Pengaruh motivasi akademik, gaya belajar dan penyesuaian diri di perguruan tinggi terhadap prestasi akademik mahasiswa Tahun pertama

(1)

Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi.)

Oleh

Milcham Chairun Syah

(107070001571)

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

v

Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah pula

kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang

paling tinggi derajatnya, jika kamu orang-orang yang

beriman.

(Q.S. Al-Imran: 139)

there's nothing you can do that can't be done... (John Lennon)

“Kawula mung saderma, mobah

-

mosik kersaning Hyang sukmo”

(Kata Mutiara Jawa)

Berpikir positif pada diri sendiri, percaya bahwa kemampuan anda melebihi apa yang anda pikirkan (Milcham Chairun Syah)

SKRIPSI INI KU PERSEMBAHKAN UNTUK

AYAHANDA dan BUNDA TERCINTA

FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(6)

vi

D) xiv + 132 halaman + lampiran

E) Pengaruh Motivasi Akademik, Gaya Belajar dan Penyesuaian Diri Di Perguruan Tinggi terhadap Prestasi Akademik Mahasiswa Tahun Pertama. F) Keberhasilan mahasiswa dapat dilihat dari kinerja pada awal semester,

dengan prestasi yang baik pada awal semester akan mencegah mahasiswa untuk dropout. Prestasi akademik yang baik pada awal perkuliahan sangat penting untuk motivasi berkelanjutan sampai mereka lulus. Faktor yang mempengaruhi prestasi akademik, diantaranya motivasi akademik, gaya belajar dan penyesuaian diri di perguruan tinggi. Motivasi akademikterdiri dari tiga dimensi, yaitu extrinsic motivation, intrinsic motivation dan

amotivation. Gaya belajar terdiri dari enam jenis, yakni independent, avoidant, collaborative, dependent, competitive dan participant. Penyesuaian diri di perguruan tinggi terdiri dari empat dimensi, yaitu

academic adjustment, social adjustment, personal-emotional adjustment

dan goal-commitment institutional attachment.

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh motivasi akademik, gaya belajar dan penyesuaian diri di perguruan tinggi terhadap prestasi akademik mahasiswa tahun pertama. Penelitian ini melibatkan 149 mahasiswa. Teknik pengambilan sampelnya adalah total sampling. Alat pengumpulan data untuk prestasi akademik memakai nilai IP (Indeks prestasi). Kemudian Instrumennya, menggunakan academic motivation scale dari Vallerand (dalam Areepattamannil, 2011) untuk mengukur motivasi akademik yang mengacu teori Deci dan Ryan (dalam Ayub, 2010), lalu The Grasha-Riechmann Student Learning Style Scales dari Grasha dan Riechmann (1996) untuk mengukur gaya belajar, dan The Student Adaptation to College Questionnaire (SACQ) dari Baker dan Siryk (1989) untuk mengukur penyesuaian diri di perguruan tinggi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hipotesis mayor penelitian diterima dengan total sumbangan varians sebesar 20.1%, artinya motivasi akademik, gaya belajar dan penyesuaian diri di perguruan tinggi signifikan mempengaruhi prestasi akademik mahasiswa tahun pertama. Kemudian pada hipotesis minor, ada dua dimensi yang signifikan mempengaruhi prestasi akademik, yaitu intrinsic motivation dan social adjustment.

Untuk penelitian selanjutnya, peneliti memberikan saran agar mempertimbangkan faktor-faktor lain yang mempengaruhi prestasi akademik, seperti kecerdasan emosi, kepribadian, minat terhadap lingkungan belajar, self-regulated learning dan inteligensi.


(7)

vii

Alhamdulillah, segala puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, beserta para sahabat, keluarga, para pengikutnya, dan para penerus perjuangan beliau hingga akhir zaman.

Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam penyusunan skripsi ini tentunya peneliti dibantu oleh berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag., M.Si., Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajarannya.

2. Ibu Yufi Andriani, M.Psi., Pembimbing Akademik yang telah memberikan pengarahan dan perhatian sampai penulis menyelesaikan studi di Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Bambang Suryadi, Ph.D., Dosen pembimbing I skripsi yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing dari awal, memberikan ilmu dan nasihat serta mengarahkan peneliti, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.


(8)

viii

kepada peneliti dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

5. Seluruh dosen dan staf Fakutas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak membantu penulis dalam menjalani perkuliahan dan menyelesaikan skripsi ini.

6. Kedua orang tua peneliti, Bapak Muhadzab dan Ibu Umroh yang tidak hentinya memberikan dukungan baik moril maupun materil serta doa-doa yang dipanjatkan agar peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan baik. Bulek Atik dan Om Pangestu, Bude Unsiyatun dan Pakde Mustaqim, Juga kepada saudara kandung peneliti (Mujib Hardiyan Syah) dan sepupu peneliti: Mbak Yus, Mas Rizal, Mbak Mila dan Mas Andy. Terima kasih atas perhatian dan semangatnya karena kalianlah yang membuat peneliti bersemangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Cahya Arini, yang tidak bosan-bosannya mengingatkan dan memberikan semangat kepada peneliti, terima kasih untuk do’a, dukungan, motivasi, kesetiaan yang tulus dan kesabarannya dalam mendampingi peneliti serta mau meluangkan waktunya untuk mendengarkan semua keluh kesah peneliti, sehingga skripsi ini selesai.

8. Para mahasiswa psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2013 yang telah meluangkan waktunya untuk mengisi kuesioner penelitian. Terima kasih yang tak terhingga peneliti ucapkan. Semoga ketulusan dan


(9)

ix

Bahtiar, Ridwan, Januar, Hasnan, Diki, Feri, Dyah, Shinta, Safira, Amal, Athun, Dewi, Ummi, Laras, Fatimah, Rika, Nina, Nia, Kiki) dan seluruh teman-teman angkatan 2007 khususnya kelas A yang mengiringi serta membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini. Teman-teman Musik (Adri, Anhari, Mas Putro, Bang Yeye, Bang Randy, Ade, Ipank, Bunda Ririn, Tio, Aldi, Agung, Kak Dika, Azis, Roy, Wira, Fuad, Gugun, Utam, Dimas, Gozali, Indra, Dwi, Mas Eki, Dandis, Diki), Kemudian teman-teman Fighter (Muaz, Khalil, Serdo, Detri, Novri) yang kompak sampai saat ini dan saling berbagi ilmu serta pengalaman.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini ada dari segala keterbatasan dan jauh dari sempurna. Akhir kata peneliti berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat .

Jakarta, Agustus 2014 Peneliti


(10)

x

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ... ii

LEMBAR PENGESAHAN SIDANG MUNAQASAH………..iii

PERNYATAAN ORISINALITAS ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 8

1.2.1.Pembatasan Masalah ... 8

1.2.2. Perumusan Masalah ... 9

1.2.2.1. Perumusan Masalah Mayor ... 9

1.2.2.2. Perumusan Masalah Minor ... 10

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 12

1.3.1. Tujuan Penelitian ... 12

1.3.1.1. Tujuan Penelitian Mayor ... 12

1.3.1.2. Tujuan Penelitian Minor ... 12

1.3.2. Manfaat Penelitian ... 14

1.4. Sistematika Penulisan ... 15

BAB 2. LANDASAN TEORI 2.1. Prestasi Akademik ... 17

2.1.1. Definisi Prestasi Akademik ... 17

2.1.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Akademik ... 18

2.1.3. Dimensi-dimensi Prestasi Akademik ... 23

2.1.4. Pengukuran Prestasi Akademik... 26

2.2. Motivasi Akademik ... 26

2.2.1. Definisi Motivasi Akademik ... 26

2.2.2. Teori Motivasi Akademik ... 27

2.2.3. Dimensi-dimensi Motivasi Akademik ... 30

2.2.4. Pengukuran Motivasi Akademik ... 33

2.3. Gaya Belajar ... 35

2.3.1. Definisi Gaya Belajar ... 35

2.3.2. Jenis-jenis Gaya Belajar ... 36

2.3.3. Pengukuran Gaya Belajar ... 40

2.4. Penyesuaian Diri Di Perguruan Tinggi ... 42


(11)

xi

2.6.1. Hipotesis Mayor ... 53

2.6.2. Hipotesis Minor ... 54

BAB 3. METODE PENELITIAN 3.1. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel ... 56

3.1.1. Populasi Penelitian ... 56

3.1.2. Sampel Penelitian ... 56

3.1.3. Teknik Pengambilan Sampel... 56

3.2. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ... 57

3.2.1. Variabel Penelitian ... 57

3.2.2. Definisi Operasional Variabel ... 57

3.3. Instrumen Pengumpulan Data ... 59

3.3.1. Skala Motivasi Akademik ... 60

3.3.2. Skala Gaya Belajar ... 63

3.3.3. Skala Penyesuaian Diri Di Perguruan Tinggi ... 64

3.4.UJi Validitas Konstruk ... 67

3.4.1. Uji Validitas Konstruk Motivasi Akademik ... 69

3.4.2. Uji Validitas Konstruk Gaya Belajar ... 76

3.4.3. Uji Validitas Konstruk Penyesuaian Diri Perguruan Tinggi ... 92

3.5. Teknik Analisis Data ... 103

3.6. Prosedur Penelitian ... 105

BAB 4. HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Subjek Penelitian ... 107

4.2. Analisis Deskriptif ... 107

4.3. Kategorisasi Hasil Penelitian ... 110

4.4. Hasil Uji Hipotesis... 114

4.4.1. Uji Regresi Berganda ... 114

4.4.2. Pengujian Proporsi Varians Masing-masing Variabel Independen ... 120

BAB 5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 124

5.2. Diskusi ... 124

5.3. Saran ... 131

5.3.1. Saran Teoritis ... 131

5.3.2. Saran Praktis ... 132

DAFTAR PUSTAKA ... 133


(12)

xii

Tabel 3.1 Skoring Model Skala Likert... 60

Tabel 3.2 Teknik Pengumpulan Data... 60

Tabel 3.3 Blue Print Academic Motivation Scale (AMS) ... 62

Tabel 3.4 Blue Print The Grasha-Riechmann Student Learning Style Scales (GRSLSS)...

64

Tabel 3.5 Blue Print The Student Adaptation to College Questionnaire (SACQ)...

