Interferensi sintaksis Bahasa Jawa dalam karangan narasi siswa kelas V dan VI SD Negeri Merdikorejo Tempel Sleman Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008 - USD Repository

  

INTERFERENSI SINTAKSIS BAHASA JAWA

DALAM KARANGAN NARASI SISWA KELAS V DAN VI

SD NEGERI MERDIKOREJO TEMPEL SLEMAN YOGYAKARTA

TAHUN AJARAN 2007 / 2008

  

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

  

Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

Oleh:

SEKTI HARI PURNAMI

  

031224060

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

  

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

HALAMAN PERSEMBAHAN

  Kupersembahkan Karya Sederhana ini untuk Kedua Orangtuaku Bapak Rejo Wiyono dan Ibu Sumarsih.

  

MOTTO

  • • Orang bijak mengatakan Jangan kamu tunda sampai besok apa yang bisa kamu

    kerjakan hari ini.
  • • Kalau kamu ingin menciptakan sesuatu, kamu harus melakukan sesuatu (J. Wolfgang

    Von Gocthe).
  • Ingatlah lima perkara sebelum lima perkara. (Hadist).
  • • Kemarin adalah masa lalu, Hari ini adalah kenyataan dan hari esok adalah misteri.(

    sebuah Perenungan)
  • • Dengan ilmu hidup jadi lebih mudah, dengan agama hidup jadi lebih terarah, dan

    dengan senyum hidup jadi lebih indah. ( demigis prod.).

  

ABSTRAK

Purnami, Sekti Hari. 2009. Interferensi Sintaksis Bahasa Jawa dalam Karangan

  Narasi Siswa kelas V dan VI SD Negeri Merdikorejo Tempel Sleman Yogyakarta Tahun Ajaran 2007/2008 . Skripsi Program Sarjana (S-1) Yogyakarta : PBSID, FKIP, Universitas Sanata Dharma. Penelitian ini mengkaji interferensi sintaksis bahasa Jawa dalam karangan

narasi siswa kelas V dan VI SD Negeri Merdikorejo Tempel Sleman Yogyakarta.

Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) mendeskripsikan interferensi sintaksis

bahasa Jawa dalam karangan narasi siswa kelas V dan VI, (2) mendeskrisikan

jenis-jenis interferensi sintaksis bahasa Jawa dalam karangan narasi siswa kelas V

dan VI, dan (3) mendeskripsikan sejauh mana kemunculan interferensi sintaksis

bahasa Jawa dalam karangan narasi siswa kelas Vdan VI.

  Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Subjek penelitian ini adalah

siswa kelas V dan VI SD Negeri Merdikorejo Tempel Sleman Yogyakarta tahun

ajaran 2007 / 2008 yang berjumlah 49 orang. Instrumen yang digunakan dalam

penelitian ini adalah perintah untuk menyusun karangan narasi berdasarkan

gambar berseri yang telah diberikan.

  Data penelitian ini adalah karangan narasi siswa kelas V dan VI yang

mengandung interferensi sintaksis bahasa Jawa. Langkah-langkah yang digunakan

untuk menganalisis data adalah: (1) membaca karangan narasi, (2) menganalisis

apakah ada interferensi dalam karangan siswa, (3) memberi tanda dan mendata

frasa dan kalimat yang mengalami interferensi, (4) menggolongkan interferensi ke

dalam jenis-jenis interferensi, dan (5) mendeskripsikan sejauh mana frekuensi

kemunculan interferensi pada tataran sintaksis.

  Hasil penelitian menujukkan bahwa: (1) terdapat interferensi sintaksis

bahasa Jawa dalam karangan narasi siswa kelas V dan VI, (2) jenis interferensi

sintaksis yang ditemukan adalah interferensi dalam tataran frasa, (3) frekuensi

kemunculan interferensi adalah sebanyak 14 buah. Berdasarkan penelitian,

peneliti memberikan saran kepada guru bahasa Indonesia, calon guru bahasa

Indonesia, dan peneliti lain. Guru bahasa Indonesia agar lebih sering

menggunakan bahasa Indonesia supaya siswa lebih terbiasa mendengar bahasa

indonesia sehingga mereka dapat menerapkan dalam keseharian mereka. Calon

guru bahasa Indonesia agar mulai membiasakan diri berbahasa Indonesia agar

pada saat masuk ke dunia kerja sudah terbiasa menggunakan bahasa Indonesia

yang baik dan benar dan dapat dicontoh siswa. Peneliti lain agar mengadakan

penelitian pada tingkat yang lebih rendah (TK) atau yang lebih tinggi (SMP,

SMA, PT).

  

ABSTRACT

Purnami, Sekti Hari. 2009. The Javanese Syntax Interference in Narrative Writing

of Class V and VI Students of SD Negeri Merdikorejo Tempel Sleman Yogyakarta Academic Year 2007/2008 . Thesis (S-1). Yogyakarta : PBSID, FKIP, Sanata Dharma University. This research studies the Javanese syntax interference in narrative

composition of class V and VI students of SD Negeri Merdikorejo Tempel

  

Sleman Yogyakarta. The objectives of this research are: (1) to describe the

Javanese syntax interference in narative writing of class V and VI, (2) to describe

the kinds of the Javanese syntax interference in narrative writing of class V and

  

VI, and (3) to describe how far the apprearance frequency of the Javanese syntax

interference in narrative writing of class V and VI.

  This is a descriptive qualitative research. The subjects of this research are

all students of class V and VI SD Negeri Merdikorejo Tempel Sleman Yogyakarta

that consists of 49 students. The instrument of this research is a command to

compose a narrative writing based on the series pictures given.

  The data were classified and then were analyzed. The method of analysing

data are: (1) to read the narrative writing, (2) to analyze whether there is syntax

interference in the students’ writing, (3) to mark in and encode the phrases and

sentenses which get the interference, (4) to classify the interference into kinds of

interferences, and (5) to describe how far the appearance frequency of the

interference in syntax rank.

