Hubungan tingkat pengetahuan dengan perilaku mahasiswa profesi keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam melakukan pemberian obat

(1)

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU

MAHASISWA PROFESI KEPERAWATAN UIN SYARIF

HIDAYATULLAH JAKARTA DALAM MELAKUKAN

PEMBERIAN OBAT

Skripsi

Diajukan untuk memenuhi syrat mendapatkan Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

OLEH :

LYDYA PERWITASARI AS 107104001538

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

v

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, Februari 2012


(6)

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Lydya Perwitasari AS Tempat/tanggal lahir : Serang, 07 Maret 1989 Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Alamat : Jl. Raya Cilegon Km.5 Taman Baru Komp. KS Rt 16/05 No. 05 42162 Serang-Banten Tlp : 0254232172/087878198523

Email : dya_d2@yahoo.com

Riwayat Pendidikan :

TK Alkhariyah (1994-1995) SDN 1 Kramatwatu (1995-2000) SMPN 1 Serang (2000-2004) SMAN 2 Serang (2004-2007)


(7)

vii

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Skripsi, Februari 2012

Lydya Perwitasari AS, NIM : 107104001538

Hubungan tingkat pengetahuan dengan perilaku mahasiswa profesi keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam melakukan pemberian obat

xvi+ 86 halaman, 20 tabel, 2 bagan, 7 lampiran ABSTRAK

Salah satu peran perawat di pelayanan kesehatan adalah melakukan pemberian obat yang sesuai dengan enam prinsip benar. Perawat bertanggung jawab memahami kerja obat dan efek samping yang ditimbulkan, memberikan obat yang tepat, memantau respon klien, dan membantu klien menggunakannya dengan benar dan memberikan informasi kepada klien.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan mahasiswa profesi keperawatan dalam melakukan pemberian obat (nama dan bentuk obat, sifat dan kerja obat, efek dan reaksi obat, sistem perhitungan obat, rute pemberian obat, dan peran perawat dalam melakukan pemberian obat) dengan perilaku mahasiswa profesi dalam melakukan pemberian obat yang sesuai dengan enam prinsip benar yaitu benar obat, benar pasien, benar waktu, benar dosis, benar rute, dan benar dokumentasi.

Jenis penelitian ini adalah analitik kuantitatif dengan menggunakan desain cross sectional. Sampel sebanyak 34 orang, pengambilan sampel dilakukan dengan cara sampling jenuh. Pengumpulan data untuk pengetahuan melalui pengisian kuesioner, dan perilaku melalui observasi dengan menggunakan lembar check list. Analisis data yang di gunakan adalah univariat dan bivariat ( spearman rank).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan mahasiswa profesi keperawatan antara laki-laki dan perempuan tidak berbeda jauh dari hasil pengetahuan baik yaitu laki-laki 14.3% dan perempuan 29.6%. Nilai farmakologi dan nilai IPK mempengaruhi pengetahuan mahasiswa profesi keperawatan yaitu nilai C pengetahuan kurang 60% dan nilai IPK memuaskan (2,00-2,74) pengetahuan kurang sebanyak 66,7%. Hasil penelitian pengetahuan didapatkan pengetahuan kurang 35.3%, pengetahuan cukup 38.2%, dan pengetahuan baik 26.5%. Hasil penelitian perilaku didapatkan responden yang memiliki perilaku baik sebanyak 79.4% dan perilaku buruk 20.6%. Berdasarkan hasil analisis data didapatkan bahwa antara pengetahuan dengan perilaku mahasiswa profesi ners dalam melakukan pemberian tidak ada hubungan (p-value: 0,16).

Kata Kunci : Pengetahuan, Perilaku, Pemberian Obat, prinsip enam benar, mahasiswa profesi keperawatan.


(8)

viii Daftar bacaan : 40 (1994 – 2011).


(9)

ix

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE THE STUDY PROGRAM OF NURSING SCIENCE

STATE ISLAMIC UNIVERSITY OF SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Undergraduated thesis, February 2012

Lydya Perwitasari AS : 107104001538

Relationship with the knowledge of the behavior of the nursing profession students Syarif Hidayatullah State Islamic University in the conduct administration of drugs

xvi + 86 pages, 20 tables, 2 figures, 7 appendices

ABSTRACT

One of nurse’s role in health service is drug administration which appropriate with six right principle. Nurse be responsible in understand drug’s work, side effect which posed, giving an appropriate drug, monitoring client’s response and helping client to use correctly and giving an information to the client.

The aim from this research is to know relationship between knowledge nurse student profession in drug administration (name and drug form, nature and drug’s work, effect and drug’s reaction, drug’s calculation system, drug’s route, and nurse’s role in drug administration) with proffesion student’s behavior in drug administration which appropriate with six right principle that is right drug, right patient, right time, right dose, right route and right documentation.

Research’s type is quantitative analytic with cross sectional design. Number of sample 34 with sampling jenuh technique. Data’s collection for knowledge with questionare and behavior with observation and check list. Data’s analysis with univariate and bivariate (spearman rank).

Research’ s outcome show that profession student’s knowledge not different between man and woman, man 14.3% dan woman 29.6%. pharmacology score and IPK affecting nurse profession student knowledge, C score with less knowledge 60% and IPK score satisfy (2,00-2,74) with less knowledge 66,7%.

Research outcome for knowledge are student with less knowledge 35.3%, enough 38.2%, and good 26.5%. research outcome for behavior are, good behaviour 79.4% and bad behaviour 20.6%. based on data’s analysis outcome that there have no relation between knowledge with nurse profession student behavior in drug administration (p-value: 0,16).

Keyword : knowledge, behavior,administration drug, six principles, nursing profession students


(10)

x

HALAMAN PERSEMBAHAN

"Hiduplah seakan engkau akan mati besok. Belajarlah seakan engkau akan hidup selamanya" Mahatma Gandhi

Jika Anda mendidik seorang pria, maka seorang pria akan menjadi terdidik. Jika Anda mendidik seorang wanita, maka sebuah generasi akan terdidik"

Brigham Young

"Pendidikan adalah senjata paling mematikan, karena dengan itu Anda dapat mengubah dunia" Nelson Mandela

"Kecerdasan dan karakter adalah tujuan sejati pendidikan" Martin Luther King Jr.

"Anak-anak harus diajarkan bagaimana cara berpikir, bukan apa yang harus dipikir" Margaret Mead

Pendidikan adalah tiket ke masa depan. Hari esok dimiliki oleh orang-orang yang mempersiapkan dirinya sejak hari ini" Malcolm X

"Tidak penting seberapa lambat Anda berjalan, selama Anda tidak berhenti" Confucius

"Pendidikan bukanlah proses mengisi wadah yang kosong. Pendidikan adalah proses menyalakan api pikiran" W.B. Yeats


(11)

xi

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Perilaku Mahasiswa Profesi Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam Melakukan Pemberian Obat“. Tidak lupa pula sholawat serta salam penulis sanjungkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan pelita kehidupan bagi umatnya.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak. Selain itu penulis merasa tidak akan mampu membalas jasa semua dari pihak yang telah membantu. Rasa terima kasih ini disampaikan kepada :

1. Prof. dr.Dr (hc) M.K Tadjudin, Sp.And selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ibu Tien Gartinah, MN selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan.

Terimakasih telah memberikan motivasi.

3. Ibu Irma Nurbaeti, S.Kp, Sp.Mat selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Keperawatan.

4. Ibu Ernawati S.Kp., M.Kep. Sp. KMB selaku Pembimbing I yang telah membimbing dan memberikan motivasi.

5. Ibu Ita Yuanita S.Kp., M.Kep selaku Pembimbing II yang telah membimbing dan memberikan motivasi.


(12)

xii

6. Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep, MKM selaku penguji penguji sidang skripsi yang memberikan bimbingan pada penulis.

7. Ibu Anna selaku pembimbing lapangan yang telah membimbing dan membantu lancarnya penelitian.

8. Segenap Dosen Ilmu Keperawatan yang telah memberikan masukan dan motivasi dan ilmunya pada penulis.

9. Segenap Staff bidang Akademik FKIK dan Program Studi Ilmu Keperawatan. 10. Mahasiswa profesi angkatan kedua yang menyediakan waktunya dan selalu

memberikan semangat.

11. Kedua orang tua (bapak Narto dan Ibu Karsih) yang selalu memberikan do’a, semangat, dorongan, arahan, kasih sayang dan dukungan moril serta materiil tanpa pernah berhenti sepanjang waktu

12. Om dan Tante (P’min dan Tante Eka) juga Kakak-kakak dan adik-adik (Mas Rhony, Mba’ Maria dan Agus) yang selalu memberikan do’a, semangat dan dukungan

13. Sahabat-sahabat PSIK ’07 yang telah berjuang bersama-sama dalam perkuliahan di Keperawatan.

14. Seluruh pihak yang telah membantu dan tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam skripsi ini, karena sesungguhnya kesempurnaan milik Allah SWT. Dengan memanjatkan do’a kepada Allah SWT, penulis berharap semua kebaikan yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT. Aamiin Semoga skripsi ini bisa dikembangkan kembali dan dapat memberikan manfaat.