66

Tabel 3.6 Muatan Faktor Item Extrinsic Motivation... 70

Tabel 3.7 Matriks Korelasi Kesalahan Pengukuran dari Item

Extrinsic Motivation... 71

Tabel 3.8 Muatan Faktor Item Intrinsic Motivation... 73

Tabel 3.9 Matriks Korelasi Kesalahan Pengukuran dari Item

Intrinsic Motivation... 74

Tabel 3.10 Muatan Faktor Item Amotivation... 75

Tabel 3.11 Matriks Korelasi Kesalahan Pengukuran dari Item

Amotivation... 76

Tabel 3.12 Muatan Faktor Item Independent...... 78

Tabel 3.13 Matriks Korelasi Kesalahan Pengukuran dari Item

Independent... 78

Tabel 3.14 Muatan Faktor Item Avoidant...... 80

Tabel 3.15 Matriks Korelasi Kesalahan Pengukuran dari Item

Avoidant... 81

Tabel 3.16 Muatan Faktor Item Collaborative... 83

Tabel 3.17 Matriks Korelasi Kesalahan Pengukuran dari Item

Collaborative... 83

Tabel 3.18 Muatan Faktor Item Dependent...... 85

Tabel 3.19 Matriks Korelasi Kesalahan Pengukuran dari Item

Collaborative... 86

Tabel 3.20 Muatan Faktor Item Competitive...... 88

Tabel 3.21 Matriks Korelasi Kesalahan Pengukuran dari Item

Competitive... 89

Tabel 3.22 Muatan Faktor Item Participant...... 91

Tabel 3.23 Matriks Korelasi Kesalahan Pengukuran dari Item

Participant... 91

Tabel 3.24 Muatan Faktor Item Academic Adjustment...... 93

Tabel 3.25 Matriks Korelasi Kesalahan Pengukuran dari Item

Academic Adjustment ... 94

Tabel 3.26 Muatan Faktor Item Social Adjustment... 96

Tabel 3.27 Matriks Korelasi Kesalahan Pengukuran dari Item Social Adjustment ...


(13)

xiii

Attachment...

Tabel 3.31 Matriks Korelasi Kesalahan Pengukuran dari Item Goal-Commitment Institutional Attachment...

102

Tabel 4.1 Gambaran Umum Responden... 107

Tabel 4.2 Deskripsi Statistik Variabel Penelitian... 108

Tabel 4.3 Norma Skor Variabel... 110

Tabel 4.4 Kategorisasi Prestasi Akademik... 110

Tabel 4.5 Kategorisasi Dimensi Academic Adjustment.... 111

Tabel 4.6 Kategorisasi Dimensi Social Adjustment …….... 111

Tabel 4.7 Kategorisasi Dimensi Personal-Emotional Adjustment ... 112

Tabel 4.8 Kategorisasi Dimensi Goal-Commitment Institutional Attachment... 112 Tabel 4.9 Kategorisasi Variabel Motivasi Akademik... 113

Tabel 4.10 Kategorisasi Variabel Gaya Belajar... 113

Tabel 4.11 R square... 114

Tabel 4.12 Anova ... 115

Tabel 4.13 Koefisien Regresi ... 116


(14)

xiv

Gambar 3.1 Analisis Faktor Konfirmatorik dari Dimensi Extrinsic Motivation...

69

Gambar 3.2 Analisis Faktor Konfirmatorik dari Dimensi Intrinsic Motivation...

72

Gambar 3.3 Analisis Faktor Konfirmatorik dari Dimensi

Amotivation...

75

Gambar 3.4 Analisis Faktor Konfirmatorik dari Jenis

Independent...

77

Gambar 3.5 Analisis Faktor Konfirmatorik dari Jenis

Avoidant...

79

Gambar 3.6 Analisis Faktor Konfirmatorik dari Jenis

Collaborative... 82

Gambar 3.7 Analisis Faktor Konfirmatorik dari Jenis

Dependent...

84

Gambar 3.8 Analisis Faktor Konfirmatorik dari Jenis

Competitive...

87

Gambar 3.9 Analisis Faktor Konfirmatorik dari Jenis

Participant...

90

Gambar 3.10 Analisis Faktor Konfirmatorik dari Dimensi Academic Adjustment...

92

Gambar 3.11 Analisis Faktor Konfirmatorik dari Dimensi Social Adjustment...

95

Gambar 3.12 Analisis Faktor Konfirmatorik dari Dimensi Personal-Emotional Adjustment...

98

Gambar 3.13 Analisis Faktor Konfirmatorik dari Dimensi Goal-Commitment Institutional Attachment...


(15)

1

Dalam kehidupan manusia, prestasi merupakan hal yang ingin dimiliki setiap individu. Prestasi dapat diraih dengan dua hal, yakni prestasi dalam pekerjaan dan prestasi dalam pendidikan atau akademiknya. Menurut Choy (dalam Kuh, Kinzie, Buckley, Bridges & Hayek, 2006) salah satu yang membuat seseorang sukses dalam bidang akademiknya yaitu dengan melihat seberapa besar tingkat ketertarikan individu terhadap lingkungan tempat belajarnya.

Kuh, Kinzie, Buckley, Bridges dan Hayek (2006) menyebutkan bahwa keberhasilan akademik dapat dijadikan ukuran atau patokan dari prestasi akademik yang diraih. Adapun yang dijadikan ukuran keberhasilan akademik mahasiswa seperti nilai standar ujian masuk perguruan tinggi, nilai ujian semester dan terdapat beberapa faktor lain yang mengukur aspek kesuksesan dalam belajar, seperti pengalaman bersekolah sebelumnya, perasaan nyaman, serta keyakinan akan lingkungan belajar. Astin (dalam Kuh, et.al., 2006) menyebutkan perasaan nyaman atau kepuasan saat belajar di perguruan tinggi dapat menghasilkan nilai yang sedang. Pascarella dan Terenzini (dalam Kuh, et.al., 2006) menyimpulkan nilai yang bagus pada tahun pertama perkuliahan sangat penting untuk keberhasilan akademik selanjutnya dan menyelesaikan gelar akademik. Prestasi akademik yang kuat, tampaknya mengurangi kemungkinan siswa berhenti dan meningkatkan kemungkinan tepat waktu dalam menyelesaikan gelar akademik.


(16)

Secara umum, prestasi akademik yang baik dapat diperoleh dengan belajar sungguh-sungguh, kerja keras, memiliki motivasi untuk berprestasi, kemampuan dalam memahami pelajaran, kepribadian yang baik, dan tersedianya fasilitas yang mendukung. Menurut Warsito (2009) dalam penelitiannya, seseorang yang dapat melakukan penyesuaian akademik dengan baik atau dapat memenuhi persyaratan akademiknya dikampus dengan baik, maka mahasiswa tersebut akan dapat mencapai prestasi akademik yang tinggi.

Akan tetapi pencapaian dalam meraih prestasi di tingkat jenjang universitas bukan sesuatu yang mudah untuk diraih. Persaingan dalam dunia kampus semakin ketat, mulai dari seleksi masuk perguruan tinggi, kapasitas mata kuliah, sampai kepada kebijakan-kebijakan akademik yang dibuat oleh universitas. Apalagi dengan mahasiswa tahun pertama di perguruan tinggi yang terkait dengan berbagai perubahan dalam kehidupannya, seperti yang dialami oleh mahasiswa tahun pertama Fakultas Psikologi UIN Jakarta. Selain lingkungan sosial mereka, mahasiswa juga dihadapkan dengan perubahan dalam situasi prestasi bersaing mereka, misalnya peningkatan tingkat kesulitan beradaptasi di lingkungan baru, tuntutan yang lebih tinggi berkaitan dengan pembelajaran mandiri, serta transisi ke jenis kelompok sosial berbeda dibandingkan dengan lingkungan di sekolah menengah (Pillay, Ngcobo, Schiefele, Streblow, Ermgassen, Moschner dalam Dresel & Grassinger, 2013).

Berkaitan dengan masalah prestasi akademik di atas, menurut Tinto (dalam Olani, 2009) tahun pertama menjalani perkuliahan adalah periode transisi kritis, karena masa tersebut adalah waktunya mahasiswa untuk meletakkan dasar atau


(17)

pondasi yang selanjutnya akan mempengaruhi keberhasilan akademik. Awal sebagai mahasiswa diperguruan tinggi akan menghadapi banyak transisi selama semester pertama perkuliahan. Banyak penyesuaian yang harus dilakukan untuk berhasil dalam lingkungan kampus. Mahasiswa yang tidak mampu membuat penyesuaian ini dapat mengalami drop out (Alexander, Woosley, Truell & Zhao, 2010). Oleh sebab itu, IPK (indeks prestasi kumulatif) diawal perkuliahan dan penyesuaian akademik yang baik sangat menentukan keberhasilan akademik di semester selanjutnya.

Sejalan dengan penelitian beberapa tokoh di atas, Menurut Baker, Jay, D'Augelli, Urani, Miller, Johnson dan Petzel (dalam Fowler, 2010) Awal periode baru dalam kehidupan seseorang sebagai mahasiswa tahun pertama adalah masa transisi. Untuk beberapa orang, mungkin mencakup banyak perubahan kehidupan yang penuh dengan stres. Selama perubahan, individu diharapkan dapat beradaptasi dengan banyak hubungan interpersonal, akademik, dan tuntutan sosial.

Fowler (2010) dalam disertasinya, menemukan bahwa hal-hal yang dapat menyebabkan stres secara umum bagi mahasiswa, yakni pindah ke kota baru, meninggalkan rumah dan lingkungan keluarga, menjalani kehidupan yang mandiri, membentuk hubungan baru, menghadapi masalah dalam diri sendiri, menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial yang baru, berurusan dengan ujian semester, berbicara di depan umum, dan mencari pekerjaan. Hal-hal yang telah disebutkan, membuat mahasiswa tingkat satu dapat mengalami kesulitan dalam


(18)

menjalani perkuliahan serta meraih prestasi akademiknya. Dengan demikian, pencapaian dalam meraih prestasi akademik di tingkat universitas tidak mudah.

Dengan melihat fenomena-fenomena sulitnya pencapaian prestasi akademik di atas, perlu kita ketahui faktor-faktor apa saja yang dapat mendukung pencapaian prestasi akademik. Menurut penelitian beberapa tokoh, ada beberapa faktor yang dapat mendukung pencapaian prestasi akademik yang baik, yakni motivasi akademik (Deci & Ryan dalam Ayub, 2010), gaya belajar (Kolb dalam Cox, 2013 ; Grassa & Riechmann dalam Uzuntiryaki, 2007) dan penyesuaian diri di perguruan tinggi (Baker & Siryk dalam Fowler, 2010).

Diawali dengan penelitian yang dilakukan oleh Turner, Chandler dan Heffer (2009), menunjukkan bahwa motivasi akademik mempengaruhi kinerja akademik, terutama motivasi intrinsik. Dalam hal ini, kinerja adalah hasil belajar mahasiswa atau indeks prestasi kumulatif mahasiswa. Penelitian Turner, et.al.

diperkuat oleh penelitian Ayub (2010) yang mengemukakan bahwa motivasi akademik berpengaruh positif terhadap prestasi akademik, terutama pada dimensi motivasi ekstrinsik dan motivasi intrinsik. Temuan dari Ayub menggambarkan bahwa motivasi dapat meningkatkan kinerja akademik. Dengan demikian, motivasi akademik ekstrinsik dan intrinsik merupakan pendorong bagi mahasiswa dalam meraih prestasi akademik yang baik.