  The research result shows that : (1) there is Javanese syntax interference

in narrative writing of class V and VI, (2) the kinds of Javanese syntax

interference in the narrative writing is phrases interference, and (3) appearance

frequency of interference is fourteen. Based on the research result, the researcher

suggests to Indonesian teachers, candidates, and other researchers. Indonesian

teachers should use Indonesian more intensively so that students are used to

listening Indonesian and they can apply it in their daily language. Candidates of

Indonesian teachers should start to acustome to have Indonesian so that you can

speak Indonesian fluently and can be follow by students. Other researchers, please

make research at lower level (TK) or higher level (SMP, SMA, PT).

  

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin. Segala puji hanya bagi Allah SWT yang

telah melimpahkan rahmat, kasih dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi berjudul “Interferensi Sintaktis Bahasa Jawa Dalam

Karangan Narasi Siswa kelas V dan VI SD Negeri Merdikorejo Tempel Sleman

Yogyakarta Tahun Ajaran 2007/2008” dengan sebaik-baiknya. Penulis benar-

benar mendapat banyak pengalaman dalam proses penulisan skripsi ini.

  Terselesaikannya penulisan skripsi ini tidak lepas dari dukungan,

bimbingan dan semangat dari berbagai pihak. Untuk itu peneliti ingin

mengucapkan terima kasih kepada :

  

1. Bapak Dr. Y.Karmin, M.Pd selaku pembimbing tunggal yang telah dengan

sabar memberikan bimbingan kepada penulis.

  

2. Romo Drs. J. Prapta Diharja S.J., M.Hum. selaku ketue Program Studi PBSID

yang telah memberikan ijin penulisan skripsi ini.

  

3. Bapak Ag. Hardi Prasetyo, S.Pd., M.A selaku Ketua Jurusan Pendidikan

Bahasa dan Seni yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mewujudkan penulisan skripsi ini.

  

4. Dosen-dosen Program Studi PBSID yang telah membagikan ilmu

pengetahuannya

  

5. F.X. Sudadi karyawan sekretariat PBSID yang telah membantu administrasi

selama penulis menuntut ilmu di PBSID

  6. Karyawan-karyawati perpustakaan USD Mrican

  

7. Drs. Sugeng Mulyata selaku Kepala Sekolah SDN Merdikorejo yang telah

memberikan ijin untuk melakukan penelitian di sekolah yang dipimpinnya.

  

8. Bapak Pariman dan Bapak Sokijan, wali kelas V dan kelas VI SDN

Merdikorejo yang telah merelakan jam pelajaran untuk melakukan penelitian.

  

9. Siswa-siswi kelas V dan kelas VI SD N Merdikorejo yang bersedia membantu

peneliti dalam pengambilan data.

  

10. Bapak Redja Wiyana dan Ibu Sumarsih yang telah merawat dan membesarkan

penulis dan telah memberikan fasilitas, semangat dan dorongan dalam penyelesaian skripsi ini. Yang penting dalam terselesaikannya skripsi ini adalah doa restu kalian berdua.

  

11. Kakak-kakakku (Rohmat Setyono dan Setyasih Widodo) serta adik-adikku

(Ribut Catur W dan Rizky Agus H) yang selalu memberi semangat walaupun tidak langsung tetapi melalui kata-kata kalian aku jadi semangat mengerjakan skripsi.

  

12. Keponakanku Aulia Putri Nurfadhilla yang selalu memberikan semangat baru

melalui celotehan polosnya.

  

13. Ana Maria Heni, S.Pd. dan Caecilia Nurtiyastuti yang selalu menemani dalam

suka dan duka, terima kasih atas kebersamaan kita selama ini.

  

14. Aggata Eka P.,S.Pd., Maria Thomastini, Dewi Sri, terima kasih atas semangat

yang kalian berikan.

  

15. Teman-teman PBSID angkatan 2003 kelas A dan B yang bersama-sama

berjuang untuk mendapat gelar Sarjana Pendidikan.

  

16. Teman-teman PPL di SMA Bina Harapan Sinduharjo (Aggata, Nur, Tami,

Boni, Lusi, Dwi Priyo “Ambon”, Eka, Jeng Sri, Kiki, Mbak Bintang, Anton, Windhi, Mbak Yose, Inus, Nana, Chandra, Dhatu, Rere, Irawan, dan Lely) Terima kasih atas kebersamaan selama tiga bulan berlatih menjadi seorang guru.

  

17. Teman-teman KKN di Dusun Banyurip Ngandong Gantiwarno Klaten (Vitri

Ikom”, Dian” P.Fis”, Andri “P.Mat”, Vera “Farmasi”, Nina “PBI”, Christ “Ikom”, Chatta “S. Ind”, Susilo, “S.Ind”) kebersamaan selama tiga minggu adalah pengalaman tak terlupakan.

  

18. Teman-teman PPL BIPA di lembaga bahasa Realia Mr. Dion dan Miss Emma

yang telah mau bekerja sama dalam berlatih menjadi pengajar bagi orang asing.

  

19. Retnaningtyas Susanti, Nanik Setiani, Sulastri terima kasih atas pertanyaan

yang sering kalian lontarkan, akhirnya sekarang aku bisa menjawab “Aku Sudah Lulus”.

  20. Bios comp. yang telah rela membantu penulis dalam penulisan skripsi ini.

  

21. Berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

banyak memberikan masukan dalam penyelesaian skripsi ini.

  Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna.

Meskipun demikian, penulis berharap semoga skripsi ini banyak memberikan

manfaat bagi para pembaca.