(13)

xiii Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Jakarta, Februari 2012


(14)

xiv DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN PERSETUJUAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

LEMBAR PERNYATAAN ... v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

LEMBAR PERSEMBAHAN ... ix

KATA PENGANTAR . ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL . ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Pertanyaan Penelitian ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 7

1. Tujuan umum ... 7

2. Tujuan khusus ... 8

E. Manfaat Penelitian ... 8

1. Instansi Pendidikan Keperawatan ... 8

2. Responden ... 8

3. Peneliti ... 9

4. Peneliti Selanjutnya ... 9

F. Ruang Lingkup ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

A. Pengetahuan ... 10

1. Definisi ... 10

2. Proses Adopsi Perilaku ... 10

3. Tingkat Pengetahuan didalam Domain Kognitif ... 11

B. Perilaku ... 12

1. Definisi ... 12

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku ... 13

3. Pembentukan Perilaku ... 14

C. Mahasiswa Profesi Keperawatan... 14


(15)

xv

2. Definisi Keperawatan... 15

3. Tahapan Pendidikan Keperawatan ... 15

D. Pemberian Obat ... 18

1. Definisi Obat ... 18

2. Nama dan Bentuk Obat ... 19

3. Sifat dan Kerja Obat ... 21

4. Efek dan Reaksi Obat... 23

5. Perhitungan Obat ... 26

6. Peran Perawat dalam Pemberian Obat ... 31

7. Pemberian Obat berdasarkan enam prinsip benar ... 33

E. Penelitian Terkait ... 38

F. Kerangka Teori ... 41

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINSI OPERASIONAL ... 42

A. Kerangka Konsep ... 42

B. Hipotesis ... 43

C. Definisi Operasional ... 44

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN... 46

A. Desain Penelitian ... 46

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 46

C. Populasi dan Sampel ... 47

1. Populasi ... 47

2. Sampel ... 47

D. Instrumen Penelitian ... 47

1. Kuesioner ... 47

2. Lembar observasi ... 49

E. Pengumpulan Data... 50

1. Sumber Data ... 50

2. Prosedur Pengumpulan Data ... 50

F. Uji Validitas dan Reabilitas Instrumen ... 52

1. Uji Validitas ... 52

2. Reliabilitas ... 52

G. Tekhnik Analisa Data ... 53

1. Langkah Analisis Data ... 53

2. Analisis Data ... 54


(16)

xvi

BAB V HASIL PENELITIAN ... 57

A. Wewenang Mahasiswa Profesi Keperawatan dalam pemberian obat ... 57

B. Gambaran Demografi 1. Jenis Kelamin... 58

2. Nilai Farmakologi ... 59

3. Nilai IPK ... 59

C. Analisis Univariat 1. Pengetahuan ... 60

2. Perilaku ... 67

D. Analisis Bivariat ... 69

BAB VI PEMBAHASAN ... 71

A. Analisis Univariat ... 71

1. Gambaran jenis kelamin dengan pengetahuan ... 71

2. Gambaran nilai farmakologi dan nilai IPK dengan pengetahuan 74 3. Gambaran jenis kelamin dengan perilaku pemberian obat .... 76

4. Gambaran perilaku pemberian obat ... 78

B. Analisis Bivariat ... 81

1. Hubungan pengetahuan dengan perilaku dalam melakukan pemberian obat ... 81

BAB VII PENUTUP A. Kesimpulan ... 85

B. Saran ... 86

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(17)

xvii

DAFTAR TABEL

No. Tabel Halaman

Tabel 2.1 Reaksi Alergi Ringa ... 24

Tabel 2.2 Ekivalensi Ukuran ... 26

Tabel 3.1 Definisi Operasional ... 42

Tabel 5.1 Frekuensi Jenis kelamin ... 58

Tabel 5.2 Frekuensi Nilai Farmakologi ... 59

Tabel 5.3 Frekuensi Nilai IPK ... 59

Tabel 5.4 Frekuensi Subvariabel nama dan bentuk obat ... 60

Tabel 5.5 Frekuensi Subvariabel sifat dan kerja obat ... 61

Tabel 5.6 Frekuensi Subvariabel efek dan reaksi obat ... 61

Tabel 5.7 Frekuensi Subvariabel sistem perhitungan obat ... 62

Tabel 5.8 Frekuensi Subvariabel rute pemberian obat ... 62

Tabel 5.9 Frekuensi Subvariabel peran perawat dalam pemberian obat ... 63

Tabel 5.10 Frekuensi tingkat pengetahuan ... 64

Tabel 5.11 Frekuensi jenis kelamin dan tingkat pengetahuan ... 64

Tabel 5.12 Frekuensi nilai farmakologi dan tingkat pengetahuan ... 65

Tabel 5.13 Frekuensi nilai IPK dan tingkat pengetahuan ... 66

Tabel 5.14 Frekuensi jenis kelamin dan perilaku ... 67

Tabel 5.15 Frekuensi Subvariabel perilaku pemberian obat ... 68

Tabel 5.16 Frekuensi perilaku pemberian obat ... 69


(18)

xviii

DAFTAR GAMBAR No. Gambar

Gambar 2.3 Kerangka Teori ... 39 Gambar 3.1 Kerangka Konsep ... 40


(19)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Informed Consent

Lampiran 2 Lembar Kuesioner Pengetahuan dan Perilaku Mahasiswa Profesi dalam melakukan pemberian obat

Lampiran 3 Lembar Observasi

Lampiran 4 Lembar Petunjuk Pengisian Lembar Observasi Lampiran 5 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

Lampiran 6 Hasil Penelitian Univariat Lampiran 7 Hasil Penelitian Bivariat


(20)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pergeseran demografi, pergeseran sosial ekonomi, serta meningkat dan bertambah rumitnya masalah kesehatan akan berdampak pada tuntutan dan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan termasuk pelayanan keperawatan. Masyarakat lebih sadar akan hak dan kewajiban untuk menuntut tersedianya pelayanan kesehatan dan keperawatan dengan mutu yang secara profesional dapat dipertanggungjawabkan. Menghadapi globalisasi ini tiada upaya lain yang perlu dilakukan kecuali mengadakan penyesuaian dan perbaikan terhadap mutu layanan keperawatan (Muhlisin & Ichsan 2008).

Keperawatan sebagai sebuah profesi telah disepakati berdasarkan pada hasil Lokakarya Nasional (1983), didefinisikan sebagai suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan berbentuk pelayanan biologis-psikologis-sosial dan spiritual yang komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat, baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia.

Peran perawat adalah sebagai pemberi pelayanan keperawatan yang professional, pembuat keputusan klinis, pelindung atau advokat klien, manajer kasus, rehabilitator, pemberi kenyamanan, komunikator, penyuluh dan sebagai pendidik. Pada perannya sebagai pemberi pelayanan keperawatan salah satu kegiatan yang dilakukan yaitu pemberian obat yang pada dasarnya merupakan


(21)

2

suatu kolaborasi antara dokter, apoteker dan perawat. Saat pemberian obat tersebut hal yang terpenting adalah perawat memberikan obat yang aman dan akurat. Obat adalah alat utama terapi yang digunakan dokter untuk mengobati klien yang memiliki masalah kesehatan, walaupun obat menguntungkan klien, obat juga menimbulkan efek samping yang serius dan berpotensi menimbulkan efek yang berbahaya. Perawat bertanggung jawab memahami kerja obat dan efek samping yang ditimbulkan, memberikan obat yang tepat, memantau respon klien, dan membantu klien menggunakannya dengan benar dan memberikan informasi kepada klien. Perawat pada saat sebelum memberikan obat harus memahami masalah kesehatan klien saat ini dan sebelumnya yang nantinya untuk perawat dapat berdiskusi dengan dokter apakah obat tersebut tepat dan aman untuk klien (O’shea,1998).

Pemberian obat oleh perawat diharuskan menggunakan prinsip “benar” yaitu, benar pengkajian, benar obat, benar klien, benar rute, benar dosis, benar waktu, benar dokumentasi, benar tindakan,benar bentuk, dan benar respon, benar evaluasi, sehingga apabila terjadi kesalahan dan tidak sesuai dengan prinsip pemberian obat maka akan timbul atau terjadi kesalahan pemberian obat yang merupakan tanggung jawab perawat (Elliott & Liu, 2010).

Angka kejadian kesalahan pemberian obat masih terhitung banyak data ini didapatkan dari penelitian di Auburn University di rumah sakit dan nursing home di Colarado dan Gerogia, USA pada tahun 2002, dari 3216 jenis pemberian obat terdapat 43% pemberian obat dilakukan pada waktu yang salah, dan 4% diberikan obat yang salah (Joint Commission on Acreditation of Health Organization [JCAHO], 2002). Peneliti pada penelitian ini juga


(22)

3

mengemukakan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Institut of Medicine pada tahun 1999, yaitu kesalahan medis (medical error) telah menyebabkan 1 (satu) juta cedera dan 98.000 kematian dalam setahun. Data yang didapat dari JCAHO juga menunjukkan bahwa 44.000 dari 98.000 kematian yang terjadi di rumah sakit setiap tahun disebabkan oleh kesalahan medis. (Kinninger & Reeder, 2003 dalam Kusmarjathi, 2009). Di Nort-West-England dari 11.077 kesalahan, terdeteksi 124.260 pemberian obat tingkat kesalahan rata-rata 8,9 per 100 pemberian obat (Ashcroft, Healthfield, Lewis, Miles, Taylor, & Tully, 2009)

Kesalahan obat di Australia terjadi sebanyak 350.000 per tahun yang 42% mengakibatkan kerugian pasien, termasuk 130 kematian. 27% (96.000) kesalahan cairan yang mengakibatkan 27% kerugian pada pasien, termasuk 7 kematian (Hospira,2009). Negara Malaysia terdapat sebanyak 1118 pemberian obat yang diamati pada 66 pasien rawat inap dengan kesalahan pemberian obat yang tercatat sebanyak 135. Ini berarti 12,1/100 kesalahan pemberian obat. Jenis kesalahan yang umum terjadi adalah pada waktu yang salah (25,2%), diikuti oleh salah teknik (cara) pemberian (16,3%), dan lain-lain seperti penyiapan obat yang tidak benar, dosis yang salah dan kelalaian (masing-masing 10,4%) (Hui, Siang, & Rahman, 2005). Sedangkan untuk Negara Indonesia sendiri data yang didapatkan berdasarkan laporan Peta Nasional Insiden Keselamatan Pasien (Kongres PERSI 2007), kesalahan dalam pemberian obat menduduki peringkat pertama. Kurangnya data-data yang diperoleh terhadap masalah kesalahan pemberian obat adalah dikarenakan kurangnya laporan dan pencatatan.


(23)

4

Berdasarkan kejadian dari kesalahan pemberian obat maka dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pemberian obat kepada klien harus dilakukan sesuai dengan prosedur yang ada dan berdasarkan dengan prinsip-prinsip pemberian obat sehingga tidak terjadi kesalahan dalam pemberian obat. Pemberian obat yang dilakukan oleh perawat harus berdasarkan pengetahuan yang memadai sehingga resiko terjadinya kesalahan pemberian obat dapat dikurangi. Pengetahuan merupakan hal yang penting untuk melandasi bagaimana seseorang berperilaku, sehingga diharapkan dengan mempunyai pengetahuan yang baik mengenai pemberian obat dapat mencegah terjadinya kesalahan dalam pemberian obat, oleh karena itu, untuk menghasilkan perawat yang professional perlu dimulai pada saat pendidikan.