Selain motivasi akademik, faktor lain yang juga berpengaruh, yaitu gaya belajar. Zin, Zaman dan Noah (dalam Damavandi, Mahyuddin, Elias, Daud & Shabani, 2011) menerangkan bahwa ada perbedaan individu dalam gaya belajar. Mengadaptasi bahan-bahan akademik untuk perbedaan individu itu akan


(19)

memfasilitasi proses dalam belajar dan membantu meningkatkan manfaat dari belajar itu, terutama untuk individu yang prestasinya rendah dan sedang. Oleh karena itu, pemahaman gaya belajar mahasiswa dan dampaknya terhadap prestasi akademik adalah penting bagi pengajar untuk langkah awal dalam memastikan mahasiswa berprestasi.

Dalam penelitian dari Damavandi, et.al. (2011) memaparkan bahwa dampak gaya belajar pada prestasi akademik siswa sekolah menengah di Iran. Alireza menggunakan alat ukur learning style model Kolb yang diberikan di delapan sekolah umum di Teheran. Rata-rata hasil skor tes lima mata pelajaran, yaitu bahasa Inggris, ilmu pengetahuan, matematika, sejarah dan geografi, dihitung untuk setiap siswa dan digunakan sebagai ukuran prestasi akademik. Sebanyak 285 siswa kelas 10 dipilih secara acak sebagai sampel dari penelitian ini. Hasil menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan secara statistik dalam pencapaian akademis siswa Iran, ternyata sesuai dengan empat gaya belajar yaitu akomodasi, asimilasi, divergen, dan konvergen.

Penelitian Damavandi, et.al. di atas, juga didukung oleh penelitian Cox (2013) yang menggambarkan hubungan antara gaya belajar siswa dan prestasi akademik pada penyelesaian semester pertama ditahun pertama mereka. Sebagian besar siswa (69,2%) diidentifikasi sebagai accommodators dan divergers. Sedangkan 36% dari siswa dinilai sebagai Accommodators dalam gaya belajar mereka. 32% dari siswa dinilai sebagai divergers dalam gaya belajar mereka. Kemudian convergers (14,9%) dan assimilators (15,9%) menduduki peringkat terendah dengan 1% perbedaan antara dua kelompok.


(20)

Penelitian gaya belajar dengan model lain yang dilakukan oleh Uzuntiryaki (2007) mendapatkan hasil bahwa adanya pengaruh yang signifikan terhadap prestasi akademik. Ia menggunakan model Grasha and Riechmann student learning style. Hasil temuan tersebut sekaligus menguatkan pernyataan bahwa gaya belajar dapat berpengaruh terhadap keberhasilan akademik. Penelitian gaya belajar yang terakhir dari Komarraju, Karau, Schmeck dan Avdic (2011) menjelaskan bahwa gaya belajar memainkan peran penting dalam mempengaruhi prestasi akademik. Oleh karena itu, gaya belajar merupakan faktor penting dalam menunjang nilai-nilai hasil belajar mahasiswa, terutama indeks prestasinya. Dari beberapa model gaya belajar di atas, akan peneliti gunakan dengan sampelnya adalah mahasiswa.

Kemudian faktor yang mempengaruhi prestasi akademik selanjutnya, yaitu penyesuaian diri di perguruan tinggi. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Abdullah, Elias, Mahyuddin dan Uli (dalam Calaguas, 2011) penyesuaian akademik memainkan peran penting dalam retensi perguruan tinggi dan kesuksesan akademik dalam perguruan tinggi.

Ada lagi sebuah penelitian yang sama dilakukan pada mahasiswa tahun pertama di Afrika Selatan juga ditemukan positif, yakni penyesuaian diri di perguruan tinggi secara signifikan positif berpengaruh terhadap prestasi akademik. Aspek-aspek penyesuaian diri di perguruan tinggi juga sangat penting bagi mahasiswa, ketika mereka membuat transisi dari sekolah menengah hingga perguruan tinggi (Baker dalam Fowler, 2010). Penelitian yang dilakukan oleh Baker, Siryk, Dahmus, Bernardin dan Sennett (dalam Fowler, 2010)


(21)

mengungkapkan bahwa penyesuaian akademik merupakan salah satu aspek yang terbukti paling kuat memprediksi kinerja akademik perguruan tinggi di Inggris.

Selain motivasi akademik, gaya belajar dan penyesuaian diri di perguruan tinggi, peneliti juga akan melihat variabel demografi yang berpengaruh terhadap prestasi akademik, yaitu jalur penerimaan mahasiswa baru seperti PTAIN, SBMPTN, SNMPTN, dan SPMB Mandiri. Variabel ini diambil karena fenomena jalur masuk yang semakin bervariasi dan nilai yang telah ditentukan untuk lulus tiap perguruan tinggi semakin tinggi membuat mahasiswa harus lebih kompeten. Hal itu dapat meningkatkan motivasi mahasiswa dalam belajar yang berpengaruh terhadap prestasi akademiknya. Melihat fenomena tersebut, peneliti akan menguji apakah jalur masuk berpengaruh signifikan terhadap prestasi akademik.

Berdasarkan fenomena dan beberapa penelitian yang telah dilakukan, penelitian mengenai prestasi akademik mahasiswa tahun pertama yang berkaitan dengan motivasi akademik, gaya belajar dan penyesuaian diri di perguruan tinggi masih jarang dilakukan. Karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang motivasi akademik, gaya belajar dan penyesuaian diri di perguruan tinggi yang berkaitan dengan prestasi akademik. Maka peneliti mengajukan penelitian dengan judul “Pengaruh Motivasi Akademik, Gaya Belajar dan Penyesuaian Diri Di Perguruan Tinggi terhadap Prestasi Akademik Mahasiswa Tahun Pertama”.


(22)

1.2. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1.2.1. Pembatasan Masalah

Peneliti hanya membatasi 3 faktor yang mempengaruhi prestasi akademik pada lingkup internal, yakni motivasi akademik, gaya belajar dan penyesuaian diri di perguruan tinggi, kemudian lingkup eksternalnya peneliti memilih variabel demografi, yakni jalur penerimaan mahasiswa baru. Faktor tersebut dipilih karena menjadi prediksi besar dalam pengaruhnya terhadap prestasi akademik. Pembatasan masalah ini dimaksudkan agar dalam penelitian tidak menyimpang dari sasaran yang ingin dicapai, uraian lebih lanjut adalah sebagai berikut:

1. Motivasi akademik dalam penelitian ini dibatasi sebagai suatu hasrat atau dorongan seseorang dalam memperoleh sesuatu yang ingin diraih untuk tercapainya suatu tujuan tertentu pada bidang akademiknya. Motivasi akademik dalam penelitian ini juga dibatasi pada tiga dimensi yang meliputi

extrinsic motivation, intrinsic motivation dan amotivation, sebagaimana dikemukakan oleh Deci dan Ryan (dalam Ayub, 2010).

2. Gaya belajar dalam penelitian ini dibatasi sebagai preferensi seseorang dalam berpikir dan berinteraksi dengan mahasiswa lainnya di dalam lingkungan kelas dan pengalaman yang berbeda. Gaya belajar dalam penelitian ini juga dibatasi pada enam jenis yang meliputi independent,

avoidant, collaborative, dependent, competitive dan participant,

sebagaimana dikemukakan oleh Grasha dan Riechmann (dalam Uzuntiryaki, 2007).


(23)

3. Penyesuaian diri di perguruan tinggi pada penelitian ini dibatasi sebagai sebuah bentuk usaha pada seorang individu dalam menyesuaikan dirinya terhadap lingkungan kampus atau perguruan tinggi untuk terciptanya keselarasan dalam proses belajar atau perkuliahan. Penyesuaian diri di perguruan tinggi pada penelitian ini juga dibatasi oleh empat dimensi yang meliputi academic adjustment, social adjustment, personal-emotional

adjustment dan goal-commitment institutional attachment, sebagaimana

dikemukakan oleh Baker dan Siryk (dalam Otlu, 2010).

4. Prestasi akademik yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu tingkat kompetensi mahasiswa pada mata kuliah tertentu yang ditandai dengan nilai hasil tes atau ujian dari dosen. Prestasi akademik dalam penelitian ini adalah indeks prestasi (IP) semester satu dari mahasiswa.

5. Variabel demografi pada penelitian ini adalah jalur penerimaan mahasiswa baru seperti PTAIN, SBMPTN, SNMPTN, dan SPMB Mandiri.

6. Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa semester 2 Fakultas Psikologi UIN Jakarta tahun akademik 2013/2014 yang berjumlah 149 orang.

1.2.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut.

1.2.2.1. Perumusan Masalah Mayor

Apakah variabel motivasi akademik (extrinsic motivation, intrinsic motivation dan amotivation), gaya belajar (independent, avoidant, collaborative, dependent,


(24)

competitive dan participant), penyesuaian diri di perguruan tinggi (academic

adjustment, social adjustment, personal-emotional adjustment dan

goal-commitment institutional attachment) dan jalur penerimaan mahasiswa baru

berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi akademik mahasiswa tahun pertama Fakultas Psikologi UIN Jakarta?

1.2.2.2. Perumusan Masalah Minor

1. Apakah dimensi extrinsic motivation pada variabel motivasi akademik berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi akademik mahasiswa tahun pertama Fakultas Psikologi UIN Jakarta?

2. Apakah dimensi intrinsic motivation pada variabel motivasi akademik berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi akademik mahasiswa tahun pertama Fakultas Psikologi UIN Jakarta?

3. Apakah dimensi amotivation pada variabel motivasi akademik berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi akademik mahasiswa tahun pertama Fakultas Psikologi UIN Jakarta?

4. Apakah jenis independent pada variabel gaya belajar berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi akademik mahasiswa tahun pertama Fakultas Psikologi UIN Jakarta?

5. Apakah jenis avoidant pada variabel gaya belajar berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi akademik mahasiswa tahun pertama Fakultas Psikologi UIN Jakarta?


(25)

6. Apakah jenis collaborative pada variabel gaya belajar berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi akademik mahasiswa tahun pertama Fakultas Psikologi UIN jakarta?

7. Apakah jenis dependent pada variabel gaya belajar berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi akademik mahasiswa tahun pertama Fakultas Psikologi UIN Jakarta?

8. Apakah jenis competitive pada variabel gaya belajar berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi akademik mahasiswa tahun pertama Fakultas Psikologi UIN Jakarta?

9. Apakah jenis participant pada variabel gaya belajar berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi akademik mahasiswa tahun pertama Fakultas Psikologi UIN Jakarta?

10.Apakah dimensi academic adjustment variabel penyesuaian diri di perguruan tinggi berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi akademik mahasiswa tahun pertama Fakultas Psikologi UIN Jakarta?

11.Apakah dimensi social adjustment pada variabel penyesuaian diri di perguruan tinggi berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi akademik mahasiswa tahun pertama Fakultas Psikologi UIN Jakarta?

12.Apakah dimensi personal-emotional adjustment pada variabel penyesuaian diri di perguruan tinggi berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi akademik mahasiswa tahun pertama Fakultas Psikologi UIN Jakarta?