  Penulis

  DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN............................................................................ . iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... iv

MOTTO .............................................................................................................. v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................. vi

ABSTRAK .......................................................................................................... vii

ABSTRACT .......................................................................................................... viii

KATA PENGANTAR ........................................................................................ ix

DAFTAR ISI ....................................................................................................... xii

DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN .........................................................................

  7 B. Kerangka Teori .........................................................................

  17 b. Frasa .............................................................................

  17 a. Kalimat .........................................................................

  14 2. Sintaksis Bahasa Jawa ........................................................

  10 b. Frasa .............................................................................

  9 a. Kalimat .........................................................................

  9 1. Sintaksis Bahasa Indonesia ................................................

  7 A. Penelitian Terdahulu Yang Relevan .........................................

  1 A. Latar Belakang Masalah ...........................................................

  5 BAB II LANDASAN TEORI .....................................................................

  5 F. Sistematika Penyajian ..............................................................

  4 E. Batasan Istilah ..........................................................................

  4 D. Manfaat Penelitian ...................................................................

  3 C. Tujuan Penelitian .....................................................................

  1 B. Rumusan Masalah ....................................................................

  23

  a. Jenis Interferensi ..........................................................

  45 A. Hasil Penelitian .........................................................................

  55 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................

  54 C. Saran ........................................................................................

  53 B. Implikasi ...................................................................................

  53 A. Kesimpulan ..............................................................................

  50 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ..............................

  48 c. Frekuensi kemunculan interferensi ....................................

  47 b. Frasa Posesif ......................................................................

  46 a. Frasa Verbal yang Berpola pada + kata kerja ....................

  45 B. Analisis Data Penelitian ...........................................................

  44 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................

  26

  43 E. Teknik Analisis Data ................................................................

  43 D. Teknik Pengumpulan Data .......................................................

  42 C. Instrumen Penelitian ................................................................

  42 B. Subjek Penelitian ......................................................................

  42 A. Jenis Penelitian .........................................................................

  38 BAB III METODOLOGI PENELITIAN .....................................................

  37 b. Narasi di kelas V dan VI ..............................................

  37 a. Jenis-jenis karangan Narasi ..........................................

  31 4. Karangan Narasi .................................................................

  b. Interferensi Bahasa Jawa dalam Pemakaian Bahasa Indonesia ......................................................................

  57 LAMPIRAN

  

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Kutipan KTSP Pelajaran Bahasa Indonesia ......................................

  38 Tabel 2 Persebaran frsa Posesif yang Terinterferensi pada Frasa Posesif Bahasa Jawa ......................................................................................

  50 Tabel 3 Frekuensi kemunculan Interferensi Sintaksis Bahasa Jawa ..............

  51

  DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Data Interferensi Frasa Verbal Lampiran 2 Data Interferensi Frasa Posesif Lampiran 3 Surat Permohonan Ijin Penelitian Lampiran 4 Surat Keterangan Penelitian Lampiran 5 Instrumen Penelitian Lampiran 6 Data kelas V SD N Merdikorejo TA. 2007/2008 Lampiran 7 Data kelas VI SD N Merdikorejo TA. 2007/2008 Lampiran 8-17 Karangan yang mengandung Interferensi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah alat yang digunakan untuk berkomunikasi di dalam masyarakat

  dan juga dunia pendidikan. Oleh masyarakat, bahasa digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara individu yang satu dengan individu yang lain. Di Indonesia, dunia pendidikan menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar. Hal ini dijelaskan oleh Amran Halim, bahwa salah satu fungsi bahasa Indonesia di dalam kedudukannya sebagai bahasa negara adalah sebagai bahasa pengantar di dalam dunia pendidikan (Halim, 1983 : 219).

  Dari pernyataan Amran Halim di atas, seharusnya bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa pengantar di dunia pendidikan. Namun, pada kenyataannya tidak semua lembaga pendidikan menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar. Hal ini terjadi karena wilayah negara Indonesia yang begitu luas yang menyebabkan banyaknya bahasa daerah di Indonesia. Seperti dijelaskan oleh Soewandi (1995:1) Indonesia terdiri lebih dari 13.000 pulau yang masing-masing memiliki identitas kebudayaannya sendiri. Hal itu juga menyebabkan tia-tiap daerah memiliki bahasa daerah sendiri. Dari kenyataan bahwa tiap daerah di Indonesia itu memiliki bahasa daerah sendiri, maka sangat dimungkinkan setiap orang indonesia menguasai dua bahasa, yaitu bahasa daerah dan bahasa Indonesia.

  Hal tersebut akan menyebabkan munculnya kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh seseorang yang belajar bahasa Indonesia, khususnya pada anak-anak. Hal ini terjadi karena bahasa pertama mereka adalah bahasa daerah, sedangkan di sekolah bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia. Oleh karena itu, mereka memerlukan waktu yang lama untuk mempelajari bahasa Indonesia sebelum mereka dapat menggunakannya sebagai bahasa pengantar dalam kegiatan belajar mengajar.

  Nababan ( 1992:6 ) menerangkan bahwa di beberapa daerah bahasa yang digunakan sebagai bahasa pendidikan adalah bahasa Indonesia dengan ketentuan bahwa di beberapa tempat, bahasa daerah dipakai di kelas satu sampai tiga sekolah dasar jika perlu. Artinya, jika siswa sudah mampu menggunakan bahasa Indonesia, bahasa daerah tidak lagi digunakan sebagai bahasa pengantar dalam kegiatan belajar mengajar.

  Sekolah Dasar Negeri Merdikorejo adalah sekolah dasar yang terletak di pedesaan, tepatnya sekolah ini beralamat di Dusun Kantongan, Kelurahan Merdikorejo, Kecamatan Tempel, Kabupaten Sleman, Propinsi DIY. Di wilayah itu mayoritas warga masyarakatnya masih menggunakan bahasa daerah sebagai alat untuk berkomunikasi. Hal tersebut juga terlihat pada anak-anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar, yakni anak-anak juga menggunakan bahasa daerah sebagai bahasa pengantar mereka di sekolah.

