yang disesuaikan dengan tugasnya dalam mempersiapkan dan menerapkan penggunaan obat secara klinis (Harding, 1993). Lembaga Pendidikan Tinggi farmasi mempunyai andil yang besar bagi perkembangan sejarah kefarmasian pada masa-masa selanjutnya (Sirait, 2001).

  3. Berorientasi pada pelayanan (Service Orientations). Pernyataan ini menandakan bahwa anggota profesi harus bekerja sebaik-baiknya untuk memenuhi keinginan client. Anggota profesi tidak diperbolehkan untuk memaksa

  

client dengan maksud untuk memenuhi kebutuhannya pribadi. Pelayanan yang

  dilakukan oleh apoteker termasuk di dalamnya adalah menyediakan obat-obatan dan perlengkapannya, membantu terapi pada penyakit ringan, dan memberikan informasi tentang kesehatan (Harding, 1993).

  4. Pengaturan diri (Self-regulation). Profesi merupakan pekerjaan yang berbeda dari pekerjaan yang lain sehingga profesi diberikan kebebasan dalam mengatur dirinya sendiri. Organisasi profesi diperbolehkan untuk mengatur sistem pendidikan, memutuskan seseorang yang memenuhi persyaratan untuk menjadi anggota profesi dan memperkirakan seseorang yang berkompeten dalam menjalankan pekerjaannya (Harding, 1993). Asuhan kefarmasian merupakan bukti pengaturan profesi farmasi terhadap standar pelayanan yang dapat dilakukan oleh farmasis di seluruh Dunia. Di Indonesia pengaturan tersebut diwujudkan dengan adanya Sumpah/Janji Apoteker yang diatur dalam peraturan pemerintah nomor 20 tahun 1962, Kode Etik Apoteker/Farmasis Indonesia yang diatur dalam keputusan kongres nasional XVII ISFI nomor: 007/KONGRES

  XVII/ISFI/2005 dan Standar Kompetensi Farmasis Indonesia yang diterbitkan tahun 2004.

  Peranan profesi farmasi juga telah digariskan oleh WHO yang dikenal dengan istilah seven stars pharmacist.

  1. Care-giver. Apoteker merupakan pemberi pelayanan dalam bentuk pelayanan

  klinis, analitis, teknis, sesuai peraturan perundang-undangan. Saat memberikan pelayanan, apoteker harus berinteraksi dengan pasien secara individu maupun kelompok. Apoteker juga harus mengintegrasikan pelayanannya pada sistem pelayanan kesehatan secara berkesinambungan dan pelayanan farmasis yang dihasilkan harus bermutu tinggi.

  

2. Decision-maker. Apoteker mendasarkan pekerjaannya pada kecukupan,

  keefikasian dan biaya yang efektif dan efisiensi terhadap seluruh penggunaan sumber daya manusia, obat, bahan kimia, peralatan, prosedur, pelayanan, dan lain-lain. Untuk mencapai tujuan tersebut kemampuan dan ketrampilan apoteker perlu diukur untuk kemudian hasilnya dijadikan dasar dalam menentukan pendidikan dan pelatihan yang diperlukan.

  

3. Communicator. Apoteker mempunyai kedudukan penting dalam berhubungan

  dengan pasien maupun profesi kesehatan yang lain, oleh karena itu harus mempunyai kemampuan berkomunikasi yang cukup baik. Komunikasi tersebut meliputi komunikasi verbal, non verbal, mendengar, dan kemampuan menulis dengan menggunakan bahasa sesuai kebutuhan.

  4. Leader. Apoteker diharapkan memiliki kemampuan untuk menjadi pemimpin.

  Kepemimpinan yang diharapkan meliputi keberanian mengambil keputusan yang empati dan efektif, serta kemampuan mengkomunikasikan dan mengelola keputusan.

  

5. Manager. Apoteker harus efektif dalam mengelola sumber daya (manusia, fisik,

  anggaran) dan informasi, juga harus dapat dipimpin dan memimpin orang lain dalam tim kesehatan. Lebih jauh lagi, apoteker mendatang harus tanggap terhadap kemajuan teknologi informasi dan bersedia berbagi informasi mengenai obat dan hal-hal lain yang berhubungan dengan obat.

  6. Life-long learner. Apoteker harus senang belajar sejak kuliah dan semangat belajar harus selalu dijaga walaupun sudah bekerja untuk menjamin bahwa keahlian dan ketrampilan yang selalu baru (up-date) untuk melakukan praktek profesi. Apoteker juga harus mempelajari cara belajar yang efektif.

  7. Teacher. Apoteker mempunyai tanggung jawab untuk mendidik dan melatih apoteker generasi mendatang. Partisipasinya tidak hanya dalam berbagai ilmu pengetahuan baru satu sama lain, tetapi juga kesempatan memperoleh pengalaman dan peningkatan ketrampilan (Anonim, 2004).

  D.

  

Kode Etik Apoteker/Farmasis Indonesia

Ciri suatu profesi diantaranya adalah memiliki kode etik (Sulasmono,1997).

  Kode etik merupakan asas dan norma yang diterima oleh suatu kelompok tertentu sebagai landasan ukuran tingkah laku (Salim, 1991). Kode Etik Apoteker Indonesia adalah suatu aturan moral sebagai rambu-rambu yang membatasi seorang Apoteker dalam menjalankan pekerjaan keprofesiannya dari perbuatan tercela dan merugikan martabat profesi apoteker dan organisasi profesi (Sulasmono, 1997). Isi kode etik apoteker/farmasis Indonesia berdasarkan keputusan kongres nasional XVII ISFI nomor : 007/KONGRES XVII/ISFI/2005 pada tanggal 18 Juni 2005.

  

KODE ETIK APOTEKER/FARMASIS INDONESIA

Mukamadiah

  Bahwasanya seorang Apoteker/Farmasis di dalam menjalankan tugas kewajibannya serta dalam mengamalkan keahliannya harus senantiasa mengharapkan bimbingan dan keridhaan Tuhan Yang Maha Esa

  Apoteker/Farmasisdidalam pengabdiannya kepada nusa dan bangsa serta di dalam mengamalkan keahliannya selalu berpegang teguh kepada sumpah/janji Apoteker/Farmasis

  Menyadari akan hal tersebut Apoteker/Farmasis di dalam pengabdian profesinya berpedoman pada satu ikatan moral yaitu:

  

BAB I

Kewajiban Umum

Pasal 1: sumpah/janji

Setiap Apoteker/Farmasis harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan Sumpah Apoteker/Farmasis

Pasal 2

Setiap Apoteker/Farmasis harus berusaha dengan sungguh-sungguh menghayati dan mengamalkan Kode Etik Apoteker/Farmasis Indonesia

  

Pasal 3

Setiap Apoteker/Farmasis harus senantiasa menjalankan profesinya sesuai

kompetensi Apoteker/Farmasis Indonesia serta selalu mengutamakan dan berpegang

teguh pada prinsip kemanusiaan dalam melaksanakan kewajibannya

  

Pasal 4

Setiap Apoteker/Farmasis harus selalu aktif mengikuti perkembangan di bidang kesehatan pada umumnya dan di bidang farmasi pada khususnya

  

Pasal 5

Di dalam menjalankan tugasnya setiap Apoteker/Farmasis harus menjauhkan diri

dari usaha mencari keuntungan diri semata yang bertentangan dengan martabat dan

tradisi luhur jabatan kefarmasian

  

Pasal 6