(26)

13.Apakah dimensi goal-commitment institutional attachment pada variabel penyesuaian diri di perguruan tinggi berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi akademik mahasiswa tahun pertama Fakultas Psikologi UIN Jakarta? 14.Apakah jalur penerimaan mahasiswa baru pada variabel demografi

berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi akademik mahasiswa tahun pertama Fakultas Psikologi UIN Jakarta?

1.3. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian

Mengacu kepada rumusan masalah, maka tujuan dalam penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut.

1.3.1.1. Tujuan Penelitian Mayor

Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh motivasi akademik (extrinsic motivation, intrinsic motivation dan amotivation), gaya belajar (independent, avoidant, collaborative, dependent, competitive dan participant), penyesuaian diri di perguruan tinggi (academic adjustment, social adjustment, personal-emotional adjustment dan goal-commitment institutional attachment) dan jalur penerimaan mahasiswa baru terhadap prestasi akademik mahasiswa tahun pertama Fakultas Psikologi UIN Jakarta.

1.3.1.2. Tujuan Penelitian Minor

Penelitian ini juga menguji seberapa besar kontribusi yang diberikan oleh setiap dimensi atau jenis dari masing-masing variabel terhadap prestasi akademik, lebih lanjut uraiannya sebagai berikut.


(27)

1. Untuk menguji pengaruh dimensi extrinsic motivation pada variabel motivasi akademik terhadap prestasi akademik mahasiswa tahun pertama Fakultas Psikologi UIN Jakarta.

2. Untuk menguji pengaruh dimensi intrinsic motivation pada variabel motivasi akademik terhadap prestasi akademik mahasiswa tahun pertama Fakultas Psikologi UIN Jakarta.

3. Untuk menguji pengaruh dimensi amotivation pada variabel motivasi akademik terhadap prestasi akademik mahasiswa tahun pertama Fakultas Psikologi UIN Jakarta.

4. Untuk menguji pengaruh jenis independent pada variabel gaya belajar terhadap prestasi akademik mahasiswa tahun pertama Fakultas Psikologi UIN Jakarta.

5. Untuk menguji pengaruh jenis avoidant pada variabel gaya belajar terhadap prestasi akademik mahasiswa tahun pertama Fakultas Psikologi UIN Jakarta. 6. Untuk menguji pengaruh jenis collaborative pada variabel gaya belajar

terhadap prestasi akademik mahasiswa tahun pertama Fakultas Psikologi UIN Jakarta.

7. Untuk menguji pengaruh jenis dependent pada variabel gaya belajar terhadap prestasi akademik mahasiswa tahun pertama Fakultas Psikologi UIN Jakarta. 8. Untuk menguji pengaruh jenis competitive pada variabel gaya belajar terhadap

prestasi akademik mahasiswa tahun pertama Fakultas Psikologi UIN Jakarta. 9. Untuk menguji pengaruh jenis participant pada variabel gaya belajar terhadap


(28)

10.Untuk menguji pengaruh dimensi academic adjustment pada variabel penyesuaian diri di perguruan tinggi terhadap prestasi akademik mahasiswa tahun pertama Fakultas Psikologi UIN Jakarta.

11.Untuk menguji pengaruh dimensi social adjustment pada variabel penyesuaian diri di perguruan tinggi terhadap prestasi akademik mahasiswa tahun pertama Fakultas Psikologi UIN Jakarta.

12.Untuk menguji pengaruh dimensi personal-emotional adjustment pada variabel penyesuaian diri di perguruan tinggi terhadap prestasi akademik mahasiswa tahun pertama Fakultas Psikologi UIN Jakarta.

13.Untuk menguji pengaruh dimensi goal-commitment institutional attachment

pada variabel penyesuaian diri di perguruan tinggi terhadap prestasi akademik mahasiswa tahun pertama Fakultas Psikologi UIN Jakarta.

14.Untuk menguji pengaruh jalur penerimaan mahasiswa baru pada variabel demografi terhadap prestasi akademik mahasiswa tahun pertama Fakultas Psikologi UIN Jakarta.

1.3.2. Manfaat Penelitian

Selain memiliki tujuan, penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat secara teoritis maupun praktis, diantaranya:

a) Manfaat secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan teori-teori psikologi, khususnya yang berhubungan dengan psikologi pendidikan.

b) Manfaat secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi literatur atau bacaan bagi para pembaca khususnya pembaca yang ingin menambah


(29)

pengetahuan mengenai motivasi akademik, gaya belajar dan penyesuaian diri di perguruan tinggi terhadap prestasi akademik. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi masukan bagi fakultas lain di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

1.4. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini mengacu pada dua pedoman, yaitu pertama dengan pedoman APA (American Psychology Association)-stlye, kemudian yang kedua adalah dengan pedoman penyusunan dan penulisan skripsi Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulisan ini dibagi menjadi beberapa bahasan seperti yang dijabarkan sebagai berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan latar belakang masalah, pembatasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.

BAB 2 LANDASAN TEORI

Landasan teoritis memuat teori-teori yang digunakan dalam penelitian, yaitu berisi definisi, faktor-faktor yang mempengaruhi, aspek-aspek atau dimensi dan pengukuran yang akan digunakan, serta kerangka berpikir dan hipotesis penelitian.

BAB 3 METODE PENELITIAN

Berisi metode penelitian yang mengurai jenis penelitian, variabel penelitian beserta definisi operasional, populasi dan sampel penelitian, instrumen pengumpulan data, teknik analisis data dan prosedur penelitian yang digunakan.


(30)

BAB 4 HASIL PENELITIAN

Bab ini berisi hasil penelitian yang mengurai tentang pengolahan data yang meliputi gambaran umum subjek, pengolahan statistik dan analisis terhadap data.

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN.

Kesimpulan ini dibuat berdasarkan hasil analisis. Pada bagian diskusi akan dibahas hasil penelitian, serta saran-saran yang sesuai dengan hasil penelitian untuk acuan penelitian selanjutnya.


(31)

17 2.1.1. Definisi Prestasi Akademik

Prestasi adalah istilah umum untuk pencapaian keberhasilan suatu tujuan tertentu yang membutuhkan usaha, pada umumnya ditandai dengan tanda yang diperoleh dalam tes dan ujian, seperti yang dikemukakan oleh Chaplin (2011), achievement

atau prestasi merupakan pencapaian atau hasil yang telah dicapai. Satu tingkat khusus dari kesuksesan karena mempelajari tugas-tugas, atau tingkat tertentu dari kecakapan atau keahlian dalam tugas-tugas sekolah atau akademik. Secara pendidikan atau akademik, prestasi merupakan satu tingkat khusus perolehan atau hasil keahlian dalam karya akademik yang dinilai oleh guru-guru, lewat tes-tes yang dibakukan, atau lewat kombinasi kedua hal tersebut.

Good (dalam Ambedkar, 2012) mendefinisikan prestasi akademik sebagai sikap pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan dalam mata pelajaran di sekolah, biasanya ditentukan oleh nilai tes atau dengan tanda yang diberikan oleh guru atau oleh keduanya. Akibatnya, prestasi akademik dapat didefinisikan sebagai persepsi diri dan evaluasi diri keberhasilan tujuan seseorang.

Sejalan dengan pendapat di atas, Howcroft (dalam Srivastava & Joshi, 2013) menjelaskan prestasi akademik dalam hal tanda aktual atau skor yang diperoleh dalam pemeriksaan. Howcroft menggunakan tanda yang sebenarnya dicapai untuk menggambarkan prestasi akademik, ditandai dengan sebuah nilai yang dapat menggambarkan kinerja individu dalam situasi akademik. Menurut


(32)

Kang, Shumow dan Vandall (dalam Srivastava & Joshi, 2013) prestasi akademik menggambarkan kompetensi diri akademik, perilaku dan nilai peserta didik atau pelajar.

Latipah (2010) mengatakan bahwa prestasi akademik menunjukan pada kinerja belajar seseorang yang pada umumnya ditunjukan dalam bentuk nilai rata-rata yang diperoleh. Nilai rata-rata-rata-rata selanjutnya dimunculkan (diantaranya) dalam bentuk indeks prestasi (IP).

Dari beberapa definisi prestasi akademik yang telah diungkapkan oleh beberapa ahli, peneliti memakai definisi yang dikemukakan oleh Latipah, dikarenakan bentuk-bentuk prestasi yang ditampilkan seperti indeks prestasi (IP) bisa dijadikan acuan pengukuran prestasi akademik dan pengukuran itu sesuai untuk sampel penelitian yang berlatarbelakang mahasiswa di Indonesia. Peneliti memberi kesimpulan bahwa prestasi akademik merupakan suatu tingkat kompetensi mahasiswa pada mata kuliah tertentu yang ditandai dengan nilai hasil tes atau ujian dari dosen.

2.1.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Akademik

Gage dan Berliner (1975) mengatakan, bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian prestasi akademik, yakni kecerdasan dan bakat (bidang pendidikan), kemudian adanya motivasi. Proses meraih prestasi, awalnya ditampilkan dengan adanya kebutuhan individu akan pengetahuan (perkuliahan) dan kebutuhan untuk mengerti terhadap pengetahuan yang sudah didapat, dari dua kebutuhan tersebut dapat meningkatkan motivasi individu dalam berprestasi yang berdampak pada


(33)

kinerja akademiknya, dan hasilnya adalah nilai (indeks prestasi) yang baik atau prestasi akademik yang optimal.

Menurut Syah (2010) faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi akademik dapat dilihat dari faktor-faktor yang mempengaruhi belajar itu sendiri, karena dari faktor-faktor yang mempengaruhi belajar inilah, maka muncul peserta-peserta didik yang high achiever (berprestasi tinggi) dan under achiever (berprestasi rendah) atau gagal sama sekali. Faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian prestasi akademik adalah sebagai berikut:

1. Faktor internal

Faktor internal sendiri meliputi dua aspek, yakni aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah) dan aspek psikologis (yang bersifat rohaniah).

a) Aspek fisiologis

Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas individu dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ-organ khusus individu, seperti tingkat kesehatan indera pendengar dan indera penglihat, juga sangat memengaruhi kemampuan individu dalam menyerap informasi dan pengetahuan, khususnya yang disajikan di kelas.

b) Aspek psikologis

Ada beberapa faktor dalam aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan belajar atau prestasi akademik individu. Namun, diantara faktor psikologis individu yang


(34)

pada umumnya dipandang lebih esensial, yakni tingkat kecerdasan atau inteligensi, sikap, bakat, minat dan motivasi, uraiannya adalah sebagai berikut:

a. Kecerdasan atau inteligensi

Inteligensi pada umumnya diartikan sebagai kemampuan psikologis untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat. Jadi, inteligensi sebenarnya bukan persoalan kualitas otak saja, melainkan juga kualitas organ-organ tubuh lainnya. Tingkat kecerdasan atau inteligensi (IQ) individu tidak dapat diragukan lagi, sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar atau prestasi akademik individu.

b. Sikap

Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons dengan cara yang relatif tetap terhadap objek orang, barang, dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif.

c. Bakat

Secara umum, bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Dengan demikian, sebetulnya setiap orang pasti memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing.