  Penelitian ini adalah tentang interferensi sintaksis bahasa Jawa dalam karangan narasi. Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri Merdikorejo, di sekolah itu belum pernah dilakukan penelitian sejenis, sehingga penelitian ini diharapkan mampu memberi sumbangan bagi sekolah tentang interferensi bahasa Jawa para siswanya.

  Dalam penelitian ini peneliti memilih karangan narasi untuk mencari data interferensi. Bentuk narasi dipilih karena secara umum siswa SD gemar bercerita dan mendengarkan cerita. Potensi itu dapat dimanfaatkan untuk menulis sebuah karangan narasi bahasa Indonesia. Siswa dapat mengembangkan imajinasinya dengan melihat gambar berseri dan menceritakan gambar tersebut dalam sebuah karangan narasi.

B. Rumusan Masalah

  Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, peneliti membuat beberapa rumusan masalah untuk memudahkan melakukan penelitian. Rumusan masalah itu adalah

  1. Bagaimana interferensi sintaksis bahasa Jawa ke dalam sintaksis bahasa Indonesia dalam karangan narasi siswa kelas V dan VI SD Negeri Merdikorejo Tempel Tahun Ajaran 2007/2008?

  2. Sejauh mana frekuensi kemunculan interferensi tersebut ?

  C. Tujuan Penelitian

  Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah

  1. Mendeskripsikan interferensi sintaksis bahasa Jawa dalam karangan narasi siswa kelas V dan VI SD Negeri Merdikorejo Tempel Sleman Yogyakarta Tahun ajaran 2007/2008. .2. Mendeskripsikan sejauh mana kemunculan interferensi bahasa Jawa tersebut.

  D. Manfaat Penelitian

  Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi sekolah, dan bagi guru bahasa Indonesia di sekolah tersebut.

  1. Manfaat bagi sekolah Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada sekolah untuk memberi gambaran tentang interferensi bahasa Jawa yang dilakukan oleh siswa-siswinya.

  2. Manfaat bagi guru bahasa Indonesia Penelitian ini diharapkan mampu memberi motivasi bagi guru bahasa Indonesia supaya menggunakan bahasa indonesia sebagai bahasa pengantar secara lebih intensif, dan juga supaya guru lebih memperhatikan bahasa yang digunakan oleh siswa.

  E. Batasan Istilah

  1. Mengarang Mengarang adalah keseluruhan rangkaian kegiatan seseorang mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada pembaca (Gie, 1992: 17)

  2. Interferensi Interferensi adalah kesulitan yang timbul dalam proses menguasai bunyi, kata, atau konstruksi bahasa kedua sebagai akibat dari adanya perbedaan-perbedaan antara bahasa kedua itu dengan kebiasaan-kebiasaan yang ada pada bahasa ibu (Lado via Soepomo, 1978 : 24)

  3. Sintaksis Sintaksis adalah bagian atau cabang ilmu bahasa yang mempelajari seluk beluk wacana, kalimat klausa, dan frase (Ramlan, 1986 : 21).

  4. Karangan Narasi Narasi merupakan suatu bentuk wacana yang berusaha mengisahkan satu kejadian atau peristiwa sehingga tampak seolah-olah pembaca melihat atau mengalami sendiri peristiwa itu (Keraf, 1982 : 135).

  F. Sistematika Penyajian

  Skripsi ini terdiri dari lima bab. Bab I adalah Pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, dari Penelitian Terdahulu yang Relevan dan Kerangka Teori. Bab III adalah Metodologi Penelitian yang terdiri dari Jenis Penelitian, Subjek Penelitian, Instrumen Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, dan Teknik Analisis Data. Bab IV berisi hasil penelitian dan pembahasan. Bab V berisi kesimpulan dan saran.

BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu yang Relevan Penelitian yang berkaitan dengan Interferensi pernah dilakukan oleh Soepomo, Yulius Suparmo, Yustina Sugeng Handayani, Apri Wijayanto, dan Margaretha Indah Karnasih. Soepomo melakukan penelitian yang berjudul Interferensi Gramatikal Bahasa Jawa dalam bahasa Indonesia Murid SD di Yogyakarta . Penelitian ini dilakukan pada tahun 1978. Dari penelitian ini ditemukan

  bahwa rata-rata murid SD di Yogyakarta melakukan kesalahan dalam bidang gramatikal. Kesalahan-kesalahan itu dilakukan karena para siswa menerapkan unsur- unsur gramatikal bahasa Jawa.

  Yulius Suparmo melakukan penelitian yang berjudul Interferensi Gramatikal

  

Bahasa Jawa dalam Pemakaian Bahasa Indonesia (Studi Kasus pada murid kelas V

SD Impres Banyurojo II Mertoyudan Magelang). Penelitian ini dilakukan pada tahun

  1987. Dari penelitian ini ditemukan berbagai jenis kesalahan dalam bahasa Indonesia. Peneliti mengambil data karangan dan rekaman percakapan sehari-hari para siswa kelas VI SD Inpres Banyurojo 4 Metoyudan Magelang tahun ajaran 1985/1986.

  Yustina Sugeng Handayani melakukan penelitian yang berjudul Interferensi

  

Morfologis Bahasa Jawa dalam Bahasa Indonesia Tuturan Lisan Guru (studi kasus :

Guru-guru SD Negeri II Gatak Delanggu). P enelitian ini dilakukan pada tahun 2003. wawancara, dan teknik catat dengan bantuan kartu data. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa terdapat interferensi morfologis bahasa Jawa dalam bahasa Indonesia tuturan lisan guru dengan jenis interferensi aktif yang meliputi bidang afiksasi dan reduplikasi.