Pendidikan perawat di Indonesia telah dimulai pada masa pemerintahan Kolonial Belanda, perawat penduduk pribumi yang disebut Vepleger dengan dibantu Zieken Oppaser sebagai penjaga orang sakit. Pada masa ini perkembangan rumah sakit maju dengan pesat tetapi perkembangan keperawatan secara konseptual belum ada. Bentuk-bentuk kegiatan pelayanan keperawatan dari tahun 1945 sampai akhir tahun 1962-an masih berorientasi pada keterampilan melaksanakan prosedur, sampai adanya perubahan konsep tentang konsep tentang keperawatan sebagai profesi tahun 1983 (kusnanto, 2003).

Berlangsungnya proses profesionalisasi keperawatan di Indonesia, telah terjadi pergeseran yang sangat mendasar di beberapa aspek dalam perkembangan keperawatan. Pergeseran dalam pemahaman tentang keperawatan, yaitu yang tadinya dipersepsikan sebagai pekerjaan bersifat


(24)

5

vokasional (vocational) secara bertahap diterima keberadaannya sebagai suatu profesi (professional). Menghasilkan tenaga profesi saat ini telah dikembangkan beberapa program pendidikan, yaitu Program Pendidikan D-III Keperawatan, Program Pendidikan Ners, Program Magister Keperawatan dan Program Spesialis Bidang Keperawatan, dan Program Doktor Keperawatan (Kusnanto 2003).

Program pendidikan Ners harus memiliki sikap dan kemampuan professional (professional competencies) melakukan praktik keperawatan ilmiah dasar secara mandiri. Menurut Shortdrige (1985) menyatakan karakteristik esensial dari suatu profesi adalah pelayanan yang didasarkan pada ilmu pengetahuan, menggunakan berbagai konsep teori dan prinsip sebagai landasan asuhan yang didapat melalui pengalaman belajar dan praktik; berorientasi pada komitmen untuk memberikan pelayanan professional dalam memenuhi kebutuhan pasien (Erniyati, Bukit & Salbiah 2007).

Alasan dilakukannya penelitian ini adalah dikarenakan dalam hal pemberian obat adalah kegiatan yang sering dilakukan oleh perawat di pelayanan keperawatan, dan dilakukan pada mahasiswa profesi keperawatan (ners) dikarenakan untuk menciptakan perawat yang profesional dimulai dari mahasiswa profesi, sehingga dengan penelitian ini akan dapat membantu dalam meningkatkan kualitas keperawatan pada pelayanan di rumah sakit., selain itu penelitian tentang mahasiswa profesi juga belum pernah dilakukan di Indonesia. Beberapa penelitian yang dapat mendukung alasan peneliti melakukan penelitian masalah ini adalah sebagai berikut : Penelitian menurut Manias & Bullock (2001), didapatkan hasil adalah Perawat klinis menyatakan


(25)

6

bahwa perawat yang baru lulus dari akademik mengalami kekurangan dalam bidang farmakologi, yang mengakibatkan kurangnya pemahaman tentang nama obat beserta golongannya, ketidakmampuan dalam membaca grafik obat, dan kesulitan dalam perhitungan obat, selain itu juga kurangnya pemahaman dalam mengaplikasikan konsep farmakologi ke dalam prakteknya.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Kusmarjathi tahun 2009 tentang penerapan prinsip “enam benar” dalam pemberian obat oleh perawat di ruang rawat inap, didapatkan hasil tingkat pengetahuan responden tentang obat adalah 62,5% pengetahuan sangat baik, 25% pengetahuan baik, 2,5% pengetahuan cukup dan 5% pengetahuan kurang. Hasil penelitian dalam tingkat penerapan prinsip “enam benar” dalam pemberian obat oleh perawat didapatkan hasil 55% tinggi, 41,2% sedang, 3,7% rendah.

Hasil wawancara pada tanggal 15 juni 2011, kepada 3 orang mahasiswa profesi keperawatan didapatkan bahwa mahasiswa berusaha untuk melakukan pemberian sesuai dengan prinsip 6 benar, permasalahan mahasiswa profesi tentang obat adalah macam-macam obat yang tidak umum beserta golongannya, serta efek samping yang akan ditimbulkan oleh obat tersebut, selain itu juga mahasiswa profesi masih merasakan kesulitan pada perhitungan dosis obat yang akan diberikan.


(26)

7 B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimana hubungan antara pengetahuan dengan perilaku mahasiswa profesi ners UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam melakukan pemberian obat?”.

C. PERTANYAAN PENELITIAN

1. Bagaimana karakteristik responden yang akan dijadikan sampel dalam penelitian?

2. Bagaimana gambaran pengetahuan yang dimiliki mahasiswa profesi terkait dengan obat seperti efek dan reaksi obat, sifat dan kerja obat dan system perhitungan dosis obat, dan peran perawat dalam pemberian obat? 3. Bagaimana gambaran perilaku mahasiswa profesi dalam melakukan

pemberian obat sesaui dengan enam prinsip benar ?

4. Apakah ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku mahasiswa profesi ners UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam melakukan pemberian obat?

D. TUJUAN PENELITIAN 1. Tujuan Umum :

Tujuan Penelitian adalah untuk Mengetahui gambaran pengetahuan dan perilaku mahasiswa profesi keperawatan dalam pemberian obat.

2. Tujuan Khusus

a. Karakteristik responden : jenis kelamin, nilai mata kuliah farmakologi, dan nilai IPK


(27)

8

b. Diperolehnya data tentang tingkat pengetahuan yang dimiliki mahasiswa profesi terkait dengan obat seperti efek dan reaksi obat, sifat dan kerja dari obat, dan system perhitungan dosis obat.

c. Diperolehnya gambaran perilaku mahasiswa dalam mengidentifikasi pasien ketika akan memberikan obat.

d. Diperolehnya gambaran perilaku mahasiswa profesi dalam melakukan crosscheck terkait dengan nama obat, rute yang diberikan, waktu pemberian dan dosis yang akan diberikan pada pasien.

e. Diperolehnya gambaran mahasiswa profesi dalam melakukan dokumentasi.

f. Menganalisa hubungan antara pengetahuan dengan perilaku mahasiswa profesi ners UIN Syarif Hidayatullah dalam melakukan pemberian obat.

E. MANFAAT PENELITIAN 1. Instansi Pendidikan

Menambah literatur dan memberikan informasi tentang pengetahuan dan perilaku mahasiwa profesi dalam pemberian obat, sehingga dapat terus meningkatkan kualitas pendidikan.

2. Responden

Manfaat bagi responden adalah diharapkan dengan hasil penelitian ini dapat memberikan bahan evaluasi, sehingga mahasiswa profesi dapat terus meningkatkan pengetahuan dan mengaplikasikan pengetahuannya tersebut saat melaksanakan praktek keperawatan.


(28)

9 3. Peneliti

Manfaat Bagi Peneliti Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti dalam menyusun karya tulis ilmiah, dan sebagai tugas akhir dalam menyelesaikan Program Sarjana di keperawatan.

F. RUANG LINGKUP

Penelitian ini dilakukan untuk dilakukan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dengan perilaku mahasiswa profesi ners UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam melakukan pemberian obat yang sedang melaksanakan praktek klinik di Rumah Sakit Gatot Soebroto Jakarta. Subjek yang diteliti adalah mahasiwa profesi ners UIN Syarif Hidayatullah angkatan kedua. Dilakukan dengan metode analitik kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian cross sectional. Variable terikat pada penelitian ini adalah perilaku pemberian obat, sedangkan variable bebas adalah pengetahuan tentang pemberian obat.


(29)

10 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Tanggung jawab perawat selalu mengalami perkembangan seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang banyak menghasilkan informasi. Perawat pelaksana maupun mahasiswa keperawatan dituntut untuk dapat mengadaptasikan diri dalam suatu lingkungan yang mengalami perkembangan pengetahuan (Asmadi, 2005).

A. PENGETAHUAN 1. Definisi pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melaui mata dan telinga (Notoadmojo, 2007). Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (over behavior).

2. Proses Adopsi Perilaku

Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih mudah daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses yaitu:


(30)

11

a. Awarness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.

b. Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus.

c. Evaluation (menimbang-nimbang baik tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

d. Trial, orang telah mencoba perilaku baru

e. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

3. Tingkat Pengetahuan di dalam Domain Kognitif

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan:

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, oleh sebab itu tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, dan menyimpulkan terhadap objek yang dipelajari.


(31)

12 c. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Contohnya menggunakan prinsip-prinsip benar dalam melakukan pemberian obat.

d. Analisis (Analysis)

analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (synthesis)

Sinstesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan terhadap suatu teori atau rumusan–rumusan yang telah ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu criteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan criteria-kriteria yang ada.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden, kedalaman pengetahuan yang ingin


(32)

13

kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan diatas.

B. PERILAKU

1. Definisi Perilaku

Perilaku menurut Skinner 1938 adalah respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Definisi lain dari perilaku menurut Suryani 2003 adalah aksi dari individu terhadap reaksi dari hubungannnya.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku

Di dalam proses pembentukan dan atau perubahan perilaku dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal dari dalam individu itu sendiri. Faktor-faktor tersebut antara lain :

a. Susunan syaraf pusat

Susunan syaraf pusat memegang peranan penting dalam perilaku manusia, karena perilaku merupakan sebuah bentuk perpindahan dari rangsang yang masuk ke rangsang yang dihasilkan.

b. Persepsi

Persepsi adalah pengalaman yang diahasilkan melalui indera penglihatan, pendengaran, penciuman.

c. Motivasi

Motivasi diartikan sebagai dorongan untuk bertindak untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Hasil dari dorongan dan gerakan tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku.


(33)

14 d. Belajar

Belajar diartikan sebagai suatu perubahan perilakuyang dihasilkan dari praktek-praktek dalam lingkungan kehidupan. Barelson (1964) mengatakan bahwa belajar adalah suatu perubahan perilaku yang dihasilkan dari perilaku terdahulu.

e. Faktor ekstern: objek, orang kelompok, dan hasil-hasil kebudayaan yang dijadikan sasaran dalam mewujudkan bentuk perilakunya.