(35)

d. Minat

Minat adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Pemusatan perhatian yang intensif terhadap materi yang diajarkan dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar atau prestasi akademik individu. e. Motivasi

Motivasi adalah keadaan internal seseorang yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu.

2. Faktor eksternal

Pada faktor eksternal terdiri atas dua macam, yakni faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan nonsosial.

a) Lingkungan sosial

Lingkungan sosial seperti teman-teman sekelasnya, pengajar dan keluarga merupakan faktor yang dapat mempengaruhi semangat belajar dari seseorang. Para pengajar yang selalu menunjukkan sikap dan perilaku simpatik serta memperlihatkan suri teladan yang baik dan rajin, kemudian teman-teman sebayanya yang selalu mendukung serta keluarga yang selalu mendidik dengan baik, maka berdampak kepada perolehan hasil belajar atau prestasi akademik yang tinggi pada seseorang.


(36)

b) Lingkungan nonsosial

Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial ialah gedung dan lokasi tempat belajarnya, tempat tinggalnya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan oleh seseorang. 3. Faktor pendekatan belajar

Pendekatan belajar merupakan keefektifan segala cara atau strategi yang digunakan pelajar dalam menunjang efektivitas dan efisiensi proses belajar materi tertentu. Strategi dalam hal ini berarti adalah seperangkat langkah operasional yang direkayasa sedemikian rupa untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan belajar tertentu.

Ada beberapa penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi akademik dan salah satu faktornya adalah motivasi akademik. Penelitian motivasi akademik yang dilakukan oleh Turner, Chandler dan Heffer (2009) dan Ayub (2010) menunjukkan pengaruh yang positif terhadap prestasi akademik, terutama pada dimensi motivasi ekstrinsik dan motivasi intrinsik. Kemudian gaya belajar juga dikatakan sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi akademik. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Uzuntiryaki (2007) menunjukkan bahwa gaya belajar sebagai preferensi atau pilihan belajar dari pelajar untuk memahami suatu materi demi mencapai suatu proses pembelajaran yang maksimal. Penyesuaian diri di perguruan tinggi juga disebutkan sebagai faktor yang kuat dalam pencapaian prestasi akademik, seperti penelitian yang dilakukan oleh Baker, Siryk, Dahmus, Bernardin dan Sennett (dalam Fowler, 2013) mengungkapkan bahwa penyesuaian


(37)

akademik merupakan salah satu aspek yang terbukti paling kuat memprediksi kinerja akademik perguruan tinggi di Inggris.

Dari penjelasan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi akademik, maka dapat disimpulkan bahwa untuk meraih prestasi akademik yang baik terdapat dua aspek yakni internal dan eksternal. Aspek internal dapat ditandai dengan tingkat intelegensi seseorang, sikap, minat, bakat dan motivasi. Sedangkan aspek eksternal itu tergantung pada lingkungan yang ada di sekitar individu yang bersangkutan. Selain kedua aspek tersebut, ada juga yang mempengaruhi prestasi seseorang dalam akademiknya, yakni pendekatan belajar. Dari pendekatan ini sebenarnya mengacu pada aspek yang ada di dalam belajar yakni tenaga pengajar (dosen) dan mahasiswa. Baik dosen maupun mahasiswa dapat bekerjasama dalam proses belajar yang baik, sehingga menghasilkan hasil atau prestasi akademik yang baik. Selain itu ada faktor lain yang secara teoritis mempengaruhi prestasi akademik mahasiswa, yakni motivasi akademik, gaya belajar dan penyesuaian diri di perguruan tinggi. Ketiga faktor tersebut dipilih oleh peneliti untuk menjadi prediksi yang kuat dalam mempengaruhi prestasi akademik mahasiswa dan juga sebagai faktor internal yang kuat pada diri seseorang dalam meraih prestasi akademik yang baik.

2.1.3. Dimensi-dimensi Prestasi Akademik

Kunci pokok untuk memperoleh data hasil prestasi akademik peserta didik atau mahasiswa adalah dengan mengetahui garis-garis besar indikator dikaitkan dengan jenis prestasi yang hendak diukur.


(38)

Menurut Winkel (1996) indikator yang hendak diukur dalam prestasi akademik peserta didik atau mahasiswa, berdasarkan teori taksonomi bloom adalah sebagai berukut:

1. Ranah Kognitif

a. Pengetahuan: ingatan akan hal-hal yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan.

b. Pemahaman: mencakup kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari.

c. Penerapan: mencakup kemampuan untuk menerapkan suatu kaidah atau metode bekerja pada suatu kasus yang konkret dan baru.

d. Analisis: mencakup kemampuan untuk merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian, sehingga struktur keseluruhan dipahami dengan baik. e. Sintesis: mencakup kemampuan untuk membentuk suatu kesatuan atau

pola baru.

f. Evaluasi: mencakup kemampuan untuk membentuk suatu pendapat mengenai beberapa hal, dengan pertanggungjawaban pendapat itu.

2. Ranah Afektif

a. Penerimaan: mencakup kepekaan akan adanya suatu perangsang dan kesediaan untuk memperhatikan rangsangan itu.

b. Partisipasi: mencakup kerelaan untuk memperhatikan secara aktif dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan.

c. Penilaian/penentuan sikap: mencakup kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap sesuatu dan membawa diri sesuai dengan penilaian.


(39)

d. Organisasi: mencakup kemampuan untuk membentuk suatu system nilai sebagai pedoman dan pegangan dalam kehidupan.

e. Pembentukan pola hidup: mencakup kemampuan untuk menghayati nilai-nilai kehidupan sedemikian rupa, sehingga diinternalisasi dan menjadi pegangan nyata dalam mengatur kehidupannya sendiri.

3. Ranah Psikomotorik

a. Persepsi: mencakup kemampuan untuk mengadakan diskriminasi yang tepat antara dua perangsang atau lebih, berdasarkan pembedaan antara ciri-ciri fisik yang khas pada masing-masing rangsangan.

b. Kesiapan: mencakup kemampuan untuk menempatkan dirinya dalam keadaan akan memulai suatu gerakan atau rangkaian gerakan.

c. Gerakan terbimbing: mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak-gerik, sesuai dengan contoh yang diberikan (imitasi). d. Gerakan yang terbiasa: mencakup kemampuan untuk melakukan suatu

rangkaian gerak-gerik dengan lancer, karena sudah dilatih secukupnya, tanpa memperhatikan lagi contoh yang diberikan.

e. Gerakan kompleks: mencakup kemampuan untuk melaksanakan suatu keterampilan, yang terdiri atas beberapa komponen, dengan lancer, tepat dan efisien.

f. Penyesuaian pola gerakan: mencakup kemampuan untuk mengadakan perubahan dan menyesuaikan pola gerak-gerik dengan kondisi setempat atau dengan menunjukkan suatu taraf keterampilan yang telah mencapai kemahiran.


(40)

g. Kreativitas: mencakup kemampuan untuk melahirkan pola-pola gerak-gerik yang baru, seluruhnya atas dasar prakarsa dan inisiatif sendiri.

Indikator yang dipaparkan oleh peneliti menjadi landasan dalam penilaian prestasi akademik di kampus, apabila seseorang mahasiswa dapat menguasai tiga ranah tersebut maka besar kemungkinan mahasiswa akan mendapatkan nilai yang optimal.

2.1.4. Pengukuran Prestasi Akademik

Latipah (2010) mengatakan bahwa prestasi akademik menunjukkan pada kinerja belajar seseorang yang pada umumnya ditunjukan dalam bentuk nilai rata-rata yang diperoleh. Nilai rata-rata selanjutnya dimunculkan dalam bentuk indeks prestasi kumulatif (IP). Untuk itu, dalam pengukuran prestasi akademikpada penelitian ini, peneliti mengambil data indeks prestasi (IP) semester satu mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2013 sebagai tolak ukur tinggi atau rendahnya prestasi akademik mahasiswa.

2.2. Motivasi Akademik

2.2.1. Definisi Motivasi Akademik

Menurut Pintrich dan Zusho (dalam Areepattamannil, 2011) motivasi akademik mengacu pada proses internal yang mendesak dan mempertahankan kegiatan yang bertujuan untuk mencapai tujuan akademik tertentu. Motivasi akademik juga dikemukakan oleh Plunkett dan Bamaca-Gomez (dalam Alfaro, Umana-Taylor & Gomez, 2006) yaitu adalah karakteristik internal dari individu yang meliputi upaya akademik, efikasi diri akademik, kehadiran, aspirasi pendidikan, pentingnya sekolah, dan ketekunan.


(41)

Dari uraian di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa motivasi akademik adalah suatu hasrat atau dorongan seseorang dalam memperoleh sesuatu yang ingin diraih, demi tercapainya suatu tujuan tertentu pada bidang akademiknya.

2.2.2. Teori Motivasi Akademik

Sebelum mengkaji lebih dalam mengenai motivasi akademik, peneliti mendeskripsikan terlebih dahulu beberapa pendekatan teori yang dirujuk dari disertasi Areepattamannil (2011), sebagai berikut.

a. Self-determination theory

Teori determinasi diri (SDT) merupakan teori makro dari motivasi, emosi, dan pengembangan manusia yang mengambil minat pada faktor-faktor yang memfasilitasi atau mencegah proses asimilatif dan berorientasi pada pertumbuhan seseorang. SDT melukiskan tiga jenis kebutuhan psikologis dasar, yakni kebutuhan kompetensi, kebutuhan keterkaitan dan kebutuhan otonomi. Kebutuhan kompetensi merupakan fasilitator dari motivasi intrinsik, yaitu kebutuhan untuk mengalami kepuasan dalam meningkatkan kemampuan seseorang. Kebutuhan akan keterkaitan merupakan fasilitator lain dari motivasi intrinsik, yaitu kebutuhan untuk merasa terkait dengan orang lain yang signifikan. Kemudian yang terakhir adalah kebutuhan otonomi, yaitu kebutuhan untuk terlibat dalam perilaku mengatur diri (Deci & Ryan dalam Areepattamannil, 2011).

Pusat untuk SDT adalah perbedaan antara motivasi yang otonom dan motivasi yang dikendalikan. Motivasi otonom bertindak dengan penuh rasa kemauan dan pilihan, meliputi keduanya motivasi intrinsik dan


(42)

baik-diinternalisasi (yaitu, terintegrasi) motivasi ekstrinsik. Sedangkan motivasi yang dikendalikan, yaitu bertindak dengan rasa tekanan atau permintaan dan termasuk regulasi oleh kontinjensi eksternal (misalnya, peraturan eksternal) dan kontinjensi yang sebagian telah diinternalisasikan yaitu regulasi introjected (Deci & Ryan dalam Areepattamannil, 2011).

Lebih khususnya, teori determinasi diri (SDT) adalah sebuah pendekatan untuk motivasi manusia yang memahami pentingnya kebutuhan psikologis untuk otonomi. Otonomi berarti bahwa individu mengalami pilihan dalam inisiasi, pemeliharaan, dan regulasi perilaku mereka. Motivasi akademik dalam pendekatan self-determination theory terdiri atas tiga aspek atau komponen, yakni extrinsic motivation, intrinsic motivation dan amotivation (Deci & Ryan dalam Areepattamannil, 2011), seperti pada tabel berikut.