  Apri Wijayanto melakukan penelitian yang berjudul Interferensi Sintaksis

  

Bahasa Jawa dalam Pemakaian Bahasa Indonesia pada Karangan Deskripsi Siswa

Kelas VI SD Negeri 04 Kawunganten Cilacap Jawa Tengah Tahun Ajaran

2003/2004 . Penelitian ini dilakukan pada tahun 2004. Jenis penelitian yang

  digunakan adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Populasi dan sampel penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VI SD Negeri Kawunganten Cilacap Jawa Tengah Tahun Ajaran 2003/2004 yang berjumlah 32 orang. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa interferensi frasa lebih mendominasi interferensi bahasa Jawa dalam karangan deskripsi siswa Margaretha Indah Karnasih melakukan penelitian yang berjudul Interferensi

  

Morfologis Bahasa Jawa dalam Pemakaian Bahasa Indonesia pada Karangan

Narasi siswa SD (Studi kasus karangan siswa SD Bendungan I Bendungan

Karangmojo Gunung Kidul Yogyakarta). Penelitian ini dilakukan pada tahun 2006.

  Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas III, IV, V, VI SD Bendungan I Bendungan Karangmojo, Gunung Kidul yang berjumlah 83 siswa. Dari penelitian ani ditemukan adanya interferensi morfologis bahasa jawa pada karangan narasi siswa dalam

  Dari hasil penelusuran terhadap penelitian terdahulu dapat disimpulkan bahwa penelitian tentang interferensi sudah pernah dilakukan. Namun, penelitian tentang interferensi sintaksis masih jarang dilakukan. Oleh karena itu, penelitian tentang interferensi sintaksis harus lebih banyak dilakukan, sehingga pengetahuan tentang interferensi sintaksis juga terus bertambah tidak hanya di satu daerah saja tetapi di berbagai daerah agar nantinya dapat diperbandingkan satu sama lain. Dengan melihat kenyataan itu dapat dikatakan penelitian ini masih relevan untuk dilakukan.

B. Kerangka Teori

  1. Sintaksis Bahasa Indonesia Menurut Ramlan (1983 : 17) istilah sintaksis itu berasal dari Bahasa Belanda

  

Syntaksis. Sintaksis ialah bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan

  seluk beluk wacana, kalimat, klausa dan frase. Jos Daniel Parera tidak secara tegas menyebutkan definisi sintaksis, tetapi Parera menyebutkan yang dimasukkan dalam bidang sintaksis adalah pembicaraan mengenai unit bahasa kalimat, klausa dan frasa (Parera, 1988 : xi). Bloch and Trager (via Tarigan, 1984: 5) mengatakan bahwa analisis mengenai konstruksi-konstruksi yang hanya mengikutsertakan bentuk-bentuk bebas disebut sintaksis. Tarigan juga mengutip pendapat Stryker tentang batasan sintaksis, yaitu telaah mengenai pola-pola yang dipergunakan sebagai sarana untuk menggabungkan kata menjadi kalimat (Tarigan, 1984 : 5).

  Dari berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa sintaksis adalah salah satu cabang ilmu bahasa yang membicarakan struktur kalimat, klausa, dan frasa (Parera,1988).

  a. Kalimat Kalimat adalah satuan gramatikal yang terdiri satu kata atau lebih yang dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir turun naik (Ramlan, 1983 :

  20). Dalam buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, kalimat didefinisikan sebagai bagian terkecil ujaran atau teks (wacana) yang mengungkapkan pikiran yang utuh secara ketatabahasaan (Moeliono, 1997: 254). Kalimat terdiri dari dua bagian, yaitu

  bagian inti dan bagian bukan inti. Bagian kalimat yang tidak dapat dihilangkan adalah

  bagian inti dan bagian kalimat yang dapat dihilangkan adalah bagian bukan inti (Moeliono, 1988). Contoh:

  “Kami kemarin sore mendatangi tempat itu.” Kalimat di atas terdiri dari empat bagian yaitu (i) kami, (ii) kemarin sore, (iii) mendatangi, dan (iv) tempat itu. Dari keempat bagian itu, hanya bagian (ii) kemarin sore, yang dapat dihilangkan. Jadi kita dapat mempunyai kalimat :

  “ Kami mendatangi tempat itu.” bukan “Kami (kemarin sore) mendatangi.” “Kami (kemarin sore) tempat itu.” “(Kemarin sore) mendatangi tempat itu.” Dengan demikian, kemarin sore merupakan bagian bukan inti, sedangkan tiga bagian yang lain adalah bagian inti.

  Bloomfield (via Parera, 1988 : 2) mendefinisikan kalimat adalah sebuah bentuk ketatabahasaan yang lebih besar dan lebih luas dari klausa.

  Contoh : (1) Ibu pergi ke pasar.

  (2) Pergi ! Pergi dalam (2) adalah kalimat karena ia adalah bentuk ketatabahasaan yang maksimal dalam tutur tersebut. Sedangkan pergi dalam (1) bukan kalimat karena ia merupakan bagian dari konstruksi yang lebih besar dan luas. H.G. Tarigan (1954 : 5) mengutip pendapat Cook serta Elson dan Pickett tentang kalimat yakni satuan bahasa yang secara relatif dapat berdiri sendiri, yang mempunyai pola intonasi akhir dan yang terdiri dari klausa. Dwijatmoko dalam bukunya yang berjudul Sintaksis Verba Indonesia mendefinisikan kalimat sebagai satuan gramatikal terbesar. Kalimat menyatakan satu kesatuan ide yang lengkap, yang dapat berupa peristiwa atau keadaan (Dwijatmoko, 2002 : 1).