3. Pembentukan perilaku

Perilaku manusia terbesar adalah perilaku yang dibentuk, dengan perilaku yang dipelajari. Cara untuk membentuk perilaku yang sesuai dengan harapan :

a. Cara pembentukan perilaku dengan condititioning/kebiasaan

Dengan cara membiasakan diri untuk berperilaku sesuai dengan harapan maka akan terbentuklah suatu perilaku.

b. Pembentukan perilaku dengan pengertian (insight)

belajar secara kognitif disertai dengan adanya pengertian atau insight, dan dalam belajar juga dibutuhkan latihan.

c. Pembentukan perilaku dengan menggunakan model. C. MAHASISWA PROFESI KEPERAWATAN

1. Definisi Profesi

Profesi memiliki mekanisme aturan yang harus dipenuhi sebagai suatu ketentuan, sedangkan pekerjaan tidak memerlukan hal rumit. Profesi menurut Paul F Comenisch (1983). Adalah suatu “komunitas moral” yang


(34)

15

memiliki cita-cita dan nilai bersama. Seluruh profesi dipersatukan oleh latar belakang pendidikan yang sama dan keahlian yang tidak dimiliki oleh orang lain. Pada hakikatnya, profesi merupakan suatu pernyataan atau suatu janji terbuka yang menegaskan bahwa individu akan mengabdikan dirinya kepada suatu pekerjaan tertentu karena dirinya merasa terpanggil untuk menjalani pekerjaan itu. (Aziz 2002)

2. Definisi Keperawatan

Keperawatan sebagai sebuah profesi telah disepakati berdasarkan pada hasil lokakarya nasional pada tahun 1983, dan didefinisikan sebagai suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan berbentuk pelayanan biopsiko-sosio-spiritual yang komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat, baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia. Oleh karena itu sifat pendidikan keperawatan juga menekankan pemahaman tentang keprofesian.

3. Tahapan Pendidikan Keperawatan

Pendidikan merupakan suatu proses yang sangat kompleks dengan tujuan akhir terjadi perubahan perilaku pada diri seseorang, yang intinya didalam pendidikan keperawatan membutuhkan proses belajar yang dapat merubah perilaku dalam dunia pendidikan.

Menghasilkan seorang perawat profesional, harus melewati dua tahap pendidikan yaitu tahap pendidikan akademik yang lulusannya


(35)

16

mendapat gelar S.Kep. dan tahap pendidikan profesi yang lulusannya mendapat gelar Ners (Ns). Kedua tahap pendidikan keperawatan ini harus diikuti, karena keduanya merupakan tahapan pendidikan yang terintegrasi sehingga tidak dapat dipisahkan antara satu sama lain. Pada tahap akademik mahasiswa mendapatkan teori-teori dan konsep-konsep. Mata kuliah pada tahap ini terbagi menjadi kelompok mata kuliah yang sifatnya umum, mata kuliah penunjang seperti mata kuliah medis yang secara tidak langsung menunjang mata kuliah keperawatan dan mata kuliah keahlian berupa mata kuliah keperawatan. Sedangkan pada tahap profesi mahasiswa mengaplikasikan teori-teori dan konsep-konsep yang telah didapat selama tahap akademik.

a. Pendidikan Keperawatan Sebagai Pendidikan Akademik

Pendidikan keperawatan merupakan bagian dari pendidikan nasional yang mana pola pendidikan terdiri dari dua aspek yakni pendidikan akademik dan pendidikan profesi. Pada pendidikan akademik dituntut mampu melaksanakan tiga fungsi pendidikan yaitu pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat, dalam bidang keperawatan melalui tiga fungsi tersebut diharap dapat menghasilkan berbagai jenis tenaga keperawatan dalam berbagai jenjang kemampuan baik sebagai professional maupun sebagai ilmuan keperawatan, dengan riset keperawatan atau penelitian keperawatan akan dapat diperoleh hasil yang dapat menambah atau memperluas ilmu pengetahuan keperawatan yang mampu menerapkan teknologi keperawatan, dalam


(36)

17

meningkatkan pelayanan keperawatan dan melalui pengabdian masyarakat khususnya dalam bidang keperawatan.

b. Pendidikan Keperawatan sebagai Pendidikan Profesi

Sebagai pendidikan profesi, pendidikan keperawatan harus memiliki landasan akademik yang kuat dan selalu mengikuti perkembangan IPTEK Keperawatan, mampu mengembangkan keterampilan dasar dan kemampuan sebagai sarjana keperawatan. Pada pendidikan profesi diharapkan mampu menumbuhkan dan membina sikap tingkah laku dan kemampuan professional keperawatan dalam melakukan praktek keperawatan ilmiah, menumbuhkan sikap professional, membina landasan profesi merupakan sosialisasi professional sehingga mampu melakukan adaptasi secara professional, melalui pembelajaran klinik keperawatan menjadikan diri sebagai model peran.

Pendidikan keperawatan dalam melaksanakan praktek klinik akan menggunakan rumah sakit pendidikan sebagai usaha untuk mengembangkan pengalaman belajar klinik keperawatan, secara professional konsep-konsep keperawatan akan dapat diterapkan. Pendidikan profesi dikembangkan dan dibina berdasarkan tanggung jawab moral kepada masyrakat. Pendidikan profesi dilaksanakan setelah selesai menyelesaikan pendidikan akademik, oleh karena itu landasan kokoh dalam bidang ilmu keperawatan yang diperoleh selama pendidikan akademik akan mempunyai arti penting dalam pembelajaran pendidikan profesi.


(37)

18

Pemberian asuhan keperawatan secara professional dapat bersifat saling berhubungan dan saling bergantung dengan system pelayanan professional lain, seperti pelayanan asuhan medik, sifat saling bergantung mempunyai arti bahwa system pemberian pelayanan saling memerlukan dan saling melengkapi satu dengan yang lain.

Asuhan keperawatan dikatakan professional bila pelaksanaan asuhan keperawatan kepada klien berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan dengan pendekatan holistic, mencakup bio-psiko-sosio-spiritual yang berorientasi pada kebutuhan dasar manusia. Disamping itu dalam prakteknya asuhan keperawatan dilaksanakan dengan menggunakan metode penyelesaian masalah secara ilmiah dengan landasan ilmu pengetahuan dan tehnologi keperawatan secara tepat guna dan menggunakan keterampilan interpersonal, tehnikal dan intelektual (Husin, 1999 dalam Hidayat 2002).

Pada dasarnya pengembangan pendidikan profesi merupakan aplikasi dari pendidikan akademik. Tuntutan secara professional dalam memberikan asuhan keperawatan merupakan wujud dari penerapan pendidikan profesi. Dengan demikian program pendidikan professional mengutamakan peningkatan kemampuan penerapan ilmu pengetahuan. Pendidikan profesi lebih mengutamakan penguasaan keahlian dalam upaya profesi tertentu yang dilaksanakan setelah menyelesaikan pendidikan akademik dan lulusannya mendapatkan sebutan profesi.


(38)

19 D. PEMBERIAN OBAT

1. Definisi Obat

Menurut PerMenKes 917/Menkes/Per/x/1993, obat (jadi) adalah sediaan atau paduan-paduan yang siap digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki secara fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosa, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi.

Obat dalam arti luas ialah setiap zat kimia yang dapat mempengaruhi proses hidup, maka farmakologi merupakan ilmu yang sangat luas cakupannya. Namun untuk seorang dokter, ilmu ini dibatasi tujuannya yaitu agar dapat menggunakan obat untuk maksud pencegahan, diagnosis, dan pengobatan penyakit. Selain itu, agar mengerti bahwa penggunaan obat dapat mengakibatkan berbagai gejala penyakit. (Bagian Farmakologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia).

2. Nama dan Bentuk Obat a. Nama Obat

1) Nama kimia memberi gambaran pasti komposisi obat. Salah satu contoh nama kimia adalah asam asetilasetat yang biasa dikenal sebagai aspirin.

2) Nama generik diberikan oleh pabrik yang pertama kali meproduksi obat tersebut sebelum mendapat izin dari FDA dalam hal ini dilindungi hukum.

3) Nama resmi adalah nama obat yang terdaftar dalam publikasi resmi, misalnya dalam United States Pharmacopeia (USP).


(39)

20

4) Nama dagang, nama merek atau nama pabrik adalah nama yang digunakan pabrik dalam memasarkan obat. Sebuah obat generik dapat memasarkan sebuah obat generik memiliki nama yang berbeda. Nama dagang memiliki simbol ® disebelah kanan atas nama obat, yang mengindikasikan bahwa obat terdaftar.

b. Bentuk Obat

1) Pulvis (Serbuk) Merupakan campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan, ditujukan untuk pemakaian oral atau untuk pemakaian luar.

2) Tablet (Compressi) merupakan sedian padat berbentuk tabung pipih atau sirkuler kedua permukaan rata atau cembung mengandung satu jenis obat atau lebih dengan tanpa bahan tambahan.

3) Pilulae (PIL) Merupakan bentuk sediaan padat bundar dan kecil mengandung bahan obat dan dimaksudkan untuk pemakaian oral. 4) Kapsulae (Kapsul) Merupakan sediaan padat yang terdiri dari obat

dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut.

5) Solutiones (Larutan) merupakan sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang larut,

6) Suspensi Merupakan sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut terdispersi dalam fase cair.

7) Unguenta (Salep) Merupakan sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit atau selaput lendir


(40)

21

8) Suppositoria Merupakan sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang diberikan melalui rektal, vagina atau uretra, umumnya meleleh, melunak atau melarut pada suhu tubuh.

9) Guttae (Obat Tetes) Merupakan sediaan cairan berupa larutan, emulsi, atau suspensi, dimaksudkan untuk obat dalam atau obat luar, digunakan dengan cara meneteskan menggunakan penetes yang menghasilkan tetesan setara dengan tetesan yang dihasilkan penetes beku yang disebutkan Farmacope Indonesia.