Tabel 2.1

Self-Determination Theory

Amotivation Extrinsic Motivation Instrinsic

Motivation

Lack of

Motivation Controlled Motivation Autonomous Motivation

Lack of Regulation

External Regulation

Introjected Regulation

Identified Regulation

Integrated Regulation

Intrinsic Regulation

b. Cognitive evaluation theory

Teori evaluasi kognitif menjelaskan efek dari faktor ekstrinsik atau peristiwa sosial kontekstual (misalnya, persaingan, tenggat waktu, evaluasi, menentukan goal, pujian, penghargaan) pada motivasi intrinsik, perilaku, dan pengalaman.


(43)

Hal ini paling berguna untuk perilaku belajar seseorang yang menunjukkan minat atau motivasi (Deci & Ryan dalam Areepattamannil, 2011).

c. Organismic integration theory

Teori integrasi organisme menjelaskan bahwa perilaku regulasi eksternal dapat diubah menjadi perilaku mandiri. Ini disebut konsep internalisasi utama yang berkenaan dengan perkembangan motivasi ekstrinsik (Deci & Ryan dalam Areepattamannil, 2011).

d. Causality orientations theory

Teori orientasi kausalitas diformulasikan untuk mengatasi perbedaan individu secara global (level kepribadian) orientasi motivasi, menggambarkan bagaimana orang-orang memasukkan pengaruh sosial ke dalam gaya motivasi mereka (Deci & Ryan dalam Areepattamannil, 2011).

e. Goal contents theory

Teori konten tujuan menjelaskan dampak dari tujuan intrinsik dan ekstrinsik pada motivasi manusia dan kesehatan (Kasser & Ryan dalam Areepattamannil, 2011).

f. Basic needs theory

Teori kebutuhan dasar menentukan seperangkat kebutuhan psikologis dasar universal yang merupakan zat-zat gizi penting untuk perkembangan optimal manusia, fungsi-psikologis dan kesehatan fisik serta kesejahteraan sosial (Deci & Ryan dalam Areepattamannil, 2011).

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan self-determination theory yang dikemukakan oleh Deci dan Ryan (dalam Areepattamannil, 2011)


(44)

untuk menjelaskan lebih dalam tentang motivasi akademik. Pendekatan tersebut mengacu kepada cara seseorang dalam memperoleh sesuatu dengan dorongan yang berasal dari dalam diri individu yaitu intrinsic motivation dan juga dari luar yaitu extrinsic motivation. Jika kedua dorongan tersebut tidak dapat terpenuhi, maka individu akan menolak untuk melanjutkan meraih sesuatu, disebutnya

amotivation.

2.2.3. Dimensi-dimensi Motivasi Akademik

Berdasarkan teori-teori mengenai motivasi akademik, peneliti memakai dimensi yang dikemukakan oleh Deci dan Ryan (dalam Vallerand, Fortier, Pelletier, Tuson, Briere & Blais, 1995) yang menyebutkan bahwa ada tiga dimensi penting dalam motivasi akademik, yakni sebagai berikut:

1. Motivasi ekstrinsik (Extrinsik motivation)

Bertentangan dengan motivasi intrinsik, motivasi ekstrinsik itu berkaitan dengan berbagai perilaku yang terlibat sebagai alat untuk mencapai tujuan dan bukan untuk kepentingan mereka sendiri. Motivasi ekstrinsik dibedakan menjadi lebih spesifik ke dalam 3 jenis, yaitu:

a. Pengaturan eksternal (External regulation)

Jenis motivasi ekstrinsik yang mengacu pada perilaku yang dikendalikan oleh sumber eksternal, seperti imbalan atau kendala yang dikenakan oleh orang lain.

b. Introyeksi (Introjection)

Dengan introyeksi, sumber eksternal sebelumnya dari motivasi telah diinternalisasi sehingga kehadirannya sebenarnya tidak lagi diperlukan


(45)

untuk memulai perilaku. Sebaliknya, perilaku ini diperkuat melalui tekanan internal seperti rasa bersalah atau kecemasan. Misalnya seperti mahasiswa yang hadir tepat waktu dan tidak pernah terlambat pada mata kuliah tertentu karena dia takut dimarahi oleh dosennya dan takut nilai yang diberikan rendah, akhirnya dia rajin datang tepat waktu.

c. Identifikasi (Identification)

Jenis motivasi ekstrinsik yang ketika individu datang untuk menghargai dan menilai perilaku penting dan juga karena individu melakukan itu dari pilihan. Kegiatan tersebut masih dilakukan untuk alasan ekstrinsik (misalnya, untuk mencapai tujuan pribadi), namun secara internal diatur dan ditentukan sendiri. Misalnya seperti mahasiswa yang mengejar prestasi yang tinggi untuk mendapatkan pekerjaan bergaji tinggi.

2. Motivasi intrinsik (Intrinsik motivation)

Secara umum, motivasi intrinsik mengacu dalam kegiatan murni untuk kesenangan dan kepuasan yang berasal setelah melakukan aktivitas. Ketika seseorang termotivasi secara intrinsik atau dari dalam dirinya, ia akan melakukan perilaku sukarela, tanpa adanya imbalan materi atau kendala dari luar. Motivasi intrinsik dibedakan menjadi lebih spesifik ke dalam 3 jenis, yaitu:

a. Motivasi intrinsik untuk mencari tahu (Intrinsic motivation to know) Jenis motivasi intrinsik yang berkaitan dengan beberapa konstruksi seperti eksplorasi, rasa ingin tahu, tujuan pembelajaran. Motivasi intrinsik untuk belajar dan epistemik untuk mengetahui dan memahami. Dengan


(46)

demikian, motivasi intrinsik untuk mencari tahu dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan untuk kesenangan dan kepuasan pada satu pengalaman sambil belajar, menjelajahi, atau mencoba untuk memahami sesuatu baru.

b. Motivasi intrinsik terhadap prestasi (Intrinsic motivation toward accomplishments)

Individu berinteraksi dengan lingkungan untuk merasa kompeten dan untuk menciptakan prestasi yang unik. Dengan demikian, motivasi intrinsik terhadap prestasi dapat didefinisikan sebagai suatu yang terlibat dalam kegiatan untuk kesenangan dan kepuasan yang dialami ketika seseorang mencoba untuk mencapai atau menciptakan sesuatu. Mencoba untuk menguasai teknik pelatihan yang sulit tertentu untuk mengalami kepuasan pribadi.

c. Motivasi intrinsik untuk pengalaman stimulasi (Intrinsic Motivation to Experience Stimulation)

Motivasi intrinsik untuk pengalaman stimulasi terjadi ketika seseorang terlibat dalam suatu kegiatan untuk mengalami rangsangan sensasi (misalnya, kesenangan indra, pengalaman estetika, serta kegembiraan dan kesenangan) yang berasal dari keterlibatan seseorang dalam kegiatan tertentu.

3. Amotivation

Bentuk dari ketidakberdayaan yang dipelajari, artinya termotivasi individu tidak merasakan kontingensi antara tindakan mereka dan hasil dari tindakan


(47)

mereka. Mereka mengalami perasaan ketidakmampuan dan kurangnya kontrol. Mereka tidak termotivasi secara intrinsik maupun ekstrinsik.

Mahasiswa yang memiliki motivasi akademik yang kuat (motivasi intrinsik dan ekstrinsik) dalam mengerjakan suatu tugas di kampus, akan terus bertahan dalam menghadapi dan mengatasi masalah apapun meskipun banyak menghadapi tantangan. Sebaliknya, mahasiswa dengan motivasi yang lemah akan lebih mudah frustasi dalam menghadapi berbagai rintangan atau hambatan yang muncul bahkan bisa mundur dari tantangan yang dihadapi di kampus atau mahasiswa tersebut tidak termotivasi lagi.

Dari ketiga dimensi motivasi akademik seperti intrinsic motivation, extrinsik motivation dan amotivation akan peneliti gunakan sebagai acuan dalam mengukur motivasi akademik.

2.2.4. Pengukuran Motivasi Akademik

Pada penelitian terdahulu tentang motivasi akademik, peneliti menemukan dua alat untuk mengukur motivasi akademik, yaitu sebagai berikut:

1. The Motivated Strategies for Learning Questionnaire (MSLQ) yang dikembangkan oleh Pintrich, Smith, Garcia, dan McKeachie pada tahun 1993 untuk mengukur validitas prediktif dari prestasi sekolah yang meliputi dua jenis skala, yaitu motivation dan learning. Skala motivation meliputi:

intrinsic goal orientation, extrinsic goal orientation, task value, control beliefs about learning, self-efficacy, dan test anxiety. Skala learning

meliputi: rehearsal, elaboration, organization, critical thinking, peer learning, help seeking, metacognition, effort management, time and study


(48)

environment. Berbentuk skala model likert yang berisi 81 item. Reliabilitas MSLQ mencapai koefisien alpha sebesar 0.86 (Buyukozturk, Akgun, Ozkahveci & Demirel, 2004).

2. Academic Motivation Scales (AMS) yang dibuat oleh Vallerand pada tahun 1992. Alat ukur ini digunakan untuk mengukur kualitas atau jenis motivasi seseorang. Alat ukur ini memiliki 28 item berbentuk skala model likert dengan rentang pilihan jawaban 1 (tidak berhubungan sama sekali) sampai 7 (sesuai persis) yang mengukur tiga dimensi, yaitu intrinsic motivation, extrinsik motivation dan amotivation. Alat ukur ini pernah dipakai oleh Areepattamannil dan Freeman pada tahun 2008 di Negara Kanada. Reliabilitas AMS mencapai koefisien alpha mulai dari 0.77-0.92 (Turner, Chandler & Heffer, 2009).

Pengukuran motivasi akademik dalam penelitian ini, peneliti menggunakan alat ukur yang dibuat oleh Vallerand, bernama Academic Motivation Scales (AMS) berbentuk skala model likert, dengan merujuk pada dimensi atau aspek yang dikemukakan oleh Ryan dan Deci seperti intrinsic motivation, extrinsik motivation dan amotivation. Peneliti menggunakan alat ukur skala model likert dari Vallerand, dikarenakan alat ukur tersebut memiliki tingkat reliabilitas yang lebih tinggi dibanding MSLQ, dengan koefisien alpha mulai dari 0,77-0,92. Dengan demikian, memungkinkan untuk mendapatkan signifikansi hasil penelitian yang optimal.


(49)

2.3. Gaya Belajar

2.3.1. Definisi Gaya Belajar

Menurut Kolb, Honey dan Mumford (dalam Abidin, Rezaee, Abdullah & Singh, 2011) Gaya belajar sebagai cara pilihan individu atau kebiasaan pengolahan dan transformasi pengetahuan. Atribut psikologis akibat perbedaan individu menentukan pemilihan strategi tertentu seseorang saat belajar. Menurut Junko (dalam Abidin, et.al., 2011) gaya belajar dipakai untuk mempengaruhi perilaku belajar peserta didik. Peserta didik memiliki preferensi gaya belajar yang berbeda akan berperilaku berbeda dalam cara mereka memandang, berinteraksi, dan menanggapi lingkungan belajarnya.