  Dari beberapa pengertian itu dapat kita simpulkan bahwa ada beberapa ciri kalimat, yaitu : a. satuan bahasa

  b. dapat berdiri sendiri

  c. mempunyai pola intonasi akhir

  1) Macam-macam Kalimat

  a. Kalimat Berita, Kalimat Tanya, dan Kalimat Perintah

  a) Kalimat berita Bredasarkan fungsinya dalam hubungan dengan situasi kalimat berita berfungsi untuk memberitahukan sesuatu kepada orang lain sehingga tanggapan yang diharapkan berupa perhatian (Ramlan, 1983 : 23). Contoh : (1) Jalan itu sangat gelap.

  (2) Menurut ilmu sosial konflik dapat terjadi karena penemuan- penemuan baru.

  b) Kalimat Tanya Kalimat tanya berfungsi untuk menanyakan sesuatu (Ramlan, 1983 : 28).

  Kalimat tanya ini biasanya ditandai dengan kata Apa, Siapa, Mengapa, Kenapa, Bagaimana, Mana, Bilamana, bila, kapan, Berapa.

  c) Kalimat Suruh Berdasarkan fungsinya dalam hubungan situasi, kalimat suruh mengharapkan tanggapan yang berupa tindakan dari orang yang diajak bicara (Ramelan, 1983 : 37). Contoh : (1) Pergi ! (2) Pergilah ! b. Kalimat Tunggal, Kalimat Bersusun, dan Kalimat Majemuk Klasifikasi kalimat ini dipandang dari jumlah dan jenis klausa pada dasar.

  a). Kalimat Tunggal Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri dari satu klausa bebas tanpa klausa terikat (Cook via Tarigan, 1984 : 10) Contoh : (1) Saya makan.

  (2) Dia minum. (3) Adik tidur. (4) Kakak belajar. (5) Ayah membaca.

  b). Kalimat Bersusun Kalimat bersusun adalah kalimat yang terdiri dari satu klausa bebas dan sekurang-kurangnya satu klausa terikat (Cook via Tarigan, 1984 : 12) Contoh : (1) Saya bangun sebelum ayam berkokok.

  (2) Ayah marah kalau kami terlambat pulang.

  c). Kalimat Majemuk Kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri dari beberapa klausa bebas (Tarigan, 1984 : 14) Contoh :

  (1) Paman membeli sebidang tanah, lantas dia menyuruh adiknya menyangkul.

  (2) Ani menyukai fiksi, sedangkan Ina menyukai Puisi.

  b. Frasa 1) Pengertian Frasa

  Dalam bukunya, Ramlan masih menggunakan istilah frase. Akan tetapi sekarang istilah frase sudah diganti dengan frasa.

  Frasa ialah satuan gramatikal yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi (Ramlan, 1983 : 137).

  Sifat-sifat frasa : a. Frasa merupakan satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih.

  b. Frasa merupakan satuan yang tidak melebihi batas fungsi. Artinya, frasa itu selalu terdapat dalam satu fungsi apakah itu sebagai S P O Pel atau Pun Ket.

  Tarigan mengutip pendapat Cook serta Elson dan Pickett tentang definisi frasa. Frasa adalah satuan linguistik yang secara potensial merupakan gabungan dua kata atau lebih yang tidak mempunyai ciri-ciri klausa (Tarigan, 1984 : 93). Jos Daniel Parera menyebutkan Frasa adalah suatu konstruksi yangd apat dibentuk oleh dua kata atau lebih baik dalam bentuk sebuah pola dasar kalimat maupun tidak (parera, 1988 : 32).

  Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia frasa diartikan gabungan dua kata atau lebih. Dalam bukunya yang berjudul Tata Bahasa Sekolah. Wiyanto menyebukan, frasa adalah bagian kalimat yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi (Wiyanto, 2005 : 36).

  Lebih lanjut Wiyanto menjelaskan frasa selalu terdiri dari dua kata atau lebih. Proses pembentukan frasa itu sendiri adalah melalui perluasan ke kiri-ke kanan, atau ke kanan dan ke kiri.

  Contoh : mobil diperluas menjadi mobil merah pergi diperluas menjadi sudah pergi lama diperluas menjadi agak lama datang diperluas menjadi tidak datang lagi 2) Macam-macam frasa

  Frasa dapat digolongkan menajdi bermacam-macam golongan, tergantung dasar yang digunakan. Berikut ini adalah penggolongan frasa berdasarkan distribusi kategori kata. Menurut Ramlan (1982: 128) berdasar kategori distribusi katanya frasa dapat dibedakan mnjjadi frasa nominal, frasa verbal, frasa bilangan, frasa keterangan, dan frasa depan. Berikut ini adalah uraian masing-masing frasa tersebut.

  a. Frasa Nominal Frsa nominal adalah frasa yang memiliki distribusi sama dengan kata nominal.

  Contoh: (1) gedung sekolah b) Frasa Verbal Frasa verbal adalah frasa yang mempunyai distribusi yang sama dengan verba.Contoh:

  (1) sedang membaca (2) akan pergi (3) dapat menyanyi

  c) Frasa Bilangan Frasa bilangan adalah frasa yang mempunyai distribusi sama dengan kata bilangan. Contoh:

  (1) dua buah rumah (2) tiga ekor ayam (3) tiga pluh kilogram beras

  d) Frasa Keterangan Frasa yang mempunyai distribusi sama dengan kata keterangan adalah kata yang cenderung menduduki fungsi KET dalam klausa.

  Contoh: (1) kemarin pagi/siang/sore/malam (2) sekarang ini (3) tadi malam/pagi/siang/sore b. Frasa Depan Frasa depan adalah frasa yang diawali oleh kata depan sebagai penanda, diikuti oleh kata/frasa golongan N, V, Bil, atau KET sebagai penanda.

  Contoh: (1) di sebuah rumah (2) dengan sangat senang (3) dari lima

2. Sintaksis Bahasa Jawa

  Didalam subbab ini akan diuraikan tentang kalimat, klausa, dan frasa Bahasa Jawa

  1. Kalimat

  a. Pengertian kalimat Kalimat adalah satuan lingual yang mengungkapkan pikiran yang utuh.