10) Injectiones (Injeksi) Merupakan sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan 3. Sifat dan Kerja Obat

Obat yang masuk ke dalam tubuh melalui berbagai cara pemberian umunya mengalami absorpsi, distribusi, dan pengikatan untuk sampai di tempat kerja dan menimbulkan efek. Kemudian dengan atau tanpa biotransformasi, obat diekskresi dari dalam tubuh. Seluruh proses ini disebut dengan proses farmakokinetika (Raden Sanjoyo, 2005).

a. Absorpsi

Absorpsi adalah cara molekul obat masuk kedalam darah. Faktor-faktor yang mempengaruhi absorpsi obat antara lain rute pemberian obat, daya larut obat, dan kondisi di tempat absorpsi. Setiap rute pemberian obat memiliki pengaruh yang berbeda pada absorpsi obat, bergantung pada struktur fisik jaringan. Kulit relatif tidak dapat ditembus zat kimia, sehingga sehingga absorpsi menjadi lambat, selain


(41)

22

itu obat yang diberikan lewat oral juga lambat dikarenakan harus melewati sistem percenaan. Membran mukosa dan saluran napas mempercepat absorpsi akibat vaskularitas yang tinggi pada mukosa dan permukaan kapiler-alveolar. (potter dan perry 1999).

b. Distribusi

Setelah diabsorpsi, obat akan didistribusi ke selruh tubuh melalui sirkulasi darah. Distribusi obat dibedakan atas 2 fase berdasarkan penyebarannya didalam tubuh : 1) distribusi yang terjadi segera setelah penyerapan, yaitu ke organ yang perfusinya sangat baik misalnya jantung, hati, ginjal, dan otak. 2) distribusi mencakup jaringan yang perfusi jaringannya mencakup tidak sebaik organ di fase pertama misalnya, otot, visera, kulit, dan jaringan lemak. Obat yang mudah larut dalam lemak akan melintasi membran sel dan terditribusi ke dalam otak, sedangkan obat yang tidak larut dalam lemak akan sulit menembus membran sel sehingga distribusinya terbatas terutama di cairan ekstrasel. Distribusi juga dibatasi oleh ikatan obat pada protein plasma, hanya obat bebas yang dapat berdifusi dan mencapai keseimbangan. (Raden Sanjoyo, 2005).

c. Metabolisme

Proses perubahan struktur kimia obat yang terjadi dalam tubuh dan dikatalis oleh enzim. Pada proses ini molekul obat diubah menjadi lebih polar, artinya lebih mudah larut dalam air dan kurang larut dalam lemak sehingga lebih mudah diekskresi melalui ginjal.


(42)

23 d. Ekskresi

Obat dikeluarkan dari tubuh melalui berbagai organ ekskresi dalam bentuk metabolit hasil biotransformasi atau dalam bentuk asalnya. Obat atau metabolit polar diekskresi lebih cepat daripada obat larut lemak, kecuali pada ekskresi melalui paru. Ginjal merupakan organ ekskresi yang terpenting. Ekskresi obat juga terjadi melalui keringat, liur, air mata, air susu, dan rambut, tetapi dalam jumlah yang relatif kecil sekali sehingga tidak berarti dalam pengakhiran efek obat. Liur dapat digunakan sebagai pengganti darah untuk menentukan kadar obat tertentu. Rambut pun dapat digunakan untuk menemukan logam toksik, misalnya arsen, pada kedokteran forensik.

4. Efek dan Reaksi Obat

Menurut Potter dan perry (1999) efek dan reaksi obat dapat dibagi menjadi 5 :

a. Efek Terapeutik

Efek terapeutik merupakan respons fisiologis obat yang diharapkan atau diperkirakan timbul. Contoh, aspirin berfungsi sebagai analgesik, antipiretik, dan antiinflamasi, dan menurunkan agregasi (gumpalan) trombosit.

b. Efek samping

Sebuah obat diperkirakan akan menimbulkan efek sekunder yang tidak diinginkan. Contoh, penggunaan kodein fosfat dapat membuat


(43)

24

seorang klien mengalami konstipasi, dan penggunaan teofilin dapat membuat klien sakit kepala dan pusing.

c. Efek Toksik

Efek toksik terjadi setelah klien meminum obat berdosis tinggi dalam jangka waktu lama, setelah lama menggunakan obat yang ditujukan untuk aplikasi eksternal, atau setelah suatu obat berakumulasi didalam darah akibat kerusakan metabolisme atau ekskresi. Satu dosis obat dapat menimbulkan efek toksik pada beberapa klien. Jumlah obat yang yang berlebihan didalam tubuh dapat menimbulkan efek yang mematikan, bergantung pada kerja obat. Contoh, morfin, sebuah analgesik narkotik, meredakan nyeri dengan menekan susunan saraf pusat. Bagaimanapun, kadar toksik morfin menyebabkan depresi pernapasan yang berat dan kematian.

d. Reaksi Idiosinkratik

Obat dapat menyebabkan timbulnya efek yang tidak diperkirakan, misalnya reaksi idiosinkratik, yang meliputi klien bereaksi berlebihan, tidak bereaksi, atau bereaksi tidak normal terhadap obat. Contoh, seorang anak yang menerima antihistamin (contohnya, Benadryl) menjadi sangat gelisah atau sangat gembira, bukan mengantuk.

e. Reaksi Alergi

Reaksi alergi adalah respon lain yang tidak dapat diperkirakan terhadap obat. Dari seluruh reaksi obat, 5% sampai 10% merupakan reaksi alergi. Kekebalan tubuh seseorang dapat tersentralisasi terhadap


(44)

25

dosis awal obat,. Apabila obat diberikan secara berulang kepada klien, ia akan menglami respon alergis terhadap obat atau zat kimia bekerja sebagai antigen, memicu pelepasan antibodi.

Alergi obat dapat bersifat ringan atau berat. Gejala alergi bervariasi, bergantung pada individu dan obat. Contoh, antibiotik dapat menimbulkan banyak reaksi alergi.

Tabel 2.1 Reaksi Alergi

REAKSI ALERGI RINGAN GEJALA DESKRIPSI

Urtikaria Erupsi kulit yang bentuknya tidak beraturan, meninggi, ukuran dan bentuk bervariasi; erupsi memiliki batas berwarna merah dan bagian tengahnya berwarna pucat.

Ruam Vesikel kecil yang meninggi yang biasanya berwarna merah; seringkali tersebar diseluruh tubuh

Pruritus Gatal-gatal pada kulit, kebanyakan timbul bersama ruam.

Rinitis Inflamasi lapisan membrane mukosa hidung menimbulkan bengkak dan pengeluaran rabas encer dan berair.

Sumber: Potter & Perry 2007

Reaksi yang berat atau reaksi anafilaksis ditandai oleh konstriksi (pengecilan) otot bronkiolus, edema faring dan laring, mengi berat, dan sesak napas. Klien juga dapat mengalami hipotensi berat, sehingga


(45)

26

membutuhkan resusitasi darurat. Klien yang memiliki riwayat alergi terhadap obat tertentu harus menghindari penggunaan berulang obat tersebut, dan setelah sadar, klien harus mengenakan gelang atau kalung identifikasi, sehingga perawat dan dokter dapat mengetahui klien tersebut alergi terhadap obat tertentu.

5. Perhitungan Obat

a. Sistem Perhitungan Obat

Ketepatan perhitungan obat bergantung pada kemampuan perawat menghitung dosis obat dengan akurat dan mengukur obat dengan benar. Kesalahan akibat kecerobohan dalam menempatkan angka desimal atau menambah sebuah nol pada dosis obat akan mengakibatkan kesalahan yang fatal. Perawat bertanggung jawab mengecek dosis obat sebelum memberikannya serta memberitahu klien tentang dosis yang diprogramkan.

1) Sistem Metrik

Sistem Metrik merupakan system desimal, sistem metrik merupakan sistem perhitungan yang secara logis paling teratur. Unit metrik dengan mudah dapat dikonversi dihitung melalui perkalian dan pembagian sederhana. Satiap satuan dasar perhitungan disusun ke dalam unit-unit 10. Mengalikan atau membagi dengan 10 membentuk unit-unit sekunder. Pada perkalian, angka desimal berpindah kekanan. Pada pembagian, angka desimal berpindah kekiri.


(46)

27

Satuan dasar perhitungan pada sistem metrik antara lain meter (panjang), liter (volume), dan gram (berat). Pada perhitungan obat, perawat terutama menggunakan satuan volume dan berat. Pada sistem metrik, huruf besar dan kecil digunakan untuk menandai satuan-satuan utama. Contoh: gram = g atau Gm; liter = l atau L. Huruf kecil merupakan singkatan untuk subbagian satuan utama. Contoh: milligram=mg, mililiter = ml.

2) Ukuran Rumah Tangga

Ukuran rumah tangga meliputi tetesan, sendok teh, sendok makan, dan cangkir (cups) untuk volume dan ounce serta pound untuk berat. Kerugian ukuran rumah tangga adalah ketidakarutannya. Peralatan rumah tangga misalnya sendok teh dan cangkir, ukurannya seringkali bervariasi. Keuntungan penggunaan ukuran rumah tangga adalah aspek kenyamanan dan mudah dikenali. Apabila keakuratan tidak terlalu diperlukan, penggunaan ukuran rumah tangga aman digunakan. Contoh: obat yang dijual bebas, misalnya laksatif, antasida, dan obat batuk sirup, dapat diukur dengan aman menggunakan ukuran rumah tangga.

Tabel 2.2 Ekivalensi Ukuran EKIVALENSI UKURAN

Metrik Rumah Tangga

1 ml 15 tetes (tts)


(47)

28

16 ml 1 sendok makan (sdm)

30 ml 2 sendok makan (sdm)

240 ml 1 cangkir (c)

480 ml (kira-kira 500 ml) 1 pint (pt) 960 ml (kira-kira 1 L) 1 quart (qt) 3840 ml (kira-kira 5 L) 1 galon (gal) Sumber : Potter & Perry 1999

3) Larutan

Pada praktik klinis perawat menggunakan larutan yang konsentrasinya berbeda-beda untuk injeksi, irigasi, dan infus. Perawat harus mengerti istilah yang menggambarkan konsentrasi larutan. Suatu larutan adalah suatu massa zat padat yang larut dalam suatu volume cairan lain yang diketahui. Apabila sebuah zat padat di larutankan dalam cairan, satuan konsentrasinya adalah satuan berat per satuan volume (missal. g/ml, g/L, mg/ml). Suatu konsentrasi juga dapat diekspresikan sebagai persentase. Misal, larutan 10% adalah 10 g zat padat yang dilarutkan dalam 100 ml larutan. Suatu perbandingan juga menunjukkan konsentrasi. Larutan 1:1000 adalah larutan yang mengandung 1 g zat padat dalam 1000 ml cairan atau 1 ml cairan dalam 1000 ml cairan lain. b. Mengonversi Satuan Ukuran

Seorang farmasi tidak selalu membagikan obat dalam satuan ukuran yang diprogramkan. Perusahaan obat menyalurkan obat dengan ekuivalensi standar tertentu dalam bentuk kemasan dan botol. Contoh,


(48)

29

dokter memprogramkan 250 mg obat yang tersedia hanya dalam gram. Perawat bertanggung jawab mengubah satuan volume dan berat ke dalam dosis yang diinginkan. Perawat harus mengetahui ekuivalensi standard dalam semua sistem perhitungan utama. Pemberian obat bukan satu-satunya fungsi konversi yang dilakukan perawat. Konversi digunakan dalam banyak aktivitas keperawatan.