Menurut Grasha dan Riechmann (dalam Baykul, Gursel, Sulak, Ertekin, Yazici, Dulger, Aslan & Buyukkarci, 2010) gaya belajar adalah preferensi mahasiswa dalam berfikir dan berinteraksi dengan mahasiswa lainnya di dalam lingkungan kelas dan pengalaman yang berbeda.

Sejalan dengan beberapa definisi di atas, Garger dan Guild (dalam Raven, Cano, Carton & Shelhamer, 1993) menjelaskan gaya belajar sebagai karakteristik yang stabil dan meresap pada diri seorang individu, yang dinyatakan melalui interaksi perilaku dan kepribadian seseorang sebagai salah satu pendekatan tugas belajar.

Peneliti merujuk pada konsep yang dijelaskan oleh Grasha dan Riechmann, dikarenakan definisi yang dijelaskan lebih mudah dipahami oleh peneliti, yang akan dijadikan acuan dalam mengkaji mengenai gaya belajar. Jadi, peneliti dapat menyimpulkan bahwa gaya belajar adalah suatu pilihan atau cara


(50)

seseorang dalam berpikir dan bertindak pada proses belajarnya untuk memperoleh ilmu pengetahuan.

2.3.2. Jenis-jenis Gaya Belajar

Menurut Grasha dan Riechmann (dalam Uzuntiryaki, 2007) gaya belajar dibagi 6 jenis yang berbeda, yakni sebagai berikut:

1. Gaya belajar dengan cara independen atau bebas (Independent learning styles) Pelajar yang suka berpikir untuk diri mereka sendiri dan percaya diri dalam kemampuan belajar mereka. Lebih memilih untuk belajar yang mereka anggap penting dan akan lebih memilih untuk bekerja sendiri pada program-program pembelajaran dibandingkan dengan pelajar lain.

2. Gaya belajar dengan cara penghindar (Avoidant learning style)

Pelajar penghindar yang tidak antusias untuk belajar dan tidak mau menghadiri kelas. Mereka juga terlambat untuk berpartisipasi dengan pelajar dan pengajar di kelas. Mereka tidak tertarik dan sering kewalahan dengan apa yang terjadi dikelas.

3. Gaya belajar dengan cara bekerjasama (Collaborative learning style)

Pelajar yang merasa bisa belajar dengan berbagi ide-ide dan talenta. Mereka bekerja sama dengan pengajar dan ingin bekerjasama dengan pelajar lain. 4. Gaya belajar dengan cara dependen atau terikat (Dependent learning style)

Pelajar yang ketergantungan dengan menunjukkan sedikit keingintahuan intelektual dan hanya belajar seperlunya saja. Melihat pengajar dan teman-temannya sebagai struktur sumber daya dan dukungan serta mencari sosok yang berkuasa untuk pedoman tertentu pada apa yang harus dilakukan.


(51)

5. Gaya belajar dengan cara kompetisi atau bersaing (Competitive learning style) Pelajar yang mempelajari materi dalam rangka untuk tampil lebih baik daripada pelajar lain dikelas. Mempercayai bahwa mereka harus bersaing dengan pelajar lain dalam suatu program pembelajaran untuk penghargaan yang ditawarkan. Ingin menjadi pusat perhatian dan untuk menerima pengakuan atas prestasi mereka di kelas.

6. Gaya belajar dengan cara mendalam (Participant learning style)

Menjadi pelajar yang baik di kelas, menikmati untuk pergi ke kelas dan kemungkinan mengambil bagian dalam banyak kegiatan program pembelajaran. Biasanya bersemangat untuk melakukan lebih banyak dari yang diperlukan dan persyaratan program pembelajaran pilihan karena kemampuan mereka.

Pendapat lain mengenai jenis-jenis gaya belajar menurut Felder dan Soloman (1993) diklasifikasikan ke dalam 4 jenis yakni sebagai berikut:

1. Pembelajar aktif dan reflektif (Active and reflective learners)

Pembelajar atau mahasiswa yang aktif cenderung untuk mempertahankan dan memahami informasi yang terbaik dengan melakukan sesuatu yang aktif dengan membahas, menerapkan serta menjelaskan informasi atau materi pelajaran kepada orang lain. Pembelajar atau mahasiswa yang reflektif lebih suka berpikir tentang materi pelajaran secara diam-diam terlebih dahulu.


(52)

2. Pembelajar dengan cara penginderaan dan intuisi (Sensing and intuitive learners)

Pembelajar atau mahasiswa dengan cara penginderaan cenderung menyukai pembelajaran atau materi yang fakta. Pembelajar atau mahasiswa yang intuitif biasanya lebih memilih menemukan kemungkinan-kemungkinan dan hubungan.

3. Pembelajar visual dan verbal (Visual and verbal learners)

Pembelajar atau mahasiswa visual mampu mengingat dengan sangat baik apa yang mereka lihat seperti gambar, diagram, diagram alur, garis waktu, film, dan demonstrasi. Pembelajar atau mahasiswa verbal mampu mendapatkan lebih banyak penjelasan dari kata, menulis dan berbicara.

4. Pembelajar sekuensial dan global (Sequential and global learners)

Pembelajar atau mahasiswa sekuensial cenderung untuk mendapatkan pemahaman dalam langkah-langkah linier yaitu dengan mengikuti setiap langkah logis yang bertahap dalam mencari solusi. Pembelajar atau mahasiswa global cenderung belajar dalam lompatan besar, menyerap materi hampir secara acak tanpa melihat koneksi, pembelajar atau mahasiswa global mungkin dapat memecahkan masalah yang kompleks dengan cepat atau meletakkan segala sesuatu bersama-sama dengan cara baru setelah mereka memahami gambaran besar, tetapi mereka mungkin memiliki kesulitan dalam menjelaskan untuk bagaimana mereka melakukannya.


(53)

Menurut Kolb (dalam Cox, 2013) gaya belajar dibagi menjadi 4 jenis yakni sebagai berikut:

1. Akomodator (Accommodators)

Mereka atau mahasiswa ini mencari makna dalam pengalaman belajar dan mempertimbangkan apa yang bisa mereka lakukan dan juga apa yang telah dilakukan orang lain sebelumnya. Peserta didik atau mahasiswa ini senang dengan kompleksitas dan dapat melihat hubungan antara aspek-aspek dari sebuah sistem.

2. Asimilator (Assimilators)

Mereka atau mahasiswa ini suka akurat dengan pengiriman informasi yang terorganisir dan mereka cenderung respek terhadap ilmu pengetahuan yang sulit. Mereka tidak nyaman menjelajahi sistem secara acak dan mereka ingin mendapatkan jawaban yang tepat untuk setiap masalah.

3. Konverger (Convergers)

Mereka atau mahasiswa ini termotivasi untuk menemukan relevansi atau "bagaimana" dari situasi. Aplikasi dan kegunaan informasi meningkat dengan pemahaman informasi rinci tentang sistem operasi.

4. Diverger (Divergers)

Siswa-siswa ini termotivasi untuk menemukan relevansi atau "mengapa" dari sebuah situasi. Mereka ingin alasan dari sesuatu yang konkret, informasi tertentu dan untuk mengeksplorasi system apa yang ditawarkan, dan mereka lebih memilih untuk memiliki informasi yang disajikan kepada mereka secara rinci, sistematis, dan beralasan.


(54)

Dari ketiga jenis gaya belajar yang dikemukakan oleh para ahli, peneliti menggunakan jenis gaya belajar model Grasha dan Riechmann, dikarenakan jenis-jenis gaya belajar yakni independent, avoidant, collaborative, dependent, competitive dan participant learning style dapat diterapkan dalam perguruan tinggi dibanding kedua model lain yang hanya mencakup siswa menengah artinya sangat tepat untuk sampel dalam penelitian ini yang mempunyai latarbelakang mahasiswa (Baykul, Gursel, Sulak, Ertekin, Yazici, Dulger, Aslan & Buyukkarci, 2010).

2.3.3. Pengukuran Gaya Belajar

Berdasarkan jurnal penelitian terdahulu, peneliti menemukan tiga alat untuk mengukur gaya belajar, yaitu sebagai berikut:

1. The Grasha-Riechmann Student Learning Style Scales GRSLSS) yang dikembangkan oleh Grasha dan Riechmann pada tahun 1996. Alat ukur ini memiliki 60 item dan digunakan untuk mengidentifikasi preferensi pembelajaran pelajar dalam gaya belajar mahasiswa. Alat ukur ini ideal digunakan pada sampel mahasiswa dalam tingkat perguruan tinggi yang berdasarkan enam jenis gaya belajar, yakni independent, avoidant, collaborative, dependent, competitive dan participant. Alat ukur ini telah dipakai oleh Uzuntiryaki pada tahun 2007 di Negara Turki. Reliabilitas alat ukur ini mencapai koefisien alpha sebesar dari 0.89 (Baykul, Gursel, Sulak, Ertekin, Yazici, Dulger, Aslan & Buyukkarci, 2010).

2. The Index of Learning Style (ILS) yang dibuat oleh Felder dan Solomon pada tahun 1991, yang berisi 44 item pertanyaan yang dirancang untuk


(55)

menilai preferensi pada empat jenis model gaya belajar Felder-Silverman, seperti active and reflective learners, sensing and intuitive learners, visual and verbal learners dan sequential and global learners. Alat ukur ini pernah dipakai dalam penelitian Felder & Spurlin pada tahun 2005. Reliabilitas alat ukur ini mencapai koefisien alpha mulai dari 0.56-0.77 (Litzinger, Lee & Wise, 2005).

3. Learning Style Inventory (LSI) yang dibuat oleh Kolb pada tahun 1985 yang berisi 12 kalimat dengan empat pernyataan masing-masing dan digunakan untuk mengevaluasi preferensi belajar mahasiswa pada empat jenis gaya belajar, yaitu accommodators, assimilators, convergers dan divergers. Alat ukur ini pernah dipakai oleh Damavandi pada tahun 2011 di Negara Malaysia dan dalam penelitian Cox pada tahun 2013 di Universitas Florida Negara Amerika. Reliabilitas alat ukur ini mencapai koefisien alpha sebesar dari 0.73 (Alsa, Widhiarso & Susetyo, 2010).

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan alat ukur yang dikembangkan oleh Grasha dan Riechmann yang bernama The Grasha-Riechmann Student Learning Style Scales (GRSLSS). Peneliti memilih alat ukur ini dikarenakan alat ukur tersebut memiliki tingkat keandalan yang lebih tinggi dibanding dengan The Index of Learning Style dan Learning Style Inventory, yakni mencapai koefisien alpha 0.89. Dengan demikian, maka akan membantu signifikansi hasil penelitian mengenai pengaruhya terhadap prestasi akademik.