  Kalimat dapat berwujud tulisan. Kalimat berhuruf latin dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri tanda titik (.), tanda tanya (?), atau tanda seru (!) (Wedhawati, 2001 : 426).

  Contoh : (1) Dani tuku sepatu.

  (1a) ‘Dani membeli sepatu.’ (2) Kapan Darmanto merene ?

  Man adusa !

  ‘Man, mandilah!’

  b. Macam-macam kalimat Kalimat Bahasa Jawa dapat digolongkan menjadi bermacam sesuai dengan dasar pengelompokannya. Berdasarkan jumlah klausanya kalimat dapat dibagi menjadi tiga macam kalimat, yaitu kalimat tunggal, kalimat majemuk, dan kalimat beruas (Wedhawati, 2001 : 427).

  1). Kalimat Tunggal Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa bebas tanpa klausa terikat. Karena hanya terdiri atas satu klausa, kalimat tunggal hanya memiliki satu proposisi, dan, karena itu, predikatnya pun hanya satu (Wedhawati, 2001:427). Contoh : (1) Dheweke lunga.

  (1a) ‘Dia pergi.’ (2) Simbahku tani.

  (2a) ‘Kakekku petani.’ (3) Adhiku maca buku.

  (3a) ‘Adikku membaca buku.’ 2). Kalimat Majemuk Kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri atas dua klausa atau lebih.

  Kalimat majemuk dapat dibagi menjadi dua, yakni kalimat majemuk setara dan

  Kalimat manjemuk setara adalah kalimat yang di dalamnya terkandung ciri hubungan sintaksis struktural dan ciri sintaksis semantis. Ada empat ciri hubungan sintaksis - struktural di dalam kalimat majemuk setara yaitu : (1) Klausa-klausa yang ada dalam kalimat majemuk setara kedudukannya setara.

  Contoh: Sadewa mipili jagung lan Pranandari ngumpulake pipilane.

  ‘Sadewa mengupili jagung dan Pranandari mengumpulkan pipilannya.’ (2) Klausa yang diawali oleh konjungsi koordinatif tidak dapat dipindahkan.

  Apabila pemindahan klausa itu dilakaksanakan maka kalimat majemuk setara itu akan menjadi kalimat majemuk setara yang tidak berterima.

  Contoh : Hananto nyawang Widodo, banjur mandeng anake.

  ‘Hananto memandang Widodo, kemudian memandnag anaknya.’ (3) Urutan yang tetap di dalam hubungan koordinasi berkaitan erat dengan prenominalisasi. Acuan kataforis (pronominal yang mendahului nomina acuannya) tidak ditemukan di dalam hubungan koordinasi. Contoh : Dheweke seneng mangan duren, nanging Bu Parmi ora tuku duren.

  ‘Dia senang makan durian, tetapi Bu Parmi tidak membeli durian.’ Sebuah konjungsi koordinatif dapat didahului konjungsi yang lain untuk memperjelas hubungan kedua klausa yang digabungkan.

  Contoh : Rina ngampiri Ari lan banjur mangkat kuliah.

  ‘Rina menjemput Ari dan lalu berangkat kuliah’ Adapun ciri hubungan sintaksis-semantis dalam sebuah kalimat majemuk bertingkat adalah adanya ciri hubungan makna perturutan, hubungan makna perlebihan, hubungan makna penjumlahan, hubungan makna perlawanan, hubungan makna pemilihan, dan hubungan makna kombinasi.

  Kalimat yang terdiri atas dua klausa atau lebih yang salah satu di antaranya merupakan bagian dari klausa yang lain disebut kalimat majemuk bertingkat.( Wedhawati, 2001 : 500). Seperti halnya kalimat majemuk setara, kalimat majemuk bertingkat pun memiliki ciri hubungan snitaksis-struktural dan ciri hubungan sintaksis-simantis. Ada sejumlah ciri hubungan sintaksis-struktural di dalam kalimat majemuk bertingkat.

  (1) Satu atau dua klausa di dalam kalimat majemuk bertingkat merupakan bagian dari klausa yang lain.

  Contoh : Ngatini meruhi menawa Sadewa lagi lara.

  ‘Ngatini mengetahui bahwa Sadewa sedang sakit.’ (2) Di dalam kalimat majemuk bertingkat posisi klausa sub ordinatif ada yang dapat dipindahkan, tetapi ada yang tidak dapat dipindahkan.

  Contoh : - Mripate ngandhakake yen dheweke durung rampung.

  ‘Matanya mengisyaratkan bahwa dia belum selesai.’ (Klausa sub ordinatif tidak dapat dipindahkan) - Aku ikhlas waton kowe ora ngapusi.

  ‘Aku ikhlas asal kamu tidak membohongi.’ (Klausa sub ordinatif dapat dipindahkan) (3) Di dalam kalimat majemuk bertingkat, dimungkinkan ada acuan kataforis.

  Contoh :

Angger dheweke dipepetake bab katresnan, Nendar mesthi banjur nggiwar.

  ‘Asal dia dipepetkan bab cinta, Nendar pasti lalu menghindar.’ (Dheweke ‘ dia’ secara kata foris mengacu pada Nendar).

  Selain ciri hubungan sintaksis-struktural, kalimat majemuk bertingkat juga memiliki ciri hubungan sintaksis-semantis. Ada dua ciri hubungan sintaksis-simantis di dalam kalimat majemuk bertingkat yaitu sebagai berikut : (1) Di dalam kalimat majemuk bertingkat, klausa yang mengandung konjungsi memuat informasi sekunder, sedangkan klausa yang lain memuat informasi utama. Contoh: Bene manganmu akeh, kowe tak tokokake gudheg.

  ‘Biar makanmu banyak, kamu saya belikan gudheg.’