1) Konversi dalam satu sistem

Pada sistem metrik, perawat secara sederhana membagi dan mengali. Untuk mengubah milligram menjadi gram, perawat membagi dengan 1000, menggeser koma pada angka decimal tiga kali ke kiri (contoh, 1000 mg = 1 g dan 350 mg = 0,35 g). Untuk mengubah liter menjadi mililiter perawat mengalikannya dengan 1000 atau menggeser koma pada angka decimal tiga kali ke kiri, 1 L = 1000 ml dan 0,25 L = 250 ml.

2) Konversi Antar-Sistem

Perawat harus menentukan dosis akurat sebuah obat dengan mengubah berat atau volume dari satu sistem perhitungan ke dalam sistem perhitungan lain. Biasanya,satuan metrik dan apothecary harus diubah ke dalam ukuran rumah tangga yang ekuivalen untuk digunakan dirumah. Ketika harus melakukan kalkulasi obat yang sebenarnya, perawat sangat dianjurkan menggunakan satuan dalam sistem perhitungan yang sama


(49)

30

Sebelum membuat konversi, perawat membandingkan sistem perhitungan yang tersedia dengan sistem yang diinstruksikan. Contoh, dokter mengintruksikan “Morfin 1/6 gram IM”. Obat hanya tersedia dalam milligram. Untuk mengubah gram kedalam milligram, perawat harus mengetahui ekuivalensi 1 mg= 1/60 gr atau 60 mg=1 gr, sehingga dengan mengubah 1/6 gr ke dalam milligram , perawat memiliki ukuran yang dibutuhkan untuk membuat kalkulasi dosis akhir. Perawat membagi dengan 6:

60 mg : 6 = 1/6 gr 10 mg = 1/6 gr

Setelah menghitung bahwa instruksi dokter untuk “1/6 gr morfin” sama dengan 10 mg morfin, perawat dapat menyiapkan obat dengan akurat berdasarkan dosis yang tersedia.

3) Kalkulasi Dosis

Perawat dapat menggunakan rumus sederhana dalam banyak tipe kalkulasi dosis. Rumus yang dapat digunakan ketika perawat mempersiapkan obat dalam bentuk padat atau cair:

� �

= ℎ �

Menghitung dosis obat seorang anak memerlukan perhatian khusus. Seorang tidak mampu memetabolisasi banyak obat semudah orang dewasa, karena tubuh anak yang lebih kecil, dosis


(50)

31

obat yang diberikan juga harus lebih rendah. Metode perhitungan pediatrik yang paling akurat didasarkan pada area permukaan tubuh. Area permukaan tubuh diperkirakan berdasarkan berat tubuh. Nomogram standar, atau grafik menggambarkan area permukaan tubuh berdasarkan berat badan dan usia rata-rata. Rumus tersebut merupakan rasio area permukaan tubuh anak dibandingkan dengan area permukaan tubuh rata-rata orang dewasa (1,7 meter persegi atau 1,7 m2).

� = ℎ

1,7 2

6. Peran Perawat dalam Pemberian Obat a. Peran perawat

Peran dan tanggung jawab perawat dalam pemberian obat mengalami perubahan seiring dengan perubahan keperawatan dan sistem pelayanan kesehatan dalam menanggapi tuntutan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dan tuntutan teknologi (Asperheim, Eisenhauer, 1974, dalam Priharjo 1994)

Pada dasarnya, perawat mempunyai beberapa jenis peran bila dilihat dari batas kewenangannya. 1) peran independen merupakan peran dimana perawat secara legal dapat melakukan tindakan secara mandiri terhadap diagnose keperawatan tertentu. 2) peran dipenden merupakan peran dimana perawat tergantung pada profesi lain dalam melakukan tindakan terhadap masalah kesehatan. 3) peran


(51)

32

melakukan tindakan terhadap masalah kesehatan yang memerlukan penanganan bersama.

b. Peran dalam mendukung keefektivitasan obat

Perawat harus memiliki pengetahuan yang memadai tentang daya kerja dan efek terapeutik obat, perawat harus mampu melakukan observasi untuk mengevaluasi efek obat dan harus melakukan upaya untuk meningkatkan keefektifitasan obat.

Berbagai pendekatan yang dapat dipakai dalam mengevaluasi keefektifitasn obat yang diberikan pada pasien. Namun laporan langsung yang disampaikan oleh pasien dapat digunakan pada berbagai keadaan, sehingga perawat penting untuk bertanya langsung kepada pasien tentang keefektifitasan obat yang diberikan.

c. Peran perawat dalam mengobservasi efek samping dan alergi obat Perawat mempunyai peran yang penting dalam mengobservasi pasien terhadap kemungkinan terjadinya efek samping obat. Perawat harus memberitahu pasien yang memakai atau minum obat di rumah mengenai tanda-tanda atau gejala efek samping obat yang harus dilaporkan pada dokter atau perawat.

Perawat perlu tanggap terhadap kemungkinan terjadinya sensitivitas solang (cross sensitivity) terhadap berbagai obat atau makanan yang berbeda.


(52)

33

d. Peran perawat dalam menyimpan, menyiapkan dan administrasi obat Cara menyimpan, menyiapkan dan administrasi obat sangat bervariasi antara satu rumah sakit dengan rumah sakit yang lain. Perawat harus tahu tata cara menyimpan obat yang benar karena penyimpanan yang salah dapat merusak struktur kimia maupun efek obat.

Saat mempersiapkan obat, perawat harus memeriksa tanda kadaluwarsa obat, cara penggunaan dan pemberiannya. Perawat juga harus menguasai dasar-dasar perhitungan obat misalnya dalam menyiapkan pemberian dosis insulin, injeksi, pembuatan larutan dan lain-lain.

e. Peran perawat dalam melakukan pendidikan kesehatan tentang obat Perawat mempunyai tanggung jawab dalam melakukan pendidikan kesehatan pada pasien, keluarga dan masyarakat luas. Hal ini termasuk pendidikan yang berkaitan dengan obat. Perawat dapat memberikan penyuluhan tentang manfaat obat secara umum, sedangkan informasi yang lebih terperinci bukan merupakan tanggung perawat tetapi tanggung jawab dokter.

7. Pemberian obat berdasarkan “6 prinsip benar”

Pemberian obat harus menggunakan prinsip benar agar pemberian obat tersebut aman. menurut Ni Ketut Kusmarjathi 2009 menggunakan 6 prinsip benar dalam pemberian obat.


(53)

34 a. Benar pasien

Langkah penting dalam pemberian obat dengan aman adalah meyakinkan bahwa obat tersebut diberikan pada klien yang benar. Mengidentifikasi klien dengan tepat, perawat memeriksa kartu, format, atau laporan pemberian obat yang dicocokan dengan gelang identifikasi klien dan meminta klien menyebutkan namanya.

b. Benar waktu

Obat-obatan harus diberikan pada waktu yang tepat untuk memastikan level kadar serum terapeutik. Pemberian pada waktu yang salah juga dapat dikategorikan kesalahan dalam pemberian obat.

Bullock, Manias dan Galbraith (2007) menyatakan bahwa jika obat diintruksikan harus diberikan pada interval waktu tertentu, pemberian obat oleh perawat tidak boleh lebih dari 30 menit, jika pemberian lebih 30 menit dari waktu yang ditentukan maka biovailabilitas (kemampuan kecepatan obat untuk menyerap ke dalam sirkulasi sitemik) dari obay mungkin terpengaruh.

c. Benar obat

Obat pada saat pertama kali diprogramkan, perawat harus di cek ulang antara format pencatatan dengan intruksi yang ditulis dokter. Perawat melakukan tiga kali cek ulang saat melihat label obat dengan laporan pencatatan yaitu, 1) sebelum memindahkan obat dari wadah obat dari laci atau lemari (tempat penyimpanan). 2) pada saat sejumlah obat yang di intruksikan atau diprogramkan dipindahkan dari


(54)

35

wadahnya. 3) sebelum mengembalikan wadah obat ke tempat penyimpanan. Perawat hanya memberikan obat yang dipersiapkannya. Jika terjadi kesalahan, perawat yang memberikan obat bertanggung jawab terhadap efek obat.

d. Benar cara atau rute

Perawat hanya diperbolehkan untuk memberikan obat pada rute yang telah diresepkan atau diintruksikan, perawat harus memahami perbedaan antara rute seperti tingkat penyerapan, sehingga apabila rute yang diintruksikan tidak sesuai dengan cara yang direkomendasikan, perawat dapat mengingatkan dokter, selain itu apabila terdapat intruksi obat yang tidak menerangkan rute pemberian obat, perawat mengonsultasikannya kepada dokter. Rute yang digunakan dalam pemberian obat :

1) Oral

Obat yang cara penggunaannya masuk melalui mulut. Keuntungannya relatif aman, praktis, ekonomis. Kerugiannya timbul efek lambat; tidak bermanfaat untuk pasien yang sering muntah, diare, tidak sadar, tidak kooperatif; untuk obat iritatif dan rasa tidak enak penggunaannya terbatas; obat yang inaktif/terurai oleh cairan lambung atau usus tidak bermanfaat (penisilin G, insulin); obat absorpsi tidak teratur.

Tujuan terapi serta efek sistematik yang dikehendaki, penggunaan oral adalah yang paling menyenangkan dan murah,


(55)

36

serta umumnya paling aman. Hanya beberapa obat yang mengalami perusakan oleh cairan lambung atau usus. Pada keadaan pasien muntah-muntah, koma, atau dikehendaki onset yang cepat, penggunaan obat melalui oral tidak dapat dipakai. 2) Sublingual

Cara penggunaannya, obat ditaruh dibawah lidah. Tujuannya supaya efeknya lebih cepat karena pembuluh darah bawah lidah merupakan pusat sakit. Misal pada kasus pasien jantung. Keuntungan cara ini efek obat cepat serta kerusakan obat di saluran cerna dan metabolisme di dinding usus dan hati dapat dihindari.

3) Inhalasi

Penggunaannya dengan cara disemprot (ke mulut). Misal obat asma. Keuntungannya yaitu absorpsi terjadi cepat dan homogen, kadar obat dapat dikontrol, terhindar dari efek lintas pertama, dapat diberikan langsung pada bronkus. Kerugiannya yaitu, diperlukan alat dan metoda khusus, sukar mengatur dosis, sering mengiritasi epitel paru–sekresi saluran nafas, toksisitas pada jantung.

Dalam inhalasi, obat dalam keadaan gas atau uap yang akan diabsorpsi sangat cepat melalui alveoli paru-paru dan membran mukosa pada perjalanan pernafasan.