(56)

2.4. Penyesuain Diri Di Perguruan Tinggi

2.4.1. Definisi Penyesuaian Diri Di Perguruan Tinggi

Istilah “penyesuaian” digunakan secara bergantian dengan kata "adaptasi" untuk menyimpulkan keberhasilan transisi ke perguruan tinggi. Menurut Schlossberg (dalam Garcia, 2005) adaptasi terjadi ketika seorang individu mampu memadukan transisi atau perubahan ke dalam hidupnya.

Zea, Jarama, dan Bianchi (dalam Garcia, 2005) mendefinisikan keberhasilan adaptasi ke perguruan tinggi yaitu sebagai:

“being socially integrated with other students, participating in campus activities,responding to academic requirements, and being attached and committed to theeducational institution” Artinya keberhasilan adaptasi ke perguruan tinggi adalah dapat memadukan perubahan secara sosial dengan mahasiswa lain, berpartisipasi dalam kegiatan kampus, menanggapi persyaratan akademik, dan melekat serta berkomitmen untuk lembaga pendidikan.

Sependapat dengan pendapat para ahli diatas, menurut Baker dan Siryk (dalam Otlu, 2010) college adjustment adalah mahasiswa yang berhasil menanggapi tuntutan akademik, memiliki interaksi sosial dengan staf fakultas, mengambil bagian dalam kehidupan kampus, dan melekat serta berkomitmen untuk universitas.

Penyesuaian diri di perguruan tinggi, seperti yang didefinisikan oleh Hurtado, Carter, dan Spuler (dalam Garcia, 2005) melibatkan resolusi tekanan psikologis dan trauma transisi.


(1)

16 Saya senang sekarang tentang keputusan saya untuk menghadiri perkuliahan di kampus ini khususnya

17 Saya tidak bekerja sekeras seperti yang seharusnya di kampus

18 Saya punya beberapa orang yang merasa dekat dengan saya di kampus

19 Tujuan akademik saya didefinisikan dengan baik

20 Saya belum bisa mengendalikan emosi saya dengan baik akhir-akhir ini

21 Saya tidak benar-benar cukup pintar dalam mengerjakan tugas-tugas akademik

22 Rindu atau jauh dari rumah adalah sumber kesulitan bagi saya sekarang

23 Bagi saya mendapatkan gelar sarjana itu penting 24 Nafsu makan saya telah baik akhir-akhir ini

25 Saya belum sangat efisien dalam penggunaan waktu belajar

26 Saya menikmati tinggal di asrama

27 Saya menikmati menulis makalah dalam perkuliahan 28 Saya telah mengalami banyak sakit kepala akhir-akhir

ini

29 Saya benar-benar tidak punya banyak motivasi untuk belajar akhir-akhir ini

30 Saya puas dengan kegiatan ekstrakurikuler yang tersedia di kampus

31 Saya mencari bantuan psikologis untuk diri saya akhir-akhir ini

32 Akhir-akhir ini saya telah memiliki keraguan mengenai nilai akademik saya di kampus

33 Saya bergaul baik dengan teman sekamar atau serumah di perguruan tinggi

34 saya berharap berada di universitas lain

35 Saya kehilangan berat badan terlalu banyak akhir-akhir ini

36 Saya puas dengan jumlah dan berbagai program studi yang tersedia di universitas ini

37 Saya merasa bahwa saya memiliki kemampuan sosial yang cukup untuk rukun dalam pengaturan di universitas


(2)

39 Baru saja saya memiliki kesulitan berkonsentrasi dalam perkuliahan atau ketika saya mencoba untuk belajar 40 Saya belum tidur nyenyak

41 Saya tidak melakukan kegiatan akademik cukup baik untuk jumlah pekerjaan atau bobot sks yang saya pilih 42 Saya mengalami kesulitan merasa nyaman dengan orang

lain di kampus

43 Saya puas dengan kualitas program studi yang tersedia di universitas

44 Saya menghadiri kuliah secara teratur

45 Kadang-kadang pemikiran saya akan kacau terlalu mudah

46 Saya puas dengan sejauh mana saya berpartisipasi dalam kegiatan sosial di kampus

47 Saya berharap untuk tetap di universitas ini untuk mendapatkan gelar sarjana

48 Saya belum bergaul terlalu baik dengan lawan jenis akhir-akhir ini

49 Saya khawatir banyak tentang biaya universitas saya 50 Saya menikmati pekerjaan akademik saya di universitas

ini

51 Saya telah merasa kesepian yang banyak di kampus belakangan ini

52 Saya mengalami banyak kesulitan memulai dalam tugas kampus

53 Saya senang untuk kuliah di universitas ini sampai saya lulus

54 Saya puas dengan program kuliah saya untuk semester ini

55 Saya telah merasa sehat akhir-akhir ini

56 Saya merasa saya sangat berbeda dari mahasiswa lain di kampus dengan cara yang saya tidak suka

57 Saya lebih suka berada di rumah daripada di kampus 58 Sebagian besar hal-hal yang saya minati, tidak

berhubungan dengan pekerjaan kuliah saya di universitas

59 Akhir-akhir ini saya sudah berpikir tentang pindah ke universitas lain

60 Akhir-akhir ini saya berpikir untuk putus dari kuliah dan untuk selamanya


(3)

Harap periksa kembali jawaban anda, mohon tidak ada yang dikosongkan. Atas perhatian dan kerjasamanya saya ucapkan terima kasih.

mengambil cuti dari universitas dan menyelesaikannya nanti

62 Saya sangat puas dengan dosen yang saya miliki sekarang dalam perkuliahan saya

63 Saya punya beberapa teman baik atau kenalan di universitas untuk berbicara tentang masalah yang saya miliki

64 Saya mengalami banyak kesulitan mengatasi tekanan yang diberikan pada saya di universitas

65 Saya cukup puas dengan kehidupan sosial saya di kampus

66 Saya cukup puas dengan situasi akademik saya di kampus


(4)

B. Nilai IP Mahasiswa

No. IP Jalur Masuk

1 2,57 SBMPTN

2 2,33 SBMPTN

3 3,29 SBMPTN

4 2,9 SBMPTN

5 2,71 SBMPTN

6 2,62 SBMPTN

7 3 SBMPTN

8 3,43 SBMPTN

9 2,57 SBMPTN

10 3,24 SBMPTN

11 3,76 SBMPTN

12 2,38 SBMPTN

13 3,29 SBMPTN

14 2,81 SBMPTN

15 3,19 SBMPTN

16 2,95 SBMPTN

17 3,81 SBMPTN

18 3,52 SBMPTN

19 2,95 SBMPTN

20 2,81 SBMPTN

21 3,57 SBMPTN

22 2,67 SBMPTN

23 3,19 SBMPTN

24 2,95 SBMPTN

25 3,43 SBMPTN

26 3,29 SBMPTN

27 2,81 SBMPTN

28 2,71 SBMPTN

29 3,43 SBMPTN

30 2,52 SBMPTN

31 3,52 SBMPTN

32 2,81 SBMPTN

33 2,81 SBMPTN

34 2,9 SBMPTN

35 2,89 SBMPTN

36 2,29 SBMPTN

37 2,86 SBMPTN

38 2,19 SBMPTN

39 2,38 SBMPTN

40 3,57 SBMPTN

41 3,24 SBMPTN

42 3,05 SBMPTN

43 3,19 SBMPTN

44 2,81 SBMPTN

45 2,48 SNMPTN

46 3,24 SNMPTN

47 2,95 SNMPTN

48 2,86 SNMPTN

49 2,24 SNMPTN

50 2,62 SNMPTN

51 2,62 SNMPTN

52 2,76 SNMPTN

53 3,1 SNMPTN

54 3,24 SNMPTN

55 2,86 SNMPTN

56 2,38 SNMPTN

57 2,95 SNMPTN

58 2,67 SNMPTN

59 2,24 SNMPTN

60 2,81 SNMPTN

61 2,67 SNMPTN

62 2,43 SNMPTN

63 2,9 SNMPTN

64 2,62 SNMPTN

65 2,33 SNMPTN

66 2,93 SNMPTN

67 2,84 SNMPTN

68 2,95 SNMPTN


(5)

70 3,05 SNMPTN

71 3,19 SNMPTN

72 3,05 SNMPTN

73 2,52 SNMPTN

74 3,67 SNMPTN

75 2,52 SNMPTN

76 3,05 SNMPTN

77 4 SNMPTN

78 3,67 SNMPTN

79 2,62 SNMPTN

80 2,67 SNMPTN

81 3,38 SNMPTN

82 3,24 SNMPTN

83 2,48 SNMPTN

84 4 SNMPTN

85 2,95 SNMPTN

86 2,86 SNMPTN

87 3,38 SNMPTN

88 4 SNMPTN

89 3,24 PTAIN

90 2,48 SPMB Mandiri

91 3,24 SPMB Mandiri

92 2,57 SPMB Mandiri

93 2,9 SPMB Mandiri

94 2,71 SPMB Mandiri

95 2,67 SPMB Mandiri

96 2,57 SPMB Mandiri

97 3,19 SPMB Mandiri

98 2,9 SPMB Mandiri

99 3,57 SPMB Mandiri

100 3,76 SPMB Mandiri

101 3,14 SPMB Mandiri

102 2,48 SPMB Mandiri

103 3,14 SPMB Mandiri

104 3,52 SPMB Mandiri

105 2,9 SPMB Mandiri

106 2,67 SPMB Mandiri

107 2,86 SPMB Mandiri

108 2,81 SPMB Mandiri

109 2,52 SPMB Mandiri

110 3,43 SPMB Mandiri

111 2,62 SPMB Mandiri

112 3,76 SPMB Mandiri

113 3,48 SPMB Mandiri

114 3,81 SPMB Mandiri

115 2,75 SPMB Mandiri

116 3 SPMB Mandiri

117 2,86 SPMB Mandiri

118 3,38 SPMB Mandiri

119 3,33 SPMB Mandiri

120 3,1 SPMB Mandiri

121 3,19 SPMB Mandiri

122 3,1 SPMB Mandiri

123 3,05 SPMB Mandiri

124 2,86 SPMB Mandiri

125 3 SPMB Mandiri

126 2,86 SPMB Mandiri

127 3,38 SPMB Mandiri

128 3,05 SPMB Mandiri

129 3,24 SPMB Mandiri

130 3,57 SPMB Mandiri

131 3,29 SPMB Mandiri

132 2,52 SPMB Mandiri

133 2,97 SPMB Mandiri

134 2,57 SPMB Mandiri

135 2,62 SPMB Mandiri

136 3,24 SPMB Mandiri

137 2,95 SPMB Mandiri

138 2,67 SPMB Mandiri

139 3,1 SPMB Mandiri

140 2,62 SPMB Mandiri

141 3,19 SPMB Mandiri

142 3,86 SPMB Mandiri


(6)

144 3,38 SPMB Mandiri

145 2,86 SPMB Mandiri

146 2,81 SPMB Mandiri

147 3,1 SPMB Mandiri

148 2,42 SPMB Mandiri