  (2) Di dalam kalimat majemuk bertingkat, klausa yang mengandung konjungsi (klausa sub ordinatif) dapat disubstitusi dengan kata atau frasa yang sesuai dengan makna kalimat itu.

  Contoh : - Layang kuwi nerangake yen Lintang atindak sedheng.

  ‘Surat itu menerangkan bahwa Lintang berbuat serong.’ - Layang kuwi nerangake bab iku.

  ‘Surat itu menerangkan bab itu.’

Bab iku bisa menggantikan yen Lintang atindak sedheng

  3) Kalimat Beruas Kalimat beruas adalah kalimat yang tersusun dari setidaknya dua ruas

  (satuan gramatikal) dengan jeda wajib yang bersifat finansial sebagai pemisah antarruas. (Wedhawati, 2001 : 502). Di samping istilah ruas digunakan istilah “gatra”.

  Istilah ruas digunakan untuk lebih mengacu ke ruas sebagai sebuah wadah, istilah gatra lebih mengacu ke satuan lingual pengisi ruas.

  Contoh : (1) Adhiku // dhuwite ilang.

  (1a) ‘Adikku // uangnya hilang’ (2) Maling mau // playune cepet banget.

  (2a) ‘Pencuri tadi // larinya cepat sekali.’ (3) Uwong mau // tangane // drijine gegodres getih.

  Dalam ketiga contoh di atas, satuan Adhiku “Adikku”, maling mau “pencuri tadi,” dan uwong mau “orang tadi”, disebut ruas depan, sedangkan satuan tangane ‘tangannya’ pada contoh ketiga disebut ruas depan kedua. Sebaliknya satuan dhuwite

  ilang ‘uangnya hilang’, playune cepet banget ‘larinya cepat sekali’, dan drijine gegodres getih ‘jarinya berlumuran darah’ disebut ruas kedua atau ruas belakang.

  Berdasarkan contoh di atas, kalimat beruas dapat dicirikan sebagai berikut : (1) Kalimat beruas memiliki jeda fungsional yang bersifat wajib diantara ruas- ruasnya.

  (2) Satuan gramatikal pengisi ruas depan dan ruas belakang tidak selalu identik.

  Ruas depan dapat diisi oleh kata, frasa maupun klausa. Ruas belakang selalu diisi oleh klausa.

  (3) Klausa pengisi ruas depan dan belakang dapat berupa klausa lengkap atau klausa tak lengkap.

  (4) Jika ruas depan diisi oleh klausa guntung (frasa), ruas belakang berunsur enklitik –e/-ne ‘nya’ atau yang sejenis sebagai penanda keanaforisannya.

  (5) Pertalian antarruas tidak ditandai oleh konjungsi.

  2. Frasa Bahasa Jawa Dalam bahasa Jawa terdapat berbagai macam frasa, frasa-frasa itu adalah frasa verbal, frasa adjektival, frasa nominal, frasa prominal, dan frasa numeralia. (Wedhawati, 2001). Penjelasan dari masing-masing frasa adalah sebagai berikut . a. Frasa Verbal Frasa verbal adalah satuan gramatikal yang terbentuk dari dua kata atau lebih dengan verbal sebagai konstituen inti. Dengan demikian frasa verbal mempunyai konstituen inti berupa verbal dan kata lain sebagai modifikator. Contoh : (1) mlaku terus (1a) ‘Berjalan terus’

  b. Frasa Adjektival Frasa adjektival adalah satuan gramatikal yang terbentuk dari dua kata atau lebih dengan adjektiva sebagai konstituen inti.

  Contoh : (1) ijo pupus

  Adj (1a)‘hijau pupus’

Dokumen yang terkait

Analisis kohesi dan koherensi karangan narasi siswa kelas X semester I SMA GAMA (Tiga Maret) Yogyakarta tahun ajaran 2016/2017.

0 2 230

Perbedaan tingkat kemampuan menulis karangan narasi antara siswa laki-laki dan siswa perempuan kelas V SD Kanisius Ganjuran tahun ajaran 2012/2013.

1 3 150

Interferensi morfologis bahasa Lamaholot dalam pemakaian Bahasa Indonesia pada karangan narasi siswa kelas V SD Inpres Ritaebang, tahun ajaran 2010/2011.

0 19 136

Perbedaan kemampuan menulis narasi menggunakan media gambar acak siswa laki-laki dan perempuan kelas III SD Kanisius Gayam Yogyakarta tahun ajaran 2006/2007 - USD Repository

0 3 158

Kesalahan kalimat pada karangan narasi siswa kelas VI SD Negeri 1 dan 2 Pataman Tanggamus - Lampung tahun ajaran 2006/2007 : sebuah studi kasus - USD Repository

0 0 137

Interferensi leksikal Bahasa Sunda dalam pemakaian Bahasa Indonesia pada karangan narasi yang ditulis berdasarkan media gambar berseri siswa kelas III SD Indriyasana Bandung tahun ajaran 2005/2006 - USD Repository

0 0 133

Hubungan antara kebiasaan membaca dengan kemampuan membaca pemahaman siswa kelas VIII SMP Kanisius se-Kabupaten Sleman tahun ajaran 2007/2008 - USD Repository

0 0 123

Hubungan antara minat baca dengan kemampuan membaca cepat siswa kelas V SD Negeri di Gugus Umbulmartani, Ngemplak, Sleman tahun ajaran 2007/2008 - USD Repository

0 0 112

Pengembangan silabus dan materi pembelajaran menulis narasi untuk siswa kelas X SMA Negeri 1 Depok, Sleman, Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008 berdasarkan pendekatan komunikatif - USD Repository

0 0 147

Kesalahan ejaan dalam karangan narasi siswa kelas V, SD Kanisius Demangan Baru dan SD Kanisius Klepu, Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008 - USD Repository

0 0 189