(56)

37 4) Rektal

Cara penggunaannya melalui dubur atau anus. Tujuannya mempercepat kerja obat serta sifatnya lokal dan sistemik. Obat oral sulit/tidak dapat dilakukan karena iritasi lambung, terurai di lambung, terjadi efek lintas pertama. Contoh, asetosal, parasetamol, indometasin, teofilin, barbiturat.

5) Pervaginam

Bentuknya hampir sama dengan obat rektal, dimasukkan ke vagina, langsung ke pusat sasar. Misal untuk keputihan atau jamur. 6) Parentral

Digunakan tanpa melalui mulut, atau dapat dikatakan obat dimasukkan de dalam tubuh selain saluran cerna. Tujuannya tanpa melalui saluran pencernaan dan langsung ke pembuluh darah. Misal suntikan atau insulin. Efeknya biar langsung sampai sasaran. Keuntungannya yaitu dapat untuk pasien yang tidak sadar, sering muntah, diare, yang sulit menelan/pasien yang tidak kooperatif; dapat untuk obat yang mengiritasi lambung; dapat menghindari kerusakan obat di saluran cerna dan hati; bekerja cepat dan dosis ekonomis. Kelemahannya yaitu kurang aman, tidak disukai pasien, berbahaya (suntikan – infeksi).

Istilah injeksi termasuk semua bentuk obat yang digunakan secara parentral, termasuk infus. Injeksi dapat berupa larutan, suspensi, atau emulsi. Apabila obatnya tidak stabil dalam cairan, maka dibuat dalam bentuk kering. Bila mau dipakai baru ditambah


(57)

38

aqua steril untuk memperoleh larutan atau suspensi injeksi. Beberapa cara pemberian obat dengan parenteral :

a) Subkutan (SC). Injeksi ke dalam jaringan tepat dibawah lapisan dermis kulit.

b) Intradermal (ID). Injeksi ke dalam dermis tepat dibawah epidermis.

c) Intramuskular (IM). Injeksi ke dalam otot tubuh. d) Intravena (IV). Injeksi ke dalam vena.

7) Topikal/lokal

Obat yang sifatnya lokal. Misal tetes mata, tetes telinga, salep. e. Benar dosis

Sebelum memberikan obat terkait dengan dosis yang diberikan maka perawat harus melakukan perhitungan, selain itu juga perawat harus berhati-hati dalam membaca rencana obat. Sebuah titik decimal yang salah dapat mengakibatkan terjadinya kesalahan pada dosis obat. Sebagai perawat bertanggung jawab untuk memastikan keamanan klien.

f. Benar dokumentasi

Dokumentasi yang benar membutuhkan tindakan segera dari seorang perawat untuk mencatat informasi yang sesuai mengenai obat yang telah diberikan. Pendokumentasian meliputi nama obat, dosis, rute, waktu, dan tanggal inisial dan tanda tangan perawat. Penundaan dalam mencatat dapat mengakibatkan lupa untuk mencatat pengobatan


(58)

39

atau perawat lain memberikan obat itu kembali karena berpikir obat itu belum diberikan (Sari 2009; Kee and Hayes, 2000; Joyce 1996).

Dokumentasi yang detail sangat dibutuhkan, apabila ternyata perawat tidak memberikan obat tersebut pada waktu yang telah diintruksikan, harus tercantum alasan mengapa perawat tidak memberikan obat tersebut, selain itu apabila terdapat perubahan dalam rute pemberian obat maka harus dicatat atau didokumentasikan. E. PENELITIAN TERKAIT

1. Penelitian yang dilakukan oleh Elizabeth Manias, Shane Bullock (2001) dengan judul persepsi perawat di rumah sakit tentang pengetahuan perawat yang baru lulus mengenai farmakologi. Metode yang dilakukan diskusi kelompok (Focus Group Discussion) pada 12 participan (perawat). Hasil penelitian menunjukkan bahwa Perawat yang baru lulus mengalami kekurangan yang besar dalam pendidikan farmakolgi, yang mengakibatnya kurangnya pemahaman tentang kelompok obat, ketidakmampuan membaca grafik obat. Perawat klinis juga menunjukkan bahwa kekurangan tidak terbatas tentang pemahaman obat tetapi juga mengaplikasikan konsep farmakologi dalam pengaturan praktek.

2. Penelitian lain dilakukan oleh Ni Ketut Kusmarjathi (2009) dengan judul Penerapan prinsip “Enam Tepat dalam Pemberian Obat oleh Perawat di Ruang Rawat Inap Berdasarkan UU No.23 Th 1992. Metode yang dilakukan adalah menggunakan pendekatan kuantitatif dengan analisis univariat yang dilakukan pada 80 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum tingkat penerapan prinsip “enam tepat”


(59)

40

dalam pemberian obat oleh perawat di ruang rawap inap RSDK baik, namun untuk prinsip umum yang berkaitan dengan dengan aspek keamanan (safety) bagi perawat masih rendah. Dari hasil penelitian juga tampak bahwa penerapan prinsip”enam tepat” dalam pemberian obat yang cukup baik, dipengaruhi oleh faktor internal perawat, yaitu karakteristik responden dan tingkat pengetahuan. Faktor eksternal yang teridentifikasi yang mempengaruhi adalah ketersediaan fasilitas pemberian obat, supervise oleh ketua tim atau grup dan kepala ruangan masih kurang, dan kebijakan institusi dalam pemberian obat dalam hal ini dilihat dari ketersediaan dan penerapan SOP.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Ellen o’shea tentang faktor-faktor yang berkontribusi terhadap kesalahan obat yang terkait dengan perawat dan system yang ada. Penelitiannya dilakukan dengan sistematik review dengan 97 artikel yang didapatkan hasil bahwa faktor yang berkontribusi terhadap kesalahan obat adalah mengenai perhitungan (kemampuan matematika), pengetahuan perawat mengenai obat-obatan (medikasi), lamanya pengalaman kerja sebagai perawat, lamanya pergantian shift perawat, beban kerja dan pengaturan staff, Pelayanan Keperawatan dan Sistem Pemberian Obat, Single-Perawat pemberi Obat, Kebijakan dan Prosedur, Distraksi dan Interupsi (maksudnya adalah kondisi lingkungan perawat), dan Kualitas resep


(60)

41 F. KERANGKA TEORI

PENDIDIKAN :

3. Kurangnya pelatihan untuk penggunaan/pengelolaan alat 4. Kegagalan untuk mencatat

alergi/alergi pada pasien yang tidak tercatat

1. Kurangnya pengetahuan dan informasi

2. Kurangnya kemampuan untuk mengkalkulasi obat

BEBAN KERJA:

1. Lingkungan kerja yang tidak menyenangkan

2. Kurangnya komunikasi, seperti tidak tercatatnya riwayat penggunaan obat diluar resep.

SISTEM :

1. Tidak adanya standar untuk dosis 2. Perubahan istilah dan tidak

konsistennya antara produsen 3. Kurangnya penyimpanan

obat-obatan

4. Tidak jelasnya laporan kejadian 5. Kurangnya umpan balik untuk

mengidentifikasi kesalahan.

PRINSIP 6 BENAR : 1. Benar pasien 2. Benar waktu 3. Benar obat 4. Benar cara atau

rute

5. Benar dosis

6. Benar dokumentasi

YA TIDAK

Pemberian obat sesuai dengan prinsip benar Kesalahan

pemberian obat

Sumber : Ellen O’she 1999 dimodifikasi dengan Ni Ketut Kusmarjathi 2009


(61)

42 BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. KERANGKA KONSEP

Kerangka konsep dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu : Variabel independen adalah pengetahuan mahasiswa profesi tentang obat dan pemberian obat. Variabel dependen adalah perilaku mahasiswa profesi dalam pemberian obat yang sesuai dengan 6 prinsip benar.

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka teori dan tujuan penelitian, peneliti ingin mengidentifikasi apakah ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku mahasiswa profesi dalam melakukan pemberian obat.

PENGETAHUAN : 1. Nama dan bentuk obat 2. Sifat dan kerja obat 3. Efek dan reaksi obat 4. Sistem perhitungan obat 5. Rute pemberian obat 6. Peran perawat dalam

pemberian obat

PERILAKU PEMBERIAN OBAT SESUAI

DENGAN 6 PRINSIP BENAR :

7. Benar pasien 8. Benar waktu 9. Benar obat

10. Benar cara atau rute 11. Benar dosis


(62)

43 B. HIPOTESIS

Berdasarkan kerangka konsep dan tujuan penelitian, maka hipotesis penelitian ini adalah ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku mahasiswa profesi dalam melakukan pemberian obat.


(63)

44 C. DEFINISI OPERASIONAL

Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Hasil Ukur Alat Ukur Skala Ukur Pengetahuan Segala Sesuatu yang

diketahui mahasiswa tentang pemberian obat, yaitu:

1. Nama dan bentuk obat

2. Sifat dan kerja obat 3. Efek dan reaksi obat 4. Sistem perhitungan

obat

5. Rute pemberian obat

6. Peran perawat dalam pemberian obat

Angket Dinyatakan dalam tingkatan:

0. Kurang :

Apabila skor tingkat pengetahuan responden kurang dari 55% dari jawaban yang benar. 1. Cukup :

Apabila skor tingkat pengetahuan responden antara 56%-75% dari jawaban yang benar. 2. Baik :

Apabila skor tingkat pengetahuan responden lebih dari 76% dari jawaban yang benar. (Arikunto, 1998)

Kuesioner Ordinal


(64)

45 obat sesuai dengan

prinsip benar yaitu: 1. Benar pasien 2. Benar waktu 3. Benar obat

4. Benar cara atau rute 5. Benar dosis

6. Benar dokumentasi

skor 100%

0 Perilaku buruk : jika skor < 100%

Check List


(65)

46 BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis Penelitian ini adalah penelitian analitik kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian Cross Sectional. Desain tersebut dipilih oleh peneliti dengan pertimbangan waktu yang dibutuhkan tidak terlalu banyak, relatif murah, namun tetap dapat menjelaskan hubungan antara variabel yang diteliti. Peneliti ingin mengetahui hubungan antara variabel bebas (pengetahuan tentang pemberian obat) dengan variabel yang terikat (perilaku mahasiswa profesi ners UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam melakukan pemberian obat) dengan melakukan pengamatan sekaligus.

B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Rumah Sakit Angkatan Darat Gatot Soebroto, Jakarta tahun 2011. Daerah tersebut dipilih karena mahasiswa profesi ners UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sedang melaksanakan praktek klinik di rumah sakit tersebut.

2. Waktu penelitian


(66)

47 C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Mahasiswa profesi Program Studi Ilmu Keperawatan Fakulktas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Alasan pengambilan populasi karena mahasiswa profesi yang sedang melaksanakan program profesi masih merasakan kesulitan dalam obat dan perhitungan obat dalam studi pendahuluan.

2. Sampel

Pengambilan Sampel dilakukan dengan cara sampling jenuh yaitu dengan mengambil semua anggota populasi menjadi sampel. (Hidayat 2007) . sampel yang diambil adalah seluruh mahasiswa profesi di Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yaitu sebanyak 34 orang.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen Penelitian ini berupa kuesioner dan lembar observasi. 1. Kuesioner

Pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah kuesioner atau angket yang disesuaikan dengan tujuan penelitian dan mengacu pada kerangka konsep dan teori yang telah dibuat. Kuesioner berisi tentang data demografi dan pertanyaan tertutup tentang pengetahuan obat dan pemberian obat.


(67)

48

b. Kuesioner Pengetahuan : berisi pengetahuan 30 pertanyaan tertutup yang terdiri dari :

1) Menggambarkan pengetahuan tentang nama dan bentuk obat nomor 1, 4 dan 5

2) Menggambarkan pengetahuan tentang sifat dan kerja obat nomor 2-3, 6-7

3) Menggambarkan pengetahuan tentang efek dan reaksi obat nomor 8 s.d 12

4) Menggambarkan pengetahuan tentang sistem perhitungan obat nomor 13 s.d 17

5) Menggambarkan pengetahuan tentang rute pemberian obat nomor 18 s.d 24

6) Menggambarkan pengetahuan tentang pengetahuan tentang peran perawat dalam pemberian obat nomor 25 s.d 30

Pada pengisian kuesioner diberikan nilai (1) apabila responden menjawab dengan benar dan diberikan nilai (0) apabila responden menjawab salah pada pertanyaan yang tersedia. Kemudian data yang didapat, dikumpulkan dan dijumlahkan sesuai dengan skor yang didapat, lalu digolongkan tingkat pengetahuan mahasiswa profesi ners kedalam tiga kategori : baik, cukup dan kurang. Hasil ukur variabel tingkat pengetahuan di kategorikan menjadi 3 yaitu : (2) Baik (skor > 76%), (1) Cukup (skor 55%-75%), dan (0) kurang (skor <55%).


(68)

49 2. Lembar Observasi

Pengumpulan data dengan menggunakan lembar observasi adalah untuk mengetahui perilaku mahasiswa profesi ners dalam melakukan pemberian obat yang harus sesuai dengan “6 prinsip benar”. Pada pengisian lembar observasi observer mengisi nama yang akan diobservasi, jenis kelamin, dan ruangan (tempat) dilakukan penilaian. Setelah itu melakukan penilaian terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam pemberian obat yang harus dilakukan dengan “6 prinsip benar”. Pada lembar observasi terdiri dari 6 aspek yang didalamnya terdapat 11 kegiatan. Observer dalam melakukan penilaian memberikan cek list pada kolom yang tersedia yaitu: (YA) apabila hal tersebut dilakukan oleh mahasiswa profesi keperawatan dalam melakukan pemberian obat dan (TIDAK) apabila mahasiswa profesi keperawatan tidak melakukan kegiatan yang ada di lembar observasi tersebut, untuk lembar petunjuk observer tersedia didalam lampiran.

Data yang telah didapatkan dari hasil observasi kemudian dikumpulkan, kemudian dijumlahkan sesuai dengan skor yang didapat lalu digolongkan perilaku mahasiswa profesi ners dalam melakukan pemberian obat menjadi tiga kategori: yaitu baik, cukup, dan buruk (kurang). Hasil ukur variabel perilaku di kategorikan menjadi 2 yaitu: (1) Perilaku Baik (skor 100%), dan Perilaku Buruk/Kurang (0) (skor <100%).


(69)

50 E. Pengumpulan Data

1. Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Diperoleh dengan menggunakan kuesioner untuk mengetahui data demografi, dan pengetahuan yang terkait dengan pemberian obat, dan perilaku dengan menggunakan lembar observasi pada mahasiswa profesi ners yang penilaiannya dilakukan oleh perawat di rumah sakit dan diruangan tempat mahasiswa profesi melaksanakan praktek pada tanggal 3 November-12 November tahun 2011.

Kuesioner memuat beberapa pertanyaan yang dirancang oleh peneliti dengan mengacu pada literatur sebanyak 30 pertanyaan dengan menggunakan tiga bentuk yaitu, pilihan ganda, dan tipe soal pilihan benar dan salah. Waktu yang dibutuhkan untuk menjawab pertanyaan kurang lebih 20-30 menit. Untuk menghindari persoalan teknis yang berkaitan saat dilakukan pengumpulan data responden dan ketelitian dalam memberikan jawaban, peneliti memberikan petunjuk dalam pengisian kuesioner serta mengadakan pengawasan dan penjelasan kembali apabila responden mengalami kesulitan dalam memahami pertanyaan. Pada penilaian perilaku dilakukan sebelum responden mengisi kuesioner berisi pengetahuan yang tekait dengan pemberian obat.


(70)

51 2. Prosedur Pengumpulan Data

Proses-proses pengumpulan data pada penelitian melalui beberapa tahap yaitu:

a. Menyelesaikan kelengkapan administrasi seperti surat izin validitas dan penelitian dari Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang ditujukan kepada Diklat Rumah Sakit Gatot Soebroto.

b. Setelah mendapatkan persetujuan dari Litbang, peneliti menyerahkan surat permohonan tersebut kepada kepala ruangan tempat mahasiswa profesi ners melaksanakan praktek.

c. Setelah mendapatkan izin dari kepala ruangan, kemudian peneliti menjelaskan terkait hal-hal yang akan diteliti kemudian meminta izin untuk melihat data-data mahasiswa profesi yang praktek (dinas) di ruangan tersebut,

d. Melakukan pengobservasian kepada mahasiswa profesi terkait dengan prinsip benar pemberian obat, yang dilakukan sebanyak satu kali pada setiap ruang dan setiap responden.

e. Menjelaskan dan memberikan petunjuk pengisian atau penilaian terkait dengan perilaku mahasiswa profesi ners dalam melakukan pemberian obat.

f. Melakukan pendataan kepada calon responden dan menjelaskan tujuan dan manfaat penelitian.


(71)

52

g. Memberikan lembar persetujuan (informed consent) untuk ditandatangani oleh responden apabila setuju menjadi subjek penelitian.

h. Memberikan penjelasan kepada responden tentang cara pengisian kuesioner.

i. Memberikan kesempatan kepada responden untuk bertanya kepada peneliti apabila ada yang tidak jelas dengan kuesioner.

j. Memberikan waktu kepada responden untuk mengisi kuesioner.

k. Responden menyerahkan kembali kuesioner yang telah diisi kepada peneliti untuk diperiksa.

l. Peneliti mengucapkan terima kasih kepada responden atas partisipasinya.

F. Uji Validitas dan Realibilitas Instrumen

Uji validitas dan realibilitas telah dilaksanakan pada mahasiswa profesi dari Universitas Pelita Harapan sebanyak 10 responden dan tempat pelaksanaan uji validitas dan reliabilitas di RSPAD Gatot Soebroto.

Hasil dari pelaksanaan uji validitas dan reliabilitas setelah diolah dengan menggunakan program SPSS didapatkan nilai alpha cronbach sebesar (0.907) G. Teknik Analisa Data

1. Langkah Analisis Data

Dalam melakukan analisis, data terlebih dahulu harus diolah dengan tujuan mengubah data menjadi informasi. Dalam statistik, informasi yang diperoleh digunakan untuk proses pengambilan keputusan, terutama dalam


(1)

Statistics

benarobat.kat

N Valid 34

Missing 0

Mean 1.00

Median 1.00

Mode 1

Std. Deviation .000

Minimum 1

Maximum 1

benarobat.kat

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid baik 34 100.0 100.0 100.0

Frequencies

Statistics

benarpasien.kat

N Valid 34

Missing 0

Mean 1.00

Median 1.00

Mode 1

Std. Deviation .000

Minimum 1

Maximum 1

benarpasien.kat

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(2)

benarpasien.kat

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid baik 34 100.0 100.0 100.0

Frequencies

Statistics

benardosis.kat

N Valid 34

Missing 0

benardosis.kat

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid baik 34 100.0 100.0 100.0

Frequencies

Statistics

benarrute.kat

N Valid 34

Missing 0

benarrute.kat

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid baik 34 100.0 100.0 100.0

Frequencies


(3)

benardokumentasi.kat

N Valid 34

Missing 0

benardokumentasi.kat

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid baik 34 100.0 100.0 100.0

Frequencies

Statistics

benarwaktu.kat

N Valid 34

Missing 0

benarwaktu.kat

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid buruk 7 20.6 20.6 20.6


(4)

baik 27 79.4 79.4 100.0 Total 34 100.0 100.0

Frequencies

Statistics

perilaku.kat

N Valid 34

Missing 0

perilaku.kat

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid buruk 7 20.6 20.6 20.6

baik 27 79.4 79.4 100.0


(5)

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent Pengetahuan.Kat *

perilaku.kat

34 100.0% 0 .0% 34 100.0%

Pengetahuan.Kat * perilaku.kat Crosstabulation

perilaku.kat

Total buruk baik

Pengetahuan.Kat kurang Count 5 7 12 % within Pengetahuan.Kat 41.7% 58.3% 100.0%

Cukup Count 2 11 13

% within Pengetahuan.Kat 15.4% 84.6% 100.0%

Baik Count 0 9 9

% within Pengetahuan.Kat .0% 100.0% 100.0%

Total Count 7 27 34


(6)

Symmetric Measures

Value

Asymp. Std.

Errora Approx. Tb Approx. Sig. Interval by Interval Pearson's R .408 .118 2.529 .017c Ordinal by Ordinal Spearman Correlation .410 .122 2.546 .016c

N of Valid Cases 34

a. Not assuming the null hypothesis.

b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c. Based on normal approximation.

Nonparametric Correlations

Correlations

Pengetahuan.Kat perilaku.kat Spearman's rho Pengetahuan.Kat Correlation Coefficient 1.000 .410*

Sig. (2-tailed) . .016

N 34 34

perilaku.kat Correlation Coefficient .410* 1.000 Sig. (2-tailed) .016 .

N 34 34